Post on 06-Feb-2018
HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI
BERBASIS AGRO
Disampaikan pada:
Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2016 Jakarta, 16-17 Februari 2016
OUTLINE
I. PENDAHULUAN
II. HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO
II.A. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT
II.B. INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
II.C. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
II.D. INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT
II.E. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INDUSTRI
MINUMAN BERALKOHOL
I. PENDAHULUAN
4 4
1. Industri Agro merupakan industri andalan masa depan, karena didukung oleh sumber daya alam
yang cukup potensial yang berasal dari sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan,
perkebunan dan kehutanan, dengan produksi tahun 2014 sebagai berikut :
2. Di samping itu, industri agro juga membutuhkan bahan baku impor, yaitu yang tidak tersedia di
dalam negeri atau tersedia namun jumlah tidak memenuhi, dengan kebutuhan total tahun 2014:
Kakao (450 ribu ton)
No.3 di Dunia
Rumput Laut (Kering)
(237 Ribu ton)
No.1 di Dunia
Kelapa
(3,3 Juta Ton)
No. 1 Di Dunia
Kopi
(738 Ribu Ton)
No. 4 di Dunia
Ikan dan Udang
(10,5 Juta Ton)
No. 2 di Dunia
Teh
(147,7 ribu Ton)
No.7 di Dunia
Ubi Kayu
(24 Juta Ton)
CPO & CPKO (31 juta ton)
No.1 di Dunia
Lada
(88 ribu ton)
No.3 Di Dunia
Pulp
(6,2 juta ton)
No.9 di Dunia
Kertas
(10,9 juta ton)
No. 6 di Dunia
Karet (3,23 Juta Ton) No.2 di Dunia
Rotan
(143 ribu Ton)
No.1 Di Dunia
Jagung (16,72 Juta Ton)
Impor (3,2 Juta Ton)
Kedelai (2,67 juta Ton)
Impor (2,16 Juta Ton)
Kertas Bekas (6,5 Juta Ton)
Impor (3,5 Juta Ton)
Daging (594 ribu Ton)
Impor (69 ribu Ton)
Gula (5,88 Juta Ton)
Impor (2,86 Juta Ton)
Beras (30,13 juta Ton)
Impor (537 ribu Ton)
A. LATAR BELAKANG
5
B. LINGKUP BINAAN DJIA
Furnitur dari Kayu
Industri Furnitur dari Rotan atau Bambu
Panel Kayu lainnya
Kerajinan Ukir-ukiran dari Kayu
Moulding dan Komponen Bahan Bangunan
Peti Kemas dari Kayu
Anyam-anyaman dari Rotan dan Bambu
Bubur Kertas (Pulp) , Kertas Budaya , Kertas
Berharga
Kertas Khusus , Kertas Industri, Kertas Tissue
Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton
Buku, Brosur, Buku Musik, dan Publikasi lainnya
Penerbitan Surat Kabar, Jurnal dan Majalah
Percetakan, Jasa Penunjang Percetakan
Pengasapan Karet, Remiling Karet
Karet Remah (Crumb Rubber)
Biodiesel, Bio Ethanol
Bahan Kimia Organik Lainnya dari Hasil Pertanian
Hilir Kelapa Sawit
Biskuit
Daging dalam kaleng
Tepung kelapa (desiccated coconut)
Pengolahan ikan dan udang beku
Ikan dalam kaleng
Kecap dan saos lainnya, kerupuk udang
Margarine, mete olahan
Mie instan
Minyak goreng kelapa/minyak kelapa
Minyak goreng lain dari minyak nabati
Minyak goreng sawit
Monosodium glutamat (MSG)
Olahan rumput laut (agar-agar)
Pakan ternak/ikan
Pengolahan dan Pengawetan Biota Air
lainnya
Pengolahan rumput laut
Makanan ringan (snack food)
