Post on 15-Oct-2021
PREPOSISI POLITIK PANGAN BERBASIS TEPUNG SAGU
ICHSAN FIRDAUSAnggota Komisi IV DPR RI
FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA
DISAMPAIKAN DALAM WEBINAR “INDUSTRI BERBASIS SAGU TERPADU DAN BERKELANJUTAN” DISELENGGARAKAN OLEH DEWAN GURU BESAR IPB
BOGOR, 16 JUNI 2020
Angka Pengangguran Naik
2,92-5,23 jt org pengangguran baru
1,16-3,78 juta orang miskin baru
Angka Kemiskinan bertambah
Defisit APBN 2020 membengkak hingga
5,07%Defisit di atas 3%
hingga 2022
• 2,7% terhadap PDB (2019)
• 3,2% Terhadap PDB (proyeksi 2020)
Pelebaran Defisit Transaksi berjalan
Target pajak tidak tercapai• Rp 1.865,7 Triliun
• (Target awal APBN 2020)• Rp 1.462,6 triliun
(perubahan)
• 28% terhadap PDB (2019)
• 31,4% terhadap PDB (Proyeksi 2020)
Rasio Utang Meningkat
ANCAMAN KRISIS EKONOMI akibat PANDEMI COVID-19Ekonomi Nasional 2020 Diproyeksi Akan TURUN
Realisasi 2019 : 5.02% • Skenario Pemerintah 2020: 2.3 %
• ADB : 2.5%• IMF : 0.5%
• Bank Dunia : 2.1%• EIU : 1 %
Bawang Putih di
31 Propinsi
Gula pasir di
30 Propinsi
Cabai besar di
23 Propinsi
Telur ayam di
22 Propinsi
Jagung di
11 Propinsi
ANCAMAN KRISIS PANGAN akibat PANDEMI COVID-19
Beras di
7 Propinsi
Presiden mengakui bahwa ketersedian bahan pangan di sejumlah propinsi mengalami DEFISIT. Penyebabnya adalah keterbatasan distribusi dan logistik pangan
PENYEBAB :• Pembatasan Ekspor Beras
- Vietnam (pasok 9,01 % beras impor 2019)- India (pasok 1,6% beras impor 2019)- Thailand (Pasok 20,9 % beras impor 2019)
• Pergeseran musim tanam• Perubahan cuaca di beberapa daerah• Ketidaklancaran distribusi dari daerah surplus
MITIGASI :• Relaksasi KUR Pertanian• Cetak sawah baru• Subsidi logistik dari daerah surplus ke defisit• Optimalisasi pasar mitra tani• Kerjasama dengan mitra jasa distribusi• Pertanian rumah tangga dengan
memanfaatkan pekarangan
Sumber : disarikan dari berbagai sumber (FAO, BPS, Kementan, Core Indonesia, INDEF, CNN Indonesia, Investor Daily, Tempo, Kompas, Katadata Indonesia)
ANCAMAN KRISIS PANGAN akibat PANDEMI COVID-19
KEBUTUHAN BERAS (Kementan) :
• Selama periode ini diperkirakan di angka 7,61 juta ton.
