Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

22
IDENTIFIKASI KONSEP KAUSALITAS PADA ARTIKEL Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Epidemiologi Oleh Kelompok 4: Fajriatin Wahyuningsih (111010100005) Harun Al Rasyid (11101010000 ) Nur Luthfiyah (1110101000010) Putri Khairina (11101010000 ) PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

description

bagaimana konsep kausalitas ditemukan dalam sebuah artikel penelitian...

Transcript of Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

Page 1: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

IDENTIFIKASI KONSEP KAUSALITAS PADA ARTIKEL

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Epidemiologi

Oleh Kelompok 4:

Fajriatin Wahyuningsih (111010100005)

Harun Al Rasyid (11101010000 )

Nur Luthfiyah (1110101000010)

Putri Khairina (11101010000 )

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

Page 2: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat

ilmu kepada manusia agar mengenali dunia dengan ilmu

pengetahuan untuk kemaslahatan umat. Puji syukur kehadirat

Ilahi Rabbi karena telah memberikan kami nikmat sehat

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“IDENTIFIKASI KONSEP KAUSALITAS PADA ARTIKEL” ini tepat

waktu.

Makalah ini disusun untuk menjadi bahan telaah

mahasiswa epidemiologi dalam mata kuliah Telaah Artikel.

Makalah ini berisi tentang gambaran definisi kausalitas dan

konsep kausalitas dalam suatu penelitian. Atas selesainya

makalah ini, tidak lupa ucapan terimakasih disampaikan kepada :

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

2. Ibu Febrianti, SP, M.Si, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat

UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

3. Ibu Meilani Anwar selaku Dosen mata kuliah Telaah Artikel PSKM UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Orang tua yang tiada henti berdoa serta mendukung peneliti.

Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap

semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan berharap

ada kritik atau saran yang membangun untuk kesempurnaan

makalah ini.

Jakarta, 27

September 2013

Page 3: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

Tim Penulis

Page 4: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah penelitian hendaknya dapat dilakukan dengan hasil yang jujur dan

sesuai gambaran di lapangan. Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan suatu

kasus di lapangan dengan faktor tertentu atau hanya sekedar melihat gambaran

secara umum kasus yang terjadi di lapangan.

TOLONG TERUSIN PUTRI... YAH

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi kausalitas.

2. Untuk mengetahui tipe kausalitas.

3. Untuk mengetahui konsep kausalitas dalam penelitian.

4. Untuk mengetahui cara uji kausalitas dalam penelitian.

Page 5: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kausalitas

Banyak penelitian yang terkait dengan penelitian kesehatan, dunia medis

atau pelayanan kesehatan yang memakai prinsip kausalitas dalam penemuan

masalah. Penelitian kausalitas di bidang kesehatan biasanya mencari hubungan

tentang suatu unsur apakah dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit tertentu.

Untuk mengetahui secara lebih dalam apa yang dimaksud dengan hubungan

kausalitas dari hasil suatu penelitian, kita harus memahami definisi kausalitas.

2.1.1 Definisi Kausalitas

Pada prinsipnya terdapat dua pendekatan dalam

mendefinisikan kausasi penyakit:

1. Pendekatan determinant: menganggap antara variabel

dependent (penyakit) dan variabel independent (factor

penelitian) berjalan sempurna atau model determinant yang

memperlihatkan model kausasi tunggal. 

2. Pendekatan Probabilitas: merupakan pemberian ruang

terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan baik

kesalahan random maupunm kesalahan sistematis yang

dapat mempengaruhi hasil kausalitas dari factor kausal.

Model pendekatan ini memberi peluang keterlibatan

beberapa faktor dan pertimbangan dalam menunjuk faktor

kausa. Hal ini dapat dikemukakan dalam konsep penyebab

majemuk (multi-kausal).

