Post on 11-Jan-2016
description
GCG Roadmap2010-2015
Agenda
1. Pendahuluan2. Kondisi Sekarang3. Agenda Penerapan GCG4. Strategi Pencapaian5. Penutup
3
Inti Permasalahan Etika dan Perilaku, Bad Governance, Law
Enforcement;Quick win: Perlu membangun sistem yang dapat
merubah etika dan perilaku;Untuk Indonesia, pendekatan awal melalui
dorongan peraturan, tanpa harus mengabaikan dorongan pasar dan etika;
Perlu penelitian porsi yang tepat apa yang menjadi bagian pengaturan, mekanisme pasar, dan edukasi etika dan perilaku.
Delapan Isu Strategis Pembenahan Governance
Penerapan GCG pada dunia usaha Reformasi birokrasi pelayanan publik;
Pencegahan & pembrantasan korupsi/suap; Peraturan perundangan & penegakannya;
Reformasi sistem peradilan; Governance otonomi daerah;
Etika & perilaku penyelenggara negara; Governance partai politik;
Membangun Roadmap• Pembenahan CG dunia usaha sangat terkait dengan isu-isu
strategis lainnya.• Pendekatan harus holistik mencakup semua isu strategis; • Petakan kondisi saat ini dan targetkan pencapaian pada akhir
tahun 2015 untuk setiap isu;• Susun Roadmap GCG untuk mencapai target berdasarkan
pendekatan sistem pareto;• Pilih program ‘Quick Win’ pencapaian target jangka pendek;• Solusi harus menyentuh akar masalah yakni etika (benturan
kepentingan), governance, dan law enforcement.• Jika tidak menyentuh akar masalah, persoalan tidak akan
pernah tuntas terselesaikan.
• Pemahaman terhadap konsep Corporate Governance (CG) dapat dibagi dalam empat kelompok besar. – Kelompok pertama: CG merupakan sistem untuk
mengarahkan bisnis perusahaan. – Kelompok kedua: CG merupakan suatu mekanisme
untuk melindungi investor minoritas terhadap tindakan-tindakan pengambilalihan yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang mengendalikan perusahaan.
– Kelompok ketiga: CG terkait dengan proses dan struktur yang terdapat di dalam organisasi perusahaan.
– Kelompok keempat: CG terkait dengan hubungan di antara berbagai partisipan (pemangku kepentingan atau stakeholder) dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan.
Pendahuluan
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai sistem yang terdiri atas proses dan struktur (mekanisme) yang dikoordinasikan untuk mengarahkan dan mengendalikan bisnis perusahaan, sehingga jalannya bisnis perusahaan tidak menyebabkan kepentingan masing-masing partisipan (stakeholder) terganggu.
• Proses digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan aktivitas-aktivitas bisnis yang direncanakan, dalam rangka mencapai tujuan perusahaan, menyelaraskan perilaku perusahaan dengan ekspektasi dari masyarakat serta mempertahankan akuntabilitas perusahaan kepada pemegang saham.
• Struktur akan menspesifikasikan pendistribusian hak-hak dan tanggung jawab di antara berbagai partisipan dalam perusahaan seperti dewan komisaris, direksi, manajer, pemegang saham serta stakeholder lainnya dan menyelaraskan aturan-aturan maupun prosedur-prosedur untuk pengambilan kebijakan perusahaan.
Pendahuluan
• Terdapat beberapa versi yang menyangkut prinsip-prinsip CG, namun pada dasarnya prinsip-prinsip tersebut mempunyai banyak kesamaan;
• Menurut laporan Cadbury, 1992 prinsip utama CG adalah keterbukaan, integritas dan akuntabilitas;
• Organization for Economic Corporation and Development (OECD) telah mengembangkan seperangkat prinsip good corporate governance yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi di masing-masing negara
Pendahuluan
• Prinsip-prinsip dasar dari OECD adalah: Fairness, Transparency, Accountability & Responsibility yang mencakup 5 aspek:–Perlindungan hak-hak pemegang saham, –Perlakuan adil terhadap seluruh pemegang saham, –Peranan stakeholders dalam corporate goveranance,–Keterbukaan dan transparansi, –Peranan board didalam perusahaan.Sesuai Pedoman GCG yang diterbitkan KNKG, untuk kondisi Indonesia, asas yang dibutuhkan adalah: Transparansi,Akuntabilitas,Responsibilitas,Independesiserta Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness).
Pendahuluan
© Leo J.Susilo 11
Ruang lingkup berbagai pedoman penerapan GCG:
Pedoman Umum GCG (GCG Manual); Pedoman Direksi dan Dewan Komisaris (Board Manual); Piagam Komite-komite Dewan Komisaris (Committees’
Charters); Pedoman Auditor Internal (Internal Audit Charter); Pedoman Etika Perusahaan (Code of Conducts); Berbagai pedoman lainnya yang dianggap perlu karena
keunikan bisnis perusahaan.
Pendahuluan
Pendahuluan• Pengertian penerapan GCG terkait dengan sasaran pada 3
aspek yaitu:– Peningkatan kinerja perusahaan (performance);– Kepatuhan pada peraturan perundangan yang berlaku (compliance),
dan;– Kesesuaian pada norma dan etika masyarakat (conformance)
• Ketiga hal di atas harus dilaksanakan bersamaan dan secara proporsional, sesuai dengan tuntutan pasar (performance), regulator (compliance) dan juga masyarakat luas (conformance).
Pendahuluan
CITA-CITA
KINI• Lingkungan makro• Lingkungan mikro• Pemahaman pengusaha
BAGAIMANA:• Grand Strategy ORGANIZATION• Functional Initiatives
CITA-CITA:• Situasi kondusif untuk
investasi;• Lingkungan usaha yg etis &
bertanggung jawab;• Ketahanan ekonomi nasional.
PENDEKATAN PENYUSUNAN ROADMAP GCG
GCG ENFORCEMENT
Private Sector Enforcement
Public Sector Enforcement
Internal Enforcement
INVESTOR / PEMEGANG
SAHAM /RUPS
DEWAN KOMISARIS,
KOMITE AUDIT & KOMITE LAINNYA
DIREKSI , INTERNAL AUDIT DAN MANAJEMEN
KARYAWAN
PEMERINTAH PUSAT & DAERAH
REGULATOR
AUDITOR EKSTERNAL
PASAR MODAL
KREDITOR & PEMASOK
MEDIA MASSA
KEKUATAN PASAR
SERIKAT PEKERJA
INSTITUSI PELAYANAN PUBLIK LAIN
ASOSIASIINDUSTRI
Kondisi Sekarang
No Country 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2007
1. Singapore 75 74 74 77 75 70 652. Hongkong 71 68 72 73 67 69 673. India 56 54 59 66 62 61 564. Malaysia 32 37 47 55 60 56 495. Korea 52 38 47 55 58 52 496. Taiwan 57 55 58 58 55 50 547. Thailand 28 37 38 46 53 50 478. Philippine 29 33 36 37 50 46 419. China 36 34 39 43 48 44 45
10. Indonesia 29 32 29 32 40 37 37
GCG Perception Index in Asia
Kondisi SekarangPolitical & Economic Risk Consultancy (PERC) – Hongkong 2006
The Trend of Corruption in Asia over the Past Decade
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Singapore 1.05 1.43 1.55 0.71 0.83 0.9 0.38 0.5 0.65 1.3
Japan 4.6 5 4.25 3.9 2.5 3.25 4.5 3 3.46 3.01
Hong Kong 3.03 2.74 4.06 2.49 3.77 3.33 3.61 3.6 3.5 3.13
Macao N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A 4.78
South Korea 7.71 7.12 8.2 8.33 7 5.75 5.5 6.67 6.5 5.44
Taiwan 5.96 5.2 6.92 6.89 6 5.83 6.33 6.1 6.15 5.91
Malaysia 5.8 5.38 7.5 5.5 6 5.71 6 7.33 6.8 6.13
India 8.2 7.4 9.17 9.5 9.25 9.17 9.3 8.9 8.63 6.76
China 8.06 6.97 9 9.11 7.88 7 8.33 7.48 7.68 7.58
Thailand 7.49 8.29 7.57 8.2 8.55 8.89 8.75 7.8 7.2 7.64
Philippines 6.5 7.17 6.71 8.67 9 8 7.67 8.33 8.8 7.8
Vietnam 8 8.25 8.5 9.2 9.75 8.25 8.83 8.71 8.65 7.91
Indonesia 8.67 8.95 9.91 9.88 9.67 9.92 9.33 9.25 9.1 8.16
Scoring: 0 no corruption; 10 the most corrupt
Kondisi SekarangTransparency International – Corruption Perception Index
1 2 3 4 50
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2.4 2.3
2004 2005 2006 2007 2008
2.02.2
2.6
Score persepsi indeks korupsi Indonesia selama 5 tahun terakhir menurut Transparency International. Score 0 paling korup, dan 10 paling tidak korup
PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA SEBERAPA CEPAT?
