Post on 02-Oct-2020
JURNAL
Kasus Kecelakaan Putra Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa, dalam Pemberitaan
Harian Kompas (Analisis Wacana tentang Berita Kasus Kecelakaan Putra
Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa, pada Harian Kompas
Periode Januari – Februari 2013)
Oleh:
AULIA CITRA HAPSARI
D0209010
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
1
Kasus Kecelakaan Putra Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa, dalam Pemberitaan
Harian Kompas (Analisis Wacana tentang Berita Kasus Kecelakaan Putra
Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa, pada Harian Kompas
Periode Januari – Februari 2013)
Aulia Citra Hapsari
Kandyawan
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Traffic accident causing death case is not new and uncommon in everyday life. Yet another story if the perpetrator is someone extraordinary. Deadly accident in which two people were killed occurred in Jagorawi Toll road, Tuesday, January 1st, 2013, at around 5.45 AM. Accident involved M Rasyid Amrullah, the youngest son of Coordinating Minister for the Economy, Hatta Rajasa. Therefore, it is interesting to know “How case of Rasyid Rajasa is constructed in the Kompas Daily for the period of January – February 2013?” Kompas Daily news chosen as the research object because it is a neutral national daily newspaper. This research is conducted to determine how the case of Rasyid Rajasa is constructed by Kompas daily news for the period of January – February 2013. Data collection technique that researcher using is by clipping or collecting news texts and other information sources that reports the case of Rasyid Rajasa in Kompas daily for the period of January – February 2013. This study uses a model of discourse analysis technique Teun A. Van Dijk qualitative which emphasis on the meaning of the text. Although the model of Van Dijk has three dimensions, here the author only focus on texts analyzing only. Van Dijk discourse element has three components of discourse structure, namely: the macro structure, superstructure and microstructure. Then the data obtained will be analyzed textually through word choice, word placement, use or selection of language and elements contained in the table element Van Dijk discourse by referring to the table in order to obtain a conclusion. The conclusion of how Kompas daily constructs reality in the text of Rasyid Rajasa accident case is it delivers the news straightforwardly. The chronology of events ranging from accident to the proceeding delivered coherently. Data and information displayed complete enough to include statements from several speakers. Kompas daily takes more standpoint of the public rather than from
2
Rasyid’s side. Kompas daily presents the facts and tucking some minor without a provocative satire. Keywords: discourse analysis, Van Dijk, Rasyid Rajasa, Kompas
Pendahuluan
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah lepas dari komunikasi. Sarah
Trenholm dan Arthur Jensen mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses
dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui berbagai
saluran.1 Sekarang ini, proses penyampaian dan penerimaan pesan sangat penting,
terutama komunikasi massa. Komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang. Maka dapat
diketahui bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa.2
Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada
komunikan yang beragam dan dalam jumlah banyak melalui media massa.
Komunikasi massa berhubungan dengan khalayak luas atau masyarakat. Seorang
komunikator media massa harus menyampaikan pesan kepada ribuan orang yang
bersifat heterogen dengan latar belakang pendidikan, tingkat ekonomi, dan
pemikiran yang berbeda pada waktu yang sama. Oleh karena itu seorang
komunikator massa harus mahir menemukan metode yang tepat untuk
menyampaikan pesan guna membina empati dengan jumlah terbanyak
komunikannya. Jadi ada dua tugas komunikator dalam komunikasi massa, yaitu
mengetahui apa yang ingin dikomunikasikan dan mengetahui bagaimana harus
menyampaikan pesannya untuk melancarkan penetrasi kepada komunikan.
Selain komunikator yang cerdas, dibutuhkan juga berita yang dapat menarik
perhatian masyarakat luas. Berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak
memihak dari fakta yang punya arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik
perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.3 Dalam proses
memahami berita, tentu harus memahami unsur dalam berita. Menurut Inung
1 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, Grasindo, 2004, hal. 6. 2 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2004, hal. 3. 3 Asep S. M. Romli, Jurnalistik Praktis, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009, hal. 35.
3
Cahya, unsur dalam berita adalah who (siapa), what (apa), when (kapan), where
(dimana), why (mengapa), dan how (bagaimana).4
Salah satu unsur berita seperti yang disebutkan diatas adalah siapa. Dapat
juga disebut dengan istilah man makes news atau name makes news. Berita
menjadi menarik jika subjeknya adalah seorang public figure, orang terkenal, baik
artis maupun politisi.
Selain itu diketahui juga istilah bad news makes good news. Dapat diartikan
bahwa masyarakat, baik sadar maupun tidak, lebih tertarik dengan berita negatif
daripada berita positif. Dengan demikian, berita negatif memiliki nilai berita yang
lebih. Penjelasan psikologi evolusioner menyebutkan mengapa berita negatif
memiliki nilai lebih dimulai dengan pengamatan empiris bahwa sistem tanggap
manusia dan fungsi otak yang lebih rendah mengalami kesulitan membedakan
antara rangsangan media dan rangsangan nyata. Mekanisme otak level bawah ini
berfungsi pada tingkat bawah sadar membuat evaluasi dasar rangsangan
perspektif, memusatkan perhatian pada rangsangan yang penting, dan memulai
reaksi emosional dasar. Penelitian juga menemukan bahwa otak membedakan
antara rangsangan negatif dan positif serta bereaksi lebih cepat dan lebih otomatis
kepada rangsangan negatif yang juga diingat lebih baik. Ini mungkin memiliki
penjelasan mengapa penting untuk cepat memusatkan perhatian, mengevaluasi,
dan merespon cepat terhadap ancaman. Sementara reaksi untuk rangsangan
negatif yang kuat adalah untuk menghindari, rangsangan negatif yang lebih
rendah menyebabkan rasa ingin tahu dan mencari tahu lebih lanjut. Itulah
mengapa berita negatif lebih popular daripada berita positif.5
Kasus kecelakaan lalu lintas bukanlah hal yang baru dan luar biasa dalam
kehidupan sehari-hari. Sejak tahun 2007-2011 jumlah kecelakaan lalu lintas terus
bertambah. Kerugian yang dialami pun tidak hanya secara material, namun juga
tidak jarang hingga menyebabkan kematian. Tercatat dari 108.696 kecelakaan
4 Inung Cahya, Menulis Berita di Media Massa, Yogyakarta, PT Citra Aji Parama, 2012, hal. 17. 5 Roberts, S. Craig, Applied Evolutionary Psychology, New York, Oxford University Press, 2011.
