Post on 31-Dec-2014
BAB V
PEMBAHASAN
Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang
berasal dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari
alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan mineral. Perkembangan
farmakognosi saat ini sudah melibatkan hasil penyarian atau ekstrak yang tentu akan sulit
dilakukan indentifikasi zat aktif jika hanya mengandalkan mata. Dengan demikian, cara
identifikasi juga semakin berkembang dengan menggunakan alat-alat cara kimia dan fisika.
Adapun beberapa parameter yang dilakukan sebagai standar mutu tanaman,
meliputi pemeriksaan organoleptis, pengamatan terhadap morfologi dan anatomi, serta
identifikasi kandungan kimia.
Berdasarkan hal tersebut, untuk Pengamatan morfologi dilakukan dengan
mengamati bentuk fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia dan
merupakan salah satu cara dalam memperkenalkan tanaman karena mengingat tanaman yang
sama belum tentu mempunyai bentuk morfologi yang sama pula.
Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang
diuji berupa sayatan melintang, membujur, dan serbuk dari simplisia. Dari pemeriksaan
diperoleh pada anatomi daunnya terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, trikoma,
xilem, floem. Pada batang terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, xylem, floem,
berkas pengangkut tipe kolateral. Pada akar terdapat epidermis, eksodermis, parenkim
korteks, floem, dan xilem.
Identifikasi kandungan kimia Simplisia yang diuji berupa simplisia tunggal baik
dalam bentuk rajangan, serbuk, ekstrak, yang ditambahkan dengan pereaksi tertentu, dan
reaksi warna dilakukan untuk pemastian identifikasi
Identifikasi simplisia yang akan dilakukan secara :
• Organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa, dari
simplisia tersebut.
• Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan
bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia.
• Mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau serbuk dan pemeriksaan
anatomi jaringan itu sendiri.
Pada praktikum farmakognosi ini dilakukan pemeriksaan simplisia secara
mikroskopik, organoleptis dan makroskopik pada 34 sampel dari serbuk simplisia yang
mengandung karbohidrat, glikosida, minyak atsiri (minyak menguap), tanin, alkaloid, resin
atau damar, lipid dan vitamin. Pemeriksaan serbuk simplisia ini dilakukan secara
organoleptis, secara mikroskopik dan secara makroskopik.
Pemeriksaan secara organoleptis, dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan
rasa. Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk
simplisia yang ditetesi larutan kloralhidrat kemudian dipanaskan di atas lampu spiritus
(jangan sampai mendidih). Kemudian pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan
perbesaran lemah ( 4x10 ) dan perbesaran kuat. Sedangkan khusus untuk uji amilum hanya
ditetesi dengan aquadest. Hal ini disebabkan karena penetesan kloralhidrat pada amilum
dapat menghilangkan butir-butir amilum. Kloralhidrat juga dapat digunakan untuk
menghilangkan kandungan sel seperti protein. Sedangkan pemeriksaan secara makroskopik
dilakukan dengan melihat simplisia dan serbuk simplisia secara langsung dengan mata
telanjang, memperhatikan bentuk dari simplisia.
Dari hasil pengamatan berikut ini merupakan penjabaran secara organoleptis,
makroskopis, dan mikroskopis dari simplisia yang praktikan amati :
1. Sampel yang mengandung karbohidrat
a. Amilum Manihot ( pati singkong )
- Organolepis : Warna putih , tidak berbau, tidak berasa.
- Makroskopik : Habur putih.
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati sebagian besar tunggal, ada
yang bergerombol dua atau tiga, hilus terlihat berupa titik atau garis bercabang
b. Amilum Maydis ( pati jagung )
- Organolepis : Warna putih , tak berbau, tek berasa.
- Makroskopik : Habur putih.