Menurut Mark (2000) dalam bukunya yang berjudul Critical Appraisal of

Epidemiological Studies and Clinical Trials pembahasan kausalitas erat kaitannya

dengan penyebab atau cause yang berarti faktor yang menyebabkan terjadinya

suatu peristiwa atau peningkatan frekuensi kejadian peristiwa tersebut. Sedangkan

Page 6: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

hubungan kausal merupakan asosiasi terjadinya suatu penyebab untuk

menyebabkan suatu kondisi real akibat faktor tersebut.

Sebuah faktor didefinisikan sebagai faktor penyebab suatu peristiwa jika

operasi yang meningkatkan frekuensi acara tersebut. Bentuk hubungan sebab-

akibat adalah penyebab yang cukup, di mana aksi faktor yang selalu menghasilkan

hasil, dan perlu penyebab, di mana hasilnya hanya dapat terjadi setelah aksi faktor

tersebut.

2.1.2 Jenis-jenis Kausalitas

Terdapat 4 jenis hubungan kausalitas (Mark, 2000) antara lain:

1. Necessary

Pada jenis ini outcome dapat terjadi jika dan hanya jika faktor penyebab

mencukupi. Atau dalam suatu keadaan yang mutlak diperlukan

untuk terjadinya suatu akibat. Tanpa keadaan tersebut tidak

dapat dihasilkan suatu akibat.

a. X diperlukan dan mencukupi untuk mengakibatkan Y

b. X diperlukan tetapi tidak mencukupi untuk mengakibatkan

Y

c. X tidak selalu diperlukan tetapi mencukupi untuk

mengakibatkan Y

d. X tidak diperlukan dan tidak mencukupi untuk

mengakibatkan Y

2. Sufficient

Kausa komponen mencukupi terdiri dari sejumlah

komponen, tak satupun diantaranya secara dini mencukupi

terjadinya suatu penyakit. Tetapi ketika semua komponen hadir

maka berbentuklah suatu mekanisme kausal yang mencukupi.

3. Both

Faktor penyebab dan hasil memiliki hubungan kausalitas tetap, tidak

terjadi tanpa lainnya.

4. Neither

Page 7: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

Pengoperasian faktor penyebab meningkatkan frekuensi hasilnya, tapi

hasilnya tidak selalu bisa menyebabkan dan hasilnya bisa saja terjadi tanpa

operasi dari faktor penyebab.

2.1.3 Uji Langsung Kausalitas

Uji langsung kausalitas dapat dilakukan dengan sebuah tes langsung jika

kita memiliki dua kelompok yang sangat mirip dalam semua karakteristik yang

relevan dan berlaku untuk satu kelompok faktor penyebab diduga. Karakteristik

"relevan" adalah faktor-faktor, selain yang diteliti, yang dapat mempengaruhi

frekuensi acara hasil. Jika terdapat hubungan kausal, frekuensi hasil dipediksi

akan lebih tinggi pada kelompok yang terpapar karena faktor cause. Sebuah

desain penelitian yang menggunakan pendekatan ini adalah randomized design

trials, yaitu penelitian uji pengobatan dilakukan dengan prosedur acak atau

kebetulan. Berikut adalah langkah untuk melakukan uji langsung kausalitas:

1. mengambil kelompok yang ingin diteliti

2. memutuskan mereka menjadi dua kelompok yang sama

3. menerapkan faktor penyebab pada satu kelompok

4. menilai frekuensi hasilnya pada kedua kelompok

5. melihat apakah frekuensi lebih tinggi pada kelompok yang terpapar faktor

penyebab diduga.

Langkah-langkah utama dalam epidemiologi untuk menguji kausalitas

ialah dengan melihat ukuran frekuensi penyakit antara lain prevalensi, cumulative

incidence dan incidence rate. Berikut adalah pembahasan lebih lanjut:

1. Prevalensi

Prevalensi keadaan pada titik waktu dapat didefinisikan

sebagai proporsi dari populasi di negara itu pada saat itu,

sehingga prevalensi penyakit adalah proporsi penduduk dengan

penyakit pada waktu yang ditentukan. Istilah prevalensi titik,

proporsi prevalensi, dan tingkat prevalensi kadang-kadang

digunakan sebagai istilah lainnya. Dalam keadaan stabil,

Page 8: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

prevalensi sama dengan IR rata dikalikan dengan durasi rata-

rata. 

