Post on 18-Feb-2018
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 1/19
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Metakognisi
Metakognisi (metacognition) secara etimologi (Kuntjojo, 2009) berasal
dari dua kata yaitu meta dan kognisi (cognition). Istilah meta berasal dari
bahasa Yunani diterjemahkan dengan after , beyond , with, adjacent adalah
suatu yang digunakan dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan pada suatu
abstraksi dari suatu konsep. Sedangkan cognition berarti mengetahui (to know)
dan mengenal (to recognize).
Flavell (dalam Mokos and Kafoussi, 2013:244) mendefinisikan
metakognisi sebagai berikut.
In any kind of cognitive transaction with the human or nonhuman
environment, a variety of information processing activities may go
on. Metacognition refers, among other things, to the active
monitoring and consequent regulation and orchestration of these processes in relation to the cognitive objects or data on which they
bear, usually in service of some concrete goal or objective.
Definisi di atas diartikan bahwa metakognisi mengacu pada
pemantauan aktif, kontrol yang tepat, dan pengaturan terhadap kegiatan
pengolahan informasi pada proses kognitif dengan lingkungan manusia atau
non manusia yang berlangsung terus-menerus. Proses pengolahan informasi
berkaitan dengan objek kognitif seperti pencapaian suatu tujuan yang jelas
dan objektif.
Menurut Schraw (dalam Riany, 2012:152) metakognisi didefinisikan
sebagai kesadaran dan pemantauan pikiran seseorang dan kinerja dalam tugas
atau dengan kata lain, metakognisi adalah berpikir tentang pemikiran sendiri.
Hal ini berkaitan dengan kapasitas mental, yang terlibat dalam proses
pembelajaran, seperti membuat rencana untuk belajar, menggunakan
keterampilan dan strategi yang tepat untuk memecahkan masalah dalam
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 2/19
8
proses pembelajaran, memperkirakan kinerja dalam belajar, dan tingkat
kesulitan belajar.
Menurut Meichenbaum (dalam Curtis et al., 2012) metakognisi
mengacu pada kesadaran terhadap pengetahuan sendiri dan kemampuan
untuk memahami, mengendalikan, dan memanipulasi proses kognitif
seseorang. Curtis et al. (2012) juga menyebutkan metakognisi adalah
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang didapat sebelumnya
untuk merencanakan strategi dalam mengerjakan tugas belajar, mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk memecahkan masalah, merefleksikan,
dan mengevaluasi hasil serta memodifikasi suatu pendekatan sesuai dengan
kebutuhan. Lebih lanjut Hacker et al. (dalam Wilson and Clarke : 2004)
mendefinisikan metakognisi sebagai pikiran sadar dan disengaja tentang
pemikiran sendiri pada seseorang, sehingga pemikiran metakognitif
berpotensi terkendali dan dapat dilaporkan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan metakognisi
adalah kemampuan mengendalikan, mempertimbangkan, dan mengontrol
kegiatan kognitif secara sadar dalam proses belajar.
2. Aktivitas Metakognisi
Terdapat pengetahuan mengenai metakognitif yang dibutuhkan atau
perlu diketahui pada aktivitas metakognisi dalam belajar dan pemecahan
masalah. Pengetahuan metakognitif menurut Anderson and Krathwohl (2001)
adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum serta kesadaran dan
pengetahuan tentang kognisi seseorang. Terdapat tiga kategori pengetahuan
metakognitif yang melekat pada setiap rangkaian aktivitas metakognisi
menurut Anderson and Krathwohl (2001 : 56 - 60) sebagai berikut.
a) Pengetahuan Strategi
Pengetahuan strategi adalah pengetahuan tentang strategi umum
untuk belajar, berpikir, dan pemecahan masalah. Pengetahuan strategi
termasuk pengetahuan terhadap berbagai strategi yang mungkin digunakan
siswa dalam mengingat materi, mengekstrak makna dari teks, atau
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 3/19
9
memahami apa yang didengar atau dibaca. Strategi-strategi tersebut
dikelompokkan menjadi tiga yaitu : rehearsal , elaboration, dan
organizational . Rehearsal termasuk mengulang kata-kata atau istilah yang
diucapkan pada diri sendiri. Elaboration meliputi penggunaan berbagai
cara mengingat seperti merangkum, memparafrase, dan memilih ide pokok
dari teks. Organizational termasuk berbagai bentuk dari menguraikan,
menggambarkan, membuat peta konsep dan catatan. Siswa mengubah
suatu bentuk ke bentuk lain.
