Post on 13-Aug-2019
1
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR
FISIKA SISWA KELAS X MA AL-MUHAJIRIN TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN
2014/2015
JURNAL
OLEH
FADILLA SALMAWATI
NIM. 4111040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2014
2
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR
FISIKA SISWA KELAS X MA AL-MUHAJIRIN TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN
2014/2015
Oleh
Fadilla Salmawati1, Ahmad Amin2, Tri Ariani3
Program Study Pendidikan Fisika
(STKIP-PGRI) Lubuklinggau
Abstrak
This thesis titled "The Relationship Between Emotional Intelligence in Physics Learning
Achievement Class X MA Al-immigrants Tugumulyo academic year 2014/2015".
Problems in the study (1) Is there a relationship between emotional intelligence and
academic achievement physics class X MA Al-immigrants Tugumulyo ?, (2) How big is
the relationship between emotional intelligence and academic achievement physics class X
MA Al-Muhajirin Tugumulyo?. This research is a correlation study. The sampling was
done by using simple random sampling of the population of the entire class X MA Al-
Muhajirin, and X2 class elected to the sample. Questionnaire data collection techniques
and documentation of the value of report cards. Based on data analysis technique using
product moment correlation obtained by the magnitude of the correlation between
emotional intelligence and academic achievement Class X student of physics at 0.5799,
this figure includes the correlation being. Based on the results of t-test analysis at
significance level α = 0.05, obtained T (count) (3.77)> T (table) (2.048), so that it can be
concluded that there is a positive and significant correlation between emotional
intelligence and academic achievement physics class X MA Al-Muhajirin Tugumulyo the
school year 2014/2015. The coefficient of determination obtained the relationship between
emotional intelligence and learning achievement is 33.63%.
Keywords: Emotional intelligence, learning achievement
I. PENDAHULUAN
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti berubah
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, serta aspek-aspek lain
yang ada pada individu (Sudjana, 2009:3). Untuk mengetahui sampai seberapa jauh
3
perubahan yang terjadi perlu adanya penilaian. Penilaian terhadap hasil belajar seorang
siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran atau tujuan belajar yang
disebut dengan prestasi belajar.
Proses belajar mengajar di sekolah merupakan salah satu proses belajar yang
bersifat kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat, bahwa untuk
meraih prestasi yang tinggi dalam belajar seseorang harus memiliki intelegence
Quontient (IQ) yang tinggi, karena intelegensi merupakan bekal potensial yang akan
memudahkan dalam belajar sehingga hasil belajar akan optimal (Azwar, 2013:163).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di MA Al-Muhajirin
Tugumulyo, dan juga melalui wawancara didapatkan penjelasan dari guru fisika bahwa
siswa yang dianggap oleh guru memiliki intelegensi tinggi, ternyata masih belum
mampu mencapai prestasi belajar yang optimal dalam mata pelajaran fisika. Hal ini
terlihat dari nilai raport kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 dari salah
satu siswa yang dianggap pintar, namun nilai mata pelajaran fisikanya masih lebih kecil
dari siswa lain yang dianggap kurang pintar.
Pada kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan
siswa yang tidak dapat` meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
intelegesinya. Beberapa siswa yang terlihat mempunyai kemampuan yang relatif tinggi,
tetapi justru memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun beberapa siswa
yang walaupun kemampuan intelegesinya tidak terlalu tinggi, dapat meraih prestasi
belajar yang relatif tinggi. Oleh sebab itu taraf intelegensi bukan merupakan satu-
satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang karena ada faktor lain yang
mempengaruhinya (Slameto, 2010:56). Faktor tersebut diantaranya faktor yang berasal
dari dalam diri sendiri maupun dari luar seperti faktor lingkungan.
Menurut Goleman (2006:44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang
20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan
lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quontient (EQ).
Kecerdasan emosional memiliki lima kemampuan utama yaitu kemampuan untuk
mengelola emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
orang lain, dan juga membina hubungan (Goleman, 2006:58).
