Post on 05-Jul-2018
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
1/15
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka penunjang penelitian ini meliputi beberapa penjelasan
mengenai proses pemurnian pada gas, proses dehidrasi gas yang terdapat di SPG
Merbau, larutan Triethylene Glycol (TEG), dan pemodelan.
2.1 Proses Pemurnian Gas
Pemurnian gas dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang tidak
diinginkan didalam gas bumi sebelum dikirimkan ke konsumen. Tujuan dari
pemurnian gas tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas dari gas bumi dan
menurunkan bahaya pada sistem proses & perpipaan. Komposisi dari gas bumi
merupakan faktor yang mempengaruhi proses pemurnian gas yang akan
dilakukan. Pada umumnya, proses pemurnian gas yang dilakukan adalah gas
sweetening (CO2 removal) dan gas dehydration.
2.1.1 Gas Sweetening (CO2 Removal)
Gas sweetening bertujuan untuk menurunkan kadar CO2 dan H2S dalam raw
gas yang dapat mengganggu pada proses selanjutnya. CO2 dapat membeku pada
suhu rendah sehingga dapat menyumbat peralatan dan perpipaan. Selain itu, CO2
tidak memiliki nilai bakar sehingga menurunkan nilai bakar (heating value) dari
gas bumi. H2S merupakan gas beracun yang sangat korosif sehingga dapat
menyebabkan korosi pada peralatan proses dan sistem perpipaan (Muhammad
Fauzi, 2009).
Proses ini terdiri dari proses absorpsi yang terjadi pada menara kontaktor
(CO2 Absorber) dan proses distilasi pada regenerator untuk proses regenerasi
larutan absorben. Beberapa absorben yang biasa digunakan diantaranya adalah :
larutan K2CO3;
larutan Monoetanolamine (MEA);
larutan Diethanolamine (DEA);
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
2/15
Bab II Tinjauan Pustaka 7
Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant
di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih
larutan Triethanolamine (TEA);
larutan Methyldiethanolamine (MDEA);
larutan Diisopropylamine (DIPA); dan
larutan Aminoethoxyethanol (DGA®).
2.1.2 Gas Dehydration
Dehidrasi pada gas dilakukan untuk menghilangkan kandungan air pada gas,
sehingga dapat mengurangi masalah yang berkaitan dengan kandungan air dalam
gas, mengurangi penginjeksan inhibitor ke dalam proses produksi gas bumi dan
untuk meningkatkan kemurnian dari gas bumi yang diproduksi. Kandungan air
dalam gas dapat menyebabkan korosi, ice formation, dan terbentuknya gas
hydrates pada peralatan proses dan perpipaan (Dan Laudal Christensen, 2009).
2.1.2.1 Korosi
Air yang terdapat pada gas dapat menjadi faktor terbentuknya korosi. Korosi
dapat terjadi pada perpipaan dan peralatan yang dilewati oleh gas. Korosi
menyebabkan kerusakan pada perpipaan dan peralatan serta mengurangi umur
pakai peralatan. Hal ini akan berdampak pada besarnya biaya investasi peralatan
dan meningkatnya biaya produksi.
2.1.2.2 Pembentukan Es
Air di dalam gas bumi akan menjadi padat (membeku) dan akan menghambat
pada proses pendinginan gas bumi selanjutnya. Es yang terbentuk akan
menyumbat perpipaan dan menjadi masalah pada peralatan proses dan katup (Dan
Laudal Christensen, 2009).
2.1.2.3 Pembentukan Gas Hidrat
Gas hidrat adalah kristal gas bumi dan air yang dapat terbentuk diatas
temperatur terbentuknya es (Dan Laudal Christensen, 2009). Gas hidrat terbentuk
dari air yang mengikat gas misalnya methane. Struktur gas hidrat merupakan
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
3/15
Bab II Tinjauan Pustaka 8
Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant
di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih
caged structure dimana caged terbentuk dari air dan gas akan terikat didalamnya.
