Post on 12-Apr-2016
description
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangSetiap wanita dalam usia subur setiap bulannya akan mendapat
menstruasi (haid). Sering haid yang datang disertai dengan rasa nyeri
pada daerah perut atau pinggang. Rasa nyeri saat haid atau yang
disebut dalam istilah medisnya dengan dismenore, banyak dialami
para wanita (Info sehat, 2008)
Nyeri saat haid (dismenore) ada dua bentuk yaitu dismenore
primer dan sekunder. Dismenore primer biasa timbul pada hari
pertama atau kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram
dan dirasakan pada abdomen bawah. Beberapa faktor yang dikaitkan
dengan dismenore primer yaitu prostaglandin uterine yang tinggi, dan
faktor emosi/psikologis.belum diketahui dengan jelas bagaimana
prostaglandin bisa menyebabkan dismenore tetapi diketahui bahwa
wanita dengan dismenore mempunyai prostaglandin yang 4 kali lebih
tinggi daripada wanita tanpa dismenore. (Siswandi, 2007)
Dismenore sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan
kelainan anatomis yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan
adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip
endometrial, polip serviks, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi
dalam rahim). Untuk menegakkan penyebab dismenore perlu
konsultasi dengan dokter ahli kandungan sehingga dapat memberi
pengobatan yang tepat (Manuaba, 2009)
Menurut Journal Occupational and Enviromental, Di Amerika
Serikat, diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan
10-15% diantaranya mengalami dismenore berat yang menyebabkan
wanita tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Di Indonesia angka
kejadian dismenore terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36%
dismenore sekunder. Biasanya gejala dismenore primer terjadi pada
1
2
wanita usia produktif 3-5 tahun setelah mengalami haid pertama dan
wanita yang belum pernah hamil (Info sehat, 2008).
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti berupa
wawancara tentang pengetahuan tentang dismenore kepada 10
Mahasiswa tingkat 1 di Asrama STIKES Karya Husada Semarang
didapatkan bahwa 3 diantaranya menyatakan mengetahui tentang
dismenore, 7 diantaranya tidak mengetahui tentang dismenore 4
diantaranya mengalami nyeri pada saat menstruasi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah dilakukan,peneliti
tertarik untuk melakukann penelitian tentang Gambaran Tingkat
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore Pada Tingkat Satu
Asrama STIKES Karya Husada Semarang.
B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut “Bagaimana Tingkat Pengetahuan
remaja Putri Tentang Dismenorhe Pada Tingkat satu?”
C. Tujuan1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran Tingkat pengetahuan Remaja Putri Tentang
Dismenorhe Pada Tingkat Satu Asrama
Tujuan Khusus
Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang
pengertian dismenorhea.
D. Manfaat Penelitian1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah bahan bacaan atau
referensi dan pemahaman mahasiswa tentang Dismenorhea.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
3
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada tenaga
kesehatan khususnya bidan agar memberikan penyuluhan kepada
mahasiswa tentang dismenorhe.
3. Bagi Responden
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswi tingkat satu tentang
dismenorhe.
4. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan mengenai penelitian yang diambil serta
dapat menerapkan teori yang telah didapat dalam penelitian,
sehingga diharapkan dapat memberikan asuhan dan konseling
tentang dismenorhe.
BAB IITINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori1. Dismenorhea
a. Pengertian Dismenorhea
Dismenorhea adalah rasa nyeri saat menstruasi yang
mengganggu kehidupan sehari-hari wanita (Manuaba, 2009)
derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup Ringan (berlangsung
beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas sehari-
hari), Sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk
menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan
pekerjaannya), Berat (rasa nyerinya demikian beratnya sehingga
memerlukan istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan
nyerinya) (Manuaba, 2008)
b. Jenis Dismenorhea
Terdapat dua jenis dismenorhea yaitu:
1) Dismenorhea Primer
Nyeri yang terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca
menarche (menstruasi pertama). Hal itu karena siklus
menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarche
biasanya bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri. Rasa
nyeri timbul sebelum atau bersamaan dengan menstruasi dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa
kasus dapat berlangsung sampai beberapa hari.
