analisis kausalitas pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan

18
ANALISIS KAUSALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI INDONESIA KARYA TULIS INI DISUSUN UNTUK MELENGKAPI TUGAS MATA KULIAH EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM Di Susun Oleh: M. Khaerul Aziz (12810060) Dosen Pembimbing Muh. Rudi Nugroho, SE., M.Si. EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015

description

ini merupakan karya tulis tentang kausalitas pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan di Indonesia

Transcript of analisis kausalitas pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan

  • ANALISIS KAUSALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

    KETIMPANGAN PENDAPATAN DI INDONESIA

    KARYA TULIS INI DISUSUN UNTUK MELENGKAPI TUGAS MATA

    KULIAH EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM

    Di Susun Oleh:

    M. Khaerul Aziz (12810060)

    Dosen Pembimbing

    Muh. Rudi Nugroho, SE., M.Si.

    EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

    YOGYAKARTA

    2015

  • Abstrak

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara laju

    pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di Indonesia pada tahun 1986

    hingga tahun 2013. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal, dimana alat

    analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah granger causality test. Tujuan

    dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan sebab akibat

    antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan. Hasil dari

    penelitian ini adalah hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi dengan

    ketimpangan pendapatan menunjukkan hubungan yang searah, dimana laju

    pertumbuhan ekonomi mempengaruhi tingkat ketimpangan pendapatan.

    Kata kunci: laju pertumbuhan, indeks gini, granger causality

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bagian dalam proses

    pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang

    menyebabkan terjadinya kenaikan pendapatan riil dalam jangka panjang yang

    disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi

    hanya didefinisikan sebagai kenaikan produk domestik bruto (PDB) atau produk

    nasional bruto (PNB) tanpa memandang kenaikan jumlah penduduk dan perubahan

    struktur ekonomi atau perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

    Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi

    utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan

    peningkatan kesejahteraan. Jumlah penduduk bertambah setiap tahun, sehingga

    dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun,

    maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap hari (Tulus, 2012). Selain itu,

    selama keinginan dan kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa selalu tidak

    terbatas, perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan

    jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Selanjutnya, usaha

    menciptakan pemerataan ekonomi (economic equality) dan stabilitas ekonomi

    (economic stability) melalui redistribusi pendapatan (income redistribution) akan

    mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi (endang dkk.,

    2004).

    Pertumbuhan ekonomi mencerminkan perubahan aktivitas ekonomi.

    Pertumbuhan ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika

    pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan

    ekonomi pada periode tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada suatu

    periode perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi

    pada periode tersebut mengalami penurunan (endang dkk., 2004). Berikut ini grafik

    pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013:

  • Gambar 1.

    Pertumbuhan ekonomi di Indonesia

    Sumber: publikasi (online) world bank, 2014

    Berdasarkan pada grafik diatas, dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan

    ekonomi di Indonesia selama lima tahun terakhir berfluktuasi. Meskipun demikian,

    secara umum pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir

    mengalami peningkatan. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi terbesar selama

    lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2010 dimana peningkatannya sebesar 1,59 %

    dari tahun sebelumnya.

    Akan tetapi, Dari sisi penawaran, pertumbuhan penduduk membutuhkan

    pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan ekonomi tanpa

    disertai dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan

    dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (tulus, 2012). pertumbuhan

    ekonomi yang tinggi akibat dari peningkatan produk nasional neto yang disebabkan

    oleh peningkatan pendapatan yang hanya diterima oleh sebagian orang saja

    merupakan indikasi adanya kesenjangan (mubyarto, 2000).

    Ketimpangan distribusi kekayaan atau pendapatan dapat dilihat dengan

    menghitung rasio gini suatu wilayah atau negara. Koefisien gini merupakan ukuran

    ketimpangan agregrat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna)

    hingga satu (ketimpangan sempurna) (Todaro, 2012). Angka koefisien gini

    mendekati nol, artinya tingkat pemerataan pertumbuhan ekonomi tinggi.

    4,63

    6,226,49

    6,265,78

    0,00

    1,00

    2,00

    3,00

    4,00

    5,00

    6,00

    7,00

    2009 2010 2011 2012 2013

    pertumbuhan ekonomi tahun 2009-2013

  • Sedangkan, koefisien gini mendekati satu menunjukkan bahwa tingkat

    ketimpangan ekonomi diwilayah tersebut tinggi. Rasio gini Indonesia beberapa

    tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:

    Gambar 2.

