Post on 22-Feb-2018
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN
PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA MAHASISWA DI FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH:
MELDA SANTI
NIM : 108101000057
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN
PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA MAHASISWA DI FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM)
OLEH:
MELDA SANTI
NIM : 108101000057
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
i
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Skripsi, Januari 2013
MELDA SANTI, NIM : 108101000057
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN
PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA MAHASISWA DI FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2012
xxi + 88 halaman, 23 tabel, 2 bagan, 1 grafik, 2 lampiran.
ABSTRAK
Perilaku makan menyimpang (PMM) merupakan sebuah pola makan yang
abnormal yang terkait dengan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh atau tekanan dalam
diri seseorang yang sehat. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh
remaja perempuan daripada laki-laki. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai
memasuki usia remaja, seorang perempuan cenderung akan mengalami peningkatan
lemak tubuh yang dapat membuat tubuhnya menjadi gemuk, sedangkan laki-laki lebih
menginginkan tubuhnya mengalami peningkatan massa otot. Tujuan dari penelitian ini
diketahuinya faktor–faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan
menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian epidemiologi analitik
dengan desain cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster
sampling 2 tahap dan jumlah sampel sebanyak 185 responden. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan pengisian kuisioner.
Hasil penelitian menunjukkan 54,6% mahasiswa mengalami kecenderungan
PMM. Faktor individu yang berhubungan dengan kecenderungan PMM adalah variabel
citra tubuh, sedangkan faktor lingkungan yang berhubungan dengan kecenderungan
PMM adalah variabel pengaruh keluarga dan teman sebaya.
Saran untuk institusi diharapkan pihak fakultas dapat membuat program
pemantauan kesehatan dan konseling psikologis khususnya pada mahasiswa yang
memiliki kecenderungan PMM, memberikan sosialisasi dan promosi mengenai pola
makan yang sehat. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lagi
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan PMM lebih banyak lagi seperti
kemungkinan faktor budaya setempat, genetik, sosial ekonomi, dll serta
mempertimbangkan jumlah responden untuk kuantitatif dan melanjutkan penelitian
dengan memanfaatkan data kuantitatif untuk penelitian kualitatif.
Kata kunci : perilaku makan menyimpang, mahasiswa
Daftar bacaan : 34 (1996-2012)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
COMMUNITY HEALTH STUDY
Specialisation NUTRITION
Underground Thesis, January 2013
MELDA SANTI, NIM: 108101000057
FACTORS - FACTORS AFFECTING THE DISTORTED EATING BEHAVIOR
IN STUDENTS FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SYARIF
HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA 2012
xxi + 88 pages, 23 tables, 2 charts, 1 graph, 2 attachments.
ABSTRACT
Eating disorder is an abnormal eating patterns associated with dissatisfaction
with body shape or pressure in a person healthy. Dissatisfaction with more body
experienced by adolescent girls than boys. That is because at the start of a teenager, a
woman is likely to experience an increase in body fat can make the body into fat, while
men prefer to have the body to increase muscle mass. The purpose of this research
knowing the factors that influence eating behavior deviant tendencies in students in
FKIK UIN Jakarta in 2012.
This research method uses an analytical approach to the design of
epidemiological studies cross sectional study. Sampling using 2-stage cluster sampling
and sample number as many as 185 respondents. Data was collected by filling the
questionnaire.
The results showed 54.6% of college students have a tendency eating disorder.
Individual factors associated with the tendency of the eating disorder is body image
variables, whereas environmental factors associated with the tendency of the eating
disorder is variable influence of family and peers.
Suggestions for institutions expected the faculty to make health monitoring
programs and psychological counseling especially to students who have a tendency
eating disorder, provide socialization and promotion of a healthy diet. Suggestions for
further research are expected to examine further the factors that influence the propensity
eating disorder more like the possibility of local cultural factors, genetic, social,
economic, etc. and considering the number of respondents to the quantitative and
continue research using quantitative data to qualitative research.
Keywords: eating disorders, students
The reading list: 34 (1996-2012)
iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
v
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Melda Santi
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 04 Maret 1990
Alamat : Jl.Intan 1, Ds.Cidokom, RT 03/01, Kecamatan Gn.
Sindur, Kabupaten Bogor, 16340
Email : edha.santi@gmail.com / edha_santi@yahoo.co.id
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Golongan darah : AB
Status pernikahan : Belum menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Riwayat Pendidikan :
a. 1995 – 1996 : TK Nurul Ikhlas, Kec.Ciputat, Kabupaten Tangerang.
b. 1996 – 2002 : SDN Ciputat III, Kec.Ciputat, Kabupaten Tangerang.
c. 2002 – 2005 : SMPN 1 Parung, Kec. Parung, Kab. Bogor, Jawa Barat.
d. 2005 – 2008 : SMAN 1 Parung, Kec. Parung, Kab. Bogor, Jawa Barat.
e. 2008 – sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pengalaman Organisasi :
a. Pengurus OSIS SMPN 1 Parung periode tahun ajaran 2003 - 2004
b. Anggota Paskibra SMPN 1 Parung 2002 – 2005
vii
Pengalaman Bekerja:
a. Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) menentukan masalah dan akar masalah
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Serpong, Tangerang Selatan, Banten pada
tahun 2010.
b. Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL II) menentukan solusi masalah yaitu berupa
“Pemberdayaan Masyarakat dengan Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam
Pencegahan Demam Berdarah Dengue” di Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong,
Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2011.
c. Praktek Kerja Lapangan (PKL/Magang) untuk menemukan “Gambaran Pelaksanaan
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD KLB) Gizi Buruk” di Dinas
Kesehatan Kabupaten Bogor pada tahun 2012.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, atas rahmat-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan laporan skripsi. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang membawa umatnya untuk senantiasa menapaki jalan
yang diridhoi-Nya.
Penulisan skripsi dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi pada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Dalam
penyusunan laporan skripsi ini, penulis sampaikan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. (Hc). dr. M.K. Tadjudin, SP. And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Ir. Febrianti, M.Si, Selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing fakultas yang telah
banyak membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi.
4. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM, selaku dosen pembimbing fakultas yang telah banyak
membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi.
5. Bapak Ahmad Gozali yang selalu memberikan informasi mengenai nilai, jadwal
kuliah, jadwal seminar proposal sampai kepada jadwal sidang skripsi, dll yang
berhubungan dengan program studi Kesehatan Masyarakat.
ix
6. Keluargaku tercinta, Mama, Papa, uni Mis, uda Heri (Alm), yang selalu memberikan
doa, motivasi, bantuan moril maupun materil.
7. Kakek - nenek, om Adi - tante May, bude - pakde condet, ibu - bapak pologadung,
ibu - ayah ciputat, om Husni - tante Er, om Wazirmen - tante Ros, om Edi - tante
Qori, om Raf - tante Epi, yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moril
maupun materil.
8. Saudaraku uni Risa, uda Ronal, abang Awi, uni Neng, kak Neng, kak Dewi, kak
Yani, mbak Wie, mbak Rini, Nisya, aa Evan, Putri, Naufal dan lainnya yang tak bisa
disebutkan satu persatu yang juga ikut memberikan doa, motivasi, bantuan moril
maupun materil.
9. Sahabatku seperjuangan Ika Suswanti, Rima Zeinnamira, Oki Oktaviani, Nurmalita
Sani, Resti Ratnawati, Dimiyati Syahidah, Risa sativani dan seluruh teman-teman
angkatan 2008.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap akan adanya penyusunan
yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Jakarta, 4 Januari 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………... i
ABSTRAK……………………………………………………………………. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN…………………………………………… iv
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………... v
RIWAYAT HIDUP PENULIS…………………….…………………………. vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………... viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xv
DAFTAR BAGAN…………………………………………………………… xviii
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………… xix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xx
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………... xxi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 4
1.3 Pertanyaan Penelitian……………………………………………………... 5
1.4 Tujuan Penelitian.………………………………………………………… 6
1.4.1 Tujuan Umum………………………………………………………. 6
1.4.2 Tujuan Khusus……………………………………………………… 6
1.5 Manfaat Penelitian...……………………………………………………… 7
1.5.1 Bagi Peneliti……………………………………………………….... 7
1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan…………………….. 7
1.6 Ruang Lingkup……………………………………………………………. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… 9
2.1 Remaja..…………………………………………………………………... 9
2.2 Perilaku…………………………………………………………………… 10
xi
2.2.1 Batasan Perilaku……………………………………………………. 10
2.2.2 DomainPerilaku……..……………………………………………... 10
2.3 Makan……………….…………………………………………………….. 15
2.1 2.4 Perilaku Makan Menyimpang………………………….......……………... 15
2.4.1 Anorexia Nervosa……………………………………...……………... 17
2.4.2 Bulimia Nervosa……...……………………………………………... 19
2.4.3 Binge Eating Disorder…...………………………………………… 23
2.4.4 Nocturnal Eating Disorder………………………………………… 25
2.5 Faktor yang Mempengaruhi perilaku Makan Menyimpang………………. 26
2.5.1 Jenis Kelamin……………….……………………………………… 26
2.5.2 Pengetahuan………………………………………………………… 26
2.5.3 Rasa Percaya Diri ..………………………………………………… 27
2.5.4 Citra Tubuh ………………………………………………………... 28
2.5.5 Pengaruh Keluarga……………….………………………………… 28
2.5.6 Pengaruh Teman Sebaya…………………………………………… 29
2.5.7 Pelecehan Seksual………………………………………………….. 29
2.5.8 Kekerasan Fisik ...………………………………………………….. 30
2.5.9 Pengaruh Media…..………………………………………………... 30
2.6 Kerangka Teori..………………………………………………………….. 31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH…..……………. 32
3.1 Kerangka Konsep…………………………………………………………. 32
3.2 Definisi Operasional…...…………………………………………………. 34
3.2 Hipotesis…………………………………………………………………... 36
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN...…………………………………... 37
4.1 Desain Penelitian……………………………..……………….…………... 37
4.2 Lokasi dan Waktu penelitian……………………………………………… 37
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………………... 38
4.4 Metode Pengumpulan Data.………………………………………………. 39
4.5 Instrumen Penelitian…………………….………………………………... 40
4.6 Pengolahan Data………………………………………………………….. 41
xii
4.7 Analisis Data……………………………………………………………… 42
4.8 Penyajian Data…………………………………………………………… 43
BAB V HASIL PENELITIAN……………………………………………….. 44
5.1 Hasil Analisis Univariat…………………………………………………... 44
5.1.1 Gambaran Umum Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Jakarta…….………………………………………
44
5.1.2 Gambaran Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
Tahun 2012………………………………………………………
45
5.1.3 Gambaran Jenis Kelamin pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012…………………….
47
5.1.4 Gambaran Pengetahuan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012……………………
47
5.1.5 Gambaran Rasa Percaya Diri pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012……….
48
5.1.6 Gambaran Citra Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012…………………….
49
5.1.7 Gambaran Pengaruh Keluarga pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012……….
49
5.1.8 Gambaran Pengaruh Teman Sebaya pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012……….
50
5.1.9 Gambaran Pengaruh Pelecehan Seksual pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012……….
51
5.1.10 Gambaran Pengaruh Kekerasan Fisik pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012……….
51
5.1.11 Gambaran Pengaruh Keterpaparan Media pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun
2012..................................................................................................
52
5.2 Hasil Analisis Bivariat……..……………………………………………... 53
5.2.1 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan 53
xiii
Perilaku Makan Menyimpang……………………………………..
5.2.2 Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecenderungan
Perilaku Makan Menyimpang……………………………………
54
5.2.3 Analisis Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang……………………
55
5.2.4 Analisis Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan
Perilaku Makan Menyimpang……………………………………
56
5.2.5 Analisis Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang……………………
57
5.2.6 Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang…………………....
58
5.2.7 Analisis Hubungan antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang……………………
59
5.2.8 Analisis Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang……………………
60
5.2.9 Analisis Hubungan antara Pengaruh Media dengan
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang……………………
61
BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………………….. 65
6.1 Keterbatasan Penelitian…………………………………………………… 65
6.2 Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang…………………………… 65
6.3 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang………………………………………………………………
68
6.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang………………………………………………………………
70
6.5 Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan Perilaku
Makan Menyimpang………………………………………………………
71
6.6 Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang………………………………………………………………
73
6.7 Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan Perilaku 76
xiv
Makan Menyimpang…………………………………………...………….
6.8 Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Kecenderungan
Perilaku Makan Menyimpang……………………………………………..
77
6.9 Hubungan antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan Kecenderungan
Perilaku Makan Menyimpang……………………………………………..
78
6.10 Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan Kecenderungan Perilaku
Makan Menyimpang………………………………………………………
80
6.11 Hubungan antara Pengaruh Media dengan Kecenderungan Perilaku
Makan Menyimpang………………………………………………………
81
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 83
7.1 Simpulan………………………………………………………………….. 83
7.2 Saran……………………………………………………………………… 84
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 86
xv
DAFTAR TABEL
Nama Tabel Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional.…………………………………………. 34
Table 5.1 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Program Studi
di FKIK UIN Jakarta Tahun 2012……………………………
44
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Mahasiswa yang Mengalami
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012……………………...
45
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Jenis Kelamin
di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012….......
47
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2012…………………………………………………………
48
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Rasa
Percaya Diri di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2012…………………………………………………………...
48
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Persepsi Citra
Tubuh di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.
49
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh
Keluarga di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2012…………………………………………………………...
50
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh
Teman Sebaya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2012……………………………………………………
50
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Riwayat
Pelecehan Seksual di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2012................................................................................
51
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Riwayat
Kekerasan Fisik di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
xvi
Tahun 2012…………………………………………………....
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh
Media di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.
52
Tabel 5.12
Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan
PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2012……………………………………………
53
Tabel 5.13
Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012……………………………..
54
Tabel 5.14
Tabulasi Silang antara Rasa Percaya Diri dengan
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………......
55
Tabel 5.15
Tabulasi Silang antara Persepsi Citra Tubuh dengan
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…………………………...
56
Tabel 5.16
Tabulasi Silang antara Pengaruh Keluarga dengan
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012……………………………..
57
Tabel 5.17
Tabulasi Silang antara Pengaruh Teman Sebaya dengan
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012……………………………..
58
Tabel 5.18 Tabulasi Silang antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012……………………………..
59
Tabel 5.19
Tabulasi Silang antara Riwayat Kekerasan Fisik dengan
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012……………………………..
60
Tabel 5.20
Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Majalah dengan
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012……………………………..
61
xvii
Tabel 5.21
Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Televisi dengan
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012……………………………..
62
Tabel 5.22
Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Internet dengan
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012……………………………..
63
xviii
DAFTAR BAGAN
Nama Bagan Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori…………….…...…………………………... 31
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian……………………………….. 33
xix
DAFTAR GRAFIK
Nama Grafik Halaman
Grafik 5.1 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Gejala yang
Menunjukkan Kecenderungan Perilaku Makan
menyimpang di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2012………………………………………………...
46
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner Penelitian
Lampiran 2 Hasil Analisis Univariat dan Bivariat
xxi
DAFTAR SINGKATAN
BED : Binge Eating Disorder
CT : Citra Tubuh
DSM-IV : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV
FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
JK : Jenis Kelamin
KS : Kekerasan Fisik
NAMED : Nasional Assosition of Male with Eating Disorder
NEDC : National Eating Disorder Collaboration
NES : Nocturnal Eating Syndrome
NIMH : National Institute of Mental health
PD : Percaya Diri
PK : Pengaruh Keluarga
PMM : Perilaku Makan Menyimpang
PS : Pelecehan Seksual
PTS : Pengaruh Teman Sebaya
UIN : Universitas Islam Negeri Jakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Sebagai makhluk hidup manusia
pun membutuhkan makanan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh
karena itu, setiap orang akan senantiasa berusaha mencari makanan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Setiap tumbuh kembang anak membutuhkan asupan gizi yang
berbeda. Oleh karena itu, setiap orang tua atau tenaga medis perlu memperhatikan aspek
asupan gizi bagi setiap tahap tumbuh kembang anak (Sudarma, 2008). Salah satu fase
yang menentukan baik buruknya tumbuh kembang anak menjadi dewasa adalah pada
saat anak berada pada fase remaja.
Fase remaja merupakan fase dimana seseorang mengalami masa transisi dari
anak-anak menuju dewasa. Dalam kehidupan remaja banyak faktor yang berperan dalam
membentuk kepribadian dan perilaku mereka. Sehingga dapat menyebabkan terjadinya
berbagai perubahan pada diri remaja. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
remaja dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Remaja sering kurang nyaman
dengan pertumbuhannya yang sangat pesat tersebut, sedangkan di sisi lain mereka ingin
berpenampilan seperti pada umumnya teman sebayanya atau idolanya. Perhatian yang
berlebihan terhadap berat dan bentuk tubuh inilah yang mendorong sebagian besar para
remaja mengalami perilaku makan menyimpang.
Perilaku makan menyimpang (PMM) adalah sebuah pola makan yang abnormal
yang terkait dengan ketidakpuasan atau tekanan dalam diri seseorang yang sehat (Read,
2
1997 dalam Aini, 2009). Perilaku makan menyimpang dapat terjadi akibat adanya
ketidakpuasan terhadap tubuh yang lebih banyak dialami oleh remaja perempuan
daripada laki-laki. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki usia remaja,
seorang perempuan lebih mengutamakan penampilan fisik daripada laki-laki.
Berikut dikemukakan beberapa fakta yang menunjukkan adanya ketidakpuasan
terhadap diri remaja diantaranya penelitian yang dilakukan di Amerika serikat
ditemukan lebih dari dua juta orang dimana sebagian besar adalah remaja putri
menderita anorexia nervosa (penurunan berat badan dan jumlah makanan yang
dikonsumsi) atau bulimia nervosa (perilaku makan berlebihan dan kemudian
mengeluarkannya kembali secara paksa) dan lebih dari 20% dari populasi remaja
menderita obesitas. Penelitian lain menunjukkan bahwa 2,6% dari siswa remaja
mengalami binge eating disorder (makan yang berlebihan secara berulang kali), dan
12% remaja mengalami obesitas, sedangkan prevalensi Nocturnal Eating Syndrome
(makan dalam jumlah banyak ketika tidak lapar, pada malam hari dan sulit tidur)
diperkirakan 1,5% dari total populasi dan antara 10-26% dalam keadaan obesitas
(Proverawati, 2010).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Hudson (2007) dalam Erdiantono (2009)
yang melibatkan 2.980 orang dewasa kemudian diberi pertanyaan mengenai perilaku
makan menyimpang, didapatkan 0,9 persen wanita dan 0,3 persen laki-laki melaporkan
dirinya pernah mengalami anoreksia, didapatkan juga 1,5 persen wanita dan 0,5 persen
laki-laki melaporkan dirinya pernah mengalami bulimia. Selain itu juga didapatkan 3,5
persen wanita dan 2 persen laki-laki melaporkan pernah mengalami binge eating
disorders. Di Indonesia sendiri telah ada beberapa penelitian diantaranya adalah
3
penelitian yang dilakukan oleh Putra (2008) pada siswi SMAN 70 Jaksel menyebutkan
lebih dari 80% responden memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Kecenderungan perilaku makan menyimpang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Beberapa penelitian yang membuktikan faktor-faktor tersebut mempengaruhi terjadinya
perilaku makan menyimpang diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Gonzalez, et al (2003) menemukan bahwa media massa berperan dalam onset perilaku
makan menyimpang. Penelitian oleh Haines, et al (2006) menyebutkan bahwa ejekan
tentang berat badan berhubungan positif secara signifikan terhadap timbulnya perilaku
makan menyimpang. Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan bahwa para penderita
BED mengalami kejadian pelecehan seksual, kekerasan fisik dan bullying oleh teman
sebaya lebih tinggi secara signifikan mempengaruhi perilaku makan menyimpang
daripada objek pembanding yang sehat. Pada kenyataannya PMM dapat menyebabkan
berbagai gangguan fisik yang serius pada perempuan dewasa, perempuan mulai pubertas
atau telah pubertas (Wardlaw, 1999 dalam Aini, 2009).