4
yang terjadi pada 2011, 31.195 nyawa melayang dan kerugian material yang
diderita mencapai Rp 217.435.000,00.6
Pada Selasa 1 Januari 2013 sekitar pukul 05.45 WIB kecelakaan maut yang
mengakibatkan dua orang tewas terjadi di dalam Tol Jagorawi, KM 3+350.
Kecelakaan melibatkan mobil BMW B 272 HR berwarna hitam yang
dikemudikan M Rasyid Amrullah, putra bungsu Menko Perekonomian Hatta
Rajasa dengan Daihatsu Luxio hitam F 1622 CY. Peristiwa itu bermula ketika
kedua mobil berada di jalur paling kanan. Mobil Luxio berada di depan, lalu tiba-
tiba ditabrak mobil BMW hingga pintu samping mobil Luxio terbuka dan
penumpang jatuh hingga kedua penumpang tewas. Korban tewas adalah Harun
(57 tahun), pria beralamat Jalan Semangka 1 N0.99 Cibodas Sari, Tangerang dan
M Raihan (14 bulan), bocah laki-laki, beralamat Kampung Ciaul RT 8/2
Mekarjaya, Kababungan, Sukabumi, Jawa Barat. Sementara korban luka ringan
adalah Nung (30 tahun), perempuan beralamat Mekarjaya, Sukabumi, yang luka
lecet pada wajah dan kaki. Moh Rifan, laki-laki luka pada kaki dan tangan lecet
yang dirawat di RS Polri. Lalu, Supriyati (30 tahun), beralamat di Jalan Swadaya
III No 8 Rawabuaya Jatinegara, Jakarta Timur.7
Hal yang tidak biasa dari kecelakaan diatas yang menyebabkan masyarakat
ramai memperbincangkan adalah pelaku kecelakaan yang bukan orang biasa, M
M Rasyid Amrullah, putra bungsu Menko Perekonomian Hatta Rajasa. Dan
seperti yang diketahui masyarakat bahwa Hatta Rajasa merupakan besan dari
orang nomor satu di Indonesia kala itu yaitu mantan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Selain itu, masyarakat mencium adanya diskriminasi dalam kasus ini
karena hingga saat ini Rasyid Rajasa tidak ditahan.
Masyarakat dapat melihat langsung, bukan hanya tidak ditahan,
penyelesaian kasusnya pun begitu cepat. Dalam kasus yang menghilangkan nyawa
orang lain ini, ancaman hukuman Rasyid di atas lima tahun sehingga ia
6 Diakses dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=17¬ab=14 / 10 Februari 2013 7vvn/CN34, Kronologi Kecelakaan Maut Putra Hatta Rajasa, http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/01/02/139981/Kronologi-Kecelakaan-Maut-Putra-Hatta-Rajasa, 2013, (diakses 11 Februari 2013)
5
seharusnya ditahan. Ini demi mempermudah proses hukum, memenuhi rasa
keadilan di masyarakat sehingga tidak ada rasa diskriminatif.
Melihat bahwa Hatta Rajasa adalah salah seorang pejabat tinggi negara dan
dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia, maka penulis memilih untuk meneliti
Harian Kompas. Harian Kompas merupakan salah satu surat kabar nasional yang
dapat didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Pemberitaan mengenai kecelakaan yang menimpa Rayid Rajasa di berbagai
macam media memiliki berbagai macam sudut pandang. Tergantung bagaimana
penulis berita atau wartawan tersebut menyusun kasus Rasyid Rajasa ini menjadi
suatu berita. Berbagai macam sudut pandang diambil untuk dapat menghasilkan
berita yang paling menarik, dengan news value yang paling tinggi.
Proses pengkonstruksian dalam media ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain pemilihan kata dan tata bahasa, penonjolan unsur yang dianggap
paling menarik, dan pemilihan narasumber yang kompeten. Penelitian ini
dimaksudkan untuk melihat bagaimana media Indonesia, disini harian Kompas
memandang kasus Rasyid Rajasa ini dari sudut pandang media.
Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
Bagaimana berita kasus putra Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa dikonstruksikan
dalam Harian Kompas periode Januari – Februari 2013?