    Rasio Gini Indonesia

    Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2014

    Dari tabel tersebut, terlihat bahwa rasio gini di Indonesia relatif besar dan

    persentasenya dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Hal ini

    menunjukkan tingkat pemerataan pendapatan atau kekayaan di Indonesia dari tahun

    ke tahun semakin mengecil.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memfokuskan penelitian pada

    hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan.

    Penulis memberikan batasan penelitian dengan rumusan sebagai berikut: apakah

    ada hubungan sebab akibat (kausalitas) antara pertumbuhan ekonomi dengan

    ketimpangan pendapatan di Indonesia?

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

    Adapun tujuan penulisan dari karya tulis ini adalah:

    Mengetahui hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan kesenjangan

    pendapatan di Indonesia.

    Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah:

    0,35

    0,36

    0,37

    0,38

    0,39

    0,4

    0,41

    0,42

    2009 2010 2011 2012 2013

    Rasio Gini tahun 2009-2013

  • 1) Memberikan rekomendasi bagi pihak pemerintah, dan akademik tentang

    pengembangan program-program yang dapat meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi serta mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat.

    2) Bagi pemerintah: Memberikan rekomendasi dalam penyusunan dan

    pelaksanaan program-program pemerintah yang bertujuan untuk

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta mengurangi tingkat

    ketimpangan pendapatan masyarakat. Serta, mendorong pemerintah agar

    mensosialisasikan program-program tersebut agar masyarakat memahami

    tujuan serta manfaat program-program tersebut. Sehingga, diharapkan

    ketika program-program tersebut telah dijalankan, maka peningkatan

    pertumbuhan ekonomi serta pemerataan tingkat pendapatan dapat tercapai.

    3) Bagi akademisi: Memberikan wadah kepada para akademisi merealisasikan

    hasil riset yang dimiliki dalam praktik nyata di lapangan.

    4) Bagi penulis: Mengoptimalkan peran mahasiswa sebagai agen perubahan ke

    arah yang lebih baik bagi Indonesia melalui kontribusi nyata yang solutif

    atas fenomena dan permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia

    dalam bentuk karya tulis.

  • BAB II

    KERANGKA TEORI

    2.1 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

    Secara garis besar, terdapat dua pemikiran utama mengenai pertumbuhan

    ekonomi (dilihat dari sisi penawaran agregat/produksi), yakni teori klasik dan teori

    modern. Diantara kedua pemikiran tersebut terdapat teori neo-keynesian dan teori

    neo-klasik (Tulus, 2012)

    a. Teori Klasik

    Dasar pemikiran dari teori klasik adalah pembangunan ekonomi

    dilandasi oleh sistem liberal, yang mana pertumbuhan ekonomi dipacu oleh

    semangat untuk mendapatkan keuntungan maksimal.

    b. Teori Neo-Keynesian

    Model pertumbuhan yang masuk didalam kelompok teori neo-

    keynesian adalah model dari harrod dan domar yang mecoba memperluas

    teori keynes, mengenai keseimbangan pertumbuhan ekonomi dalam

    perspektif jangka panjang dengan melihat pengaruh dari investasi, baik pada

    permintaan agregrat maupun pada perluasan kapasitas produksi atau

    penawaran agregrat, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi.

    c. Teori Neo-Klasik

    Pemikiran neo-klasik didasarkan pada kritik atas kelemahan-

    kelemahan atau penyempurnaan terhadap pandangan/asumsi dari teori

    klasik.

    d. Teori Modern

    Model pertumbuhan modern ini didasarkan pada paradigma baru

    dalam menghitung serta menentukan faktor-faktor yang dapat

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada teori sebelumnya, pertumbuhan

    ekonomi dapat dicapai apabila memaksimalkan SDA dan SDM. Namun,

  • dalam model ini, selain kedua faktor tersebut, faktor yang juga menentukan

    adalah efektivitas keduanya yang diperoleh dari penggunaan teknologi.

    2.2 Koefisien Gini

    Koefisien gini merupakan perangkat yang paling mudah digunakan untuk

    menghitung tingkat ketimpangan pendapatan relatif di suatu negara. Koefisien gini

    diukur dengan cara menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dan

    kurva lorenz itu berada. Pada gambar 3, rasio gini adalah rasio daerah A yang diarsir

    dibagi dengan luas segitiga BCD. Koefisien gini merupakan ukuran ketimpangan

    agregrat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu

    (ketimpangan sempurna). (Todaro, 2012)

    Gambar 3. Koefisien gini

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    a. Pertumbuhan Ekonomi

    pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan GDP/GNP tanpa

    memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat

    penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak

    (Arsyad, 2010).

    b. Koefisien Gini

    koefisien gini merupakan variabel yang digunakan untuk mengukur

    tingkat ketimpangan pendapatan pada penelitian ini. koefisien gini adalah

    ukuran ketimpangan agregrat yang angkanya berkisar antara nol

    (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna) (Todaro,

    2012). Angka koefisien gini mendekati nol, artinya tingkat pemerataan

    pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan, koefisien gini mendekati satu

    menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan ekonomi diwilayah tersebut

    tinggi.

