Post on 22-Jun-2015
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003
SKRIPSI
Oleh:
Nama : Oki Mardina Aji
Nomor Mahasiswa : 00313024
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA 2005
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1984-2003
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untk memenuhi syarat ujian akhir
guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1
Program Studi Ekonomi Pembangunan,
pada Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Oleh:
Nama : Oki Mardina Aji
Nomor Mahasiswa : 00313024
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA 2005
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari
terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman
/ sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”
Yogyakarta, …...….…. 2005
Penyusun,
(Oki Mardina Aji)
ii
PENGESAHAN
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Periode Tahun 1984-2003
Nama : Oki Mardina Aji
Nomor Mahasiswa : 00313024
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Yogyakarta , Agustus 2005
Telah disetujui dan disahkan oleh
Dosen Pembimbing,
Drs. Sahabudin Sidiq, MA
iii
PENGESAHAN UJIAN
Telah dipertahankan/diujikan dan disahkan untuk
memenuhi syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Strata 1 pada Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Nama : Oki Mardina Aji
No. Mahasiswa : 00313024
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Yogyakarta, 15 September 2005
Disahkan oleh,
Pembimbing Skripsi : Drs. Sahabudin Sidiq, MA .............
Penguji I : Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec ............
Penguji II : Dra. Sarastri Mumpuni R, M.Si .............
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Drs. Suwarsono, MA.
iv
REFLEKSI
Dalam hidup ini ada 3 hari, yaitu :
Yang pertama :
Hari kemarin. (Past)
Anda tak bisa mengubah apapun yang telah terjadi
Anda tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan
Anda tak mungkin lagi menghapus kesalahan
dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin
Biarkan hari kemarin lewat, lepaskan saja…
Yang kedua :
Hari esok. (Future)
Hingga mentari esok hari terbit
Anda tak tahu apa yang akan terjadi
Anda tak bisa melakukan apa-apa esok hari
Anda tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba, biarkan saja…
Yang tersisa kini hanyalah :
Hari ini. (Present)
Pintu masa lalu telah tertutup
Pintu masa depan pun belum tiba
Pusatkan saja diri anda untuk hari ini
Anda dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini
Bila anda mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok
hari
Hiduplah hari ini, karena masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran
yang rumit
Hiduplah apa adanya ,Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi.
v
PERSEMBAHAN
ALLAH SWT, Yang Maha Pintar, Yang Maha Dalang dari segala dalang,
Yang Maha Tak Terhingga dan sama sekali tidak memiliki ketergantungan
apapun terhadap kebodohan kita. Terima kasih atas segala cinta, sayang serta
kesabaran yang telah Engkau berikan kepada hambamu selama ini.
Muhammad SAW Beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang
setia hingga akhir jaman.
Bapak Marnatam Notowardoyo dan Ibu Sri Haryuni, yang telah
membesarkan, memelihara, membiayai, mendoakan dan mendidik Oki, serta atas
nasehat, kasih sayang dan perhatian yang tercurah buat Oki selama ini, sehingga
Oki dapat menemukan sesuatu yang indah di dalam hidup Oki. Mudah-mudahan
dengan selesainya skripsi ini Bapak dan Ibu bisa bahagia, mungkin selama ini Oki
belum bisa membahagiakan Bapak dan Ibu secara lebih. Tetapi Oki masih tetap
membutuhkan do’anya, karena perjalanan yang akan Oki tempuh masih sangat
jauh.
Mbak Rina dan Mas Aro, Mbak Deni dan Mas Bambang, Mbak Usi
dan Mas Ito yang telah memberikan do’a, bantuan, dorongan, kesempatan, kasih
sayang, serta perhatian kalian semua selama ini, sehingga akhirnya Oki bisa
menyelesaikan studi dengan baik.
Keponakan-keponakanku yang lucu-lucu, Aldo, Dio, Fio dan Tio, terima
kasih telah memberikan keramaian dan canda tawa kalian. Semoga kalian dapat
menjalani kehidupan di hari depan dengan baik.
vi
Saudara-saudaraku yang berada di Kendal, Pakde-pakdeku, Bude-
budeku, Om-omku, Bulek-bulekku, kakak-kakak dan adik–adikku sepupu, terima
kasih atas segala bantuan yang telah diberikan untuk Oki.
Sobatku, Muhammad Shodiq Firmanto, SE yang telah memberikan
pengertian, pemahaman, dan petunjuk sehingga Oki dapat menyelesaikan skripsi
ini, terima kasih ya Diq.
Pandu Pahlawan Kurnia, SE “dosen” ku di dalam belajar Ujian
Komprehensif, Terima kasih Ndu, Oki lulus pendadaran berkat gemblenganmu.
Sulit membayangkan kalau Oki belajar sendirian, mungkin Oki tidak akan lulus.
Trims yach...
Sohibku Doddy Wijayanto penasehat spiritualku didalam masalah-
masalah percintaan dan penguatan mental di diriku, makasih ya “mblunk”, atas
nasehat-nasehat dan petuah-petuahnya.
Kawanku Dedy Suprihatin yang banyak memberikan masukan terhadap
penulisan skripsi ini, dan memberikan warna yang lain di “rumah” kita. Turnuwun
ya ndul..
Teman-temanku satu atap di Base Camp 00 EP :Gundul, Kancil,
Jemblunk, Kebo, Pandu, Mamri, Doni, Jacky.....Makasih atas semua bantuan
yang kalian berikan, apalagi semenjak proses skripsi ini, banyak sekali bantuan
yang kalian berikan. Terima kasih atas semua kenangan indah kita !!! Kalian
semua telah memberi kenangan baru dalam kehidupanku.......!!!
vii
Buat temen-temen seperjuangan di IESP’00, yang aku yakin enggak
bakal aku temuin di jurusan manapun, dari kekompakannya, persatuannya,
kesetiakawanannya.
Sobat-sobatku dikala senang dan susah yang selama ini telah menemani hari-
hariku, baik yang ada di Yogyakarta maupun yang ada di Kendal.
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode Tahun
1984 - 2003” dapat diselesaikan dalam waktu yang diharapkan. Adapun tujuan
penulisan skipsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program S-1 pada Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia.
Penulis sangat menyadari dalam penyusunan skripsi ini baik susunan
maupun isinya masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki penulis, banyak kekurangan dan kelemahan-
kelemahannya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sangat mengharapkan
adanya saran-saran maupun kritik-kritik dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun demi tercapainya kesempurnaan skipsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala
bantuan dan dorongan, kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi, Drs. Suwarsono, MA., selaku pimpinan Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Drs. Agus Widarjono, MA., yang telah
memberikan pengarahan kepada penulis.
3. Abdul Hakim. SE., selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.
ix
4. Drs. Sahabudin Sidiq, MA, selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan juga arahan
selama penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Tenaga Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia yang telah memberikan sumbangan ilmu pengetahuannya baik secara
langsung maupun tidak langsung selama penulis menyelesaikan studi.
6. Kedua orang tuaku : Bapak Marnatam Notowardoyo dan Ibu Sri Haryuni, serta
kakak-kakaku : Mbak Rina, Mbak Deni, Mbak Usi, Mas Aro, Mas Bambang
dan Mas Ito yang selama ini telah memberikan doa dan semangat.
7. Sahabat-sahabatku : Sodiq, Pandu, Dedi (Gundul), Doddy (Jemblunk), Eko
(kebo), Oky (kancil) yang telah banyak membantu penulis.
8. Rekan-rekan Mahasiswa IESP Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
angkatan ’00 yang sangat bersahabat dan kekeluargaan.
Akhirnya penulis hanya dapat mengharap semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan ketulusan semuanya dalam memberikan dukungan
serta bantuan baik moril maupun materiil penulis selama ini. Amin.
