Post on 03-Feb-2018
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2011 ISSN : 2086-9703
JURNAL KEPERAWATAN
• Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kelebihan Berat Badan (Overweight)
Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Hang Tuah Tanjungpinang.
• Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Instalasi
Rawat Inap Anggrek Kelas III RSU Provinsi Kepulauan Riau Di Tanjung Uban Tahun 2009.
• Efektivitas Pemberian Kompres Hangat dan Kompres Dingin Dalam Membantu Menurunkan Suhu
Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital dr. Midiyato S
Tanjungpinang Tahun 2009.
• Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria
Di Desa Teluk Bakau Tahun 2009.
• Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan Dan Lingkungan Rumah Sakit Dengan Tingkat Kepuasan
Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009.
• Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2009.
Penerbit:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
VOLUME 1 NOMOR 1 TAHUN 2011
PENELITIAN HAL
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kelebihan Berat Badan
(Overweight) Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Hang
Tuah Tanjungpinang.
(Syamilatul Khariroh, M. Sulaiman, Benny Wahyudi)
1-10
Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan
Pasien Di Instalasi Rawat Inap Anggrek Kelas III RSU Provinsi Kepulauan
Riau Di Tanjung Uban Tahun 2009.
(Puji Agung Wibowo, Linda Widiastuti, Nurhidayati)
11-18
Efektivitas Pemberian Kompres Hangat dan Kompres Dingin Dalam
Membantu Menurunkan Suhu Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang
Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun
2009.
(Syamilatul Khariroh, Dede satia S, Apit Komar)
19-28
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Upaya
Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Teluk Bakau Tahun 2009.
(Iwan Iskandar, Yoyok, Sumardiana)
29-37
Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan Dan Lingkungan Rumah Sakit
Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL dr. Midiyato S
Tanjungpinang Tahun 2009.
(Endang Abdullah, Yusnaini, Indah Prihatin)
38-44
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang Tahun 2009.
(Ekandra Indra Sadri, Afianti Asdarina, Marlina Invitasari)
45-53
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
Terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober
Penanggung Jawab :
Prof. Elly Nurachmah, D.N.Sc.,RN
Letkol (Purn) Endang Abdullah, S.Kp, M.Si
Penasehat :
Wakil Ketua I Stikes Hang Tuah
Wakil Ketua II Stikes Hang Tuah
Wakil Ketua III Stikes Hang Tuah
Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperwatan Stikes Hang Tuah
Ketua Program Studi D-III Ilmu Keperwatan Stikes Hang Tuah
Penyunting :
Ketua :
Ernawati
Sekretaris :
Wasis Pujiati,S.Kep.Ns
Hotmaria Julia Dolok Saribu,S.Kep.Ns
Bendahara :
Lili Sartika, S.Farm, Apt
Penyunting Pelaksana :
Ikha Rahardiantini,S.Si,Apt,
Ummu Fadhilah, S.pd
Lidia Wati, S.Kep, Ns
Liza Wati, S.Kep, Ns
Meyli Nirna Sari, S.Kep, Ns
Irma Yuni, S.Kep, Ns
Pelaksana Tata Usaha:
Siti Halimah
Cian Ibnu Sina
Ummu Fadhilah
Distribusi dan Pemasaran :
Ade Pardi
Anas Fajri
Ahmad Hiyari
Alamat Redaksi:
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122
Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk
memfasilitasi para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya
terbaiknya melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan
keperawatan.
Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu
memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang
Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.
Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para
dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.
Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan
bagi pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal.
Oleh karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal
keperawatan berikutnya.
Tanjungpinang, Maret 2011
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Endang Abdullah, S.Kp, M.Si
Letkol Purn
1
FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN KELEBIHAN BERAT BADAN (Overweight) PADA
MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HANG TUAH TANJUNGPINANG.
Syamilatul Khariroh 1, M. Sulaiman 2, Benny Wahyudi 3
ABSTRAK
Kelebihan berat badan (overweight) merupakan masalah global di Indonesia, khususnya di Tanjungpinang.
Masalah tersebut mulai mendapat perhatian serius dikarenakan jumlahnya makin bertambah dan dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu penelitian ini mengambil bahasan tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian overweight dengan tujuan memperoleh hubungan antara pola makan, jenis
makanan, mekanisme pertahanan diri dan status sosial ekonomi dengan kejadian overweight pada mahasiswa
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Penelitian ini dilakukan di Kampus STIKES Hang Tuah Tanjungpinang di
mana peneliti akan menghubungkan faktor-faktor penyebab overweight dengan kejadian overweight pada
mahasiswa dengan menggunakan metodologi deskriptif cross sectional dengan populasi mahasiswa STIKES Hang
Tuah Tanjungpinang sebanyak 415 orang dengan teknik pengambilan sampel judgemental sampling. Hasil analisis
pada penelitian ini didapat 12,29% mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang yang berumur 18-25 tahun
menderita overweight dan faktor penyebab yang paling tinggi berperan pada penelitian ini adalah pola makan
mahasiswa (88,2%) serta dari uji kemaknaan Kai Kuadrat diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara pola
makan dengan kejadian overweight pada mahasiswa. Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini hanya faktor
pola makan yang berhubungan bermakna dengan kejadian overweight pada mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang dan disarankan agar mahasiswa dapat mengatur diit khususnya pola makan untuk mengurangi efek
dari overweight.
Kata kunci: kelebihan berat badan, mahasiswa STIKES hangtuah, faktor penyebab.
ABSTRACT
Excess weight (overweight) is a global problem, particularly in Indonesia in Tanjungpinang problems begin
serious attention due to the increased amount and may cause various diseases. Therefore, this research to take the
discussion about the factors associated with incident overweight with the goal of obtaining the relationship
between eating patterns, typed of food, self-defence mechanism and socio-economic status with the occurrence of
overweight students STIKES Hangtuah Tanjungpinang. This research is conducted in the campus STIKES Hang
Tuah Tanjungpinang where researchers connect the factors that cause overweight with overweight incidence in
students using the descriptive cross-sectional methodology with the student population STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang of 415 people with the sampling technique judgemental sampling. The result of the analysis in this
study gained 12,29% STIKES Hang Tuah Tanjungpinang students aged 18-25 years suffering from overweight
and the factors that cause the high role in this researched is the pattern of student meals (88,2%) and from test
chi-square obtained the square meaningful relationship between eating patterns with the incident in the overweight
student. So that it can be in this research only factor eating pattern associated with significant event in the
overweight students STIKES Hang Tuah Tanjungpinang and suggested that students can manage diit especially
eating pattern to reduce the effects of overweight.
Key words : overweight, student population STIKES hangtuah, factors that cause.
LATAR BELAKANG
Kelebihan berat badan (Overweight)
merupakan masalah yang global pada saat
ini. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
menyatakan obesitas sebagai penyebab
kematian kedua di dunia setelah merokok.
2
Lebih dari 1,7 miliar penduduk di dunia
mengalami kelebihan berat badan dan
obesitas. Bahkan prevalensi penderitanya
meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut
dapat disebabkan kebiasaan pola makan dan
gaya hidup yang salah (Http :
//www.pdpersi.co.id).
Banyak orang mengartikan obesitas dan
overweight adalah sama, namun sebenarnya
obesitas dan overweight adalah dua hal
yang berbeda. Obesitas (kegemukan)
adalah suatu keadaan di mana terjadi
penumpukan lemak tubuh yang berlebih,
sehingga berat badan seseorang jauh diatas
normal dan dapat membahayakan
kesehatan, sedangkan overweight
(kelebihan berat badan) adalah keadaan di
mana berat badan seseorang melebihi berat
normal, tetapi obesitas merupakan bagian
dari overweight. (Http://
www.kabarindonesia.com).
Data yang dikumpulkan di seluruh dunia
memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
prevalensi overweight pada 10 – 15 tahun
terakhir. Tahun 2007 didapat data angka
kejadian obesitas di Amerika 7,20%,
Perancis 20%, Jerman 30%, dan Inggris
25% dari 1000 penduduk. Saat ini
diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta
penduduk dunia menderita obesitas, dan
angka ini masih akan terus meningkat
dengan cepat. Jika keadaan ini terus
berlanjut, pada tahun 2230 diperkirakan
100% penduduk Amerika Serikat akan
menjadi obesitas (http : //www. Surya
Online.co.id).
Menurut Prof. Dr. Hamam Hadi,
M.S.,Sc.D dalam pidatonya tahun 2005
mengemukakan bahwa overweight
dianggap sebagai sinyal pertama dari
munculnya kelompok penyakit-penyakit
non infeksi (Non Communicable Disease)
yang sekarang ini banyak terjadi di negara-
negara maju maupun negara-negara yang
sedang berkembang. Fenomena ini sering
disebut “New World Syndrome” atau
sindroma Dunia baru dan ini telah
menimbulkan beban sosial-ekonomi serta
kesehatan masyarakat yang sangat besar di
negara-negara sedang berkembang
termasuk Indonesia (http : //www.gizi.net).
Prevalensi overweight meningkat sangat
tajam di kawasan Asia-Pasifik. Sebagai
contoh, 20,5% dari penduduk korea selatan
tergolong overweight dan 1,5 tergolong
obesitas. Berdasarkan kepustakaan, tercatat
pada Negara Thailand 16% penduduknya
mengalami overweight dan 4% mengalami
obesitas, daerah perkotaan Cina prevalensi
overweight adalah 12% pada laki-laki dan
14,4% pada perempuan, sedangkan di
pedesaan prevalensi overweight pada laki-
laki dan perempuan masing-masing adalah
5,3% dan 9,8% (Http : //www.gizi.net).
Overweight tidak hanya ditemukan pada
penduduk dewasa tetapi juga pada anak-
anak dan remaja. Penelitian yang dilakukan
di Malaysia akhir-akhir ini menunjukkan
3
bahwa prevalensi overweight mencapai
6,6% untuk kelompok umur 7 tahun dan
menjadi 13,8% pada kelompok umur 10
tahun. Negara Cina tercatat kurang lebih
10% anak sekolah mengalami overweight,
sedangkan di Jepang prevalensi overweight
pada anak umur 6-14 tahun berkisar antara
5% s/d 11% (Http : //www.gizi.net).
Data tentang overweight di Indonesia
belum bisa menggambarkan prevalensi
obesitas seluruh penduduk, akan tetapi data
obesitas pada orang dewasa yang tinggal di
ibukota provinsi seluruh Indonesia cukup
untuk menjadi perhatian kita. Survei
nasional yang dilakukan pada tahun
1996/1997 di ibukota seluruh provinsi
Indonesia menunjukkan bahwa 8,1%
penduduk laki-laki dewasa (≥ 18 tahun)
mengalami overweight (BMI 25-27) dan
6,8% mengalami obesitas, 10,5% penduduk
wanita dewasa mengalami overweight dan
13,5% mengalami obesitas. Kelompok
umur 40-49 tahun overweight maupun
obesitas mencapai puncaknya yaitu masing-
masing 24,4% dan 23% pada laki-laki dan
30,4% dan 43% Pada Wanita (Http :
//www.gizi.net).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Departemen Kesehatan maka
Tanjungpinang termasuk daerah yang
bermasalah dengan overweight. Mata
pencaharian kebanyakan pedagang dan
pekerja di perusahaan-perusahaan, jarang
kita jumpai tempat-tempat yang tidak
menjual makanan. Akibat dari pengaruh
kehidupan pesisir pantai seperti Negara
Malaysia, pola makan yang banyak berasal
dari biota laut yang tingkat gizinya relatif
tinggi sehingga dapat menimbulkan
masalah berat badan, pada tahun 2007
didapat sekitar 50 orang atau 20% dari 250
orang pasien yang datang ke rumah sakit
dengan Diabetes Melitus akibat efek dari
Obesitas.
Overweight sekarang banyak diderita
anak-anak usia sekolah dan dewasa.
Diperoleh data dari bagian administrasi
Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Hang
Tuah Tanjungpinang tercatat mahasiswa
Strata 1 dan Diploma III program Reguler
yang menderita overweight adalah sekitar
13,37% dari 374 mahasiswa dan sekitar
75% kasus overweight diderita oleh
mahasiswa berasal dari Kota
Tanjungpinang. Hal ini kemungkinan
disebabkan akibat pola makan, jenis
makanan, jumlah makanan dan tinggal
dengan orang tua sehingga semua
kebutuhan pangan, sandang, papan
terpenuhi.
BAHAN DAN CARA
Lokasi Penelitian ini mengambil tempat
di kampus STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang propinsi Kepulauan Riau,
yang berlokasi di jalan Nala No. 1, dengan
waktu pengambilan data dimulai dari
tanggal 12 Februri 2008 sampai dengan
4
tanggal 1 April 2008. Dimulai dari tahap
Pengumpulan data penelitian dengan
pengukuran dan kuesioner sampai dengan
Pengumpulan laporan hasil penelitian.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui cara-cara
berikut :
1. Observasi yaitu pengamatan langsung
dengan pencatatan terhadap obyek
yang diteliti berkaitan dengan berat
badan mahasiswa dan keinginannya
dalam menurunkan berat badan.
2. Wawancara, yaitu cara untuk
mendapatkan informasi dengan cara
tatap muka langsung, melakukan
tanya jawab dengan pihak-pihak yang
terkait yang berhubungan dengan
masalah penelitian ini, yaitu staf
bagian kemahasiswaan, ibu/bapak
asrama serta mahasiswa STIKES
Hang Tuah Tanjungpinang.
3. Angket/Kuesioner, yaitu
teknikpengumpulan data dengan cara
menyelidiki suatu masalah dan
menyampaikan pertanyaan tertulis
disertai pilihan jawaban untuk
dijawab oleh responden.
Analisis data dilakukan melalui analisis
univariat, bivariat atau analisis Chi Square
dengan menggunakan komputer. Analisis
Univariat digunakan untuk mengetahui
gambaran distribusi frekuensi atau besarnya
proporsi menurut karakteristik atau variabel
yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan
untuk mengetahui hubungan variabel
independen dengan variabel dependen. Test
kemaknaan menggunakan uji statistik Kai
Kuadrat menghasilkan nilai P, dengan α =
5%. Bila nilai P > 0.05 menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan proporsi antara
variabel independen dengan variabel
dependen, dengan kata lain tidak ada
hubungan yang bermakna. Bila nilai P ≤
0.05 menunjukkan ada perbedaan proporsi
antara variabel independen dengan variabel
dependen, dengan kata lain ada hubungan
yang bermakna.
HASIL
A. Analisis Univariat
Tabel 1.
Distribusi kejadian overweight pada
mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang
Kejadian
overweight pada
mahasiswa
Jumlah Persen
overweight sedang 17 33,3
overweight berat 34 66,7
Total 51 100,0
Tabel 1 menunjukkan sebagian besar
responden mengalami overweight pada
tahap overweight berat yaitu sebesar 66,7%.
Tabel 2.
Distribusi Pola Makan pada mahasiswa STIKES
Hang Tuah Tanjungpinang
Pola Makan Jumlah Persen
Sedikit 1 2,0
Sedang 28 54,9
Banyak 22 43,1
5
Total 51 100,0
Tabel 2 menunjukkan sebagian besar
responden mempunyai pola makan yang
sedang (kebiasaan makan 4 x 1 sehari)
sebesar 54,9%.
Tabel 3.
Distribusi Mekanisme Pertahanan Diri pada
mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang
Mekanisme
Pertahanan Diri Jumlah Persen
Dengan hal lain 25 49,0
Dengan Makan 26 51,0
Total 51 100,0
Tabel 3 dapat di lihat sebagian besar
responden mempunyai mekanisme
pertahanan diri dengan cara makan yaitu
sebesar 51%.
B. Analisis Bivariat
Tabel 4.
Hubungan faktor pola makan dengan
Kejadian overweight pada Mahasiswa
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Kejadian
overweig
ht Pada
mahasisw
a/ Pola
Makan
Overweig
ht sedang Overweig
ht berat
Nila
i p
Jum
lah %
Jum
lah %
0.00
3
Sedikit 0 0,0 1 2,9
Sedang 5
88,
2 13
38,
2
Banyak 2
11,
8 20
58,
9
Total 7
10
0 34
10
0
Hasil analisis hubungan antara pola
makan dengan kejadian overweight pada
mahasiswa diperoleh bahwa kejadian
overweight pada mahasiswa dengan
kategori overweight sedang sebagian besar
terjadi pada mahasiswa dengan pola makan
sedang (88,2%) . Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,003 maka dapat
disimpulkan ada perbedaaan proporsi
kejadian overweight pada mahasiswa
dengan pola makan mahasiswa. Tabel 5.
Hubungan faktor Mekanisme Pertahanan
diri dengan Kejadian overweight pada
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
Tabel 5.
Hubungan faktor Mekanisme
Pertahanan diri dengan Kejadian
overweight pada STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang
Kejadian
overweight
Pada
mahasiswa
/
Mekanism
e
pertahana
n diri
Overweigh
t sedang
Overweigh
t berat
Nilai
P
Juml
ah %
Juml
ah %
382 Sedikit 10 58,
8
15 44,
12
Sedang 7 41,
2
19 55,
88
Banyak 17 100 34 100
Total 17 100 34 100
Kejadian overweight pada mahasiswa
dengan overweight sedang, sebagian besar
menggunakan mekanisme dengan hal lain
selain makan seperti : tidur, bermain game,
olahraga, shopping, menyendiri, jalan-jalan
di tepi pantai, nonton TV/film atau tidak
masuk kuliah/absen pada perkuliahan yaitu
sebesar 58,8% . Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,382 maka dapat disimpulkan
6
tidak ada perbedaaan proporsi kejadian
overweight pada mahasiswa dengan
mekanisme pertahanan diri mahasiswa.