    3.2 Jenis Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

    diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan publikasi (online) world bank. Data

    time series yang digunakan adalah data tahunan mulai dari tahun 1984 sampai

    dengan tahun 2013

    3.3 Metode Penelitian

    penelitian ini menggunakan jenis penelitian kausal. Penelitian kausal

    merupakan penelitian yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan

    antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel

    bebas dengan variabel terikat (kuncoro, 2009). Untuk menguji hubungan antara

    dua variabel yang digunakan, yaitu pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan

    pendapatan (koefisien gini), maka digunakan analisis granger causality.

    Adapun tahapan dalam proses analisis menggunakan granger causality, yaitu

    sebagai berikut:

    a. uji stasioneritas

  • =1

    1

    =1

    1 +

    =1

    1

    =1

    1 + 2

    Uji stasioneritas merupakan prasyarat dalam analisis yang

    menggunakan granger causality (gujarati, 2004). Uji stasioneritas

    digunakan untuk mendeteksi apakah data yang digunakan stasioner atau

    tidak (kuncoro, 2011). Ada beberapa macam uji stasioneritas seperti,

    Augmented Dickey-Fuller (ADF) dan Phillip Perron (PP). Dalam

    penelitian ini, yang digunakan adalah uji Augmented Dickey-Fuller

    (ADF).

    b. Uji VAR

    Uji var digunakan untuk menentukan jumlah lag yang optimal untuk

    digunakan dalam uji kausalitas granger (kuncoro, 2011).

    c. Uji Kointegrasi

    Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui hubungan jangka

    panjang antara pertumbuhan dan ketimpangan pendapatan. Pada

    penelitian ini digunakan uji kointegrasi yang dikembangkan oleh

    Johansen.

    d. Granger causality test

    Tujuan Granger causality test adalah meniliti apakah A menjadi

    sebab terjadinya B, ataukah B yang menjadi sebab terjadinya A, ataukah

    hubungan antara A dan B timbal balik. Teknik ini berguna untuk

    mengetahui adanya kausalitas antara dua variabel serta arah

    kausalitasnya (kuncoro, 2011). Berikut rumusan Granger causality test

    :

    EGt =

    KPt =

  • BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 Distribusi Pendapatan di Indonesia

    Perhitungan pendapatan nasional di Indonesia menggunakan dua macam

    pendekatan, yaitu pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran. Dalam

    pendekatan produksi, sampai dengan tahun 1993 digunakan 11 sektor produksi,

    kemudian sejak tahun 1994 digunakan 9 sektor (endang dkk., 2004). Berikut

    persentase laju distribusi pendapatan di Indonesia dari tahun 2009-2014:

    Tabel 1.

    Distribusi Pendapatan

    Distribusi Pendapatan

    No Lapangan usaha 2009 2010 2011 2012 2013 2014

    1 pertanian, peternakan,

    kehutanan dan perikanan

    13.58 13.17 12.78 12.53 12.26 12.06

    2 pertambangan dan penggalian 8.27 8.09 7.72 7.37 7.07 6.72

    3 industri dan pengolahan 26.17 25.80 25.72 25.59 25.55 25.50

    4 listrik, gas dan air minum 0.79 0.78 0.77 0.77 0.77 0.77

    5 Bangunan 6.44 6.48 6.46 6.52 6.58 6.67

    6 perdagangan, hotel dan

    restauran

    16.91 17.30 17.75 18.07 18.09 18.02

    7 pengangkutan dan komunikasi 8.82 9.42 9.79 10.13 10.52 10.95

    8 keuangan, persewaan, dan jasa

    perusahaan

    9.60 9.55 9.58 9.66 9.83 9.91

    9 jasa-jasa 9.43 9.41 9.44 9.35 9.32 9.40

    Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

    Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2015

    Tabel 1. menunjukkan bahwa dari tahun 2009 hingga tahun 2014

    penyumbang terbesar pada pendapatan nasional adalah sektor industri dan

    pengolahan dengan rata-rata sebesar 26%. Kemudian diikuti oleh sektor

    perdagangan, hotel dan restauran serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan

    perikanan dengan masing-masing memiliki rata-rata sebesar 17.5 % dan 13%.

