Post on 02-Oct-2021
PENERAPAN PRINSIP BAGI HASIL DALAM
SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA
DI BAITUL MAAL WAT TAMWIL SAKINAH BEKONANG
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas guna Memperoleh Gelar
Sarjana Syari’ah (S.Sy) Program Studi Muamalat (Syari’ah)
M. Haiqal Agni Al-Padhilah
I 000 090 017
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
1
PENERAPAN PRINSIP BAGI HASIL
DALAM SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA
DI BAITUL MAAL WAT TAMWIL SAKINAH BEKONANG
Oleh: M. Haiqal Agni Al-Padhilah (NIM : I 000 090 017)
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro yang
berbasis syari’ah muncul dan menawarkan solusi bagi masyarakat kelas bawah.
BMT ini merupakan model lembaga keuangan syari’ah yang paling sederhana.
BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan dalam hal simpan-
pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan yakni menghimpun dana nasabah serta
menyalurkannya kepada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan.
Prinsip bagi hasil dalam penghimpunan dana memiliki resiko kesulitan
usaha antara pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib)
yang akan ditanggung bersama. Prinsip bagi hasil yang diterapkan oleh BMT
Sakinah Bekonang mengandung beberapa prinsip penerapan yang perlu dikaji
untuk menyelesaikan permasalahan yang mungkin terjadi.
Penelitian dalam skripsi ini membahas tentang penerapan prinsip bagi
hasil dalam simpanan mudharabah berjangka di Baitul Maal Wat Tamwil Sakinah
Bekonang dan bertujuan untuk menjelaskan aplikasi penerapan prinsip tersebut
dalam kegiatan operasioalnya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang
bersifat ilmiah dan objektif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang
digunakan adalah informan dari personel BMT Sakinah Bekonang ditambah
dengan buku-buku penunjang lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tehnik wawancara dan
metode dokumentasi, kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Dalam transaksi simpanan mudharabah berjangka, anggota bertindak
sebagai shahibul maal, sedangkan BMT bertindak sebagai mudharib. Pembagian
keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening simpanan mudharabah berjangka dengan menggunakan
rumus penghitungan yang sesuai dengan hukum Islam.
Kata Kunci: Bagi Hasil, Simpanan Mudharabah Berjangka, dan BMT
Sakinah Bekonang.
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hadirnya lembaga-lembaga
keuangan syari’ah merupakan
fenomena baru dalam bisnis
keuangan modern. Keberadaanya
memiliki peranan penting terhadap
perekonomian bangsa. Menurut Kuat
Ismanto (2009: 2) dalam buku
Manajemen Syari’ah Implementasi
TQM dalam Lembaga Keuangan
Syari’ah, menjelaskan keberadaan
lembaga keuangan syari’ah tersebut
sebagai upaya memasukkan prinsip-
prinsip Islam dalam aktifitas
kehidupan di masyarakat.
Banyaknya lembaga
keuangan syari’ah, merupakan
bentuk semangat dari masyarakat
untuk kembali pada ajaran agama
Islam. Hal ini sebagai kritik terhadap
lembaga keuangan mikro yang hanya
mengejar target pendapatan. Akan
tetapi tujuan yang lebih besar
terabaikan, khususnya dalam
pengembangan ekonomi masyarakat
kelas bawah. Pembiayaan yang
diberikan berbagai lembaga
keuangan hingga saat ini masih
didominasi oleh pembiayaan
konsumtif sehingga laju ekonomi
masyarakat cenderung kurang
produktif.
Dalam kondisi ini Baitul
Maal wat Tamwil (BMT) sebagai
lembaga keuangan mikro yang
berbasis syari’ah muncul dan
menawarkan solusi bagi masyarakat
kelas bawah. BMT ini merupakan
model lembaga keuangan syari’ah
yang paling sederhana (Sumiyanto,
2008: 16). BMT lebih
mengembangkan usahanya dalam hal
simpan-pinjam. Hal ini seperti usaha
perbankan yakni menghimpun dana
nasabah serta menyalurkannya
kepada sektor ekonomi uang halal
dan menguntungkan (Ridwan, 2005:
126).
