HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA BALITA ... · Laporan Penelitian berjudul...

Post on 22-Oct-2020

4 views 0 download

Transcript of HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA BALITA ... · Laporan Penelitian berjudul...

  • HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN

    STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS

    CIKIDANG KECAMATAN CIKIDANG KABUPATEN

    SUKABUMI TAHUN 2012

    Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA KEDOKTERAN

    OLEH :

    Tarikh Azis

    NIM : 109103000012

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1433 H/2012 M

  • ii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

    untukmemenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

    SyarifHidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

    cantumkansesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya

    ataumerupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

    menerimasanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Ciputat, 12 September 2012

    Tarikh Azis

    Materai

    Rp 6000

  • iii

    HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA

    BALITA DI PUSKESMAS CIKIDANG KECAMATAN CIKIDANG

    KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012

    Laporan Penelitian

    Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

    Kedokteran (S.Ked)

    Oleh

    Tarikh Azis

    NIM: 109103000012

    Pembimbing 1 Pembimbing 2

    dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK dr. Hadianti, Sp.PD

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1433 H/2012 M

  • iv

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN

    DAN STATUS GIZI PADA BALITA DIPUSKESMAS CIKIDANG

    KECAMATAN CIKIDANG KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012yang

    diajukan oleh Tarikh Azis (NIM: 109103000012), telah diujikan dalam sidang di

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 21 September 2012.

    Laporan penelitian ini telah di terimasebagai salah satu syarat memperoleh gelar

    Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

    Jakarta,21September 2012

    DEWAN PENGUJI

    KetuaSidang Pembimbing 1 Pembimbing 2

    dr.WitriArdini, M.Gizi, Sp.GK dr.WitriArdini, M.Gizi, Sp.GK dr.Hadianti, Sp.PD

    Penguji 1 Penguji 2

    dr.RivaAuda, Sp.A, M.Kes dr.Francisca A. Tjakradidjaja MS, Sp.GK

    PIMPINAN FAKULTAS

    Dekan FKIK UIN SH Jakarta Kaprodi PSPD FKIK UIN SH Jakarta

    Prof.DR.(hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And DR. dr. Syarief Hasan Luthfie, Sp.KFR

  • v

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

    hanya atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya penelitian ini dapat terwujud

    walaupun begitu banyak cobaan dan hambatan yang penulis hadapi. Shalawat

    serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

    telah membawa manusia menuju jalan lurus dan diridhoi Allah SWT.

    Alhamdulillah penulis akhirnya dapat menyelesaikan Laporan Penelitian

    ini yang berjudul “hubungan antaraasupan protein dan status gizi di puskesmas

    cikidang kecamatan cikidang kabupaten sukabumi tahun 2012”, sebagai salah satu

    syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan laporan penelitian ini

    banyak menemui hambatan baik yang datang dari faktor luar penulis maupun dari

    dalam diri penulis. Mengatasi hambatan-hambatan tersebut, penulis banyak

    mendapat dukungan, pengarahan, petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak.

    Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

    1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

    dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

    masukan untuk penelitian saya.

    2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kepala Program Studi Pendidikan

    Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakartayang telah memberikan dukungan untuk penelitian saya.

    3. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK sebagai dosen pembimbing 1 penelitian saya,

    yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

    bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan

    laporan penelitian ini.

    4. dr. Hadianti, Sp.PD sebagai dosen pembimbing 2 penelitian saya, yang telah

    banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,

    arahan, dan nasihat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan laporan

    penelitian ini.

    5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D dan Ibu Silvina Fitrina Nasution,M.Biomed

    selaku penanggung jawab modul riset Program Studi Pendidikan Dokter 2009,

    atas motivasinya terhadap penyelesaian penelitian saya.

  • vi

    6. Kepala dan Staff Puskesmas Cikidang Kabupaten Sukabumi atas kerjasamanya

    dan kesediaanyasebagai tempat penelitian saya.

    7. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar penulis, terutama

    orang tua penulis H.Masnun,S.KM dan Hj.Koni’ah,S.Ag serta adik penulis

    Muhammad Tegar Syaekhuddin dan Muhammad Fatihuddin yang telah

    memberikan do’a, motivasi serta pengertian selama penulis melakukan penelitian

    ini.

    8. Sahabat dan teman-teman terutama Eka Noviawati, Farid Nurdiansyah, Lia

    Ameliawati, Neneng Nurlaila Uspuriyah, Mochammad Iqbal Nurmansyah,

    Muhammad Takdir Hakim dan Kelompok Belajar Bunga Matahari yang telah

    merelakan waktu dan memberikan motivasi bagi penulis serta seluruh staf

    pengajar dari Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan UIN Syarif Hiayatullah Jakarta.

    Semoga dengan selesainya Laporan Penelitian ini dapat menambah

    pengetahuan kita semua terutama mengenai asupan protein dan status gizi balita

    Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Ciputat, 12 September 2012

    Penulis

  • vii

    ABSTRAK

    Tarikh Azis. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan antara Asupan Protein

    dan Status Gizi Pada Balita di Puskesmas Cikidang Kecamatan Cikidang

    Kabupaten Sukabumi tahun 2012.

    Konsumsi makanan untuk balita sangat penting untuk penilaian status gizi. Selain

    konsumsi makanan saat ini, status gizi juga sangat ditentukan oleh konsumsi

    makanan masa lalu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

    asupan protein dan status gizi balita. Penilaian asupan protein dilakukan dengan

    cara memberikan kuesioner food recall dan food frequency questioner untuk

    mengetahui asupan makanan balita dengan cara memberikan pertanyaan kepada

    responden. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan

    pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional, serta teknik pengambilan

    sampel yakni simple random sampling. Sampel berjumlah 93 balita, laki-laki 52

    orang (55%) dan perempuan 41 orang (45%). Penelitian ini menggunakan uji

    Fisher. Berdasarkan hasil penelitian, di dapatkan nilai median distribusi asupan

    protein adalah 160% (80%-360%) dalam penelitian ini tidak didapatkan nilai p

    karena seluruh balita memiliki asupan protein yang lebih. Hubungan asupan

    protein ini tidak signifikan secara statistik, hal ini bisa disebabkan karena kurang

    tepatnya penghitungan asupan makanan, jumlah sample yang kurang, penyakit

    infeksi pada balita dan ketidak jujuran responden dalam menjawab kuesioner.

    Kesimpulannya adalah asupan protein tidak berhubungan dengan status gizi

    balita.

    Kata Kunci: Asupan Protein, Status Gizi Balita

  • viii

    ABSTRACT

    Tarikh Azis. Medical Students of Studies Program. Protein Intake Relationships to

    Nutritional Status of Toddler at the Public Health Center of Cikidang District,

    Sukabumi, in 2012.

    Food consumption to toddler was critical for the status of nutrient. Apart from

    current food consumption, the status of nutrient was also greatly determined by it

    is past record of food consumption. This study is aimed to determine whether

    there is a relationship of protein intake to nutritional status of toddler. The

    research was done by providing food recall questionnaire and food frequency

    questionnaire to find how toddler intakes food by giving questions to respondents.

    This study used observational research with aquantitative approach with cross-

    sectional design, as well as the sampling technique that simpled random sampling.

    The sample totaled 93 infants,52 males (55%) and 41 females (45%). This study

    uses Fisher's test. Based on the result, it obtains median value of distribution of

    the protein intake 160% (80% -360%), the research did not obtain because the p

    value for all toddler had high protein intake. The relationship of the protein intake

    was not statistically significant, this could be due toimproper food intake

    calculation, the less number of respondents, infectious disease in toddler and

    dishonesty of respondents in answering the questionnaire. The conclusion is that

    protein intake is not associated with nutritional status of toddler.

