Post on 13-Jun-2019
FRAKSIPARTAIGERINDRA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONES1A Sekretariat: MPR/DPR-RI Nusantara I Lantai 17, JI. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270
Telp. (021) 5755624, 5755627, 5755628 Fax. (021) 5755623
PENDAPAT
FRAKSI PARTAI GERINDRA DPR RI
TERHADAP RUU
Disampaikan oleh No Anggota
TENT ANG
PANGAN
: Anak Agung Jelantik Sanjaya : A39
Assalamu'alaikum Wr.Wb Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Om Swastyastu,
Yang kami hormati:
- Saudara Pimpinan dan Anggota Kornisi IV DPR RI
- Saudara Menteri Pertanian RI;
- Saudara Menteri Per!ndustrian RI;
- Saudara Menteri Perdagangan RI;
- Saudara Menteri Dalam Negeri RI; dan
- Saudara Menteri Hukum dan HAM RI;
- Hadirin yang berbahagia.
Pertama-tama perkenankan kami mengajak hadirin sekalian untuk senantiasa
mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan
Nya kita bisa berkumpul pada kesempatan ini dalam rangka Rapat RUU Pangan
sebagai Sikap Akhir Fra!<:si terhadap konsepsi RUU tentang Pangan.
Sidang Dewan Yang Terhormat,
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
di dalam wilayah negara Republik Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang
Maha Kuasa untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat Indonesia dimana salah satu kekayaan alam Indonesia
berupa tanaman Pangan. Tanaman pangan sebagai bagian dari kekayaan hayati
yang sangat panting sebagai sumber pangan Nasional berperan besar untuk ARSIP
DPR-R
I
r meningkatkan kualitas hidup masyarakat, menyangkut aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan secara berkelanjutan. Dalam konteks tersebut setelah menyimak
beberapa peraturan perundang-undangan yang ada, fraksi partai Gerindra
berpendapat bahwa peraturan yang ada belum dapat memberikan kepastian
hukum dalam pengembangan pangan sesuai perkembangan dan tuntutan yang
ada di masyarakat saat ini. Undang-Undang (UU) Nomor 6 tahun 1996 tentang
Pangan dinilai menghambat penerapan komoditas pangan karena lebih banyak
ditujukan pada tanaman pangan, terutarna padi. Persoalan yang diatur dalam
Undang Undang ini yang menyangkut masalah pendanaan, perbenihan,
perlindungan, dan perdagangan dirasakan tidak sesuai jika harus di terapkan
pada saat ini.
Oleh karena itu fraksi partai Gerindra DPR RI memandang perlu adanya Undang
Undang yang lebih komprehensif mengatur tentang pangan. RUU Pangan yang
sekarang sedang kita godok, diharapkan mampu menjadi "daya ungkit" bagi
pembangunan pangan di masa depan. Dengan kata lain RUU pangan ini
diharapkan menjadi landasan dalam mengembangkan produk-produk pangan
yang mampu berdaya saing dan terdesentralisasi di masa depan. Melalui "payung
hukum" inilah, kita diharapkan untuk segera bisa berbenah diri. Kita harus mampu
melahirkan benlh-benih unggul pangan yang berkualitas. Kita harus mampu
menjaga dan memelihara "plasma nuftah" yang kita miliki dan tidak lupa
mengembangkan varietas tanaman pangan yang lebih bermutu. Kita .tidak boleh
hanya terpukau melihat kemajuan dan kisah sukses negara lain dalam
mengembangkan pembangunan pangan. Dan kita pun tentu saja tidak diharapkan
hanya tumbuh dan berkembang menjadi bangsa konsumen, sambil menikmati
padi dari Vietnam, Thailand, atau Negara lain.
Sidang Dewan Yang terhormat,
Partai Gerindra yang selama ini telah menjadikan petani sebagai salah satu basis
utama konsituennya, telah didatangi beberapa kelompok masyarakat, organisasi
dan individual (seperti HKTI, KTNA, Pemuda Tani Indonesia) dan beberapa
kelompok LSM pertanian yang pada intinya menginginkan agar RUU pangan ARSIP
DPR-R
I
segera di proses untuk di sahkan menjadi Undang-Undang. Aspirasi mereka itu
harus kita maknai sebagai wujud dukungan politik kepada pemerintah dan DPR
dalam mengemban amanah untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat khususnya para petani melalui jalur legislasi.