Selain tiga jenis strategi ini, siswa mempunyai pengetahuan tentang
berbagai strategi metakognitif yang berguna dalam merencanakan,
memonitor, dan mengontrol kegiatan kognitif. Strategi tersebut yaitu :
menentukan tujuan untuk merencanakan kegiatan kognisi; bertanya pada
diri sendiri, membaca sebagian dari teks, dan memeriksa jawaban sebagai
memonitor kegiatan kognitif; mengontrol kegiatan kognisi dengan
membaca kembali bagian-bagian yang siswa tidak mengerti, memeriksa
kembali, dan memperbaiki kesalahan. Pengetahuan tentang strategi lainnya
adalah strategi dalam memahami teks, soal, atau masalah seperti strategi
membaca dan menulis. Hal ini diperlukan sebagai cara menguatkan
pemahaman siswa terhadap suatu teks, soal, atau masalah.
b) Pengetahuan tentang Tugas-Tugas Kognitif
Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif adalah pengetahuan
tentang kapan menggunakan strategi belajar, berpikir, dan pemecahan
masalah pada kondisi dan konteks yang tepat. Pengetahuan bahwa tugas-
tugas kognitif yang berbeda dapat lebih sulit atau mudah, mungkin
membuat tuntutan pada sistem kognitif, dan mungkin memerlukan strategi
kognitif yang berbeda.
Sebagai siswa yang mengembangkan pengetahuan tentang berbagai
strategi belajar dan berpikir, pengetahuan ini mencerminkan apa strategi
yang digunakan dan bagaimana menggunakannya. Terdapat dua
pengetahuan perlu digunakan sebagai pengenalan tugas-tugas kognitif
yaitu pengetahuan prosedural dan pengetahuan kondisional. Pengetahuan
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 4/19
10
prosedural mengacu pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu.
Pengetahuan prosedural antara lain yaitu pengetahuan keterampilan,
algoritma, teknik-teknik, dan metode - metode yang secara keseluruhan
dikenal sebagai prosedur atau dapat digambarkan sebagai rangkaian
langkah-langkah. Selain pengetahuan prosedural, siswa juga perlu untuk
mengembangkan pengetahuan kondisional pada berbagai strategi kognitif
umum. Dengan kata lain, siswa perlu mengembangkan pengetahuan
tentang kapan dan mengapa menggunakan strategi-strategi tersebut.
Pengetahuan kondisional mengacu pada pengetahuan tentang situasi-
situasi. Misalnya apabila seseorang menghadapi masalah baru yang tidak
jelas maka pemecahan masalah heuristik mungkin berguna sedangkan jika
menghadapi masalah tentang hukum termodinamika, maka pengetahuan
prosedural akan lebih berguna dan adaptif. Aspek penting dari belajar
tentang strategi adalah pengetahuan bersyarat kapan dan mengapa
menggunakan strategi tersebut secara tepat. Strategi pembelajaran dan
berpikir tertentu lebih cocok untuk tugas yang berbeda.
c)
Pengetahuan Diri
Pengetahuan diri adalah komponen penting dari metakognisi.
Pengetahuan diri meliputi pengetahuan tentang kelebihan dan kelemahan
seseorang dalam kegiatan kognisi dan pembelajaran. Salah satu ciri khas
pengetahuan diri adalah pengetahuan tentang kemampuan sendiri untuk
menyelesaikan tugas tertentu. Siswa tahu dan sadar kapan siswa tidak tahu
sesuatu kemudian siswa memiliki beberapa strategi umum untuk
menemukan informasi yang dibutuhkan dan sesuai. Kesadaran terhadap
kedalaman pengetahuan pada diri sendiri merupakan aspek penting
pengetahuan diri. Siswa harus menyadari dari berbagai jenis strategi umum
yang cenderung dapat diandalkan dalam situasi yang berbeda. Kesadaran
tersebut dapat menyebabkan perubahan dalam penggunaan strategi
sehingga mendapatkan cara yang lebih adaptif dan tepat dalam
menyelesaikannya.
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 5/19
11
Selain kesadaran tentang pengetahuan dalam menyelesaikan tugas,
siswa harus memiliki keyakinan tentang motivasi. Motivasi adalah
kekuatan dalam diri seseorang sehingga menyebabkan individu berbuat
atau bertindak. Model kognitif sosial dalam Anderson and Krathwohl
(2001:59) mengusulkan tiga jenis motivasi. Pertama, keyakinan
keberhasilan diri yaitu penilaian siswa terhadap kemampuan dalam
menyelesaikan tugas tertentu. Kedua, keyakinan tentang tujuan atau alasan
yang dimiliki siswa dalam mengerjakan tugas. Ketiga, nilai dan keyakinan
yaitu persepsi siswa terhadap ketertarikan pribadi terhadap tugas serta
penilaian tentang seberapa penting dan berguna tugas tersebut.
Siswa tidak hanya perlu mengembangkan pengetahuan dan
kesadaran diri tentang pengetahuan dan kegiatan kognitif, tetapi juga perlu
mengembangkan mengembangkan pengetahuan dan kesadaran diri
terhadap motivasi. Dengan demikian, kesadaran terhadap keyakinan
motivasi dapat memungkinkan siswa memonitor dan mengatur perilaku
mereka dalam situasi belajar dengan cara yang lebih sesuai.