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal
dari kata Latin communication, dan berasal dari kata communis yang berarti
sama. Sama disini diartikan sebagai sama makna. Definisi ringkas dari
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan yang diajukan Harold
Lasswell yaitu Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect
6
atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan
Pengaruh Bagaimana?.8
Mengingat bahwa setiap tindakan komunikasi senantiasa mengandung
kepentingan, apalagi komunikasi melalui media massa, seperti surat kabar,
maka layaklah jika dikatakan bahwa setiap tindakan komunikasi adalah suatu
pembentukan wacana dari sang komunikator. Dalam pandangan komunikasi
sebagai analisis wacana ini komunikasi dilakukan dalam rangka menciptakan
“kenyataan lain” atau “kenyataan kedua” melalui pembentukan sebuah
wacana sebagai pengganti dari realitas atau kenyataan pertama. Cara yang
ditempuh dalam pembentukan wacana itu adalah proses yang disebut
konstruksi realitas, sehingga realitas yang diwacanakan itu boleh kita sebut
dengan realitas yang telah dikonstruksikan.9
2. Pers dan Berita
Pers mempunyai daya pengaruh yang hebat, baik terhadap individual
maupun kelompok. Pers dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan melalui dan terhadap
tokoh-tokoh (formal maupun informal) masyarakat, di tingkat nasional
maupun lokal. Sedangkan secara langsung pers dapat memberikan sejumlah
pengetahuan, alternatif, dan sosial kontrol pada para pembacanya.10
Berita menurut Kusumaningrat adalah informasi aktual tentang fakta-
fakta dan opini yang menarik perhatian orang..11 Sedangkan berita menurut
Charnely adalah laporan yang hangat, padat, dan cermat, mengenai suatu
kejadian, bukan kejadiannya itu sendiri.12 Jakoeb Oetama mendefinisikan
berita sebagai laporan tentang kejadian yang aktual, bermakna, menarik.
Setiap hari selalu lebih banyak kejadian daripada jumlah berita dalam media
8 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remadja Rosdakarya, 2005, hal. 62-65. 9 Hamad, Ibnu. “Komunikasi Sebagai Wacana”, Jurnal Mediator, Nomer 2, Vol 7, Desember 2006, hal. 263 10 Wina Armada, Wajah Hukum Pidana Pers, Jakarta, Pustaka Kartini, 1989, hal. 16. 11 Totok Djuroto, Teknik Mencari & Menulis Berita, Semarang, Dahara Prize, 2003, hal.6. 12 Mursito BM, Penulisan Jurnalistik: Konsep dan Teknik Penulisan Berita, Solo, SPIKOM, 1997,
hal.37.
7
massa, termasuk dalam pers. Karena kejadian hanya menjadi berita setelah
diangkat oleh wartawan, maka terjadilah proses seleksi. Surat kabar, melalui
wartawan, memilih, atau melakukan seleksi, sejumlah kejadian.13
3. Hukum
Menurut Van Kan hukum ialah keseluruhan peraturan hidup yang
bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam
masyarakat. Peraturan dalam menjalankan kehidupan diperlukan untuk
melindungi kepentingan dengan tertib. Sedangkan Utrecht berpendapat bahwa
hukum adalah himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun larangan)
yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh
anggota masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk
hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah. Wiryono
Kusumo mengemukakan bahwa hukum adalah keseluruhan peraturan baik
yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib dalam masyarakat
dan terhadap pelanggarnya umumnya dikenakan sanksi. Sedangkan tujuan dari
hukum adalah untuk mengadakan keselamatan, kebahagiaan, dan ketertiban
dalam masyarakat. Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa
hukum merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur
kehidupan manusia dalam masyarakat, dan juga mencakupi lembaga-lembaga
(institutions) dan proses-proses (processes) yang mewujudkan berlakunya
kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.14
4. Jurnalisme Hukum
Jurnalisme hukum (law journalism) adalah jurnalisme yang khusus
mengupas semua persoalan-persoalan yang berkaitan dengan bidang hukum.
Karena masalah hukum adalah sesuatu yang sangat luas, maka cakupan
jurnalisme hukum ini memang sangat luas pula, tidak sekedar perkara saling
13 Jakob Oetama, Pers Indonesia Berkomunikasi Dalam Masyarakat Tidak Tulus, Jakarta, Penerbit
Buku Kompas, 2001, hal.4. 14 Bernadus, Pengertian Hukum dan Tujuan Hukum, http://bernaduscarl.blogspot.com/, 2012, (diakses 10 September 2013).
8
gugat antara dua pihak, melaporkan persidangan kasus korupsi, memberitakan
kasus pencemaran nama baik, melaporkan kejanggalan pengusutan, hingga
persidangan kasus pembalakan kayu, tapi juga mengupas tata cara pemilihan
hakim agung, perdebatan dan apa yang terjadi dibalik disahkannya sebuah
rancangan undang-undang, masalah hukum yang muncul dari penerapan
sebuah undang-undang dan sebagainya.
Dengan demikian, pada akhirnya jurnalisme hukum memang menuntut
wartawan hukum mengerti dan memahami istilah-istilah hukum. Menuntut
wartawan hukum membaca dan memahami setiap undang-undang yang
mempunyai hubungan dengan berita atau persoalan hukum yang ditulisnya,
serta menuntut wartawan hukum untuk panjang akal: memiliki ide dan cara
mendapatkan informasi dan menemui narasumber, sekali pun narasumber
tersebut berada di balik jeruji penjara.
5. Sosiologi Hukum
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki naluri untuk selalu hidup
bersama dengan orang lain. Naluri tersebut kemudian mengakibatkan
munculnya hasrat yang kuat untuk dapat hidup teratur. Akan tetapi, apa yang
dianggap teratur oleh seseorang belum tentu teratur pula bagi orang lain.
