Post on 13-Apr-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKODI PT. PERTAMINA
ASPAL GRESIK
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
LAPORAN TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKODI PT. PERTAMINA (PERSERO) PABRIK
ASPAL GRESIK JAWA TIMUR
Attikhah Yana Saputri R0009020
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2012
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO (PERSERO) PABRIK
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Tugas Akhir dengan judul : Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko di PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal
Gresik Jawa Timur
Attikhah Yana Saputri, NIM : R0009020, Tahun : 2012
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir
Program D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari…................. Tanggal…......................
Pembimbing I Sumardiyono, SKM., M. Kes NIP. 19650706 198803 1 002 ……………………………… Pembimbing II Cr. Siti Utari, Dra. M. Kes NIP. 19540505 198503 2 001 ……………………………… Penguji Reni Wijayanti, dr., M. Sc NIP. 19720822 201012 2 001 ………………………………
Surakarta,…............................
Ketua Prodi Tim Tugas Akhir D. III Hiperkes & KK
Cr. Siti Utari, Dra. M. Kes Sumardiyono, SKM., M. Kes NIP. 19540505 198503 2 001 NIP. 19650706 198803 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO DI PT. PERTAMINA (PERSERO) PABRIK ASPAL GRESIK
JAWA TIMUR
Attikhah Yana Saputri*, Sumardiyono*, Cr.Siti Utari*
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya
PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik Jawa Timur dalam mencegah dan mengendalikan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan mengidentifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko di seluruh area.
Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif
tentang identifikasi bahaya dan penilaian resiko di seluruh area PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik Jawa Timur. Data primer berasal dari observasi langsung di tempat kerja dan wawancara langsung dengan penanggung jawab masing-masing tempat. Sedangkan data sekunder berasal dari dokumen dan catatan perusahaan, serta studi kepustakaan.
Hasil : Dari hasil penelitian telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/ MEN/ 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan menurut OHSAS 18001.
Simpulan : Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap
implementasi Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko di seluruh area PT. Pertamina (Persero) Pabrik aspal Gresik tempat yang mempunyai resiko kecelakaan paling tinggi diantaranya : a. Corrugating Machine b. Press Machine c. Single Seam
Kata kunci : Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, dan Pabrik Aspal Gresik * Prodi Diploma III Hiperkes dan KK, FK, UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT IN PT. PERTAMINA (PERSERO) PABRIK ASPAL GRESIK
EAST JAVA
Attikhah Yana Saputri*, Sumardiyono*, Cr.Siti Utari*
Objective : The purpose of this study was to determine how the effort of PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik in East Java in preventing and controlling the occurrence of occupational accidents and occupational diseases by identifying hazards, assessing and controlling risks across the area.
Methods : This study was conducted using descriptive methods of hazard
identification and risk assessment in all areas of the PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik in East Java. Primary data derived from direct observation in the workplace and direct interviews with the person in charge of each place. While secondary data derived from company documents and records, as well as library research.
Results : From the research results are in accordance with the Minister of
Manpower No. Per-05/MEN/1996 on Occupational Safety and Health Management System (SMK3) and according to OHSAS 18001.
Conclusion : Based on observation and assessment of the implementation
of the Hazard Identification and Risk Assessment in all areas of the PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik where the accident has the highest risk include : a. Corrugating Machine b. Press Machine c. Single Seam
Keywords : Hazard Identification, Risk Assessment and Pabrik Aspal Gresik. _____________________________________________________________ *) Study Programs of Diploma III Hiperkes and KK, Faculty of Medicines,
UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini dengan judul “Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko di PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik”. Laporan ini disusun dalam rangka tugas sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan sebagai mahasiswa Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Serta sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa mengenai gambaran dalam bekerja sebagai seorang Ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Perusahaan. Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan sukses dan berhasi tanpa bantuan dari semua pihak baik bersifat material maupun spiritual. Untuk itu, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.D-KR-FINASIM, selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku pembimbing I sekaligus Ketua
Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Cr.Siti Utari,Dra, M.Kes selaku pembimbing II dan tim magang yang banyak membantu dalam penyusunan laporan magang ini.
4. Ibu Reni Wijayanti, dr., M. Sc selaku penguji laporan tugas akhir. 5. Bapak S. Adi Prasetyo, selaku pembimbing I yang mana pengganti dari
pembimbing pertama yaitu Ibu Inggrid Indirawati yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
6. Bapak Zainuddin, selaku pembimbing II serta Kepala Pabrik Aspal Gresik yang telah memberikan ijin serta membimbing saya saat melakukan magang.
7. Ibu Inggrid Indirawati, selaku Pengawas Teknik dan LK3 Pabrik Aspal Gresik yang telah memberikan bimbingan lapangan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
8. Orang tua yang selalu mendoakan saya tanpa henti serta selalu memberi arahan dalam mengambil keputusan, terimakasih atas doa restunya.
9. Adik-adikku dan saudaraku serta keluargaku lainnya yang selalu tidak berhenti menyemangati saya.
10. Teman-teman mahasiswa Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2009.
11. Serta semua pihak yang membantu saya dalam penyusunan laporan ini baik dari pihak PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik dan dari pihak universitas.
Surakarta, Februari 2012 Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI HAMAN JUDUL ............................................................................................ i HAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ............................................. iii ABSTRAK ...................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3 C. Tujuan penelitian ...................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 6
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 6 B. Kerangka Pemikira .................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 42
A. Metode Penelitian ..................................................................... 42 B. Lokasi Penelitian ...................................................................... 42 C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ....................................... 42 D. Sumber Data ............................................................................. 43 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 43 F. Pelaksanaan .............................................................................. 44 G. Analisa Data ............................................................................. 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 45 A. Hasil Penelitian .......................................................................... 45 B. Pembahasan .............................................................................. 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 53 A. Simpulan ................................................................................... 53 B. Saran .......................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59 LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Prioritas Pencapaian .......................................................................... 45 Tabel 2. Panduan Penilaian Tingkat Resiko ................................................... 45 Tabel 3. Keterangan Faktor Severity ............................................................... 46 Tabel 4. Keterangan Faktor Likelihood ........................................................... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR SINGKATAN
APD : Alat Pelindung Diri ASTM : American Society for Testing and Materials dBA : Decibel ampere ILO : International Labour Organization K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja NAB : Nilai Ambang Batas MIGAS : Minyak dan Gas P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan PAG : Pabrik Aspal Gresik P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko di PT. Pertamina (Persero)
Pabrik Aspal Gresik Tahun 2012
Lampiran 2. Jenis Kegiatan yang Memerlukan Pemantauan
Lampiran 3. Jenis Kegiatan yang Memerlukan Pengendalian
Lampiran 4. Jenis Kegiatan yang Memerlukan Perbaikan Tujuan dan Sasaran
Lampiran 5. Keterangan Tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan adanya jalan raya dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di
suatu tempat karena menolong orang untuk pergi atau mengirim barang lebih
cepat ke suatu tujuan. Dengan adanya jalan raya, komoditi dapat mengalir ke
pasar setempat dan hasil ekonomi dari suatu tempat dapat dijual kepada
pasaran di luar wilayah itu. Selain itu, jalan raya juga mengembangkan lalu
lintas ekonomi di sepanjang lintasannya (Martina, 2012).
Pembangunan jalan tidak lepas dari material yang digunakan, salah
satunya adalah aspal. Aspal menurut American Society for Testing and
Materials (ASTM) adalah suatu material yang berwarna coklat tua sampai
hitam, padat atau semi padat yang terdiri dari bitumen-bitumen yang terdapat
di alam atau diperoleh dari residu minyak bumi (Martina, 2012).
Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya.
Hampir tidak ada tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber bahaya.
Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Untuk mengendalikan sumber-sumber bahaya tersebut,
maka sumber-sumber bahaya tersebut harus ditemukan. Untuk menemukan
dan menentukan lokasi bahaya potensial yang dapat mengakibatkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka perlu diadakan identifikasi
sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja (Tarwaka, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Salah satu perusahaan yang mengolah produk dari aspal adalah PT.
Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik yang merupakan salah satu unit dari
Pertamina yang merupakan sektor industri yang mana bergerak di bagian
supply point untuk menyalurkan aspal ke seluruh wilayah Unit Pemasaran V
meliputi Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, sampai ke wilayah Unit Pemasaran
VI, VII, VIII (Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Iria Jaya). Operasi Pabrik
Aspal Gresik terbatas hanya pada pembuatan drum aspal, asphalt filling in
drum, dan aspal curah in bulk (mobil tangki), sedangkan aspalnya (on spec)
didatangkan dari kilang minyak Refinery Unit IV Cilacap serta import.