Dalam proses belajar siswa kedua intelegensi itu sangat diperlukan. IQ tidak
dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata
pelajaran yang disampaikan di sekolah. Cooper dan Sawaf (dalam Uno, 2008:69)
menegaskan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan-kecerdasan lain sebetulnya
4
saling menyempurnakan dan saling melengkapi. Emosi menyulut kreativitas,
kolaborasi, inisiatif, dan transformasi, sedangkan penalaran logis berfungsi mengatasi
dorongan yang keliru dan menyelaraskan tujuan dengan proses.
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa pihak menunjukan
bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Hasil
penelitian Bahtiar (2009), menyatakan bahwa ada hubungan antara kecerdasan
emosional dan prestasi belajar siswa pada kelas II SMA Negeri 2 Mataram, dengan
besarnya korelasi (𝑅𝑥𝑦) sebesar 0,284. Selanjutnya Defila et al. (2014) juga
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan hasil belajar
IPA siswa SMP Negeri 1 Palu, dengan nilai korelasi sebesar 0,559 dan persamaan
regresi yang diperoleh Y=0,2319 X + 68,709, serta pengaruh kecerdasan emosional
terhadap hasil belajar sebesar 31,25%.
Kegiatan pembelajaran di sekolah yang dianggap sulit oleh siswa adalah
pelajaran fisika. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu
yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan,
serta penemuan teori dan konsep (dalam Trianto, 2010:173). Dalam pembelajaran
fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan syarat dalam keberhasilan belajar
fisika. Kenyataan ini membuat mata pelajaran fisika menjadi mata pelajaran yang
dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Dalam hal ini, kondisi psikologis siswa
yaitu emosi memainkan peranan yang sangat fundamental untuk berhadapan dengan
hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran.
Bila emosi mengalahkan konsentrasi yang dilumpuhkan adalah ingatan kerja,
yaitu kemampuan untuk menyimpan dalam benak semua informasi yang relevan
dengan tugas yang dihadapinya (Goleman, 2006:110). Oleh sebab itu kecerdasan
emosional bisa mempengaruhi keinginannya untuk belajar, mencari informasi baru dan
mendapatkan keterampilan serta pengalaman baru. Hal ini tentu akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa.
Dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri siswa sebagai salah
satu faktor penting untuk meraih prestasi belajar fisika, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional
dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X di MA Al-Muhajirin Tugumulyo
Tahun Pelajaran 2014/2015”.
5
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
diajukan pada penelitian ini adalah : (1) Apakah ada hubungan antara kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar fisika siswa kelas X di MA Al-Muhajirin
Tugumulyo?, (2) Seberapa besar hubungan antara kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar fisika siswa kelas X di MA Al-Muhajirin Tugumulyo?
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar fisika
siswa kelas X di MA Al-Muhajirin Tugumulyo, (2) Untuk mengetahui seberapa besar
hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar fisika siswa kelas X di
MA Al-Muhajirin Tugumulyo.
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, sebagai berikut: (1)
Bagi siswa dapat mengetahui tentang kecerdasan emosional sehingga dapat lebih
mengenal, emosi pada dirinya yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran
selain kecerdasan akademik, (2) bagi guru, sebagai bahan perbandingan sehingga dapat
menanggulangi perbedaan kecerdasan emosional pada siswa agar mendapatkan prestasi
belajar yang lebih baik, (3) bagi peneliti dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman tentang aspek kecerdasan emosional pada prestasi belajar siswa, (4) Untuk
pembaca lainnya dapat memberikan pemahaman akan pentingnya kecerdasan
emosional.
