Post on 29-Jul-2019
41
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum KSU Tandangsari
4.1.1 Sejarah Pendirian KSU Tandangsari
Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari didirikan pada tahun 1970. KSU
Tandangsari awalnya berbentuk Koperasi Serba Usaha Desa (KSUD) dan Koperasi
Pertanian (KOPERTA) yang berkedudukan di wilayah usaha desa (WILUD).
Ketika INPERS No. 4 Tahun 1973 dikeluarkan, KSU dan KOPERTA Tanjungsari
melakukan amalgasi menjadi Badan Usaha Unit Daerah (BUUD) Tanjungsari,
Sumedang. Kemudian, INPERS No. 4 Tahun 1973 ini diperbaharui dengan
INPERS No. 2 Tahun 1978, dilakukan pengubahan kembali menjadi Koperasi Unit
Desa (KUD) Tanjungsari, dan mempunyai badan hukum pertama
No.7251/BH/DK-10/21 pada tanggal 20 Januari 1981. Penyempurnaan INPERS
No. 2 Tahun 1978 menjadi INPERS No. 4 Tahun 1984 mengubah badan hukum
koperasi ini menjadi No.7251/BH/KWK-10/13 pada tanggal 27 Februari 1989.
Dengan lahirnya UU No. 25 Tahun 1992, pengoperasian lembaga KUD
Tanjungsari mengikuti UU tersebut. Kemudian, sebagai dampak daripada
pelaksanaan UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah dan peraturan daerah
kabupaten sumedang yang mengatur tentang pembagian (pemekaran) wilayah
kecamatan, maka kecamatan Tanjungsari dibagi menjadi tiga kecamatan.
KUD Tandangsari mendapatkan sertifikasi sebagai KUD Mandiri pada tahun
1990 dengan SK Menteri RI No.599/M/KPTS/VI/1990 dan diresmikan di Gedung
GKS Sumedang oleh Bapak Muhamad Hasan Basri. Kemudian berdasarkan
keputusan rapat anggota tanggal 2 Maret 2002 KUD Tanjungsari berubah nama
42
menjadi KSU Tandangsari yang disahkan dengan SK Bupati Sumedang No. 027
Tahun 2002 dengan badan hukum No.7251/BH/PAD/DK.10.13/III/2002 pada
tanggal 25 Maret 2002. Setelah mengalami beberapa perubahan nama, KSU
Tandangsari memiliki identitas sebagai berikut:
Nama Koperasi : Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari
Jenis Usaha : Serba Usaha
No. Badan Usaha : 7251/BH/PAD/DK.10.13/III/2002
Perizinan : NPWP, EUIP, EITU, TDP, TDI
KSU Tandangsari sebagai koperasi serba usaha memiliki visi dan misi sebagai
berikut:
a) Visi
Terwujudnya keluarga yang berkemampuan ekonomi, mandiri, sehat jasmani
dan rohani.
b) Misi
1) Sosialisasi kelembagaan koperasi kepada masyarakat.
2) Pelaksanaan manajemen organisasi yang baik. Demokratis, saling asah, asih
asih serta penerapan asas kekeluargaan.
3) Penguatan kegiatan usaha para anggota dan koperasi.
4) Pelayanan usaha dan kelembagaan yang maksimal kepada para anggota.
5) Penguatan permodalan koperasi terutama yang bersumber dari potensi
internal para anggota.
6) Pembinaan kepada anggota dan kelompok anggota dalam hal kelembagaan
dan manajemen usaha.
7) Memperkuat kemitraan usaha antar anggota, antar anggota dan koperasi,
antar koperasi dengan pihak ketiga.
43
8) Peningkatan kualitas kemampuan dan keterampilan para pengelola koperasi
dan para anggota.
9) Berperan serta dalam program pembangunan nasional.
4.1.2 Lokasi KSU Tandangsari
Kantor KSU Tandangsari berlokasi di Kompleks Pasar Baru Tanjungsari
Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Selain itu
wilayah kerja KSU Tandangsari mencakup pabrik makanan ternak yang berlokasi
di Jalan Pamegersari No.57 Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang dan
Kantor Unit Simpan Pinjam (USP) yang berlokasi di Jalan Raya Tanjung Sari
No.205 Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang.
4.1.3 Kondisi Fisik Wilayah Penelitian
Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44’-70º83’ Lintang Selatan dan
107º21’-108º21’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari 26
kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan. KSU Tandangsari berlokasi di
Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Jarak KSU Tandangsari dari
ibukota Kabupaten sekitar 18 km, dan dari Ibukota Provinsi Jawa Barat sekitar 28
km. Batas wilayah Kecamatan Tanjungsari adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Rancakalong
Sebelah Selatan : Kecamatan Cimanggis
Sebelah Timur : Kecamatan Sumedang Selatan
Sebelah Barat : Kecamatan Cikeruh
Kecamatan Tanjungsari terletak pada ketinggian rata-rata 800 meter di atas
permukaan laut, sehingga termasuk ke daerah dataran tinggi. Suhunya berkisar 18-
44
29˚C, dengan kelembaban udara sekitar 60-85 persen. Wilayah kerja KSU
Tandangsari meliputi 15 desa dengan luas 6.339,61 Ha yang terdiri dari lahan sawah
1.230,5 Ha dan luas daratan 5.169,11 Ha. Adapun desa-desa yang menjadi wilayah
kerja KSU Tandangsari adalah Gunung Manik, Genteng, Kotamandiri, Jatisari,
Tanjungsari, Margaluyu, Mekar Sari, Rahardja, Suka Rapih, Pamulihan, Cilembu,
Marga Jaya, Cinanjung, Cijambu dan Mekar Bhakti.
Wilayah kerja KSU Tandangsari termasuk pada kisaran yang cocok untuk
pengembangan usaha sapi perah bangsa Fries Holland (FH). Hal ini sesuai pendapat
Makin, dkk (1980) yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang sesuai bagi
sapi perah bangsa FH yang dikembangkan di Indonesia adalah suhu udara berkisar
13-23˚C, ketinggian tempat antara 700-1250 meter di atas permukaan laut, dan
kelembaban udara berkisar antara 50-70 persen.
4.1.4 Struktur Organisasi KSU Tandangsari
Struktur organisasi adalah suatu susunan komponen-komponen atau unit-unit
kerja dalam sebuah organisasi. Struktur organisasi menunjukan bahwa adanya
pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau kegiatan-kegiatan berbeda yang
dikoordinasikan. Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara
setiap bagian maupun posisi yang terdapat pada sebuah organisasi atau perusahaan
dalam menjalankan kegiatan-kegiatan operasionalnya dengan maksud untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Struktur organisasi yang dimiliki KSU Tandangsari mempunyai maksud
untuk memperjelas tugas, wewenang, dan tanggung jawab dalam menjalankan roda
kegiatan koperasi bagi masing-masing unsur organisasi. Berdasarkan Surat
45
Keputusan pengurus KSU Tandangsari, 1 Juni 2014 No.40/K/SK/1/5/6/2014
struktur organisasi KSU Tandangsari disajikan pada Ilustrasi 2.