Dengan penuh kerendahan hati disadari masih adanya kekurangan karena
keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Namun
demikian semoga penulisan skipsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang memerlukannya.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME................................... ii
HALAMAN PENGESAHAAN SKRIPSI .......................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ................................................................ iv
REFLEKSI .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3. Pembatasan Masalah ................................................................................... 7
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 7
1.4.1. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
1.4.2. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
1.5. Sistematika Penulisan ................................................................................. 9
BAB II GAMBARAN UMUM......................................................................... 11
2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ...................................... 11
xi
2.2 Perkembangan Investasi di Indonesia ......................................................... 17
2.3 Perkembangan Ekspor Indonesia ................................................................ 22
2.4 Perkembangan Pekerja di Indonesia ........................................................... 27
2.5 Perkembangan Hutang Luar Negeri Indonesia ........................................... 30
BAB III KAJIAN PUSTAKA........................................................................... 34
3.1 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ace Kusnadi “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat Periode
1983-1996”.................................................................................................. 34
3.2 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ari Iskandar “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode
1984-2000”.................................................................................................. 34
Bab IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS............................................... 36
4.1 Landasan Teori............................................................................................ 36
4.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi............................................................. 36
4.1.2. Teori Hutang Luar Negeri ................................................................. 37
4.1.3. Teori Investasi ................................................................................... 38
4.1.4. Teori Ekspor ...................................................................................... 40
4.1.5. Teori Ketenagakerjaan....................................................................... 45
4.2 Kesimpulan dari Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi ...................................................................................................... 47
4.3 Hipotesis...................................................................................................... 50
BAB V METODE PENELITIAN..................................................................... 51
5.1. Metode Penelitian ....................................................................................... 51
xii
5.1.1. Jenis dan Deskripsi Data ................................................................. 51
5.1.2. Sumber Data..................................................................................... 51
5.2. Metode Analisis .......................................................................................... 51
5.2.1. Metode Analisis Data........................................................................ 51
a. Analisis Deskriptif......................................................................... 52
b. Analisis Regresi ............................................................................ 52
c. Model yang Diusulkan .................................................................. 53
d. Uji Linearitas................................................................................. 53
5.2.2. Alat Uji Yang Digunakan ............................................................... 54
5.2.3. Kriteria Statistik ................................................................... 55
5.2.3.1. Koefisien Determinasi (R2) ................................ 55
5.2.3.2 Pengujian Secara Bersama-sama (Uji-F) ............ 56
5.2.3.3. Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji-t) ........ 56
5.2.4. Asumsi Klasik ...................................................................... 58
5.2.4.1. Pengujian Autokorelasi ...................................... 58
5.2.4.2. Pengujian Multikolinearitas ............................... 59
5.2.4.3 Pengujian Heterokesdastisitas............................. 60
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................................... 62
6.1. Analisis Hasil Penelitian ............................................................................. 62
a. Uji Linieritas ................................................................................. 62
b. Uji Model Linier atau Model Log Linier ...................................... 63
c. Uji Regresi..................................................................................... 65
6.1.1. Kriteria Ekonometrika / Uji Asumsi Klasik................................... 66
xiii
6.1.1.1. Uji Autokorelasi ............................................................... 66
6.1.1.2. Uji Multikolinearitas ........................................................ 67
6.1.1.3. Uji Heterokesdastisitas..................................................... 67
6.1.2. Kriteria Statistik .............................................................................. 70
6.1.2.1 Koefisien Determinasi (R2) .............................................. 70
6.1.2.2. Pengujian Secara Bersama-sama (Uji-F) ......................... 71
6.1.2.3 Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji-t) ..................... 73
a. Uji-t Terhadap Variabel Ekspor (EX)....................... 74
b. Uji-t Terhadap Variabel Investasi (I) ........................ 75
c. Uji-t Terhadap Variabel Tenaga Kerja (L)................ 76
d. Uji-t Terhadap Variabel Hutang Luar
Negeri(FD) ................................................................ 77
6.2. Pembahasan Masing-Masing Variabel......................................................... 78
6.2.1. Pembahasan Variabel Ekspor Terhadap PDB riil ............................ 78
6.2.2. Pembahasan Variabel Investasi Terhadap PDB riil ......................... 79
6.2.3. Pembahasan Variabel Tenaga Kerja Terhadap PDB riil.................. 80
6.2.4. Pembahasan Variabel Hutang Luar Negeri Terhadap PDB riil ....... 81
BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................. 83
7.1. Kesimpulan .................................................................................................. 83
7.2. Implikasi....................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode
1984 – 2003.............................................................................................. 3
2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan................................................... 12
2.2. Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Periode
1993 – 2003.............................................................................................. 15
2.3. Proyek-proyek Penanaman Modal Luar Negeri di Indonesia Yang
Disetujui Pemerintah Menurut Sektor Ekonomi...................................... 19
2.4. Proyek-proyek Penanaman Modal Luar Negeri Yang Telah
Disetujui Pemerintah Menurut Lokasi ..................................................... 21
2.5. Perkembangan Ekspor Indonesia, Periode 1984 – 2003.......................... 23
2.6. Jumlah Angkatan Kerja dan TPAK Menurut Umur di indonesia ............ 29
2.7. Penerimaan Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri Pemerintah .................. 32
6.1. Uji Linearitas............................................................................................. 63
6.2. Estimasi Terhadap Model Persamaan Bentuk Linier Model :
PDBriil= β 0+ β 1EX+ β 2I+ β 3L+ β 4FD +β 5Z1+ ε................................... 64
6.3. Estimasi Terhadap Model Persamaan Bentuk Log Linier Model : LnPDB =
β 0+ β 1LnEX+ β 2LnI+ β 3L+ β 4LnFD +β 5Z2+ ε .................................. 64
6.4. Pengujian Koefisien Regresi .................................................................... 65
6.5. Hasil Pengujian Multikolinearitas............................................................ 67
6.6. Hasil Pengujian Heterokesdastisitas ........................................................ 68
xv
6.7. Hasil Regresi Perbaikan Heterokesdastisitas ........................................... 69
6.8. Hasil Pengujian Koefisien Regresi secara Parsial/Individu (uji-t) .......... 74
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
ekonomi di Indonesia .............................................................................. 48
5.1. Kriteria Pengujian Autokorelasi............................................................... 59
6.1. Uji Autokorelasi ........................................................................................ 66
6.2. Uji-t Variabel Ekspor Terhadap Variabel Dependen
Pertumbuhan Ekonomi............................................................................ 75
6.3. Uji-t Variabel Investasi Terhadap Variabel Dependen
Pertumbuhan Ekonomi............................................................................ 76
6.4. Uji-t Variabel Tenaga Kerja Terhadap Variabel
Dependen Pertumbuhan Ekonomi........................................................... 77
6.5. Uji-t Variabel Hutang Luar Negeri Terhadap Variabel
Dependen Pertumbuhan Ekonomi........................................................... 78
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam
jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting
yang dialami dunia hanya dua abad belakangan ini, dan oleh Simon Kuznets,
seorang ahli ekonomi terkemuka di Amerika Serikat yang pernah memperoleh
hadiah Nobel dinyatakan bahwa, proses pertumbuhan ekonomi tersebut
dinamakannya sebagai Modern Economic Growth. Dalam periode tersebut,
dunia telah mengalami perkembangan pembangunan yang sangat nyata
apabila dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Sampai abad ke-
18, sebagian besar masyarakat di dunia masih hidup pada tingkat subsistem,
dan mata pencaharian utamanya adalah dari melaksanakan kegiatan di sektor
pertanian, perikanan atau berburu. (Sadono Sukirno, 1998, : 413)
Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses
pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang. Hal ini berarti, bahwa
dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin pada peningkatan output
perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif dalam mengkonsumsi
barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin
meningkat. (Boediono, 1993 : 1 - 2)
Pertumbuhan ekonomi juga bersangkut paut dengan proses
peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
2
Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang
berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan
pendapatan. Dalam hal ini berarti terdapatnya kenaikan dalam pendapatan
nasional yang ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB).
Indonesia, sebagai suatu negara yang sedang berkembang, sejak tahun
1969 dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap,
tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan nasional
mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yang
pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan seluruh rakyat. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 1.1 yang menerangkan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang fluktuatif dari
tahun ke tahun.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan
perkembangan yang positif dari tahun 1984-1997. Pada tahun 1998
menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu – 13,12 %, hal ini
disebabkan karena krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada
pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga
membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998,
pada tahun 1999-2003 baru dapat tumbuh lagi pertumbuhan ekonominya
walaupun tidak sepesat pada tahun-tahun sebelumnya.
3
TABEL 1.1.
PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
PERIODE 1984 – 2003 MENURUT HARGA KONSTAN 1993
(dalam persen)
Tahun PDB (miliar rupiah)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
195.730,0 200.564,6 212.498,2 222.613,1 236.014,4 253.597,5 271.958,0 290.859,1 309.648,6 329.775,8 354.640,8 383.792,3 413.797,9 433.245,9 376.374,9 379.557,7 398.016,9 411.753,5 426.942,9 444.453,5
- 2,47 5,95 4,76 6,02 7,46 7,24 6,95 6,46 6,50 7,54 8,22 7,82 4,70
-13,12 0,84 4,86 3,45 3,66 4,10
Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi (data diolah)
Dari tabel 1.1 terlihat, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
tahun 1985, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2,47 %. Hal ini terjadi,
karena Indonesia harus menghadapi tantangan yang cukup berat, yaitu
kelesuan kegiatan ekonomi dalam negeri, ditambah lagi dengan penurunan
harga minyak bumi yang cukup tajam, serta melemahnya daya saing barang-
barang produksi dalam negeri, sehingga penerimaan devisa dari ekspor
menurun.
4
Pada tahun 1995, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka
yang tertinggi, yakni sebesar 8,22 %. Kenaikan ini sebagian besar didorong
oleh kenaikan konsumsi dan sebagai dampak dari adanya boom investasi yang
terjadi pada tahun 1995, dengan nilai investasi sebesar 39.914,7 juta US
Dolar.
Krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun
1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, membawa dampak pada
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi
mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar minus 13,12 %.
Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, perekonomian nasional Indonesia
mengalami pemulihan (recovery), meskipun jika dibandingkan dengan negara-
negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi
di Indonesia relatif lebih lambat.
Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa
optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya
nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga
pada sektor riil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86 % lebih
tinggi dari prakiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0 % sampai
dengan 4,0 %. Pada tahun 2002 semakin membaik dibandingkan tahun 2001,
berdasarkan perhitungan PDB atas dasar harga konstan 1993, laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 3,66 %, dan laju
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2001 sebesar 3,45 %, Sedangkan pada
tahun 2003 laju pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 4,10 %.
5
Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan
lebih stabil selama 2003 sebagaimana yang tercermin pada pertumbuhan
ekonomi yang meningkat. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi yang
terjadi masih belum memadai untuk menyerap tambahan angkatan kerja
sehingga jumlah pengangguran masih mengalami kenaikan. Aktivitas
perdagangan dunia yang masih lesu mengakibatkan pertumbuhan volume
ekspor Indonesia, khususnya komoditas nonmigas, relatif rendah. Dalam
situasi demikian, kinerja ekspor secara nominal sangat terbantu oleh
meningkatnya harga komoditas migas dan nonmigas di pasar internasional
sehingga secara keseluruhan nilai ekspor pada 2003 masih mengalami
kenaikan yang signifikan dan menjadi penopang utama terjadinya surplus
transaksi berjalan selama 2003. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 4-5)
Namun, dengan perkembangan perekonomian yang dicapai saat ini,
Indonesia masih harus menghadapi permasalahan yang mungkin juga dialami
negara lain, khususnya negara sedang berkembang, yang sedang
melaksanakan pembangunan. Pembangunan tersebut tentunya memerlukan
dana dalam jumlah yang besar.
Menurut Harrod Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal. Semakin banyak
tabungan yang kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat terjadi
pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi secara riil, tingkat pertumbuhan ekonomi
yang terjadi pada setiap tabungan dan investasi tergantung dari tingkat
produktivitas investasi tersebut. (M. P. Todaro, 1993, : 65 – 66)
6
Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang
modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional, dan pendapatan
nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama menuju
pembangunan ekonomi.
1.2.Perumusan Masalah
Apabila kita membicarakan pertumbuhan, tentunya kita pahami bahwa
yang dimaksud adalah peningkatan output nasional. Untuk meningkatkan
output nasional tersebut terdapat faktor-faktor yang saling mempengaruhi dan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Pertumbuhan ekonomi
tersebut bersifat dinamis, artinya adakalanya pertumbuhan ekonomi
berkembang dengan cepat, dan adakalanya pula pertumbuhan ekonomi itu
mengalami kemunduran, bahkan mencapai angka minus dan menyebabkan
perekonomian mengalami kondisi stagnasi.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, seperti yang kita
lihat dalam tabel 1.1, selama tahun penelitian sangat fluktuatif. Apalagi jika
kita lihat pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi mencapai angka minus
13,12 %. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
oleh dua macam faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor
ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung
pada sumber alamnya, sumber daya manusia, modal usaha, teknologi dan
sebagainya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi juga ditunjang oleh faktor
7
non ekonomi, seperti lembaga sosial, sikap budaya, nilai moral, kondisi
politik, dan kelembagaan dari negara tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana pengaruh variabel ekspor terhadap PDB riil?
b. Bagaimana pengaruh variabel Investasi terhadap PDB riil?
c. Bagaimana pengaruh variabel tenaga kerja terhadap PDB riil?
d. Bagaimana pengaruh variabel hutang luar negeri terhadap PDB riil?
e. Seberapa besar pengaruh variabel – variabel tersebut terhadap PDB rill?
1.3. Pembatasan Masalah
Demikian luasnya faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, baik faktor ekonomi maupun non ekonomi, sehingga harus
dilakukan pembatasan masalah agar analisis yang dilakukan dapat mencapai
sasaran yang diinginkan. Pada penelitian ini analisis hanya dibatasi pada
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan
seberapa besar pengaruhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi tersebut dibatasi pada investasi, ekspor , tenaga kerja dan hutang luar
negeri periode, 1984-2003.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis pengaruh variabel ekspor terhadap PDB riil.
b. Untuk menganalisis pengaruh variabel investasi terhadap PDB riil.