Berdasarkan uraian di atas aktivitas metakognisi dalam penelitian ini
adalah kegiatan mengendalikan, mempertimbangkan, dan mengontrol
kegiatan kognitif yang meliputi tiga aspek pengetahuan metakognitif yaitu :
pengetahuan strategi, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, dan
pengetahuan diri.
3. Masalah Matematika
Setiap aktivitas sehari-hari manusia selalu dihadapkan dengan masalah.
Pada umumnya masalah dikatakan sebagai kesenjangan antara kenyataan dan
harapan. Bruner dalam Hoosain (2004) menyatakan bahwa masalah adalah
suatu keadaan atau situasi yang menjadi suatu teka-teki dimana seseorang
merasa tidak nyaman. Hal ini senada dengan Moleong (2012 : 93) bahwa
masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan dua faktor atau
lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 6/19
12
memerlukan upaya untuk mencari jawabannya. Dengan demikian pertanyaan
juga merupakan masalah yang harus dijawab atau direspon.
Setiap pertanyaan belum tentu merupakan suatu masalah. Suatu
pertanyaan disebut masalah bagi seseorang tergantung kepada pengetahuan
yang dimiliki. Dengan demikian suatu pertanyaan dapat menjadi masalah
bagi seseorang tetapi bisa hanya menjadi pertanyaan biasa bagi orang lain.
Hal ini terjadi apabila pertanyaan itu dapat dijawab dengan menggunakan
suatu prosedur rutin tetapi bagi orang lain untuk menjawab pertanyaan
tersebut memerlukan pengorganisasian pengetahuan yang telah dimiliki
secara tidak rutin. Hal ini dikatakan Cooney dalam Shadiq (2004 : 10) bahwa
suatu pertanyaan dapat dikatakan sebagai suatu masalah apabila pertanyaan
itu menunjukkan suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu
prosedur rutin yang sudah diketahui sebelumnya. Schoenfeld (1992) juga
menyatakan masalah adalah sebuah pertanyaan yang tidak mempunyai solusi
langsung terlihat atau algoritma yang dapat diaplikasikan untuk mendapatkan
jawaban. Berdasarkan definisi-definisi di atas disimpulkan bahwa masalah
merupakan pertanyaan yang tidak dapat dipecahkan menggunakan prosedur
rutin yang diketahui sebelumnya sehingga membutuhkan pengetahuan,
prosedur, dan strategi yang sesuai dalam penyelesaiannya.
Gallagher, et al. (2000) mengelompokkan masalah dalam matematika
menjadi dua yaitu konvensional dan non konvensional. Masalah konvensional
adalah masalah rutin pada buku teks yang dapat dijawab menggunakan
algoritma tertentu atau metode dengan solusi yang jelas. Sedangkan masalah
non konvensional yaitu masalah yang jarang disajikan dalam buku teks dan
memerlukan suatu penggunaan yang tidak biasa dari suatu algoritma atau
dapat dipecahkan menggunakan logika, pemahaman dan suatu strategi
pengetahuan tertentu .
Holmes (Wardhani, et al., 2010) mengkategorikan masalah dalam
pembelajaran matematika menjadi dua kelompok sebagai berikut.
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 7/19
13
1.
Masalah Rutin
Masalah rutin dapat dipecahkan dengan metode yang sudah ada.
Masalah rutin sering disebut sebagai masalah penerjemahan karena
deskripsi situasi dapat diterjemahkan dari kata-kata menjadi simbol-simbol.
Masalah rutin dapat membutuhkan satu, dua atau lebih langkah pemecahan.
Pada intinya masalah rutin memiliki aspek penting dalam matematika,
karena hidup ini penuh dengan masalah rutin. Oleh karena itu, dalam
tujuan pembelajaran matematika diprioritaskan terlebih dahulu siswa dapat
memecahkan masalah rutin.
2.
Masalah non rutin
Masalah non rutin mengarah kepada masalah proses. Masalah non
rutin membutuhkan lebih dari sekadar penerjemahan masalah menjadi
kalimat matematika dan penggunaan prosedur yang sudah diketahui.
Masalah non rutin mengharuskan pemecah masalah untuk membuat
sendiri metode pemecahannya. Si pemecah masalah harus merencanakan
dengan seksama bagaimana memecahkan masalah tersebut. Strategi-
strategi seperti menggambar, menebak dan melakukan cek, membuat tabel
atau urutan, kadang perlu dilakukan.
Berdasarkan definisi dan pengelompokkan masalah di atas disimpulkan
bahwa masalah dalam penelitian ini adalah masalah non konvensional
berbentuk non rutin dimana si pemecah masalah harus merencanakan dengan
seksama bagaimana memecahkan masalah tersebut.
Salah satu materi belajar pada matematika adalah bilangan.