Dengan adanya perbedaan sudut pandang tersebut, maka besar kemungkinan
terjadinya bentrokan kepentingan di dalam masyarakat. Keadaan tersebut
harus dicegah untuk mempertahankan integrasi dan integritas masyarakat.
Proses terjadinya pola perilaku yang kemudian menjadi norma atau
kaedah, dipelajari oleh sosiologi. Lama kelamaan, dengan adanya proses
pengkhususan atau spesialisasi di dalam berbagai ilmu sosial, maka tumbuh
pula suatu cabang sosiologi yang dinamakan sosiologi hukum. Sosiologi
hukum yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris
mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial
lainnya.15
15 Soerjono Soekanto, Mengenal Sosiologi Hukum, Bandung, Penerbit Alumni, 1982, hal. 10-11.
9
6. Konstruksivisme
Konstruktivisme sendiri lahir dari adanya titik temu dari dua aliran
sosiologi besar. Aliran sosiologi tersebut adalah aliran sosiologi pengetahuan
(sociology of knowledge) dan sosiologi ilmu pengetahuan/sains (sociology of
science). Max, Markheim dan Durkheim merupakan tokoh dibalik sosiologi
pengetahuan, mereka menekankan pada peran saling memberi akibat dari
faktor-faktor sosial dalam membentuk kepercayaan individu. Sedangkan
Robert Merton (1973) menjadi penggagas dari sosiologi sains atau juga
disebut sosiologi mertonian yang merupakan kajian sosial terhadap ilmu
pengetahuan. Sosiologi sains bertolak pada bagaimana institusi ilmu terbentuk
dan berusaha menjelaskan peran sosial yang diciptakan profesi ilmuan, dan
sistem penghargaan yang mengarahkan aktivitas ilmiah, dan seterusnya.16
Kaum konstruktivisme memiliki asumsi mendasar, Sasa dalam
bukunya menguraikan asumsi tersebut sebagai berikut,
1. Suatu kejadian tidak hadir begitu saja secara objektif, tapi
diketahui/dipahami melalui pengalaman.
2. Realitas dipahami melalui kategori, kategori bahasa secara situasional
yang tumbuh dari interaksi sosial di dalam suatu kelompok sosial pada
saat dan tempat tertentu.
3. Bagaimana suatu realitas dapat dipahami, ditentukan oleh konversi-
konversi komunikasi yang dilakukan saat itu.
Pemahaman terhadap realitas yang tersusun secara sosial membentuk
banyak aspek penting lain dari kehidupan.17
7. Pendekatan Analisis Wacana
Analisis wacana dan analisis wacana kritis merupakan salah satu metode
penelitian kualitatif. Wacana sendiri berasal dari bahasa Latin discursus yang
16 Andre Kukla, Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Jendela, 2003, hal.11-13. 17 Sasa Sendjaya, Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka, 1994, hal.325-326.
10
berarti lari kian kemari, yang diturunkan dari dis (berarti dari arah yang
berbeda) dan curere (berarti lari). Wacana (discourse) dapat berarti :18
a. Komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi, ide-ide atau gagasan-gagasan,
konversasi, atau percakapan.
b. Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu objek studi atau pokok
telaah.
c. Risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa wacana adalah
pemakaian bahasa dalam komunikasi, baik disampaikan secara lisan
(percakapan, ceramah, dll) maupun secara tertulis (bahasa yang dipakai dalam
tulisan ilmiah, surat, dll). Alex Sobur memberikan pengertian wacana sebagai
rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal
(subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang
koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun non segmental bahasa.19
Sedangkan analisis wacana dirumuskan sebagai studi tentang struktur pesan
dalam komunikasi.20
Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan
dikembangkan oleh beberapa ahli, model Van Dijk adalah model yang
paling banyak dipakai. Analisis wacana kritis model van Dijk bukan hanya
semata-mata mengalisis teks, tapi juga melihat bagaimana struktur sosial,
dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat, dan
bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang membentuk dan
berpengaruh terhadap teks yang dianalisis. Van Dijk menggambarkan
wacana dalam tiga dimensi atau bangunan yaitu : teks, kognisi sosial dan
konteks sosial.
Analisis teks terdiri atas beberapa struktur/ tingkatan yang masing-
masing bagian saling mendukung. Ada tiga tingkatan dalam analisis teks:
struktur makro, superstruktur dan struktur mikro.
18 Sumarlan, Teori dan Praktek: Analisis Wacana, Surakarta, Pustaka Cakra, 2003, hal. 3. 19 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004, hal.11. 20 ibid, hal. 48
11
Metodologi
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif-kualitatif dengan dasar
penelitian mengunakan metode analisis wacana kritis Teun A. van Dijk. Data
deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan
data untuk memberi gambaran laporan penyajian. Oleh karena sifatnya
berhubungan dengan kata-kata dan perilaku orang, maka pendeskripsian menjadi
sangat penting untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih jelas atas
masalah yang dibahas. Proses interpretasi dilakukan, yaitu menafsirkan data guna
mengungkapkan makna-maknanya sebagai bagian dari analisis. Penelitian ini
mengandalkan pemahaman interpretasi teks dan penafsiran oleh peneliti.
Sajian dan Analisis Data
Pada bagian ini akan disajikan data-data yang telah didapatkan dan akan
langsung dianalisis terkait permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Data
didapat dari teks berita kasus kecelakaan Rasyid Rajasa yang dimuat Harian
Kompas periode Januari – Februari 2013.
1. Teks berita “Dua Tewas dalam Kecelakaan di Tol Salah Satu Pengemudi
Putra Hatta Rajasa”
Tematik : Tema utama teks berita ini adalah kecelakaan yang menewaskan
dua orang dan melibatkan putra Hatta Rajasa.
