Post on 03-Jul-2015
DISKUSI : ADRENALIN PADA SHOCK ANAFILAKTIK
Oleh:
Nama : Rengganis Eka Sandhya
NIM : 04091003049
Dosen Pembimbing : Dr. Sutomo Tanzil, MSc, DAFK, SpFK
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Shock Anafilaktik dan jelaskan juga bagaimana
patofisiologinya sampai terjadi keadaan gawat tersebut!
Jawab:
Anafilaksis berarti Menghilangkan perlindungan.
Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ
terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan
reaksi imunologis yang didahului dengan terpapar nya alergen yang sebelumnya
sudah tersensitisasi.
Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa
penurunan kesadaran. Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien
yang sebelumnya sudah membentuk antibodi terhadap benda asing (antigen)
mengalami reaksi antigen-anti bodisistemik.
Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan
antigen-antibodi kompleks.
Patofisiologi
Oleh Coomb dan Gell (1963), anafilaksis dikelompokkan dalam
hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi tipesegera (Immediate type reaction).
Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :
Fase Sensitisasi
Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai diikatnya oleh
reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang masuk
lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di tangkap oleh Makrofag.
Makrofag segera mempresen-tasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana
ia akan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang menginduksi Limfosit B
berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit).
Sel plasma memproduksi Immunoglobulin E (Ig E) spesifik untuk antigen
tersebut. Ig E ini kemudian terikat pada receptor permukaan sel Mast (Mastosit)
dan basofil.
Fase Aktivasi
Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama.
Mastosit dan Basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan
reaksi pada paparan ulang . Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke
dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu
terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin,
serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di
sebut dengan istilah Preformed mediators.
Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari
membran sel yang akan menghasilkan Leukotrien (LT) dan Prostaglandin (PG)
yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut Newly formed
mediators.
Fase Efektor
Adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada
organ organ tertentu. Histamin memberikan efek bronkokonstriksi,
meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi
mukus dan vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan
Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF)
berefek bronchospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan
aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil.
Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan bronchokonstriksi, demikian juga
dengan Leukotrien.
Secara umum urutan proses dalam kejadian reaksi anafilaktik atau
anafilaktoid dapat disebutkan sebagai berikut:
Perangsangan pada membrane mastosit dan sel basofil
Rangsangan dilakukan oleh antigen : Ig E atau agregat iman yang lain atau oleh
factor kimiawi, fisis atau neurogenik.
Aktivitas enzim-enzim membrane dan rangsangan kedua dari sitoplasma.
Terjadi degradasi metabolic asam arachidonat menjadi subunit aktif dan
penurunan rangsang CAMP/CGMD dalam sel.
Pelepasan mediator inflamasi
a. Yang siap langsung dilepaskan :
Histamin
Serotonin
Tripease
NCF ( Neutrophil Chemotactic Factor)
ECF (Eosinophil Chemotactic Factor)
b. Yang baru dibentuk dan segera dilepaskan :
Leukotronin (LTB 4, LYC 4, LTD 4)
Tromboksan
Prostaglandin (PGD2)
Kinin dan kaskade factor Hageman
Platelet Activating Factor (PAF)
c. Respon Patologis Fungsional :
Peningkatan permeabilitas vascular
Vasodilatasi Venus
Konstriksi Bronkus
Kontraksi otot polos usus
Dilatasi arteriol
d. Anafilaksis
Urtikaria, Angiodema
Oedema laring
Asma
Muntah, sakit perut, diare
Hipotensi
2. Jelaskan mengapa adrenalin dipilih sebagai obat terpilih (drug of choice) untuk
mengatasi shock anafilaktik dan merupakan obat penyelamat jiwa (life saving drug)?
Jawab:
Sampai sekarang adrenalin masih merupakan obat pilihan pertama untuk mengobati
syok anafilaksis. Obat ini berpengaruh untuk meningkatkan tekanan darah,
menyempitkan pembuluh darah, melebarkan bronkus dan meningkatkan aktivitas otot
jantung.
Adrenalin bekerja sebagai penghambat pelepasan histamine dan mediator lain yang
poten. Mekanismenya :
Adrenalin meningkatkan siklik AMP dalam sel mast dan basofil sehingga
menghambat terjadinya degranulasi serta pelepasan histamine dan mediator lainnya.
Adrenalin mempunyai kemampuan memperbaiki kontraktilitas otot jantung, tonus
pembuluh darah perifer dan otot polos bronkus.
Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah arteri dan
memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik
seketika dan berakhir dalam waktu pendek. Betabloker akan selalu juga menghambat
frekuensi dan konduksi jantung pada dosis terapi dan morfin juga selalu akan
mengurangi rasa sakit dan menghambat pernapasan dalam dosis lebih besar. Semua
reaksi ini merupakan dose-dependent reactions yang nyata. Dengan demikian banyak
obat lain bisa kita golongkan kedalamnya seperti kontaseptif oral, insulin, dsb. Obat
sejenis ini termasuk daftar Obat Esensial.
Cara Pemberian Adrenalin
1. Adrenalin Intramuskular
Pemberian secara intramuskuler merupakan pilihan pertama dari cara pemberian
adrenalin pada penatalaksanaan syok anafilaktik. Adrenalin memiliki onset yang
cepat setelah pemberian intramuskuler dan pada pasien dalam keadaan syok, absorbsi
intramuskuler lebihg cepat dan lebih baik dari pada pemberian subkutan. Pasien
dengan alergi berat dianjurkan untuk pemberian sendiri injeksi intramuskuler
adrenalin. Volume injeksi adrenalin 1:1000 (1mg/ml) untuk injeksi intramuskuler
pada syok anafilaksis. Umur Volume adrenalim 1:1000
Dibawah 1 tahun 0,05 ml
1 tahun 0,1 ml
2 tahun 0,2 ml
3-4 tahun 0,3 ml
5 tahun 0,4 ml
6-12 tahun 0,5 ml
Dewasa 0,5 – 1 ml
Dosis diatas dapat diulang tiap 10 menit, menurut tekanan darah dan nadi sampai
perbaikan terjadi (mungkin diulangi beberapa kali)
2. Adrenalin Intravena
Pada saat pasien tampak sangat kesakitan dan benar-benar diragukan kemampuan
sirkulasi dan absorbsi injeksi intramuskuler, adrenalin mungkin diberikan dalam
injeksi intravena lambat dengan dosis 500mcg (5ml dari pengenceran injeksi
adrenalin 1:10000) diberikan dengan kecepatan 100 mcg/menit dan dihentikan jika
respon dapat dipertahankan. Pada anak-anak dapat diberi dosis 10mcg/kgBB
(0,1ml/kgBB dari pengenceran injeksi adrenalin 1:10000 dengan injeksi intravena
lambat selama beberapa menit.
3. Pemberian Sendiri Adrenalin
Individu yang mempunyai resiko tinggi untuk mengalami syok anafilaksis perlu
membawa adrenalin setiap waktu dan selanjutnya perlu diajarkan bagaimana
menyuntikkannya. Pada kemasan perlu diberi label pada kasus kolaps yang cepat
orang lain dapat memberikan adrenalin tersebut. Penting untuk memastikan bahwa
suplay yang memadai telah terbukti mengatasi gejala anafilaksis sampai pertolongan
medis tersedia.
DISKUSI: PEMILIHAN OBAT ANTIHIPERTENSI
SECARA RASIONAL
Oleh:
Nama : Rengganis Eka Sandhya
NIM : 04091003049
Dosen Pembimbing : Dr. Sutomo Tanzil, MSc, DAFK, SpFK
1. Sebutkan beberapa golongan obat antihipertensi yang anda ketahui dan beri
contoh!
Jawab:
a. Diuretik (HCT, Klortalidon, Indapamid, furosemid)
b. Beta-bloker (Atenolol, Bisoprolol, Propanolol)
c. Alfa-bloker (Prazosin, Terazosin, Doxazosin)
d. Mixed α-β-bloker (Labetalol, Carvedilol)
e. ACE inhibitor (Kaptopril, Enalapril)
f. CCB (Amiodipin, Felodipin, Nifedipin, Verapamil, Diltidiazem)
g. Vasodilator (Hidralazin, Minoksidil, Nitroprussid)
h. AIIRA (Losartan, Candesartan, Valsartan)
i. Centrally Acting Drugs (Metildopan, Klonidin, Reserpin)
2. Jelaskan bagaimana cara obat-obat tersebut bekerja sehingga memberikan efek
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi?