II. LANDASAN TEORI
Menurut Binet (dalam Uno, 2008:60), kecerdasan terdiri dari tiga komponen
yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan; (b)
kemampuan untuk mengubah arah tindakan apabila tindakan tersebut telah
dilaksanakan; (c) Kemampuan untuk mengubah diri sendiri.Kecerdasan semula berarti
penggunaan kekuatan intelektual secara nyata, tetapi kemudian diartikan sebagai
kekuatan lain. Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian kecerdasan banyak
mengalami perubahan, namun selalu mengandung pengertian bahwa intelegensi
merupakan kekuatan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu.
Setiap manusia pasti dianugrahi akal dan emosi. Emosi menurut Goleman
(2006:7) pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk
mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Akar
kata emosi adalah movere, kata kerja bahasa latin yang berarti menggerakan atau
6
bergerak, ditambah awala “e-“ untuk memberi arti bergerak menjauh, menyiratkan
bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Chaplin dalam (Asrori, 2008:82) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan
yang merangsang dari suatu organisme mencakup perubahan yang disadari, yang
mendalam sifatnya dari perubahan perilaku, Ia membedakan emosi dengan perasaan,
menurutnya perasaan adalah pengalaman yang disadari yang diaktifkan oleh
perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Setiap individu memiliki emosi. Emosi banyak berpengaruh terhadap fungsi-
fungsi psikis lainnya seperti, pengamatan, tanggapan, pemikiran, dan kehendak.
Individu akan mampu melakukan pengamatan atau pemikiran dengan baik disertai
dengan emosi yang baik pula. Individu yang dapat mengelola emosinya dengan baik
artinya emosinya cerdas, hal ini dikenal dengan suatu istilah yang disebut kecerdasan
emosional.
Savoley dan Mayer (dalam Mubayidh, 2006:15) mendefinisikan kecerdasan
emosional sebagai suatu kecerdasan sosial yang berkaitan dengan kemampaun
seseorang dalam memantau, baik emosi dirinya maupun emosi orang lain, dan juga
kemampuannya dalam membedakan emosi dirinya dengan emosi orang lain, dimana
kemampuan ini digunakannya untuk mengarahkan pola pikir dan perilakunya.
Menurut Gardner (dalam suparno, 2007:21) kecerdasan bukan hanya
kemampuan untuk memecahkan persoalan teoritis, tetapi juga dalam pengalaman
nyata dan dalam berbagai situasi. Dapat terjadi seseorang yang kecerdasan
intelektualnya tinggi tidak berhasil dalam pekerjaannya dalam situasi yang lebih
kompleks. Ia mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik
yang penting untuk meraih sukses, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar
dengan tujuh varietas utama, yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik,
musik, interpersonal, dan intrapersonal. Kecerdasan intrapesonal dan interpersonal ini
dinamakan kecerdasan pribadi oleh Gardner dan selanjutnya disebut sebagai
kecerdasan emosional.
Menurut Stein dan Howard (dalam Uno, 2008:69) mengatakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
membangkitkan perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara
mendalam, sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Dari beberapa
definisi yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami diri sendiri dan orang lain,
7
kemampuan memotivasi diri sendiri, dan secara efektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, dan koneksi dalam bersosialisasi
dengan orang lain.
Savoley (dalam Goleman, 2006:57) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner
dalam definisi dasar kecerdasan emosional yang dicetuskannya, seraya memperluas
kemampuan kemampuan ini menjadi lima wilayah utama, yaitu: (1) mengenali emosi
diri, (2) Mengelola emosi diri sendiri, (3) memotivasi diri sendiri, (4) Mengenali
emosi orang lain, dan (5) membina hubungan.
Prestasi belajar adalah pengungkapan hasil belajar meliputi segenap ranah yang
berubah sebagai akibat pengalaman dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan
yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun
yang berdimensi karsa (Syah, 2010:216). Hal ini senada dengan yang dikatakan
Marsun dan Martaniah (dalam Tjundjing, 2001:71) berpendapat bahwa prestasi belajar
merupakan hasil kegiatan belajar yaitu, sejauh mana peserta didik menguasai bahan
pelajaran yang diajarkan, yang diikuti munculnya perasaan puas bahwa ia telah
melakukan sesuatu yang baik.
