Post on 27-Sep-2020
i
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS ORANG TUADENGAN INTERNALISASI NILAI-NILAI ANTI KEKERASAN
PADA ANAK(Studi di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Labuhan Ratu,
Bandar Lampung)
(Skripsi)
OlehOKTIANASARI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ii
RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF PARENTALRELIGIOSITY WITH THE INTERNALIZATION OF NON
VIOLENCE VALUES THEIR CHILDREN(Study in the Village of Kampung Baru, Labuhan Ratu Regency, Bandar
Lampung City)
byOktianasari
Abstrack
This study aims to determine the relationship between the level of parentalreligiosity with internalization of non-violence values their children. Thisresearch was conducted in Kampung Baru Village, Labuhan Ratu, BandarLampung with respondent selection technique in the form of purposivesampling. The respondent chosen in this study are the Moslems, married andhave children aged 10 to 21 years. This research is quantitative type withcorrelational type. The data used in the form of primary data and secondarydata through questionnaires, literature study and documentation. Theinstrument test is a validity test using product moment correlation formula andreliability test using cronbach alpha formula. Analysis of this research datausing Rank Spearman formula. The results showed that most of the level ofreligiosity is sufficient category that is equal to 48% and most of theinternalization of non-violence values is a good category that is equal to 49%.After the spearman rank test correlation value 0.240 which means Hoaccepted, that there is a relationship between the level of understanding ofparental religion with the internalization of non violence values in children.
Keywords: Religiosity, Internalization, non Violence Values
iii
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS ORANG TUADENGAN INTERNALISASI NILAI-NILAI ANTI KEKERASAN
PADA ANAK(Studi di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Labuhan Ratu, Kota
Bandar Lampung)
OlehOktianasari
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat religiusitasorang tua dengan internalisasi nilai-nilai anti kekerasan pada anak. Penelitianini dilakukan dilakukan di Kelurahan Kampung Baru, Labuhan Ratu, BandarLampung dengan teknik pemilihan responden berupa purposive sampling.Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat yangberagama Islam, sudah menikah dan memiliki anak usia 10 sampai 21 tahun.Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan tipe korelasional. Data yangdigunakan berupa data primer dan data sekunder melalui teknik kuesioner,studi kepustakaan dan dokumentasi. Uji instrumen yang dilakukan adalah ujivaliditas menggunakan rumus corelasi product moment dan uji reliabilitasmenggunakan rumus cronbach alpha. Analisis data penelitian inimenggunakan rumus rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwasebagian besar tingkat religiusitas adalah kategori cukup yaitu sebesar 48%dan sebagian besar internalisasi nilai-nilai anti kekerasan adalah kategori baikyaitu sebesar 49%. Setelah dilakukan uji rank spearman nilai korelasi 0,240yang artinya Ho diterima, bahwa ada hubungan antara tingkat religiusitasorang tua dengan internalisasi nilai-nilai anti kekerasan pada anak.
Kata kunci: Religiusitas, Internalisasi, Nilai-nilai Anti Kekerasan
iv
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS ORANG TUADENGAN INTERNALISASI NILAI-NILAI ANTI KEKERASAN
PADA ANAK(Studi di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Labuhan Ratu,
Bandar Lampung)
OlehOKTIANASARI
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan SosiologiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
viii
RIWAYAT HIDUP
Oktianasari dilahirkan pada tanggal 22 Oktober
1996 di Desa Tambah Subur, Kecamatan Way
Bungur, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi
Lampung. Anak pertama dari dua bersaudara
pasangan Bapak Murdowo dan Surati.
Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh yaitu:
SD Negeri 1 Tanjung Qencono pada 2002, SMP
Negeri 1 Way Bungur pada 2008, SMA Negeri 1
Purbolinggo pada 2011 dan Universitas Lampung, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Jurusan Sosiologi pada 2014.
Penulis terdaftar menjadi mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik melalui penerimaan mahasiswa jalur SBMPTN. Pada periode kedua
Juli sampai dengan Agustus 2017 (selama 40 hari), penulis mengikuti kegiatan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bertempat di Desa Tegal Binngun, Kecamatan
Sumberejo, Kabupaten Tanggamus. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif
dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi sebagai sekretaris umum dan
sebagai sekretaris bidang kajian strategis Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Studi
Pengembangan Islam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
ix
MOTTO
“Dengan ridho Allah insya Allah akan sampai”
“Kekuatanmu terbatas. Setelah payah dan lelah bekerja, kamu mestiberhenti untuk mengistirahatkan badan, lepaskan lagi pengaruh
kesibukan yang tadi. Lupakan sama sekali dan ingatlah hanya satu,Allah”
“Barangsiapa tidak menyibukkan diri dalam kebaikan, niscaya ia akandisibukkan dalam keburukan”
x
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT,skripsi ini Saya persembahkan kepada:
Ayah dan Ibuku TercintaBapak Murdowo dan Ibu Surati
Suamiku TercintaMuhammad Fadhil Fadhurrahman
Dosen Pembimbing dan Dosen PembahasIbu Dr. Erna Rochana, M.Si dan Bapak Teuku Fahmi S.Sos, M.Krim
Kawan-kawan SeperjuangankuSosiologi 2014
AlmamaterkuKeluarga Besar Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Lampung
Dan semua orang-orang baik dan terkasih yang sudah membantu penulis hinggasampai tahap sekarang ini
Terima kasih atas dukungan, doa, saran, kritik yang telah diberikan kepadaku,semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaiknya kepada kita semua,
Aamiin
xi
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya. Tiada daya dan upaya
serta kekuatan yang penulis miliki untuk dapat menyelesaikan skripsi ini selain
atas limpahan karunia dan anugerah-Nya. Sholawat serta salam senantiasa
dicurahkan kepada junjungan ilahi robbi, Nabi Besar Muhammad SAW yang
senantiasa kita nantikan syafa’atnya fiddini waddunnya ilal akhiroh.
Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Orang Tua Dengan
Internalisasi Nilai-Nilai Anti Kekerasan Pada Anak (Studi Pada Masyarakat
Muslim Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Labuhan Ratu, Bandar Lampung)”
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penelitian skripsi ini tidak terlepas dari hidayah, karunia, bantuan, dukungan, doa,
kritik dan saran, serta bimbingan yang berasal dari berbagai pihak. Maka dari itu,
penulis mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya,
khususnya kepada :
xii
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan karunia dan ridho-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini
dengan baik.
2. Kepada kedua orangtuaku tercinta, Bapak Murdowo dan Ibu Surati.
Terima kasih banyak atas cinta, kasih, dan sayang yang tak terhingga
untukku. Terima kasih untuk nasihat, bimbingan, dukungan, serta doa
yang selalu kalian panjatkan demi kelancaran segala urusanku. Terima
kasih untuk bapak yang selalu setia antar jemput. Terima kasih ibu sudah
menjadi sahabat, teman curhat, motivator. Maafkan Okti belum bisa
memenuhi impian bapak ibu. Semoga Okti dipermudah Allah untuk
membahagiakan bapak dan ibu di dunia dan akhirat. Aamiin.
3. Kepada adikku Akhri Kurniawan, terima kasih sudah menjadi canda di
rumah kita. Walaupun ketika bertemu berantem tapi kalau jauh jadi rindu.
Semoga jadi anak yang shaleh dan bermanfaat untuk umat. Aamiin
4. Kepada suamiku tercinta, abang Muhammad Fadhil Fadhurrahman.
Terima kasih banyak atas dukungan dan motivasi dalam bentuk materil
maupun non materil. Terimkasih sudah menjadi warna terindah yang
senantiasa melukis hari-hariku. Semoga abang selalu sabar membimbing
dan mengingatkan kesalahanku dengan penuh kelembutan. Semoga cinta
kita hingga jannah-Nya kelak. Aamiin
5. Kepada Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Kepada Bapak Drs. Ikram, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Terima kasih pak
xiii
sudah menyetujui outline yang penulis ajukan sebagai tonggak awal bagi
penulis dalam menyusun skripsi ini.
7. Kepada Bapak Damar Wibisono, S.Sos.,M.A. selaku Sekretaris Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
8. Kepada Ibu Dr. Erna Rochana, M.Si selaku pembimbing utama dalam
penyusunan skripsi ini, terima kasih karena Ibu telah bersedia dan dengan
senang hati untuk membimbing Okti menyusun skripsi, terima kasih
karena telah meluangkan banyak waktu, tenaga, pikiran dan memberikan
semangat kepada Okti untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
banyak Ibu sudah sangat berjasa dan memberikan banyak pelajaran kepada
Okti sejak awal bimbingan sampai selesainya skripsi ini. Semoga Allah
SWT selalu melimpahkan berkah kepada Ibu dan keluarga, Aamiin.
9. Kepada Bapak Teuku Fahmi, S.Sos, M.Krim selaku penguji utama dalam
penyusunan skripsi ini, terima kasih banyak atas semua kritik dan saran
yang telah Bapak berikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah kepada Bapak dan
keluarga, Aamiin.
10. Kepada Bapak Drs. Bintang Wirawan, M.Hum selaku Dosen Pembimbing
Akademik, terima kasih banyak atas bimbingan, saran, dan solusi terbaik
yang telah Bapak berikan atas segala hal yang Okti konsultasikan kepada
Bapak.
11. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung. Terima kasih banyak atas ilmu yang
xiv
telah disampaikan kepada Peneliti. Semoga menjadi amal jariyah untuk
Bapak dan Ibu. Aamiin.
12. Kepada staf Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
13. Kepada Abang dan Mba Sosiologi. Terima kasih atas kritik dan saran
selama ini. Sukses selalu untuk kita semua. Aamiin.
14. Kepada teman-teman Sosiologi 2014 yang Dewi sayangi dan banggakan.
Kalian luar biasa! Sungguh! Terima kasih untuk 4 tahun masa-masa
perkuliahan ini, terima kasih sudah menjadi bagian dari Dewi dan
menerima Dewi menjadi bagian dari kalian, terima kasih untuk canda tawa
dan drama-drama perkuliahan. Life keep on turning! Sukses selalu untuk
kita semua. Tetap solid sampai kapanpun ya.
15. Kepada teman-teman Sosiologi 2015, 2016, 2017 dan yang akan datang,
sukses selalu untuk kita semua. Aamiin.
16. Kepada teman-teman Bidik Misi Sosiologi 14, terima kasih telah berbagi
suka dan duka dalam menanti proses pencairan. Ingat gaes, kita harus
bangkit untuk negeri! Sukses selalu untuk kita semua, Aamiin.
17. Kepada sahabat masa putih abu-abuku, Ririn, Yesi, Kustina. Terima kasih
sudah bersedia menampungku dikosan kalian ya, semoga sukses dunia
akhirat ya. Love you guyss
18. Kepada Jantung Hatiku yang terpance dan terpeyong, Dina, Ira, Rifa,
Dian, Dewi Rejeki, Melita, Ade, Dewi, Deska. Terima kasih karena kalian
telah menjadi sahabatku. Tanpa kalian mewarnai hari-hariku selama di
kampus maka takkan berwana hidupku. Semoga ukhuwah kita terus
xv
terjaga hingga bertemu di surga-Nya. Tetap saling mengingatkan dalam
kebaikan ya guys, nantinya pasti masa-masa yang telah dilewati bersama
akan sangat dirindukan olehku.
19. Kepada teman-teman Asrama Edelweys 2, terima kasih karena kalian telah
bersedia menjadi keluarga kedua ku. Maafkan aku yang sering banget
ngrepotin kalian, sering gedor pintu tengah malem karena gak berani tidur
sendirian, hehe maap yaaaa gaesss, Love you dan teruntuk teman tidurku
septi, terima kasih banyak.
20. Kepada sister fillah, terima kasih sudah menjadi pengingat kebaikan di
hari-hariku, semoga ukhuwah kita until jannah. Aamiin.
21. Kepada semua pihak yang telah membantu skripsi ini, semoga Allah
membalas kebaikan kalian, Aamiin.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan penambahan wawasan
bagi para pembaca serta dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang akan
datang.
