FRAKSIPARTAIGERINDRA -...

8
FRAKSIPARTAIGERINDRA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONES 1 A Sekretariat: MPR/DPR-RI Nusantara I Lantai 17, JI. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270 Telp. (021) 5755624 , 5755627, 5755628 Fax. (021) 5755623 PENDAPAT FRAKSI PARTAI GERINDRA DPR RI TERHADAP RUU Disampaikan oleh No Anggota TENTANG PANGAN : Anak Agung Jelantik Sanjaya : A39 Assalamu'alaikum Wr.Wb Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Om Swastyastu, Yang kami hormati: - Saudara Pimpinan dan Anggota Kornisi IV DPR RI - Saudara Menteri Pertanian RI; - Saudara Menteri Per!ndustrian RI; - Saudara Menteri Perdagangan RI; - Saudara Menteri Dalam Negeri RI; dan - Saudara Menteri Hukum dan HAM RI; - Hadirin yang berbahagia. Pertama-tama perkenankan kami mengajak hadirin sekalian untuk senantiasa mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan- Nya kita bisa berkumpul pada kesempatan ini dalam rangka Rapat RUU Pangan sebagai Sikap Akhir Fra!<:si terhadap konsepsi RUU tentang Pangan. Sidang Dewan Yang Terhormat, Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah negara Republik Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia dimana salah satu kekayaan alam Indonesia berupa tanaman Pangan. Tanaman pangan sebagai bagian dari kekayaan hayati yang sangat panting sebagai sumber pangan Nasional berperan besar untuk ARSIP DPR-RI

Transcript of FRAKSIPARTAIGERINDRA -...

FRAKSIPARTAIGERINDRA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONES1A Sekretariat: MPR/DPR-RI Nusantara I Lantai 17, JI. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270

Telp. (021) 5755624, 5755627, 5755628 Fax. (021) 5755623

PENDAPAT

FRAKSI PARTAI GERINDRA DPR RI

TERHADAP RUU

Disampaikan oleh No Anggota

TENT ANG

PANGAN

: Anak Agung Jelantik Sanjaya : A39

Assalamu'alaikum Wr.Wb Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Om Swastyastu,

Yang kami hormati:

- Saudara Pimpinan dan Anggota Kornisi IV DPR RI

- Saudara Menteri Pertanian RI;

- Saudara Menteri Per!ndustrian RI;

- Saudara Menteri Perdagangan RI;

- Saudara Menteri Dalam Negeri RI; dan

- Saudara Menteri Hukum dan HAM RI;

- Hadirin yang berbahagia.

Pertama-tama perkenankan kami mengajak hadirin sekalian untuk senantiasa

mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan­

Nya kita bisa berkumpul pada kesempatan ini dalam rangka Rapat RUU Pangan

sebagai Sikap Akhir Fra!<:si terhadap konsepsi RUU tentang Pangan.

Sidang Dewan Yang Terhormat,

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945; bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

di dalam wilayah negara Republik Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang

Maha Kuasa untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat Indonesia dimana salah satu kekayaan alam Indonesia

berupa tanaman Pangan. Tanaman pangan sebagai bagian dari kekayaan hayati

yang sangat panting sebagai sumber pangan Nasional berperan besar untuk ARSIP

DPR-R

I

r meningkatkan kualitas hidup masyarakat, menyangkut aspek sosial, ekonomi, dan

lingkungan secara berkelanjutan. Dalam konteks tersebut setelah menyimak

beberapa peraturan perundang-undangan yang ada, fraksi partai Gerindra

berpendapat bahwa peraturan yang ada belum dapat memberikan kepastian

hukum dalam pengembangan pangan sesuai perkembangan dan tuntutan yang

ada di masyarakat saat ini. Undang-Undang (UU) Nomor 6 tahun 1996 tentang

Pangan dinilai menghambat penerapan komoditas pangan karena lebih banyak

ditujukan pada tanaman pangan, terutarna padi. Persoalan yang diatur dalam

Undang Undang ini yang menyangkut masalah pendanaan, perbenihan,

perlindungan, dan perdagangan dirasakan tidak sesuai jika harus di terapkan

pada saat ini.