Sifat nyeri pada dismenorhea ini adalah kejang yang
berjangkit-jangkit di perut bagian bawah, dapat merambat ke
daerah pinggang dan paha. Nyeri dapat disertai mual, muntah,
sakit kepala, dan diare. Menstruasi yang menimbulkan rasa
nyeri pada remaja sebagian besar disebabkan oleh dismenore
primer. (Dokter kita, 2007)
4
5
2) Dismenorhea Sekunder
Nyeri haid yang disebabkan suatu kelainan kongenital atau
kelainan organik di pelvis. Rasa nyeri yang timbul disebabkan
karena adanya kelainan pelvis, misalnya endometriosis,
mioma uteri (Dokter kita, 2007)
c. Penyebab Dismenorhea
Beberapa faktor penyebab dismenore primer, antara lain:
1) Faktor kejiwaan
Gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka
tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid,
mudah timbul dismenorhea
2) Faktor konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan yang
dapat juga menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor-
faktor ini adalah anemia, penyakit menahun, dan sebagainya.
3) Faktor obstruksi kanalis servikalis (leher rahim)
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan
terjadinya dismenore primer adalah stenosis kanalis servikalis.
Sekarang hal tersebut tidak lagi dianggap sebagai faktor
penting sebagai penyebab dismenore primer, karena banyak
perempuan menderita dismenore primer tanpa stenosis
servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi atau
hiperretrofleksi.
4) Faktor endokrin
Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang
berlebihan. Endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos.
Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan kedalam
peredaran darah, maka selain dismenorhea, dijumpai pula
efek umum, seperti diare, nausea, muntah, flushing (Sarwono,
2007)
6
Beberapa penyebab Dismenorhea sekunder karena adanya
keluhan sakit sewaktu haid akibat kelainan-kelainan organik,
misalnya:
a) Endometriosis (endometrium atau selaput dinding rahim
berada di luar tempat yang seharusnya)
b) Fibroid (tumor rongga panggul yang letaknya dekat
endometrium)
c) Mioma uteri (adanya tumor dalam rongga rahim)
d) Peradangan pada tuba falopi
e) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut
f) Pemakai IUD atau AKDR
(Astri, 2010)
d. Gejala Dismenorhea
1) Nyeri pada perut bagian bawah
2) Nyeri menjalar pada punggung bagian bawah dan tungkai
3) Kram terasa hilang timbul, terkadang terus menerus ada
4) Nyeri timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi
5) Nyeri mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan 2 hari
akan menghilang
6) Sering disertai sakit kepala
7) Sering disertai sembelit atau diare dan sering berkemih
8) Sering disertai mual kadang sampai terjadi muntah
9) (Medicastore, 2006)
e. Penanganan Dismenorhea
Ada beberapa cara untuk menangani dismenorhea, yaitu:
1) Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorhea adalah
gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Nasihat-
nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan
olah raga mungkin berguna.
7
2) Pemberian obat analgesik
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat
kombinasi aspirin, fanasetin, dan kafein. Obat-obat paten
yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acet-
aminophen dan sebagainya
3) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini
bersifat sementara dengan mkasud untuk membuktikan
bahwa gangguan benar-benar dismenorhea primer, atau
untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan
penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat
dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi
kontrasepsi
4) Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Contoh obat ini adalah ibuprofen, dan naproksen. Dalam
kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau
mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan
diberikan 1-3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid
5) Dilatasi kanalis servikalis
Dapat meringankan karena memudahkan pengeluaran darah
haid dan prostaglandin didalamnya
(Sarwono, 2007)
Selain cara di atas, ada beberapa cara lain yang biasa dilakukan
untuk menghilangkan atau membantu mengurangi nyeri haid
yaitu:
a) Memberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya
ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat ini akan
sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi
dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi.
