Post on 16-Jan-2017
Kampanye Global March untuk Pekerja Rumah Tangga Anak
Free From
Exploitation
For Education
Free From
Exploitation Exploitation
For Education
FAKTA GLOBAL TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK / PRTA
KONVENSI ILO 189 TENTANG KERJA LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA
Diperkirakan sebanyak 17,2 juta anak
yang bekerja di sektor rumah tangga.
Sebanyak 11,5 juta diantaranya
diperkirakan berada dibawah usia
minimum bekerja atau bekerja di jenis
pekerjaan yang berbahaya.
Kebanyakan PRTA adalah anak
perempuan.
21% pekerja rumah tangga anak
melakukan pekerjaan yang berbahaya.
65% pekerja rumah tangga anak berusia
dibawah 14 tahun dan sekitar 7,4 juta
diantara mereka berusia antara 5 sampai
11 tahun dan 3,8 juta berusia antara 12
sampai 14 tahun.
Ratifikasi Konvensi ILO 189 sangat
penting untuk menghapuskan pekerja
rumah tangga anak dan memastikan
perlindungan bagi pekerja muda. Sampai
saat ini baru 7 negara yang telah
meratifikasi Konvensi ini, yaitu Bolivia,
Itali, Mauritius, Nikaragua, Paraguay,
Philippina, dan Uruguay).
Sumber: ILO-IPEC
Pada Tahun 2011, Organisasi Perburuhan Internasional
mengadopsi Konvensi ILO 189 tentang Kerja Layak bagi
Pekerja Rumah Tangga (PRT). Konvensi berisi pesan
penting bahwa PRT, seperti halnya pekerja lainnya, berhak
atas kondisi kerja dan hidup yang layak.
Konvensi ini merupakan alat penting untuk memerangi
pekerja anak; Ketentuan-ketentuan di dalamnya mengatur
tentang penghapusan pekerja rumah tangga anak,
diantaranya melarang anak-anak dibawah usia minimum (15
tahun, di Indonesia) untuk bekerja dan melakukan jenis-jenis
pekerjaan yang berbahaya.
Dalam hal ini, Konvensi 189 mensyaratkan Negara yang
meratifikasinya mengatur standar usia bagi pekerja rumah
tangga dan mengidentifikasi, melarang dan menghapuskan
jenis-jenis pekerjaan berbahaya yang dilakukan oleh anak-
anak di rumah tangga, yang selaras dengan ketentuan pada
Konvensi ILO 138 (Usia Minimum Bekerja) and Konvensi
ILO 182 (Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak).
Bagi anak-anak yang berusia diatas 15 tahun (diatas usia
minimum), Konvensi ini menyerukan kepada Negara-negara
yang telah meratifikasinya untuk mengambil langkah-
langkah serta memastikan bahwa pekerjaan rumah tangga
yang dilakukannya tidak menghalangi mereka untuk
menikmati hak-haknya bersekolah, berpartisipasi dalam
pendidikan non formal atau mengikuti kursus-kursus
kejuruan.*
Kampanye Global Memerangi Pekerja Anak sedang melakukan kampanye di seluruh dunia untuk menghapuskan
Pekerja Rumah Tangga Anak.
Menghapuskan Eksploitasi dan memberi layanan Pendidikan dimaksudkan untuk mendorong Negara-negara Peserta
ILO meratifikasi Konvensi 189 untuk memulihkan kebebasan dan martabat 17,2 juta Pekerja Rumah Tangga Anak di
seluruh dunia. Sebagai bagian dari kampanye global, fokus aksi ini akan dilakukan di 3 negara, yaitu Indonesia, Panama
dan Togo.
Bergabunglah dengan Kampanye Global dan Dukung Global March dan Mitra Kerjanya JARAK untuk Ratifikasi
Konvensi 189 oleh Pemerintah Indonesia.