Perusahaan ini bergerak di bidang migas (minyak dan gas), sehingga terdapat
potensi bahaya yang cukup beresiko pula untuk diketahui dan dikendalikan.
Setiap aktifitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan serta
melalui tahap-tahap proses memiliki resiko bahaya dengan tingkat resiko
yang berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan
karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktifitas kerja di tempat
kerja. Pekerja merupakan aset perusahaan yang sangat penting dalam proses
produksi, sehingga perlu diupayakan agar tingkat kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja selalu dalam keadaan optimal (Tarwaka, 2008).
Untuk itu penulis mengambil judul identifikasi bahaya dan penilaian
resiko di PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik agar dapat
mengidentifikasi sumber dan potensi bahaya yang ada dan bisa melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
penanggulangan awal untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka timbul permasalahan yang mendorong
untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana implementasi Identifikasi
Bahaya dan Penilaian Resiko sebagai langkah awal untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja di PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik
dengan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apakah PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik sudah menerapkan
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko sesuai dengan peraturan atau
standar yang ada ?
b. Apa saja faktor dan potensi bahaya yang ada di PT. Pertamina (Persero)
Pabrik Aspal Gresik ?
c. Apa saja tindakan yang di lakukan setelah diperoleh data nilai resiko
yang ada ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kesesuaian identifikasi bahaya dan penilaian resiko dengan
peraturan atau standar yang ada.
2. Mengetahui faktor dan potensi bahaya di seluruh area PT. Pertamina
(Persero) Pabrik Aspal Gresik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Menentukan tindakan setelah mengetahui tingkat resiko yang ada di
seluruh area PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Perusahaan
a. Sebagai masukan dalam mengidentifikasi potensi bahaya dan faktor
bahaya yang ada di tempat kerjanya secara lebih teliti.
b. Masukan tentang upaya pengendalian potensi bahaya dan faktor
bahaya tersebut agar dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan tindakan yang sesuai agar dalam pengendalian menjadi
efektif.
2. Bagi Penulis
a. Dapat meningkatkan wawasan dalam mengidentifikasi potensi
bahaya dan faktor bahaya yang ada di tempat kerja
b. Dapat melakukan observasi secara langsung sehingga bisa
merencanakan tindakan pengendalian secara praktis agar kecelakaan
tidak terjadi.
3. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Menambah kepustakaan tentang penerapan dan pelaksanaan
identifikasi bahaya dan pengendalian resiko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Menambah informasi data tentang Identifikasi Bahaya dan Penilaian
Resiko tentang perusahaan aspal bagi mahasiswa hiperkes yang
akan melakukan penelitian yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan
menjadi naluri dari setiap makhluk hidup. Sejak manusia bermukim di
muka bumi, secara tidak sadar mereka telah mengenal aspek
keselamatan untuk mengantisipasi berbagai bahaya dari lingkungan
hidup lainnya (Ramli, 2009).
Yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses
pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara
melakukan pekerjaan dan proses produksi. Keselamatan kerja
merupakan tugas semua orang yang berada di perusahaan. Dengan
demikian keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga
kerja dan orang lain yang berada di perusahaan serta masyarakat sekitar
perusahaan yang mungkin terkena dampak akibat suatu proses produksi
industri (Tarwaka, 2008).
Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan
peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia.
Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih
produktivitas kerja yang baik pula. Pekerja yang menuntut produktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi
kesehatan prima (Suma’mur, 2009).
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan atau kedokteran
yang mempelajari bagaimana melakukan usaha preventif dan kuratif
serta rehabilitatif, terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh faktor-faktor pekerjaan lingkungan kerja maupun
penyakit umum dengan tujuan agar pekerja memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial
(Tarwaka, 2008).
Keselamatan dan kesehatan kerja secara praktis atau hukum
merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja
serta begitu pula orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber
dari proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya
(Suma’mur, 1993).
Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah upaya dan
pemikiran untuk menjamin keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohaniah diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada
khususnya beserta hasil karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang
adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan secara keilmuan, keselamatan
dan kesehatan kerja adalah ilmu dan penerapan secara teknis dan
teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta setiap pekerjaan yang
dilakukan (Tarwaka, 2008).
Upaya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja telah bersifat
universal. Berbagai Negara mengeluarkan aturan perundangan untuk
melindungi keselamatan tenaga kerjanya. Di Indonesia dikeluarkan
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Di tingkat
global, perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga mendapat
perhatian ILO (International Labour Organization) melalui berbagai
pedoman dan konvensi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
(Ramli, 2009).
Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Suma’mur
(2009), meliputi :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan
kebakaran.
b. Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja.
c. Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka ringan.
d. Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja
lainnya.
e. Meningkatkan produktivitas.
f. Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal.
g. Menjamin tempat kerja yang aman.
h. Mempelancar, meningkatkan, mengamankan sumber, dan proses
produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Seringkali program Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak berjalan
dan mengalami hambatan karena kurangnya pengertian dan pemahaman
mengenai K3, baik dari pekerja, pengawas, pengusaha ataupun pejabat
pemerintah. Sering timbul anggapan bahwa K3 merupakan pemborosan,
pengeluaran biaya yang sia-sia atau hanya formalitas yang harus
dipenuhi oleh organisasi. K3 masih dianggap sebagai bahan tambahan
bagi organisasi. Persepsi seperti ini sangat menghambat pelaksanaan K3.
Aspek K3 bersifat multi dimensi. Karena itu manfaat dan tujuan K3 juga
harus dilihat dari berbagai sisi seperti dari sisi hukum, perlindungan
tenaga kerja, ekonomi, pengendalian kerugian, sosial dan lainnya
(Ramli, 2009).
Tujuan Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut
Suma’mur (2009), meliputi :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat diakui dan digunakan secara
aman dan efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun.
2. Keselamatan Sistem Kerja
Persyaratan keselamatan kerja menurut Undang-undang No. 1
tahun 1970 adalah sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c. Mencegah dan mengurangi bahay kebakaran
d. Member kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dalam kejadian
kebakaran atau kejadian lainnya
e. Member pertolongan dalam kecelakaan
f. Memberikan Alat Pelindung Diri bagi pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi dan suara atau getaran yang melebihi ambang batas
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik, maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik
k. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
Menurut Tarwaka (2008), setiap keselamatan sistem kerja
digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakan kerja dari suatu tahapan
proses kerja, maka perlu difikirkan dan dipertimbangkan berbagai faktor
yang berkaitan dengan :
a. Keselamatan perancangan atau desain
b. Keselamatan instalasi
c. Keselamatan pabrik dan lingkungan
d. Keselamatan peralatan dan perlengkapan kerja
e. Pengoprasian pabrik, penggunaan peralatan dan perlengkapan kerja
secara benar melalui training dan pengawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
f. Perencanaan perawatan yang efektif terhadap pabrik dan peralatan
kerja
g. Lingkungan kerja yang nyaman melalui penyediaan penerangan dan
ventilasi yang sesuai
h. Tenaga kerja yang kompeten dan terlatih
i. Ketersediaan pengawasan yang reliabel dan kapabel
j. Penegakan peraturan dan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
k. Ketersediaan sarana perlindung diri yang tepat bagi tenaga kerja
l. Penekanan secara terus-menerus terhadap dilaksanakannya metode
kerja yang aman oleh seluruh tenaga kerja pada seluruh tingkatan
m. Tinjauan ulang secara regular terhadap seluruh sistem kerja untuk
menjamin agar :
1) Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
2) Sistem masih dapat dilaksanakan
3) Modifikasi pabrik selalu diperhitungkan
4) Penggantian material diperbolehkan sesuai ketentuan yang aman
5) Metode kerja baru dapat terpadu ke dalam sistem yang sudah ada
6) Penggunaan tehnologi baru harus mendukung sistem kerja yang
dilaksanakan
7) Tindakan pencegahan yang tepat harus diambil meskipun pada
kecelakaan ringan atau kejadian hampir celaka
8) Keterlibatan dan kesadaran secara terus-menerus dari semua
pihak untuk kepentingan di dalam keselamatan sistem kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
n. Umpan balik secara regular mengenai setiap perubahan keselamatan
sistem kerja yang telah ada.
3. Kecelakaan Kerja
Menurut Frank (1989) dalam bukunya Ramli, kecelakaan terjadi
karena adanya kontak dengan suatu sumber energi seperti mekanis,
kimia, kinetik dan fisik yang dapat mengakibatkan cidera pada manusia,
alat, atau lingkungan.
