Post on 20-Jan-2016
Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)F.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
DETEKSI BALITA GIZI BURUK/KURANGDI DESA MURTIREJO
Disusun Oleh:dr. Hermanu Adi
Pembimbing :dr. Rahmi Asfiyatul Jannah
Pusat Kesehatan Masyarakat Kebumen IKebumen
BAB I
PENDAHULUAN
.
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan
indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan
tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.
Menurut WHO pada tahun 2011, 52 juta anak dibawah usia 5 tahun
menderita kurang gizi. Sedangkan lebih dari 29 juta (5%) anak dibawah usia 5
tahun menderita gizi buruk. Prevalensi gizi buruk tertinggi terdapat di Asia
Selatan, dimana diperkirakan 1 dari 6 anak (16%) menderita kurang gizi. Beban
tertinggi terdapat di India, dimana terdapat 25 juta anak yang kurang gizi.
Sedangkan Indonesia berada di urutan keempat di bawah Nigeria dan Pakistan
dengan prevalensi 2,820 juta (13%) anak kurang gizi, dan 6 persen anak
indonesia menderita gizi buruk.
Di Jawa Tengah jumlah kasus balita gizi buruk terus mengalami penurunan
dari tahun 2010 hingga tahun 2012, yakni 3468 kasus pada tahun 2010, 3187
kasus pada tahun 2011, dan 1131 kasus pada tahun 2012. Namun, pada triwulan
pertama tahun 2013 telah ditemukan 1026 kasus gizi buruk di Jawa Tengah.
Adapun di Kabupaten Kebumen sampai akhir tahun 2011 masih terdapat
38 anak gizi buruk, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 20 anak balita gizi
buruk pada umumnya dikarenakan adanya penyulit atau penyakit penyerta yang
disandangnya, beberapa penyakit penyerta pada penderita balita gizi buruk
adalah : hydrocepallus, penyakit jantung bawaan, keterbelakangan mental/idiot,
diare, bibir sumbing, tidak punya langit-langit, gagal tumbuh kembang, mikro
cepal serta masih banyak penyebab lain misal: kemiskinan, pengetahuan rendah
dll.
Secara umum kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan
anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk
melakukan aktivitas dan berkembang. Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang
salah, seperti ibu yang sibuk bekerja di hutan/ladang sehingga anak tidak terawat
(biasa terjadi dipedesaan). Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti
memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis.
Selain pola asuh yang kurang tepat, gizi buruk juga berhubungan dengan
penyakit, baik penyakit infeksi maupun noninfeksi (misal TB dan kelainan
jantung bawaan).
Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi dan menanggulangi
gizi buruk diantaranya berupa pelacakan kasus balita gizi buruk diwilayah
puskesmas oleh Tim Kabupaten, Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk bagi Tenaga
Gizi Puskesmas, konseling gizi oleh tenaga gizi Puskesmas, Penyuluhan kadarzi
di tingkat masyarakat, pemberian PMT pemulihan bagi balita gizi buruk serta
adanya rujukan pasien balita gizi buruk ke rumah sakit.
BAB II
PERMASALAHAN
Apabila masalah gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi
penghambat dalam pembangunan nasional. Secara perlahan kekurangan gizi akan
berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta rendahnya
umur harapan hidup. Selain itu dampak kekurangan gizi terlihat juga pada
rendahnya partisipasi sekolah, rendahnya pendidikan, serta lambatnya
pertumbuhan ekonomi.
Masalah gizi kurang dan gizi buruk dipengaruhi langsung oleh faktor
konsumsi dan penyakit. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh,
ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya, dan politik.
Pada kurun waktu tiga tahun terakhir (2010-2013) penyebab balita gizi
buruk di wilayah Kebumen I ini sebagian besar adalah faktor penyakit
penyerta/cacat bawaan sejak lahir dan faktor ekonomi (keluarga miskin).