Azwar (2013:164) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah suatu
keberhasilan belajar yang dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator
berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan
semacamnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut dapat dirumuskan pengertian
prestasi belajar adalah penilaian pendidikan terhadap perubahan yang dicapai
seseorang setelah proses belajar, yang meliputi perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan, yang dinyatakan dalam
bentuk angka, sehingga dapat mengetahui kemajuan-kemajuan belajar yang telah
dicapainya.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di MA Al-Muhajirin Tugumulyo kelas X Semester I
Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian dilakukan selama bulan mei tahun 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester MA Al-Muhajirin
Tugumulyo yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa 246 siswa yang terdiri dari
105 siswa laki-laki dan 141 siswa perempuan.. Sampel dalam penelitian ini diambil
8
dengan teknik acak. Sampel yang diambil yakni kelas X2.Penelitian ini termasuk jenis
penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode korelasi.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kecerdasan
emosional yang sebelumnya telah di uji cobakan terlebih dahulu dan divalidasi oleh
psikolog serta nilai rapot semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 siswa kelas X MA
Al-Muhajirin Tugumulyo.
Langkah-Langkah Penelitian
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Melakukan validasi angket kepada dua psikolog
Melakukan uji coba instrumen angket kepada siswa kelas XII IPA 2 MA Al-
Muhajirin
Melaksanakan pemberian angket kecerdasan emosional di kelas X2 yang telah
terpilih sebagai sampel
Melakukan analisa data angket yaitu uji normalitas,
Mengambil nilai rapot semester ganjil siswa kelas X2 dari pihak staf Tata Usaha MA
Al-Muhajirin Tugumulyo
Melakukan analisis data nilai rapot yaitu uji normalitas
Melakukan analisis data angket kecerdasan emosional dan data nilai rapot yaitu uji
korelasi rxy ,mencari koefisien determinasi,uji linieritas, dan analisis regresi.
Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-Rxy digunakan untuk
mengetahui hubungan antara data angket kecerdasan emosional dengan prestasi
belajar fisika dan koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya hubungan antara
kecerdasan emosional dengan prestasi belajar fisika.
Hipotesis yang diuji berbentuk:
𝐻𝑜 : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar fisika siswa kelas X MA Al-Muhajirin
Tugumulyo (𝐻𝑜: ρ = 0)
𝐻𝑎 : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar fisika siswa kelas X MA Al-Muhajirin Tugumulyo
(𝐻𝑎: ρ ≠ 0 )
Menghitung koefisien korelasi antara angket kecerdasan emosional dengan
data prestasi belajar fisika siswa
𝑟𝑥𝑦=𝑛 ∑ 𝑋𝑌𝑖 )−( ∑ 𝑋𝑖) ( ∑ 𝑌𝑖 )
√{𝑛 ∑ 𝑋𝑖2− (𝑋𝑖)2}− {𝑛 ∑ 𝑌𝑖
2)−(𝑌𝑖)2}
9
Dimana 𝑟𝑥𝑦 adalah koofisien korelasi, N adalah banyaknya subjek pemilik nilai, X
adalah nilai variabel (X), dan Y adalah nilai variabel (Y).
Untuk menginterpretasikan besaran koofisien korelasi digunakan acuan
menurut Sugiyono (2013b:231) yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000 – 0,199
0,200 – 0,399
0,400 – 0,599
0,600 – 0,799
0,800 - 1,000
sangat rendah
rendah
sedang
kuat
sangat kuat
Selanjutnya koefisien determinasi Untuk mengetahui besarnya persentase
pengaruh variable bebas terhadap variabel terikat dinyatakan dengan koefisien
determinasi yaitu :
KD = r2 x 100%
Keterangan :
KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien korelasi product-moment
Pengujian signifikan terhadap koefisien korelasi menggunakan rumus:
t = 𝑟𝑥𝑦 √𝑛−2
√1−𝑟𝑥𝑦2
Di mana t adalah distribusi nilai siswa, n adalah banyak data, dan 𝑟𝑥𝑦 adalah
Korelasi antar variabel.