b) Selain dengan obat-obatan rasa nyeri juga bisa dikurangi
dengan: istirahat yang cukup, olahraga yang teratur,
8
pemijatan, yoga, orgasme pada aktivitas seksual, dan
kompres hangat di daerah perut.
c) Untuk mengatasi mual dan muntah diberikan obat anti mual,
tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya
telah teratasi.
d) Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-
hari, maka diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung
estrogen dan progesteron atau diberikan Medroksi
progesteron. Pemberian kedua obat tersebut untuk mencegah
ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan
prostaglandin, yang selanjutnya akan mengurangi beratnya
dismenorhea. Jika masih tidak efektif juga maka dilakukan
pemeriksaan tambahan (Laparoskopi).
e) Jika dismenorhea dirasakan sangat berat dilakukan ablasio
endometrium, yaitu prosedur dimana lapisan rahim dibakar
atau diuapkan dengan alat pemanas.
f) Pengobatan untuk dismenorhea sekunder tergantung kepada
penyebabnya.
(Medicastore, 2006).
2. Pengetahuan (Knowledge)a. Pengetian
Pengatahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba yang sebagian besar di
pengaruhi oleh mata dan telinga, dan terdiri dari 6 tingkatan yaitu
tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application),
analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation)
(Notoatmodjo, 2007)
9
b. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, meliputi :
1) Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Dapat diukur dengan menggunakan kata kerja
“menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainya“
2) Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap materi atau objek harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari
3) Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi real
(sebenarnya)
4) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat melalui
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
10
5) Sintesis (synthesis)
Menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu didasari pada suatu kriteria-
kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
(Notoatmodjo, 2007)
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:
1) Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi
pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan
akan berkurang.
2) Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara
mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk
berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah
11
sehingga ia mampu menguasai lingkungan . Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari
seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat
pengetahuan.
3) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan
memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-
hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam
lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang
akan berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang.
4) Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam
hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini
seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh
suatu pengetahuan.
5) Pendidikan
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin baik pula pengetahuannya.
6) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang
rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari
berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal
itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
7) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah
tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
12
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu
(Notoatmodjo, 2010)
d. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
(1) Baik, bila 76-100%
(2) Cukup, bila 56-75%
(3) Kurang, bila < 56%
(Nursalam, 2008)
e. Cara Memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan
dibagi menjadi dua cara, yaitu cara tradisional atau non ilmiah dan
cara modern atau ilmiah
1) Cara tradisional atau non ilmiah
Ada 10 cara tradisional yang digunakan yaitu :
a) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dilakukan dengan mencoba-coba beberapa
kemungkinan. Bila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil.
b) Secara kebetulan
Terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan dari hasil menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa
terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya
d) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman seseorang dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh pengetahuan
13
e) Cara akal sehat
Cara akal sehat atau common sense kadang-kadang
dapat menemukan teori atau kebenaran.
f) Kebenaran melalui wahyu
Pengetahuan dari ajaran agama yang di yakini oleh
pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari
pengetahuan tersebut rasional atau tidak.
g) Kebenaran secara intuitif
Pengetahuan yang diperoleh seseorang hanya
berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
h) Melalui jalan pikiran
Menggunakan penalaran untuk memperoleh
pengetahuan. Dengan berkembangnya jaman, cara berpikir
manusia juga berkembang.
i) Induksi
Proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
j) deduksi
Proses penarikan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus.
2) Cara modern atau ilmiah
Cara untuk memperoleh pengetahuan dengan
mengadakan pengamatan langsung, kemudian hasil
pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan
kemudian diambil kesimpulan umum. Dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi
langsung, dan membuat pencatatan terhadap semua fakta
sehubungan dengan objek yang diamatinya (Notoatmodjo,
2010)
14
3. Remaja dan batasannyaRemaja didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek
biologi, kognitif, dan perubahan social yang berlangsung antara 10-
19 tahun.
Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah
antara 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa
remaja terbagi atas:
a. Masa remaja awal (10-13 tahun)
b. Masa remaja tengah (14-16 tahun)
c. Masa remaja akhir (17-19 tahun)
Yang dimaksud dengan remaja awal (early adolescense)
adalah masa yang ditandai dengan berbagi perubahan tubuh yang
cepat, sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, dan
pada saat ini remaja mulai mencari identitas diri. Remaja menengah
(middle adolescense) ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah
menyerupai orang dewasa. Remaja akhir (late adolescense) ditandai
dengan pertumbuhan biologis yang sudah melambat tetapi masih
berlangsung di tempat-tempat lain. Emosi, minat, kosentrasi, dan
cara berpikir remaja akhir mulai stabil. Kemampuan dalam
menyelesaikan masalah sudah mulai meningkat (Poltekkes depkes,
2010)
4. Haid dan siklusnya
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.
Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid
yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Panjang siklus haid yang
normal atau dianggap silkus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi
variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga
pada wanita yang sama. Siklusnya tidak terlalu sama. Lama haid
biasanya 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit
kemudian, dan ada yang 7-8 hari. Usia gadis remaja pada waktu
15
pertama kalinya mendapat haid pertama (menarche) bervariasi, yaitu
10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan
bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi
dan kesehatan umum (Sarwono, 2007)
16
B. Kerangka Teori :
Disminorhe :
Pengertian
Jenis Desminorhe
Penyebab Desminorhe
Gejala Desminorhe
Penanganan Desminorhe
Remaja Putri
Pengetahuan :
Pengertian
Tingkat Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan cara
memperoleh
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain penelitian1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang
mengungkapkan, membahas masalah dengan memaparkan,
menafsirkan dan menggambarkan keadaan serta peristiwa yang
terjadi pada saat penelitian berlangsung untuk kemudian dianalisa
dan dibuat kesimpulan (Sugiyono:2009:14).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan remaja putrri tentang disminorhe pada tingkat satu di
Asrama STIKES KARYA HUSADA Semarang.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini dengan cross sectional, dimana peneliti
melakukan observasi atau pengumpulan data pada satu saat,
artinya tiap subjek penelitianya hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap suatu karakter atau variabel
subyek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo,2010:26). Pada
penelitian ini subyek yang diobservasi adalah tingkat pengetahuan
dan perilaku yang dilakukan sekali sajapada ibu di Desa Sumberejo
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian yang akan
diteliti. Populasi secara spesifik tentang siapa atau golongan mana
yang menjadi sasaran penelitian(Notoatmodjo,2010:86). Pada
penelitian ini, populasinya adalah ibu menyusui di Desa Sumberejo
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebanyak 46 ibu.
17
18
2. Sampel
Sampel adalah sebagian subyek yang diambil dari
keseluruhan subjek penelitian dan dianggap mewakili populasi.
Besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus solvin sebagai berikut (Suyanto,2009:45).
Untuk menentukan besarnya sample menggunakan rumus sebagai
berikut:
n= N1+N (d2)
Keterangan :
n= jumlah sampel
N= jumlah populasi
D= tingkat signifikan
Dari perolehan diatas diperkirakan perolehan besar sampel:
n =70
1+70(0,05)
n= 701+70 (0,0025 )
n= 701+0,175
n= 701,175
n=59
Jadi sampel penelitian ini adalah 59 pengetahuan remaja putri
tentang dismenorhe pada tingkat satu di Asrama STIKES Karya
Husada Semarang.
Agar karakteristik sampel tidak menyimapang dari populasinya,
maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan
kriteria inklusi dan eksklusi
a. Kriteria Inklusi
1) Mahasiswa tingkat satu Asrama STIKES Karya Husada
Semarang
19
2) Mahasiswa tingkat satu Asrama STIKES Karya Husada
Semarang yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1) Mahasiswa tingkat satu Asrama STIKES KARYA HUSADA
Semarang yang tidak nyeri saat menstruasi
2) Mahasiswa tingkat satu Asrama STIKES Karya Husada
Semarang yang nyeri saat menstruasi
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan
sumber data sebenarnya dengan memperhatikan sifat-sifat
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif
(Arikunto,2010:176).
