Post on 25-Oct-2020
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
i
GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING
DI DESA PLERET BANTUL YOGYAKARTA
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun Oleh :
VANI PUSPITA MAHARANI
1112041
PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-3)
STIKES JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2015
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
v
MOTTO
Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah bila dikerjakan tanpa
keengganan.
Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan hari ini.
Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas kelengahan
kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula.
Pengetahuan adalah kekuatan.
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.
Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tiada yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selain Engkau Ya Allah.
Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu Ya Rabb, saya bisa
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan
untuk :
Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Pelda Martam dan Ibu Prinarni yang
selalu memberikan doa dan semangat. Betapa tak ternilai kasih sayang dan
pengorbanan kalian kepada saya. Terima kasih atas dukungan kalian.
Untuk saudara saya Kak Vina Puspita Anggraini, SE., Kak Bringpol Putut
Pujianto, SH., dan adek Syifa Azalia Zahra terima kasih atas dukungan dan doa
untuk kesuksesan saya.
Dosen-dosenku yang telah menjadi orang tua kedua saya yang namanya tak bisa
saya sebutkan satu persatu yang selalu memberikan motivasi untuk saya. Terima
kasih untuk ilmu yang telah kalian berikan.
Dosen pembimbingku Ibu Ratna Prahesti, SST yang terus memotivasi saya
untuk selalu fokus menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima Kasih untuk
ilmu dan bimbingan ibu selama ini.
Sahabat-sahabat tersayang kak eyen yang ngakunya saudara kedua, Kak Ge
yang ngakunya saudara bungsu, sahabat 5cm (Ge, Rian, Ian, Galuh, Nopi),
sahabat D’scigenois, calon ibu dokter Diah, calon ibu persit Fradina, calon-calon
uztadzah Ica, Endah, Putri dan sahabat anak rantau Sorong-Jogja. Terima kasih
karena kalian siap menampung curahan hati saya, tempat sharing dan tempat
gossip tentunya, makasih juga motivasi dan semangat yang selalu kalian berikan.
Teman-teman almamaterku yang tak bisa disebutkan satu persatu, mari kita
lanjutkan perjuangan kita di luar sana, mengabdi kepada masyarakat, jaga nama
baik almamater dan buat harum nama kampus kita. Saat yang saya rindukan
saat berkumpul dengan kalian semua di kelas. Bangga menjadi angkatan kelas A
(2012)
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul
“Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta Tahun
2015”
Usulan penelitian ini telah dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan
bantuan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan pada
kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan
setulus-tulusnya kepada :
1. Kuswanto Hardjo, dr., M. Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2. Reni Merta Kusuma, M. Keb selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKES
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
3. Muhamat Nofiyanto, M. Kep selaku Ketua LPPM yang memberikan ijin untuk
pelaksanaan penelitian
4. Ratna Prahesti, S.ST selaku pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan, dan motivasi
dalam menyusun karya tulis ilmiah
5. Ida Nursanti, S. Kep., Ns., MPH selaku penguji karya tulis ilmiah
6. dr. Fauzan selaku Ketua Puskesmas Pleret Bantul yang sudah memberikan ijin
untuk pelaksanaan penelitian
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan penelitian yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,
sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan
penulis semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua.
Yogyakarta, Agustus 2015
Vani Puspita Maharani
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………... iii
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………….. iv
HALAMAN MOTTO …………………………………………………… v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………… vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………… vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xi
INTISARI ………………………………………………………………... xii
ABSTRACT ……………………………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 4
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 5
E. Keaslian Penelitian ……………………………………………… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori …………………………………………………… 9
1. Balita …………………………………………………………. 9
2. Pertumbuhan Balita ………………………………………….. 10
3. Gizi …………………………………………………………… 14
4. Stunting ………………………………………………………. 27
B. Kerangka Teori …………………………………………............... 34
C. Kerangka Konsep ………………………………………………… 35
D. Pertanyaan Penelitian …………………………………………….. 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ……………………………………………. 36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………. 36
C. Populasi …………………………………………………………. 36
D. Metode Sampling dan Sampel Penelitian ……………………….. 37
E. Variabel Penelitian ……………………………………………… 37
F. Definisi Operasional ……………………………………………. 37
G. Alat dan Metode Pengumpulan Data …………………………… 38
H. Uji Validitas dan Reliabilitas …………………………………… 39
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ix
I. Metode Pengolahan dan Analisis Data …………………………. 40
J. Etika Penelitian …………………………………………………. 41
K. Pelaksanaan Penelitian ………………………………………….. 42
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian …………………………………………………. 44
B. Pembahasan …………………………………………………….. 47
C. Keterbatasan Penelitian ………………………………………… 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 54
B. Saran ……………………………………………………………. 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kategori Status GiziAnak …………………………….. 27
Tabel 3.1 Definisi Operasional …………………………………… 37
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Balita Stunting di Desa Pleret Bantul
Yogyakarta Tahun 2015 ………………………………… 46
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2 Kerangka Teori …………………………………………. 34
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ………………………………………. 35
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Ka. BAPPEDA Kab. Bantul
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Ka. Kantor Kesatuan Bangsa Kab. Bantul
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Ka. Puskesmas Pleret Kab. Bantul
Lampiran 4. Surat Balasan Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta
Lampiran 5. Lembar Konsul KTI
Lampiran 6. Jadwal Penyusunan KTI
Lampiran 7. Data Penelitian
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xii
GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING
DI DESA PLERET BANTUL YOGYAKARTA
TAHUN 2015
Vani Puspita Maharani1, Ratna Prahesti
2, Ida Nursanti
3
INTISARI
Latar Belakang : Stunting adalah pertumbuhan yang terhambat (tumbuh pendek).
