analisis kausalitas pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan
-
Upload
muhammad-khoirul-aziz -
Category
Documents
-
view
48 -
download
0
description
Transcript of analisis kausalitas pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan
-
ANALISIS KAUSALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
KETIMPANGAN PENDAPATAN DI INDONESIA
KARYA TULIS INI DISUSUN UNTUK MELENGKAPI TUGAS MATA
KULIAH EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM
Di Susun Oleh:
M. Khaerul Aziz (12810060)
Dosen Pembimbing
Muh. Rudi Nugroho, SE., M.Si.
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
-
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara laju
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di Indonesia pada tahun 1986
hingga tahun 2013. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal, dimana alat
analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah granger causality test. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan sebab akibat
antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan. Hasil dari
penelitian ini adalah hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi dengan
ketimpangan pendapatan menunjukkan hubungan yang searah, dimana laju
pertumbuhan ekonomi mempengaruhi tingkat ketimpangan pendapatan.
Kata kunci: laju pertumbuhan, indeks gini, granger causality
-
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bagian dalam proses
pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang
menyebabkan terjadinya kenaikan pendapatan riil dalam jangka panjang yang
disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi
hanya didefinisikan sebagai kenaikan produk domestik bruto (PDB) atau produk
nasional bruto (PNB) tanpa memandang kenaikan jumlah penduduk dan perubahan
struktur ekonomi atau perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi
utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan. Jumlah penduduk bertambah setiap tahun, sehingga
dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun,
maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap hari (Tulus, 2012). Selain itu,
selama keinginan dan kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa selalu tidak
terbatas, perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan
jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Selanjutnya, usaha
menciptakan pemerataan ekonomi (economic equality) dan stabilitas ekonomi
(economic stability) melalui redistribusi pendapatan (income redistribution) akan
mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi (endang dkk.,
2004).
Pertumbuhan ekonomi mencerminkan perubahan aktivitas ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika
pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan
ekonomi pada periode tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada suatu
periode perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi
pada periode tersebut mengalami penurunan (endang dkk., 2004). Berikut ini grafik
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013:
-
Gambar 1.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Sumber: publikasi (online) world bank, 2014
Berdasarkan pada grafik diatas, dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan
ekonomi di Indonesia selama lima tahun terakhir berfluktuasi. Meskipun demikian,
secara umum pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir
mengalami peningkatan. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi terbesar selama
lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2010 dimana peningkatannya sebesar 1,59 %
dari tahun sebelumnya.
Akan tetapi, Dari sisi penawaran, pertumbuhan penduduk membutuhkan
pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan ekonomi tanpa
disertai dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan
dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (tulus, 2012). pertumbuhan
ekonomi yang tinggi akibat dari peningkatan produk nasional neto yang disebabkan
oleh peningkatan pendapatan yang hanya diterima oleh sebagian orang saja
merupakan indikasi adanya kesenjangan (mubyarto, 2000).
Ketimpangan distribusi kekayaan atau pendapatan dapat dilihat dengan
menghitung rasio gini suatu wilayah atau negara. Koefisien gini merupakan ukuran
ketimpangan agregrat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna)
hingga satu (ketimpangan sempurna) (Todaro, 2012). Angka koefisien gini
mendekati nol, artinya tingkat pemerataan pertumbuhan ekonomi tinggi.
4,63
6,226,49
6,265,78
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
2009 2010 2011 2012 2013
pertumbuhan ekonomi tahun 2009-2013
-
Sedangkan, koefisien gini mendekati satu menunjukkan bahwa tingkat
ketimpangan ekonomi diwilayah tersebut tinggi. Rasio gini Indonesia beberapa
tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar 2.
Rasio Gini Indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2014
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa rasio gini di Indonesia relatif besar dan
persentasenya dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan tingkat pemerataan pendapatan atau kekayaan di Indonesia dari tahun
ke tahun semakin mengecil.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memfokuskan penelitian pada
hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan.