Ilustrasi 2. Struktur Organisasi KSU Tandangsari
Keterangan :
Garis Komando
Garis Koordinasi
RAPAT ANGGOTA
Pengawas
Kepala Divisi
Produksi &
Distribusi Susu
Murni
Kepala Divisi
Pembelian &
Penjualan Susu
Murni
Kepala Divisi
Makanan
Ternak
Kepala Divisi
Kesehatan
Hewan & IB
Kepala Divisi
Simpan Pinjam
Kepala Urusan
Kepala Urusan
Administrasi &
Umum
Kepala Urusan
Keuangan
Kepala Urusan
Data & Akutansi
Kepala Urusan
Penyuluhan &
Recording
Pengurus
Ketua Umum
Ketua Bidang Usaha Ketua Bidang
Organisasai dan
Kelembagaan
Sekretaris Bendahara
46
4.1.5 Bidang Usaha KSU Tandangsari
Bidang usaha KSU Tandangsari terdiri dari beberapa unit usaha yaitu
1) Unit Usaha Sapi Perah
Unit usaha sapi perah dimulai ketika pemerintah memberikan kredit berupa
sapi perah pada tahun 1981. Unit usaha sapi perah merupakan usaha yang
diunggulkan dari semua unit usaha yang dijalankan KSU Tandangsari. KSU
tandangsari telah menyalurkan susu segar dari anggota peternak dengan
menggunakan standar kualitas dan kuantitas susunya.
Pelayanan dalam unit usaha sapi perah meliputi pemenuhan kebutuhan pakan
ternak untuk sapi perah anggota maupun non-anggota maka KSU Tandangsari
melakukan pengolahan pakan ternak (konsentrat). KSU Tandangsari pun melayani
anggota dalam masalah kesehatan hewan ternaknya serta memberikan pelayanan
untuk meningkatkan populasi sapi perah dengan dilakukannya kegiatan inseminasi
buatan (IB). Selain itu KSU Tandangsari melakukan pembelian dan pemasaran susu
murni dari anggota ke IPS dan non-IPS.
2) Unit Usaha Simpan Pinjam
Unit usaha simpan pinjam bergerak dalam bidang simpan pinjam bagi anggota
KSU Tandangsari. Unit usaha simpan pinjam diberdayakan oleh KSU Tandangsari
untuk memperkuat permodalan dan usaha anggota. Kegiatan usaha unit ini meliputi
penghimpunan dana dalam bentuk simpanan koperasi berjangka (simkopka) dan
simpanan sukarela serta melayani kredit permodalan usaha bagi anggota berupa
pinjaman berjangka dan pinjaman harian.
Unit simpan pinjam merupakan unit yang tidak dapat dipisahkan dari
keberhasilan KSU Tandangsari, karena dari tahun ke tahun menunjukkan adanya
peningkatan baik dari volume usaha maupun jumlah pinjaman dari anggota yang
47
dapat dilayani. Berdasarkan RAT XXXV kegiatan usaha simpan pinjam tahun 2015
ada peningkatan dibanding tahun 2014. Aset USP tahun 2014 sebesar Rp.
6.671.480.684,00 akhir tahun 2015 sebesar Rp. 10.008.726.728,52, mengalami
kenaikan sebesar 50 persen.
Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) merupakan lembaga keuangan yang
keberadaannya diharapkan mampu untuk mendukung pendanaan pengembangan
usaha. Terutama bagi pelaku usaha kecil dan mikro seperti anggota KSU
Tandangsari yang bergerak di sektor usaha peternakan sapi perah, perdagangan dan
pertanian yang biasanya sulit dijangkau oleh lembaga keuangan yang biasa.
4.2 Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini sebanyak 31 orang dari 54 karyawan KSU
Tandangsari yang terdiri dari 9 bidang yaitu, data dan akutansi, keuangan,
administrasi umum, penyuluhan dan recording, pembelian dan penjualan susu
murni, produksi dan distribusi susu murni, makanan ternak, kesehatan hewan dan
inseminasi buatan, serta simpan pinjam. Karakteristik responden dibagi ke dalam 4
karakteristik, yaitu: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, dan lama
bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Robbins (2006) yang menyatakan bahwa
karakteristik individu mencakup usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal,
status perkawinan, dan masa kerja dalam organisasi.
4.2.1 Usia Responden
Usia merupakan salah satu tolak ukur yang dapat memengaruhi seseorang
dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Usia pada dasarnya memengaruhi
produktivitas kinerja seseorang. Usia responden dikelompokkan menjadi 3
48
kategori, yaitu usia < 15 tahun termasuk usia golongan belum produktif atau muda,
usia 15 sampai 64 tahun termasuk usia golongan produktif, dan usia > 64 tahun
termasuk usia golongan tidak produktif atau tua (Badan Pusat Statistk, 2012). Usia
responden berkisar antara 23-52 tahun. Usia responden pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Usia Responden di KSU Tandangsari
No Usia (Tahun) Jumlah
Orang Persentase
1. < 15 00 000
2. 15-64 031 100
3. > 64 00 000
Jumlah 031 100
Tabel 3 menunjukan bahwa semua responden pada penelitian ini terdapat
pada rentang usia 15 sampai 64 tahun dan tergolong pada usia produktif. Responden
pada usia produktif dapat mendukung terhadap kinerja yang dijalankannya, karena
mereka cenderung masih memiliki tenaga dan etos kerja yang tinggi. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Samuelson dan Nordhaus (1992), yang menyatakan bahwa
golongan usia produktif yaitu usia ketika seseorang mampu bekerja dan
menghasilkan adalah 16 sampai 65 tahun. Dominasi responden yang berusia
produktif mendukung untuk kemajuan koperasi karena usia responden dapat
memengaruhi cara berpikir dan bertindak.
4.2.2 Jenis Kelamin Responden
Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia dibedakan menurut jenis
kelaminnya yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam sebuah lingkungan pekerjaan,
laki-laki dan perempuan dibutuhkan untuk mengisi bagian-bagian dari organisasi.
Jenis kelamin responden tidak akan memengaruhi penilaian maupun pencapaian
49
kinerja untuk koperasi. Jenis kelamin responden pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis Kelamin Responden di KSU Tandangsari
No Jenis Kelamin Jumlah
Orang Persentase
1. Laki-laki 21 67,70
2. Perempuan 10 32,30
Jumlah 31 100,000
Tabel 4 menunjukkan sebagian besar responden pada penelitian ini berjenis
kelamin laki-laki (67,70%). Jenis kelamin bukanlah syarat untuk seseorang dapat
bekerja. Mengingat banyak jenis pekerjaan yang bisa dilakukan baik oleh laki-laki
ataupun perempuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Robbins (2006) yang
menyatakan bahwa, tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita
dalam kemampuan memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan
kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau kemampuan belajar. Namun satu masalah
yang tampaknya membedakan antar jenis kelamin yaitu waktu. Seorang laki-laki
akan memiliki jam kerja yang lebih fleksibel dibandingkan dengan perempuan yang
sudah menjadi ibu. KSU Tandangsari merupakan sebuah koperasi di bidang
agribisnis sapi perah yang membutuhkan karyawan dengan jam kerja yang fleksibel
untuk bekerja di lapangan. Oleh karena itu mayoritas karyawan di KSU
Tandangsari adalah laki-laki.
4.2.3 Tingkat Pendidikan Formal Responden
Pendidikan formal adalah salah satu aspek yang dapat memengaruhi pola
pikir seseorang. Tingkat pendidikan formal responden pada penelitian ini bervariasi
dari mulai Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sarjana (S1). Mayoritas tingkat
pendidikan formal responden di KSU Tandangsari yaitu Sekolah Menengah Atas
50
(SMA). Lebih jelasnya tingkat pendidikan formal responden dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Formal Responden di KSU Tandangsari
No Pendidikan Jumlah
Orang Persentase
1. SD 02 06,45
2. SMP 04 12,90
3. SMA 19 61,30
4. Diploma 02 06,45
5. Sarjana 04 12,90
Jumlah 31 100,000
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa dalam perekrutan karyawannya
KSU Tandangsari melakukan secara proporsional karena pekerjaan di koperasi
tidak semuanya memerlukan orang-orang berpendidikan tinggi akan tetapi
disesuaikan dengan kebutuhan koperasi. Seperti 2 responden dengan tingkat
pendidikan Sekolah Dasar (SD) (6,45%) dibutuhkan sebagai tenaga sopir untuk
mengangkut susu murni yang dihasilkan oleh setiap kelompok peternak ke Tempat
Penampungan Susu (TPS) di KSU Tandangsari. Tabel 5 menunjukan sebagian
besar responden menempuh pendidikan terakhir di tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA) (61,30%). Responden yang berpendidikan tinggi lebih terbuka dalam
menerima informasi baru dan mereka juga berusaha meningkatkan potensi yang
dimilikinya.
Pendidikan formal responden tidak hanya memengaruhi pola pikir akan tetapi
juga memengaruhi tingkat penerimaan dan penyerapan informasi. Karyawan
berpendidikan akan memiliki wawasan dan pengetahuan luas sehingga akan
membantu dirinya untuk mempermudah pemahaman atas setiap kegiatan kerja yang
akan dilakukan. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang membantu
51
seseorang untuk menginterpretasikan sesuatu dengan lebih baik (Berry dan
Triandis, 1980).
4.2.4 Lama Bekerja Responden
Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan
pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Lama bekerja responden dapat
memengaruhi pemahaman mengenai penilaian gaya kepemimpinan terhadap ketua
umum dan pencapaian kinerja yang bersangkutan. Responden umumnya memiliki
pengalaman bekerja selama 10 sampai 20 tahun. Lama bekerja responden penelitian
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Lama Bekerja Responden di KSU Tandangsrai
No Lama Bekerja (Tahun) Jumlah
Orang Persentase
1. <10 04 12,90
2. 10-20 21 67,70
3. >20 06 19,40
Jumlah 31 100,000
Handoko (2007) menyatakan masa kerja adalah rentang waktu yang telah
ditempuh oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya, selama waktu itulah
banyak pengalaman dan pelajaran yang dijumpai. Lama bekerja merupakan salah
satu faktor untuk meningkatkan pencapaian kinerja para karyawan KSU
Tandangsari. Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (67,70%)
memiliki pengalaman kerja selama 10 sampai 20 tahun. Semakin lama karyawan
bekerja, semakin banyak pengetahuan dan kemampuan yang didapatkan di KSU
Tandangsari. Banyaknya pengalaman mendorong karyawan untuk meningkatkan
kinerjanya dan memahami setiap pekerjaan yang diberikan.
52
Karyawan KSU Tandangsari yang bekerja 10 sampai 20 tahun telah merasa
nyaman dalam bekerja karena sudah terbiasa dengan pekerjaan yang dikerjakannya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kreitner dan Kinicki (2004) yang menyatakan
bahwa, masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang pegawai lebih
merasa betah dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah
beradaptasi dengan lingkungannya yang cukup lama sehingga seorang pegawai
akan merasa nyaman dengan pekerjaannya.
4.3 Gaya Kepemimpinan di KSU Tandangsari
Gaya kepemimpinan adalah cara-cara khas yang digunakan atau dilaksanakan
oleh seorang pemimpin dalam rangka menjalankan kepemimpinannya. Menurut
Thoha (2003), gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan
seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi orang lain seperti yang
ia lihat. Gaya kepemimpinan dibutuhkan seorang pemimpin untuk dapat mengelola
karyawannya.
Berdasarkan hasil identifikasi, gaya kepemimpinan yang digunakan ketua
umum KSU Tandangsari adalah gaya kepemimpinan demokratis. Gaya
kepemimpinan ini terlihat dari karakteristik gaya kepemimpinan demokratis, seperti
komunikasi yang dilakukan antara ketua umum dengan karyawan bersifat terbuka,
ketua umum memberikan kesempatan kepada para karyawannya untuk
mengemukakan pendapat dan keluhan mengenai masalah-masalah yang terjadi di
KSU Tandangsari setelah itu keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh
pemimpin. Hal ini sesuai dengan prinsip koperasi dalam UU No.25 Tahun 1992
Bab III Pasal 5 yang salah satunya menyatakan bahwa pengelolaan dilakukan secara
demokratis. Dengan begitu gaya kepemimpinan ketua umum KSU Tandangsari
53
sudah tepat dalam memimpin KSU Tandangsari. Menurut Waridin dan Bambang
Guritno (2005), seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk
mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Tingkat gaya kepemimpinan
ketua umum Tandangsari pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Persentase Indikator Gaya Kepemimpinan Ketua Umum KSU
Tandangsari
No. Dimensi Kelas Kategori
Tinggi Sedang Rendah
…%...
1. Tanggung Jawab 80,60 19,40 0,00
2. Kepercayaan 74,20 25,80 0,00
3. Komunikasi 58,10 41,90 0,00
4. Pengambilan Keputusan 41,90 58,10 0,00
5. Empati 61,30 38,70 0,00
Gaya Kepemimpinan 58,10 41,90 0,00
Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat gaya kepemimpinan ketua umum KSU
Tandangsari termasuk ke dalam kategori tinggi (58,10%) yang artinya pemimpin
menjalankan kewajibannya sebagai ketua umum, beberapa pegawai dilibatkan
secara langsung dalam pengambilan keputusan, komunikasi antara pegawai dan
ketua umum pun terjadi di dalam maupun di luar pekerjaan serta empati dirasakan
beberapa pegawai karena sering berinteraksi dengan ketua umum. Sedangkan
41,90% responden menilai tingkat gaya kepemimpinan ketua umum KSU
Tandangsari pada kategorisedang, hal ini dikarenakan beberapa pegawai dilibatkan
secara tidak langsung dalam pengambilan keputusan sehingga frekuensi
komunikasi tidak sebaik dengan mereka yang memiliki jabatan struktural.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gaya kepemimpinan ketua
umum KSU Tandangsari termasuk dalam kategori tinggi dilihat dari 5 indikator
yaitu: 1) Tanggung jawab; 2) Kepercayaan; 3) Komunikasi; 4) Pengambilan
54
Keputusan; dan 5) Empati. Hal ini terbukti di lapangan dengan gaya kepemimpinan
ketua umum KSU Tandangsari kemajuan diperoleh oleh koperasi dalam
mendapatkan beberapa asset yang sekarang menjadi milik KSU Tandangsari.
4.3.1 Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan perbuatan sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Makna dari tanggung
jawab ialah siap menerima kewajiban atau tugas. Tanggung jawab juga berkaitan
dengan kewajiban, yaitu sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Maka
tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Seorang pemimpin harus memiliki tanggung jawab terhadap orang-orang di bawah
kepemimpinannya dan perusahaan yang dijalankannya.
Tanggung jawab seorang pemimpin merupakan kewajiban terhadap tugasnya
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai seorang pemimpin. Tingkat
tanggung jawab yang dimiliki ketua umum KSU Tandangsari dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Tingkat Tanggung Jawab Ketua Umum KSU Tandangsari
No. Uraian Kelas Kategori
Tinggi Sedang Rendah
…%...
1. Pimpinan bekerja untuk mencapai
visi 35,48 51,61 12,91
2. Pimpinan bekerja sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya 58,06 41,94 00,00
3. Pimpinan mematuhi peraturan
umum 67,74 32,26 00,00
4. Pimpinan memberikan pengarahan 74,19 22,58 03,23
Tanggung Jawab 80,60 19,40 00,00
55
Tabel 8 menunjukan bahwa tingkat tanggung jawab ketua umum KSU
Tandangsari termasuk ke dalam kategori tinggi dengan presentase responden
sebesar 80,60%. Tingkat tanggung jawab ketua umum KSU Tandangsari dinilai
dari 4 pertanyaan yang diajukan penulis kepada responden. Sebagian besar
responden menilai tingkat tanggung jawab ketua umum KSU Tandangsari ke dalam
kategori tinggi karena terlihat dari tugas pokok dan fungsi sebagai pemimpin yang
dikerjakan secara keseluruhan. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian beberapa misi
KSU Tandangsari dibawah kepemimpinannya. Selain itu meskipun pembagian
tugas terbagi rata, pemimpin tetap memberikan arahan dan pemecahan masalah dari
setiap kendala yang terjadi di KSU Tandangsari karena pemimpin memiliki
tanggung jawab untuk memutuskan, mengarahkan dan mengawasi karyawannya.
Sebagai seorang pemimpin, ketua umum KSU Tandangsari memikul
tanggung jawab untuk memimpin koperasi yang dipercayakan kepadanya.
Pemimpin harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan dan tidak
dilakukannya untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam
organisasi. Untuk itu ketua umum KSU Tandangsari memberikan pengarahan
terhadap kesalahan yang dilakukan oleh setiap karyawan. Ia harus memiliki
keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukan dan
mengambil risiko atau pengorbanan untuk kepentingan organisasi dan orang-orang
yang dipimpinnya. Di sisi lain, pemimpin pun harus melatih karyawannya untuk
menerima tanggung jawab serta mengawasi pelaksanaan tugasnya.
4.3.2 Kepercayaan
Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain
dimana orang tersebut memiliki keyakinan kepada orang lain. Kepercayaan
56
merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks
sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih
keputusan berdasarkan pilihan dari orang- orang yang lebih dapat ia percaya dari
pada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993). Tingkat kepercayaan ketua umum
KSU Tandangsari terhadap para karyawannya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Tingkat Kepercayaan Ketua Umum KSU Tandangsari
No. Uraian Kelas Kategori
Tinggi Sedang Rendah
…%...
1. Pimpinan mempercayai hasil
pekerjaan karyawannya 70,97 29,03 00,00
2. Pimpinan menerima hasil laporan
bulanan 90,32 09,68 00,00
3. Pimpinan memberikan tanggapan
setiap hasil pekerjaan 70,97 29,03 00,00
4. Pimpinan melakukan pengawasan 38,71 54,84 06,54
Kepercayaan 74,20 25,80 00,00
Tabel 9 menunjukkan bahwa kepercayaan ketua umum KSU Tandangsari
terhadap para karyawannya termasuk ke dalam kategori tinggi (74,20%). Tingkat
kepercayaan ketua umum terhadap karyawannya dinilai dari 4 pertanyaan yang
diajukan penulis. Sebagian besar responden dengan penilaian kategori tinggi
menyatakan bahwa ketua umum KSU Tandangsari memberikan kepercayaan dan
tanggapan terhadap setiap pekerjaan yang dikerjakan karyawannya. Setiap bulan
ketua umum menerima laporan bulanan yang dikerjakan oleh setiap divisi yang
berada di KSU Tandangsari. Manfaat kepercayaan diantaranya adalah terciptanya
iklim saling berbagi informasi dan kerjasama. Ketika seorang karyawan yakin
bahwa ide dan informasi yang disampaikannya akan dihargai, inisiatif dan
kreativitasnya akan tumbuh. Pemimpin yang mempercayai karyawannya tidak akan
segan untuk mendelegasikan tugas dan wewenangnya kepada mereka. Demikian
57
pula karyawan yang mempercayai pemimpinnya akan merasa lebih nyaman dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka.
Kepercayaan merupakan keyakinan terhadap integritas, kemampuan atau
karakter seseorang atau sesuatu. Kepercayaan dapat membuat seseorang menjadi
percaya diri, terbuka, jujur, bersedia mengambil risiko dan merasa lebih nyaman
dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Seorang pemimpin perlu memberikan
kepercayaan kepada karyawannya untuk setiap pekerjaan yang diberikan. Karena
kepercayaan dapat mengurangi resistensi terhadap perubahan, Sebaliknya,
ketidakpercayaan (distrust) akan menyebabkan seseorang menjadi bersifat tertutup,
tidak percaya diri, enggan mengambil risiko, dan tidak nyaman dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Akibat tidak adanya kepercayaan, produktivitas
melemah, peluang-peluang pengembangan dan perbaikan terlewatkan, dan kinerja
merosot.
4.3.3 Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan, gagasan atau pikiran seorang
karyawan kepada pemimpin atau sebaliknya, secara langsung atau tidak langsung.
Komunikasi dalam kepemimpinan sangat diperlukan karena kepemimpinan
merupakan upaya memengaruhi banyak orang untuk mencapai tujuan, cara
memengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang menyebabkan
orang lain bertindak atau merespons dan menimbulkan perubahan positif, kekuatan
dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka
mencapai tujuan (Dubrin, 2005).
Pemimpin merupakan pusat kekuatan dan dinamisator bagi perusahaan,
dengan begitu harus selalu berkomunikasi dengan semua pihak baik melalui
58
hubungan formal maupun informal. Suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin itu
sebagian besar ditentukan oleh kemahirannya menjalin komunikasi yang tepat
dengan semua pihak, secara horisontal maupun vertikal. Tingkat komunikasi ketua
umum Tandangsari dengan karyawannya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Tingkat Komunikasi Ketua Umum KSU Tandangsari
No. Uraian Kelas Kategori
Tinggi Sedang Rendah
…%...
1. Pimpinan tidak mendominasi
dalam setiap pembicaraan 90,32 06,45 03,23
2. Terjalinnya komunikasi antara
pimpinan dan karyawan 22,58 38,71 38,71
3.
Terjalinnya hubungan baik dengan
karyawan di dalam maupun di luar
pekerjaan
77,42 22,58 00,00
4. Pimpinan sering memberikan
pengarahan 22,58 74,19 03,23
Komunikasi 58,10 41,90 00,00
Tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat komunikasi ketua umum KSU
Tandangsari termasuk ke dalam kategori tinggi (58,10%). Tingkat komunikasi
ketua umum dengan karyawan dinilai dari 4 pertanyaan yang diajukan penulis.
Sebagian besar responden dengan penilaian kategori tinggi menyatakan bahwa
ketika dilakukan diskusi, pimpinan tidak mendominasi dalam setiap pembicaraan.
Selain itu komunikasi yang terjalin dengan pemimpin di dalam maupun di luar
pekerjaan terbilang sangat baik. Hal ini terjadi karena responden memiliki jabatan
struktural sehingga frekuensi komunikasi sering dilakukan. Komunikasi pun
terjalin secara langsung karena adanya rapat internal yang dilakukan sebulan sekali
dengan pejabat struktural. Selain itu pemimpin memberikan pengarahan serta
bimbingan dalam bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing
59
divisi. Sebagian responden pun dapat berkonsultasi atau menghubungi ketua umum
secara langsung karena jarak rumah mereka relatif berdekatan.
Menurut Scheidel (1976) fungsi dari komunikasi yaitu untuk menyatakan dan
mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar,
dan untuk memengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti
yang kita inginkan. Sebagai seorang pemimpin untuk KSU Tandangsari, ketua
umum perlu membangun komunikasi dengan seluruh karyawan. Sehingga
pemimpin dapat memengaruhi karyawan untuk memiliki semangat dalam bekerja
demi mencapai tujuan dari koperasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Syamsu
dkk., (1991), yang menyatakan bahwa pemimpin harus berusaha agar komunikasi
antar anggota dan ketua dengan organisasinya berjalan lancer, sehingga kegiatan
antar seluruh anggota dapat berjalan dengan baik dan anggota dapat menghayati
tujuan serta peran dirinya untuk mencapai tujuan bersama.
4.3.4 Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan salah satu fungsi dari seorang pemimpin.
Pengambilan keputusan merupakan proses penerjemahan dari sebuah keinginan-
keinginan berbagai pihak. Pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah
dilakukan oleh pemimpin setelah melalui proses diskusi dan konsultasi dengan para
bawahan. Pengambilan keputusan adalah soal yang berat karena sering menyangkut
kepentingan banyak orang. Kemampuan yang baik dalam pengambilan keputusan
harus tercermin pada tiga hal, yaitu cara, hasil keputusan, dan kemampuan
menyampaikan hasil keputusan. Tidak ada sesuatu yang pasti dalam pengambilan
keputusan. Pemimpin harus memilih di antara alternatif yang ada dan kemungkinan
implikasi atau akibat suatu pengambilan keputusan tertentu.
60
Pengambilan keputusan oleh pemimpin hendaknya didiskusikaan terlebih
dahulu bersama para karyawan agar kepemimpinan demokratis di dalam koperasi
dirasakan semua pihak. Pengambilan keputusan pada hakekatnya adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah. Tingkat pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh ketua umum KSU Tandangsari dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11. Tingkat Pengambilan Keputusan Ketua Umum KSU Tandangsari
No. Uraian Kelas Kategori
Tinggi Sedang Rendah
…%...
1. Hasil keputusan sesuai dengan
harapan 032,26 61,29 06,45
2. Pimpinan melibatkan karyawan
dalam pengambilan keputusan 025,81 58,06 16,13
3. Pimpinan ikut serta dalam setiap
pengambilan keputusan 100,00 00,00 00,00
4. Pimpinan mengambil keputusan
disaat rapat rutin 029,03 70,97 03,23
Pengambilan Keputusan 041,90 58,10 00,00
Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh ketua umum KSU Tandangsari termasuk ke dalam kategori sedang (58,10%).
Tingkat pengambilan keputusan ketua umum dinilai dari 4 pertanyaan yang
diajukan penulis. Sebagian besar responden menilai tingkat pengambilan keputusan
ketua umum KSU Tandangsari ke dalam kategori sedang karena beberapa
responden tidak dilibatkan secara langsung dalam rapat internal namun pendapat
yang diberikan untuk kemajuan KSU Tandangsari tetap tertampung. Selain itu
terkadang hasil keputusan yang dibuat oleh pimpinan tidak sesuai dengan harapan
para karyawan. Meskipun begitu tetap bisa dilakukan diskusi untuk mencari jalan
keluar yang terbaik.
61
Di dalam suatu organisasi, pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang
sangat strategis bahkan dapat menentukan kelangsungan hidup organisasi itu
sendiri. Tentunya sebelum pengambilan keputusan itu diambil, terlebih dahulu
harus ada masalah dan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Sebagai seorang
pemimpin, ketua umum KSU Tandangsari harus dapat mengambil keputusan yang
terbaik dari setiap alternatif-alternatif yang telah dimusyawarahkan secara bersama-
sama dengan para karyawan. Karena setiap keputusan yang diambil oleh ketua
umum akan memengaruhi kemajuan koperasi.
4.3.5 Empati
Empati merupakan kemampuan menghubungkan dan merasakan pikiran,
emosi ataupun perasaan orang lain. Orang-orang yang empati sering dilihat oleh
orang lain sebagai orang yang memahami dan mampu memberikan dukungan
kepada orang lain secara tepat dengan perasaan peka dan peduli. Empati adalah
sikap yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin agar dapat memanfaatkan potensi-
potensi yang dimiliki karyawannya. Empati akan membuat seorang pemimpin lebih
bijaksana dalam bersikap dan dalam setiap pengambilan keputusan karena ia tidak
hanya akan memandang dari sudut pandangnya sendiri tapi juga
mempertimbangkan keadaan orang lain.
Empati merupakan sikap bagian kecerdasan emosi yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin untuk dapat memahami karyawannya dan dapat
mempertimbangkan keadaan karyawannya seputar pekerjaan. Sikap empati
diperlukan seorang pemimpin kepada karyawannya agar karyawan tidak merasakan
tekanan dari beban pekerjaan. Tingkat empati ketua umum KSU Tandangsari
terhadap karyawannya dapat dilihat pada Tabel 12.
62
Tabel 12. Tingkat Empati Ketua Umum KSU Tandangsari
No. Uraian Kelas Kategori
Tinggi Sedang Rendah
…%...
1. Pimpinan memberikan perhatian
kepada karyawannya 41,94 54,84 03,22
2.
Pimpinan memberikan kesempatan
kepada karyawannya untuk
berdiskusi
48,39 48,39 03,22
3. Pimpinan melihat keadaan
sebelum mengambil keputusan 77,42 22,58 00,00
4. Pimpinan memberikan solusi pada
setiap masalah yang terjadi 38,71 58,06 03,23
Empati 61,30 38,70 00,00
Tabel 12 menunjukkan bahwa tingkat empati ketua umum KSU Tandangsari
terhadap para karyawannya termasuk ke dalam kategori tinggi (61,30%). Tingkat
empati ketua umum terhadap karyawannya dinilai dari 4 pertanyaan yang diajukan
penulis terlampir pada Tabel 12. Sebagian besar responden menilai tingkat empati
ketua umum KSU Tandangsari ke dalam kategori tinggi dikarenakan pimpinan
selalu memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk mendisukusikan setiap
masalah yang terjadi di koperasi. Ketua umum pun dalam mengambil keputusan
selalu mempertimbangkan keadaan karyawannya maupun koperasi. Selain itu
pimpinan selalu memberikan motivasi seperti saran atau nasihat kepada
karyawannya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini di dukung oleh hasil
penelitian Utami (2014) dalam Yuniarti (2016) bahwa empati bagian dari emosi
yang dikendalikan melalui kecerdasan seorang pemimpin yang mampu memotivasi,
menyelesaikan masalah bawahannya untuk mencapai target pekerjaannya sesuai
dengan yang diharapkan, serta pemimpin harus memiliki tingkat kepedulian
terhadap bawahannya sehingga ada pengaruh bawahan dengan atasan melalui
63
empati yang diciptakan oleh pimpinan terhadap atasan dan antar sesama bawahan,
hal inilah yang menjadi budaya baik dalam organisasi.
4.4 Kinerja Karyawan di KSU Tandangsari
Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategi suatu organisasi.
Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan
individu atau kelompok individu. Penilaian terhadap kinerja di dalam organisasi
merupakan hal penting. Mangkunegara (2005) mengemukakan bahwa penilaian
kinerja pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan
potensi yang dapat dikembangkan. Dengan penilaian kinerja untuk individu
maupun kelompok merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja
organisasi. Tingkat kinerja karyawan KSU Tandangsari dapat dilihat pada Tabel
13.
Tabel 13. Persentase Indikator Kinerja Karyawan KSU Tandangsari
No. Dimensi Kelas Kategori
Tinggi Sedang Rendah
…%...
1. Kualitas 58,10 41,90 00,00
2. Ketepatan Waktu 58,10 41,90 00,00
3. Inisiatif 35,50 51,60 12,90
4. Kemampuan 67,70 32,30 00,00
5. Komunikasi 93,50 06,50 00,00
Kinerja Karyawan 77,40 22,60 00,00
Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat kinerja karyawan KSU Tandangsari
termasuk ke dalam kategori tinggi dengan presentase responden sebesar 77,40%.
Sebanyak 24 responden memiliki tingkat kinerja dengan kategori tinggi. Hal ini
64
terjadi karena karyawan dapat mencapai target dan menyelesaikan pekerjaannya
sesuai dengan job description masing-masing karyawan. Selain itu karyawan
berkontribusi untuk KSU Tandangsari dengan memberikan pendapat dan ide untuk
kemajuan koperasi serta komunikasi terjalin di dalam maupun di luar pekerjaan.
Komunikasi yang terjalin dengan sesama karyawan, membuat pekerjaan menjadi
lebih mudah karena seorang karyawan memerlukan kemampuan dalam
berkomunikasi sehingga akan tercipta kerjasama antara satu dengan yang lain, dan
dapat menghadirkan ide-ide yang baru melalui komunikasi yang terjalin dengan
baik.
Kinerja karyawan sangat memengaruhi keberhasilan suatu organisasi atau
perusahaan. KSU Tandangsari akan berusaha untuk selalu meningkatkan kinerja
karyawannya demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Sudarmanto
(2009), perusahaan yang berhasil dan efektif merupakan perusahaan dengan
individu yang didalamnya memiliki kinerja yang baik. Perusahaan yang efektif atau
berhasil apabila ditopang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Sebaliknya,
perusahaan yang gagal dikarenakan faktor kinerja dari sumber daya manusia yang
tidak berkualitas. Jadi kinerja sumber daya manusia sangat berpengaruh besar
terhadap keberhasilan suatu perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut maka
upaya untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja di dalam organisasi merupakan
hal penting. Disamping itu, juga untuk menentukan pelatihan kerja secara tepat,
memberikan tanggapan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk
menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan dan penentuan imbalan.
Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan
kinerja organisasi dari SDM organisasi. Penilaian terhadap kinerja pada penelitian
ini dilihat dari 5 indikator yaitu: 1) Kualitas pekerjaan; 2) Ketepatan waktu; 3)
65
Inisiatif; 4) Kemampuan; dan 5) Komunikasi. Dari ke 5 indikator tersebut, kualitas
pekerjaan, ketepatan waktu, kemampuan, dan komunikasi karyawan termasuk
dalam kategori tinggi.
4.4.1 Kualitas Pekerjaan
Kualitas kerja merupakan wujud perilaku dari suatu kegiatan yang telah
dilaksanakan dan sesuai dengan harapan yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Wilson dan Heyel (1987), quality of work (kualitas kerja) menunjukkan
sejauh mana mutu seorang pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya meliputi
ketepatan, kelengkapan, dan kerapian. Kualitas pekerjaan diukur dari persepsi
karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas
terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan. Tingkat kualitas pekerjaan
karyawan KSU Tandangsari dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Tingkat Kualitas Pekerjaan Karyawan KSU Tandangsari
No. Uraian Kelas Kategori
Tinggi Sedang Rendah
…%...
1.
Karyawan menyelesaikan
pekerjaan sesuai tugas pokok dan
fungsinya
74,19 25,81 0,00
2. Karyawan memberikan pelayanan
yang terbaik 35,48 64,52 0,00
3.
Karyawan dapat menyelesaikan
pekerjaan yang diberikan secara
mendadak
45,16 54,84 0,00
4. Karyawan mengambil kerja
lembur 64,52 35,48 0,00
Kualitas Pekerjaan 58,10 41,90 0,00
Tabel 14 menunjukkan bahwa tingkat kualitas pekerjaan karyawan KSU
Tandangsari termasuk dalam kategori tinggi (58,10%). Tingkat kualitas pekerjaan
66
karyawan KSU Tandangsari dinilai dari 4 pertanyaan yang penulis ajukan.
Sebagian besar responden dengan tingkat kualitas pekerjaan tinggi dikarenakan
karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya. Selain itu para karyawan bersedia bekerja lembur untuk mencapai target
yang telah ditetapkan. Sebagian besar karyawan KSU Tandangsari bertempat
tinggal relatif berdekatan dengan Kantor KSU Tandangsari sehingga lebih fleksibel
untuk mereka dalam mengambil kerja lembur.
Kualitas kerja merupakan salah satu indikator yang dievaluasi dalam
penilaian kinerja. Bitner dan Zeithaml (2008) dalam Riorini (200) menyatakan
untuk dapat meningkatkan performance quality (kualitas kerja) ada beberapa cara
yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan memberikan pelatihan atau
training, memberikan insentif atau bonus dan mengaplikasikan atau menerapkan
teknologi yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja. Hal
tersebut sudah dilakukan oleh KSU Tandangsari. Tingkat kualitas pekerjaan dengan
kategori tinggi yang dimiliki oleh karyawan KSU Tandangsari tentu akan
meningkatkan produktivitas. Meningkatnya produktivitas akan memberikan
dampak positif bagi koperasi. Produktivitas merupakan hal yang sangat penting
dalam menciptakan perusahaan yang sehat dan kuat. Bila para karyawan mampu
bekerja untuk kualitas yang baik, maka perusahaan akan menjadi semakin efektif
dalam operasionalnya.
4.4.2 Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu merupakan penyelesaian aktivitas pada awal waktu yang
dinyatakan sesuai dengan aturan atau standar waktu yang telah ditetapkan dalam
bekerja. Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting dalam
67
menyelesaikan pekerjaan. Ketepatan waktu hal yang harus diperhatikan setiap
karyawan agar target yang ditetapkan koperasi dapat tercapai. Tingkat ketepatan
waktu karyawan KSU Tandangsari dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Tingkat Ketepatan Waktu Karyawan KSU Tandangsari
No. Uraian Kelas Kategori
Tinggi Sedang Rendah
…%...
1. Karyawan masuk dan keluar kerja
sesuai dengan jam kerja 41,93 32,26 25,81
2. Karyawan dapat bekerja sesuai
dengan jam yang telah ditentukan 51,61 48,39 00,00
3. Karyawan diberikan cuti 77,42 22,58 00,00
4.
