Post on 24-Aug-2020
JURNAL HIDROGRAFI INDONESIA
Volume 01
Nomor 02
Hal. 1-34 Jakarta Juni 2019
ISSN 2654-8011
JURNAL HIDROGRAFI INDONESIA INDONESIAN HYDROGRAPHY JOURNAL
PUSAT HIDROGRAFI DAN OSEANOGRAFI TNI ANGKATAN LAUT
ISSN 2654 - 8011
Jurnal Hidrografi Indonesia (Indonesian Hydrography Journal) adalah jurnal yang diasuh oleh Pusat
Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut yang berasosiasi dengan Dewan Hidrografi Indonesia
(DHI) dan Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI), dengan tujuan menyebarluaskan informasi
tentang perkembangan ilmu di bidang hidrografi dan oseanografi di Indonesia. Naskah yang dimuat pada
jurnal ini adalah hasil penelitian maupun kajian konseptual berkaitan dengan bidang ilmu hidrografi dan
oseanografi yang dilakukan oleh peneliti, akademisi, praktisi, mahasiswa baik dari dalam negeri maupun
luar negeri. Terbit pertama tahun 2018 dengan frekuensi terbit dua kali dalam satu tahun.
Pelindung
Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL
Laksda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos S.H M.H
Penasehat
Wakil Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL
Laksma TNI Dr. Ir. Trismadi M.Si
Pimpinan Redaksi Kolonel Laut (KH) Kamija, S.Si M.Si
Editor
Kolonel Laut (E) Gunawan E. Handoko, M.Si (Han)
Letkol Laut (KH) Dr. Gentio Harsono, S.T M.Si
Redaktur Pelaksana
Kolonel Laut (KH) Irfan Winanto
Kolonel Laut (P) Dr. (Can) Oke Dwiyana Pribadi, S.H M.M
Letkol Laut (KH) Dr. (Can) Kukuh Suryo , S.Pd M.T
Lay Out
Sertu PDK Abdurrohman
Tata Usaha/Administrasi
Pembina IVA Alifatul Fitriyah S.T
Letda Laut (KH/W) Nadia Zahrina Wulansari S.Si
Sekretariat
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL Jl. Pantai Kuta V No. 1 Ancol Timur Jakarta 14430
Tel: +62-21-64714810 Fax: +62-21-64714819/+62-21-64714809 Website: http://www.pushidrosal.id
E-mail Redaksi: jurnal.hidrografi.indonesia@gmail.com
Volume 01 Nomor 02 Juni 2019
Volume 01 Nomor 02 Tahun 2019
Mitra Bebestari
Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos, S.H M.H (Hidrografi) - PUSHIDROSAL
Prof. Dr. Sobar Sutisna (Goematika) - UNHAN RI
Dr. Ir. Trismadi, M.Si (Hidrografi) – PUSHIDROSAL
Dr. (can) Yanuar Handwiono, M.Tr (Han) (Hidrografi) – PUSHIDROSAL
Dr. (can) Haris Djoko Nugroho, M.Si (Hidrografi) - PUSHIDROSAL
Dr. Ir. Suprajaka, M.Sc (Geomatika) - BIG
Dr. rar.net. Poerbandono, S.T, M.M (Hidrografi) - ITB
Dr. Ir. Fadly Samsuddin, M.Sc (Oseanografi) - BPPT
Dr. Ir. Wahyu Pandoe, M.Sc (Geodesi) - BPPT
Prof. Dr. Henry M. Manik S.T M.T (Akustik dan Instrumentasi Kelautan) - IPB
Dr. Eng. Widodo M. Pranowo, S.T M.Si (Oseanografi) - KKP
Dr. Syarif Budiman, S.Pi, M.Si (Inderaja Kelautan) - LAPAN
Dr. Danar Guruh Pratomo, S.T M.Sc (Hidrografi) - ITS
Dr. Deny Nugroho Sugianto, S.T M.T (Hidrografi) - UNDIP
Dr. Ir. Nugroho Dwi Hananto, M.Sc (Kegempaan) - LIPI
Dian Primana Sobarudin, M.Sc - PUSHIDROSAL
(iii)
PENGANTAR REDAKSI
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan YME, Jurnal Hidrografi Indonesia
Volume 01 Nomor 02 Tahun 2019 ini dapat diterbitkan, dengan konten tulisan-tulisan
berisi tema tentang pemetaan hidrografi hingga kajian oseanografi hasil kajian
akademisi dan praktisi.
Jurnal Hidrografi Indonesia merupakan respon terhadap minimnya jurnal-jurnal yang
bertemakan khusus bidang hidrografi di Indonesia. Jurnal Hidrografi Indonesia
diterbitkan dengan tujuan menyebarluaskan informasi tentang perkembangan ilmu di
bidang hidrografi dan oseanografi di Indonesia.
Pada terbitan Volume 1 Nomor 2 ini diisi oleh hasil penelitian perwira Pushidrosal,
mahasiswa STTAL jurusan Teknik Hidrografi serta satu hasil penelitian dari Lembaga
Antarariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN).
Terbitnya Jurnal Hidrografi Indonesia merupakan upaya kerja keras dan dorongan dari
semua pihak, oleh karenanya redaksi mengucapkan terimakasih kepada Kepala Pusat
Hidrografi dan Oseanografi beserta jajarannya, Pengurus Dewan Hidrografi Indonesia
(DHI) dan Pengurus Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISOI) atas kerjasama yang
telah dibangun untuk sama-sama membangun kelautan Indonesia melalui sumbang
pikiran yang tertulis dalam jurnal ini.