Kecelakaan kerja menurut Tarwaka (2008), adalah kejadian yang
jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga yang dapat
menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau proper maupun
korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang
berkaitan dengannya . Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu
tidak terdapat unsure kesengajaan dan perencanaan. Tidak diharapkan
atau tidak dikehendaki karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian
material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling
berat.
Pada dasarnya kecelakaan ada sebabnya yaitu dapat digolongkan
menjadi dua golongan penyebab menurut Suma’mur (1993), meliputi :
a. Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan
(Unsafe Human)
b. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (Unsafe Condition).
Secara umum penyebab kecelakan kerja menurut Tarwaka (2008)
dan Suma’mur (1993), dapat dikelompokkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
a. Penyebab Dasar atau Asal Mula
Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari
secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakan. Sebab
dasar kecelakaan kerja di industri antara lain meliputi :
1) Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau
pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan K3 di
perusahaannya
2) Manusia atau para pekerja sendiri
3) Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja.
b. Sebab Utama
Sebab utama dari kejadian kecelakan kerja adalah adanya faktor
dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar. Sebab
utama kecelakaan kerja meliputi :
1) Faktor manusia (Unsafe Actions)
2) Faktor lingkungan (Unsafe Conditions)
3) Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja.
Menurut Tarwaka (2008) dan Ramli (2009), secara garis besar
kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi :
1) Kerugian atau biaya langsung
Kerugian langsung, adalah kerugian akibat kecelakaan yang
langsung dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi
seperti :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
a) Biaya pengobatan dan kompensasi
b) Kerusakan sarana produksi.
2) Kerugian atau biaya tidak langsung.
Disamping kerugian langsung, kecelakaan juga
menimbulkan kerugian tidak langsung antara lain :
a) Kerugian jam kerja
b) Kerugian produksi
c) Kerugian sosial
d) Citra dan kepercayaan konsumen
Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata 80-85% kecelakaan
disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Kesalahan tersebut
mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang
membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia,
ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana, atau petugas yang
melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan (Suma’mur, 1981).
Menurut International Labour Organization (ILO), kecelakaan kerja
di industri dapat diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, agen
penyebab atau objek kerja, jenis cidera atau luka dan lokasi tubuh yang
terluka. Klasifikasi kecelakaan kerja di industri secara garis besar dapat
dijelaskan menurut Tarwaka (2008), sebagai berikut :
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
b. Klasifikasi menurut agen penyebabnya
c. Klasifikasi menurut jenis luka dan cideranya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka.
Menurut Ramli (2009), banyak teori dan konsep tentang kecelakaan
kerja yang dikembangkan para ahli, beberapa diantaranya dibahas
berikut ini :
b. Pendekatan energi
Pendekatan energi mengendalikan kecelakaan melalui tiga titik
yaitu dengan :
1) Pendekatan pada sumber baghaya
2) Pendekatan pada jalan energi
3) Pendekatan pada penerima
c. Pendekatan manusia
Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang
menyatakan bahwa 85 % kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia
dengan tindakan yang tidak aman.
d. Pendekatan teknik
Pendekatan teknik menyangkut kondisi fisik, peralatan, material,
proses maupun lingkungan kerjayang tidak aman.
e. Pendekatan administrasi
Pendekatan secara administrasi dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain :
1) Pengaturan waktu dan jalan kerja sehingga tingkat kelelahan dan
paparan bahaya dapat dikurangi
2) Penyediaan alat keselamatan kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan
tentang K3
4) Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja.
f. Pendekatan manajemen
Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang
tidak kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya
pencegahan yang dilakukan antara lain :
1) Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
2) Mengembangkan organisasi K3 yang efektif
3) Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3,
khususnya untuk manajemen tingkat atas.
4. Kecelakan Akibat Kerja
Menurut Suma’mur (1993), kecelakaan akibat kerja adalah
kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan.
Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi disebabkan
oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Kecelakaan
akibat kerja dapat dicegah dengan cara :
a. Peraturan perundangan
b. Standarisasi
c. Pengawasan
d. Penelitian bersifat teknis
e. Dugaan dini
f. Riset medis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
g. Penelitian psikologis
h. Penelitian secara statistik
i. Pendidikan
j. Latihan-latihan
k. Penggairahan
l. Asuransi
m. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.
Menurut Tarwaka (2008), pencegahan kecelakaan kerja yang baik
adalah yang mengandung dan memperhatikan aspek-aspek seperti
tersebut di bawah ini :
a. Desain pabrik
b. Desain komponen dan peralatan pabrik
c. Pengoperasian dan pengendalian
d. Sistem keselamatan
e. Pencegahan kecelakaan manusia dan organisasi
f. Pemeliharaan dan monitoring
g. Pengawasan
h. Mengurangi akibat yang terjadi
i. Pelatihan
j. Sistem pelaporan
5. Potensi Bahaya atau Identifiksi Hazards
Dari berbagai macam pekerjaan atau tugas yang dijalankan
seseorang pasti ada diantaranya yang bersifat kritis dan mengandung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
potensi bahaya besar. Untuk itu perlu diidentifikasi, apa saja tugas dan
pekerjaan yang tergolong berbahaya dan beresiko tinggi (Ramli, 2009).
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya
yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat
menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Gangguan ini dapat
berupa gangguan fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Pengenalan
potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk
mengadakan upaya-upaya pengendalian potensi bahaya dalam rangka
pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi (Tarwaka,
2008).
Di dalam bidang K3, identifikasi resiko disebut juga identifikasi
bahaya sedangkan di dalam bidang lingkungan identifikasi resiko
disebut juga identifikasi dampak (Ramli, 2010).
Pengertian Hazards atau potensi bahaya adalah sesuatu yang
berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit,
kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang
berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Menurut Tarwaka (2008),
hazards mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan
kerugian terhadap :
a. Manusia, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung
terhadap pekerjaan
b. Property, termasuk peralatan kerja dan mesin-mesin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c. Lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan
d. Kualitas produk barang dan jasa
e. Nama baik perusahaan.
Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui
potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat
dan karakteristik bahaya, kita dapat lebih berhati-hati, waspada dan
melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan
(Ramli, 2009).
Identifikasi Hazards merupakan suatu proses yang dapat dilakukan
untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin
timbul di tempat kerja. Langkah pertama untuk menghilangkan atau
mengendalikan Hazards adalah dengan mengidentifikasi atau mengenali
kehadiran Hazards di tempat kerja (Tarwaka, 2008).
Identifikasi bahaya bertujuan untuk mengidentifikasi semua
kemungkinan bahaya atau resiko yang mungkin terjadi di lingkungan
kegiatan dan bagaimana dampak atau keparahannya jika terjadi (Ramli,
2010).
Menurut Tarwaka (2008), hazards dapat dikelompokkan
beredasarkan kategori-kategori umum atau juga disebut sebagai energi
potensi bahaya sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a. Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya
b. Potensi bahaya udara bertekanan
c. Potensi bahaya udara panas
d. Potensi bahaya kelistrikan
e. Potensi bahaya mekanik
f. Potensi bahaya gravitasi dan aselerasi
g. Potensi bahaya radiasi
h. Potensi bahaya mikrobiologi
i. Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi
j. Potensi bahaya ergonomi
k. Potensi bahaya lingkungan kerja
l. Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan jasa,
proses produksi, property, image publik.
Teknik identifikasi bahaya menurut Ramli (2010) diantaranya :
a. Teknik pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya
sendiri secara langsung.
b. Teknik semi proaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena
kita tidak perlu mengalaminya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Metode proaktif
Metode terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara
proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan
akibat atau dampak yang merugikan.
Menurut Tarwaka (2008), secara umum, potensi bahaya lingkungan
kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :
a. Faktor teknik
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan
kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
b. Faktor lingkungan
Yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk
bahan baku, baik produk antara maupun hasil.
c. Faktor manusia
Dimana manusia adalah merupakan atau mengandung potensi
bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan
pekerjaan tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima, baik
fisik maupun psikis.
Bahaya yang terdapat dalam suatu aktivitas organisasi sangat
banyak jenis dan juklahnya. Semakin banyak bahaya yang dapat
diidentifikasi berarti semakin kecil peluang untuk terjadinya kecelakaan.
Namun demikian, tidak ada teknik identifikasi yang mampu menjangkau
100 % dari seluruh bahaya yang ada. Karena itu perlu dilakuakn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
berbagai kombinasi teknik identifikasi yang sesuai dengan kondisi
umum, sifat kegiatan dan sumber bahaya dominan (Ramli, 2010).