* 27.05.2013
Pekerja rumah tangga anak adalah salah satu bentuk pekerjaan anak yang sering ditemukan di Indonesia. Penelitian
tentang Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA) oleh JALA PRT (Jaringan Nasional untuk Perlindungan Pekerja Rumah
Tangga) tahun 2010, mengungkapkan bahwa jumlah anak di sektor ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Penelitian ini menyatakan bahwa secara nasional ada sekitar 2,000.000 anak (di bawah 18 tahun) bekerja di pekerja
rumah tangga dan lebih dari 90% dari mereka adalah perempuan. Mereka sebagian besar berasal dari daerah
pedesaan dan memasuki pekerjaan rumah tangga antara usia 12 dan 15 tahun. Mereka sering direkrut tanpa informasi
pekerjaan yang sebenarnya, rata-rata pendidikan mereka rendah (lulus Sekolah Dasar), berasal dari keluarga miskin
dan keterampilan melakukan pekerjaan rumah tangga yang tidak memadai. Anak-anak seringkali terpikat dengan janji-
janji palsu mendapatkan upah yang tinggi, bekerja di kota-kota besar, tanpa rincian di mana tepatnya mereka akan
dipekerjakan, tugas-tugas yang akan mereka lakukan, jam kerja serta kondisi kerja yang dihadapi. Seringkali mereka
bekerja 14 sampai 18 jam sehari, tujuh hari seminggu, tanpa isitrahat, libur atau cuti.
Untuk merespon masalah ini, pada tahun 2000 Indonesia meratifikasi Konvensi ILO 182 tentang Penghapusan Segala
Bentuk Pekerjaan terburuk untuk anak. Tahun berikutnya Indonesia membentuk Komite Aksi Nasional dalam
mengembangkan organisasi dan struktur kebijakan yang diperlukan untuk melaksanakan konvensi ini. Pada tahun
2002, Komite Nasional telah mengeluarkan Rencana Aksi Nasional (RAN) tentang Penghapusan Bentuk-bentuk
Terburuk Pekerjaan untuk Anak dalam rentang waktu 20 tahun. Pada tahun 2004, para aktivis JALA PRT dan JARAK
(Jaringan LSM untuk Penanggulangan Pekerja Anak) menginisiasi Rancangan Undang-undang Perlindungan Pekerja
Rumah Tangga (RUU PRT dan mengusulkan rancangan ini ke Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Baru
9 tahun kemudian, rancangan Undang-undang ini diformulasi dan dibahas di DPR.
Pada Juni 2011, Pemerintah Indonesia telah menandatangani Konvensi ILO 189. Konvensi ini secara jelas mengatur
tentang kerja layak bagi PRT dan merupakan pesan penting untuk menghapuskan pekerja anak. Konvensi 189 berisi
ketentuan untuk menghapuskan PRT Anak dan melarang mempekerjakan anak di bawah usia minimum bekerja dan
dalam bentuk pekerjaan terburuk. Dalam hal ini, Konvensi mensyaratkan agar Negara-negara peserta, termasuk
Indonesia untuk meratifikasinya, menentukan usia minimum bekerja, mengidentifikasi, melarang dan menghapuskan
bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak di rumah tangga yang konsisten dengan Konvensi ILO 138 (Usia Minimum
Bekerja) dan 182 (Bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak).
Tuntutan kepada DPR RI dan Pemerintah RI1. Segera sahkan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PRT)
2. Segera ratifikasi Konvensi ILO 189 tentang Kerja Layak bagi PRT.
3. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa pekerjaan rumah tangga tidak menghalangi
anak-anak untuk bersekolah secara formal di pendidikan dasarnya, pendidikan non formal dan kejuruan.
4. Menentukan batas usia minimum bekerja dan mengidentifikasi, melarang dan menghapuskan pekerjaan berbahaya
yang dilakukan anak-anak dengan ketentuan pada Konvensi ILO 138 (batas usia minimum bekerja) dan Konvensi
ILO No. 182 (Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak).
Tuntutan kepada Masyarakat Sipil dan Serikat Buruh 1. Dukung Pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PRT)
2. Dukung Ratifikasi Konvensi ILO 189 tentang Kerja Layak bagi Pekerja Rumah Tangga
3. Melarang rekruitmen anak-anak di bawah usia minimum untuk pekerjaan rumah tangga
4. Mencegah anak-anak bekerja di bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak.
Tuntutan kepada Agen Perekrut Pekerja Rumah Tangga1. Hentikan merekrut anak-anak di bawah usia minimum untuk dipekerjakan sebagai PRT
2. Hentikan trafiking terhadap PRT dan PRT Anak
www.globalmarch.org
Co
pyr
ight ©
2013 G
lobal M
arc
h A
gain
st C
hild
Labour