Semoga tulisan-tulisan dalam hasil kajian dan konseptual dalam jurnal ini bermanfaat
bagi pembaca dan memberikan banyak pencerahan dalam membangun Indonesia
menuju Poros Maritim Dunia.
Jakarta, Juni 2019
Redaksi
(iv)
Volume 01 Nomor 02 Tahun 2019
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI
ii
Aplikasi Citra Sentinel-2 dan Algoritma Random Forest untuk
Pemetaan Kedalaman Perairan Dangkal
Ihsan Najmi Penanda, Rahmad Kurniawan, Masita Dwi Mandini
Manessa , Rudie Rachmat Atmawidjaja, Muhammad Haidar, Harjo
Susmoro
1 - 5
Pembuatan Purwarupa Peta Contour Best Operation Depth Kapal
Selam Di Perairan Sangihe Talaud
Ferry D. Cahyadi, Harjo Susmoro, Nawanto Budi S. , Widodo S.
Pranowo
6 - 13
Purwarupa Dukungan Data Arus Laut Operasional Bersumber Dari
Copernicus Marine Environment Monitoring Service (CMEMS) Dalam
Format AML IWC Arus Laut Untuk TNI AL
Doddy Armansyah, Harjo Susmoro, Nawanto B. Sukoco, Kamija,
Dian Adrianto, L. Dewantono, Widodo S. Pranowo
14-26
Studi Penentuan Dimensi Dan Posisi Wreck Menggunakan Data
Batimetri – Data Kolom Air Multibeam Echosounder
(Studi Kasus Di Perairan Teluk Jakarta)
Nuki W Asmoro, Danar G Pratomo, Harjo Susmoro
27-36
(v)
Sebaran Dan Estimasi Ketebalan Sedimen Permukaan Dasar Laut
Berdasarkan Nilai Koefisien Refleksi Sub Bottom Profiler
(Studi Kasus Perairan Utara Serang, Banten)
Bayu Ardiyarta, Harjo Susmoro, Joko Prihantono, Dikdik S. Mulyadi
37-44
Identifikasi Objek Berdimensi Kecil Menggunakan Sapuan Multibeam
Echosounder
Zainul Arif Akbar, Harjo Susmoro, Danar Guruh Pratomo, Adhi
Kusuma Negara
45-55
(vi)
6
PEMBUATAN PURWARUPA PETA CONTOUR BEST OPERATION
DEPTH KAPAL SELAM DI PERAIRAN SANGIHE TALAUD
(CONSTRUCTION OF PROTOTYPE SUBMARINE BEST OPERATION
DEPTH CONTOUR CHART IN SANGIHE TALAUD WATERS)
1Ferry D. Cahyadi, 1,2Nawanto Budi S., 2Harjo Susmoro, 1,3Widodo Pranowo
1Program Studi S-1 Hidrografi Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) 2Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal)
3Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir, Balitbang KP, KKP
E-mail: ferrydhiancahyadi@gmail.com
ABSTRAK
Perairan Sangihe Talaud merupakan bagian dari Laut Sulawesi yang merupakan jalur yang menghubungkan
Samudera Pasifik dengan Selat Makasar. Dari sudut yang lain laut Sulawesi tersebut merupakan Alur Laut
yang biasa digunakan untuk kepentingan pelayaran Niaga atau Militer, Perairan Sangihe Talaud dapat
dikategorikan sebagai perairan yang rawan dengan tindak kejahatan dilaut dan salah satu perairan di Indonesia
yang rawan dengan masuknya kapal-kapal asing baik kapal-kapal permukaan maupun kapal-kapal bawah air.
Dalam operasi Kapal Selam dibutuhkan data-data oseanografi fisik seperti temperatur, salinitas dan Kecepatan
Suara, untuk menentukan dimana Kapal Selam tersebut mendapatkan posisi yang aman dari SONAR Kapal
Permukaan ketika melaksanakan penyelaman. Sehingga dalam hal ini sangat dibutuhkan metode untuk
membuat sebuah Peta yang dapat memudahkan Kapal Selam mendapatkan posisi aman tersebut. Dalam
Pembuatan Peta ini menggunakan data model Oseanografi yang divalidasi dengan data Survei Oseanografi
Pushidrosal pada bulan Januari 2017. Dalam mencari posisi kedalaman terbaik (Best Operation Depth)
tersebut berdasarkan dari hasil penghitungan dari kedalaman Lapisan Tercampur (Mixed Layer Depth), dalam
penghitungan Lapisan Tercampur (Mixed Layer Depth) ini menggunakan gradien suhu 0,8° C. Setelah
mendapatkan nilai dari Best Operation Depth (BD) data nilai kedalaman tersebut di overlaykan ke Peta Laut
Indonesia No 483 dan dibuat kontur warna untuk memudahkan pengguna membaca Peta BD tersebut. Dari
hasil pembuatan Peta Contour Best Operation Depth (BD) pada Peta Nomor 483 di wilayah perairan Sangihe
Talaud, didapatkan 336 titik Stasiun Data CTD dengan hasil nilai kedalaman BD dengan rentang kedalaman
BD terdangkal 66,15 meter dan kedalaman terdalam 110,09 meter.