    Key words:Protein Intake, Nutritional Status of Toddler

  • ix

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

    LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................iii

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

    ABSTRAK .......................................................................................................... vii

    ABSTRACT .......................................................................................................viii

    DAFTAR ISI ........................................................................................... ............. ix

    DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ .. xii

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii

    BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2

    1.3 Hipotesis................................................................................................. 2

    1.4 Tujuan Penelitian…............................................................................... 2

    1.5 Manfaat Penelitian................................................................................. 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

    2.1 Landasan Teori .......................................................................... ........... 4

    2.1.1 Definisi Protein ......................................................................4

    2.1.2 Fungsi Khusus Asam Amino..................................................4

    2.1.3 Klasifikasi Protein..................................................................5

    2.1.4 Sumber Protein.......................................................................7

    2.1.5 Fungsi Protein.........................................................................8

    2.1.6 Angka Kecukupan Protein....................................................10

    2.1.7 Pengertian Status Gizi...........................................................11

    2.1.8 Cara Penentuan Status Gizi...................................................12

  • x

    2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... .......... 17

    2.3 Definisi Operasional.................. ..........................................................18

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 19

    3.1 Desain Penelitian..................................................................................19

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 19

    3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 19

    3.3.1 Jumlah Sampel...................................................................... 19

    3.3.2 Kriteria Sampel ..................................................................... 20

    3.3.2.1 Kriteria Inklusi ......................................................... 20

    3.3.2.2 Kriteria Eksklusi ...................................................... 20

    3.3.2.3 Kriteria Drop Out......................................................20

    3.4 Cara Kerja Penelitian .......................................................................... 20

    3.5 Managemen Data ................................................................................ 21

    3.6 Etik Penelitian..................................................................................... 22

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 23

    4.1 Distribusi Balitaberdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 23

    4.2 Distribusi Balitaberdasarkan Umur......................................................24

    4.3Distribusi Balitaberdasarkan Status Gizi Balita....................................24

    4.4 Distribusi Balitaberdasarkan Asupan Kalori ................................. …..25

    4.5Hubungan antaraAsupan Kalori dan Status Gizi Balita........................25

    4.6Distribusi Balitaberdasarkan Asupan Protein……… .......................... 26

    4.7 Hubungan antaraAsupan Protein dan Status Gizi Balita......................27

    4.8 Keterbatasan Penelitian........................................................................28

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 29

    5.1 Simpulan ............................................................................................. 29

    5.2 Saran .................................................................................................... 29

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 31

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Kelompok Protein BerdasrkanKelarutannya………………………....6

    Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia ..........................11

    Tabel 3. Status Gizi Balita.................................................................................13

    Tabel 4. Kebaikan dan Kelemahan Indeks Antropometri.................................13

    Tabel 5. Distribusi Balita Berdasarkan Status Gizi Balita................................24

    Tabel 6. Distribusi Balita Berdasarkan Asupan Kalori.....................................25

    Tabel 7. Distribusi Balita Berdasarkan Asupan Protein...................................26

    Tabel8. Distribusi Balita Berdasarkan Penggabungan Kategori Asupan

    Protein.................................................................................................27

    \

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Distribusi Persentase Responden Berdasarkan JenisKelamin .............23

    Gambar 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur............................................24

    Gambar 3. Diagram Hubungan Asupan Kalori Terhadap Status Gizi Balita........25

    Gambar 4. Diagram Hubungan Asupan Protein Terhadap Status Gizi Balita.......27

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Informed Consent..........................................................................31

    Lampiran 2 Kuesioner.......................................................................................32

    Lampiran 3 Data Hasil Uji Statistik..................................................................36

    Lampiran 4 Riwayat Penulis.............................................................................40

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Protein merupakan bagian dari semua sel hidup dan bagian terbesar tubuh

    sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein; setengahnya ada di dalam

    otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit dan

    selebihnya didalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai

    hormon, pengangkut zat-zat gizi, darah dan matriks intraseluler adalah protein.

    Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor

    sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat dan molekul-molekul yang

    esensial untuk kehidupan.1

    Kurang energi protein disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein

    dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut

    kekurangan energi protein apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat

    badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. Kekurangan energi protein

    merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling berat dan meluas

    terutama pada balita. Pada umumnya penderita kurang energi protein berasal dari

    keluarga yang berpenghasilan rendah.2

    Kurang energi protein dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

    perkembangan kecerdasan, menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan

    kematian. Jika hal itu dibiarkan, maka angka mortalitas pada suatu populasi akan

    meningkat setiap tahunnya.2

    Status gizi balita berdasarkan TB/U dapat di klasifikasikan menjadi : status

    gizi sangat pendek, pendek, normal dan tinggi. Riset kesehatan dasar (Riskesdas)

    Kementrian Kesehatan tahun 2007 menemukan bahwa prevalensi nasional balita

    pendek dan balita sangat pendek (stunting) adalah 36,8%. Sebanyak 17 provinsi

    mempunyai prevalensi balita pendek dan balita sangat pendek di atas prevalensi

    nasional, persentase ini cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu untuk di cari tahu

    penyebab semua ini, baik dari pola asupan makanannya, aktivitas balita dan

    pengetahuan ibu tentang pentingnya komposisi makanan.3

  • 2

    Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kemenetrian Kesehatan tahun 2007

    menemukan bahwa 17,9 % anak usia di bawah lima tahun mengalami

    kekurangan gizi. Laporan ini mengungkapkan, 14% anak pada kelompok usia

    yang sama justru mengalami kegemukan.3

    Pada penelitian yang di lakukan di

    daerah Rusun Penjaringan Sari Jawa Timur di dapatkan Balita dengan konsumsi

    protein baik sebanyak 34%, cukup 32 %, sedang 23 % dan buruk 11%. Sedangkan

    untuk status gizi tinggi sebanyak 2,1%, normal 51,1%, pendek 36,2% dan sangat

    pendek 10,6%.4

    Berdasarkan data tahun 2011 di puskesmas Cikidang terdapat 5098 balita yang

    memiliki catatan status gizi. Dari data tersebut, di dapatkan 69 balita (1,35 %)

    dengan status gizi sangat kurang dan 278 balita (5,45%). dengan status gizi

    kurang.5 Jika dibandingkan dengan data riskesdas, angka ini memang lebih

    rendah. Namun hal tersebut tetap tidak dapat diabaikan. Perlu di cari tahu apa

    yang menjadi penyebab utama bagi balita tersebut sehingga memiliki status gizi

    kurang.

    Berdasarkan data diatas peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan

    asupan protein terhadap status gizi balita di Puskesmas Cikidang Kabupaten

    Sukabumi Jawa Barat pada tahun 2012.

    1.2. Rumusan Masalah

    Apakah ada hubungan asupan protein terhadap status gizi balita di wilayah

    kerja Puskesmas Cikidang tahun 2012?

    1.3. Hipotesis

    Asupan protein berpengaruh terhadap status gizi balita di wilayah kerja

    Puskesmas Cikidang.

    1.4. Tujuan

    1.4.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan asupan protein dan status gizi balita di wilayah

    kerja Puseksmas Cikidang tahun 2012.

  • 3

    1.4.2 Tujuan Khusus

    Diketahuinya gambaran asupan protein pada balita di wilayah kerja

    Puskesmas Cikidang

    Diketahuinya status gizi balita di wilayah kerja puskesmas Cikidang

    Diketahuinya gambaran asupan kalori pada balita di wilayah kerja

    Puskesmas Cikidang

    1.5. Manfaat Penelitian

    1.5.1 Bagi peneliti

    Sebagai syarat kelulusan

    Untuk mengimplementasikan pengetahuan yang telah didapat

    secara akademis di masyarakat

    Untuk mengetahui asupan protein dan status gizi balita di wilayah

    kerja Puskesmas Cikidang

    1.5.2 Bagi Keilmuan

    Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi praktisi yang

    tertarik dalam masalah Gizi

    1.5.3 Bagi Orang tua

    Penelitian ini merupakan sarana untuk mendapatkan pengetahuan

    mengenai status gizi dan peran asupan protein dan asupan kalori

    pada balita

    1.5.4 Bagi Pemerintah Dinas Kesehatan setempat

    Memberi informasi mengenai masalah kebutuhan protein dan

    kalori pada balita yang belum tercukupi di wilayah kerja

    Puskesmas Cikidang

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Landasan Teori

    2.1.1. Definisi Protein

    Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti yang utama

    atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda,

    Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat

    yang paling penting dalam setiap organisme.1

    Protein merupakan nutrien yang amat penting bagi tubuh, karena

    fungsinya sebagai sumber energi dalam tubuh dan juga sebagai zat pembangun.

    Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O

    dan N. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein

    yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.5,6,7

    Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-

    jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses

    pembentukan jaringan terjadi secara pesat. Pada masa kehamilan proteinlah yang

    membentuk jaringan janin dan pertumbuhan embrio. Protein juga menggantikan

    jaringan tubuh yang rusak dan perlu dirombak. Fungsi utama protein bagi tubuh

    ialah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang lama.5,6

    2.1.2 Fungsi Khusus Asam Amino

    Hampir semua asam amino mempunyai fungsi khusus. Triptofan adalah

    prekursor vitamin niasin dan pengantar saraf serotonin. Metionin memberikan

    gugus metil guna sintesis kolin dan kreatinin. Selain itu metionin merupakan

    prekursor sistein. Fenilalanin adalah prekursor tirosin dan bersama membentuk

    hormon-hormon tiroksin dan epinefrin.Tirosin merupakan prekursor bahan yang

    membentuk pigmen kulit dan rambut.Arginin dan sentrulin terlibat dalam sintesis

    ureum dalam hati.1,4

    4

  • 5

    Glisin mengikat bahan-bahan toksik dan mengubahnya menjadi bahan

    tidak berbahaya. Glisin juga digunakan dalam sintesis porfirin nukleus

    hemoglobin dan merupakan bagian dari asam empedu.Histidin diperlukan untuk

    sintesis histamin. Kretinin yang disintesis dari arginin, glisin, dan metionin

    bersama fosfat membentuk kreatinin fosfat, suatu simpanan penting fosfat

    berenergi tinggi di dalam sel. Glutamin yang dibentuk dari asam glutamat dan

    asparagin dari asam aspartat merupakan simpanan asam amino di dalam tubuh.

    Selain itu asam glutamat aadalah prekursor pengantar saraf gamma amino-asam

    butirat.1,8

    2.1.3. Klasifikasi Protein

    Protein dapat digolongkan berdasarkan struktur susunan molekulnya,

    kelarutannya, adanya senyawa lain dalam molekul, tingkat degradasi, dan

    fungsinya.2,9

    2.1.3.1. Penggolongan Protein berdasarkan Struktur Susunan Molekul

    a. Protein fibriler/skleroprotein

    Protein fibriler berbentuk serabut. Protein ini tidak larut dalam pelarut-pelarut

    encer, baik larutan garam, asam, basa, ataupun alkohol. Susunan molekulnya

    terdiri dari rantai molekul yang panjang, sejajar dengan rantai utama, tidak

    membentuk kristal dan bila rantai ditarik memanjang, dapat kembali ke keadaan

    semula. Contoh dari protein ini adalah kolagen yang terdapat di tulang rawan,

    miosin di otot, keratin di rambut dan fibrin di gumpalan darah.

    b. Protein globuler/sferoprotein

    Protein globuler berbentuk bola. Protein ini banyak terkandung dalam bahan

    makanan seperti susu, telur dan daging. Protein ini larut dalam larutan garam,

    asam encer dan basa dibandingkan dengan protein fibriler.10,11

  • 6

    2.1.3.2. Penggolongan Protein berdasarkan Kelarutan

    Berdasarkan kelarutannya protein globuler dikelompokkan menjadi beberapa

    grup, yaitu: albumin, globulin, glutein, prolamin, histon dan protamin.

    Tabel 1. Kelompok Protein berdasarkan Kelarutannya11

    PROTEIN SIFAT CONTOH

    Albumin Larut dalam air dan

    terkoagulasi dalam panas

    Albumin telur, albumi serum

    dan laktalbumin dalam susu

    Globulin Tidak larut dalam air dan

    terkoagulasi oleh panas

    Miosinogen dalam otot dan

    ovoglobulin dalam kuning

    telur

    Glutein Tidak larut dalam pelarut

    netral tapi larut dalam pelarut

    basa/asam encer

    Glutein dalam gandum atau

    orizenin dalam beras

    Prolamin/Gliadin Larut dalam alkohol 70-80%

    dan tidak larut dalam air

    ataupun alkohol absolut

    Gliadin dalam gandum,

    hordain dalam barley dan

    zein pada jagung

    Histon Larut dalam air dan tidak

    larut dalam amonia encer

    Globulin dalam hemoglobin

    Protamin Larut dalam air dan tidak

    terkoagulasi oleh panas

    Salmin pada ikan salmon dan

    klupein pada ikan herring

    2.1.3.3. Penggolongan Protein berdasarkan Tingkat Degradasi

    Protein dapat dibedakan menurut tingkat degradasinya. Degradasi

    biasanya merupakan tingkat permulaan denaturasi.

    a. Protein alami adalah protein dalam keadaan seperti protein dalam sel.

    b. Turunan protein yang merupakan hasil degradasi protein pada tingkat

    permulaan denaturasi. Dapat dibedakan sebagai: protein turunan

    primer (protean, metaprotein) dan protein turunan sekunder (proteosa,

    pepton, dan peptida).11

  • 7

    2.1.4. Sumber Protein

    Berdasarkan sumbernya, protein diklasifikasikan menjadi protein hewani dan protein

    nabati. Sumber protein hewani dapat berbentuk daging dan organ-organ dalam hewan

    seperti hati, pankreas, ginjal, paru, jantung, usus dan otak. Susu dan telur merupakan

    sumber protein hewani yang berkualitas tinggi. Ikan, kerang-kerangan dan jenis udang

    juga merupakan kelompok sumber protein hewani yang baik, jenis kelompok sumber

    protein hewani ini mengandung sedikit lemak, sehingga baik bagi komponen susunan

    hidangan rendah lemak. Namun kerang-kerangan mengandung banyak kolesterol,

    sehingga tidak baik untuk dipergunakan dalam diet rendah kolesterol. Ayam dan jenis

    burung lain serta telurnya, juga merupakan sumber protein hewani yang berkualitas

    baik.5,7

    Sumber protein nabati meliputi kacang-kacangan dan biji-bijian seperti

    kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang koro, kelapa dan lain-lain.

    Asam amino yang terkandung dalam protein ini tidak selengkap pada protein

    hewani, namun penambahan bahan lain yaitu dengan mencampurkan dua atau

    lebih sumber protein yang berbeda jenis asam amino pembatasnya akan saling

    melengkapi kandungan proteinnya. Bila dua jenis protein yang memiliki jenis

    asam amino esensial pembatas yang berbeda dikonsumsi bersama-sama, maka

    kekurangan asam amino tertentu dapat ditutupi oleh asam amino sejenis yang

    berlebihan pada protein lain. Dua protein tersebut saling mendukung

    (complementary) sehingga mutu gizi dari campuran menjadi lebih tinggi dari pada

    salah satu protein itu. Contohnya yaitu dengan mencampurkan dua jenis bahan

    makanan antara campuran tepung gandum dengan kacang-kacangan, tepung

    gandum kekurangan asam amino lisin, tetapi asam amino belerangnya berlebihan,

    sebaliknya kacang-kacangan kekurangan asam amino belerang dan kelebihan

    asam amino lisin. Pencampuran 1: 1 antara tepung gandum dan kacang-kacangan

    akan membentuk bahan makanan campuran yang telah meningkatkan mutu

    protein nabati. Karena itu susu dengan serealia, nasi dengan tempe, kacang-

    kacangan dengan daging atau roti, bubur kacang hijau dengan ketan hitam

    merupakan kombinasi menu yang dapat meningkatkan mutu protein.5,12

  • 8

    2.1.5. Fungsi Protein

    Secara garis besar, protein dalam tubuh berfungsi sebagai (1) pertumbuhan dan

    pemeliharaan, (2) pembentukan ikatan-ikatan esensial dalam tubuh, (3) mengatur

    keseimbangan air, (4) memelihara netralitas tubuh, (5) pembentukan antibodi, (6)

    mengangkut zat-zat gizi, dan (7) sumber energi.