Penderita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah Puskesmas Kebumen I
tahun 2012 dan 2013:
BulanTahun 2012 Tahun 2013
Gizi Kurang Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Buruk
Januari-April 3 0 2 2
Mei- Agustus 9 0 4 1
Oktober-Des 3 0 3 1
Jumlah 15 0 10 4
Pada bulan September 2013 cakupan posyandu di desa Muktirejo adalah:
Jumlah
Balita (0-
5Th)
(S)
Balita
Memiliki
KMS (0-
5Th)
Balita
Ditimbang
(0-5Th)
(D)
Balita BB
naik (0-
5Th)
(N)
Balita
BGM (0-
5Th)
2T
(0-5Th)
(K)
169 169 149 129 1 2D/S: 149/169 = 88% (target 80%)K/S: 169/169 = 100% (target tidak ada)N/D: 129/149 = 86,5% (target 85%)
BGM: 1/169= 0,6% (Target< 5%)
Indikator D/S digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat
terhadap kegiatan posyandu, indikator K/S digunakan untuk mengetahui cakupan
program, N/D digunakan untuk mengetahui keberhasilan program. Dari data di
atas dapat disimpulkan program Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Gizi desa
Murtirejo telah memenuhi target. Tetapi selama D/S belum mencapai 100% maka
kasus gizi buruk masih mungkin terjadi, seperti pada kasus gizi buruk yang
ditemukan di desa Murtirejo ini.
Identitas pasien :
- Nama : An. Titi Nur Aeni Barokah
- Usia : 15 bulan
- Jenis kelamin : Perempuan
- Alamat : Murtirejo RT 01 RW 01 No. 15
- Umur/Pekerjaan/Pendidikan ayah : 27tahun/ Buruh pembuat genting/ SMK
- Umur/Pekerjaan/Pendidikan Ibu : 26tahun/ Ibu rumah tangga/ SD
Riwayat penyakit sekarang : anak tampak kurus, terlihat agak sesak, gerakan
kurang aktif, kebiruan (-), jari tabuh (-)
Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit : ASD (diketahui saat usia 3 bulan)
- Riwayat mondok : Dirawat di RSUD Kebumen dan RSUD Margono
dengan gizi buruk + penyulit
- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat penyakit keluarga : disangkal
Riwayat kehamilan
Ibu mengandung pada usia 25 tahun, ANC teratur ke bidan, kurang
mengkonsumsi makanan bergizi dan susah makan, sering masuk angin, konsumsi
obat-obatan saat kehamilan (+).
Riwayat persalinan
Kelahiran pertama, lahir secara spontan di RSUD Kebumen dengan umur
kehamilan 9 bulan, BB : 2,5 kg, PB : 45 cm, lahir spontan.
Riwayat imunisasi
Imunisasi dasar lengkap
Riwayat makanan
0-3 bulan ASI eksklusif
3-8 bulan ASI + Susu Formula + pisang dilumat
8-12 bulan ASI + Susu Formula + bubur bayi + pisang dilumat
12 bulan-sekarang ASI + Susu Formula + makanan rumah
Pola makan
Ibu hanya memberikan ASI eksklusif sampai bulan ketiga saja. Karena dirasa
anaknya lemas ibu berinisiatif memberikan makanan tambahan ketika anak
masih berumur 3 bulan. Anak sering susah minum susu, menghisap kurang kuat,
dan saat ini harus berbagi ASI dengan adiknya yang baru berumur 5. Saat ini
anak lebih suka ngemil daripada minum ASI. Pembuatan susu formula terlalu
encer dan hegienitas botol minum kurang terjaga. Anak sehari minum susu
formula 6x sehari, makanan lumat 3 kali sehari (nasi, tempe, mie, wortel). Pola
makan kesan kualitas kurang.
Riwayat tumbuh kembang
Usia 10 bulan baru bisa menyangga leher
Usia 11 bulan baru mengucap satu suku kata (pa, tu, ya)
Kesan tumbuh kembang terhambat
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Vital sign
Nadi : 130 x / menit
Respirasi : 56 x / menit
Suhu : 36.5 C
4. Kepala
Bentuk kepala : simetris, mesosefal, venektasi temporal (+)
Rambut : warna hitam, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut
5. Mata : injeksi konjungtiva (-/-), konjungtiva anemis (-/-) sklera
ikterik (-/-)
6. Hidung : discharge (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
7. Mulut : lidah kotor (-), tepi hiperemis (-), tremor (-)
8. Telinga : otore (-/-), nyeri tekan (-/-)
9. Leher : KGB tidak teraba pembesaran
10. Thorax :
Paru
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : vokal fremitus paru kanan = paru kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar bronchovesikuler, wheezing (-/-), ronki (-/-)
Jantung
Inspeksi : tampak Ictus cordis di SIC VI LMCS
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI LMCS
Perkusi :
- Batas jantung kanan atas di SIC II 2 jari lateral LPSD
- Batas jantung kiri atas di SIC II 2 jari lateral LPSS
- Batas jantung kanan bawah di SIC IV 2 jari lateral LPSD
- Batas jantung kiri bawah di SIC VI LMCS
Auskultasi : S1 > S2, regular, murmur (+), gallop (-)
11. Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
12. Extremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-)
13. Status Gizi : BB = 5,5 kg, TB = 66 dan U = 15 bulan, maka menurut
tabel BB/U termasuk dibawah gizi buruk dan BB/TB termasuk gizi kurang
Diagnosis
Gizi buruk dengan penyulit Atrial Septal Defect
Penatalaksanaan
Langkah-Langkah Penentuan Balita Gizi Buruk.