Bandar Lampung, Agustus 2018
Tertanda,
OktianasariNPM. 1416011077
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... iABSTRACK .................................................................................................. iiABSTRAK ..................................................................................................... iiiHALAMAN JUDUL AWAL ........................................................................ ivHALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... vHALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... viSURAT PERNYATAAN .............................................................................. viiRIWAYAT HIDUP ....................................................................................... viiiMOTTO ......................................................................................................... ixPERSEMBAHAN .......................................................................................... xSANWACANA .............................................................................................. xvDAFTAR ISI .................................................................................................. xviiDAFTAR TABEL .......................................................................................... xixDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xx
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang .................................................................................. 1B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5
1. Tinjauan tentang Orang Tua ......................................................... 52. Tinjauan tentang Anak ................................................................. 53. Tinjauan tentang Religiusitas ....................................................... 64. Tinjauan tentang Kekerasan ......................................................... 95. Tinjauan tentang Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan ........... 13
a. Nilai-nilai Anti Kekerasan ....................................................... 14B. Landasan Teori .................................................................................. 20C. Kerangka Pikir .................................................................................. 22D. Penelitian yang Relevan .................................................................... 24E. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 27
III. METODE PENELITIANA. Tipe Penelitian .................................................................................. 28B. Definisi Konseptual .......................................................................... 28C. Definisi Operasional ......................................................................... 29
xvii
D. Lokasi Penelitian ............................................................................... 32E. Unit Analisis ..................................................................................... 32F. Populasi Penelitian ............................................................................ 33
1. Populasi ........................................................................................ 332. Sampel .......................................................................................... 33
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 35H. Teknik Pengolahan Data ................................................................... 36I. Uji Instrumen .................................................................................... 38
1. Uji Validitas ................................................................................. 382. Uji Reliabilitas .............................................................................. 39
J. Teknik Analisis Data.......................................................................... 39
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANA. Letak Administrasi dan Geografis ..................................................... 41B. Struktur Organisasi ........................................................................... 42C. Kependuduk ...................................................................................... 44D. Sarana dan Prasarana Kelurahan Kampung Baru .............................. 47
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Identitas Responden ........................................................................... 49B. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................. 52
A. Tingkat Religiusitas Orang Tua ................................................... 52B. Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan ....................................... 60
C. Tabel Silang ...................................................................................... 66D. Tingkat Religiusitas Orang Tua ........................................................ 68E. Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan Pada Anak .......................... 70F. Interpretasi Korelasi Rank Spearman ............................................... 72G. Pembahasan ....................................................................................... 74
1. Tingkat Religiusitas Orang Tua ..................................................... 742. Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan Pada Anak ..................... 773. Hubungan Tingkat Religiusitas Orang Tua dengan Internalisasi
Nilai-nilai Anti Kekerasan Pada Anak ......................................... 794. Penelitian yang Relevan ............................................................... 83
VI. PENUTUPA. Kesimpulan ........................................................................................ 85B. Saran ................................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Definisi Operasional ............................................................................... 312. Hasil Uji Validitas dengan Menggunakan Rumus Korelasi Product
Moment ................................................................................................... 38
3. Hasil Uji Reliabilitas............................................................................... 39
4. Makna Nilai Korelasi Spearman............................................................. 40
5. Batas Wilayah Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ........................ 41
6. Distribusi Penduduk Kelurahan Kampung Baru berdasarkan
Pendidikan Tahun 215 ........................................................................... 45
7. Distribusi Penduduk Kelurahan Kampung Baru berdasarkan Mata
Pencaharian Tahun 2015......................................................................... 47
8. Sumber Air Bersih Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 .................. 47
9. Tempat Ibadah Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ........................ 48
10. Dimensi Ideologis Responden Kelurahan Kampung Baru Tahun 2018 54
11. Dimensi Ritualistik Responden Kelurahan Kampung Baru .................. 55
12. Dimensi Eksperensial Responden Kelurahan Kampung Baru .............. 57
13. Dimensi Intelektual Responden Kelurahan Kampung Baru .................. 58
14. Dimensi Konsekuensional Resonden Kelurahan Kampung Baru ......... 60
15. Metode Keteladanan Responden Kelurahan Kampung Baru ................. 61
16. Metode Kebiasaan Responden Kelurahan Kampung Baru ................... 62
17. Metode Nasehat dan Cerita Responden Kelurahan Kampung Baru ..... 63
18. Metode Targib wa Tarhib Responden Kelurahan Kampung Baru ........ 66
19. Tabel Silang Pendidikan Terakhir Responden dengan Tingkat
Religiusitas Orang Tua Kelurahan Kampung Baru ............................... 67
20. Tabel Silang Pekerjaan Responden dengan Tingkat Religiusitas Orang
Tua Kelurahan Kampung Baru .............................................................. 68
xix
21. Hasil Olah Data Rank Spearman ........................................................... 72
22. Tabel Silang Tingkat Religiusitas Orang Tua dengan Internalisasi
Nilai-nilai Anti Kekerasan pada Anak.................................................... 73
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Kasus Kekerasan pada Anak di Indonesia ............................................. 22. Kerangka Pikir ....................................................................................... 233. Peta Kelurahan Kampung Baru Tahun 2018 ......................................... 424. Struktur Organisasi Kelurahan Kampung Baru Tahun 2018 ................. 435. Struktur Organisasi Lingkungan/RT Kelurahan Kampung Baru Tahun
2018 ....................................................................................................... 436. Identitas Responden menurut Jenis Kelamin Kelurahan Kampung
Baru Tahun 2018 .................................................................................... 507. Identitas Responden menurut Usia Kelurahan Kampung Baru Tahun
2018 ........................................................................................................ 508. Identitas Responden menurut Pendidikan Terakhir Kelurahan
Kampung Baru Tahun 2018 ................................................................... 519. Identitas Responden menurut Pekerjaan Kelurahan Kampung Baru
Tahun 2018 ........................................................................................... 5210. Tingkat Religiusitas Orang Tua Kelurahan Kampung Baru .................. 6911. Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan pada Anak Kelurahan
Kampung Baru ....................................................................................... 71
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... iABSTRAK ..................................................................................................... iiHALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iiiHALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ivSURAT PERNYATAAN .............................................................................. vRIWAYAT HIDUP ....................................................................................... viMOTTO ......................................................................................................... viiPERSEMBAHAN .......................................................................................... viiiSANWACANA .............................................................................................. ixDAFTAR ISI .................................................................................................. xiiiDAFTAR TABEL .......................................................................................... xviDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang .................................................................................. 1B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 6
1. Tinjauan tentang Orang Tua ......................................................... 62. Tinjauan tentang Anak .................................................................. 63. Tinjauan tentang Religiusitas ....................................................... 64. Tinjauan tentang Kekerasan ........................................................ 105. Tinjauan tentang Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan .......... 15
5.1 Nilai-nilai Anti Kekerasan .................................................... 15B. Landasan Teori .................................................................................. 22C. Kerangka Pikir .................................................................................. 25D. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 27E. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 28
III. METODE PENELITIANA. Tipe Penelitian .................................................................................. 29B. Definisi Konseptual .......................................................................... 29C. Definisi Operasional ......................................................................... 30D. Lokasi Penelitian ............................................................................... 33E. Unit Analisis ...................................................................................... 33
xiv
F. Populasi Penelitian ............................................................................ 341. Populasi ........................................................................................ 342. Sampel .......................................................................................... 34
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 36H. Teknik Pengolahan Data ................................................................... 37I. Uji Instrumen .................................................................................... 39
1. Uji Validitas .................................................................................. 392. Uji Reliabilitas .............................................................................. 40
J. Teknik Analisis Data .......................................................................... 40
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANA. Letak Administrasi dan Geografis ..................................................... 42B. Struktur Organisasi ........................................................................... 43C. Kependuduk ...................................................................................... 45D. Sarana dan Prasarana Kelurahan Kampung Baru .............................. 48
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Identitas Responden ........................................................................... 50B. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................. 53
A. Tingkat Pemahaman Agama Orang Tua ....................................... 53B. Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan ....................................... 60
C. Tabel Silang ...................................................................................... 68D. Tingkat Pemahaman Agama Orang Tua ........................................... 69E. Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan Pada Anak........................... 70F. Interpretasi Korelasi Rank Spearman ............................................... 72G. Pembahasan ....................................................................................... 75
1. Tingkat Pemahaman Agama Orang Tua ........................................ 752. Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan Pada Anak ...................... 783. Hubungan Tingkat Pemahaman Agama Orang Tua dengan
Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan Pada Anak ..................... 814. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 84
VI. PENUTUPA. Kesimpulan ........................................................................................ 87B. Saran ................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional ............................................................................... 322. Hasil Uji Validitas dengan Menggunakan Rumus Korelasi Product
Moment ................................................................................................... 39
3. Hasil Uji Reliabilitas............................................................................... 40
4. Makna Nilai Korelasi Spearman............................................................. 41
5. Batas Wilayah Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ......................... 42
6. Distribusi Penduduk Kelurahan Kampung Baru berdasarkan
Pendidikan Tahun 215 ........................................................................... 46
7. Distribusi Penduduk Kelurahan Kampung Baru berdasarkan Mata
Pencaharian Tahun 2015......................................................................... 47
8. Sumber Air Bersih Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 .................. 48
9. Tempat Ibadah Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ........................ 49
10. Dimensi Ideologis Responden Kelurahan Kampung Baru Tahun 2018 54
11. Dimensi Ritualistik Responden Kelurahan Kampung Baru .................. 55
12. Dimensi Eksperensial Responden Kelurahan Kampung Baru .............. 57
13. Dimensi Intelektual Responden Kelurahan Kampung Baru .................. 58
14. Dimensi Konsekuensional Resonden Kelurahan Kampung Baru ......... 60
15. Metode Keteladanan Responden Kelurahan Kampung Baru ................. 61
16. Metode Kebiasaan Responden Kelurahan Kampung Baru ................... 63
17. Metode Nasehat dan Cerita Responden Kelurahan Kampung Baru ..... 64
18. Metode Targib wa Tarhib Responden Kelurahan Kampung Baru ......... 67
19. Tabel Silang Pendidikan Terakhir Responden dengan Tingkat
Pemahaman Agama Orang Tua Kelurahan Kampung Baru .................. 68
20. Tabel Silang Pekerjaan Responden dengan Tingkat Pemahaman
Agama Orang Tua Kelurahan Kampung Baru ...................................... 69
21. Hasil Olah Data Rank Spearman ........................................................... 72
xvi
22. Tabel Silang Tingkat Pemahaman Agama Orang Tua dengan
Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan pada Anak................................ 74
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir ....................................................................................... 262. Peta Kelurahan Kampung Baru Tahun 2018 ......................................... 433. Struktur Organisasi Kelurahan Kampung Baru Tahun 2018 ................. 444. Struktur Organisasi Lingkungan/RT Kelurahan Kampung Baru Tahun
2018 ....................................................................................................... 455. Identitas Responden menurut Jenis Kelamin Kelurahan Kampung
Baru Tahun 2018..................................................................................... 506. Identitas Responden menurut Usia Kelurahan Kampung Baru Tahun
2018 ........................................................................................................ 517. Identitas Responden menurut Pendidikan Terakhir Kelurahan
Kampung Baru Tahun 2018 ................................................................... 528. Identitas Responden menurut Pekerjaan Kelurahan Kampung Baru
Tahun 2018 ........................................................................................... 529. Tingkat Pemahaman Agama Orang Tua Kelurahan Kampung Baru ..... 7010. Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan pada Anak Kelurahan
Kampung Baru ....................................................................................... 72
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Orang tua merupakan orang pertama yang dikenal anak. Orang tua merupakan
orang pertama yang membimbing tingkah laku (Mardiyah, 2015). Orang tua yang
dimaksud di sini adalah ayah dan ibu yang melahirkan kita. Orang tua merupakan
pendidik pertama dan yang paling utama dalam membentuk karakter dan potensi
seorang anak. Oleh karena itu, hendaknya setiap orang tua harus benar-benar
memperhatikan pola pengasuhan atau pendidikan yang diterapkan kepada
anaknya. Pola asuh yang baik akan mampu membentuk kepribadian anak menjadi
baik, sedangkan pola asuh yang buruk akan membentuk kepribadian yang buruk
pula. Orang tua disini tidak hanya sekedar memberikan fasilitas berupa
pendidikan formal, pakaian, makan dan minum tetapi juga berupa kasih sayang
dan perhatian.
Pola pengasuhan yang baik sebaiknya dipelajari dan diterapkan sejak dini.
Seorang anak yang mendapatkan perlakuan buruk dari orang tua akan cenderung
bertingkah laku buruk di masa dewasanya. Misal orang tua yang pola pengasuhan
anaknya terlalu otoriter atau menggunakan metode penghukuman (pemukulan)
maka anak tersebut akan cenderung berlaku kasar pada saat dewasa. Dalam hal ini
banyak sekali contoh kasus kekerasan pada anak yang terjadi di Indonesia.