8
c. Untuk menganalisis pengaruh variabel tenaga kerja terhadap PDB
riil.
d. Untuk menganalisis pengaruh variabel hutang luar negeri terhadap
PDB riil.
e. Untuk menganalisis pengaruh variabel – variabel tersebut terhadap
PDB riil.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
a. Pemerintah (policy maker), sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan yang akan diambil, khususnya kebijaksanaan
yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
b. Ilmu Pengetahuan
1. Memperkaya dan memperdalam khasanah penelitian sejenis yang
telah ada sebelumnya
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi semua pihak yang
berkepentingan.
c. Peneliti
1. Untuk menyelesaikan tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana
ekonomi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia.
2. Penelitian ini merupakan wujud nyata penerapan teori-teori yang
telah di dapat di bangku kuliah serta sebagai wahana latihan dalam
memperluas khasanah keilmuan.
9
1.5. Sistematika Penulisan
- BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang permasalahan yang akan diangkat,
kemudian merumuskan serta manfaat dan tujuan apa yang bisa dipetik
dari penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 1984-2003
- BAB II : TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
Berisi uraian atau gambaran secara umum mengenai subyek penelitian
yang bersumber pada data yang bersifat umum. Deskripsi dilakukan
dengan merujuk pada fakta yang bersumber pada data yang bersifat
umum sebagai wacana pemahaman secara makro yang berkaitan tentang
penelitian.
- BAB III : KAJIAN PUSTAKA
Berisi kajian penelitian-penelitian terdahulu pada area yang sama, untuk
membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut sekaligus untuk
menghindari adanya duplikasi.
- BAB IV : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Berisi mengenai teori yang digunakan untuk mendekati permasalahan
yang diteliti. Menteorikan hubungan antar variabel yang terlibat dalam
permasalahan yang diangkat. Sedangkan hipotesis merupakan jawaban
sementara atas rumusan masalah.
10
- BAB V : METODE PENELITIAN
Berisi metode analisis yang digunakan dan data-data yang digunakan
beserta sumber data.
- BAB VI : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian dan
analisis statistik.
- BAB VII : SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Pada bagian simpulan berisi tentang simpulan-simpulan yang langsung
diturunkan dari analisis yang telah dilakukan serta menjawab semua
pertanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah. Sedangkan pada bagian
implikasi muncul sebagai hasil simpulan jawaban atas rumusan masalah
serta masukan bagi pihak terkait.
.
11
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Selama kurun waktu 1987 – pertengahan 1997, perkembangan kondisi
perekonomian Indonesia sangat menggembirakan dan membanggakan. Hal ini
ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang signifikan secara terus menerus
jauh diatas rata-rata tingkat pertumbuhan dunia. Fenomena inilah yang
menyebabkan Indonesia bersama negara-negara Asia lainnya (Korea Selatan,
Hongkong, Taiwan, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina) dikatakan
sebagai suatu keajaiban ekonomi. Indonesia bersama negara-negara lainnya
telah menjadi satu pilar penentu perekonomian dunia mengimbangi negara-
negara maju. (Proyeksi Ekonomi Indonesia Tahun 2000, : 3)
Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 tumbuh 4,1 %, meningkat
dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat sebesar 3,7 %. Seluruh
komponen permintaan tumbuh positif, sehingga kontribusi komponen –
komponen tersebut dalam pertumbuhan ekonomi juga meningkat (Tabel 2.1).
pertumbuhan ekonomi masih dimotori oleh konsumsi. Sementara investasi
dan ekspor, walaupun mulai menunjukkan pertumbuhan positif, namun
perannya sebagai penggerak perekonomian relatif masih terbatas.
12
TABEL 2.1.
PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PERMINTAAN
Komponen Rata-rata 1989-1997 2000 2001 2002 2003
Pertumbuhan (%) Total Konsumsi Rumah Tangga Pemerintah Investasi Ekspor barang dan jasa Impor barang dan jasa Produk Domestik Bruto Kontribusi Terhadap Pertumbuhan (%) Total Konsumsi Rumah Tangga Pemerintah Investasi Ekspor barang dan jasa Impor barang dan jasa
8,2 8,9 3,6
11,7 9,1
14,0 7,8
5,5 5,2 0,4 3,1 2,3 3,4
2,0 1,6 6,5
16,7 26,5 25,9 4,9
1,6 1,1 0,5 3,4 6,4 5,4
3,9 3,4 9,0 6,5 2,9 8,2 3,5
3,0 2,3 0,7 1,5 0,9 2,0
4,7 3,8
12,8 0,2 -0,6 -5,0 3,7
3,6 2,6 1,0 0,1 -0,2 -1,3
4,6 4,0 9,8 1,4 4,0 2,0 4,1
3,6 2,8 0,8 0,3 1,1 0,5
Sumber : Laporan Bank Indonesia, 2003
Pertumbuhan Ekonomi di negara Indonesia, tidak dapat dilepaskan
dari perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem perekonomian dunia.
Liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi telah mempercepat laju
pertumbuhan negara-negara tersebut. Perubahan tersebut yang disertai
teknologi dan telekomunikasi telah mendorong berkurangnya hambatan-
hambatan lalu lintas barang dan modal antar negara.
Perbaikan indikator makroekonomi pada tahun laporan, sebagaimana
tercermin dari turunnya tingkat suku bunga dan turunnya laju kenaikan harga,
lebih direspon oleh kegiatan konsumsi. Sementara itu, kegiatan investasi yang
memiliki efek pengganda yang lebih besar dibandingkan konsumsi, mulai
meningkat seiring dengan turunnya tingkat suku bunga. Namun, laju kenaikan
13
investasi relatif masih rendah yang disebabkan oleh beberapa masalah yang
belum diselesaikan, sehingga belum kondusifnya iklim berinvestasi.
Sementara itu, kegiatan barang dan jasa, selain masih menghadapi
permasalahan produksi di dalam negeri, juga masih menghadapi permintaan
dunia yang masih lemah. (laporan Bank Indonesia, 2003 : 27)
Konsumsi rumah tangga tumbuh positif dan terus menanjak, dilihat
dari tabel 2.1 pada tahun 2003 tumbuh 4,0 % lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan tahun 2002 yang pertumbuhannya hanya 3,8 %. Hal ini
disebabkan karena naiknya penghasilan riil masyarakat, membaiknya
keyakinan konsumen, dan ketersediaan sumber – sumber pembiayaan
konsumsi.
Pada tahun 2000, perekonomian Indonesia menunjukkan
pemulihan ekonomi yang semakin kuat dengan pola pertumbuhan ekonomi
yang seimbang. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 mencapai angka 4,9
%, lebih tinggi dari perkiraan awal tahunan Bank Indonesia sebesar 3,00 % -
4,00 %. Tahun 2001 pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengalami penurunan
sebesar 3,5 %, dan ditahun 2002 naik tipis menjadi 3,7 %. Sejumlah kemajuan
juga dicapai dalam proses penyelesaian utang luar negeri pemerintah, telah
selesainya program rekapitalisasi perbankan, serta telah dicapainya
kesepakatan dan penyelesaian masalah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI).
Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 menjadi lebih
seimbang dengan didukung oleh nilai tukar yang kompetitif, peningkatan
14
ekspor non migas dan juga kegiatan investasi yang mulai meningkat, sejalan
dengan perbaikan tingkat pendapatan pada sebagian lapisan masyarakat, baik
berasal dari upah / gaji, maupun ekspor.
Kondisi ekonomi makro yang membaik pada tahun 2003 antara lain
didukung oleh pelaksanaan kebijakan ekonomi makro yang senantiasa
diarahkan pada upaya pencapaian kestabilan jangka panjang sambil tetap
memelihara momentum pemulihan ekonomi. (Laporan Bank Indonesia, 2003 :
5)
Pertumbuhan ekonomi selama ini telah memberikan dampak
perubahan terhadap kontribusi maupun laju pertumbuhan sektor-sektor
ekonomi. struktur perekonomian Indonesia terus mengalami perubahan
mengikuti struktur perekonomian yang lazim di negara-negara maju, dimana
kontribusi sektor-sektor tradisional, seperti sektor pertanian dan sektor
pertambangan terhadap PDB semakin lama semakin berkurang, digantikan
oleh sektor-sektor modern, seperti industri pengolahan dan jasa-jasa, seperti
perdagangan, hotel, dan restoran.
Tabel 2.2 menunjukan, bahwa selama kurun waktu 1993 –2003, sektor
industri sumbangannya terhadap pembentukan PDB nilainya selalu lebih besar
dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini berbeda pada masa-masa
sebelumnya, dimana sektor pertanian masih mendominasi terhadap
pembentukan PDB.
15
TABEL 2.2.
PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA
MENURUT LAPANGAN USAHA
PERIODE 1993-2003
(dalam milyar rupiah)
Lapangan Usaha
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Pertanian, Petern,
Kehut, dan Perikanan
58.963,4
59.291,2
61.885,2
63.827,8
66.468,0
63.609,5
64.985,3
66.208,9
67.318,5
68.669,7
70.374,6
Pertambangan dan
penggalian
31.497,3 33.261,6 35.502,2 37.739,4 38.538,2 37.474,0 36.865,8 38.896,4 39.401,3 40.404,8 40.590,8
Industri Pengolaha
n
73.556,3 82.649,0 91.637,1 102.259,7 107.629,7 95.320,6 99.058,5 104.986,9 108.272,3 111.982,5 115.900,7
Listrik, Gas dan
Air Bersih
3.290,2 3.702,7 4.291,9 4.876,8 5.479,9 5.646,1 6.112,9 6.524,2 7.111,9 7.538,4 8.052,2
Bangunan
22.512,9 25.857,5 29.197,8 32.923,7 35.346,4 22.465,3 22.035,6 23.278,7 24.308,2 25.488,4 27.196,2
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
55.512,9 59.504,1 64.230,8 69.475,0 73.523,8 60.130,7 60.293,9 63.198,3 65.824,6 68.333,3 70.891,3
Pengangkutan dan
Komunikasi
23.248,9 25.188,6 27.328,6 29.701,1 31.782,5 26.975,1 26.772,1 29.072,1 31.338,9 33.855,1 37.475,5
Keuangan, Persewaan
Jasa Perush
28.047,8 30.901,0 34.313,0 36.384,2 38.543,0 28.278,7 26.244,6 27.449,4 28.932,3 30.590,8 32.512,5
Jasa Lainnya
33.361,4 34.285,1 35.405,7 36.610,2 37.934,5 36.475,0 37.184,0 38.051,5 39.245,4 40.080,1 41.459,9
PDB 329.775,8 354.640,8 383.792,3 413.797,9 433.245,9 376.374,9 379.557,7 397.666,3 411.753,5 416.942,9 444.453,5
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi
Dalam tabel 2.2 terlihat, bahwa PDB sektor industri pada tahun 1993
sebesar Rp 73.556,3 milyar, tahun 1994 sebesar Rp 82.649,0 milyar, tahun
16
1995 sebesar Rp 91.637,1 milyar, tahun 1996 sebesar Rp 102.254,7 milyar,
tahun 1997 sebesar Rp 107.629,7 milyar, tahun 1998 sebesar Rp 95.320,6
milyar, tahun 1999 sebesar Rp 98.949,4 milyar, tahun 2000 sebesar
Rp 104.986,9 milyar, tahun 2001 sebesar Rp108.272,3 milyar, tahun 2002
sebesar Rp 111.982,5 milyar, tahun 2003 sebesar Rp 115.900,7 milyar.