Berikut ini merupakan gambar yang menunjukkan gas hidrat :
Gambar 2.1 Gas Hidrat
Sumber : Dan Laudal Christensen, 2009.
Pembentukan gas hidrat ini akan menyumbat perpiapan dan akan mengurangi
produksi gas bumi yang dihasilkan.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghilangkan air pada gas bumi
seperti proses adsorpsi, proses absorpsi, membrane processes, dan refrigeration
(Dan Laudal Christensen, 2009).
A. Adsorpsi
Adsorpsi ialah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan
maupun gas) terikat pada padatan dan akhirnya membentuk suatu
lapisan tipis pada permukaan tersebut (Robert, 1981). Proses ini
menghasilkan akumulasi konsentrasi zat tertentu di permukaan media
setelah terjadi kontak antarmuka atau bidang batas (paras, interface)
cairan dengan cairan, cairan dengan gas atau cairan dengan padatan
dalam waktu tertentu.
Atas dasar fenomena kejadiannya, adsorpsi juga dibedakan
menjadi tiga macam. Yang pertama disebut chemisorption, terjadi
karena ikatan kimia (chemical bonding) antara molekul zat terlarut
(solute) dengan molekul adsorban. Adsorpsi ini bersifat sangat
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
4/15
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
5/15
Bab II Tinjauan Pustaka 10
Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant
di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih
Proses absorpsi terdiri dari dua tahap yaitu proses absorpsi dan
proses regenerasi larutan absorben. Proses absorpsi dilakukan di
menara kontaktor. Jenis dari menara yang digunakan dapat berupa
packing, tray, atau kombinasi keduanya. Gas umpan akan masuk dari
bagian bawah menara, sedangkan larutan absorben akan masuk
melalui bagian atas menara (counter current).
Proses regenerasi dilakukan untuk menghilangkan kandungan air
dari larutan absorben dengan prinsip distilasi. Distilasi atau
penyulingan adalah suatu metode pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu
(McCabe, 1993). Jenis distilasi yang dilakukan untuk proses regenerasi
adalah distilasi fraksionasi. Fungsi distilasi fraksionasi adalah
memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu
larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Syukri, 1999).
C. Membrane Processes
Membran adalah lapis tipis, mempunyai stuktur planar dan
merupakan material yang memisahkan dua lingkungan. Karena
membran terletak diantara dua lingkungan atau dua fasa dan
mempunyai volume yang terbatas, maka membran lebih layak disebut
sebagai interphase daripada interface. Membran secara selektif
mengontrol transport massa antara dua fasa atau lingkungan (material-
sciences.blogspot.com, 15 Mei 2012).
Dalam proses membran, gas dilewatkan ke dalam membran yang
dapat memisahkan air. Membran dapat membentuk suatu polymeric
interphases yang secara selektif hanya mengijinkan spesies kimia
tertentu untuk melewatinya.
http://material-sciences.blogspot.com/http://material-sciences.blogspot.com/http://material-sciences.blogspot.com/http://material-sciences.blogspot.com/
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
6/15
Bab II Tinjauan Pustaka 11
Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant
di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih
D. Refrigeration
Sistem pendinginan menggunakan proses refrigeration ini
berdasarkan pada prinsip pertukaran panas antara fluida yang
didinginkan (gas bumi) dengan pendingin luar (refrigerant) melalui
suatu siklus refrigerasi. Efek pendinginan dapat dicapai melalui siklus
sebagai berikut; ekspansi, evaporasi, kompresi, dan kondensasi. Proses
pertukaran panas dengan gas alam terjadi pada tahap evaporasi dimana
sebagian panas dari gas alam diserap oleh pendingin (refrigerant)
(Inayah Fatwa Kurnia Dewi, 2009).Dehidrasi gas dengan metode pendinginan (refrigeration)
merupakan metode dehidrasi dengan biaya yang cukup rendah. Air
akan mengembun jika didinginkan, air ini kemudian dipisahkan dalam
separator. Metode ini paling efisien dilakukan pada tekanan tinggi.