Stunting terjadi akibat kegagalan pada saat proses tumbuh kembang seorang anak
karena kondisi kesehatan dan asupan gizi yang tidak optimal. Stunting menurut
WHO Child Growth Standart didasarkan pada indeks panjang badan dibanding
umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score)
kurang dari -2 SD. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal
15 Mei 2015 di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta terdapat prevalensi balita
stunting paling tinggi pada tahun 2015 di Desa Pleret dengan jumlah balita yang
ditimbang di Posyandu sebesar 930 balita. Berdasarkan indikator TB/U terdapat
balita normal sebanyak 608, balita pendek sebanyak 173, balita sangat pendek
sebanyak 130 dan balita tinggi sebanyak 19.
Tujuan : Mengetahui gambaran karakteristik balita stunting di Desa Pleret Bantul
Yogyakarta tahun 2015 berdasarkan status gizi berat badan menurut umur (BB/U),
jenis kelamin, dan umur balita.
Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif. Jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 303 responden dengan
menggunakan total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil
data di bagian status gizi Puskesmas Pleret bantul Yogyakarta dan menggunakan
analisa univariat.
Hasil Penelitian : Karakteristik balita stunting berdasarkan status gizi berat badan
menurut umut (BB/U) paling banyak terdapat pada balita dengan status gizi
kurang yaitu 234 balita (77,2%), balita stunting berdasarkan jenis kelamin paling
banyak terdapat pada balita stunting dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 178
balita (58,7%), dan balita stunting berdasarkan umur paling banyak terdapat pada
balita stunting kelompok batita (2-3 tahun) yaitu 132 (43,6%).
Kesimpulan : Balita stunting dalam penelitian ini sebagian besar memiliki status
gizi kurang yaitu 234 balita (77,2%).
Kata Kunci : Balita, Stunting
1Mahasiswa Program Studi Kebidanan (D3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2Dosen Pembimbing Jurusan Kebidanan (D3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
3Dosen Penguji
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
THE CHARACTERISTICS OF CHILDREN STUNTING’S OVERVIEW
IN THE VILLAGE OF PLERET BANTUL YOGYAKARTA
2015
Vani Puspita Maharani1, Ratna Prahesti
2, Ida Nursanti
3
ABSTRACT
Background : Stunting is stunted growth (growing short). Stunting occurs due to
a failure during the growth process of a child because of health and nutrition
conditions were not optimal. Stunting according to WHO Child Growth Standards
are based on body length than age index (LB/A) or height compared to age
(HB/A) with the boundary (z-score) of less than -2 SD. Based on preliminary
studies were conducted on May 15, 2015 in Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta
toddlers prevalence of stunting are highest in 2015 in the village of Pleret the
number of infants who weighed in Posyandu are 930 toddlers. Based on indicators
of TB / U are as many as 608 normal infants, toddlers as many as 173 are short,
very short infants are 130 and toddlers as many high are 19.
Objectiv : To determine the characteristic description of stunting children in the
village of Pleret Bantul Yogyakarta 2015 based on the nutritional status of weight
for age (W/A), sex, and age of a toddler.
Methods : This type of research is descriptive survey. The samples that used in
this study were 303 respondents using total sampling. Data collection is done by
taking the data on the nutritional status and health center in Pleret Bantul
Yogyakarta using univariate analysis.
Results : Characteristics of the nutritional status of children under five stunted by
weight for age (W/A) are most numerous in the nutritional status of children under
five with less that 234 infants (77.2%), infants stunted by gender are most
numerous in stunting infants with type male is 178 infants (58.7%), and toddler
stunting by age are most numerous in the group stunting infants toddlers (2-3
years) of 132 (43.6%).
Conclusions : The stunting toddlers in this research mostly have less nutritional
status are 234 toddlers (77,2%).
Keywords : Toddlers, Stunting
1Student of study program of Midwifery (D3) School of Health Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta2
Lead Lecture rmajor of midwifery (D3) School of Health Jenderal Achmad Yani Yogyakarta3
Examiner Lecturer major
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Stunting adalah pertumbuhan yang terhambat (tumbuh pendek).
Stunting terjadi akibat kegagalan pada saat proses tumbuh kembang
seorang anak karena kondisi kesehatan dan asupan gizi yang tidak optimal.
Stunting sering berkaitan erat dengan kondisi sosial ekonomi, paparan
suatu penyakit, dan asupan gizi yang kurang secara kuantitas dan kualitas
(WHO, 2014). Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan
pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan
dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD (WHO,
2010).
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan sering ditemui pada
anak yang berusia kurang dari 24 bulan. Sejak 1000 hari pertama
kehidupan mulai dari kehamilan sampai di usia dua tahun merupakan
window of opportunity, yaitu kesempatan yang singkat untuk melakukan
sesuatu yang menguntungkan, sehingga melalui asupan makanan yang
kaya zat gizi akan membantu anak-anak tumbuh untuk memenuhi
kebutuhan potensi fisik dan kognitif yang optimal (Barker, 2007).