Pada prakteknya, prosedur
manajerial dalam BMT masih belum
selaras dengan tatanan hukum yang
ada. Seperti yang ditulis oleh Youbal
Ganesha pada Republika Online,
“Ketua Umum Asosiasi
Baitul Maal wa Tamwil se-
Indonesia (Absindo), Aries
Muftie, mengakui ada
beberapa kasus BMT nakal.
“Dengan menyebut dirinya
sebagai BMT, mereka
menghimpun dana
masyarakat tapi kemudian
malah dipakai untuk
3
menjalankan usaha
pribadinya”,
katanya. Permasalahan BMT
semacam ini, lanjutnya,
timbul setelah usaha pribadi
itu kemudian bermasalah,
sehingga BMT tersebut lalu
tak bisa mengembalikan dana
nasabahnya. Jumlah BMT
semacam ini tak banyak.
“Hanya satu-dua”, katanya.
Menurut Aries, praktek BMT
semacam itu merugikan
BMT-BMT lainnya yang
memiliki visi-misi yang lurus
dan berniat sungguh-sungguh
untuk mengelola usahanya
sesuai ketentuan. Dengan
adanya praktek BMT
semacam itu, katanya, citra
BMT menjadi buruk, dan
masyarakat lalu bisa menjadi
tak mempercayai BMT. Kata
dia, Absindo sendiri tak
punya wewenang untuk
menindak BMT nakal
semacam itu. “Mereka
memakai nama BMT, karena
memang tak ada hak paten
yang melarang memakai
nama BMT”, katanya.
Berkaitan dengan dengan
lembaga monitoring BMT,
sifatnya lebih bersifat Pokja
dimana Absindo akan bekerja
sama untuk menindaklanjuti
laporan masyakarat yang
masuk berkaitan dengan
adanya praktek-praktek BMT
menyimpang”
(http://www.republika.co.id/b
erita/bisnis-
syariah/berita/10/04/23/1125
10--waspadai-bmt-nakal-.
Diakses pada tanggal 04
Februari 2013 pukul 12:34
WIB).
Baitul Maal wat Tamwil
Sakinah Bekonang merupakan
lembaga swadaya masyarakat yang
tumbuh dan berkembang di wilayah
Mojolaban. BMT ini berperan
sebagai perantara untuk menghimpun
dana dari masyarakat yang memiliki
kelebihan dana serta menyalurkkan
dana tersebut kepada masyarakat
yang membutuhkan. Ada banyak
produk yang ditawarkan oleh BMT
Sakinah Bekonang, salah satu produk
BMT pada bidang penghimpunan
dana adalah simpanan mudharabah
berjangka.
Simpanan ini merupakan
simpanan anggota yang dirancang
untuk investasi jangka panjang yang
aman. Dana dari anggota akan
disalurkan dalam bentuk pembiayaan
kepada usaha-usaha produktif, halal
dan sesuai dengan prinsip syari’ah
untuk meningkatkan perekonomian
umat. Penyetoran dilakukan sekali
dan penarikannya hanya dapat
4
dilakukan pada waktu jatuh tempo
sesuai dengan perjanjian di awal
antara anggota dengan pihak BMT.
Produk ini menggunakan akad
mudharabah berjangka, yaitu
anggota dapat menentukan jangka
waktu sesuai kehendak dan dalam
investasi ini anggota berhak
mendapatkan bagi hasil sesuai
dengan yang desepakati di awal
perjanjian.
Prinsip bagi hasil dalam
penghimpunan dana memiliki resiko
kesulitan usaha antara pemilik dana
(shahibul maal) maupun pengelola
dana (mudharib) yang akan
ditanggung bersama. Prinsip bagi
hasil yang diterapkan oleh BMT
Sakinah Bekonang mengandung
beberapa prinsip penerapan yang
perlu dikaji untuk menyelesaikan
permasalahan yang mungkin terjadi.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
untuk menjelaskan aplikasi
penerapan bagi hasil dalam simpanan
mudharabah berjangka di Baitul
Maal wat Tamwil Sakinah
Bekonang.