Melakukan konfirmasi seluruh balita BGM dan 2T yang ditemukan dalam operasi
timbang dengan :
- Memeriksa tanda-tanda klinis marasmus, kwasiorkor, dan marasmikkwasiorkor.
- Apabila tidak ditemukan tanda-tanda klinis, dilakukan pengukuran TB dengan
microtoise dan PB dengan alat ukur panjang badan (length board). Untuk
menentukan status gizi digunakan standar WHO-NCHS. Jika hasilnya <-3SD
ditetapkan sebagai gizi buruk.
Tanda-Tanda Klinis Balita Gizi Buruk:
a. Marasmus:
- Anak sangat kurus
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng dan rewel
- Rambut tipis, jarang dan kusam
- Kulit keriput
- Tulang iga tampak jelas
- Pantat kendur dan keriput
- Perut cekung
b. Kwashiorkor :
- Wajah bulat dan sembab
- Cengeng dan rewel
- Rambut tipis, jarang, kusan, warna rambut jagung dan bila dicabut tidak
sakit.
- Kedua punggung kaki bengkak
- Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat
c. Marasmik-kwasiorkor :
- Anak sangat kurus
- Wajah seperti orang tua atau bulat dan sembab
- Cengeng dan rewel
- Tidak bereaksi terhadap rangsangan, apatis
- Rambut tipis, jarang, kusan, warna rambut jagung dan bila dicabut tidak
sakit.
- Kulit keriput
- Tulang iga tampak jelas (iga gambang)
- Pantat kendur dan keriput
- Perut cekung atau buncit
- Bengkak pada punggung kaki yang berisi cairan (edema) dan bila ditekan
lama kembali
- Bercak kehitaman di tungkai dan pantat
Rujukan Balita Gizi Buruk
a. Tujuan :
Semua balita gizi buruk dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit
b. Sasaran :
Seluruh balita gizi buruk yang sudah dikonfirmasi
c. Waktu
Segera setelah penentuan gizi buruk.
d. Pelaksana
Petugas kesehatan
e. Langkah-langkah merujuk balita gizi buruk
1) Segera merujuk dengan membawa KMS atau buku KIA
2) Segera melengkapi persyaratan administrasi rujukan yang berlaku di masing-
masing wilayahnya
Perawatan Balita Gizi Buruk
Perawatan balita gizi buruk dilaksanakan di Puskesmas Perawatan/TFC atau
Rumah Sakit setempat. Tim Asuhan Gizi yang terdiri dari dokter, nutrisionis/dietisien
dan perawat, melakukan perawatan balita gizi buruk dengan menerapkan 10 Langkah
Tata Laksana Anak Gizi Buruk meliputi : fase stabilisasi, transisi, rehabilitasi dan
tindak lanjut.
a. Tujuan :
Semua balita gizi buruk mendapat perawatan sesuai Tata Laksana Anak Gizi
Buruk
b. Sasaran :
Seluruh balita gizi buruk yang dirujuk
c. Waktu
Segera setelah masuk puskesmas perawatan atau rumah sakit sampai anak
dinyatakan sembuh
d. Pelaksana
Tim Asuhan Gizi yang terdiri dari dokter, nutrisionis/dietisien dan perawat di
Puskesmas Perawatan/TFC atau Rumah Sakit
e. Langkah-langkah perawatan balita gizi buruk
Perawatan balita gizi buruk dengan menerapkan 10 Langkah Tata Laksana
Balita Gizi Buruk meliputi : fase stabilisasi, transisi, rehabilitasi dan tindak
lanjut.