Pemerintah telah berkomiten untuk mengurangi stunting dan
meningkatkan standar sanitasi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional telah menargetkan penurunan angka stunting anak di bawah lima
tahun menjadi 32% pada tahun 2015. Dengan angka stunting anak balita
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
pada tahun 2013 yang masih 37%, artinya masih ada 5% penurunan yang
perlu dikejar dalam waktu dekat (Sabuna dan Hokon, 2015).
Masyarakat beranggapan bahwa kasus stunting terjadi karena faktor
genetik, tetapi faktor genetik hanya berperan 5% dalam kasus stunting.
Faktor yang paling besar menyebabkan stunting adalah permasalahan
malnutrisi pada jangka panjang yang dialami anak pada masih berada
dalam kandungan sang ibu. Cara lain untuk mencegah stunting ialah
memantau tumbuh kembang anak dengan memeriksakannya ke posyandu
terdekat untuk mendeteksi dini terjadinya kemungkinan gangguan pada
pertumbuhan anak dan lebih memprioritaskan keperluan asupan gizinya
(Sabuna dan Hokon, 2015).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
menunjukkan prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 37,2%
(terdiri dari 18% sangat pendek dan 19,2% pendek) yang berarti terjadi
peningkatan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%). Indonesia masih
harus bekerja sama mengatasi stunting ini, karena batas non public health
yang ditetapkan WHO tahun 2005 adalah prevalensi stunting rendah
<20%, sedang 20-29% dan tinggi 30-39 ≥ 40%. Sedangkan saat ini
prevalensi balita pendek di seluruh provinsi di Indonesia masih diatas 20%
atau tepatnya 37,2%. Dengan demikian dapat dikatakan prevalensi
stunting di Indonesia masih tinggi.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki empat
Kabupaten yaitu Kulonprogo, Bantul, Sleman, Gunung Kidul dan Kota
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
Yogyakarta. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan DIY Tahun 2012,
prevalensi stunting di Bantul pada tahun 2012 sebesar 15,92%. Prevalensi
stunting di Bantul diperkirakan akan semakin bertambah mengingat
jumlah balita yang terkena gizi buruk di Kabupaten Bantul menempati
prevalensi paling tinggi dibandingkan pada empat Kabupaten lain di
Provinsi DIY. Kabupaten Bantul memiliki 17 Kecamatan dan 27
Puskesmas, berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun
2013, prevalensi kasus balita gizi buruk yang paling tertinggi terdapat di
Puskesmas Pleret dengan 7 balita yang mengalami gizi buruk.
Kasus gizi di Kabupaten Bantul menyebar di 17 Kecamatan yang
ada di Kabupaten Bantul yang menyebabkan terjadinya balita stunting.
Beberapa kebijakan telah disusun dan dikeluarkan oleh pemerintah untuk
menanggulangi masalah gizi. Sejak tahun 1970 pemerintah telah
melaksanakan program usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK). Program
UPGK adalah kegiatan yang berintikan pendidikan gizi melalui
pemberdayaan keluarga dan masyarakat yang didukung oleh kegiatan
lintas sektoral. Pada tahun 1985 kegiatan utama UPGK diintegrasikan
dalam kegiatan Posyandu. Posyandu yang ada di Kabupaten Bantul saat
ini sudah merata ada di setiap dusun (Dinkes Kabupaten Bantul, 2013).
Berbagai macam perbaikan gizi sudah lama dilaksanakan pemerintah
pusat maupun pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, akan tetapi sampai
saat ini masalah balita stunting masih banyak ditemukan di masyarakat,
bahkan meningkat setelah dilanda bencana alam gempa bumi. Adanya
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
fakta masih banyak ditemukan balita stunting menunjukkan bahwa
program pemerintah untuk menanggulangi masalah gizi belum berhasil
dengan optimal (Dinkes Kabupaten Bantul, 2013).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Mei 2015
di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta yang memiliki 5 Desa binaan
yaitu Desa Wonokromo, Desa Pleret, Desa Segoroyoso, Desa Bawuran,
dan Desa Wonolelo. Berdasarkan hasil penilaian status gizi di Puskesmas
Pleret Bantul terdapat prevalensi balita stunting paling tinggi pada tahun
2015 di Desa Pleret dengan jumlah balita yang ditimbang di Posyandu
sebesar 930 balita. Berdasarkan indikator TB/U terdapat balita normal
sebanyak 608, balita pendek sebanyak 173, balita sangat pendek sebanyak
130 dan balita tinggi sebanyak 19.
Dari latar belakang dan studi pendahuluan di atas maka penyusun
tertarik untuk meneliti tentang gambaran karakteristik balita stunting di
Desa Pleret Bantul Yogyakarta Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan
masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimanakah Gambaran
Karakteristik Balita Stunting di Desa Pleret Bantul Yogyakarta Tahun
2015 ?“
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui gambaran karakteristik balita stunting di Desa Pleret
Bantul Yogyakarta tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui karakteristik balita stunting berdasarkan status gizi berat
badan menurut umur (BB/U)
b. Diketahui karakteristik balita stunting berdasarkan jenis kelamin
c. Diketahui karakteristik balita stunting berdasarkan umur.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan untuk mengadakan
penelitian serta sebagai usaha peningkatan pengetahuan peneliti dan
pembaca mengenai balita stunting.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Kader Posyandu Balita di Desa Pleret
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
wawasan kepada Kader Posyandu di Desa Pleret Bantul Yogyakarta
untuk lebih meningkatkan pelayanan terutama memantau
pertumbuhan dan mendeteksi balita stunting.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
6
2. Bagi perpustakaan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi baru bagi
para pengunjung perpustakaan dalam menambah wawasan ilmu
pengetahuan tentang balita stunting.