LANDASAN TEORI
Berdasarkan Fatwa DSN-
MUI No. 03 tentang deposito
menetapkan bahwa:
1. Deposito yang tidak dibenarkan
secara syari’ah, yaitu deposito
yang berdasarkan perhitungan
bunga.
2. Deposito yang dibenarkan, yaitu
deposito yang berdasarkan
prinsip mudharabah.
Menurut Muhammad Ridwan
(2005: 152), mudharabah merupakan
merupakan akad kerja sama modal
dari pemilik dana (shahibul maal)
dengan pengelola dana (mudharib)
atas dasar bagi hasil. Mudharabah
berarti bahwa satu pihak
menyediakan modal dan pihak lain
memanfaatkannya untuk
menjalankan suatu usaha,
berdasarkan kesepakatan bahwa
keuntungan dari usaha tersebut akan
dibagi menurut bagian yang telah
disepakati.
Akad mudharabah terjadi
disebabkan oleh adanya seseorang
yang memiliki modal tapi tidak
mampu menjalankan usahanya atau
sebaliknya seseorang memiliki
keinginan untuk berusaha tapi tidak
5
ada modal yang dapat digunakan.
Melalui sistem inilah kedua pihak
memungkinkan untuk mencapai
suatu tujuan bersama dengan jalan
saling bekerja sama (Hasan, 2003:
169).
Dalam prakteknya, shahibul
maal mempercayakan sejumlah
modal kepada si mudharib dengan
perjanjian yang telah disepakati di
awal. Sebagai pihak yang dipercaya,
mudharib harus bertanggung jawab
dalam mengelola modal yang
diamanahkan kepadanya (Antonio,
dkk, 2010: 124). Harapannya, dia
mampu mendapatkan laba atau
keuntungan secara optimal dan halal,
yang dapat dibagi secara adil sesuai
dengan kesepakatan.
Landasan syari’ah dalam
mudharabah lebih menjelaskan
tentang anjuran untuk melakukan
suatu usaha. Hal ini seperti yang
terdapat dalam ayat-ayat dan hadits
berikut ini (Antonio, 2001: 95-96).
a. Al-Qur’an
...
...
“...dan orang-orang yang
berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah...” (Al-
Muzammil: 20)
...
“Apabila Telah
ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah
...” (Al-Jumu’ah: 10)
...
“Tidak ada dosa bagimu
untuk mencari karunia (rezki
hasil perniagaan) dari
Tuhanmu... (Al-Baqarah: 198)
b. Al-Hadits
عن صالح بن صهيب عن أبيه
صلى الل عليه قال رسول الل قال
وسلم ثلث فيهن البركة البيع إلى
أجل والمقارضة وأخلط البر
بالشعير للبيت ل للبيع “Dari Shalih bin
Shubaib r.a. bahwa Rasulullah
SAW. bersabda, “ Tiga hal yang
di dalamnya terdapat
6
keberkatan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk
dijual”.” (HR Ibnu Majah no.
2280, kitab at-Tijarah).
Menurut Khotibul Umam
dalam bukunya Legislasi Fikih
Ekonomi dan Penerapannya dalam
Produk Perbankan Syari’ah di
Indonesia (2011: 87-89) ketentuan-
ketentuan umum dari akad simpanan
berjangka ini antara lain:
1. Dalam transaksi ini nasabah
bertindak sebagai pemilik dana
(shahibul maal), dan Bank
bertindak sebagai pengelola dana
(mudharib).
2. Dalam kapasitasnya sebagai
mudharib, Bank berhak
melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan
dengan prinsip syari’ah serta
mengembangkannya, termasuk di
dalamnya melakukan akad
mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan
jumlahnya (dalam bentuk tunai),
dan bukan dalam bentuk piutang.
4. Pembagian keuntunagan harus
dinyatakan dalam bentuk nisbah
dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening simpanan
berjangka.