Tabel 6.
Hubungan faktor Status Sosial Ekonomi dengan
Kejadian overweight pada Mahasiswa STIKES Hang
Tuah Tanjungpinang. Kejadian
overweigh
t Pada
mahasisw
a / Status
Sosial
Ekonomi
Overweig
ht sedang
Overweig
ht berat
N
Nilai
p
Jum
lah %
Jum
lah %
0,176
Sedikit 1
5,
8 0 0,0
Sedang 0
58
,8 15 4,1
Banyak 6
35
,4 19 5,9
Total 7 00 34
10
0
Hasil analisis hubungan antara status
sosial ekonomi dengan kejadian overweight
pada mahasiswa diperoleh bahwa kejadian
overweight pada mahasiswa dengan
kategori overweight sedang (IMT 23,0-28,0
Kg/M²) sebagian besar terjadi pada
mahasiswa yang status sosial ekonominya
sedang (58,8%). Hasil analisis uji statistik
diperoleh nilai p = 0,176 maka dapat
disimpulkan tidak ada perbedaaan proporsi
kejadian overweight pada mahasiswa
dengan status sosial ekonomi mahasiswa.
PEMBAHASAN
1. Gambaran Pola Makan Mahasiswa.
Pola makan mahasiswa sebagian
besar pada tahap sedang yaitu kebiasaan
makan 4 x 1 piring sedang perhari. Hal
ini menunjukkan bahwa overweight
pada mahasiswa tidak selalu terjadi pada
pola makan yang berlebihan atau banyak
yang disebutkan pada teori,
dimungkinkan karena banyak makanan-
makanan selingan yang sering mereka
konsumsi baik pada waktu menjelang
siang, sore hari maupun menjelang tidur
sesuai dengan data yang diperoleh pada
kuesioner yang disebarkan dan
kemungkinan kecil terjadi pada
mahasiswa yang pola makannya sedikit
seperti data pada tabel 5 menunjukkan
hanya 2,0% dari responden yang pola
makannya sedikit.
2. Gambaran Jenis Makanan Mahasiswa
Jenis makanan yang dikonsumsi
mahasiswa sebagian besar karbohidrat
dikarenakan karbohidrat, contohnya nasi
merupakan makanan pokok penduduk
Indonesia dan khususnya di daerah
Tanjungpinang. Karbohidrat sangat
dibutuhkan oleh tubuh manusia
dikarenakan sebagian besar sekitar (60%
– 75%) energi yang dihasilkan tubuh
bersumber dari karbohidrat. Tetapi jika
energi tersebut tidak digunakan maka
energi tersebut yang dalam bentuk ADP
dan ATP akan menumpuk sehingga
mempercepat terjadinya overweight.
3. Gambaran Mekanisme Pertahanan Diri
Mahasiswa.
Mekanisme pertahanan diri yang
sering diistilahkan dengan koping pada
7
mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang sebagian besar bersifat
positif antara lain: dengan olahraga,
jalan-jalan dan sebagian kecil yang
absen pada perkuliahan dan menyendiri.
Tetapi dari pengolahan data hanya beda
satu orang saja dengan koping makan,
hal ini memungkinkan sebagian
mahasiswa cenderung menjadi
overweight disebabkan oleh makan yang
tidak terkontrol tujuannya untuk
menghilangkan stres atau tekanan-
tekanan dari sekitar mahasiswa.
Makanan yang dikonsumsi pun banyak
mengandung karbohidrat dan lemak
yang sangat berpotensi menyebabkan
overweight.
4. Gambaran Status Sosial Ekonomi
Mahasiswa.
Status sosial ekonomi mahasiswa
sebagian besar merupakan dari keluarga
yang statusnya sedang dan tinggi yaitu
penghasilan orangtua diatas UMR
Tanjungpinang (≥ Rp. 900.000,-). Hal ini
dimungkinkan karena untuk kuliah di
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
memerlukan biaya yang tidak sedikit
sehingga sebagian besar yang kuliah di
STIKES Hang Tuah merupakan
keluarga yang taraf ekonominya
menengah keatas.
5. Hubungan Pola makan dengan Kejadian
Overweight pada Mahasiswa.
Dari hasil analisis data diperoleh
bahwa pola makan mempunyai
perbedaan proporsi yang bermakna
dengan kejadian overweight atau dengan
kata lain ada hubungan yang bermakna
antara pola makan dengan kejadian
overweight mahasiswa ini dapat dilihat
pada uji kemaknaan menggunakan uji
Kai Kuadrat di mana didapat p < 0,05
sehingga H0 ditolak.
Hal ini disebabkan karena kebutuhan
akan nutrien (zat-zat gizi) yang
diperlukan melebihi dari yang
dibutuhkan oleh tubuh dengan kata lain
dengan pola makan yang berlebihan
akan terjadi penumpukan cadangan
makanan dalam bentuk cadangan lemak
dibawah jaringan kulit sehingga
menyebabkan overweight sesuai dengan
teori yang ada pada tinjauan pustaka.
6. Hubungan Jenis Makanan dengan
Kejadian Overweight pada Mahasiswa.
Dari hasil analisis didapat jenis
makanan tidak terlalu significant dengan
kejadian overweight pada mahasiswa
atau tidak ada hubungan antara jenis
makanan dengan kejadian overweight ini
dapat dilihat pada uji kemaknaan dengan
menggunakan uji Kai Kuadrat di mana
didapat p > 0,05 sehingga H0 gagal
ditolak.
Hal ini dimungkinkan karena pada
kuesioner unsur-unsur nutrien kita
pisahkan satu persatu sedangkan setiap
8
manusia membutuhkan semua unsur
yang ada pada zat-zat nutrien tersebut.
Pada teori disebutkan jenis makanan
dapat menyebabkan overweight tetapi
hal ini tidak harus menyebabkan
overweight dikarenakan pada
mahasiswa sebagian besar telah tahu
tentang pengaturan gizi seimbang dan
jarang dari mereka yang hanya
mengkonsumsi hanya salah satu unsur
nutrien.
7. Hubungan Mekanisme Pertahanan Diri
dengan Kejadian Overweight pada
Mahasiswa.
Dari hasil analisis diperoleh
mekanisme pertahanan diri atau koping
seseorang tidak ada perbedaan proporsi
atau tidak ada hubungan yang bermakna
antara mekanisme pertahanan diri
dengan kejadian overweight ini dapat
dilihat pada uji kemaknaan
menggunakan uji Kai Kuadrat di mana
didapat p > 0,05 sehingga H0 gagal
ditolak.
Hal ini dimungkinkan karena
mekanisme pertahanan diri antara
koping dengan makan dan koping
dengan hal lain hanya terpaut satu orang
responden sehingga menunjukkan tidak
semua orang yang mengalami tekanan
atau stres menggunakan mekanisme
untuk mempertahankan diri dengan
pelarian makan. Sehingga mekanisme
pertahanan diri tidak selalu
menyebabkan terjadinya overweight,
tetapi dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya overweight.
8 Hubungan Status Sosial Ekonomi
dengan Kejadian Overweight Pada
Mahasiswa.
Dari hasil analisis menunjukkan
bahwa status sosial ekonomi tidak ada
perbedaan proporsi dengan kejadian
overweight pada mahasiswa atau dengan
kata lain tidak ada hubungan yang
bermakna antara status sosial ekonomi
dengan kejadian overweight pada
mahasiswa ini dapat dilihat dengan uji
kemaknaan dengan uji kai Kuadrat
dengan hasil nilai p > 0,05 sehingga H0
gagal ditolak.
KESIMPULAN
Obesitas dan overweight adalah dua hal
yang berbeda. Obesitas (kegemukan)
adalah suatu keadaan di mana terjadi
penumpukan lemak tubuh yang berlebih,
sehingga berat badan seseorang jauh diatas
normal dan dapat membahayakan
kesehatan, sedangkan overweight
(kelebihan berat badan) adalah keadaan di
mana berat badan seseorang melebihi berat
normal, tetapi obesitas merupakan bagian
dari overweight.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian overweight diantaranya adalah
pola makan, jenis makanan, mekanisme
pertahanan diri dan status sosial ekonomi.
9
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah,
2005, Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia; editor
Monica Ester, EGC, Jakarta.
Anas Tamsuri,2007. Gangguan Pengaturan
Suhu Tubuh; Regulasi Suhu Tubuh,
15 Agustus 2007
Azril Kimin, 2008,Kompres Panas atau
Dingin?, 05 November 2008. http:
//www.mail-
archive.com./milisnikita@news.gram
edia majalah. com/
Gloria Mayer, Ann Kuklierus, Juli 2008,
Ketika si Kecil Sakit, Terapi
Kesehatan Mandiri Bagi Orang Tua
di Rumah, terjemahan dari buku asli
What To Do When Your Child Gets
Sick oleh Ganjar D, Golden Books,
Jogjakarta.
Harnawatiaj,2008,Penyakit Demam
Berdarah,27 Maret 2008. http://
www. infopenyakit.
com/2008/03/penyakit demam-
berdarah-dbd.html
Hartanto Sinarty,Dr, Anak Demam Perlu
Kompres ? 05 November 2008.http:
//www.mail.archive.com/balitaanda
@indoglobal.com/msg.36569.html
Laurie Cree, Sandra Richmiller, 2006,
Sains Dalam Keperawatan; Fisika,
Kimia, Biologi edisi 4, alih bahasa
Palupi Widiyastuti; editor bahasa
Indonesia Monica Ester, EGC,
Jakarta.
Litbang,2004,Penanganan Demam
Berdarah Harus Cepat,22 Februari
2004. http: //www.
balipost.co.id/BaliPoscetak/2004/2/
22/kas 2 html.26 k
Mansjoer Arief, 2000, Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2,
Media Aesculapius-FKUI, Jakarta.
Mansjoer Arief, 2001, Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1,
Media Aesculapius – FKUI, Jakarta.
Maroji’,2008,Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Bagian Ionfeksi dan Penyakit
Tropis, IDAI, 30 April 2008.
www.muslimah.or.id
Monica Ester, SKp, 1999, Demam
Berdarah Dengue, Diagnosis,
Pengobatan, Pencegahan dan
Pengendalian, EGC, Jakarta.
Muslimah,2008,Asuhan Keperawatan
Anak Dengan DHF, 29 September
2008.
10
http://indonesianursing.com/2008/09/
29/askep anak dengan DHF
Sabrina Maharani, 2008, Mengenali dan
Memahami Berbagai Gangguan
Kesehatan Anak; editor Illya Muhsin,
Katahati, Jogjakarta.
Sudigdo Sastro Asmoro, Prof. DR. Dr, SpA.
(K), 2002, Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Edisi ke 2, CV Sagung
Seto,Jakarta.
Suharsimi Arikunto, DR, 1996, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek,PT Rineka Cipta, Jakarta.
Suharsimi Arikunto,Prof.DR, 2002,
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek,PT Rineka Cipta,Jakarta.
Sjaifullah Noer,H.M,Prof.dr, 1996, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi
ketiga;Balai Pustaka FKUI, Jakarta.
Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo,
1988, Demam Berdarah Pada Anak.
Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta.
Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo,
2005, Demam Berdarah (Dengue)
Pada Anak, Universitas
Indonesia(UI-Press), Jakarta.
Soegeng Soegijanto, 2006, Demam
Berdarah Dengue Edisi Kedua
Cetakan I, Airlangga University
Press, Surabaya.
Susilawati,2004, Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan DHF.
WAP INDOSIAR,2004, Musim Hujan,
waspadai Demam Berdarah, 19
Januari 2004. Danlt;img src=danquot;
images/kata/a.040119;indosiar.com
1. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang
2. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang
3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang
11
HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN
DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT
INAP ANGGREK KELAS III RSU PROVINSI KEPULAUAN RIAU DI
TANJUNG UBAN TAHUN 2009.
Puji Agung Wibowo1 ,Linda Widiastuti2, Nurhidayati3.
ABSTRAK
Pelayanan keperawatan sebagai salah satu jenis pelayanan di rumah sakit yang memerlukan aspek penilaian dan
perhatian khusus dikarenakan hal tersebut berkaitan dengan penanganan dalam membantu memecahkan
permasalahan-permasalahan pelayanan kesehatan. Ada 5 dimensi karakteristik yang digunakan oleh klien/ pasien
dalam evaluasi pelayanan termasuk pelayanan keperawatan yaitu.konsisten menjaga kepercayaan, kenyamanan,
rasa kasih sayang dan kejelasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualiatas
pelayanan keperawatan dengan tingkat kepuasan pada pasien. Metode yang digunakan adalah deskripsi dengan
pendekatan cross sectional. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat dan metode analisa
construktif computer memberikan hasil pada pasien dengan ungkapan kepuasan (72,7%) dan tidak puas 27,3%)
rata-rata pasien yang menunjukkan ungkapan pelayanan baik dihitung (65,5%) dan pelayanan kurang baik
(34,5%) dari hasil tabulasi yang telah didapat bahwa p<0,05 arti Ho menolak, dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang berarti antara kepuasan pelayanan perawatan pasien di ruang Anggrek, rumah sakit
Provinsi Kepulauan Riau.
Kata Kunci : Pelayanan keperawatan, kepuasan pasien, dimensi karakteristik.
ABSTRACT
Service of nursing as one of the service type at hospital needing special assessment aspect because treatment is
tip of lance service of health and often used as indicator service of certifiable health and also share and
determining satisfaction level of patients. There are five characteristic dimensions that used by all clients / patients
in evaluating the quality of service including service of treatment that are reliability, responsiveness, assurance,
empathy, tangibles. As for intention of this research is to check relation between quality of service of treatment
with satisfaction level of patient. Method which used is descriptive with approach of cross-sectional. Analysis
which used is analysis of univariat and bivariat and Method analysis constructively computer give result of patient
by expressing to satisfy ( 72,7%) and dissatisfy (27,3), meanwhile patient express good service counted (65,5%)
and bad service counted (34,5%). From tabulation result traverse to be got that p < 0,05 meaning Ho refused,
hence result of research express that there is relation, having a meaning between service of treatment to
satisfaction of patient in Orchid room, Public Hospital of Province Archipelago Of Riau.
Key words : Service of nursing , satisfaction of patient, characteristic dimensions.
12
LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan telah mengalami
proses perubahan orientasi nilai dan
pemikiran. Fungsi rumah sakit yang tadinya
sebagai tempat untuk pengobatan penyakit,
kini telah berkembang kearah kesatuan
upaya pelayanan untuk seluruh masyarakat
mencakup aspek promotif, preventif dan
rehabilitatif. Kesatuan upaya-upaya ini
bukan hanya pada terselenggaranya
program saja tetapi telah menekankan aspek
mutu/kualitas pelayanan.
Kualitas pelayanan kesehatan seperti di
rumah sakit, merupakan suatu fenomena
unik, sebab dimensi dan indikatornya dapat
berbeda diantara orang-orang yang terlibat
dalam pelayanan kesehatan. Kualitas
pelayanan menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap
pasien.
Pelayanan keperawatan sebagai salah
satu jenis pelayanan di rumah sakit yang
memerlukan aspek penilaian khusus dan
menjadi perhatian dikarenakan hal tersebut
berkaitan dengan penanganan dalam
membantu memecahkan permasalahan-
permasalahan pelayanan kesehatan.
Pelayanan keperawatan mempunyai posisi
yang strategis dalam menentukan mutu
karena jumlah perawat yang lebih banyak
dan paling lama kontak dengan pasien.
Dengan demikian maka keperawatan
adalah ujung tombak pelayan kesehatan dan
sering digunakan sebagai indikator
pelayanan kesehatan yang bermutu serta
berperan serta dalam menentukan tingkat
kepuasan klien.
BAHAN DAN CARA
Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat
Inap Anggrek Kelas III Rumah sakit Umum
Provinsi Kepulauan Riau selama 1 bulan
dari tanggal 09 februari 2009 sampai
dengan tanggal 28 februari 2009.
Penelitian ini menggunakan teknik
questionnaire (angket). Teknik ini
merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab.
Questionnaire merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur
dan tahu mengenai informasi yang akan
diperoleh dari responden. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah questionnaire dengan likert scales
dengan memodifikasi pada bagian kualitas
pelayanan.
Pertanyaan dirancang berdasar pada
ukuran yang relevan dan saling membangun
terutama beberapa materi skala
pengukuran. Uji coba kuesioner dilakukan
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
pernyataan di dalam questionnaire.
Validitas menunjukkan sejauh mana alat
13
ukur (instrument) dapat mengukur secara
tepat sesuatu yang akan diukur, sedangkan
reliabilitas menunjukkan kemampuan suatu
alat ukur (instrument) dapat mengukur
sesuatu yang akan diukur secara konsisten
dari waktu ke waktu. Uji validitas
menggunakan tehnik product moment
correlation dari Pearson dan uji reliabilitas
menggunakan rumus Cronbach’s Alpha.
Pada uji validitas, untuk menguji tingkat
korelasi dari tiap pertanyaan, hasil uji r
hitung dibandingkan dengan r tabel.