1) Fase Stabilisasi diberikan makanan formula 75 (F 75) dengan asupan gizi 80 -
100 Kkal /kg BB/hari dan protein 1 – 1,5 gr/kg BB/hari
2) Fase Transisi diberikan makanan formula 100 (F 100) dengan asupan gizi 100 –
150 Kkal /kg BB/hari dan protein 2 – 3 gr/kg BB/hr. Perubahan dari F75
menjadi F100
3) Fase Rehabilitasi diberikan makanan formula 135 (F 135) dengan nilai gizi
150- 220 Kkal/kg BB/hari dan protein 3 – 4 gr/kg BB/hr.
4) Fase tindak lanjut dilakukan di rumah setelah anak dinyatakan sembuh, bila
BB/TB atau BB/PB ≥ -2 SD dan tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria
sbb:
- Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan,
- Ada perbaikan kondisi mental,
- Anak sudah dapat tersenyum,
- Duduk, merangkak, berdiri atau berjalan sesuai umurnya,
- Suhu tubuh berkisar antara 36,50 – 37, 70 C,
- Tidak muntah atau diare,
- Tidak ada edema,
- Terdapat kenaikan BB sekitar 50g/kg BB/minggu selama 2 minggu berturut-
turut.
Catatan:
Mengusulkan dana kepada Dinas Kesehatan setempat atau Dinas terkait bagi
keluarga yang menunggu atau penunggu paisen dari keluarga miskin.
Tindak Lanjut Pemulihan Status Gizi
a. Tujuan
Menindaklanjuti balita gizi buruk pasca perawatan, di rumah tangga
b. Sasaran
Seluruh balita gizi buruk paska perawatan, balita 2T dan atau BGM
c. Waktu
Setelah kembali ke rumah
d. Pelaksana
Orangtua /Pengasuh balita didampingi Petugas Kesehatan dan Kader
e. Langkah-langkah Tindak Lanjut Pemulihan Status Gizi
Tindak lanjut pemulihan status gizi diberikan kepada anak BGM dan 2T yang
tidak perlu dirawat, anak gizi buruk pasca perawatan dan yang tidak mau dirawat,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Anak 2 T dan atau BGM tanpa perawatan
- Diberi MP-ASI/PMT sesuai umur selama 90 hari
- Diberikan MP-ASI. bubur diberikan kepada bayi usia 6 – 11 bulan.
- MP-ASI biskuit diberikan kepada anak umur 12 -24 bulan.
- Anak umur 25 -59 bulan diberikan PMT. Pemberian MP-ASI/PMT
bertujuan agar anak tidak jatuh pada kondisi gizi buruk.
- Konseling gizi
2) Anak gizi buruk pasca perawatan dan yang tidak mau dirawat
Anak gizi buruk yang telah pulang dari Puskesmas Perawatan atau Rumah
Sakit, baik yang sembuh maupun pulang paksa akan mendapat
pendampingan dan pemberian
a. Makanan formula 100 (F 100)/Formula modifikasi selama 30 hari,
kemudian dilanjutkan dengan PMT/MP-ASI selama 90 hari.
b. Konseling gizi
Pendampingan Pasca Perawatan
a. Tujuan :
Meningkatkan status gizi dan mencegah anak jatuh kembali pada kondisi gizi
buruk.
b. Sasaran :
Seluruh keluarga dengan balita gizi buruk pasca perawatan
c. Waktu
Setelah kembali ke rumah
d. Pelaksana
Pelaksana pendampingan adalah kader PKK/Posyandu dan atau petugas kesehatan,
Kepala Desa/Lurah dan TP-PKK Desa/Kelurahan.
e. Langkah-langkah pedampingan pasca perawatan
Kader dan atau petugas kesehatan :
- Membuat jadual untuk kunjungan ke rumah keluarga sasaran, dengan
mempertimbangkan jauh dekatnya sasaran, berat ringannya masalah dll.
- Melakukan kunjungan ke keluarga sasaran berdasarkan rencana yang telah
disusun dan sesuai kesepakatan dengan keluarga sasaran.
- Memberikan konseling dengan membawa buku nasehat gizi, KMS/buku KIA,
formulir pencatatan.
- Memberikan makanan Formula 100/Formula modifikasi, MP-ASI dan PMT.
- Membantu sasaran menyiapkan makanan Formula 100/Formula modifikasi,
MP-ASI/ PMT.
