Jenis Penelitian

Post on 16-Jul-2015

192 views 0 download

Transcript of Jenis Penelitian

1.1. Jenis Penelitian Pada hakekatnya penelitian ini berupaya mengembangkan konsep dan fakta secara mendalam untuk menjawab pertanyaan, bagaimanakah efektifitas perencanaan pembangunan pola bottom-up (yang berorientasi pada Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif) di Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang. Penelitian ini menekankan pada proses pencarian dan pengungkapan dari fenomena perencanaan pembangunan pola bottom-up, dengan tujuan agar dapat mengungkapkan peristiwa senyatanya yang terjadi di lokasi penelitian dan untuk mengungkapkan nilai-nilai yang tersembunyi, maka penelitian ini digolongkan pada penelitian kualitatif (qualitatif research). Penelitian Kualitatif bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi mendalam dari pada luas atau banyaknya informasi (Ambert dan Marry, 1995:880). Bogdan dan Taylor dalam Dwi Sasongko (2007) mengartikan dan memahami penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Makna yang terkandung dalam pendekatan kualitatif ini ditunjukkan melalui implementasi di lapangan dengan melakukan pengamatan terhadap suatu gejala, baik pengamatan langsung melalui informasi maupun dengan mempelajari data-data untuk menjawab pertanyaan. Sedangkan menurut Kirk dan Miller dalam Moleong (1992:3) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dan kawasannya sendiri dan

57

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Dengan kata lain bahwa dalam penelitian kualitatif lebih menekankan unsur manusia sebagai instrumen penelitian. Karena hanya manusia sebagai alat sajalah yang mampu untuk memahami kaitan terhadap berbagai kenyataan di lapangan. Sedangkan untuk taraf penjelasannya, penelitian ini bermaksud

memperoleh gambaran yang bersifat komprehensif, mendalam dan alamiah tentang perencanaan pembangunan pola bottom-up, maka penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif yang lebih mendalam (thick description). Babbie (1995) mengatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu gejala atau situasi sosial agar memperoleh gambaran yang lebih akurat dari pengamatan yang dilakukan secara lengkap. 1.2. Fokus Penelitian Dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang dikumpulkan dan mana yang tidak perlu dijamah ataupun mana yang akan dibuang. Moleong (2005) menyatakan, penentuan fokus suatu penelitian memiliki dua tujuan: Pertama, penetapan fokus membatasi studi atau membatasi bidang inkuiri. Kedua, penetapan fokus berfungsi menetapkan kriteria inklusi-eksklusi atau kriteria masuk-keluar suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan. Dalam mengkaji tentang fenomena sosial di masyarakat sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan perspektif kuantitatif (perspektif etik) atau perspektif kualitatif (perspektif emik) atau dapat juga dengan memadukan

58

keduanya. Pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif (perspektif emik) dalam proses penelitiannya. Permasalahan dan fokus penelitian merupakan dua hal yang terkait, sehingga permasalahan dalam penelitian dijadikan sebagai acuan dalam penentuan fokus walaupun pada akhirnya fokus dapat berubah dan berkembang di lapangan sesuai dengan perkembangan permasalahan yang ditemukan di lapangan. Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka yang menjadi fokus penelitian adalah perencanaan pembangunan pola bottom-up (yang berorientasi pada Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif) di Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang, yang dirinci sebagai berikut: 1. Proses perencanaan pembangunan pola bottom-up di Kelurahan Purwantoro Kota Malang a. Pengumpulan data dan fakta. b. Forum musyawarah pembangunan pertemuan kelompok/RT-RW. c. Musyawarah perencanaan pembangunan kelurahan. 2. Efektifitas perencanaan pembangunan pola bottom-up di Kelurahan

Purwantoro Kota Malang a. Penentuan parameter ukur efektifitas berdasarkan pendekatan beberapa teori efektitas perencanaan pembangunan. b. Analisa efektitas sistem. 1.3. Lokasi dan Situs Penelitian 1.3.1. Lokasi Penelitian