Karyawan dapat menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan
38,71 61,29 00,00
Ketepatan Waktu 58,10 41,90 00,00
Tabel 15 menunjukkan bahwa tingkat ketepatan waktu karyawan KSU
Tandangsari termasuk ke dalam kategori tinggi dengan presentase responden
sebesar 58,10%. Sebagian besar responden memiliki tingkat ketepatan waktu yang
tinggi karena karyawan masuk dan keluar kerja sesuai dengan standar waktu masuk
dan keluar kerja yang telah ditetapkan pihak KSU Tandangsari terlebih jarak rumah
mereka yang relatif berdekatan dengan kantor KSU Tandangsari. Selain itu
penyelesaian pekerjaan yang diberikan tepat pada waktu yang telah ditetapkan
sehingga pekerjaan tidak menumpuk dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan mementingkan ketepatan waktu, pekerjaan dapat ditata dengan rapi, dan
akan memudahkan proses mengorganisasikan dan mengendalikan pekerjaan
lainnya.
Ketepatan waktu menjadi hal yang penting untuk kinerja seorang karyawan
karena apabila terjadi keterlambatan akan memengaruhi pelayanan kepada anggota
68
atau konsumen. Ketepatan waktu merupakan kunci untuk kemajuan sebuah
organisasi. Ketepatan waktu adalah hasil dari manajemen waktu yang tepat. Dengan
melakukan perencanaan yang efektif, maka seorang karyawan akan mampu
menyisakan waktu luang yang berharga untuk menyusun pengembangan diri guna
peningkatan kinerjanya.
4.4.3 Inisiatif
Inisiatif adalah suatu kemampuan dalam menemukan peluang, menemukan
ide, mengembangkan ide serta cara-cara baru dalam memecahkan suatu problema
(Suryana, 2006). Inisiatif dalam pekerjaan berarti melakukan pekerjaan tanpa
menunggu intervensi atau suruhan orang lain. Menurut Mardiyanto (2008), inisiatif
adalah kemampuan seseorang dalam bekerja untuk menghasilkan sesuatu yang baru
atau asli atau menghasilkan suatu pemecahan masalah. Karyawan yang memiliki
inisiatif dengan segera dapat melihat masalah yang muncul dan mencari solusi atas
permasalahan tersebut. Tingkat inisiatif yang dimiliki karyawan KSU Tandangsari
dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Tingkat Inisiatif Karyawan KSU Tandangsari
No. Uraian Kelas Kategori
Tinggi Sedang Rendah
…%...
1. Karyawan memberikan pendapat
atau ide 41,94 45,16 12,90
2.
Karyawan menyelesaikan
pekerjaannya tidak sampai
deadline
25,81 67,74 06,45
3. Karyawan mengikuti setiap
kegiatan yang ada di koperasi 48,39 48,39 03,22
4. Karyawan membantu rekan
kerjanya 16,13 51,61 32,26
Inisiatif 35,50 51,60 12,90
69
Tabel 16 menunjukkan bahwa tingkat inisiatif yang dimiliki karyawan KSU
Tandangsari termasuk ke dalam kategori sedang (51,60%). Tingkat inisiatif
karyawan KSU Tandangsari dinilai dari 4 pertanyaan yang diajukan oleh penulis.
Sebagian besar responden memiliki tingkat inisiatif dengan kategori sedang dalam
hal pekerjaan dikarenakan beberapa karyawan sesekali dapat mengerjakan
pekerjaan diluar pekerjaan mereka seperti membantu divisi lain ketika tugas mereka
sudah selesai dikerjakan dan dalam hal ini kerjasama antar karyawan pun terbentuk
untuk kemajuan KSU Tandangsari. Namun meskipun begitu beberapa karyawan
tetap berkontribusi dalam memberikan pendapat atau ide agar koperasi semakin
lebih baik.
Karyawan yang mempunyai inisiatif adalah karyawan yang proaktif dan tidak
pasif menunggu perintah. Dengan tingkat inisiatif pada karyawan KSU Tandangsari
dengan kategori sedang diharapkan karyawan tetap mencari terobosan-terobosan
baru untuk meningkatkan kinerja. Karyawan yang mempunyai inisiatif akan sangat
dibutuhkan dalam bidang apapun karena hasil yang mereka kerjakan akan melebihi
dari yang diharapkan sehingga produktivitas kerja pun akan meningkat dan akan
memberikan dampak yang positif untuk kemajuan KSU Tandangsari. Mengingat
KSU Tandangsari merupakan koperasi yang bergerak dibidang agribisnis sapi
perah, dibutuhkan ide dan inovasi baru dari karyawan untuk para peternak sapi
perah yang menjadi salah satu bagian dari koperasi.
4.4.4 Kemampuan
Kemampuan dalam bekerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang
karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Menurut
Sulistiyani (2003), kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki
70
oleh seorang karyawan. Pengetahuan dan keterampilan termasuk faktor pembentuk
kemampuan. Kemampuan sangat diperlukan seorang karyawan dalam melakukan
pekerjaannya. Tingkat kemampuan karyawan KSU Tandangsari dapat dilihat pada
Tabel 17.
Tabel 17. Tingkat Kemampuan Karyawan KSU Tandangsari
No. Uraian Kelas Kategori
Tinggi Sedang Rendah
…%...
1. Karyawan bekerja mencapai target 38,71 48,39 12,90
2. Karyawan mengerjakan tugas yang
diberikan 70,97 29,03 00,00
3. Karyawan melakukan pekerjaan
sesuai dengan rencana kerja 54,84 45,16 00,00
4. Karyawan mampu bekerja lembur
apabila tuntutan pekerjaan 70,97 25,81 03,22
Kemampuan 67,70 32,30 00,00
Tabel 17 menunjukkan bahwa tingkat kemampuan karyawan KSU
Tandangsari termasuk ke dalam kategori tinggi (67,70%). Tingkat kemampuan
karyawan KSU Tandangsari dinilai dari 4 pertanyaan yang diajukan oleh penulis.
Sebagian besar responden memiliki tingkat kemampuan dalam bekerja dengan
kategori tinggi dikarenakan karyawan dapat mencapai target yang telah ditetapkan
dalam rencana kerja masing-masing divisi. Selain itu karyawan bekerja dengan
semaksimal mungkin sesuai dengan standar dan aturan yang ditetapkan oleh KSU
Tandangsari. Menurut Gitosudarmo dan Sudita (2008) pencapaian prestasi
berkaitan dengan kemampuan menyelesaikan tujuan yang menantang (challenging
goal). Oleh karena itu untuk mencapai sebuah tujuan dari koperasi, seorang
karyawan dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai untuk
menyelesaikan pekerjaannya.
71
Salah satu faktor yang sangat penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan
karyawan di dalam melaksanakan suatu pekerjaan adalah kemampuan kerja.
Kemampuan kerja sangat menentukan kinerja karyawan dalam sebuah perusahaan
atau organisasi tersebut. Kemampuan seseorang akan ditentukan oleh tinggi
rendahnya tingkat pendidikan dan pengalaman. Karena kedua unsur inilah
pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh.
4.4.5 Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses dalam menyampaikan pesan dari seseorang
kepada orang lain dengan bertujuan untuk memberitahu, mengeluarkan pendapat,
mengubah pola sikap atau perilaku baik langsung maupun tidak langsung.
Komunikasi dalam hubungan kerja sangat diperlukan agar terjalin hubungan yang
baik dengan pimpinan maupun rekan kerja. Tingkat komunikasi karyawan KSU
Tandangsari dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Tingkat Komunikasi Karyawan KSU Tandangsari
No. Uraian Kelas Kategori
Tinggi Sedang Rendah
…%...
1. Komunikasi terjalin dengan rekan
kerja 077,42 22,58 0,00
2. Menjalin kerjasama yang baik 077,42 22,58 0,00
3. Menjalin hubungan yang baik di
dalam maupun di luar pekerjaan 100,00 00,00 0,00
4. Komunikasi dengan rekan kerja
dilakukan secara profesional 077,42 22,58 0,00
Komunikasi 93,50 06,50 0,00
Data pada Tabel 18 menunjukkan bahwa tingkat komunikasi karyawan KSU
Tandangsari dengan sesama karyawan termasuk ke dalam kategori tinggi (93,50%).
Tingkat komunikasi antar karyawan KSU Tandangsari dinili dari 4 pertanyaan yang
72
diajukan oleh penulis. Sebagian besar responden memiliki tingkat komunikasi
dengan sesama karyawan dalam kategori tinggi dikarenakan terjalinnya kerjasama
yang baik dengan sesama karyawan untuk bertukar pikiran ataupun ide. Selain itu
hubungan dengan sesama karyawan pun terjalin di dalam maupun di luar pekerjaan.
Komunikasi yang terjalin dengan baik akan menciptakan suasana dan
hubungan yang baik pula di antara para karyawan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Yuniarti (2016) yang menyatakan bahwa hubungan yang baik antar pegawai akan
menciptakan koordinasi dan komunikasi yang baik dalam bekerja sehingga semua
akan berdampak terhadap pencapaian kinerja yang baik pada perusahaan. Keeratan
yang terjalin antara sesama rekan kerja umumnya didasari oleh kebersamaan para
pegawai dimana mereka merasa satu tujuan, satu nasib dan sepenanggungan.
Baiknya hubungan tersebut juga dikarenakan oleh kesadaran para pegawai tentang
perlunya kerjasama yang baik dalam rangka pemenuhan dan tujuan perusahaan
(Yuniarti, 2016).
4.5 Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Ketua Umum dengan Kinerja
Karyawan di KSU Tandangsari
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Rank Spearman menggunakan
aplikasi SPSS, diperoleh nilai sig. 0,000 pada tingkat signifikansi 99 persen (∝=
0,01). Nilai sig. lebih kecil dari 0,01, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara gaya kepemimpinan ketua umum KSU Tandangsari dengan
kinerja karyawan di koperasi. Sedangkan untuk nilai koefisien korelasi (rs)
diperoleh sebesar 0,717 antara gaya kepemimpinan ketua umum dengan kinerja
karyawan koperasi. Untuk memperkuat validitas analisis penelitian ini dilakukan
pengujian hipotesis dengan uji t.
73
Uji thitung :
𝑈𝑗𝑖 𝑡 = √𝑛 − 2
1 − 𝑟𝑠2
𝑟𝑠
𝑈𝑗𝑖 𝑡 = 0,717 √31 − 2
1 − (0,717)2
𝑈𝑗𝑖 𝑡 = 5,539
Uji ttabel :
Daerah kritis t < -t/2 : n-k dan t > -t/2 : n-k
t < -0,01/2 : 31-2 dan t > -0,01/2 : 31-2
-t < 0,005 : 29 dan t > 0,005 : 29
t = 2,756
Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan uji satu sisi. Berdasarkan hasil
uji t diperoleh thitung sebesar 5,539 dan ttabel sebesar 2,756, maka dapat disimpulkan
thitung lebih besar dari ttabel yang berarti menolak H0 dan menerima H1.
Keeratan hubungan antara gaya kepemimpinan ketua umum dengan kinerja
karyawan di koperasi diketahui dengan menginterpretasikan menggunakan aturan
koefisien korelasi Guilford (1956) yang terlampir pada Tabel 2. Hasil interpretasi
dengan menggunakan aturan koefisien korelasi Guilford (1956) menyatakan nilai
0,717 ini diartikan bahwa hubungan dua variabel kuat. Maknanya hal ini
menunjukkan terdapat hubungan yang searah atau positif antara keduanya, dapat
dikatakan semakin tinggi gaya kepemimpinan ketua umum maka semakin tinggi
kinerja karyawan.
Gaya kepemimpinan seseorang merupakan cara bekerja dan bertingkah laku
pemimpin dalam membimbing para bawahannya untuk berbuat sesuatu (Kartono,
2005). Di dalam suatu organisasi, gaya kepemimpinan adalah salah satu faktor
74
lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan
kebijakan dan penentuan strategi organisasi yang bersangkutan. Berdasarkan hasil
identifikasi mengenai gaya kepemimpinan ketua umum KSU Tandangsari, gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh ketua umum KSU Tandangsari cenderung
kepada gaya kepemimpinan demokratis dengan tingkat gaya kepemimpinan yang
termasuk ke dalam kategori tinggi dengan persentase 58,10%. Hasil penelitian
dilihat dari 5 indikator, yaitu tanggung jawab, kepercayaan, komunikasi,
pengambilan keputusan, dan empati.
Sebagai seorang pemimpin, ketua umum KSU Tandangsari memberi arahan
kepada karyawannya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang
pemimpin harus mampu memengaruhi para karyawannya untuk bertindak sesuai
dengan visi, misi dan tujuan koperasi. Hal ini diperkuat oleh teori oleh Robbins
(2006) yang dalam penjelasannya disebutkan bahwa pemimpin mampu merangsang
agar bawahan dapat berfikir secara kreatif dan inovatif. Selanjutnya dalam
penelitian Suranta (2002) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh
dalam meningkatkan kinerja karyawan dengan memengaruhi perilaku dan cara
pandang karyawan. Dengan adanya cara pandang yang sama antara pemimpin dan
bawahan, maka pemimpin dapat mengontrol dan mengarahkan karyawan guna
meningkatkan kinerjanya
Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategi suatu organisasi.
Penilaian terhadap kinerja di dalam organisasi merupakan hal penting.
Mangkunegara (2005) mengemukakan bahwa penilaian kinerja pegawai
merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat
75
dikembangkan. Dengan penilaian kinerja untuk individu maupun kelompok
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja organisasi. Tingkat
kinerja karyawan KSU Tandangsari termasuk ke dalam kategori tinggi dengan
presentase responden sebesar 77,40%. Hasil penelitian dilihat dari 5 indikator, yaitu
kualitas pekerjaan, ketepatan waktu, inisiatif, kemampuan, dan komunikasi.
Kinerja merupakan faktor penting dalam menentukan usaha untuk mencapai
tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Dalam organisasi, suatu
gaya kepemimpinan yang tepat sangat diperlukan untuk mengembangkan
lingkungan kerja yang kondusif dan meningkatkan kinerja bagi karyawan sehingga
diharapkan akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Kinerja dengan
produktivitas yang tinggi di KSU Tandangsari diperlukan agar karyawan dapat
memberikan pelayanan terbaik guna mensejahterakan anggotanya. Dengan
demikian dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) dengan kinerja yang terbaik
pula. Gaya kepemimpinan memiliki keterkaitan yang erat dengan kinerja karyawan.
Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang kuat antara gaya kepemimpinan ketua umum dengan kinerja
karyawan di koperasi. Dengan demikian tingkat gaya kepemimpinan berhubungan
dengan tingkat kinerja karyawan di KSU Tandangsari.