Berikut data kasus kekerasan pada anak di Indonesia:
2
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2011 2012 2013 2014 2016 2017
217831524311506633392737
Gambar 1.Kasus Kekerasan Pada Anak di Indonesia
Sumber: Setyawan (2015), Widiarni dan Permatasari (2017)
Kekerasan pada anak ini mempunyai dampak yang cukup membahayakan salah
satunya dari segi psikologi yaitu seorang anak yang mengalami perlakuan kasar
akan merasa takut kepada orang tuanya dan mengangap bahwa ia tidak dicintai.
Data penelitian menunjukkan bahwa 24 dari 100 ribu anak mengalami trauma
yaitu trauma yang berkenaan dengan pendarahan pada otak. Hal tersebut
disebabkan oleh minimnya kemampuan orang tua untuk mendidik anak (Sa’ad,
2016). Selain itu, anak laki-laki yang mengalami kekerasan ketika mereka
semakin besar, mereka cenderung menjadi sangat agresif dan bermusuhan dengan
orang lain, sedangkan anak perempuan sering mengalami kemunduran dan
menarik diri dari dunia sosial (Praditama, Nurhadi, Budiarti, 2015).
Dampak buruk di atas akan membawa masalah yang semakin meluas, melihat
bahwa anak adalah generasi penerus bangsa yang patut untuk dididik dengan baik.
3
Maka untuk mengatasi banyaknya kasus kekerasan pada anak, penerapan nilai
ajaran agama Islam dengan baik bisa menjadi solusi yang baik. Hendaknya setiap
orang tua harus mampu memahami agama Islam dengan baik dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Agama Islam dinilai sebagai solusi yang tepat untuk
mengurangi kasus kekerasan pada anak dikarenakan di masyarakat Indonesia
merupakan mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Selain itu, tentunya
setiap agama selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menciptakan nilai-
nilai anti kekerasan dalam segala aspek kehidupan termasuk juga agama Islam.
Agama Islam adalah agama yang telah mengatur semua masalah dalam kehidupan
manusia, baik hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan
manusia maupun manusia dengan alam sekitar. Karena itu agama Islam disebut
sebagai agama rahmatan lil alamin yang artinya agama yang membawa rahmat
(kasih sayang) bagi seluruh alam semesta. Oleh karena itu, di dalam agama Islam
terdapat banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist yang mengajarkan mengenai nilai
kasih sayang dan kelembutan. Salah satunya yaitu terdapat dalam Q.S Ali ‘Imran
ayat 159 yaitu:
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembutterhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar,tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu”
Berdasarkan ayat di atas, jelas sekali bahwa agama Islam sangat mengajarkan
mengenai nilai kelemah lembutan. Namun, untuk melihat fakta di lapangan bahwa
penerapan agama Islam dapat mengurangi kasus kekerasan pada anak perlu di
lakukan penelitian. Penelitian ini memfokuskan pada hubungan tingkat
4
religiusitas orang tua dengan internalisasi nilai-nilai anti kekerasan pada anak di
Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Labuhan Ratu, Kota Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas berikut rumusan masalah penelitian yaitu
Apakah terdapat hubungan antara tingkat religiusitas orang tua dengan
internalisasi nilai-nilai anti kekerasan pada anak di masyarakat Kelurahan
Kampung Baru?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat
religiusitas orang tua dengan internalisasi nilai-nilai anti kekerasan pada anak di
masyarakat Kelurahan Kampung Baru.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini dapat diharapkan mempunyai manfaat yaitu
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah referensi terhadap kajian Sosiologi Agama dan Sosiologi
Keluarga
b. Sebagai bahan acuan dan referensi penelitian sejenis selanjutnya
2. Manfaat Praktis
a. Menambah motivasi bagi orang tua untuk meningkatkan religiusitas
dengan baik.
b. Memberikan solusi dalam mengurangi kasus kekerasan pada anak.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Orang Tua
Orang tua menurut Gunarsa (1976) adalah dua individu yang berbeda
memasuki kehidupan bersama dengan membawa pandangan, pendapat, dan
kebiasaan sehari-hari (Febriana, Deliana, dan Muhammad, 2014). Orang tua
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ayah dan ibu yang melahirkan.
Orang tua adalah keluarga inti yaitu tempat sosialisasi pertama bagi anak.
Sehingga orang tua memegang peran penting dalam proses internalisasi nilai-
nilai anti kekerasan.
2. Tinjauan tentang Anak
Noviyani (2016) menetapkan bahwa batas usia remaja berkisar pada usia 10
tahun sampai usia 21 tahun. Sedangkan menurut UU No. 4 tahun 1979
mengenai kesehjateraan anak menyebutkan bahwa remaja adalah individu
yang belum mencapai usia 21 tahun. Jadi dalam penelitian ini remaja adalah
individu yang mencapai usia 10 - 21 tahun.
6
3. Tinjauan tentang Religiusitas
Religiusitas adalah tingkat keimanan agama seseorang yang dicerminkan
dalam keyakinan, pengalaman dan tingkah laku yang menunjuk kepada aspek
kualitas dari manusia yang beragama untuk menjalani kehidupan sehari-hari
dengan baik (Putri, 2012). Sedangkan menurut Edward Tylor (1922) agama
adalah suatu kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat spritual. Manusia
mengambangkan kepercayaan agama dalam rangka menjelaskan persoalan-
persoalan, seperti mimpi, visi, ketidaksadaran dan kematian (Haryanto, 2016).
Jadi, agama adalah seperangkat kepercayan yang memiliki praktik-praktik
tertentu dalam pengamalannya meliputi hal-hal spiritual maupun non spiritual.
Menurut Jalaludin (2016) agama memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. Berfungsi Edukatif
Agama berfungsi edukatif yaitu memberikan pelajaran atau pendidikan
bagi penganutnya. Dalam hal ini agama memuat perintah dan larangan
sehinggan penganutnya bisa membedakan yang benar dan salah.
2. Berfungsi Penyelamat
Keselamatan yang dimaksud dalam agama yaitu keselamatan di dunia dan
keselamatan di akhirat. Agama sebagai sarana untuk menyelamatkan
penganutnya dalam kehidupan dunia dan akhirat melalui petunjuk yang
termuat dalam Al-Qur’an dan Hadist.
3. Berfungsi sebagai pendamaian
Agama berfungsi sebagai pendamaian pada jiwa manusia. Sesuai degan
yang terdapat dalam Q.S Ar-Ra’du ayat 28 “Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenang”. Dalam agama penganutnya diajari
7
untuk mengenal dan selalu mengingat Allah, sehingga penganutnya
mendapatkan kedamaian jiwa.
4. Berfungsi sebagai social control
Para penganut agama terikat secara batin kepada ajaran agama tersebut.
Agama sebagai nilai, norma dan pedoman hidup sehingga bisa menjadi
kontrol sosial bagi individu maupun kelompok dalam melakukan suatu
tindakan tertentu.
5. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki
kesamaan dalam kesatuan yaitu rasa iman dan kepercayaan, atau dalam
Islam rasa solidaritas ini biasa disebut ukhuwah, yang artinya rasa
persaudaraan sesama muslim.
6. Berfungsi transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan individu maupun kelompok
menuju sebuah kehidupan baru yang lebih sesuai dengan aturan agama
tersebut.
7. Berfungsi kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para pengnutnya untuk bekerja
lebih produktif bukan hanya untuk kepentingan pribadi namun juga
kepentingan orag lain.
8. Berfungsi sublimatif
Ajaran agama menerima segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat
ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi, sebagai suatu bentuk
ibadah apabila dilakukan dengan niat tulus karena Allah.
8
Selain itu agama berdasarkan Ensiklopedia Agama Islam (1992), agama memiliki
beberapa unsur yaitu
1. Pengakuan adanya kekuatan gaib yang menguasai atau mempengaruhi
kehidupan manusia
2. Keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung pada adanya
hubungan baik antara manusia dengan kekuatan gaib
3. Sikap emosional pada hati manusia terhadap kekuatan gaib, seperti sifat takut,
hormat, cinta, penuh harap, pasrah, dan lain-lain
4. Tingkah laku tertentu yang dapat diamati, seperti sholat, doa, puasa, zakat,
suka menolong, tidak korupsi dan lain sebagainya (Mohammad dan Mustofa,
2014).
Menurut Glock & Stark (1966) ada lima dimensi atau aspek dari religiusitas
tersebut, yaitu:
1. Dimensi ideologis (religious belief)
yaitu dimensi yang menunjukkan tingkat keyakinan seseorang terhadap
kebenaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang fundamental.
2. Dimensi ritualistik (religious practice)
Yaitu dimensi yang menunjukkan tingkat kepatuhan seseorang dalam
mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual yang dianjurkan di dalam agamanya.
Kepatuhan ini ditunjukkan dengan mengerjakan rukun islam yaitu membaca
dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat, menunaikan zakat, puasa ramdhan,
dan naik haji apabila mampu.
9
3. Dimensi eksperiensial (religious feeling atau experiential dimension)
yaitu menunjukkan seberapa jauh tingkat seseorang dalam merasakan dan
mengalami perasaan-perasaan atau pengalaman-pengalaman religiusnya.
Misalnya seberapa besar seseorang merasakan kedekatan dengan Tuhannya,
kedamaian, keyakinan akan doanya terkabul, atau keyakinannya bahwa Tuhan
akan memberikan pertolongan. Dalam hal ini akan menimbulkan rasa sabar,
tenang, syukur, tawadhu’ dan sifat baik lainnya.
4. Dimensi intelektual (religious knowledge)
yaitu menunjukkan tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap
ajaran-ajaran agamanya, terutama yang termuat dalam kitab suci atau
pedoman pokok agamanya. Misalnya apakah individu memahami bagaimana
melakukan sholat/sembahyang, apakah sebagai orang tua paham bagaimana
mendidik anak sesuai dengan syariat islam.
5. Dimensi konsekuensial (religious effect)
yaitu menunjukkan tingkatan seseorang dalam berperilaku yang dimotivasi
oleh ajaran agamanya atau seberapa jauh seseorang mampu menerapkan
ajaran agamanya dalam perilaku hidupnya sehari-hari. Misalnya jika ajaran
agamanya mengajarkan untuk beramal, maka dia kemudian dengan senang
hati mendermakan uangnya untuk kegiatan sosial atau ketika dalam mendidik
anak ia senantiasa mengajarkan kebaikan sesuai syariat Islam. (Afiatin, 1998)
4. Tinjauan tentang Kekerasan
Kekerasan sebagai salah satu bentuk agresi, memiliki definisi yang beragam.
Abuse adalah kata yang biasa diterjemah menjadi kekerasan, penganiayaan,
10
penyiksaan, atau perlakuan salah. Dengan demikian, kekerasan adalah
perilaku yang tidak layak yang mengakibatkan kerugian atau bahaya secara
fisik, psikologis, atau finansial, baik yang dialami individu atau kelompok
(Huraerah, 2012). Berdasarkan Hidayati (2016), kekerasan dapat dibedakan
menjadi empat bentuk, yaitu:
1. Kekerasan fisik, yang termasuk kekerasan jenis ini adalah; menampar,
menendang, memukul, mencekik, mendorong, menggigit, membenturkan,
mengancam dengan benda tajam dan sebagainya. Dampak kekerasan ini
dapat dilihat secara jelas seperti; memar, berdarah, patah tulang, pingsan,
dan bentuk kondisi lain yang kondisinya lebih berat.
2. Kekerasan psikis, bentuk kekerasan ini tidak begitu mudah dikenali, sebab
akibat yang diderita korban tidak memberikan bekas yang nampak jelas
bagi orang lain. Wujud konkret kekerasan tersebut yaitu penggunaan kata-
kata kasar, penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan orang lain,
melontarkan ancaman dengan kata-kata, dan lain sebagainya.
3. Kekerasan seksual, yang termasuk dalam ketegori ini adalah segala
tindakan yang muncul dalam bentuk paksaan atau mengancam dengan
kekerasan untuk melakukan hubungan seksual (sexual intercourse).
4. Kekerasan ekonomi, kekerasan ini biasanya terjadi di lingkungan keluarga.
Contoh dari kekerasan ini adalah memaksa anak yang berusia di bawah
umur untuk bekerja.