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple
Random Sampling adalah suatu sample yang terdiri atas sejumlah
elemen yang dipilih secara acak, dimana setiap elemen atau
anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi sampel (Arikunto, 2010).
C. Waktu dan Tempat Penelitian1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Asrama STIKES KARYA HUSADA
Semarang.
D. Definisi OperasionalDefinisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk
membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati
atau diteliti (Notoatmodjo,2010:85).
Definisi operasional dapat ditentukan berdasarkan parameter
yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara
20
pengukuranya merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan
ditentukan karakteristiknya (Suyanto,2009:25).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variebel Definisi Operasional Alat Ukur Peremeter dan
KategoriSkala
PenukuranVariabel: Tingkat Pengetahuan remaja putri tentang disminorhe
Kemampuan responden dalam memahami dan menjawab dengan benar tentang pengertian, tentang disminorhe
Kuesioner
1. Kurang :<56% Jika responden menjawab benar <10
2. Cukup :56-75% Jika responden menjawab benar 10 sampai 15 pernyataan
3. Baik :76-100% Jika responden menjawab benar >15 sampai 20 pernyataan
Ordinal
E. Alat Pengumpulan Data1. Kuesioner
Kuesioner untuk tingkat pengetahuan sebanyak 20
pernyataan dengan pilihan jawaban benar atau salah. Pertanyaan
favourable 10 dan unfavourable 10 pertanyaan. Kuesioner untuk 1
pertanyaan dengan pilihan jawaban melakukan atau tidak
melakukan.
a. Pengetahuan
Koesioner pertama berisi tentang pengetahuan remaja
putri tentang desminorhe pada tingkat satu. yang terdiri dari 20
pertanyaan. Dalam kuisioner pengetahuan terdapat 13
pertanyaan favourable dan 7 pertanyaan unfavourable. Jika Jika
pertanyaan favourable untuk jawaban benar maka skornya
adalah 1, jika jawaban salah maka skornya 0. Dan untuk
pertanyaan unfavourable untuk jawaban benar maka skornya
adalah 0, jika jawaban salah maka skornya 1.
21
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan Pengetahuan
No Pertanyaan Favourable Unfavorable Jumlah soal
1 Pengertian tentang DESMINORHE
1,3 2 3
2 Kandungan tentang DESMINORHE
5,6 4 3
3 Tujuan tentang DESMINORHE
8,9 7,10 4
4 Manfaat tentang DESMINORHE
12,13,15,16,18,19,20
11,14,17 10
Total 20
2. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Sebelum digunakan untuk mengumpulkan dat penelitian
maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrument
penelitian. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan di
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau keaslian suatu instrumen. Suatu instrumen yang
valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto,2006 :
168).
Uji validitas menggunakan rumus person product mement
yang rumusnya sebagai berikut :
R = n (Σxy )−(Σx ) .(Σy)√¿¿¿
Keterangan :
r : Koefisien korelasi
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
n : Jumlah Sampel
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
22
Menurut Sugiyono (2007) keputusan ujinya adalah : Bila r
hitung lebih besar dari r tabel artinya variabel tersebut valid. Bila
r hitung lebih kecil dari r tabel artinya variabel tersebut tidak
valid .
Hasil uji validitas :
1) Nilai r tabel pada 15 responden adalah 0,514. Hasil uji
validitas variabel pengetahuan, nilai r hitung pada 15
responden dalam rentang 0,515-0,815 artinya kuesioner
pengetahuan tersebut valid karena nilai tersebut lebih besar
dari r tabel (0,514)
2) Hasil uji validitas perilaku, terdapat 1 item pernyataan yang
tidak valid atau (r hitung <0,514) yaitu item nomor 2.