Kata kunci: Mixed Layer Depth, Sangihe Talaud, Januari 2017, Kecepatan Suara, Best Operation Depth
ABSTRACT
Sangihe Talaud waters are part of the Sulawesi Sea which is a route that connects the Pacific Ocean to the
Makassar Strait. From another angle, the Sulawesi Sea is a Sea Groove which is commonly used for
commercial or military voyages. Sangihe Talaud waters can be categorized as waters prone to crime in the
sea and one of the waters in Indonesia which is vulnerable to the entry of foreign vessels both ships. surface
ships and underwater vessels. In submarine operations physical oceanographic data such as temperature,
salinity and sound velocity are required to determine where the submarine has a safe position from SONAR
Kapal Surface when carrying out dives. So in this case a method is needed to make a map that can make it
easier for submarines to get the safe position. In Making this Map using Oceanographic model data that is
validated with Pushidrosal Oceanographic Survey data in January 2017. In finding the best depth position
(Best Operation Depth) based on the results of calculations from the depth of the Mixed Layer (Mixed Layer
Depth), in calculating the Mixed Layer ( Mixed Layer Depth) uses a temperature gradient of 0.8 ° C. After
getting the value from Best Operation Depth (BD) the depth value data is overlaid to Indonesia Sea Map No.
483 and made a color contour to make it easier for users to read the BD Map. From the results of the Contour
Best Operation Depth (BD) Map on Map Number 483 in the Sangihe Talaud waters region, there were 336
CTD Data Station points with BD depth values with a BD depth range of 66.15 meters and the deepest depth
of 110.09 meters.
Keywords: Mixed Layer Depth, Sangihe Talaud, January 2017, Sound Speed, Best Operation Depth
7
PENDAHULUAN
Perairan Indonesia merupakan
persimpangan antara dua lautan besar dan juga
memiliki jalur distribusi yang penting di dunia.
Posisi geografis Indonesia menjadi salah satu
keunggulan dan aspek penting yang dimiliki
Indonesia dibandingkan dengan negara-negara
lain, baik dari segi geoekonomi, geopolitik,
maupun geostrategi. Indonesia memiliki tiga
buah ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia)
yang merupakan konsekuensi Indonesia
sebagai negara kepulauan, Setelah pemerintah
Indonesia meratifikasi Hukum Laut
Internasional UNCLOS (United Nations
Convention on the Law of the Sea) tahun 1982,
melalui Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun
1985. Dengan penetapan ketiga buah ALKI
tersebut sebagai jalur lintas kapal asing dalam
pelayaran dari suatu laut bebas ke laut bebas
lainnya serta mencakup jalur udara diatasnya
(Buntoro, 2012).
Merujuk ke NAXA (Northern Australia
Exercise Area) dalam mendukung Operasi
Kapal Selam NAXA mengeluarkan Peta
Mixed Layer Depth (MLD). Sehingga dari Peta
MLD tersebut sebagai dasar untuk
mendapatkan posisi kedalaman yang terbaik
kapal selam melaksanakan penyelaman atau
dapat disebut dengan Best Operation Depth
(BD) Kapal Selam.
Sehingga perlu dilakukan penelitian
tentang aspek oseanografi taktis untuk
pembuatan suatu purwarupa peta untuk
memetakan kontur Best Operation Depth
Kapal Selam yang berada pada kedalaman
lapisan tercampur atau disebut dengan Mixed
Layer Depth (MLD).
Penelitian ini dilaksanakan untuk Dapat
mengidentifikasi metode pembuatan produk
Purwarupa Peta Contour Best Operation Depth
kapal selam berdasarkan fungsi Mixed Layer
Depth (MLD) di wilayah Perairan Sangihe
Talaud dan Melakukan uji simulasi model
perambatan Kecepatan Suara berdasarkan
Kedalaman Terbaik Operasional Kapal Selam
pada rentang waktu bulan Januari 2017.
METODE
Lokasi penelitian yang akan di analisis
adalah Perairan Sangihe Talaud dan sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder, dimana sumber data
diperoleh dari data model dan data hasil
pengukuran yang diperoleh dari hasil survei
Pushidrosal, Sumber data dan data yang
digunakan yaitu :
1) Copernicus Marine Environment
Monitoring Service (CMEMS) berbentuk
netcdf (NC file) sebagai data utama yang
akan dianalisis.
2) Data Survei CTD Pushidrosal, sebagai
data validasi dan data pembanding dari
data utama yang akan dianalisis.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang ditampilkan
adalah Peta Laut Indonesia (PLI) nomor 483
terbitan Pushidrosal (2016) dengan skala
1:200.000, sedangkan batasan lokasi yang
diteliti yaitu di wilayah perairan Sangihe
Talaud dengan batasan koordinat:
A. 124 ° 00 ‘ 00“ BT, 5 ° 00 ‘ 00” LU
B. 126 ° 00’ 00” BT, 5 ° 00 ‘ 00” LU
C. 126 ° 00’ 00” BT, 2 ° 00’ 00” LU
D. 124 ° 30‘ 00“ BT, 2 ° 00’ 00” LU
Batasan Lokasi penelitian disesuaikan
dengan Peta Laut Indonesia Nomor 483 di
Wilayah Perairan Sangihe Talaud,sehingga
hasil produk dari penelitian dapat langsung di
8
Overlay kan dengan peta resmi terbitan
Pushidrosal.