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati ada yang
bergerombol/majemuk, ada yang tunggal, hilus terlihat berbentuk titik dan bercabang
c. Amilum Oryzae ( Pati beras )
- Organolepis : Warna putih, tidak berbau, tidak berasa
- Makroskopik : Hablur putih
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati majemuk dan hilus berupa
titik
d. Amilum Solanni ( pati Kentang )
- Organolepis : Warna putih, tidak berbau, tidak berasa
- Makroskopik : Hablur putih
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati tunggal dan majemuk dua
atau lebih , berbentuk bulat telur dan hilus berupa titik pada ujung
e. Amilum Sagu ( Pati sagu )
- Organolepis : Warna putih, tidak berbau, tidak berasa
- Makroskopik : Hablur putih
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu butir pati tunggal
2. Sampel yang mengandung glikosida
a. Daun Asam
b. Biji Jinten Hitam
- Organolepis :
- Makroskopik :
- Mikroskopik :
c. Herba Pegagan
3. Sampel yang mengandung minyak atsiri
a. Rimpang temulawak
- Organolepis : kuning muda-kecoklatan, bau sedikit menyengat, rasa pahit.
- Makroskopik : Kuning pucat pada bagian dalam, coklat muda pada bagian luar, bentuknya
bulat dan agak
- Mikroskopik : serabut sklerenkim, rabut penutup,berkas pembuluh dan butir pati.
b. Rimpang Kencur
- Organolepis : Warna coklat kemerahan, bau khas aromatik, rasa hambar
- Makroskopik : Rimpang bulat sembarang, kulit coklat dan bagian dalam berwarna putih
pucat.
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu pembuluh kayu dengan penebalan
spiral, butir pati, parenkim dan sel minyak
c. Rimpang Lengkuas
- Organolepis : Warna kecoklatan, tidak berbau, rasanya hambar
- Makroskopik : Warnanya coklat muda , berbentuk agak lonjong
- Mikroskopik : Anatomi jaringan ini mempunyai ciri yaitu memiliki jaringan berkas
pembuluh. Anatomi jaringan yang dapat diamati praktikan meliputi parenkim dengan butir
pati, jaringan berkas pembuluh, dan butir pati
d. Ketumbar
- Organolepis : Warna kecoklatan, tidak berbau, rasanya hambar
- Makroskopik : Warnanya coklat muda , berbentuk agak lonjong
- Mikroskopik : Anatomi jaringan ini mempunyai ciri yaitu memiliki jaringan berkas
pembuluh. Anatomi jaringan yang dapat diamati praktikan meliputi parenkim dengan butir
pati, jaringan berkas pembuluh, dan butir pati
e. Kayu Cendana
- Organolepis : Warna coklat keoranyean, bau aromatik, rasa tidak berasa
- Makroskopik : Batang berkayu kecoklatan
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu serabut, hablur kalsium oksalat,
seludang hablur kalsium oksalat.
4. Sampel yang mengandung Damar/Resin
a. Biji kedawung
b. Daun Pacar Cina
c. Rimpang Alang-alang
d. Rimpang Jahe
- Organolepis : Warna coklat muda dengan bau aromatik dan rasa pedas.
- Makroskopik : Warna kuning pucat pada bagian dalam dan berserat, coklat pucat pada
bagian luar,
- Mikroskopik : Anatomi jaringan ini mempunyai ciri serabut, pembuluh kayu dan berkas
pembuluh. Anatomi yang dapat diamati yaitu butir pati, serabut, parenkim dengan sel
ekskresi, berkas pembuluh.
f. Herba sambiloto
- Organolepis : Warna coklat kehijauan, bau agak menyengat, rasa sangat pahit.
- Makroskopik : Daun kecil berwarna hijau tua berserat.
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu sistolit, fragmen epidermis, fragmen
epidermis bawah, fragmen kulit buah.
e. Bunga cengkeh
- Organolepis : Warna coklat muda, bau khas aromatik, rasa tidak berasa.
- Makroskopik : Bunga berbentuk silinder dengan ujung tajam, dan ujung yang lain, terdapat
kelopak, berwarna coklat tua.
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu serabut sklerenkim, calsium oksalat, sel
batu dan sklereida
5. Sampel yang mengandung alkaloid
a. Kulit batang delima
b. Buah lada putih
- Organolepis : Warna putih, bau khas, rasa pedas.