• Neraca beras nasional pada akhir Juni surplus6,4 juta ton
Produksi beras April-Juni 2020
10,58 juta ton
Total luas panen 3, 83 juta Ha
Stok beras nasional (akhir Maret)
mencapai 14,03 juta ton
Total Ketersediaan beras
mencapai 14, 03 juta ton
selama periode ini
BPS : PENELITIAN IPB (2020) :
Hasil produksi padi bisa negatif 4,92-10,4 persen akibat pandemi covid-19
(skenario tanpa stimulus)
Apabila ada stimulus, hasil produksi
dapat tertahan di positif 2,84 persen
hingga negatif 2,86 persen
KONDISI PASAR PANGAN GLOBAL
negara produsen cenderung
mengamankanketahanan pangan
dalam negeri
Hambatan distribusi dan
logistik serta impordari negara
produsen akibatkebijakan lockdown
dan pembatasan sosial
Setiap Negara condong pada pasar
domestik dan pengembangan
pangan lokal
ANCAMAN KRISIS PANGANMELIHAT MUSIBAH SEBAGAI PELUANG DAN TANTANGAN
Negara-negara produsen cenderung menahan barangnya untuk keluar
Tren gaya hidup : green lifestyle, healty lifestyle
Diversifikasi pangan
belum optimal
Potensi pangan lokal
sangat beragam
Pandemi Covid-19 adalah momentum membangun kemandirian pangan
POLITIK PANGAN
POTRET POLITIK PANGAN NASIONAL
ORDE LAMA• Peletakan batu
pertama di IPB oleh Sukarno (1952
• Pola Bimas dengan panca usaha tani
• Pendirian Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM) (1953-1956) Cikal bakal inisiasi Bulog (1967)
ORDE BARU• Pencapaian
Swasembada beras melalui Program Revolusi Hijau
• Swasembada beras tahun 1984, 1985 dan 1986
• Di luar tahun itu, Indonesia menjadi pengimpor beras
TRANSISI KE ORDE REFORMASI• Babak baru kebijakan
Liberalisasi pertanian (ditandai dengan LoI dengan IMF tahun 1997)
• Bulog Tidak lagi memonopoli impor beras
• Dengan mekanisme pasar, impor produk pangan meningkat tajam
ORDE REFORMASI (KABINET BERSATU)• Four Track Strategy (
pro-poor, pro-job, pro-growth, pro-environment)
• Padi dicanangkan surplus 10 juta ton
• Subsidi input diberikan selain. Produksi meningkat tetapi tidak mencapai surplus yang ditargetkan
• Liberalisasi pasar menjadi ancaman kemandirian pangan
ERA NAWA CITA• UU 18/2012 tentang
pangan memberikan kejelasan arah pembangunan pangan nasional
• Renstra Kementan (2015-2019) menetapkan 3 sasaran : 1) Swasembada padi, jagung dan kedelai serta produksi daging dan gula; 2) peningkatan diversifikasi pangan; 3) peningkatan komoditas bernilai tambah, berdaya saing dalam memenuhi ekspor dan substitusi impor
POTRET POLITIK PANGAN NASIONAL SEJARAH SINGKAT POLITIK PANGAN NASIONAL
• Impor (sebagian) produk pangan masih tinggi
• Rezim produksi (ternyata) bersifat semu dan tidak menunjukkan perkembangan yg signifikan
• Kesejahteraan petani rendah
• Konversi lahan sawah makin tinggi
• Silang sengkarut data pangan
• Pertumbuhan penduduk makin tinggi, kapasitas daya dukung melemah
• PMA meningkat dalam penguasaan SDA pertanian
• Desentralisasi belum optimal
KOMITMEN DAN POLITICAL WILLATURAN PERUNDANG-UNDANGAN MENJADI DASAR PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM
PERMASALAHAN KETAHANAN PANGANPERSOALAN KLASIK DAN MENANTANG
Data produksi yang tidak akurat
Perhitungan data luas panen overestimate
Persoalan metodologi
Konflik kepentingan dan
motif bisnis
Bias dalam menghitung antara
kebutuhan dan stok
PERMASALAHAN KETAHANAN PANGANSILANG SENGKARUT DATA PANGAN
PERAN DPRLegislasi, Budgetting dan Pengawasan
KEINGINAN MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN
UU No. 41/2009
Tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Berkelanjutan Untuk
Mencegah Konversi Lahan
Pertanian Ke Non Pangan
UU No 18/2012
tentang Pangan yang
berisi tentang prinsip-
prinsip kedaulatan
pangan
UU No 19/2013
tentang Perlindungan
dan Pemberdayaan
Petani
UU No.7/2016
Tentang Perlindungan
dan Pemberdayaan
Nelayan, Pembudidaya
Ikan dan Petambak
Garam
RUU Perubahan UU No.12/1992
Tentang Sistem
Budidaya Tanaman
RUU Perubahan UU No.29/2000
Tentang Perlindungan
Varietas Tanaman
RUU Perubahan UU No.16/1992