2. Cumulative Incidence

Kejadian kumulatif adalah frekuensi total dari suatu

peristiwa pada akhir periode waktu tertentu (Mark,2000).

3. Incidence Rate

Incidence rate dalam populasi sebagai jumlah kasus

penyakit (jumlah insiden) dibagi oleh person-time seluruh

periode,:

incidencerate= number of diseaseonsetΣ time spent∈ population

Angka ini bisa juga disebut person-time rate, incidence density,

dan disease intensity, force of morbidity, dan hazard rate. Δt

merupakan proporsi periode seseorang dalam populasi berisiko

selama pengamatan.

N=Σtime spent∈population

Δ t

Di samping itu, untuk menguji kausalitas lebih lanjut alangkah baiknya

kita juga memahami pengukuran efek dan pengukuran hubungan dari suatu hasil

penelitian. Berikut adalah penjelasannya:

1. Measure Of Effect

Penelitian epidemiologi menggunakan efek jangka dalam

dua pengertian. Di satu sisi, setiap kasus penyakit tertentu

mungkin efek dari penyebab tertentu. Efek digunakan dengan

cara ini untuk mengartikan titik akhir dari mekanisme kausal,

Page 9: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

mengidentifikasi jenis hasil yang menyebabkan suatu

menghasilkan. Sebagai contoh, kita dapat mengatakan bahwa

human immunodeficiency virus (HIV) adalah efek dari

penggunaan jarum suntik untuk penggunaan narkoba. Ini

menggunakan efek jangka hanya mengidentifikasi infeksi HIV

sebagai salah satu konsekuensi dari aktivitas berbagi jarum. Efek

lain dari paparan, seperti infeksi hepatitis B, juga mungkin.

2. Measure Of Association

Pertimbangkan situasi di mana kita kontras ukuran

kejadian dalam dua populasi yang berbeda. Sebagai contoh, kita

bisa mengambil rasio tingkat kejadian kanker antara laki-laki dan

perempuan di Kanada. Ini rasio tingkat kanker membandingkan

subpopulasi pria dan wanita bukan merupakan ukuran efek

karena tingkat komponen dua yang merujuk pada kelompok

orang yang berbeda. Dalam situasi ini, kita katakan bahwa rasio

tingkat adalah ukuran asosiasi, dalam contoh ini, itu adalah

ukuran dari asosiasi seks dengan kejadian kanker di Kanada. 

Sebagai contoh lain, kita bisa membedakan tingkat

kejadian karies gigi pada anak-anak dalam komunitas di tahun

sebelumnya dan pada tahun ketiga setelah pengenalan fluoridasi

persediaan air. Jika kita mengambil perbedaan tingkat dalam

sebelum dan sesudah periode, perbedaan ini bukan merupakan

ukuran efek karena tingkat dua komponen mengacu pada dua

sub-populasi yang berbeda, satu sebelum dan satu setelah

fluoridasi. Mungkin ada cukup atau bahkan tumpang tindih

lengkap antara anak-anak hadir dalam sebelum dan sesudah

periode.Meskipun demikian, pengalaman dibandingkan mengacu

pada periode waktu yang berbeda, sehingga kita katakan bahwa

perbedaan tingkat adalah ukuran asosiasi. Dalam contoh ini, itu

Page 10: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

adalah ukuran dari hubungan antara fluoridasi dan kejadian

karies gigi di masyarakat.

