Post on 27-Oct-2015
description
IDENTIFIKASI KONSEP KAUSALITAS PADA ARTIKEL
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Epidemiologi
Oleh Kelompok 4:
Fajriatin Wahyuningsih (111010100005)
Harun Al Rasyid (11101010000 )
Nur Luthfiyah (1110101000010)
Putri Khairina (11101010000 )
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat
ilmu kepada manusia agar mengenali dunia dengan ilmu
pengetahuan untuk kemaslahatan umat. Puji syukur kehadirat
Ilahi Rabbi karena telah memberikan kami nikmat sehat
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“IDENTIFIKASI KONSEP KAUSALITAS PADA ARTIKEL” ini tepat
waktu.
Makalah ini disusun untuk menjadi bahan telaah
mahasiswa epidemiologi dalam mata kuliah Telaah Artikel.
Makalah ini berisi tentang gambaran definisi kausalitas dan
konsep kausalitas dalam suatu penelitian. Atas selesainya
makalah ini, tidak lupa ucapan terimakasih disampaikan kepada :
1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.
2. Ibu Febrianti, SP, M.Si, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.
3. Ibu Meilani Anwar selaku Dosen mata kuliah Telaah Artikel PSKM UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Orang tua yang tiada henti berdoa serta mendukung peneliti.
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan berharap
ada kritik atau saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Jakarta, 27
September 2013
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah penelitian hendaknya dapat dilakukan dengan hasil yang jujur dan
sesuai gambaran di lapangan. Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan suatu
kasus di lapangan dengan faktor tertentu atau hanya sekedar melihat gambaran
secara umum kasus yang terjadi di lapangan.
TOLONG TERUSIN PUTRI... YAH
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kausalitas.
2. Untuk mengetahui tipe kausalitas.
3. Untuk mengetahui konsep kausalitas dalam penelitian.
4. Untuk mengetahui cara uji kausalitas dalam penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kausalitas
Banyak penelitian yang terkait dengan penelitian kesehatan, dunia medis
atau pelayanan kesehatan yang memakai prinsip kausalitas dalam penemuan
masalah. Penelitian kausalitas di bidang kesehatan biasanya mencari hubungan
tentang suatu unsur apakah dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit tertentu.
Untuk mengetahui secara lebih dalam apa yang dimaksud dengan hubungan
kausalitas dari hasil suatu penelitian, kita harus memahami definisi kausalitas.
2.1.1 Definisi Kausalitas
Pada prinsipnya terdapat dua pendekatan dalam
mendefinisikan kausasi penyakit:
1. Pendekatan determinant: menganggap antara variabel
dependent (penyakit) dan variabel independent (factor
penelitian) berjalan sempurna atau model determinant yang
memperlihatkan model kausasi tunggal.
2. Pendekatan Probabilitas: merupakan pemberian ruang
terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan baik
kesalahan random maupunm kesalahan sistematis yang
dapat mempengaruhi hasil kausalitas dari factor kausal.
Model pendekatan ini memberi peluang keterlibatan
beberapa faktor dan pertimbangan dalam menunjuk faktor
kausa. Hal ini dapat dikemukakan dalam konsep penyebab
majemuk (multi-kausal).
Menurut Mark (2000) dalam bukunya yang berjudul Critical Appraisal of
Epidemiological Studies and Clinical Trials pembahasan kausalitas erat kaitannya
dengan penyebab atau cause yang berarti faktor yang menyebabkan terjadinya
suatu peristiwa atau peningkatan frekuensi kejadian peristiwa tersebut. Sedangkan
hubungan kausal merupakan asosiasi terjadinya suatu penyebab untuk
menyebabkan suatu kondisi real akibat faktor tersebut.
Sebuah faktor didefinisikan sebagai faktor penyebab suatu peristiwa jika
operasi yang meningkatkan frekuensi acara tersebut. Bentuk hubungan sebab-
akibat adalah penyebab yang cukup, di mana aksi faktor yang selalu menghasilkan
hasil, dan perlu penyebab, di mana hasilnya hanya dapat terjadi setelah aksi faktor
tersebut.