Berdasarkan NCTM (2000) bahwa pembelajaran bilangan menjadi penting
untuk pembelajaran topik lainnya. Pembelajaran bilangan cenderung untuk
membentuk pemahaman tentang notasi, simbol, dan bentuk lainnya yang
mewakili sehingga dapat mendukung pemikiran dan pemahaman siswa untuk
menyelesaikan masalah mereka. Karena itu, pembelajaran bilangan menjadi
salah satu pengetahuan prasyarat untuk pembelajaran topik lainnya dalam
pembelajaran matematika. Berdasarkan hal tersebut, masalah dalam
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 8/19
14
penelitian ini yaitu soal non rutin pada materi bilangan yang terkait dengan
operasi hitung bilangan bulat.
4. Pemecahan Masalah Matematika
Pemecahan masalah adalah dasar dari semua aktivitas matematika.
Schoenfeld (1992) mengatakan proses siswa menghadapi masalah
matematika mengacu pada pemecahan masalahnya. Siswa harus membaca
secara hati-hati, menganalisa apabila ada informasi yang dibutuhkan dan
mempraktekkan pengetahuan matematika mereka untuk melihat apakah
mereka dapat maju dengan suatu strategi yang akan membantu menemukan
solusi. Pemecahan masalah menurut Zhu (2007) adalah aktivitas kognitif
yang kompleks. Pemecahan masalah matematika dapat diartikan sebagai
beberapa kegiatan terpisah seperti melakukan masalah kata, membuat pola
bilangan, menafsirkan angka, mengembangkan konstruksi geometris dan
membuktikan teorema.
Pemecah masalah sebagai seseorang yang langsung menggunakan
informasi untuk mencapai tujuan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
pemecah masalah matematika harus mengembangkan basis pengetahuan
matematika dan mengaturnya, membuat algoritma dan mengaplikasikannya,
dan menggunakan heuristik (strategi, teknik, jalan pintas) dan mengelolanya.
Selama proses tersebut, siswa dapat menerapkan sejumlah strategi umum
seperti rubrik solusi, penalaran matematis logis, pendekatan trial and error
dan menebak langsung untuk mendapatkan jawaban atas masalah matematika.
Dalam pemecahan masalah matematika tidak hanya kemampuan kognitif
yang diperlukan untuk memahami dan mewakili situasi masalah, membuat
algoritma, memproses berbagai jenis informasi, dan melaksanakan
perhitungan, tetapi juga harus dapat mengidentifikasi dan mengelola
serangkaian strategi yang tepat (heuristik, teknik, cara pintas dan lain-lain)
untuk memecahkan masalah (Zhu, 2007).
Montague (2006) mendefinisikan pemecahan masalah matematika
sebagai suatu proses yang melibatkan dua tahap : representasi masalah dan
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 9/19
15
eksekusi masalah. Sementara teori Polya menurut Zhu (2007) mendefinisikan
pemecahan masalah matematika sebagai proses yang melibatkan beberapa
kegiatan dinamis : memahami masalah, merancang rencana penyelesaian,
melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali. Proses pemecahan masalah
menurut Polya (1973 : xvi) tersebut dijabarkan sebagai berikut.
a) Memahami Masalah (Understanding the problem)
Pada langkah ini siswa harus mengetahui kondisi soal atau masalah
yang dihadapi. Siswa mulai menentukan bagian utama dari masalah yang
ada, apakah yang diketahui dan ditanyakan. Mencari informasi yang penting
dan inti permasalahan soal.
b) Merancang rencana penyelesaian ( Devising a plan)
Pada tahap merancang suatu rencana, siswa harus dapat memikirkan
langkah-langkah apa saja yang penting dan saling menunjang untuk dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya. Yang dilakukan siswa dalam tahap
ini adalah mencari konsep-konsep atau teori-teori yang saling menunjang
dan menentukan rumus-rumus yang diperlukan dalam menyelesaikan
masalah tersebut. Siswa dituntut untuk memikirkan langkah-langkah apa
yang seharusnya dikerjakan.
c)
Melaksanakan rencana (Carrying Out the plan)
Pada tahap pelaksanaan rencana, siswa telah siap melakukan
perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk konsep
dan rumus atau persamaan yang sesuai. Aturan-aturan dan pengetahuan
yang diketahui pada langkah sebelumnya digunakan untuk menyelesaikan
masalah. Pada tahap ini siswa membentuk sistematika soal yang baku,
maksudnya dengan apa yang dibutuhkan di soal. Dengan demikian siswa
melaksanakan proses perhitungan sesuai dengan rencana yang telah
disusunnya, dilengkapi pula dengan segala macam data dan informasi yang
diperlukan.
d) Memeriksa kembali ( Looking back )
Pada tahap ini siswa harus berusaha mengecek ulang dan menelaah
kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang dilakukan. Siswa
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 10/19
16
menmeriksa kebenaran hasil peritungan yang telah dikerjakannya, serta
mengecek sistematika dan tahap-tahap penyelesainnya.
Berdasarkan uraian di atas, pemecahan masalah matematika dalam
penelitian ini adalah serangkaian proses mengidentifikasi dan menganalisa
informasi serta perhitungan yang meliputi kegiatan memahami masalah,
merancang rencana penyelesaian, melaksanakan rencana dan memeriksa
kembali.