Berdasarkan pada model ini, ditemukan
hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak
15 butir indikator yang menyusun model
pertanyaan pelayanan keperawatan
mempunyai nilai > 0, 434. Hasil dari uji
validitas menghasilkan 15 butir pernyataan
yang valid. Selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan rumus
Cronbach’s Alpha pada 15 butir pertanyaan
yang telah dikatakan valid.
HASIL
a. Karakteristik Responden
Tabel 1.
Distribusi Responden
Menurut Umur di Instalasi Rawat Inap
Anggrek Klas III Rumah sakit Umum
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 UMUR FREKWENSI %
< 25 tahun 5 9,1
26-35 tahun 25 45,5
36 – 45 tahun 21 38,2
46 – 55 tahun 4 7,3
Jumlah 55 100
Terlihat bahwa dari 55 responden,
sebagian besar terdapat dari kelompok
umur 26 – 35 tahun sebanyak 25 orang
(45,5%).
Tabel 2.
Distribusi Responden
Menurut Tingkat Pendidikan di Instalasi Rawat Inap
Angrek Kelas III Rumah Sakit Umum Provinsi
Kepulauan Riau
Tahun 2009
PENDIDIKAN FREKWENSI %
SD 2 3,6
SLTP 13 23,6
SLTA 34 61,8
AKADEMI/PT 6 10,9
Jumlah 55 100
Terdapat 4 klasifikasi yang digunakan
untuk mengelompokkan tingkat pendidikan
responden, hasil pengujian presentase
mendapatkan mayoritas dari mereka
berlatar belakang berpendidikan SLTA
dengan jumlah 34 orang (61,8%).
Tabel 3.
Distribusi Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Instalasi Rawat Inap
Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi
Kepulauan Riau
Tahun 2009
UMUR FREKWENSI %
PNS 8 14,5
TNI 7 12,7
SWASTA 35 63,3
LAINNYA 5 9,1
Jumlah 55 100
Terdapat 4 klasifikasi yang digunakan
untuk mengelompokkan pekerjaan
responden, hasil pengujian presentase
mendapatkan mayoritas dari mereka adalah
14
pegawai swasta dengan jumlah 35 orang
(63,3%).
B. Pelayanan Keperawatan
Tabel 4.
Kualitas Pelayanan Keperawatan
di Instalasi Rawat Inap Anggrek Klas III Rumah
Sakit Umum Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009
JENIS
PELAYANAN FREKWEN
SI %
Buruk 19 34,5
Baik 36 65,5
Jumlah 55 100
Hasil pengolahan data terhadap 55
jawaban responden didapatkan hasil 19
orang (34,5%) menyatakan pelayanan
keperawatan di Instalasi Rawat Inap
Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum
Provinsi Kepulauan Riau tergolong buruk
akan tetapi 36 orang (65,5 %) menyatakan
pelayanan keperc. Kepuasan Pasien
terhadap Pelayanan Keperawatan.
C. Kepuasan Pasien terhadap
Pelayanan Keperawatan
Tabel 5.
Tingkat Kepuasan Pasien terhadap
Pelayanan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap
Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi
Kepulauan Riau
Tahun 2009
TINGKAT
KEPUASAN FREKWEN
SI %
Kurang Puas 15 27,3
Puas 40 72,7
Jumlah 55 100
Hasil pengolahan data tentang kepuasan
pasien didapatkan hasil 15 orang (27,3%)
menyatakan kurang puas dengan pelayanan
keperawatan yang dilaksanakan di Instalasi
Rawat Inap Anggrek Klas III Rumah Sakit
Umum Provinsi Kepulauan Riau akan tetapi
40 orang (72,7 %) menyatakan puas dengan
pelayanan keperawatan.
D. Analisa Hubungan Kualitas
Pelayanan Keperawatan dengan
Tingkat Kepuasan Pasien.
Tabel 6.
Hubungan kualitas pelayanan
keperawatan dengan tingkat
kepuasan pasien di Rawat Inap Anggek
Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2009
KEPUASAN KURANG
PUAS PUAS TOTAL
Buruk 12 7 19
Baik 3 33 36
Total 15 40 55
Chi Square Hitung = 18,846 df= 1
p = 0,00
PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari pengolahan
data terhadap ke 55 jawaban responden
dengan menggunakan uji chi Square dapat
disimpulkan bahwa p (0,00) < α (0,05), hal
ini berarti bahwa ada hubungan yang
bermakna antara kualitas pelayanan
keperawatan dengan tingkat kepuasan
pasien di Instalasi Rawat Inap Anggrek
Kelas III Rumah Sakit Umum Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2009 (tabel 8).
Hasil pengolahan data tentang kepuasan
15
pasien didapatkan hasil 40 orang (72,7%)
menyatakan puas dengan pelayanan
keperawatan yang dilaksanakan di Instalasi
Rawat Inap Anggrek Kelas III Rumah Sakit
Umum Provinsi Kepulauan Riau, namun 15
orang (27,7 %) menyatakan kurang puas
dengan pelayanan keperawatan. Dari data
di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar
pasien puas dengan pelayanan keperawatan
yang telah dilakukan oleh perawat di
Instalasi Rawat Inap Anggrek Klas III
Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan
Riau, hal tersebut berarti bahwa apa yang
diterima pasien tentang pelayanan
keperawatan sesuai dengan harapan.
Sesuai dengan Pendapat dari Kotler
(2003 : 61) mendefinisikan kepuasan
sebagai perasaan senang atau kecewa
seseorang yang dialami setelah
membandingkan antara persepsi kinerja
atau hasil suatu produk dengan harapan-
harapannya.
Jika harapan pasien ini sesuai dengan
apa yang dialami dan dirasakan melebihi
harapannya sudah dapat dipastikan pasien
tersebut akan merasa puas. Tetapi bila yang
dialami dan dirasakan pasien tidak sesuai
dengan harapannya, misal pelayanannya
tidak ramah, tidak tanggap, pelayanan
lambat sudah dapat dipastikan pasien tidak
merasa puas. Kepuasan pasien dapat
diketahui setelah pasien menggunakan atau
menerima produk dan jasa pelayanan.
Dengan kata lain kepuasan pasien
merupakan evaluasi atau hasil evaluasi
setelah membandingkan apa yang dirasakan
dengan harapannya. (Kakawit, 1992)
Pasien yang puas akan setia lebih lama,
kurang sensitif terhadap harga dan memberi
komentar yang baik tentang pelayanan yang
diberikan oleh rumah sakit. Untuk
menciptakan kepuasan pasien, rumah sakit
harus menciptakan dan mengelola suatu
sistem untuk memperoleh pasien yang lebih
banyak dan kemampuan untuk
mempertahankan pasiennya. Kotler (dalam
Zulian Yamit, 2005 : 80)
Hasil yang diperoleh dari pengolahan
data dengan menggunakan uji chi Square
dapat disimpulkan bahwa p (0,00) < α
(0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan
yang bermakna antara kualitas pelayanan
keperawatan dengan tingkat kepuasan
pasien di Instalasi rawat Inap Anggrek
Kelas III Rumah Sakit Umum Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2009. Berdasarkan
tabel 7 dapat disimpulkan bahwa dari 55
orang responden, 12 orang (21,82 %)
menyatakan kurang puas dengan pelayanan
keperawatan dan menyatakan bahwa
pelayanan keperawatan tersebut buruk, 7
orang (12,73%) menyatakan puas tapi
pelayanan keperawatan termasuk buruk,
sedangkan hasil lainnya adalah 3 orang
(5,45 %) orang menyatakan kurang puas
dengan pelayanan keperawatan tetapi
menyatakan pelayanan adalah baik, hal
tersebut berhubungan dengan faktor-faktor
16
lain, dan yang terakhir 33 orang (60 %)
menyatakan puas dengan pelayanan
keperawatan yang baik. Dari data diatas
dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden menyatakan puas dengan
pelayanan keperawatan yang telah
dilakukan perawat di Instalasi Rawat Inap
Kelas III Rumah Sakit Umum Kepulauan
Riau. Dan jika dilihat tingkat hubungan
antara pelayanan keperawatan dengan
kepuasan maka sangat signifikan. Temuan
ini menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara kualitas
pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien.
Berarti makin tinggi kualitas pelayanan
keperawatan maka akan meningkat pula
kepuasan pasien, hal ini sebabkan harapan
mereka tentang pelayanan sesuai dengan
apa yang mereka terima. Menurut Azwar
(1996) kualitas pelayanan kesehatan
menunjukkan tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan dalam menimbulkan
rasa puas pada diri setiap pasien. Makin
sempurna kepuasan tersebut, makin baik
pula kualitas pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien ini sangat penting karena
berhubungan dengan eksistensi suatu
Rumah Sakit, karena jika pasien puas dapat
membentuk persepsi dan selanjutnya dapat
memposisikan produk di layanan di mata
pelanggannya.
Dengan demikian diharapkan bahwa di
Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan
Riau sendiri untuk tetap menjaga mutu
pelayanan keperawatan dan meningkatkan
pelayanan keperawatan yang dianggap
pasien masih kurang sehingga harapan
pasien dapat terpenuhi dan tercipta
kepuasan.
KESIMPULAN
Fungsi rumah sakit sebagai tempat untuk
pengobatan penyakit, kini telah
berkembang kearah kesatuan upaya
pelayanan untuk seluruh masyarakat
mencakup aspek promotif, preventif dan
rehabilitatif. Kesatuan upaya-upaya ini
bukan hanya pada terselenggaranya
program saja tetapi telah menekankan aspek
mutu/kualitas pelayanan. Semakin tinggi
kualitas pelayanan keperawatan maka akan
meningkat pula kepuasan pasien.
Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan
Riau harus tetap menjaga mutu pelayanan
keperawatan dan meningkatkan pelayanan
keperawatan yang dianggap pasien masih
kurang sehingga harapan pasien dapat
terpenuhi dan tercipta kepuasan.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T, Y.1999, Management
Administrasi RS, Edisi kedua, UI,
Jakarta
Anjaswarrni T, et all, 2002, Jurnal
Keperawatan Indonesia, Vol
6,Fakultas Ilmu Keperawatan UI,
Jakarta
17
Assauri, Sofjan. 2003, Customer Service
yang Baik Landasan Pencapaian
Customer Satisfaction dalam
Usahawan, No. 01, Tahun XXXII,
Januari, hal. 25-30 : Jakarta.
Azwar A, 1996, Menjaga Mutu Pelayanan
Keperawatan Kesehatan, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta
________, 1996, Pengantar Administrasi
Kesehtan, Binarupa Aksara, Jakarta
Kesehatan RI, 2005, Instrumen Evaluasi
Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Di Rumah Sakit, Ditjen
Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 2001, Petunjuk
Pelaksanaan Indikator mutu
pelayanan Rumah Sakit, Ditjen
Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta.
Gaspersz, Vincent. 2002, Manajemen
Kualitas dalam Industri Jasa.
Gramedia :Jakarta.
Kotler, Philip 2003, Marketing
Management. Prentice Hall : New
Jersey.
Notoatmodjo, Sukijo 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Penerbit PT
Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan
Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman skripsi, Tesis dan instrumen
penelitian, Salemba Medika, Jakarta
Penelitian pengukuran mutu RS II, 2006,
http/:www.
images.trimor.multiply.com
RSUP Kepulauan Riau, 2008, Profil Rumah
Sakit Umum Provinsi Kepulauan
Riau.
____________, 2008, Rekam Medik
Rumah Sakit Umum Provinsi
Kepulauan Riau.
Purnama, Nursya,bani. 2006. Manajemen
Kualitas Perspektif Global. Edisi
Pertama, Cetakan Pertama. Penerbit
Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi
UII Yogyakarta.
Santoso, Singgih, 2002, SPSS Versi 10
Mengolah Data Statistik Secara
Profesional, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta
Supranto J, 2002 Metode riset Aplikasi
dalam Pemasaran, Edisi 7, Rineka
Cipta, Jakarta
Setiadi, 2007, Konsep dan penulisan Riset
Keperawatan, Edisi Pertama, Graha
Ilmu, Yogyakarta
18
Tjiptono, Fandi dan Gregorius Candra.
2005. Service, Quality, and
Satisfaction. Andi Offset:
Yogyakarta.
________. 2005, Manajemen Kualitas
Produk dan Jasa. Edisi
Pertama,cetakan keempat, Penerbit
Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi
UII Yogyakarta.
Wexley KN, Yukl GA, 1998, Perilaku
Organisasi dan Psikologi Personalia,
Bina Aksara, Jakarta
1. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
3. Mahasiswi STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang
19
EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DAN
KOMPRES DINGIN DALAM MEMBANTU MENURUNKAN SUHU
TUBUH PASIEN ANAK DENGAN DHF DI RUANG RAWAT INAP
PULAU SUBI KECIL RUMKITAL Dr. MIDIYATO S
TANJUNGPINANG TAHUN 2009.
Syamilatul Khariroh1, Dede Satia S2, Apit Komar3
ABSTRAK
Pemanfaatan kompres hangat dan kompres dingin dalam membantu klien untuk menurunkan demam sampai saat
ini masih terdapat perbedaan terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di Rumah Sakit TNI AL Dr.
Midiyato S Tanjungpinang. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk membuktikan efektifitas pemanfaatan
kompres hangat dan kompres dingin dalam membantu menurunkansuhu tubuh klien dengan DHF yang mengalami
demam. Penelitian ini bersifat eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat dan Kompres Dingin Dalam Membantu Menurunkan Suhu Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang
Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital Dr. Midiyato S Tanjungpinang tahun 2009. Pengumpulan data melalui Pre
Eksperimen terhadap 30 responden masing-masing dengan dua perlakuan yaitu perlakuan pertama dengan
kompres hangat dan perlakuan kedua dengan kompres dingin pada pasien yang sama dalam waktu yang berbeda.
Hasil yang didapat bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (significant) suhu setelah diberikan kompres hangat
dibandingkan kompres dingin. Kompres hangat lebih efektif daripada kompres dingin. Perlu upaya peningkatan
pengetahuan perawat tentang perkembangan pemberian asuhan keperawatan kompres yang efektif, serta adanya
komitmen penyamaan visi dan protap pemberian kompres yang efektif di tempat-tempat pelayanan kesehatan,
perlunya penyampaian informasi pengetahuan yang tepat kepada masyarakat tentang pemberian kompres yang
efektif.
Kata Kunci : Efektif, Kompres Hangat, Kompres Dingin.
ABSTRACT
Utilization compress and warm in the cold compress to help clients to reduce fever, still there is a difference,
especially in the implementation of nursing care at the Navy Hospital Dr. Midiyato S Tanjungpinang. Goal of
this research is done to prove the effectiveness and utilization of warm compress cold compress to help reduce
body temperature with clients who have a fever DHF. This study is experiment that aims to determine the
effectiveness of warm compress and cold compress to help reduce the patients body temperature of children with
DHF in the inpatient room Subi Kecil Island Navy Hospital Dr. Midiyato S Tanjungpinang 2009. Collecting data
through Pre Experiment of 30 respondents each with two treatment that is the first treatment with the warm
compress and second treatment with the cold compress on the same patient in different time. The results obtained
that there are meaningful differences (significant) temperature after a given of warm compress compared to cold
compress. Warm compress more effectively that cold compress. Its need to increase nurse knowledge about the
development of the giving nursing care compress effective, and commitment of vision equation and effective
permanent procedure compress provision of places in health service, its need to delivery the right information to
the public about the effective using of compress. Key words : Knowledge, attitudes to smoking activity.
Key words : Effective,Warm Compress, Cold Compress.
LATAR BELAKANG
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue terutama terdapat pada anak dan
20
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan sendi, dan biasanya memburuk
pada dua hari pertama (Prof.dr.
ArjatmoTjokronegoro, 1996;417).
Demam pada penyakit demam berdarah
terjadi secara mendadak antara 38,50C-
400C. Pada anak-anak terjadi peningkatan
suhu yang mendadak. Demam akan terjadi
terus menerus dan hanya menurun sebentar
setelah diberikan obat penurun panas. Pada
hari sakit ke 3-5 terjadi gejala lanjutan yang
merupakan saat-saat berbahaya, suhu badan
akan turun jadi seolah-olah anak sembuh
karena sudah tidak demam lagi. Yang perlu
diperhatikan saat ini adalah tingkah laku si
anak. Apabila demam menghilang, anak
tampak segar dan mau bermain serta
makan/minum,biasanya termasuk demam
dengue ringan. Tetapi apabila demam
menghilang tetapi anak bertambah lemah,
ingin tidur dan tidak mau makan/minum
apapun, apalagi disertai nyeri perut, ini
merupakan tanda awal shock.
Dalam keadaan demam tubuh banyak
kekurangan cairan tubuh karena terjadi
penguapan yang lebih banyak daripada
biasa. Cairan tubuh makin berkurang bila
anak terus menerus muntah atau tidak mau
minum, sehingga pertolongan pertama yang
terpenting adalah memberikan minum
sebanyak-banyaknya. Demam yang tinggi
juga akan mengurangi cairan tubuh dan
dapat menyebabkan kejang pada anak yang
mempunyai riwayat kejang bila demam
tinggi. Oleh karena itu harus segera
diberikan obat penurun panas. Kompres
dapat membantu bila anak menderita
demam terlalu tinggi. Sebagai tambahan,
untuk anak yang mempunyai riwayat
kejang demam disamping obat penurun
panas dapat diberikan obat anti
kejang.(Sabrina, 2008)
Suhu tubuh adalah cerminan dari
keseimbangan antara produksi dan
pelepasan panas. Keseimbangan ini diatur
oleh pengatur suhu (termostat) yang
terdapat di otak tepatnya di hipotalamus.