Jumlah air yang dihilangkan pada proses ini kurang efisien.
Dua metode yang paling banyak digunakan adalah proses adsorpsi dan proses
absorpsi. Dari kedua proses tersebut, proses yang lebih banyak digunakan di
industri adalah proses absorpsi karena lebih ekonomis dibanding proses adsorpsi.
Proses absorpsi dilakukan dengan melarutkan bahan kimia pada wet gas yang
mempunyai kelarutan besar pada air. Pertimbangan diterapkannya proses absorpsi
adalah sebagai berikut :
1) Biaya investasi alat proses absorpsi lebih murah dibandingkan dengan
proses adsorpsi. Hal ini dikarenakan kandungan air pada gas bumi
cukup banyak sehingga dibutuhkan adsorben yang cukup besar.
Sehingga diperlukan peralatan yang besar dan ruang operasi yang luas.
Sedangkan, proses absorpsi menggunakan pelarut yang tidak
membutuhkan tempat yang terlalu besar, sehingga biaya investasi alat
dapat ditekan.
2) Adsorben lebih mahal dibandingkan pelarut yang digunakan pada
proses absorpsi (umumnya glikol).
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
7/15
Bab II Tinjauan Pustaka 12
Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant
di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih
3) Membutuhkan lebih banyak energi untuk regenerasi adsorben
dibanding glikol. Selain itu, regenerasi adsorben membutuhkan lebih
banyak biaya dibanding regenerasi glikol. Glikol dapat diganti secara
kontinyu sementara penggantian adsorben memerlukan penghentian
proses.
4) Proses absorpsi merupakan proses kontinyu yang umumnya lebih
disukai dibandingkan proses batch.
Pada proses dehydration gas dengan menggunakan metode absorpsi
dilengkapi dengan proses flashing. Terdapat dua bagian utama pada proses
flashing ini yaitu flash valve dan flash separator. Flash valve terletak setelah
contactor yang berfungsi untuk menurunkan tekanan rich glycol sebelum
memasuki regenerator. Flash separator terletak setelah flash valve yang berfungsi
untuk merilis sebagian hidrokarbon dan air yang terserap oleh glikol sehingga
hidrokarbon dapat digunakan sebagai gas proses di plant. Jika tidak tedapat proses
flashing maka hidrokarbon dan air seluruhnya akan dilepaskan di proses
regenerasi dan dibuang ke atmosfer, sehingga dapat meningkatkan emisi udara
(Dan Laudal Christensen, 2009).
2.2 Proses Dehydration Gas di SPG Merbau
Proses dehydration gas di SPG Merbau dilakukan dengan prinsip absorpsi.
Larutan absorben yang digunakan adalah larutan Triethylen Glycol (TEG). Gas
umpan yang masuk ke proses ini merupakan gas yang berasal dari CO2 Removal
Unit dimana kandungan CO2 pada gas telah diturunkan menjadi 5 % mol.
Komposisi gas umpan pada proses dehydration unit adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Komposisi Gas Umpan
Komposisi
Glycol % - mol 0,0000
H2O % - mol 0,2341
Nitrogen % - mol 2,2913
Oxygen % - mol 0,0000
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
8/15
Bab II Tinjauan Pustaka 13
Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant
di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih
H2S % - mol 0,0000
CO2 % - mol 4,9883Methane % - mol 84,9961
Ethane % - mol 3,9670
Propane % - mol 1,9033
i-Butane % - mol 0,3650
n-Butane % - mol 0,5850
i-Pentane % - mol 0,2326
n-Pentane % - mol 0,1979n-Hexane % - mol 0,1591
n-Heptane % - mol 0,0802
n-Octane % - mol 0,0798Sumber : Techical Data Book Volume IV Operating Manual Book 1 of 2
Berikut ini skema proses dehidrasi gas yang terdapat di SPG Merbau :
Gambar 2.2 Skema Proses Penghilangan H2O dalam Gas
Sumber : Techical Data Book Volume IV Operating Manual Book 1 of 2
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
9/15
Bab II Tinjauan Pustaka 14
Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant
di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih
1) Proses penyerapan air
Proses penyerapan air dilakukan di menara kontaktor (Glycol
Contactor). Gas dialirkan menuju bagian bawah dari menara kontaktor
pada tekanan 644 psig dengan suhu 110oF dan larutan TEG dari bagian
atas menara (counter current) pada tekanan 650 psi dengan suhu 122 oF.