Faktor- faktor penyebab kekerasan pada anak menurut Endira (2016) yaitu:
11
1. Kemiskinan
Kemiskinan adalah kondisi kekurangan dari segi ekonomi. Orang tua yang
sedang mengalami kemiskinan biasanya cenderung mengalami stres dan
melampiaskan kekesalannya pada sang anak. Ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan sang anak membuat orang tua melakukan kekerasan
pada anak.
2. Stres
stres yang dialami oleh Orang Tua akan mengakibatkan kehilangan
kendali emosionalnya sehingga bisa mnyebabkan terjadinya tindak
kekerasan pada anak.
3. Pengetahuan Orang Tua Atau Pengasuh Yang Kurang
Pengetahuan atau skill orangtua sangat berpengaruh pada bagaimana cara
berinteraksi dengan anak. Kebanyakan kasus kekerasan kepada anak
banyak disebabkan ketidaktahuan orangtua mengenai bagaimana cara
mendidik anak dengan baik. Orang tua yang tidak mengetahui ilmunya
biasanya akan menggunakan kekerasan fisik agar anaknya mau menurut
dan patuh akan perintahnya.
4. Dorongan Seksual Yang Tidak Terkendali
Salah satu bentuk kekerasan yang lainnya yaitu kekerasan seksual, tidak
jarang kekerasan seksual ini dilakukan oleh keluarga terdekat dari sang
anak seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara ipar atau yang lainnya.
5. Keberadaan Anak Yang Tidak Diinginkan
Anak yang tidak diinginkan oleh orangtuanya, adalah salah satu dari
korban kekerasan. Orangtua yang tidak mengharapkan kehamilannya,
12
sejak masih dalam kehamilan, akan melakukan segala cara untuk
melenyapkan si anak. Hal ini bisa dilihat banyaknya kasus pembuangan
bayi. Dan fakta yang tidak bisa dipungkiri adalah penghuni panti asuhan
kebanyakan adalah anak yang tidak diketahui keberadaan orangtuanya.
Dalam Pasal 1 angka 15 (a) UU No. 35 tahun 2014 tentang Pelindungan Anak
dijelaskan bahwa “kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual,
dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum”. Dalam
tindak pidana kekerasan fisik yang terdapat dalam Pasal 1 angka 15 (a) di atas
terdapat beberapa unsur yaitu:
1. Setiap perbuatan terhadap anak..
2. Berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan fisik.
Berdasarkan kedua unsur kekerasan di atas, maka kekerasan fisik terhadap
anak dilarang dalam hukum pidana Islam karena hal tersebut bertentangan
dengan konsep pemeliharaan diri (hifz an-nafs). Menurut ‘Audah (2001)
Larangan ini sejalan dengan maqâshid syarî’ah yaitu untuk kemaslahatan
dunia dan akhirat dengan memelihara lima unsur pokok dalam kehidupan
manusia yaitu: agama, diri, akal, keturunan, dan harta. Adapun bentuk-
bentuk keadaan yang dikecualikan dan membolehkan melakukan
perbuatan yang terlarang bagi orang-orang yang memiliki karakter khusus
sebab kondisi seseorang atau keadaan masyarakat yang menuntut adanya
pembolehan ini sebagai berikut:
13
1. Dalam pembelaan syar’i.2. Dalam mendidik.3. Dalam pengobatan.4. Dalam permainan kesatriaan.5. Dalam halalnya jiwa, anggota badan dan harta seseorang.6. Dalam hak dan kewajiban penguasa. (Hidayat, 2016)
Hukum Islam melarang semua bentuk kekerasan fisik terhadap anak, akan tetapi
dalam permasalahan tertentu dan dalam aturan tertentu diperbolehkan
menggunakan tindakan ta’dib (pengajaran) demi kemaslahatan anak untuk masa
depan. Adapun syarat-syarat dalam mendidik anak menurut ‘Audah (2001) yaitu:
1. Pendidikan wajib diberikan kepada anak kecil atas kesalahan yang telahdilakukannya, bukan atas kesalahan yang dikhawatirkan dilakukannya,
2. Pemukulan terhadap anak kecil juga tidak sampai melukainya, namundisesuaikan pada keadaan dan usianya,
3. Tidak pada muka dan tempat-tempat yang dikhawatirkan rawan sepertiperut dan kepala,
4. Harus dengan maksud pendidikan dan tidak berlebih-lebihan,5. Harus dianggap sebagai pendidikan untuk anak-anak.(Hidayat, 2016)
5. Tinjauan tentang Internalisasi Nilai-nilai Anti Kekerasan
Internalisasi nilai menurut Thoha (2006) yaitu merupakan teknik dalam
pendidikan nilai yang sasarannya adalah sampai pada pemilikan nilai yang
menyatu dalam kepribadian dan perilaku individu. Sedangkan menurut
Chaplin (2005) Internalisasi adalah penggabungan atau penyatuan sikap,
standar tingkah laku, pendapat, dan lainnya di dalam kepribadian. Ihsan
(1997), memaknai internalisasi sebagai upaya yang dilakukan untuk
memasukkan nilai-nilai ke dalam jiwa sehingga menjadi miliknya. dari ketiga
pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa internalisasi adalah proses
penanaman suatu nilai, sikap atu budaya kepada individu tertentu yang
menjadi obyek.
14
a. Nilai-nilai Anti Kekerasan
Secara teoritis, kekerasan terhadap anak (child abuse) dapat
didefinisikan sebagai peristiwa perlukaan fisik, mental, atau seksual
yang umumnya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tanggung
jawab terhadap kesejahteraan anak. Contoh yang paling jelas sebagai
bentuk kekerasan terhadap anak ialah pemukulan atau penyerangan
secara fisik berkali kali sampai terjadi luka atau goresan (Suyanto,
2013). Berdasarkan hasil analisis terhadap kandungan QS. Ali ‘Imran
ayat 159, terdapat beberapa konsep anti kekerasan yang dapat
diimplementasikan dalam mendidik anak, sebagai berikut:
1. Berlaku lemah lembut
Kandungan dari Q.S Ali ‘Imran ayat 159 ialah sifat perintah untuk
bersikap lemah lembut, sebagai mana yang terdapat dalam kutipan
ayatnya “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, engkau (Nabi
Muhammad SAW) berlaku lemah lembut terhadap mereka”. Sikap
lemah lembut merupakan suatu sifat pada diri seseorang yang mana
seseorang tersebut mampu bertutur kata yang tidak menyakiti orang
lain dengan perkataan ataupun perbuatan, serta memberikan
kemudahan dan ketenteraman kepada orang lain. Sifat ini merupakan
faktor subyektif yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam
melakukan proses sosialisasi dalam kehidupannya.
2. Pemaaf
Maaf artinya menghapus semua kesalahan yang pernah dilkukan oleh
individu lain terhadap diri kita. Sikap pemaaf ini bisa menjadikan
15
individu menjadi pribadi yang lebih tenang dan tidak menimbulkan
dendam terhadapa orang lain.
3. Musyawarah
Musyawarah adalah salah satu cara yang paling adil dan baik dalam
mencapai mufakat atau kesepakatan, dengan bermusyawarah akan
lebih menjauhkan dari persilisihan dan percekcokan (Jauhari, 2016).
Sedangkan menurut PBB nilai–nilai anti kekerasan (budaya damai) meliputi:
1. Menghormati hak hidup2. Keadilan3. Solidaritas4. Toleransi5. Hak asasi manusia6. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. (Hayadin, 2017)
Dalam Islam ada sebuah hadist tentang memukul anak ketika enggan menjalankan
shalat yaitu Rasulullah SAW bersabda:
“Perintahkanlah anak-anak kalian shalat saat (menginjak usia) tujuh (tahun),dan pukullah mereka (jika tetap enggan mengerjakan shalat) saat (menginjakusia) sepuluh (tahun karena sudah mendekati masa balig), dan pisahlahmereka di tempat-tempat tidur” (HR. Abu Dawud)
Berdasarkan Sa’ad (2016) Dari hadist diatas ada 8 pelajaran edukatif yang bisa
dipetik dari hadist tentang memukul anak ketika enggan menjalankan shalat yaitu:
1. Membiasakan anak menjalankan shalat sejak usia tujuh tahun. Kesimpulan
dari redaksi “perintahkan” menunjukkan suatu hal yang wajib. Hikmahnya
adalah agar anak terbiasa menjalankan shalat, sehingga ketika usia baligh
mudah untuk mengerjakan shalat.
16
2. Anak lebih siap pada usia tujuh tahun. Melatih dan membiasakan anak
untuk menjalankan anak pada usia tujuh tahun lebih tepat karena
berdasarkan watak anak pada usia ini lebih mudah menurut, cenderung
meniru dan belum terhalang kebiasaan buruk yang lain. Pada usia inilah
fase pembangunan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan tekad yang kuat
tidak terkotori oleh perilaku buruk yang lain.
3. Bertahap dalam mendidik anak. Dari usia tujuh tahun sampai sepuluh
tahun merupakan tahap proses, pembiasaan, dorongan dan latihan,
sehingga waktu selama tiga tahun tersebut cukup untuk proses konsistensi
dalam menjalankan shalat.
4. Tanggung jawab orang tua lebih besar, dan pukulan lebih dulu diharuskan
bagi orang dewasa sebelum anak. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
menyampaikan penjelasan menawan terkait persoalan ini “siapapun yang
ditaati wajib memerintahkan orang yang taat untuk shalat, bahkan anak-
anak yang belum balig. Terkait hadist tentang memukul anak ketika
enggan shalat, siapa yang punya anak lalu ia tidak perintahkan shalat,
maka orang tua harus dihukum jika tidak memerintahkan yang kecil.
Orang tua harus diberi hukuman berat terkait hal ini, karena ia durhaka
kepada Allah dan rasul-Nya.”
5. Tiga tahun cukup untuk perencanaan positif. Jika diakumulasikan jumlah
shalat selama tiga tahun mencapai 5.745 kali. Sebanyak inilah anak
latihan untuk disiplin. Jumlah sebanyak ini dianggap sudah cukup untuk
menata anak mengerjakan shalat dari sisi akidah, penerapan dan
pengaturan waktu secara teratur dan disiplin.
17
6. Shalat sebagai model untuk interaksi dengan perilaku-perilaku lain. Shalat
adalah tiang agama dan pondasi utama Islam. Meninggalkan shalat adalah
perbuatan kafir menurut jumhur ulama. Namun, jika anak membangkan
dalam hal lain apakah anak juga harus dipukul. Berdasarkan hadist diatas
maka dapat disimpulkan bahwa diperlukan waktu tiga tahun untuk
pembelajaran dengan beragam langkah-langkah yang bersifat dorongan
dan latihan. Anak tidak boleh dipukul sebelum usia sepuluh tahun.
7. Rasulullah SAW tak pernah sekalipun memukul kecuali ketika larangan
Allah dilanggar, ketika itulah beliau membalas karena Allah. Mendidik
dengan penghormatan, penghargaan, cinta dan kepercayaan, bukan dengan
menkut-nakuti.
Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh
Nadjih dan Imroatun (2016) yaitu ada beberapa metode pendidikan Islam yang
ada dalam dalam hadis sebagai berikut.
1. Metode Keteladanan
Fitrah manusia terhadap figur teladan bersumber dari kecenderungan
alamiah meniru yang lebih baik darinya. Peniruan adalah kondisi mental
seseorang yang senantiasa merasa bahwa dirinya berada dalam perasaan
yang sama dengan kelompok lain (empati) yang memiliki kelebihan. Anak
lebih cenderung meniru orang dewasa. Hal ini sesuai dengan tahapan
sosialisasi yaitu tahap play stage (meniru). oleh karena itu orang tua harus
mampu menjadi teladan yang baik untuk anaknya. Selain itu pemilihan
lingkungan bermain dan sekolah yang baik juga berpengaruh dalam
18
perkembangan keteladanan ini. Hendaknya benar-benar diperhatikan
segala aktivitas anak dalam dunia nyata maupun saat menyentuh dunia
maya.