5. Gender dalam Pemecahan Masalah Matematika
Gender dalam Kamus Bahasa Inggris (Echols and Sadhily, 1996)
diartikan sebagai jenis kelamin. Namun, istilah gender ini tidak secara jelas
membedakan antara kata sex dan gender . Santrock dalam Fajari (2013)
mengatakan bahwa secara umum perbedaan jenis kelamin ( sex) berdasarkan
pada perbedaan yang tampak secara biologis antara laki-laki dan perempuan.
Sedangkan gender adalah konsep kultural yang membuat perbedaan dalam
hal bagaimana perempuan dan laki-laki bertindak, berpikir, berperilaku, dan
emosionalnya dalam masyarakat. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (Sunarya, 2013) mendefinisikan gender sebagai peran,
atribut, sikap, dan tindakan, atau perilaku yang tumbuh dan berkembang
dalam diri masyarakat perempuan dan laki-laki.
Jenis kelamin seseorang bersifat jelas dan abadi, sedangkan peran
gender bersifat dinamis dan dapat berubah antar waktu. Hal ini disebabkan
oleh perlakuan berbeda yang diterima oleh anak laki-laki maupun perempuan
sejak lahir sampai perkembangan mereka selanjutnya. Kondisi sosial dan
lingkungan setempat turut mempengaruhi aspek non biologis seperti tindakan,
berpikir, perilaku, dan emosi pada diri anak laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu aspek
non biologis yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Menurut
Bruynde et al. (dalam Fauzain, 2014) gender bisa diartikan sebagai ide dan
harapan dalam arti yang luas yang bisa ditukarkan antara laki-laki dan
perempuan, ide tentang karakter femini dan makulin, kemampuan dan
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 11/19
17
harapan tentang bagaimana seharusya laki-laki dan perempuan berperilaku
dalam berbagai situasi. Ide-ide ini disosialisasikan lewat perantara keluarga,
teman, agama dan media. Lewat perantara-perantara ini, gender terefleksikan
ke dalam peran-peran, status sosial, kekuasaan politik dan ekonomi antara
laki-laki dan perempuan.
Dalam aktivitas pemecahan masalah matematika tidak terlepas dari
hasil pemikiran antara siswa perempuan dan laki-laki. Dalam membuat
rencana, memutuskan dan memikirkan langkah yang diambil selanjutnya,
siswa laki-laki dan perempuan mempunyai jalan yang berbeda-beda.
Gallagher, et al. (2000) menjelaskan bahwa perbedaan nyata dari gender
terdapat pada pola keberhasilan dan strategi yang digunakan. Siswa
perempuan lebih mungkin mengerjakan dengan benar dalam memecahkan
masalah konvensional menggunakan strategi algoritmik. Sedangkan siswa
laki-laki lebih mungkin mengerjakan dengan benar dalam memecahkan
masalah non konvensional menggunaan estimasi logis atau logika dan
pemahaman.
Perbedaan mendasar juga terlihat dari hasil observasi Elliott, et al.
(1999) yaitu pada kemampuan matematika dan kemampuan spasial, siswa
laki-laki mulai dapat mendemonstrasikan hasilnya pada saat memasuki
sekolah menengah daripada perempuan. Kemudian pada kemampuan verbal,
siswa perempuan lebih akurat dan mendetail, namun siswa laki-laki juga
kritis dalam dalam berbagai penafsiran. Dewanti (2008) mengatakan hal yang
sama yaitu perempuan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan pria
pada kemampuan verbal. Sedangkan laki-laki memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan wanita pada kecakapan penalaran matematika dan visual-
spasial . Kecakapan visual spasial diperlukan untuk tugas seperti
mengkonseptualisasikan bagaimana suatu benda di dalam ruang terlihat dari
sudut pandang yang berbeda dan membaca peta. Berdasarkan hal itu, anak
laki-laki dinilai berprestasi lebih baik daripada anak perempuan dalam hal
matematika. Keyakinan tersebut dikatakan oleh Summers (Pierce, 2012)
bahwa siswa laki-laki memiliki kemampuan bawaan untuk berhasil dalam
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 12/19
18
matematika. Lebih lanjut Orhun (Pierce, 2012) menemukan bahwa laki-laki
lebih percaya diri tentang kemampuan matematika mereka dan juga
menemukan bahwa perempuan sering meragukan pekerjaan dan pengalaman
serta memiliki kecemasan terhadap matematika lebih banyak daripada laki-
laki. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan antara perempuan dan laki-laki
(Kartono, 1989) dimana perempuan tertuju pada hal-hal yang bersifat konkrit,
praktis, emotional, dan personal, sedangkan laki-laki lebih mengarah pada
hal-hal yang bersifat abstrak, objektif dan intelektual.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan gender dalam pemecahan
masalah matematika adalah ide dan harapan yang bisa ditukarkan antara laki-
laki dan perempuan berdasarkan aspek kondisi sosial, mental, sikap, tindakan,
perilaku, karakteristik kemampuan berpikir dan aspek non biologis lain yang
dimiliki dalam mencari penyelesaian masalah matematika.