Pada orang normal, termostat ini diatur
pada suhu 36,5 0C - 37,2 0C. Sedangkan
bila kenaikan suhu lebih dari 41,20C
disebut hiperpireksia (dr. Sinarty Hartanto,
2008).
Demam adalah kondisi dimana otak
menetapkan suhu di atas seting normal
yaitu diatas 38 0C. Namun demikian, panas
yang sesungguhnya adalah bila suhu > 38.5
0C. Akibat tuntutan peningkatan seting
tersebut maka tubuh akan memproduksi
panas. (dr. Purnamawati, 2007)
Kompres dilakukan untuk mengeluarkan
panas yang ada dalam tubuh. Panas tubuh
keluar melalui pembuluh-pembuluh darah
besar yang dekat dengan kulit yang berada
di leher, axila dan lipatan paha. Sehingga,
bila melakukan kompres untuk menurunkan
suhu tubuh, kompres di tempat tersebut,
jangan di dahi karena tidak banyak
manfaatnya. Kalau hanya dahi yang
21
dikompres, maka yang dingin cuma
dahinya saja sementara tubuh tetap panas.
(dr. Sinarty Hartanto, 2008)
Namun perlu diingat, kompres dilakukan
bukan untuk keadaan darurat bila anak
demam. Kompres dipakai untuk membantu
penurunan suhu tubuh disamping
pemberian obat penurun panas. Jika anak
panas tinggi, yang pertama dilakukan bukan
kompres tapi memberikan obat penurun
panas. Bila suhu tubuh anak tetap tinggi,
barulah dibantu dengan kompres. Jika
cukup dengan obat,tidak perlu dilakukan
kompres lagi.(dr.Sinarty Hartanto, 2008 )
Beberapa tahun lalu, semua orang tua
menggunakan lap yang dibasahi air dingin/
es untuk mengompres anak bila demam,
seperti yang dianjurkan tenaga medis dan
buku-buku kesehatan. Dan beberapa tahun
belakangan mulai muncul anjuran dari
dunia medis untuk menggunakan kompres
panas atau air hangat, yang seakan-akan
menyalahkan teori kompres masa lalu.
Banyak orang tua yang bingung dengan
fenomena ini, metode kompres apa yang
akan dipilih.
Kedua metode kompres ini punya
argumen pembenaran sendiri-sendiri,
sehingga sulit untuk menyalahkan secara
mutlak. Yang setuju dengan kompres
dingin agaknya berlindung kepada hukum
fisika bahwa panas dari suatu tempat bisa
berkurang setelah diserap benda lain .
Dengan diserapnya panas tubuh oleh kain
dingin maka suhu tubuh akan turun
mendekati normal. Yang setuju dengan cara
kompres panas berargumen kompres dingin
itu sebenarnya tidak begitu efektif
menurunkan panas. Karena kontak dengan
air dingin maka pembuluh darah yang
kontak dengan kain kompres dingin akan
menciut (vasokonstriksi) sehingga
menyulitkan pengeluaran panas. (Azril
Kimin, 2008)
Kompres untuk demam karena infeksi
virus pada penyakit DHF di kalangan
masyarakat (dan mungkin juga di kalangan
dokter) terdapat dua pendapat, yaitu
kompres hangat dan kompres dingin.
Pendapat tentang kompres dingin
berargumen bahwa panas tubuh harus
dibuang dengan cara kompres dengan
sesuatu yang dingin yang bisa menyerap
panas tubuh yang berlebih tersebut. Kalau
kompres dengan air hangat justru malah
sebaliknya.
Pendapat tentang kompres air hangat
berargumen bahwa kompres dingin justru
merangsang tubuh untuk memproduksi
panas karena saraf menerima informasi
bahwa di luar tubuh (di kulit) suhu lebih
rendah. Kalau kompres dengan air hangat
tubuh akan terangsang untuk mengeluarkan
keringat dan kemudian suhu tubuh akan
turun.
Senada dengan dikotomi di atas. Pakaian
untuk orang demam juga ada dua pendapat.
Pendapat yang pertama (mungkin
22
pendukung kompres dingin) mengatakan
bahwa orang demam jangan diselimuti
bahkan pakaiannya harus tipis supaya panas
tubuh bisa bebas lepas keluar. Pendapat
yang lain (mungkin pendukung kompres
hangat) mengatakan bahwa orang demam
harus menggunakan pakaian tebal dan
diselimuti supaya berkeringat dan suhu
tubuh turun. (Harnawatiaj, 2008). Dari
fenomena tersebut tampak bahwa
informasi pengetahuan tentang kompres
masih belum diketahui secara
merata/meluas sepenuhnya oleh masyarakat
termasuk juga oleh tenaga kesehatan dokter
ataupun perawat.
Menurut Sabrina Maharani, Februari
2008 dalam bukunya berjudul “Mengenal
dan Memahami Berbagai Gangguan
Kesehatan Anak” mengatakan bahwa
pemberian kompres pada anak dengan DHF
adalah kompres hangat. Demikian juga
menurut Gloria Mayer & Ann Kuklierus,
Juli 2008 dalam bukunya berjudul “ What
To Do When Your Child Gets Sick”
mengatakan bahwa untuk membantu
menurunkan demam pada anak adalah
dengan mengompres air hangat hangat
kuku. Sedangkan menurut penelusuran
dalam beberapa journal dikatakan bahwa
kompres yang diberikan pada anak dengan
DHF adalah kompres dingin, sementara
pada jurnal lainnya mengatakan bahwa
kompres yang diberikan pada anak dengan
DHF adalah kompres hangat. Beberapa
penelusuran tersebut antara lain :
Tindakan yang perlu dilakukan untuk
orang yang akan atau sudah terkena demam
berdarah salah satunya adalah dengan
pemberian kompres dingin (Litbang, 2004).
Sedangkan menurut (Harnawatiaj,2008)
Asuhan keperawatan penurunan suhu tubuh
pada anak dengan DHF adalah pemberian
kompres hangat, dengan rasional
vasodilatasi dapat meningkatkan
penguapan yang mempercepat penurunan
suhu tubuh. Lain halnya menurut
(Hardiansyah, Juni 2008) bahwa
hiperpireksia pada DHF dapat diatasi
dengan memberikan kompres air hangat
atau dingin ditambah antipiretik, demikian
juga menurut (Pustekkom, 2005) bahwa
kompres yang diberikan pada anak dengan
DHF adalah kompres air es.
Pendapat (Arsifa, Maret 2007) bahwa
Penanganan kompres untuk anak dengan
DHF adalah kompres air hangat, tetapi
menurut (Susilawati, 2004) Intervensi
keperawatan pada diagnosa keperawatan
hipertermi (suhu tubuh lebih dari 40°C)
anak dengan DHF adalah berikan kompres
dingin (air biasa). Demikian juga menurut
(Muslimah, 2008) Pada intervensi
keperawatan hipertermi berhubungan
dengan infeksi virus dengue adalah
kompres air kran dengan rasional kompres
dingin akan terjadi pemindahan secara
konduksi. Pengobatan lain selain yang
23
bersifat suportif dan simtomatif pada
penderita DHF adalah kompres hangat
(Maroji’, 2008)
Perencanaan Keperawatan pada
penderita DHF diantaranya adalah berikan
kompres hangat, rasional : dengan
vasodilatasi dapat meningkatkan
penguapan yang mempercepat penurunan
suhu tubuh (Effendy,Christiantie,1995).
Tetapi lain halnya dengan (Otong, 2004)
menurutnya Pertolongan Pertama pada
penderita Demam Berdarah Dengue salah
satunya adalah Pemberian Kompres Dingin.
Demikian juga menurut (WAP
INDOSIAR, 2004) bahwa Tindakan yang
harus dilakukan bila ada penderita Demam
Berdarah salah satunya adalah kompres
dengan air es, sama halnya menurut
(Harnawatiaj, 2008) menurutnya
Pengobatan penyakit Demam Berdarah
salah satu diantaranya adalah dengan
melakukan kompres dingin. Tetapi menurut
(Mother and Baby, 2007) bahwa pada saat
anak mulai demam, kompres dengan air
hangat. Sama halnya menurut pendapat
(Pusponegoro Hardiono, 2007) bahwa cara
mengompres yang benar pada anak yang
mengalami demam adalah lap dengan air
hangat.
BAHAN DAN CARA
Dalam penelitian menggunakan desain
Pre Eksperimen , untuk mencari perbedaan
yang bermakna efektifitas pemberian
kompres hangat dan kompres dingin dalam
membantu menurunkan suhu tubuh pasien
anak dengan DHF. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien anak
yang menderita DHF umur 0-12 tahun
dengan disertai tanda/gejala demam ≥ 38
0C. Lokasi penelitian di ruang rawat inap
pulau Subi kecil Rumkital Dr. Midiyato S
Tanjungpinang mulai tanggal 30 Januari
sampai dengan 21 Februari 2009.
Prosedur pengumpulan data yaitu
dengan mengukur terlebih dahulu suhu
tubuh pasien sebagai langkah awal
penelitian selanjutnya dilakukan kompres
kepada pasien sesuai kriteria penelitian.
Kompres hangat dilakukan pada pagi hari
selama 15 menit, setelah dilakukan
kompres selanjutnya pasien diukur suhu
tubuhnya dengan menggunakan
thermometer air raksa. Kemudian pada
siang/sore harinya dilakukan kompres
dingin pada pasien yang sama. Selanjutnya
dilakukan tabulasi dan analisis data
menggunakan system komputer.
Untuk mengetahui apakah suhu
responden yang diberikan kompres dingin
dan kompres hangat adalah Matching
(sama), dilakukan uji statuistik Uji-t data
independent. Untuk mengetahui efektifitas
kompres dalam menurunkan suhu tubuh
dilakukan Uji-t data berpasangan (Paired t-
test). Penafsiran uji statistic digunakan cara
sebagai berikut :
24
1) Jika nilai probabilitas (P-value)
> α, maka Ho gagal ditolak artinya tidak ada
perbedaan antara pemberian kompres
dingin dengan kompres hangat dalam
menurunkan suhu tubuh pasien anak
dengan DHF.
2) Jika nilai probabilitas (p-value) <
α, maka Ho ditolak artinya ada perbedaan
antara pemberian kompres dingin dengan
kompres hangat dalam menurunkan suhu
tubuh pasien anak dengan DHF.
HASIL
Responden dalam penelitian ini
berjumlah 30 orang yaitu pasien anak yang
menderita DHF yang dibagi dalam dua
perlakuan kompres yaitu masing masing
dilakukan kompres hangat dan kompres
dingin dalam waktu yang berbeda. Sebelum
dilakukan kompres hangat maupun
kompres dingin terlebih dahulu diukur suhu
tubuh dari masing-masing pasien tersebut,
untuk selanjutnya dilakukan kembali
pengukuran suhu tubuh pasien setelah
dilakukan kompres hangat maupun
kompres dingin.
Rata-rata suhu tubuh pasien sebelum
dilakukan kompres hangat adalah 38,710C,
sedangkan rata-rata suhu tubuh pasien
sesudah dilakukan kompres hangat adalah
36,630C. Untuk suhu tubuh pasien sebelum
dilakukan kompres dingin adalah 38,160C,
sedangkan rata-rata suhu tubuh pasien
sesudah dilakukan kompres dingin adalah
37,290C.
Penelitian dilanjutkan dengan
melakukan Uji – t Data Independent
(Independent t-Test) bertujuan untuk
menguji metode pemberian kompres mana
yang lebih efektif dalam menurunkan suhu
tubuh pasien anak dengan DHF. Untuk
mengetahui distribusi frekuensi pengukuran
suhu tubuh rata-rata sebelum dan sesudah
dilakukan kompres hangat dan dingin pada
pasien anak dengan DHF, dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Pengukuran Suhu
Tubuh Rata-rata Sebelum dan Sesudah dilakukan
Kompres Hangat dan Dingin Pada Pasien Anak
Dengan DHF Di Ruang Rawat Inap Pulau Subi Kecil
Rumkital
Dr. Midiyato S Tanjungpinang
Tahun 2009
Metode
Kompres
Suhu
rata-rata
sebelum
kompres
Suhu rata-
rata
sesudah
kompres
Nilai p
Kompres
Hangat
38,710C 36,630C 0,009
Kompres
Dingin
38,160C 37,290C 0,009
PEMBAHASAN
Dari penelitian dilakukan kompres
hangat dan kompres dingin untuk
mengetahui efektifitas penurunan suhu
tubuh. Penelitian di mulai dengan
melakukan uji dengan menggunakan
kompres hangat terlebih dahulu.
Kompres yang lazim digunakan untuk
membantu menurunkan suhu tubuh anak
yang mengalami demam adalah kompres
25
hangat. Sebab dengan suhu di luar terasa
hangat maka tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu di luar
cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan pengatur suhu di otak supaya
tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh
lagi. Disamping itu lingkungan luar yang
hangat akan membuat pembuluh darah tepi
di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori
kulit terbuka sehingga akan mempermudah
pengeluaran panas dari tubuh.(dr. Sinarty
Hartanto,2007). Asuhan keperawatan
penurunan suhu tubuh pada anak dengan
DHF adalah pemberian kompres hangat,
dengan rasional vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu tubuh.
(Harnawatiaj, Maret 2008)
Hasil analisis menunjukkan rata-rata
suhu sebelum dilakukan kompres hangat
adalah 38,71oC, sedangkan rata-rata suhu
setelah dilakukan kompres hangat adalah
36,63oC. Dari uji t data berpasangan
didapatkan p-value sebesar 0,000 yang
lebih kecil dari alpha sebesar 0,05. Ini
berarti bahwa Hipotesis Null ditolak,
interpretasinya adalah bahwa ada
perbedaan yang bermakna antara suhu
sebelum dan sesudah dilakukan kompres
hangat, kompres hangat efektif dalam
menurunkan suhu tubuh.
Penelitian kedua dengan menggunakan
kompres dingin. Hasil analisis
menggunakan kompres dingin adalah
38,16oC, rata-rata suhu setelah dilakukan
kompres dingin adalah 37,29oC. Dari uji t
data berpasangan didapatkan p-value
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha
sebesar 0,05. Ini berarti bahwa Hipotesis
Null ditolak interpretasinya adalah bahwa
ada perbedaan yang bermakna antara suhu
sebelum dan sesudah dilakukan kompres
dingin. Kompres dingin juga efektif dalam
menurunkan suhu tubuh.
Hal ini sesuai dengan sebuah pendapat
bahwa pemberian kompres pada pasien
demam adalah dengan kompres dingin,
pendapat ini mengacu kepada hukum fisika
bahwa panas dari suatu tempat bisa
berkurang setelah diserap benda lain .
Dengan diserapnya panas tubuh oleh kain
dingin maka suhu tubuh akan turun
mendekati normal (Azril Kimin,2008).
Pendapat lain tentang kompres dingin
mengatakan bahwa panas tubuh harus
dibuang dengan cara kompres dengan
sesuatu yang dingin yang bisa menyerap
panas tubuh yang berlebih tersebut. Kalau
kompres dengan air hangat justru malah
sebaliknya (Harnawatiaj, 2008).
Untuk menguji apakah perbedaan ini
bermakna secara statistik, dilakukan uji t
data independen. Hasil uji Levene’s Test for
Equality of Variances di dapatkan nilai p
sebesar 0,009 yang lebih rendah dari nilai
alpha sebesar 0,05. Interpretasinya adalah
varian kedua sampel adalah berbeda,
26
sehingga menggunakan asumsi varian yang
tidak sama (equal variances not assumed).
Hasil uji t-test for Equality of Means
menggunakan asumsi varian yang tidak
sama didapatkan nilai p (p-value) sebesar
0,000 yang lebih kecil dari alpha sebesar
0,05. Interpretasinya adalah terdapat
perbedaan yang bermakna rata-rata suhu
sebelum dilakukan kompres. Rata-rata
suhu sebelum kompres hangat lebih tinggi.
Rata-rata suhu setelah dilakukan
kompres hangat adalah 36,63oC, sedangkan
rata-rata suhu setelah dilakukan kompres
dingin adalah 37,29oC. Tampak bahwa
rata-rata suhu setelah diberikan kompres
hangat lebih rendah dari rata-rata suhu
setelah diberikan kompres dingin. Padahal
rata-rata suhu sebelum diberikan kompres
lebih tinggi pada sampel yang diberikan
kompres hangat. Untuk menguji apakah
perbedaan ini bermakna (significant) secara
statistik dilakukan uji t data independen.
Dari hasil uji t data independen bagian
pertama yaitu untuk menguji apakah kedua
sampel memiliki varian yang sama, dengan
menggunakan uji Levene’s Test for
Equality of Variances di dapatkan nilai p (p-
value) sebesar 0,055 yang lebih besar dari
alpha sebesar 0,05. Interpretasinya adalah
varian kedua sampel adalah sama, sehingga
uji t menggunakan asumsi varian yang sama
(equal variances assumed). Hasil uji t-test
for Equality of Means menggunakan
asumsi varian yang sama didapatkan nilai p
(p-value) sebesar 0,000 yang lebih kecil
dari alpha sebesar 0,05. Interpretasinya
adalah Ho ditolak, artinya terdapat
perbedaan yang bermakna (significant)
suhu setelah diberikan kompres hangat
dibandingkan dengan kompres dingin.