Menurut Tarwaka (2008), potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
a. Potensi bahaya fisik
Yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya :
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan
dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran dan radiasi.
b. Potensi bahaya kimia
Yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan yang
digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui cara :
inhalation (melalui jalan pernafasan), ingestion (melalui mulut ke
seluruh pencernaan) atau skin contact (melalui kulit). Terjadinya
pengaruh potensi bahaya kimia ini terhadap tubuh tenaga kerja
sangat tergantung dari, jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya (debu, gas, uap, asap), daya racun bagan (toksisitas),
cara masuk ke dalam tubuh.
c. Potensi bahaya biologis
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara, yang berasal dari
atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyaki-penyakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tertentu, misalnya : TBC, hepatitis A atau B, AIDS dan lain-lain
ataupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses
produksi.
d. Potensi bahaya fisiologis
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh
penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-
norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta
peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,
pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai
dengan kemampuan pekerja ataupun ketidak serasian antara manusia
dan mesin.
e. Potensi bahaya psikososial
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi
aspek-aspek psikologi ketenaga-kerjaan yang kurang baik atau
kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi
tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan
kerja yang diperoleh, serta hubungan antar individu yang tidak
harmonis dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya
tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
f. Potensi bahaya dari proses produksi
Yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
berbagai kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang
sangat tergantung dari : bahan dan peralatan yang dipakai, serta jenis
kegiatan yang dilakukan.
6. Prinsip Identifikasi Potensi Bahaya
Menurut Tarwaka (2008), melalui teknik analisis keselamatan
pekerjaan, maka suatu tugas-tugas atau pekerjaan dapat dipisah-pisahkan
ke dalam suatu langkah-langkah dasar dan masing-masing dianalisis
untuk menemukan potensi bahaya. Dari langkah-langkah dasar
pemisahan pekerjaan, selanjutnya dipertimbangkan masing-masing
langkah untuk menentukan apakah potensi bahaya dapat mengakibatkan
resiko terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan kepada tenaga
kerja. Potensi bahaya di tempat kerja dapat disebabkan dari berbagai
jenis energi sebagai sumber bahaya. Jenis potensi bahaya energi yang
ada di tempat kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan dan kerusakan
dapat diidentifikasi berdasarkan kelompok energi yang digunakan
sebagai berikut :
1) Energi gravitasi dan akselerasi
Seperti terjatuh karena bekerja pada ketinggian, tertabrak oleh
benda, kejatuhan benda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2) Energi listrik
Seperti energi statis penyebab peledakaan, loncatan arus pendek,
bekerja dengan peralatan listrik yang tidak aman.
3) Energi mekanik
Seperti terpotong, tergunting, terbentur dan bekerja dengan
peralatan mekanik yang tidak aman.
4) Energi kimia
Seperti keracunan, korosi, peledakan, kanker.
5) Energi panas
Seperti kebakaran, terbakar, tekanan panas.
6) Energi tekanan atau pressure
Seperti kebocoran, peledakan.
7) Energi kebisingan dan vibrasi
Seperti kehilangan daya dengar, cidera jaringan tubuh.
8) Energi radiasi
Seperti kerusakan jaringan, terbakar, kerusakan mata, kanker
kulit.
9) Energi peledakan
Seperti kebakaran dan peledakan.
10) Energi manusia
Seperti patah tulang, hernia, keseleo.
11) Energi mikrobiologi
Seperti virus, gigitan serangga, bakteri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Menurut Tarwaka (2008), identifikasi potensi bahaya merupakan
suatu cara untuk menemukan situasi yang mana sumber energi yang
digunakan di tempat kerja tanpa adanya pengendalian yang memadai.
Pada kebanyakan kasus, bahwa kecelakaan dan kerugian terjadi karena
adanya kontak dengan sumber energi yang melampaui nilai ambang
batas tubuh atau struktur bahan. Sumber-sumber energi sebagai sumber
bahaya yang ada, sangat tergantung dari jenis dan kondisi tempat
kerjanya, dan semuanya mempunyai potensi untuk menyebabkan
gangguan sekecil apapun resikonya. Potensi bahaya di tempat kerja
secara umum dapat diidentifikasi melalui :
a. Analisis kecelakaan, cidera dan kejadian hampir celaka
Sistem pelaporan kecelakaan yang efektif yang memuat tentang
investigasi kecelakaan dan tindakan perbaikan yang dilakukan oleh
pihak manajemen dan pengurus P2K3 merupakan hal yang sangat
penting di dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja.
b. Konsultasi dengan pekerja
Pekerja merupakan orang yang tepat dan sering mengetahui
keadaan yang sebenarnya yang berkaitan dengan potensi bahaya
yang dihadapi, sehingga sangat tepat bila mereka dilibatkan dalam
proses identifikasi bahaya dan evaluasi resiko di tempat kerjanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c. Walk Through survey
Identifikasi potensi bahaya dapat dilakukan melalui Walk
through survey langsung di tempat kerja dengan menggunakan
checklist yang sesuai dengan kondisi bahaya yang ada di tempat
kerja masing-masing.
7. Pengaruh Potensi Bahaya Terhadap Tenaga Kerja
Menurut Tarwaka (2008), penyakit akibat kerja akan timbul apabila
potensi bahaya yang memapari tenaga kerja berada dalam waktu dan
kadar yang melebihi Nilai Ambang Batas yang diperkenankan.
Tergantung dari jenis dan potensi bahaya yang ada, maka dikenal
berbagai pengaruh potensi bahaya terhadap kesehatan tenaga kerja yang
terpapar, seperti :
a. Secara fisik
Dimana potensi bahaya fisik yang ada akan menyebabkan
gangguan-gangguan atau kerusakan pada bagian-bagian tubuh
tertentu, misalnya :
1) Kebisingan yang melebihi NAB (>85 dBA), bisa menyebabkan
kerusakan pada telinga sehingga timbul ketulian yang bersifat
sementara maupun tetap setelah terpapar untuk jangka waktu
tertentu dan tanpa proteksi yang memadai.
2) Iklim kerja yang terlalu panas,bisa menyebabkan meningkatnya
pengeluaran cairan tubuh melalui keringat sehingga bisa terjadi
dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya yang lebih berat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3) Getaran yang kuat dan terus menerus bisa menyebabkan
gangguan atau kerusakan pada otot, tulang dan saraf.
4) Penerangan yang tidak baik (kurang terang, silau)bisa
menyebabkan kelelahan dan kerusakan pada mata.
5) Radiasi yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan-jaringan tubuh, dan bila berlangsung untuk waktu yang
lama dan terus-menerus bisa menyebabkan timbulnya kanker.
6) Pelaksanaan pekerjaan yang tidak benar dan tidak sesuai dengan
norma-norma ergonomi bisa menyebabkan kelelahan dengan
segala akibatnya, gangguan musculoskeletal dan bisa
berlangsung terus-menerus untuk waktu yang lama bisa timbul
perubahan bentuk tubuh.
b. Secara psikis
Di mana adanya potensi bahaya lingkungan kerja yang
mempengaruhi tenaga kerja secara psikologis yang menyebabkan
rasa tidak aman dan rasa takut dalam melaksanakan pekerjaannya.
Keadaan seperti ini di samping menyebabkan penurunan
produktivitas kerja, juga akan dapat menyebabkan gangguan
psikologis bagi tenaga kerja, misalnya dengan terjadinya konflik
dalam diri tenaga kerja yang bila tidak segera diatasi dapat
menyebabkan timbulnya stres kerja, baik perorangan ataupun
kelompok. Hubungan antara manusia di dalam suatu organisasi kerja
atau pekerjaan sangat menentukan keberhasilan tenaga kerja dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
melakukan tugasnya sehingga perlu dibina dan ditingkatkan, untuk
menciptakan suatu ketenangan bekerja dan berusaha di dalam tempat
kerja.
c. Secara lokal
Di mana potensi bahaya yang mengenai bagian-bagian tubuh
misalnya : dermatitis atau eczema yang dapat terjadi sebagai akibat
kontak dengan bahan-bahan iritan, gangguan paru akibat inhalasi
debu yang ada dalam udara, sesak nafas sebagai akibat inhalasi
bahan-bahan yang bersifat asfiksian, kerusakan jaringan secara lokal
sebagai akibat kecelakan kerja.
d. Secara sistemik
Di mana potensi bahaya yang ada akan masuk ke dalam aliran
darah dan akan menyebabkan kerusakan jaringan atau organ tubuh
bagian dalam, sehingga terjadi gangguan kesehatan secara umum,
misalnya : bahan kimia beracun, bahan dalam bentuk gas, uap,
kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara, bisa masuk ke dalam
aliran darah tubuh melalui saluran pernafasan maupun pencernaan,
dan bisa menyebabkan gangguan atau perubahan pada berbagai
organ tubuh sehingga terjadi gejala-gejala secara umum.
e. Secara khusus
Beberapa jenis bahan berbahaya dapat menyebabkan gangguan
khusus pada bagian tubuh tertentu, seperti merusak saraf, merusak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
jaringan otak, menyebabkan kelainan darah (pembentukan dan
pematangan sel-sel darah).