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
data dasar untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut
dengan variabel yang belum diteliti tentang kejadian balita stunting.
E. Keaslian Penelitian
1. Kusuma, E. (2013). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-
3 Tahun di Kecamatan Semarang Timur. Penelitian ini menguunakan
metode observasional dengan desain case-control pada balita 2-3 tahun
di wilayah Kecamatan Semarang Timur. Pengambilan sampel dilakukan
dengan consecutive sampling, 36 subjek pada tiap kelompok. Data
identitas subjek dan responden, panjang badan lahir, pendidikan orang
tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga dan jumlah anggota
keluarga diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Data tinggi
badan anak dan tinggi badan orang tua diukur menggunakan microtoise.
Analisis bivariat menggunakan Chi-square dengan melihat Odds Ratio
(OR) dan multivariat dengan regresi logistic ganda. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah jenis penelitian, metode penelitian, lokasi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
7
penelitian, dan hasil penelitian. Persamaan dengan penelitian ini adalah
sama-sama melakukan penelitian tentang stunting.
2. Wiyogowati, C. (2012). Kejadian Stunting Pada Anak Berumur
Dibawah Lima Tahun (0-59 Bulan) di Provinsi Papua Barat Tahun
2010 (Analisis Data Riskesdas 2010). Penelitian ini menggunakan
desain penelitian cross sectional, populasinya adalah seluruh rumah
tangga yang memiliki anggota rumah tangga berumur 0-59 bulan
dengan pengambilan sampel secara two stage sampling. Pengumpulan
data dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang data rumah
tangga dan individu yang dilakukan dengan teknik wawancara
menggunakan kuesioner RKD10.RT untuk data rumah tangga dan
RKD10.IND untuk data individu. Kuesioner RKD10.RT yang
digunakan pada penelitian ini tentang anggota rumah tangga, fasilitas
pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan, dan pengeluaran rumah
tangga. Untuk kuesioner RKD10.IND yang digunakan pada penelitian
ini tentang kesehatan anak yang mencakup kesehatan bayi dan anak
balita (imunisasi) dan ASI dan MP-ASI, konsumsi makanan individu,
dan pengukuran tinggi/panjang badan dan berat badan. Analisis
deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai variabel-
variabel yang akan diteliti, analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, dan
analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
banyak variabel independen dengan suatu variabel dependen. Perbedaan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
8
dengan penelitian ini adalah jenis penelitian, metode penelitian, lokasi
penelitian, dan hasil penelitian. Persamaan dengan penelitian ini adalah
sama-sama melakukan penelitian tentang stunting.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum lokasi penelitian
Puskesmas Pleret merupakan satu dari 27 Puskesmas di
Kabupaten Bantul yang terletak di Kecamatan Pleret, Kabupaten
Bantul, Yogyakarta dengan luas 3664,12 Ha. Wilayah kerja Puskesmas
Pleret terdiri dari 5 (lima) Desa dan 47 Dusun yaitu Desa Wonokromo
terdapat 12 dusun, Desa Pleret terdapat 11 dusun, Desa Segoyoroso
terdapat 9 dusun, Desa Bawurun terdapat 7 dusun, dan Desa Wonolelo
terdapat 8 dusun.
Desa Pleret merupakan salah satu Desa di Kecamatan Pleret dan
salah satu Desa yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pleret.
Desa Pleret memiliki 18 Posyandu balita yaitu Garuda I, Garuda II,
Garuda III, Nuri, Rajawali, Cendrawasih I, Cendrawasih II, Sinar
Mentari, Teratai Putih I, Teratai Putih II, Melati, Kepodang I,
Kepodang II, Kutilang, Mliwis I, Mliwis II, Merpati, dan Kaswari.
Pelayanan di Puskesmas Pleret Bantul di buka setiap hari senin-
kamis dan sabtu pukul 08.00 – 12.00 WIB dan hari jumat pukul 08.00-
11.00 WIB. Pelayanan di Puskesmas Pleret Bantul khususnya bidang
KIA yaitu pada hari Senin pelayanan deteksi dini tumbuh kembang
(DTKB), hari Selasa, Jumat, dan Sabtu pelayanan keluarga berencana
(KB), hari Rabu pelayanan Imunisasi, dan hari Kamis pelayanan
pemeriksaan ibu hamil.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
45
Puskesmas Pleret Bantul juga mengadakan perbaikan gizi
masyarakat antara lain program usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK).
Program UPGK adalah kegiatan yang berintikan pendidikan gizi
melalui pemberdayaan keluarga dan masyarakat yang didukung oleh
kegiatan lintas sektoral. UPGK biasa dilakukan di dalam kegiatan
Posyandu. Sasaran usaha perbaikan gizi adalah balita, ibu hamil, ibu
nifas, pasangan usia subur, lansia, dan anggota masyarakat lain.
Program di Puskesmas Pleret juga dilakukan untuk masyarakat yang
menderita status gizi kurang atau status gizi buruk yaitu dengan
memberikan penyuluhan dan uang sebesar Rp. 300.000,00 tiap
bulannya oleh pemerintah untuk biaya keperluan seperti susu maupun
makanan bergizi.