Pertanyaan nomor 2 sudah terwakili oleh pertanyaan nomor
3.
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas adalah yang menunjukan sejauh mana suatu
alur ukur pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
(Arikunto, 2010 :221). Untuk menguji reliabilitas instrumen
dengan menggunakan teknik alpha cronbach dengan rumus
koefisiansi alpha cronbach sebagai berikut:
b. ri=kk−1 {1− si2st2 }
Keterangan :
ri = koefisienreliabilitas yang dicari
k = banyaknyabutir pernyataan (soal)
si2 = Variansbutir-butir pernyataan (soal)
st2 = Variansskor total
Menurut Riwidikdo (2007) untuk mengetahui reliabilitas
instrumen dengan membandingkan nilai r tabel dengan alpha.
Pertanyaan dikatakan reliabel dengan ketentuan bila alpha lebih
besar dari 0,7.
23
Hasil uji Reliabilitas :
1) Hasil uji reliabilitas pengetahuan dengan ɑ = 0,927 artinya
kuesioner pengetahuan tersebut reliabel tinggi karena nilai
alpha cronbach lebih besar dari 0,7.
2) Hasil uji reliabilitas perilaku dengan ɑ = 0,919 artinya
kuesioner perilaku tersebut reliabel tinggi karena nilai alpha
cronbach lebih besar dari 0,7.
F. Prosedur Pengumpulan Data1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari lapangan
atau lokasi penelitian oleh peneliti sendiri (Arikunto, 2010:265).
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner.
Data ini dilakukan sekaligus dalam satu kali pengumpulan
sehingga didapatkan data tingkat pengetahuan remaja putri
tentang disminorhe
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak
langsung. (Notoatmodjo, 2010:135). Data sekunder yang
dipakai pada penelitian ini yaitu data jumlah remaja putri tingkat
satu di Asrama STIKES Karya Husada Semarang
2. Cara Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan
1) Mengurus perijinan di STIKES Karya Husada Semarang.
2) Mencari sumber-sumber pustaka dan data-data penunjang
di lapangan.
3) Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Peneliti menentukan responden yang akan dijadikan sampel
penelitian, kemudian memperkenalkan diri dan menjelaskan
24
tujuan penelitian kepada responden dengan memberikan
lembar kuesioner.
2) Setelah responden setuju untuk dijadikan responden dalam
penelitian, maka responden disarankan untuk mengisi
lembar informed concent untuk dijadikan responden bahwa
diadakan pengambilan data untuk penelitian.
3) Pelaksanaan penelitian terhadap responden atau yang
menjadi sapel dalam penelitian.
4) Memberikan kuesioner dan menjelaskan cara pengisian
kuesioner kepada responden yang menjadi sampel
penelitian dengan mengedarkan daftar pertanyaan maupun
pernyataan diajukan secara tertulis untuk mendapatkan
jawaban.
5) Mengumpulkan lembar kuesioner yang sudah diisi oleh
responden, kemudian dilakukan pengecekan.
6) Data yang telah dicek tersebut kemudian diolah.
G. Pengolahan Data dan Analisis Data1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah memeriksa data yang telah diperoleh, bertujuan
untuk memastikan bahwa lembar kuesioner sudah lengkap, baik
jumlah maupun isinya (Notoatmodjo,2010:174).
b. Scoring
1) Kategori tiingkat pengetahuan
a) Kurang : <56% Jika responden menjawab benar <10
b) Cukup : 56-75% Jika responden menjawab benar 10
sampai 15 pertanyaan
c) Baik : 76-100% Jika responden menjawab benar
>15samapai 20 pertanyaan.