Alat utama yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan perangkat keras
Laptop dan Sistem Operasi yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan Windows
10 dan beberapa perangkat lunak (Software)
yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain : ODV 4.7.4, Matlab 2015a, Microsoft
Office 2016, ArcGis 10.3.1 dan Notepad ++
text editor.
Berikut ini adalah diagram alir yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai
pedoman alur pikir pelaksanaan penelitian dari
tahap penginputan data awal sampai dengan
intepretasi hasil penelitian.
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Peta
Posisi Kedalaman Terbaik Kapal Selam
Berikut adalah tampilan titik-titik Stasiun
pengukuran CTD dari data CMEMS
Gambar 3. Posisi Stasiun Pengukuran data CTD
Data CMEMS
Gambar 4. Tampilan Variabel Pada tiap-tiap
Stasiun
Berikut ini adalah tampilan dari masing-
masing variabel dalam format tabel di
perangkat lunak Microsoft Excel 2016 pada
tiap-tiap Stasiun data pengukuran CTD.
9
Tabel 1. Tabel Nilai dari masing-masing
Variabel pada tiap-tiap Stasiun
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai Kedalaman Lapisan Tercampur
(Mixed Layer Depth, MLD)
Dalam penghitungan nilai Kedalaman
Mixed Layer Depth (MLD) pada penulisan
skripsi ini penulis menggunakan perangkat
lunak Matlab (Matrix Laboratory) R2015a.
Berikut ini adalah script matlab untuk
penghitungan dari nilai kedalaman Mixed
Layer Depth (MLD) dengan fungsi Δt (nilai
perubahan suhu 0,8° C).
Script 1. Script Hitung MLD
Gambar 5. Tampilan Hasil Hitung MLD
Nilai Kedalaman Terbaik Operasional
Kapal Selam (Best Operation Depth, BD)
Dalam proses penghitungan Kedalaman
Terbaik (Best Operation Depth, BD) untuk
Kapal selam melaksanakan penyelaman,
berdasarkan dari hasil penghitungan
Kedalaman Lapisan Tercampur (Mixed Layer
Depth), Dalam penghitungan nilai BD penulis
menggunakan rumus dari Forum American
Scientist (FAS) untuk menentukan Best
Operation Depth tersebut. Dimana
menyebutkan jika kedalaman dari MLD ≤ 60
meter maka rumus yang digunakan untuk
menentukan BD = 17√MLD dan jika
kedalaman dari MLD ≥ 60 meter rumus yang
digunakan untuk menentukan BD = MLD + 60
meter.
Berikut ini adalah sampel tampilan hasil
dari Tabel data Mixed Layer Depth (MLD) dan
Best Operation Depth (BD) hasil dari
pengolahan sumber data Copernicus Marine
Environment Monitoring Service (CMEMS).
Tabel 2. Tabel Sampel Kedalaman MLD dan BD
Gambar 6. Tampilan Hasil Plot 2D MLD dan
BD Data CMEMS Dengan Perangkat Lunak
ODV
Station Type Lon (
ーE)
Lat
(ー
N)
MLD
[m]
BD
[m]
1 B 124,00 3,00 24,63 84,36
2 B 124,08 3,00 25,24 85,41
3 B 124,17 3,00 25,93 86,56
4 B 124,25 3,00 26,75 87,92
5 B 124,33 3,00 28,74 91,13
10
Analisis Perbandingan Data CMEMS dan
Data Survei CTD Pushidrosal.
Data yang akan dianalisa dan
dibandingkan dari kedua sumber data tersebut
adalah data stasiun pengukuran yang berada
pada posisi stasiun yang sama atau pada satu
lokasi yang berdekatan, sehingga dapat
dianalisa antara data model dari sumber data
CMEMS dan data dari Survei CTD
Pushidrosal. Selanjutnya penulis juga akan
melakukan analisa mengenai Best Operation
Depth (BD) apakah nilai dari kedalaman BD
tersebut identik dengan Shadow Zone,
Sehingga dapat digunakan sebagai panduan
dan informasi Kapal Selam melaksanakan
operasi penyelaman.
Data Stasiun CTD dari masing-masing
sumber data yang akan dianalisis ada 2 stasiun
yang memiliki posisi berdekatan, Yang
pertama dari sumber data CMEMS data stasiun
yang akan dianalisis yaitu stasiun 171 dengan
titik koordinat pada 125,42° BT - 3,58° LU dan
yang kedua dari survei CTD Pushidrosal pada
stasiun 10 dengan titik koordinat 125,41°BT -
3,61° LU.
Gambar 6. Perbandingan Data Temperatur
CMEMS dan Pushidrosal
Gambar 7. Perbandingan Data Salinitas
CMEMS dan Pushidrosal
Gambar 8. Perbandingan Data Kecepatan
Suara CMEMS dan Pushidrosal
Gambar 9. Prosentase Perbandingan Stasiun
171 CMEMS dan Stasiun 10 Pushidrosal
Berikut ini adalah tabel hasil Rekapitulasi
perbandingan antara data CMEMS dan data
Survei CTD Pushidrosal
Tabel 3. Rekapitulasi hasil validasi data
CMEMS Dengan Pushidrosal
Dari variabel data tersebut diatas antara
lain variabel Kedalaman, Temperatur,
Salinitas dan Kecepatan Suara yang sudah
dibandingkan antara sumber data CMEMS dan
data Survei CTD Pushidrosal Secara umum
memiliki nilai dan pola yang sama pada
masing-masing variabel. Sehingga dapat
digunakan sebagai data utama untuk dianalisis
lebih lanjut dalam pembuatan Purwarupa Peta
Contour Best Operation Depth Kapal Selam.