Penulis memberikan batasan penelitian dengan rumusan sebagai berikut: apakah
ada hubungan sebab akibat (kausalitas) antara pertumbuhan ekonomi dengan
ketimpangan pendapatan di Indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari karya tulis ini adalah:
Mengetahui hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan kesenjangan
pendapatan di Indonesia.
Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah:
0,35
0,36
0,37
0,38
0,39
0,4
0,41
0,42
2009 2010 2011 2012 2013
Rasio Gini tahun 2009-2013
-
1) Memberikan rekomendasi bagi pihak pemerintah, dan akademik tentang
pengembangan program-program yang dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi serta mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat.
2) Bagi pemerintah: Memberikan rekomendasi dalam penyusunan dan
pelaksanaan program-program pemerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta mengurangi tingkat
ketimpangan pendapatan masyarakat. Serta, mendorong pemerintah agar
mensosialisasikan program-program tersebut agar masyarakat memahami
tujuan serta manfaat program-program tersebut. Sehingga, diharapkan
ketika program-program tersebut telah dijalankan, maka peningkatan
pertumbuhan ekonomi serta pemerataan tingkat pendapatan dapat tercapai.
3) Bagi akademisi: Memberikan wadah kepada para akademisi merealisasikan
hasil riset yang dimiliki dalam praktik nyata di lapangan.
4) Bagi penulis: Mengoptimalkan peran mahasiswa sebagai agen perubahan ke
arah yang lebih baik bagi Indonesia melalui kontribusi nyata yang solutif
atas fenomena dan permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia
dalam bentuk karya tulis.
-
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi
Secara garis besar, terdapat dua pemikiran utama mengenai pertumbuhan
ekonomi (dilihat dari sisi penawaran agregat/produksi), yakni teori klasik dan teori
modern. Diantara kedua pemikiran tersebut terdapat teori neo-keynesian dan teori
neo-klasik (Tulus, 2012)
a. Teori Klasik
Dasar pemikiran dari teori klasik adalah pembangunan ekonomi
dilandasi oleh sistem liberal, yang mana pertumbuhan ekonomi dipacu oleh
semangat untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
b. Teori Neo-Keynesian
Model pertumbuhan yang masuk didalam kelompok teori neo-
keynesian adalah model dari harrod dan domar yang mecoba memperluas
teori keynes, mengenai keseimbangan pertumbuhan ekonomi dalam
perspektif jangka panjang dengan melihat pengaruh dari investasi, baik pada
permintaan agregrat maupun pada perluasan kapasitas produksi atau
penawaran agregrat, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
c. Teori Neo-Klasik
Pemikiran neo-klasik didasarkan pada kritik atas kelemahan-
kelemahan atau penyempurnaan terhadap pandangan/asumsi dari teori
klasik.
d. Teori Modern
Model pertumbuhan modern ini didasarkan pada paradigma baru
dalam menghitung serta menentukan faktor-faktor yang dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada teori sebelumnya, pertumbuhan
ekonomi dapat dicapai apabila memaksimalkan SDA dan SDM. Namun,
-
dalam model ini, selain kedua faktor tersebut, faktor yang juga menentukan
adalah efektivitas keduanya yang diperoleh dari penggunaan teknologi.
2.2 Koefisien Gini
Koefisien gini merupakan perangkat yang paling mudah digunakan untuk
menghitung tingkat ketimpangan pendapatan relatif di suatu negara. Koefisien gini
diukur dengan cara menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dan
kurva lorenz itu berada. Pada gambar 3, rasio gini adalah rasio daerah A yang diarsir
dibagi dengan luas segitiga BCD. Koefisien gini merupakan ukuran ketimpangan
agregrat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu
(ketimpangan sempurna). (Todaro, 2012)
Gambar 3. Koefisien gini
-
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
a. Pertumbuhan Ekonomi
pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan GDP/GNP tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak
(Arsyad, 2010).
b. Koefisien Gini
koefisien gini merupakan variabel yang digunakan untuk mengukur
tingkat ketimpangan pendapatan pada penelitian ini. koefisien gini adalah
ukuran ketimpangan agregrat yang angkanya berkisar antara nol
(pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna) (Todaro,
2012). Angka koefisien gini mendekati nol, artinya tingkat pemerataan
pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan, koefisien gini mendekati satu
menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan ekonomi diwilayah tersebut
tinggi.