Oleh karena itu fraksi partai Gerindra DPR RI memandang perlu adanya Undang

Undang yang lebih komprehensif mengatur tentang pangan. RUU Pangan yang

sekarang sedang kita godok, diharapkan mampu menjadi "daya ungkit" bagi

pembangunan pangan di masa depan. Dengan kata lain RUU pangan ini

diharapkan menjadi landasan dalam mengembangkan produk-produk pangan

yang mampu berdaya saing dan terdesentralisasi di masa depan. Melalui "payung

hukum" inilah, kita diharapkan untuk segera bisa berbenah diri. Kita harus mampu

melahirkan benlh-benih unggul pangan yang berkualitas. Kita harus mampu

menjaga dan memelihara "plasma nuftah" yang kita miliki dan tidak lupa

mengembangkan varietas tanaman pangan yang lebih bermutu. Kita .tidak boleh

hanya terpukau melihat kemajuan dan kisah sukses negara lain dalam

mengembangkan pembangunan pangan. Dan kita pun tentu saja tidak diharapkan

hanya tumbuh dan berkembang menjadi bangsa konsumen, sambil menikmati

padi dari Vietnam, Thailand, atau Negara lain.

Sidang Dewan Yang terhormat,

Partai Gerindra yang selama ini telah menjadikan petani sebagai salah satu basis

utama konsituennya, telah didatangi beberapa kelompok masyarakat, organisasi

dan individual (seperti HKTI, KTNA, Pemuda Tani Indonesia) dan beberapa

kelompok LSM pertanian yang pada intinya menginginkan agar RUU pangan ARSIP

DPR-R

I

segera di proses untuk di sahkan menjadi Undang-Undang. Aspirasi mereka itu

harus kita maknai sebagai wujud dukungan politik kepada pemerintah dan DPR

dalam mengemban amanah untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat khususnya para petani melalui jalur legislasi.

Memperhatikan kondisi-kondisi riil seperti telah diuraikan di atas, Fraksi Partai

Gerindra berharap RUU pangan ini dapat menjadi momentum yang baik bagi

Pemerintah untuk mengembangkan dan melindungi pangan Indonesia yang lebih

berpihak pada kepentingan petani, rakyat, dan kebenaran. Partai Gerindra telah

mencatat beberapa isu terkait dengan persoalan pangan seperti :

(1) Persoalah pengaturan penyediaan lahan pang an menjadi masalah

pengembangan pangan di Indonesia karena lahan yang terbatas

menyebabkan para petani memanfaatkan lahan-lahan yang seharusnya

tidak boleh ditanami tanaman pangan karena terjadi kerusakan lingkungan

dan bencana alam seperii erosi, tanah longsor, banjir dan sebagainya. Saat

ini Pemerintah telah mengembangkan kawasan-kawasan hutan,

perkebunan, peternakan dan sebagainya namun belum merilis rencana

aksi secara jelas terkait pengembangan klaster pangan.

(2) Kebanyakan pengembangan usaha pangan di Indonesia di kelola oleh

petani-petani kecil dengan kemampuan/ skill yang terbatas, mereka belum

mampu mengembangkan pangan sebagai usaha bisnis yang menjanjikan

namun baru sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

(3) Harga komoditas pangan di Indonesia cenderung ditentukan oleh

pedagang antara/ tengkulak, pedagang besar (ritel) dan pemilik modal

lainnya. Sehingga petani cenderung tidak berdaya dan dirugikan manakala

musim raya tiba.

(4) Membanjirnya produk pangan luar negeri yang masuk ke Indonesia telah

menyebabkan produk-produk pangan lokal kalah bersaing yang pada

gilirannya merugikan petani, kesehatan konsumen dalam negeri dan

berkurangnya pendapatan negara.

(5) Dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk mengembangkan pola ARSIP

DPR-R

I

kemitraan untuk membantu peningkatan pendapatan petani dirasakan

masih kurang.

(6) infrastruktur yang mendukung pengembangan pangan Indonesia seperti

sarana penyimpanan (gudang), jalan, pelabuhan, sarana transportasi dan

sebagainya dirasakan belum optimal sehingga hal ini menghambat

pengembangan prospek usaha pangan.

(7) RUU pangan yang ada saat ini diharapkan dapat memastikan terpenuhinya

hak-hak rakyat atas pangan, karena leblh melihat pada aspek ketersediaan

dan melihat pangan hanya sebagai komoditas. Segala hal yang

berhubungan dengan pangan seharusnya diletakkan dalam skema

kedaulatan pangan secara utuh dan ramah lingkungan dan memastikan

adanya perlindungan lahan-lahan pangan dari industri ekstraktif seperti

perkebunan sawit, pertambangan dan pembangunan infrastruktur dan

industri.

