Post on 16-Jan-2017
Cybersecurity dan HAM: Upaya Mencari Kesetimbangan
Wahyudi Djafar (ELSAM)
Meningkatnya Risiko dan Ancaman
• Secara umum, berdasarkan pendekatan sumber ancaman, maka ancaman dapat dibagi ke dalam tiga tipe: ancaman internal, ancaman eksternal dan ancaman internal-eksternal.
• Dalam tiga tipe itu pula ancaman terhadap keamanan duniamaya mendapatkan bentuknya hari ini; internal (cyber-threat, cybercrime, privacy interference), eksternal (cyberespionage, cyberattack, cyberwar), internal-eksternal (cyberterrorism).
• Makin meningkatnya ancaman dan risiko ini merupakankeniscayaan dari makin besarnya penetrasi dan koneksi.
Secara tradisional ancaman didefinisikan sebagai “kemampuan ditambah dengan niat” (Singer, 1998).
Respon terhadap Ancaman• Upaya intervensi, yang dilakukan beberapa negara, dengan
tujuan pengamanan seringkali justru menghambat produktivitas dan kemajuan dalam penggunaan internet, karena berdampak pada pengurangan dan keterlambatan akses.
• Banyak negara mengklaim internet yang notabene dikelola oleh pihak swasta, telah mengganggu keamanan nasional mereka. Mereka mengatakan bahwa untuk kepentingan umum dan alasan keamanan, kontrol atas internet harus tetap dalam kompetensi pemerintah nasional, termasuk hak untuk mengatur kegiatan yang dilakukan di internet, sejauh yang diakses oleh warga negara mereka di dalam negeri.
• Banyak juga negara dalam merespon ancaman terhadapkeamanan dunia maya mereka, dengan secara detail mempertimbangkan dan mengintegrasikan prinsip-prinsiphak asasi manusia: ekstrinsik dan intrinsic.
Cybersecurity, definisi?• Dalam praktiknya, muncul banyak perdebatan mengenai
definisi dari keamanan dunia maya (cybersecurity), sehingga pengertiannya menjadi sangat beragam.
• Bahkan para ahli mengatakan, di dunia tidak pernah ada kesepakatan bersama mengenai definisi dan ruang lingkup keamanan dunia maya.
• Secara umum pengertian keamanan dunia maya mengacu pada kemampuan untuk mengontrol akses ke sistem jaringan dan informasi yang dikandungnya. Kontrol keamanan dunia maya yang efektif, menjadi kebutuhan kunci dalam mendukung infrastruktur digital yang handal, tangguh, dan dapat dipercaya (Bayuk, 2012).
Keamanan diterjemahkan untuk terbebas dari bahaya, ketakutan dan ancaman. Namun dalam teori keamanan, tujuan keamanan menjadi sangat sektoral, sangat tergantung pada kapasitas aktor yang mengelolanya (Zeitoun, 2006).
Ketegangan: Keamanan (Dunia Maya) dan HAM
Hak Atas Rasa Aman
CybersecurityHAM: FoE,
Right to Privacy
Antinomi
Ketegangan …
• Konflik dan ketegangan antara kebutuhankeamanan dan HAM sering kali terjadi sebagai akibat dari ketidakjelasan definisi mengenai keamanan nasional, ketertiban umum, moral atau batasan ruang lingkup rahasia negara.
• Sejumlah negara misalnya memiliki permasalahan dalam pelaksanaan kebebasan berekspresi dan hak atas privasi, sebagai akibat dari ketidaktepatan dalam menerjemahkan ‘kedaulatan nasional’ atau dengan alasan keamanan melakukan tindakan sensor terhadap internet.
Membangun Kesetimbangan: HAM-Cybersecurity• Internet telah menjadi kunci sekaligus instrumen
penting dalam penikmatan hak asasi manusia, olehkarenanya perlindungan hak asasi yang melekat padaseseorang ketika mereka offline, melekat pula saatmereka online (Resolusi 20/8).
• Pada konteks inilah kebijakan keamanan dunia maya diperlukan, guna menjembatani antara kebutuhan fungsionalitas internet dengan persyaratan keamanan dalam penggunaannya.
• Keamanan dunia maya penting untuk memastikan keterbukaan dan kebebasan internet. Sebaliknya, ketidakamanan dunia maya justru akan semakin melemahkan hak-hak asasi individu, memblokir bisnis dalam jaringan, serta menyulitkan pertukaran informasi (Kleinwächter, 2013).
Titik Tekan: Instrumen Perlindungan HAM
Freedom of Expression and right to privacy
Resolusi 64/211 tentang Penciptaan budaya global keamanan dunia maya dan inventarisasi upaya nasional untuk melindungi infrastruktur informasi yang penting
Cybersecurity
Indonesia: Kewajiban dan Kerentanan
Konstitusi UUD 1945, danseperangkat UU Nasional
International Covenant on Civil and Political Rights, ratified in 2005.
International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights, ratified in 2005.
International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination, ratified in 1999.
Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women, ratified in 1984.
Convention on the Rights of the Child, ratified in 1990.
Makin masifnyapenggunaaninternet, sekaligusmeningkatnyaancaman
Problem di tingkatkebijakan (hukum, regulasi)
Problem di tingkatkelembagaan, ego sectoral, koordinasi
Kerentanan
Kewajiban
Indonesia: Problem Hukum dan Kebijakan
Sistem
• UU PertahananNegara
• UU Telekomunikasi
• UU ITE
• UU Intelijen Negara
• UU Hak Cipta
Aktor
• UU POLRI
• UU TNI
• UU Intelijen Negara
• Permenkominfo
Kondisi
• UU Keadaan Bahaya
• UU PenangananKonflik Sosial
• UU Mob-Demob
Akuntabilitas• KUHP
• KUHAP
Indonesia: Kelembagaan dan Koordinasi
Ancaman
• Kemhan
• TNI
• AD, AU, AL
DeteksiDini
• BIN
• Lemsaneg
• BAIS
• BIK
Kejahatan
• Kominfo
• POLRI
DPR danPresiden
MENKO
POLHUKAM
Swasta
Rekomendasi: Tawaran ke Depan• Perlunya assessment menyeluruh, baik di level
kebijakan maupun kelembagaan, sertaancaman.
• Internalisasi dan integrasi HAM dalampenyusunan kebijakan: Struktur, Proses, Hasil.
• Menyusun buku putih sekaligus peta jalankebijakan dan strategi keamanan dunia mayanasional.
• Perbaikan arsitektur hukum, denganperubahan kebijakan dan regulasi, sertareposisi kelembagaan.
• Penguatan arsitektur sosial, termasukkesadaran publik dan budaya digital.