Perilaku makan menyimpang dapat menggangu beberapa sistem tubuh. Beberapa
efek yang ditimbulkan akibat perilaku makan menyimpang diantaranya adalah suhu
badan menurun disebabkan kehilangan lemak, metabolisme tubuh menurun disebabkan
kekurangan hormon tiroid, angka kecepatan jantung menurun, mudah lelah, mudah
pingsan, sering mengantuk, anemia karena kekurangan asupan zat gizi, kulit kasar,
kering, bersisik dan dingin, jumlah sel darah putih yang rendah disebabkan karena
kurangnya asupan zat gizi, meningkatnya risiko untuk mengalami penyakit infeksi,
tekanan darah rendah, hilangnya masa tulang, menurunnya massa otot, kerusakan pada
gigi dan tidak teraturnya menstruasi.
4
Melihat dampak yang ditimbulkan dari Perilaku makan menyimpang sangat
berbahaya maka peneliti tertarik untuk melihat kecenderungan perilaku makan
menyimpang yang terjadinya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Pada
kenyataannya di FKIK belum ada penelitian mengenai hal tersebut. Meskipun
mahasiswa FKIK setiap harinya terpapar materi tentang kesehatan dan lebih cenderung
kepada remaja akhir namun tidak menutup kemungkinan juga bisa mengarah pada
kecenderungan perilaku makan menyimpang. Pada dasarnya semua orang baik remaja
ataupun dewasa bisa berperilaku makan menyimpang dan yang perlu diketahui adalah
perilaku makan menyimpang akan berdampak buruk pada diri seseorang jika keadaan
demikian dibiarkan begitu saja.
Setelah dilakukan studi pendahuluan terhadap 20 mahasiswa di kampus FKIK
maka didapat hasil sebanyak 50% mahasiswa menganggap dirinya dalam keadaan
gemuk, 70% makan diwaktu malam hari ketika mereka sulit untuk tidur, 60% makan
dalam jumlah porsi besar ketika sedang tidak lapar dan 30% melakukan olahraga
ekstrim segera setelah makan. Semua data yang dihasilkan ternyata mendekati ciri-ciri
terjadinya perilaku makan menyimpang. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui lebih
lanjut mengenai kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK.
1.2 Rumusan Masalah
Perilaku makan menyimpang disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah
faktor individu dan lingkungan. Adapun dampak dari perilaku makan menyimpang
apabila dibiarkan maka akan mengganggu sistem syaraf otak, sistem pencernaan dan
5
organ lain sehingga tubuh akan mengalami penurunan fungsional dan akan berlanjut ke
dampak yang sangat serius yaitu dapat menyebabkan kematian.
Mengingat dampak yang ditimbulkan sangatlah berbahaya dan tidak menutup
kemungkinan juga mahasiswa di FKIK dapat mengalami hal tersebut, maka dilakukan
studi pendahuluan terhadap mahasiswa FKIK. Berdasarkan hasil studi pendahuluan
didapat hasil 50% mahasiswa menganggap dirinya dalam keadaan gemuk, 70% makan
diwaktu malam hari ketika mereka sulit untuk tidur, 60% makan dalam jumlah porsi
besar ketika sedang tidak lapar dan 30% melakukan olahraga ekstrim segera setelah
makan. Semua data yang dihasilkan ternyata mendekati ciri-ciri terjadinya perilaku
makan menyimpang. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor –faktor
yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di
FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah gambaran kecenderungan perilaku makan menyimpang pada
mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
2. Bagaimanakah gambaran faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya
diri dan citra tubuh) pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
3. Bagaimanakah gambaran faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman
sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) pada
mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
6
4. Adakah hubungan antara faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya
diri dan citra tubuh) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada
mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
5. Adakah hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman
sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta
tahun 2012.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya faktor–faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku
makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran kecenderungan perilaku makan menyimpang pada
mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
2. Diketahuinya gambaran faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa
percaya diri dan citra tubuh) pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
3. Diketahuinya gambaran faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman
sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media)
pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
7
4. Diketahuinya hubungan antara faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan,
rasa percaya diri dan citra tubuh) dengan kecenderungan perilaku makan
menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
5. Diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh
teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap
media) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa
di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi mengenai
kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa, sehingga kejadian
perilaku makan menyimpang yang ada dapat diatasi sedini mungkin.
1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pihak fakultas,
sehingga dapat lebih memberikan perhatian terhadap kecenderungan perilaku
makan menyimpang yang ada pada mahasiswa FKIK.
1.6 Ruang Lingkup Kegiatan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan
oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif
8
Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan desain
studi cross-sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner.
Penelitian ini dilaksanakan di FKIK UIN Jakarta pada bulan Juni - Desember tahun
2012.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.
Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Remaja
merupakan tahapan seseorang di mana ia berada di antara fase anak dan dewasa yang
ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi (Effendi dan
Makhfudli, 2009).
Menurut Sarwono (2000) WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih
bersifat konseptual. Definisi tersebut dikemukakan dalam 3 kriteria, yaitu : biologis,
psikologis dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi
remaja adalah suatu masa dimana :
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seks
sekundernya sampai ia mencapai matang seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak
menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri.
Suryanah (1996) menggolongkan masa remaja ke dalam 3 periode sesuai dengan
tingkatan usia yaitu masa praremaja usia 12-14 tahun, masa remaja awal usia 14-17
tahun dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun.
10
2.2 Perilaku
2.2.1 Batasan Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.
Sehingga yang dimaksud perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas
sepanjang kegiatan yang dilakukannya, antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan seterusnya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
2.2.2 Domain Perilaku
Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003) seorang ahli psikologi
pendidikan, membedakan adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive),
afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan
selanjutnya berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan
pendidikan praktis, dikembangakan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
11
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat
pengetahuan, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secar benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
12
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden (Notoatmodjo, 2003).
13
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri
dari beberapa tingkatan yaitu :
a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).
3. Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
14
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Praktek atau tindakan memiliki beberapa tingkatan, diantaranya :
a) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat satu.
b) Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
c) Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
d) Adopsi (adoption)
Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya
tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari
atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung
yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo,
2003).
15
2.3 Makan
Makan adalah suatu kebutuhan bagi setiap individu untuk menunjang aktivitas
sehari-hari dan mendukung proses metabolisme tubuh. Kebiasaan dan perilaku makan
secara langsung mempengaruhi status gizi seseorang. Tidak sedikit individu yang
mengalami perilaku makan menyimpang, dan hal ini banyak terjadi pada kalangan
perempuan dibandingkan laki-laki (National Institute of Mental Health (NIMH) 2006
dalam Hapsari 2009).
Makan merupakan salah satu hal terpenting yang kita lakukan dan juga dapat
menjadi salah satu hal yang paling menyenangkan. Secara sederhana, motivasi untuk
makan timbul saat terjadi defisit simpanan nutrisi di tubuh dan akan terpuaskan oleh
makanan yang mengisi kembali defisit simpanan nutrisi yang terjadi (Putra, 2008).
2.4 Perilaku Makan Menyimpang
Perilaku makan menyimpang atau yang biasa disebut eating disorders adalah
gangguan perilaku makan yang kompleks dan memberikan efek pada kesehatan fisik
atau mental atau keduanya (Fairburn, 2000 dalam Garrow, 2000 dalam Hapsari, 2009).
Read (1997) dalam Aini (2009) juga menyebutkan perilaku makan menyimpang (PMM)
adalah sebuah pola makan yang abnormal yang terkait dengan ketidakpuasan atau
tekanan dalam diri seseorang yang sehat. Hal ini biasa terjadi karena perhatian yang
berlebihan terhadap berat dan bentuk tubuh.
Mengadaptasi suatu gambaran mental dari tubuh seseorang (citra diri/body
image) adalah suatu ciri dasar perkembangan remaja. Distorsi atau penyimpangan body
image adalah suatu karakteristik inti dari perilaku makan menyimpang pada remaja.
16
Walaupun perilaku makan menyimpang berhubungan dengan makanan, pola makan dan
berat badan, gangguan tersebut bukanlah mengenai makanan, tetapi mengenai perasaan
dan ekpresi diri (wardlaw, 1999 dalam Aini, 2009).
Perilaku makan menyimpang sangat terkait oleh perilaku diet. Menurut Muda
(2003) diet adalah aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas
petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu untuk
kesehatan, mengatur kuantitas dan jenis makanan untuk mengurangi berat badan atau
karena penyakit. Hawks (2008) dalam Andea (2010) menyebutkan perilaku diet adalah
usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan
dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan.
Perilaku diet ada terdapat dua jenis yaitu perilaku diet sehat dan perilaku diet
tidak sehat. Diet sehat dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal tanpa
mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh, namun diet tidak sehat sering
dilakukan oleh orang-orang yang semata-mata berdiet hanya untuk memperbaiki
penampilan dengan menempuh cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan
seperti penggunaan obat pencahar, muntah dengan sengaja, berpuasa dan binge eating.
(Kim dan Lennon, 2006 dalam Andea, 2010).
Ketika remaja khususnya remaja perempuan memutuskan untuk berdiet dengan
cara tidak sehat maka akan menimbulkan efek samping bagi tubuh dan akan berdampak
buruk pada kesehatan. Diet tidak sehat lebih cenderung akan mengalami perilaku makan
menyimpang contohnya diet yang berlebihan dengan cara berpuasa terus menerus,
berolahraga setelah makan, menggunakan obat pencahar akan mengganggu metabolisme
makanan dalam tubuh yang apabila keadaan demikian berlangsung lama maka kemudian
17
akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang dibutuhkan. Akibatnya, tubuh tidak
lagi mampu memenuhi kebutuhan zat gizi sehingga dapat menyebabkan diantaranya
adalah suhu badan menurun disebabkan kehilangan lemak, metabolisme tubuh menurun
disebabkan kekurangan hormon tiroid, angka kecepatan jantung menurun, mudah lelah,
mudah pingsan, sering mengantuk, anemia karena kekurangan asupan zat gizi, kulit
kasar, kering, bersisik dan dingin, jumlah sel darah putih yang rendah disebabkan karena
kurangnya asupan zat gizi, meningkatnya risiko untuk mengalami penyakit infeksi,
tekanan darah rendah, hilangnya masa tulang, menurunnya massa otot, kerusakan pada
gigi, tidak teraturnya menstruasi dan yang terakhir dapat menyebabkan kematian
(Wardlaw, 1999 dalam Aini, 2009).
Beberapa perilaku makan menyimpang yang terjadi antara lain adalah anorexia
nervosa, bulimia nervosa, binge eating disorder dan nocturnal eating syndrome
(Proverawati, 2010).
2.4.1 Anorexia Nervosa
1. Pengertian
Anorexia Nervosa berasal dari Yunani, anorektos yang artinya tanpa
selera, dan dari bahasa Latin, nervosa yang artinya gangguan emosional
(Proverawati, 2010). Dalam bukunya Sarafino (2006) mengatakan anoreksia
nervosa adalah suatu bentuk penyimpangan perilaku makan yang
mengakibatkan penurunan berat badan dan jumlah makanan yang dikonsumsi
secara drastis serta penurunan berat badan yang tidak sehat (Erdiantono, 2009).
18
Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV(DSM-
IV) (Wardlaw & Hampl, 2007 dalam Erdiantono, 2009) memberikan kriteria
diagnosis sebagai berikut :
1) Menolak untuk menjaga berat badan pada atau diatas berat badan normal
minimal (contoh: kehilangan berat badan yang memicu pada pemeliharaan
berat badan kurang dari 85% berat badan yang diharapkan, atau gagal
untuk mencapai berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan,
mengarah pada berat badan kurang dari 85% berat badan yang diharapkan).
2) Memiliki rasa takut yang berlebihan pada kenaikan berat badan atau
menjadi gemuk, walaupun memiliki keadaan underweight.
3) Memiliki gangguan dalam menilai berat badan dan bentuk tubuh,
kumungkinan dikarenakan menilai berat dan bentuk badan sendiri, atau
penyangkalan yang serius terhadap berat badan yang rendah.
4) Amenorrhea (tidak haid), terlewatnya periode menstruasi pada wanita
setelah masa pubertas selama 3 periode menstruasi.
2. Penyebab
Anorexia Nervosa melibatkan interaksi yang bersifat kompleks dari
beberapa faktor diantaranya adalah faktor sosiokultural, faktor psikis, faktor
keluarga dan faktor individu (Proverawati, 2010).
3. Dampak
Anorexia Nervosa dapat berpengaruh terhadap seluruh tubuh penderita,
yaitu (Proverawati, 2010) :
19
1) Otak dan system syaraf : tidak dapat berfikir jernih, takut gemuk, sedih,
murung, mudah tersinggung, daya ingat jelek, mudah pingsan dan terjadi
perubahan kimia pada otak.
2) Rambut : tipis dan mudah rontok.
3) Jantung : tekanan darah rendah, denyut nadi lambat, berdebar-debar dan
resiko terjadi gagal jantung.
4) Darah : terjadi anemia.
5) Otot dan persendian : otot lemah, persendian rapuh, fraktur dan
osteoporosis.
6) Ginjal : batu ginjal, gagal ginjal.
7) Cairan tubuh : kadar kalium (potassium, magnesium dan sodium rendah).
8) Pencernaan : konstipasi, kembung.
9) Hormon : peiode sekresi terhenti, gangguan kehamilan.
10) Kulit : mudah memar, kulit kering, tumbuh rambut disekujur tubuh, mudah
kedinginan, kulit kuning, kuku mudah patah.
2.4.2 Bulimia Nervosa
1. Pengertian
Bulimia berasal dari bahasa Latin, bous yang artinya sapi atau kerbau,
dan limos yang artinya rasa lapar (Proverawati, 2010). Bulimia dicirikan oleh
makan yang berlebihan. Perilaku makan berlebihan (binge) terdiri atas
konsumsi sejumlah besar makanan berkalori tinggi secara diam-diam dan tidak
terkontrol (atau “terlarang”) selama periode waktu singkat (biasanya kurang
20
dari dua jam). Sifat makan berlebihan dinetralkan dengan berbagai metode
pengendalian berat badan (pengurasan), termasuk merangsang muntah sendiri,
penyalahgunaan diuretik dan laksatif, serta olahraga yang berlebihan (Wong
,2009).
Bulimia nervosa merupakan salah satu perilaku makan menyimpang
dengan karakteristik mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar kemudian
memuntahkannya kembali dengan paksa (purging) atau menggunakan obat
pencahar atau diuretik, berpuasa atau olahraga yang berlebihan.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV
(DSM-IV), karakteristik penderita bulimia nervosa diantaranya :
1) Episode berulang binge eating dengan karakteristik:
a. Makan dalam periode waktu yang tetap (contoh: tiap 2 jam) dengan
porsi yang lebih besar daripada porsi makan kebanyakan orang dalam
periode dan situasi yang sama.
b. Adanya perasaan tidak dapat mengontrol porsi makan pada saat episode
tersebut berlangsung.
2) Adanya perilaku kompensasi yang berulang kali dilakukan untuk mencegah
kenaikan berat badan seperti: muntah dengan sengaja, penyalahgunaan
laksatif, diuretik, enema atau obat-obatan lainnya, puasa atau olahraga
berlebihan.
3) Episode binge eating dan perilaku kompensasi lainnya berlangsung
setidaknya dua kali semingu dalam tiga bulan.
4) Penilaian diri dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat badan.
21
5) Gangguan tersebut tidak terjadi secara ekslusif selama episode anorexia
nervosa.
DSM-IV juga mengklasifikasikan menjadi dua subtipe penderita bulimia
nervosa (Brown, 2005 dalam Hapsari, 2009). Kedua subtipe tersebut, yaitu:
1) Purging type
Selama episode bulimia nervosa, penderita secara reguler melakukan
muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis atau enema.
2) Nonpurging type
Selama episode anoreksia nervosa, penderita secara reguler melakukan
perilaku kompensasi lainnya seperti berpuasa atau latihan fisik secara
berlebihan. Namun tidak secara reguler melakukan muntah yang disengaja,
penyalahgunaan laksatif, diuresis atau enema.
Remaja yang menderita bulimia nervosa juga mempunyai obsesi tentang
tubuh dan makanannya, seperti halnya penderita anorexia nervosa. Namun
remaja penderita bulimia nervosa ini masih dapat mengontrol asupan makanan
dan berat badannya yaitu dengan cara siklus binge-purge, yaitu dorongan untuk
makan dengan porsi makanan yang besar untuk kemudian diikuti dengan
memuntahkan kembali makanan yang telah dimakannya dengan menggunakan
obat pencahar diuretik (Proverawati, 2010).
2. Penyebab
Penyebab terjadinya bulimia nervosa tidaklah tunggal namun terdiri
dari beberapa faktor, antara lain adanya faktor body image yang rendah, faktor
harga diri yang rendah, faktor makanan, faktor penampilan berorientasi pada
22
profesi, adanya perubahan hidup yang besar (stress) dan faktor biologis
(Proverawati, 2010).
3. Dampak
1) Otak : terjadi depresi, ketakutan terhadap peningkatan berat badan, cemas,
pusing, rasa malu, harga diri rendah.
2) Pipi : bengkak dan sakit.
3) Mulut : gigi berlubang, lapisan enamel gigi terkikis, penyakit gusi, gigi
sensitif terhadap makanan yang panas atau dingin.
4) Tenggorokan dan kerongkongan : luka, iritasi, sobek dan rupture, keluar
darah saat muntah.
5) Otot : mudah lelah.
6) Perut : bisul, luka, dapat rupture, pengosongan lambung tertunda.
7) Kulit : luka berat, kulit kering.
8) Darah : anemia.
9) Jantung : denyut jantung tidak beraturan, otot jantung melemah, gagal
jantung, tekanan darah dan nadi rendah.
10) Cairan tubuh : dehidrasi, kadar potassium, magnesium dan sodium rendah.
11) Intestinal : konstipasi, gerakan usus besar menjadi tidak teratur, kembung,
diare, kram perut.
12) Hormon : periode menjadi tidak teratur.