2.1.2 Jenis-jenis Kausalitas
Terdapat 4 jenis hubungan kausalitas (Mark, 2000) antara lain:
1. Necessary
Pada jenis ini outcome dapat terjadi jika dan hanya jika faktor penyebab
mencukupi. Atau dalam suatu keadaan yang mutlak diperlukan
untuk terjadinya suatu akibat. Tanpa keadaan tersebut tidak
dapat dihasilkan suatu akibat.
a. X diperlukan dan mencukupi untuk mengakibatkan Y
b. X diperlukan tetapi tidak mencukupi untuk mengakibatkan
Y
c. X tidak selalu diperlukan tetapi mencukupi untuk
mengakibatkan Y
d. X tidak diperlukan dan tidak mencukupi untuk
mengakibatkan Y
2. Sufficient
Kausa komponen mencukupi terdiri dari sejumlah
komponen, tak satupun diantaranya secara dini mencukupi
terjadinya suatu penyakit. Tetapi ketika semua komponen hadir
maka berbentuklah suatu mekanisme kausal yang mencukupi.
3. Both
Faktor penyebab dan hasil memiliki hubungan kausalitas tetap, tidak
terjadi tanpa lainnya.
4. Neither
Pengoperasian faktor penyebab meningkatkan frekuensi hasilnya, tapi
hasilnya tidak selalu bisa menyebabkan dan hasilnya bisa saja terjadi tanpa
operasi dari faktor penyebab.
2.1.3 Uji Langsung Kausalitas
Uji langsung kausalitas dapat dilakukan dengan sebuah tes langsung jika
kita memiliki dua kelompok yang sangat mirip dalam semua karakteristik yang
relevan dan berlaku untuk satu kelompok faktor penyebab diduga. Karakteristik
"relevan" adalah faktor-faktor, selain yang diteliti, yang dapat mempengaruhi
frekuensi acara hasil. Jika terdapat hubungan kausal, frekuensi hasil dipediksi
akan lebih tinggi pada kelompok yang terpapar karena faktor cause. Sebuah
desain penelitian yang menggunakan pendekatan ini adalah randomized design
trials, yaitu penelitian uji pengobatan dilakukan dengan prosedur acak atau
kebetulan. Berikut adalah langkah untuk melakukan uji langsung kausalitas:
1. mengambil kelompok yang ingin diteliti
2. memutuskan mereka menjadi dua kelompok yang sama
3. menerapkan faktor penyebab pada satu kelompok
4. menilai frekuensi hasilnya pada kedua kelompok
5. melihat apakah frekuensi lebih tinggi pada kelompok yang terpapar faktor
penyebab diduga.
Langkah-langkah utama dalam epidemiologi untuk menguji kausalitas
ialah dengan melihat ukuran frekuensi penyakit antara lain prevalensi, cumulative
incidence dan incidence rate. Berikut adalah pembahasan lebih lanjut:
1. Prevalensi
Prevalensi keadaan pada titik waktu dapat didefinisikan
sebagai proporsi dari populasi di negara itu pada saat itu,
sehingga prevalensi penyakit adalah proporsi penduduk dengan
penyakit pada waktu yang ditentukan. Istilah prevalensi titik,
proporsi prevalensi, dan tingkat prevalensi kadang-kadang
digunakan sebagai istilah lainnya. Dalam keadaan stabil,
prevalensi sama dengan IR rata dikalikan dengan durasi rata-
rata.
2. Cumulative Incidence
Kejadian kumulatif adalah frekuensi total dari suatu
peristiwa pada akhir periode waktu tertentu (Mark,2000).
3. Incidence Rate
Incidence rate dalam populasi sebagai jumlah kasus
penyakit (jumlah insiden) dibagi oleh person-time seluruh
periode,:
incidencerate= number of diseaseonsetΣ time spent∈ population
Angka ini bisa juga disebut person-time rate, incidence density,
dan disease intensity, force of morbidity, dan hazard rate. Δt
merupakan proporsi periode seseorang dalam populasi berisiko
selama pengamatan.
N=Σtime spent∈population
Δ t
Di samping itu, untuk menguji kausalitas lebih lanjut alangkah baiknya
kita juga memahami pengukuran efek dan pengukuran hubungan dari suatu hasil
penelitian. Berikut adalah penjelasannya:
1. Measure Of Effect
Penelitian epidemiologi menggunakan efek jangka dalam
dua pengertian. Di satu sisi, setiap kasus penyakit tertentu
mungkin efek dari penyebab tertentu. Efek digunakan dengan
cara ini untuk mengartikan titik akhir dari mekanisme kausal,
mengidentifikasi jenis hasil yang menyebabkan suatu
menghasilkan. Sebagai contoh, kita dapat mengatakan bahwa
human immunodeficiency virus (HIV) adalah efek dari
penggunaan jarum suntik untuk penggunaan narkoba. Ini
menggunakan efek jangka hanya mengidentifikasi infeksi HIV
sebagai salah satu konsekuensi dari aktivitas berbagi jarum. Efek
lain dari paparan, seperti infeksi hepatitis B, juga mungkin.