Tentang Karantina
Hewan, Ikan dan
Tumbuhan
RUU Perubahan UU No. 05/1990
Tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistemnya
KOMITMEN POLITIK dalam MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGANBIDANG PANGAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
RUU Perubahan UU No. 18/2012
Tentang Pangan
PROLEGNAS 2015-2019 (ON PROCESS)
MANDAT UNDANG-UNDANG NO.18/2012 TENTANG PANGAN
•Kecukupan ketersediaan pangan
•Stabilitas ketersediaan pangan
•Kualitas pangan
KETAHANAN PANGAN
•Ketersediaan pangan berbasis pemanfaatan sumberdaya lokal
•Keterjangkauan pangan (aspek fisik dan ekonomi) oleh masyrakat
•Pemanfaatan pangan
KEMANDIRIAN PANGAN
•Hak negara dan bangsa menentukan kebijakan pangan
•Menjamin hak atas pangan bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan sumber daya lokal
KEDAULATAN PANGAN
MANDAT UNDANG-UNDANG NO.18/2012 TENTANG PANGANPENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL
Pasal 41 : Mengamanatkan untuk dilakukannya Penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal
Penetapan kaidah penganekaragaman
pangan
Pengoptimalan pangan lokal
Pengembangan teknologi dan sistem intensif bagi usaha pengolahan pangan
lokal
Pengenalan jenis pangan baru, termasuk pangan lokal yg belum
dimanfaatkan
Pengembangan diversifikasi usaha tani
dan perikanan
Penganekaragaman dilakukan dengan cara (Pasal 42):
Peningkatan ketersediaan dan
akses benih dan bibit tanaman, ternak dan
ikan
Pengoptimalan pemanfaatan lahan,
termasuk lahan pekarangan
Penguatan usaha mikro kecil dan
menengah di bidang pangan
Pengembangan industri pangan yang berbasis pangan lokal
BAB XII - KELEMBAGAAN PANGAN
• Pasal 126: Dalam hal mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan nasional, dibentuk lembaga pemerintah yang menangani bidang pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden
• Pasal 127: Lembaga Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pangan
• Pasal 129:
• Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja lembaga Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 sampai Pasal 128 diatur dengan Peraturan Presiden
TINDAK LANJUT Kementerian PAN dan RB segera menindaklanjuti surat Menteri Pertanian kepada Menteri PAN dan RB No. 04/OT.010/M/1/2016 tentang pembentukan Badan Pangan Nasional
MANDAT UNDANG-UNDANG NO.18/2012 TENTANG PANGANKELEMBAGAAN PANGAN
Ruang Lingkup :
Perencanaan dan penetapan; Pengembangan; Penelitian; Pemanfaatan; Pembinaan; Pengendalian; Pengawasan; Sistem informasi; Perlindungan dan pemberdayaan petani; Pembiayaan; dan Peran serta masyarakat.
Perencanaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan pada :
a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
b. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan
c. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
FAKTA LAPANGAN :
Alih fungsi lahan masih massif terjadi, khususnya di daerah sentra pertanian (rata-rata : 100.000 ha/th)
MANDAT UNDANG-UNDANG NO.41/2009TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
HAMBATAN IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PANGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL
Perundang-undangan Keluarnya beberapa UU yg
dianggap melemahkan
petani, seperti (UU No.
1/1967 tentang PMA, UU
No. 4/2004 tentang Sumber
Daya Air, UU No. 18/2003
Tentang Perkebunan, UU
No. 25/2007 tentang
Penanaman Modal)
Konstelasi PolitikProduk legislasi dipengaruhi
oleh konstelasi politik (tarik-
menarik kepentingan berbagai
pihak)
Faktor Lain • Permintaan bahan
pangan yang meningkat
• Gangguan Ketahanan
Pangan
• Kemudahan Akses
• Kelaparan dan kasus gizi
ganda
• Menurunnya
kecenderungan investasi
publik di bidang pangan
• Pola pangan yang
berubah
• Peningkatan Konsumsi
Protein Ikan
POLITIK ANGGARAN BIDANG PANGAN
Dalam anggaran tahun 2020, Kementerian Pertanian mendapatkan alokasi sebesar
Rp 21,05 Triliun dari APBN
Sekjend
Rp 1,88 T
Ditjen Tanaman Pangan
Rp 5,6 T