Memperhatikan kondisi-kondisi riil seperti telah diuraikan di atas, Fraksi Partai
Gerindra berharap RUU pangan ini dapat menjadi momentum yang baik bagi
Pemerintah untuk mengembangkan dan melindungi pangan Indonesia yang lebih
berpihak pada kepentingan petani, rakyat, dan kebenaran. Partai Gerindra telah
mencatat beberapa isu terkait dengan persoalan pangan seperti :
(1) Persoalah pengaturan penyediaan lahan pang an menjadi masalah
pengembangan pangan di Indonesia karena lahan yang terbatas
menyebabkan para petani memanfaatkan lahan-lahan yang seharusnya
tidak boleh ditanami tanaman pangan karena terjadi kerusakan lingkungan
dan bencana alam seperii erosi, tanah longsor, banjir dan sebagainya. Saat
ini Pemerintah telah mengembangkan kawasan-kawasan hutan,
perkebunan, peternakan dan sebagainya namun belum merilis rencana
aksi secara jelas terkait pengembangan klaster pangan.
(2) Kebanyakan pengembangan usaha pangan di Indonesia di kelola oleh
petani-petani kecil dengan kemampuan/ skill yang terbatas, mereka belum
mampu mengembangkan pangan sebagai usaha bisnis yang menjanjikan
namun baru sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
(3) Harga komoditas pangan di Indonesia cenderung ditentukan oleh
pedagang antara/ tengkulak, pedagang besar (ritel) dan pemilik modal
lainnya. Sehingga petani cenderung tidak berdaya dan dirugikan manakala
musim raya tiba.
(4) Membanjirnya produk pangan luar negeri yang masuk ke Indonesia telah
menyebabkan produk-produk pangan lokal kalah bersaing yang pada
gilirannya merugikan petani, kesehatan konsumen dalam negeri dan
berkurangnya pendapatan negara.
(5) Dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk mengembangkan pola ARSIP
DPR-R
I
kemitraan untuk membantu peningkatan pendapatan petani dirasakan
masih kurang.
(6) infrastruktur yang mendukung pengembangan pangan Indonesia seperti
sarana penyimpanan (gudang), jalan, pelabuhan, sarana transportasi dan
sebagainya dirasakan belum optimal sehingga hal ini menghambat
pengembangan prospek usaha pangan.
(7) RUU pangan yang ada saat ini diharapkan dapat memastikan terpenuhinya
hak-hak rakyat atas pangan, karena leblh melihat pada aspek ketersediaan
dan melihat pangan hanya sebagai komoditas. Segala hal yang
berhubungan dengan pangan seharusnya diletakkan dalam skema
kedaulatan pangan secara utuh dan ramah lingkungan dan memastikan
adanya perlindungan lahan-lahan pangan dari industri ekstraktif seperti
perkebunan sawit, pertambangan dan pembangunan infrastruktur dan
industri.
(8) Keanekaragaman pangan non padi belum diakomodir, selain itu tidak ada
pengakuan, pemberdayaan dan perlindungan peran nelayan baik nelayan
tangkap maupun nelayan budidaya dalam penyediaan pangan. Selain itu
juga masih perlu elaborasi lebih lanjut dalam soal reforma agraria,
kedaulatan pangan dsb. nya, termasuk bagaimana perlindungan pangan
saat situasi khusus dan kepada kelompok rentan (masyarakat adat,
perempuan, lansia, masyarakat yang hidup di daerah rawan bencana,
anak-anak, ibu menyusui dan ibu hamil). Akses terhadap pangan juga
masih hanya dilihat dari kemampuan daya beli masyarakat, bukan melihat
dari hak atas pangan. Komodifikasi juga terlihat dalam pengaturan industri
pangan hanya akan berpihak pada industri besar dan berpotensi
menghilangkan produsen skala kecil.