Industri yang terbesar terjadi pada tahun 2003 sebesar, yakni sebesar Rp
115.900,7 milyar. Pada tahun 1998 dan 1999, sektor industri mengalami
penurunan nilai yang sangat tajam, dari Rp 107.629,7 pada tahun 1997,
menjadi hanya Rp 95.320,6 milyar ditahun 1998 dan Rp 98.949,4 ditahun
1999. Walaupun mengalami penurunan, tetapi sumbangannya terhadap
pembentukan PDB masih lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian.
Penurunan nilai sumbangan sektor industri pada tahun 1998 dan 1999 terjadi
karena pada tahun tersebut, Indonesia sedang berada pada kondisi krisis
moneter dan krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997.
Ditahun 1999 dan 2000 sektor industri mengalami kenaikan yang cukup besar
dari Rp 99.058,5 milyar menjadi sebesar Rp 104.986,9 milyar. Dan mulai
perubahan ditahun 1999 ke tahun 2000, sektor industri mengalami kenaikan,
tahun 2001 sebesar Rp 108.272,3 milyar, pada tahun 2002 sebesar Rp
111.982,5 milyar dan ditahun 2003 naik menjadi Rp 115.900,7 milyar.
Pada sektor Industri pengolahan pada tahun 2003 tumbuh sebesar
3,5 % dan memberikan sumbangan 0,9 % terhadap pertumbuhan PDB. Angka
pertumbuhan ini sedikit menanjak apabila dibandingkan pertumbuhan tahun
lalu yang hanya mencapai 3,4 %. Rendahnya pertumbuhan sektor industri ini
17
menyebabkan kenaikan permintaan konsumsi tidak dapat sepenuhnya
dipenuhi oleh produksi domestik. Kesenjangan antara produksi dengan
permintaan ini diisi oleh barang-barang yang berasal dari impor sebagaimana
terindikasikan oleh impor barang konsumsi. Rendahnya pertumbuhan sektor
industri ini juga terkait dengan permasalahan daya saing produk domestik
yang lemah. Selanjutnya, sektor pertanian mencatat pertumbuhan sebesar 2,5
%, lebih tinggi dari pertumbuhan pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar
2,0 %. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami
pertumbuhan sebesar 3,7 % turun dibandingkan tahun lalu sebesar 3,8 %.
dengan pertumbuhan yang melambat tersebut, kontribusi sektor ini terhadap
pertumbuhan PDB hanya mencapai 0,6 %. Pertumbuhan pada sektor ini
terutama didorong oleh subsektor perdagangan besar dan eceran seiring
dengan peningkatan konsumsi masyarakat. (Laporan Tahunan BI Tahun 2003,
: 35 – 36)
2.2. Perkembangan Investasi di Indonesia
Seperti diketahui, bahwa ciri-ciri negara berkembang ialah kekurangan
modal atau rendahnya tingkat tabungan dan investasi. Tidak hanya persediaan
modal yang sangat kecil, tetapi juga laju tabungan yang sangat rendah. Rata-
rata investasi kotornya hanya 5 % - 6 % dari pendapatan nasional kotor,
sedangkan negara maju berkisar antara 15 % - 20 %. Laju tabungan yang
rendah seperti itu hampir tidak cukup untuk pertumbuhan penduduk yang
cepat. (M.L. Jhingan , 2000, : 480)
18
Negara berkembang seperti Indonesia mengalami kekurangan modal
overhead ekonomi yang secara langsung diperlukan untuk lebih
mempermudah investasi. (M.L. Jhingan , 2000,: 481). Peranan investasi ini
setidaknya didasarkan atas adanya harapan akan dapat memacu pemerataan
dan pertumbuhan ekonomi, serta memperluas kesempatan tenaga kerja, Dalam
upaya menciptakan iklim investasi yang kondusif, maka diusahakan
memberikan prosedur yang sederhana dan terkendali, sarana dan prasarana
yang menunjang, serta peraturan yang konsisten, sehingga terjamin kepastian
berusaha dan keamanan untuk berinvestasi. Langkah-langkah tersebut telah
dirintis oleh pemerintah dengan dikeluarkannya kebijakan deregulasi,
debirokratisasi, dan disentralisasi dalam bidang investasi. Deregulasi sektor
riil yang menyangkut masalah investasi diwujudkan dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah No. 20 / tahun 1994 yang memungkinkan setiap
penanam modal memiliki 95 % saham usahanya di Indonesia. (Laporan
Tahunan BI Tahun 2000).
Kegiatan Investasi pada 2003 tumbuh sebesar 1,4 %, meningkat
dibandingkan pertumbuhan tahun lalu sebesar 0,2 %. Indikasi kenaikan
investasi tercermin dari naiknya impor barang modal, penjualan truk dan
persetujuan PMA/PMDN. Walaupun demikian, peran investasi dalam
mengangkat pertumbuhan ekonomi masih sangat terbatas sebagaimana
tercermin dari pertumbuhannya yang masih di bawah rata-rata pertumbuhan
sebelum krisis yang mampu mencapai sekitar 12 % pertahun. Hal ini terkait
dengan berbagai permasalahan yang menyelimuti dunia usaha, seperti masih
19
belum kondusifnya iklim berinvestasi di Indonesia. (Laporan Tahunan Bank
Indonesia, 2003 : 30)
Tabel 2.3, menyajikan persetujuan penanaman modal luar negeri yang
disetujui pemerintah menurut sektor ekonomi pada tahun 1993 – 2003. Dalam
tabel yang disajikan dapat kita lihat seberapa besar nilai investasi menurut
sektor perekonomian.
TABEL 2.3.
PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL LUAR NEGERI DI
INDONESIA YANG DISETUJUI PEMERINTAH
MENURUT SEKTOR EKONOMI
(Juta US $)
Lapangan Usaha 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Pertanian,kehutanan,dan perikanan 160,1 729,9 1384,3 1521,5 463,7 998,2 482,4 152,2 389,7 458,9 178,9
Pertambangan dan penggalian - - - 1696,7 1,6 0,3 14,2 2,2 118,7 49,3 17,8
Perindustrian 3.421,4 18.738,8 26.891,9 16.072,2 23.017,3 8.388,2 6.929,2 5.179,6 5.131,4 3252,6 6.457,4 Konstruksi 96,9 76,5 205.,8 296,8 306,8 197,8 153,4 87,8 47,6 282,1 787,7 Perhotelan 394,4 343,6 998,8 1716,6 462,6 451,1 228,6 29,4 891,6 254,6 488,2 Transport,pergudangan,dan pehubungan 85,4 145,1 5.539,5 694,6 5.900,0 79,0 102,7 138,1 378,2 3.713,3 4.160,2
Lembaga keuangan,peransuransian,real estate dan perusahaan
598,0 1.027,8 1.192,0 3.000,3 1.397,6 1.270,9 171,2 104,6 177,4 7,3 10,3
Jasa masyarakat,sosial,dan perorangan 3.385,6 2.622,6 3.702,3 4.932,8 2.282,9 2.177,6 2.800,2 393,1 1516,0 804,9 279,7
Jumlah 8.141,8 23.724,3 39.914,7 29.931,4 33.832,5 13.563,1 10.881,8 6.087,0 9.027,5 9.789,1 13.207,2
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, berbagai edisi
Dari tabel 2.3 di atas terlihat, bahwa pada tahun 1993 nilai investasi di
sektor industri sebesar 3.421,4 juta US Dollar, lebih besar dibandingkan
dengan sektor-sektor lainnya. Pada tahun 1994 nilai investasi di sektor industri
meningkat menjadi 18.738,8 juta US Dollar. Perkembangan tahun berikutnya,
yang paling menonjol adalah tahun 1995, dimana nilai investasi di sektor
industri mencapai angka yang terbesar yaitu sebesar 26.891,8 juta US Dollar,
kenaikan tersebut disebabkan oleh proses industrialisasi yang terjadi di
20
Indonesia, dan pada tahun 1998 dan tahun 1999 serta tahun 2000 nilai
investasi disektor industri mengalami penurunan tajam, yaitu sebesar 8.388,2
juta US Dollar pada tahun 1998 dan 6.929,2 juta US Dollar pada tahun 1999
serta 5.179,6 US Dollar pada tahun 2000 karena para investor melihat
keamanan pada tahun 1998 tidak stabil, akibat adanya krisis moneter dan
krisis ekonomi.
Pada tahun 1995, nilai investasi memiliki angka yang sangat tinggi,
yaitu sebesar 26.891,8 juta US Dollar, pada tahun berikutnya nilai investasi
menurun drastis menjadi sebesar 16.072,2 juta US Dollar pada tahun 1996,
dan pada tahun 1998 dan tahun 1999 serta tahun 2000 nilai investasi disektor
industri mengalami penurunan tajam, yaitu sebesar 8.388,2 juta US Dollar
pada tahun 1998 dan 6.929,2 juta US Dollar pada tahun 1999 serta 5.179,6 US
Dollar pada tahun 2000. Hal ini disebabkan karena adanya krisis moneter dan
krisis ekonomi yang berujung menjadi krisis multidimensi, sehingga para
investor dalam menginvestasikan dana atau modalnya sangat memperhatikan
aspek keamanan dan kestabilan di sektor ekonomi maupun pada sektor sosial
dan politik. Perkembangan penyebaran modal di daerah, dengan disertai nilai
investasi per daerah, dan juga dapat dilihat perkembangan nilai investasi dari
tahun 1993 hingga tahun 2003, pada tabel berikut :
21
TABEL 2.4. PROYEK-PROYEK PENANAMAN MODAL LUAR NEGERI YANG
TELAH DISETUJUI PEMERINTAH MENURUT LOKASI (Juta US $)
Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Jawa 6.569,5 14.356,3 27.491,9 17.908,4 20.535,0 10.840,4 2.635,9 5.576,9 5.741,8 4.794,1 7.430,6
D.K.I. Jakarta 1.669,1 1.822,3 4.030,8 4.403,9 6.136,1 1.700,1 783,8 627,2 1.154,5 3.373,5 5.611,6
Jawa Barat 2.508,0 4.446,3 12.474,4 7.760,1 7.973,3 5.504,1 1.498,2 1.835,6 1.190,9 897,4 911,0
Jawa Tengah 50,3 1.830,2 726,7 3.273,7 2.195,7 3.066,7 69,7 2.989,0 117,1 71,6 89,7
D.I.Y 56,3 0,2 79,5 69,0 14,3 6,0 10,5 1,2 10,2 19,9 17,4
Jawa Timur 2.285,8 6.247,3 10.207,5 2.401,7 4.215,6 563,5 273,7 123,9 1.680,6 271,1 417,7
Banten - - - - - - - - 1.588,5 160,6 383,2
Sumatera 1.362,3 5.515,0 5.464,0 4.297,6 11.163,9 1.415,7 7.652,6 335,5 2.356,7 2.069,6 1.541,2
D.I. Aceh 528,6 1.050,2 1.624,8 525,8 771,9 6,2 51,8 0,6 6,0 - 82,5
Sumatera utara 72,3 225,3 658,1 614,7 3.514,6 229,6 102,7 124,8 106,5 44,4 57,6
Sumatera Barat 65,7 97,7 118,4 79,3 7,1 175,8 344,9 14,0 38,2 10,0 45,3
Riau 609,4 3.964,3 598,8 1.664,5 6.743,0 537,1 6.956,9 146,2 2.095,5 1.152,3 1.175,3
Jambi 0,3 39,3 24,1 9,0 - 201,9 42,0 34,5 10.2 21,6 0,6
Sumatera Selatan - 82,9 1.968,3 1.292,3 73,2 129,3 39,7 6,5 42,3 77 1,1
Bengkulu 34,0 8,6 19,7 64,2 - 37,7 18,4 - 1,9 - 159,2
Lampung 52,0 46,7 451,8 47,8 54,1 98,1 96,2 8,9 53,8 62 - Kelpulauan Bangka Belitung 2,3 31,2 19,6
Kalimantan 12,8 2.058,3 1.649,2 2.876,6 1.056,1 722,7 226,8 54,7 246,6 2.237,0 780,7
Kalimantan Barat 2,0 7,7 175,3 547,1 28,2 251,2 102,0 - 21,8 1,4 33,0
Kalimantan Timur 1,0 99,6 1.315,6 2.170,1 583,2 397,7 44,2 40,9 203,2 2.192,7 713,4
Kalimantan Tengah - - 73,4 140,2 6,0 0,4 50,3 10,7 11,9 8,9 32,2
Kalimantan Selatan 9,8 1.951,0 84,9 19,2 438,7 73,4 30,3 3,1 9,7 34,0 2,1
Sulawesi 40,2 1.448,4 2.394,4 2.552,6 426,0 192,7 141,8 42,8 81,1 420,2 225,2
Sulawesi Utara 32,0 40,5 164,3 72,3 358,8 157,4 24,1 3,6 1,2 41,2 181,3
Sulawesi Tengah - 6,3 105,6 10,0 5,5 6,9 2,7 0,3 0,5 373,7 -
Sulawesi Tenggara - 6,3 0,5 2,8 3,5 0,6 102,5 4,3 0,5 0,3 43,8
Sulawesi Selatan 8,2 1.395,3 2.114,0 2.467,5 58,3 27,8 12,5 34,6 78,9 5,0
Gorontalo - - - - - - - - - - 0,1
Bali & Nusa Tenggara 51,6 36,5 328,6 1,765 129,2 365,7 208,8 38,5 524,9 208,5 3.004,5
Maluku, Papua, dan Timor-Timor 105,4 309,9 2,596,4 531,2 522,2 25,9 24,9 38,6 6.104,8 59,7 225,0
Jumlah 8.141,8 23.724,4 39.914,7 29.931,4 33.832,5 13.563,1 10.890,8 6.087,0 9.027,5 9.789,1 13.207,2
22
Dapat diketahui, bahwa tahun 1997, daerah Jawa masih mendominasi
nilai investasi secara keseluruhan dengan nilai investasi sebesar 20.535,0 juta
US Dollar, meninggalkan daerah yang lain dan tetap bertahan pada nilai
investasi ditahun-tahun berikutnya. Begitu pula pada tahun 1995 dan 1996,
dengan nilai investasi yang tertinggi di propinsi Jawa Barat sebesar 12.474,4
juta US Dollar pada tahun 1995 dan 7.760,1 juta US Dollar pada tahun 1996.
Pada tahun 2001, dengan bertambahnya Propinsi Banten, dapat menambah
nilai investasi pulau Jawa. Jumlah total nilai investasi di Pulau Jawa pada
tahun 1999, menduduki jumlah nilai investasi terendah, dengan nilai sebesar
2.635,9 juta US Dollar. Pada tahun 1998, mulai mengalami penurunan hingga
tahun berikutnya, yang disebabkan kondisi perekonomian Indonesia tidak
berada di posisi stabil, karena adanya krisis moneter dan krisis ekonomi yang
berlanjut menjadi krisis multidimensi.
2.3. Perkembangan Ekspor Indonesia
Pesatnya perkembangan perekonomian Indonesia kurang lebih dua
dasawarsa terakhir menunjukkan keberhasilan dan kemampuan pemerintah
dalam mengerahkan dana-dana Investasi, yang berupa dana dalam bentuk
bantuan untuk pembangunan. Disisi lain, dengan meningkatnya harga minyak
bumi dalam tahun 1980-an merupakan salah satu penunjang perekonomian
pada saat itu, sumber utama untuk pengembangan ekspor lebih lanjut.
Ada sejumlah indikator yang umum digunakan untuk mengetahui
perkembangan struktur ekspor, diantaranya adalah proporsi ekspor migas dan
non migas terhadap total ekspor.
23
TABEL 2.5
PERKEMBANGAN EKSPOR INDONESIA
PERIODE 1984 – 2003
(Juta US $)
Ekspor Migas Ekspor Non Migas Tahun Nilai % Peran Nilai % Peran
Total Ekspor
1984 16.018,1 73,18 5.869,7 26,82 21.887,81985 12.717,9 68,43 5.868,8 31,57 18.586,71986 8.276,6 55,90 6.528,4 44,10 14.805,01987 8.556,0 49.93 8.579,6 50,07 17.135,61988 7.681,4 39,97 11.537,1 60,03 19.218,51989 8.680,2 39,17 13.480,0 60,83 22.160,21990 11.071,1 43,12 14.604,2 56,88 25.675,31991 10.894,9 37,39 18.247,5 62,61 29.142,41992 10.670,9 31,42 23.296,1 68,58 33.967,01993 9.745,8 26,47 27.077,2 73,53 36.823,01994 9.693,6 24,20 30.359,8 75,80 40.053,41995 10.464,4 23,04 34.953,6 76,96 45.418,01996 11.722,0 23,53 38.092,9 76,47 49.814,91997 11.622,5 21,75 41.821,1 78,25 53.443,61998 7.872,1 16,12 40.975,5 83,88 48.847,61999 9.792,3 20,12 38.873,2 79,88 48.665,52000 14.237,2 22,96 47.779,2 77,04 62.016,42001 43.684,5 77,56 12.636,3 22,43 56.320,92002 45.406,1 79,43 12.112,7 21,19 59.158,82003 13.651,7 22,36 47.406,7 77,64 61.058,3
Sumber : Badan pusat statistik, berbagai edisi, data diolah
Dari tabel 2.5 dapat terlihat, bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia
pada periode 1984 sampai dengan 1986 masih mendominasi oleh ekspor
migas, seiring dengan harga minyak bumi yang masih menjanjikan. Pada
periode Februari 1983, harga minyak bumi sebesar 29,53 US Dolar per barrel.
Kemudian pada periode Februari 1985, harga minyak turun menjadi 28,53 US
Dolar per barrel. Dari tabel 2.5 terlihat bahwa pertumbuhan ekspor migas
cenderung menurun dari tahun ke tahun sampai tahun 2000, dan mulai
mengalami kenaikan tajam pada tahun 2001 dari sebesar 14.237,2 US Dolar
24
pada tahun 2000, menjadi sebesar 43.684,5 US Dolar. Pada tahun 2002 naik
lagi menjadi sebesar 45.406,1 US Dolar dengan persentase peranan terhadap
total ekpor keseluruhan sebesar 79,43 %, tetapi pada tahun 2003 harga minyak
dunia menurun pada 30 US Dolar per barel. Hal ini disebabkan oleh belum
pulihnya pasokan minyak dari Irak, menurunnya cadangan minyak AS, dan
kuatnya disiplin kuota OPEC. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 8)
Sedangkan pada ekspor non migas pada tahun 1998 mengalami
presentase peranan terhadap total ekspor yang cukup tinggi yaitu sebesar
83,88 %. Pada periode selanjutnya peranan ekspor non migas mengalami
kecenderungan menurun. Pada tahun 1999 turun menjadi 79,88 %, tahun 2000
turun menjadi sebesar 77,04 %. Pada periode setelah tahun 2000, peranan
ekspor non migas mengalami penurunan yang sangat drastis, pada tahun 2001
peranan ekspor non migas turun menjadi 22,43 % dan mengalami penurunan
kembali pada tahun 2002 menjadi sebesar 21,19 %, tetapi pada tahun 2003
ekspor non migas mengalami kenaikan sebesar 77,64 %. Hal ini disebabkan
oleh pemulihan kegiatan produksi, adanya upaya produsen untuk memperbaiki
harga ke tingkat yang lebih tinggi setelah menurun tajam pada periode 1998-
2002, dan dampak dari depresiasi dolar. (Laporan Bank Indonesia, 2003 : 8)
Mulai pada tahun 2001 sampai tahun 2002, peranan antara ekspor
migas dan non migas menjadi terbalik drastis setelah tahun 2000. Pada tahun
2000, peranan ekspor migas sebesar 22,96 %, sedangkan peranan ekspor non
migas sebesar 77,04 %, di tahun berikutnya peranan ekpor migas menjadi
sebesar 77,56 %, dan peranan pada ekspor non migas menjadi sebesar 22,43
25
%, tetapi pada tahun 2003 peranan ekspor non migas berperan lagi menjadi
77,64 % dan ekspor migas sebesar 22,36 %.
Pertumbuhan ekspor sejak tahun 1987 didominasi oleh ekspor non
migas, menggantikan ekspor migas, seiring dengan berakhirnya era oil boom,
Pertumbuhan ekspor non migas yang cepat pada tahun 1980-an dan 1990-an,
selain didorong oleh meningkatnya permintaan luar negeri karena
berkurangnya hambatan-hanbatan dalam perdagangan, juga tidak dapat
dilepaskan dari deregulasi ekonomi yang dijalankan di dalam negeri.