5. Bank sebagai mudharib berhak
menutup biaya operasional
deposito (simpanan berjangka)
dengan menggunakan nisbah
keuntungan yang menjadi
haknya.
6. Bank tidak diperkenankan untuk
mengurangi nisbah keuntungan
nasabah penyimpan tanpa
persetujuan dengan yang
bersangkutan.
Kajian Pustaka
1. Adi Dwi Prasetyo (UMS, 2010)
menyimpulkan dalam skripsinya
yang berjudul “Pelaksanaan
Akad Wadi’ah di Lembaga
Keuangan Syariah (Studi di BMT
HIRA Gabungan, Tanon,
Sragen)”, bahwa bentuk dan isi
akad Wadi’ah di BMT Hira:
a. Bentuk akad wadi’ah
Penyelenggaraan perjanjian
wadi’ah dituangkan dalam
bentuk perjanjian tertulis. Isi
dari naskah perjanjian
7
ditentukan atau dibuat oleh
pihak BMT.
b. Isi akad wadi’ah
Sesuatu perjanjian atau akad
dapat dikatakan sah apabila
memenuhi keempat unsur
yakni:
1) Subyek perikatan (al-
‘aqidain).
2) Obyek perikatan
(mahallul ‘aqd).
3) Ijab dan kabul (sighat al-
aqd).
4) Tujuan akad (maudhu’ul
aqd).
2. Suryo Wicaksono Mawasid
(UMS, 2012) dalam skripsinya
“Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Pengelolaan Dana
Deposito Syariah Di BNI Syariah
Cabang Surakarta”
menyimpulkan bahwa
pengelolaan dana deposito
syariah di BNI Syariah cabang
Surakarta sudah sesuai dengan
Hukum Islam. Hanya saja Bank
tetap menjaga kerahasiaan
perusahaan dan seluruh hal yang
berhubungan dengan simpanan
nasabah, sehingga nasabah tidak
dapat melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan dana
nasabah dan mengetahui rincian
nilai equivalent rate dalam
perhitungan bagi hasil.
3. Iqbal Habib Nawawi (UMS,
2010) dalam skripsinya
“Pengaruh Sistem Bagi Hasil
Tehadap Keputusan Investasi Di
Bank Syariah (Study Kasus Di
Bank BRI Syariah Cabang
Surakarta)” menyimpulkan
bahwa hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan
antara sistem bagi hasil dengan
keputusan investasi yaitu 1) Uji f
ini untuk mengetahui apakah data
sesuai dengan model regresi, 2)
Uji R2 untuk menguji ketepatan
model, 3) Uji t menujukkan
seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen
secara individual dalam
menerangkan variabel
independen dengan hasil (thitung)
7,711 > 1,998 (ttabel) pada taraf
signifikan α = 0,05 yang berarti
bahwa terdapat hubungan antara
sistem bagi hasil dengan
keputusan investasi.
4. Didik Umardani (UMS, 2008)
dalam skripsinya yang berjudul
8
“Hubungan Hukum Antara
Pemegang Tabungan Dan
Deposito Bagi Hasil
Mudharobah Dengan Bank
Muamalat Surakarta”
menjelaaskan bahwa:
a. Hubungan hukum antara
pemegang tabungan dengan
Bank Muamalat berdasarkan
peraturan pemerintah No. 72
tahun 1992 tentang Bank
berdasarkan prinsip bagi
hasil. Pemberian keuntungan
pada nasabah diberikan
dalam bentuk bagi hasi yang
dasar perhitungannya
berdasarkan pada keuntungan
yang diperoleh Bank dari
nasabah pengguana dana
dalam mengelola usahanya.
Akan tetapi bila ditinjau dari
hukum perjanjian maka
bentuk hubungan Hukum
antara nasabah dengan Bank
Muamalat adalah berdasrkan
perjanjian pinjam meminjam.
b. Dalam kenyataannya nasabah
pemegang tabungan dan
deposito tetap berada pada
posisi yang lemah
dibandingkan dengan pihak
Bank yang bersangkutan
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research)
yang bersifat ilmiah dan objektif
dengan pendekatan kualitatif. Yaitu
penelitian yang prosedurnya
menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati (Moleong, 2006: 4).
Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
Baitul Maal wat Tamwil Sakinah
Bekonang yang memiliki kantor kas
di Jl. Lettu RM Hartono No. 28
Wirun, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa
Tengah.
Metode Pengumpulan data
1. Wawancara
Tehnik ini dilakukan dengan cara
memperoleh data dengan
berhadapan langsung, bercakap-
cakap, baik antara individu
dengan individu maupun
individu dengan kelompok
(Ratna, 2010: 224).
9
2. Dokumentasi
Tehnik ini digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal
yang variabel berupa catatan,
transkip, buku, prestasi, notulen
dan sebagainya (Ratna, 2010:
234)
Sumber Data
1. Primer
a. Manager BMT Sakinah
Bekonang.
b. Ketua Bagian Operasional
BMT Sakinah Bekonang.
c. Administrasi Umum.
2. Sekunder
a. Teknik perhitungan Bagi
Hasil dan Profit Margin pada
Bank Syariah karya
Muhammad.
b. Manajemen Baitul Maal Wat
Tamwil karya Muhammad
Ridwan.
c. BMT Menuju Koperasi
Modern karya Ahmad
Sumiyanto.
d. Manajemen Bisnis Syariah
karya Buchari Alma.
Metode Analisis Data
Dalam metode ini penulis
menggunakan analisis deskriptif
kualitatif yaitu data digambarkan
dengan kata-kata atau kalimat yang
dipisah-pisahkan menurut kategori
untuk memperoleh kesimpulan
(Moleong, 2006: 4).
HASIL PENELITIAN
Pada Fatwa DSN-MUI No.
03, dinyatakan bahwa deposito yang
dibenarkan dalam perbankan Islam
menggunakan prinsip mudharabah.
Sedangkan dalam simpanan
berjangka di BMT Sakinah
Bekonang menggunakan prinsip
mudharabah muthlaqah, sehingga
secara prinsip BMT Sakinah
Bekonang telah sesuai dengan
hukum Islam.
Baitul Maal wat Tamwil
Sakinah Bekonang melakukan akad
simpanan mudharabah berjangka
dengan banyak anggota. Hal ini
diperbolehkan dalam hukum Islam,
karena perjanjian mudharabah dapat
dilaksanakan kepada beberapa
shahibul maal atau mudharib.
Ketentuan lain di dalam
mudharabah adalah memiliki batas
waktu yang telah ditentukan dan
disepakati secara bersama. Pada
BMT Sakinah Bekonang jangka
waktu simpanan mudharabah
10
berjangka adalah selama 1, 3, 6 dan
12 bulan. Sehingga tidak dibenarkan
apabila pembagian keutungan
dilakukan sebelum jatuh tempo
waktu yang telah dijanjikan. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa bagi hasil
dari simpanan berjangka akan
dibagikan sesuai dengan tanggal
perjanjian simpanan berjangka.
Akad yang digunakan dalam
simpanan mudharabah berjangka
pada BMT Sakinah Bekonang adalah
mudharabah muthlaqah yaitu adanya
kerja sama antara shahibul maal
dengan mudharib. Shahibul maal
menyediakan modal dan memberikan
kewenangan penuh kepada BMT
selaku mudharib dalam mengelola
dana. Sikap shahibul maal ini sesuai
dengan penerapan mudharabah
muthlaqah, yaitu tidak membatasi
pihak BMT dalam mengelola dana.
Berdasarkan kedudukannya
BMT Sakinah Bekonang befungsi
sebagai penghimpun dana anggota
serta menyalurkan kembali kepada
anggota yang membutuhkan modal.
Tugas dan kedudukan BMT dalam
kontrak mudharabah ini telah sesuai
dengan hukum Islam yaitu sebagai
penerima dan penyalur dana kepada
anggota yang membutuhkan modal.
SIPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah diungkapkan sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa penerapan
prinsip bagi hasil dalam simpanan
mudharabah berjangka di BMT
Sakinah Bekonang adalah:
1. Dalam transaksi ini anggota
bertindak sebagai shahibul maal,
sedangkan BMT bertindak
sebagai mudharib.