- Makroskopik : Bulat kecil berwarna putih
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu kelompok sel batu, fragmen perisperm,
butir pati.
c. Buah lada hitam
- Organolepis : Warna hitam, bau khas, dan rasanya pedas
- Makroskopik : Bulat kecil berwarna hitam
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu jafragmen perisperm, fragmen
mesokarp, butir pati.
d. Cabe Jawa
e. Daun Pepaya
- Organolepis : Daun berwarna hijau tua dengan tulang daun menjari.
- Makroskopik : Warna hijau tua, bau aromatik, rasa agak pahit.
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu epidermis atas, hablur kalsium oksalat,
fragmen mesofil.
6. Sampel yang mengandung Tanin
a. Rimpang kunyit
b. Rimpang Dringo
c. Daun Salam
d. Daun Teh
e. Daun Kumis Kucing
7. Sampel yang mengandung lipid
a. Biji pala
- Organolepis : Warna coklat muda, bau khas aromatik, rasa tidak berasa
- Makroskopik : Biji bulat lonjong, berwarna coklat muda bergelombang
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu peristem sekunder, butir pati,
endosperm, berkas pembuluh
b. Buah adas
c. Jinten Putih
8. Sampel yang mengandung vitamin
a. Biji kacang hijau
b. Buah cabe
c. Daun Seledri
- Organolepis : Warna coklat kehijauan , bau aromatik, dan rasa asin sedikit pedas, lama –
lama timbul rasa tebal di lidah.
- Makroskopik : Daun coklat kehijauan, berbentuk seperti kipas dan tepi daun bergerigi.
- Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu stomata, kristal kalsium oksalat,
fragmen xilem dengan floem dan dengan penebalan cincin.
d. Daun Ubi jalar
e. Daun Bayam Merah
Tentunya banyak simplisia yang memiliki perbedaan yang jelas jika dibandingkan
dengan simplisia yang lain. Hal ini disebabkan simplisia tersebut memiliki ciri khas yang
diakibatkan oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi. Namun ciri khas tersebut dapat
pula tidak nampak karena kesalahan dalam melakukan pemeriksaan dan penyimpnan
simplisia yang relatif lama.
Pada pemeriksaan simplisia dan serbuk simplisia hanya beberapa simplisia berhasil
dikerjakan dengan baik, Perbedaan literatur dan hasil pengamatan disebabkan oleh beberapa
faktor di antaranya yaitu :
1. Simplisia satu dengan yang lainnya memiliki bentuk, warna, dan bau yang hampir mirip pada
sebagian besar simplisia.
2. Pada saat pemanasan, terkadang kloralhidrat pada objek gelas mendidih, sehingga pada saat
diamati dibawah mikroskop, objek menjadi tidak jelas.
3. Ketidaktelitian praktikan dalam menggunakan alat sehingga antara pengamatan simplisia
satu dengan yang lainnya dapat tercampur dan dapat mempengaruhi pemeriksaan.
4. Cara Pembuatan simplisia
5. Penyiapan preparat simplisia, keterbatasan waktu yang disediakan, atau dapat juga
dikarenakan bahan simplisia yang terlalu lama
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Praktikum farmakognosi dilakukan pemeriksaan secara organoleptis, makroskopik dan
mikroskopik terhadap simplisia dari tanaman tertentu
2. Pemeriksaan secara organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau
dan rasa.
3. Pemeriksaan secara makroskopik pengujian dilakukan dengan mata telanjang atau dapat juga
dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan sebagai
simplisia.
4. Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia di bawah mikroskop
B. Saran
1. Laboratorium
Sebaiknya Alat untuk praktikum diperbanyak seperti mikroskop dan objek glass
serta deg glass
2. Praktikum
a. lebih tepat waktu
b. Sebaiknya pembagian kelompok mempunyai anggota yang kurang lebih 5 orang, agar
mempermudah jalannya praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1975. Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2008, Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi, Jurusan Farmasi Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar
Tim Penyusun, 2010, Penuntun Praktikum Farmakognosi, Laboratorium Farmakognosi - Fitokimia Jurusan Farmasi Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar