Post on 27-Jun-2015
Dalam Rangka Mengikuti Lomba Karya Tulis IlmiahBagi Guru-guru se-Jawa Tengah
yang diselenggarakan oleh PPS Unnes Semarang
Disusun Oleh :Drs. Nur Kholiq
SMA NEGERI 1 KEMBANG
KABUPATEN JEPARA
PROPINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2010
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur “Al-Hamdulillah” kami panjatkan kepada Allah Swt, karena atas limpahan karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tulisan tentang “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAIKEM”.
Karya Tulis Makalah berjudul : “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAIKEM ini adalah sebagai suatu upaya untuk mendalami bentuk-bentuk metode pembelajaran mutakahir / modern yang tengah berkembangan saat ini dan menawarkan kepada rekan-rekan guru yang masih kesulitan dalam merencanakan dan melaksanakan model pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Inovatif, .
Atas terselesaikannya Karya tulis Makalah ini tidak lepas dari berbagai bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih, terutama kepada ;
1. Rekan-rekan guru SMA Negeri 1 Kembang, yang dengan segala kekurangan dan kelebihannya mengimspirasikan kepada kami untuk menulis karya tulis seperti judul di atas.
2. Anak-anak dan istri kami tercinta yang selalu memberikan dorongan yang kuat untuk penyelesaian karya tulis makalah ini
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.Kepada mereka semua, penulis hanya dapat berdo’a dan berharap semoga semua bentuk bantuannya akan mendapatkan balasan yang terpilih dihadapan Allah Swt.
Akhirnya mudah-mudahan karya tulis ini meski hanya senoktah akan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun pembaca pada umumnya.
Kembang,20 Mei 2010Penulis,
1
Drs. Nur KholiqNIP.19630108 198703 1 004
DAFTAR ISI
Kover Depan …………………………………………………………….
Kata Pengatar ……………………………………………………………
Daftar Isi ………………………………………………………………..
Abstraksi ………………………………………………………………..
BAB I : Pendahuluan ………………………………………….
A. Latar Belakang …………………………………...
B. Rumusan Masalah ……………………………….
C. Tujuan Penulisan ………………………………...
BAB II : Pembahasan ………………………………………….
A. Teori Pembalajaran PAIKEM ……………………
B. Pemahaman Proses Pembelajaran PAIKEM …….
C. Amplikasi model pembelajaran PAIKEM dalam
proses belajar mengajar ………………………….
BAB III : Penutup ………………………………………………
2
A. Kesimpulan ………………………………………
B. Saran-saran ………………………………………
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama teknologi informasi, menyebabkan arus
informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini
berdampak langsung pada berbagai bidang kehidupan,
tanpa kecuali bidang pendidikan. Lembaga pendidikan
sebagai bagian dari sistem kehidupan telah berupaya
mengembangkan struktur kurikulum, sistem
pendidikan, dan metode pembelajaran yang efektif dan
efisien untuk meningkatkan sumber daya manusia
yang berkualitas (Sudjatmiko,2003). Untuk
menghadapi perubahan tersebut dibutuhkan
pendidikan yang meberikan kecakapan hidup (life
skill), yaitu memberikan keterampilan dan keahlian
dengan kompetensi tinggi. Dengan dimilikinya life skill
diharapkan nantinya peserta didik dapat betahan
3
dalam suasana yang selalu akan berubah dan
berkembang.
Pendidikan merupakan kunci untuk semua
kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab
dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua
potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai
warga masyarakat. Berdasarkan hasil observasi dapat
ditengarai bahwa aspek proses dan hasil pembelajaran
merupakan salah satu penyebab perlunya ditingkatkan
mutu pendidikan. Kualitas proses dan hasil belajar
mengajar yang rendah menunjukkan bahwa interaksi
antara siswa dengan sumber belajar seperti dengan
guru dan lingkungan, tidak berjalan efektif sehingga
hasil belajar yang dicapai tidak optimal (Purwanti,
2004). Oleh karena itu dalam proses pembelajaran
diupayakan agar lingkungan belajar dapat mendukung
berlangsungnya pembelajaran efektif dan berpusat
pada siswa.
Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi
multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan
yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas
dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya
pembelajaran tidak terbatas pada tempat dinding
4
kelas. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan
dalam artian bahwa potensi dan karakteristik
wilayah/daerah akan digali dan dimanfaatkan oleh
siswa sebagai darana pembelajaran, dan selanjutnya
akan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta
didik untuk berkreasi berfikir.
Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan
lingkungan sekitar, pembelajaran menjadi bermakna.
Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep
dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan
membekas dalam ingatannya. Dari proses pendidikan
dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada
lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan
terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran
dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam
realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang
melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan. Model pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan, bukan merupakan pendekatan
pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan
populer, hanya saja sering terlupakan. Adapun yang
dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu
strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan
dimana telah diketahui potensi dari suatu
wilayah/daerah untuk dikembangkan sebagai sasaran
5
belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal
tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan
masalah yang ada pada lingkungan dan untuk
menanamkan sikap pada diri anak didik tersebut (Karli
dan Yuliaritiningsih, 2002).
Model dan metode mengajar adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
dipergunakan oleh guru agar materi pelajaran dapat
ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan
baik. Metode mengajar yang digunakan hendaknya
metode yang dapat memotivasi siswa agar mampu
menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan
suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk tujuan
agar siswa mampu berfikir dan mengemukakan
pendapatnya sendiri dalam menghadapi masalah.
Model dan metode yang dikembangkan tidak
terlepas dari kurikulum nasional yang berlaku dalam
hal ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Dalam prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa
pendidikan yang diselenggarakan harus (1) berpusat
pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan
kepentingan peserta didik dan lingkunganya (2)
beragam dan terpadu (3) tanggap terhadap
6
perkembangan iptek dan seni (4) relefan dengan
kebutuhan pendidikan (5) menyeluruh dan
berkesenambungan (6) belajar sepanjang hayat (7)
seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah (BSNP 2006).
Berdasarkan tujuh prinsip pengembangan KTSP di
atas maka pendidikan yang diselenggarakan dan
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
daerah untuk membangun yang di sesuikan dengan
potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman
karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah
memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik
daerah dan pengalaman kehidupan sehari-hari, dimana
pengembangan kurikulumnya (perangkat
pembelajaran) dilakukan dengan melibatkan
memangku kepentingan atau (stacheholders) untuk
menjamin relefansi pendidikan dengan kebutuhan
kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu pengembangan pribadi, ketrampilan berfikir,
ketrampilan sosial, ketrampolan akademik, dan
ketrampilan vokasional perlu di tingkatkan.
Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAIKEM), adalah sebuah model
7
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
melakukan kegiatan (proses belajar) yang beragam
untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan
pemahaman berbagai sumber dan alat bantu belajar
termasuk pemanfaatan lingkungan supaya
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan
efektif.
PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pada Bab IV Pasal 19 ayat 1 menyatakan
bahwa ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, keatifitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.” Hal tersebut
merupakan dasar bahwa guru perlu menyelenggarakan
pembelajaan yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAKEM).
Dari uraian singkat tentang Pembelajaran Aktif,
Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM), dalam
pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan
harus diwujudkan di kelas karena dasar hukumnya
sudah jelas yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 19
8
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Permasalahannya adalah bagaimana kreatifitas dan
inovasi guru dalam menciptakan suasana kelas agar
siswa belajar, yang pada dasarnya belajar adalah
memproduksi gagasan atau membangun makna baru
dari pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa.
Siswa sebagai subjek belajar tidak mengkonsumsi
gagasan tetapi memproduksi gagasan dalam proses
pembelajaran yang difasilitasi oleh guru. Guru sebagai
fasilitator hendaknya dapat memfasilitasi terwujudnya
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAIKEM).
Dengan adanya latar belakang di atas, maka perlu
sebuah pembahasan secara mendalam dengan
mengembangkan perangkat pembelajaran yang
bercirikan model pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). dalam
mengatasi permasalahan pembelajaran biologi yang
terjadi di sekolah-sekolah pada umumya
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang
diajukan dalam makalah ini adalah
9
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran
PAIKEM ?.
2. Bagaimanakah pemahaman proses belajar mengajar
dengan memakai model pembelajaran PAIKEM ?.
3. Bagaimana amplikasi model pembelajaran PAIKEM
dalam proses belajar mengajar ?.
3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran
PAIKEM Untuk mengetahui pemahaman proes
belajar mengajar dengan meakai model
pembelajaran PAIKEM ;
2. Untuk mengetahui amplikasi model pembelajaran
PAIKEM dalam proses belajar mengajar.
10
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori Pembelajaran PAIKEM
Pengertian Pembelajaran PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru
harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Pembelajaran inovatif bisa
mengadaptasi dari model pembelajaran yang
menyenangkan.
Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan
dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah
menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi
siswa yang pasif di kelas. Membangun metode
pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan
cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik
diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu
11
masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang
ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu
dengan menggunakan visual atau mengandalkan
kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan
mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus
disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi
otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan
proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa
percaya diri siswa.
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan
adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara
penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya
(“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah
perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan
aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan
apa yang harus dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran
memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan
12
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran
tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mereka dengan penekanan pada belajar melalui
berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan
berbagai cara dalam membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku
dan bahan belajar yang lebih menarik dan
menyediakan ‘pojok baca’
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih
kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya
sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk
mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa
dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
13
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan
yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama,
gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang
perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan
tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh
kegiatan KBM dan kemampuan guru yang besesuaian.
2. Pemahaman Proses Model Pembelajaran PAIKEM
Aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
merupakan merupakan salah satu model pembelajaran
yang ideal. Dengan metode Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM),
siswa dapat mendapatkan ide-ide sendiri dalam
pembelajaran berlangsung dengan pendekatan
lingkungan sekitar. Begitu pula guru dengan berbagai
ide segar dan menarik yang dilengkapi dengan contoh
praktis untuk diterapkan dalam pembelajaran.
Pemahaman mengenai PAIKEM ini diharapkan dapat
membantu guru memfasilitasi pembelajaran siswa
dengan lebih bermakna.
Meskipun yang diharapkan pertama dan utama
adalah keaktifan dan kekreatifitasan peserta didik,
namun sebenarnya guru pun dituntut untuk aktif dan
kreatif. Agar pembelajaran model ini dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan, sudah tentu guru
14
harus merancang pembelajaran dengan baik,
melaksanakannya, dan akhirnya menilai hasilnya.
Student centered mengandung pengertian
pembelajaran menerapkan strategi pedagogi
mengorientasikan siswa/mahasiswa kepada situasi
yang bermakna, kontekstual, dunia nyata dan
menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi
pebelajar ketika meraka mengembangkan
pengetahuan tentang materi pelajaran yang
dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan
masalah. Paradigma yang menempatkan guru/dosen
sebagai pusat pembelajaran (teaching) dan siswa
sebagai objek, seharusnya diubah dengan
menempatkan siswa sebagai subjek yang belajar
secara aktif membangun pemahamannya (Learning)
dengan jalan merangkai pengalaman yang telah
dimiliki dengan pengalaman baru yang dijumpai.
Pengalaman nyata dari lingkungan sekitar
menunjukkan bahwa minat dan prestasi siswa dalam
bidang sains meningkat secara drastis pada saat:
mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara
informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman
(pengetahuan lain) yang telah mereka miliki atau
mereka kuasai.