Desa Pleret merupakan salah satu Desa yang memiliki balita
stunting paling banyak dibandingkan Desa lainnya dan balita stunting
terbagi di 18 Posyandu Balita yaitu Posyandu Garuda I sebanyak 12
balita stunting, Garuda II sebanyak 1 balita stunting, Garuda III
sebanyak 5 balita stunting, Nuri sebanyak 10 balita stunting, Rajawali
sebanyak 14 balita stunting, Cendrawasih I sebanyak 14 balita stunting,
Cendrawasih II sebanyak 16 balita stunting, Sinar Mentari sebanyak 8
balita stunting, Teratai Putih I sebanyak 10 balita stunting, Teratai Putih
sebanyak 11 balita stunting, Melati sebanyak 25 balita stunting,
Kepodang I sebanyak 35 balita stunting, Kepodang II sebanyak 8 balita
stunting, Kutilang sebanyak 27 balita stunting, Mliwis I sebanyak 14
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
46
balita stunting, Mliwis II sebanyak 25 balita stunting, Merpati sebanyak
45 balita stunting, dan Kaswari sebanyak 23 balita stunting.
2. Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan status
gizi berat badan menurut umur (BB/U), jenis kelamin, dan umur balita
stunting.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita Stunting di Desa
Pleret Bantul Yogyakarta
Sumber : Data Sekunder, 2015
a. Karakteristik Balita Stunting Berdasarkan Status Gizi Berat Badan
Menurut Umur (BB/U)
Dari tabel 4.1 diatas, balita stunting berdasarkan status gizi
berat badan menurut umut (BB/U) paling banyak terdapat pada balita
dengan status gizi kurang yaitu 234 balita (77,2%) dan paling sedikit
terdapat pada balita dengan status gizi lebih yaitu 2 balita (0,7%).
Variabel F % Total
BB/U
a. Gizi Baik
b. Gizi Kurang
c. Gizi Lebih
d. Gizi Buruk
57
234
2
10
18,8
77,2
0,7
3,3
18,8
96,0
96,7
100,0
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
178
125
58,7
41,3
58,7
100,0
Umur
a. Bayi (0-1 tahun)
b. Batita (1-3 tahun)
c. Prasekolah (3-5 tahun)
60
132
111
19,8
43,6
36,6
19,8
63,4
100,0
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
47
b. Karakteristik Balita Stunting Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari tabel 4.1 diatas, balita stunting berdasarkan jenis
kelamin paling banyak terdapat pada balita stunting dengan jenis
kelamin laki-laki yaitu 178 balita (58,7%).
c. Karakteristik Balita Stunting Berdasarkan Umur
Dari tabel 4.1 diatas, balita stunting berdasarkan umur paling
banyak terdapat pada balita stunting kelompok batita (2-3 tahun)
yaitu 132 balita (43,6%) dan paling sedikit terdapat pada balita
stunting kelompok bayi (0-1 tahun) yaitu 60 balita (19,8%).
B. Pembahasan
1. Karakteristik Balita Stunting Berdasarkan Status Gizi Berat Badan
Menurut Umur (BB/U) di Desa Pleret Bantul Yogyakarta Tahun 2015
Pada tabel 4.1 dapat dilihat proporsi kejadian stunting pada balita
lebih banyak ditemukan pada balita yang memiliki status gizi kurang yaitu
234 balita (77,2%) dibandingkan balita yang memiliki status gizi baik
yaitu 57 balita (18,8%), gizi lebih yaitu 2 balita (0,7%) dan gizi buruk
yaitu 10 balita (3,3%).
Hasil penelitian yang sama dikemukakan oleh Simanjuntak (2011),
bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dengan
kejadian stunting pada balita. Kegagalan pertumbuhan (stunting)
dihasilkan dari kurangnya asupan gizi yang merupakan faktor risiko paling
besar dalam menentukan perkembangan anak (Wachs, 2008). Pada
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
48
Penelitian ini ditemukan balita yang mempunyai status gizi kurang yaitu
234 balita (77,2%) dan status gizi buruk yaitu 10 balita (3,3%) memiliki
risiko terjadinya stunting, sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Wiyogowati (2012), dengan sampel anak berumur dibawah lima tahun (0-
59 bulan) menemukan bahwa mayoritas responden untuk energi masih
rendah dimana dari 291 responden yaitu 54,9% mengkonsumsi energi
dalam jumlah yang rendah dan hanya terdapat 35,7% mengkonsumsi
energi dalam jumlah yang tinggi. Bayi dan balita yang stunting cenderung
memiliki asupan energi rendah dibandingkan dengan yang tidak stunting.
Kekurangan gizi mempengaruhi sejumlah besar anak-anak di Negara
berkembang. Kekurangan gizi terjadi dari berbagai faktor yaitu sering
terkait buruknya kualitas makanan, asupan makanan tidak cukup, dan
penyakit infeksi (El Sayed, 2001).
Dengan tidak adanya gizi yang memadai, tubuh anak akan
menghemat energi dengan membatasi kenaikan berat badan dan kemudian
membatasi pertumbuhan linier. Studi cross-sectional dan longitudinal dari
beberapa Negara telah menemukan hubungan antara stunting dan
kesehatan serta perkembangan anak yang disebabkan oleh banyak faktor
seperti kekurangan gizi dan infeksi (Darity, 2008). Balita stunting pada
penelitian ini banyak ditemukan pada pendidikan ibu dengan tamatan SD
dimana yang mempengaruhi balita mengalami kejadian stunting.