1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0
Berapa Target IPK Indonesia Tahun 2010?
A?B?C?D? atau E?
Malaysia, Tunisia
SingapuraFinlandia9.7
9.3
5.0
1.7 1.7 1.7 1.9 1.9 2.0Indonesia
A: 4.0 (2004: Latvia, Slovakia)B: 3.6 (2004: Ghana, Mexico, Thailand)C: 3.5 (2004: Kroasia, Peru, Srilanka, Polandia)D: 3.0 (2004: Mongolia, Senegal)E: 2.5 (2004: Albania, Argentina, Lybia, Pakistan)
Kondisi Sekarang
Kondisi penerapan GCG : Internal enforcement
19
Pemahaman penerapan GCG: Hanya semata-mata mengejar keuntungan; Hanya semata-mata pelaksanaan kepatuhan Penerapan Etika Bisnis masih merupakan wacana;
Penerapan GCG belum terasa mendesak, atau masih dapat ditunda;
Masih banyak perusahaan dan asosiasi industri yang belum faham betul apa, mengapa dan bagaimana GCG.
Kondisi Sekarang
Kesadaran dan penghargaan para pelaku pasar terhadap penerapan GCG masih rendah.
Dampak dari rendahnya kesadaran internal enforcement dari masing-masing perusahaan tercermin pada kesadaran pasar atas penerapan GCG Dampak pasar rating CGPI (Corporate Governance
Perception Index) belum “terasa” Jumlah peserta CGPI yang “stagnan” Dampak pasar rating ARA (Annual Report Award) juga
masih serupa
Kondisi penerapan GCG : Market enforcement
Kondisi Sekarang
21
Kondisi penerapan GCG : Market enforcement
Masih belum terdapat tuntutan pasar yang tinggi terhadap integritas dan transparansi pelaporan. Semua ini masih mengandalkan peran regulator;
Aturan atau standard internal semacam code of conduct, masih belum menjadi kebiasaan, bila sudah ada, sering kali tidak dilengkapi dengan mekanisme penegakannya secara tegas dan jelas;
Secara umum market enforcement GCG masih sangat lemah.
Kondisi Sekarang
Kondisi penerapan GCG : Public enforcement
22
Di luar perbankan belum ada peraturan perundangan yang mewajibkan penerapan GCG secara tegas.
Belum optimalnya lembaga yang secara konsisten mengawasi penerapan GCG dengan batasan yurisdiksi yang jelas untuk setiap sektor industri ataupun bentuk usaha.;
Belum efektifnya proses pemantauan yang transparan terhadap penerapan GCG dan juga mekanisme penegakannya.
Kondisi SekarangKondisi penerapan GCG : Public enforcement
Contoh kejelasan public enforcement di sektor perbankan: UU No. 7/1992 . No. 10/1998 tentang Perbankan; Peraturan:
PBI No. 8/14 th 2006 tentang Penerapan GCG pada Bank Umum;
SEBI No.9/12 th 2007 tentang Self-Assessment dan Pelaporan Berkala Penerapan GCG pada Bank
Otoritas pengawasan: Bank Indonesia; Sanksi pelanggaran: tercantum dengan jelas dalam Undang-
undang dan peraturan Bank Indonesia.
Kondisi Sekarang
Kondisi penerapan GCG : Public enforcement
24
Aspek lain public enforcement yang kurang menunjang penerapan GCG: Pemahaman peran penerapan GCG dalam membangun ketahanan
ekonomi nasional yang masih kurang di kalangan birokrasi baik di pusat maupun di daerah;
Rendahnya kemampuan pelayanan publik, khususnya dalam pengurusan perijinan;
Masih tingginya pungli dan persepsi korupsi di Indonesia, serta mekanisme kerja birokrasi yang masih belum sederhana;
Kepastian hukum, dan transparansi peraturan yang belum sesuai dengan kebutuhan pasar.
Agenda Penerapan GCGCita-cita normatif kualitatif:
Terciptanya situasi yang kondusif untuk investasi: Kepastian hukum dan transparansi peraturan; Pelayanan publik dengan didukung birokrasi yang efisien dan
responsif; Terciptanya lingkungan usaha yang etis dan bertanggung
jawab: GCG sudah menjadi bagian dari “budaya” perusahaan; Penerapan etika bisnis sudah menjadi keseharian praktik bisnis; Integritas dan transparansi laporan keuangan sudah menjadi
norma umum. Meningkatnya ketahanan perekonomian nasional secara
keseluruhan.
Agenda Penerapan GCGSasaran 2015:
Sasaran jangka panjang: Terciptanya situasi yang kondusif untuk investasi: Dijabarkan menjadi sasaran 2015: Mendorong reformasi birokrasi melalui penerbitan UU Kode Etik
Penyelenggara Negara dan pelaksanaan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
Penguatan struktur KPK dan Tipikor serta peningkatan peran dan struktur Ombudsman keseluruh provinsi;
Mendorong terbitnya UU tentang Whistle Blowing; Mendorong pencapaian indeks persepsi korupsi TI dari nilai 2.6
pada 2008 menjadi nilai 6 pada 2015.
Agenda Penerapan GCGSasaran kuantitatif 2015:
Sasaran jangka panjang: Terciptanya lingkungan usaha yang etis dan bertanggung
jawab: Dijabarkan menjadi sasaran 2015: Terlaksananya penyusunan, publikasi dan sosialisasi pedoman etika bisnis bagi
para pengusaha Indonesia dan penerapan Pakta Integritas secara konsisten di kalangan pelaku usaha;
Terlaksananya ketentuan yang mengharuskan pelaporan penerapan GCG secara bertahap baik melalui self-assessment maupun assessment oleh pihak ketiga pada industri yang terdaftar di pasar modal, industri keuangan, sumber daya alam, dan BUMN serta penerbitan GCG Sectoral Code.
penerapan GCG pada peringkat penilaian ACGA (Association of Corporate Governance in Asia) dari nilai 37 pada tahun 2007 menjadi nilai 45 pada 2015. Semua perusahaan anggota pengurus KADIN, KADINDA dan Asosiasi Industri telah menerapkan GCG.
Agenda Penerapan GCGSasaran 2015:
Sasaran jangka panjang: Meningkatnya ketahanan perekonomian nasional secara
keseluruhan. Dijabarkan menjadi sasaran 2015: Menjadikan KADIN dan Asosiasi Industri sebagai mitra proaktif
pemerintah dalam setiap perumusan kebijakan ekonomi melalui monitoring, kajian, komunikasi berkala dan usulan perumusan kebijakan yang diperlukan;
Sasaran di atas masih perlu dikuantifisir sesuai kemampuan KADIN dan Asosiasi Industri.