23
2.4.3 Binge Eating Disorder
1. Pengertian
Binge Eating Disorder merupakan suatu kondisi dimana seseorang
makan dalam jumlah yang sangat banyak dan merasakan bahwa periode makan
tersebut tidak dapat dikontrol oleh dirinya (Brown, 2005 dalam Erdiantono
2009).
Pada banyak kasus, kebiasaan banyak makan yang berkembang
menjadi binge eating berawal dari masa kanak-kanak, kadang-kadang juga efek
dari kebiasaan makan keluarganya. Normalnya, makanan berhubungan dengan
hal pengasuhan dan cinta kasih. Namun beberapa keluarga mungkin terlalu
berlebihan menggunakan makanan sebagai suatu cara untuk menenangkan atau
menyenangkan anak. Sehingga anak-anak berkembang dengan kebiasaan
banyak makan untuk menenangkan mereka manakala perasaan mereka tertekan
oleh karena mereka tidak mendapatkan cara yang lebih sehat untuk
memperlakukan stres tersebut (Proverawati, 2010).
Menurut DSM-IV (Wardlaw & Hampl, 2007 dalam Erdiantono, 2009)
kriteria diagnosis untuk para penderita BED, yaitu:
1) Adanya episode binge eating yang berulang kali. Episode tersebut ditandai
dengan dua kriteria berikut:
a. Makan dengan periode waktu yang tetap (contoh: tiap 2 jam) dengan
porsi yang jelas lebih besar daripada porsi makan kebanyakan orang
dalam periode dan situasi yang sama.
24
b. Adanya perasaan tidak dapat mengendalikan porsi makan saat episode
tersebut berlangsung (contoh: merasa tidak dapat berhenti makan, atau
tidak dapat mengendalikan pada atau berapa banyak porsi yang
dimakan).
2) Adanya 3 atau lebih dari 5 gejala berikut:
a. Makan lebih cepat daripada biasanya.
b. Makan hingga merasa tidak nyaman karena kekenyangan.
c. Makan dalam porsi yang besar walaupun secara fisik merasa tidak
lapar.
d. Makan sendirian karena merasa malu akibat jumlah porsi yang
dimakan.
e. Merasa jijik/muak, tertekan atau bersalah terhadap diri sendiri setelah
episode binge-eating tersebut.
3) Merasa sangat kecewa karena tidak mampu mengendalikan porsi makan.
4) Episode binge-eating berlangsung setidaknya 2 hari seminggu dalam 6
bulan.
5) Episode ini tidak terjadi selama riwayat anoreksia nervosa atau bulimia
nervosa.
2. Penyebab
Faktor resiko timbulnya Binge Eating Disorder kemungkinan adalah
adanya faktor makanan, faktor psikologis, pelecehan seksual dan pegaruh
media (Proverawati, 2010).
25
3. Dampak
Penderita binge eating disorder cenderung mengalami overweight. Hal
ini akan menyebabkan komplikasi bagi kesehatan tubuhnya. Seperti terjadinya
depresi, kecemasan, kepanikan, penyalahgunaan obat-obatan, tekanan darah
tinggi, diabetes tingkat II, penyakit jantung, stroke, dll (Proverawati, 2010).
2.4.4 Nocturnal Eating Syndrome
1. Pengertian
Nocturnal Eating Syndrome merupakan salah satu perilaku makan
menyimpang, dimana seseorang mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar
ketika dalam keadaan tidak lapar, saat larut malam dan sulit tidur. Keadaan ini
semakin meningkat frekuensinya dan seringkali terjadi. Dia mengkonsumsi
makanan yang tidak menyehatkan, makanan yang tidak disukainya, atau
makanan yang belum selesai dimasak (Proverawati, 2010).
2. Penyebab
Penyebab gangguan perilaku makan ini belum dikatehui. Kemungkinan
faktor yang berperan dalam gangguan makan ini adalah kombinasi dari faktor
biologis, genetik dan faktor emosional (Proverawati, 2010).
3. Dampak
Penderita nocturnal eating syndrome cenderung mengalami overweight.
26
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Menyimpang
Beberapa ahli menyatakan bahwa penyimpangan perilaku makan dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya adalah :
2.5.1 Jenis Kelamin
Perilaku makan menyimpang tidak hanya terjadi pada perempuan karena
laki-laki juga dapat mengalami perilaku makan menyimpang. Kejadian tersebut
dikarenakan adanya ketidakpuasan terhadap tubuh yang umumnya banyak dialami
oleh perempuan daripada laki-laki. Bagi perempuan tubuh yang kurus, kecil dan
langsing merupakan bentuk tubuh sempurna (Markey, 2005 dalam Andea, 2010),
sedangkan pada laki-laki akan lebih puas ketika tubuhnya menjadi lebih besar,
lebih tinggi dan berotot (Evans, 2008 dalam Andea,2010).
Fairburn dan Hill (2005) dalam Erdiantono (2009) memperkirakan insiden
anoreksia pada wanita sebesar 8 kasus per 100.000 populasi, sedangkan untuk
laki-laki kurang dari 0,5 kasus per 100.000 populasi per tahun. Dari hasil ini
terlihat bahwa anoreksia nervosa lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-
laki dengan rasio prevalensi kasus pada laki-laki:perempuan sebesar 1:6 sampai
dengan 1:10. Selain itu sebuah penelitian juga mendapatkan hasil bahwa anoreksia
nervosa lebih banyak muncul pada wanita dibandingkan pria, perbandingannya
sekitar 9 dari 10 penderita anoreksia nervosa adalah perempuan.
2.5.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
27
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk
tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Aini (2009) dapat dilihat responden dengan pengetahuan
tinggi banyak yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang
sebesar 37,5% dan 31,9% berpengetahuan rendah. Hasil uji statistik
memperlihatkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang.
2.5.3 Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri erat kaitannya dengan citra tubuh. Citra tubuh merupakan
persepsi seseorang tentang penampilan fisiknya. Sedangkan rasa percaya diri
adalah persepsi seseorang tentang dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh,
perasaan seseorang tentang nilai dirinya sebagai seorang manusia. Rasa percaya
diri yang rendah berkontribusi pada terjadinya penyimpangan pada citra tubuh dan
citra tubuh yang keliru tidak dapat sepenuhnya dikoreksi sebelum masalah rasa
percaya diri dibereskan. Rasa percaya diri yang rendah dapat menyebabkan
permasalahan dalam persahabatan, stress, kecemasan, depresi dan dapat
berpengaruh pada perilaku makan seseorang. Rasa percaya diri yang rendah juga
merupakan salah satu karakteristik primer dari remaja wanita yang mengalami
penyimpangan perilaku makan. Mereka merasa jika mereka tidak dapat mencapai
apa yang diinginkan oleh lingkungan sekitarnya kemudian mereka menjadi ekstrim
28
untuk berusaha menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan sekitar (Eating
Disorders Venture, 2006 dalam Erdiantono, 2009).
2.5.4 Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan sebuah persepsi seseorang mengenai tampilan fisik
tubuhnya seperti ukuran tubuhnya, bentuk dan beratnya. Mendukung pengantar
tersebut, selama masa remaja citra tubuh dan rasa percaya diri sangatlah berkaitan,
oleh karena itu kepedulian terhadap citra tubuh jangan dilihat sebagai sesuatu yang
wajar dan normatif bagi para remaja. Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh
kemungkinan menjadi faktor penyebab menjalani perilaku diet, kelainan perilaku
makan dan penyimpangan perilaku makan. Story dan koleganya menemukan dari
36.000 remaja di Minnesota hanya kurang dari 40% remaja wanita yang puas
terhadap berat badanya. (Brown, 2005 dalam Erdiantono, 2009).
2.5.5 Pengaruh Keluarga
Dinamika keluarga dan pendekatan orang tua kepada anak telah diajukan
sebagai salah satu penyebab penyimpangan perilaku makan. Penelitian
mengindikasikan remaja yang mempersepsikan bahwa kepedulian dan ekspektasi
orang tua yang rendah terhadapnya memiliki risiko untuk mengalami
penyimpangan perilaku makan. Pengaruh ibu juga diargumentasikan sebagai
faktor yang berkontribusi secara negatif. Seorang ibu yang menyampaikan
perhatiannya tentang berat badan dan bentuk tubuh dengan bertindak sebagai role
model, dengan langsung mengkritik atau dengan interaksi makan yang tidak sesuai
29
menambah kemungkingan timbulnya kejadian penyimpangan perilaku makan
(Fairburn dan Hill dalam Geissler dan Powers, 2005 dalam Putra, 2008).
2.5.6 Pengaruh Teman Sebaya
Penerimaan oleh teman memiliki suatu peran yang penting khususnya pada
waktu remaja dan dewasa muda. Untuk menghindari penolakan atau
ketidaknyamanan penerimaan sosial, remaja dan dewasa muda seringkali
mengikuti nilai-nilai penting penerimaan dan tren di golongan tersebut. Akibatnya,
mereka mulai berpikir agar dirinya dapat diterima di kalangan teman-temannnya
tersebut maka dia harus memiliki tubuh yang kurus dan ideal. Sebanyak 25%
remaja percaya bahwa dengan tubuh yang kurus akan memudahkan mereka
mencari teman dan pasangan (McComb, 2001 dalam hapsari, 2009).
2.5.7 Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual dianggap sebagai salah satu pemicu yang dapat
menimbulkan penyimpangan perilaku makan (Tiemeyer, 2007 dalam Putra, 2008).
Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan adanya hubungan antara pelecehan
seksual dengan penyimpangan perilaku makan baik pada perempuan kulit putih
maupun pada perempuan kulit hitam.
Sebuah studi menunjukkan pelecehan seksual pada wanita muda memiliki
resiko lebih tinggi mengalami perilaku makan menyimpang (McComb, 2001
dalam Hapsari, 2009).
30
2.5.8 Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam
terbentuknya perilaku makan menyimpang. Sebuah studi yang dilakukan oleh
Fairburn dan rekan (1999) menemukan bahwa kekerasan fisik yang pernah
berulang kali yang dialami oleh perempuan berhubungan secara signifikan sebagai
salah satu faktor risiko anoreksia nervosa. Perempuan yang pernah mengalami
kekerasan fisik berisiko 4,9 kali lebih tinggi untuk menderita anoreksia nervosa
dan kemudian resiko meningkat menjadi 14,9 kali pada perempuan yang
mengalami kekerasan fisik yang parah secara berulang kali. Penelitian Moore, et al
(2002) melaporkan bahwa para perempuan kulit putih dan kulit hitam penderita
BED mengalami kekerasan fisik lebih tinggi secara signifikan dibandingkan yang
sehat.
2.5.9 Pengaruh media
Media membombardir kita dengan gambar model yang ideal dan ide
bahwa orang yang berpenampilan baik memiliki hidup yang lebih baik dan
banyak keuntungan. Hal tersebut sangatlah tidak representatif terhadap
kenyataan yang ada. Keterpaparan terhadap kesan yang ideal secara terus
menerus dapat manimbulkan rasa ketidakpuasan pada bentuk tubuh sendiri yang
pada akhirnya dapat menyebabkan gejala penyimpangan perilaku makan
(Fairburn & Hill, 2005 dalam Erdiantono, 2009).
31
2.6 Kerangka Teori
Banyak penelitian yang telah mencoba mengupas penyebab timbulnya
penyimpangan perilaku makan, tetapi secara umum penyimpangan perilaku makan
belum diketahui secara pasti. Teori Krummel (1996) menyatakan bahwa terdapat dua
faktor predisposisi yang mempengaruhi timbulnya penyimpangan perilaku makan, yaitu
faktor lingkungan dan individu. Dalam menyusun kerangka konsep dari penelitian ini
digunakan kerangka teori utama yang diadaptasi dari kerangka teori Krummel tetapi
beberapa variabel ada yang dimodifikasi berdasarkan teori- teori dan hasil penelitian
terdahulu. Adapun kerangka teori penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.1.
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Krummel (1996), Thompson (2004), Mazzeo (2002), Neumark (1996)
Faktor Individu :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Pekerjaan
4. Pangetahuan
5. Rasa Percaya diri
6. Citra Tubuh
Faktor Lingkungan :
1. Anggota keluarga
bermasalah
2. Masalah keluarga
3. Pengaruh keluarga
4. Pelecehan seksual
5. Kekerasan fisik
6. Pengaruh teman sebaya
7. Pengaruh media
8. Ejekan seputar berat badan
9. Bullying oleh teman sebaya
Perilaku Makan
Menyimpang
32
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang ada, peneliti membuat sebuah kerangka konsep
penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecenderungan perilaku
makan menyimpang, sedangkan variabel independennya adalah faktor yang
mempengaruhi terjadinya kecenderungan perilaku makan menyimpang. Faktor yang
mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang diantaranya adalah citra
tubuh dan pengaruh keluarga yang diadopsi dari Krummel (1996). Faktor rasa percaya
diri diadopsi dari Thompson (2004). Faktor pelecehan seksual dan kekerasan fisik
diadopsi dari Mazzeo (2002). Faktor jenis kelamin, pengaruh teman dan media diadopsi
dari Neumark (1996).
Adapun beberapa faktor yang tercantum dalam kerangka teori seperti faktor
perilaku diet, usia, pekerjaan, bullying, ejekan seputar berat badan, anggota keluarga
bermasalah dan masalah keluarga tidak diteliti dikarenakan faktor perilaku diet
merupakan sudah menjadi bagian dari PMM. Faktor usia dan pekerjaan bersifat
homogen. Faktor bullying tidak diteliti karena dianggap sudah termasuk kedalam
pengaruh teman sebaya. Faktor anggota keluarga bermasalah dan masalah keluarga juga
tidak diteliti karena dianggap sudah termasuk kedalam variabel pengaruh keluarga.
Faktor ejekan seputar berat badan tidak diteliti karena ejekan seputar berat badan bisa
masuk ke pengaruh keluarga dan teman sebaya. Kerangka konsep dari penelitian ini
dapat dilihat pada bagan 3.1.
33
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Kekerasan fisik
Pengaruh media
Perilaku Makan Menyimpang
Pangetahuan
Jenis kelamin
Pengaruh teman sebaya
Pengaruh keluarga
Citra Tubuh
Rasa Percaya diri
Pelecehan seksual
34
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 :
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat
Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
Kecenderu
ngan
perilaku
makan
menyimpa
ng
Kebiasaan pola makan
yang abnormal yang
ditandai dengan
dipenuhinya tiga atau
lebih dari kriteria yang
mengarah kepada
penyimpangan perilaku
makan (seperti adanya
ketakutan kenaikan berat
badan, adanya riwayat
binge eating, adanya
perilaku kompensasi
seperti memuntahkan
makanan dengan sengaja,
menggunakan obat
pencahar/diuresis,
melewatkan waktu
makan dan olahraga
berlebihan).
Pengisian
sendiri oleh
responden
Kuisioner 1. Memiliki PMM
2. Normal (Stice, et
al., 2000 dalam
Hapsari, 2009)
Ordinal
Jenis
Kelamin
Perbedaan yang dilihat
berdasarkan perbedaan
biologis.
Pengisian
sendiri oleh
responden
Kuisioner 1. Laki-Laki
2. Perempuan
(Umar, 2011)
Nominal
Pengetahu
an
Hasil dari tahu mengenai
hal-hal yang
berhubungan dengan gizi
dan PMM.
Pengisian
sendiri oleh
responden
Kuisioner 1. Kurang, (jika
skor > median
2. Baik, (jika skor
< median) (Aini,
2009)
Ordinal
35
Tabel 3.1
Definisi Operasional (Lanjutan)
Variabel Definisi Operasional Cara
Ukur
Alat
Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
Rasa
percaya
diri
Persepsi seseorang tentang
dirinya sebagai satu kesatuan
yang utuh, perasaan seseorang
tentang nilai dirinya sebagai
seorang manusia.
Pengisian
sendiri
oleh
responden
Kuisioner 1. Rendah
(<median)
2. Tinggi (>median)
(Rosenberg, 1979
dalam Hapsari,
2009)
Ordinal
Citra
tubuh
Persepsi seseorang mengenai
bentuk tubuh dan tampilan
fisik tubuhnya.
Pengisian
sendiri
oleh
responden
Kuisioner 1. Merasa gemuk
2. Tidak merasa
gemuk (Field, et
al., 1999)
Ordinal
Pengaruh
keluarga
Kritik dari orang tua
responden, baik ayah maupun
ibu yang terkait dengan
bentuk tubuh serta adanya
keterlibatan responden dalam
konflik keluarga yang
memicu timbulnya PMM.
Pengisian
sendiri
oleh
responden
Kuisioner 1. Pernah
2. Tidak pernah
(Field, et al.,
2001)
Ordinal
Pengaruh
teman
sebaya
Kritik, sindiran atau ejekan
ataupun tekanan dari teman
sebaya responden yang
berkaitan dengan bentuk
tubuh dan berat badan
responden.
Pengisian
sendiri
oleh
responden
Kuisioner 1. Pernah
2. Tidak pernah
(Field, et al., 2001)
Ordinal
Pelecehan
seksual
Pengalaman/riwayat seksual
yang tidak diinginkan yang
melibatkan kontak verbal atau
fisik yang berkaitan dengan
seksual baik dengan lawan
jenis maupun sesama jenis
yang cenderung menyebabkan
ketidaknyamanan pada diri
responden.
Pengisian
sendiri
oleh
responden
Kuisioner 1. Pernah
2. Tidak pernah
(Moore, et al.,
2002)
Ordinal
36
Tabel 3.1
Definisi Operasional (Lanjutan)
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri
dan citra tubuh) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada
mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.
2. Ada hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya,
pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta
tahun 2012.
Variabel Definisi Operasional Cara
Ukur
Alat
Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
3.
Kekerasan
fisik
Pengalaman atau riwayat kontak
fisik yang tidak diinginkan yang
menyebabkan memar atau luka
fisik ringan maupun berat yang
menyebabkan trauma pada
responden.
Pengisian
sendiri
oleh
responden
Kuisioner 1. Pernah
2. Tidak pernah
(Moore, et al.,
2002)
Ordinal
Pengaruh
media
Frekuensi responden mengakses
media massa yang dominan
menyajikan tren, gaya hidup atau
mode baik media cetak maupun
elektronik.
Pengisian
sendiri
oleh
responden
Kuisioner 1. Tidak pernah
2. Jarang (< 1
kali/minggu)
3. Sering (> 1
kali/minggu)
(Field, et al., 1999)
Ordinal
37
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross
sectional study. Pengertian kata cross-sectional adalah memotong suatu benda secara
horizontal atau melintang untuk melihat isi atau apa saja yang terdapat di dalam benda
tersebut. Studi cross-sectional sering juga disebut studi prevalensi atau survei, dan
merupakan studi yang paling sederhana. Studi cross-sectional digunakan untuk
mengetahui hubungan antara suatu penyakit dan variabel atau karakteristik yang terdapat
di masyarakat pada suatu saat tertentu (Chandra, 2008). Penelitian cross-sectional
merupakan penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan
tertentu, dengan model pendekatan point time. Variabel yang termasuk faktor risiko dan
variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama (Sumantri,
2011).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada bulan Juni -
Desember 2012.