2. Measure Of Association
Pertimbangkan situasi di mana kita kontras ukuran
kejadian dalam dua populasi yang berbeda. Sebagai contoh, kita
bisa mengambil rasio tingkat kejadian kanker antara laki-laki dan
perempuan di Kanada. Ini rasio tingkat kanker membandingkan
subpopulasi pria dan wanita bukan merupakan ukuran efek
karena tingkat komponen dua yang merujuk pada kelompok
orang yang berbeda. Dalam situasi ini, kita katakan bahwa rasio
tingkat adalah ukuran asosiasi, dalam contoh ini, itu adalah
ukuran dari asosiasi seks dengan kejadian kanker di Kanada.
Sebagai contoh lain, kita bisa membedakan tingkat
kejadian karies gigi pada anak-anak dalam komunitas di tahun
sebelumnya dan pada tahun ketiga setelah pengenalan fluoridasi
persediaan air. Jika kita mengambil perbedaan tingkat dalam
sebelum dan sesudah periode, perbedaan ini bukan merupakan
ukuran efek karena tingkat dua komponen mengacu pada dua
sub-populasi yang berbeda, satu sebelum dan satu setelah
fluoridasi. Mungkin ada cukup atau bahkan tumpang tindih
lengkap antara anak-anak hadir dalam sebelum dan sesudah
periode.Meskipun demikian, pengalaman dibandingkan mengacu
pada periode waktu yang berbeda, sehingga kita katakan bahwa
perbedaan tingkat adalah ukuran asosiasi. Dalam contoh ini, itu
adalah ukuran dari hubungan antara fluoridasi dan kejadian
karies gigi di masyarakat.
2.2 Diagnosis Kausalitas
2.2.1 Validitas Internal Pada Positive Features of Causation
2.2.2.1 Time Relationship
Benar atau tidaknya hubungan waktu (time relationship) menentukan
hubungan kausalitas yang terjadi antara paparan dan efek. Hubungan kausalitas
ditandai dengan dugaan adanya paparan sebelum adanya efek yang terjadi.
Pada desain studi prospektif dimana eksposur dan non-eksposur
dibandingkan, maka perlu dipastikan bahwa subjek penelitian belum mempunyai
efek saat studi dimulai. Tentu hal ini menunjukkan bahwa time relationship yang
terjadi adalah benar, yaitu eksposur mendahului efek. Sedangkan pada desain
studi retrospektif, kemampuan untuk mengkonfirmasi bahwa time relationship
benar adalah lebih lemah karena studi dimulai setelah subjek penelitian
mempunyai/menderita suatu efek. Oleh karena itu, hal terbaik yang dapat
dilakukan pada studi retrospektif adalah dengan menggunakan subjek penelitian
yang baru saja menderita/mempunyai efek, melakukan wawancara dengan subjek
cukup cepat dan merekam hanya informasi yang berkaitan dengan kejadian
sebelum munculnya efek.
Selanjutnya, jangka waktu pengamatan dari suatu studi juga menentukan
hubungan kausalitas. Suatu studi dapat menunjukan tidak adanya hubungan
kausalitas karena disebabkan jangka waktu pengamatan yang tidak
memadai/sesuai. Hasil yang tidak sesuai tersebut dapat disebabkan karena
pendeknya waktu untuk follow up dan jangka waktu pengamatan pada eksposure
yang pendek pada studi terhadap efek jangka panjang.
2.2.2.2 Strenght of The Association
Kekuatan hubungan (strenght of the association) yang ditandai dengan
nilai relative risk (RR) lebih mungkin mencerminkan suatu hubungan kasualitas.
Hal ini karena ketika suatu faktor yang diukur memiliki kemungkinan yang
semakin besar menjadi penyebab suatu efek secara biologis, maka nilai RR juga
akan semakin besar.
Namun, suatu faktor penyebab yang benar dan sudah pasti dapat
menyebabkan munculnya efek, kemungkinan hanya berdampak kecil pada
kemungkinan risiko yang terjadi. Contohnya adalah faktor polusi udara sebagai
penyebab penyakit bronkitis kronik. Pada seseorang yang tidak merokok dan tidak
terpapar bahaya akibat perkerjaan, polusi udara menjadi faktor utama penyebab
penyakit tersebut, meski ada beberapa faktor penyerta lainnya. Maka, nilai RR
yang dihasilkan sudah pasti tinggi.