Perbedaan suhu antara gas yang masuk dengan larutan TEG yang masuk
harus dijaga antara 5-20oF (Dan Laudal Christensen, 2009). Hal ini
ditujukan untuk menghindari terkondensasinya hidrokarbon pada gas.
Suhu operasi yang rendah dimaksudkan agar sebagian air yang
terkandung dalam gas dapat berubah fasa menjadi fasa cair sehingga
memudahkan proses absorpsi.
Pada alat ini terdapat Packing Ring yang bertujuan untuk
memperluas kontak antara TEG dan wet gas. Pada bagian atas kontaktor
terdapat Mist Extractor yang berfungsi untuk menangkap TEG yang
terbawa pada aliran dry gas. Bagian bawah menara (bottom side Glycol
Contactor) berfungsi juga sebagai Scrubber dimana bagian atasnya
tedapat Demister yang berfungsi untuk menangkap hidrokarbon cair
yang mungkin terbawa aliran dan pelepasan sebagian kandungan air
yang terkandung dalam inlet gas. Pada bagian bawah Glycol Contactor
terjadi pemisahan fasa antara fasa hidrokarbon cair dengan air. Dibagian
ini hidrokarbon cair dikirim ke Close Drain Drum dan air dikirim ke
Open Drain System. Kedua buangan liquid tersebut diatur dengan Level
Control Valve (LCV) yang terdapat pada Glycol Contactor.
Aliran gas yang keluar telah memiliki kandungan air kurang dari 7 lb
/MMSCF dan biasa disebut dengan dry gas. Aliran dry gas yang keluar
dari aliran upstream masuk ke Heat Exchanger (HE). Pada aliran Heat
Exchanger ini terdapat pemanfaatan panas yang berasal dari lean TEG
(TEG yang tidak mengandung air). Gas hasil proses dikontakan dengan
lean TEG di Heat Exchanger secara counter current. Selain itu,
pertukaran panas dilakukan untuk mendinginkan larutan lean TEG
sebelum masuk ke menara kontaktor. Gas mengalami pemanasan dari
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
10/15
Bab II Tinjauan Pustaka 15
Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant
di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih
114 oF hingga 116 oF dan lean TEG yang masuk ke menara mengalami
pendinginan hingga 122oF. Heat Exchanger yang digunakan adalah jenis
Strike Shell and Tube. Aliran dry gas masuk di bagian Tube dan lean
TEG masuk di bagian shell.
2) Regenerasi TEG
Rich TEG (TEG yang mengandung banyak air) dialirkan menuju
proses Glycol Regeneration. Proses ini terdiri dari Glycol Reboiler,
Glycol Still Column, Glycol Reflux Condenser , dan Stripping Column.
Rich TEG dialirkan menuju Glycol Reflux Condenser untuk
mendapatkan pemanfaatan panas dari proses kondensasi uap air hasil
proses regenerasi. Dari proses ini rich TEG mengalami peningkatan
suhu dari 120 oF menjadi 132 oF.
Setelah itu rich TEG dipanaskan pada dua Heat Exchanger (HE).