Pendidikan ibu yang rendah menyebabkan ketidaktahuan ibu mengenai
pola hidup bersih dan sehat serta makanan yang bergizi bagi anaknya.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
49
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan
pendidikan ibu dengan tamatan SD berhubungan secara signifikan dengan
stunting pada balita (Ramli dkk, 2009).
Hasil penelitian juga menunjukkan balita stunting lebih banyak
ditemukan di wilayah pedesaan dibandingkan di wilayah perkotaan. Balita
yang tempat tinggalnya di pedesaan memiliki risiko menjadi stunting
sebesar 1,3 kali dibanding balita yang tempat tinggalnya di perkotaan
(WHO, 2003). Balita stunting juga banyak ditemukan pada status ekonomi
keluarga yang rendah dibandingkan balita dengan status ekonomi keluarga
tinggi. Stunting biasanya tinggi di tempat-tempat terjadinya perbedaan
status sosial. Ketidaksertaan sosial ekonomi berkaitan dengan ketersediaan
pangan, kualitas makanan, kebersihan, ketersediaan kecukupan pasokan
air minum serta pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi.
Pada penelitian ini juga ditemukan sebanyak 57 balita (18,8%)
dengan riwayat status gizi baik yang mengalami stunting. Hal ini dapat
disebabkan oleh ketidakcukupan asupan zat gizi pada balita yang
menyebabkan terjadinya growth faltering (gagal tumbuh). Asupan zat gizi
yang rendah serta paparan terhadap infeksi memberikan dampak growth
faltering yang lebih berat pada balita normal (Kusharisupeni, 2002). Akan
tetapi, jika diberikan dukungan asupan gizi yang adekuat maka pola
pertumbuhan normal akan terkejar (catch up). Hal ini juga dipengaruhi
oleh status ekonomi dimana status ekonomi yang rendah berdampak pada
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
50
ketidakmampuan untuk mendapatkan pangan yang cukup dan berkualitas
karena rendahnya kemampuan daya beli (Ulfani dkk, 2011).
Balita stunting terjadi tidak hanya pada balita yang mempunyai
status gizi kurang saja. Dari hasil penelitian ditemukan balita stunting
dengan status gizi lebih yaitu 2 balita (0,7%). Hal ini dapat terjadi karena
keturunan gen atau hormonal di dalam keluarga serta kemungkinan balita
tersebut mengalami gizi lebih atau obesitas. Gizi lebih pada anak bisa
disebabkan bermacam-macam, demikian pula teori terjadinya penimbunan
lemak yang berlebihan tersebut. Gizi lebih umumnya terjadi jika suplai
energi melebihi kebutuhan energi individu anak (Samsudin, 2004).
2. Karakteristik Balita Stunting Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pleret
Bantul Yogyakarta Tahun 2015
Pada tabel 4.1 dapat dilihat proporsi kejadian stunting pada balita
lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki yaitu 178 balita
(58,7%) dibandingkan balita dengan jenis kelamin perempuan yaitu 125
balita (41,3%). Balita dengan jenis kelamin laki-laki sering melakukan
aktifitas yang berat dan kurang adanya istirahat sehingga asupan yang di
konsumsinya tidak sesuai dengan aktifitas yang dilakukanya sehari-hari.
Hal ini juga dibutuhkan pengetahuan orang tua mengenai asupan gizi yang
di konsumsi anaknya. Orang tua yang berpendidikan rendah kurang
mengatahui asupan makanan yang bergizi. Terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan stunting. Hasil yang
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
51
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramli (2009) bahwa anak
usia 0-59 bulan berjenis kelamin laki-laki berhubungan secara signifikan
dengan stunting dan penelitian Teshome (2009) yang dilakukan pada balita
prevalensi stunting pada laki-laki (61,3%) lebih tinggi dibandingkan
dengan perempuan (38,7%) dan berhubungan secara signifikan.
Hasil studi longitudinal yang dilakukan Crookston (2010) yang
diikuti dari umur 6-18 bulan sampai 4,5-6 tahun menemukan bahwa jenis
kelamin berhubungan secara signifikan dengan stunting. Dalam penelitian
Kusuma (2013) sebagian besar balita stunting berjenis kelamin laki-laki
yaitu sebanyak 44 balita, sementara perempuan hanya 26 balita. Penelitian
ini juga terungkap bahwa anak laki-laki lebih mungkin menjadi stunting
dibandingkan anak perempuan pada masa kecil. Perbedaan antara laki-laki
dan perempuan mungkin berkaitan dengan efek gabungan dari perbedaan
waktu percepatan pertumbuhan dan mungkin perbedaan dalam mengejar
potensi dalam konteks kekurangan gizi.
3. Karakteristik Balita Stunting Berdasarkan Umur di Desa Pleret Bantul
Yogyakarta Tahun 2015
Pada tabel 4.1 dapat dilihat proporsi kejadian stunting pada
kelompok batita (1-3 tahun) dibandingkan kelompok bayi (0-1 tahun)
yaitu 60 balita (19,8%) dan kelompok prasekolah (3-5 tahun) yaitu 111
balita (36,6%). Anak di bawah 5 tahun merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat namun kelompok ini juga
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
52
merupakan kelompok yang sering menderita kekurangan gizi (Proverawati
dan Asufah, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian Teshome (2009) yaitu
proporsi stunting tertinggi ditemukan pada kelompok umur 13-24 bulan
dan yang paling rendah pada kelompok umur 0-6 bulan.