6. Aktivitas Metakognisi dalam Pemecahan Masalah Matematika
Kesuksesan seseorang dalam memecahkan masalah bergantung pada
kesadarannya tentang apa yang mereka ketahui dan bagaimana dia
melakukannya. Hal tersebut dinamakan metakognisi. Metakognisi menurut
Flavell (Suryana, et al., 2006) adalah kesadaran seseorang tentang bagaimana
ia belajar, menilai kesukaran sesuatu masalah, mengamati tingkat pemahaman
dirinya, menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, dan
menilai kemajuan belajar diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa
metakognisi memiliki peran penting dalam pemecahan masalah. Dengan
demikian perlu kesadaran tentang pengetahuan metakognitif untuk
mengaturnya. Anderson & Krathwohl (2001) mengatakan bahwa
pengetahuan metakognitif sejajar dengan pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual dan pengetahuan prosedural. Hal ini dapat diartikan bahwa selama
proses aplikasi tiga unsur pengetahuan yang lain, pengetahuan metakognitif
selalu muncul sebagai pengontrol. Pengetahuan metakognitif meliputi
pengetahuan strategi, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif dan
pengetahuan diri.
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 13/19
19
Menurut Risnanosanti (2008) kemampuan metakognisi dalam proses
belajar pemecahan masalah adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol
proses belajarnya, mulai dari tahap perencanaan, memilih strategi yang tepat
sesuai masalah yang dihadapi, kemudian memonitor kemajuan dalam belajar
dan secara bersamaan mengoreksi jika ada kesalahan yang terjadi selama
memahami konsep, menganalisis keefektifan dari strategi yang dipilih.
Selanjutnya melakukan refleksi berupa mengubah kebiasaan belajar dan
strateginya jika diperlukan, apabila hal itu dipandang tidak cocok lagi dengan
kebutuhan lingkungannya. Hal ini berarti mengetahui dan menyadari
bagaimana belajar dan mengetahui strategi kerja mana yang sesuai
merupakan suatu kemampuan yang sangat berharga.
Berdasarkan Goos et al. (2000), ketika setiap tahapan pemecahan
masalah dilalui, siswa merumuskan dan menjawab sekumpulan pertanyaan
metakognitif untuk diri sendiri. Pertanyaan dirancang untuk membantu siswa
agar menyadari proses pemecahan masalah yang ditempuhnya dan dapat
mengatur sendiri kemajuan dalam proses pemecahan masalah tersebut.
Selanjutnya siswa mengemukakan pernyataan tentang kesadaran
memecahkan masalah. Pernyataan dikemukakan untuk mengungkapkan
pengaturan kegiatan berpikir dan keyakinan terhadap proses pemecahan
masalah. Sehubungan dengan hal tersebut, Blakey and Spence (dalam Toit,
2009) mengatakan bahwa merumuskan pertanyaan dan mengemukakan
pernyataan saat proses pemecahan masalah membantu mengidentifikasi
seberapa baik kemampuan berpikir siswa.
Salah satu contoh proses pemecahan masalah dalam matematika adalah
tahapan pemecahan masalah menurut Polya (1973 : xvi) yaitu: (1) memahami
masalah (understanding the problem), (2) merancang rencana penyelesaian
(devising a plan), (3) melaksanakan rencana (carrying out the plan), dan (4)
melihat kembali (looking back ). Langkah-langkah pemecahan masalah oleh
Polya tersebut menurut Anggo (2011) memberikan dampak yang cukup
penting terhadap pengaturan kegiatan kognitif dalam pemecahan masalah.
Kramarski and Mevarech (2003) juga mengatakan bahwa kemampuan
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 14/19
20
metakognisi dapat dikembangkan melalui pelatihan metakognitif berdasarkan
pendekatan Polya dalam memecahkan masalah matematika.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
metakognisi dalam pemecahan masalah matematika adalah kegiatan
mengendalikan, mempertimbangkan, dan mengontrol kegiatan kognitif yang
meliputi tiga aspek pengetahuan metakognitif dalam serangkaian proses
mengidentifikasi masalah, menganalisa informasi, dan melakukan
perhitungan.
Berkaitan dengan aktivitas metakognisi dalam pemecahan masalah
matematika, terdapat indikator-indikator petunjuk yang dibuat dalam
penelitian ini. Hal ini berdasarkan pada kategori pengetahuan dalam
metakognisi yang disebutkan oleh Anderson and Krathwohl (2001) dan
karakteristik pemecahan masalah menurut Polya (1973). Pembuatan indikator
dimaksudkan untuk mempermudah pengidentifikasian metakognisi pada
kegiatan pemecahan masalah. Adapun indikator aktivitas metakognisi dalam
pemecahan masalah matematika sebagai berikut.
1.