RENSTRA KAJANG BTP 2003-2015
Koperasi BUMS
BUMN
ASOSI-ASI
HIMPUNANPilar lembaga Internasional
Pilar Dunia Pendidikan
Pilar Masyarakat
SipilPilar Media
Massa
Pilar Kepolisian
Pilar LSM
Pilar Parpol
Pilar Auditor Negara Pilar
Kejaksaan Agung
Pilar Mahkamah
Agung
Pilar Eksekutif
Pilar Legilslatif
2003-2004KAMPANYE NASIONAL ANTI SUAP
(TAHAP SOSIALISASI)
KADINDA
INDONESIA 2002Dalam Peringkat Dunia:1. Peringkat Daya Saing ke 49
dari 49 negara2. Peringkat pengembangan
SDM, ke 102 dari 120 negara (indeks SDM = 0.677)
3. Pendapatan perkapita = US$ 700
4. Indeks Persepsi korupsi (IPK) 1,9 = urut paling korup ke 96 dari 102 negara
2005-2015GERAKAN NASIONAL ANTI SUAP
(TAHAP IMPLEMENTASI)
INDONESIAYANG BTP
BERSIH TRANSPARAN PROFESIONAL
TARGET BTP 2015
Dalam peringkat dunia:1. Peringkat Daya Saing,
ke 20 dari 49 negara (=Norwegia 2001)
2. Peringkat Pengembangan SDM, ke-50 dari 120 negara (= latvia 2001, indeks SDM 0.791)
3. Pendapatan per Kapita = US$ 9000
4. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 6.0 = urutan korup ke 27 dari 102 negara (= posisi Slovenia 2002)
Masukan dari dan ajakan kepada pilar-pilar lain
Elemen-elemen bangsa Bersinergi Secara Kondusif Memerangi Suap Masyarak
at Sipil Anti Suap
Dunia Pendidikan Anti Suap
Dunia Usaha Anti
Suap
Legislatif/ Anti Suap
Eksekutif Anti Suap
Mahkamah Agung Anti
Suap
Kejaksaan Agung Anti
Suap
Auditor Negara Anti
Suap
PARPOL Anti Suap
Media Massa Anti
Suap
Polisi Anti Suap
LSM Anti Suap
BTP Tahap 2
BTP Tahap 3
Pilar Dunia Usaha Tanpa
Suap
Agenda Penerapan GCGSasaran kuantitatif jangka panjang:
Mendorong pencapaian indeks persepsi korupsi TI menjadi 7,5 pada tahun 2030;
Nilai pencapaian penerapan GCG pada peringkat penilaian ACGA menjadi nilai 55 pada th 2020; nilai 70 pada th. 2025 dan nilai 75 pada th. 2030
Penerapan GCG pada masing-masing sektor Industri minimal mencapai 10% pada th. 2020; mencapai 15% pada th. 2025 dan mencapai 20% pada th. 2030. Pencapaian ini ditandai dengan telah dilakukannya self-assessment.
Strategi PencapaianPendekatan yang digunakan:
ROADMAP GCG KADIN MASALAH
SUMBER MASALAH
KEMUNGKINAN
SASARANPENERAPAN
GCG
DAMPAK
Melakukan identifikasi terhadap hal-hal yang dapat menggagalkan tercapainya sasaran penerapan Roadmap GCG KADIN dan melakukan mitigasi terhadap hal-hal tersebut, khususnya terhadap sumber masalah tersebut
Strategi PencapaianPendekatan yang digunakan:
INTERNAL ENFORCEMENT
PRIVATE ENFORCEMENT
PUBLIC ENFORCEMENT
SASARANPENERAPAN GCG
Identifikasi kesenjangan antara kondisi KINI dengan CITA-CITA; Rumuskan kegiatan pencapaian melalui tiga jalur enforcement yaitu
internal, private sector dan public sector; Identifikasi hal-hal yang dapat menggagalkan pelaksanaan
enforcement tersebut; Lakukan mitigasi atas hal-hal tersebut.
Strategi PencapaianPendekatan yang digunakan:
No Enforcement Masalah
1. Internal Direksi dan Dewan Komisaris tidak yakin penerapan GCG bermanfaat dan menguntungkan perusahaan;
Tidak terdapat sanksi dan insentif penerapannya baik di sektor swasta maupun sektor publik
2. Sektor Swasta • Masih banyak Asosiasi Industri yang belum faham apa, mengapa dan bagaimana GCG itu;
• Tidak ada aturan dan sanksi dari pengawas pasar (KPPU, Bapepam-LK, SRO) terhadap penegakan penerapan GCG;
• Masih kurang dipahami manfaat GCG dalam mewujudkan pelaku pasar yang etis dan bertanggung jawab
Identifikasi masalah secara sederhana:
Strategi PencapaianPendekatan yang digunakan
No Enforcement Masalah
1. Sektor Publik Kurangnya pemahaman para birokrat pelaksana bahwa mewujudkan good governance di sektor publik akan sangat berdampak positif dalam pengembangan investasi dan bisnis;
Masih kuatnya rent seeking mentality di kalangan mereka;
Belum tersedia peraturan perundangan, sistem dan mekanisme birokrasi yang mendorong penegakan penerapan GCG;
Good governance, perlu dijabarkan menjadi action plan yang jelas bagi penyelenggara Negara.
Identifikasi masalah secara sederhana:
Strategi PencapaianPosition Audit:Bagaimanakah peta penerapan GCG di Indonesia?Bagaimanakah posisi KADIN?Siapakah mitra kerja KADIN untuk melaksanakan
Roadmap Penerapan GCG 2015?Siapakah target group penerapan GCG Roadmap
KADIN ini?Bagaimanakah pembiayaan program ini?
Penjaga Nilai-nilaiGood Governance
Aktor Pelaksana Nilai-nilaiGood Governance
Sektor PublikSektor Privat KNKG
KPPU
BI /Bank Sentral
BPK KPK
Komisi Yudisial
Komisi Kejaksaan
BK-DPR
Komisi Kepolisian
Bapepam – LKPPATK
DAI
Asosiasi IndustriAsosiasi
IndustriAsosiasi IndustriAsosiasi
Industri
KADIN
Pelaku UsahaPelaku Usaha
Pelaku Usaha
Pelaku UsahaPelaku Usaha
Pelaku Usaha
CGO’s
Asosiasi ProfesiAsosiasi Profesi
Asosiasi Profesi
Kementerian PAN
Lembaga Kepolisian
Lembaga Pengadilan
Lembaga Kejaksaan
Lembaga Pelayanan Publik
Penyelenggara NegaraPenyelenggara Negara
Penyelenggara Negara
Partai PolitikPartai Politik
Partai Politik
PETA PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA
KADINDAKADINDA
KADINDA
K A D I N
Perg. Tinggi
Strategi PencapaianKADIN Grand Strategy:Mendorong pelaksanaan 3 macam GCG enforcement (internal, private & public) secara simultan;Membangun kerja sama yang intens dengan para pelaku GCG dan penjaga nilai-nilai GCG dalam mewujudkan Roadmap GCG KADIN
INTERNAL ENFORCEMENT
PRIVATE ENFORCEMENT
PUBLIC ENFORCEMENT
SASARAN PENERAPAN
GCG
Strategi PencapaianFunctional strategy: Internal Enforcement
Mitra kerja KADIN: KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) dan LKDI (Lembaga
Komisaris dan Direktur Indonesia) Lembaga lain yg sejenis (IICG, IICD, FCGI, ISICOM, IKAI), Perguruan
Tinggi dan konsultan penerapan GCG Target Group dan sasaran 2015:
Perusahaan-perusahaan pengurus KADIN, KADINDA, dan Asosiasi Industri anggota KADIN;
Sasaran penerapan 100% dan dinyatakan dengan adanya asesmen terhadap penerapan GCG tersebut;
Untuk setiap sektor industri ditargetkan 5%.