59

Menurut Moleong (2005) cara yang baik dalam penentuan lapangan penelitian adalah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif: pergilah dan jejakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan. Penentuan lokasi penelitian ini dimaksudkan untuk lebih mempersempit ruang lingkup dalam pembahasan dan mempertajam fenomena sosial yang ingin dikaji sesuai dengan substansi yaitu perencanaan pembangunan pola bottom-up. Kegiatan praktis dan geografis seperti waktu, biaya, tenaga perlu pula dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti memilih lokasi di Kelurahan Purwantoro Kota Malang dengan beberapa pertimbangan. Pertama, Kelurahan Purwantoro merupakan kelurahan dengan wilayah administratif terbesar di antara kelurahan-kelurahan yang ada di lima wilayah kecamatan di Kota Malang. Sehingga diharapkan akan mempermudah keleluasaan dalam pengambilan sample, dimungkinkan terdapat lebih keberagaman dalam

masyarakat, sehingga akan muncul pula kompleksitas permasalahan yang akan dijumpai sehingga penelitian dapat menemukan hasil temuan yang maksimal. Kedua, Kelurahan Purwantoro merupakan wilayah kerja peneliti sehingga diharapkan akan lebih memperkecil biaya dan data bisa didapat secara lebih cepat dan lebih valid.

60

1.3.2. Situs Penelitian Yang dimaksud dengan situs penelitian adalah suatu tempat atau wilayah tertentu yang dipilih untuk menangkap keadaan/fenomena sebenarnya dari obyek yang diteliti. Mengingat bahwa pokok bahasan penelitian ini adalah tentang perencanaan pembangunan pola bottom-up, maka untuk memperoleh data yang relevan ditentukan situs penelitian di Kantor Kelurahan Purwantoro, Kantor Kecamatan Blimbing, tiga wilayah RW (Rukun Warga) dengan pengambilan beberapa sample wilayah RT (Rukun Tetangga), organisasi-organisasi

kemasyarakatan setempat. Kantor Kelurahan Purwantoro merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan Blimbing, yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dimana kantor kelurahan merupakan tempat di mana dilakukan penjaringan aspirasi masyarakat (yang secara asministratif dibagi ke dalam wilayah RT-RW) melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbangkel). Wilayah RT-RW merupakan wilayah dimana warga masyarakat berkumpul, bersama bermusyawarah untuk menyampaikan aspirasinya melalui Forum Musyawarah Pembangunan RT/RW, dimana di tiap-tiap wilayah RT terdiri dari minimal 20 Kepala Keluarga (KK) dan sebanyak-banyaknya 50 KK dan di tiap-tiap wilayah RW terdiri dari sekurangkurangnya 3 RT dan sebanyak-banyaknya 15 RT.

61

1.4. Sumber dan Jenis Data 1.4.1. Sumber Data Dalam penelitian kualitatif menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2005), sumber data utama dalam penelitian kualitatif kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dengan demikian jelaslah bahwa penelitian dengan pendekatan kualitatif yang menjadi sumber data adalah informan. Sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Informan, sebagai sumber data utama dipilih secara purposive. Pemilihan informan ini didasarkan atas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data. Sedangkan untuk informan selanjutnya dimintakan kepada informan awal untuk menunjuk siapa yang dapat memberikan informasi dan seterusnya. Cara ini disebut snowball sampling, informan terakhir didasarkan pada kejenuhan data, yakni tidak ada variasi informasi yang diberikan oleh informan. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah Lurah Kelurahan Purwantoro Imam Badar, SE dari Kecamatan Blimbing adalah Sekretaris Kecamatan Blimbing Handy SSTP, MSi. Dari wilayah RW, yaitu Ketua RW 01 DR. Ir. Bagus Hariadi, Ketua RW 07 Drs. HM. Muchtar, Ketua RW 13 Drs. H. Sutiyono. Dari wilayah RT, yaitu Ketua RT 12 RW 13 Agus Satriadi, Ketua RT 09 RW 13 Agus Basuki, SH, Ketua RT 05 RW 07 Sukirno, Ketua RT 12 RW 07 Kusnadi, Ketua RT 02 RW 01 Ashari Atmadja, Ketua RT 04 RW 01 Supardan. Dari organisasi kepemudaan Ketua Karang Taruna, dari kelompok perempuan Nanik Nurhidayati, dari Lembaga Kemasyarakatan