    2.1.5.1. Pertumbuhan dan Pemeliharaan

    Sebelum sel-sel dapat mensintesis protein baru, harus tersedia asam amino

    esensial yang diperlukan dan cukup nitrogen atau ikatan amino (NH2) guna

    pembentukan asam-asam amino nonesensial yang diperlukan. Pertumbuhan atau

    penambahan otot hanya mungkin bila tersedia cukup campuran asam amino yang

    sesuai termasuk untuk pemeliharaan dan perbaikan. Beberapa jenis jaringan tubuh

    membutuhkan asam-asam amino tertentu dalam jumlah yang lebih besar. Rambut,

    kulit, dan kuku membutuhkan lebih banyak asam amino yang mengandung sulfur.

    Protein kolagen merupakan protein utama otot, tendo dan jaringan ikat. Fibrin dan

    miosin adalah protein lain yang terdapat di dalam otot-otot.

    Protein tubuh berada dalam keadaan dinamis, yang secara gantian dipecah dan

    disintesis kembali. Tiap hari sebanyak 3% jumlah protein total berada dalam

    keadaan berubah ini. Dinding usus yang setiap 4-6 harus diganti, membutuhkan

    sintesis 70 gram protein setiap hari. Tubuh sangat efisien dalam memelihara

    protein yang ada dan menggunakan kembali asam amino yang diperoleh dari

    pemecahan jaringan untuk membangun kembali jaringan yang sama atau jaringan

    lain.1,7,8

    2.1.5.2. Pembentukan Ikatan-ikatan Esensial Tubuh

    Hormon-hormon, seperti tiroid, insulin dan epinefrin adalah protein, demikina

    pula bebagai enzim. Ikatan-ikatan ini bertindak sebagai katalisator atau membantu

    perubahan-perubahan biokimia yang terjadi di dalam tubuh.

    Hemoglobin, pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai

    pengangkut oksigen dan karbon dioksida adalah ikatan protein. Begitupun bahan-

    bahan lain yang berperan dalam penggumpalan darah. Protein lain adalah

    fotoreseptor pada mata.

  • 9

    Asam amino triptofan berfungsi sebagai prekursor vitamin niasin dan

    pengantar saraf serotonin yang berperan dalam membawa pesan dari sel saraf

    yang satu ke sel saraf yang lain.

    Dalam hal kekurangan protein, tampaknya tubuh memprioritaskan

    pembentukan ikatan-ikatan tubuh yang vital ini.1,9

    2.1.5.3. Mengatur keseimbangan Air

    Cairan tubuh terdapat di dalam tiga kompartemen : intraselular (di dalam

    sel), ekstraselular/intarselular (diantara sel), dan intravaskular (di dalam pembuluh

    darah). Komparetemen-kompartemen ini dipisahkan satu sama lain oleh membran

    sel. Distribusi cairan di dalam kompartemen-kompartemen ini harus di jaga dalam

    keadaan seimbang atau homeostasis. Keseimbangan ini diperoleh melalui sistem

    kompleks yang melibatkan protein dan elektrolit. Penumpukan cairan di dalam

    jaringan dinamakan edema dan merupakan tanda awal kekurangan protein.13

    2.1.5.4. Memelihara Netralitas Tubuh

    Protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam dan

    basa untuk menjaga pH pada taraf konstan. Sebagian besar jaringan tubuh

    berfungsi dalam keadaaan pH netral atau sedikit alkali (pH 7,35-7,45).13,14

    2.1.5.5. Pembentukan Antibodi

    Kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi bergantung pada

    kemampuannya untuk memproduksi antibodi terhadap bahan-bahan asing yang

    memasuki tubuh. Tingginya tingkat kematian pada anak-anak yang menderita gizi

    kurang kebanyakan disebabkan oleh menurunnya daya tahan terhadap infeksi

    (muntaber, dsb) karena ketidak mampuannya membentuk antibodi dalam jumlah

    yang cukup.15

    Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-bahan

    racun dikontrol oleh enzim-enzim yang terutama terdapat di dalam hati. Dalam

    keadaan kekurangan protein kemampuan tubuh untuk menghalangi pengaruh

    toksik bahan-bahan racun ini berkurang. Seseorang yang menderita kekurangan

    protein lebih rentan terhadap bahan-bahan racun dan obat-obatan.15

    2.1.5.6. Mengangkut Zat-zat Gizi

    Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari

    saluran cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke

  • 10

    jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sebagian besar

    bahan yang mengangkut zat-zat gizi ini adalah protein. Alat angkut protein ini

    dapat bertindak secara khusus, misalnya protein jenis zat gizi seperti mangan dan

    zat besi, yaitu transferin, atau mengangkut lipida dan bahan sejenis lipida, yaitu

    lipoprotein.

    Kekurangan protein, menyebabkan gangguan pada absorpsi dan

    transportasi zat-zat gizi.15

    2.1.5.7. Sumber Energi

    Sebagai sumber energi, protein ekivalen dengan karbohidrat, karena

    menghasilkan 4 kkal/g protein. Namun, protein sebagai sumber energi relatif

    lebih mahal, baik dalam harga maupun dalam jumlah energi yang dibutuhkan

    untuk metabolisme energi. 14

    2.1.6. Angka Kecukupan Protein

    Kebutuhan protein menurut kutipan FAO/WHO adalah konsumsi yang

    diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan

    produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan atau

    menyusui.11

    Angka Kecukupan Protein (AKP) orang dewasa menurut hasil-hasil

    penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75 gram/kg berat badan, berupa

    protein patokan tinggi yaitu protein telur (mutu cerna/ digestibility dan daya

    manfaat/utility telur adalah 100). Angka ini dinamakan taraf suapan terjamin.

    Angka kecukupan protein yang di anjurkan dalam taraf suapan terjamin menurut

    kelompok umur adalah sebagai berikut. Angka Kecukupan Protein untuk

    penduduk Indonesia berdasarkan berat badan patokan, umur, mutu protein dan

    daya cerna protein.12

  • 11

    Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia16

    No Kelompok

    Umur

    Berat

    Badan (kg)

    Tinggi

    Badan (cm)

    Energi

    (Kkal)

    Protein

    (g)

    Anak

    1 0-6 bl 6 60 550 10

    2 7-12 bl 8,5 71 650 16

    3 1-3 th 12 90 1000 25

    4 4-6 th 17 110 1550 39

    5 7-9 th 25 120 1800 45

    Mutu protein dinilai dari perbandingan asam-asam amino yang terkandung

    dalam protein tersebut. Pada prinsipnya suatu protein yang dapat menyediakan

    asam amino esensial dalam suatu perbandingan yang menyamai kebutuhan

    manusia, mempunyai mutu yang tinggi.Sedangkan jumlah asam amino yang tidak

    esensial tidak dapat digunakan sebagai pedoman karena asam-asam amino

    tersebut dapat disintesis dalam tubuh. Kebutuhan manusia akan protein dapat

    diketahui dengan jumlah nitrogen yang hilang. Nitrogen yang hilang atau

    terbuang sekitar 54mg/kg berat badan per hari. Angka tersebut dapat dikalikan

    dengan 6,25 menjadi kebutuhan protein per kg berat badan per hari. Angka ini

    biasanya ditambahkan 30% untuk memberi peningkatan terbuangnya nitrogen.

    Sehingga tergantung individu, ukuran berat badan, jenis kelamin, dan umur. Hasil

    akhir kebutuhan protein menjadi 0,57 g/kg berat badan per hari (laki-laki dewasa)

    atau 0,54 g/kg berat badan per hari (wanita dewasa). Jumlah tersebut sudah cukup

    untuk memenuhi keperluan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dengan

    syarat protein yang dikonsumsi mempunyai mutu yang tinggi.2,5,7

    2.1.7. Pengertian Status Gizi

    Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk

    anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga

    didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara

  • 12

    kebutuhan dan masukan nutrisi. Penelitian status gizi merupakan pengukuran

    yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet.2

    Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

    dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

    penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

    mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta

    menghasilkan energi.2

    Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

    penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih.

    Status gizi juga diartikan sebagai keadaan kesehatan fisik seseorang atau

    sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran

    gizi tertentu.1

    2.1.8. Cara Penentuan Status Gizi

    Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu secara langsung dan tak

    langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

    penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik sedangkan penilaian

    status gizi tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survei konsumsi makanan,

    statistik vital dan faktor ekologi. Dalam penelitian ini, untuk menentukan status

    gizi digunakan indeks antropometri.2,9

    Antropometri berasal dari kata antropos dan metros. Antropos artinya

    tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari

    tubuh.Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari

    berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini

    biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

    lemak. Otot dan jumlah air dalam tubuh. Indeks antropometri yang umum

    digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur, tinggi

    badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan. Menurut DepKes RI

    2002 klasifikasi status gizi anak yaitu :

  • 13

    Tabel 3. Status Gizi Balita2

    INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS

    Berat badan menurut umur

    (BB/U)

    Gizi Lebih > + 2 SD

    Gizi Normal -2 SD s/d +2 SD

    Gizi Kurang -3 SD s/d -2 SD

    Gizi Buruk < – 3 SD

    Tinggi badan menurut umur

    (TB/U)

    TB Tinggi > + 2 SD

    TB Normal -2 SD s/d +2 SD

    TB Pendek -3 SD s/d

  • 14

    Sedangkan menurut Soekirman (2001) :

    a. Indikator BB/U

    Indikator BB/U dapat normal, lebih rendah atau lebih tinggi setelah

    dibandingkan dengan standar WHO. Apabila BB/U normal digolongkan pada

    status gizi buruk. BB/U rendah dapat berarti berstatus gizi kurang atau buruk

    BB/U tinggi dapat digolongkan berstatus gizi lebih.

    1) Kelebihan

    a) Dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum

    b) Sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu

    pendek

    c) Dan dapat mendeteksi kegemukan

    2) Kelemahan

    a) Interpretasi status gizi dapat keliru apabila terdapat oedema

    b) Data umur yang akurat sering sulit diperoleh kesalahan pada saat

    pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas dan anak bergerak

    c) Masalah sosial budaya setempat yang mempengaruhi orang tua untuk

    tidak menimbang naknya karena dianggap seperti barang dagangan

    b. Indikator TB/U

    Mereka yang diukur dengan indicator TB/U dapat dinyatakan TB-nya

    normal, kurangan tinggi menurut standar WHO. Bagi yang TB/U kurang menurut

    WHO dikategorikan stunted yang diterjemahkan “sebagai pendek tak sesuai

    umurnya”. Tingkat keparahannya dapat digolongkan menjadi ringan, sedang dan

    berat. Hasil pengukuran menggambarkan status gizi masa lampau. Seseorang

    yang tergolong pendek tak sesuai umur kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak

    baik. Berbeda dengan berat badan rendah yang diukur dengan BB/U yang

    mungkin dapat diperbaiki dalam waktu pendek, baik pada anak maupun dewasa.

    Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lampau :

    1. Kelebihan

    a) Dapat memeberikan gambaran riwayat gizi masa lampau

    b) Dapat dijadikan indicator keadaan sosial ekonomi penduduk

    2. Kelemahan

  • 15

    a) Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada

    kelompok usia balita

    b) Tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini

    c) Memerlukan data umur yang akurat yang sering sulit diperoleh di

    negara- negara berkembang

    d) Kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama

    bila dilakukan oleh petugas non profesional

    c. Indikator BB/TB

    Pengukuran antropometri terbaik adalah menggunakan indikator

    BB/TB.Ukuran ini dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif

    dan spesifik. Artinya mereka yang BB/TB kurang, dikategorikan sebagai kurus

    atau wasted. Indikator BB/TB ini diperkenalkan oleh Jellife pada tahun 1996 dan

    merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini, terutama bila

    data umur yang akurat sulit diperoleh. Oleh karena itu indikator BB/TB

    merupakan indikator independent terhadap umur.

    1) Kelebihan

    a) Independent terhadap umur dan ras

    b) Dapat menilai status “kurus” dan “gemuk” dan keadaan marasmus atau

    KEP berat lain.

    2) Kelemahan

    a) Kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak tidak dilepas atau

    bergerak terus.

    b) Masalah sosial budaya setempat yang mempengaruhi orang tua untuk

    tidak menimbangkan anaknya karena dianggap seperti barang dagangan.

    c) Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang atau tinggi badan anak

    pada kelompok balita.

    d) Kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur terutama bila

    dilakukan oleh petugas non professional.

    e) Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek normal

    atau panjang. 11,12

    Diantara bermacam-macam indek antropometri, BB/U merupakan indikator

    yang paling umum digunakan sejak 1972 dan dianjurkan juga mengunakan TB/U

  • 16

    dan BB/TB untuk membedakan apakah kekurangan gizi terjadi kronis atau akut.

    Keadaan gizi kronis atau akut mengandung arti terjadi keadaan yang dihubungkan

    dengan masa lalu dan waktu sekarang.Pada keadaan kurang gizi kronis .BB/U dan

    TB/U rendah tetapi BB/TB normal.13

    Kondisi ini sering disebut dengan stuting, pada 1978. WHO lebih

    menganjurkan penggunaan BB/TB, karena menghilangkan faktor umum yang

    menurut pengalaman sulit didapat secara benar , khususnya di daerah terpencil

    dimana terdapat masalah pencatatan kelahiran. lndeks BB/TB juga

    menggambarkan keadaan kurang gizi akut waktu sekarang, walaupun tidak dapat

    menggambarkan keadaan gizi waktu lampau.14,15

  • 17

    2.2. Kerangka Konsep

    Keterangan :

    : variabel yang diteliti

    : variabel yang tidak diteliti

    : hubungan yang diteliti

    : hubungan yang tidak diteliti

    Faktor ekonomi

    keluarga dan

    lingkungan sosial

    Asupan :

    Karbohidrat

    Lemak

    Vitamin

    Makronutrien

    dan

    mikronutrien

    lain Asupan Protein

    Status Gizi Balita

    Pengetahuan

    ibu mengenai

    protein dan

    kalori

    Pola Makan

  • 18

    2.3. Definisi Operasional

    Variabel Cara ukur Alat ukur Skala ukur Hasil ukur

    Status

    Gizi2

    Metode

    antropometri

    dengan

    komponen

    yang

    diukurnya

    adalah:

    - Usia

    - Tinggi badan

    - Klasifikasi

    status Gizi

    berdasarkan

    kurva CDC

    - Timbangan BB

    (kg)

    - Meteran TB

    (cm)

    - Bagan Kurva

    CDC

    TB/U

    Responden

    memilki

    status:

    1. Pendek

    2. Normal

    Asupan

    Kalori1

    Kuesioner Pedoman

    kuesioner

    Ordinal Klasifikasi

    asupan kalori

    responden

    Asupan

    Protein1

    Jenis makanan

    yang

    mengandung

    protein

    Konversi nilai

    kalori :

    Gram Klasifikasi

    asupan

    protein

    responden

  • 19

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Desain Penelitian

    Penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan kuantitatif dengan

    desain Cross Sectional dengan meneliti variabel terikat dan variabel bebas

    secara bersamaan.