8. Evaluasi potensi bahaya lingkungan kerja
Menurut Tarwaka (2008), setelah semua potensi bahaya yang ada
dapat dikenal dan diketahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, maka
langkah selanjutnya adalah melakukna evaluasi potensi bahaya tersebut
sebagai persiapan pelaksanaan upaya pengendalian selanjutnya. Dalam
melakukan evaluasi potensi bahaya ini harus diperhatikan beberapa hal,
antara lain :
a. Identifikasi potensi bahaya
b. Pengukuran potensi bahaya
c. Sampling
d. Standardisasi
e. Biological monitoring
f. Record keeping.
Sedangkan menurut Ramli (2009), langkah-langkah proses
pengembangan manajemen resiko dengan :
a. Pemetaan aktifitas
b. Melakukan identifikasi bahaya
c. Melakukan analisa resiko
d. Melakukan evaluasi resiko
e. Pengendalian resiko
f. Komunikasi resiko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
g. Dokumentasi manajemen resiko
h. Implementasi manajemen resiko.
9. Penilaian Resiko
Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan penilaian
resiko yang bertujuan untuk mengevaluasi besarnya resiko serta skenario
dampak yang akan ditimbulkan (Ramli, 2009).
Resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau
kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.
Sedangkan tingkat resiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan
dan keparahan kecelakaan atau cidera dan sakit yang mungkin timbul
dari pemaparan suatu hazards di tempat kerja (Tarwaka, 2008).
Resiko K3 adalah resiko yang berkaitan dengan sumber bahaya
yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia,
peralatan, material, dan lingkungan kerja (Ramli, 2010).
Tingkat resiko merupakan kombinasi dari kemungkinan kejadian
dan keparahannya. Suatu resiko yang kemungkinan terjadinya sangat
tinggi, dan jika terjadi akan menimbulkan bencana dan korban yang
sangat besar, maka resiko tersebut dapat digolongkan sebagai ekstrem
(Ramli, 2009).
Kita akan banyak menemui hazards di tempat kerja, beberapa di
antaranya tentu dapat kita kendalikan dengan sedikit atau tanpa beaya.
Tetapi beberapa hazards lainnya hanya akan dapat di kendalikan melalui
perubahan yang signifikan terhadap aktifitas pekerjaan, peralatan, bahan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
bahan yang digunakan, desain stasiun kerja atau area kerja. Apabila kita
tidak dapat mengendalikan seluruh hazards di tempat kerja secara
langsung, kita perlu menentukan mana-mana yang harus kita kerjakan
pertama kali untuk mengendalikannya. Untuk dapat menentukan
prioritas mana hazards yang sangat serius, kita harus melakukan
penilaian resiko. Beberapa hazards mungkin kurang berpotensi untuk
terjadi, tetapi apabila terjadi akibatnya sangat fatal. Sementara hazards
yang lain mungkin mempunyai potensi yang sering terjadi, tetapi
akibatnya mungkin kurang berbahaya. Dengan demikian kita perlu
membuat keputusan tentang tingkat kekerapan dan tingkat keparahan
dari masing-masing hazards yang ada di tempat kerja (Tarwaka, 2008).
Resiko harus ditekan, namun memiliki keterbatasan seperti faktor
biaya, teknologi, kepraktisan, kebiasaan dan kemampuan
menjalankannya dengan konsisten. Suatu resiko misalnya dapat ditekan
dengan menggunakan teknologi canggih untuk penyediaan sistem
pengaman, namun dampaknya biaya akan meningkat sehingga tidak
dapat diterima secara ke ekonomian (Ramli, 2009).
Menurut Tarwaka (2008), di dalam menilai suatu resiko bahaya di
tempat kerja, secara umum kita perlu mempertimbangkan apa akibat
atau resiko terburuk apabila itu terjadi dan berapa sering kemungkinan
itu terjadi. Hal-hal atau resiko terburuk yang mungkin terjadi antara lain
meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a. Cidera
Jari terputus, seseorang meninggal dunia akibat kecelakaan atau
keracunaan, akibat kronis atau akut, tidak mampu bekerja untuk
beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan.
b. Sakit
Gangguan fungsi paru secara permanen, sakit kepala, muntah-
muntah karena keracunan, ketulian menetap dan stress.
c. Kerusakan
Apakah terjadi peledakan, kebakaran, pelepasan racun bahan-
bahan kimia, mesin-mesin tidak bisa beroperasi lagi.
d. Biaya
Pabrik tidak bisa berproduksi, banyak kehilangan pekerja
terampil, beaya perawatan kesehatan dan image public.
e. Keselamatan umum
Apakah ada orang lain yang terkena dampaknya, apakah
pelanggan menderita kerugian.
Langkah berikutnya setelah resiko ditentukan adalah melakukan
evaluasi apakah resiko tersebut dapat diterima atau tidak, merujuk
kepada kriteria resiko yang berlaku atau ditetapkan oleh manajemen
organisasi. Resiko yang dapat diterima sering diistilahkan sebagai As
Low As Reasonably Practicable, yaitu tingkat resiko terendah yang
masuk akal dan dapat dijalankan (Ramli, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Menurut Tarwaka (2008), proses penilaian resiko dapat dilakukan
dengan cara :
a. Estimasi tingkat kekerapan
Estimasi terhadap tingkat kekerapan atau keseringan terjadinya
kecelakaan atau sakit akibat kerja, harus mempertimbangkan tentang
berapa sering dan berapa lama seorang tenaga kerja terpapar potensi
bahaya. Dengan demikian kita harus membuat keputusan tentang
tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi untuk setiap
potensi bahaya yang diidentifikasi. Untuk dapat membuat Estimasi
terbaik maka kita harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Jumlah orang yang terpapar potensi bahaya
2) Beberapa sering mereka terpapar dan berapa lama waktu
pemaparan dalam setiap harinya
3) Laporan kecelakan yang lalu, laporan kejadian hampir celaka,
dan laporan yang dibuat oleh tenaga kerja dan supervisor
4) Laporan pertolongan pertama pada kecelakaan
5) Laporan kompensasi jaminan sosial tenaga kerja yang
berhubungan dengan kecelakaan dan sakit akibat kerja
6) Sarana pengendalian resiko yang telah diimplementasikan di
tempat kerja
7) Informasi yang didapat selama proses identifikasi potensi
bahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Estimasi tingkat keparahan
Setelah kita dapat mengasumsikan tingkat kekerapan kecelakaan
atau sakit yang terjadi, selanjutnya kita harus membuat keputusan
tentang seberapa parah kecelakan atau sakit yang mungkin terjadi.
Penentuan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan juga memerlukan
suatu pertimbangan tentang berapa banyak orang yang ikut terkena
dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh manusia saja
yang dapat terpapar potensi bahaya.
c. Penentuan tingkat resiko
Setelah dilakukan estimasi atau penaksiran terhadap tingkat
kekerapan dan keparahan terjadinya kecelakaan atau penyakit yang
mungkin timbul, selanjutnya dapat ditentukan tingkat resiko dari
masing-masing hazard yang telah diidentifikasi dan dinilai.
d. Prioritas resiko
Setelah dilakukan penentuan tingkat resiko, selanjutnya harus
dibuat skala prioritas resiko untuk setiap potensi bahaya yang
diidentifikasi dalam menyusun rencana pengendalian resiko. Potensi
bahaya dengan tingkat resiko urgent harus menjadi prioritas utama,
diikuti tingkat resiko high, medium dan terakhir tingkat resiko low.
Sedangkan tingkat resiko none untuk sementara dapat diabaikan dari
rencana pengendalian resiko, namun tidak menutup kemungkinan
untuk tetap menjadi prioritas terakhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
10. Pengendalian Resiko
Apabila suatu resiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja
telah diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian resiko harus
diimplementasikan untuk mengurangi resiko sampai batas-batas yang
dapat diterima berdasarkan ketentuan, peraturan dan standar yang
berlaku (Tarwaka, 2008).
Pengendalian resiko merupakan langkah menentukan dalam
keseluruhan manajemen resiko. Berdasarkan hasil evaluasi dan analisa
resiko, dapat ditentukan apakah suatu resiko dapat diterima atau tidak.