38
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi (universe) adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan
diduga. Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Sabri,
2009). Populasi yang diamati pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIK UIN
Jakarta angkatan 2009 s\d 2012 yang berjumlah 1345 orang, sedangkan yang akan
dijadikan sampel merupakan bagian dari seluruh mahasiswa yang ada di FKIK UIN
Jakarta. Jumlah sampel yang dibutuhkan dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda
dua proporsi (Ariawan, 1998) adalah :
n = {Z1-α/2√2P(1-P) + Z1-β √P1(1-P1) +P2 (1-P2)}2 x deff
(P1 - P2)2
Keterangan :
n : jumlah sampel
Z1-α/2 : tingkat kemaknaan pada α = 5% (Z1-α/2 = 1,96)
Z1-β : kekuatan uji pada 1-β = 90% (Z1-β = 1,28)
P1 : proporsi penderita PMM terhadap perilaku diet tidak baik pada penelitian
sebelumnya yaitu 99,3% (Putra, 2008)
P2 : proporsi penderita PMM terhadap perilaku diet baik pada penelitian sebelumnya
yaitu 76,4% (Putra, 2008)
P : P1+ P2/2
Deff : 2
Maka besar sampel yang dihasilkan adalah :
n = {1,96√2.0,88(1-0,88) + 1,28√0,993(1-0,993) +0,764 (1-0,764)}2 x 2
(0,993 - 0,764)2
n = 84 orang
n = 84 x 2 = 168 orang
39
Berdasarkan perhitungan, maka besar minimal sampel yang dibutuhkan sebanyak
168 orang. Dengan demikian, untuk mengantisipasi adanya missing jawaban dari
respoden maka peneliti menambahkan jumlah sampel yang dibutuhkan, sehingga jumlah
seluruh sampel yang diambil sebanyak 185 orang. Pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik cluster sampling (area sampling) atau sampling daerah 2 tahap.
Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri
dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan
diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai bila populasi dapat dibagi dalam kelompok-
kelompok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam setiap kelompok (Nasution,
2003).
Teknik pengambilan sampel pada tahap pertama menentukan kelompok (kelas)
yang akan dijadikan sampel pada tiap prodi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
terdiri dari empat prodi diantaranya Kesehatan Masyarakat, Keperawatan, Farmasi dan
Kedokteran. Pada tahap kedua, kelompok (kelas) pada tiap prodi yang terpilih akan
diambil lagi beberapa mahasiswa yang ada dalam kelompok-kelompok kecil (kelas)
tersebut dengan menggunakan sampel acak dan mahasiswa dalam kelas tersebut yang
terpilih itulah yang kemudian akan dijadikan sebagai sampel.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan kuisioner. Kuisioner
merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar
pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar
pertanyaan tersebut (Umar, 2011).
40
4.5 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2005). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuisioner. Kuesioner
untuk penelitian ini diadopsi dari penelitian Aini (2009) yang kemudian dimodifikasi
dan disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data tentang kecenderungan
perilaku makan menyimpang, jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh,
perilaku diet, pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan
fisik dan keterpaparan terhadap media. Data kecenderungan perilaku makan
menyimpang dikategorikan kedalam empat kriteria diantaranya anorexia nervosa,
bulimia nervosa, binge eating disorder, nocturnal eating syndrome. Dengan demikian,
semua pertanyaan yang mengarah kepada anorexia nervosa dapat dilihat dari jawaban
responden pada pertanyaan A1 s\d A4 dengan jawaban kadang-kadang dan selalu, untuk
semua pertanyaan yang mengarah kepada bulimia nervosa dapat dilihat dari jawaban
responden pada pertanyaan A5, A6 dan A14 s\d A17 dengan jawaban kadang-kadang
dan selalu, untuk semua pertanyaan yang mengarah kepada binge eating disorder dapat
dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A7 s\d A9 dan A11 s\d A13 dengan
jawaban kadang-kadang dan selalu dan untuk semua pertanyaan yang mengarah kepada
nocturnal eating syndrome dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A10
dengan jawaban kadang-kadang dan selalu. Hasilnya ketika diskoring maka didapatkan
nilai median. Jika > median responden mengalami kecenderungan PMM dan jika <
median responden tidak mengalami PMM.
41
Data pengetahuan dapat dilihat dari total skor jawaban responden benar.
Pengetahuan kurang jika skor > dari median dan pengetahuan baik jika skor < median.
Data percaya diri dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden dengan
percaya diri rendah jika skor < dari median dan percaya diri tinggi jika skor > median.
Data citra tubuh dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden merasa
gemuk jika skor < dari median dan tidak merasa gemuk jika skor > median. Data
pengaruh keluarga dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden yang
dipengaruhi keluarga jika skor > dari median dan tidak dipengaruhi keluarga jika skor <
median. Data pengaruh teman sebaya dapat dilihat dari total skor jawaban responden.
Responden yang dipengaruhi teman sebaya jika skor > dari median dan tidak
dipengaruhi teman sebaya jika skor < median. Data pengaruh media dapat dilihat dari
jawaban responden antara tidak pernah, jarang dan sering. Responden yang menjawab
jarang dan sering dikategorikan sebagai pernah melihat media massa. Responden yang
pernah melihat media massa jika skor > dari median dan tidak pernah melihat media
massa jika skor < median.
4.6 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap diantaranya :
1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian kuisioner,
apakah jawaban yang ada di kuisioner sudah lengkap, jelas, relavan dan konsisten.
42
2. Coding
Coding merupakan proses pemberian kode pada jawaban kuisioner untuk
memudahkan data ketika dimasukkan kedalam komputer. Coding merupakan
kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.
3. Entry data
Setelah semua isian kuisioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah
melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar
dapat dianalisis. Pemrosesan data ini dilakukan dengan cara mengentry data dari
kuisioner ke dalam komputer dengan menggunakan program komputer.
4. Cleaning
Cleaning merupakan proses pengecekan kembali data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap
diolah dan dianalisis.
4.7 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu
analisis univariat dan analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
Dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, untuk mengetahui sebaran
nilai rata-rata, simpangan baku, nilai minimum dan maksimum dari variabel-variabel
yang diukur dalam penelitian.
43
2. Analisis Bivariat
Pada analisis bivariat dilakukan uji statsistik untuk menguji hipotesis. Uji
hipotesis menggunakan chi-square untuk mengetahui kebermaknaan hubungan antar
variabel secara statistik. Perhitungan Chi-Square dengan rumus :
Keterangan :
X2 = chi-kuadrat
O = nilai hasil pengamatan (observed)
E = nilai yang diharapkan (expected)
4.8 Penyajian Data
Terdapat empat cara untuk menyajikan data, yaitu penyajian data dalam bentuk
tulisan, semitabulasi, tabulasi dan dalam bentuk grafik (Chandra, 2008). Penyajian data
dalam penelitian ini dalam bentuk tulisan dan tabulasi.
44
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Analisis Univariat
5.1.1 Gambaran Umum Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Jakarta
Penelitian ini mengambil lokasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Jakarta. Kampus ini berlokasi di Jl. Kertamukti Pisangan, Ciputat
Jakarta Selatan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta ini
memiliki empat program studi yang terdiri dari program studi Kesehatan
Masyarakat, Farmasi, Keperawatan dan Pendidikan Dokter. Jumlah mahasiswa
hingga akhir periode 2012 ini adalah berjumlah 1345 orang yang terbagi dalam
masing-masing program studi.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Program Studi di FKIK UIN
Jakarta Tahun 2012
Program studi Jumlah mahasiswa Persentase (%)
Kesehatan masyarakat 429 32
Farmasi 369 27
Keperawatan 203 15
Pendidikan Dokter 344 25
Total 1345 100
Sumber: Data Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
Tahun 2012
Pengambilan Sampel diambil dengan menggunakan metode random atau
acak dengan bantuan tabel acak sehingga diperoleh proporsi sampel dari masing-
45
masing program studi adalah 67 untuk jurusan kesehatan masyarakat, 57 untuk
jurusan farmasi, 27 untuk keperawatan dan 32 untuk jurusan pendidikan dokter
sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah 183 orang. Adapun hasil
perbandingan yang menunjukkan prodi yang lebih banyak mengalami
kecenderungan perilaku makan menyimpang adalah Keperawatan sebesar 63,0%
daripada Kesehatan Masyarakat sebesar 50,7%, Pendidikan Dokter sebesar
53,1% dan Farmasi 56,1%.
5.1.2 Gambaran Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
Analisis univariat distribusi frekuensi kecenderungan perilaku makan
menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun
2012 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Mahasiswa yang Mengalami Kecenderungan Perilaku
Makan Menyimpang di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang
Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
PMM 100 54.6
Tidak PMM 83 45.4
Total 183 100.0
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui jumlah mahasiswa yang memiliki
kecenderungan perilaku makan menyimpang lebih tinggi (54,6%) dibandingkan
dengan mahasiswa yang tidak memiliki kecenderungan perilaku makan
menyimpang (45,4%).
46
Berdasarkan ciri-ciri yang mengarah kepada kecenderungan perilaku
makan menyimpang dibagi kedalam empat bagian diantaranya Anorexia
Nervosa, Bulimia Nervosa, Binge Eating Disorder dan Nocturnal Eating
Syndrome. Distribusi mahasiswa berdasarkan 4 kecenderungan perilaku makan
menyimpang dapat dilihat pada grafik 5.1 berikut ini :
Grafik 5.1
Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Gejala yang Menunjukkan
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Berdasarkan grafik 5.1 dapat diketahui dari ke empat kategori gejala yang
menunjukkan kecenderungan perilaku makan menyimpang ternyata mahasiswa
FKIK UIN lebih banyak yang memiliki kecenderungan Bulimia Nervosa
(69,9%).
56.80%
69.90% 66.10%
45.90%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
AnorexiaNervosa
Bulimia Nervosa Binge EatingDisorder
Nocturnal EatingSyndrome
47
5.1.3 Gambaran Jenis Kelamin pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
Analisis univariat distribusi frekuensi jenis kelamim pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang
disajikan pada tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Mahasiswa
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Jenis Kelamin Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Laki-laki 28 15.3
Perempuan 155 84.7
Total 183 100.0
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui mahasiswa yang ikut dalam
penelitian ini lebih banyak perempuan (84,7%) daripada laki-laki (15,3 %).
5.1.4 Gambaran Pengetahuan Mengenai Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Jakarta Tahun 2012
Analisis univariat distribusi frekuensi pengetahuan Mengenai
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang disajikan pada
tabel 5.4 berikut ini:
48
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui mahasiswa yang memiliki
pengetahuan baik lebih banyak (80,9%) daripada mahasiswa yang memiliki
pengetahuan kurang baik (19,1%).
5.1.5 Gambaran Rasa Percaya Diri pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
Analisis univariat distribusi frekuensi rasa percaya diri pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang
disajikan pada tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Rasa Percaya Diri di
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui mahasiswa yang memiliki rasa
percaya diri rendah lebih tinggi (63,9%) daripada mahasiswa yang memiliki rasa
percaya diri tinggi (36,1%).
Penngetahuan Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Pengetahuan kurang 35 19.1
Pengetahuan baik 148 80.9
Total 183 100.0
Tingkat Rasa Percaya Diri Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Percaya Diri Rendah 117 63.9
Percaya Diri Tinggi 66 36.1
Total 183 100.0
49
5.1.6 Gambaran Citra Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
Analisis univariat distribusi frekuensi citra tubuh pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang
disajikan pada tabel 5.6 berikut ini:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Persepsi Citra Tubuh di FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui distribusi mahasiswa yang merasa
bahwa dirinya gemuk lebih tinggi (71%) daripada mahasiswa yang tidak merasa
dirinya gemuk (29%).
5.1.7 Gambaran Pengaruh Keluarga pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
Analisis univariat distribusi frekuensi pengaruh keluarga pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang
disajikan pada tabel 5.7 berikut ini:
Persepsi Citra Tubuh Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Merasa Gemuk 130 71.0
Tidak Merasa Gemuk 53 29.0
Total 183 100.0
50
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh Keluarga di FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui mahasiswa yang tidak dipengaruhi
keluarga lebih tinggi (59,6%) daripada mahasiswa yang dipengaruhi oleh
keluarga (40.4%).
5.1.8 Gambaran Pengaruh Teman Sebaya pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
Analisis univariat distribusi frekuensi pengaruh teman sebaya pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil
yang disajikan pada tabel 5.8 berikut ini:
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya di
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui mahasiswa yang tidak dipengaruhi
oleh teman sebaya lebih tinggi (53.6%) daripada mahasiswa yang terpengaruh
oleh teman sebaya (46,4%).
Pengaruh Keluarga Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Pengaruhi 74 40.4
Tidak Pengaruhi 109 59.6
Total 183 100.0
Pengaruh Teman Sebaya Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Dipengaruhi 85 46.4
Tidak dipengaruhi 98 53.6
Total 183 100.0
51
5.1.9 Gambaran Pengaruh Pelecehan Seksual pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
Analisis univariat distribusi frekuensi pengaruh pelecehan seksual pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil
yang disajikan pada tabel 5.9 berikut ini:
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Riwayat Pelecehan Seksual di
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui mahasiswa yang tidak pernah
mengalami pelecehan seksual lebih tinggi (80,9%) daripada mahasiswa yang
pernah mengalami pelecehan seksual (19,1%).
5.1.10 Gambaran Pengaruh Kekerasan Fisik pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
Analisis univariat distribusi frekuensi pengaruh kekerasan fisik pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil
yang disajikan pada tabel 5.10 berikut ini:
Riwayat Pelecehan Seksual Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Pernah 35 19.1
Tidak Pernah 148 80.9
Total 183 100.0
52
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Riwayat Kekerasan Fisik di
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui mahasiswa yang tidak pernah
mengalami riwayat kekerasan fisik lebih tinggi (87,4%) daripada mahasiswa
yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik (12,6%).
5.1.11 Gambaran Pengaruh Keterpaparan Media pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012
Analisis univariat distribusi frekuensi pengaruh keterpaparan media pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil
yang disajikan pada tabel 5.11 berikut ini:
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh Media di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Riwayat Kekerasan Fisik Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
Pernah 23 12.6
Tidak Pernah 160 87.4
Total 183 100.0
Jenis Media
Frekuensi Keterpaparan Total
Tidak Pernah Jarang Sering
N % N % N % N %
Majalah 97 53.0 69 37.7 17 9.3 183 100.0
Televisi 56 30.6 92 50.3 35 19.1 183 100.0
Internet 69 37.7 70 38.3 44 24.0 183 100.0
53
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui mahasiswa lebih sering terpapar
media masa berupa internet yaitu sebesar 24% dibandingkan berupa televisi yang
hanya sebesar 19,1% dan majalah yang hanya 9,3%.
5.2 Hasil Analisis Bivariat
5.2.1 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan Perilaku
Makan Menyimpang
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji Chi-
Square disajikan pada tabel 5.12 berikut ini.
Tabel 5.12
Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan PMM pada
Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Jenis
Kelamin
Kecenderungan PMM Total
Nilai OR P
value Ya Tidak
N % N % N %
Laki-laki 13 46.4 15 53.6 28 100.0 0,677
0,302-1,519 0.458 Perempuan 87 56.1 68 43.9 155 100.0
Jumlah 100 54.6 83 45.4 183 100.0
Berdasarkan tabel 5.12 hasil dari tabulasi silang antara jenis kelamin
dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012
dapat diketahui bahwa perempuan lebih banyak mengalami kecenderungan
perilaku makan menyimpang yaitu sebesar 56,1% daripada laki-laki. Hasil uji
54
Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,458).
5.2.2 Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecenderungan Perilaku
Makan Menyimpang
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji Chi-
Square disajikan pada tabel 5.13 berikut ini.
Tabel 5.13
Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan Kecenderungan PMM
pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Tingkat Pengetahuan
Kecenderungan PMM Total
Nilai OR P
value Ya Tidak
N % N % N %
Pengetahuan kurang 22 62.9 13 37.1 35 100.0 1,519
0,712-3,240 0.370 Pengetahuan baik 78 52.7 70 47.3 148 100.0
Jumlah 100 54.6 83 45.4 183 100.0
Berdasarkan tabel 5.13 hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan
dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki pengetahuan
kurang baik lebih tinggi untuk memiliki kecenderungan PMM yaitu sebesar
62,9% dibandingkan mahasiswa yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar
55
54,6%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,370).
5.2.3 Analisis Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan
Perilaku Makan Menyimpang
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara rasa percaya diri
dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji Chi-
Square disajikan pada tabel 5.14 berikut ini.
Tabel 5.14
Tabulasi Silang antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan PMM pada
Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Rasa percaya Diri
Kecenderungan PMM Total
P
value Ya Tidak
N % N % N % Nilai OR
Percaya Diri Rendah 68 58.1 49 41.9 117 100.0 1,474
0,804-2,704 0.270 Percaya Diri Tinggi 32 48.5 34 51.5 66 100.0
Jumlah 100 54.6 83 45.4 183 100.0
Berdasarkan tabel 5.14 hasil dari tabulasi silang antara rasa percaya diri
dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki rasa percaya diri
rendah memiliki kecenderungan PMM yaitu sebesar 58,1% dibandingkan dengan
mahasiswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi yaitu sebesar 48,5%.
56
Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara rasa percaya diri
dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,270).
5.2.4 Analisis Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan Perilaku
Makan Menyimpang
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan citra tubuh dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji Chi-
Square disajikan pada tabel 5.15 berikut ini.
Tabel 5.15
Tabulasi Silang antara Persepsi Citra Tubuh dengan Kecenderungan PMM pada
Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Persepsi Citra Tubuh
Kecenderungan PMM Total
Nilai OR P
value Ya Tidak
N % N % N %
Merasa Gemuk 80 61.5 50 38.5 130 100.0 2,640
1,367-5,099 0.006 Tidak Merasa Gemuk 20 37.7 33 62.3 53 100.0
Jumlah 100 54.6 83 45.4 183 100.0
Berdasarkan tabel 5.15 hasil dari tabulasi silang antara persepsi citra
tubuh dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang merasa
dirinya gemuk lebih tinggi untuk memiliki kecenderungan PMM yaitu sebesar
61,5% dari pada yang tidak merasa gemuk yang hanya sebesar 37,7%. Hasil uji
57
Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara persepsi citra tubuh dengan
kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,006, dengan OR= 2,640). Hal ini berarti
mahasiswa yang merasa dirinya gemuk memiliki peluang 2,640 kali untuk
memiliki kecenderungan PMM dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak
merasa dirinya gemuk.
5.2.5 Analisis Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan
Perilaku Makan Menyimpang
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan pengaruh keluarga dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji Chi-
Square disajikan pada tabel 5.16 berikut ini.