Media pemanasnya merupakan lean TEG yang berasal dari Stripping
Column. Rich TEG melewati HE pertama dengan suhu masuk 132oF
dan suhu keluar 150 oF. Pemanas pada HE 1 berfungsi untuk
mengefektifkan proses pelepasan hidrokarbon dan air di Glycol Flash
Drum. Pada Glycol Flash Drum terjadi pelepasan hidrokarbon yang
terbawa pada aliran TEG (loss methane) dan sebagian air pada rich
TEG. Alat ini merupakan separator tiga fasa yang berfungsi memisahkan
cairan, hidrokarbon, dan gas. Hidrokarbon liquid dihasilkan dari proses
kondensasi gas yang terbawa aliran TEG. Fasa gas yang dipisahkan
merupakan gas yang ikut terbawa dalam aliran TEG dan sebagian air
yang teruapkan.
Setelah melewati Glycol Flash Drum aliran rich TEG dialirkan ke
Glycol Solid Filter dan Charcoal Filter untuk menghilangkan partikel
padatan pada aliran rich TEG.
Setelah melewati proses penyaringan, rich TEG dipanaskan kembali
di HE 2 dengan media pemanas yang sama. Pada HE 2 ini suhu gas
ditingkatkan dari 150 oF menjadi 322 oF. Kedua HE yang digunakan
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
11/15
Bab II Tinjauan Pustaka 16
Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant
di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih
berbentuk U Tube Double Pipe Heat Exchanger. Setelah melewati HE 2
rich TEG masuk ke Glycol Still Column dan masuk ke Glycol Reboiler.
Pada Glycol Reboiler terjadi pemanasan larutan TEG sehingga air
yang terkandung dalam rich TEG teruapkan. Jenis Reboiler yang
digunakan adalah Fire Tube Reboiler. Reboiler bekerja pada tekanan 3,1
psig dan suhu 400oF. Pemanasan dilakukan dengan bahan bakar gas. Air
yang terkandung dalam TEG akan berubah fasa menjadi uap yang
dikarenakan adanya pemanasan pada Reboiler. Uap ini akan mengalir ke
Glycol Still Column dan mengalami kontak dengan rich TEG. Pada
tahap ini terjadi proses penguapan air yang dibantu oleh Packing yang
terdapat pada Glycol Still Column.
Uap air akan menuju Glycol Reflux Condenser untuk merubah fasa
uap air menjadi fasa cair. Media pendingin yang digunakan adalah rich
TEG yang keluar dari menara kontaktor. Rich TEG yang berasal dari
reboiler mengalir ke Stripping Column untuk membantu penguapan air
menggunakan fuel gas. Hasil dari proses regenerasi merupakan lean
TEG yang telah memiliki kandungan air sekecil mungkin. Lean TEG
kemudian melewati dua Heat Exchanger sebagai media pemanasan
untuk rich TEG.
Setelah melewati Heat Exchanger lean TEG masuk ke Glycol
Accumulator dan dipompakan oleh Glycol Circulation Pump menuju
menara kontaktor. Tekanan lean TEG dinaikan oleh Glycol Circulation
Pump dari 230 psi menjadi 653 psi.
Sebelum masuk ke menara kontaktor lean TEG didinginkan dari
175,13 oF menjadi 122 oF di Heat Exchanger dengan dikontakkan
dengan dry gas. Make up TEG dimasukan ke Glycol Sump Drum untuk
kemudian dialirkan ke Glycol Day Tank . Jika volume TEG pada proses
berkurang penambahan TEG berasal dari Glycol Day Tank ke Glycol
Reboiler.
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
12/15
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
13/15
Bab II Tinjauan Pustaka 18
Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant
di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih
Triethylene Glycol (TEG) banyak digunakan sebagai larutan absorben pada
proses dehidrasi hal ini dikarenakan :
Biaya operasi dan investasi peralatan rendah
Stabilitas termal tinggi
Efisien jika diregenerasi pada temperatur reboiler yang tinggi
Losses vaporization rendah
Kelarutan yang tinggi pada air
Biaya yang murah
Tidak bersifat corrosive
Kelarutan yang rendah pada hidrokarbon dan acid gases
Viskositas rendah
Kecenderungan terbentuknya foaming rendah
Laju umpan larutan TEG pada proses dehidrasi gas dianjurkan antara 0.017
sampai 0.042 m3 lean TEG per kg air pada feed gas. Adanya rentang laju umpan
TEG bertujuan untuk meminimalisasi terbawanya gas ke aliran TEG dan
terbawanya larutan TEG ke aliran gas (Dan Laudal Christensen, 2009).