2. Pembagian keuntungan
dinyatakan dalam bentuk nisbah
dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening simpanan
mudharabah berjangka.
3. Modal harus dalam bentuk tunai.
4. Rumus yang digunakan dalam
penghitungan bagi hasil pada
BMT Sakinah Bekonang adalah:
(Investasi Anggota / Total Rata-
rata Saldo) x Pendapatan BMT x
Porsi Bagi Hasil.
Saran
Setelah membaca dan
meneliti kembali data yang telah
terkumpul, dan selesai dianalisis,
11
maka penulis akan memberikan
saran sebagai berikut:
1. Baitul Maal wat Tamwil Sakinah
Bekonang memiliki produk
simpanan yang disebut simpanan
mudharabah berjangka. Produk
ini belum sepenuhnya dipahami
oleh anggota BMT, sehingga
diharapkan adanya sebuah
kegiatan yang dikemas untuk
pengenalan produk yang dimiliki
oleh BMT kepada para anggota
khususnya pada produk simpanan
mudharabah berjangka.
2. Dalam pelaksanaan prosedur
operasional, seluruh pihak BMT
Sakinah Bekonang baik pimpinan
maupun anggota diharapkan
untuk tetap istiqamah terhadap
prinsip syari’ah dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas
penghimpunan maupun
penyaluran dana.
3. Baitul Maal wat Tamwil Sakinah
Bekonang diharapkan lebih teliti
dalam menyalurkan danannya
kepada usaha-usaha syari’ah,
agar dalam perolehan keuntungan
terjamin kehalalannya.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i, dkk.
2010. Ensiklopedia
Leadership dan Manajemen
Muhammad SAW “The Super
Leader Super Manager”
Bisnis Dan Kewirausahaan.
Jakarta: Tazkia Publishing.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2010.
Ensiklopedia Leadership:
Bisnis dan Kewirausahaan.
Jakarta: Tazkia Publishing.
Departemen Agama RI. 2005. Al-
Qur’an dan Terjemahnya.
Bandung: PT Syaamil Cipta
Media
Hasan, Ali. 2003. Berbagai Macam
Transaksi dalam Islam (Fiqh
Muamalat). Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Ismanto, Kuat. 2009. Manajemen
Syari’ah Implementasi TQM
dalam Lembaga Keuangan
Syari’ah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Mardani. 2012. FIQH Ekonomi
Syariah: Fiqh Muamalah.
Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif.
12
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Puji, Siwi Tri. 2010. Waspadai BMT
Nakal
(http://www.republika.co.id/b
erita/bisnis/syariah) diakses
04-02-2013.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010.
Metodologi Penelitian Kajian
Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ridwan, Muhammad. 2005.
Manajemen Baitul Maal wat
Tamwil. Yogyakarta: UII
Press.
Rivai, Veithzal. 2010. Islamic
Banking Sebuah Teori,
Konsep, dan Aplikasi.
Jakarta: Sinar Grafika Offest.
Sholahuddin, Muhammad. 2011.
Kamus Istilah Ekonomi,
Keuangan, dan Bisnis
Syari’ah. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT
menuju Koperasi Modern.
Yogyakarta: Penerbit ISES
Publishing PT. ISES
Consulting Indonesia.
Umam, Khotibul. 2009. Trend
Pembentukan Bank Umum
Syariah Pasca UU No. 21
Tahun 2008 (Konsep,
Regulasi dan Implementasi).
Yogyakarta: BPFE-
YOGYAKARTA.
Umam, Khotibul. 2011. Legislasi
Fikih Ekonomi dan
Penerapannya dalam Produk
Perbankan Syariah di
Indonesia. Yogyakarta:
BPFE-YOGYAKARTA.
Widodo, Hertanto, dkk. 1999. PAS
(Pedoman Akuntansi Syariat)
Panduan Praktis Operasional
Baitul Mal wat Tamwil
(BMT). Bandung: Mizan.