Strategi Pencapaian
39
Functional strategy: Internal Enforcement
Kegiatan KADIN: Melaksanakan Training of Trainers “Penerapan GCG dan Etika Bisnis”
untuk KADINDA dan Asosiasi Industri; Membentuk dan menyediakan Help Desk penerapan GCG pada
Kantor KADIN Indonesia dan Kantor KADINDA; Memantau secara berkala penerapan GCG pada target group;
Kegiatan Target Group : Melaksanakan penerapan GCG sesuai Roadmap GCG KADIN
Pembiayaan: Pembiayaan mandiri (self financing) oleh peserta
Strategi PencapaianFunctional strategy: Internal Enforcement
Roadmap GCG:
Mematuhi semua hukum dan peraturan yang berhubungan dgn GCG (wajib dan sukarela)
Mematuhi semua hukum dan peraturan yang berhubungan dgn GCG (wajib dan sukarela)
Pengoperasian yang dikendalikan dengan baik melalui internal control yang wajar dan implementasi manajemen risiko
Pengoperasian yang dikendalikan dengan baik melalui internal control yang wajar dan implementasi manajemen risiko
Menjadi perusahaan yang berwarga masyarakat yang baik melalui implementasi tanggung jawab sosial perusahaan
Menjadi perusahaan yang berwarga masyarakat yang baik melalui implementasi tanggung jawab sosial perusahaan
Perbaikan yang berkelanjutan
PERS
IAPA
N IM
PLEM
ENTA
SI
GCG
GOVERNANCE PERUSAHAAN YANG BAIK & PENCIPTAAN NILAI-NILAIGOVERNANCE PERUSAHAAN YANG BAIK & PENCIPTAAN NILAI-NILAI
GGCPerusahaan yang terkelola dengan baik (Good governed corporation)
GCCPerusahaan yang berwarga
masyarakat yang baik (Good corporate citizen)
GCGGovernance perusahaan yang baik
(Good corporate governance)
Strategi Pencapaian
PERSIAPAN:• Proyek Implementasi GCG tidak hanya membutuhkan dukungan dari
manajemen puncak, tetapi juga membutuhkan keterlibatan dalam proses;• Proyek GCG adalah proyek jangka panjang, karena penerapan GCG pada
dasarnya merupakan proses yang terus berlanjut dan tidak pernah berhenti;
• Aktivitas persiapannya terdiri dari:• Pembentukan tim proyek• Menciptakan program pembentukan kesadaran untuk implementasi
GCG• Melakukan penilaian implementasi GCG terkini sebagai awal dari
implementasi.
Functional strategy: Internal Enforcement
Strategi PencapaianFunctional strategy: Internal Enforcement
TUJUAN AKTIVITAS INDIKATOR HASIL
Mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku (kewajiban dan sukarela)
1. Menjalankan penilaian GCG untuk mendapatkan status implementasi GCG
2. Merumuskan dan menetapkan GCG manuals:
• GCG code• Board Manual• Committee’s Charters
(Audit Committee, GCG Committee, etc.)
• Code of Conducts• GCG Self-assessment
3.Sosialisasi dan memulai implementasi.
1.Semua GCG manuals telah selesai
2.Meningkatkan kesadaran dari GCG
3.Mematuhi kepada peraturan dan hukum yang berlaku telah meningkat
4.Struktur internal control mulai dibentuk.
Peningkatan dalam kepatuhan dan kendali manajemen yang lebih baik yang menghasilkan peningkatan kinerja.
GCG GGC GCC
Strategi PencapaianFunctional strategy: Internal Enforcement
GCG GGC GCC
TUJUAN AKTIVITAS INDIKATOR HASIL
Untuk membentuk manajemen internal control yang lebih baik terutama dalam menangani risiko bisnis yang efektif melalui manajemen risiko yang tepat
1. Sosialisasi GCG yang Intensif dan ekstensif dan juga penilaian yang berkala
2. Aplikasi prinsip-prinsip GCG ke dalam proses bisnis SOP
3. Membentuk kerangka sistem internal control yang terintegrasi dan program manajement risiko
4. Membentuk program etika dan kepatuhan
1. Semua SOPs adalah berdasarkan risiko dan prinsip-prinsip yang berdasarkan GCG .
2. Operasi bisnis dikendalikan secara efektif.
3. Budaya risiko mulai ditimbulkan.
Kinerja perusahaan meningkat dan juga rating credit meningkat
Strategi PencapaianFunctional strategy: Internal Enforcement
GCG GGC GCC
TUJUAN AKTIVITAS INDIKATOR HASIL
Mencapai posisi sebagai perusahaan yang beretika dan bertanggung-jawab, juga dikenal sebagai perusahan yang menjadi warga masyarakat yang baik.
1. Membangun budaya perusahaan berdasarkan code of conducts sebagai bagian dari kehidupan perusahaan sehari-hari.
2. Menjalankan Stratejik Perusahan yang bertanggung jawab sosial secara efektif
3. Mengimplementasi “Sistem Operasi Perusahaan Hijau”.
4. Menyesuaikan semua sistem and prosedur yang sesuai. Membangun sistem manajemen yang unik
1. Dikenal sebagai perusahaan yang beretika
2. Kontribusi yang nyata dan dapat diukur pada kesejahteraan:• Komunitas lokal• Negara• Dunia
3. Memberi perhatian dan peduli terhadap lingkungan
Diakui sebagai:• Perusahaan
Blue chip• Tempat yang
sangat diinginkan untuk bekerja
• Menerima banyak penghargaan
45
GCGAssessment
Marketing &
Sales
BusinessProcesses &
Control
HumanResources
Manufacturing& Supply
Chain
ProductPortfolio
FinancialStrategy
Total Business Review • Verification of the Financial Figures• Review of the business fundamentals• Sustainable vs Short Term Performance• Reduces effect of market downturn • Identify Potential Improvements• Provide guidance for Improvements• GCG and CSR assessment.
SUCCESSFUL EXECUTION REQUIRES MULTI DISCIPLINE EXPERTS FROM INDUSTRY
Sustainable Business: Beyond Financial Figures
• Identify problems and opportunities require Total Business Review
Merubah Paradigma Berpikir
• Keuntungan = Harga – Biaya• Maximizing profit.
*Keuntungan = Penghargaan dari masyarakat atas prestasi yang diberikan oleh perusahaan dalam bentuk produk dan/atau jasa*Maximizing sustainable profit.
SDM adalah faktor produksi darisuatu perusahaan
SDM adalah aset terpenting perusahaanMembangun dan membina SDM sebelummemproduksi barang atau jasa
• Fokus pada maksimalisasi pemenuh han kepentingan pemegang saham semata;
• Orientasi bisnis jangka pendek (short-term profit);
• Tidak mempertimbangkan eksternalitas negatif korporasi yang harus ditanggung pihak lain.
• Fokus pada keseimbangan kepentingan seluruh stakeholder melalui aktivitas dan proses bisnis berdasarkan prinsip TARIF;
• Orientasi bisnis jangka panjang (sustainable profit);
• Berupaya untuk menjadi good corporate citizen.
[ Konsep Shareholder ] [ Konsep Stakeholder ]
[ Persepsi Pengembangan SDM]
[ Persepsi Keuntungan ]
Strategi Pencapaian
47
Functional strategy: Private Enforcement
Mitra kerja KADIN: Regulator terkait, KPPU, SRO, Asosiasi Industri, Ikatan Profesi, dll. KNKG, LKDI, IICG, IICD, FCGI, ISICOM, IKAI, Perguruan Tinggi, dan konsultan GCG.
Target Group: Pelaku pasar sektor industri tertentu dan emiten.
Sasaran 2015: Terbentuknya kantor KPPU di setiap ibu kota provinsi yang sekaligus juga
bertindak sebagai Ombudsman kegiatan bisnis; Mendorong terbitnya peraturan dari regulator Perbankan, Lembaga
Keuangan non Bank, Pasar Modal, BUMN, Pertambangan & Energi, Perkebunan & Kehutanan, untuk mewajibkan penerapan GCG dan melaporkannya secara berkala dengan didukung hasil asesmen pihak ketiga.
Strategi Pencapaian
48
Functional strategy: Private Enforcement
Sasaran 2015:
Mendorong penyusunan, publikasi dan sosialisasi Pedoman Etika Bisnis bagi para pengusaha Indonesia;
Mendorong penerapan Pakta Integritas secara konsisten melalui: Kesepakatan untuk melakukan bisnis tanpa suap dan menghindari praktik
persaingan usaha yang tidak sehat; Penerapan Pakta Integritas bagi pejabat pemangku anggaran secara
konsisten dan konsekuen; Mengupayakan terlaksananya program Anugerah Integritas (Integrity
Award) baik untuk penyelenggara negara maupun pelaku usaha.
Strategi Pencapaian
49
Functional strategy: Private Enforcement
Private enforcement penerapan GCG sektor tertentu: Membentuk kelompok kerja untuk penyusunan, publikasi dan sosialisasi
Pedoman Etika Bisnis bagi para pengusaha Indonesia, sekaligus mendorong penerapan Pakta Integritas.