Stunting merupakan sebuah proses kumulatif yang dimulai di
dalam rahim dan terus berkembang sampai sekitar tiga tahun setelah
kelahiran. Periode dua tahun pertama kehidupan sebagai masa yang paling
kritis dalam proses pertumbuhan. Laju pertumbuhan pada tahun pertama
kehidupan adalah lebih cepat dibandingkan pada usia lainnya. Anatara
kelahiran dan usia 1 tahun, panjang badan anak-anak rata-rata meningkat
dengan 50% menjadi tiga kali berat lahir mereka.
Analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan secara
statistik antara umur balita dengan stunting (p>0,05). Hal tersebut sesuai
dengan penelitian El Sayed (2001) menyebutkan bahwa umur (dalam
bulan) tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian stunting. Hal
berbeda dikemukakan oleh penelitian Teshome (2009) berdasarkan
analisis statistik stunting berhubungan secara signifikan dengan umur
balita. Penelitian yang dilakukan oleh Hong & Mishra (2009)
menyebutkan bahwa umur berhubungan secara signifikan dengan stunting
pada balita (p<0,05) dengan prevalensi tertinggi pada kelompok umur 36-
47 bulan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
53
C. Keterbatasan Penelitian
1. Variabel penelitian yang dilakukan peneliti hanya variabel yang terdapat
pada data catatan status gizi di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta,
sehingga ada faktor lain yang dapat menyebabkan balita stunting tetapi
tidak dapat diteliti.
2. Pengumpulan data menggunakan data sekunder sehingga hasil penelitian
terbatas pada data status gizi balita yang diberikan oleh petugas Puskesmas
Pleret dan karakteristik keluarga yang berpengaruh terhadap balita stunting
tidak dapat diteliti.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Pleret Bantul tentang gambaran
karakteristik balita stunting didapatkan gambaran sebagai berikut :
a. Karakteristik balita stunting berdasarkan status gizi berat badan menurut
umut (BB/U) paling banyak terdapat pada balita dengan status gizi
kurang yaitu 234 balita (77,2%) dan paling sedikit terdapat pada balita
dengan status gizi lebih yaitu 2 balita (0,7%).
b. Karakteristik balita stunting berdasarkan jenis kelamin paling banyak
terdapat pada balita stunting dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 178
balita (58,7%).
c. Karakteristik balita stunting berdasarkan umur paling banyak terdapat
pada balita stunting kelompok batita (2-3 tahun) yaitu 132 (43,6%) dan
paling sedikit terdapat pada balita stunting kelompok bayi (0-1 tahun)
yaitu 60 balita (19,8%).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
55
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas terdapat beberapa saran yang diharapkan
akan memberi masukan yang membangun bagi pihak-pihak terkait :
1. Bagi Kader Posyandu Balita di Desa Pleret
Dapat digunakan sebagai masukan kepada Kader Posyandu di Desa
Pleret Bantul Yogyakarta tentang gambaran karakteristik balita stunting
di Desa Pleret Bantul Yogyakarta dan diharapkan untuk lebih
meningkatkan pelayanan di Posyandu agar lebih memantau pertumbuhan
sejak dini sehingga tidak ada lagi balita stunting.
2. Bagi perpustakaan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Dapat digunakan sebagai referensi untuk para pengunjung
perpustakaan terkait dengan gambaran karakteristik balita stunting di
Desa Pleret Bantul Yogyakarta dan sebagai analisis lebih lanjut untuk
penelitian ke depannya
3. Bagi peneliti lain
Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dan
mengembangkannya untuk mencapai hasil yang optimal serta meneliti
variabel yang lebih luas mengenai balita stunting.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
56
DAFTAR PUSTAKA
Abuya, A. A., Kimani, K. J., dan Elijah, O. O. (2010). Influence of maternal
educationon child health in Kenya.
Adriani, M. dan Wirjatmadi, B. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Almatsier, S., Soetarjo, S., Soekarti, M. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Anugraheni, H. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak usia 12-36
Bulan di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Skripsi: Universitas
Diponegoro Semarang.
Aries, M., Hardinsyah, H. T. (2012). Determinan Gizi Kurang dan Stunting Anak
Umur 0-36 Bulan Berdasarkan Data Program Keluarga Harapan (PKH)
2007. Jurnal Gizi dan Pangan,
Arifin, D. Z., Irdasari, S. Y., Sukandar, H. (2012). Analisis Sebaran dan Faktor
Risiko Stunting pada Balita di Kabupaten Purwakarta. Epidemiologi
Komunitas FKUP Bandung.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Astari, L. D., Nasoetion, A., Dwiriani, C. M. (2005). Hubungan Karakteristik
Keluarga Pola Pengasuhan dan Kejadian Stunting Pada Anak 6-12 Bulan.
Media Gizi dan Keluarga, 29(2): 40-46
Avianti, I. (2006). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi
Berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur Pada Anak Umur 2 Tahun di
Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Tesis: Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Baliawati. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Komisi Ilmu Rekayasa
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Barker D. J. P. 2007. Introduction: The window of opportunity. J Nutr, 137: 1058-
1059.
Budiarto. (2012). Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
57
Candra, A., Puruhita, N., Susanto, J. C. (2011). Faktor Risiko Stunting pada Anak
Usia 1-2 Tahun di Kota Semarang. Media Medika Indonesia.
Crookston. (2010). Children Who Recover From Early Stunting and Children
Who Are Not Stunted Demonstrate Levels of Cognition. The Journal of
Nutrition. ProQuest. 140 (11) : 1996.