Perkembangan ekspor non migas tersebut, terutama didorong oleh
ekspor produk manufaktur yang memiliki keunggulan komparatif, seperti
kayu olahan, tekstil, dan produk tekstil. Sektor manufaktur tetap menjadi
andalan utama ekspor non migas, diikuti oleh sektor pertanian dan
pertambangan. Sektor pertanian, meskipun mengandung keunggulan
komparatif, tetapi sangat rentan terhadap fluktuasi harga internasional. Selain
itu, term of trade produk-produk pertanian semakin lama semakin turun jika
dibandingkan dengan produk manufaktur.
Dengan melihat perkembangan ekspor Indonesia selama kurun waktu
1984 – 2003, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekspor
yang ditandai dengan pergeseran peran ekspor produk migas kearah ekspor
produk non migas pada kisaran tahun 1984 – 1999, sedangkan pada periode
tahun 2000 – 2003 peranannya silih berganti dari ekspor non migas ke ekspor
migas
26
Perubahan sektor ekspor ini selain disebabkan oleh perubahan harga
minyak bumi di pasaran dunia yang sangat fluktuatif dan terbatasnya produksi
dalam negeri, juga disebabkan karena diperlakukannya berbagai perubahan
kebijakan (policy reform) yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan
pada ekspor migas, dan juga sebagai upaya penggalakan ekspor non migas.
Dengan kondisi tersebut, ketergantungan pada devisa migas akan semakin
berkurang.
Menurut negara-negara tujuan ekspor, Jepang merupakan negara
terbesar yang mampu menyerap komoditi ekspor terbesar Indonesia. Selain itu
ekspor Indonesia juga ditujukan ke Amerika Serikat, negara-negara dalam Uni
Eropa (dahulu MEE), dan negara-begara ASEAN.
Bagi negara-negara sedang berkembang, yang perekonomianya masih
sangat tergantung pada pinjam / bantuan luar negeri, ekspor untuk produk-
produk dengan nilai tambah yang tinggi sangatlah penting. Khususnya
Indonesia, akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang membuat negara
nyaris bangkrut, ekspor diharapkan dapat menjadi motor penggerak proses
pemulihan ekonomi nasional. Sayangnya, harapan ini tampaknya sangat tidak
mudah diwujudkan, tidak dalam waktu pendek ini.
Ekspor selama periode 1998 – 1999, termasuk produk-produk
unggulan, seperti tekstil dan kayu lapis, tidak menunjukkan pertumbuhan yang
berarti. Kinerja ekspor yang tidak terlalu baik itu menandakan bahwa dalam
masa sekarang, tingkat daya saing suatu produk di dalam perdagangan
internasional tidak lagi hanya ditentukan oleh perbedaan harga, tetapi juga
27
ditentukan oleh aspek lain, seperti kualitas, penampilan produk, warna,
bentuk, pelayanan purna jual (service after sale), dan sebagainya.
2.4. Perkembangan Tenaga Kerja di Indonesia
Penduduk Indonesia pada tahun 1985, berdasarkan sensus penduduk
tahun 1980 diperkirakan berjumlah 165 juta jiwa. Hal ini menempatkan
Indonesia pada urutan kelima dari negara-negara yang berpenduduk besar,
sesudah China, India, Rusia, dan Amerika Serikat. (Statistik Indonesia, 1985, :
31). Sementara itu, penduduk pada tahun 2002 sebesar 212.003.000 jiwa, data
ini merupakan hasil dari sensus penduduk tahun 2002. Tingkat pertumbuhan
penduduk telah turun cepat sejak tahun 1980, dari 1,97 % pada periode
1980 – 1990 menjadi sebesar 1,49 % per tahun selama periode 1990 – 2000.
Penurunan laju pertumbuhan penduduk sejak tahun 1980 sampai sekarang ini
berkaitan dengan keberhasilan program keluarga berencana.
(Statistik Indonesia, 2000 : 25)
Penduduk Indonesia yang jumlahnya sangat besar tersebut sebagian
besar merupakan tenaga kerja yang biasa memanfaatkan bagi proses
pembangunan, demi terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Namun,
jumlah tenaga kerja yang relatif besar itu harus menjadi suatu masalah karena
terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Permasalahan lainnya dalam
ketenagakerjaan di Indonesia adalah keahlian atau spesialisasi dan
profesionalisme yang kurang memuaskan. Oleh karena itu, pendidikan
merupakan usaha untuk menaikan mutu sumber daya manusia sebagai tenaga
kerja. Jika dilihat dari komposisi pendidikan penduduk yang bekerja menurut
28
lapangan pekerjaan dan status pekerjaan, sebagian besar tenaga kerja masih
berpendidikan sangat rendah.
Sektor-sektor perekonomian yang cukup besar peranannya dalam
ketenagakerjaan adalah sektor pertanian. Hampir sebagian tenaga kerja
tercatat di sektor ini. hal ini merupakan pencerminan negara agraris di
Indonesia. Hampir di semua propinsi, sebagian tenaga kerjanya berada
di sektor pertanian, kecuali DKI Jakarta yang lebih terkonsentrasi di sektor
perdagangan dan jasa. Sektor-sektor berikutnya yang cukup besar peranannya
dalam bidang ketenagakerjaan adalah sektor perdagangan, sektor industri, dan
jasa-jasa.
Salah satu indikator untuk melihat perkembangan ketenagakerjaan di
Indonesia adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK menurut
umur mengikuti pola huruf U terbalik. Angkatan TPAK ini rendah pada umur-
umur muda, dikarenakan pada usia tersebut, kebanyakan penduduk nasih
sekolah, kursus, kuliah, dan lain-lain. Kemudian, angka TPAK tersebut naik,
sejalan dengan kenaikan umur sampai mencapai puncaknya pada umur
40 – 44 tahun, dan selanjutnya turun lagi secara perlahan-lahan pada umur-
umur berikutnya, karena masa pensiun dan telah mencapai usia tua.
Untuk melihat perkembangan angkatan kerja dan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) menurut umur di Indonesia, dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
29
TABEL 2.6.
JUMLAH ANGKATAN KERJA DAN TPAK
MENURUT UMUR DI INDONESIA
UMUR 1985 1990 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
10-14 2.051.827 2.955.518 2.131.145 1.922.810 1.722.076 - - - - - -
15-19 6.013.427 7.868.741 8.766.283 8.402.533 8.199.926 8.368.985 8.554.349 7.746.221 8.138.571 8.208.419 7.221.857
20-24 8.260.029 8.864.168 11.384.181 11.235.405 11.047.125 11.364.444 11.643.217 12.077.515 12.201.236 12.488.55 13.262.096 25-29 9.344.248 7.445.143 11.671.664 11.945.274 12.173.897 12.423.862 12.589.200 13.390.138 13.678.117 13.325.417 13.543.972
30-34 7.849.306 9.405.570 11.042.297 11.496.192 11.422.554 11.722.118 12.014.253 12.456.416 12.943.605 13.175.756 13.568.1411
35-39 6.930.642 8.904.878 10.718.086 11.575.462 11.747.904 12.196.828 12.616.203 12.215.831 13.107.530 13.048.177 12.760.627
40-44 5.929.367 6.950.767 8.676.164 9.355.044 9.857.191 9.946.573 10.453.396 10.661.377 11.043.148 11.679.938 11.443.223
45-49 5.501.597 7.006.392 6.342.665 7.237.018 7.724.858 8.324.611 8.777.117 8.612.741 8.966.743 9.406.053 9.097.617 50-54 4.291.760 5.491.387 5.367.234 6.053.323 5.953.825 6.390.035 6.358.496 6.427.222 6.712.550 7.258.722 7.288.969
55-59 3.203.139 3.871.885 4.137.428 4.284.672 4.467.969 4.619.739 4.592.685 4.473.856 4.626.354 4.668.699 4.323.821
60+ 4.449.655 5.310.611 6.123.514 6.601849 7.007.586 7.377.737 7.248.262 7.589.644 213.582 7.519.534 7.805.684
Jumlah 63.824.997 77.802.264 86.361.261 90.109.582 91.324.911 92.734.932 94.847.178 95.650.961 98.812.448 100.779.270 100.316.007
TPAK (%) 53,02 57,33 56,62 58,34 58,02 66,93 67,22 67,76 68,60 67,76 65,72
Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, berbagai edisi
Dari tabel 2.6 dapat dilihat, bahwa jumlah angkatan kerja dari tahun ke
tahun semakin meningkat, seiring dengan jumlah penduduk yang semakin
bertambah. Pada tahun 1985 jumlah angkatan kerja sebesar 63,8 juta jiwa,
dengan TPAK sebesar 53,02 %. Ini berarti dari 100 penduduk usia kerja
terdapat 53 orang angkatan kerja. Pada tahun 1990, jumlah angkatan kerja
meningkat menjadi 77,8 juta jiwa, dengan TPAK sebesar 57,3 %. Akan tetapi
pada tahun 1995, angka TPAK menurun menjadi 56,62 %. Hal ini terjadi
karena semakin besar jumlah penduduk yang masih bersekolah dan yang
mengurus rumah tangga, sehingga jumlah angkatan kerja relatif kecil
kenaikannya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kemudian, pada tahun
1998, jumlah angkatan kerja mencapai 92,7 juta jiwa atau naik 1,5 %
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah tersebut antara lain
mencakup penganggur lama, pencari kerja baru, dan korban Pemutusan
30
Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor sebagai akibat dari krisis moneter
dan krisis ekonomi, Kondisi kelebihan penawaran tenaga kerja telah
menyebabkan sebagian pencari kerja terpaksa menerima upah dan pekerjaan
yang tidak sesuai dengan keinginannya (ill-paying jobs). Selanjutnya jumlah
angkatan kerja mengalami peningkatan, dari 94,8 juta jiwa pada tahun 1999
menjadi 95,7 juta jiwa pada tahun 2000. TPAK mengalami sedikit
peningkatan dari 67,76 % pada tahun 2000. Kondisi TPAK pada tahun 2003,
mengalami penurunan sebesar 2,04 % dari tahun 2002 yang besarnya 67,76%.
Pada tahun 2003, di Indonesia terdapat 148,7 juta penduduk usia kerja,
sekitar 60 % dari mereka berada di pulau Jawa. Tingkat partisipasi tenaga
kerja (TPAK), merupakan ukuran jumlah angkatan kerja untuk setiap 100
tenaga kerja. (statistik Indonesia, 2003). Terjadinya fluktuasi TPAK ini
kemungkinan disebabkan kondisi sosial ekonomi nasional yang belum stabil,
sehingga memberikan pengaruh terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia.
Secara langsung naik turunnya faktor produksi ini akan memberikan dampak
terhadap tinggi rendahnya faktor demand dan supply tenaga kerja.
Peningkatan TPAK ini salah satunya dikarenakan semakin mambaiknya mutu
sumber daya manusia, dan semakin aktifnya wanita berperan di luar rumah
tangganya.