Tabel 5.16
Tabulasi Silang antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan PMM
pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Pengaruh
Keluarga
Kecenderungan PMM Total
Nilai OR P value Ya Tidak
N % N % N %
Dipengaruhi 33 44.6 41 55.4 74 100.0 0,505
0,277-0,919 0.036 Tidak Dipengaruhi 67 61.5 42 38.5 109 100.0
Jumlah 100 54.6 83 45.4 183 100.0
Berdasarkan tabel 5.16 hasil dari tabulasi silang antara pengaruh keluarga
dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
58
Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang dipengaruhi keluarga
dengan kecenderungan PMM yaitu sebesar 44,6%, sedangkan yang tidak
dipengaruhi keluarga yaitu sebesar 61,5%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan
ada hubungan antara pengaruh keluarga dengan kecenderungan PMM pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P
value = 0,036, dengan OR = 0,505). Hal ini berarti mahasiswa yang dipengaruhi
keluarga memiliki peluang 0,505 kali untuk memiliki kecenderungan PMM
dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak dipengaruhi keluarga.
5.2.6 Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan pengaruh teman sebaya
dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji Chi-
Square disajikan pada tabel 5.17 berikut ini.
Tabel 5.17
Tabulasi Silang antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Kecenderungan PMM
pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Pengaruh Teman
Sebaya
Kecenderungan PMM Total
Nilai OR P
value Ya Tidak
N % N % N %
Dipengaruhi 27 31.8 58 68.2 85 100.0 0,159
0,084-0,304 0.000 Tidak Dipengaruhi 73 74.5 25 25.5 98 100.0
Jumlah 100 54.6 83 45.4 183 100.0
59
Berdasarkan tabel 5.17 hasil dari tabulasi silang antara pengaruh teman
sebaya dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang dipengaruhi
teman sebaya dengan kecenderungan PMM yaitu sebesar 31,8%, sedangkan yang
tidak dipengaruhi teman sebaya yaitu sebesar 74,5%. Hasil uji Chi-Square
menunjukkan ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan
kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,000, dengan OR = 0,159). Hal ini berarti
mahasiswa yang dipengaruhi teman sebaya memiliki peluang 0,159 kali untuk
memiliki kecenderungan PMM dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak
dipengaruhi teman sebaya.
5.2.7 Analisis Hubungan antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan riwayat pelecehan seksual
dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji Chi-
Square disajikan pada tabel 5.18 berikut ini.
60
Tabel 5.18
Tabulasi Silang antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan Kecenderungan
PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Riwayat
Pelecehan
Seksual
Kecenderungan PMM Total
Nilai OR P
value Ya Tidak
N % N % N %
Pernah 19 54.3 16 45.7 35 100.0 0,982
0,469-2,058 1.000 Tidak Pernah 81 54.7 67 45.3 148 100.0
Jumlah 100 54.6 83 45.4 183 100.0
Berdasarkan tabel 5.18 hasil dari tabulasi silang antara riwayat pelecehan
seksual dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang pernah
memiliki riwayat pelecehan seksual dengan kecenderungan PPM yaitu sebesar
54,3%, sedangkan yang tidak pernah memiliki riwayat pelecehan seksual yaitu
sebesar 54,7%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara
pengaruh riwayat pelecehan seksual dengan kecenderungan PMM pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P
value = 1,000).
5.2.8 Analisis Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan Kecenderungan
Perilaku Makan Menyimpang
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan kekerasan fisik dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas
61
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 dengan menggunakan uji Chi-
Square disajikan pada tabel 5.19 berikut ini.
Tabel 5.19
Tabulasi Silang antara Riwayat Kekerasan Fisik dengan Kecenderungan PMM
pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Riwayat
Kekerasan
Fisik
Kecenderungan PMM Total
Nilai OR P
value Ya Tidak
N % N % N %
Pernah 15 65.2 8 34.8 23 100.0 1,654
0,664-4,120 0.387 Tidak Pernah 85 53.1 75 46.9 160 100.0
Jumlah 100 54.6 83 45.4 183 100.0
Berdasarkan tabel 5.19 hasil dari tabulasi silang antara riwayat kekerasan
fisik dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang pernah
mengalami kekerasan fisik dengan kecenderungan PMM yaitu sebesar 65,2%
dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik yaitu sebesar
53,1%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara riwayat
riwayat kekerasan fisik dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,387).
62
5.2.9 Analisis Hubungan antara Pengaruh Media dengan Kecenderungan
Perilaku Makan Menyimpang
Media massa yang mempengaruhi perilaku makan menyimpang dibagi
kedalam tiga bagian yaitu media majalah, televisi dan internet. Berikut
pembagian kategori media :
1. Majalah
Hasil dari analisis bivariat antara keterpaparan media majalah dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dilihat pada tabel 5.20.
Tabel 5.20
Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Majalah dengan Kecenderungan
PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Majalah
Kecenderungan PMM Total
Nilai OR P
value Ya Tidak
N % N % N %
Pernah 46 53.5 40 46.5 86 100.0 0,916
0,511-1,641 0.883 Tidak Pernah 54 55.7 43 44.3 97 100.0
Jumlah 100 54.6 83 45.4 183 100.0
Berdasarkan tabel 5.20 hasil dari tabulasi silang antara keterpaparan
media majalah dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang
pernah terpapar majalah dengan kecenderungan PMM yaitu sebesar 53,5%
dibandingkan dengan yang tidak pernah terpapar majalah yaitu sebesar
55,7%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara
63
keterpaparan majalah dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,883).
2. Televisi
Hasil dari analisis bivariat antara keterpaparan media televisi dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dilihat pada tabel 5.21.
Tabel 5.21
Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Televisi dengan
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Televisi
Kecenderungan PMM Total
Nilai OR P
value Ya Tidak
N % N % N %
Pernah 72 56.7 55 43.3 127 100.0 1,309
0,697-2,459 0.498 Tidak Pernah 28 50.0 28 50.0 56 100.0
Jumlah 100 54.6 83 45.4 183 100.0
Berdasarkan tabel 5.21 hasil dari tabulasi silang antara keterpaparan
media televisi dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang
pernah terpapar televisi dengan kecenderungan PMM yaitu sebesar 56,7%,
sedangkan yang tidak pernah terpapar televisi yaitu sebesar 50%. Hasil uji
Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara keterpaparan media
televisi dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value = 0,498).
64
3. Internet
Hasil dari analisis bivariat antara keterpaparan media internet dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dilihat pada tabel 5.22.
Tabel 5.22
Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Internet dengan
Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Internet
Kecenderungan PMM Total
Nilai OR P
value Ya Tidak
N % N % N %
Pernah 66 57.9 48 42.1 114 100.0 1,415
0,776-2,581 0.326 Tidak Pernah 34 49.3 35 50.7 69 100.0
Jumlah 100 54.6 83 45.4 183 100.0
Berdasarkan tabel 5.22 hasil dari tabulasi silang antara keterpaparan
media internet dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 diketahui bahwa mahasiswa yang
pernah terpapar internet dengan kecenderungan PMM yaitu sebesar 57,9%
dibandingkan dengan yang tidak pernah terpapar internet yaitu sebesar
49,3%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara
keterpaparan media internet dengan kecenderungan PMM pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 (P value =
0,326).
65
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatan Penelitian
Pada penelitian ini memiliki keterbatasan yang memang tidak dapat dihindari
sehingga tidak menutup kemungkinan akan mempengaruhi hasil penelitian.
Keterbatasan tersebut adalah:
1. Pengukuran berat badan dan tinggi badan tidak dilakukan secara langsung untuk
menentukan IMT, dikarenakan jumlah responden yang cukup banyak dengan waktu
yang terbatas, sehingga kemungkinan responden hanya mengingat-ingat berat badan
dan tinggi badan terakhir. Hal ini yang kemudian dapat memungkinkan terjadinya
bias penelitian.
2. Kuisioner penelitian diadopsi dari penelitian sebelumnya dengan sedikit modifikasi
kategori jawaban pada pertanyaan untuk menentukan kecenderungan PMM sehingga
dapat terjadi bias penelitian disebabkan kuisioner penelitian bukan merupakan
intrumen standar.
3. Responden membawa pulang kuisioner penelitian, sehingga kemungkinan bias
penelitian disebabkan kuisioner penelitian bisa saja diisi oleh orang lain.
6.2 Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang
Kecenderungan perilaku makan menyimpang merupakan suatu kondisi dimana
seseorang dalam keadaaan yang mengarah kepada perilaku makan yang tidak normal
yang dapat membahayakan kesehatannya. Perilaku makan menyimpang atau yang biasa
66
disebut eating disorders adalah gangguan perilaku makan yang kompleks dan
memberikan efek pada kesehatan fisik atau mental atau keduanya (Fairburn, 2000 dalam
Garrow, 2000 dalam Hapsari, 2009). Perilaku makan menyimpang merupakan penyakit
kompleks yang disebabkan oleh kombinasi faktor, termasuk lingkungan, budaya, sosial,
psikologis, emosional, perilaku, individu, keluarga dan faktor biologis (NAMED, 2011).
Dari hasil penelitian, diketahui jumlah responden yang melakukan
kecenderungan perilaku makan menyimpang lebih tinggi yaitu sebesar 54,6%
dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan kecenderungan perilaku makan
menyimpang sebesar 45.4%. Kecenderungan perilaku makan menyimpang dalam
penelitian ini bukan berarti responden adalah penderita namun lebih kepada gejala-
gejala yang kemungkinan dapat mendorong mereka mengarah kepada perilaku makan
menyimpang.
Pengkategorian kecenderungan perilaku makan menyimpang yang dimaksud
pada penelitian ini adalah anorexia nervosa, bulimia nervosa, binge eating disorder dan
nocturnal eating syndrome. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa yang memiliki
gejala kecenderungan Anorexia Nervosa sebesar 56,8%, mahasiswa yang memiliki
gejala kecenderungan Bulimia Nervosa sebesar 69,9%, mahasiswa yang memiliki gejala
kecenderungan Binge Eating Disorder (BED) sebesar 66,1% dan mahasiswa yang
memiliki gejala kecenderungan Nocturnal Eating Syndrome (NES) sebesar 45,9%.
Kecenderungan perilaku makan menyimpang berawal dari adanya diet yang
menggunakan cara-cara tidak wajar dalam upaya penurunan berat badan. Alasan dari
beberapa responden melakukan diet sebesar 25,7% menyatakan agar tampak menarik,
67
12,6% menyatakan saran dari orang tua dan 13,1% saran dari teman. Adapun pertama
kali diet lebih banyak terjadi pada saat kuliah yaitu sebesar 15,3%.
Kecenderungan perilaku makan menyimpang pada penelitian ini lebih tinggi
daripada yang tidak melakukan perilaku makan menyimpang. Hal ini disebabkan karena
responden yang ikut dalam penelitian ini masih termasuk kedalam kategori remaja akhir
yang rata- rata berusia antara 18-21 tahun (Suryanah, 1996). Biasanya remaja yang
tergolong pada kategori remaja akhir masih cenderung memperhatikan penampilan
fisiknya, dimana masih mengalami masa perubahan besar secara biologis, fisik dan
psikologis sehingga rentan terhadap perilaku makan menyimpang. Remaja sering rentan
terhadap tekanan masyarakat dan sering merasa tidak aman, sehingga hal tersebut
menjadi faktor-faktor yang meningkatkan risiko untuk melakukan perilaku diet secara
ekstrim (NEDC, 2012).
Ketika remaja khususnya remaja perempuan mengalami tekanan tersebut
kemudian memutuskan untuk berdiet maka mereka dihadapkan pada dua pilihan cara
untuk berdiet antara diet sehat atau tidak sehat. Diet yang sehat tidak akan menimbulkan
efek samping bagi tubuh, tetapi diet tidak sehat akan berdampak buruk pada kesehatan.
Contohnya diet yang berlebihan dengan cara berpuasa terus menerus, berolahraga
setelah makan, menggunakan obat pencahar akan mengganggu metabolisme makanan
dalam tubuh yang apabila keadaan demikian berlangsung lama maka kemudian akan
menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang dibutuhkan. Akibatnya tubuh tidak lagi
mampu memenuhi kebutuhan zat gizi sehingga dapat menyebabkan diantaranya adalah
suhu badan menurun disebabkan kehilangan lemak, metabolisme tubuh menurun
disebabkan kekurangan hormon tiroid, angka kecepatan jantung menurun, mudah lelah,
68
mudah pingsan, sering mengantuk, anemia karena kekurangan asupan zat gizi, kulit
kasar, kering, bersisik dan dingin, jumlah sel darah putih yang rendah disebabkan karena
kurangnya asupan zat gizi, meningkatnya risiko untuk mengalami penyakit infeksi,
tekanan darah rendah, hilangnya masa tulang, menurunnya massa otot, kerusakan pada
gigi, tidak teraturnya menstruasi dan yang terakhir dapat menyebabkan kematian.
Dengan demikian, untuk mengantisipasi meningkatnya kejadian perilaku makan
menyimpang pada mahasiswa FKIK sebaiknya mahasiswa jangan menganggap bahwa
penampilan fisik adalah yang utama mempengaruhi kepercayaaan diri.
6.3 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang
Pada saat mulai memasuki usia remaja, seseorang perempuan akan mengalami
peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk ideal,
sedangkan remaja laki-laki yang mengalami peningkatan lemak tubuh tidak jauh
berbeda dengan perempuan dan akan menjadi lebih puas ketika massa otot yang
meningkat. Perbedaan perubahan fisik ini akan menyebabkan remaja cenderung untuk
mengidealkan bentuk tubuhnya dengan cara mengontrol berat badannya melalui diet.
Gibney, et all (2009) menyatakan bahwa perempuan lebih memberikan perhatiannya
terhadap penurunan berat badan dibandingkan dengan laki-laki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak ikut dalam
penelitian ini sebesar 84,7% sementara laki-laki hanya 15,3%. Hasil tabulasi silang
antara jenis kelamin dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang menunjukkan
perempuan lebih tinggi memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang sebesar
69
56,1% dibandingkan dengan laki-laki sebesar 46,4%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kecenderungan perilaku makan
menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
tahun 2012 (P value = 0,458).
Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kecenderungan perilaku
makan menyimpang dimungkinkan karena citra tubuh lebih mempengaruhi perilaku
makan menyimpang. Seperti yang diungkapkan oleh Gibney, et all (2009) bahwa
perempuan lebih memperhatikan penurunan berat badannya, akibatnya perempuan lebih
peka terhadap citra tubuhnya daripada laki-laki. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
menghubungkan antara jenis kelamin dengan citra tubuh dimana didapatkan hasil bahwa
persentase perempuan yang merasa dirinya gemuk lebih tinggi yaitu sebesar 71,6%
dibandingkan laki-laki sebesar 67,9%. Bagi perempuan yang mengalami kecenderungan
perilaku makan menyimpang dampak yang akan ditimbulkan seperti adanya gangguan
pada periode menstruasi dan gangguan kehamilan.
Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa perempuan lebih
tinggi memiliki perilaku makan mnyimpang daripada laki-laki. Penelitian yang
dilakukan Hudson (2007) dalam Erdiantono (2009) didapatkan persentase wanita
sebesar 0,9% dan 0,3% laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya ketidakpuasan terhadap
tubuh yang biasa terjadi pada saat seseorang memasuki usia remaja.
70
6.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi
perilaku seseorang dalam bertindak. Hasil analisis univariat menunjukkan mahasiswa
berpengetahuan baik sebesar 80,9% dan yang berpengetahuan kurang baik sebesar
19,1%. Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang antara pengetahuan dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang diketahui sebanyak 62,9% responden yang
berpengetahuan kurang baik mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan yang kurang baik akan mempengaruhi
perilaku seseorang sehingga pengetahuan yang rendah akan mempengaruhi seseorang
untuk melakukan perilaku makan menyimpang.
Hasil uji statistik memperlihatkan tidak adanya hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan p-value
sebesar 0,370. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2009) yang
menyatakan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan kecenderungan perilaku
makan menyimpang.
Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa perilaku yang tampak pada
seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, yang tergolong kedalam
faktor internal adalah berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan
sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar, sedangkan faktor eksternal
meliputi pengaruh orang lain dan hasil-hasil kebudayaan. Tidak adanya hubungan antara
pengetahuan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dalam penelitian ini
kemungkinan disebabkan oleh faktor internal lain seperti persepsi citra tubuh. Hal ini
71
dapat terlihat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa orang dengan pengetahuan
kurang baik yang memang memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang
ternyata mereka yang merasa gemuk (72,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan mereka
yang tidak merasa gemuk (27,7%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang
yang berpengetahuan kurang baik lebih cenderung merasa dirinya gemuk. Hal ini
dikarenakan orang yang memiliki informasi yang kurang akan mempengaruhi hasil
persepsi terhadap suatu objek yang membentuk suatu perilaku. Akibatnya, dalam
penelitian ini orang dengan pengetahuan kurang baik cenderung memiliki persepsi yang
rendah terhadap citra tubuhnya. Oleh karena itu, sebaiknya responden meningkatkan
pengetahuannya sehingga akan meningkatkan pula persepsi terhadap tubuhnya menjadi
lebih baik dan dengan demikian akan terhindar dari kecenderungan perilaku makan
menyimpang.
6.5 Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang
Rasa percaya diri seseorang dianggap berperan dalam menentukan perilaku
seseorang seperti berpengaruh terhadap perilaku makannya. Rasa percaya diri erat
kaitannya dengan citra tubuh. Rasa percaya diri yang rendah juga merupakan salah satu
karakteristik remaja wanita yang mengalami penyimpangan perilaku makan. Mereka
merasa jika mereka tidak dapat mencapai apa yang diinginkan oleh lingkungan
sekitarnya kemudian mereka berusaha menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan sekitar
dengan menempuh cara-cara yang ekstrim (Eating Disorders Venture, 2006 dalam
Erdiantono, 2009). Rasa percaya diri dapat digambarkan dengan harga diri, harga diri
72
rendah telah diidentifikasi oleh studi penelitian banyak orang sebagai faktor risiko
umum untuk pengembangan gangguan perilaku makan. Harga diri yang kuat telah
diidentifikasi sebagai penting untuk kesejahteraan psikologis dan untuk memperkuat
kemampuan untuk melawan tekanan budaya (NEDC, 2011).
Pada penelitian ini, hasil analisis univariat menunjukkan 63,9% mahasiswa
memiliki tingkat kepercayaan diri rendah. Hasil analisis univariat pada penelitian
Hapsari (2009) juga menunjukkan angka yang besar pada kriteria tingkat kepercayaan
diri rendah sebesar 89,2%. Hasil analisis tabulasi silang antara tingkat kepercayaan diri
dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang menunjukkan mahasiswa dengan
tingkat kepercayaan diri rendah mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang
yaitu sebesar 58,1%. Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik
memperlihatkan tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,270. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2009) bahwa menunjukkan tidak
adanya hubungan antara tingkat kepercayaan diri dengan kecenderungan perilaku makan
menyimpang.