Membentuk kelompok kerja dengan KNKG dan Asosiasi Industri terkait untuk menyusun Pedoman GCG untuk Sektor Industri tertentu (GCG sectoral Code);
Membentuk kelompok kerja dengan KNKG dan Asosiasi Industri terkait untuk menyusun konsep Peraturan para Regulator untuk mewajibkan pelaksanaan GCG;
Pembiayaan mandiri dari KADIN dan Asosiasi Industri terkait.
Strategi Pencapaian
50
Functional strategy: Public Enforcement Mitra kerja KADIN:
KPK, Kementerian PAN, Ombudsman, dll. KNKG, LSM, Perg. Tinggi, Asosiasi Industri, dll.
Target Group: Pelaku pasar, regulator, birokrasi, institusi pelayanan publik
Sasaran 2015: Mendorong terlaksananya reformasi birokrasi terkait dengan peraturan
perundangan di bidang investasi; Mendorong pelaksanaan UU.No.25/2009 tentang Pelayanan Publik secara
konsisten; Mendorong terbitnya Kode Etik Penyelenggara Negara; Mendorong terbentuknya KPK dan Pengadilan Tipikor serta Komisi Ombudsman
Nasional di setiap ibu kota provinsi; Mendorong terbitnya UU tentang Whistle Blowing.
Strategi PencapaianFunctional strategy: Public Enforcement
Kegiatan KADIN: Membentuk kelompok kerja dengan para mitra kerja untuk menyusun
kajian dan naskah akademis guna mendorong tercapainya sasaran-sasaran public enforcement yang telah disepakati;
Membentuk kelompok kerja yang melakukan monitoring kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan penerapan governance.
Penutup
Roadmap yang disampaikan masih dalam bentuk garis besar;
Masih diperlukan penjabarannya dalam bentuk sasaran antara dan tahapan (milestone) untuk setiap tahunnya hingga tahun 2015;
Sangat diharapkan masukkan dari masing-masing bidang, untuk menjadi Roadmap Penerapan GCG KADIN 2010-2015 yang merupakan bagian dari Roadmap Ekonomi KADIN 2010-2015.
52
• Dalam pengelolaan perusahaan yang baik dikenal prinsip “GCG”( Good Corporate Governance) , dengan memperhatikan prinsip-prinsip bisnis : prinsip fairness, prinsip transparancy, prinsip accountability, prinsip responsibility.
Hj. Suarny Amran, SH.MH. 53
54
PENGERTIAN CORPORATE GOVERNANCE
Sebagai suatu sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengtur hubungan antar berbagai pihak yang berkepentingan(stakeholders) .Dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komosaris,dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi.
Menurut FORUM for CORPORATE GOVERNANCEPengertian Perusahaan (FCGI): …seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar pemegang, pengurus,/pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentinganinternal dan ekternal lainnya yang berkaitan denagnhak-hak dan kewajiban meraka atau suatu sistem yang mengedalikan perusahaan
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development(OECD) Struktur yang oleh pemegang saham,komosaris,dan manajer menyusuntujuan-tujuan perusahaandan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan mengawasi kinerja.
55
Prinsip-prinsip
GCG(OECD)Organization for
Economic Corporation and
Development
Transparansi:yaitu ketebukaan dalam melaksanakan prosespengambilan keputusan dalam mengemukakan informasi materriil dan relevan mengenai perusahaan.
Kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa bentruran kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak ,manapun yang i manapun yang tidak sesuai denag peraturan perundan-undangan yang berlaku dan prinsip-prisip koporasi yang sehatAkuntabilitas yaitu kejelasan fungsi,pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelola prsh terlaksana secara efektif.
Pertanggungjawaban, yaitu kesesuain di dalam pengelolaan prsh terhadap peraturan per-uu-an yang berlaku.
Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peratutan per-uu-an yang berlaku.
Hj. Suarny Amran, SH.MH. 56
Prinsip etika bisnis pada umumnya melihat juga bagaimana budaya yang ada disekitarnya atau lingkungannya turut mewarisi budaya perusahaan. Seperti halnya pada bangsa Jepang dengan budaya “Bashido” dan bisnis yang bermula/berasal dari team work keluarga yang terus melekat pada budaya perusahaan.Semangat” Bashido” dilandasi; kejujuran, keberanian, keadilan, kesetiaan, kedermawanan dan pengendalian diri.
Permasalahan yang sering kita temukan dalam kehidupan bisnis yaitu apabila terjadi penyimpangan etika bisnis yang sudah mendarah daging, sangat sulit diatasi dalam waktu singkat, seperti halnya budaya sogok, suap, dan sebagainya. Oleh karena itu peranan dan penegakkan hukum sangat penting dan diperlukan, sebagai sarana yang tepat untuk mendorong ditaatinya nilai etis tertentu dalam bisnis.
Hj. Suarny Amran, SH.MH. 57
Masalah yang sering terjadi dalam kegiatan berbisnis misalnya :
• Bidang periklanan yang dilihat dari persepektif etika bisnis :
apakah ada unsur kebohongan/penipuan; Pernyataan yang menyesatkan; bertentangan dengan moral/etika.
• pelanggaran terhadap HAKI (hak Cipta. Merk, Paten, Disain
Industri, Rahsia Dagang, dan sebagainya)
• menjalin usaha yang ilegal.
• Persaingan tidak sehat.
• Membangun bisnis untuk usaha besar, tanpa memperhitungkan faktor/dampak lingkungan (fisik, non fisik) dan tanpa prosedur yang benar
• Untuk memperbesar keuntungan sehingga menurunkan kualitas produksinya.
• Bisnis yang hanya memfokuskan pada bagian efisiensi (biaya/cost, overhead) dan rasionalisasi tanpa memperhatikan unsur moral.
Permasalahan yang sering dihadapi adalah dalam penegakan hukum dan etika yang memang menjadi pusat permasalahan, serta perlunya reformasi moral melalui pemberdayaan hukum dan upaya-upaya yang dapat dilaksanakan di bidang hukum antara lain pemberian atau penegakan sanksi, perlindungan di bidang HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual seperti Hak Cipta, hak Paten, Merk, Perlidungan Tahasia Dagang, Desain Industri), perlindungan hukum bagi tenaga kerja di bidang hukum ketenagakerjaan, perlindungan konsumen dan persaingan usaha tidak sehat, dan sebagainya).
Hj. Suarny Amran, SH.MH. 58
JAT JAT WIRIJADINATA 59
KEPEMERINTAHAN YANG BAIK
(GOOD GOVERNANCE)
LATAR BELAKANG,KONSEP KEPEMERINTAHA, KONSEP GOOD GOVERNANCE
60
LATAR BELAKANG
1. ADANYA PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL POLITIK
PEMERINTAH DAN MASYARAKAT
2.ADANYA DINAMIKA SISTEM SOSIAL POLITIK
PERLU STRATEJI BARU
1. ADANYA PERGESERAN SOSPOLDIMANA PERAN SEKTOR SWASTA DAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT MENINGKAT, SEBELUMNYA PERAN PEMERINTAH LEBIH DOMINAN2. KONDISI MAKIN SULIT , KOMPLEKS, DINAMIS, BERANEKA RAGAM, SESUAI DENGAN PERKEMBANGANKEBUTUHAN MANUSIA3. KETERBATASAN KAPASITAS APARATUR PEMERINTAHUNTUK MENAKOMODASIKAN KONDISI DIATAS.4. ADANYA KOLABORASI PEMERINTAH, SWASTA , MASYARAKAT5. Globalisasi, perkemb iptek, dan liberalisasi persaingan bebas kompetensi meningkat6. . IPTEK merubah manajemen sektor publik & bisnis arus informasi menembus batas ruang & waktu7Demokratisasi, HAM, pelestarian lingkungan hidup jadi tuntutan dunia yg mendesak8. Internal Indonesia; krisi multidimensi (situasi politik tak stabil, ancaman disintegrasi, kepercayaan masyarakat menurun, penegakan hukum lemah, penanganan KKN lemah, pemulihan ekonomi lambat, pengangguran dan kemiskinan meningkat, daya saing turun
.