Skematik : Penulis menjelaskan kejadian kecelakaan serta identitas pelaku dan
korban. Kemudian penulis mengambil sudut pandang dari pihak pelaku, yaitu
Rasyid Rajasa.
Semantik : Elemen detil berisi tentang identitas pelaku dan korban, serta
penjelasan dari pihak Rasyid. Elemen wacana praanggapan terdapat pada
keterangan dari Kombes Rikwanto, Bima Arya Sugiarto, Dradjad Wibowo, dan
Hatta Rajasa. Elemen maksud terdapat pada par. 8 dan 9 dimana penulis seakan
mengarahkan pembaca bahwa Rasyid menghindari proses hukum dengan alasan
sakit.
12
Sintaksis : Bentuk koherensi terdapat pada par.3 dimana penulis menyebut
Rasyid sebagai anak Hatta Rajasa yang dapat menambah nilai berita. Kata
“namun” pada par.8 menjelaskan niatan Rasyid untuk mengikuti proses hukum
walaupun prosesnya akan sedikit tersendat karena Rasyid masih dirawat.
Leksikon : Kalimat “menemui keluarga korban” pada par.10 dirasa kurang
tepat karena menurut KBBI, temu memiliki arti sua atau jumpa. Kata menemui
dapat diganti dengan mengunjungi yang memiliki arti mendatangi untuk
menjumpai, mengunjungi, melawat, dll.
Stailistik : Majas personifikasi terdapat pada kalimat “mengikuti proses
hukum” atau “menghadapi proses hukum”. Proses hukum bukan merupakan
benda hidup yang seharusnya tidak dapat diikuti atau dihadapi. Ini berfungsi
untuk menggambarkan bahwa proses hukum merupakan rangkaian peraturan yang
harus dipatuhi sebagai akibat dari tindakan pelanggaran hukum.
2. Teks berita “Rasyid Amrullah Tersangka Kelalaian”
Tematik : Teks berita ini mengangkat tema penetapan Rasyid Rajasa menjadi
tersangka pada peristiwa kecelakaan yang menewaskan dua orang.
Skematik : Penulis membagi teks berita ini dalam beberapa isu. Yang pertama
penetapan Rasyid menjadi tersangka walaupun pemeriksaan belum selesai. Yang
kedua, penulis menjelaskan alasan pemeriksaan yang belum tuntas. Kemudian
disebutkan jumlah santunan dan perasaan keluarga korban.
Semantik : Latar pada teks berita ini adalah penetapan Rasyid sebagai
tersangka pada kasus kecelakaan yang menewaskan dua orang. Elemen detil berisi
penjelasan Rikwanto mengenai penetapan Rasyid sebagai tersangka dan proses
BAP. Elemen wacana praanggapan mengambil pendapat dari Kombes Rikwanto
dan Eman, ayah salah satu korban meninggal. Elemen maksud terdapat pada par.5
dimana Rikwanto menyatakan Rasyid masih dirawat. Penulis seolah
menyampaikan bahwa walaupun Rasyid dalam kondisi sakit tapi masih menjalani
proses BAP.
Sintaksis : Pada par.1 terdapat kalimat “Rasyid sudah menjalani pemeriksaan,
tetapi belum tuntas karena tersangka harus menjalani perawatan dirumah sakit”.
13
Kalimat tersebut sudah menjelaskan sebab akibat tertundanya pemeriksaan
Rasyid. Pada par.5 terdapat koherensi penjelas yang menyebutkan kondisi Rasyid
tidak mungkin melanjutkan pemeriksaan. Pada par.7 terdapat pengulangan kata
“juga” sehingga kalimatnya menjadi kurang efektif.
Leksikon : Penulis memilih menggunakan kata “kelalaian” yang dalam KBBI
berarti kurang hati-hati, tidak mengindahkan, lengah. Pemilihan kata sudah tepat,
namun bagi pembaca yang tidak mengikuti berita ini dari awal menjadi kurang
mengerti isi dari teks berita ini.
Stailistik : Majas personifikasi terdapat pada par. 6 kalimat “… jiwanya
terguncang…”. Jiwa yang sesungguhnya bukan benda hidup itu diibaratkan
terguncang atau tergoyang cepat-cepat, terganggu keseimbangan- nya.
Perumpamaan ini dibuat untuk menggambarkan kondisi Rasyid yang tidak stabil
akibat perasaan bersalah kepada keluarga korban kecelakaan.
3. Teks berita “Penyerahan Rasyid ke Polda Ditunda”
Tematik : Tema utama teks berita ini adalah penundaan penyerahan Rasyid
Rajasa ke Polda Metro Jaya. Terdapat pula penjelasan mengenai penyakit Rasyid
pasca terjadinya kecelakaan.
Skematik : Pertama, teks berita membahas jumpa pers yang digelar RSPP
mengenai kondisi Rasyid. Beberapa dokter spesialis yang menangani Rasyid
memberikan keterangan. Selanjutnya terdapat pernyataan Hatta Rajasa yang
menyerahkan semua proses hukum kepada pihak berwajib. Terakhir dicantumkan
juga tanggapan dari pihak Polda Metro Jaya mengenai penundaan ini.