2.5 Perkembangan Hutang Luar Negeri Indonesia
Krisis nilai tukar rupiah yang terjadi sejak Juli 1997 yang lalu telah
memberikan dampak yang berat dan bahkan telah menyebabkan krisis utang
luar negeri Indonesia. Krisis ini tidak terlepas dari kondisi utang luar negeri
31
swasta Indonesia di luar perbankan yang merupakan bagian terbesar dari utang
luar negeri Indonesia. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa
serangan spekulasi terhadap nilai tukar sering terjadi pada negara yang
mempunyai utang luar negeri swasta yang besar, dengan porsi utang jangka
pendek.
Inefisiensi dalam pemanfaatan utang tersebut sebagai akibat lemahnya
corporate governance, baik dari tingkat pemerintah maupun swasta, yang
mendorong timbulnya sentimen pasar, sehingga memberikan tekanan terhadap
nilai tukar. Selanjutnya dengan semakin pesatnya pembangunan dan
terbatasnya kemampuan pemerintah, peran swasta dalam perekonomian
semakin meningkat. Hal ini berkaitan erat dengan langkah – langkah
deregulasi di berbagai bidang yang ditempuh oleh pemerintah, terutama sejak
tahun 1980-an. Besarnya minat investasi swasta, sementara sumber – sumber
dana di dalam negeri masih terbatas, telah mendorong swasta memanfaatkan
modal luar negeri, baik dalam bentuk penanaman modal langsung dan
pinjaman komersial maupun invertasi portofolio dalam surat berharga yang
diterbitkan oleh swasta domestik. Persyaratan pinjaman luar negeri swasta
baik suku bunga maupun jangka waktu, pada umumnya tidak lunak.
Dalam usahanya untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak
terlepas pula menerima bantuan pembangunan dalam bentuk bantuan program
dan bantuan proyek. Bantuan ini pada hakikatnya adalah merupakan utang
luar negeri pemerintah Indonesia, meskipun porsinya tidak terlalu besar
dibandingkan dengan swasta.
32
TABEL 2.7.
PENERIMAAN PINJAMAN
DAN BANTUAN LUAR NEGERI PEMERINTAH
(Juta US $)
Tahun Hutang Luar Negeri 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
9.838 9.009 11.900 14.386 30.225 43.633 71.882 74.232 66.746 69.130
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi
Dari Tabel 2.7 dapat dilihat, bahwa pada tahun 1994, hutang luar
negeri yang diterima pemerintah adalah sebesar Rp 9.838 milyar. Pada
tahun – tahun berikutnya, nilai bantuan tersebut mengalami peningkatan.
Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2001, yakni sebesar Rp 74.232
milyar. Sedangkan pada tahun 2002 dan 2003 mengalami penurunan dari
tahun 2001, yaitu Rp 69.130 milyar pada tahun 2003 dan Rp 66.746
milyar pada tahun 2002. Hal ini disebabkan karena berbagai langkah
penanganan masalah hutang luar negeri telah dilakukan untuk membantu
mengurangi beban Neraca Pembayaran Indonesia dan memperbaiki
struktur hutang luar negeri Indonesia. Sebagai hasilnya, beberapa indikator
beban hutang, seperti rasio utang terhadap ekspor dan rasio hutang
terhadap PDB, cenderung terus menurun dan telah berada pada tingkat
yang relatif aman. Perkembangan positif ini telah meningkatkan daya
tahan perekonomian Indonesia terhadap gejolak pasar keuangan
internasional. Beberapa langkah yang telah dilakukan antara lain : proses
33
restrukturisasi hutang pemerintah melalui Paris Club dan London Club,
perjanjian debt swapt, restrukturisasi hutang luar negeri swasta melalui
Prakarsa Jakarta (JITF), serta program Exchange Offer. (Laporan Bank
Indonesia, 2003 : 25)
34
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
3.1 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ace Kusnadi “Analisis Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Barat periode
1983 – 1996
Ace Kusnadi (1998), Melakukan penelitian tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat selama periode
1983 – 1996, menyimpulkan bahwa variabel investasi, ekspor, dan angkatan
kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat.
Sementara itu, variabel subsidi daerah otonom mempunyai pengaruh yang
signifikan pula terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Hal ini
menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat masih mempunyai ketergantungan
yang besar terhadap kucuran dana dari pemerintah pusat. Kondisi ini harus
segera mendapat perhatian yang besar, karena pada umumnya, dimasa
otonomi daerah seperti sekarang ini, Pemerintah Daerah dituntut harus lebih
mandiri, khususnya Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat.
3.2 Kajian Hasil Penelitian Skripsi Ari Iskandar “Analisis Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode
1984 – 2000
Penelitian yang dilakukan oleh Ari Iskandar (2000), mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi PDB di Indonesia periode 1986 – 2000,
menyimpulkan bahwa variabel investasi asing langsung, ekspor barang dan
35
jasa, utang luar negeri, dan angkatan kerja secara bersama-sama berpengaruh
nyata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi
asing langsung, ekspor, dan angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan,
sedangkan utang luar negeri berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa kenaikan
investasi asing langsung, ekspor, dan angkatan kerja akan mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi, sementara kenaikan utang luar negeri mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
menurut hasil penelitiannya variabel yang mempunyai pengaruh terbesar
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 1984 – 2000
diantara variabel-variabel yang diteliti adalah angkatan kerja. Karena dengan
kenaikan jumlah angkatan kerja yang digunakan, akan menambah jumlah
produksi yang dihasilkan.
36
BAB IV
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
4.1. Landasan Teori
4.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh Harrod-Domar
merupakan perluasan dari analisa Keynes mengenai kegiatan ekonomi
nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja. Teori Harrod-Domar pada
hakekatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar
pertumbuhan yang mantap atau steady growth yang dapat didefinisikan
sebagai pertumbuhan yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya
alat-alat modal yang akan selalu berlaku dalam perekonomian.
Teori Harrod-Domar memperhatikan dua aspek dari pembentukan
modal dalam kegiatan ekonomi yaitu : mempertinggi pengeluaran masyarakat
dan mempertinggi jumlah alat-alat modal dalam masyarakat. Dalam teori
Harrod-Dommar pembentukan modal dipandang sebagai pengeluaran yang
akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk menghasilkan
barang-barang maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah
permintaan efektif seluruh masyarakat. Teori Harrod-Domar menganggap
pula bahwa pertambahan dalam kesanggupan memproduksi ini tidak secara
sendirinya akan menciptakan pertambahan produksi dan kenaikan pendapatan
nasional.
37
Harrod-Domar menyatakan bahwa pertambahan produksi dan
pendapatan nasional bukan ditentukan oleh pertambahan dalam kapasitas
memproduksi masyarakat, tetapi oleh kenaikan pengeluaran masyarakat.
Dengan demikian, walaupun kapasitas memproduksi bertambah, pendapatan
nasional baru akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi tercipta. Analisa
Harrod-Domar bertujuan untuk menunjukkan syarat yang diperlukan supaya
dalam jangka panjang kemampuan memproduksi yang bertambah dari masa
ke masa (yang diakibatkan oleh pembentukan modal pada masa sebelumnya)
akan selalu sepenuhnya digunakan.
4.1.2. Teori Hutang Luar Negeri
Aliran modal dari luar negeri dinamakan bantuan luar negeri
apabila ia mempunyai dua ciri-ciri berikut : pertama, ia merupakan aliran
modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan dan,
kedua, dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan
dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku di pasar internasional.
Berdasarkan kepada kedua ciri tersebut, aliran modal dari luar
negeri yang tergolong sebagai bantuan luar negeri adalah pemberian (grant)
dan pinjaman luar negri (loan). Besarnya unsur bantuan yang terkandung
dalam pinjaman luar negri tergantung pada syarat-syarat pembayaran kembali
dari bantuan tersebut, yaitu tergantung pada tenggat waktu (grace period),
jangka masa pembayaran kembali (maturity), dan tingkat bunga dari pinjaman
yang diberikan. Pinjaman bersyarat ringan (soft loan), apabila tenggat waktu
bertambah lama, jangka waktu pembayaran kembali bertambah panjang dan
38
tingkat bunganya bertambah rendah, pinjaman bersyarat berat (hard loan)
apabila tenggat waktu dan jangka masa pembayaran kembali relatif singkat
dan tingkat bunganya relatif tinggi.
Hutang luar negeri erat hubungannya dengan pertumbuhan
ekonomi, hal ini disebabkan karena dalam melaksanakan program
pembangunan di negara – negara berkembang, biasanya negara tersebut
menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dan tingkat
penanaman modal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Apabila tabungan yang dapat dikerahkan di dalam negeri melebihi
penanaman modal yang akan dilaksanakan tersebut, maka pembangunan yang
direncanakan dapat dicapai tanpa hutang luar negeri. Akan tetapi, pada
umumnya negara – negara berkembang tidak dapat menciptakan tabungan
sebanyak yang diperlukan dan oleh karenanya hutang luar negeri perlu
dikerahkan untuk menutupi kekurangan tersebut. (Lincolyn Arsyad, 1997:
371)
4.1.3. Teori Investasi
Investasi dilaksanakan oleh pemilik-pemilik modal untuk
mendapatkan suatu keuntungan dari usaha yang dilaksanakannya. Peranan
modal dalam pembangunan ekonomi mutlak diperlukan untuk pembiayan
pembangunan yang akan dilaksanakan. Karena jika modal yang tersedia cukup
besar maka pembangunan akan lebih lancar sebab dapat dilakukan investasi
kepada beraneka macam sektor ekonomi. Modal merupakan faktor penting,
sebab dengan tersedianya modal maka faktor-faktor produksi lainnya akan
39
dapat terpenuhi. Investasi yang diinvestir dalam pembangunan ekonomi
mengutamakan kepada service motive yakni pemberian pelayanan, dorongan-
dorongan kepada mesyarakat walaupun pertimbangan ekonomi juga
diperhatikan. (Malayu S.P. Hasibuan,1987 : 107 - 108)
Thesis usaha minimum kritis mengemukakan perlunya mempertinggi
tingkat penanaman modal untuk mengusahakan agar negara-negara
berkembang dapat melepaskan diri dari belenggu perangkap tingkat
keseimbangan rendah (the low level equilibrium trap). Teori perangkap
tingkat keseimbangan rendah menjelaskan bahwa pada tingkat pendapatan
perkapita yang rendah, tingkat penanaman modal juga rendah dan juga
menyebabkan pertumbuhan dalam pendapatan nasional lebih rendah daripada
tingkat pertambahan penduduk. Dalam keadaan seperti ini tingkat
kesejahteraan masyarakat cenderung untuk kembali ke tingkat subsistence.