Sidang Dewan Yang Terhormat,
Berdasarkan serangkaian temuan isu-isu aktual sebagaimana dikemukakan
diatas, Fraksi Partai Gerindra telah merekomendasikan beberapa hal-hal
signifikan yang perlu dibahas lebih lanjut dalam RUU tentang pangan pada
ARSIP D
PR-RI
sidang-sidang sebelumnya, untuk menjadi catatan penting dalam sejarah
pembentukan RUU Pangan ini, maka Fraksi Partai Gerindra mengingatkan
kembali rekomendasi tersebut, antara lain:
(1) Berkaitan dengan pengembangan rencana pemanfaatan lahan untuk
pangan maka Pemerintah perlu mengatur penggunaan lahan untuk sektor
ini secara adil dan berkepastian hukum (sesuai tata ruang) khususnya bagi
petani-petani kecil yang bergerak dibidang pangan dengan
mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan. Pengernbangan dan
penetapan klaster/ kawasan pangan menjadi salah satu alternatif untuk
pengaturan pemanfaatan lahan bagi pengembangan usaha pangan di
Indonesia. Sesungguhnya Penyediaan Pangan itu adalah tanggung jawab
Pemerintah, sehingga dalam Perencanaan, Penyediaan Lahan,
Penanaman, serta Distribusi Pangan, adalah domain dari tanggung jc.wab
Pemerintah.
(2) Pemerintah perlu mendorong pengembangan petani yang mempunyai
kemampuan/ skill dan sentuhan inovasi teknologi untuk meningkatkan daya
saing yang tercermin dari peningkatan mutu, cita rasa, keberlanjutan
pasokan dan keefisienan produksi guna mencapai jangkauan pasar yang
lebih luas.
(3) Untuk mengatur stabilitas harga komoditas pangan maka Pemerintah perlu
mengatur tata niaga pangan yang bertujuan untuk melindungi para petani
pangan dari permainan oleh pa~a pemilik modal/ pedagang besar. Stabilitas
harga akan dapat dikendalikan pula melalui dukungan Pemerintah untuk
mengembangkan industri pengolahan produk-produk pangan.
(4) Terkait dengan serbuan produk pangan dari Negara lain hal ini perlu diatur
di RUU pangan misalnya keharusan produk impor harus memenuhi standar
SNI, Sanitary, dan ketentuan pajak impor.
(5) Berkaitan dengan masalah pembiayaan sektor pangan diharapkan agar
RUU Pembiayaan Pertanian dijadikan sebagai salah satu perangkat hukum
yang mendukung political will Pemerintah dalam pengembangan sektor ARSIP D
PR-RI
r
pangan. Sehingga ada peluang untuk membentuk adanya bank yang
khusus memberi kredit untuk pertanian khususnya pangan.
(6) Pendataan dan perlindungan produk pangan perlu ditingkatkan untuk
menjaga khasanah kekayaan plasma nuftah bangsa Indonesia agar tidak di
klaim sebagai milik negara lain.
(7) Di dalam RUU pangan yang akan kita bentuk, alokasi anggaran
seharusnya diprioritaskan untuk mendorong sektor yang menguasai hajat
hidup orang banyak, utamanya sub sektor pertanian bukan sebaliknya
untuk melayani kreditor melalui pembayaran cicilan pokok dan bunga utang
luar negeri (ULN). Antara tahun 2005-2010, pembayaran cicilan pokok dan
bunga ULN rata-rata mencapai 11 kali lipat dari anggaran pertanian.
Pemerintah tidak bisa lagi menggantungkan harga pangan berdasarkan
rezim harga pangan internasional yang rentan terhadap praktek perburuan
rente oleh para spekulan, bank-bank besar dan hedge fund. Pemerintah
harus medorong kemandirian pangan dan menetapkan harga pangan
nasional.
(8) Substansi revisi Undang-Undang Pangan harus menjadi benteng di tengah
maraknya undang-l!ndang sektoral yang mengeksploitasi sumber daya
alam. Lonja!{an impor ikan dari 184. 240 ton pada tahun 2006 menjadi 318.