Kompres hangat lebih efektif dalam
menurunkan suhu tubuh.
KESIMPULAN
Kompres dapat dipakai untuk membantu
penurunan suhu tubuh disamping
pemberian obat penurun panas. Jika anak
panas tinggi, yang pertama dilakukan bukan
kompres tapi memberikan obat penurun
panas. Bila suhu tubuh anak tetap tinggi,
barulah dibantu dengan kompres. Jika
cukup dengan obat,tidak perlu dilakukan
kompres lagi.
Ada 2 macam kompres yaitu kompres
hangat dan kompres dingin. Dari hasil
penelitian dapat didapat kesimpulan yaitu
Kompres hangat lebih efektif dalam
menurunkan suhu tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah,
2005, Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia; editor
Monica Ester, EGC, Jakarta.
Anas Tamsuri, 2007. Gangguan Pengaturan
Suhu Tubuh; Regulasi Suhu Tubuh,
15 Agustus 2007. http:
27
//nursingbegin.cm.gangguan-
pengaturan-suhu-tubuh/#.80
Arsifa,2007,Demam,18 Maret 2007.
http://arsifa.blog.friendster.com/page
/2/
Azril Kimin,2008,Kompres Panas atau
Dingin?,05 November 2008.
http://www.mail-
archive.com./milisnikita@news.gram
ediamajalah.com/
Gloria Mayer, Ann Kuklierus, Juli 2008,
Ketika si Kecil Sakit, Terapi
Kesehatan Mandiri Bagi Orang Tua
di Rumah, terjemahan dari buku asli
What To Do When Your Child Gets
Sick oleh Ganjar D, Golden Books,
Jogjakarta.
Harnawatiaj,2008,Penyakit Demam
Berdarah,27 Maret 2008.
http://www.infopenyakit.com/2008
/03/penyakitdemam-berdarah-
dbd.html
Hartanto Sinarty,Dr, Anak Demam Perlu
Kompres ? 05 November 2008. http:
//www.mail.archive.com/balitaanda
@indoglobal.com/msg.36569.html
Laurie Cree, Sandra Richmiller, 2006,
Sains Dalam Keperawatan; Fisika,
Kimia, Biologi edisi 4, alih bahasa
Palupi Widiyastuti; editor bahasa
Indonesia Monica Ester, EGC,
Jakarta.
Litbang,2004,Penanganan Demam
Berdarah Harus Cepat, 22 Februari
2004. http:
//www.balipost.co.id/BaliPoscetak/2
004/2/22/kas 2 htnl.26
Mansjoer Arief, 2000, Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2,
Media Aesculapius-FKUI, Jakarta.
Mansjoer Arief, 2001, Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1,
Media Aesculapius – FKUI, Jakarta.
Maroji’,2008,Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Bagian Ionfeksi dan Penyakit
Tropis,IDAI,30 April 2008.
www.muslimah.or.id
Monica Ester, SKp, 1999, Demam
Berdarah Dengue, Diagnosis,
Pengobatan, Pencegahan dan
Pengendalian, EGC, Jakarta.
Muslimah,2008,Asuhan Keperawatan
Anak Dengan DHF, 29 September
2008.
http://indonesianursing.com/2008/09/
29/askep anak dengan DHF.
28
Otong,2004,System informasi Kesehatan
Kota Balikpapan
Sabrina Maharani, 2008, Mengenali dan
Memahami Berbagai Gangguan
Kesehatan Anak; editor Illya Muhsin,
Katahati, Jogjakarta.
Santo Tomas, Universiy of Manila, 2006,
Mata Ajar Nursing.
Sudigdo Sastro
Asmoro,Prof.DR.Dr,SpA.(K), 2002,
Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Edisi ke 2, CV Sagung Seto, Jakarta.
Suharsimi Arikunto,DR,1996,Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek,PT Rineka Cipta,Jakarta.
Suharsimi Arikunto,
Prof.DR,2002,Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek,PT Rineka
Cipta,Jakarta.
Sjaifullah Noer,H.M,Prof.dr, 1996, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi
ketiga;Balai Pustaka FKUI, Jakarta.
Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo,
1988, Demam Berdarah Pada Anak.
Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta.
Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo,
2005, Demam Berdarah (Dengue)
Pada Anak, Universitas
Indonesia(UI-Press), Jakarta.
Soegeng Soegijanto, 2006, Demam
Berdarah Dengue Edisi Kedua
Cetakan I, Airlangga University
Press, Surabaya.
Susilawati, 2004, Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan DHF.
WAP INDOSIAR,2004, Musim Hujan ,
waspadai Demam Berdarah, 19
Januari 2004
Danlt;img
src=danquot;images/kata/a.040119;
indosiar.com
W.F. Ganong, 1992, Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 14 Cetakan I, alih
bahasa dr. Petrus Andrianto; editor dr.
Jonathan Oswari, EGC, Jakarta.
1. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
29
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TINDAKAN IBU DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT
MALARIA DI DESA TELUK BAKAU TAHUN 2009
Iwan Iskandar1, Yoyok2, Sumardiana3.
ABSTRAK
Wabah penyakit malaria terjadi Desa Teluk Bakau tahun 2007. Jika dibandingkan dengan daerah yang lain,
penyakit malaria di daerah Gunung Kijang selalu mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu dalam upaya
pencegahan penyakit malaria di Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan. Penelitian ini menggunakan desain cross
sectional yang sudah dilakukan di Desa Teluk Bakau kabupaten Bintan bulan pada Februari hingga Maret 2009.
Jumlah sampel adalah 80 orang . Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari 2 (dua) sumber yaitu data
primer dan sekunder, dilakukan dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa tindakan ibu untuk mencegah malaria adalah 31% (38,8%) memiliki tindakan yang buruk
dalam upaya pencegahan penyakit malaria, dan 49 (61,2%) penduduk melakukan tindakan yang baik. Disamping
itu hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada tindakan yang signifikan dari pengetahuan, tingkah laku, umur
dan informasi kesehatan (p<0,05) dan untuk pendidikan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p≥0,05).
Sesuai dengan hasil penelitian disarankan bahwa penting untuk meningkatkan peran serta petugas kesehatan untuk
memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit malaria dan tindakan yang dilakukan untuk
pencegahan penyakit malaria.
Kata Kunci: Malaria, faktor-faktor, analisa univariat dan bivariat.
ABSTRACT
Insiden Malaria at Teluk Bakau Village get fisrt expert. Beside it, compared with the other district, happenings
Malaria at Gunung Kijang district always high from year to year. The purpose of this research to know factors
that relate with mother’s action to prevent Malaria at Teluk Bakau Village Bintan Regent’s. This research is Cross
Sectional that was done at Teluk Bakau Village Bintan Regent’s on February until March 2009. Amount of sample
is 80 people. Samples were gotby Stratified Random Sampling. Files were resud from primer and sekunder., done
by univariat and bivariat analyzes. The result of this research show that mother’s action to prevent Malaria are
31 (38,8%) people do bad action to prevent Malaria, and 49 (61,2%) people do good action. Beside it the result
of this research show that action has significant different for knowledge, attitude, age and health information
(p<0,05) and for education doesn’t show significant different (p≥0,05). According the result of this research
suggest that is important to increase the clown of healthy guard to give healthy information to society about
Malaria and the action that be done to prevent Malaria
Key words: Malaria, factor-factor, univariat and bivariat analyzes.
LATAR BELAKANG
Malaria adalah penyakit infeksi akut mau
pun kronis yang disebabkan oleh
plasmodium malaria dengan demam yang
rekuren, anemia dan hepatosplenomegali
(Rampengan, 2000:18). Malaria
menyebabkan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi dan memberikan
kerugian sosio-ekonomi yang tak terhingga
bagi banyak manusia di dunia. Itulah
sebabnya mengapa WHO menempatkan
malaria sebagai prioritas utama dalam
program penanggulangan dan penelitian
penyakit tropis yang disponsorinya. Di
30
Indonesia penyakit malaria masih
merupakan penyebab utama kematian dan
diperkirakan 50 orang menderita malaria
per 1.000 orang penduduk. Diperkirakan 40
% dari penduduk dunia mempunyai resiko
terhadap malaria (Saroso, 2003:
info@infeksi.com).
Penyakit malaria tersebar di seluruh
pulau di Indonesia dengan derajat endemis
yang berbeda-beda dan dapat terjangkit di
daerah ketinggian sampai 1800 meter di
atas permukaan laut. Angka kesakitan
malaria di pulau Jawa dan Bali pada tahun
1993 berkisar 1 sampai 2 per 1000
penduduk, sedangkan di luar Jawa dan Bali
10 kali lebih besar ( Rampengan, 2000:188
).
Penyakit malaria masih merupakan
penyakit endemis di Kabupaten Bintan
sampai saat ini. Hal ini disebabkan wilayah
Kabupaten Bintan sebagai daerah
Kepulauan dan sebagian besar terdiri dari
rawa-rawa/perairan ditambah lagi
pelaksanaan pembangunan infrastruktur
baik industri, pertambangan, perkantoran
dan perumahan yang sedang giat-giatnya
dikembangkan mengakibatkan banyaknya
bekas-bekas galian yang menjadi
penampungan air hujan dan menjadi sarang
perkembangan nyamuk Anopheles yang
merupakan vektor penyebaran malaria
(DinKes Kabupaten Bintan, 2007:37).
Berdasarkan Annual Parasit Inciden
(API) di Kabupaten Bintan tahun 2007,
angka kejadian malaria Kecamatan Gunung
Kijang termasuk ke dalam 3 besar dengan
jumlah 8,2 per 1000 penduduk. Dan
berdasarkan Annual Malaria Inciden
(AMI), angka kejadian malaria di
Kecamatan Gunung Kijang adalah 76,2 per
1000 penduduk. Berdasarkan persentase
mKabupaten Bintan, Kecamatan Gunung
Kijang termasuk ke dalam rangking 4 besar
yaitu 10,81 persen.
Bedasarkan keterangan dari petugas
kesehatan setempat bahwa masih banyak
ibu di kecamatan Gunung Kijang tidak
mengikuti penyuluhan tentang malaria
sehingga pengetahuan mereka kurang
tentang penyakit malaria. Dan masih
banyak ibu di Kecamatan Gunung Kijang
juga belum menunjukkan sikap positif yang
menunjang terhadap pencegahan penyakit
malaria. Selain itu, dibandingkan dengan
kecamatan lain, insiden/angka kejadian
penyakit malaria di Kecamatan Gunung
Kijang selalu tinggi, pada tahun 2006
berjumlah 112,6 % dan 2007 terdapat 76,2
% (DinKes Kabupaten Bintan, 2007:37).
Profil Kesehatan Puskesmas Toapaya
Kecamatan Gunung Kijang menyebutkan,
dari distribusi 4 wilayah kerja puskesmas
Kawal, maka angka kejadian malaria di
Desa Teluk Bakau menduduki urutan
pertama. Adapun rekapitulasi malaria di
puskesmas tersebut adalah: Desa Teluk
Bakau: 57,08 persen, Desa Gunung Kijang:
31
20,7 persen, Desa Malang Rapat: 15,67
persen dan Kelurahan Kawal: 6,54 persen.
Pernyataan Becker dalam Notoatmodjo
(2003: 14) mengatakan bahwa perilaku
kesehatan adalah hal-hal yang berhubungan
dengan tindakan atau kegiatan yang
dilakukan seseorang. Dalam hal ini
tindakan-tindakan yang dilakukan
menyangkut tindakan pencegahan penyakit,
kebersihan perorangan, dan sebagainya.
Maka dalam hal ini peranan ibu di dalam
rumah tangga dalam proses perubahan
perilaku sangat penting, dimana ibu sangat
banyak melakukan tindakan-tindakan di
dalam rumah tangga. Oleh karena itu
tindakan-tindakan dalam upaya
menciptakan kesehatan yang optimal di
dalam keluarga sangat ditentukan oleh
orang terdekat atau ibu dan termasuk
kedalam reinforcing factor yaitu faktor
pendorong terbentuknya perilaku. Faktor
pendorong terbentuknya perilaku dalam
pencegahan malaria antara lain:
pengetahuan, sikap, usia, tingkat
pendidikan, kepercayaan, tradisi dan norma
sosial.
BAHAN DAN CARA
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif yang memberikan gambaran
terhadap fenomena-fenomena,
menerangkan hubungan dan menguji
hipotesa-hipotesa. Dan menggunakan
pendekatan cross sectional, yaitu suatu
penelitian dimana variabel bebas
(independent variabel) adalah pengetahuan,
sikap, pendidikan, usia, informasi
kesehatan, dan variabel terikat (dependent
variabel) adalah tindakan ibu dalam upaya
pencegahan penyakit malaria yang diamati
dan di ukur dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian dilakukan terhadap ibu-ibu di
desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung
Kijang Kabupaten Bintan yang berjumlah
447 orang. Waktu pelaksanaan penelitian
bulan 1 November sampai 28 November
2008. Pengambilan sampel dengan cara
Stratified Random Sampling. Dengan
menggunakan pendekatan metode alokasi
proporsional.
Pengumpulan data dalam penelitian ini
diperoleh dari 2 (dua) sumber yaitu data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh
melalui wawancara langsung dan observasi
dengan responden, yaitu dengan
menggunakan kuesioner sebagai panduan
yang dilaksanakan langsung oleh peneliti
pada responden. Data primer yang
dibutuhkan melalui wawancara langsung
berupa pengetahuan, sikap, pendidikan,
usia, informasi kesehatan dan tindakan.
Data sekunder merupakan data umum (data
demografis, data geografis, serta data
morbiditas). Data sekunder ini diperoleh
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
dan Puskesmas Kawal yang berada di
Kecamatan Gunung Kijang.
32
Data di analisis secara statistik di mulai
dari analisis univariat dilakukan untuk
melihat distribusi frekuensi dari variabel
independen, yaitu pengetahuan, sikap, usia,
dan informasi kesehatan, serta variabel
dependen yaitu tindakan ibu dalam upaya
pencegahan penyakit malaria, dan data
bivariat untuk melihat hubungan antara dua
variabel yaitu variabel independen dengan
dependen.
HASIL
a. Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi Sikap Ibu Tentang Pencegahan Penyakit
Malaria di Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung
Kijang
Kabupaten Bintan
Tahun 2008
Sikap Frekuensi
Jumlah %
Negatif 34 42,5
Positif 46 57,5
Jumlah 80 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa sikap ibu
yang memiliki sifat positif terhadap
pencegahan penyakit malaria sebanyak
57,5% (46), sedangkan yang memiliki sikap
negatif 42,5% (34).
Tabel 2.
Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu di Desa Teluk
Bakau Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Tahun 2008
Tingkat Pendidikan Frekuensi
Jumlah %
Rendah 67 83,8
Tinggi 13 16,2
Jumlah 80 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan ibu yang berpendidikan rendah
sebanyak 83,8% (67), yang berpendidikan
tinggi sebanyak 16,2% (13).
Tabel 3.
Distribusi Informasi Kesehatan Tentang Pencegahan
Penyakit Malaria di Desa Teluk Bakau Kecamatan
Gunung Kijang Kabupaten Bintan Tahun 2008
Tingkat Pendidikan Frekuensi
Jumlah %
Tidak Pernah 17 21,3
Pernah 63 78,7
Jumlah 80 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa informasi
kesehatan tentang pencegahan penyakit
malaria tidak pernah sebanyak 21,3% (17),
yang pernah menerima informasi kesehatan
sebanyak 78,7%(63).
a. Analisis bivariat
Tabel 4.
Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tindakan Ibu
Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria di Desa
Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Tahun 2008
Tin
gk
at
Pen
did
ika
n
Tindakan
Total
R
(95
%
CI)
Val
ue
P Buruk Baik
n % n % n % 1,01
5
0,29
–
3,43
1,0
00 Ren
dah
2
6
38
,8
4
1
61
,2
6
7
1
0
0
Ting
gi 5
38
,5 8
61
,5
1
3
1
0
0
Juml
ah
3
1
38
,8
4
9
61
,2
8
0
1
0
0
33
Tabel 5.
Hubungan Usia Dengan Tindakan Ibu
Dalam Upaya Pencegahan Penyakit
Malaria di Desa Teluk Bakau
Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Tahun 2008
Usi
a
Tindakan
Total
R
(95
%
CI)
Val
ue
P
P Buruk Baik
n % n % n % 8,44
4
3,02
–
23,5
4
0,00
05 Muda 2
2
6,7 1 3,3 3 00
Tua 9 19,
1
3
8
80,
9
4
7
10
0
Jumla
h
3
1
38,
8
4
9
61,
2
8
0
10
0
Tabel 6.