11
Hasil Uji Nilai Best Operation Depth (BD)
Setelah seluruh proses analisa
perbandingan data dari CMEMS yang
merupakan data utama dengan data dari survei
CTD Pushidrosal yang merupakan data
pembanding sudah dilakukan, Langkah
selanjutnya yang dilakukan adalah dengan
menguji hasil dari nilai Best Operation Depth
(BD) apakah nilai BD tersebut identik dengan
Shadow Zone yang merupakan area atau zona
yang disukai kapal selam dalam melaksanakan
operasi penyelaman. Dalam hal ini akan
diambil 1 sampel stasiun data pengukuran
CTD dari sumber data CMEMS.
Gambar 10. Hasil Uji Nilai BD Stasiun 90
(125,67°E 3,25°N) Kapal Selam Tidak
Terdeteksi Oleh Kapal Atas Air
Gambar 11. Kedalaman Perambatan Suara
Max di Stasiun 90
Peta Contour Best Operation Depth (BD)
Kapal Selam
Dalam pembuatan Peta Contour Best
Operation Depth (BD) Kapal Selam
menggunakan perangkat lunak Arcgis 10.3.1
dan untuk Peta yang digunakan sebagai
background adalah Peta dari Pushidrosal yang
memiliki Nomor Peta 483 dalam format tiff
yang telah diperbaharui pada tahun 2016
dengan Skala 1:200.000 dan format peta
tersebut dalam bentuk tiff. Kemudian dijadikan
file ENC dengan menggunakan ArcCatalog
dan setelah itu dilaksanakan georeferencing
atau proses penempatan objek atau image yang
belum mempunyai acuan sistem koordinat
kedalam sistem koordinat dan proyeksi
tertentu, sehingga dapat dilaksanakan digitasi
ulang dengan menggunakan ArcMap.
Gambar 12. Hasil Peta Contour Best
Operation Depth
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian skripsi ini diperoleh
suatu metode dalam menentukan nilai Mixed
Layer Depth (MLD) yang digunakan sebagai
dasar dalam mendapatkan nilai dari Best
Operation Depth (BD) dan metode pembuatan
tabel informasi Berat Jenis Air laut dengan
menggunakan perangkat lunak ODV 4.7.4,
Microsoft Excel 2016 dan Matlab R2015a,
12
sehingga dapat diterapkan dan dikembangkan
di Pushidrosal dalam menyiapkan informasi
Oseanografi taktis untuk mendukung operasi
kapal selam serta sebagai dasar rujukan dalam
menyusun peta navigasi bawah air. Dari hasil
pembuatan Peta Contour Best Operation
Depth (BD) pada Peta Nomor 483 di wilayah
perairan Sangihe Talaud, didapatkan 336 titik
Stasiun Data CTD dengan hasil nilai
kedalaman BD dengan rentang kedalaman BD
terdangkal 66,15 meter dan kedalaman
terdalam 110,09 meter.
UCAPAN TERIMA KASIH
Artikel ini adalah bagian dari tugas akhir
penulis pertama dengan dibimbing oleh para
penulis pendamping. Pengolahan dan analisis
dilakukan di Laboratorium Data Laut dan
Pesisir, Pusat Riset Kelautan, KKP dan
Laboratorium Hidrografi STTAL. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada staf Lab.
Data Pusriskel KKP, Civitas Akademika Prodi
Hidrografi STTAL dan rekan-rekan
mahasiswa Prodi Hidrografi STTAL Angkatan
37.
DAFTAR PUSTAKA
Abrianto, H., 2013. http://heriabrianto.
blogspot.com. [Online]
Available at: http://heriabrianto.blogspot.
com/2013/04/intensitas-cahaya-suara-di-
dalam-laut.html [Accessed 11 juni 2018].
Aji, T., 2016. Studi Karakteristik Massa Air
Untuk Menentukan Shadow Zone di Selat
Sunda.
Asryanto, 2017. Pembangunan Purwarupa
Peta Oseanografi Taktis Untuk Navigasi
Kapal Selam di Selat Sunda.
Buntoro, K., 2012. Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI) Prospek dan Kendala.
Jakarta: s.n.
Chen, D. et al., 1994. The roles of vertical
mixing,solar radiation, and wind stress in
a model simulation of the sea surface
temperature seasonal cycle in the tropical
Pasific Ocean. J. Geophys, Res. : Oceans
(1978-2012), pp. 20345-20359.
Dessy, T., Djunaedi, O. S., Purba, N. P. &
Pranowo, W. S., 2013. Hubungan
Variabilitas Mixed Layer Depth Kriteria
delta T = 0,5 derajat C dengan Sebaran
Tuna di Samudera Hindia Bagian Timur.
F.A.S, (. O. A. S., 1998. Introduction to Naval
Weapons Engineering. [Online].
Garrett, C., 1996. Processes in the surface
mixed layer of the ocean. Dyn. Atmos.
Ocean, pp. 19-34.