2.2 Diagnosis Kausalitas

2.2.1 Validitas Internal Pada Positive Features of Causation

2.2.2.1 Time Relationship

Benar atau tidaknya hubungan waktu (time relationship) menentukan

hubungan kausalitas yang terjadi antara paparan dan efek. Hubungan kausalitas

ditandai dengan dugaan adanya paparan sebelum adanya efek yang terjadi.

Pada desain studi prospektif dimana eksposur dan non-eksposur

dibandingkan, maka perlu dipastikan bahwa subjek penelitian belum mempunyai

efek saat studi dimulai. Tentu hal ini menunjukkan bahwa time relationship yang

terjadi adalah benar, yaitu eksposur mendahului efek. Sedangkan pada desain

studi retrospektif, kemampuan untuk mengkonfirmasi bahwa time relationship

benar adalah lebih lemah karena studi dimulai setelah subjek penelitian

mempunyai/menderita suatu efek. Oleh karena itu, hal terbaik yang dapat

dilakukan pada studi retrospektif adalah dengan menggunakan subjek penelitian

yang baru saja menderita/mempunyai efek, melakukan wawancara dengan subjek

cukup cepat dan merekam hanya informasi yang berkaitan dengan kejadian

sebelum munculnya efek.

Selanjutnya, jangka waktu pengamatan dari suatu studi juga menentukan

hubungan kausalitas. Suatu studi dapat menunjukan tidak adanya hubungan

kausalitas karena disebabkan jangka waktu pengamatan yang tidak

memadai/sesuai. Hasil yang tidak sesuai tersebut dapat disebabkan karena

pendeknya waktu untuk follow up dan jangka waktu pengamatan pada eksposure

yang pendek pada studi terhadap efek jangka panjang.

2.2.2.2 Strenght of The Association

Kekuatan hubungan (strenght of the association) yang ditandai dengan

nilai relative risk (RR) lebih mungkin mencerminkan suatu hubungan kasualitas.

Hal ini karena ketika suatu faktor yang diukur memiliki kemungkinan yang

Page 11: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

semakin besar menjadi penyebab suatu efek secara biologis, maka nilai RR juga

akan semakin besar.

Namun, suatu faktor penyebab yang benar dan sudah pasti dapat

menyebabkan munculnya efek, kemungkinan hanya berdampak kecil pada

kemungkinan risiko yang terjadi. Contohnya adalah faktor polusi udara sebagai

penyebab penyakit bronkitis kronik. Pada seseorang yang tidak merokok dan tidak

terpapar bahaya akibat perkerjaan, polusi udara menjadi faktor utama penyebab

penyakit tersebut, meski ada beberapa faktor penyerta lainnya. Maka, nilai RR

yang dihasilkan sudah pasti tinggi.

Sedangkan pada seorang perokok berat, polusi udara bisa jadi hanya

sebagai faktor penyerta atau yang berkontibusi kecil terjadinya bronkitis kronik.

Karena faktor utamanya adalah merokok. Oleh karena itu, nilai RR yang

dihasilkan dari faktor polusi udara juga kecil. Kejadian tersebut tidaklah

mengubah hubungan kausalitas alami yang terjadi, namun telah mengubah

kekuatan hubungan tersebut sehingga dalam beberapa hal sulit untuk ditunjukkan.

Selanjutnya, hubungan kasusalitas yang kuat tidak dapat menjamin bahwa

tidak adanya faktor non-kausal di dalamnya. Bias pada pengamatan yang cukup

besar dapat berdampak pada munculnya kekuatan hubungan yang sangat besar.

Contohnya adalah saat mengindentifikasi ibu yang melahirkan bayi abnormal

berdasarkan obat-obatan yang dikonsumsi saat kehamilan awal. Kemungkinan

adanya bias dapat terjadi saat recall memori pada subjek penelitian sehingga

mempengaruhi besar kekuatan hubungan.