62

adalah Wakil Ketua LPMK Kelurahan Purwantoro, LPP Kelurahan Purwantoro. Dari kelompok usaha menengah sektor usaha sentra tempe, sekretaris kelompok pengusaha tempe Syamsul Arifin. 2. Dokumen/sumber tertulis, Moleong (2005) menyatakan walaupun dikatakan bahwa sumber dokumen di luar kata dan tindakan merupakan sumber data yang kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan sebagai sumber data, sifatnya hanya melengkapi data utama, yaitu berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian, seperti peraturan daerah, keputusan gubernur, surat keputusan kepala badan, surat edaran, pengumuman, laporan dinas, publikasi ilmiah dan lain-lain. Dokumen yang diperoleh untuk mendukung penelitian yaitu: Pedoman Umum Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Pemerintah Kota Malang Tahun 2007, Peraturan Perundang-Undangan Kota Malang tentang Pedoman Penyelenggaraan Rukun Tetangga dan Rukun Warga di Kota Malang Tahun 2005, Rancangan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan, Peraturan Walikota Malang Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Stimulan Pembangunan di Kelurahan Kota Malang, Pedoman Umum Bantuan Keuangan Kelurahan Kota Malang (Dana Block Grant Kelurahan) Pemerintah Kota Malang Tahun Anggaran 2007, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2001 Tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Sebutan Lain, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 18 Tahun

63

2001 Tentang Pedoman Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat, Dokumen Prioritas Pembangunan Kecamatan Blimbing tahun 2007, Dokumen Data Monografi Semester I Tahun 2007 Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang, Dokumen Data Nama Ketua RW dan RT Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang, Dokumen Perencanaan Pembangunan Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang. 3. Tempat dan Peristiwa Sebagai sumber data tambahan dilakukan melalui observasi langsung terhadap tempat dan peristiwa yang berkaitan dengan fokus penelitian yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan pola bottom-up di Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang. Dalam hal ini observasi langsung di kantor Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang, kantor Kecamatan Blimbing Kota Malang, dan di wilayah RT-RW Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang. 1.4.2. Jenis Data Data yang diperlukan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder, yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya dan nara sumber sebagai informan yang langsung berhubungan dengan fokus penelitian, berupa kata-kata dan tindakan orang atau obyek yang diwawancarai atau diamati. 2. Data Sekunder

64

Data sekunder merupakan data yang sudah diolah dalam bentuk naskah tertulis atau dokumen. Dokumen yang diperoleh untuk mendukung penelitian yaitu: Pedoman Umum Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Pemerintah Kota Malang Tahun 2007, Peraturan Perundang-Undangan Kota Malang tentang Pedoman Penyelenggaraan Rukun Tetangga dan Rukun Warga di Kota Malang Tahun 2005, Rancangan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan, Peraturan Walikota Malang Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Stimulan Pembangunan di Kelurahan Kota Malang, Pedoman Umum Bantuan Keuangan Kelurahan Kota Malang (Dana Block Grant Kelurahan) Pemerintah Kota Malang Tahun Anggaran 2007, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2001 Tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Sebutan Lain, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 18 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat, Dokumen Prioritas

Pembangunan Kecamatan Blimbing tahun 2007, Dokumen Data Monografi Semester I Tahun 2007 Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang, Dokumen Data Nama Ketua RW dan RT Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang, Dokumen Perencanaan Pembangunan Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang.

65

1.5. Teknik Pengumpulan Data Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif validitas instrumen adalah validasi terhadap peneliti itu sendiri sebagai instrumen yang mencakup evaluasi diri secara terus menerus tentang validasi terhadap pemahaman peneliti terhadap metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan peneliti terhadap bidang (fokus masalah) yang akan diteliti dan kesiapan peneliti untuk terjun atau memasuki obyek penelitian secara langsung (Sugiyono, 2005). Teknik pengumpulan data menurut Bungin (2001:169) dapat dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain : 1. Tahap eksplorasi atau observasi umum, dilakukan guna memperoleh transparansi tentang apa sebenarnya yang harus dilakukan apabila obyek tersebut benar-benar dijadikan obyek penelitian ; 2. Tahap eksplorasi terfokus, peneliti harus menentukan hal-hal yang khusus dalam obyek penelitian ; 3. Tahap pengumpulan data, pada tahap ini peneliti selalu

mempertimbangkan hal-hal seperti penciptaan rapor, pemilihan sampel, pengumpulan data dengan wawancara, pengumpulan data dengan observasi dan pengumpulan data dengan sumber-sumber non manusia ; 4. Tahap konfirmasi data, yaitu melakukan pengecekan terhadap keakuratan data yang diperoleh.