Guest, A., 2014. Direct path propagation.
[Online]
Available at: http://www.oc.nps.edu/
~bird/oc2930/acoustics/directpath.html
Hatimah, H., 2013. Berat Jenis Zat Padat dan
Zat Cair, Bali: s.n.
Helber, et al., 2008. Evaluating the sonic layer
depth relative to the mixed layer depth.
Journal of Geophysical Research : Ocean
(1978-2012), p. 113.
Holli, R., 2014. nasa.. [Online]
Available at: http://earthobservatory.nasa
.gov/Features/OceanCarbon/
International Hydrographic Organization
(IHO) S-44, 2008. S-44. s.l.:International
Hydrographic Organization (IHO).
Lukas, R. a. E. L., 1991. The Mixed Layer Of
The Western Equator Pacific Ocean. In:
G. J, ed. The Mixed Layer Of The
Western Equator Pacific Ocean. s.l.:s.n.,
pp. 3343-3357.
Lurton, 2002. An Introduction to Underwater
Acoustic. Principles and Aplication,
Volume X.
Marsetio, 2014. Sea Power Indoneia. Jakarta:
s.n.
Meadows, P. & Campbell, J., 1988. An
Introduction to Marine Science. In: J. W.
a. Sons, ed. An Introduction to Marine
Science. New York: s.n.
Munandar, A., 2015. Salinitas, s.l.: s.n.
Nontji, A., 2005. Laut Nusantara. In: Jakarta:
Djambatan.
Nugroho, W. H., 2007. Perancangan Kapal
Selam Berdasarkan Kajian Berat, Daya
Apung dan Stabilitas Statisnya. 1(2), pp.
32-39.
Pratiwi, H. A., 2015. Sifat Fisis Air Laut,
Yogyakarta: s.n.
Pushidrosal, 2016. indonesia, Patent No. Peta
Laut Indonesia No.483.
Ross, D., 1970. Introduction Oceanography.
In: USA: Meredith Corporation.
Setiawan, A., 2005. Densitas Air Laut.
[Online]
Available at:
https://agusset.wordpress.com/about/
[Accessed 19 July 2005].
13
Urick, R. J., 1983. Principles of Underwater
Sound. Third Edition, McGraw-Hill Book
Company, Newyork, Volume III.
Villarreal, Vance A., 2014. Relationship
between the Sonic Layer Depth and
Mixed Layer Depth identified from U.S.
Navy Sea Glider Data.
Wen, T., 2008. Aplikasi Metode Normal Mode
Pada Propagasi Akustik Bawah Air Di
Samudera Hindia, Bandung: s.n.
Wikipedia, 2017. Wikipedia. [Online]
Available at: https://id.wikipedia.org/wiki/
Pusat_HidroOseanografi_TNI_Angkatan
_Laut [Accessed 15 September 2017].
Wyrkti, K., 1961. Physical Oceanography of
the Southeast Asian Waters. In: T. U. o.
C. S. I. o. O. L. Jolla, ed. California: Naga
Report. Vol 2, p. 195pp.
PETUNJUK PENULISAN DAN PENGIRIMAN ARTIKEL JURNAL HIDROGRAFI INDONESIA
PENDAHULUAN
Jurnal Hidrografi Indonesia (ISSN:) adalah peer-reviewed journal yang mempublikasikan artikel-artikel ilmiah hidrografi dan oseanografi. Artikel-artikel yang dipublikasikan di Jurnal Hidrografi Indoensia meliputi hasil-hasil penelitian ilmiah asli (prioritas utama), artikel ulasan ilmiah yang bersifat baru (tidak prioritas), atau komentar atau kritik terhadap tulisan yang ada di Jurnal Hidrografi Indonesia. Jurnal Hidrografi Indonesia diterbitkan oleh Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut berasosiasi dengan Dewan Hidrografi Indonesia dan Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia. Jurnal Hidrografi Indonesia menerima manuskrip atau artikel dalam bidang hidrografi dan bidang oseanografi dari berbagai kalangan akademisi dan peneliti baik nasional maupun internasional.
Artikel-artikel yang dimuat di Jurnal Hidrografi Indonesia adalah artikel yang telah melalui proses penelaahan oleh Mitra Bebestari (peer-reviewers). Keputusan diterima atau tidaknya suatu artikel ilmiah di jurnal ini menjadi hak dari Dewan Penyunting berdasarkan atas rekomendasi dari Mitra Bebestari.