    Sektor yang menyumbang pendapatan nasional terendah adalah listrik, gas, dan air

    minum yaitu rata-rata sebesar 0.77% dari total pendapatan nasional.

  • 4.2 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Ketimpangan

    Pendapatan

    4.2.1 Hasil Uji Stasioneritas

    Uji stasioneritas yang dilakukan pada masing-masing variabel

    penelitian adalah untuk menguji data yang digunakan stasioner atau tidak.

    Uji stasioner digunakan untuk mengetahui data time series yang digunakan

    bergerak secara acak (random walk) atau tidak. Berikut ini hasil uji stasioner

    melalui uji akar unit dengan metode ADF:

    Tabel 2.

    Hasil Uji Stasioner Variabel Laju Pertumbuhan

    Null Hypothesis: DLJ has a unit root

    Exogenous: Constant

    Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=6) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.392594 0.0000

    Test critical values: 1% level -3.711457

    5% level -2.981038

    10% level -2.629906

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Berdasarkan hasil estimasi uji ADF untuk variabel laju

    pertumbuhan, dapat diketahui bahwa data dari variabel laju pertumbuhan

    merupakan data stasioner pada tingkat diferensiasi pertama yang dijelaskan

    dari nilai ADF yang lebih besar dari nilai kritis MacKinnon. Dengan nilai

    absolute ADF 6.392594 dan nilai kritis Mackinnon sebesar 3.711457 pada

    tingkat level = 1%.

    Tabel 3.

    Hasil Uji Stasioner Variabel Indeks Gini Null Hypothesis: DIG has a unit root

    Exogenous: Constant

    Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=6) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.096617 0.0003

    Test critical values: 1% level -3.711457

    5% level -2.981038

    10% level -2.629906

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

  • Berdasarkan hasil estimasi uji ADF untuk variabel indeks gini,

    menjelaskan bahwa variabel indeks gini merupakan data stasioner pada

    tingkat diferensiasi pertama yang dijelaskan dari nilai ADF yang lebih besar

    dari nilai kritis MacKinnon. Dengan nilai absolute ADF 5.096617 dan nilai

    kritis Mackinnon sebesar 3.711457 pada tingkat level = 1%.

    Dengan demikian kedua variabel yaitu laju pertumbuhan dan indeks

    gini merupakan data yang stasioner pada tingkat diferensiasi pertama.

    4.2.2 Hasil Uji VAR

    Uji var digunakan untuk menentukan jumlah lag yang optimal untuk

    digunakan dalam uji kausalitas granger (kuncoro, 2011). Berikut hasil uji

    VAR terhadap kedua variabel:

    Tabel 4.

    Perbandingan lag variabel laju pertumbuhan dan indeks gini

    Lag 1 Lag 2 Lag 3 Lag 4 Lag 5 Lag 6

    Akaike

    Information

    Center

    0.8422 0.7382 1.0886 1.0912 1.2848 1.4211

    Schwarz

    Criterion

    1.1326 1.0307 1.3831 1.3874 1.5823 1.4211

    Lag yang optimal untuk variabel laju pertumbuhan dan indeks gini

    berada pada lag 2. Hal ini ditunjukkan oleh nilai akaike information center

    dan schwarz criterion yang paling kecil.

    4.2.3 Hasil Uji Kointegrasi

    Uji kointegrasi digunakan untuk mengetahui apakah terdapat

    hubungan jangka panjang dari persamaan

  • Tabel 5.

    Hasil Uji Kointegrasi

    Date: 05/07/15 Time: 06:32

    Sample (adjusted): 1989 2013

    Included observations: 25 after adjustments

    Trend assumption: Linear deterministic trend

    Series: DIG DLP

    Lags interval (in first differences): 1 to 1

    Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

    No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.651190 42.08077 15.49471 0.0000

    At most 1 * 0.467410 15.75006 3.841466 0.0001 Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

    * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

    **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

    Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

    No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.651190 26.33071 14.26460 0.0004

    At most 1 * 0.467410 15.75006 3.841466 0.0001 Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

    * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

    **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

    Dari hasil tersebut menunjukkan nilai trace statistc lebih besar dari

    nilai critical value dan nilai max-eigen statistic lebih besar dari critical

    value. Hal ini berarti antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan

    pendapatan terdapat hubungan jangka panjang.