25
2) Kategori tingkat pengetahuan:
a) Kurang : < Mean
b) Baik : ≥ Mean
c. Coding
Mengklasifikasikan jawaban-jawaban daripara responden ke
dalam kategori-kategori Tingkat Pengetahuan
a) Kode 1 : Kurang
b) Kode 2 : Cukup
c) Kode 3 : Baik
d. Entry Data
Memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam database
komputer (Notoatmodjo,2010:176).
e. Tabulating
Kegiatan memasukan data ke dalam bentuk tabel-tabel,sesuai
dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti
(Notoatmodjo,2010:176).
2. Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Analisa Univariat
Analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini
hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2010:hal 182).Analisa univariat dalam penelitian
ini terdiri dari variabel tingkat pengetahuan disminorhe. Dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
x= fnx 100%
Keterangan :
x = hasil persen n = total seluruh populasi
f = frekuensi hasil penelitian
26
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat ialah analisis yang dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.Dalam
penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan remaja putrid tentang
disminorhe. Uji statistik yang digunakan adalah dengan uji
analisis Chi - square dengan derajat kemaknaan 5% atau 0,05.
Analisa data Chi-Square mempunyai syarat yaitu :
1) Skala ukur ordinal atau nominal bentuk data kategorik
2) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan / nilai
ekspektasi (nilai E kurang dari 1)
3) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan/nilai
ekspektasi kurang dari 5, lebih 20% dari keseluruhan sel.
Jika Syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka dipakai
uji alternatifnya (Dahlan, 2012:19):
1) Alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2 x 2 adalah uji Fisher.
2) Alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2 x K adalah uji
Kolmogorov-Smirnov.
3) Alternatif uji Chi-Square untuk tabel selain 2 x 2 dan 2 x K
adalah penggabungan sel. Setelah dilakukan penggabungan
sel akan terbentuk suatu tabel B x K yang baru. Uji hipotesis
yang dipilih sesuai dengan tabel B x K yang baru tersebut.
Rumus :
x2=∑ (f o−f h )2
f h
Keterangan :
x2 = chi-square
f0 =frekuensi observasi
fh =frekuensi harapan
∑ = jumlah sampel
27
Perhitungan rumus di atas dilakukan dengan
menggunakan komputerisasi, kemudian dalam program akan
ditampilkan signifikan p value. Dengan nilai p ini kita dapat
menggunakan untuk keputusan statistik dengan cara
membandingkan nilai p dengan nilai (α) 0,05.
Hasil analisa diambil dengan kesimpulan :
Bila p value ≤ 0,05 Ha diterima, berarti ada hubungan Bila p
value> 0,05 Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan.
H. Etika Penelitian1. Informed Consent (Persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Jika
responden tersebut menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh
memaksakan kehendaknya. Jika responden bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.
2. Anonimity (Tanpa nama)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. (Hidayat,
2009:93)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 170, 191, 281
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 3, 183
Astri, 2010. Nyeri Menstruasi (Dismenorhea). http://astriaje.blogspot.com/2010/07/nyeri-menstruasi-dismenore.html Diposkan tanggal 14 Februari 2012
Dokter kita, 2007. Waspada Nyeri Pada Haid http://egosumquesum. wordpress.com/2008/03/01/waspada-nyeri-pada-haid/ Diposkan tanggal 14 Februari 2012
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 50
Info sehat, 2008. Nyeri Haid. http://infosehat.com/inside_level2.asp? artid=829&secid=&intid=4 Diposkan tanggal 11 Februari 2012
Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. Hal 59
Manuaba, I.B.G. 2009. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal 40
Manuaba, I.B.G. 2008. Gawa- Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan . Jakarta: EGC. Hal 289-290
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Keshatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 10-18, 87, 103, 112, 130, 159, 168, 174-176
Notoadmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 143-146
Notoadmojo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 92
Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 103-104, 229-231
Poltekkes Depkes Jakarta 1. 2010. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika. Hal 1, 66
Siswandi, Y. 2007. Klien Gangguan Sistem Reproduksi Dan Seksualitas . Jakarta : EGC. Hal 9
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung ALFABETA. Hal 297