PENULISAN JUDUL, NAMA DAN ALAMAT PENULIS
Judul artikel ditulis kedalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, nama penulis (tanpa gelar akademis), dan alamat afiliasi penulis ditulis rata tengah pada halaman pertama di bawah judul artikel. Jarak antar baris antara judul dan nama penulis adalah 2 spasi, sedangkan jarak antara alamat afiliasi penulis dan judul abstrak adalah 1 spasi. Kata kunci harus dituliskan di bawah teks abstrak untuk masing-masing bahasa, disusun urut abjad dan dipisahkan oleh tanda titik koma dengan jumlah kata 3-5 kata. Penulis Penanggungjawab atau Penulis Korespondensi atau Corresponding Author harus ditandai dengan tanda asterisk diikuti tanda koma “*” seperti contoh di atas. Di bagian bawah kolom kiri halaman pertama/abstrak harus dituliskan tanda Penulis Penanggungjawab atau Penulis Korespondensi atau Corresponding Author dan dituliskan pula alamat email dan nomor telepon pribadinya. Komunikasi tentang revisi artikel dan keputusan akhir hanya akan dikomunikasikan melalui email Penulis Korespondensi. Jika penulis lebih dari satu, tuliskan nama-nama penulis dengan dipisahkan oleh koma (,). Jika nama penulis terdiri dari dua kata, kata pertama penulis (first name) sebaiknya tidak disingkat. Jika nama penulis hanya terdiri dari satu kata, tuliskan nama sebenarnya dalam satu kata, namun demikian di versi online (HTML) akan dituliskan dalam dua kata yang berisi nama yang sama (berulang) untuk keperluan indeksasi metadata. PETUNJUK UMUM PENULISAN NASKAH MANUSKRIP
Naskah manuskrip adalah dalam format MS Word, (dapat menngunakan template artikel ini) dan dikirimkan ke email Editorial: jurnal.hidrografi.indonesia@gmail.com
Naskah manuskrip yang ditulis harus mengandung komponen-komponen artikel ilmiah berikut (sub judul sesuai urutan), yaitu: (a) Judul Artikel, (b) Nama Penulis (tanpa gelar), (c) Alamat Afiliasi Penulis, (d) Abstrak dan Kata Kunci, (e) Pendahuluan, (f) Metode Penelitian, (g) Hasil dan Pembahasan, (h) Kesimpulan, (i) Ucapan terima kasih/Persantunan dan (j) Daftar Pustaka. Penulisan sub judul di bagian isi artikel (Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan Pembahasan, dan Kesimpulan) harus diberi nomor urut format angka Arab berurut dimulai dari angka satu. Sub judul ditulis dengan huruf tebal dengan format Title Case dan disusun rata kiri tanpa garis bawah. Sub-sub judul ditulis dengan huruf tebal dengan format Sentence case dan disusun rata kiri dan menggunakan format penomoran level dua. Naskah manuskrip dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dengan jumlah halaman maksimum 10 halaman termasuk gambar dan tabel. Naskah manuskrip harus ditulis sesuai template artikel ini dalam bentuk siap cetak (Camera ready). Artikel harus ditulis dengan ukuran bidang tulisan A4 (210 x 297 mm) dan dengan format margin kiri 25 mm, margin kanan 20 mm, margin bawah 20 mm, dan margin atas 30 mm. Naskah harus ditulis dengan jenis huruf Times New Roman dengan ukuran font 11 pt (kecuali judul artikel), berjarak satu spasi, dan dalam format dua kolom (kecuali bagian judul artikel, nama penulis, dan abstrak). Jarak antar kolom adalah sejauh 10 mm. Kata-kata atau istilah asing digunakan huruf miring (Italic). Sebaiknya hindari penggunaan istilah asing untuk artikel berbahasa Indonesia. Paragraf baru dimulai 10 mm dari batas kiri, sedangkan antar paragraf tidak diberi spasi antara. Semua bilangan ditulis dengan angka arab, kecuali pada awal kalimat. Tabel dan Gambar diletakkan di dalam kelompok teks sesudah tabel atau gambar tersebut dirujuk. Setiap gambar harus diberi judul gambar (Figure Caption) di sebelah bawah gambar tersebut dan bernomor urut angka Arab diikuti dengan judul gambar. Setiap tabel harus diberi judul tabel (Table Caption) dan bernomor urut angka Arab di sebelah atas tabel tersebut diikuti dengan judul tabel. Gambar-gambar harus dijamin dapat tercetak dengan jelas (ukuran font, resolusi dan ukuran garis harus yakin tercetak jelas). Gambar dan tabel dan diagram/skema sebaiknya diletakkan sesuai kolom diantara kelompok teks atau jika terlalu besar diletakkan di bagian tengah halaman. Tabel tidak boleh mengandung garis-garis vertikal, sedangkan garis-garis horisontal diperbolehkan tetapi hanya yang penting-penting saja.
PETUNJUK KHUSUS PENULISAN ISI NASKAH MANUSKRIP
Judul Artikel
Judul Artikel harus dituliskan secara singkat dan jelas, dan harus menunjukkan dengan tepat masalah yang hendak dikemukakan, tidak memberi peluang penafsiran yang beraneka ragam, ditulis seluruhnya dengan huruf kapital secara simetris. Judul artikel tidak boleh mengandung singkatan kata yang tidak umum digunakan. Kemukakan terlebih dahulu gagasan utama artikel baru diikuti dengan penjelasan lainnya.