2.4 Pemodelan
Model didefinisikan sebagai suatu deskripsi logis tentang bagaimana
sistem bekerja atau komponen-komponen berinteraksi. Dengan membuat model
dari suatu sistem maka diharapkan dapat lebih mudah untuk melakukan
analisis. Hal ini merupakan prinsip pemodelan, yaitu bahwa pemodelan bertujuan
untuk mempermudah analisis dan pengembangannya.
Melakukan pemodelan adalah suatu cara untuk mempelajari sistem dan
model itu sendiri dan juga bermacam-macam perbedaan perilakunya.
2.4.1 Validasi
Penjelasan mengenai validasi (Harrell, 2003), yaitu sebagai berikut model
simulasi yang dibangun harus kredibel. Representasi kredibel sistem nyata oleh
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
14/15
Bab II Tinjauan Pustaka 19
Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant
di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih
model simulasi ditunjukkan oleh validasi model. Validasi adalah proses penentuan
apakah model sebagai konseptualisasi atau abstraksi merupakan representasi
berarti dan akurat dari sistem nyata.
Validasi model adalah usaha menyimpulkan apakah model sistem tersebut
merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji yang dapat menghasilkan
kesimpulan yang meyakinkan. Validasi adalah suatu proses iteratif yang berupa
pengujian berturut-turut sebagai proses penyempurnaan model komputer.
Umumnya validasi dimulai dengan uji sederhana seperti (1) tanda aljabar, (2)
tingkat kepangkatan dari besaran, (3) format respons (linear, eksponensial,
logaritmik, dan sebagainya, (4) arah perubahan peubah apabila input atau
parameter diganti-ganti, dan (5) nilai batas peubah sesuai dengan nilai batas
parameter sistem.
2.4.2 Simulasi (Analisis Sensitivitas)
Simulasi merupakan suatu teknik meniru operasi-operasi atau proses-
proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan perangkat komputer dan
dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa
dipelajari secara ilmiah (Law and Kelton, 1991).
Dalam simulasi digunakan komputer untuk mempelajari sistem secara
numerik, dimana dilakukan pengumpulan data untuk melakukan estimasi
statistik untuk mendapatkan karakteristik asli dari sistem.
Simulasi merupakan alat yang tepat untuk digunakan terutama jika
diharuskan untuk melakukan eksperimen dalam rangka mencari komentar
terbaik dari komponen-komponen sistem. Hal ini dikarenakan sangat mahal dan
memerlukan waktu yang lama jika eksperimen dicoba secara riil. Dengan
melakukan studi simulasi maka dalam waktu singkat dapat ditentukan
keputusan yang tepat serta dengan biaya yang tidak terlalu besar karena
semuanya cukup dilakukan dengan komputer.
Pendekatan simulasi diawali dengan pembangunan model sistem nyata.
Model tersebut harus dapat menunjukkan bagaimana berbagai komponen dalam
sistem saling berinteraksi sehingga benar-benar menggambarkan perilaku sistem.
8/15/2019 Gas alam Pertamina SPG Merbau
15/15
Bab II Tinjauan Pustaka 20
Studi Optimasi Dehidration Gas Unit (DHU) Plant
di Stasiun Pengumpul Gas Merbau PT Pertamina EPRegion Sumatera Field Prabumulih
Setelah model dibuat maka model tersebut ditransformasikan ke dalam program
komputer sehingga memungkinkan untuk disimulasikan.