Semantik : Latar yang disampaikan adalah penundaan penyerahan Rasyid
Rajasa ke Polda Metro Jaya karena kondisinya yang masih sakit. Elemen detil
berisi penjelasan rinci dari dokter spesialis yang menangani Rasyid mengenai
sakit yang dideritanya. Elemen wacana praanggapan melibatkan dokter spesialis
yaitu Abdul Haris dan Endah Rona Wulan. Terdapat pula pernyataan dari Hatta
Rajasa dan Kombes Rikwanto. Elemen maksud terdapat pada par.9 dimana pihak
Rasyid sudah ingin menyerahkan Rasyid tetapi tidak diperbolehkan pihak RSPP.
14
Pernyataan itu seolah ingin menegaskan bahwa yang menghambat proses hukum
bukan dari pihak Rasyid.
Sintaksis : Pada par.3 penulis menyertakan identitas Hatta Rajasa sebagai
Menko Perekonomian yang bisa menambah nilai berita. Koherensi sebab akibat
terdapat pada par.9 yang menyatakan bahwa penyebab terjadinya penundaan
penyerahan Rasyid ke Polda adalah pihak RSPP yang belum mengijinkan Rasyid
keluar dari RSPP karena kondisinya masih belum stabil.
Leksikon : Terdapat kata “pasien” dalam par.1 yang digunakan untuk
menegaskan kondisi Rasyid yang masih sakit dan dirawat. Penggunaan kata
“menegaskan” pada par.8 digunakan untuk menekankan bahwa penyebab
penundaan penyerahan Rasyid adalah pihak RSPP yang tidak mengijinkan
dikarenakan kondisi Rasyid masih belum stabil.
Stailistik : Saat mengutip pernyataan pada par.7 dan 8, penulis menggunakan
kata menegaskan yang digunakan untuk menekankan makna atau ketegasan
dibalik pernyataan yang dikutip tersebut. Pada par.10 terdapat majas personifikasi
yang berbunyi “…RSPP melayangkan…” Dalam kalimat tersebut seolah
bangunan RSPP yang mengirim surat, padahal hanya beberapa orang saja.
4. Teks berita “Rasyid Rajasa Sempat Pingsan”
Tematik : Tema utama teks berita ini adalah Rasyid Rajasa yang menjalani
proses BAP lanjutan setelah sempat tertunda. Disebutkan juga bahwa Rasyid
sempat pingsan dan dibawa ke RS Polri.
Skematik : Penulis menjelaskan kejadian pingsannya Rasyid saat proses BAP
lanjutan. Pihak Polda juga menjelaskan mengenai pingsannya Rasyid dan alasan
Rasyid harus dilarikan ke RS Polri. Penulis juga mendeskripsikan hadirnya Hatta
Rajasa dan istrinya yang mendampingi Rasyid.
Semantik : Latar teks berita ini adalah kejadian pingsannya Rasyid saat
menjalani BAP lanjutan di Polda Metro Jaya karena kondisinya yang belum stabil.
Elemen detil berisi penggambaran penulis mengenai detil kejadian yang didapat
dari keterangan pihak yang terlibat serta pengamatan penulis sendiri. Elemen
wacana praanggapan menyertakan pernyataan dari kuasa hukum Rasyid, Ajun
15
Kombes Sudarmanto, dan Hatta Rajasa. Elemen maksud pada par.10
mengisyaratkan bahwa pihak Rasyid yang ingin menjalani proses hukum
secepatnya tetapi kondisi Rasyid belum stabil dan RSPP meminta waktu untuk
perawatan pemulihan.
Sintaksis : Koherensi pada par.2 yang menyertakan keterangan tambahan
mengenai ambulan milik PT Jasa Raharja sebenarnya tidak diperlukan karena
tidak mengubah inti berita. Pada par.6 menegaskan kondisi Rasyid yang masih
belum sembuh total sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Menjaga
keselamatan Rasyid demi kelancaran proses hukum juga merupakan tanggung
jawab polisi.
Leksikon : Pada par.9 penulis menggunakan kata “dibimbing” untuk
menegaskan kondisi Rasyid yang belum pulih baik secara fisik maupun psikis
sehingga masih membutuhkan bimbingan atau tuntunan.
Stailistik : Majas tropen terlihat beberapa kali dalam teks ini, salah satunya
pada par.1 yang berbunyi “Rasyid akhirnya dilarikan ke rumah sakit” yang berarti
Rasyid dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulan. Penggunaan elemen grafis
menggunakan foto yang menampilkan Rasyid, Hatta dan istri, dan seorang polisi
wanita. Foto tersebut diambil saat Hatta dan istrinya mengantarkan Rasyid ke
Polda Metro Jaya.
5. Teks berita “Rasyid Kembali Tidak Ditahan”
Tematik : Tema yang diangkat adalah Rasyid Rajasa yang kembali tidak
ditahan meski sudah ditetapkan sebagai tersangka. Rasyid hanya datang ke
Kejaksaan Negeri Jakarta Timur untuk menyerahkan berkas tahap kedua.
Penyidik Polda sudah melimpahkan berkas ke Kejaksaan Negeri Jakarta Timur.
Skematik : Isi teks membahas mengenai Rasyid yang tidak ditahan meski
sudah ditetapkan sebagai tersangka. Terdapat keterangan dari pihak kejaksaan
yang telah menerima berkas kasus Rasyid. Disampaikan juga pertimbangan yang
menyebabkan Rasyid tidak ditahan.