Pendahuluan
Pendahuluan harus berisi (secara berurutan) latar belakang umum, kajian literatur terdahulu (state of the art) sebagai dasar pernyataan kebaruan ilmiah dari artikel, pernyataan kebaruan ilmiah, dan permasalahan penelitian atau hipotesis. Di bagian akhir pendahuluan harus dituliskan tujuan kajian artikel tersebut. Di dalam format artikel ilmiah tidak diperkenankan adanya tinjauan pustaka sebagaimana di laporan penelitian, tetapi diwujudkan dalam bentuk kajian literatur terdahulu (state of the art) untuk menunjukkan kebaruan ilmiah artikel tersebut.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pemecahan permasalahan termasuk metode analisis. Keterangan gambar diletakkan menjadi bagian dari judul gambar (figure caption) bukan menjadi bagian dari gambar. Metode-metode yang digunakan dalam penyelesaian penelitian dituliskan di bagian ini. Hasil dan Pembahasan: Hasil dan pembahasan berisi hasil-hasil temuan penelitian dan pembahasannya secara ilmiah. Tuliskan temuan-temuan ilmiah (scientific finding) yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan tetapi harus ditunjang oleh data-data yang memadai. Temuan ilmiah yang dimaksud di sini adalah bukan data-data hasil penelitian yang diperoleh. Temuan-temuan ilmiah tersebut harus dijelaskan secara saintifik meliputi: Apakah temuan ilmiah yang diperoleh? Mengapa hal itu bisa terjadi? Mengapa trend variabel seperti itu? Semua pertanyaan tersebut harus dijelaskan secara saintifik, tidak hanya deskriptif, bila perlu ditunjang oleh fenomena-fenomena dasar ilmiah yang memadai. Selain itu, harus dijelaskan juga perbandingannya dengan hasil-hasil para peneliti lain yang hampir sama topiknya. Hasil-hasil penelitian dan temuan harus bisa menjawab hipotesis penelitian di bagian pendahuluan. Kesimpulan Kesimpulan menggambarkan jawaban dari hipotesis dan/atau tujuan penelitian atau temuan ilmiah yang diperoleh. Kesimpulan bukan berisi perulangan dari hasil dan pembahasan, tetapi lebih kepada ringkasan hasil temuan seperti yang diharapkan di tujuan atau hipotesis. Bila perlu, di bagian akhir kesimpulan dapat juga dituliskan hal-hal yang akan dilakukan terkait dengan gagasan selanjutnya dari penelitian tersebut. Ucapan Terima Kasih/Persantunan Ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada pemberi dana penelitian atau donatur. Ucapan terima kasih dapat juga disampaikan kepada pihak-pihak yang membantu pelaksanaan penelitian.
Daftar Pustaka Semua rujukan-rujukan yang diacu di dalam teks artikel harus didaftarkan di bagian Daftar Pustaka. Daftar Pustaka harus berisi pustaka-pustaka acuan yang berasal dari sumber primer (jurnal ilmiah dan berjumlah minimum 80% dari keseluruhan daftar pustaka) diterbitkan 10 (sepuluh) tahun terakhir. Setiap artikel paling tidak berisi 10 (sepuluh) daftar pustaka acuan. Penulisan sistem rujukan di dalam teks artikel dan penulisan daftar pustaka sebaiknya menggunakan program aplikasi manajemen referensi misalnya: Mendeley, EndNote, atau Zotero, atau lainnya. PANDUAN PENULISAN PERSAMAAN
Setiap persamaan ditulis rata tengah kolom dan diberi nomor yang ditulis di dalam kurung dan ditempatkan di bagian akhir margin kanan. Persamaan harus dituliskan menggunakan Equation Editor dalam MS Word atau Open Office (Primack, 1983).
S+KY
kSX
θ
S
τ
S=
dt
dS
mc
0 ........................(1)
PANDUAN PENULISAN KUTIPAN/RUJUKAN DALAM TEKS ARTIKEL
Setiap mengambil data atau mengutip pernyataan dari pustaka lainnya maka penulis wajib menuliskan sumber rujukannya. Rujukan atau sitasi ditulis di dalam uraian/teks dengan cara nama penulis dan tahun. Jika penulis lebih dari dua, maka hanya dituliskan nama penulis pertama diikuti “dkk” atau “et al.”. Semua yang dirujuk di dalam teks harus didaftarkan di bagian Daftar Pustaka, demikian juga sebaliknya, semua yang dituliskan di Daftar Pustaka harus dirujuk di dalam teks.
PANDUAN PENULISAN DAFTAR PUSTAKA
Penulisan Daftar Pustaka sebaiknya menggunakan aplikasi manajemen referensi seperti Mendeley, End Note, Zotero, atau lainnya. Format penulisan yang digunakan di Jurnal Hidrografi Indonesia adalah sesuai dengan format APA 6th Edition (American Psychological Association).
Pustaka yang berupa majalah/jurnal ilmiah: Bekker, J. G., Craig, I. K., & Pistorius, P. C. (1999). Modeling and Simulation of Arc Furnace Process. ISIJ International, 39(1), 23–32. Pustaka yang berupa judul buku: Fridman, A. (2008). Plasma Chemistry (p. 978). Cambridge: Cambridge University Press. Pustaka yang berupa Prosiding Seminar: Roeva, O. (2012). Real-World Applications of Genetic Algorithm. In International Conference on Chemical and Material Engineering (pp. 25–30). Semarang, Indonesia: Department of Chemical Engineering, Diponegoro University. Pustaka yang berupa disertasi/thesis/skripsi: Istadi, I. (2006). Development of A Hybrid Artificial Neural Network – Genetic Algorithm for Modelling and Optimization of Dielectric-Barrier Discharge Plasma Reactor. PhD Thesis. Universiti Teknologi Malaysia.
Pustaka yang berupa patent: Primack, H.S. (1983). Method of Stabilizing Polyvalent Metal Solutions. US Patent No. 4,373,104. Pustaka yang berupa HandBook: Hovmand, S. (1995). Fluidized Bed Drying. In Mujumdar, A.S. (Ed.) Handbook of Industrial Drying (pp.195-248). 2nd Ed. New York: Marcel Dekker.