Minyak Makan dan Lemak Nabati & Hewani
lainnya
Gelatin, Tepung Beras dan Tepung Jagung
Pati Beras dan Jagung
Tepung ikan, tepung tapioka
Tepung terigu, makaroni dan sejenisnya
Gula pasir, gula pasir (gula kristal rafinasi)
Kembang gula, gula lainnya
Pengolahan Buah-buahan dan
Sayuran
Pengolahan Produk dari Susu
Pengolahan Es Krim dan sejenisnya
Pengolahan Kopi, Pengolahan Teh
Pengolahan Herbal, Sirop
Air Minuman dan Air mineral
Minuman keras,
Minuman Anggur (wine)
Minuman ringan
Pengolahan Tembakau, Rokok
Kretek
Rokok Putih
Bumbu Rokok dan kelengkapan
Rokok lainnya
Saccharin dan Natrium Siklamat
Kakao dan coklat olahan
Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan
Industri Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan
Industri Minuman,Tembakau
dan Bahan Penyegar
6 6
C. GAMBARAN UMUM INDUSTRI AGRO
Indikator 2011 2012 2013 2014*) 2015**)
Pertumbuhan (%) Tahun Dasar 2010 7,42 7,20 3,27 8,29 5,82
Kontribusi Terhadap PDB Industri Pengolahan Non-Migas (%)
44,99 44,77 43,72 44,77 45,42
Nilai Ekspor (US$ Miliar) 39,85 40,34 38,87 42,60 39,15
Nilai Impor (US$ Miliar) 10,50 13,50 13,5 13,94 11,95
Nilai Investasi PMDN (IDR Triliun) PMA (US$ Miliar)
17,75 1,41
18,78 3,17
22,32 3,33
24,2 3,91
32,25 2,27
Sumber : BPS dan BKPM diolah Ditjen Ind. Agro
Cat. :
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
***) Industri Hasil Hutan dan Perkebunan terdiri dari Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan
Sejenisnya; Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman; dan industri furnitur.
“Peran sektor industri agro terhadap industri non-migas sebesar 45,42 % pada tahun 2015 disumbangkan oleh industri makanan dan minuman sebesar 30,84%, industri pengolahan tembakau
5,19 %, industri hasil hutan dan perkebunan***) 9,39 %.”
7 7
D. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO
“Industri Prioritas berbasis Agro diarahkan pada hilirisasi Industri Hulu Agro, Industri Pangan dan Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu.”
a. Industri
Pengolahan Ikan
dan Hasil Laut
b. Industri Bahan
Penyegar.
c. Industri
Pengolahan Minyak
Nabati.
d. Industri
Pengolahan Buah-
Buahan dan
Sayuran.
e. Industri Tepung.
f. Industri gula
berbasis tebu.
a. Industri Oleofood.
b. Industri Oleokimia.
c. Industri Kemurgi.
d. Industri Pakan.
e. Industri Barang dari
Kayu.
f. Industri Pulp dan
Kertas.
Industri Furnitur dan
Barang Lainnya dari
Kayu
8
1. Meningkatnya Populasi Industri berbasis Agro; 2. Meningkatnya Daya Saing dan Produktifitas Industri Agro.
STRATEGI
HILIRISASI INDUSTRI
Fokus Pembangunan Hilirisasi:
KELAPA SAWIT RUMPUT LAUT
KAKAO
TUJUAN
1. MENINGKATKAN NILAI TAMBAH DAN MEMPERKUAT STRUKTUR INDUSTRI
2. MENUMBUHKAN POPULASI INDUSTRI
3. MENYEDIAKAN LAPANGAN KERJA
4. MENCIPTAKAN PELUANG USAHA
Hilirisasi adalah istilah untuk mendorong pengembangan industri hilir yang menggunakan bahan baku SDA potensial di Indonesia, baik SDA yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan.
E. SASARAN STRATEGIS DAN HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO
SASARAN STRATEGIS
9 9
II. HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO
A. Industri Berbasis Minyak Sawit
B. Industri Pengolahan Kopi
C. Industri Pengolahan Kakao
D. Industri Pengolahan Rumput Laut
E. Pengawasan dan Pengendalian
Industri Minuman Beralkohol
10 10
Swasta Nasional
( 5,1 Juta ha)
49 %
BUMN PTPN ( 800.000 Juta Ha)
8 % Luas Area
Perkebunan Indonesia
189 Juta ha Petani Rakyat
(4.6 Juta ha)
43 %
Petani Mandiri
3.1 Juta Ha
Petani Plasma 1.5 Juta Ha
5-6 Ton/ ha/tahun
Yield CPO
Yield CPO
2-3 Ton/ ha/ Tahun
5 – 6 Ton/ha/tahun
Perolehan CPO
Luas Area Kelapa Sawit
~ 10.55 Juta ha ~
5.8%
Yield CPO
3-4 Ton/ ha/Year
Sumber Data : GIMNI 2015, menyadur Data
Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian
Struktur Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia
II.A. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT
11
MINYAK KELAPA SAWIT
Minyak Sawit Kasar
(CPO)
Asam AminoOlein PFADToco
pherolBeta
Karoten
Minyak Inti Sawit
(PKO)
Protein
Sel Tunggal
Stearin
Confectionaries
dan Eskrim
Minyak
Goreng
Minyak Salad
ShorteningMetil Ester
Surfaktan
Methyl Ester Sulfonat
Detergen
Fat
Powder
Cocoa Butter
Substitute
(CBS)
Biodiesel
Margarin
Sabun
Batangan
Vegetable
Ghee
Ester Asam Lemak :
Palmitat/Propand
Stearat
Sulfonat
Oleat/Glycol
Propylene Glycol
Metalic Salt :
Palmitat Stearat/
Ca, Zn
Stearat/Ca, Mg
Stearat/ Al, Li
Oleat/ Zn, Pb
Oleat/Ba
Polyethoxylated
Derivates :
Palmitat/Ethylene
Propylene Oxide
Stearat/Ethylene
Propylene Oxide
Oleic Acid Dimer
Ethylene
Propylene Oxide
Fatty Amines :
C16 & C18 /
Ethoxylated
Secondary C16 &
C18 / Ethoxylated
Betain
Oxygenated
Fatty Acid/Ester:
Epoxy Stearic/
Octanol Ester
Epthio Stearin
Mono &
Polyhydric Alcohol
Ester
Processed Fatty
Alkohol
C16&C18 Alcohol/
Sulphated
C16&C18 Alcohol/
Esterified
C16&C19 Alcohol/
Ethoxylation
Monogliserida
Ethoxylation
Fatty Acids Amides
Stearamide
Sulphated
Alcanolamide of
Palmitat, Stearic &
Oleic Acids
Oleamide
Alkanolamides
Lipase
Soap ChipFatty Acid/
Asam Lemak
Shortening
Cocoa Butter
Substitute (CBS)
Gliserol
Food
Emulsifier
Cocoa Butter
Substitute
(CBS)
MargarineGlycerol
Mono Oleat
Keterangan Warna
Sudah diproduksi di Indonesia
Belum diproduksi di Indonesia
Target Diverisifkasi Produk Jangka Menengah (hingga 2014)
Target Diverisifkasi Produk Jangka Panjang (2014 - 2025)
Fatty
Alcohol
Bahan Dasar
Kosmetika
Pohon Industri Minyak Sawit
12 12
Pengembangan Industri Oleokimia Berbasis Fatty Acid Dan
Fatty Alcohol
“Semakin hilir, nilai tambah semakin besar, peluang mendapatkan profit gain sangat tinggi.”
12
13 13
Tahapan Pengembangan Hilirisasi Industri Kelapa Sawit
Short Term (2011 – 2015)
Fokus pada optimalisasi kapasitas terpasang, peningkatan kapasitas refinery dan biodiesel, dan penguatan iklim usaha investasi
Fokus produk: minyak goreng, lemak padatan pangan, asam lemak dan alcohol lemak, serta Biodiesel
Medium Term (2016 – 2020)
Fokus pada produk hilir dengan “distinctive aspect” untuk mendukung ketahanan pangan dan memenuhi kecukupan nutrisi masyarakat Indonesia.
Fokus produk : Betacarotene Tocopherol, Tocotrienol, Protein sel tunggal, Personal care
Long Term (2020 – 2050)
Fokus pada produk canggih turunan minyak sawit sebagai substitusi produk sejenis yang tidak terbarukan (non renewable, green product)
Contoh produk: Bio asphalt, Bio surfactant, Biopolymer, Bio jet fuel, Bio lube.
13
14 14
Infrastruktur Industri/ Kawasan Industri yang memadai (port, energy, land, natural gas, etc)
Iklim Usaha Industri yang Kondusif (legal, lisence,
security, soft-facility)
Insentif Fiskal
dan Disinsentif Fiskal
Penyediaan Teknologi, SDM Unggul , Permesinan Industri dalam Kualitas dan Kuantitas
yang Memadai
Insentif Fiskal
1. Tax Holiday
2. Tax Allowance
3. Free Import Duty for Machineries
Disinsentif Fiskal
Export tax for Palm Oil Upstream and Intermediate Product
Prasyarat (pre-requisite) Keberhasilan Program Hilirisasi Industri Sawit
14
15
Mapping of Location Potential for POGEZ Development
16
FOKUS HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT
a. Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei
Simalungun Sumatera Utara
b. Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Pelintung-Dumai
Provinsi Riau
c. Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Bontang
17 17
PRODUKSI
Kopi Olahan Nasional
•Jumlah Unit Usaha : 90 perusahaan besar dan sedang
•Produksi : 222.905 Ton
•Nilai (Rp Juta): 9.408.560
•Tenaga Kerja : 21.556 orang
•Konsumsi perkapita/tahun : 1,1 Kg
IMPOR
Produk Kopi Olahan Nasional
• Jumlah : 15.307 Ton
• Nilai (US$ Ribu) : 102.712
EKSPOR
Kopi Olahan Nasional
• Jumlah : 99.556 Ton
•Nilai (US$ Ribu): 332.241
PT Nestle
Indonesia,
Panjang Factory
di Lampung,
Kapasitas
Produksi 21.000
Ton/Tahun,
Realisasi
Produksi 9.155
Ton/Tahun
Lebih dari 130
Perusahaan
kecil-
menengah
Lampung :
PRODUKSI
Biji Kopi Nasional
• Jumlah : 685 Ribu Ton
• Luas Lahan : 1,2 Juta Ha
• 96% Perkebunan Rakyat
IMPOR
Biji Kopi Nasional
• Jumlah : 21,3 Ribu Ton
•Nilai (US$ Ribu) : 46.701
EKSPOR
Biji Kopi Nasional
• Jumlah : 378 Ribu Ton
• Nilai (US$ Ribu): >1.002.367
Ekspor Biji Kopi
Lampung
222.441 Ton
Sumatera Selatan : 144
Lampung : 131
Sumatera Utara : 59
Bengkulu : 56
Aceh : 54
dll
Lampung :
Sektor On-Farm Sektor Industri
Produksi Biji Kopi (Ribu Ton)
Konsumsi Kopi
Nasional (Ribu ton) Produk industri :
138
Produk IKM dan retail :
±125
II.B. INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
18 18
Peta Indikasi Geografis
“Sudah terdaftar 11 indikasi geografis untuk
kopi.”
19 19 19
Pohon Industri Pengolahan Kopi
20
Sumber : BPS diolah Ditjen Ind Agro
II.c. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
21 21
POHON INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
Cokelat Kembang Gula
Powder
Minuman Cokelat
Cake Malt Extract
Es Krim
Essence (Flavour)
Tannin
Liqour Biji
Shell , Pulp , Pod
Oleo Chemical
Fatty Acid
Butter/ Fat
Pupuk
Single Cell Protein
Alkohol
Pektin
Jelly
Plastik Filler
Bahan Bakar
kakao Kosmetika
Bahan Mentah Produk Setengah Jadi
(Intermediate Goods)
Produk Hilir
Berbasis Kakao
22
POTENSI PNGOLAHAN KAKAO DI INDONESIA
ADA SOLUSI
IKM COKLAT
SUDAH ADA 10 CALON
TECKNOPARK COKLAT
JIKA SETIAP TECKNOPARK MENCIPTAKAN 20 WIRAUSAHA YANG
BERPOTENSI MENDIRIKAN PABRIK HILIR KAKAO - AKAN ADA 200 PABRIK CONFECTIONERY COKLAT
ADA SOLUSI 7 PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO SAAT INI
POLA PIKIR PEMBANGUNAN HILIRISASI KAKAO
INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS) COKLAT
ADA SOLUSI
PERMASALAHAN IKM PADA TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN UNTUK PENGEMBANGAN INDUSTRI
KAKAO
SUDAH ADA 20 IBS PENGHASIL
BAHAN SETENGAH
JADI COKLAT
JIKA SETIAP IBS MENDAPAT IKLIM USAHA KONDUSIV AKAN
MENCIPTAKAN 20 PABRIK HILIR KAKAO MISALNYA 20 PRODUK
CONFECTIONERY COKLAT, BAHAN BAKU KOSMETIK DAN FARMASI
23
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
Sulteng
Sumbar
Sulbar
Sulsel
Sultra
Banten Jabar
24 24
FOKUS HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
Hilirisasi pengembangan industri berbasis kakao dilakukan melalui pendeketan
konsep pembangunan Techno park. Lembaga-lembaga pengembangan olahan kakao
yang telah ada akan diarahkan untuk menjadi “Techno Park Hilirisasi
Pembangunan Industri Pengolahan Kakao”. Adapun hasil inventarisasi terdapat 10
Techno Park yaitu :
1.Techno Park TTP (BPTP) Gunung Kidul,
2.Techno Park TTP (BPTP) Payakumbuh,
3.Techno Park Rumah Cokelat – Palu,
4.Techno Park Ind. Pengolahan Cokelat – Univ. Haluoleo Kendari,
5.Techno Park Teaching Factory di UNHAS
6.Techno Park Kampung Cokelat Kademangan-Blitar, Jatim
7.Techno Park Franchise Chocochock (minuman), Tangerang
8.Techno Park Agrowisata kakao dan Cokelat di Singaraja, Bali
9.Techno Park Chocolate School by Tulip (praline) di Permata Hijau, Jakarta
10.Techno Park BT Chocolate Academy (makanan dan minuman cokelat), Tangerang
25
II.d. INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT
Gracilaria sp
Agarophyte
Eucheuma sp
Carrageenophyte
Gelidium sp
Agarophyte
Sargassum sp
Alginophyte
Turbinaria sp
Alginophyte
Agar
Karaginan
Alginat
Farmasi, kosmetik,
makanan, Pet food, kultur
jaringan, cetakan gigi
Dairy, minuman, dressing,
saus, makanan diet, pet
food, farmasi
Dairy, roti, saus, tekstil,
kosmetik, minuman,
farmasi
Rumput Laut
Alkali Treated
Gracilaria
(Chip)
Alkali Treated
Eucheuma
(SC,SRC,RC)
26
KINERJA INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT
No. URAIAN SATUAN Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1. Jumlah Investasi juta USD 114 114 120 130 130
2.
Jumlah Perusahaan : unit 22 22 23 25 25
a. Karaginan unit 14 14 15 16 16
b. Agar unit 8 8 8 9 9
3.
Kapasitas Terpasang ton 19.938 20.883 21.874 22.912 24.000
a. Karaginan ton 14.809 15.549 16.327 17.143 18.000
b. Agar ton 5.129 5.334 5.547 5.769 6.000
4.