3.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan publikasi (online) world bank. Data
time series yang digunakan adalah data tahunan mulai dari tahun 1984 sampai
dengan tahun 2013
3.3 Metode Penelitian
penelitian ini menggunakan jenis penelitian kausal. Penelitian kausal
merupakan penelitian yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan
antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat (kuncoro, 2009). Untuk menguji hubungan antara
dua variabel yang digunakan, yaitu pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
pendapatan (koefisien gini), maka digunakan analisis granger causality.
Adapun tahapan dalam proses analisis menggunakan granger causality, yaitu
sebagai berikut:
a. uji stasioneritas
-
=1
1
=1
1 +
=1
1
=1
1 + 2
Uji stasioneritas merupakan prasyarat dalam analisis yang
menggunakan granger causality (gujarati, 2004). Uji stasioneritas
digunakan untuk mendeteksi apakah data yang digunakan stasioner atau
tidak (kuncoro, 2011). Ada beberapa macam uji stasioneritas seperti,
Augmented Dickey-Fuller (ADF) dan Phillip Perron (PP). Dalam
penelitian ini, yang digunakan adalah uji Augmented Dickey-Fuller
(ADF).
b. Uji VAR
Uji var digunakan untuk menentukan jumlah lag yang optimal untuk
digunakan dalam uji kausalitas granger (kuncoro, 2011).
c. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui hubungan jangka
panjang antara pertumbuhan dan ketimpangan pendapatan. Pada
penelitian ini digunakan uji kointegrasi yang dikembangkan oleh
Johansen.
d. Granger causality test
Tujuan Granger causality test adalah meniliti apakah A menjadi
sebab terjadinya B, ataukah B yang menjadi sebab terjadinya A, ataukah
hubungan antara A dan B timbal balik. Teknik ini berguna untuk
mengetahui adanya kausalitas antara dua variabel serta arah
kausalitasnya (kuncoro, 2011). Berikut rumusan Granger causality test
:
EGt =
KPt =
-
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Distribusi Pendapatan di Indonesia
Perhitungan pendapatan nasional di Indonesia menggunakan dua macam
pendekatan, yaitu pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran. Dalam
pendekatan produksi, sampai dengan tahun 1993 digunakan 11 sektor produksi,
kemudian sejak tahun 1994 digunakan 9 sektor (endang dkk., 2004). Berikut
persentase laju distribusi pendapatan di Indonesia dari tahun 2009-2014:
Tabel 1.
Distribusi Pendapatan
Distribusi Pendapatan
No Lapangan usaha 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan
13.58 13.17 12.78 12.53 12.26 12.06
2 pertambangan dan penggalian 8.27 8.09 7.72 7.37 7.07 6.72
3 industri dan pengolahan 26.17 25.80 25.72 25.59 25.55 25.50
4 listrik, gas dan air minum 0.79 0.78 0.77 0.77 0.77 0.77
5 Bangunan 6.44 6.48 6.46 6.52 6.58 6.67
6 perdagangan, hotel dan
restauran
16.91 17.30 17.75 18.07 18.09 18.02
7 pengangkutan dan komunikasi 8.82 9.42 9.79 10.13 10.52 10.95
8 keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan
9.60 9.55 9.58 9.66 9.83 9.91
9 jasa-jasa 9.43 9.41 9.44 9.35 9.32 9.40
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2015
Tabel 1. menunjukkan bahwa dari tahun 2009 hingga tahun 2014
penyumbang terbesar pada pendapatan nasional adalah sektor industri dan
pengolahan dengan rata-rata sebesar 26%. Kemudian diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restauran serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan dengan masing-masing memiliki rata-rata sebesar 17.5 % dan 13%.