Jawab:
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid
Efek yang ditimbulkan adalah peningkatan ekskresi natrium, klorida dan air
sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. Vasodilatasi perifer
yang terjadi disebabkan adanya penyesuaian pembuluh darah perifer terhadap
pengurangan volume plasma terus menerus. Selain itu, dapat pula terjadi
pengurangan kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya lentur
(compliance vaskulor).
b. Beta-bloker
Mekanisme β-bloker sebagai anti hipertensi masih belum jelas. Diperkirakan ada
beberapa cara, yakni (1) pengurangan denyut jantung dan kontraktilitas miokard
menyebabkan curah jantung berkurang. Reflek baroreseptor serta hambatan β2
vaskular menyebabkan resistensi perifer pada awalnya meningkat; (2) hambatan
pelepasan NE melalui hambatan reseptor β2 prasinaps; (3) hambatan sekresi
renin melalui hambatan rereptor β1 di ginjal; dan (4) efek sentral. Penurunan TD
oleh β-bloker yang diberikan per oral berlangsung lambat. Efek tampak dalam 24
jam sampai 1 minggu. Pemberian pada orang normal tidak akan menyebabkan
hipotensi.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita
diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia
(kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa
berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus
hati-hati.
c. Alfa-bloker
Alfa-bloker menghambat reseptor α1 di pembuluh darah terhadap efek
vasokonstriksi NE dan E sehingga terjadi dilatasi vena dan arteriol. Alfa-bloker
merupakan satu-satunya golongan AH yang memerikan efek positif pada lipid
darah, (mengurangi LDL dan trigliserida serta meningkatkan HDL). Alfa-bloker
juga dapat menurunkan resistansi insulin, mengurangi gangguan vaskular perifer,
memberikan sedikit efek bronkodilatasi dan mengurangi serangan asma akibat
kegiatan fisik, merelaksasi otot polo prostat dan leher kandung kemih sehingga
mengurangi gejala hipertrofi prostat, tidak menggangu aktivitas fisik dan tidak
berinteraksi dengan AINS. Oleh karena itu, obat ini dianjurkan untuk penderita
hipertensi disertai diabetes, dislipidemia, obesitas, gangguan resistensi perifer,
asma, hipertrofi prostat, perokok, serta penderita muda yang aktif secara fisik dan
mereka yang menggunakan AINS.
d. Mixed α-β-bloker
Labetolol merupakan penyekat-β reversible yan diikuti kerja penyekat α1
yang menyebabkan vasodilator tepi, sehingga menurunkan tekanan darah
e. ACE Inhibitor
ACE Inhibitor menurunkan tekanan darah dengan mengurangi resistensi
vaskuler perifer tanpa meningkatkan curah jantung, kecepatan ataupun
kontraktilitas. Obat-obat ini mengambat enzim pengkonveksian
angiotensin yang mengubah angiotensin I membentuk vasokontriksi poten
angiotensin II. Menurut pengamatan juga menurunkan inaktivitas
bradikinin. Vasodilatasi terjadi sebagai akibat efek kombinasi
vasokontriksi yang lebih rendah disebabkan karena berkurangnya
angiotensin II dan vasodilatasi dari peningkatan beadikinin. Dengan
menurunkan kadar angiotensin II yang beredar, ACE Inhibitor juga
menurunkan sekresi aldosteron, sehingga mengurangi retensi Na dan air.
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin
II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang
mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. CCB
Konsentrasi kalsium intraseluler mempunyai peranan yang penting dalam
mempertahankan tonus otot polos dan kontraksi miokard. Kalsium masuk
ke sel-sel otot melalui kanal khusus kalsium yang sensitive voltase. Ini
merangsang pelepasan kalsium dari reticulum sarkoplasma dan
mitokondria, yang selanjutnya meningkatkan kadar kalsium sitosol. Obat
antagonis kanal kalsium menghambat gerakan pemasukan kalsium dengan
cara terikat pada kanal kalsium tipe L di jantung dan otot polos koroner
dan vaskuler perifer. Ini menyebabkan otot polos vaskuler beristirahat,
mendilatasi terutama arteiol.
g. Vasodilator
Hidralazin merelaksasi otot polos arteriol dengan mekanisme yang belum dapat
dipastikan. Salah satu kemungkinan kerjanya adalah sama dengan kerja nitrat
organik dan natrium nitropusid, dengan melepaskan nitrogen oksida (NO) yang
mengaktifkan guanilat siklase dengan hasil akhir defosforilasi berbagai protein,
termasuk protein kontraktil dalam sel otot polos. Vasodilatasi dapat
menyebabkan peningkatan denyut dan kontaktilitas jantung, peningkatan renin
plasma, dan retensi cairan yang justru melawan efek hipotensif obat. Hidralazin
menurunkan TD diastolik lebih banyak daripada TD sistolik dengan menurunkan
resistensi perifer. Oleh karena itu, hidralazin lebih selektif mendilatasi arteriol
dari pada vena.
h. Centrally Acting Drugs
Obat agonis adrenergic-α ini mengurangi aliran adrenalin dari SSP,
menyebabkan penurunan resistensi perifer total dan penurunan tekanan darah.