Ditjen Sarpras
Rp 3,4 T
PPSDM
Rp 1,82 T
BKP
Rp 763 M
POLITIK PANGAN LOKAL
REORIENTASI POLITIK PANGAN
UU No.18/2012 Tentang PanganPangan Pokok adalah Pangan yang diperuntukkan sebagai makanan utama sehari-hari sesuai dengan potensi sumber daya dan kearifan lokal
Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian No. 115/MPP/KEP/2/1998
Barang kebutuhan pokok adalah beras, gula pasir, minyak goreng, mentega, daging sapi,
daging ayam, telur ayam, susu, jagung, minyak tanah, dan garam beryodium
SK Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. Kep-28/M.EKON/05/2010 tentang Tim Koordinasi Stabilisasi Pangan Pokok
Bapok adalah beras, gula, minyak goreng, terigu, kedelai, daging sapi, daging ayam, dan
telur ayam
DEFINISI ULANG BAHAN PANGAN POKOK
ketidakkonsistenan dalam penentuan komoditi-komoditi Bapok; dan kemungkinan masuknya komoditi lain sebagai bahan pangan pokok
Pemerintah menetapkan jenis dan jumlah pangan pokok tertentu sebagai Cadangan Pangan Pemerintah (Ps. 28 ayat 1). Namun, UU pangan belum menyebutkan komoditi-komoditi pangan yang termasuk pangan pokok
www.bkp.pertanian.go.id
# POTENSI PANGAN LOKAL DI INDONESIA
SAGUIG rendah, bebas gluten, kaya serat
UBI KAYUTinggi serat, IG menengah, Tinggi karbohidrat
JAGUNGTinggi serat, IG rendah
KENTANGTinggi serat, Tinggi karbohidrat, antioksidan
TALASTinggi serat, Kaya vitamin & mineral, antioksidan
UBI JALARIG rendah,antioksidan,Kaya Serat
IKANKaya protein
PISANGTinggi karbohidrat
Kaya vitamin dan mineral
Indonesia kaya akan pangan lokal, seperti ubi kayu, jagung, dan sagu. Pangan lokal tersebut dapat diolah menjaditepung yang selanjutnya dapat digunakan sebagai substitusi tepung terigu
77 JenisSumber Karbohidrat
389 JenisBuah-buahan
40 JenisBahan minuman
110 JenisRempah dan bumbu
26 JenisKacang-kacangan
228 JenisSayuran
75 JenisSumber Protein
NEGARA TERBESAR NO. 3 DI DUNIA KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY)
MEMBANGUN BUDAYA PANGAN LOKAL
Kondisi GeografisPangan lokal sangat penting bagi
wilayah pulau kecil dan pulau terluar
yang resiko kerawanan pangan besar
Kebijakan Pro BerasPemenuhan pangan pokok yg bertumpu
pada beras, mengakibatkan ditinggalkannya
pola makan berbasis pangan lokal dan
beralih ke beras
Budaya pangan instanGeliat industri pangan instan menumbuhkan
animo masyarakat tinggi terhadap hal yang
bersifat impor, instan dan praktis
Menguatnya gaya hidup
healty foodKecenderungan ini menguat khususny saat
pandemi di kalangan kelas menengah ke atas
karena alasan kesehatan
Untuk mewujudkan Ketersediaan Pangan melalui Produksi Pangan dalam negeri dilakukan dengan mengembangkan Produksi Pangan yang bertumpu pada sumber daya, kelembagaan, dan budayaLokal (Pasal 5 ayat 1).
PERAN PEMDA DALAM MENGEMBANGKAN PANGAN LOKAL
Pasal 12 UU No.18/2012 :
• Ayat (1) : Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas Ketersediaan Pangan didaerah dan pengembangan Produksi Pangan Lokal di daerah.
• Ayat (2) : Dalam mewujudkan Ketersediaan Pangan melalui pengembangan Pangan Lokal,Pemerintah Daerahmenetapkan jenis Pangan lokalnya
Lampiran UU 23 Tahun 2014 terdiri atas empat urusan yang dibagi antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota
Penyelenggaraan pangan
berdasarkan kedaulatan dan
kemandirian
Penyelenggaraan Ketahanan
pangan
Penanganan kerawanan
pangan
Keamanan pangan
PERAN PEMDA DALAM MENGEMBANGKAN PANGAN LOKAL
Hambatan Struktural Pusat – Daerah
Penempatan posisi pertanian sebagai urusan pilihan membuat urusan pangan terpinggirkan
Kontradiksi peran daerah di bidang ketahanan pangan. Satu sisi kewenangan wajib bagi daerah (UU No.18/2012), di sisi lain urusan pertanian sebagai status pilihan (PP 38/2007) tentang pembagian
Urusan Pemda Kabupaten/Kota
Pemerintah belum sepenuhnya menyerahkan program pembangunan pertanian kepada daerah. Pemerintah daerah seakan belum mampu
mengambil tanggungjawab penuh (Rachmat, 2014)
KOMITMEN POLITIK PANGAN ?