Jika resiko dapat diterima, tentunya tidak perlu langkah pengendalian
lebih lanjut (Ramli, 2009).
Menurut Tarwaka (2008), di dalam memperkenalkan suatu sarana
pengendalian resiko, harus mempertimbangkan apakah sarana
pengendalian resiko tersebut dapat diterapkan dan dapat memberikan
manfaat kepada masing-masing tempat kerjanya. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan antara lain :
a. Tingkat keparahan potensi bahaya atau resikonya
b. Adanya pengetahuan tentang potensi bahaya atau resiko dan cara
memindahkan atau meniadakan potensi bahaya atau resiko
c. Ketersediaan dan kesesuaian sarana untuk memindahkan atau
meniadakan potensi bahaya
d. Beaya untuk memindahkan atau meniadakan potensi bahaya atau
resiko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pengendalian resiko harus dilakukan secara komprehensif dan
menjangkau semua aktivitas yang ada dalam organisasi. Sesuai dengan
prinsip manajemen K3, hasil manajemen resiko akan menentukan arah
dan bentuk manajemen K3 yang akan dikembangkan dalam organisasi
sehingga penerapannya tidak salah arah atau virtual. Oleh karena itu
proses pengembangan manajemen resiko sangat menentukan efektifitas
pelaksanaan K3 dalam organisasi, sehingga harus dilakukan secara
terencana dan efektif (Ramli, 2009).
Menurut Tarwaka (2008), pengendalian resiko dapat mengikuti
pendekatan hirarki pengendalian. Hirarki pengendalian resiko adalah
suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalin resiko yang
mungkin timbul yang terjadi dari beberapa tingkat secara berurutan. Di
dalam hirarki pengendalian resiko terdapat dua pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan “Long Term Gain” yaitu pengendalian berorientasi
jangka panjang dan bersifat permanen dimulai dari pengendalian
substitusi, eliminasi, rekayasa teknik, isolasi atau pembatasan,
administrasi dan terakhir jatuh pada pilihan penggunaan alat
pelindung diri
b. Pendekatan “Short Term Gain” yaitu pengendalian berorientasi
jangka pendek dan bersifat temporari atau sementara. Pendekatan
pengendalian ini diimplementasikan selama pengendalian yang
bersifat lebih permanen belum dapat diterapkan. Pilihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pengendalian resiko ini dimulai dari penggunaan alat pelindung diri
menuju ke atas sampai dengan subsitusi.
Hirarki pengendalian resiko menurut Tarwaka (2008) dan Ramli
(2009) diantaranya :
a. Eliminasi
Eliminasi merupakan suatu pengendalian resiko yang bersifat
permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas
pertama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja
atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang
kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan,
peraturan atau standar baku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
atau kadarnya melalui Nilai Ambang Batas (NAB) diperkenankan.
Eliminasi adalah cara pengendalian resiko yang paling baik, karena
resiko terjadinya kecelakaan dan sakit akibat potensi bahaya
ditiadakan. Namun pada prakteknya pengendalian dengan cara
eliminasi banyak mengalami kendala karena keterkaitan antara
sumbrt bahaya dan potensi bahaya saling berkaitan atau menjadi
sebab dan akibat.
b. Subsitusi
Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan
dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan
peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga
pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Contohnya adalah penggunaan solar yang bersifat mudah terbakar
dan reaktif yang biasa dipakai untuk bahan pembersih perkakas
bengkel diganti dengan bahan deterjen atau sabun.
c. Rekayasa teknik
Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur
objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar pada potensi bahaya,
seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan,
pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat
bantu mekanik, pemberian absorber suara pada dinding ruang mesin
yang menghasilkan kebisingan tinggi
d. Isolasi
Isolasi merupakan pengendalian resiko dengan cara memisahkan
seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin
produksi dari tempat tertutup menggunakan remote control.
e. Pengendalian administrasi
Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu
sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang
terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung
dari prilaku pekerjaan dan memerlukan pengawasan yang teratur
untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode ini
meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1) Rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan
ditangani
2) Pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat
3) Rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan
4) Penerapan prosedur kerja
5) Pengaturan kembali jadual kerja
6) Training keahlian dan training K3.
f. Alat pelindung diri (APD)
Alat pelindung diri secara umum merupakan sarana pengendalian
yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara mana
kala sistem pengendalian yang lebih permanen belum dapat
diimplementasikan. APD merupakan pilihan terakhir dari suatu
sistem pengendalian resiko ditempat kerja. Hal ini disebabkan karena
penggunaan APD mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
1) APD tidak menghilangkan resiko bahaya yang ada, tetapi hanya
membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang
diterima. Bila penggunaan APD gagal, maka secara otomatis
bahay yang ada akan mengenai tubuh pekerja.
2) Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena
kekurangleluasaan gerak pada waktu kerja dan dirasakan adanya
beban tambahan karena harus dipakai selama bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Kerangka Pemikiran
Kegiatan operasional di seluruh
area Pertamina
Sumber Bahaya:
- Manusia
- Bangunan, Peralatan dan
Instalasi
- Bahan/ Material
- Cara kerja
- Lingkungan kerja
Potensi Bahaya:
- Unsafe Condition
- Unsafe Human act
Proses IBPR:
a. Identifikasi
b. Penilaian
Tidak Ada
Analisis
Upaya
Pengendalian
Resiko Kecelakaan
Terkendali
Tercipta Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Tempat
Kerja
Resiko
Kecelakaan
Lost
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang diambil adalah penelitian deskriptif, dimana
penulis memberikan gambaran yang jelas terhadap project penelitian dan data
yang diperoleh dipergunakan sebagai bahan penulisan laporan. Penelitian
deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan mendiskripsikan atau
memaparkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kini dan lebih
menekankan pada data factual dari pada penyimpulan (Arif , 2003).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di seluruh area PT. Pertamina (Persero) Pabrik
Aspal Gresik yang berlokasi di Jalan Harun Tohir RT 02/RW 06
Pulopancikan Gresik, Jawa Timur.
C. Objek dan Ruang lingkup Penelitian
Obyek yang diteliti dalam penelitiaan ini adalah gambaran penerapan
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko atau IBPR di seluruh area PT.
Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik antara lain pada area :
1. Penimbunan dan penyaluran aspal melalui pipa-pipa.
2. Produksi drum.
3. Teknik.
4. Utilities.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
5. LK3.
6. Ruangan umum meliputi :
a. Ruang administrasi
b. Toilet
c. Photocopy
D. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber
dari data primer yaitu :
Mengadakan observasi langsung mengenai identifikasi bahaya dan
penilaian resiko terhadap sumber bahaya di tempat kerja dan bagaimana
penerapan yang telah dilakukan di PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal
Gresik.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu :
observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap
penerapan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko yang ada di PT.
Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pihak yang berhubungan dengan
obyek penelitian baik tenaga kerja, staf warehouse departement maupun
SHE departement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
3. Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari
dokumen-dokumen serta catatan-catatan perusahaan yang berhubungan
dengan obyek yang diteliti.
4. Studi Pustaka
Dilakukan untuk memperoleh pengetahuan secara teoritis dengan
membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan obyek penelitian.
F. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan penelitian dilakukan di seluruh area di PT.
Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik Jawa Timur. Pelaksanaan magang
dimulai dari tanggal 15 Februari 2012 sampai dengan 9 April 2012.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dibahas secara diskriptif yaitu dengan cara
menggambarkan masalah mengenai penerapan “Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Resiko” terhadap tempat-tempat yang mempunyai potensi bahaya
yang tinggi yang digunakan pada setiap proses yang dilakukan di seluruh area
PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik dan cara kerja yang diterapkan
sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT. Pertamina (Persero)
Pabrik Aspal Gresik Jawa Timur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil observasi langsung mengenai, Identifikasi Bahaya dan Penilaian
Resiko di Seluruh Area PT. Pertamina (Persero) Pabrik Aspal Gresik Tahun
2012 tersaji pada lampiran 1 .
Setelah dilakuakukan identifikasi dan penilaian resiko dapat
dikelompokkan menurut prioritas pencapaian yang dilakukan hal ini tersaji
pada tabel 1.
Tabel 1. Prioritas Pencapaian
Ketentuan Pengisian Prioritas Jumlah
Prioritas Risk Pengendalian/Control
I I - II Pemantauan 129
II III Pengendalian 12
III IV Tujuan&Sasaran 3
Total 144
Sumber : Data Primer, 2012
Keterangan panduan penilaian tingkat resiko yang terdapat pada tabel
identifikasi bahaya dan penilaian resiko tersaji pada tabel 2.