- Memberikan kapsul Vitamin A kepada balita yang belum mendapat kapsul
Vit A pada bulan Februari atau Agustus. Memberikan KMS/buku KIA bagi
yang belum memiliki.
- Mendorong keluarga untuk membawa balita secara rutin ke posyandu.
- Kunjungan pendampingan dilakukan secara berkelanjutan.
Perlu diperhatikan penyakit penyerta / penyulit yang sering terjadi pada anak:
Gizi buruk seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)/Pneumonia; Diare
Persisten; Cacingan; Tuberkulosis; Malaria; HIV/AIDS; Gangguan pada mata Akibat
Kekurangan Vitamin A; Gangguan pada kulit (dermatosis); dan Anemia berat.
Penatalaksanaan ASD (Artrial Septum Defek)
ASD kecil (diameter < 5 mm) karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik
dan bahaya endokarditis infeksi, tidak perlu dilakukan operasi.
ASD besar (diameter > 5 mm s/d beberapa centimeter), perlu tindaklan
pembedahan dianjurkan < 6 tahun, karena dapat menyebabkan hipertensi pulmonal
(walaupun lambat)
Pembedahan : menutup defek dengan kateterisasi jantung
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Dari indikator program gizi dapat disimpulkan bahwa tingkat patisipasi
masyarakat Murtirejo dalam kegiatan posyandu bagus, semua balita di wilayah
tersebut telah memiliki KMS, balita yang naik ditimbang juga bagus telah
memenuhi target. Meskipun begitu, angka partisipasi masyarakat dalam kegiatan
posyandu belum 100%, hal itu berarti gizi buruk masih bisa terjadi. Untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu. Masukan logis
sederhana kepada semua pihak pemangku pengambil Kebijakan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia apakah kita bisa membuat inovasi dengan
menciptakan tempat bermain mobile di posyandu untuk mengubah kegiatan
pelayanan di posyandu selama ini sangat monoton, Artinya sambil menimbang
Balita dan Bermain. Ide ini adalah menciptakan Model Pemberdayaan Posyandu
dengan solusi sederhana dan logis, sehingga bermanfaat untuk meningkatkan
cakupan partisipatif kegiatan pelayanan bulan penimbangan Balita di Posyandu
(D/S) dengan media menimbang dan bermain, misalnya bermain odong-odong
untuk menciptakan suasana gembira saat anak di timbang dan GRATIS,
dilakukan di Posyandu. Modal dan Model Odong-Odong disesuaikan, dan dapat
di anggarkan melalui APBD, APBN, DECON atau anggaran berupa Hibah, dan
ini merupakan bagian Media Promkes.
Pada pasien gizi buruk di atas ditemukan penyulit berupa penyakit jantung
bawaan Atrial Septal Defect (ASD), sesuai alur penatalaksanaan kasus gizi buruk
dengan penyulit seharusnya dirawat di Rumah Sakit. Namun karena keluarga
menolak maka akan dilakukan pendampingan perawatan di rumah dan diberikan
makanan formula F-100 selama 30 hari dan PMT/MP-ASI selama 90 hari.
Selain itu dilakukan konseling seputar permasalahan pasien.
Permasalahan tidak langsung yang menimbulkan terjadinya gizi buruk pada
pasien adalah tingkat pendidikan orang tua dan sosial ekonomi. Untuk itu materi
konseling yang akan diberikan adalah seputar penyakit jantung ASD, cara
pembuatan dan pemberian makanan formula F-100 juga PMT/MP-ASI yang
benar, serta pola asuh yang benar pada orang tua penderita gizi buruk.
Selain itu untuk pencegahan dan deteksi dini kasus gizi buruk dilakukan
penyuluhan kepada para kader. Dengan memberikan penyuluhan bagaimana
mendeteksi gizi kurang atau gizi buruk dan penanganannya, diharapkan para
kader dapat memahami dan menyalurkan ilmunya dengan mudah kepada
masyarakat luas. Apabila masyarakat sudah mendapatkan informasi kesehatan
gizi yang memadai, dari situ diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi
menekan angka terjadinya gizi kurang dan gizi buruk lebih lanjut. Keaktifan para
kader, koordinasi dan kerjasama masyarakat dengan tenaga kesehatan sangat
dibutuhkan.
BAB IV
PELAKSANAAN
Pada hari Senin, 4 November 2013 , diadakan kunjungan ke desa
Murtirejo, Kecamatan Kebumen 1, Kebumen. Kunjungan dilakukan didampingi
bidan Desa Murtirejo ibu Honimah.