Pembangunan pangan belum menjadi bagian dari politik pembangunan nasional
Implementasi UU 18/2012 tidak berjalan optimal
Political will pemerintah kurang kuat
Ketergantungan impor tinggi dan masih kuatnya rent seeking activity
Nasionalisme pangan lokal tingkat elit masih lemah
JAWABANNYA CETAK SAWAH ?Bukan pilihan tepat saat ini
Ancaman ekologis Gambut itu punya
sensitivitas ekologis yang
lebih tinggi dibandingkan
dengan lahan lain
Butuh Waktu LamaProses pembentukan tanah menjadi sawah membutuhkan waktu lama
Rentan Misalokasi AnggaranRentan terhadap potensi
mismanagement dan disalokasi
anggaran
Bukan solusi permanenBukan solusi jangka pendek yang
langsung bisa dijadikan solusi bagi
krisis pangan akibat pandemi
Belajar dari gagalnya pemerintahan era Soeharto yang pada 26 Desember 1995,mengeluarkan Keppres No. 82 mengenai Proyek Pengembangan Lahan Gambut [PLG] SatuJuta Hektar di Kalimantan Tengah
POLITIK PANGAN SAGU
PENGARUSUTAMAAN PANGAN SAGU
MINSTREAMING PANGAN LOKAL ; SAGU
Sagu tumbuh tersebar di Kepulauan Nusantara. Lebih dari 95% tanaman sagu terdapat di Indonesia, Malaysiadan Papua New Guinea, sisanya terdapat di pulau-pulau Pasifik, Filipina, Thailand dan India (Flach, 1983)
Bintoro et al (2010)
Luas sagu Indonesia 4,183 Juta Ha
Produktifitas per pohon sekitar 5juta ton per tahun
Tim P4B IPB (2013) Luas area sagu di Indonesia
mencapai 3,5 juta Ha dan penyebaran terbanyak terdapat di Papua dan Papua Barat yaitu
3.173.322 Ha
Djoefri et al (2013)Jika lahan produktif sagu di Papua sekitar 400.000 Ha, maka dapat dihasilkan pati sagu sebanyak 40 juta ton. Sehingga dapat memberi makan sebanyak 240 jt orang/tahun
Produksi Pati saguJika dikelola dengan baik dapat
mencapai 20-40 ton pati kering/Ha/Tahun
Negara lain penghasil sagu antara lain : Papua New Guinea 1,02 jt Ha, Malaysia 33.000 Ha, Serta Thailand, Filipina dan Negara Kepualauan Pasifik 20.000 Ha (Jong, 2003)
HAMBATAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN SAGU
Kurangnya komitmen dan perhatian pemerintah dalam pengembangan pangan lokal khususnya sagu
Rendahnya Investasi pemerintah dan swasta karena keterbatasan akses dan pasar
Pasar bersifat lokal, terbatas dan rendahnya konsumsi
masyarakat
Beratnya tingkat persaingan pangan sagu dengan
komoditas pangan lainnya
Teknologi pengolahan sederhana sehingga
produknya kurang berdaya saing
Kondisi hutan sagu yang sulit diakses
KOMITMEN POLITIK PANGAN SAGU
• Implementasi mandat UU No.18/2012 terkait Kelembagaan pangan
• Redefinisi bahan pangan pokok dan memasukkannya dalam UU pangan
• Political will dan political action dari eksekutif, legislatif, swasta dan pihak lain
• Pangan lokal menjadi bagian dari politik pembangunan nasional
• Memperbaiki tata kelola pangan lokal & regional
• Mengurangi impor, memenuhi kebutuhan pasar domestik dengan pangan lokal
• Kerjasama riset, inovasi dan teknologi bagi hilirisasi pangan sagu
• Memberikan insentif dan stimulus bagi UMKM/swasta pengolahan pangan lokal khususnya sagu
• Menggeser rezim swasembada menjadi kemandirian pangan, pangan global menjadi pangan lokal
• Politik pangan lokal (sagu) menjadi gerakan nasional
• Pembukaan akses daerah surplus tidak cukup dengan infrastrur fisik, tetapi diiringi akses permodalan, pemasaran dan kelembagaan
• Politik pangan lebih divergen dan terintegrasi dengan potensi pangan lokal