𝐻0 diterima jika nilai t hitung < t tabel pada taraf nyata 𝛼 = 0,05, dalam hal
lainnya 𝐻𝑎 ditolak. Hasil 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Setelah melalui serangkaian proses penelitian yang telah dilakukan, pada
akhirnya peneliti mendapatkan hasil penelitian dari apa yang telah diteliti. Data-data
yang telah peneliti peroleh melalui penelitian ini dapat dianalisis dan dibahas secara
mendalam sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak
10
peneliti capai. Pada bagian ini dibahas hasil penelitian dengan analisis data yang
diperoleh dan pemaparan mengenai temuan-temuan pada penelitian yang dilakukan.
Data hasil penelitian ini berupa data angket kecerdasan emosional dan nilairapot
semester ganjil. Hasil uji normalitas dengan rumus chi kuadrat data angket
kecerdasan emosional dan data rapot semester ganjil siswa kelas X disajikan pada
tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Tes Kecerdasan Majemuk Dan Presatasi Belajar
Jenis Data 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
Dk 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Kesimpulan
Data Kecerdasan Emosional 2,1033 5 11,070 Normal
Data Nilai Raport 3,5935 4 9,4888 Normal
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa nilai
𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
< 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
. Hal ini menunjukkan bahwa data angket kecerdasan emosional
dan prestasi belajar fisika siswa berdistribusi normal.
Uji Korelasi
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan koefisien korelasi kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar fisika, yaitu 𝑟𝑥𝑦=0,5799. Angka ini menunjukan
hubungan yang positif antara kecerdasan emosional engan prestasi belajar. Untuk
melihat tingkat hubungan dikonsultasikan pada tabel 1 pedoman interpretasi koefisien
korelasi. Berdasarkan tabel tersebut, maka nilai 𝑟𝑥𝑦= 0,5799 berada pada koefisien
korelasi 0,400 – 0,599 yang berarti hubungan kedua variabel tergolong pada kategori
sedang.
Koefisien Determinasi
Hasil perhitungan diperoleh koefisien determinasi antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar fisika sebesar 33,63%. Hal ini dapat diartikan bahwa
kecerdasan emosional memberikan kontribusi positif terhadap prestasi belajar fisika
sebesar 33,63%, sedangkan 66,37% ditentukan oleh faktor lain yang tidak teliti.
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar
Fisika
Berdasarkan hasil perhitungan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan menggunakan uji t, maka
diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 3,77, sedangkan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk dk= 28, dengan 𝛼 = 0,05 diperoleh
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙= 2,048. Jadi 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, hal ini berarti 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar fisika siswa kelas X MA Al-Muhajirin Tugumulyo.
11
Analisis Regresi
Setelah dianalisis menggunakan regresi linier didapatkan hasil sebesar a=47,31
dan b=0,424. Sehingga persamaan regresi linier sederhana antara kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar fisika yaitu �̂�=47,31 + 0,424 X.
Uji Linieritas
Tabel 3
Tabel ANAVA untuk Regresi Linier Sederhana
Sumber
Variasi
Dk JK KT F
Total 30 187146
Koefisien
(a)
Regresi
(b/a)
Sis
1
1
28
186598,53
184,13
363,34
184,13
12,98
14,99
Tuna Cocok
Galat
18
10
278,87
84,47
15,49
8,45
1,83
Berdasarkan tabel 3, dari hasil perhitungan diketahui 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 1,83. Dengan
dk pembilang = 18 dan dk penyebut = 10, diperoleh 𝐹0,05(18,10) = 2,82 dan pada
𝐹0,01(18,10) = 4,52, sehingga 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Jadi hipotesa bahwa model regresi
linier diterima, ini menunjukan bahwa kecerdasan emsoional memiliki hubungan yang
linier dengan prestasi belajar fisika siswa
PEMBAHASAN
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah hubungan antara
kecerdasan emosional dengan prestasi belajar fisika siswa kelas X MA Al-Muhajirin
Tugumulyo.