Semantik : Latar teks ini adalah tidak ditahannya Rasyid meski sudah
ditetapkan sebagai tersangka. Elemen detil berisi keterangan dari pihak kejaksaan
16
mengenai penyerahan berkas dari pihak Rasyid dan Polda. Elemen wacana
praanggapan melibatkan pernyataan dari Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Timur,
Andi Herman. Elemen maksud pada par.6 dimana penulis seolah ingin
menegaskan apakah tidak ditahannya Rasyid karena mendapat keistimewaan
sebagai anak menteri.
Sintaksis : Pada par.1 penulis kembali menegaskan identitas Hatta Rajasa
yang adalah seorang menteri. Pembaca diajak berspekulasi apakah tidak
ditahannya Rasyid juga ada hubungannya dengan statusnya sebagai anak pejabat
tinggi negara.
Leksikon : Pada par.6 penulis memilih menggunakan kata “disinggung” yang
cenderung memiliki makna negatif. Isu penangguhan penahanan Rasyid memang
dipertanyakan karena jabatan ayahnya, Hatta Rajasa.
Stailistik : Tidak terdapat elemen stailistik (retoris) dalam teks berita ini.
6. Teks berita “Rasyid Mendapat Dakwaan Kombinasi”
Tematik : Tema utama teks berita ini adalah sidang perdana kasus kecelakaan
Rasyid Rajasa. Agenda sidang adalah pembacaan dakwaan. Jaksa penuntut umum
mengajukan dakwaan kombinasi karena menyebabkan korban luka hingga
meninggal. Selain itu, hingga sidang berlangsung, penahanan Rasyid masih
ditangguhkan.
Skematik : Penulis menjelaskan jalannya sidang perdana tersebut. Dakwaan
kombimasi yang didapat Rasyid juga dijabarkan oleh penulis. Isu lain yang
diangkat yaitu penangguhan penahanan Rasyid. Jika sebelumnya kondisi Rasyid
belum pulih, kali ini Rasyid dinilai kooperatif sehingga tidak perlu ditahan.
Semantik : Latar teks ini adalah sidang perdana kasus kecelakaan Rasyid
Rajasa. Pada sidang tersebut Rasyid mendapatkan dakwaan kombinasi. Elemen
detil berisi tentang sedikit penjelasan kecelakaan yang terjadi dan juga detil pasal-
pasal yang menjadi dasar dakwaan Rasyid. Disebutkan pula keterangan dari pihak
pengacara Rasyid tentang dakwaan tersebut. Selain itu penulis juga menuliskan
agenda sidang selanjutnya yaitu pemeriksaan saksi. Disebutkan beberapa saksi
yang akan dihadirkan dalam sidang berikutnya. Elemen wacana praanggapan
17
dalam teks ini melibatkan pernyataan dari jaksa penuntut umum, Emilwan
Ridwan, pengacara Rasyid, Riri Purbasari Dewi, dan Humas Pengadilan Negeri
Jakarta Timur, Djaniko MH Girsang. Elemen maksud dapat dilihat dari par.11-13
dimana isu penangguhan penahanan Rasyid masih terus dipertanyakan.
Sintaksis : Tidak terdapat elemen sintaksis dalam teks berita ini.
Leksikon : Tidak terdapat elemen leksikon dalam teks berita ini.
Stailistik : Penggunaan elemen grafis dalam teks ini menggunakan foto Rasyid
saat menjalani sidang. Terlihat Rasyid sedikit menunduk dalam foto tersebut.
Pada par.3 penulis menggunakan kata “menghantam” untuk menjelaskan bahwa
tabrakan atau kecelakaan yang terjadi cukup keras sehingga menyebabkan korban
tewas.
7. Teks berita “Saksi Dengar Rasyid Akui Bersalah dan Mengantuk”
Tematik : Tema utama yang diangkat teks berita ini adalah sidang kedua kasus
kecelakaan Rasyid Rajasa. Agenda sidang adalah pemeriksaan saksi. Saksi yang
dihadirkan berjumlah lima orang.
Skematik : Penulis membuka dengan menyampaikan kesimpulan sidang.
Dilanjutkan dengan pernyataan Rasyid yang tidak sesuai dengan pertanyaan
hakim maupun pernyataan saksi. Setelah itu penulis mengutip pernyataan dari
saksi berikutnya yang menyatakan bahwa Rasyid mengakui kepada dirinya sedang
mengantuk saat mengemudi. Rasyid menolak memberikan keterangan tentang hal
tersebut. Kemudian penulis juga mengutip pernyataan dari saksi ketiga yang
menyatakan mendengar Rasyid mengaku bersalah dan akan bertanggung jawab.
Berita ditutup dengan informasi mengenai sidang lanjutan.
Semantik : Latar pada teks berita ini adalah sidang kedua dari kasus
kecelakaan Rasyid Rajasa dengan agenda mendengarkan keterangan lima saksi.
Elemen detil dapat dilihat pada par.2 dimana penulis menambahkan detil peristiwa
kecelakaan. Pada par.6, 8, 9, 10, dan 11 penulis mengutip pernyataan para saksi.
Elemen wacana praanggapan melibatkan pernyataan dari para saksi yaitu Unggul
Budi Raharja, Rangga Ikra Nugraha, dan Inspektur Dua Sumadi. Selain itu
penulis juga mengutip Rasyid Rajasa dan Ketua Majelis Hakim Suharjono.
18
Elemen maksud dapat dilihat pada par.6 dimana disebutkan saat dimintai
tanggapan, jawaban Rasyid tidak sesuai dengan keterangan saksi. Sangkalan dari
Rasyid mengenai mengantuk saat mengemudi padahal tidak ada yang
menyinggung hal tersebut justru menimbulkan kecurigaan bagi yang mendengar.
