Post on 25-Oct-2015
description
MAKALAH
Budaya Hedonisme di Kalangan Mahasiswa
Disusun oleh :
Ari Setiani
4311411018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
begitu banyak nikmat dariNya sehingga makalah yang berjudul “Budaya
Hedonisme di Kalangan Mahasiswa” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen untuk
meningkatkan kemampuan serta menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.
Dalam upaya penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa kelancaran
panyusunan makalah ini adalah berkat bantuan dan motivasi berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada:
1. Dra.Woro Sumarni, M. Si selaku ketua jurusan kimia.
2. Bapak Hadi Setyo Subiyono selaku dosen Pendidikan Kewarganegaraan
kami.
3. Orang tua kami, yang senantiasa mendoakan kami.
Tidak ada suatu apapun yang sempurna di dunia ini, karena kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Demikian juga kiranya makalah ini yang masih banyak
kekurangannya serta masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga diharapkan lebih
sempurna.
Semoga makalah ini bermanfaat dalam menambah informasi dan
pengetahuan dari berbagai pihak.
Semarang, 24 April 2012
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul..................................................................................................i
Kata Pengantar...................…...……………………………..........................ii
Daftar Isi..…………………………………..……………………….……….iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............…..………….....……………….....……..……1
1.2 Rumusan Masalah............….…...………………..………..……….…1
Bab II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya Hedonisme.............…............................................2
2.2 Perilaku - Perilaku Mahasiswa yang Mencerminkan
Hedonisme............................................................................................…..3
2.3 Cara Meminimalisir Budaya Hedonisme di Kalangan
Mahasiswa..................................................................................................4
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan …………………………….………………...............…6
3.2 Saran ……………………………………………….......................…6
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusiawi memang tatkala manusia hidup untuk mencari kesenangan,
karena sifat dasar manusia adalah ingin selalu bermain ( homo ludens-makhluk
bermain ) dan bermain adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk
memperoleh kesenangan. Akan tetapi bukan berarti kita bisa dengan bebas dan
brutal mendapatkan kesenangan, hingga menghalalkan berbagai cara demi
memperoleh kesenangan.Sikap menghalalkan segala cara untuk memperoleh
kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup para remaja saat ini. Ternyata
luar biasa infiltrasi budaya liberal sehingga berhasil mencengkram norma-norma
kesusilaan manusia. Tidak salah lagi ini suatu propaganda yang sukses mengakar
dalam jiwa-jiwa pemuja hedonisme. Namun ironisnya, mereka para pemuja
kesenangan dunia semata, tak menyadari bahwa hal yang dilakukannya adalah
perilaku hedon.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang gaya hidup hedonisme di
kalangan mahasiswa. Sebenarnya hedonisme tidak hanya dilakukan kalangan
mahasiswa, tetapi juga masyarakat pada umumnya. Pengaruh materialisme
hedonisme sangat luar biasa dahsyatnya pada segala segi kehidupan, termasuk
pada dunia pendidikan tinggi. Banyak mahasiswa yang memilih gaya hidup
instant, dan hal ini berimbas pada cara pendidikan mereka.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian budaya Hedonisme?
1.2.2 Apa sajakah perilaku-perilaku para mahasiswa yang mencerminkan
hedonisme?
1.2.3 Bagaimana cara meminimalisir budaya Hedonisme di kalangan
mahasiswa?
BAB 2
ISI
2.1 Pengertian Budaya Hedonisme
Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Tujuan
paham aliran ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan
sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Kala itu, hedonisme masih
mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya, penganut paham ini mencari
kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan. Mereka menjalani
berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup miskin, bahkan menjadi pertapa agar
mendapat kebahagiaan sejati.
Namun waktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika,
paham ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru
hedonisme. Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak
mungkin selagi kamu hidup), menjiwai tiap hembusan napas aliran tersebut.
Kebahagiaan dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti
mendalam.
Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan
pemahaman positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis
yang lebih mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan
kenikmatan.Pengertian kenikmatan berbeda dari kebahagiaan. Kenikmatan
cenderung lebih bersifat duniawi daripada rohani. Kenikmatan hanya mengejar
hal-hal yang bersifat sementara. Masa depan tidak lagi terpikirkan.Saat paling
utama dan berarti adalah saat ini. Bukan masa depan atau masa lalu. Hidup adalah
suatu kesempatan yang datangnya hanya sekali. Karena itu, isilah dengan
kenikmatan tanpa memikirkan efek jangka panjang yang akan diakibatkan.Bila
terlampau memikirkan baik buruknya hidup, akan sia-sia karena setiap
kesempatan yang ada akan terlewatkan. Demikian pemikiran hedonis negatif yang
berkembang saat ini.Pemikiran itu agaknya sangat cocok dengan gaya hidup
masyarakat modern. Individualitas dan nafsu untuk meraih kenikmatan sangat
kental mewarnai kehidupan kita. Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60)
kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang
tertinggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan.
Kemudian Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan
bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang
memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa kesenangan dan
kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan kemakmuran
pada umumnya dari seluruh masyarakat.
Adapun hedonisme menurut Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu itu
dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Disini jelas
bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak
menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang yang
mengatakan ini, dengan sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan itu
sebagai tujuan hidupnya.
Menurut Aristoteles dalam Russell (2004:243) kenikmatan berbeda
dengan kebahagiaan, sebab tak mungkin ada kebahagiaan tanpa kenikmatan. Yang
mengatakan tiga pandangan tentang kenikmatan: (1) bahwa semua kenikmatan
tidak baik; (2) bahwa beberapa kenikmatan baik, namun sebagian besar buruk; (3)
bahwa kenikmatan baik, namun bukan yang terbaik. Aristoteles menolak pendapat
yang pertama dengan alasan bahwa penderitaan sudah pasti buruk, sehingga
kenikmatan tentunya baik. Dengan tepat ia katakan bahwa tak masuk akal jika
dikatakan bahwa manusia bisa bahagia dalam penderitaan: nasib baik yang
sifatnya lahiriyah, sampai taraf tertentu, perlu bagi terwujudnya kebahagiaan. Ia
pun menyangkal pandangan bahwa semua kenikmatan bersifat jasmaniah; segala
sesuatu mengandung unsur rohani, dan kesenangan mengandung sekian
kemungkinan untuk mencapai kenikmatan yang senantiasa kenikmatan yang
tinggal dan sederhana. Selanjutnya ia katakan kenikmatan buruk akan tetapi itu
bukanlah kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang yang baik, mungkin saja
kenikmatan berbeda-beda jenisnya dan kenikmatan baik atau buruk tergantung
pada apakah kenikmatan itu berkaitan dengan aktivitas yang baik atau buruk.
Disini jelas bahwa hedonisme ialah perbuatan yang diantara segenap
perbuatan yang dapat dilakukan oleh seseorang akan membawa orang tersebut
merasakan kebahagiaan yang sebesar-besarnya.
2.2 Perilaku Mahasiswa yang Mencerminkan Budaya Hedonisme
Berikut adalah beberapa perilaku mahasiswa yang mencerminkan budaya
hedonisme, yaitu :
2.2.1 Mahasiswa yang ingin cepat-cpat lulus dengan nilai baik tanpa melalui
proses. Mereka seolah-olah hanya mengejar nilai tanpa memperdulikan
aspek ilmu pengetahuan yang akan mereka peroleh. Jadi ibaratnya
mereka kuliah hanya demi mengejar nilai dan ijazah tanpa mendapat
ilmu apapun;
2.2.2 Fenomena jual beli ijazah di kalangan mahasiswa;
2.2.3 Fenomena mahasiswa yang rela mengobral tubuhnya hanya demi
mendapat nilai yang bagus dari dosen;
2.2.4 Konsumerisasi di kalangan mahasiswa;
2.2.5 Pemakaian narkoba dan minum-minuman keras, bahkan
perzinahan,dll.