Sedangkan pada seorang perokok berat, polusi udara bisa jadi hanya
sebagai faktor penyerta atau yang berkontibusi kecil terjadinya bronkitis kronik.
Karena faktor utamanya adalah merokok. Oleh karena itu, nilai RR yang
dihasilkan dari faktor polusi udara juga kecil. Kejadian tersebut tidaklah
mengubah hubungan kausalitas alami yang terjadi, namun telah mengubah
kekuatan hubungan tersebut sehingga dalam beberapa hal sulit untuk ditunjukkan.
Selanjutnya, hubungan kasusalitas yang kuat tidak dapat menjamin bahwa
tidak adanya faktor non-kausal di dalamnya. Bias pada pengamatan yang cukup
besar dapat berdampak pada munculnya kekuatan hubungan yang sangat besar.
Contohnya adalah saat mengindentifikasi ibu yang melahirkan bayi abnormal
berdasarkan obat-obatan yang dikonsumsi saat kehamilan awal. Kemungkinan
adanya bias dapat terjadi saat recall memori pada subjek penelitian sehingga
mempengaruhi besar kekuatan hubungan.
Hubungan kasualitas yang kuat juga tidak dapat menjamin bahwa tidak
adanya faktor konfonding di dalamnya. Contohnya adalah risiko penyakit jantung
yang mungkin disebabkan oleh konsumsi rokok atau disebakan oleh konsumsi
kopi. Ketika adanya indikasi hubungan yang kuat antara penyakit jantung dengan
konsumsi rokok, maka bisa mempengaruhi indikasi hubungan yang kuat antara
penyakit jantung dan konsumsi kopi.
2.2.2.3 Dose-Response Relationship
Pertimbangan hubungan dosis-respon (dose-response relationship) pada
hubungan kausalitas sama pentingnya dengan mempertimbangkan kekuatan
hubungan (strenght of the association). Semakin besar dosis yang diberikan, maka
semakin besar respon yang terjadi sehingga hubungan kausalitas yang terjadi
memang benar.
Namun, permasalahannya adalah hal tersebut tidak dapat menjamin bahwa
tidak ada bias atau konfonding yang ikut campur di dalamnya. Pada beberapa
keadaan, hubungan dosis-respon yang lemah mungkin menjadi alasan yang kuat
terhadap hubungan yang karena bias.Contohnya adalah wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral mungkin akan lebih cenderung memiliki rekaman
gejala tertentu karena mereka lebih sering berkunjung ke pelayanan kesehatan
dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi oral.
Berdasarkan contoh tersebut, rasanya sedikit kemungkinan bahwa ada
hubungan yang erat antara dosis estrogen pada kontrasepsi oral dengan frekeunsi
kunjungan. Oleh karena itu, jika hasil yang diteliti menunjukkan hubungan dosis-
respons yang rutin dengan dosis estrogen, maka bias ini tidak mungkin dapat
dijelaskan.
2.2.2.4 Consistency of The Association
Suatu hubungan kausalitas diharapkan dapat terjadi pada berbagai subjek.
Contohnya, jika suatu obat sakit efektif untuk menyembuhkan, maka
kemungkinan obat tersebut juga efektif digunakan pada pasien dengan gender apa
pun dan pada usia atau berbagai penyebab sakit apa pun.
Kesulitan pada konsistensi adalah sangat banyak data yang dibutuhkan
untuk menilai kesamaan atau sebaliknya suatu hubungan pada sub-sub kelompok
dari subjek. Bahkan dengan jumlah yang memadai, sub-sub kelompok yang
dibandingkan butuh disamakan pengetahuannya yangtidak hanya dihasilkan dari
proses analisis. Dalam suatu analisis yang besar dimana banyak sub-sub
kelompok yang telah ditentukan, diharapkan bahwa hanya beberapa yang akan
menunjukkan hasil yang berbeda secara kebetulan saja.
Hal tersebut telah menjadi masalah utama dalam uji klinis. Bahkan meski
tidak ada manfaat pengobatan baru secara keseluruhan yang ditemukan, manfaat
dapat terlihat di salah satu subkelompok pasien. Analisis pos hoc adalah
menyesatkan dan sebaiknya perlu dihindari. Namun, temuan tersebut harus
dianggap sebagai hipotesis baru yang memerlukan pengujian.