Sektor yang menyumbang pendapatan nasional terendah adalah listrik, gas, dan air
minum yaitu rata-rata sebesar 0.77% dari total pendapatan nasional.
-
4.2 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Ketimpangan
Pendapatan
4.2.1 Hasil Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas yang dilakukan pada masing-masing variabel
penelitian adalah untuk menguji data yang digunakan stasioner atau tidak.
Uji stasioner digunakan untuk mengetahui data time series yang digunakan
bergerak secara acak (random walk) atau tidak. Berikut ini hasil uji stasioner
melalui uji akar unit dengan metode ADF:
Tabel 2.
Hasil Uji Stasioner Variabel Laju Pertumbuhan
Null Hypothesis: DLJ has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=6) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.392594 0.0000
Test critical values: 1% level -3.711457
5% level -2.981038
10% level -2.629906
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Berdasarkan hasil estimasi uji ADF untuk variabel laju
pertumbuhan, dapat diketahui bahwa data dari variabel laju pertumbuhan
merupakan data stasioner pada tingkat diferensiasi pertama yang dijelaskan
dari nilai ADF yang lebih besar dari nilai kritis MacKinnon. Dengan nilai
absolute ADF 6.392594 dan nilai kritis Mackinnon sebesar 3.711457 pada
tingkat level = 1%.
Tabel 3.
Hasil Uji Stasioner Variabel Indeks Gini Null Hypothesis: DIG has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=6) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.096617 0.0003
Test critical values: 1% level -3.711457
5% level -2.981038
10% level -2.629906
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
-
Berdasarkan hasil estimasi uji ADF untuk variabel indeks gini,
menjelaskan bahwa variabel indeks gini merupakan data stasioner pada
tingkat diferensiasi pertama yang dijelaskan dari nilai ADF yang lebih besar
dari nilai kritis MacKinnon. Dengan nilai absolute ADF 5.096617 dan nilai
kritis Mackinnon sebesar 3.711457 pada tingkat level = 1%.
Dengan demikian kedua variabel yaitu laju pertumbuhan dan indeks
gini merupakan data yang stasioner pada tingkat diferensiasi pertama.
4.2.2 Hasil Uji VAR
Uji var digunakan untuk menentukan jumlah lag yang optimal untuk
digunakan dalam uji kausalitas granger (kuncoro, 2011). Berikut hasil uji
VAR terhadap kedua variabel:
Tabel 4.
Perbandingan lag variabel laju pertumbuhan dan indeks gini
Lag 1 Lag 2 Lag 3 Lag 4 Lag 5 Lag 6
Akaike
Information
Center
0.8422 0.7382 1.0886 1.0912 1.2848 1.4211
Schwarz
Criterion
1.1326 1.0307 1.3831 1.3874 1.5823 1.4211
Lag yang optimal untuk variabel laju pertumbuhan dan indeks gini
berada pada lag 2. Hal ini ditunjukkan oleh nilai akaike information center
dan schwarz criterion yang paling kecil.
4.2.3 Hasil Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan jangka panjang dari persamaan
-
Tabel 5.
Hasil Uji Kointegrasi
Date: 05/07/15 Time: 06:32
Sample (adjusted): 1989 2013
Included observations: 25 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend
Series: DIG DLP
Lags interval (in first differences): 1 to 1
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.651190 42.08077 15.49471 0.0000
At most 1 * 0.467410 15.75006 3.841466 0.0001 Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.651190 26.33071 14.26460 0.0004
At most 1 * 0.467410 15.75006 3.841466 0.0001 Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Dari hasil tersebut menunjukkan nilai trace statistc lebih besar dari
nilai critical value dan nilai max-eigen statistic lebih besar dari critical
value. Hal ini berarti antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan
pendapatan terdapat hubungan jangka panjang.