Sintaksis : Pada par.5 berisi keterangan yang kurang relevan. Jika dihilangkan
pun tidak akan mengganggu keseluruhan isi berita. Pada par.6, identitas Rasyid
sebagai anak dari Hatta Rajasa menjadi kekuatan dalam teks berita ini sehingga
hal tersebut diselipkan pada setiap teks berita.
Leksikon : Tidak terdapat elemen leksikon dalam teks berita ini.
Stailistik : Pada par.2 penulis menggunakan kata “menghantam” untuk
menjelaskan bahwa tabrakan atau kecelakaan yang terjadi cukup keras sehingga
menyebabkan korban tewas.
Kesimpulan
Kesimpulan dari bagaimana Harian Kompas mengkonstruksi realitas dalam
teks berita kasus kecelakaan Rasyid Rajasa adalah Kompas menyampaikan berita
dengan lugas. Kronologis peristiwa mulai dari kecelakaan hingga jalannya
persidangan disampaikan secara runtut. Data dan informasi yang ditampilkan
cukup lengkap dengan menyertakan beberapa narasumber.
Beberapa kali pembaca diajak untuk bersimpati kepada keluarga korban
dengan menyampaikan kondisi dan kesedihan keluarga korban tewas. Pembaca
juga diperlihatkan bahwa pihak Rasyid sangat menyesal dan bertanggung jawab
dengan memberikan santunan kepada keluarga korban tewas dan luka-luka.
Dengan mengambil simpati pembaca bagi kedua pihak dapat dilihat bahwa
Kompas bersikap cukup netral dalam pemberitaan kasus ini pada saat itu.
Isu berikutnya mengenai proses pemeriksaan dan penangguhan penahanan
Rasyid. Pihak Rasyid memilih untuk lebih banyak bungkam ketika disinggung
mengenai hal ini. Hal tersebut menyebabkan Kompas mencari informasi dari
pihak kepolisian yang menyatakan beberapa alasan penahanan Rasyid
ditangguhkan. Kompas mengajak pembaca untuk ikut berspekulasi mengenai hal
tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan kata yang digunakan penulis.
19
Rasyid akhirnya ditetapkan sebagai tersangka, dan kemudian sebagai
terdakwa. Namun demikian Rasyid tetap tidak ditahan. Beberapa kali Kompas
menggunakan pemilihan kata yang menyindir atau menyinggung halus mengenai
fakta bahwa Rasyid adalah putra dari Hatta Rajasa. Pembaca diajak berfikir lebih
jauh mengenai fakta tersebut tanpa diungkapkan terlalu jelas.
Masyarakat banyak yang berspekulasi bahwa Rasyid mendapat keistimewaan
hukum karena statusnya sebagai anak pejabat tinggi negara. Kompas lebih banyak
mengambil sudut pandang dari masyarakat daripada dari pihak Rasyid. Harian
Kompas menyajikan fakta dan menyelipkan beberapa sindiran kecil tanpa bersifat
provokatif.
Saran
1. Bagi mahasiswa
Meneliti atau mengkonstruksi teks berita dengan menggunakan analisis
wacana metode Van Dijk sangat detil dan menarik. Setiap kata dan kalimat yang
ada diteliti, dicari maksud tersembunyinya, mengupas bagaimana penulis
memandang realitas tersebut. Beberapa kalimat tidak dapat dimasukkan dalam
elemen analisis. Maksudnya, tidak semua kalimat bisa dianalisis. Untuk meneliti
suatu teks sebaiknya dilihat terlebih dahulu jenis teks dan analisis apa yang akan
dipakai untuk bisa mendapat hasil maksimal.
2. Bagi peneliti
Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk bisa mendapatkan hasil yang mendalam, harus dilakukan
penelitian lain selain melalui penelitian dalam teks saja. Untuk penelitian
selanjutnya, diharapkan mampu menggunakan metode yang lebih mendalam
untuk dapat meningkatkan kualitas penelitian bidang ilmu komunikasi.
3. Bagi media massa
Media massa sebagai salah satu sumber berita dan informasi bagi mayarakat
sebaiknya tidak melupakan etika pers baik dalam meliput maupun menyampaikan
berita. Diharapkan media massa selalu bersikap netral dan dapat memberikan
berita dan informasi yang lebih bermutu bagi masyarakat di segala kalangan usia.
20
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro, (2004), Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa Rekatama Media.
Cahya, Inung S., (2012), Menulis Berita di Media Massa, Yogyakarta, PT Citra Aji Parama.
Craig, Robert S., (2011), Applied Evolutionary Psychology, New York, Oxford University Press.
Hamad, Ibnu. (2006), “Komunikasi Sebagai Wacana”, Jurnal Mediator, Nomer 2, Vol 7, Desember.
Kukla, Andre, (2003), Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Jendela.
Mulyana, Deddy, (2005), Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remadja Rosdakarya.
Mursito BM, (1999), Penulisan Jurnalistik, Konsep dan Teknik Penulisan Berita, Solo, Spikom.
Romli, Asep S. M., (2009), Jurnalistik Praktis, Bandung, Remaja Rosdakarya. Sendjaya, Sasa, (1994), Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka. Sobur, Alex, (2004), Analisis Teks Media, Bandung, Remaja Rosdakarya. vvn/CN34, Kronologi Kecelakaan Maut Putra Hatta Rajasa,
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/01/02/139981/Kronologi-Kecelakaan-Maut-Putra-Hatta-Rajasa, 2013, (diakses 11 Februari 2013).
Wiryanto, (2004), Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, Grasindo.