Hubungan Informasi Kesehatan Dengan Tindakan
Ibu Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria di
Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Tahun 2009
Info
rma
si
Kes
eha
tan
Tindakan
Total
R
(95
%
CI)
Val
ue
P
P Buruk Baik
n % n % n % 8,12
5
2,33
-
28,2
7
0,0
01 Tida
k
Pern
ah
1
3
76,
5
4 23,
5
1
7
10
0
Pern
ah
1
8
28,
6
4
5
71,
4
5
3
10
0
Juml
ah
3
1
38,
8
4
9
61,
2
8
0
10
0
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa tindakan ibu sudah baik, terlihat dari
tindakan (practice) yang telah ibu lakukan
seperti membersihkan semak-semak
disekitar rumah, ikut serta dalam gotong-
royong membersihkan lingkungan,
memasang kawat kasa pada ventilasi,
memakai obat anti nyamuk serta pergi ke
petugas kesehatan jika ada anggota
keluarga yang sakit, tetapi ada sebagian ibu-
ibu melakukan tindakan yang buruk terlihat
dari observasi bahwa masih ada ibu yang
tidak membersihkan selokan untuk
menghindari air kotor yang tergenang dan
tidak memakai kelambu sewaktu tidur.
Tingkat Pengetahuan responden yang
berpengetahuan tinggi tentang penyakit
malaria lebih tinggi dibandingkan
responden berpengetahuan rendah tentang
pencegahan pencegahan penyakit malaria.
Sehingga tingkat pengetahuan sangat
dibutuhkan sebagai upaya untuk mengubah
perilaku individu.
Sikap responden yang memiliki sikap
positif tentang pencegahan penyakit
malaria, terlihat sikap-sikap yang mengarah
positif, seperti memasang kawat kasa pada
ventilasi, tidak membiarkan genangan air
kotor pada selokan, serta membersihkan
lingkungan sekitarnya. Namun masih ada
juga responden memiliki sikap negatif
tentang pencegahan penyakit malaria, ini
terlihat masih ada ibu-ibu yang masih
membiarkan anggota keluarga untuk berada
diluar rumah pada malam hari, serta
membuat kolam didekat rumah sehingga
dapat memudahkan nyamuk Anopheles
untuk berkembang biak. Secara teoritis
seseorang yang memiliki sikap yang positif
terhadap suatu objek, maka seseorang
34
cenderung untuk melakukan atau bertindak
terhadap objek tersebut
Pendidikan ibu-ibu di daerah Teluk
Bakau Kecamatan Gunung Kijang masih
tergolong rendah. Tujuan dari pendidikan
adalah menuju kepada suatu perubahan,
yakni perubahan tingkah laku individu ke
arah yang diinginkan.
Usia ibu-ibu yang berusia lebih dari 40
tahun lebih banyak dibandingkan usia
kurang dari 39 tahun. Sehingga ada
kecenderungan orang yang berusia lebih tua
menganggap dirinya lebih rentan terkena
penyakit dan lebih berusaha tindakan
pencegahan.
Informasi Kesehatan menunjukkan
responden pernah mendapatkan informasi
kesehatan tentang pencegahan penyakit
malaria, dan ada beberapa responden yang
tidak pernah mendapatkan informasi
kesehatan tentang pencegahan penyakit
malaria. Semakin banyak informasi yang
diserap maka semakin banyak individu
untuk mengadopsinya kedalam suatu
tindakan, tetapi tidak lepas dari tingkat
pengetahuan seseorang
Analisis bivariat, meliputi hubungan
tingkat pengetahuan dengan tindakan ibu
dalam upaya pencegahan penyakit malaria,
responden dengan pengetahuan luas tentang
malaria akan semakin luas wawasan
berpikirnya,sehingga akan lebih terbuka
terhadap tindakan pencegahan terhadap
malaria. Hubungan sikap dengan tindakan
ibu dalam upaya pencegahan penyakit
malaria, menunjukkan responden yang
mempunyai sikap positif lebih sedikit
melakukan tindakan yang buruk ini sesuai
dengan theory of resoneed action dalam
Fishbeinh (1975:80).
Teori tersebut secara tidak langsung
menyatakan bahwa perilaku pada umumnya
mengikuti niat dan tidak pernah terjadi
tanpa ada niat seseorang, yang di pengaruhi
oleh sikap terhadap suatu tindakan atau
perilaku. Hubungan tingkat pendidikan
dengan tindakan ibu dalam upaya
pencegahan penyakit malaria menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
yang responden peroleh, maka belum tentu
dapat menjadikan seseorang itu menjadi
lebih tahu serta bertambah kedewasaan
dalam menggambil keputusan untuk
bertindak/berperilaku, melainkan dari
pengalaman dalam menghadapi anggotan
keluarga yang pernah menderita malaria.
Hubungan usia dengan tindakan ibu
dalam upaya pencegahan penyakit malaria
semakin dewasa seseorang tentunya ada
kecenderungan untuk memiliki pengalaman
hidup yang lebih banyak lagi. Semakin
dewasa usia responden maka akan memiliki
sikap positif terhadap penyakit malaria.
Hubungan informasi kesehatan dengan
tindakan ibu dalam upaya pencegahan
penyakit malaria (tabel 11) menunjukkan
adanya perbedaan yang bermakna
mengenai tindakan menurut informasi
35
kesehatan (p<0,05). Hal ini berarti bahwa
terdapat perbedaan bermakna tindakan
yang akan dilakukan antara responden yang
pernah mendapat informasi kesehatan
dengan responden yang tidak pernah
mendapat informasi kesehatan.
KESIMPULAN
Malaria adalah penyakit infeksi akut
maupun kronis yang disebabkan oleh
plasmodium malaria dengan demam yang
rekuren, anemia dan hepatosplenomegali.
Malaria menyebabkan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi dan memberikan
kerugian sosio-ekonomi yang tak terhingga
bagi banyak manusia di dunia.
Penyakit malaria masih merupakan
penyakit endemis di Kabupaten Bintan. Hal
ini disebabkan wilayah Kabupaten Bintan
sebagian besar terdiri dari rawa-
rawa/perairan ditambah lagi pelaksanaan
pembangunan infrastruktur baik industri,
pertambangan, perkantoran dan perumahan
yang sedang giat-giatnya dikembangkan
mengakibatkan banyaknya bekas-bekas
galian yang menjadi penampungan air
hujan dan menjadi sarang perkembangan
nyamuk Anopheles yang merupakan vektor
penyebaran malaria. Perlu adanya upaya
pencegahan penyakit malaria baik dari
petugas kesehatan, masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta
Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode
Sampel Pada Penelitian Kesehatan.
Jakarta : FKM UI
Azwar, Azrul. 1988. Epidemiologi. Jakarta
: PT. Bina Rupa Aksara.
Depkes RI. 1989. Pedoman Kegiatan Kader
dalam Pemberantasan dan
Pencegahan Penyakit Malaria.
Jakarta.
Entjang, Indang. 2000. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti.
Friaraiyatini. 2005. Pengaruh Lingkungan
dan Perilaku Masyarakat, http:
//www.journal.unair.ac.id Download
tanggal 4 November 2008 jam 14.00
WIB.
Frued. Konsep Keluarga, http://www.
yenibeth. wordpress. com Download
Tanggal 4 November 2008 jam 15.00
WIB.
36
Harijanto. 2000. Malaria Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
Penanganannya. Jakarta : EGC.
Hurlock, Elizabeth. Psikologi
Perkembangan Jakarta : Erlangga
Laporan Puskesmas Toapaya Tahun 2007.
Kabupaten Bintan.
Nazir. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta
: Ghalia Indonesia.
Nelson. 1991. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2
Edisi 15. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo,S . 2002.
MetodologiPenelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
---. 2003. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
---. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Rineka Cipta.
---. 2004. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Prabowo. 2004. Pusat Penyakit Infeksi
Tropik, http://www.infeksi.com
Download tanggal 4 November 2008
jam 14.20 WIB.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun
2007.
Profil Kesehatan Puskesmas Topaya
Kabupaten Bintan Tahun 2007.
Purwanto. 1999. Pengantar Perilaku
Manusia. Jakarta : EGC.
Rampengan. 2000. Penyakit Infeksi Tropik
Pada Anak. Jakarta : EGC.
Sarafino. 1996. Health Psycology Biopsy
chososial Interaction. New York :
John Willey & Son Inc.
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Sugiarto. 2001. Teknik Sampling. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka utama.
Sutanto. 2001. Modul Analisa Data.
Jakarta: FKM UI.
Sutisna. 2004. Malaria Secara Ringkas.
Jakarta: EGC.
Yahya. 2005. Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Ibu Terhadap Malaria Pada
Anak di Kecamatan Sungai Liat
Kabupaten Bangka, http: //www.
litbangdepkes.go.id Download
37
tanggal 4 November 2008 jam 14.00
WIB.
1. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
3. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
38
HUBUNGAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN DAN
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT DENGAN TINGKAT KEPUASAN
PASIEN DI UNIT RAWAT JALAN RSAL Dr. MIDIYATO S
TANJUNGPINANG TAHUN 2009
Endang Abdullah1, Yusnaini2, Indah Prihatin3.
ABSTRAK
Kepuasan pasien adalah tingkat keadaan yang dirasakan oleh pasien dan merupakan hasil penampilan atau
outcome jasa petugas kesehatan. Pasien merasa tidak puas atau merasa hak-haknya terabaikan maka mereka tidak
segan menggunakan media massa untuk mengungkapkan rasa ketidakpuasannya terhadap rumah sakit. Jumlah
kunjungan pasien rawat jalan tahun 2006 terjadi peningkatan, sedangkan tahun 2007 terjadi penurunan di
poliklinik RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pelayanan
petugas kesehatan dan lingkungan rumah sakit dengan tingkat kepuasan pasien di unit rawat jalan RSAL Dr.
Midiyato S Tanjungpinang tahun 2009. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan
pendekatan analitik. Data primer diperoleh dari wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder diperoleh
dari profil RSAL Midiyato S Tanjungpinang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan pelayanan
dokter baik 44%, pelayanan perawat baik 46%, lingkungan rumah sakit baik 44%, dan tingkat kepuasan pasien
baik 46%. Hasil uji statistik chi square didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pelayanan dokter,
pelayanan perawat, dan lingkungan rumah sakit dengan tingkat kepuasan pasien. Untuk meningkatkan tingkat
kepuasan pasien, disarankan kepada petugas kesehatan RSAL Midiyato S Tanjungpinang agar mengevaluasi
pelayanan, pemasangan poster-poster tentang penyakit dan pencegahannya serta dilakukan perbaikan terhadap
lingkungan rumah sakit di unit rawat jalan .
Kata Kunci : Kepuasan Pasien, Petugas Kesehatan, RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang.
ABSTRACT
Patient Satisfaction is situation storey felt by patient and result of comparison from appearance or outcome from
service of health officer. Patient dissatisfy or feel its rightss is uncared hence them is not reluctant use the mass
media to lay open to feel the the disgrutled to hospital. Amount of visit of year outpatient 2006 happened by the
improvement, while at 2007 happened by the degradation compared in polyclinic of RSAL Dr. Midiyato S
Tanjungpinang. Target of this research is know the relation of service of officer of health and environment of
houspital with the storey of patient satisfaction in unit take care of the road of RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang
Year 2009. This research use the desain cross sectional study with the analytic approach. Primary data obtained
from interview by means of assist the kuesioner. Sekunder data obtained from profile of RSAL Midiyato S
Tanjungpinang. Result of research indicate that the patient with the good doctor service 44%, nurse service 46%,
unfavourable hospital environment 44%, and mount the good patient satisfaction 46%. Statistical Test result of
chi square is got by there is relation having a meaning of between doctor service, nurse service, and hospital
environment with the storey of patient satisfaction. To increase mount the patient satisfaction, suggested to officer
of health of RSAL Midiyato S Tanjungpinang so that evaluating service, pandemic poster installation and its
prevention is and also conducted.
Key words: Patient satisfaction, officer of health, RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang.
LATAR BELAKANG
Menurut Levey dan Lomba (1973) yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan
adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan
39
meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok,
dan atau masyarakat (Azwar, 2002).
Departemen Kesehatan RI merumuskan
bahwa rumah sakit adalah suatu kompleks
atau ruang yang dipergunakan untuk
menampung dan merawat orang sakit dan
atau bersalin atau kamar-kamar orang sakit
yang berada dalam suatu perumahan khusus
seperti rumah bersalin, lembaga
masyarakat, atau kapal laut (Damayanti,
1997).
Soeprapto (2985) mendefinisikan rumah
sakit adalah suatu upaya pelayanan
kesehatan institusional yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif, melalui pelayanan medis,
pelayanan rawat, pelayanan mondok, dan
pelayanan administratif, secara rawat jalan,
rawat darurat, rawat tinggal, dan memiliki
sekurang-kurangnya 25 tempat tidur
tersedia di samping itu dapat
menyelenggarakan pendidikan tenaga
paramedis, membantu pendidikan tenaga
medis, membantu penelitian dan
pengembangan kesehatan, serta membantu
kegiatan penyelidikan epidemiologi.
Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr.
Midiyato S adalah rumah sakit milik TNI
AL yang ada di Kota Tanjungpinang.
Tentunya RSAL ingin memberikan
pelayanan yang terbaik bagi konsumennya.
Pelayanan yang diberikan RSAL terdiri dari
Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit
Gawat Darurat, Poli Bedah, Poli gigi, Poli
Syaraf, Poli Anak, Poli Mata, Psikiatri, dan
Rawat Intensif yang terdiri dari ICU, kamar
operasi dan kamar perawatan, Instalasi
farmasi, Instalasi Radiologi, Instalasi
Laboratorium, Instalasi Gizi, Pelayanan
ambulance. Selain itu, RSAL juga memiliki
kelengkapan pelayanan spesialis; bedah,
penyakit dalam, anak, serta kandungan.
Berdasarkan hasil laporan medical
record mengenai jumlah kunjungan pasien
unit rawat jalan, jumlah kunjungan pasien
rawat jalan tahun 2006 terjadi peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2005,
sedangkan pada kunjungan tahun 2007
terjadi penurunan dibanding dengan tahun
2006 di poliklinik RSAL Dr. Midiyato S
Tanjungpinang. Selain dari data di atas
penulis juga melakukan wawancara dengan
sepuluh orang pasien rawat jalan di poli
umum, kebidanan, penyakit dalam, dan
bedah pada tanggal 1 Januari 2009, yang
sebelumnya pernah mendapatkan
pelayanan rawat jalan sebelum penulis
melakukan penelitian, bahwa sepuluh
pasien ini mengatakan bahwa ia kurang
puas terhadap pelayanan yang diberikan
kepadanya seperti :
1. Dokter yang kurang ramah. Seperti tidak
menyambut pasien dengan senyum,
kurang tanggap seperti mengabaikan
keluhan yang dikemukakan oleh pasien
40
dan kurang komunikatif seperti: kurang
memberikan informasi tentang penyakit
yang diderita oleh pasien.
2. Perawat yang kurang ramah. Seperti
tidak menyambut pasien dengan
senyum, kurang empati dalam
mendengarkan keluhan pasien dan
kurang komunikasi dalam memberikan
informasi yang diinginkan oleh pasien.
3. Lingkungan fisik yang masih kurang
nyaman. Lingkungan poli yang
dirasakan pasien mulai dari kerapian
seperti tata ruangan yang masih
semberawut dan ketenangan pasien
dalam menerima pelayanan seperti suara
yang ribut.
Hal-hal yang menjadi pemikiran peneliti
untuk melakukan penelitian di Unit Rawat
Jalan dikarenakan rawat jalan merupakan
salah satu ujung tombak pelayanan di
rumah sakit, dimana pelayanan yang
pertama kali diberikan sebelum pasien
mendapatkan pelayanan selanjutnya.
Adapun hal-hal yang akan diteliti antara
lain, bagaimanakah hubungan pelayanan
dokter dan perawat terhadap kepuasan
pasien serta hubungan lingkungan fisik
terhadap kepuasan pasien di rawat jalan
RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang.
BAHAN DAN CARA
Penelitian ini merupakan suatu
penelitian yang bersifat diskriptif analitik
dengan pendekatan kuantitatif, untuk
mengetahui penilaian pasien terhadap
upaya pelayanan rawat jalan yang diberikan
oleh Unit Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato.
S Tanjungpinang yang dihubungkan
dengan tingkat kepuasan pasien. Hal-hal
yang dilakukan peneliti adalah untuk
menerangkan hubungan dan menguji
hipotesis suatu masalah yang ingin
diketahui dengan menggunakan kuesioner.
Penelitian ini jika merupakan penelitian
cross sectional atau potong lintang, karena
data diambil pada suatu saat saja.
Data yang dikumpulkan meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer
berupa kuesioner (Nainggolan, D. 1999)
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
di Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S
Tanjungpinang. Kuesioner dijawab sendiri
oleh pasien yang menjadi responden (self
administered questioner). Kuesioner ini
berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup yang
disusun berdasarkan definisi operasional
variabel-variabel penelitian.
Analisis univariat meliputi hasil
pengisian kuesioner oleh responden tentang
pelayanan yang diterima, yaitu mengenai
identitas pasien yang terdiri dari umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan status
pekerjaan. Bertujuan untuk melihat faktor-
faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
kepuasan pasien di Rawat Jalan RSAL Dr.
Midiyato S Tanjungpinang dan analisis
bivariat untuk melihat hubungan antara dua
41
variabel independent (pelayanan dokter,
pelayanan perawat serta lingkungan fisik)
dengan variabel dependen (kepuasan pasien
di Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S
Tanjungpinang).
HASIL
A. Analisis univariat
Tabel 1.
Distribusi Responden Menurut
Pelayanan Dokter di Unit Rawat Jalan RSAL Dr.