Produksi : ton 12.436 13.033 13.658 14.314 15.000
a. Karaginan ton 9.872 10.366 10.884 11.429 12.000
b. Agar ton 2.564 2.667 2.774 2.885 3.000
5. Konsumsi ton 11.786,32 12.174,30 8.793,36 9.217,16 10.826,84
6.
Ekspor
Agar Nilai (Ribu USD) 10.693,16 12.627,49 12.861,06 13.084,36 11.910,74
Berat (Ton) 1.720,69 1.872,76 1.291,60 1.055,93 774,40
Karagenan Nilai (Ribu USD) 8.743,82 12.127,10 30.905,21 33.988,56 31.797,70
Berat (Ton) 936,65 1.210,62 4.439,85 4.757,21 3.884,38
7.
Impor
Agar Nilai (Ribu USD) 3.305,46 3.742,55 964,24 1.009,41 707,07
Berat (Ton) 750,16 903,86 714,04 381,89 133,25
Karagenan Nilai (Ribu USD) 7.928,38 8.926,59 3.235,51 4.931,25 4.513,09
Berat (Ton) 1.257,50 1.320,82 242,77 334,41 352,37
8. Jumlah Tenaga Kerja orang 2.860 2.860 2.960 3.100 3.100
Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro
27
SEBARAN RUMPUT LAUT INDONESIA
28 28
Pembangunan industri di sektor hulu antara dalam rangka memenuhi
kebutuhan bahan baku industri hilir berbasis rumput laut, melalui :
PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT DI SULAWESI SELATAN
1. Pembangunan Pabrik Pengolahan Rumput Laut Alkali Treated Glacilaria (ATG)
Lokasi : Kelurahan Toro, Kec. Tanete Riatang Timur, Kab. Bone, Sulsel
Kapasitas : 6.000 Ton per tahun
Jenis Produk : Chip (rumput laut kering, bersih dalam bentuk potongan)
Tenaga Kerja : Pabrik : 50 orang
Pendukung : 2.100 orang (on farm)
Nilai Investasi : Rp. 30 Milyar
2. Pengelola : KOSPERMINDO Sulawesi Selatan
3. Offtaker : PT. AGARINDO BOGATAMA
29 29
1. Dampak Ekonomi Wilayah
MANFAAT
• Pengembangan luas lahan budidaya rumput laut Glacilaria + 700 Ha.
• Penyerapan tenaga kerja di sektor budidaya rumput laut + 2.100 orang.
• Membangkitkan ekonomi daerah.
• Menciptakan industri turunan rumput laut : agar-agar, farmasi, kosmetik
dan produk makanan lainnya.
• Meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi bagi daerah + Rp. 35 juta
per tahun.
• Menjaga stabilitas harga rumput laut minimal p. 6.000 per kg.
PEMBANGUNAN INDUSTRI...(lanjutan...)
30 30
2. Aspek Sosial
• Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan
kegunaan rumput laut.
• Pergeseran kegiatan utama ekonomi masyarakat dari sektor informal ke
formal (pertanian ke industri)
• Peningkatan infrastruktur di daerah
3. Dampak Pemenuhan Kebutuhan Domestik dan Daya Saing Nasional
• Meningkatkan daya saing industri agar-agar
• Meningkatkan ekspor produk agar-agar
MANFAAT
PEMBANGUNAN INDUSTRI...(lanjutan...)
31
Berdasarkan data produksi minuman beralkohol yang memiliki IUI dari Kementerian Perindustrian :
• Terdapat 37 perusahaan yang selama 2 tahun berturut-turut (2014-2015) tidak berproduksi.
• Terdapat 36 perusahaan yang berproduksi dibawah kapasitas Izin Usaha Industri
• Terdapat 30 perusahaan yang berproduksi melebihi kapasitas Izin Usaha Industri
II.e. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INDUSTRI MINUMAN
BERALKOHOL
32