2. Metode Kebiasaan
Orang tua mempunyai peran penting dalam mendidik anak melalui metode
kebiasaan. Orang Tua harus membiasakan anaknya bersikap pemaaf,
lemah lembut, dan baik sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak
suka melakukan kekerasan. Metode kebiasaan ini perlu dilakukan latihan
secara terus menerus dan diulang-ulang. Nadjih dan Imroatun (2016)
menyebutkan sebuah hadist Rasulullah mengajarkan tentang kebiasaan
yaitu
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasululluh Shallallahu'alaihi wasallammasuk ke dalam masjid, lalu ada seorang laki-laki yang ikut masukkemudian shalat. Setelah itu ia datang kepada Rasulullah saw denganmengucapkan salam kepada Rasulullah saw dan beliau membalassalamnya sambil berkata “kembalilah dan ulangi shalatmu karenakamu belum mengerjakan shalat!” la lalu kembali lagi danmengulangi shalatnya seperti shalat pertamanya. Kemudian ia datanglagi kepada Rasulullah saw dengan mengucapkan salam kepadabeliau dan Rasulullah saw berkata,"Wa'alaika as-salam. Kembali danulangi lagi shalatmu karena kamu belum mengerjakan shalat, laluorang tersebut shalat seperti itu sampai tiga kali. Setelah itu orangtersebut berkata "Demi Dzat yang mengutus engkau denganmembawa kebenaran, aku tidak bisa shalat lebih baik lagi dari yangseperti ini, maka ajarilah aku!" Rasulullah saw. lalu bersabda,”jikakamu telah berdiri untuk shalat, maka bertakbirlah kemudian bacaAl-Qur'an yang mudah bagimu. Kemudian ruku'lah hingga kamutenang (tuma'ninah) dalam rukumu dan bangkitlah dari ruku' hinggakamu berdiri tegak. Lalu sujudlah kamu hingga kamu tenang(tuma'ninah) dalam sujudmu, dan bangkitlah dari sujud hingga kamutenang (tuma'ninah) dalam keadaan duduk. Kerjakanlah semua haltersebut pada setiap shalatmu”. (HR. Nasa’i) dalam Nadjih danImroatun (2016)
19
3. Metode Nasehat dan Cerita
Nasihat berpengaruh positif dalam meninggalkan bekas pada anak dalam
mengoptimalkan akal dan pendengarannya. Dalam interaksi orang tua dan
anak, metode ini dapat menjadi ungkapan perhatian orang tua terhadap
anak. Nasihat yang baik lebih mengena di hati anak dengan lemah lembut
dan penuh kasih sayang untuk mengasah kepekaan jiwa dan menjaga
perasaan anak. Seperti yang disabdakan Rasulullah bahwa, “Agama itu
nasihat. Nasihat baik bagi Allah, kitabnya, Rasul-Nya, para pemimpin
kaum muslimin dan kaum awamnya”. (HR. Muslim) dalam Nadjih dan
Imroatun (2016)
4. Metode Targib wa Tarhib
Secara etimologi, kata targib diambil dari kata kerja ragaba yang
berarti menyenangi, menyukai, dan mencintai. Kata itu diubah menjadi
kata benda targib yang mengandung makna suatu harapan untuk
memperoleh kesenangan, kecintaan, kebahagiaan yang bisa dimunculkan
dalam bentuk janji-janji keindahan dan kebahagiaan merangsang harapan
dan semangat untuk memperolehnya. Secara umum targib adalah janji
yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan
dan kenikmatan. Penundaan tersebut bersifat pasti, baik dan murni, serta
dilakukan melalui amal saleh atau pencegahan diri dari kelezatan yang
membahayakan (pekerjaan buruk). Dan yang jelas semuanya dilakukan
untuk membersihkan diri dalam rangka mendekatkan diri dan mencari
ridha Allah. Di sisi lain tarhib berasal dari kata rahaba yang berarti
20
menakut-nakuti atau mengancam. Lalu kata itu diubah menjadi kata benda
tarhib yang berarti kebalikan dari targib, ancaman hukuman.
Tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan
oleh perbuatan dosa, kesalahan atau pelanggaran syariat. Metode ini
didasarkan atas fitrah manusia yang diberikan Allah berupa dua sifat
alamiah yang kontradiktif. Satu sisi keinginan terhadap kekuatan,
kenikmatan, kesenangan hidup, dan kehidupan abadi yang baik yang
disertai ketakutan akan kepedihan, kesengsaraan dan kesudahan yang
buruk. Fokus pendidikan praktis bagi anak adalah dengan melatih dan
membiasakan. Penanaman kesan baik dan buruk pada diri anak melalui
targib dan tarhib mendukung secara komplementer. Masing-masing
berbentuk pujian (sawab) dihadapannya sekiranya tampak dari dirinya
perilaku yang baik. Celaan/teguran menjadi kebalikan ketika ia merasa
risih terhadap sesuatu yang tercela yang muncul dari dalam dirinya.
B. Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan perspektif fungsionalis. Boty (2015) menyebutkan
bahwa perspektif fungsionalis memandang masyarakat sebagai suatu jaringan
kelompok yang bekerjasama secara terorganisasi dan bekerja dalam suatu cara
yang teratur menurut seperangkat peraturan dan nilai yang dianut oleh sebagian
besar masyarakat tersebut. Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil
dengan suatu kecenderungan untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras
dan seimbang. Perspektif ini melontarkan pandangan bahwa setiap kelompok atau
21
lembaga melaksanakan tugas tertentu dan terus-menerus, karena hal itu dipandang
fungsional.
Secara esensial menurut Naszir (2009), prinsip-prinsip pokok perspektif ini adalah
sebagai berikut:
1. Masyarakat merupakan sistem yang kompleks yang terdiri dari bagian-
bagian yang saling berhubungan dan saling tergantung, dan setiap bagian-
bagian tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap bagian-bagian
lainnya.
2. Setiap bagian dari sebuah masyarakat eksis karena bagian tersebut
memiliki fungsi penting dalam memelihara eksistensi dan stabilitas
masyarakat secara keseluruhan; karena itu, eksistensi dari satu bagian
tertentu dari masyarakat dapat diterangkan apabila fungsinya bagi
masyarakat sebagai keseluruhan dapat diidentifikasi.
3. Semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan
dirinya, yaitu mekanisme yang dapat merekatkannya menjadi satu; salah
satu bagian penting dari mekanisme ini adalah komitmen anggota
masyarakat kepada serangkaian kepercayaan dan nilai yang sama.
4. Masyarakat cenderung mengarah pada suatu keadaan ekuilibrium, dan
gangguan pada salah satu bagiannya cenderung menimbulkan penyesuaian
pada bagian lain agar tercapai harmoni atau stabilitas.
5. Perubahan sosial merupakan kejadian yang tidak biasa dalam masyarakat,
tetapi apabila hal tersebut terjadi, maka perubahan itu pada umumnya akan
22
membawa konsekuensi-konsekuensi yang menguntungkan masyarakat
secara keseluruhan (Boty, 2015).
Jadi perspektif fungsionalis memandang agama berdasarkan fungsinya, agama
sebagai salah satu pedoman dalam menentukan nilai dan norma masyarakat harus
mampu melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga bisa mewujudkan
keteraturan sosial baik dari taraf individu, keluarga, masyarakat hingga bangsa.
Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan manusia sebagai pedoman, aturan
dan undang-undang Tuhan yang harus di taati dan mesti dijalankan dalam
kehidupan. Agama sebagai way of life, sebagai pedoman hidup yang harus
diberlakukan dalam segala segi kehidupan. Orang yang beragama dapat
mendisiplinkan dirinya sendiri, menguasai nafsunya sesuai dengan ajaran agama.
Orang yang beragama cenderung berbuat baik sebanyak-banyaknya, dengan
hartanya, tenaganya dan pikirannya. Dan dia akan berusaha sehabis daya
upayanya untuk menghindarkan dirinya dari segala perbuatan yang keji dan
munkar (Muhammaddin, 2013).
C. Kerangka Pikir
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang wajib dididik dan diasuh dengan
baik. Penerapan pola asuh yang tepat sangat mempengaruhi kepribadian dan masa
depan anak. Namun, kasus kekerasan seringkali justru terjadi di dalam rumah,
seperti yang disebutkan dalam Global Report 2017: Ending Violence In
Childhood, bahwa sebanyak 73,7 persen anak-anak Indonesia berumur 1-14 tahun
mengalami kekerasan di rumah (Gerintya, 2017).
23
Perspektif fungsionalis
Tingkat Religiusitas
1. Dimensi ideologis2. Dimensi ritualistik3. Dimensi
eksperiensial4. Dimensi intelektual5. Dimensi
konsekuensional
Internalisasi nilai-nilai AntiKekerasan
1. Metode keteladanan2. Metode kebiasaan3. Metode nasehat dan
cerita4. Metode targib wa
tarhib
Banyaknya kasus kekerasan tersebut dikarenakan orang tua tidak mempunyai
kontrol sosial yang kuat dan tidak memegang dengan teguh suatu nilai yang
mempunyai kebenaran di masyarakat. Maka, agama Islam bisa dijadikan pedoman
dalam mendidik anak khususnya dalam proses internalisasi nilai-nilai anti
kekerasan pada anak. Dalam hal ini, agama Islam memuat unsur nilai yang
bersifat lemah lembut dan tidak ada sama sekali unsur yang mengajarkan tentang
kekerasan. Oleh karena itu, apabila nilai agama Islam ini dapat berfungsi dengan
baik dalam sebuah keluarga, maka internalisasi nilai-nilai anti kekerasan akan
berjalan dengan baik pula. Seperti yang dijelaskan oleh perspektif fungsionalis
bahwa apabila masyarakat menerapkan suatu nilai sesuai dengan fungsinya maka
keteraturan sosial akan terwujud. Agama bisa menjadi solusi bagi internalisasi
nilai-nilai anti kekerasan yang baik pada anak.
Gambar 2. Kerangka Pikir
24
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini dilakukan oleh Rendra Andi Christianto pada tahun 2013 yang
berjudul “Pendidikan Nilai-nilai anti kekerasan dalam Keluarga (Peranan Orang
Tua dalam Penerapan Nilai-nilai Nilai-nilai anti kekerasan dalam Keluarga di
GKMI Siloam)”. Penelitian ini tepatnya dilakukan di GKMI Silom, kota Salatiga,
Jawa Tengah. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan alat
instrumen berupa wawancara, FGD, dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa proses pendidikan
nilai-nilai anti kekerasan yang dilakukan oleh pihak gereja meliputi:
1. Ajaran nilai-nilai anti kekerasan
Ajaran nilai-nilai anti kekerasan disampaikan lewat pada ibadah-ibadah,
pemahaman Alkitab, katekisasi, seminar dan pembinaan tentang nilai-nilai anti
kekerasan. Selain melakukan sosialisasi, gereja juga melakukan pengajaran
nilai-nilai anti kekerasan melalui kalender gereja. Yaitu pada bulan Juli yaitu
bulan keluarga dan bulan September yaitu bulan nilai-nilai anti kekerasan.
Namun ada beberapa kendala yaitu jemaat tidak semua hadir dalam ibadah-
ibadah yang dilaksanakan dan kurangnya SDM untuk memberikan
pengetahuan melalui seminar. Sehingga menyebabkan pemahaman jemaat
tentang konsep nilai-nilai anti kekerasan menjadi minim. Selain itu, Pada
pengumpulan data melalui teknik Focus Group Discussion (FGD) dengan
orang tua, mereka menyatakan bahwa konsep nilai-nilai anti kekerasan telah
disosialisasikan dan diajarkan oleh gereja. Namun untuk penjabaran yang lebih
kongkret belum jelas, karena masih disampaikan hanya sebatas khotbah-
khotbah, sehingga jemaat kurang memahami dengan tepat tentang konsep nilai-
25
nilai anti kekerasan. Padahal para orang tua menginginkan sesuatu hal yang
lebih dari itu. Disamping itu dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan seperti
Bulan Nilai-nilai anti kekerasan dan Bulan Keluarga, jemaat menginginkan
kegiatan yang lebih kreatif dan menarik.
2. Pemberdayaan Keluarga
Berdasarkan data-data penelitian, gereja baru memulai pemberdayaan keluarga
dengan cara memberikan sosialisasi dan edukasi mengenai nilai anti kekerasan
kepada orang tua.