66

Dalam pengumpulan data pada penelitian ini jenis observasi yang dipilih peneliti adalah observasi partisipatif, khususnya jenis observasi yang pasif dan observasi yang moderat. Observasi yang pasif adalah peneliti datang ke tempat atau lokasi yang akan diamati tetapi tidak ikut terlibat aktif dalam kegiatan yang dilakukan oleh obyek sasaran. Sedangkan observasi yang moderat adalah peneliti hanya mengikuti langsung sebagian dari kegiatan yang dilakukan oleh obyek yang diamati, tidak mengikuti seluruh proses kegiatan tersebut (Sugiyono, 2005). Proses pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan oleh peneliti sendiri, yang akan melalui tiga tahapan kegiatan, yaitu: memasuki lokasi penelitian (Getting in), berada di lokasi penelitian (getting along), pengumpulan data (logging the data) (Miles dan Huberman, 1992) sebagai berikut: 1. Memasuki lokasi penelitian (Getting In) Yang dilakukan pada tahapan getting in (persiapan memasuki kancah penelitian), ialah melakukan izin penelitian ke instansi terkait. Untuk mendapatkan informan yang sesuai dengan fokus penelitian, peneliti menginformasikan atas kegiatan penelitian kepada instansi yang dijadikan sebagai situs penelitian dengan melampirkan surat rekomendasi penelitian. Selain itu menyampaikan pula hal-hal yang berkaitan dengan penelitian seperti bahan-bahan wawancara, serta dokumen yang diperlukan dalam menunjang penelitian. 2. Ketika berada di lokasi penelitian (Getting Along) Dalam tahap ini peneliti berusaha melakukan pendekatan secara pribadi dengan subyek penelitian. Dalam proses ini peneliti berusaha untuk

67

memperoleh informasi selengkapnya serta menangkap intisari dari berbagai informasi yang diperoleh tersebut sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan. 3. Pengumpulan data (logging data) Dalam tahap ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data: a. Observasi (pengamatan) Dalam hal ini observasi langsung di kantor Kecamatan Blimbing Kota Malang, kantor Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang, di wilayah RT-RW Kelurahan Purwantoro yang dipilih sebagai situs penelitian. b. Wawancara secara mendalam (indepth interview) Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. Wawancara di Kecamatan Blimbing mengenai sejauhmana proses perencanaan pembangunan di Kelurahan Purwantoro yang dibawahinya, di Kelurahan Purwantoro mengenai bagaimana proses musrenbangkel dan forum musyawarah pembangunan yang dilakukan di masing-masing wilayah RT-RW setempat, di wilayah RT-RW Kelurahan Purwantoro (yang dipilih sebagai situs penelitian) mengenai sejauhmana keterlibatan masyarakat dalam peranannya dan keikutsertaanya sebagai perencana pembangunan di wilayahnya.

68

c. Dokumentasi Pengumpulan data melalui dokumentasi dilakukan dengan cara mencatat atau mengkopi dan men-downlowd (dari internet) dokumen-dokumen, arsip-arsip maupun dokumen lain. Dokumen tersebut antara lain: Pedoman Umum Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Pemerintah Kota Malang Tahun 2007, Peraturan Perundang-Undangan Kota Malang tentang Pedoman Penyelenggaraan Rukun Tetangga dan Rukun Warga di Kota Malang Tahun 2005, Rancangan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan, Peraturan Walikota Malang Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Stimulan

Pembangunan di Kelurahan Kota Malang, Pedoman Umum Bantuan Keuangan Kelurahan Kota Malang (Dana Block Grant Kelurahan) Pemerintah Kota Malang Tahun Anggaran 2007, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2001 Tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Sebutan Lain, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 18 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat, Dokumen Prioritas Pembangunan Kecamatan Blimbing tahun 2007, Dokumen Data Monografi Semester I Tahun 2007 Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang, Dokumen Data Nama Ketua RW dan RT Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang, Dokumen Perencanaan Pembangunan Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang.