Tidak adanya hubungan antara tingkat kepercayaan diri dengan kecenderungan
perilaku makan menyimpang mungkin disebabkan rasa percaya diri yang diukur dalam
penelitian ini merupakan rasa percaya diri secara umum, serta mereka yang memiliki
tingkat kepercayaan diri rendah tidak sepenuhnya disebabkan oleh berat badan atau
bentuk tubuh atau menitik beratkan rasa percaya diri pada tampilan fisik. Namun
menurut Eating Disorder Venture (2006) dalam Putra (2008) rasa percaya diri erat
kaitannya dengan citra tubuh. Jika dikaitkan dengan citra tubuh diketahui bahwa 71%
73
responden menganggap dirinya gemuk dan hal ini yang kemungkinan dapat menjadi
alasan responden yang merasa gemuk memiliki tingkat kepercayaan diri rendah. Hasil
penyilangan antara variabel percaya diri dengan citra tubuh membuktikan bahwa 73,5%
responden yang dengan tingkat percaya diri rendah merasa dirinya gemuk.
Kemungkinan lain ada tekanan dari luar seperti teman sebaya yang secara tidak
langsung mempengaruhi mereka sehingga mereka merasa tidak percaya diri. Ketika
dibuktikan dengan penyilangan antara variabel percaya diri dengan pengaruh teman
sebaya maka didapatkan hasil adanya hubungan antara kedua variabel tersebut. Dengan
demikian sesuai dengan pendapat Wardlaw (2002) dalam Putra (2008) yang menyatakan
bahwa di usia remaja meupakan usia dimana pengakuan sosial sangat dibutuhkan. Hal
tersebut dapat memperburuk rasa percaya diri mereka dan sebagai jalan pintas mereka
bisa saja mengadopsi cara-cara yang ekstrim untuk dapat segera mengikuti tren yang
ada. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan rasa percaya diri dalam diri responden
yang merasa dirinya rendah diri sehingga dengan demikian responden tidak akan
terpengaruh oleh tekanan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri.
6.6 Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang
Citra tubuh yang buruk dapat berkontribusi pada kesehatan mental dan fisik,
fungsi sosial yang lebih rendah dan pilihan gaya hidup yang buruk. Ketidakpuasan
terhadap bentuh tubuh dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku untuk
mengendalikan berat badan dengan cara ekstrim. Ketidakpuasan bentuk tubuh juga
74
dikaitkan dengan depresi dan rendah diri dan hal ini ditemukan pada remaja putri di
Australia (NEDC, 2012).
Seperti yang telah dikemukakakn oleh NEDC (2012) dapat disimpulkan bahwa
citra tubuh merupakan sebuah persepsi seseorang mengenai tampilan fisik tubuhnya
seperti ukuran tubuhnya, bentuk dan beratnya. Field (2001) mengemukakan bahwa
terdapat dua karakteristik psikologi individual yang memiliki potensi kuat dalam
membangun citra tubuh yang sah yaitu internalisasi nilai “kurus adalah ideal” dan
perbandingan bentuk tubuh. Thompson (2004) juga membuktikan bahwa internalisasi
nilai “kurus adalah ideal” berhubungan dengan ketidakpuasaan penampilan jangka
pendek pada remaja putri dan mahasiswa terkait media.
Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan 71,0% mahasiswa merasa
gemuk dan 29,0% mahasiswa tidak merasa gemuk. Jelas terlihat mahasiswa yang
menyebutkan dirinya gemuk lebih banyak daripada yang tidak merasa gemuk.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara persepsi citra tubuh dengan kecenderungan
perilaku makan menyimpang diketahui 61,5% mahasiswa merasa dirinya gemuk yang
mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik memperlihatkan
adanya hubungan yang bermakna antara persepsi citra tubuh dengan kecenderungan
perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,006 dan didapatkan nilai OR =
2,640 (95% CI ; 1,367-5,099) yang artinya responden yang merasa gemuk memiliki
peluang 2,640 kali lebih besar untuk memiliki kecenderungan perilaku makan
menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak merasa dirinya gemuk.
75
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2009) yang
menyebutkan bahwa adanya hubungan antara persepsi citra tubuh dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Aini (2009) menyatakan responden yang merasa dirinya gemuk akan memiliki peluang
sebesar 7,8 kali lebih besar untuk mengalami kecenderungan perilaku makan
menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak merasa dirinya gemuk. Hal ini
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2009) yang menyatakan
proporsi yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang lebih banyak
pada responden yang mengalami distorsi citra tubuh. Serta sesuai pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fairburn, et al (1998) yang menyatakan bahwa evaluasi diri yang
negatif berhubungan dengan kejadian perilaku makan menyimpang.
Adanya hubungan antara persepsi citra tubuh dengan kecenderungan perilaku
makan menyimpang kemungkinan disebabkan oleh adanya tingkat kepercayaan diri
yang rendah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh NEDC (2012) bahwa orang
yang merasa dirinya gemuk memiliki rasa percaya diri yang rendah. Hal tersebut dapat
dibuktikan pada hasil penelitian ini ternyata orang yang merasa dirinya gemuk lebih
tinggi memiliki kepercayaan diri rendah sebesar 64,5%. Selain itu kemungkinan teman
sebaya dan media ikut berperan dalam penyebarluasan tren gaya hidup seperti yang
diungkapkan oleh Thompson (2004), dapat dibuktikan dengan menyilangkan antara
pengaruh teman sebaya dengan citra tubuh dan hasilnya membuktikan bahwa ada
hubungan antara kedua variabel tersebut (p-value= 0,000). Ketika media massa
dihubungkan dengan citra tubuh hasilnya juga membuktikan adanya hubungan antara
media massa dengan citra tubuh (p-value= 0,041).
76
Oleh karena itu, responden perlu meningkatkan penilaian positif pada dirinya dan
rasa kepercayaan dirinya agar tidak memiliki persepsi yang rendah terhadap dirinya
sendiri sehingga tidak akan memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang.
6.7 Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang
Pengaruh keluarga diduga memegang peranan penting dalam memicu terjadinya
perilaku makan menyimpang. Kadang-kadang keluarga sengaja menciptakan lingkungan
yang mendorong dan memberikan tekanan pada anak-anak untuk menjadi kurus,
menggoda anak tentang kelebihan berat badan, tidak mengizinkan untuk
mengekspresikan perasaan secara terbuka, memiliki harapan harapan terlalu tinggi pada
anak, overprotective dan tidak efektif dalam menangani konflik. Sehingga meningkatkan
risiko anak untuk memiliki gangguan perilaku makan (NAMED, 2011).
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui dari 40,4% mahasiswa terpengeruh
oleh keluarga dan 59,6% tidak terpengaruh oleh keluarga. Hasil tabulasi silang antara
pengaruh keluarga dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang diketahui 44,6%
mahasiswa yang terpengaruh oleh keluarga mengalami kecenderungan perilaku makan
menyimpang. Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik
memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara pengaruh keluarga dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,036 dan
didapatkan nilai OR = 0,505 (95% CI ; 0,277-0,919) yang artinya responden yang
terpengaruh oleh keluarga memiliki peluang 0,505 kali lebih besar untuk memiliki
77
kecenderungan perilaku makan menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak
terpengaruh oleh keluarga.
Hal tersebut telah sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh NAMED
(2011) yang menyatakan bahwa keluarga memiliki peranan penting dalam memicu
terjadinya perilaku makan menyimpang. Hal ini sesuai dengan Tiemeyer (2007) dalam
Hapsari (2009) yang juga menyatakan bahwa komentar dari orang tua atau anggota
keluarga lain seputar berat badan atau bentuk tubuh juga memiliki efek yang besar
dalam perannya sebagai pemicu perilaku makan menyimpang. Oleh karena itu,
responden tidak perlu memperhatikan apa yang dikatakan oleh anggota keluarga
terhadap bentuk tubuhnya. Dalam hal ini berarti responden perlu meningkatkan rasa
percaya diri agar tidak terpengaruh oleh keluarga mengenai bentuk tubuh dan berat
badan. Sehingga kecenderungan perilaku makan menyimpang dapat dihindari.
6.8 Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Kecenderungan Perilaku
Makan Menyimpang
Remaja dan dewasa muda sangat rentan terhadap gangguan perilaku makan,
karena mereka berusaha untuk menemukan identitas mereka ketika mereka beranjak dari
masa kanak-kanak menjadi dewasa. Mereka membandingkan diri mereka dengan orang
lain dan lebih sensitif atas pandangan orang lain terhadap mereka. Mereka ingin
menyesuaikan diri dan dikagumi oleh teman-teman mereka. Mereka sangat menghargai
pendapat rekan-rekan mereka. Akibatnya, remaja sangat ingin di nilai "keren" oleh
orang-orang disekitar mereka (NAMED, 2011).
78
Dalam penelitian ini, hasil univariat menunjukkan 46,6% pernah terpengaruh
oleh teman sebaya dan 53,6% tidak pernah terpengaruh oleh teman sebaya. Hal tersebut
tidak beda jauh dengan penelitian Hapsari (2009) karena tidak lebih dari 50% responden
pernah mengalami kritik dari teman sebaya. Sedangkan hasil tabulasi silang antara
pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang diketahui
responden yang terpengaruh oleh teman sebaya yang mengalami kecenderungan
perilaku makan menyimpang yaitu sebanyak 27 orang responden (31,8%).
Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik memperlihatkan
adanya hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan
perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,000 dan didapatkan nilai OR =
0,159 (95% CI ; 0,084-0,304) yang artinya responden yang terpengaruh oleh teman
sebaya memiliki peluang 0,159 kali lebih besar untuk memiliki kecenderungan perilaku
makan menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak terpengaruh oleh teman
sebaya. Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2009) juga mengemukakan adanya
hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan perilaku makan
menyimpang.
Adanya hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan perilaku
makan menyimpang telah sesuai dengan yang dikemukakan oleh NAMED (2011) yang
menyatakan bahwa remaja ingin sekali terlihat keren diantara teman-temannya. Selain
itu, hal ini sesuai dengan teori Peer Cluster yang memandang pentingnya pengaruh
lingkungan dalam membentuk perilaku seseorang. Dalam perkembangan
kepribadiannya, remaja sangat mendambakan penerimaan dari teman sebayanya.
Penerimaan dari kelompok ini merupakan suatu bagian dari upaya mencari identitas diri
79
(Sarwono, 2000). Oleh karena itu, responden tidak perlu selalu ingin terlihat sama
dengan teman sebaya. Dalam hal ini berarti responden perlu meningkatkan rasa percaya
diri agar tidak terpengaruh. Sehingga kecenderungan perilaku makan menyimpang dapat
dihindari.
6.9 Hubungan antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan Kecenderungan Perilaku
Makan Menyimpang
Pelecehan seksual dianggap sebagai salah satu pemicu yang dapat menimbulkan
penyimpangan perilaku makan (Tiemeyer, 2007 dalam Putra, 2008). Penelitian Moore,
et al (2002) melaporkan adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan
penyimpangan perilaku makan baik pada perempuan kulit putih ataupun kulit hitam.
Pada penelitian ini, hasil analisis univariat menunjukkan sebesar 19,1%
mahasiswa pernah mengalami pelecehan seksual dan 80,9% tidak pernah mengalami
pelecehan seksual. Hasil analisis tabulasi silang antara riwayat pelecehan seksual dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang sebesar 54,3% responden dengan adanya
riwayat pelecehan seksual mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik memperlihatkan
tidak adanya hubungan antara riwayat pelecehan seksual dengan kecenderungan perilaku
makan menyimpang dengan p-value sebesar 1,000.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2009) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pelecehan seksual dengan kecenderungan
perilaku makan menyimpang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2008)
80
juga tidak menemukan adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Tidak adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan kecenderungan
perilaku makan menyimpang mungkin disebabkan karena pelecehan seksual tidak selalu
menjadi faktor yang terkuat untuk melakukan perilaku makan menyimpang tetapi masih
banyak faktor lain yang mampu mempengaruhi adanya perilaku makan menyimpang
dan dapat dilihat pula jumlah distribusi responden yang mengalami pelecehan seksual
lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang tidak mengalami pelecehan seksual. Selain
itu kemungkinan seperti yang diungkap oleh Mazzeo (2008) perlunya evaluasi lebih
lanjut tentang pengaruh potensial dari fungsi keluarga terhadap hubungan pelecehan
seksual dengan perilaku makan menyimpang.
6.10 Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang
Kekerasan fisik merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam
terbentuknya perilaku makan menyimpang. Sebuah studi yang dilakukan oleh Fairburn
dan rekan (1999) menemukan bahwa kekerasan fisik yang pernah berulang kali yang
dialami oleh perempuan berhubungan secara signifikan sebagai salah satu faktor risiko
anoreksia nervosa. Moore, et al (2002) melaporkan bahwa para perempuan kulit putih
dan kulit hitam penderita BED mengalami kekerasan fisik lebih tinggi secara
signifikan daripada objek pembanding yang sehat. Moore, et al (2002) juga
mengindikasikan adanya hubungan antara kekerasan fisik pada berbagai tingkat
keparahan dengan binge-eating disorder.
81
Berdasarkan hasil analisis univariat pada penelitian ini, sebagian besar
mahasiswa tidak pernah mengalami kekerasan fisik yaitu sebesar 87,4%. Hasil analisis
tabulasi penelitian diketahui 65,2% responden dengan adanya riwayat kekerasan fisik
yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik memperlihatkan
tidak adanya hubungan antara riwayat kekerasan fisik dengan kecenderungan perilaku
makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,387. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
sebelumnya pada penelitian-penelitian sebelumnya, salah satunya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Aini (2009) karena penelitian sebelumnya mengemukakan tidak adanya
hubungan yang bermakna antara kekerasan fisik dengan kecenderungan perilaku makan
menyimpang.
Tidak adanya hubungan antara kekerasan fisik dengan kecenderungan perilaku
makan menyimpang mungkin disebabkan distribusi responden yang pernah mengalami
kekerasan fisik lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan yang tidak pernah
mengalami kekerasan fisik dan tidak selalu yang mengalami kekerasan fisik memilih
untuk melakukan perilaku makan menyimpang.
6.11 Hubungan antara Pengaruh Media dengan Kecenderungan Perilaku
Makan Menyimpang
Media merupakan sumber utama yang mencerminkan dan memperkuat cita-cita
daya tarik fisik yang menggambarkan karakteristik maskulin dan feminin. Biasanya
wanita cenderung disajikan dalam media sebagai sosok yang langsing, lemah, dan
rentan, sementara pria digambarkan sebagai sosok yang kuat, berotot dan energik
82
(NAMED, 2011). Orang yang menganggap hal tersebut memiliki risiko lebih besar
terkena ketidakpuasan tubuh yang dapat menyebabkan gangguan perilaku makan yang
mengarah kepada perilaku makan menyimpang.
Dalam sebuah laporan tahun 1999 berjudul, "Laki-laki: Pesan Media Tentang
Maskulinitas". Sebuah organisasi yang meneliti dampak dari media pada anak-anak
menyimpulkan bahwa penggambaran manusia melalui media memperkuat sikap sosial
yang memiliki pranala maskulinitas kekuasaan, kontrol dan dominasi. Gambar
dikomunikasikan melalui media massa seperti televisi, majalah dan iklan yang tidak
realistis, digunakan untuk mencapai citra budaya sehingga dianggap sebagai
'kesempurnaan' namun sebenarnya tidak benar-benar ada. Implikasinya adalah bahwa
jika seseorang meniru selebriti atau membeli produk pengiklan, Anda akan menjadi
sukses, dikagumi dan menarik secara seksual (NAMED, 2011).
Menurut Hasil analisis univariat menunjukkan 9,3% mahasiswa sering terpapar
majalah, 19,1% sering terpapar televisi dan 24,0% sering terpapar internet. Dari semua
media yang ada ternyata mahasiswa lebih sering mengakses internet daripada majalah
dan televisi. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara keterpaparan media dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang didapatkan p-value sebesar 0,883 untuk
media majalah, p-value sebesar 0,498 untuk media televisi dan p-value sebesar 0,326
untuk media internet. oleh karena itu, karena p-value selalu menunjukkan > 0,05 maka
dinyatakan tidak adanya hubungan antara keterpaparan oleh majalah dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Tidak adanya hubungan antara media dengan kecenderungan perilaku makan
menyimpang disebabkan karena menurut hasil penelitian mahasiswa yang menganggap
83
majalah yang mereka baca tidak pernah membaca majalah yang berkaitan dengan gaya
hidup. Hal ini dapat dilihat dari persentase mahasiswa yang tidak pernah menemukan
majalah mengenai gaya hidup lebih tinggi yaitu sebesar 53%. Begitu pula dengan media
televisi dan internet cenderung lebih tinggi pada mahasiswa yang jarang menemukan
topik yang membahas tentang gaya hidup.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gonzalez, et al (2003)
yang menemukan bahwa media massa berperan dalam onset perilaku makan
menyimpang dan Field, et al (1999) yang menyatakan media massa berperan dalam
informasi bentuk tubuh ideal kurus yang tidak realistis. Hal tersebut karena pada
kenyataannya media massa pada penelitian ini tidak memiliki hubungan yang dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang.
84
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Mahasiswa dengan kecenderungan PMM lebih tinggi sebesar 54,6%. Berdasarkan
prodi, mahasiswa prodi keperawatan lebih tinggi memiliki kecenderungan PMM
sebesar 63%.
2. Mahasiswa dengan kecenderungan PMM berdasarkan kriteria Anorexia Nervosa
sebesar 56,8%, Bulimia Nervosa sebesar 69,9%, Binge Eating Disorder (BED)
sebesar 66,1% dan Nocturnal Eating Syndrome (NES) sebesar 45,9%.
3. Gambaran faktor individu diantaranya adalah lebih banyak jumlahnya yang merasa
dirinya gemuk, jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki, lebih
banyak responden yang berpengetahuan baik dan lebih banyak responden memiliki
rasa percaya diri rendah.
4. Gambaran faktor lingkungan diantaranya adalah lebih banyak responden tidak
dipengaruhi keluarga, dipengaruhi teman sebaya, tidak pernah mengalami pelecehan
seksual, tidak pernah mengalami kekerasan fisik dan sering mengakses internet.
5. Faktor individu yang menunjukkan adanya hubungan dengan kecenderungan PMM
yaitu variabel citra tubuh, sedangkan variabel jenis kelamin, pengetahuan, rasa
percaya diri tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kecenderungan PMM.
Variabel citra tubuh tidak berhubungan dengan PMM karena adanya ketidakpuasan
terhadap bentuk tubuh.
85
6. Faktor lingkungan yang menunjukkan adanya hubungan dengan kecenderungan
PMM yaitu variabel pengaruh keluarga dan pengaruh teman sebaya, sedangkan
variabel pelecehan seksual, kekerasan fisik, keterpaparan media tidak menunjukkan
adanya hubungan dengan kecenderungan PMM. Variabel pengaruh keluarga dan
pengaruh teman sebaya berhubungan dengan PMM karena adanya rasa percaya diri
yang rendah pada diri responden dan adanya keinginan untuk dapat diterima oleh
teman-teman dan keluarga.
7.2 Saran
1. Diharapkan pihak fakultas dapat membuat program pemantauan kesehatan dan
konseling psikologis khususnya pada mahasiswa yang memiliki kecenderungan
PMM.