Pengetahuan strategi
Unsur yang diidentifikasi Kegiatan
Strategi membacaMemahami dan membaca materi,Membaca soal yang diberikan
Strategi menulis Menulis permulaan
Rehearsal Mengulang kata-kata atau istilah saat berbicara
Elaboration
MerangkumMemparafraseMemilih ide pokok seperti hal yang diketahui atautujuan soal
Organizational
MenguraikanMenggambarkanMembuat peta konsepMengubah suatu bentuk ke bentuk yang lain.Mengubah ide pokok ke dalam suatu perhitungan
Merencanakan kegiatan
kognitif
Menetapkan tujuan
MemonitorBertanya pada diri sendiriMembaca sebagian teksMemeriksa jawaban
MengontrolMembaca kembali bagian yang tidak dimengertiMemeriksa kembali
Memperbaiki kesalahan
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 15/19
21
2. Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif
Unsur yang diidentifikasi Kegiatan
Pengetahuan KondisionalPengungkapan alasan menggunakan langkah-langkah penyelesaian
Pengetahuan ProseduralPenggunaan algoritma, teknik-teknik dan metode-metode yang digambarkan dalam rangkaian
langkah-langkah
3. Pengetahuan Diri
Unsur yang diidentifikasi Kegiatan
Kesadaran Pengungkapan kesadaran terhadap kesulitanyang dihadapi
Pengungkapan kesadaran saat tahu dan tidak
tahu sesuatu
Keyakinan Pengungkapan keyakinan akan keberhasilan
tujuan penyelesaian
Pengungkapan keyakinan terhadap tujuan
yang diambil
Keyakinan diri tentang tidak adanya
kesalahan dalam perhitungan
*diadaptasi dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing : A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Anderson, L.W.and Krathwohl, D.R. 2001. New York : Addison Wesley Longman, Inc.
B. Penelitian yang Relevan
Terkait dengan aktivitas metakognisi, terdapat beberapa penelitian
yang serupa dengan penelitian ini. Penelitian Iswahyudi (2012) melihat
aktivitas metakognisi berdasarkan kesadaran tentang kognisi (awareness
about cognition) dan kontrol atau pengaturan proses kognisi (control or
regulation of cognition process). Subyek dari penelitian tersebut adalah
mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret
dengan syarat mahasiswa tersebut telah mengambil mata kuliah Analisis Real
I. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa setiap tahap pemecahan
masalah Polya, mahasiswa berkemampuan tinggi baik laki-laki maupun
perempuan memiliki keterlaksanaan metakognisi yang sangat lengkap. Begitu
pula dengan mahasiswa berkemampuan rendah, kelengkapan aktivitas
metakognisinya juga rendah.
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 16/19
22
Penelitian Anggo (2011) melihat metakognisi dalam pemecahan
masalah berdasarkan tiga aspek yaitu planning , monitoring , dan reflection.
Subyek dari penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan Matematika
Universitas Haluoleo Kendari. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
(1) proses metakognisi dalam memecahkan masalah matematika kontekstual
lebih dinamis dan frekuensi pelaksanaan kegiatan metakognitif lebih tinggi
daripada dalam memecahkan masalah matematika formal, (2) perbedaan ini
terlihat lebih tinggi pada subjek dari kelompok mahasiswa berkemampuan
tinggi, dan untuk subjek dari kelompok mahasiswa berkemampuan rendah
hanya ada sedikit perbedaan.
Persamaan dari beberapa penelitian di atas terhadap penelitian yang
dilakukan oleh peneliti adalah mengenai aktivitas metakognisi dalam
pemecahan masalah matematika. Perbedaan dari penelitian ini adalah
aktivitas metakognisi dalam pemecahan masalah yang dilihat meliputi tiga
pengetahuan metakognitif menurut Anderson and Krathwohl (2001) yaitu :
pengetahuan strategi, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, dan
pengetahuan diri. Subjek yang diambil untuk penelitian ini adalah siswa
perempuan maupun siswa laki-laki kelas VII SMP dengan masalah
matematika yang digunakan adalah materi bilangan yang terkait dengan
operasi hitung bilangan bulat.
C. Kerangka Berpikir
Aktivitas metakognisi adalah pengaturan kegiatan kognitif secara
sadar dalam menyelesaikan suatu masalah matematika. Metakognisi
berfungsi untuk mengatur dan mengotrol secara sadar pengetahuan yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah. Apabila siswa memanfaatkan
metakognisinya dalam menyelesaikan masalah, maka siswa dapat
mengendalikan diri dalam memilih sesuatu yang berguna atau menghindari
hal-hal yang tidak diperlukan dalam memecahkan masalah.
Aktivitas metakognisi dalam pemecahan masalah meliputi tiga
pengetahuan metakognitif menurut Anderson and Krathwohl (2001) yaitu :
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 17/19
23
pengetahuan strategi, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, dan
pengetahuan diri. Pengetahuan strategi adalah pengetahuan tentang strategi
umum. Saat menghadapi masalah matematika siswa menggunakan beberapa
strategi untuk menyelesaikannya. Terdapat berbagai strategi membaca soal
dan menulis sebagai cara siswa dalam memahami masalah. Selanjutnya siswa
menggunakan strategi rehearsal , elaboration, dan organizational dalam
proses pemecahan masalah. Selain itu siswa melakukan strategi metakognitif
lain untuk merencanakan, memonitor, dan mengontrol kegiatan kognitif.
Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif adalah pengetahuan tentang
kapan menggunakan strategi pemecahan masalah pada kondisi dan konteks
yang tepat. Siswa menggunakan dua pengetahuan sebagai pengenalan tugas-
tugas kognitif yaitu pengetahuan prosedural dan pengetahuan kondisional.
Pengetahuan diri meliputi pengetahuan tentang kelebihan dan kelemahan
seseorang dalam kegiatan kognisi dan pembelajaran. Pengetahuan ini
termasuk kesadaran dan keyakinan siswa terhadap pengetahuan kognitif yang
dimiliki, proses pemecahan masalah yang dikerjakan, dan
kelemahan/kelebihan dalam memecahkan masalah.
Aktivitas metakognisi dalam pemecahan masalah matematika
diidentifikasi berdasarkan tahapan pemecahan masalah menurut Polya (1973)
yaitu: memahami masalah, menentukan rencana, melaksanakan rencana, dan
memeriksa kembali. Tahapan pemecahan masalah yang sistematis tersebut
akan memberikan gambaran yang jelas mengenai tiga tipe pada aktivitas
metakognisi.
Terdapat ide dan harapan yang bisa ditukarkan antara laki-laki dan
perempuan berdasarkan aspek kondisi sosial, mental, sikap, tindakan,
perilaku, karakteristik kemampuan berpikir dan aspek non biologis lain yang
dimiliki dalam mencari penyelesaian masalah matematika. Hal ini
dimungkinkan terdapat aktivitas metakognisi yang sama pada siswa laki-laki
maupun perempuan berdasarkan aspek-aspek tersebut namun tidak menutup
kemungkinan adanya perbedaan. Sehubungan dengan hal tersebut, aktivitas
metakognisi pada saat memecahkan masalah matematika antara siswa laki-
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 18/19
24
laki dan perempuan dimungkinkan mempunyai ciri-ciri yang sesuai dengan
karakter masing-masing.
Peneliti melihat aktivitas metakognisi dalam pemecahan masalah
matematika di lapangan menggunakan teori Anderson and Krathwohl (2001).
Teori tersebut ditinjau berdasarkan perbedaan karakteristik, sifat dan
kemampuan pemecahan masalah antara siswa perempuan dan laki-laki.
Penelitian ini diharapkan tidak hanya mengungkap dan mendeskripsikan
aktivitas metakognisi dalam pemecahan masalah matematika, tetapi juga
mampu mengungkap hal-hal baru yang terkait. Pengumpulan data dilakukan
dengan memberikan tes pemecahan masalah pada kegiatan think aloud .
Peneliti memberikan tes pemecahan masalah I dan tes pemecahan masalah II
dalam kurun waktu yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data
yang valid. Tes pemecahan masalah dibuat identik mengenai operasi hitung
bilangan bulat.
Dalam penelitian ini aktivitas metakognisi dalam proses pemecahan
masalah matematika diidentifikasi melalui kegiatan think aloud . Kegiatan
think aloud direkam menggunakan alat perekam, kemudian dibuat transkripsi
kegiatan think aloud yaitu think aloud protokol berdasarkan rekaman yang
diperoleh. Selanjutnya dibuat catatan lapangan berdasarkan situasi kegiatan
think aloud berlangsung. Transkripsi tersebut direduksi dengan
mengidentifikasi pertanyaan dan pernyataan siswa dalam proses memecahkan
masalah matematika ke dalam kategori pengetahuan metakognitif yaitu :
pengetahuan strategi, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, dan
pengetahuan diri. Namun sebelumnya, transkripsi membedakan tahapan
kegiatan think aloud ke dalam empat tahapan pemecahan masalah yaitu
memahami masalah, merancang rencana penyelesaian, melaksanakan rencana,
dan memeriksa kembali. Selanjutnya transkripsi yang telah dibedakan ke
dalam kategori dan tahapan pemecahan masalah dianalisis dengan cara
reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Analisis data juga
dilakukan dengan melihat catatan lapangan dan hasil pekerjaan siswa untuk
memperkuat atau mendukung data transkipsi.
7/23/2019 Gender Uns fsf s fssssssssef s sef s sf sefsef s fsf
http://slidepdf.com/reader/full/gender-uns-fsf-s-fssssssssef-s-sef-s-sf-sefsef-s-fsf 19/19
25
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat diketahui bagaimana
aktivitas metakognisi siswa dalam pemecahan masalah matematika yang
terkait operasi hitung bilangan bulat ditinjau dari gender. Dengan mengetahui
aktivitas metakognisi siswa maka seorang guru akan mengetahui karakteristik
masing-masing siswa.