Midiyato S Tanjungpinang
Tahun 2009
Pelayanan Dokter n %
Baik
Kurang Baik
22
28
44
56
Jumlah 50 100 %
Tabel 1 menunjukkan bahwa diketahui
dari 50 responden ada 28 pasien yang
berpendapat pelayanan dokter kurang baik
(56%).
Tabel 2.
Distribusi Responden Menurut
Pelayanan Perawat di Unit Rawat Jalan RSAL Dr.
Midiyato S Tanjungpinang
Tahun 2009
Pelayanan Perawat n %
Baik
Kurang Baik
23
27
46
54
Jumlah 50 100 %
Tabel 2 menunjukkan bahwa 50
responden ada 27 pasien yang berpendapat
pelayanan perawat kurang baik (54%).
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Lingkungan Rumah Sakit di
Unit Rawat Jalan RSAL
Dr. Midiyato S Tanjungpinang
Tahun 2009
Lingkungan Rumah Sakit n %
Baik
Kurang Baik
2
8
44
56
Jumlah 0 100 %
Tabel 3 menunjukkan bahwa diketahui
bahwa dari 50 responden ada 28 pasien
yang berpendapat Lingkungan Rumah Sakit
kurang baik (56%).
B. Analisis Bivariat
Tabel 4.
Hubungan Pelayanan Dokter dengan Tingkat
Kepuasan Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL Dr.
Midiyato S Tanjungpinang
Tahun 2009
Pel
ay
an
an
Do
kte
r
Tingkat Kepuasan
Pasien Jumlah
Baik Kurang
Baik
n % n % n %
Baik 14 63,6 8 36,4 22 100
Kurang
Baik
9 32,1 19 63,9 28 100
Jumlah 23 46,0 27 54,0 50 100
X2 = 4,981 P = 0,02 Tabel 5.
Hubungan Pelayanan Perawat dengan Tingkat
Kepuasan Pasien
di Unit Rawat Jalan
RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang
Tahun 2009
Pel
ay
an
an
Per
aw
at
Tingkat Kepuasan
Pasien
Jumlah
Baik Kurang
Baik
n % n % n %
Baik 15 65,2 8 34,8 23 100
Kuran
g Baik
8 29,6 19 70,4 27 100
Jumla
h
23 46,0 27 54,0 50 100
X2 = 46,080 P = 0,000
Tabel 6.
Hubungan Lingkungan Rumah Sakit
Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Unit Rawat
Jalan RSAL Dr. Midiyato S
42
Tanjungpinang Tahun 2009
Pel
ay
an
an
Per
aw
at
Tingkat Kepuasan
Pasien Jumlah
Baik Kurang
Baik
n % n % n %
Baik 14 63,
6
8 36,4 22 100
Kuran
g Baik
9 32,
1
19 63,9 28 100
Jumla
h
23 46,
0
27 54,0 50 100
X2 = 4,981 P = 0,026
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian, data diolah
menggunakan analisis univariat dan
bivariat. Analisis univariat dapat di lihat
dari tabel 1 menunjukkan bahwa pelayanan
dokter kurang baik sebesar 56%. Hal ini
disebabkan bahwa pasien masih kurang
puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
dokter seperti kurangnya keterlibatan
pasien atau keluarga pasien dalam
mengambil tindakan pengobatan dan
kurang lengkapnya informasi dari dokter
dalam pelayanannya kepada pasien.
Menurut Jhon Ross dalam Aditama (2003)
ada tujuh keluhan pasien terhadap dokter di
rumah sakit. Keluhan itu meliputi tidak
diberi cukup waktu oleh dokter,
keangkuhan dokter, tidak diberi informasi
lengkap tentang penyakitnya, biaya yang
terlalu tinggi, tidak diberi informasi
lengkap tentang biaya, waktu tunggu terlalu
lama serta tidak adanya kerjasama antara
dokter pribadi dan spesialis konsul.
Tabel 2 menunjukkan pasien masih
kurang nyaman dengan perilaku perawat.
Pelayanan perawat masih dirasakan oleh
pasien kurang memuaskan disebabkan oleh
perawat masih kurang menunjukkan
empatinya kepada pasien serta kurang
proaktif dalam memberikan informasi
kesehatan pada pasien terutama dalam hal
penyakit yang diderita oleh pasien. Menurut
Hidayat (2007) sebagai seorang perawat
proses keperawatan dapat digunakan
sebagai pedoman dalam pemecahan
masalah klien, dapat menunjukkan profesi
yang memiliki profesionalitas yang tinggi,
serta dapat memberikan kebebasan klien
untuk mendapatkan pelayanan yang cukup
sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat
dirasakan manfaatnya baik dari perawat
maupun klien.
Tabel 3 menunjukkan lingkungan rumah
sakit kurang baik sebesar 56%. Lingkungan
rumah sakit masih kurang memuaskan
untuk pasien unit rawat jalan dikarenakan
kenyamanan seperti kebersihan, keleluasan,
dan luas ruangan yang masih kurang untuk
pasien, sehingga membuat pasien tidak
betah berada di ruang unit rawat jalan
dengan waktu yang lama. Menurut
Sastrawati (1999), lingkungan Rumah Sakit
harus dapat memberikan kepuasan kepada
pasien dengan memeberikan kenyamanan
dan keamanan yang memadai seperti :
sirkulasi udara yang baik, suhu yang
terjaga, suasana tenang, penerangan cukup,
43
kebersihan yang terjaga dan hal-hal yang
dapat memberikan kesenangan pada pasien.
Analisa Bivariat dapat dilihat dari tabel 4
menunjukkan bahwa pasien dengan
pelayanan dokter kurang baik dan tingkat
kepuasan pasien kurang baik (63,9%).
Hasil uji statistik dengan uji chi-square
didapatkan p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada
hubungan yang bermakna antara pelayanan
dokter dengan tingkat kepuasan pasien.
Adanya hubungan antara pelayanan dokter
dengan kepuasan pasien artinya semakin
tinggi angka kepuasan pasien dalam hal
pelayanan dokter maka semakin tinggi pula
tingkat kepuasan pasien. Dilihat dari hasil
uji statistik menunjukkan bahwa pasien
yang berpendapat pelayanan dokter baik
dan tingkat kepuasan pasien baik yaitu ada
14 dari 22 pasien (53,6%). Menurut Wijono
(1997), kepuasan pasien terhadap mutu
pelayanan Rumah Sakit sangat tergantung
dari pelayanan dokter yang menyangkut
tentang sifat dan kepribadian dokter seperti
tenggang rasa, simpatik, mudah dihubungi
dan memberikan kepercayaan serta
bagaimana cara mengurus pasien seperti
cermat dan teliti.
Tabel 5 menunjukkan bahwa pasien
dengan pelayanan perawat kurang baik dan
tingkat kepuasan pasien kurang baik
(70,4%). Hasil uji statistik dengan uji chi-
square didapatkan p = 0,000 (p < 0,05)
artinya ada hubungan yang bermakna antara
pelayanan perawat dengan tingkat kepuasan
pasien. Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa dari 23 pasien ada 15 (65,2%) pasien
yang berpendapat bahwa pelayanan
perawat baik dan tingkat kepuasan baik.
Artinya semakin tinggi angka kepuasan
pasien terhadap pelayanan perawat maka
tinggi pula tingkat kepuasan pasien. Sitorus
pada tahun 2006 menyatakan bahwa
terdapat beberapa konsep dasar tentang
hubungan perawat terhadap kepuasan klien
yang sangat relevan dalam praktik
keperawatan professional, yaitu : hubungan
saling percaya, konsep empati, konsep
caring, dan konsep otonomi dan mutualitas.
Tabel 6 menunjukkan bahwa pasien
dengan lingkungan rumah sakit kurang baik
dan tingkat kepuasan pasien kurang baik
(63,9%). Hasil uji statistik dengan uji chi-
square didapatkan p = 0,000 (p < 0,05)
artinya ada hubungan yang bermakna antara
lingkungan fisik dengan tingkat kepuasan
pasien. Kurangnya perhatian terhadap
lingkungan rumah sakit sangat
mempengaruhi kurangnya kenyamanan
pasien untuk berkunjung dalam menjalani
poses pelayanan kesehatan terutama pada
lingkungan fisik rumah sakit seperti
penatanan ruangan, ventilasi, penerangan
atau pencahayaan dan ketenangan di ruang
tunggu rawat jalan.
KESIMPULAN
Rumah sakit adalah suatu upaya
pelayanan kesehatan institusional yang
44
menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif, melalui pelayanan medis,
pelayanan rawat, pelayanan mondok, dan
pelayanan administratif, secara rawat jalan,
rawat darurat, rawat tinggal, di samping itu
rumah sakit dapat menyelenggarakan
pendidikan tenaga paramedis, membantu
pendidikan tenaga medis, membantu
penelitian dan pengembangan kesehatan,
serta membantu kegiatan penyelidikan
epidemiologi. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kualitas pelayanannya, perlu
dijaga hubungan yang baik antara dokter,
perawat dan lingkungan rumah sakit
terhadap pasien sehingga pasien bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan yang
lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adikoesoemo, Suparto. 1994. Manajemen
Rumah Sakit, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.
Aditama, Tjandra Yoga. 2000. Manajemen
Administrasi Rumah Sakit, UI –
Press, Jakarta.
Ariawan, Iwan. 1998. Besar Sampel dan
Metode Sampel pada Penelitian
Kesehatan, FKM UI
Damayanti, Nyoma Anita. 1997. Dimensi
Tingkat Kepuasan Pasien di
Perkotaan Terhadap Sistem
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit,
Lembaga penelitian Universitas
Airlangga,.
Departemen Kesehatan RI. 1992.
Direktorat Rumah Sakit Umum dan
Pendidikan, Standar Pelayanan
Rumah Sakit,
Donabedian, Avedis. 1980. The Definition
ofQuality and Approches to It
Assesment. Michigan : Health
Administration Press.
Elsinarti, Marlia. 2003. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepuasan
Pasien Terhadap Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Salak-
Bogor, Skripsi Sarjana FKM, UI
Depok.
Kurniawan, Triwahyudi. 2002. Faktor-
Faktoryang Berhubungan dengan
Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat
Jalan Runah Sakit Pelabuhan Jakarta,
Skripsi Sarjana FKM, UI Depok.
1. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
45
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG
TAHUN 2009
Ekandra Indra Sadri1 , Afianti Asdarina2, Marlina Invitasari3.
ABSTRAK
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan makanan dan minuman yang lain sampai bayi berusia 6
bulan. Pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif (23%) di Puskesmas Sei Jang Bukit Bestari masih di bawah
rata-rata pemberian ASI eksklusif Kota Tanjungpinang (6,8%). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor –
faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2009. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan
pendekatan analitik. Sampel diambil secara total sampling berjumlah 57 Ibu yang mempunyai bayi usia 4 – 6
bulan. Data primer diperoleh dari wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder diperoleh dari laporan
tahunan Puskesmas Sei Jang tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI secara
eksklusif 1,8%, sikap positif 17,5%, dukungan petugas kesehatan baik 15,8%, dukungan keluarga baik 29,8%.
Hasil uji statistik chi square dengan 0,05 didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu,
dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Untuk meningkatkan
pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif, disarankan kepada petugas kesehatan Puskesmas Sei Jang
Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang ASI eksklusif,
diadakan konseling ibu menyusui dan pemasangan poster-poster tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.
Kata Kunci: Asi Eksklusif, Pendekatan Analitik, UjiStatistik.
ABSTRACT
Exclusive mother milk is giving mother milk without other food and beverage addition until baby have age 6
month. Attainment of giving Coverage exclusive mother milk (23%) in Puskesmas Sei Jang of Hill Bestari still
below/under mean of attainment of gift coverage exclusive mother milk of Town Tanjungpinang (6,8%). Target
of this research is know the factor - factor of related to gift exclusive mother milk in region work the Puskesmas
Sei Jang of District of Hill of Bestari of Town of Tanjungpinang Year 2009. This research use the desain cross
sectional study with the analytic approach. Sampel taken totally is sampling amount to 57 Mother having age baby
4 - 6 month. Primary data obtained from interview by means of assist the kuesioner. Sekunder data obtained from
annual report of Puskesmas Sei Jang year 2007. Research result indicate that the mother giving mother milk
exclusively 1,8%, positive attitude 17,5%, good health officer support 15,8%, good family support 29,8%.
statistical Test result of chi square by 0,05 is got by there no relation having a meaning of between mother attitude,
support of health officer, and support of mother family with the giving exclusive mother milk. To increase
attainment of giving coverage exclusive mother milk, suggested to officer of health of Puskesmas Sei Jang of
District of Hill of Bestari of Town Tanjungpinang of so that more improving of counselling of about exclusive
mother milk, performed by konseling mother suckle and poster installation about its important giving exclusive
mother milk.
Key words: Exclusive mother milk, analytic approach, statistical Test result.
LATAR BELAKANG
Gizi seseorang dikatakan baik bila terdapat
keseimbangan dan keserasian antara
perkembangan fisik dan perkembangan
mentalnya. Keadaan gizi yang lebih banyak
ditemukan di tentukan oleh konsumsi zat
46
gizi pada masa lampau, ini berarti bahwa
konsumsi zat gizi masa kecil memberi andil
terhadap status gizi saat dewasa (Wiryo,
2001: 1).
Salah satu langkah awal
mewujudkannya adalah pemberian
makanan pertama dengan kualitas dan
kuantitas optimal (Iwan,
www.goegle.co.id). Soepamanto
mengatakan bahwa menyusui merupakan
cara pemberian makanan yang paling ideal
untuk anak umur 4-6 bulan pertama karena
Air Susu Ibu (ASI) dapat memenuhi
kebutuhan zat gizi bayi. Beragam gizi yang
dikandung ASI memberikan keseimbangan
yang ideal yang dibutuhkan bayi (Neilson,
1995: 1).
Kecukupan gizi akan membuat
pertumbuhan anak menjadi optimal
(Widyaastuti dan Widyani, 2002: 7).
Keadaan gizi kurang pada masa anak-anak
akan berdampak pada kelambatan
pertumbuhan dan perkembangannya
(Suharjo, 1992: 15). Salah satu penyebab
timbulnya gizi kurang adalah kurangnya
pemberian ASI oleh ibu pada bayinya
(Suharjo, 2003: 5).
Pada tahun 1999 setelah pengalaman
salama 9 tahun, UNICEF memberi
klarifikasi tentang rekomendasi jangka
waktu pemberian ASI eksklusif.
Rekomendasi terbaru UNICEF bersama
Worid Heatlh Asembly (WHA) dan banyak
negara lain adalah menetapkan jangka
waktu pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan (Roesli, 2003: 3).
Fakta ilmiah membuktikan bayi dapat
tumbuh secara lebih cepat dan cerdas bila
diberi ASI secara ekslusif pada 4-6 bulan
pertama kehidupannya. Menurut dr. Utami
Roesli Spa. MBA ASI ekslusif lebih tepat
disebut pemberian ASI secara ekslusif
artinya hanya memberi ASI pada bayi
(Iwan, www.google.co.id). Berbagai
penelitian menunjukan bahwa menyusui
dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan semakin banyak
bayi yang mendapat ASI maka semakin
tinggi tingkat IQ yang dicapai (Roesli,
2003: 28).
ASI mengandung semua gizi (Nutrient)
yang dibutuhkan untuk membangun dan
menyediakan energi bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi secara optimal. ASI
juga mengandung zat anti terhadap
penyakit-penyakit yang keberadaannya
tidak dapat diberikan dengan jalan lain
(Riadi dan Tjokronegoro, 1992: 1). ASI
adalah makanan yang paling baik dan tepat
untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang sehat bagi bayi (Depkes, 1994: 1).
Menurut dr. Faizah Jasin (2000: 155) ASI
adalah makanan yang terbaik untuk
membantu bayi tumbuh sehat.
ASI ekslusif adalah pemberian ASI
tanpa makanan dan minuman lain. ASI
ekslusif yang dianjurkan 4 sampai 6 bulan
pertama kehidupan bayi (Depkes, 2002: 5).
47
Dr. Utami Roesli (2003: 3) mengatakan
bahwa ASI ekslusif adalah bayi hanya
diberi ASI tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, air teh, air putih
dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, nasi
dan tim, dan dianjurkan untuk jangka waktu
sampai 6 bulan. ASI ekslusif adalah bayi
hanya diberi ASI saja tanpa makanan dan
minuman lain termasuk air putih kecuali
obat-obatan (Depkes, 2002: 6).
ASI mengandung susunan karbohidrat,
lemak, protein, mineral dimana zat-zat ini
sangat sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembang bayi. Karbohidrat yang banyak
dalam ASI adalah laktosa. Laktosa
merupakan karbohidrat rantai pendek yang
dengan cepat diubah menjadi energi yang
memenuhi pertumbuhan bayi (Wiryo, 2001:
112). ASI mengandung laktosa yang lebih
tinggi, dalam usus laktosa akan membentuk
asam laktat. Asam laktat akan menghambat
pertumbuhan bakteri patologis, merangsang
pertumbuhan mikroorganisme yang
menghasilkan berbagai asam organik dan
mensintesa beberapa vitamin dalam usus,
memudahkan pengendapan kalsium
caseinat, memudahkan penyerapan
berbagai jenis mineral seperti kalsium,
pospor, magnesium (Moehji, 1992: 24).