2. Diharapkan pihak fakultas dapat memberikan sosialisasi dan promosi kesehatan
dengan menggunakan poster dan leaflet gratis mengenai pola makan yang sehat,
membenarkan persepsi mengenai berat badan ideal, meningkatkan toleransi antara
sesama, meningkatkan rasa percaya diri dan menekankan bahwa PMM memiliki
banyak sekali dampak buruk terhadap kesehatan. Sehingga, kemungkinan besar
kejadian PMM dapat dicegah sedini mungkin.
3. Diharapkan penelitian selanjutnya meneliti lagi faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kecenderungan PMM lebih banyak lagi seperti kemungkinan faktor budaya
setempat, genetik, sosial ekonomi, dll.
86
4. Diharapkan penelitian selanjutnya mempertimbangkan jumlah responden untuk
kuantitatif dan melanjutkan penelitian dengan memanfaatkan data kuantitatif untuk
penelitian kualitatif.
86
DAFTAR PUSTAKA
Aini, M.K. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang Pada Mahasiswi Penghuni Asrama Putri UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2009 (Skripsi). UIN Jakarta. 2009.
Andea, Raisa. Hubungan Antara Body Image dan Perilaku Diet Pada Remaja. (Skripsi).
Fakultas Psikologi Universitas SUMUT. Sumatera Utara. 2010.
Ariawan, Iwan. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok: Jurusan
Biostatistika dan Kependudukan. FKM UI. 1998.
Chandra, Budiman. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC. 2008.
Effendi, Ferry dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba
Medika. 2009.
Erdiantono, S.D. Hubungan Antara Faktor Individu dan Faktor Lingkungan Dengan
Kecenderungan Penyimpangan Perilaku Makan Pada Mahasiswi Jurusan
Administrasi Perkantoran dan Sekretaris, Fisip-UI Tahun 2009, (Skripsi). FKM
UI, Depok. 2009.
Fairburn, C.G. et al. Risk Factors for Binge Eating DisorderA Community-Based, Case-
Control Study. 1998. Dari www.archgenpsychiatry.com . Diakses pada tanggal 01
Juli 2012, pukul 15:00 WIB.
Field, A.E. et al. Relation of Peer and Media Influences to the Development of Purging
Behaviors Among Preadolescent and Adolescent Girls. 1999. Dari
:http://pediatrics.aappublications.org/content/107/1/54.full.pdf+html. Diakses pada
tanggal 29 Desember 2012, pukul 23:00.
______________. Peer, Parent, and Media Influences on the Development of Weight
Concerns and Frequent Dieting Among Preadolescent and Adolescent Girls and
Boys. 2001. Dari:
http://pediatrics.aappublications.org/content/107/1/54.full.pdf+html . Diakses pada
tanggal 29 Desember 2012, pukul 22:50 WIB.
Gibney, et all. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. 2009.
Gonzalez, M.A. et al., Parental Factors, Mass Media Influences and the Onset of Eating
Disorders in a Prospective Population-Based Cohort, Pediatrics, vol. 111, no. 2,
pp. 315- 320. 2003. Dari:
http://www.pediatricsdigest.mobi/content/111/2/315.full.pdf+html. Diakses pada
tanggal 27 Juni 2012, pukul 10:27 WIB.
87
Hapsari, Ismira. Hubungan Faktor Personal dan Faktor Lingkungan dengan
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Pada Kalangan Model Di OQ
Modelling School Jakarta Selatan Tahun 2009. (Skripsi). FKM UI, Depok. 2009.
Haines, J. et al., Weight Teasing and Disordered Eating Behaviors in Adolescents:
Longitudinal Findings From Project EAT (Eating Among Teens). Pediatrics,
vol.117, no. 2, pp. e209-e215. 2006 Dari:
http://www.pediatricsdigest.mobi/content/117/2/e209.full.pdf+html. Diakses pada
tanggal 27 Juni 2012, pukul 10:28 WIB.
Krummel, D.M. & Penny M. K. (ed). Nutrition in Women’s Health, Aspen Publisher’s
Inc, Maryland. 1996.
Mazzeo, S.E & Dorothy L.E. 2002, “Association Between Childhood Physical and
Emotional Abuse and Disordered Eating Behaviors in Female
Undergraduates: An Investigation of the Mediating Role of Alexithymia and
Depression”, Journal of Counseling Psychology [Online], vol. 49, no. 1, pp. 86-
100. Dari: American Psychological Association, Inc. diakses pada tanggal 3
Desember 2012, pukul 10:05 WIB.
Moore, et. al. Abuse, Bullying, and Discrimination as Risk Factors for Binge Eating
Disorder. 2002. Dari:
http://www.pn.psychiatryonline.org/data/Journals/AJP/3742/1902.pdf . diakses
tanggal 27 juni 2012, 10:28 WIB.
National Assosition of Male with Eating Disorder (NAMED). 2011. Dari:
http://www.namedinc.org/riskfactors.asp. Diakses pada tanggal 29 Desember
2012, pukul 13:05 WIB.
National Eating Disorder Collaboration (NEDC). Risk factors: What causes an eating
disorder?. 2012. Dalam http://www.nedc.com.au/risk-factors. Diakses pada
tanggal 29 Desember 2012, 12:31 WIB.
Nasution, Rozaini. Teknik Sampling. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara. 2003.
Neumark-Sztainer, Dianne, et al. Nutrition Throughout The Life Cycle. Singapore: Mc
Graw Hill. 1996.
Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
2003.
88
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Peneitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rineka
Cipta. 2005.
Proverawati, Atikah. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan Pada Remaja.
Yogyakarta : Nuha Medika. 2010.
Putra, Wahyu K.Y. Gambaran dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kecenderungan Penyimpangan Perilaku Makan pada Siswi SMAN 70 Jakarta
Selatan Tahun 2008,(Skripsi). FKM UI, Depok. 2008.
Sabri, Luknis. & Susanto P.H. Statistik Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers.
2009.
Sarafino, Edward P. Health Psychology: Biopsycososial Interaction, fifth edition.
United States of America: John Wilwy & Sons, Inc. 2006.
Sarwono, Sarlino Wirawan. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang. 2000.
Sztainer, D. N. & Peter J.H. 2000, “Weight-Related Behaviors Among Adolescent
Girls and Boys” Archives Pediatrics Adolescent Medicine. vol. 154, pp. 569-577.
Dari: www.archpediatrics.com. Diakses pada tanggal 29 Desember 2012, pukul
17:02 WIB.
Sudarma, Momon. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. 2008.
Sumantri, Arif. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana. 2011.
Suryanah. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC. 1996.
Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua. Jakarta :
Rajawali Pers. 2011.
Thompson, J.K. Handbook of Eating Disorders & Obesity. New Jersey: John Wiley &
Sons, Inc. 2004.
Wong, Donna L et al. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Ed.6, Vol. Jakarta : EGC. 2009.
Identitas responden
1
KUESIONER SURVEI TENTANG FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MAKAN
MENYIMPANG PADA REMAJA DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN,
UIN SYARIF HIDAYATULLAH, JAKARTA TAHUN 2012
DAFTAR PERTANYAAN PERILAKU MAKAN MENYIMPANG
Item Pertanyaan
Ruang Entry
(Diisi Pengumpul
Data)
A. Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang
A1. Apakah kamu merasa gemuk?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A2. Apakah kamu merasa takut menjadi gemuk atau bertambah berat badan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A3. Apakah berat badan kamu mempengaruhi tingkat kepercayaan diri kamu?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A4. Apakah bentuk tubuh kamu mempengaruhi tingkat kepercayaan diri kamu?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A5. Apakah kamu pernah makan dalam jumlah yang amat banyak menurut orang-orang sekitar kamu?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A6. Apakah kamu pernah merasa tidak dapat berhenti makan atau sulit mengendalikan banyaknya
makanan yang kamu makan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A7. Apakah kamu pernah makan lebih cepat dari biasanya?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A8. Apakah kamu pernah makan sampai kamu merasa kekenyangan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A1 [ ]
A2 [ ]
A3 [ ]
A4 [ ]
A5 [ ]
A6 [ ]
A7 [ ]
A8 [ ]
(Salam). Kami Peneliti dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami sedang melakukan
penelitian untuk meningkatkan Program gizi dan kesehatan reproduksi remaja. Kami akan bertanya mengenai beberapa hal, termasuk di dalamnya mengenai Pemilihan Makanan, Perilaku Makan Menyimpang dan Seputar
kesehatan Reproduksi. Pengisian kuesioner ini akan berlangsung tidak lebih dari 1 jam. Besar harapan kami anda dapat mengisi kuesioner ini secara lengkap dan jujur.
Jawaban anda akan kami rahasiakan sehingga tidak seorangpun akan mengetahuinya, Kemudian akan dibawa
dan disimpan, dan hanya beberapa orang dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sponsor
dari penelitian ini yang diizinkan melihatnya. Setelah penelitian selesai, kuesioner ini akan dimusnahkan. Jawaban anda tidak akan berdampak negatif terhadap proses pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Salam,
Peneliti
LAMPIRAN 1
Identitas responden
2
Item Pertanyaan
Ruang Entry
(Diisi Pengumpul
Data)
A9. Apakah kamu pernah makan dalam jumlah yang besar ketika kamu tidak merasa lapar?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A10. Apakah kamu pernah makan dalam jumlah besar pada malam hari ketika dalam keadaan tidak bisa
tidur?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A11. Apakah kamu pernah makan sendirian karena malu jika terlihat oleh orang lain kamu makan dalam
A9 [ ]
A10 [ ]
A11 [ ]
jumlah banyak?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A12. Apakah kamu pernah merasa malu /kecewa ketika setelah makan yang berlebihan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A13. Apakah kamu pernah merasa sangat marah karena kamu tidak dapat mengendalikan perilaku makan
sehingga berat badan kamu naik lagi?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A14. Apakah kamu pernah memuntahkan makanan karena untuk mencegah terjadinya kenaikan berat
badan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A15. Apakah kamu pernah menggunakan obat pencahar/jamu pelangsing untuk mencegah terjadinya
kenaikan berat badan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A16. Apakah kamu pernah berpuasa atau makan kurang dari 2 kali sehari untuk mencegah terjadinya
kenaikan berat badan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
A17. Apakah kamu pernah berolahraga berlebihan untuk mencegah kenaikan berat badan?
1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
B. Pengetahuan gizi tentang Perilaku Makan Menyimpang
B1. Menurut kamu, apakah ada dampak negatif dari berat badan terlalu rendah akibat berdiet?
1. Ada 2. Tidak ada
B2. Menurut kamu, apa dampak negatif dari berat badan terlalu rendah karena berdiet? (jawaban boleh
lebih dari satu)
1. Kulit kering, kasar, bersisik, dingin :
1) Ya 2) Tidak
2. Anemia
1) Ya 2) Tidak
3. Thypus
A12 [ ]
A13 [ ]
A14 [ ]
A15 [ ]
A16 [ ]
A17 [ ]
B1 [ ]
B21 [ ]
B22 [ ]
B23 [ ]
Identitas responden
3
Item Pertanyaan
Ruang Entry
(Diisi Pengumpul
Data)
1) Ya 2) Tidak
4. Tidak teraturnya menstruasi
1) Ya 2) Tidak
5. Meningkatkan osteoporosis
1) Ya 2) Tidak
6. Kanker
1) Ya 2) Tidak
B3. Menurut kamu, apakah ada dampak negatif dari penggunaan obat pencahar/jamu pelangsing?
1. Ada 2. Tidak ada
B4. Menurut kamu, apa dampak negatif dari penggunaan obat pencahar/jamu pelangsing? (jawaban boleh
lebih dari satu)
B24 [ ]
B25 [ ]
B26 [ ]
B3 [ ]
1. Gangguan pencernaan
1) Ya 2) Tidak
2. Ketidakseimbangan cairan elektrolit
1) Ya 2) Tidak
3. Kanker
1) Ya 2) Tidak
4. Sakit maag
1) Ya 2) Tidak
B5. Menurut kamu, apakah ada dampak negatif dari memuntahkan makanan dengan sengaja setelah
makan?
1. Ada 2. Tidak ada
B6. Menurut kamu, apa dampak negatif dari memuntahkan makanan dengan sengaja setelah makan?
(jawaban boleh lebih dari satu)
1. Kerusakan gigi
1) Ya 2) Tidak
2. Sariawan
1) Ya 2) Tidak
3. Sakit tenggorokan
1) Ya 2) Tidak
4. Kehilangan asam lambung
1) Ya 2) Tidak
B7. Menurut kamu, apakah ada dampak negatif dari olahraga yang berlebihan?
1. Ada 2. Tidak ada
B8. Menurut kamu, apakah dampak negatif dari olahraga yang berlebihan? ? (jawaban boleh lebih dari
B41 [ ]
B42 [ ]
B43 [ ]
B44 [ ]
B5 [ ]
B61 [ ]
B62 [ ]
B63 [ ]
B64 [ ]
B7 [ ]
Identitas responden
4
Item Pertanyaan
Ruang Entry
(Diisi Pengumpul
Data)
satu)
1. Detak jantung tidak teratur
1) Ya 2) Tidak
2. Anemia
1) Ya 2) Tidak
3. Melambatnya rate metabolism
1) Ya 2) Tidak
4. Gagal ginjal
1) Ya 2) Tidak
C. Rasa percaya diri
C1. Apakah kamu takut bersaing dengan teman sebayamu?
1. Ya 2. Tidak
C2. Ketika pendapat orang lain berbeda dengan orang lain, apakah kamu cenderung tidak mengutarakan
pendapatmu kepada orang lain?
B81 [ ]
B82 [ ]
B83 [ ]
B84 [ ]
C1 [ ]
C2 [ ]
1. Ya 2. Tidak
C3. Apakah kamu lebih suka menyendiri daripada berkumpul dengan orang banyak?
1. Ya 2. Tidak
C4. Apakah kamu sering menganggap sesuatu yang buruk akan terjadi padamu dimasa depan?
1. Ya 2. Tidak
C5. Apakah kamu merasa diri kamu tidak punya kelebihan yang kamu banggakan?
1. Ya 2. Tidak
C6. Apakah kamu merasa diri kamu banyak kekurangan?
1. Ya 2. Tidak
C7. Apakah kamu takut menerima kritik dari orang lain?
1. Ya 2. Tidak
C8. Apakah kamu merasa rendah diri ketika dibandingkan dengan teman sebayamu?
1. Ya 2. Tidak
D. Citra tubuh
D1. Apakah saat ini kamu merasa gemuk?
1. Ya 2. Tidak
D2. Apakah kamu merasa berat badan kamu tidak ideal?
1. Ya 2. Tidak
D3. Apakah kamu merasa tidak puas dengan bentuk tubuh dan berat badan kamu?
C3 [ ]
C4 [ ]
C5 [ ]
C6 [ ]
C7 [ ]
C8 [ ]
D1 [ ]
D2 [ ]
D3 [ ]
Identitas responden
5
Item Pertanyaan
Ruang Entry
(Diisi Pengumpul
Data)
1. Ya 2. Tidak
E. Riwayat diet
E1. Apakah dalam satu tahun terakhir kamu pernah berdiet?
1. Ya 2. Tidak
E2. Apakah alasan kamu berdiet?
1. Agar lebih sehat
1. Ya 2. Tidak
2. Menurunkan berat badan agar tampil menarik
1. Ya 2. Tidak
3. Mencegah naiknya berat badan
1. Ya 2. Tidak
4. Saran dokter
1. Ya 2. Tidak
5. Nasihat orang tua
1. Ya 2. Tidak
6. Saran dari teman
1. Ya 2. Tidak
E1 [ ]
E21 [ ]
E22 [ ]
E23 [ ]
E24 [ ]
E25 [ ]
E26 [ ]
E3. Berapa kali dalam 1 tahun terakhir kamu berniat melakukan diet?
1. 1-4 kali 2. 5-10 kali 3. >10 kali 4. selalu berdiet
E4. Kapan pertama kali kamu melakukan diet?
1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Kuliah
E5. Dengan cara apa kamu melakukan diet? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Mengurangi konsumsi karbohidrat (nasi, roti, dll)
1) Ya 2. Tidak
2. Mengurangi konsumsi sayuran dan buah-buahan
1) Ya 2. Tidak
3. Mengurangi konsumsi lemak
1) Ya 2. Tidak
4. Mengurangi konsumsi makanan cemilan
1) Ya 2. Tidak
5. Mengurangi porsi makan
1) Ya 2. Tidak
6. Melewatkan 2 waktu makan berturut-turut
1) Ya 2. Tidak
E3 [ ]
E4 [ ]
E51 [ ]
E52 [ ]
E53 [ ]
E54 [ ]
E55 [ ]
E56 [ ]
Identitas responden
6
Item Pertanyaan
Ruang Entry
(Diisi Pengumpul
Data)
7. Mengkonsumsi obat pencahar/ pelangsing
1) Ya 2. Tidak
8. Memuntahkan isi perut dengan sengaja
1) Ya 2. Tidak
9. Berolahraga setelah makan
1) Ya 2. Tidak
F. Pengaruh keluarga
F1. Apakah keluargamu sering mengkritik bentuk badanmu?
1. Ya 2. Tidak
F2. Apakah keluargamu sangat memperhatikan penampilan fisik?
1. Ya 2. Tidak
F3. Apakah karena kritikan keluargamu, membuat kamu ingin menurunkan berat badan?
1. Ya 2. Tidak
F4. Apakah keluargamu mempengaruhi kamu untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal?
1. Ya 2. Tidak
F5. Apakah kamu terpengaruh untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal?
1. Ya 2. Tidak
F6. Apakah kamu merasa malu jika memiliki tubuh yang lebih gemuk dibandingkan dengan saudara-
saudaramu?
1. Ya 2. Tidak
E57 [ ]
E58 [ ]
E59 [ ]
F1 [ ]
F2 [ ]
F3 [ ]
F4 [ ]
F5 [ ]
F6 [ ]
F7. Jika kamu berdiet, apakah cara kamu berdiet salah satunya mengikuti kebiasaan salah satu
keluargamu?
1. Ya 2. Tidak
G. Pengaruh teman sebaya
G1. Apakah kamu merasa takut gemuk karena dengan begitu kamu akan merasa berbeda dengan teman
dekatmu?
1. Ya 2. Tidak
G2. Apakah kamu menjaga pola makanmu agar terlihat sama dengan kebanyakan temanmu?
1. Ya 2. Tidak
G3. Apakah temanmu mempengaruhi kamu untuk memiliki bentuk tubuh ideal?
1. Ya 2. Tidak
G4. Apakah kamu menjaga berat badanmu karena mengikuti perilaku teman dekatmu?
1. Ya 2. Tidak
F7 [ ]
G1 [ ]
G2 [ ]
G3 [ ]
G4 [ ]
Identitas responden
7
Item Pertanyaan
Ruang Entry
(Diisi Pengumpul
Data)
G5. Apakah kamu merasa malu jika memiliki tubuh yang lebih gemuk dibandingkan dengan teman
dekatmu?
1. Ya 2. Tidak
G6. Jika ada temanmu yang memiliki bentuk tubuh ideal, apakah hal ini yang membuatmu ingin
menurunkan berat badan?