Rumah dihuni oleh 4 orang terdiri pasien, adik pasien yang berumur 5
bulan, ayah, ibu. Namun saat kunjungan kami tidak bertemu ayah pasien karena
sedang bekerja. Kesan rumah terlihat sederhana dengan lantai tegel bersih,
tembok bata, tanpa eternit, perbandingan lantai-jendela cukup sehingga sinar
matahari dapat masuk dan jauh dari kesan lembab.
Saat pelaksanaan kunjungan di rumah pasien di Desa Murtirejo saya
melakukan pemeriksaan, wawancara individu dan konseling dalam keluarga.
Dari hasil kunjungan diperoleh hasil yaitu :
- Status gizi buruk menurut BB/U dan BB/TB
- Bentuk tubuh kecil dan kurus
- Perkembangan terhambat
- Anak masih diberi ASI, tetapi harus berbagi dengan adiknya.
- Susu formula yang biasanya diberikan terlalu encer dan kurang dijaga
kebersihannya.
- Seringkali anak susah makan sehingga pola makan anaknya tidak sesuai
kebutuhan.
- Cakupan ASI eksklusif kurang
- Cakupan imunisasi kurang campak
- Ekonomi keluarga termasuk keluarga miskin, ayah pasien yang bekerja
sebagai buruh pembuat genting membiayai semua kebutuhan keluarga.
- Mempunyai jaminan kesehatan (Jamkesmas)
Materi konseling dijelaskan mengenai penyakit jantung ASD. Atrial septal
defect (ASD) adalah kerusakan antara kedua ruang atas jantung (atrium).
Kerusakan ini menyebabkan percampuran darah beroksigen dengan tidak
beroksigen, yang akhirnya mengakibatkan jantung kanan membesar dan tekanan
tinggi pada paru-paru (hipertensi pulmonal). Jika kondisi tersebut terjadi
akibatnya anak tumbuh kembangnya tidak akan optimal, sakit-sakitan, atau
bahkan bisa mengakibatkan kematian.
ASD berukuran sedang dan besar menyebabkan dilasi jantung kanan dan
peningkatan tekanan paru-paru harus ditutup dan penutupan dapat dilakukan
dengan menggunakan alat perkutan (melalui vena femoral) atau melalui operasi
jantung terbuka. ASD kecil tanpa pembesaran ruang, meningkatkan tekanan
paru-paru atau komplikasi lain hanya perlu dipantau di klinik. Untuk mengetahui
ukuran ASD dan keadaan jantung pasien membutuhkan scan ekokardiogram
detail baik ekokardiogram transtoraksik maupun ekokardiogram
transoesophageal.
Cara pembuatan dan pemberian mineral mix:
Adapun bahan – bahan yang diperlukan adalah:
- Susu fullcream 55 gr (5 sendok makan munjung)
- Gula pasir 25 gr (2 sendok makan peres)
- Minyak sayur 15 gr (2 sendok makan peres)
- Mineral mix cair 10 ml (2 sendok obat = ½ sachet mineral mix 8 gr)
-Tambahan air s/d 500 ml
Untuk mineral mix dapat anda dapatkan di Puskesmas atau apotek terdekat.
Cara Pembuatan dan Aturan Konsumsi: Gula dicampur dengan minyak dan
diaduk rata dengan sendok (posisi sendok berdiri), kemudian tambahan susu
(diaduk – aduk hingga mawur). Adonan kering ini dibagi 3 untuk 3x pemberian
dalam sehari. Sedangkan air dan mineral mix juga dibagi 3 untuk 3x pembuatan
(Apabila mineral mix diberikan bersamaan dalam adonan F100 balitanya tidak
mau hendaknya diberikan secara terpisah “seperti minum obat”).
Penderita gizi buruk juga mendapatkan pendamping makanan tambahan
berupa susu bubuk dan biskuit dari Puskesmas. Pemberian makanan tambahan
diberikan dengan frekuensi yang lebih sering dengan kandungan tinggi energi
dan padat gizi. Komposisi pemberian makanan tambahan dengan kalori 200
kkal/KgBB per hari, yang diperoleh dari lemak 30-60% dari total energi, protein
4-6 g/Kg BB per hari.