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Cikidang pada

    bulan Juli-Agustus 2012.

    3.3. Populasi dan Sampel

    Populasi untuk penelitian ini adalah anak-anak usia dibawah lima tahun (

    balita) yang memiliki catatan status gizi dan bersedia menjadi sampel di

    wilayah kerja Puskesamas Cikidang Kec. Cikidang Kab. Sukabumi.

    3.3.1. Jumlah Sampel

    Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan cara simple

    random sampling yaitu dengan memilih Posyandu terdekat kemudian di pilih

    dengan menggunakan tabel. Jumlah sampel dihitung dengan rumus

    Keterangan :

    Z : deviat baku alfa 1,96

    Zβ : deviat baku beta 0,84

    P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna 20%

    P2 : proporsi pada kelompok yang belum diteliti adalah 50%

    P1 : proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan

    judgement peneliti

    0,2 + P2 = 0,2 + 0,5 = 0,7

    Q1 : 1-P1 = 1 - 0,7 = 0,3

    n1 = n2=(Z 2PQ + Zβ P1Q1 + P2Q2 )

    P1-P2

    19

  • 20

    Q2 : 1-P2 = 1 - 0,5 = 0,5

    P : proporsi total (P1+P2)/2 = 1,2/2 = 0,6

    Q : 1-P = 1 – 0,6 = 0,4

    Maka hasil hitung adalah 93.Sampel pada penelitian ini berjumlah

    93 dari balita yang mempunyai status gizi di wilayah kerja Puskesmas

    Cikidang.

    3.3.2. Kriteria Sampel

    3.3.2.1. Kriteria inklusi

    Semua balita yang memiliki catatan status gizi di puskesmas Cikidang

    yang bersedia menjadi responden

    3.3.2.2. Kriteria Eksklusi

    Semua balita yang memiliki catatan status gizi di puskesmas Cikidang

    dengan riwayat penyakit kongenital

    3.3.2.3. Kriteria Drop Out

    Semua balita yang memiliki catatan status gizi di puskesmas Cikidang

    yang bersedia menjadi responden namun tidak mengisi semua

    kuisioner dengan lengkap

    3.4. Cara Kerja Penelitian

    KESIMPULAN

    WAWANCARA RESPONDEN

    PEMBUATAN KUESIONER DAN

    INFORMED CONSENT PENGUMPULAN DATA POPULASI

    SAMPLING DENGAN KRITERIA

    INKLUSI

    PENGUMPULAN DATA HASIL

    JAWABAN RESPONDEN

    ANALISIS DATA

  • 21

    3.5. Managemen Data

    Data yang digunakan adalah data sekuder yang didapat dari Puskesmas

    Cikidang dan data primer yang didapat langsung melalui kuesioner dari sampel

    yang memenuhi kriteria inklusi.

    Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software statistic yaitu

    semua data yang terkumpul dicatat dan dilakukan editing dan coding untuk

    kemudian dimasukkan kedalam program Statistical Package for Social Sciences

    (SPSS) dengan tahapan sebagai berikut:

    a. Pengkodean (coding)

    Memberi kode jawaban atau hasil pernyataan pada lembar kuesioner.

    b. Pengolahan data (editing)

    Isian lembaran kuesioner diteliti kembali

    c. Pemasukan data (entry)

    Data yang telah di coding kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

    d. Pembersihan data (cleaning)

    Data diperiksa kembali sehingga benar-benar bebas dari kesalahan.

    Kemudian data diolah lebih lanjut dan dilakukan beberapa uji analisa data

    sebagai berikut:

    1) Univariat

    Analisa univariat dilakukan untuk menyajikan

    danmendeskripsikankarakteristik data setiap variabel yang diteliti.

    2) Bivariat

    Analisa bivariat dilakukan untuk menguji dan menjelaskan

    hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Analisis

    bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square dengan Confident

    Interval (CI) 95% atau α sama dengan 0,05.

    Adapun hubungan kemaknaan antara variabel independent dan dependent

    dari penelitian ini adalah:

    a) Hubungan bermakna atau secara statistik terdapat hubungan yang

    signifikan, apabila p value α.

  • 22

    b) Hubungan tidak bermakna atau secara statistik terdapat hubungan yang

    signifikan, apabila p value > α

    3.6 Etik Penelitian

    Mengajukan usulan penelitian kepada komisi etik. Kelengkapan berkasnya

    terdiri dari:

    Surat usulan dari institusi

    Protokol penelitian

    Daftar tim peneliti

    Informed Consent (formulir persetujuan keikutsertaan dalam penelitian)

    Kuesioner

    Memberikan informed consent kepada subjek penelitian dan institusi

    terkait

  • 23

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Cikidang

    Kecamatan Cikidang Kabupaten Sukabumi diperoleh data responden tentang

    sebaran jenis kelamin, umur, status gizi, distribusi kategori asupan kalori dan

    distribusi kategori asupan protein.

    Dari hasil observasi dengan 93 responden diperoleh data sebagai berikut :

    4.1 Distribusi Balita berdasarkan Jenis Kelamin

    Gambar 1. Distribusi Persentase Balita berdasarkan Jenis Kelamin

    Dari gambar diatas dapat di ketahui bahwa jumlah balita laki-laki

    52 balita (55%) dan balita perempuan 41 balita (45%). Perbandingan ini hampir

    merata, ini menunjukkan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Cikidang distribusi

    balita berdasarkan jenis kelamin cukup seimbang.

    55%

    45%

    Laki-laki Perempuan

    23

  • 24

    4.2 Distribusi Balita berdasarkan Umur

    Gambar 2. Distribusi Balita berdasarkan Umur

    Distribusi Balita berdasarkan umur terdapat 19 responden yang rentang

    usianya ≤ 1,5 tahun, 48 responden dengan rentang usia >1,5-3 tahun dan 26

    responden dengan rentang usia >3-5 tahun dengan nilai median 3(1-5).

    4.3 Distribusi Balita berdasarkan Status Gizi Balita

    Berdasarkan perhitungan antropometri didapatkan nilai mean 94,9 % (6,62).

    Dengan klasifikasi sebagai berikut :

    Tabel 5. Distribusi Balita berdasarkan Status Gizi Balita

    Kategori Status Gizi (TB/U) Frekuensi (Jiwa) Persentase (%)

    Pendek 21 22.6

    Normal 72 77.4

    Total 93 100

    Dari data diatas menunujukkan bahwa balita status gizi pendek adalah

    22.6%. Berdasrkan Riskesdas 2007 angka ini berada dibawah prevalensi nasional

    yang menunjukkan angka 36,8%. Selain itu target program perbaikan gizi yang

    diproyeksikan sebesar 20% dan target MDGs sebesar 18,5 telah dapat dicapai,

    tetapi tetap perlu ada berbagai upaya untuk mempertahankan agar pencapaian itu

    agar tidak mengalami penurunan.

    0

    20

    40

    60

    ≤1,5 >1,5-3 >3-5

    Jum

    lah

    Bal

    ita

    Umur

    Distribusi Balita berdasarkan Umur

  • 25

    4.4 Distribusi Balita berdasarkan Asupan Kalori

    Tabel 6. Distribusi Balita berdasarkan Asupan Kalori

    Asupan Kalori Frekuensi (Jiwa) Persentase

    (%)

    Kurang 44 47,3

    Lebih 49 52,7

    Total 93 100

    Data diatas menunjukan bahwa asupan kalori kurang dan asupan kalori

    lebih hampir seimbang.Rata-rata asupan kalori responden adalah median 785,6

    (503-1391,33) kkalori asupan ini sudah sesuai dengan kebutuhan asupan kalori

    balita. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya karena

    pengetahuan ibu yang kurang sehingga tidak memperhatikan kebutuhan anaknya,

    faktor ekonomi keluarga yang rendah sehingga susah untuk memenuhi kebutuhan

    pangan keluarga atau faktor dari anaknya sendiri misalnya menurunnya nafsu

    makan karena penyakit yang diderita baik itu kongenital maupun dapatan.