1 Internal Indonesia; krisi multidimensi (situasi politik tak stabil, ancaman disintegrasi, kepercayaan masyarakat menurun, penegakan hukum lemah, penanganan KKN lemah, pemulihan ekonomi lambat, pengangguran dan kemiskinan meningkat, daya saing turun.2. Gerakan mahasiswa kekuatan reformasi ORBA tumbang3 Multipartai menjelang Pemilu 19994. Perlu memahami jenis interaksi sosial-politik; 1) interferences (gangguan/saling pengaruhi); 2) interplays (keterlibatan); intervensions (campur tangan) .
61
KOMPLEKSITAS
SISTEM SOSIAL POLITIK, MELIPUTI:
PERLU DICARIKAN ALTERNATIF PEMECAHAN DAN PEMILIHAN YANG TERBAIK
SELEKSIDAN
REDUKSI
STRUKTUR OPERASIONAL
DARIPENDEKATAN BERAGAM,BIROKRASI KAKU, HIERARKHIS, OTORITER,:
MENJADI:KEPEMERINTAHAN MODEREN YANG:DINMIS, JARINGAN KOMPLEKSTETAPI HUBUNGAN SEDERHANA,., KEANEKARAGAMAN TINDAKANDAN KEBIJAKAN, SESUAI DENGANSITUASI DAN KUALITAS INTERAKSISOSIAL POLITIK
IMPLIKASINYA TERHADAPPEMERINTAHAN:
62
KONSEPSI KEPEMERINTAHAN
GOVERNMENTPEMERINTAH
CHANGE AGENT AGENT OF DEVELOPMENT, PEMERINTAHAN NEGARA & PENYELENGGARAPEMBANGUNAN & PELAYANAN PUBLIK
GOODGOVERNANCE
GOVERNING
PROSES KOORDINASI,PENGENDALIAN/STEERING, PEMBERIAN
PENGARUH/INFLUENCING DAN PENYEIMBANG SETIAP
HUBUNGANINTERAKSI SOSIAL POLITIK
ANTARA PEMERINTAH, SWASTA DAN MASYARAKAT.
GOVERNANCE (WORLD BANK)
KEPEMERINTAHAN ADALAH CARA BAGAIMANA KEKUASAAN NEGARA
DIGUNAKAN UNTUK MENGELOLA SUMBERDAYA EKONOMI DAN SOSIAL
GUNA PEMBANGUNAN MASYARAKAT(THE WAY STATE POWER IS USED IN MANAGING
ECONOMIC AND SOCIAL RESOURCES FOR THE DEVELOPMENT OF THE SOCIETY)
GOVERNANCE (UNDP)
PELAKSANAAN KEWENANGAN POLITIK, EKONOMI,DAN ADMINISTRATIF UNTUK MENGELOLA
MASALAH-MASALAH NASIONAL PADA SEMUA INGKATAN
( THE EXERCISE OF POLITICAL,ECONOMIC, ND ADMINISTRATIVE AUTHORITY
TO MANAGE NATION’S AFFAIR AT ALL LEELS)
PENGERTIAN GOODDALAM GG:
A NILAI-NILAI YANGDIJUNJUNG
TINGGIB.ASPEK-ASPEK FUNGSIONAL PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF
DAN EFISIEN DALAM
PENCAPAIAN TUJUAN
63
POLAPEMERINTAHAN
KOORDINATIFDALAMMENGHADAPIKOMPLEKSITAS
MENGATUR//MENGENDALIKANDALAMMENGHAFAPI DINAMIKA
MENGATUR, MENGINTEGRASIKAN,MENCIPTAKAN KETERPADUAN DALAMMENGHADAPI KEANEKARAGAMAN
64
“GOOD” dlm GOOD GOVERNANCEB. ASPEK-ASPEK FUNGSIONALPEMERINTAHAN YANGEFEKTIF DAN EFISIENDALAM PENCAPAIANTUJUAN
A.NILAI-NILAIYANGDIJUNJUMGTINGGI
KEINGINAN/KEHENDAKRAKYAT
PENINGKATANKEMAMPUANRAKYAT YANGBERTUJUANNASIONALUNTUK:
PEMBANGUNANBERKELANJUTAN
KEMANDIRIAN
KEADILANSOSIAL
65
ORIENTASI GOOD GOVERNANCE
PENCAPAIAN TUJUAN NASIONAL
MENGACU PADA DEMOKRASI
DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA
DENGAN ELEMEN –ELEMEN SBB.:
PELAKSANAANFUNGSI YANGEFEKTIF DANEFISIEN DALAMMENCAPAITUJUANNASIONAL
ACCOUNTABILITY
SECURING OFHUMAN RIGHTSAUTONOMY &DEVOLUTION OFPOWER
ASSURANCE OFCIVIL CONTROL
LEGITIMACY
66
PRINSIP GOVERNANCE MENURUT
WORLD BANK , UNDP
UNDP
WORLD BANK
THE WAY STATE POWER IN MANAGING ECONOMIC& SOCIAL RESOURCES FOR DEVELOPMENTOF SOCIETY
THE EXERCISE OF:
POLITICAL ECONOMICADMINISTRATIVEAUTHORITY
TO MANAGE
NATION’S AFFAIR AT ALLLEVEL
67
PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE
MENURUT OECF & WORLD BANK
PENYELENGGARAANMANAJEMEN PEMBANGUNAN YANGSOLID DAN BERTANGGUNGJAWAB SEJALAN DENGAN:
2.PASAR YANG EFISIEN
1DEMOKRASI
4PENCEGAHAN KORUPSI SECARA POLITIKDAN ADMINISTRASI
3.HINDARI SALAH ALOKASIDANA INVESTASIYANG LANGKA
5MENJALANKAN DISIPLINANGGARAN
6.MENCIPTAKAN LEGAL& POLITICAL FRAME WORK BAGI TUMBUHNYA AKTIVITASKEWIRAUSAHAAN
68
PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE UNDP A.
HUBUNGAN SINEGIS & KONSTRUKTIFANTARA:
B.KARAKTERISTIKSALING MEMPERKUAT DAN TIDAK PARSIAL
PRIVATE
STATE
COMMUNITY
3.TRANSPARANCY
1PARTICIPATION
5.EQUITY
4RESPONSIVENESS
2.RULE OFLAW
7EFFECTIVENESSAND EFFICIENCY
6CONCENSUSORIENTATION
9STRATEGICVISION8
ACCOUNTABILITY
15A 69
TIGA DOMAIN GOOD GOVERNANCE
S TATE (Pemerintah): Ciptakan POLITIK & HUKUM yg kondusif
P RIVATE (Swasta): Ciptakan PEKERJAAN dan PENDAPATAN
COMMUNITY (Masyarakat): Peran aktif & positip dlm kegiatan EKONOMI POLITIK SOSIAL
70
THE THREE LEGS OF GOVERNANCE
ECONOMI C
GOVERNMENT
a. AKTIVITAS EKON.
b. DLM NEGERI
c. INTERAKSI
PENYEL. KONOMI
d. IMPLEMENTASI (EQUITY, QUALITY, POVERTY OF LIFE
ADMINISTRATIVE
GOVERNMENT
SISTEM PROSES
KEBIJAKAN
POLITICAL GOV
PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN UNTUKFORMULASIKEBIJAKAN
71
GOOD GOVERNANCE Aspek Pemerintahan
CDESENTRALISASI REGIONAL & DEKONSENTRASIDALAM DEPARTEMEN
A.ADMINISTRATIVE COMPETENCE $ TRANSPARANCY(PERENCANAAN, IMPLEMENTASI, EFISIENSI, PENYEDERHANAAN ORGANISASI, IKLIM DISIPLIN,MODEL ADMINISTRASI, INFORMASI)
BHUKUM KEBIJAKAN( PERLINDUNGAN KEBEBASAN SOSIAL-POLITIK-EKONOMI)
DCIPTAKAN PASAR YANG KOMPETITIF(MEKANISME PASAR, PENINGKATAN PERANAN PENGUSAHA MENENGAH DAN KECIL SEKTOR SWASTA,DEREGULASI,KEMAMPUAN PEMERINTAH MENGELOLA EKONOMI MAKRO)
72
GOOD GOVERNANCE Indikator Keberhasilan
ASECARA UMIUM
B.SECARA KHUSUS : INDONESIABERDASARKAN TUJUAN REFORMASI (TAP MPR 8/98)
TUJUANPEMBANGUNAN(QUALITY OF LIFE0TERCAPAI
3PENEGAKANHUKUMDAN HAM
2.TERPENUHINYAKEDAULATANRAKYAT:
1MENGATASIKRISIS EKONOMI(STABILITAS MONETERTERCAPAI)
4MELETAKANDASARKERANGKAAGENDAREF.-BANG.