4.2.4 Hasil Uji Granger Causality
Uji kausalitas granger pada dasarnya digunakan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel secara statistik. Hubungan tersebut dapat
berupa hubungan searah, hubungan timbal balik maupun tidak ada
hubungan. Pada penelitian ini variabel yang diuji adalah laju pertumbuhan
ekonomi dan indek gini Indonesia dari tahun 1986 sampai dengan tahun
-
2013. Berikut adalah hasil dari uji granger causality terhadap kedua
variabel:
Tabel 6.
Hasil uji Granger Causality Pairwise Granger Causality Tests
Date: 04/23/15 Time: 06:04
Sample: 1986 2013
Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. DIG does not Granger Cause DLJ 25 1.92984 0.1713
DLJ does not Granger Cause DIG 3.20231 0.0622
Berdasarkan uji granger causality diatas, menunjukkan bahwa
hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan
pendapatan (indeks gini) adalah hubungan yang searah. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
peningkatan ketimpangan di Indonesia. Dengan kata lain, potongan kue
pendapatan nasional masih dinikmati oleh sebagian orang.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Risso dan
Edgar (2012). Risso dan Edgar mengatakan bahwa ketimpangan pendapatan
merupakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan laju
pertumbuhan ekonomi di China terutama pada masa sebelum reformasi.
-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 kesimpulan
Berdasarkan dari hasil estimasi dan analisis yang dilakukan, dapat ditarik
beberapa kesimpulan:
1. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun 1986 hinga
tahun 2013 berfluktuatif dengan tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada
tahun 1999.
2. Indeks gini Indonesia selama tahun 1986 hingga tahun 2013 berfluktuatif
dengan nilai indeks gini tertinggi terjadi pada tahun 2011 hingga tahun 2013
sebesar 0,41.
3. Hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan indeks gini
dari tahun 1986 hingga tahun 2013 menunjukkan hubungan yang searah,
yaitu perubahan laju pertumbuhan merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan ketimpangan pendapatan (indeks gini).
4. Terdapat hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pendapatan.
5.2 saran
Dalam menyusun serta menetapkan program-program yang bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, hendaknya pemerintah tidak hanya berupaya
untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi melainkan juga bagaimana
kebijakan tersebut dapat bermanfaat untuk masyarakat luas. Sehingga, diharapkan
tingkat ketimpangan pendapatan tidak terlalu besar.
-
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Endang dkk. 2014. Ekonomi Makro Pengantar. Yogyakarta: STIE Yogyakarta.
Gujarati, Damodar N. Basic Econometrics. McGraw-Hill, 2004.
Kucoro, Mudrajat. 2010. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Erlangga
Kuncoro, Mdrajat. 2011. Metode Kuantitatif. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Kuncoro, Mudrajat. 2009. Metode riset untuk bisnis dan ekonomi. Jakarta: Erlangga
Mubyarto. 2000. Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE
Risso, W. Adrian dan Carrera, Edgar J. Sanchez. 2012. Inequality and Economic
Growth In China. Journal Of Chinese Economic and Foreign Trade Studies,
vol. 5, No. 2, 80-90.
Tambunan, Tulus. 2012. Perekonomian Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia
Todaro, P. Michael, Stephen C. Smith. 2012. Economic Development. Boston:
Pearson Education
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia
-
Lampiran
Tahun Laju
Pertumbuhan
Indeks
Gini
1986 5.95 0.34
1987 4.76 0.32
1988 6.02 0.32
1989 7.46 0.33
1990 7.24 0.34
1991 6.95 0.33
1992 6.46 0.33
1993 6.50 0.34
1994 7.54 0.34
1995 8.4 0.34
1996 7.64 0.36
1997 4.7 0.35
1998 -13.13 0.35
1999 0.79 0.31
2000 4.92 0.29
2001 3.64 0.3
2002 4.5 0.33
2003 4.78 0.32
2004 5.03 0.32
2005 5.69 0.33
2006 5.5 0.33
2007 6.35 0.38
2008 6.01 0.37
2009 4.63 0.37
2010 6.22 0.38
2011 6.49 0.41
2012 6.26 0.41
2013 5.78 0.41