Curah jantung tidak berkurang dan aliran darah ke alat-alat yang penting tidak
berkurang. Karena aliran darah ke ginjal tidak berkurang dengan penggunaannya,
α-metildopan berguna untuk hipertensi dengan insufisiensi ginjal. Efek samping
obat α-metidopan yang paling sering adalah mengantuk dan sedasi.
3. Sebutkan apa kontraindikasi pemberian obat diuretika, betabloker, kalsium antagonis
dan ACE Inhibitor?
Jawab:
Obat Diuretik kontraindikasi untuk DM dan Gout
Βeta-bloker kontraindikasi untuk DM, asma dan gagal jantung
Kalsium antagonis kontraindikasi untuk dapat menyebabkan
konstipasi, mual, pusing, sakit kepala, hipotensi dan edema
ACE Inhibitor kontraindikasi untuk hipersensitifitas terhadap ACE
Inhibitor, kehamilan, wanita menyusui, Angioneuretic edema yang
berkaitan dengan ACE Inhibitor.
4. Jelaskan obat apa yang rasional di berikan pada penderita hipertensi yang juga
menderita dekompensasi kordis (kegagalan jantung). Apa alasannya?
Jawab:
Obat pilihan yang digunakan dalam terapi farmakologi pasien hipertensi
dengan gagal jantung adalah Angiotensin Converting Enzyme (ACE)
inhibitor. ACE Inhibitor direkomendasikan sebagai obat pilihan pertama
didasarkan pada sejumlah studi yang menunjukkan penurunan morbiditas dan
mortalitas. Akan tetapi, diuretic juga menjadi bagian dari terapi line pertama
karena dapat memberikan penghilangan gejala udem dengan menginduksi
diuresis.
ACE Inhibitor memiliki mekanisme aksi menghambat system rennin-
angiotensin-aldosteron dengan menghambat perubahan Angiotensin I menjadi
Angiotensin II sehingga menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi retensi
sodium dengan mengurangi sekresi aldosteron. Oleh karena ACE juga terlibat
dalam degradasi bradikinin maka ACE Inhibitor menyebabkan peningkatan
bradikinin, suatu vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan prostaglandin
dan nitric oxide. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan
tekanan darah dari ACE inhibitor, tetapi bertanggung jawab terhadap efek
samping berupa batuk kering.
5. Jelaskan juga obat yang rasional untuk diberikan pada penderita hipertensi
disertai asma bronkiale!
Jawab:
Diuretik :
1. Golongan tiazid (hidroklortiazid)
2. Ops (furosemide)
3. Hemat kalsium (amilord hidroklorida)
4. Aldosteron antagonis (spironolakton)
Angiotensin II reseptor bloker (valsartan)
Calcium chanel bloker (nifedipine)
Obat ini efektif dalam menurunkan tekanan darah dengan hambatan
terhadap infulks kalsium kedalam sel otot polos arteri sehingga arteriol
perifer melebar. Pada penderita asma, obat ini tidak mempunyai efek pada
garis dasar diameter saluran napas tetapi jelas menghambat penyempitan
saluran napas yang diinduksi oleh berbagai rangsangan. Diberikan secara
inhalasi, menghambat bronkokontriksi yang diinduksi latuhan,
hipervebtilasi atau inhalasi histamine, aerosol, metakolin atrau antigen.
6. Apa yang dimaksud dengan rebound hypertension? Obat apa yang bias
menyebabkan keadaan ini?
Jawab:
Rebound hypertension adalah obat hipertensi yang secara tiba-tiba
sehingga dapat terjadi krisis hipertensi atau timbul/ kambuhnya kembali
hipertensi yang lebih gawat.
Gejala: kegelisahan, takikardia, tremor, sakit kepala, dan dapat
meningkatkan tekanan darah.
Golongan obat yang menyebabkan Rebound System yaitu golongan
Metildopa.