15
Pembelajaran hendaknya dimulai dari masalah-
masalah aktual, otentik, relevan dan bermakna bagi
siswa. Pembelajaran yang berbasis subjek seringkali
tidak relevan dan tidak bermakna bagi siswa sehingga
tidak menarik perhatian siswa. Pembelajaran yang
dibangun berdasarkan subjek seringkali terlepas dari
kejadian aktual di masyarakat. Akibatnya
siswa/mahasiswa tidak dapat menerapkan konsep/teori
yang dipelajarinya di dalam kehidupan nyata sehari-
hari. Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah
maka siswa/mahasiswa belajar suatu konsep atau teori
dan prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan
demikian sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar
yang dicapai, yaitu jawaban terhadap masalah (Produk)
dan cara memecahkan masalah (proses).
Kemampuan tentang pemecahan masalah lebih
dari sekedar akumulasi pengetahuan dan hukum/teori,
tetapi merupakan perkembangan kemampuan
fleksibilitas, strategi kognitif yang membantu mereka
menganalisis situasi tak terduga dan mampu
menghasilkan solusi yang bermakna.
Sesuai dengan huruf yang menyusun namanya,
pembelajaran PAKEM adalah salah satu contoh
16
pembelajaran inovatif yang memiliki karakteristik aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
1. Aktif
pengembang pembelajaran ini beranggapan
bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai
pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru.
Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar
mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori
belajar konstruktivisme merupakan titik berangkat
pembelajaran ini. Atas dasar itu pembelajaran ini
secara sengaja dirancang agar mengaktifkan anak.
Di dalam implementasinya, seorang guru
harus merancang dan melaksanakan kegiatan-
kegiatan atau strategi-strategi yang memotivasi
siswa berperan secara aktif di dalam proses
pembelajaran. Mengapa pembelajaran harus
mengaktifkan siswa? Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kita belajar 10% dari yang kita baca, 20%
dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50%
dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita
ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan dan
kerjakan serta 95% dari apa yang kita ajarkan
kepada orang lain (Dryden & Voss, 2000). Artinya
17
belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh
individu tersebut.
2. Inovativ
Pembelajaran PAIKEM bisa mengadaptasi dari
model pembelajaran yang menyenangkan. Learning
is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam
pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah
menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada
lagi siswa yang pasif di kelas. Membangun metode
pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan
cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik
diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu
masing-masing orang. Contohnya saja sebagian
orang ada yang berkemampuan dalam menyerap
ilmu dengan menggunakan visual atau
mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory
atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan
hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya
penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang
akan mengakibatkan proses renovasi mental,
diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
3. Kreatif
18
pembelajaran PAKEM juga dirancang untuk
mampu mengembangkan kreativitas. Pembela
haruslah memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian
siswa sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologisnya.
Kemandirian dan kemampuan pemecahan masalah
merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua
bentuk pembelajaran. Dengan dua bekal itu setiap
orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya. Ciri
seorang pebelajar yang mandiri adalah: (a) mampu
secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran
tertentu yang sedang dihadapinya; (b) mampu
memilih strategi belajar tertentu untuk
menyelesaikan masalah belajarnya; (c) memonitor
keefektivan strategi tersebut; dan (d) termotivasi
untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai
masalahnya terselesaikan.
4. Efektif
Menyiratkan bahwa pembelajaran harus
dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua
hasil belajar yang telah dirumuskan. Karena hasil
belajar itu beragam, karkteristik efektif dari
pembelajaran ini mengacu kepada penggunaan
19
berbagai strategi yang relevan dengan hasil
belajarnya. Banyak orang beranggapan bahwa
berbagai strategi pembelajaran inovatif termasuk
PAKEM seringkali tidak efisien (memakan waktu)
lebih lama dibandingka dengan pembelajaran
tradisional/konvensional. Hal tersebut tentu amat
mudah dipahami, dalam pembelajaran PAKEM
banyak hasil belajar yang dicapai sehingga
memerlukan waktu yang lama, sementara pada
pembelajaran tradisional hasil belajar yang dicapai
hanya pada tataran kognitif saja.