(8) Keanekaragaman pangan non padi belum diakomodir, selain itu tidak ada

pengakuan, pemberdayaan dan perlindungan peran nelayan baik nelayan

tangkap maupun nelayan budidaya dalam penyediaan pangan. Selain itu

juga masih perlu elaborasi lebih lanjut dalam soal reforma agraria,

kedaulatan pangan dsb. nya, termasuk bagaimana perlindungan pangan

saat situasi khusus dan kepada kelompok rentan (masyarakat adat,

perempuan, lansia, masyarakat yang hidup di daerah rawan bencana,

anak-anak, ibu menyusui dan ibu hamil). Akses terhadap pangan juga

masih hanya dilihat dari kemampuan daya beli masyarakat, bukan melihat

dari hak atas pangan. Komodifikasi juga terlihat dalam pengaturan industri

pangan hanya akan berpihak pada industri besar dan berpotensi

menghilangkan produsen skala kecil.

Sidang Dewan Yang Terhormat,

Berdasarkan serangkaian temuan isu-isu aktual sebagaimana dikemukakan

diatas, Fraksi Partai Gerindra telah merekomendasikan beberapa hal-hal

signifikan yang perlu dibahas lebih lanjut dalam RUU tentang pangan pada

ARSIP D

PR-RI

sidang-sidang sebelumnya, untuk menjadi catatan penting dalam sejarah

pembentukan RUU Pangan ini, maka Fraksi Partai Gerindra mengingatkan

kembali rekomendasi tersebut, antara lain:

(1) Berkaitan dengan pengembangan rencana pemanfaatan lahan untuk

pangan maka Pemerintah perlu mengatur penggunaan lahan untuk sektor

ini secara adil dan berkepastian hukum (sesuai tata ruang) khususnya bagi

petani-petani kecil yang bergerak dibidang pangan dengan

mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan. Pengernbangan dan

penetapan klaster/ kawasan pangan menjadi salah satu alternatif untuk

pengaturan pemanfaatan lahan bagi pengembangan usaha pangan di

Indonesia. Sesungguhnya Penyediaan Pangan itu adalah tanggung jawab

Pemerintah, sehingga dalam Perencanaan, Penyediaan Lahan,

Penanaman, serta Distribusi Pangan, adalah domain dari tanggung jc.wab

Pemerintah.

(2) Pemerintah perlu mendorong pengembangan petani yang mempunyai

kemampuan/ skill dan sentuhan inovasi teknologi untuk meningkatkan daya

saing yang tercermin dari peningkatan mutu, cita rasa, keberlanjutan

pasokan dan keefisienan produksi guna mencapai jangkauan pasar yang

lebih luas.

(3) Untuk mengatur stabilitas harga komoditas pangan maka Pemerintah perlu

mengatur tata niaga pangan yang bertujuan untuk melindungi para petani

pangan dari permainan oleh pa~a pemilik modal/ pedagang besar. Stabilitas

harga akan dapat dikendalikan pula melalui dukungan Pemerintah untuk

mengembangkan industri pengolahan produk-produk pangan.

(4) Terkait dengan serbuan produk pangan dari Negara lain hal ini perlu diatur

di RUU pangan misalnya keharusan produk impor harus memenuhi standar

SNI, Sanitary, dan ketentuan pajak impor.

(5) Berkaitan dengan masalah pembiayaan sektor pangan diharapkan agar

RUU Pembiayaan Pertanian dijadikan sebagai salah satu perangkat hukum

yang mendukung political will Pemerintah dalam pengembangan sektor ARSIP D

PR-RI

r

pangan. Sehingga ada peluang untuk membentuk adanya bank yang

khusus memberi kredit untuk pertanian khususnya pangan.

(6) Pendataan dan perlindungan produk pangan perlu ditingkatkan untuk

menjaga khasanah kekayaan plasma nuftah bangsa Indonesia agar tidak di

klaim sebagai milik negara lain.

(7) Di dalam RUU pangan yang akan kita bentuk, alokasi anggaran

seharusnya diprioritaskan untuk mendorong sektor yang menguasai hajat

hidup orang banyak, utamanya sub sektor pertanian bukan sebaliknya

untuk melayani kreditor melalui pembayaran cicilan pokok dan bunga utang

luar negeri (ULN). Antara tahun 2005-2010, pembayaran cicilan pokok dan

bunga ULN rata-rata mencapai 11 kali lipat dari anggaran pertanian.

Pemerintah tidak bisa lagi menggantungkan harga pangan berdasarkan

rezim harga pangan internasional yang rentan terhadap praktek perburuan

rente oleh para spekulan, bank-bank besar dan hedge fund. Pemerintah

harus medorong kemandirian pangan dan menetapkan harga pangan

nasional.