69

1.6. Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan analisis data kualitatif dengan langkahlangkah model analisis interaktif (interactive model of analysis) (Miles dan Huberman, 1992) dengan prosedur reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan verifikasi. 1. Reduksi Data Data yang diperoleh di lokasi penelitian yang berupa data primer dan data sekunder dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari nama sumber sebagai informan berupa kata-kata dan data sekunder merupakan data yang sudah diolah dalam bentuk naskah tertulis atau dokumen. Laporan lapangan akan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama proses penelitian berlangsung. 2. Penyajian data Penyajian data dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Data-data yang diperoleh disajikan dalam bentuk teks naratif, tabel dan gambar. 3. Menarik kesimpulan dan verifikasi Verifikasi dilakukan secara terus-menerus sepanjang proses penelitian berlangsung yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna

70

dari data yang dikumpulkan yaitu mencari pola, tema, hubungan persamaan dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan. Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan bukan sesuatu yang berlangsung linear, melainkan merupakan suatu siklus yang interaktif, karena menunjukkan adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk memahami atau mendapatkan gambaran dan pengertian yang mendalam, komprehensif yang dirinci mengenai suatu masalah sehingga dapat melahirkan suatu kesimpulan yang induktif. Proses analisis interaktif ini dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut:Gambar 2. Skema Proses Analisis Data.

Sumber: Miles dan Huberman (1992)

1.7. Keabsahan Data Untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.

71

Moleong (2005) menjelaskan ada empat kriteria yang digunakan, yaitu: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan

(dependability) dan kepastian (comfirmability). 1) Kepercayaan (credibility) Untuk memeriksa kredibilitas, dilakukan kegiatan sebagai berikut: a) Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. b) Melakukan peer debriefing. Teknik peer debriefing dioperasionalisasikan dengan cara melibatkan sejawat peneliti yang tidak ikut meneliti untuk ikut membicarakan atau memberikan kritik terhadap proses dan hasil penelitian, sehingga bisa diperoleh masukan atas kelemahan yang terjadi dari penelitian yang dilakukan yang dilakukan dalam bentuk diskusidiskusi kecil. c) Triangulasi, adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi dioperasionalisasikan dalam bentuk triangulasi sumber data yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen, membandingkan pernyataan informan di depan umum dengan pernyataan informan tersebut secara pribadi dan

72

membandingkan perspektif informan yang berbeda latar belakang mengenai suatu isu. 2) Keteralihan (transferability) Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan peralihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh maka secara umum proses perencanaan di kelurahan maupun di lingkungan RT-RW setempat dapat dikatakan sama prosesnya yaitu mengacu pada Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif, Musrenbang. 3) Ketergantungan (dependability) Ketergantungan dilakukan untuk memeriksa akurasi pengumpulan dan analisis data. Agar derajat reliabilitas dapat tercapai maka diperlukan audit atau pemeriksaan yang cermat terhadap seluruh komponen dan proses penelitian serta hasil penelitiannya. Oleh karena itu diperlukan pertimbangan keilmuan dari komisi pembimbing. 4) Kepastian (confirmability) Kriteria kepastian berasal dari konsep obyektifitas dalam penelitian non kualitatif. Jika non-kualitatif menekankan pada orang, maka kualitatif menghendaki agar penekanan bukan pada orangnya melainkan pada data. Dalam penelitian ini untuk memperoleh standar kredibilitas hasil maka teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan peneliti antara lain :

73

1. Keikutsertaan peneliti dalam situs (lokasi) penelitian untuk membangun komunikasi dan kepercayaan secara baik dengan masyarakat setempat dan perangkat aparatur ; 2. Adanya ketekunan pengamatan peneliti dalam rangka memperoleh kedalaman dan kajian tentang mekanisme dan proses musyawarah rencana pembangunan di forum musyawarah RT-RW/kelompok di wilayah Kelurahan Purwantoro dan musrenbangkel yang dilakukan pada tingkat kelurahan; 3. Melakukan triangulasi, yaitu membandingkan dan pengecekan ulang terhadap data yang diperoleh. Peneliti menggunakan tiga langkah teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi melalui pengecekan antar waktu, sehingga diharapkan data yang berkaitan dengan pokok masalah penelitian semakin memperoleh standar kredibilitas tinggi; 4. Pemeriksaan sejawat, yaitu dengan melakukan diskusi dengan teman-teman sejawat untuk memperoleh masukan, kritik, saran dan interpretasi yang lebih banyak yang mungkin belum terangkat atau terlupakan diungkap oleh peneliti; 5. Referensi yang cukup, yaitu data-data hasil wawancara dan observasi harus didukung oleh data pendukung yang kuat berupa foto, alat bantu perekam, dan lain-lain.