Hubungan kasualitas yang kuat juga tidak dapat menjamin bahwa tidak

adanya faktor konfonding di dalamnya. Contohnya adalah risiko penyakit jantung

yang mungkin disebabkan oleh konsumsi rokok atau disebakan oleh konsumsi

kopi. Ketika adanya indikasi hubungan yang kuat antara penyakit jantung dengan

konsumsi rokok, maka bisa mempengaruhi indikasi hubungan yang kuat antara

penyakit jantung dan konsumsi kopi.

2.2.2.3 Dose-Response Relationship

Pertimbangan hubungan dosis-respon (dose-response relationship) pada

hubungan kausalitas sama pentingnya dengan mempertimbangkan kekuatan

Page 12: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

hubungan (strenght of the association). Semakin besar dosis yang diberikan, maka

semakin besar respon yang terjadi sehingga hubungan kausalitas yang terjadi

memang benar.

Namun, permasalahannya adalah hal tersebut tidak dapat menjamin bahwa

tidak ada bias atau konfonding yang ikut campur di dalamnya. Pada beberapa

keadaan, hubungan dosis-respon yang lemah mungkin menjadi alasan yang kuat

terhadap hubungan yang karena bias.Contohnya adalah wanita yang

menggunakan kontrasepsi oral mungkin akan lebih cenderung memiliki rekaman

gejala tertentu karena mereka lebih sering berkunjung ke pelayanan kesehatan

dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi oral.

Berdasarkan contoh tersebut, rasanya sedikit kemungkinan bahwa ada

hubungan yang erat antara dosis estrogen pada kontrasepsi oral dengan frekeunsi

kunjungan. Oleh karena itu, jika hasil yang diteliti menunjukkan hubungan dosis-

respons yang rutin dengan dosis estrogen, maka bias ini tidak mungkin dapat

dijelaskan.

2.2.2.4 Consistency of The Association

Suatu hubungan kausalitas diharapkan dapat terjadi pada berbagai subjek.

Contohnya, jika suatu obat sakit efektif untuk menyembuhkan, maka

kemungkinan obat tersebut juga efektif digunakan pada pasien dengan gender apa

pun dan pada usia atau berbagai penyebab sakit apa pun.

Kesulitan pada konsistensi adalah sangat banyak data yang dibutuhkan

untuk menilai kesamaan atau sebaliknya suatu hubungan pada sub-sub kelompok

dari subjek. Bahkan dengan jumlah yang memadai, sub-sub kelompok yang

dibandingkan butuh disamakan pengetahuannya yangtidak hanya dihasilkan dari

proses analisis. Dalam suatu analisis yang besar dimana banyak sub-sub

kelompok yang telah ditentukan, diharapkan bahwa hanya beberapa yang akan

menunjukkan hasil yang berbeda secara kebetulan saja.

Hal tersebut telah menjadi masalah utama dalam uji klinis. Bahkan meski

tidak ada manfaat pengobatan baru secara keseluruhan yang ditemukan, manfaat

dapat terlihat di salah satu subkelompok pasien. Analisis pos hoc adalah

Page 13: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

menyesatkan dan sebaiknya perlu dihindari. Namun, temuan tersebut harus

dianggap sebagai hipotesis baru yang memerlukan pengujian.

2.2.2.5 Specificity of Association

Didalam buku “Critical Appraisal of Epidemiological Studies and Clinical

Trial” mengatakan bahwa kausalitas merupakan hubungan spesifik antara satu

faktor penyebab dan satu outcome/hasil. Sebagai contoh, beberapa orang

berpendapat bahwa merokok terbukti berhubungan dengan terjadinya kanker

paru-paru, tetapi lebih kecil kemungkinannya terhadap terjadinya kanker lain, ini

menunjukan tindakan non-spesifisitas.

Dalam studi mengenai cacat lahir, bahwa cacat lahir berkaitan dengan

kelebihan asupan vitamin A sebelum kehamilan dan pada awal kehamilan, tetapi

tidak ada hubungan dengan asupan tinggi vitamin A setelah 6 minggu kehamilan.