(8) Substansi revisi Undang-Undang Pangan harus menjadi benteng di tengah

maraknya undang-l!ndang sektoral yang mengeksploitasi sumber daya

alam. Lonja!{an impor ikan dari 184. 240 ton pada tahun 2006 menjadi 318.

803 ton pada 2010, ditambah lagi limpahan impor ikan ilegal mencerminkan

inkonsistensi dan lemahnya komitmen negara melindungi kuantitas dan -kualitas pangan, serta nelayan tradisional. Untuk itu, perikanan sebagai

salah satu modalitas pangan nasional perlu mendapat perhatian dengan

jalan meiindungi hak-hak nelayan, terutama perlindungan bagi kawasan

pangan perikanan rakyat

(9) RUU pangan yang baru harus tegas menyatakan keberpihakannya pada

upaya untuk melindungi petani kecil sebagai produsen pangan dan

melindungi pasar lokal dan nasional. RUU pangan harus bisa

menanggulangi pelemahan pangan Indonesia yang semakin terasa dengan

keterikatan terhadap berbagai peraturan-peraturan inetrnasional. Saat ini

surplus beras dan wacana ekspor beras menjadi wacana politis semata, ARSIP D

PR-RI

bukan dengan tujuan untuk menyejahterakan petani dan rakyat Indonesia

secara umum,

(1 O) Dalam RUU ini perlu diatur mulai dari tata produksi, tata distribusi sampai

pada tata konsumsi, karena RUU yang ada hanya menitikberatkan pada

masalah distribusi dan kemampuan daya beli masyarakat. Serta tidak ada

pengakuan cadangan pangan yang dikelola oleh masyarakat. Kasus-kasus

kelaparan dan gizi buruk tidak pernah diproses sebagai pelanggaran hak

asas!, makanya penting ada pengaturan kelembagaan yang bertanggung

jawab untuk urusan pangan. Komisi Nasional Pangan penting diatur dalam

RUU ini.

(11) Perlu dicermati bahwa Drat RUU pangan nantinya diperkirakan akan

bentrok dengan RUU Jaminan Produk Halal sehingga dikhawatirkan akan

akan menimbull-.an masalah baru. Karena RUU Jaminan Prociuk Halal

bersifat wajib {mandatory) sementar UU Pangan sifatr.ya sukarela

(voluntary). Sebagaima.na diketahui bahwa UU Jaminan produk halal yang

merupakan inisiatif dari pemerintah (Departemen Agama) akan berlaku

pada empat kategori produk, yakni makanan minuman, farmasi, kosmetik,

dan rekayasa genetik {GMO). Dikuatirkan akan ada kepanikan pada satu

juta pelaku usaha makanan minuman dalarn prosesa sertifikasi, karena

akan bisa dibayangkan antriannya, belum juga biaya yang dikeluarkan.

(12) Pemerintah perlu meningkatkan sarana/prasana yang mendukung

pengembangan sektor pangan seperti sarana jalan, gudang penyimpangan,

pelabuhan, transportasi dan sebagainya.

(13) Pemerintah Daerah perlu menyediakan lahan untuk pengembangan lahan

pertanian pangan, sedangkan Pemerintah Pusat perlu mengalokasikan

pendanaan untuk pengembangan lahan pertanian di daerah demi

terwujudnya ketahanan pangan Nasional.

Fraksi Partai Gerindra, sebagai gerakan Indonesia Raya yang ingin mewujudkan

Indonesia Jaya dengan menciptakan kemakmuran rakyat semesta, mendukung

dan mendorong RUU Pangan dibawa kejenjang selanjutnya untuk disahkan ARSIP D

PR-RI

menjadi UU Pangan, sehingga RUU ini benar-benar mampu mengangkat motivasi

petani Indonesia untuk terdorong mengernbangkan usahanya dibidang pangan.

Karena pada kenyataannya usaha dibidang pangan ini jauh menjanjikan

dibandingkan dengan pengembangan usaha pertanian konvensional.

Saudara Pimpinan dan Anggota Komisi IV DPR RI, Para Menteri selaku Wakil Pemerintah; serta Hadirin yang kami hormati,

Demikianlah beberapa hal yang menjadi perhatian fraksi Partai Gerindra untuk

terwujudnya rakyat yang makmur dan tei cukupi pangan. Atas perhatian dan

kerjasama yang diberikan, kami mengucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Om Shanti Shanti Shanti,

Jakarta, 16 Oktober 2012

PIMPINAL~

KSI GERAKAN INDONESIA RA YA W AK.I ~ REPUBLIK INDONESIA

O;

Sekretaris,

dh Prabowo MM MBA No. Anggota A-19

ARSIP D

PR-RI