Dari pemberian angket tersebut, diperoleh data yang menunjukan kecerdasan
emosional yang dimiliki cenderung berbeda-beda. Berdasarkan analisis data angket
kecerdasan emosional siswa didapatkan siswa dengan kategori kecerdasan emosional
sangat tinggi sebanyak 1 orang (3,33%), pada kategori kecerdasan emosional tinggi
sebanyak 17 orang (56,67%), dan pada kategori sedang sebanyak 12 orang (40%).
Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional siswa rata-rata pada kateggori tinggi,
dan tidak ada siswa yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah.
12
Hasil penelitian kecerdasan emosional siswa menunjukan bahwa aspek-aspek
kecerdasan esmoional siswa telah menunjukan gambaran kecerdasan emosional yang
dimiliki siswa. Persentase ketercapaian tertinggi pada aspek memotivasi diri sendiri
mencapai 79,9 %. Hal ini menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran kemampuan
untuk menumbuhkan motivasi positif dalam diri sendiri untuk dapat berhadapan
dengan hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses belajar, sehingga lebih
bersemangat dan lebih giat belajar. Persentase ketercapaian yang paling rendah pada
aspek mengelola emosi diri yaitu 68,25%. Hal ini menunjukan bahwa siswa yang
kurang mampu dalam mengelola emosinya, terkadang lebih cepat marah dan dalam
belajar selalu terpengaruh oleh suasana hati, jika sedang marah atau takut, maka akan
malas dalam belajar.
Hasil analisis korelasi product moment terhadap hubungan antara kecerdasan
emosional dan prestasi belajar fisika yaitu sebesar 0,5799. Nilai tersebut menunjukan
bahwa variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar memiliki
hubungan yang positif dan hubungan antara dua variabel dalam kategori sedang.
Dengan menggunakan uji t di peroleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,77, sedangkan untuk 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan
taraf kepercayaan 𝛼=0,05 dan derajat kebebasan (dk = 28), diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙=2,048,
sehingga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan emosional
memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
besarnya kontribusi kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar
koefisien Determinasi (KD) sebesar 33,63%. Hal ini berarti bahwa kecerdasan
emosional memberikan kontribusi yang positif terhadap prestasi belajar fisika sebesar
33,63%,sedangkan sisanya 66,37% ditentukan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Faktor-faktor tersebut antara lain berupa pengaruh lingkungan, pola asuh orang tua,
interaksi dengan teman sebaya, kinerja mengajar guru, dan pemanfaatan fasilitas
belajar juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian yang diperoleh kelinieran
antara dua variabel berdasarkan perhitungan analisis regresi. Dari regresi linier
menunjukan bahwa jika kecerdasan emosional siswa ditingkatkan sampai 100, maka
prestasi belajar fisika akan menjadi 89,71. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika
kecerdasan emosional ditingkatkan maka prestasi belajar fisika siswa akan meningkat
juga. Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan emosional memberikan pengaruh yang
positif pada prestasi belajar fisika.
13
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa, jika siswa memiliki kecerdasan
emosional tinggi, maka prestasi belajar siswa akan menjadi tinggi pula, dan begitu
juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tjundjing (2001:69) yang
menyatakan bahwa tingkat kecerdasan emsoional yang rendah akan mengakibatkan
seseorang tidak dapat menggunakan kemampuan kognitifnya dengan potensi yang
maksimal dan cenderung lebih mudah putus asa. Kecerdasan emosional yang tinggi
membuat siswa bersemangat dalam belajar, mampu mengontrol dan mengenali
emosinya, dan disukai oleh teman-temannya. Sebaliknya siswa yang tidak mampu
untuk mengendalikan emosinya, akan mengalami kesulitan dalam belajar yang secara
langsung akan berimplikasi pada perolehan prestasi belajar siswa.