A).SELURUHSENDIKEHIDUPANMASYARAKAT
B)BERBANGSA,BERNEGARA,PARTISIPASIPOLITIKRAKYAT---STABILITAS POLITIK
73
Pergeseran GOVERNMENT ke GOVERNANCE
PERKEMBANGAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN & PEMBANGUNAN
MASA HINDIA BELANDA:
ILMU PEMERINTAH(SEMUA DIATUR PEMERINTAH)
TAHUN 1950-AN:
ILMU ADMINISTRASI NEGARA(KEPEMIMPINANPADA APARATUR:PERUMUSAN KEBIJAKANKEBUDAYAAN, SDMAPARATUR, KETATA-LAKSANAAN)
AKHIR 1960-AN:
ILMU NEGARA DAN PEMBANGUNAN(KETATALAKSANAAN,AGENT OF CHANGE, PERENC. PEMBANG.KEBIJAKAN PEMBANGUNAN,PELAKSANAAN &PENGENDALIANPEMBANGUNAN
74
Pergeseran GOVERNMENT ke GOVERNANCEPERKEMBANGAN MAMNAJEMEN PEMERINTAHAN &
PEMBANGUNAN d. Awal 1980an: Reinventing Government :
1.CATALYTICGOVERNMENT:STEERING RATHER THANROWING
2COMMUNITY OWNED GOVERNMNT:EMPOWERING THAN SERVING
4MISSION DRIVEN GOVERNMENT:TRANSFORMING RULE-DRIVENORGANIZATION
5.RESSULT ORIENTED GOVERNMENTFUNDING OUTCOME, NOTINPUT
3. COMPETITIVE GOVERNMENT:INJECTING COMPETITIONINTO SERVICES
75
Pergeseran GOVERNMENT ke GOVERNANCEPERKEMBANGAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN & PEMBANGUNAN
d. AWAL 1980an: REINVENTING GOVERNMENT
6,6.CUSTOMER DRIVENGOVERNMENTMEETING THE NEED OF CUSTOMER, NOT BUREAUCRACY
7ENTERPRISINGGOVERNMENT:EARNING RATHER THAN SPENDING
8.ANTICIPATORY GOVERNMENT:PREVENTINGRATHER THANCURE
9.DECENTRALIZED GOVERNMENT FROM HIERARCHY TO PARTICIPATIONAND TEAM WORK
10MARKETORIENTEDGOVERNMENT: LEVERAGINGCHANGETHROUGHMARKET
76
Pergeseran GOVERNMENT ke GOVERNANCE
Perkembangan Manajemen Pemerintahan & Pembang
e. Awal 1990an: Banishing Bureaucracy (Five’s C) YANG TERDIRI ATAS:
1 THE CORE STRATEGYKEJELASAN KEGUNAANDAN TUJUAN
2. THE CONSEQUENCES STRATEGY:KONSEKUENSI KINERJA
3. THE CUSTOMER STRATEGYPELANGGAN SEBAGAIPENGENDALI
4. THE CONTROLL STRATEGYKONTROL DARI ATASKETENGAH
5. THECULTURE STRATEGYMENDORONG BUDAYA KEWIRAUSAHAAN,INOVATIF, KREATIF
77
Pergeseran GOVERNMENT ke GOVERNANCE
Perkembangan Manajemen Pemerintahan & Pembang
f. Akhir 1990an: Good Governanace
Sejalan perkemb. Demokrasi dan Pasar Bebas tumbuh kebersamaan 3 unsur partnership dalam GOVERNANCE
COMMUNITY
PRIVATESECTOR
STATE
78
POSISI INDONESIA
Pembajak Software Microsoft ke- 3 setelah China dan Vietnam (88% software bajakan)
Terkorup ke-6 di dunia dari 142 negara atau ke-2 setelah Myanmar di Asia Tenggara (International Transfarancy: 2005)
Peringkat 102 Kebebasan Pers (Worldwide Press Freedom, 2005)
79
POSISI INDONESIA
Indeks Kinerja Foreign Direct Invesment : ranking 138 dari 140 negara (diatas Gabon dan Suriname) World Invesment Report 2003
Human Development Report 2006 (UNDP): 118 dari 175 negara (dibawah Filipina, China dan Vietnam)
Country Risk : 150 dari 185 negara (dibawah Afganistan, Burundi, dan Somalia) (Economist Intelligence Unit, World Market Research Center, Moodys Investor Service, Standard & Poors
80
BRAND IMAGE
1.Membangun daya tarik bagi pelanggan
2.Memasarkan dan menawarkan produk/layanan
3.Menjual ide dan pelayanan kepada pelanggan melalui BRANDING
4.Memberi jalan bagi semua pihak untuk mendapatkan pengakuan dan reputasi melalui proceived value dari pelanggan
5.Brand adalah aset stratejik
81
BRAND IMAGE
NEGARA YANG BERHASIL MEMBANGUN BRAND IMAGE (CITRA DIRI)
1. Jerman : Bidang precision engineering
2.Jepang : Produsen elektronik rumah tangga
3.Singapura : Pemerintah yang sangat probisnis
4.Thailand : Produsen buah-buahan
5. China: Produk murah
6. USA : Polisi dunia
7. Indonesia?? KULI, //TKW KORUP PEMBAJAKMISKIN
82
83
PERUBAHAN DUNIA
1.DYNAMIC
2. TURBULENT
PRAHALAD:
IF YOU DON’T LEARN, YOU DON’T CHANGE
IF YOU DON’T CHANGE, YOU DIE
LEARN OR DIE
84
PERKEMBANGAN LOKAL DAN INTERNASIONAL
1.PEMERINTAHAN MULTI-PARTAI
2.DESENTRALISASI PEMERINTAHAN
3.PERUBAHAN PARADIGMA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE)
4.PERGESERAN POWER (DARI POSISI KE KOMPETENSI)
5.GLOBALISASI DAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI
6.EVOLUSI PERKEMBANGAN ORGANISASI
85
PERSAINGAN: PEREBUTAN PANGSA PASAR PANGSA PELUANG
KEGAGALAN ORGANISASI BERSAING
1. GAGAL KELUAR DARI KUNGKUNGAN MASA LALU
sulit meninggalkan paradigma lama dalam menyiasati strateji organisasi saat ini
2. GAGAL MEMPREDIKSI MASA DEPAN
gagal mengembangkan proses pembelajaran kolektif untuk mengintegrasikan kompetensi inti sebagai bagian dalam menciptakan masa depan
86
PROFESINALISME SDM
CIRI-CIRI:
• MEMILIKI WAWASAN YANG LUAS DAN DAPAT MEMANDANG MASA DEPAN
• MEMILIKI KOMPETENSI DI BIDANGNYA
• MEMILIKI JIWA KOMPETISI/BERSAING SECARA JUJUR DAN SPORTIF
• MENJUNJUNG TINGGI ETIKA PROFESI
• SINERGI INTELLIGENT-EMOSIONAL- SPIRITUAL QUOTIENT
87
KEUNGGULAN BERSAING SUATU PRODUK
1.KETEPATAN WAKTU DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI (TIMING AND KNOW HOW)
2.BIAYA DAN KUALITAS (COST AND QUALITY)
3.KEKUATAN ORGANISASI UNTUK MENGHALANGI PESAING (STRONG HOLDS)
4.KEKUATAN MODAL (DEEP POKETS)
88
KEUNGGULAN BERSAING PELAYANAN
1. KUALITAS PELAYANAN
2.KETEPATAN WAKTU
3. KERAMAHAN DALAM PELAYANAN
4.PEMANFAATAN TEKNOLOGI
5.TRANSPARAN (BIAYA; PROSEDUR)
89
TRANSFORMASI MANAJEMEN
VISIAPA YANG INGINDICAPAI?
MISIBAGAIMANA MENCAPAIVISI ?
KOMPETENSIBAGAIMANAMENINGKATKANNYA ?