Dilakukan konseling pola asuh untuk memberikan kasih saying dan
perhatian lebih, berikan Lingkungan yang ceria, berikan terapi bermain selama
15-30 menit setiap hari, ASI tetap diberikan, apabila anak belum mencapai umur
2 tahun. Suntikan imunisasi dasar cepat diberikan. Vitamin A dosis tinggi di
posyandu setiap 6 bulan (dosis sesuai umur).
Selain itu memberitahu orang tua untuk kembali kontrol secara teratur ke
Puskesmas
- Bulan I : 1 x/minggu
- Bulan II : 1x/2 minggu
- Bulan III : 1x/bulan
Kegiatan penyuluhan kehamilan risiko tinggi kepada para kader
dilaksanakan di Puskesmas Kebumen 1. Dalam pelaksanaan kegiatan, kami
didampingi oleh Ibu Puji Rahayu. Dalam pertemuan kader dihadiri oleh 92 kader,
dimana masing-masing kader mewakili masing-masing desa. Penyuluhan berisi
mengenai pengertian gizi, guna makanan bergizi, makanan sesuai umur balita,
pemantauan status gizi balita, penyebab terjadinya gizi kurang/buruk, tanda dan
gejala gizi kurang-buruk, akibat gizi kurang/buruk, perawatan balita gizi
kurang/buruk, cara meningkatka nafsu makan anak, pengawasan tumbuh-
kembang anak, dan jadwal imunisasi.
BAB VMONITORING, EVALUASI DAN KESIMPULAN
Monitoring
Monitoring yang dilakukan yaitu dengan melihat hasil pencapaian program-
program upaya Gizi yang tercatat di SP3 bulanan dan tahunan. Sedangkan monitoring
pada penderita gizi buruk lewat penimbangan rutin tiap bulan di Puskesmas. Dari data
yang ada per September 2012. Terdapat 4 kasus gizi kurang di daerah Murtirejo, tidak
terdapat kekambuhan ataupun kematian, 3 kasus dinyatakan berhasil sembuh pada
bulan itu.
Kriteria rawat jalan setelah anak dinyatakan sembuh, bila BB/TB atau BB/PB ≥
-2 SD dan tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria sbb:
- Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan,
- Ada perbaikan kondisi mental,
- Anak sudah dapat tersenyum,
- Duduk, merangkak, berdiri atau berjalan sesuai umurnya,
- Suhu tubuh berkisar antara 36,50 – 37, 70 C,
- Tidak muntah atau diare,
- Tidak ada edema,
- Terdapat kenaikan BB sekitar 50g/kg BB/minggu selama 2 minggu berturut-turut.
Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan yaitu dengan mempertahankan program-program
upaya Gizi yang telah berhasil dilaksanakan dan meninjau ulang program-program
yang belum dapat terlaksana sehingga pencapaian program pada tahun berikutnya
dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Sedangkan evaluasi pada penderita gizi
buruk dengan melihat tumbuh kembangnya secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Bari, A. S., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan
Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen
Tahun 2011. Kebumen: Dinkes Kebumen.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Saku Kesehatan Tahun 2012.
Semarang : Dinkes Jateng.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Buku Saku Kesehatan Triwulan 1
Tahun 2013. Semarang : Dinkes Jateng.
Kemenkes RI. 2012. Buku Panduan Hari Kesehatan Nasional ke-48 Tahun 2012.
Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Kemenkes RI.
Royston, E. dan Amstrong, S. 1998. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Alih bahasa:
Maulany R.F. Jakarta: Binarupa aksara.
Kebumen, September 2013
Pendamping
dr. Rahmi Asfiyatul Jannah
Penyusun
dr. Hermanu Adi
LAPORAN KEGIATAN
Nama Peserta : dr. Hermanu Adi Tanda tangan:
Nama Pendamping : Puji Rahayu/ Honimah, Amd Tanda tangan:
Nama Wahana : Puskesmas Kebumen 1
Tema Kegiatan : Konseling dan Home Visit
Tujuan Kegiatan : Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Kasus Gizi buruk/Kurang dari Segi Individu Medis Sosial
Ekonomi dan Membantu Mencari Solusi Bersama
Hari, Tanggal : Senin, 4 November 2013
Waktu : pukul 09.30 WIB – selesai
Tempat : Rumah bapak M. Taufik Hidayat desa Murtirejo
Jumlah Peserta : 4 orang (Ayah, Ibu, Pasien, dan Adik Pasien)
LAMPIRAN