Kini, hedonisme itu tumbuh subur dalam kampus. Ironis memang , dunia
intelektual dan perjuangan itu kini telah ternoda dengan praktek-praktek kotor
hedonist. Karena jelas, dunia intelektual dan hedonisme bertolak belakang.
2.3 Cara Meminimalisir Budaya Hedonisme di Kalangan Mahasiswa
Untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya hedonisme bagi mahasiswa
perlu diadakan sosialisasi, yaitu :
2.3.1 Perlunya kearifan dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam
konsumerisme;
2.3.2 Menanamkan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari;
2.3.3 Dalam memilih barang mahasiswa perlu membuat skala prioritas dalam
berbelanja sehingga dapat membedakan barang apa yang benar-benar
diperlukan dan barang-barang yang diinginkan namun tidak diperlukan;
2.3.4 Penerapan pola hidup sederhana dalam kegiatan sehari-hari diperlukan
untuk mengatur keuangan mahasiswa agar pendapatan yang biasanya
berasal dari orang tua tidaklah lebih kecil daripada pengeluaran;
2.3.5 Adanya kedewasaan dalam berpikir sehingga mahasiswa dapat
membentengi diri dari pola hidup konsumerisme.
Memilih gaya hidup hedonime, terus terang tidak akan pernah memberikan
kepuasan dan kebahagiaan. Ibarat minum air garam, makin diminum makin haus.
Bagi yang belum terlanjur menjadi pengidola hedonisme maka segeralah balik
kiri, berubah seratus delapan puluh derajat. Bahwa kebahagian hidup ada pada
hati yang bening, saatnya bagi kita kembali untuk menyuburkan akar-akar
spiritual- kembali ke jalan Ilahi, tumbuhkan jiwa peduli pada sesama- buang jauh-
jauh karakter selfish (mementingkan diri sendiri), dan miliki multi kekuatan –
kuat otak, kuat otot, kuat kemampuan berkomunikasi, kuat beribadah, dan kuat
mencari rezeki.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hedonisme adalah derivasi (turunan) dari liberalisme. Sebuah pandangan
hidup bahwa kesenangan adalah segalanya, bahkan kehidupan itu sendiri. Bagi
kaum hedonis, hidup adalah meraih kesenangan materi: sesuatu yang bersifat
semu, sesaat, dan artifisial. Beberapa contoh perilaku mahasiswa yang
mencerminkan budaya hedonisme adalah jual beli ijazah, konsumerisasi
mahasiswa, lulus cepat tapi tak berilmu, dll.
Untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya hedonisme bagi mahasiswa
perlu diadakan sosialisasi, yaitu :
3.1.1 Perlunya kearifan dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam
konsumerisme;
3.1.2 Menanamkan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari;
3.1.3 Dalam memilih barang mahasiswa perlu membuat skala prioritas dalam
berbelanja sehingga dapat membedakan barang apa yang benar-benar
diperlukan dan barang-barang yang diinginkan namun tidak diperlukan;
3.1.4 Penerapan pola hidup sederhana dalam kegiatan sehari-hari;
3.1.5 Adanya kedewasaan dalam berpikir sehingga mahasiswa dapat
membentengi diri dari pola hidup konsumerisme.
3.2 Saran-saran
Untuk membentengi diri dari hedonisme yang hanya menawarkan
kenikmatan sesaat,harus dimulai dari diri sendiri dan juga dukungan orang lain.
Kita sebagai mahasiswa yang kebanyakan tinggal jauh dengan orang tua
seharusnya sedikit menimalisir budaya hedonisme dengan tidak terlalu mengikuti
gaya hidup yang terus mengalir, belajar mengatur pengeluaran sesuai dengan uang
yang diberikan oleh orang tua dan memanfaatkannya untuk kebutuhan yang
pokok. Serta tetap menjadi diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.butikbella.co.cc/gaya-hidup-konsumtif
http://www. facebook .com/note.php?note_id=2153346551700064