BAGAIMANAMAMPUBERKOMPTISI ?
KINERJA: BAGAIMANA HASIL, MANFAAT, DAMPAK YANG DIHARAPKANDAPAT TERWUJUD ?
PERUBAHANBAGAIMANAMENGATASINYA ?
90
DIMENSI DASAR KUALITAS PELAYANAN JASA
RESPONSIVENESS
KESEDIAAN MEMBANTUPELANGGAN DANMELAYANI TEPAT WAKTU
EMPATHY
MEMBERIKAN PERHATIANPENUH KEPADA PELANGGAN
ASSURANCE
JAMINAN , KEPERCAYAAN, MEYAKINKAN, KEMAMPUAN, KEAMANAN KERAMAHAN,PROFESIONALISME, PEMBERI LAYANAN.
TANGIBLE
PENAMPILAN FISIK, PERLENGKAPANPERSONIL, ALAT KOMUNIKASI DSB,
RELIABILITY
KEMAMPUAN MENYEDIAKAN/MELAKUKAN PELAAYANANSECARA HANDAL
91
REENGINEERING CORPORATION
DAHULU:
PASAR MILIK PRODUSENPRODUK SEPERTI APAPUN AKAN TERSERAP,PELANGGAN TIDAK MEMILIKI ALTERNATIF LAIN
SEKARANGADA 3 KEKUATAN:
CUSTOMERS
COMPETITION
CHANGE
PRODUSEN HARUS MEMPERHATIKAN PERMINTAAN
92
REENGINEERING BIROKRASI
DAHULU:
PELAYANAN MILIK BIROKRASIPELAYANAN SEPERTI APAPUN DITERIMA,PELANGGAN TIDAK MEMILIKI KEKUATAN
SEKARANGADA 3 KEKUATAN:
CUSTOMERS
COMPETITION
CHANGE
BIROKRASI HARUS MEMPERHATIKAN KEPUASAN PELANGGAN
93
EKSPEKTASI PELANGGAN
LAYANANYANGDIHARAPKANPELANGGAN
PENILAIANPELANGGANTERHADAPLAYANANYANGDIBERIKAN
TINGKATLAYANANYANGDIBUTUHKANUNTUKME`MENUHI EKSPEKTASIPELANGGAN
94
BUDAYA ORGANISASI
SEBAGAI MEKANISME DINAMIS YANGMENGARAHKAN SELURUH ANGGOTA
ORGANISASI DALAM MEMBANGUNMASA DEPAN YANG MENJANJIKAN
A.L.:
BERPENAMPILAN
MENGAMBILKEPUTUSAN
MENYELESAIKANMASAALAH
BERSIKAP
MEMBANGUN VISI
95
REKAYASA BUDAYA ORGANISASI
BUDAYAORGANISASI
SEBAGAI BAGIAN STRATEJIORGANISASIUNTUK MERAIH TUJUAN
TERKAIT ERAT DENGAN STRUKTURDAN STRATEJI ORGANISASIAGAR DICAPAI HASIL MAKSIMAL
STRATEJI ORGANISASIMENCAPAITUJUAN
STRUKTUR ORGANISASIYANG MENDUKUNGPENCAPAIANORGANISASI
KULTURTINDAKAN YANG BENARUNTUK MENCAPAITUJUAN
96
SIKAP DAN PERILAKU DALAMMEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI
1. MENUMBUHKAN:- BUDAYA KUALITAS
- -DAN KESADARAN BIAYA
- -SERTA KETEPATAN WAKTU
2. MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN PELANGGAN
3. MENINGKATKAN KEMAMPUAN SDM
4. MEMUPUK KEPEDULIAN LINGKUNGAN SEKITAR
97
BUDAYA ORGANISASI AKUNTABILITAS
1. MENGGAMBARKAN PRESYASI KERJA ORTGANISASI
2. SEBAGAI BAGIAN PERTANGGUNGJAWABAN BAIK KEDALAM MAUPUN KELUAR
3. DIBUTUHKAN UNTUK PENILAIAN DAN AKREDITASI OLEH MASYARAKAT
4. SEBAGAI BASIS KOMPETENSIDALAM MERAIH PELUANG (LOKAL, RAEGIONAL, DAN INTERNASIONAL)
98
AKUNTABILITAS PENGUKURAN KINERJA
1.PERENCANAAN STRATEJIK
2.MENETAPKAN INDIKATOR KINERJA
3.PENGEMBANGAN SISTEM PENGUMPULAN DATA
4.PENYEMPURNAAN TINGKAT KEBERHASILAN KINERJA
5.PENGINTEGRASIAN DENGAN PROSES MANAJEMEN
99
ORGANISASI BERKINERJA TINGGI
PERSYARATAN
- TETAPKAN KEBIJAKAN UNTUK MEMUASKAN STAKEHOLDERS (PELANGGAN, KARYAWAN, PEMASOH, DISTRIBUTOR, DAN PEMEGANG SAHAM)
- SEMPURNAKAN PROSES BISNIS INTI (CORE BISNIS)
- ATUR KETERSEDIAAN SUMBERDAYA YANG PALING MENGUNTUNGKAN
- ATUR ORGANISASI /PERUSAHAAN BAIK DARI SEGI STRUKTUR, KEBIJAKAN, DAN BUDAYANYA.
100
PRINSIP PEMERINTAHAN/ORGANISASI MODERN
-
KEPUTUSANDIDISKUSIKAN
PELAKSANAAN KEPUTUSANDIDESENTRALISAIKAN
MASYARAKATMODEREN
PEMERINTAHAN/ORGANISASI
PROSESINTERAKSISOSIAL
MASYARAKAT/ANGGOTA DENGAN PEMERINTAH/ORGAN
ELEMEN MASYARAKAT/ANGGOTA ORGANISASI
EKUILIBRIUMKEPENTINGANANTARA:
PERSOALANPEMERINTAHAN/ORGANISASI
101
KOMITMEN DAN KONSISTENSI
KEADILANDAN
KESEJAHTERAAN
VISI DAN MISI
PENEGAKAN ATURAN/HUKUM
KOMITMEN
AKUNTABILITAS
KONSISTENSI
KOMITMEN
102
ASPEK PENGHAMBAT KOMPETISI
KOMPETISI INTERNAL BEDA AWAL START
KEGEMARAN MULAI DARI “PERBEDAAN” (PERSAMAAN?)
TIDAK MEMILIKI MODAL & TEKNOLOGI
FUNGSI PEMERINTAHAN/ORGANISASI BELUM OPTIMAL
POLITIK DIANGGAP IDENTIK DENGAN KOLEKSI KEKUASAAN,
PADAHAL SEHARUSNYA KEKUASAAN DIMANFAATKAN UNTUK KEBAIKAN PUBLIK
KOMPETISI DIANGGAP MENYAPU BERSIH LAWAN-LAWAN l
103
KEGAGALAN KOMPETISI
ORANG YANG BERPIKIR
TETAPI
TIDAK PERNAH BERBUAT
ORANG YANG BERBUAT
TETAPI
TIDAK PERNAH BERPIKIR
104
PERBEDAAN ORANG SUKSES VS ORANG GAGAL
BAGAI MEMBACA BUKU
ORANGA SUKSES
MEMBACA BUKU
SETIAP HALAMAN TANPA BERHENTI
MAKA DITEMUKAN YANG DI CARINYA
ORANG GAGAL
BERHENTI MEMBACA BUKU
PADA LEMBARAN BERIKUTNYA
SEBELUM DITEMUKAN YANG DICARINYA
105
ORANG GAGAL (THOMAS EDISON)
KEBANYAKAN ORANG GAGAL
ADALAH ORANG YANG TIDAK MENYADARI
BETAPA DEKATNYA MEREKA
KE TITIK SUKSES
SAAT MEREKA
MEMUTUSKAN UNTUK MENYERAH
106
SUKSES
VISI / CITA-CITA (+ DO’A)
+
ACTION
107
KEGAGALAN
VISI / CITA-CITA (+ DO’A) tanpa ACTION
Atau
ACTION tanpa VISI / CITI-CITA (+DO’A)
108
SUKSES
AKUNTABILITAS
KOMPETENSI KOMPETISI
RENSTRA
SUKSES ORGANISASI
109
110
111