2.2.2.5 Specificity of Association
Didalam buku “Critical Appraisal of Epidemiological Studies and Clinical
Trial” mengatakan bahwa kausalitas merupakan hubungan spesifik antara satu
faktor penyebab dan satu outcome/hasil. Sebagai contoh, beberapa orang
berpendapat bahwa merokok terbukti berhubungan dengan terjadinya kanker
paru-paru, tetapi lebih kecil kemungkinannya terhadap terjadinya kanker lain, ini
menunjukan tindakan non-spesifisitas.
Dalam studi mengenai cacat lahir, bahwa cacat lahir berkaitan dengan
kelebihan asupan vitamin A sebelum kehamilan dan pada awal kehamilan, tetapi
tidak ada hubungan dengan asupan tinggi vitamin A setelah 6 minggu kehamilan.
Eksposure yang spesifik sangat konsisten dengan kausalitas dan memberikan
perlindungan terhadap faktor perancu dan bias observasi (Rothman et al.1995).
Sebuah studi berbasis rumah sakit menunjukkan bahwa wanita yang mengalami
kanker endometrium memiliki frekuensi yang lebih tinggi dari penggunaan obat
estrogenik masa lalu daripada pasien yang menderita kanker serviks (Smith et
al.1975). Kanker endometrium lebih sering terjadi pada kelompok sosial ekonomi
tinggi, sedangkan kanker serviks adalah kurang umum. penggunaan obat non-
esensial seperti ini mungkin lebih besar pada kelompok sosio-ekonomi yang lebih
tinggi, sehingga terlihat memiliki hubungan perancu. Namun, pasien dengan
kanker ovarium, juga dinilai, dan pemakaian obat estrogen juga jauh lebih rendah
dibandingkan dengan pasien kanker endometrium. ini membuat faktor perancu
dari status sosial ekonomi yang cenderung untuk memberikan penjelasan asosiasi
terlihat.
Oleh karena itu spesifik dalam suatu penelitian sangat berguna, jika kita
tidak membuat kriteria yang mutlak, mungkin salah satu agen penyebab
sebenarnya menghasilkan berbagai hasil, dan satu hasil mungkin disebabkan
berbagai agen. Konsep ini sering berguna dalam desain penelitian untuk
memeriksa bias yang mungkin terjadi saat pengumpulan informasi tentang faktor-
faktor yang kita inginkan, karena hasil yang sama akan mengurangi terjadinya
bias observasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Jika dalam suatu penelitian terdapat hubungan antara paparan dan hasil
atau faktor penyebab dapat mempengaruhi frekeunsi efek maka hal tersebut dapat
dikatakan itu sebagai hubungan sebab-akibat. Untuk melihat suatu kausalitas
dalam penelitian kita harus dapat menentukan kemungkinan terjadinya bias atau
faktor perancu dalam sebua penelitian. Penilaian kausalitas dalam penelitian dapat
menggunakan pendekatan ukuran frekuensi penyakit dalam suatu hasil penelitian.
Di samping itu tes uji kausalitas juga dapat digunakan melalui validitas interna
dengan melalui berbagai pendekatan seperti: ada tidaknya hubungan waktu di
anatar fakor penyebab dan efek, bagaimana kekuatan hubungannya melalui
penilaian RR (Relative Risk), kekuatan pada dosis respon, konsistensi suatu
hubungan antara faktor penyebab dengan efek dan hubungan spesifitas yang
terjadi.
3.2 Saran
Hendaknya dalam menelaah suatu hasil penelitian atau melakukan
penelitian kita harus selalu memperhatikan konsep kausalitas yang muncul dalam
penelitian tersebut, karena bisa jadi suatu faktor penyebab belum tentu
menyebabkan efek tertentu melainkan karena ada faktor penyebab lain. Oleh
karena itu hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Lihat bagaimana tujuan penelitian tersebut dilakukan.
2. Apa desain peneletian yang digunakan.
3. Bagaimana analisis data yang digunakan khususnya dalam perhitungan
ukuran frekuensi penyakit.
4. Bagaimana kekuatan hubungan, dosis respon, konsistensi hubungan dan
spesifitas yang terjadi di antara hasil yang telah didapat.
REFERENSI
Bustan, 2008, Tanya Jawab Epidemiologi, Makasar: Putra Asaad Print
Elwood, Mark. 2000. Critical Appraisal of Epidemiological Studies and Clinical Trials. New York: Oxford University Press.
Kenneth J. Rothman. 2008. Modern Epidemiology 3rd Edition. Lippincott: Williams & Wilkins