    4.5 Hubungan antara Asupan Kalori dan Status Gizi Balita

    Gambar 3. Diagram Hubungan antara Asupan Kalori dan Status Gizi Balita

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    Kurang Lebih

    Jum

    lah

    Bal

    ita

    Asupan kalori

    Hubungan antara Asupan Kalori dan Status Gizi Pendek Normal

  • 26

    Dari hasil tabulasi silang antara hubungan asupan kalori dengan status gizi

    balita menunjukkan bahwa terdapat 6 balita yang memiliki status gizi pendek

    dengan asupan kalori kurang dan 15 balita dengan asupan kalori lebih. Untuk

    balita dengan status gizi normal dengan asupan kalori kurang terdapat 38 balita

    dan 34 balita dengan asupan kalori lebih.

    Hubungan asupan kalori terhadap status gizi balita di puskesmas Cikidang

    diteliti dengan menggunakan uji Chi-Square dengan nilai significancy P=0,051,

    maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan asupan kalori dengan

    status gizi balita berdasarkan TB/U.

    Asupan kalori dapat mempengaruhi status gizi balita, namun hal ini perlu

    juga melihat asupan-asupan yang lain, seperti karbohidrat, protein dan lemak.

    Karena asupan-asupan tersebut juga di butuhkan oleh tubuh baik sebagai sumber

    tenaga, zat pembangun, pengangkut zat-zat gizi dan pembentuk antibodi.

    4.6 Distribusi Balita berdasarkan Asupan Protein

    Agar pola makan jangka panjang responden dapat tergambarkan, maka

    pada penghitungan protein digunakan metode FFQ. Berdasarkan hasil

    perhitungan FFQ didapatkan nilai median 160% (80%-360%), selanjutnya dibagi

    menjadi beberapa klasifikasi sebagai berikut:

    Tabel 7. Distribusi Balita Berdasarkan Asupan Protein

    Asupan Protein Frekuensi (Jiwa) Persentase (%)

    Kurang 0 0

    Cukup 10 10,75

    Lebih 83 89,25

    Total 93 100

    Pada perhitungan awal didapatkan 3 kategori asupan protein. Agar

    tabel yang akan dilihat hubungannya memenuhi persyaratan uji statistik, maka

    dilakukan penggabungan baris dengan kategori sebagai berikut:

  • 27

    Tabel 8. Distribusi Balita Berdasarkan Penggabungan Kategori Asupan Protein

    Asupan Protein Frekuensi (Jiwa) Persentase

    (%)

    Kurang 0 0

    Cukup 93 100

    Total 93 100

    Tabel diatas menunjukkan bahwa asupan protein kurang adalah 0% dan

    asupan protein cukup adalah 100%, hal ini menunjukkan bahwa konsumsi asupan

    protein di wilayah kerja Puskesmas Cikidang sangat baik. Walaupun sudah

    dilakukan penggabungan baris, kategori asupan protein tetap tidak memenuhi

    persyaratan uji statistik, karena semua balita berada di kategori asupan protein

    cukup.

    4.7 Hubungan antara Asupan Protein dan Status Gizi Balita

    Gambar 4. Diagram Hubungan antara Asupan Protein dan Status Gizi Balita

    Dari hasil tabulasi silang antara hubungan asupan protein dengan status

    gizi balita menunjukkan bahwa terdapat 21 responden yang memiliki status gizi

    pendek, hal ini bisa disebabkan karena asupan protein tidak dapat diserap oleh

    tubuh dengan baik, metabolisme protein didalam tubuh terhambat, penyakit

    infeksi pada responden tersebut. Untuk balita dengan status gizi normal dengan

    asupan protein lebih terdapat 72 balita.

    0

    20

    40

    60

    80

    Kurang CukupJu

    mla

    h B

    alit

    a

    Asupan Protein

    Pendek Normal

  • 28

    Pada penelitian hubungan asupan protein dan status gizi balita

    berdasrakan TB/U ini tidak dapat dilakukan uji tabulasi silang, karena seluruh

    responden memiliki asupan protein yang lebih.

    Hal ini membuktikan bahwa asupan protein bukanlah faktor yang

    dominan untuk menentukan status gizi balita. Kemungkinan adanya faktor lain

    yang dapat mempengaruhi status gizi sangatlah mungkin. Misalnya asupan,

    asupan lemak dan penyakit kongenital atau penyakit infeksi dapatan.

    4.8 Keterbatasan Penelitian

    Kurang tepatnya penghitungan asupan makronutrien dengan

    menggunakan daftar bahan makanan penukar.

    Kemungkinan tidak jujurnya responden (orang tua balita) dalam

    menjawab kuesioner.

    Kemungkinan terdapat balita yang sedang terkena penyakit infeksi.

  • 29

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    5.1.1 Penelitian ini menunjukkan bahwa asupan protein terhadap status gizi

    balita berdasarkan TB/U tidak berpengaruh karena pada penelitian ini

    seluruh responden mempunyai asupan protein yang cukup, sehingga tidak

    memenuhi persyaratan uji statistik.

    5.1.2 Berdasarkan hubungan asupan kalori dengan status gizi balita, penelitian

    ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara keduanya.

    .

    5.2 Saran

    Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

    hubungan asupan protein dan faktor-faktor lainnya terhadap status gizi balita

    berdasarkan TB/U tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama. Serta perlu

    dilakukan juga penelitian lebih lanjut mengenai asupan-asupan makronutrien dan

    mikronutrien yang lainnya supaya dapat dilihat juga seberapa besar asupan

    makanan tersebut mempengaruhi status gizi balita baik itu berdasarkan BB/U,

    TB/U ataupun BB/TB karena dilihat dari penelitian ini masih sangat perlu untuk

    dilakukan penelitian-penelitian yang lebih lanjut.

    29

  • 30

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Almatsier S. Protein, dalam : Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.

    Jakarta : Gramedia; 2001. h.77-98.

    2. Supariasa IDN, dkk. Antropometri Gizi, dalam : Supariasa IDN, dkk.

    Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC; 2002. h.33-45.

    3. Departemen Litbang Kemenkes RI. Laporan RISKESDAS 2007.Jakarta :

    Balai Penerbit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2007.

    4. Os DS, Suhartini dan Utomo B. Laporan Penelitian. Hubungan Tingkat

    Konsumsi Energi dan Protein Terhadap Status Gizi Balita Dengan Indek

    BB/U, TB/U dan BB/TB.2006

    5. Data Status Gizi Balita Puskesmas Cikidang Kec.Cikidang Kab.Sukabumi

    Jawa Barat tahun 2011

    6. Winarno FG. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia; 2002. h.70-83.

    7. Robert KM, dkk. Biokimia Harper. Ed.27. Jakarta : EGC; 2009. h.110-25.

    8. Behrman, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: EGC; 2000

    9. Budiyanto. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Yogyakarta:UMM Press; 2002

    10. Kanwil Depsos DIY. Laporan Pemetaan dan Survey Anak Jalanan

    Provinsi DIY. Kanwil Depsos; 2002

    11. Kartasapoetra G. dan Marsetyo H. Ilmu Gizi dan Kesehatan Produktivitas

    Kerja. Jakarta : Rineka Cipta. Jakarta. Cet. Keempat; 2004.h.93-110.

    12. Khumaidi M. Gizi Masayrakat. Jakarta : BPK Gunung Mulya; 2003

    13. Soediatomo. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jakarta:

    Dian Rakyat. Cet. Kedua; 2002

    14. Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.

    Jakarta : Direktorat : Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

    Nasional; 2000

    15. Suhardjo. Berbagai cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara; 2003.

    h.55-67.