Doud Lennick (dalam Uno, 2008:69) menyatakan bahwa diperlukan kecakapan
emosi untuk memanfaatkan potensi dan bakat secara penuh. Penyebab seseorang tidak
mencapai potensi yang maksimum adalah ketidakterampilan emosi. Ini menjadi lebih
penting saat mengetahui bahwa setiap siswa mempunyai karakter emosi yang berbeda,
dengan begitu setiap siswa harus diperlakukan dengan karakter emosi dan
perasaannya. Untuk mencapai keberhasilan belajar yang optimal, seorang guru harus
peka terhadap siswa apabila ada kejanggalan dalam diri siswa seperti tidak
bersemangat dalam pembelajaran. Untuk itu guru harus mencari solusi bagaimana
caranya dalam pembelajaran nya siswa dapat bersemangat, misalnya diubah
metode/model pembelajaran agar siswa tidak jenuh, dan mengubah situasi kelas agar
menyenangkan.
Kecerdasan emosional memegang peranan yang cukup signifikan dalam
pencapaian prestasi belajar siswa karena dapat meningkatkan motivasi dan kesadaran
diri, sehingga siswa dapat lebih mudah untuk memusatkan perhatian, mengatasi stres,
dan tekun dalam menyelesaikan tugas. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
kecerdasan emosional siswa maka semakin tinggi prestasi belajar yang akan diperoleh.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan pembahasan serta pengujian
hipotesis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,5799, hal ini menunjukan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar fisika siswa kelas X MA Al-Muhajirin Tugumulyo tahun pelajaran
2015/2015. Persamaan regresi linier yang diperoleh adalah �̂�=47,31 + 0,424 X, ini
14
menujukan kecerdasan emosional memiliki hubungan yang positif pada prestasi
belajar fisika.
2. Kontribusi kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar fisika yang ditunjukan
oleh hasil perhitungan dari koefisien determinasi sebesar 0,3363. Ini berarti
kecerdasan emosional mempunyai kontribusi 33,63% terhadap prestasi belajar fisika,
dan 66,37% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain atau faktor lain yang bukan objek
kajian dalam penelitian ini.
VI. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka saran yang dapat
diberikan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Hendaknya pendidik memilih dan mengembangkan pendekatan dan metode
pembelajaran yang dapat mengembangkan kecerdasan emosional siswa.
2. Penelitian ini tidak hanya sampai di sini, sehingga masih perlu dilakukan penelitian
lain terkait kecerdasan emosional dengan variabel selain prestasi belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka
Cipta.
Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Azwar, Syaifuddin. 2013. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bahtiar. 2009. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa
kelas II SMA Negeri 2 Mataram. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, Vol 14
(12), 254-268
Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta
Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Bumi
Aksara.
Defila, dkk. 2014. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar IPA
Siswa SMP Negeri 1 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFK) Vol. 12 No.
2 ISSN 2338 3240
Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
15
Goleman, Daniel. 2006. Emotional Intelegence, Kecerdasan Emosional “Mengapa EI
Lebih Penting dari IQ”. Terjemahan oleh T Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Mubayidh, Makmun. 2006. Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak. Jakarta: Pustaka
Alkautsar
STKIP PGRI Lubuklinggau. 2012. Pedoman Penulisan Makalah dan SkripsiMahasiswa
STKIP-PGRI Lubuklinggau. Lubuklinggau
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta
Sugiyono. 2013a. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D. Bandung: Alfabeta.
. 2013b. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Tjundjing, Sia. 2001. Hubungan Antara IQ, EQ, dan AQ dengan Prestasi Studi Siswa
SMU. Indonesian Physichological Journal, 17 (1),69-87
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara
Uno, B Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.