Damanik, M. R., Ekayanti, I., Hariyadi, D. (2010). Analisis Pengaruh Pendidikan
Ibu Terhadap Status Gizi Balita di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Gizi
dan Pangan. 5(2): 69-77.
Darity, W. A. (2008). Stunted Growth International Encylopedia of The Social
Sciences, 2 nd Edition. 8:187-189. Detroit Macmillan References USA.
Dinkes Kabupaten Bantul. (2013). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
El Sayed. (2001). Malnutrition among Pre school Children in Alexandria, Egypt.
Journal Health Popular Nutrition. Centre for Health and Population
Research. 4 : 275-280.
Gibney, M. J., Margetts, B. M., Kaerney, J. M., Arab, L. (2009). Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gibson, R. S. (2005). Principles of Nutritional Assesment 2th
ed. Oxford
University Press. New York.
Hayati, A. W., Hardinsyah, Jalal, F., Madanijah, S., Briawan, D. (2012).
Determinan Stunting Anak Baduta. Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi X-LIPI. Jakarta.
Hautvast. (2004). Food Consumption of young stunted and non stunted children in
rural Zambia. European Journal of Clinical Nutrition 53, 50-59. Stockton
Press.
Hong, R., Mishra, V. (2006). Effect of Wealth Inequality on Chronic
Undernutrition in Cambodian Children. Journal Health Popul Nutr, 24(1) :
89-99.
Jahari, A. B. (2002). Penilaian Status Gizi Dengan Antropometri (Berat Badan
dan Tinggi Badan). Prosiding Konggres Nasional Persagi dan Temu
Ilmiah XII. Jakarta.
______. (2012). Median Berat Badan dan Tinggi Badan Normal Orang Indonesia
Berdasarkan data Riskesdas 2007 dan 2010. Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi X-LIPI. Jakarta.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
58
Kementrian Kesehatan RI Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Direktorat Bina Gizi. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kusharisupeni. (2002). Growth Faltering Pada Bayi di Kabupaten Indramayu
Jawa Barat. Makara Kesehatan. 6:1-5.
Marmi. (2012). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Neonatus Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryunani A. (2013). Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta:
CV: Trans Info Media
Milman, A., Fronggilo, E.A., Onis, M.d., & Hwang, J. (2005). Differential
Impovement among countries in child stunting is associated with longterm
development and specific interventions. J. Nutr, 135: 1415-1422.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
______. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pongou, R., Ezzati, M., Salomon, J. (2006). Household and Community
Socioeconomic and Environmental Determinants of Child Nutritional
Status in Cameroon. BMC Public health, 6:98.
Proverawati, A. dan Asfuah, S. (2009). Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahayu, L. S. (2011). Hubungan Pendidikan Orangtua dengan Perubahan Status
Stunting dari Usia 6-12 Bulan ke Usia 3-4 Tahun. Tesis: Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Ramli, A. K. E., Inder, K. J., Bowe, S. J., Jacobs, J., Dibley, M. (2009).
Prevalance and Risk Factors For Stunting and Severe Stunting Among
Underfives in North Maluku Province of Indonesia. BMC Pediatrics, 9:64.
Riskesdas. (2013). Riskesdas Dalam Angka Provinsi DIY. Kementerian Kesehatan
RI.
Roesli U. (2009). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Sabuna, R. dan Hokon, A. (2015). Stunting : Tantangan Yang Harus Segera
Diatasi. Harian Pagi Timor Express Kupang. 11 Jnauari 2015. Kupang.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
59
Samsudin. (2004). Gizi Lebih Pada Anak dan Masalahnya. Risalah Widyakarya
Pangan dan Gizi V. Jakarta:LIPI.
Simanjuntak. (2011). Hubungan Antara Berat Badan Lahir Dan Faktor-Faktor
Lainnya Dengan Stunting (Pendek) Pada Anak Usia 12-59 Bulan Di
Sulawesi Tahun 2010 (Analisis Data Riskesdas 2010). Tesis Pasca Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat. UI Depok.
Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Supariasa. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Teshome. (2009). Magnitude And Determinants Of Stunting In Children Uder
Five Years Of Age In Food Surplus Region Of Ethiopia : The Case Of
West Gojam Zone. Ethiopia Health and Nutrition Research Institute. 23 (2)
: 98-106.
Umeta, M., West, C. E., Verhoef, H., Haidar, J., and Hautvast, G. A. J. (2003).
Factors Associated With Stunting in Infants Aged 5-11 months in the
Dodota-Sire District, Rural Ethiopia. J. Nutr, 133: 1064-1069.
Ulfani, DH., Martianto, D., Baliwati, YF. (2011). Faktor-Faktor Sosial Ekonomi
dan Kesehatan Masyarakat Kaitannya Dengan Masalah Gizi
Underweight, Stunting dan Wasted di Indonesia. Jurnal gizi dan pangan.
6:59-65.
Wachs, T. D. (2008). Mechanism Linking Parental Education and Stunting. The
Lancet 371 : 280, ProQuest.
World Health Organization. (2005). Global Database on Child Growth and
Malnutrition.
______. (2006). Child Growth Standards : length/height-for-age, weight-for-age,
weight for height and body mass index-for-age : methods and
development. Geneva. Departement of Nutrition for Health and
Development
______. (2010). Nutrition landscape information system (NLIS) country profile
indicators: interpretation guide. Geneva