Eksposure yang spesifik sangat konsisten dengan kausalitas dan memberikan

perlindungan terhadap faktor perancu dan bias observasi (Rothman et al.1995).

Sebuah studi berbasis rumah sakit menunjukkan bahwa wanita yang mengalami

kanker endometrium memiliki frekuensi yang lebih tinggi dari penggunaan obat

estrogenik masa lalu daripada pasien yang menderita kanker serviks (Smith et

al.1975). Kanker endometrium lebih sering terjadi pada kelompok sosial ekonomi

tinggi, sedangkan kanker serviks adalah kurang umum. penggunaan obat non-

esensial seperti ini mungkin lebih besar pada kelompok sosio-ekonomi yang lebih

tinggi, sehingga terlihat memiliki hubungan perancu. Namun, pasien dengan

kanker ovarium, juga dinilai, dan pemakaian obat estrogen juga jauh lebih rendah

dibandingkan dengan pasien kanker endometrium. ini membuat faktor perancu

dari status sosial ekonomi yang cenderung untuk memberikan penjelasan asosiasi

terlihat.

Oleh karena itu spesifik dalam suatu penelitian sangat berguna, jika kita

tidak membuat kriteria yang mutlak, mungkin salah satu agen penyebab

sebenarnya menghasilkan berbagai hasil, dan satu hasil mungkin disebabkan

berbagai agen. Konsep ini sering berguna dalam desain penelitian untuk

memeriksa bias yang mungkin terjadi saat pengumpulan informasi tentang faktor-

Page 14: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

faktor yang kita inginkan, karena hasil yang sama akan mengurangi terjadinya

bias observasi.

Page 15: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Jika dalam suatu penelitian terdapat hubungan antara paparan dan hasil

atau faktor penyebab dapat mempengaruhi frekeunsi efek maka hal tersebut dapat

dikatakan itu sebagai hubungan sebab-akibat. Untuk melihat suatu kausalitas

dalam penelitian kita harus dapat menentukan kemungkinan terjadinya bias atau

faktor perancu dalam sebua penelitian. Penilaian kausalitas dalam penelitian dapat

menggunakan pendekatan ukuran frekuensi penyakit dalam suatu hasil penelitian.

Di samping itu tes uji kausalitas juga dapat digunakan melalui validitas interna

dengan melalui berbagai pendekatan seperti: ada tidaknya hubungan waktu di

anatar fakor penyebab dan efek, bagaimana kekuatan hubungannya melalui

penilaian RR (Relative Risk), kekuatan pada dosis respon, konsistensi suatu

hubungan antara faktor penyebab dengan efek dan hubungan spesifitas yang

terjadi.

3.2 Saran

Hendaknya dalam menelaah suatu hasil penelitian atau melakukan

penelitian kita harus selalu memperhatikan konsep kausalitas yang muncul dalam

penelitian tersebut, karena bisa jadi suatu faktor penyebab belum tentu

menyebabkan efek tertentu melainkan karena ada faktor penyebab lain. Oleh

karena itu hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Lihat bagaimana tujuan penelitian tersebut dilakukan.

2. Apa desain peneletian yang digunakan.

3. Bagaimana analisis data yang digunakan khususnya dalam perhitungan

ukuran frekuensi penyakit.

4. Bagaimana kekuatan hubungan, dosis respon, konsistensi hubungan dan

spesifitas yang terjadi di antara hasil yang telah didapat.

Page 16: Identifikasi Konsep Kausalitas Pada Artikel

REFERENSI

Bustan, 2008, Tanya Jawab Epidemiologi, Makasar: Putra Asaad Print

Elwood, Mark. 2000. Critical Appraisal of Epidemiological Studies and Clinical Trials. New York: Oxford University Press.

Kenneth J. Rothman. 2008. Modern Epidemiology 3rd Edition. Lippincott: Williams & Wilkins