    16. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V, Jakarta; 2004

  • 31

    Lampiran 1

    Informed Consent

    INFORMED CONSENT

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Sukabumi,......Agustus 2012

    Bapak / Ibu yang terhormat,

    Saat ini mahasiswa tingkat tiga Program Studi Pendidikan Dokter UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta tengah melakukan penelitian mengenai hubungan

    asupan protein terhadap status gizidi Puskesmas Cikidang Kecamatan Cikidang

    Kabupaten Sukabumi 2011

    Untuk itu kami berharap agar Bapak / Ibu bersedia mengikuti prosedur

    penelitian yang telah kami rencanakan dengan benar dan jujur.Penelitian ini

    dilakukan secara sukarela. Segala data yang berkaitan dengan penelitian akan

    kami simpan sebagai rahasia. Bapak / Ibu berhak untuk menolak atau

    mengundurkan diri dari penelitian ini. Bila Bapak / Ibu bersedia untuk ikut dalam

    penelitian ini, mohon surat persetujuan ini ditandatangani.

    Saya yang bertandatangan di bawah ini secara sadar menyetujui dan berpartisipasi

    sebagai subyek penelitian dan bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

    Nama : (L/P)

    Usia :

    Sukabumi,....................Agustus 2012

    (...................................)

  • 32

    Lampiran 2

    Kuesioner

    Formulir Food Recall 24 Jam Konsumsi Makanan

    Nama Responden :

    Tanggal Lahir :

    BB/TB :

    No Waktu Makan Bahan

    Makanan

    Jumlah Ukuran

    1 Makan pagi

    2 Pkl 10.00

    3 Makan siang

  • 33

    4 Pkl 15.00

    5 Makan malam

  • 34

    Food Frequency Questioner

    Nama Responden :

    Tanggal Lahir :

    BB/TB :

    BMI :

    Kebutuhan kalori :

    Asupan kalori total :

    Asupan protein :

    No Bahan

    makanan

    Ukuran Jumlah Tidak

    pernah

    Setiap

    hari

    Dalam

    Seminggu

    Dalam

    Sebulan

    Dalam

    Setahun

    1 Ayam

    tanpa

    kulit

    1 ptg

    sdg/ 1

    porsi

    2 Ikan 1ptg

    sdg/1

    porsi

    3 Ikan asin 1 ptg

    kcl/1

    porsi

    4 Teri

    Kering

    1 sdm/1

    porsi

    5 Daging

    kambing

    1 ptg

    sdg/1

    porsi

    6 Hati ayam 1 bh

    sdg/1

    porsi

    7 Telur

    ayam

    1 btr/1

    porsi

    8 Telur

    bebek

    1

    btr/1por

    si

  • 35

    9 Ayam

    dengan

    kulit

    1 ptg

    sdg/1

    prsi

    10 Bebek 1 ptg

    sdg/1

    porsi

    11 Kuning

    telur

    ayam

    4 btr/1

    porsi

    13 Bakso 10 bj

    sdg/1

    porsi

    14 Kacang

    hijau

    2 sdm/1

    porsi

    15 Kacang

    kedelai

    2 sdm/1

    porsi

    16 Tahu 1 bj

    bsr/1

    porsi

    17 Tempe 2 ptg

    sdg/1por

    si

    18. Susu 1gls/1

    porsi

  • 36

    Lampiran 3

    Data Hasil Uji Statistik

    Statistics

    Jeniskelamin

    N Valid 93

    Missing 0

    A. Jenis Kelamin

    B. Distribusi Balita berdasarkan status gizi balita (TB/U)

    Descriptives

    Statistic Std. Error

    PersenTBPERU Mean 94.9028 .68696

    95% Confidence Interval for

    Mean

    Lower Bound 93.5384

    Upper Bound 96.2672

    5% Trimmed Mean 94.8329

    Median 94.2000

    Variance 43.888

    Std. Deviation 6.62479

    Minimum 75.00

    Maximum 115.00

    Range 40.00

    Interquartile Range 9.11

    Skewness .139 .250

    Kurtosis .610 .495

    Jeniskelamin

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid L 52 55.9 55.9 55.9

    P 41 44.1 44.1 100.0

    Total 93 100.0 100.0

  • 37

    KatTBPERU

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid Normal 72 77.4 77.4 77.4

    Pendek 21 22.6 22.6 100.0

    Total 93 100.0 100.0

    C. Hubungan jenis kelamin terhadap status gizi balita

    jeniskelamin * KatTBPERU Crosstabulation

    KatTBPERU

    Total Normal Pendek

    jeniskelamin L Count 36 16 52

    Expected Count 40.3 11.7 52.0

    % within jeniskelamin 69.2% 30.8% 100.0%

    P Count 36 5 41

    Expected Count 31.7 9.3 41.0

    % within jeniskelamin 87.8% 12.2% 100.0%

    Total Count 72 21 93

    Expected Count 72.0 21.0 93.0

    % within jeniskelamin 77.4% 22.6% 100.0%

    D. Asupan Kalori

    AsupanKalori

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Valid Kurang 44 47.3 47.3 47.3

    Lebih 49 52.7 52.7 100.0

    Total 93 100.0 100.0

  • 38

    E. Hubungan asupan kalori terhadap status gizi balita

    KatAsKalori * KatTBPERU Crosstabulation

    KatTBPERU

    Total Normal Pendek

    KatAsKalori Kurang Count 38 6 44

    Expected Count 34.1 9.9 44.0

    % within KatAsKalori 86.4% 13.6% 100.0%

    Lebih Count 34 15 49

    Expected Count 37.9 11.1 49.0

    % within KatAsKalori 69.4% 30.6% 100.0%

    Total Count 72 21 93

    Expected Count 72.0 21.0 93.0

    % within KatAsKalori 77.4% 22.6% 100.0%

    F. Distribusi asupan protein

    Chi-Square Tests

    Value df

    Asymp. Sig.

    (2-sided)

    Exact Sig. (2-

    sided)

    Exact Sig. (1-

    sided)

    Pearson Chi-Square 3.822a 1 .051

    Continuity Correctionb 2.912 1 .088

    Likelihood Ratio 3.938 1 .047

    Fisher's Exact Test .081 .043

    N of Valid Casesb 93

    a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.94.

    b. Computed only for a 2x2 table

  • 39

    Descriptives

    Statistic Std. Error

    PerKeckpnProtein Mean 165.21 6.324

    95% Confidence Interval for

    Mean

    Lower Bound 152.65

    Upper Bound 177.77

    5% Trimmed Mean 161.24

    Median 160.00

    Variance 3.719E3

    Std. Deviation 60.982

    Minimum 80

    Maximum 360

    Range 280

    Interquartile Range 76

    Skewness .919 .250

    Kurtosis .467 .495

    Tests of Normality

    Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

    Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

    PerKeckpnProtei

    n .112 93 .006 .928 93 .000

    a. Lilliefors Significance Correction

    G. Hubungan asupan protein terhadap status gizi balita

    KatAsBaru * KatTBPERU Crosstabulation

    KatTBPERU

    Total Normal Pendek

    KatAsBaru Lebih Count 72 21 93

    % within KatAsBaru 77.4% 22.6% 100.0%

    Total Count 72 21 93

    % within KatAsBaru 77.4% 22.6% 100.0%

  • 40

    Lampiran 4

    Riwayat Penulis

    Identitas :

    Nama : Tarikh Azis

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 15 Januari 1991

    Agama : Islam

    Alamat : Desa Sliyeg Lor, Blok Perangan,Kecamatan Sliyeg

    RT:RW / 02:01 Kabupaten Indramayu Jawa Barat

    E-mail : tarikhazis@gmail.com

    Riwayat Pendidikan :

    1995-1997 : TK Pipit Kec.Sliyeg

    1997 – 2003 : Sekolah Dasar Negeri 1 Sliyeg

    2003 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ciwaringin Kab.Cirebon

    2006 – 2009 : Madrasah Aliyah Negeri Babakan Ciwaringin Kab.Cirebon

    2009 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.