    4.2.4 Hasil Uji Granger Causality

    Uji kausalitas granger pada dasarnya digunakan untuk mengetahui

    hubungan antara dua variabel secara statistik. Hubungan tersebut dapat

    berupa hubungan searah, hubungan timbal balik maupun tidak ada

    hubungan. Pada penelitian ini variabel yang diuji adalah laju pertumbuhan

    ekonomi dan indek gini Indonesia dari tahun 1986 sampai dengan tahun

  • 2013. Berikut adalah hasil dari uji granger causality terhadap kedua

    variabel:

    Tabel 6.

    Hasil uji Granger Causality Pairwise Granger Causality Tests

    Date: 04/23/15 Time: 06:04

    Sample: 1986 2013

    Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. DIG does not Granger Cause DLJ 25 1.92984 0.1713

    DLJ does not Granger Cause DIG 3.20231 0.0622

    Berdasarkan uji granger causality diatas, menunjukkan bahwa

    hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan

    pendapatan (indeks gini) adalah hubungan yang searah. Pertumbuhan

    ekonomi Indonesia menjadi salah satu faktor yang menyebabkan

    peningkatan ketimpangan di Indonesia. Dengan kata lain, potongan kue

    pendapatan nasional masih dinikmati oleh sebagian orang.

    Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Risso dan

    Edgar (2012). Risso dan Edgar mengatakan bahwa ketimpangan pendapatan

    merupakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan laju

    pertumbuhan ekonomi di China terutama pada masa sebelum reformasi.

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 kesimpulan

    Berdasarkan dari hasil estimasi dan analisis yang dilakukan, dapat ditarik

    beberapa kesimpulan:

    1. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun 1986 hinga

    tahun 2013 berfluktuatif dengan tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada

    tahun 1999.

    2. Indeks gini Indonesia selama tahun 1986 hingga tahun 2013 berfluktuatif

    dengan nilai indeks gini tertinggi terjadi pada tahun 2011 hingga tahun 2013

    sebesar 0,41.

    3. Hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan indeks gini

    dari tahun 1986 hingga tahun 2013 menunjukkan hubungan yang searah,

    yaitu perubahan laju pertumbuhan merupakan salah satu faktor yang

    menyebabkan ketimpangan pendapatan (indeks gini).

    4. Terdapat hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan

    ketimpangan pendapatan.

    5.2 saran

    Dalam menyusun serta menetapkan program-program yang bertujuan untuk

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi, hendaknya pemerintah tidak hanya berupaya

    untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi melainkan juga bagaimana

    kebijakan tersebut dapat bermanfaat untuk masyarakat luas. Sehingga, diharapkan

    tingkat ketimpangan pendapatan tidak terlalu besar.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

    Endang dkk. 2014. Ekonomi Makro Pengantar. Yogyakarta: STIE Yogyakarta.

    Gujarati, Damodar N. Basic Econometrics. McGraw-Hill, 2004.

    Kucoro, Mudrajat. 2010. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Erlangga

    Kuncoro, Mdrajat. 2011. Metode Kuantitatif. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

    Kuncoro, Mudrajat. 2009. Metode riset untuk bisnis dan ekonomi. Jakarta: Erlangga

    Mubyarto. 2000. Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE

    Risso, W. Adrian dan Carrera, Edgar J. Sanchez. 2012. Inequality and Economic

    Growth In China. Journal Of Chinese Economic and Foreign Trade Studies,

    vol. 5, No. 2, 80-90.

    Tambunan, Tulus. 2012. Perekonomian Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia

    Todaro, P. Michael, Stephen C. Smith. 2012. Economic Development. Boston:

    Pearson Education

    Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia

  • Lampiran

    Tahun Laju

    Pertumbuhan

    Indeks

    Gini

    1986 5.95 0.34

    1987 4.76 0.32

    1988 6.02 0.32

    1989 7.46 0.33

    1990 7.24 0.34

    1991 6.95 0.33

    1992 6.46 0.33

    1993 6.50 0.34

    1994 7.54 0.34

    1995 8.4 0.34

    1996 7.64 0.36

    1997 4.7 0.35

    1998 -13.13 0.35

    1999 0.79 0.31

    2000 4.92 0.29

    2001 3.64 0.3

    2002 4.5 0.33

    2003 4.78 0.32

    2004 5.03 0.32

    2005 5.69 0.33

    2006 5.5 0.33

    2007 6.35 0.38

    2008 6.01 0.37

    2009 4.63 0.37

    2010 6.22 0.38

    2011 6.49 0.41

    2012 6.26 0.41

    2013 5.78 0.41