1. Ya 2. Tidak
G7. Dalam pandanganmu, apakah temanmu menilai bentuk tubuhmu gemuk?
1. Ya 2. Tidak
H. Kekerasan fisik
H1. Apakah kamu pernah mengalami kekerasan fisik?
1. Pernah 2. Tidak pernah (lanjut ke pertanyaan I1)
H2. Berapa kali kamu mengalami kekerasan fisik?
1. 1 kali 2. 2 kali 3. 3 kali 4. >3 kali
H3. Kapan kamu mengalami kekerasan fisik?
1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Tidak ingat
H4. Siapa yang melakukan tindak kekerasan?
1. Anggota keluarga 2. Saudara 3. Teman/tetangga 4. Oranglain
H5. Apakah kekerasan fisik yang dialami menyebabkan hal-hal berikut?
1. Memar pada tubuh
1. Ya 2. Tidak
2. Perdarahan/luka
1. Ya 2. Tidak
3. Patah tulang
1. Ya 2. Tidak
G5 [ ]
G6 [ ]
G7 [ ]
H1 [ ]
H2 [ ]
H3 [ ]
H4 [ ]
H51 [ ]
H52 [ ]
H53 [ ]
4. Geger otak
1. Ya 2. Tidak
5. Trauma
1. Ya 2. Tidak
6. Lainnya, sebutkan____________________
I. Pelecehan seksual (tidak selalu harus kontak fisik, bisa saja melalui kata-kata/ ejekan mengenai
bentuk tubuh)
I1. Apakah ada riwayat pelecehan seksual?
1. Pernah 2. Tidak pernah (lanjut ke pertanyaan J1)
H54 [ ]
H55 [ ]
H56 [ ]
I1 [ ]
Identitas responden
8
Item Pertanyaan
Ruang Entry
(Diisi Pengumpul
Data)
I2. Berapa kali kamu mengalami pelecehan seksual?
1. 1 kali 2. 2 kali 3. 3 kali 4. >3 kali
I3. Kapan kamu mengalami pelecehan seksual?
1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Tidak ingat
I4. Siapa yang melakukan tindak pelecehan?
1. Anggota keluarga 2. Saudara 3. Teman/tetangga 4. Oranglain
I5. Apakah bentuk pelecehan yang pernah kamu alami? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Ciuman
1) Ya 2) Tidak
2. Sentuhan terhadap anggota tubuh
1) Ya 2) Tidak
3. Sentuhan terhadap organ intim
1) Ya 2) Tidak
4. Oral seks
1) Ya 2) Tidak
5. Anal seks
1) Ya 2) Tidak
6. Lainnya, sebutkan_________________________
J. Pengaruh media massa
J1. Seberapa sering kamu membaca tabloid/majalah wanita yang bertemakan tren gaya hidup?
1. Tidak pernah 2. 1 kali/minggu 3. > 1 kali/minggu
J2. Seberapa sering kamu menonton televisi yang bertemakan tren gaya hidup?
1. Tidak pernah 2. 1 kali/minggu 3. > 1 kali/minggu
J3. Seberapa sering kamu mengakses situs internet yang bertemakan tren gaya hidup?
1. Tidak pernah 2. 1 kali/minggu 3. > 1 kali/minggu
I2 [ ]
I3 [ ]
I4 [ ]
I51 [ ]
I52 [ ]
I53 [ ]
I54 [ ]
I55 [ ]
I56 [ ]
J1 [ ]
J2 [ ]
J3 [ ]
Identitas responden
9
DATA PERSONAL RESPONDEN
Daftar Pertanyaan Ruang Entry
(Diisi Pengumpul
Data) A1. Program Studi : 1. Kesmas 2. PSPD 3. Farmasi 4. Keperawatan
A2 Semester : _ _
A3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
A4. No. Hp : _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
A5. Berat Badan : _ _ Kg
A6. Tinggi Badan : _ _ _ Cm
A7. Jumlah Tanggungan Keluarga :
A8. Pekerjaan Orang Tua :
A8a. Ayah
1. Ibu Rumah Tangga 4. PNS
2. Wiraswasta 5. Karyawan Swasta
3. Buruh 6. Lainnya, sebutkan ___________________________________
A8b. Ibu
1. Ibu Rumah Tangga 4. PNS
2. Wiraswasta 5. Karyawan Swasta
3. Buruh 6. Lainnya, sebutkan ___________________________________
A9. Penghasilan Keluarga :
A9a. Ibu : Rp _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
A9b. Ayah : Rp _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
A10. Pendidikan Terakhir Orang Tua :
A10a. Ibu :
1. Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah 2. SMP 3. SMA 4. PT (D1/D2/D3/S1/S2/S3)
A10b. Ayah :
1. Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah 2. SMP 3. SMA 4. PT (D1/D2/D3/S1/S2/S3)
A1 [ ]
A2 [ ][ ]
A3[ ]
A5 [ ]
A6[ ][ ][ ]
A8a [ ]
A8b [ ]
A10a [ ]
A10b [ ]
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA
1. Hasil Analisis Univariat
Frequencies
Frequency Table
PERILAKU MAKAN MENYIMPANG
JENIS KELAMIN
Statistics
183 183 183 183 183 183 183 183 183 183 183 183 183
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Valid
Missing
NKat_PMM
Jenis
Kelamin kat_peng kat_PD kat_CT
pernah
berdiet kat_PK kat_PTS
riw ayat
pelecehan
seksual
pernah
kekerasan
f isik baca majalah
menonton
televisi akses internet
Kat_PMM
100 54.6 54.6 54.6
83 45.4 45.4 100.0
183 100.0 100.0
pmm
tdk pmm
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kAT_SKOR_ANOREKSIA
79 43.2 43.2 43.2
104 56.8 56.8 100.0
183 100.0 100.0
TIDAK ANOREKSIA
ANOREKSIA
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
KAT_BUL
55 30.1 30.1 30.1
128 69.9 69.9 100.0
183 100.0 100.0
tdk bulimia
bulimia
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
KAT_BED
62 33.9 33.9 33.9
121 66.1 66.1 100.0
183 100.0 100.0
tdk BED
BED
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
KAT_NES
99 54.1 54.1 54.1
84 45.9 45.9 100.0
183 100.0 100.0
tdk NES
NES
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
LAMPIRAN 2
PENGETAHUAN
PERCAYA DIRI
CITRA TUBUH
PENGARUH KELUARGA
PENGARUH TEMAN SEBAYA
PELECEHAN SEKSUAL
Jenis Kelamin
28 15.3 15.3 15.3
155 84.7 84.7 100.0
183 100.0 100.0
laki-laki
perempuan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kat_peng
35 19.1 19.1 19.1
148 80.9 80.9 100.0
183 100.0 100.0
pengetahuan kurang
pengetahuan baik
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kat_PD
117 63.9 63.9 63.9
66 36.1 36.1 100.0
183 100.0 100.0
PD rendah
PD tinggi
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kat_CT
130 71.0 71.0 71.0
53 29.0 29.0 100.0
183 100.0 100.0
merasa gemuk
tdk merasa gemuk
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kat_PK
74 40.4 40.4 40.4
109 59.6 59.6 100.0
183 100.0 100.0
pengaruh kel
tdk pengaruh kel
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kat_PTS
85 46.4 46.4 46.4
98 53.6 53.6 100.0
183 100.0 100.0
pengaruh PTS
tdk pengaruh PTS
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
KEKERASAN FISIK
MEDIA MAJALAH
MEDIA TELEVISI
MEDIA INTERNET
2. Hasil Analisis Bivariat
riw ayat pelecehan se ksual
35 19.1 19.1 19.1
148 80.9 80.9 100.0
183 100.0 100.0
pernah
tidak pernah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
pernah k ekeras an fisik
23 12.6 12.6 12.6
160 87.4 87.4 100.0
183 100.0 100.0
ya
tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
baca majalah
97 53.0 53.0 53.0
69 37.7 37.7 90.7
17 9.3 9.3 100.0
183 100.0 100.0
tidak pernah
1 kali/mgg
> 1 kali/mgg
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
menonton te levisi
56 30.6 30.6 30.6
92 50.3 50.3 80.9
35 19.1 19.1 100.0
183 100.0 100.0
tidak pernah
1 kali/mgg
> 1 kali/mgg
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
akses interne t
69 37.7 37.7 37.7
70 38.3 38.3 76.0
44 24.0 24.0 100.0
183 100.0 100.0
tidak pernah
1 kali/mgg
> 1 kali/mgg
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
a. JK*PMM
Jenis Kelamin * Kat_PMM Crosstabulation
13 15 28
46.4% 53.6% 100.0%
87 68 155
56.1% 43.9% 100.0%
100 83 183
54.6% 45.4% 100.0%
Count
% w ithin Jenis Kelamin
Count
% w ithin Jenis Kelamin
Count
% w ithin Jenis Kelamin
laki-laki
perempuan
Jenis Kelamin
Total
pmm tdk pmm
Kat_PMM
Total
Chi-Square Tests
.900b 1 .343
.552 1 .458
.896 1 .344
.411 .228
.896 1 .344
183
Pearson Chi-Square
Continuity Correction a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.
70.
b.
Risk Estimate
.677 .302 1.519
.827 .543 1.261
1.221 .828 1.800
183
Odds Ratio for Jenis
Kelamin (laki-laki /
perempuan)
For cohort Kat_PMM
= pmm
For cohort Kat_PMM
= tdk pmm
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Confidence
Interval
b. PENGETAHUAN*PMM
kat_peng * Kat_PMM Crosstabulation
22 13 35
62.9% 37.1% 100.0%
78 70 148
52.7% 47.3% 100.0%
100 83 183
54.6% 45.4% 100.0%
Count
% w ithin kat_peng
Count
% w ithin kat_peng
Count
% w ithin kat_peng
pengetahuan kurang
pengetahuan baik
kat_
peng
Total
pmm tdk pmm
Kat_PMM
Total
Chi-Square Tests
1.178b 1 .278
.804 1 .370
1.192 1 .275
.346 .185
1.171 1 .279
183
Pearson Chi-Square
Continuity Correction a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.
87.
b.
Risk Estimate
1.519 .712 3.240
1.193 .886 1.605
.785 .494 1.248
183
Odds Ratio for kat_peng
(pengetahuan kurang /
pengetahuan baik)
For cohort Kat_PMM =
pmm
For cohort Kat_PMM =
tdk pmm
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Confidence
Interval
c. PD*PMM
kat_PD * Kat_PMM Crosstabulation
68 49 117
58.1% 41.9% 100.0%
32 34 66
48.5% 51.5% 100.0%
100 83 183
54.6% 45.4% 100.0%
Count
% w ithin kat_PD
Count
% w ithin kat_PD
Count
% w ithin kat_PD
PD rendah
PD tinggi
kat_PD
Total
pmm tdk pmm
Kat_PMM
Total
Chi-Square Tests
1.580b 1 .209
1.216 1 .270
1.578 1 .209
.220 .135
1.572 1 .210
183
Pearson Chi-Square
Continuity Correction a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 29.
93.
b.
Risk Estimate
1.474 .804 2.704
1.199 .895 1.606
.813 .592 1.116
183
Odds Ratio for kat_PD
(PD rendah / PD tinggi)
For cohort Kat_PMM =
pmm
For cohort Kat_PMM =
tdk pmm
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Conf idence
Interval
d. CT*PMM
kat_CT * Kat_PMM Crosstabulation
80 50 130
61.5% 38.5% 100.0%
20 33 53
37.7% 62.3% 100.0%
100 83 183
54.6% 45.4% 100.0%
Count
% w ithin kat_CT
Count
% w ithin kat_CT
Count
% w ithin kat_CT
merasa gemuk
tdk merasa gemuk
kat_CT
Total
pmm tdk pmm
Kat_PMM
Total
Chi-Square Tests
8.607b 1 .003
7.673 1 .006
8.626 1 .003
.005 .003
8.560 1 .003
183
Pearson Chi-Square
Continuity Correction a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.
04.
b.
Risk Estimate
2.640 1.367 5.099
1.631 1.125 2.365
.618 .457 .836
183
Odds Ratio for kat_
CT (merasa gemuk /
tdk merasa gemuk)
For cohort Kat_PMM
= pmm
For cohort Kat_PMM
= tdk pmm
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Confidence
Interval
e. PK*PMM
kat_PK * Kat_PMM Crosstabulation
33 41 74
44.6% 55.4% 100.0%
67 42 109
61.5% 38.5% 100.0%
100 83 183
54.6% 45.4% 100.0%
Count
% w ithin kat_PK
Count
% w ithin kat_PK
Count
% w ithin kat_PK
pengaruh kel
tdk pengaruh kel
kat_PK
Total
pmm tdk pmm
Kat_PMM
Total
Chi-Square Tests
5.063b 1 .024
4.405 1 .036
5.070 1 .024
.034 .018
5.036 1 .025
183
Pearson Chi-Square
Continuity Correction a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33.
56.
b.
Risk Estimate
.505 .277 .919
.725 .541 .974
1.438 1.051 1.966
183
Odds Ratio for kat_
PK (pengaruh kel /
tdk pengaruh kel)
For cohort Kat_
PMM = pmm
For cohort Kat_
PMM = tdk pmm
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Confidence
Interval
f. PTS*PMM
kat_PTS * Kat_PMM Crosstabulation
27 58 85
31.8% 68.2% 100.0%
73 25 98
74.5% 25.5% 100.0%
100 83 183
54.6% 45.4% 100.0%
Count
% w ithin kat_PTS
Count
% w ithin kat_PTS
Count
% w ithin kat_PTS
pengaruh PTS
tdk pengaruh PTS
kat_
PTS
Total
pmm tdk pmm
Kat_PMM
Total
Chi-Square Tests
33.526b 1 .000
31.824 1 .000
34.543 1 .000
.000 .000
33.343 1 .000
183
Pearson Chi-Square
Continuity Correction a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38.
55.
b.
Risk Estimate
.159 .084 .304
.426 .306 .595
2.675 1.851 3.865
183
Odds Ratio for kat_
PTS (pengaruh PTS
/ tdk pengaruh PTS)
For cohort Kat_PMM
= pmm
For cohort Kat_PMM
= tdk pmm
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Confidence
Interval
g. PS*PMM
riw ayat pelecehan seksual * Kat_PMM Crosstabulation
19 16 35
54.3% 45.7% 100.0%
81 67 148
54.7% 45.3% 100.0%
100 83 183
54.6% 45.4% 100.0%
Count
% w ithin riw ayat
pelecehan seksual
Count
% w ithin riw ayat
pelecehan seksual
Count
% w ithin riw ayat
pelecehan seksual
pernah
tidak pernah
riw ayat pelecehan
seksual
Total
pmm tdk pmm
Kat_PMM
Total
Chi-Square Tests
.002b 1 .962
.000 1 1.000
.002 1 .962
1.000 .555
.002 1 .962
183
Pearson Chi-Square
Continuity Correction a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.
87.
b.
Risk Estimate
.982 .469 2.058
.992 .708 1.390
1.010 .675 1.510
183
Odds Ratio for riw ayat
pelecehan seksual
(pernah / tidak pernah)
For cohort Kat_PMM =
pmm
For cohort Kat_PMM =
tdk pmm
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Conf idence
Interval
h. KF*PMM
pernah kekerasan fisik * Kat_PMM Cross tabulation
15 8 23
65.2% 34.8% 100.0%
85 75 160
53.1% 46.9% 100.0%
100 83 183
54.6% 45.4% 100.0%
Count
% w ithin pernah
kekerasan f isik
Count
% w ithin pernah
kekerasan f isik
Count
% w ithin pernah
kekerasan f isik
ya
tidak
pernah kekerasan
f isik
Total
pmm tdk pmm
Kat_PMM
Total
Chi-Square Tests
1.186b 1 .276
.749 1 .387
1.209 1 .272
.371 .194
1.180 1 .277
183
Pearson Chi-Square
Continuity Correction a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.
43.
b.
Risk Estimate
1.654 .664 4.120
1.228 .881 1.711
.742 .414 1.330
183
Odds Ratio for pernah
kekerasan f isik (ya / tidak)
For cohort Kat_PMM =
pmm
For cohort Kat_PMM = tdk
pmm
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Confidence
Interval
i. MAJALAH*PMM
Majalah_baru * kat_pmm Crosstabulation
43 54 97
44.3% 55.7% 100.0%
40 46 86
46.5% 53.5% 100.0%
83 100 183
45.4% 54.6% 100.0%
Count
% w ithin Majalah_baru
Count
% w ithin Majalah_baru
Count
% w ithin Majalah_baru
tidak pernah
pernah
Majalah_baru
Total
tdk pmm pmm
kat_pmm
Total
Chi-Square Tests
.088b 1 .767
.022 1 .883
.088 1 .767
.882 .441
.087 1 .768
183
Pearson Chi-Square
Continuity Correction a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39.
01.
b.
Risk Estimate
.916 .511 1.641
.953 .693 1.310
1.041 .798 1.357
183
Odds Ratio for
Majalah_baru (tidak
pernah / pernah)
For cohort kat_pmm
= tdk pmm
For cohort kat_pmm
= pmm
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Confidence
Interval
j. TV*PMM
TV_baru * kat_pmm Crosstabulation
28 28 56
50.0% 50.0% 100.0%
55 72 127
43.3% 56.7% 100.0%
83 100 183
45.4% 54.6% 100.0%
Count
% w ithin TV_baru
Count
% w ithin TV_baru
Count
% w ithin TV_baru
tidak pernah
pernah
TV_
baru
Total
tdk pmm pmm
kat_pmm
Total
Chi-Square Tests
.702b 1 .402
.458 1 .498
.701 1 .402
.424 .249
.699 1 .403
183
Pearson Chi-Square
Continuity Correction a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25.
40.
b.
Risk Estimate
1.309 .697 2.459
1.155 .831 1.604
.882 .652 1.194
183
Odds Ratio for TV_baru
(tidak pernah / pernah)
For cohort kat_pmm =
tdk pmm
For cohort kat_pmm =
pmm
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Confidence
Interval
k. INTERNET*PMM
inte rnet_baru * kat_pmm Crosstabulation
35 34 69
50.7% 49.3% 100.0%
48 66 114
42.1% 57.9% 100.0%
83 100 183
45.4% 54.6% 100.0%
Count
% w ithin internet_baru
Count
% w ithin internet_baru
Count
% w ithin internet_baru
tidak pernah
pernah
internet_baru
Total
tdk pmm pmm
kat_pmm
Total
Chi-Square Tests
1.288b 1 .256
.964 1 .326
1.287 1 .257
.285 .163
1.281 1 .258
183
Pearson Chi-Square
Continuity Correction a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(2-s ided)
Exact Sig.
(1-s ided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31.
30.
b.
Risk Estimate
1.415 .776 2.581
1.205 .878 1.654
.851 .639 1.133
183
Odds Ratio for
internet_baru (tidak
pernah / pernah)
For cohort kat_
pmm = tdk pmm
For cohort kat_
pmm = pmm
N of Valid Cases
Value Low er Upper
95% Confidence
Interval