ASI mengandung immunoglobulin
terutama Ig A. Antibodi ini banyak terdapat
dalam kolostrum dan lebih rendah pada air
susu berikutnya. Ig A bekerja dalam usus
menahan bakteri tertentu dan virus. ASI
mengandung laktoverin yang dapat
mengikat besi sehingga bakteri yang
berbahaya yang terdapat dalam usus tidak
memperoleh mineral untuk
pertumbuhannya, karena itu suplemen besi
melalui mulut tidak boleh diberikan pada
bayi yang disusui karena akan berpengaruh
terhadap peran laktoverin dalam proteksi
tubuh. ASI mengandung lisozim yaitu suatu
enzim yang dapat menghancurkan sejumlah
bakteri berbahaya dan berbagai virus. ASI
mengandung sel-sel darah putih selama dua
minggu pertama hingga 4000 sel per ml. Sel
ini mengeluarkan Ig A, laktoferin dan
lisozim dan interferon. Interferon adalah
suatu substansi yang dapat menghambat
aktivitas virus tertentu (Suharjo, 1992: 74).
ASI mengandung berbagai anti bodi
serta leukosit dan makrofa yang berguna
untuk mempertinggi kekebalan atau daya
tahan tubuh terhadap infeksi. ASI juga
mengandung hormon tiroid yang berguna
untuk melindungi otak bayi (Riadi dan
Tjokronegoro, 1992: 2).
ASI mengandung protein yang
berkualitas baik dari susu sapi meskipun
secara kuantitas protein susu sapi lebih
tinggi, tapi keadaan ini sesuai untuk
pertumbuhan bayi dan ginjalnya
(Soetjiningsih, 1997: 73). Protein ASI
mengandung sejumlah kasein,
laktoalbumin, laktoglobulin, dan asam
48
amino yang sangat sesuai untuk
pertumbuhan bayi (Wiryo, 2001: 112).
ASI mengandung Decosahexanic Acid
(DHA) dan Arachidonic Asid (AA) yang
merupakan asam lemak tak jenuh rantai
panjang yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal.
DHA dan AA yang ada dalam ASI
jumlahnya sangat mencukupi untuk
pertumbuhan dan kecerdasan dikemudian
hari (Depkes, 2002: 8).
ASI mengandung vitamin B12 dan Asam
Folat dan mengandung Fe yang terikat
dengan protein sehingga absorbsinya lebih
mudah dan kuman yang memerlukan Fe
sukar untuk berkembang biak
(Soetjiningsih, 1997: 74).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, dari
4 Puskesmas yang ada di Kota
Tanjungpinang adalah Puskesmas Sei Jang
yang paling rendah persentase pemberian
ASI secara ekslusif yaitu pada tahun 2006
adalah 43,7% sedangkan persentase pada
tahun 2007 sebesar 13.47 %, tahun 2008
adalah 6,8%.
BAHAN DAN CARA
Jenis penelitian bersifat deskriptif yaitu
melihat gambaran faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI pada
bayi umur di bawah 6 bulan di kecamatan
Bukit Bestari Kota Tanjungpinang tahun
2008 dengan desain cross sectional Study
yaitu variabel independen dan variabel
dependen diukur pada waktu yang sama.
Pengumpulan data meliputi data primer
diperoleh dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuesioner) yang mencakup
sikap ibu terhadap pemberian ASI secara
eksklusif, dukungan dari petugas
kesehatan, dan dukungan dari keluarga.
Data Sekunder diperoleh daridata yang
didapat dari catatan dan laporan Dinas
Kesehatan Kota Tanjungpinang dan
petugas Puskesmas Sei Jang Kecamatan
Bukit Bestari Tanjungpinang Barat
mengenai jumlah responden yang
mempunyai bayi di bawah 6 bulan.
Analisis data meliputi analisis data
univariat yaitu untuk memperoleh
gambaran dari masing–masing variabel
dependen maupun variabel independen.
Data disajikan dalam tabel frekuensi.
Meliputi analisis bivariat yang bertujuan
untuk mengetahui adanya hubungan antara
variabel independen dengan variabel
dependen. Untuk membuktikan ada
tidaknya hubungan tersebut peneliti
menggunakan uji Chi Square dengan
menggunakan komputer. Jika nilai P = <
0,05 maka secara statistik disebut
bermakna dan jika nilai P = > 0,05 maka
hasil perhitungan disebut tidak bermakna.
Langkah kedua adalah mengkategorikan
variable penelitian termasuk pemberian
ASI eksklusif, sikap Ibu terhadap
49
pemberian ASI eksklusif, dukungan
petugas kesehatan, dukungan keluarga.
HASIL
A. Analisis univariat
Tabel 1.
Distribusi Responden Menurut
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang Tahun 2008
Pemberian ASI Eksklusif Jumlah %
Tidak
Ya
56
1
98,2
1,8
Jumlah 57 100 %
Tabel 1 menunjukkan bahwa responden
yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 1
orang, yang tidak memberikan ASI
eksklusif sebanyak 56 orang.
Tabel 2.
Distribusi Responden Menurut Sikap Ibu
di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang
Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang Tahun 2008
Sikap Ibu Jumlah %
Negatif
Positif
47
10
82,5
17,5
Jumlah 57 100 %
Tabel 2 menunjukkan bahwa ibu
bersikap negative sebanyak 47 (82,5%), ibu
yang bersikap positif sebanyak 10 (17,5%).
Tabel 3.
Distribusi Dukungan Petugas Kesehatan Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang Tahun 2008
Dukungan Petugas
Kesehatan Jumlah %
Kurang Baik
Baik
48
9
84,2
15,8
Jumlah 57 100 %
Tabel 3 menunjukkan bahwa dukungan
petugas kesehatan baik sebanyak 15,8% (9),
sedangkan yang kurang baik sebanyak
84,2% (48).
Tabel 4.
Distribusi Dukungan Keluarga Dalam Pemberian
ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjungpinang
Tahun 2008
Dukungan Keluarga Jumlah %
Kurang Baik
Baik
40
17
70,2
29,8
Jumlah 57 100 %
Tabel 4 menunjukkan bahwa dukungan
keluarga kurang baik sebanyak 70,2% (40),
sedangkan yang baik sebanyak 29,8% (17).
B. Analisis Bivariat
Tabel 5.
Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Jang
Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjungpinang
Tahun 2008
Sik
ap
Ib
u
Pemberian ASI
Eksklusif Jumlah
Tidak Ya
Jum
lah %
Ju
mla
h
% Jum
lah %
Positif 21 95,
5
1 0,
5
22 10
0
Negatif 35 100 0 0 35 10
0
Jumlah 56 98,
2
1 1,
8
57 10
0
X2 = 0,056 P
= 0,813 Tabel 6.
Hubungan Dukungan Petugas
50
Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit
Bestari Kota
Tanjungpinang Tahun 2008
Sik
ap
Ib
u
Pemberian ASI
Eksklusif Jumlah Tidak Ya
Ju
ml
ah
% Ju
m
lah
% Jum
lah
%
Positif 21 95,
5
1 0,
5
22 100
Negatif 35 10
0
0 0 35 100
Jumlah 56 98,
2
1 1,
8
57 100
X2 = 0,00 P = 1,000
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian dapat diambil
analisis bahwa pada tabel 1 dan tabel 2
menunjukkan sebagian besar responden
tidak memberikan ASI secara eksklusif
kepada bayi disebabkan karena ibu
memberikan makanan tambahan selain ASI
yang terlalu dini dan rendahnya minat ibu-
ibu membaca buku petunjuk ibu menyusui
atau buku-buku informasi lainnya.
Sebagian besar ibu juga memiliki sikap
negatif dikarenakan ibu menyusui bayi
tidak sesuai jadwal (bukan sesuai
kebutuhan bayi) dan keinginan ibu untuk
menjaga keindahahan tubuh dengan tidak
memberikan ASI.
Tabel 3 menunjukkan bahwa dukungan
petugas kesehatan sangat kurang. Hal ini
terlihat dari kurangnya petugas kesehatan
memberikan penyuluhan tentang ASI
eksklusif sehingga ibu lebih banyak
memberikan susu formula kepada bayi
setalah lahir. Ibu-ibu membutuhkan
bantuan dan informasi tentang ASI dan
menyusui sehingga menambahkan
keyakinan si ibu untuk dapat menyusui
bayinya (Depkes, 2002).
Tabel 4 menunjukkan bahwa dukungan
keluarga terhadap ibu diketahui masih
kurang dalam proses pemberian ASI secara
eksklusif karena anggota keluarga ibu
masih memberikan makanan tambahan dan
kurang mengerti tentang ASI eksklusif.
Dalam Penelitian Rustam (1997 : 47) di
Jakarta didapatkan, bahwa ibu-ibu yang
mendapat dorongan dari keluarga
mempunyai kemungkinan 3,26 kali lebih
besar untuk memberikan ASI secara
eksklusif dari pada yang tidak mendapat
dukungan keluarga.
Analisa Bivariat dapat dilihat dari tabel 5
dan tabel 6. Tabel 5 menunjukkan bahwa
ibu yang memiliki sikap negatif dan tidak
memberikan ASI Eksklusif (100%). Hasil
uji statistik dengan uji chi-square
didapatkan p = 0,813 (p > 0,05) artinya
tidak ada hubungan yang bermakna antara
sikap ibu dengan pemberian ASI. Hasil
penelitian ini sama dengan hasil penelitian
Rekha Yulianifa tahun 2006 yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara sikap ibu dengan
pemberian ASI eksklusif. Begitu juga
dengan penelitian Syamsudirman tahun
2006 yang mengatakan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna dengan
51
pemberian ASI. Berdasarkan hasil
penelitian dapat diketahui bahwa hampir
keseluruhan responden tidak memberikan
ASI eksklusif, sementara penilaian ibu
terhadap pemberian ASI eksklusif cukup
positif.
Tabel 6 menunjukkan, ibu yang
mendapat dukungan petugas kesehatan
kurang baik dan tidak memberikan ASI
secara eksklusif (97,0%). Hasil uji statistik
dengan uji chi square diketahui bahwa nilai
p = 1,000 (p > 0,05) ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara dukungan keluarga ibu dengan
pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Irma Awana (2005 :
47) menunjukkan hasil yang sama yaitu
tidak ada hubungan yang bermakna antara
dukungan petugas kesehatan dengan
pemberian ASI eksklusif. Dukungan
petugas kesehatan yang baik terhadap
pemberian ASI eksklusif juga menambah
keyakinan, motivasi dan semangat si ibu
untuk memberikan ASI secara eksklusif
pada bayinya, si ibu akan mendapat
pengetahuan yang tinggi dari petugas
kesehatan.
Dukungan keluarga ibu baik dari orang
tua, mertua atau anggota keluarga yang lain
terutama dari suami terhadap pemberian
ASI eksklusif juga menambah keyakinan,
motivasi dan semangat si ibu untuk
memberikan ASI secara eksklusif pada
bayinya, si ibu akan mendapat perhatian
yang baik dari anggota keluarga. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soenarto (200 : 23-
38) yang mengatakan bahwa peranan
anggota keluarga sangat besar dalam
pemberian ASI eksklusif, suami yang
mengerti bahwa ASI dan menyusui paling
baik untuk bayi merupakan dukungan yang
baik untuk ibu agar berhasil menyusui
bayinya. Pendapat yang sama dari Roesli
(2000 :45) bahwa ibu memerlukan
dukungan keluarga saat si ibu menyusui
bayinya terutama dukungan dari suami.
KESIMPULAN
Menyusui merupakan cara pemberian
makanan yang paling ideal untuk anak
umur 4-6 bulan pertama karena Air Susu
Ibu (ASI) dapat memenuhi kebutuhan zat
gizi bayi. ASI mengandung semua gizi yang
dibutuhkan untuk membangun dan
menyediakan energi bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi secara optimal.
Oleh karena itu perlu kesadaran dari ibu
untuk memahami betapa pentingnya
pemberian ASI eksklusif serta perlunya
dukungan dari keluarga ibu sehingga ibu
bisa memberikan ASI secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Awana Irma, 2005. Hubungan Dukungan
Petugas Kesehatan dengan Pola
Inisiasi ASI Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Jujun Kabupaten Kerinci
52
Tahun 2005. Skripsi, Fkep. Unja .
Jambi
Basuki, Endah. 2004 Penyuluhan Diabetes
Melitus. Dalam Sidarmawan
Soegondo, (ed) 2004.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Hlm 131-135. RSUP Dr.
Cipto Mangun Kusumo dan Depkes
RI.
Depkes RI. 1999. Indonesia Sehat 2010.
Jakarta.
__, 2000. Konseling Penyusui Pelatihan
Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Dinkes Kota Tanjungpinang, 2008 Laporan
Tahunan Puskesmas Kota
Tanjungpinang. Kepulauan Riau.
Handajani, Sri. 1994. Pangan dan Gizi.
Universitas sebelas Maret.
Khomson, Ali. 2004. Pengantar Pangan dan
Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada
King, Savage F. 1993. Helping Mother To
Breastfeed. Kenya African Medical
and Research Foundation. Menolong
ibu menyusui. 1993. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Lisdiana, Ir. 1998. Wapada Terhadap
Kelebihan dan Kekurangan Gizi.
Trubus Agriwidya.
Moehji, Sjahmien. 1992. Pemeliharaan Gizi
Bayi dan Balita. Jakarta: Bhratara.
Muchtadi, Deddy. 1998. Gizi Untuk Bayi
ASISusu Formula, dan Makanan
Tambahan. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Notoadmodjo, Soekirdjo. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Neilson, Joan. 1995. Succesful
breastfeeding. Diterjemahkan oleh
Giato dan YUstina Rostiawati. 1995.
Cara Menyusui yang Baik. Jakarta :
Arcan.
Puskesmas Sei Jang, 2007. Laporan
Tahunan Puskesmas Sei Jang.
Tanjungpinang.
Riadi, Sugeng dan Arjatno Tjokronegoro.
1992. Apa yang Ingin Anda Ketahui
Tentang ASI. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Soetijiningsih. 1998. ASI Petunjuk Untuk
Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC.
53
Soenarto, Yati dkk. 2000. Peningkatan
Cakupan Ibu Menyusui Eksklusif.
Yogyakarta: Laboratorium Penelitian
Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjahmada.
Suharjo. 1992. Pemberian Makanan Pada
Bayi dan Anak. Yogyakarta:
Kanisius.
Utami, Roesli. 2000. Mengenal ASI
Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara.
Utami, Roesli. 2003. Mengenal ASI
Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara.
Widyaastuti, Danis dan Retno Widyani.
2002Panduan Perkembangan Anak 1
– 6 Tahun. Jakarta : Puspa Swara.
Wiryo, Hanato. 2001. Peningkatan Gizi
Bayi, Anak, Ibu Hamil, dan Menyusui
dengan Bahan Makanan Lokal.
Mataram : Sagung Seto.
Yulianifa, Rekha. 2006. Hubungan
Karakteristik Ibu dengan Pemberian
ASI pada Bayi 6 – 12 Bulan di
Kabupaten Solok Selatan Tahun
2006. Skripsi, Jurusan Gizi Poltekes
Padang.
1. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
54
PEDOMAN BAGI PENULIS
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH
TANJUNGPINANG
Umum Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan
belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah
tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik
penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.
Petunjuk Penulisan 1. Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset
keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas :
Pendahuluan : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian.
Metodologi : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara
pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan
grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang
disajikan dalam tabel atau gambar.
Hasil : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil
Dan Pembahasan tersebut dengan penelitian lain.
Daftar Pustaka : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil
tersebut dengan penelitian lain.
2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci;
pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama;
kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk).
3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan
alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal
40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang.
4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan
inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan
kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang
aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada
halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel
yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea.
5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan
tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah.
6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di
lampiri referensi.
7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber
pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh:
(Novia, 2009:12).
8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association).
9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi
ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi
nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir.
10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam
bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII,
Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang
Tuah di sertai tanda tangan penulis.
KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor
/bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal
keperawatan STIKES Hang Tuah.
Jenis Artikel
Penelitian
Ulasan artikel
Ringkasan
Laporan kasus
Penelitian klinis
Tinjauan pustaka
Lembar Metodologi
Halaman Judul
Judul Artikel
Nama lengkap penulis
Tingkat pendidikan penulis
Asal institusi penulis
Alamat lengkap penulis
Abstrak
Abstrak dalam Bahasa Indonesia
Abstrak dalam Bahasa Inggris
Kata kunci dalam Bahasa Indonesia
Kata kunci dalam Bahasa Inggris
Teks
Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan
Pendahuluan
Bahan dan Cara
Hasil
Diskusi
Kesimpulan
Kepustakaan
Gambar dan Tabel
Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab
Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar
Nama dan alamat untuk percetakan ulang
…………………………………………………………………………………………………………
… ………………………………………………………………………
Soft Copy
Penulis menjamin bahwa:
Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan. Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublika-
sikan dalam bentuk apapun. Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis
Tanda tangan penulis utama:
………………………………. Tgl…………………20………..
FORMULIR BERLANGGANAN
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
Nama :………………………………………………………………………………………
Mahasiswa
Individu
Instansi
Alamat :……………………………………………….......................................................................
…………………………………………………………………...............................
Telp: …………………………………………………..............................................
Akan berlangganan Jurnal Keperawatan,
Vol..............: No:……………………..s/d……………………………………
Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan
Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening
No……………….., Bank……………a/n…………………………………………..
Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang:
Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau
Telp / fax (0771) 316516
Pelanggan
Tgl. Pesanan :……………………. …………………..