3. Penerapan Nilai Nilai-nilai anti kekerasan yang Dilakukan oleh Orang Tua
Penerapan nilai nilai-nilai anti kekerasan yang dilakukan oleh orang tua ada
beberapa cara yaitu
a. Orang tua mensosialisasikan dan menyampaikan nilai-nilai nilai-nilai anti
kekerasan mulai dari keluarga inti secara langsung, yaitu dengan
mengajarkan dan menanamkan nilai nilai-nilai anti kekerasan pada anak
sejak dini.
b. Perhatian pada aspek jasmani dan rohani. Perhatian dan kasih sayang dapat
menjadikan suatu lingkungan yang hangat bagi anak-anak, sehingga
keluarga dapat menolong anak untuk mengembangkan sikap maupun nilai
nilai-nilai anti kekerasan. Dalam hal ini orang tua tidak sebatas
menyerahkan kepada lembaga, misalnya dalam sekolah minggu. Tetapi turut
serta dalam memberikan kelanjutan pengajaran pada saat mereka sudah
pulang ke rumah. Hal ini mudah dilakukan bagi orang tua karena secara
tidak langsung anak-anak telah mengenal nilai nilai-nilai anti kekerasan dari
Sekolah Minggu yang berisi pengajaran tentang cinta damai Selain itu orang
26
tua sangat mendukung kegiatan gereja dalam berbagai aspek misalnya dana
maupun tenaga. Berdasarkan hasil teknik Focus Group Discussion (FGD)
yang telah dilakukan pada orang tua, juga ditemukan bahwa orang tua
menyadari akan pentingnya ibadah dalam keluargaIstilah ibadah keluarga
bagi GKMI Siloam adalah Mimbar Keluarga. Pelaksanaannya tidak
terjadwal rutin, dan biasanya selain berkegiatan membaca Alkitab, berdoa,
dan bernyanyi memuji Tuhan, setiap anggota keluarga juga berbagi
pengalaman dan memberi masukan untuk anggota keluarga lainnya supaya
belajar saling mengakui dan menerima kesalahan.
c. Menerapkan nilai nilai-nilai anti kekerasan melalui penyelesaian konflik.
Mempertahankan hubungan sebagai suami-istri. Dalam teknik FGD dengan
orang tua, ditemukan bahwa menurut pihak laki-laki mereka
mempertahankan hubungan pernikahannya dengan cara saling
menyenangkan satu sama lain, menyadari bahwa istri adalah anugerah
pemberian dari Tuhan, berusaha membimbing dan pengorbanan. Menurut
salah satu peserta FGD, Ia mengatakan dengan cara seni mengasihi, yang
dimaksud seni mengasihi yaitu mengasihi melalui keahlian dengan
membuat karya yang mengasihi secara fisik. Menurut pihak perempuan,
dalam mempertahankan hubungan pernikahannya adalah dengan
berlandaskan atas dasar cinta. Mereka memahami bahwa suami itu adalah
anugerah yang diberikan Tuhan. Dan mengupayakan saling memaafkan
antara suami dan istri sehingga konflik yang terjadi tidak berlarut-larut,
karena menurut mereka suka danduka harus dilalui bersama.
d. Orang tua menerapkan nilai nilai-nilai anti kekerasan melalui keteladanan.
27
Hasil teknik Focus Group Discussion (FGD) dengan para orang tua, orang
tua memberikan teladan dengan menjadi ayah dan ibu yang baik. Sebagai
kepala keluarga yang penuh tanggung jawab, peranan ayah adalah sangat
vital dan sangat mempengaruhi tujuan-tujuan masyarakat bangsa dan dunia.
Di dalam keluarga orang tua memberikan teladan dari hal terkecil, misalnya:
berdoa, kejujuran, dan sikap perbuatan
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir tersebut, maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat hubungan antara tingkat religiusitas orang tua terhadap
internalisasi nilai anti kekerasan pada anak.
Ha: Terdapat hubungan antara tingkat religiusitas orang tua terhadap
internalisasi nilai anti kekerasan pada anak .
28
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian korelasi.
Pendekatan kuantitatif adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan tata cara
pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil analisis dalam rangka
mendapatkan informasi guna penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan
yang bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis yang ada (Solimun, 2001).
Sudjana dan Ibrahim (2007) menjelaskan mengenai pengertian dari metode
penelitian korelasional, “studi korelasi mempelajari hubungan dua variabel atau
lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi
dalam variabel lain.” Hal ini senada dengan Syaodih (2007) “studi hubungan
(associational study), disebut juga studi korelasional (correlational study),
meneliti hubungan antara dua hal, dua variabel atau lebih.” (Utami, 2013).
B. Definisi Konseptual
Definisi konseptual dalam penelitian ini meliputi variabel-variabel sebagai
berikut:
1. Variabel Independent
Variabel independent yaitu internalisasi nilai-nilai anti kekerasan pada
anakang mempengaruhi variabel lain. Pada penelitian ini yang menjadi
29
variabel independent atau variabel bebas adalah tingkat religiusitas Orang
Tua. Variabel tingkat religiusitas orang tua dalam penelitian ini adalah diukur
dari seberapa tinggi tingkat pemahan agama yang dimiliki oleh para orang tua.
Religiusitas orang tua ini kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Variabel Dependent
Variabel dependent yaitu internalisasi nilai-nilai anti kekerasan pada anakang
tergantung pada variabel lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel
dependent atau variabel terikat adalah internalisasi nilai-nilai anti kekerasan
pada Anak. Internalisasi nila-nilai anti kekerasan pada Anak merupakan suatu
proses penanaman nilai anti kekerasan pada anak. Internalisasi ini dapat dilihat
dari bagaimana orang tua dalam kesehariannya mendidik sang anak.
C. Definisi Operasional
1. Tingkat Religiusitas
Agama sebagai sistem keyakinan dapat menjadi bagian inti dari system
system nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang
bersangkutan. mendefinisikan agama sebagai Seperangkat kepercayaan
atau aturan yang pasti untuk membimbing manusia dalam tindakannya
terhadap Tuhan, orang lain, dan terhadap dirinya sendiri. Agama
merupakan system yang mencakup cara bertingkah laku dan berperasaan
yang bercorak khusus, dan merupakan sistem kepercayaan yang juga
bercorak khusus. Agama berkeyakinan bahwa ada sejenis dunia spiritual
30
yang mengajukan tuntutan terhadap perilaku, cara berfikir dan perasaan
kita. Agama dapat mempengaruhi sikap praktis manusia terhadap berbagai
aktivitas kehidupan sehari-hari. Ia dipandang sebagai jalan hidup yang
dipegang dan diwarisi turun temurun oleh masyarakat manusia.
2. Internalisasi Nilai Anti Kekerasan
Nilai adalah sesuatu yang abstrak, ideal, dan menyangkut persoalan
keyakinan terhadap yang dikehendaki, dan memberikan corak pada pola
pikiran, perasaan, dan perilaku. Dengan demikian, untuk melacak sebuah
nilai harus melalui pemaknaan terhadap kenyataan lain berupa tindakan,
tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang atau sekelompok orang.
Secara teoritis, kekerasan terhadap anak (child abuse) dapat didefinisikan
sebagai peristiwa perlukaan fisik, mental, atau seksual yang umumnya
dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap
kesejahteraan anak. Sedangkan internalisasi nilai menurut Thoha (2006)
yaitu merupakan teknik dalam pendidikan nilai yang sasarannya adalah
sampai pada pemilikan nilai yang menyatu dalam kepribadian dan perilaku
individu. Dalam penelitian ini internalisasi nilai-nilai anti kekerasan
menggunakan empat metode sesuai dengan yang dijelaskan oleh Nadjih
dan Imroatun (2016) yaitu metode keteladanan, metode kebiasaan, metode
nasehat dan cerita, serta metode targib wa tarhib.
31
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel KonsepVariabel
Indikator SkalaPengukur-an
TingkatReligiusitasOrang Tua(Independent)
TingkatReligiusitasadalah tarafkemampuanpemahamanseseorang dalammemahami,menghayati danmenerjemahkanajaran agama(Islam), sepertipemahamanbidang akidah,bidang syari’ahdan bidangakhlak, dalampenerapankehidupansehari-hari.
1. Keyakinan agama
2. Pelaksanaan Ibadah
3. Pengalaman selamamenjalankan ajaran agamaIslam
4. Pengetahuan ajaran agamaIslam
5. Sebab yang ditimbulkan darimemeluk agama Islam(Akhlak)
Skala likert
InternalisasiNilai-nilaiAntiKekerasanPada Anak(Dependent)
Internalisasinilai-nilai AntiKekerasanadalah cara atauprosesmemasukannilai-nilai antikekerasankepada individu
1. Metode Keteladana. Memberikan teladan
bersikap lemah lembutb. Memberikan teladan
bersikap pemaafc. Memberikan teladan dalam
bermusyawarah2. Metode Kebiasaan
a. Membiasakan bersikaplemah lembut
b. Membiasakan bersikappemaaf
c. Membiasakanbermusyawarah
3. Metode Nasehat dan Ceritaa. Menasehati untuk bersikap
lemah lembutb. Menasehati untuk bersikap
pemaafc. Menasehati untuk
Skala likert
32
bermusyawarahd. Menceritakan kisah
hikmah bersikap lemahlembut
e. Menceritakan kisahhikmah bersikap pemaaf
f. Menceritakan kisahhikmah bermusyawarah
4. Metode Targib wa Tarhiba. Memuji anak dalam
kebaikanb. Mengingatkan anak ketika
melakukan perbuatan dosaSumber: Diolah dari jurnal Afiatin, (1998) dan Imroatun dan Nadjih, (2016)
D. Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi menurut Moleong (2011) menyatakan, cara terbaik ditempuh
dengan jalan mempertimbangkan teori, subtantif, dan melihat di lapangan untuk
mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan, sementara itu
keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga, perlu juga
dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini
di Kelurahan Kampung Baru, Bandar Lampung. Lokasi ini dipilih karena
efektifitas dan efisiensi jarak lokasi dengan peneliti, kesesuain dengan subtansi
penelitian serta pemahaman peneliti mengenai lokasi tersebut.
E. Unit Analisis
Unit analisis adalah hal atau sesuatu yang akan menjadi pokok atau fokus sebuah
penelitian. Unit analisis pada penelitian ini yaitu bapak atau ibu (orang tua)
masyarakat kelurahan Kampung Baru, Bandar Lampung yang sesuai dengan
kriteria responden.
Variabel KonsepVariabel
Indikator SkalaPengukuran
33
F. Populasi Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini berjumlah 328 kepala keluarga. Jumlah populasi
tersebut tersebar di dua lingkungan yaitu LK 1 terdiri dari RT 01, RT 02, RT
03, RT 04, dan RT 05, sedangkan LK 2 terdiri dari RT 01, RT 02, RT 03, RT
04, dan RT 05.
2. Sampel
a. Teknik pengambilan sampel
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
Purposive Sampling. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel
secara sengaja atau dengan kriteria tertentu. Berikut kriteria sampel yang
digunakan dalam penelitian ini:
1. Beragama Islam
Peneliti memilih responden yang beragama islam dikarenakan
mayoritas masyarakat adalah beragama Islam, selain itu selama ini
agama Islam seringkali dikaitkan dengan tindak kekerasan.
2. Sudah menikah
Peneliti memilih responden yang sudah menikah karena dengan
demikian mereka sudah menjadi Orang Tua.
3. Memiliki anak berusia 10-21 tahun
Peneliti membatasi usia minimal anak sepuluh tahun agar mendapatkan
jawaban yang lebih mendalam dari Orang Tua yang sudah
berpengalaman mendidik anak, sedangkan batas maksimal dua puluh
34
satu tahun dikarenakan pada rata-rata usia tersebutlah seorang anak
mulai punya keluarga sendiri, selain itu agar usia responden tidak
terlalu tua, sehingga pengalamannya masih fresh dan dapat memahami
pertanyaan dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan definisi anak
remaja.
b. Teknik Penentuan Sampel
Menurut Setyorini (2007) untuk mengetahui jumlah sampel representatif
dapat menggunakan rumus Slovin, yaitu
Keterangan:
n = Besarnya sampel
N = Banyaknya populasi
e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Pada penelitian ini penulis menggunakan rumus Slovin, dengan rumus
tersebut dapat dihitung ukuran sampel dari jumlah populasi yang ada di
Kelurahan Kampung Baru, Bandar Lampung, dengan mengambil batas
toleransi kesalahan ( e ) = 10%, sebagai berikut :
35
jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 77 responden
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Kuesioner
Teknik ini yaitu dilakukan dengan cara melakukan pemberian daftar
pertanyaan kepada responden. Data yang dihasilkan dari kuesioner ini
merupakan data primer yang merupakan data paling utama dalam penelitian
ini. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu Orang Tua di
Kelurahan Kampung Baru, Bandar Lampung.
Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 17 April 2018 sampai 10 Mei 2018,
namun sebelumnya telah diadakan pra-riset dengan mendatangi kantor
Kelurahan dan juga Ketua RT Kampung Baru, Labuhan Ratu, Bandar
Lampung. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data
yang paling utama, penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara mendatangi
rumah masyarakat yang menjadi responden satu persatu kemudian dalam
pengisiannya kuesioner dibacakan oleh peneliti, hal ini dilakukan agar
responden lebih paham dan mudah dalam menjawab pertanyaan
36
2. Penelitian Kepustakaan
Teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku referensi yang
berkaitan dengan topik penelitian. Penelitian kepustakaan digunakan untuk
mendapatkan data sekunder guna untuk menuliskan landasan teori sebagai
dasar menganalisis dan membahas permasalahan yang ada dalam penelitian
ini. Teori-teori tersebut digunakan sebagai pendukung data primer sehingga
penelitian ini mempunyai landasan yang kuat.
3. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan bukti penelitian berupa
dokumen-dokumen yang menunjang dalam penelitian ini. Dokumen tersebut
berupa data monografi Kelurahan Kampung Baru. Data monografi tersebut
digunakan sebagai penunjang untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian.
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk memperkuat teknik kusioner dan
teknik penelitian kepustakaan.
H. Teknik Pengolahan Data
Menurut Martono (2016) proses pengolahan ada beberapa tahap yaitu:
1. Data Coding
Data coding merupakan suatu proses penyusunan data mentah secara
sistematis ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data.
Koding ini dilakukan dengan cara memberikan kode pada jawaban responden,
dalam penelitian ini jawaban dengan tingkata tertinggi diberi kode 5 hingga
37
yang terendah diberi kode 1. Semisal, Selalu: 5, Sering:4, Kadang-kadang: 3,
Jarang: 2, Tidak pernah: 1
2. Data Entering
Data entering merupakan proses pemindahan data yang telah diubah dalam
kode angka ke dalam komputer. Proses ini dilakukan dengan cara
memasukkan data hasil koding ke dalam microsoft excel agar memudahkan
dalam mengolah data. Data entering ini menghasilkan tabulasi data tingkat
religiusitas dan internalisasi nilai-nilai anti kekerasan.
3. Data Cleaning
Data cleaning merupakan proses pengecekan untuk memastikan bahwa
seluruh data yang telah dimasukkan ke komputer sudah sesuai dengan
informasi yang sebenarnya.
4. Data Output
Data output merupakan tahap menyajikan hasil pengolahan data dengan
bentuk yang muda dibaca dan lebih menarik. Penyajian data ini dapat berupa
tabel atau gambar.
5. Data Analyzing
Data analyzing merupakan tahap menginterpretasikan data yang sudah
diperoleh selama pengumpulan data di lapangan.untuk menganalisis data ini
perlu alat uji statistik yang sesuai. Dalam penelitian ini digunakan rumus Rank
Spearman sebagai alat uji utama.
38
I. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Menurut Ghozali (2013) uji validitas dipakai untuk menentukan sah atau
validnya suatu kuesioner, kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner itu mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang dapat diukur oleh
kuesioner tersebut. Jenis uji validitas dalam penelitian ini adalah corelasi
product moment. Berikut ini merupakan hasil uji validitas yang telah
dilakukan:
Tabel 2. Hasil Uji Validitas dengan Menggunakan Rumus Korelasi ProductMoment
Pertanyaan R Hitung R Tabel KeputusanP1 0,393 0,286 ValidP2 0,291 0,286 ValidP3 0,412 0,286 ValidP4 0,423 0,286 ValidP5 0,420 0,286 ValidP6 0,333 0,286 ValidP7 0,324 0,286 ValidP8 0,292 0,286 ValidP9 0,307 0,286 ValidP10 0,449 0,286 ValidP11 0,301 0,286 ValidP12 0,335 0,286 ValidP13 0,369 0,286 ValidP14 0,511 0,286 ValidP15 0,531 0,286 ValidP16 0,678 0,286 ValidP17 0,568 0,286 ValidP18 0,541 0,286 ValidP19 0,649 0,286 ValidP20 0,464 0,286 ValidP21 0,521 0,286 ValidP22 0,537 0,286 ValidP23 0,627 0,286 ValidP24 0,480 0,286 ValidP25 0,659 0,286 ValidP26 0,683 0,286 ValidP27 0,488 0,286 ValidP28 0,316 0,286 Valid
Sumber: Olahan Data Primer, 2018
39
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.
Penelitian itu disebut reliabel atau memiliki keunggulan kosistensi dalam
memberikan jawaban yang sama. (Aris, 2015) Uji reliabilitas pada penelitian
ini menggunakan metode cronbach alpha metode yang di gunakan untuk
mencari reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Dalam hal ini, sugiono
(2015) menyatakan bahwa suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila
nilai koefisien reliabilitasnya minimal sebesar 0,60. Berikut hasil uji
reliabilitas yang telah dilakukan:
Tabel 3. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.863 28Sumber: Data Primer, 2018
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat pada kolom cronbach’s alpha terdapat
angka sebesar 0,863 yang menunjukkan besarnya reliabilitas kuesioner,
sedangkan angka 28 menunjukkan jumlah soal. Batas kuesioner bisa dikatakan
reliabel apabila menunjukkan angka >0,60, itu artinya 0,863 > 0,60 dan dapat
dikatakan reliabel.
J. Teknik Analisis Data
Menurut Suryanto dan Sutinah (2011) analisis data adalah suatu proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan
diinterpretasikan. Kegiatan analisis data ini sering kali digunakan alat bantu
40
seperti perhitungan dengan tes statistik, analisis data memeliki peran untuk
mengatur dan mengurutkan data, mengelompokkan data, mengkode kode dan
mengkategorikannya, yang bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja.
Dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah rank spearman untuk
menguji hubungan antara tingkat religiusitas orang tua dan internalisasi nilai-nilai
anti kekerasan pada anak. Berikut rumus rank spearmen:
Keterangan:
rs : Koefisien korelasi rank spearman
di : Selisih setiap rank
n : Banyaknya pasangan data
untuk melihat kekuatan nilai kolerasi maka dipakai panduan tabel berikut:
Tabel 4. Makna nilai Korelasi SpearmanNilai Makna0.00 – 0.19 Sangat rendah/ sangat lemah0.20 – 0.39 Rendah/lemah0.40 – 0.59 Sedang0.60 – 0.79 Tinggi/kuat0.80 – 1.00 Sangat tinggi/sangat kuat
Sumber : Martono, 2016
41
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Administrasi dan Geografis
Kelurahan Kampung Baru secara administratif terletak di wilayah Kecamatan
Labuhan Ratu. Selain Kampung Baru ada lima kelurahan yang lain yaitu Kota
Sepang, Kampung Baru Raya, Labuhan Ratu, Labuhan Ratu Raya, Sepang Jaya.
Kelurahan Kampung Baru memiliki dua lingkungan dengan sepuluh rukun
tetangga. Jarak dari kelurahan Kampung Baru ke ibu kota kecamatan sekitar 2
KM, sedangkan jarak dari kelurahan ke ibu kota Kabupaten/Kota sekitar 6 KM.
Tabel 5. Batas Wilayah Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015Batas Kelurahan KecamatanSebelah utara Gedong Meneng Raja BasaSebelah selatan Kampung Baru Raya Labuhan RatuSebelah timur Raja Basa Raja BasaSebelah Barat Labuhan Ratu Labuhan Ratu
Sumber: Data Monografi Kelurahan Kampung Baru 2015
Letak Kelurahan Kampung Baru menunjukkan posisi berada pada tempat-tempat
strategis di Kota Bandar Lampung, seperti Universitas Lampung yang merupakan
lembaga pendidikan tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
Kelurahan Kampung Baru, khususnya dalam hal pengetahuan agama. Kemudian
untuk melihat gambar wilayah Kelurahan Kampung Baru, maka dapat dilihat dari
gambar peta berikut:
42
Gambar 3.Peta Kelurahan Kampung Baru Tahun 2018
Sumber: Google Maps, 2018
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu hal yang paling penting dalam pemerintahan.
Sebuah wilayah tanpa struktur organisasi tidak akan berjalan dengan baik dalam
kepemimpinannya. Agama Islam juga mengatur masalah kepemimpinan. Seperti
pada Q.S Ali Imron ayat 28 yaitu:
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir sebagaipemimpin, dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuatdemikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apapun dari Allah, kecualikarena siasat menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. DanAllah memperingatkan kamu akan dari (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allahtempat kembali.”
Berdasarkan hadist tersebut, maka seorang muslim dianjurkan untuk memilih
pemimpin seorang muslim. Terlihat dari struktur organisasi masyarakat Kampung
Baru bahwa semua anggota dalam organisasi tersebut beragama Islam. Itu artinya
43
masyarakat Kelurahan Kampung Baru menerapkan agama Islam dengan baik.
Berikut gambar struktur organisasi Kelurahan Kampung Baru:
1. Struktur Organisasi Kelurahan Kampung Baru
Berikut bagan struktur organisasi Kelurahan Kampung Baru:
Gambar 4.Struktur Organisasi Kelurahan Kampung Baru Tahun 2018
Sumber: Data Monografi Kelurahan Kampung Baru Tahun 2018
2. Struktur Organisasi Lingkungan/RT Kelurahan Kampung Baru
Untuk melihat struktur organisasi lingkungan/RT Kelurahan Kampung
Baru berikut bagan struktur organisasi:
Camat Labuhan Ratu
A. Ardiansyah Makki. S.STP,M.H
Lurah Kampung Baru
Azzmawati, SE
Kasi Pemerintahan
Masroh
H. Masroh, SI
Kasi Pembangunan
Ema Sari
Kasi Trantib
Zulfahmi
44
Gambar 5.Struktur Organisasi Lingkungan/RT Kelurahan Kampung Baru Tahun 2018
Sumber: Data Monografi Kelurahan Kampung Baru Tahun 2018
C. Kependudukan
1. Keadaan Umum
Kelurahan Kampung Baru mempunyai penduduk yang berjumlah 3705 jiwa,
yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 1842 jiwa dan penduduk
perempuan berjumlah 1863 Jiwa dengan 922 kepala keluarga. Kemudian dalam
penelitian ini hanya terdapat 328 kepala keluarga yang diambel sampel.
Terpilihnya 328 keluarga tersebut berdasarkan kriteria beragama Islam, sudah
menikah, dan memiliki anak usia 10-21 tahun.
Lurah Kampung Baru
Azzmawati, SE
Sakirma, DALingkungan 1
Drs. Fanni, MS
Lingkungan 2
Supomo
Ketua RT 01 : Thohiruddin, S.Sos.I
Ketua RT 02 : Bahri
Ketua RT 03 : Sugiyono
Ketua RT 04 : M.Basir
Ketua RT 05 : M. Kasdar
Ketua RT 01 : Ardian
Ketua RT 02 : Samsudin
Ketua RT 03 :AdhadiWijaya
Ketua RT 04: JokoPurwanto
Ketua RT 05 : EdiSulistiyana
45
2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu lembaga yang berfungsi membina, mendidik
serta mencerdaskan anak bangsa. Berikut adalah data penduduk berdasarkan
pendidikan di Kelurahan Kampung baru.
Tabel 6. Distribusi Penduduk Kelurahan Kampung Baru berdasarkanPendidikan Tahun 2015
No
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. SD/Sederajat 1000 26,92. SMP 200 5,33. SMA 700 18,84. Diploma/Sarjana 280 7,55. SLB A 4 0,16. SLB B 4 0,1Jumlah 2188 58,7Sumber: Data Monografi Kelurahan Kampung Baru, 2015
Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua penduduk
Kampung Baru mengenyam bangku pendidikan, dari 3705 penduduk
hanya 2188 atau sekitar 58,7 persen saja yang bersekolah. Selain itu,
mayoritas pendidikan yang ditempuh adalah tingkat SD yaitu berjumlah
1000 jiwa atau 26,9 persen sedangkan minoritas pendidikan umum yang
ditempuh adalah tingkat SMP yaitu berjumlah 200 jiwa atau 5,3 persen.
Pendidikan juga mempengaruhi internalisasi nilai-nilai anti kekerasan pada
anak.
Tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat religiusitas orang tua. Orang
tua yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memiliki
tingkat religiusitas yang baik pula. Hal ini dikarenakan, tingkat pendidikan
sangat berperan penting sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan
46
dalam bidang umum dan khususnya dalam bidang agama. Walaupun
dalam pendidikan formal seperti sekolah umum tidak diajarkan mengenai
agama Islam secara mendetail namun pengetahuan baik yang dimiliki
seseorang akan membawa pada pencarian yang bersifat religi.
3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Agama merupakan landasan atau pedoman dalam hidup yang sangat penting.
Berdasarkan monografi kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 penduduk
Kampung Baru Mayoritas memeluk agama Islam yaitu berjumlah 2000 jiwa,
sedangkan yang lainnya memeluk agama kristen yaitu berjumlah 68 jiwa.
Meskipun terdapat mayoritas dan minoritas dalam beragama, namun kehidupan
sosial di Kelurahan Kampung Baru tergolong harmonis, pasalnya tidak ada
konflik atas nama agama yang terjadi di Kelurahan Kampung Baru.
4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok
Mata pencaharian merupakan salah satu usaha atau yang dilakukan untuk
mendapatkan nafkah atau upah agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa penduduk Kampung Baru yang bekerja
yaitu 551 jiwa atau 14,1 persen. Mayoritas mata pencaharian pokok penduduk
Kampung Baru yaitu pengusaha kecil dan menengah yang berjumlah 160 jiwa
atau 4,31 persen. Hal ini dipengaruhi oleh adanya lembaga pendidikan
Universitas Lampung sehingga banyak penduduk Kampung Baru yang
berdagagang. Sedangkan jumlah mata pencaharian yang paling sedikit adalah
TNI yaitu berjumlah 4 jiwa atau 0,10 persen.
47
Berikut mata pencaharian pokok penduduk Kelurahan Kampung Baru.
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kelurahan Kampung Baru berdasarkanMata Pencaharian Tahun 2015
No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)1. Petani 50 1,352. Buruh Tani 100 2,613. Buruh Migran 100 2,614. Peternak 10 0,265. Montir 10 0,266. Bidan Swasta 6 0,167. Pembantu Rumah Tangga 60 1,68. TNI 4 0,109. Polri 6 0,1610. Pengusaha Kecil dan Menengah 160 4,3111. Dukun Kampung Terlatih 10 0,2612. Dosen Swasta 10 0,2613. Karyawan Swasta 15 0,4014. Karyawan Pemerintah 10 0,26
Jumlah 551 14,1Sumber: Monografi Kelurahan Kampung Baru, 2015.
D. Sarana dan Prasarana Kelurahan Kampung Baru
1. Sumber Air Bersih
Tabel 8. Sumber Air Bersih Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015Jenis Jumlah (Unit) Pemanfaat
(KK)Persentase(%)
Kondisi
Sumur gali 894 894 96,9 BaikSumurpompa
5 5 0,5 Baik
Pipa 800 800 86,7 BaikSumber: Data Monografi Kelurahan Kampung Baru, 2015
Dari Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sumber air bersih masyarakat
kelurahan Kampung Baru ada tiga jenis yaitu sejumlah 894 unit atau 96,9
persen masyarakat yang memiliki sumur gali, 5 unit atau 0,5 persen
masyarakat mempunyai sumur pompa dan 800 unit atau 86,7 persen
masyarakat mempunyai pipa sumber air bersih. Sehingga dapat
48
disimpulkan bahwa sumber air bersih masyarakat kelurahan Kampung
Baru dalam satu kepala keluarga tidak hanya satu sumber, namun juga
kemungkinan memiliki dua atau tiga sumber air bersih. Sumber air bersih
merupakan salah satu unsur pokok bagi kesehatan masyarakat. Dan
tentunya kesehatan mempunyai pengaruh yang luas bagi kehidupan sehari-
hari. Kesehatan juga menentukan tingkat kesehjateraan masyarakat yang
mana mempengaruhi internalisasi nilai-nilai anti kekerasan. Pada
masyarakat yang kurang sejahtera biasanya lebih rentan terhadap
kekerasan pada anak.
2. Tempat ibadah
Tabel 9. Tempat Ibadah Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015Tempat Ibadah Jumlah (buah)
Masjid 6Mushola 3
Sumber: Data Monografi Kelurahan Kampung Baru, 2015
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa tempat ibadah yang ada di
Kelurahan Kampung Baru yaitu Masjid sejumlah 6 buah dan Mushola
berjumlah 3 buah. Belum ada tempat ibadah untuk agama yang lain,
seperti gereja, vihara, klenteng dan pura. Hal ini menandakan bahwa
mayoritas masyarakat Kampung Baru beragama Islam.
85
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, berikut
kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat
religiusitas orang tua dengan internalisasi nilai-nilai anti kekerasan pada
anak yaitu sebesar 0,240. Angka tersebut menunjukkan kekuatan
hubungan kedua variabel ini masih tergolong rendah. Arah hubungan hasil
penelitian ini bersifat positif, artinya bahwa ketika tingkat religiusitas
orang tua meningkat maka internalisasi nilai-nilai anti kekerasan pada
anak akan semakin baik pula. Adanya hubungan pada kedua variabel
tersebut sesuai dengan perspektif fungsionalis yang menyebutkan bahwa
apabila masyarakat menerapkan nilai-nilai sesuai dengan fungsinya, maka
keteraturan sosial akan terwujud dalam masyarakat tersebut. Namun,
agama dapat menjalankan fungsinya dengan baik ketika orang tua
memiliki tingkat religiusitas Islam yang baik.
B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian terkait topik ini
disarankan untuk membandingkan antara agama islam dengan agama
yang lain
86
2. Bagi pemerintah agar bekerja sama dengan tokoh agama guna
meningkatkan religiusitas orang tua sebagai salah satu upaya
mengurangi kasus kekerasan pada anak.
87
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Abdulsyani. 2007. Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: PTBumi Aksara
Anonim. 2013. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Cordoba
Anonim. 2013. UU No 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Pdf didownload dari http://www.kpai.go.id/files/2013/09/uu-nomor-35-tahun-2014-tentang-perubahan-uu-pa.pdf
Chaplin. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBMSPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponegoro
Haidar, M. Ali. 1994. Nahdatul Ulama dan Islam Di Indonesia. Jakarta:Gramedia
Haryanto, Sindung. 2016. Sosiologi Agama: dari Klasik HinggaPostmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Huraerah, Abu. 2012. Kekerasan terhadap Anak. Bandung: Nuansa
Ihsan. 1997. Dasar-Dasar Kependidkan. Jakarta: Rineka Cipta
Jalaludin. 2016. Psikologi Agama: Memahami Perilaku denganMengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi. Jakarta: RajawaliPers
Karman, Yonky. 2010. Runtuhnya Kepeduliaan Kita Fenomena Bangsayang Terjebak Formalisme Agama. Jakarta: PT Kompas MediaNusantara
Martono, Nanang. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi danAnalisis Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers
Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya
88
Sa’ad, Mustafa Abu. 2016. Positive Parenting. Solo: Kiswah Media
Setyorini, W. 2007. Metode Pengembangan Populasi dan Sampel. Jakarta:Rieneka EkaCipta
Solimun. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan,Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian & Pengembangan. Bandung: Alfabeta
Suryanto, Bagong dan Sutinah. 2011. Metode Penelitian Sosial: BerbagiAlternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana
Thoha, Chabib. 2006. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Utsmain, Muhammad Shalih. 2012. Hadist Arba’in: Penjelasan 40 HadistInti Ajaran Islam. Solo: Ummul Qura
Sumber Jurnal
Aang Kunaepi, 2012, Membangun Pendidikan Tanpa Kekerasan melaluiInternalisasi PAI dan Budaya Religius, Jurnal PendidikanIslam Vol 6 No 1
Afiatin, Tina. 1998. Religiusitas Remaja: Studi tentang KehidupanBeragama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal PsikologiNo 1
Boty, Middya. 2015. Agama dan Perubahan Sosial. Istinbath No 15
Christianto, Rendra Andi. 2013. Pendidikan Nilai-nilai anti kekerasanDalam Keluarga (Peranan Orang Tua dalam Penerapan Nilai-nilai Pedamaian dalam Keluarga di GKMI Siloam). JurnalTeologi Universitas Kristen Satya Wacana
Endira, Novi. 2016. Tinjauan Hukum Islam tentang Kekerasan Non FisikTerhadap Anak Dalam Keluarga: Studi Kasus di GampongPisang Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan.Petita Vol 1 No 2
Febriana, Rahmatika, Sri Maryati Deliana, Amri Hanna Muhammad.2014. Perbedaan Capaian Perkembangan Sosial antara Remaja
89
yang Tinggal di Panti Asuhan dan Remaja yang Tinggaldengan Orang Tua. Intuisi Jurnal Ilmu Psikologi Vol 6 No 1
Hidayati, Fitri. 2016. Compliance Of The Children Rights As An Effort ToPrepare The Golden Generation 2045. ProceedingInternational Seminar on Education Faculty of Tarbiyah andTeacher Training
Hidayat, Taufik. 2016. Pandangan Hukum Pidana Islam MengenaiKekerasan Fisik terhadap Anak. Jurnal Ilmiah Syari’ah Vol 15No 2
Mardiyah. 2015. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama terhadapPembentukan Kepribadian Anak. Jurnal Pendidikan Vol III No2
Imroatun dan Difla Nadjih. 2016. Anti-Violence Education In ThePrespective Of Hadith. Indonesian Journal Of Islamic EarlyChildhood Education Vol 1 No 1
Jauhari, Muhammad Insan. 2016. Pendidikan Anti Kekerasan PerspektifAl-Qur’an dan Implementasinya dalam Metode PengajaranPAI, Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol XIII No 2
Mohammad, Roni dan Mustofa. 2014. Pengaruh Tingkat Religiusitasterhadap Perilaku Bisnis Pedagang Pasar Minggu TelagaKabupaten Gorontalo. Jurnal Al‐Mizan, Vol 10 No 1
Muhammaddin. 2013. Kebutuhan Manusia terhadap Agama. JIA, No 1
Noviyani, Cut Erini, Abu Bakar, Hetti Zuliani. 2016. Deskripsi Perasaan,Minat, Sikap dan Motivasi Remaja di Panti Sosial Asuahan(PSAA) Darussa’adah Aceh. Jurnal Ilmiah MahasiswaBimbingan dan Konseling Vol 1 No 2
Pradana, Fahrizal Ibnu. 2015. Nilai-nilai Pendidikan Anti Kekerasandalam Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi PekertiKelas X Dan XI SMA. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah DanKeguruan UIN Sunan Kalijaga
Praditama, Sandhi, Nurhadi, Atik Catur Budiarti. 2015. Kekerasanterhadap Anak dalam Keluarga dalam Perspektif Fakta Sosial.Jurnal Universitas Negeri Semarang
Putri, Ariyandini Fannya. 2012. Perbedaan Tingkat Religiusitas dan SikapTerhadap Seks Pranikah antara Pelajar yang Bersekolah di
90
SMA Umum dan SMA Berbasis Agama. Calyptra : JurnalIlmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol 1 No 1
Rajab, Khairunnas dan Mahmud, Fikri. 2010. Keganasan: Telaah terhadapKonsep Jihad Fi Sabilillah. Shariah Journal, Vol 18, No 3
Rofiah, Nur. 2017. Kekerasan dalam Rumah Tangga menurut PerspektifIslam. Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya
Rosyidah, Nur (2011) Modernisasi Pendidikan Islam melalui InternalisasiBahasa Inggris pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam(PAI) DI SD Al-MuslimWaru-Sidoarjo. Undergraduate thesis,UIN Sunan Ampel Surabaya.
Utami, Octafianti. 2013. Hubungan antara Pemanfaatan E-Learningdengan Motivasi Belajar Siswa. Skipsi Online:reprository.upi.edu.id
Sumber Media Online
Gerintya, Scholastica. 2017. 73,7 Persen Anak Indonesia MengalamiKekerasan di Rumahnya Sendiri. Tirto.id
Hayadin. 2017. Membangun Budaya Damai Berbasis Pendidikan Agamadi Sekolah. Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI
Setyawan, David. 2015. KPAI: Pelaku Kekerasan terhadap Anak TiapTahun Meningkat. Kpai.go.id
Widiarni, Permatasari. 2017. Menuju Negara Bahagia untuk Anak.Viva.co.id