Tabel 2. Panduan Penilaian Tingkat Resiko
LIK
ELIH
OOD
SEVERITY
RISK = LIKELIHOOD X
SEVERITY
SLIGHTLY
HARMFUL (S)
NILAI < 15
HARMFUL (H)
15 < NILAI < 23
EXTREMELY
HARMFUL (E)
23 < NILAI < 30
HIGHLY UNLIKELY (HU)
NILAI < 12 TRIVIAL RISK (I) TOLERABLE RISK
(II) MODERATE
RISK (III)
UNLIKELY (UL)
12 < NILAI < 24 TOLERABLE RISK
(II) MODERATE
RISK (III)
SUBSTANTIAL
RISK(IV)
LIKELY (LK)
24 < NILAI < 40 MODERATE
RISK (III)
SUBSTANTIAL
RISK(IV)
INTOLERABLE
RISK (V)
Sumber : Data Sekunder, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Keterangan Faktor Severity yang terdapat pada tabel identifikasi bahaya dan
penilaian resiko tersaji pada tabel 3.
Sumber : Data Sekunder, 2012
No Faktor Severity Nilai Keterangan
1 Nilai Kerugian
(NK)
Definisi
Nilai kerugian terhadap manusia dan property
1 Rendah, x < Rp. 1.000.000
5 Medium, Rp. 1.000.000 < x < Rp. 10.000.000
10 Tinggi, x > Rp. 10.000.000
2 Jumlah Pekerja
Yang Terpapar (JP)
Definisi
Terpapar terhadap bahaya potensial yang terjadi
1 Sedikit orang sekali dalam setahun (Jarang)
3 Beberapa orang setiap bulan (Tidak Biasa)
5 Beberapa orang setiap minggu (Kadang-kadang)
7 Sedikit orang sekali setiap hari (Sering)
10 Banyak orang berkali-kali setiap hari (terus menerus)
3 Dampak Terhadap
Manusia (DO)
Definisi Mengacu kepada akibat yang terjadi kepada fisik dan mental
manusia
1 Tidak menimbulkan cidera
3 Ringan ; memerlukan P3K (tergores, memar, iritasi mata,
pusing, bising, ketidaknyamanan)
5 Sedang ; memerlukan perawatan medis lebih lanjut
/pemeriksaan berkala (luka bakar, terpotong, luka yang
terkoyak, patah tulang, terkilir serius, tuli, asma, gegar otak,
cacat minor permanen)
7 Berat ; (cacat tetap, Amputasi, patah tulang berat, keracunan,
luka kompleks, luka fatal, kanker, penyakit mematikan,
penyakit fatal akut, kematian)
10 Mengacu kepada akibat yang terjadi kepada fisik dan mental
manusia
4 Frekuensi dan Lama
Paparan atau
Frekuensi kondisi
yang terjadi (FP)
Definisi
Frekuensi dan lamanya paparan bahaya potensial kepada
pekerja
10 Atau suatu kondisi yang terjadi pada waktu tertentu
7 Harian, terus menerus
5 Harian, tidak terus menerus
3 Mingguan
1 Bulanan
5 Gangguan terhadap
Operasi (PP)
Definisi
Proses Operasi (Penyaluran) yang sedang berlangsung
10 Menyebabkan proses operasi berhenti 1 hari atau lebih
5 Menyebabkan proses operasi berhenti dibawah 1 hari
1 Tidak menyebabkan proses operasi berhenti
Tabel 3. Keterangan Faktor Severity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Keterangan Faktor Likelihood yang terdapat pada tabel identifikasi bahaya dan
penilaian resiko tersaji pada tabel 4.
Tabel 4. Keterangan Faktor Likelihood
No Faktor Likelihood Nilai Keterangan
1 Pengaruh ke
Lingkungan (PL)
Definisi Paparan dari bahaya potensial kepada lingkungan di
sekitar bahaya potensial yang ada
1 Tidak ada pengaruh
5 Lokasi sekitar sumber bahaya potensial yang ada
10 Sampai keluar lokasi sekitar sumber bahaya potensial
yang ada
2 Pemakaian APD
(PA)
Definisi
Pemakaian Alat Pelindung Diri oleh dan untuk pekerja
1 Tersedia APD dan ditaati, tersedia pengendalian resiko
yang cukup
5 Tersedia APD dan tidak ditaati
10 Tidak disediakan APD, tidak tersedia pengendalian
resiko yang cukup
3 Sejarah
Kecelakaan dan
Keluhan (SK)
Definisi Kejadian kecelakaan dan keluhan (yang terjadi pada
metode sistem yang sama) yang telah tercatat dan
terekam
1 Belum pernah ada kecelakaan, keluhan
5 Belum pernah ada kecelakaan, ada keluhan
10 Pernah terjadi kecelakaan
4 Perundangan /
Persyaratan
Lainnya (PU)
Definisi
Perundangan dan persyaratan K3 yang terkait
1 Tidak ada UU/persyaratan lainnya
5 Ada UU / persyaratan lainnya dan dipatuhi
10 Ada UU / persyaratan lainnya dan tidak dipatuhi
Sumber : Data Sekunder, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
B. Pembahasan
Identifikasi dan penilaian resiko yang sudah dilakukan di PAG sudah
sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), menempatkan manajemen resiko
sebagai salah satu elemen penting antara lain pada klausal 2.2.1, menebutkan
“perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko”.
Sedangkan salah satu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yang berlaku secara global adalah OHSAS 18001. Menurut OHSAS
18001, mengelola resiko terbagi atas tiga bagian yaitu Hazard Identification,
Rick Assessment dan Risk Control, biasanya dikenal dengan HIRARC.
Pada pokok-pokok persyaratan OHSAS 18001 klausal 4.3 tentang analisa
bahaya K3 dan pengendaliannya, persyaratan perencanaannya meliputi :
1. Identifikasi bahaya dan evaluasi resiko
2. Mengembangkan metodelogi untuk mengidentifikasi bahaya dan
pengendalian resiko
3. Menetapkan prosedur untuk mengidentifikasi bahaya dan pengendalian
resiko
4. Impementasi identifikasi bahaya dan pengendalian resiko
5. Memelihara metode dan prosedur identifikasi bahaya dan penilaian resiko
6. Kurangi resiko melalui pilihan pengendalian
7. Tetapkan prosedur untuk memilih teknik pengendalian
8. Implementasi prosedur pengendalian resiko
9. Memelihara prosedur pengendalian resiko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
OHSAS 18001 mewajibkan organisasi untuk membuat prosedur
perencanaan yang baik. Perencanaan K3 yang baik dimulai dengan melakukan
identifikasi bahaya, penilaian resiko, dan penentuan pengendaliannya.
Perencanaan menurut OHSAS 18001 terdiri dari tiga elemen yaitu :
1. Klausul 4.3.1. Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan menentukan
pengendalian resiko.
2. Klausul 4.3.2. Persyaratan hukum dan lainnya
3. Klausul 4.3.3. Objektif dan program K3.
PT. Pertamina (Perero) Pabrik Aspal Gresik telah melakukan identifikasi
bahaya dan penilaian resiko secara rutin setiap satu tahun sekali. Jadi PT.
Pertamina (Perero) Pabrik Aspal Gresik sudah memenuhi peraturan
Permenaker No. Per-05/ MEN/ 1996 dan OHSAS 18001 khususnya tentang
identifikasi bahaya dan evaluasi resiko.
Dari identifikasi dan penilaian resiko selanjutnya dilakukan
pengelompokan tindakan-tndakan sebagai berikut :
a. Melakukan pemantauan tersaji pada lampiran 2
b. Melakukan pengendalian tersaji pada lampiran 3
c. Perbaikan tujuan dan sasaran tersaji pada lampiran 4.
Setelah pengelompokan identifikasi dan penilaian resiko yang ada
selanjutnya dilakukan tahap berikut ini :
1. Pemantauan yang bisa dilakukan diantaranya :
a. Melakukan inspeksi atau pengecekan secara rutin.
b. Pemantauan kadar udara yang ada disekitar pelabuhan secara rutin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
c. Pengukuran suhu di tempat kerja secara rutin.
d. Pemantauan jalur pipa secara rutin.
e. Memantau tata kerja para pegawai apakah alat yang ada digunakan sesuai
dengan tata kerja penggunaan alat atau tidak.
f. Pemantauan isi kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan P3K.
g. Pemantauan atau pengecekan kesehatan tenaga kerja secara rutin.
h. Pemantauan penjagaan di area pertamina.
i. Pemantauan atau pengecekan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) secara
rutin.
2. Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengatasi potensi bahaya yang ada
dengan cara :
a. Pemberian aba-aba saat kapal akan bersandar.
b. Memasang penangkal petir yang dihubungkan dengan grounding.
c. Pelatihan Organisasi Keadaan darurat (OKD) untuk menanggulangi
keadaan darurat.
d. Melakukan pengecekan kabel secara rutin.
e. Jika terdapat ceceran aspal segera dibersihkan.
f. Penghijauan atau reboisasi di sekitar tempat kerja agar udara sekitar
sejuk.
g. Jika ada ceceran pelumas atau oli segera di taburi denga serbuk gergaji
atau pasir agar pelumas atau oli menempel di pasir atau serbuk gergaji
dan mudah di bersihkan.
h. Rotasi pekerja sesuai dengan jenis mesinnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
i. APAR disediakan di tempat-tempat yang berpotensi bahaya kebakaran.
j. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan jenis potensi
bahaya yang ada.
k. Pemasangan poster dan tanda bahaya di tempat-tempat yang berpotensi
bahaya tinggi.
3. Tujuan dan sasaran yang bisa dilakukan untuk mengendalikan potensi bahaya
yang ada dengan cara :
a. Rencana program yang dapat dilakukan pada bagian corrugating machine
di antaranya :
1) Pelatihan pengoperasian alat pada tenaga kerja agar tenaga kerja
menguasai alat kerja yang digunakan.
2) Pengadaan safety talk.
3) Pembersihan mesin dan lingkungan kerja.
4) Penggunaan alat sesuai tata kerja pemakaian alat yang benar.
5) Penyediaan alat pelindung diri sesuai dengan potensi bahaya yang
ada.
b. Rencana program yang dapat dilakukan pada bagian Press Machine di
antaranya :
1) Pemeriksaan mesin secara rutin.
2) Penggunaan alat pelindung diri, sesuai dengan potensi bahaya yang
ada.
3) Pemasangan poster dan tanda bahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
c. Rencana program yang dapat dilakukan pada bagian Single Seam di
antaranya :
1) Pemeriksaan mesin secara rutin.
2) Penerapan bekerja secara aman.
3) Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis potensi
bahaya yang ada.
4) Pemasangan poster dan tanda bahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap implementasi
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko di seluruh area PT. Pertamina
(Persero) Pabrik aspal Gresik sebagai langkah awal untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja di PT. Pertamina (Persero) Pabrik aspal Gresik
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. PT. Pertamina (Perero) Pabrik Aspal Gresik telah melakukan identifikasi
bahaya dan penilaian resiko secara rutin setiap satu tahun sekali. Jadi PT.
Pertamina (Perero) Pabrik Aspal Gresik sudah memenuhi peraturan
Permenaker No.Per-05/MEN/1996 dan OHSAS 18001 khususnya tentang
identifikasi bahaya dan evaluasi resiko.
2. Faktor bahaya di area PT. Pertamina (Persero) Pabrik aspal Gresik yang
beresiko dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja yaitu berupa :
tekanan panas, heat stress, ketulian, gangguan pernafasan.
3. Potensi bahaya yang ada yaitu: tertimpa, tertabrak, tertusuk, terpotong,
terjepit, terpeleset, kebakaran dan tersengat listrik.
4. Dari hasil penilaian resiko perlu dilakukan tindakan :
a. Pemantauan
Kegiatan pemantauan dengan cara :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1) Melakukan inspeksi atau pengecekan secara rutin.
2) Pemantauan kadar udara yang ada di sekitar pelabuhan secara
rutin.
3) Pengukuran suhu di tempat kerja secara rutin.
4) Pemantauan jalur pipa secara rutin.
5) Memantau tata kerja para pegawai apakah alat yang ada di
gunakan sesuai dengan tata kerja penggunaan alat atau tidak.
6) Pemantauan isi kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K).
7) Pemantauan atau pengecekan kesehatan tenaga kerja secara rutin.
8) Pemantauan penjagaan di area pertamina.
9) Pemantauan atau pengecekan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
secara rutin.
b. Pengendalian
Kegiatan pengendalian yang bisa dilakukan dengan cara :
1) Pemberian aba-aba saat kapal akan bersandar.
2) Memasang penangkal petir yang dihubungkan dengan grounding.
3) Pelatihan Organisasi Keadaan Darurat (OKD) untuk
menanggulangi keadaan darurat.
4) Melakukan pengecekan kabel secara rutin.
5) Jika terdapat ceceran aspal segera dibersihkan.
6) Penghijauan atau reboisasi di sekitar tempat kerja agar udara
sekitar sejuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
7) Jika ada ceceran pelumas atau oli segera di taburi denga serbuk
gergaji atau pasir agar pelumas atau oli menempel di pasir atau
serbuk gergaji dan mudah di bersihkan.
8) Rotasi pekerja sesuai dengan jenis mesinnya.
9) APAR disediakan di tempat-tempat yang berpotensi bahaya
kebakaran.
10) Penggunaan Alat Pelindung Diri yang sesuai dengan jenis potensi
bahaya yang ada.
11) Pemasangan poster dan tanda bahaya di tempat-tempat yang
berpotensi bahaya tinggi.
c. Tujuan dan sasaran
Perbaikan tujuan dan sasaran yang bisa dilakukan dengan cara :
1) Rencana program yang dapat dilakukan pada bagian Corrugating
Machine di antaranya :
a) Pelatihan pengoperasian alat pada tenaga kerja agar tenaga
kerja menguasai alat kerja yang digunakan.
b) Pengadaan safety talk.
c) Pembersihan mesin dan lingkungan kerja.
d) Penggunaan alat sesuai tata kerja pemakaian alat yang benar.
e) Penyediaan alat pelindung diri sesuai dengan potensi bahaya
yang ada.
2) Rencana program yang dapat dilakukan pada bagian Press
Machine di antaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
a) Pemeriksaan mesin secara rutin.
b) Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi
bahaya yang ada.
c) Pemasangan poster dan tanda bahaya.
3) Rencana program yang dapat dilakukan pada bagian Single Seam
di antaranya :
a) Pemeriksaan mesin secara rutin.
b) Penerapan bekerja secara aman.
c) Penggunaan alat pelindung diri, sesuai dengan jenis potensi
bahaya yang ada.
d) Pemasangan poster dan tanda bahaya.
B. Saran
1. Untuk menghiindari Heat Stress terutama di pabrik drum sebaiknya dapat
dicegah dengan cara:
a. Penyediaan air minum yang memadai bagi tenaga kerja.
b. Menambah jendela (ventilasi) di tempat kerja.
c. Pengadaan local exhauster ventilation.
d. Penggunaan pakaian yang mudah menyerap keringat
2. Sebaiknya sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan alat atau mesin yang
akan dipakai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3. Sebaiknya di tempat yang mempunyai potensi bahaya dipasang poster K3
agar tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat tersebut
mengetahui bahaya yang ada.
4. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan isi kotak P3K secara ruti, isi kotak P3K
diantaranya :
a. Alkohol
b. Obat merah
c. Pembalut luka
d. Minyak angin
e. Obat luka bakar
f. Obat-obatan ringan seperti obat sakit kepala
g. Plester.
5. Sebaiknya ditingkatkan lagi penghijauan di lingkungan kerja, agar udara
tempat kerja dan lingkungan sekitar segar.
6. Sebaiknya pelaksanaan safety talk secara rutin misalnya satu bulan sekali.
Safety talk ini meliputi :
a. Pemberian safety induction yang berisi :
1) Lokasi pekerjaan
2) Pintu masuk dan pintu keluar
3) Jalur evakuasi
4) Area berkumpul (assembly point) terdekat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
b. Potensi bahaya yang ditimbulkan oleh mesin yang dioperasikan oleh
tenaga kerja seperti terjepit, serta kondisi lingkungan kerja seperti
terpeleset karena ceceran oli.
c. Jenis alat pelindung diri yang digunakan saat bekerja.
d. Pentingya pemakaian alat pelindung diri.
7. Sebaiknya diterapkan langkah identifikasi secara ringan kepada tenaga
kerja dengan langkah Be Safe yaitu dengan cara :
a. Memeriksa keadaan sekitar anda, adakah orang yang bekerja tidak
aman.
b. Memeriksa sekeliling, adakah situasi yang berbahaya.
c. Memeriksa peralatan, adakah peralatan yang membahayakan.
d. Melakukan tindakan perbaikan jika anda menemukan bahaya.
8. Sebaiknya diberikan sangsi yang tegas pada tenaga kerja yang kurang
sadar akan pemakaian APD.