5. Menyenangkan
Pembelajaran yang dilaksanakan haruslah
dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana
belajar yang menyenangkan. Mengapa
pembelajaran harus menyenangkan? Dryden dan
Voss (2000) mengatakan bahwa belajar akan efektif
jika suasana pembelajarannya menyenangkan.
Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi
pengetahuannya memerlukan dukungan suasana
dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang
menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang
sangat baik untuk membangkitkan motivasi untuk
belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar paling
20
efektif pada saat mereka sedang bermain atau
melakukan sesuatu yang mengasyikkan. Menurut
penelitian, anak-anak menjadi berminat untuk
belajar jika topik yang dibahas sedapat mungkin
dihubungkan dengan pengalaman mereka dan
disesuaikan dengan alam berpikir mereka. Yang
dimaksudkan adalah bahwa pokok bahasannya
dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-hari dan
disesuaikan dengan dunia mereka dan bukan dunia
guru sebagai orang dewasa. Apa lagi jika
disesuaikan dengan kebiasaan mereka dalam
belajar. Ciri yang terakhir ini merupakan ciri
pembelajaran kontekstual. Dengan demikian
pembelajaran PAKEM sebenarnya juga pembelajaran
kontekstual.
PAIKEM merupakan pembelajaran yang tidak
hanya terpaku menggunakan satu pendekatan saja,
tetapi dengan menggunakan berbagai pendekatan
dan model. PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai
kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang
sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan
yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan
keadaan tersebut.
21
3. Amplikasi model pembelajaran PAIKEM dalam
proses belajar mengajar
1. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa
dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui
pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif
dari diterapkannya model PAIKEM yaitu siswa dapat
terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu
yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi
empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar
untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk
menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk
mengerjakan sesuatu) dan learning to life together
(belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan
melalui pembelajaran dengan pendekatan lingkungan
yang dikemas sedemikian rupa oleh guru, agar supaya
pembelajaran tersebut dapat terlaksaana sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Dari empat pilar pendidikan dan kelima komponen
prinsip PAIKEM (Mengalami, Pembaruan, Berinteraksi,
Komunikasi, Berekspresi, dan Melakukan Refleksi),
komponen ’Mengalami’, ’Pembaruan’, dan ’Berkspresi’
berkaitan dengan bagaimana guru mengolah
bahan/materi pelajaran. Artinya, bagaimana guru
22
mengolah materi pelajaran sehingga siswa mengalami
dan mengekspresikan gagasannya. Untuk komponen
interaksi, komunikasi dan refleksi berkaitan dengan
bagaimana guru mengelola kelas. Artinya, bagaimana
siswa harus dikelola (kerja kelompok, berpasangan,
ataukah individual) agar mereka berinteraksi satu sama
lain untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama
dan pada saat yang sama berkembang pula
kemampuan individualnya.
Cara mengolah materi sehingga tercipta komponen
’mengalami’ dan ’ekspresi’ untuk tiap-tiap mata
pelajaran akan berbeda satu sama lain sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan.
Misalnya, dalam IPA dikenal rumus POE: Predict
(prediksi), Observe (amati), Explain (jelaskan). Suatu
cara mengolah materi IPA di mana guru merumuskan
pertanyaan untuk siswa sehingga siswa melakukan
prediksi (atas jawbaan pertanyaan tersebut),
melakukan pengamatan/percobaan untuk menjawab
pertanyaan tersebut, kemudian menjelaskan hasil
pengamatan/percobaan terkait dengan prediksi yang
mereka buat sebelumnya. Nuansa materi PAIKEM
dalam pembelajaran matematika, diolah sedemikian
rupa sehingga siswa diarahkan untuk melakukan
Penyelidikan, Penemuan, dan/atau Pemecahan Masalah
23
2. Pembelajaran IPA
Menurut Depdiknas (2006), Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA (sains) diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam atau
lingkungan sekitar.
Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains
sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin
(1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of
questioning and exploring the universe and finding and
expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan
24
berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan
penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia
alam.” Sains mengandung makna pengajuan
pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban,
penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun
karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis
(Depdiknas,2002a: 1). Belajar sains tidak sekedar
belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip,
hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan
tetapi belajar sains juga belajar tentang cara
memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi
bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural,
termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode
ilmiah dan sikap ilmiah.
Berdasar pada definisi yang telah dikemukakan di
atas maka dapat disimpulkan bahwa sains selain
sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Pernyataan di atas selaras
dengan pendapat Carin (1993:3) yang menyatakan
bahwa sains sebagai produk atau isi mencakup fakta,
konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori sains. Fakta
merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam sains
dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan
kegiatan-kegiatan analisis di dalam sains. Sebagai
proses sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu
25
yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan
proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan
menemukan antara lain, mengamati, mengklasifikasi,
mengukur, menggunakan keterampilan spesial,
mengkomunikasikan, memprediksi, menduga,
mendefinisikan secara operasional, merumuskan
hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol
variabel, melakukan eksperimen. Sebagai sikap sains
dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa
ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi
skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif,
menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu
produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya
terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang
dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses
aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia
gejala alam.
IPA (sains) diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Penerapan sains perlu dilakukan
secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara
26
kelestarian lingkungan. Di tingkat SMA/MA diharapkan
ada penekanan pembelajaran Salingkemas (Sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu
yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk
merancang dan membuat suatu karya melalui
penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah
secara bijaksana.
Mata pelajaran IPA di SMA/MA bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan
dan keteraturan alam ciptaanNya
2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai
macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan
kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi,
dan masyarakat
4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah
serta berkomunikasi
27
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam
dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan
7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan
keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Dengan demikian proses pembelajaran IPA harus
dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Proses
pembelajaran yang baik sudah ditegaskan oleh BSNP
(2007) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik
memberikan keteladanan.
Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses
28
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam
hal ini guru tertantang dan harus mampu untuk dapat
memberlangsungkan Pembelajaran yang Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif sekaligus Menyenangkan (PAIKEM).
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAIKEM), adalah sebuah model
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
melakukan kegiatan (proses belajar) yang beragam
untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan
pemahaman berbagai sumber dan alat bantu belajar
termasuk pemanfaatan lingkungan supaya
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan
efektif.
2. Aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
merupakan merupakan salah satu model
pembelajaran yang ideal. Dengan metode
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM), siswa dapat mendapatkan
ide-ide sendiri dalam pembelajaran berlangsung
dengan pendekatan lingkungan sekitar
30
3. Dampak positif dari diterapkannya model PAIKEM
yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa
keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di
lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar
pendidikan yakni learning to know (belajar untuk
mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi
jati dirinya), learning to do (Belajar untuk
mengerjakan sesuatu) dan learning to life together
(belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan
melalui pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh
guru, agar supaya pembelajaran tersebut dapat
terlaksaana sesuai dengan tujuan pembelajaran.
B. Saran
Dari hasil pemikiran di atas maka dapat
disarankan bahwa dalam rangka memberdayakan
kemampuan bernalar siswa, para guru dapat
mempertimbangkan untuk menerapkan model PAIKEM
dan memvariasinya dalam pelaksanaannya sesuai
kebutuhan.
31
DAFTAR PUSTAKA
BSNP, 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:DepDikNas
BSNP. 2007. Standar Nasional Pendidikan Indonesia untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanti, 2004. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar dan Metodologi Pengajaran. Bandung :Tarsito
Sudjatmiko,2003. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta, Rineka Cipta
Umaedi (1999) Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Directorate Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah, Directorate Pendidikan Menengah Umum. Indonesia, Jakarta.
http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/hakikat-pembelajaran-ipa.html
32
http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/model-pembelajaran-berdasarkan masalah. html
http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2008/09/pakem-pembelajaran-aktif-kreatif_24.html
http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan menyenangkan
33