803 ton pada 2010, ditambah lagi limpahan impor ikan ilegal mencerminkan
inkonsistensi dan lemahnya komitmen negara melindungi kuantitas dan -kualitas pangan, serta nelayan tradisional. Untuk itu, perikanan sebagai
salah satu modalitas pangan nasional perlu mendapat perhatian dengan
jalan meiindungi hak-hak nelayan, terutama perlindungan bagi kawasan
pangan perikanan rakyat
(9) RUU pangan yang baru harus tegas menyatakan keberpihakannya pada
upaya untuk melindungi petani kecil sebagai produsen pangan dan
melindungi pasar lokal dan nasional. RUU pangan harus bisa
menanggulangi pelemahan pangan Indonesia yang semakin terasa dengan
keterikatan terhadap berbagai peraturan-peraturan inetrnasional. Saat ini
surplus beras dan wacana ekspor beras menjadi wacana politis semata, ARSIP D
PR-RI
bukan dengan tujuan untuk menyejahterakan petani dan rakyat Indonesia
secara umum,
(1 O) Dalam RUU ini perlu diatur mulai dari tata produksi, tata distribusi sampai
pada tata konsumsi, karena RUU yang ada hanya menitikberatkan pada
masalah distribusi dan kemampuan daya beli masyarakat. Serta tidak ada
pengakuan cadangan pangan yang dikelola oleh masyarakat. Kasus-kasus
kelaparan dan gizi buruk tidak pernah diproses sebagai pelanggaran hak
asas!, makanya penting ada pengaturan kelembagaan yang bertanggung
jawab untuk urusan pangan. Komisi Nasional Pangan penting diatur dalam
RUU ini.
(11) Perlu dicermati bahwa Drat RUU pangan nantinya diperkirakan akan
bentrok dengan RUU Jaminan Produk Halal sehingga dikhawatirkan akan
akan menimbull-.an masalah baru. Karena RUU Jaminan Prociuk Halal
bersifat wajib {mandatory) sementar UU Pangan sifatr.ya sukarela
(voluntary). Sebagaima.na diketahui bahwa UU Jaminan produk halal yang
merupakan inisiatif dari pemerintah (Departemen Agama) akan berlaku
pada empat kategori produk, yakni makanan minuman, farmasi, kosmetik,
dan rekayasa genetik {GMO). Dikuatirkan akan ada kepanikan pada satu
juta pelaku usaha makanan minuman dalarn prosesa sertifikasi, karena
akan bisa dibayangkan antriannya, belum juga biaya yang dikeluarkan.
(12) Pemerintah perlu meningkatkan sarana/prasana yang mendukung
pengembangan sektor pangan seperti sarana jalan, gudang penyimpangan,
pelabuhan, transportasi dan sebagainya.
(13) Pemerintah Daerah perlu menyediakan lahan untuk pengembangan lahan
pertanian pangan, sedangkan Pemerintah Pusat perlu mengalokasikan
pendanaan untuk pengembangan lahan pertanian di daerah demi
terwujudnya ketahanan pangan Nasional.
Fraksi Partai Gerindra, sebagai gerakan Indonesia Raya yang ingin mewujudkan
Indonesia Jaya dengan menciptakan kemakmuran rakyat semesta, mendukung
dan mendorong RUU Pangan dibawa kejenjang selanjutnya untuk disahkan ARSIP D
PR-RI
menjadi UU Pangan, sehingga RUU ini benar-benar mampu mengangkat motivasi
petani Indonesia untuk terdorong mengernbangkan usahanya dibidang pangan.
Karena pada kenyataannya usaha dibidang pangan ini jauh menjanjikan
dibandingkan dengan pengembangan usaha pertanian konvensional.
Saudara Pimpinan dan Anggota Komisi IV DPR RI, Para Menteri selaku Wakil Pemerintah; serta Hadirin yang kami hormati,
Demikianlah beberapa hal yang menjadi perhatian fraksi Partai Gerindra untuk
terwujudnya rakyat yang makmur dan tei cukupi pangan. Atas perhatian dan
kerjasama yang diberikan, kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Om Shanti Shanti Shanti,
Jakarta, 16 Oktober 2012
PIMPINAL~
KSI GERAKAN INDONESIA RA YA W AK.I ~ REPUBLIK INDONESIA
O;
Sekretaris,
dh Prabowo MM MBA No. Anggota A-19
ARSIP D
PR-RI