Oleh sebab itu diperlukan penanaman modal yang lebih besar, yang dapat
menjamin agar dalam jangka panjang tingkat pertumbuhan ekonomi selalu
lebih besar daripada tingkat pertumbuhan penduduk, sehingga akan
menciptakan perbaikan dalam tingkat kesejahteraan masyarakat. (Sadono
Sukirno,1985 :303)
Kalau diperhatikan bagaimana eratnya hubungan antara tingkat
investasi dengan besarnya tingkat pendapatan inilah agaknya yang menjadi
dasar bagi teori pembangunan ekonomi modern. Salah satu sebab mengapa
pembentukan modal atau capital formation menduduki tempat yang begitu
40
penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi bangsa adalah disebabkan
oleh :
1. Bahwa pengarahan modal/dana itu sendiri akan menaikan pendapatan serta
akan memperluas lapangan kerja yang selanjutnya memungkinkan adanya
investasi berikutnya dan seterusnya.
2. Bahwa pengarahan modal/dana untuk investasi dapat dan cenderung untuk
menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas (J.M. Keynes).
3. Bahwa modal yang baru diciptakan sebagai akibat investasi dan kenaikan
pendapatan tidak mungkin dipakai dalam waktu berikutnya apabila total
spending tidak diperbesar (Prof. Harrod).
4. Bahwa investasi adalah merupakan suatu alat untuk mempercepat
pertambahan tingkat produksi dalam ekonomi yang baru berkembang.
Dengan demikian jelaslah kepada kita bahwa “pentingnya dan strategisnya
peranan investasi untuk menciptakan kesempatan kerja dalam menciptakan
pertumbuhan ekonomi.” (Malayu S.P. Hasibuan,1987 : 132)
4.1.4. Teori Ekspor
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan
barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan nilai semua barang dan jasa yang
dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang,
ongkos pengapalan, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu.
(Bambang Triyoso, 1984). Fungsi penting adalah mengatasi masalah
41
terbatasnya pasar di dalam negeri. perkembangan ekspor akan menggalakan
perkembangan sektor dalam negeri karena :
a. Beberapa fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor,
seperti pengembangan sistem komunikasi, jaringan pengangkutan dan
fasilitas latihan atau pendidikan, dapat digunakan oleh sektor dalam
negeri.
b. Dengan menarik tenaga kerja dari sektor dalam negeri, sektor ekspor akan
mendorong sektor dalam negeri untuk menciptakan inovasi yang bertujuan
untuk meningkatkan produktivitas. (Sadono Sukirno,1985 : 310)
Peranan ekspor dalam pembangunan ekonomi menurut ahli ekonomi
klasik, terutama David Ricardo, mengemukakan pendapatnya bahwa
perdagangan luar negeri melalui ekspor memberikan sumbangan yang pada
akhirnya dapat mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara.
(Sadono Sukirno, 1985 : 224-225)
Adapun sumbangan penting dari kegiatan luar negeri melalui ekspor
dalam pembangunan ekonomi meliputi : (Sadono Sukirno, 1985 : 225)
1. Pada suatu negara yang sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh,
maka perdagangan luar negeri memungkinkan negara untuk mencapai
tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada yang mungkin dicapai tanpa
adanya kegiatan ekspor.
2. Suatu negara dapat memperluas pasar dan hasil-hasil produksi nasional.
3. Suatu negara dapat menggunakan teknologi yang berasal dari luar negeri.
42
Para ahli ekonomi sesudah mazhab klasik berpendapat, bahwa salah
satu fungsi dari ekspor adalah untuk mengatasi terbatasnya permintaan pasar
dalam negeri. Perkembangan ekspor akan menggalakkan perkembangan
sektor pendukung lainnya di dalam negeri karena akan menciptakan
permintaan atas barang yang dihasilkan di dalam negeri, yang akhirnya ekspor
dapat memperlancar perkembangan ekonomi. Dengan perdagangan luar
negeri melalui ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya produsen dan
orang-orang yang kegiatannya di sektor liar negeri akan bertambah. Makin
cepat perkembangan perdagangan luar negeri makin cepat pula pendapatan
masyarakat bertambah.
Pengaruh secara tidak langsung dari adanya perdagangan luar negeri
adalah penghasilan devisa. Semakin ekspor berkembang, semakin besar
penghasilan devisa yang diterima oleh negara. Ini berarti terjadi arus modal
(capital flow) dari luar negeri ke dalam negeri yang tentu saja menguntungkan
bagi suatu negara yang memerlukan tambahan modal untuk pembangunan
yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ketika prosentase ekspor terhadap PDB semakin meningkat, maka
harus dibuat strategi ekspor yang dapat memberikan peluang untuk lestarinya
status komoditi ekspor sebagai market leader. Empat alternatif strategi ekspor
lazim dikenal dengan Four Generic Internasional Strategies, yaitu : (H.
Halwani dan P. Tjiptoherijanto, 1993 : 64-65)
43
a. Dynamic High Technology Strategy (DHTS). Yaitu strategi yang dapat
memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader
melalui inovasi tekhnologi yang tepat dan dilakukan secara terus-menerus.
b. Low of Stable Technology Strategy (LSTS). Strategi ini memberikan
peluang kepada perubahaan untuk menjadi market leadaer karena
kemampuan memelihara brand identity economic of scale, manufacturing
know how, standar produksi, dan penyadiaan suku cadang yang terdapat
secara global. Kalau dilihat prasyaratan strateginya, sebenarnya yang
diperlukan oleh perusahaan adalah bagaimana dapat memelihara citra
perusahaan dan reputasi bisnisnya.
c. Advanced Management Skill Strategy (AMSS), yaitu strategi yang dapat
memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader
karena kemampuannya menerapkan manajemen yang tepat, khususnya
dalam hal pemasaran dan koordinasi. Untuk itu, perusahaan harus
memiliki perencanaan yang baik dalam bidang manajemen pemasaran,
keuangan, dan organisasi.
d. Production Market Rationalization Strategy (PMRS), yaitu strategi yang
dapat memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market lader
karena kemampuannya menekan biaya produksi melalui pendakatan
lokasi. Artinya adalah bahwa lokasi perusahaan relatif “dekat” dengan
pasar modal sehingga mampu menekan handling cost, seperti biaya
pengangkutan penyimpanan. Untuk melakukan strategi itu, komoditinya
harus memiliki karakteristik, antara lain bernilai tinggi dan tidak memakan
44
tempat yang luas, sehingga dapat menekan biaya penyimpanan dan
pengangkutan.
Kebijaksanaan perdagangan internasional dibidang ekspor harus terus
dilaksanakan oleh pemerintah. Kebijakan ini diartikan sebagai tindakan dan
peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi dan arah transaksi
serta kelancaran usaha untuk peningkatan davisa ekspor suatu negara.
Kebijaksanaan perdagangan internasional dibidang ekspor
dikelompokan menjadi dua macam kebijakan, yaitu :
(Hady Hamdi, 2000 : 63-64)
a. Kebijakan ekspor dalam negeri
1. Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan,
pengambalian pajak ataupun pengenaan pajak ekspor untuk barang-
barang ekspor tertentu.
2. Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan
ekspor barang-barang tertentu.
3. Penetepan prosedur / tata laksana ekspor yang relatif mudah.
4. Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor.
5. Pembentukan organisasi eksportir.
6. Pembantukan kelembagaan seperti bounded warehouse, bounded
island Batam, axport processing zone, dan lain-lain.
45
b. Kebijaksanaan ekspor luar negeri
1. Pembentukan International Trade Promotion Centre(ITPC) di
berbagai negara, seperti Jepang, Eropa, Amerika Serikat, dan lain-lain.
2. Pemanfaatan General System of Preferency (GSP), yaitu fasilitas
keringanan bea masuk yang diberikan negara-negara industri untuk
barang manufaktur yang berasal dari negara yang sedang berkembang.
3. Menjadi anggota Commodity Association of Producer(GSP), seperti
OPEC.
4. Menjadi anggota Commodity Agreement between Producer and
Consumer, seperti ICO (International Coffe Organization), MFA
(Multifibre Agreement), dan lain-lain.
4.1.5. Teori Ketenagakerjaan
Di Indonesia, pengertian tenaga kerja atau man power adalah
mencakup penduduk yang sudah bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan
yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Tiga golongan yang disebut terakhir, yakni pencari kerja, bersekolah, dan
mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap
secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.
(P. Simanjuntak,1985 : 2)
Menurut Dumairy, pengertian tenaga kerja ialah penduduk yang
berumur dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara
yang satu dengan negara yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh
Indonesia adalah minimum 10 tahun, tanpa batas umur maksimum. Jadi,
46
setiap setiap orang atau penduduk yang sudah berusia 10 tahun keatas,
tergolong sebagai tenaga kerja. Di negara India menggunakan rentang usia
antara 14 sampai 60 tahun sebagai batas usia kerja. Amerika Serikat, batas
minimum usia kerja adalah 16 tahun tanpa batas umur maksimum. Sedangkan
batas usia kerja menurut Bank Dunia adalah antara umur 15 sampai 64 tahun.
(Dumairy,1996 : 74)
Indonesia tidak menganut batas umur maksimum, alasannya adalah
bahwa Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional. Hanya sebagian
kecil penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua, yaitu pegawai
negeri dan sebagian kecil pegawai perusahaan swasta. Buat golongan ini pun,
pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan mereka sehari-
hari. Oleh sebab itu, mereka yang telah mencapai usia pensiun biasanya tetap
masih harus bekerja. Dengan kata lain, sebagian besar penduduk dalam usia
pensiun masih aktif dalam kegiatan ekonomi. Oleh sebab itu mereka tetap
digolongkan sebagai tenaga kerja. (Simanjuntak, 1985 : 2-3)
Tenaga kerja terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja (labor force) terdiri atas golongan yang bekerja, yang
menganggur, dan yang mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja
terdiri dari atas golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah
tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan
dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan
jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering disebut juga
sebagai potensial labor force. (Simanjuntak,1985 : 3)
47
Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja
yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan, atau untuk sementara tidak sedang
bekerja, dan sedang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan
angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja, yang tidak
bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan;
yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar), mahasiswa,
mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan, tetapi bukan merupakan
imbalan langsung atas jasa kerjanya. (Dumairy, 1996 : 74-75)
Salah satu indikator untuk melihat perkembangan ketenagakerjaan di
Indonesia adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) atau labor force
participation rate (LFPR). TPAK adalah perbandingan antara jumlah
angkatan kerja dengan penduduk usia kerja dalam kelompok yang sama dan
merupakan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 tenaga kerja. Atau dapat
dikatakan jumlah angkatan kerja dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam
kelompok yang sama. (Simanjuntak, 1996 : 36) Atau jika dirumuskan adalah
sebagai berikut :
TPAK Kerja TenagaJumlah KerjaAngkatan Jumlah
= x 100 %
4.2 Kesimpulan Dari Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi
Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi merupakan turunan (derivative) dari kumulasi modal pertumbuhan
penduduk, dan kemajuan teknologi. Faktor-faktor tersebut adalah: hutang luar
negeri, Investasi, tenaga kerja dan ekspor.
48
GAMBAR 4.1.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Hutang Luar Negeri (FD)
Investasi (I)
Tenaga Kerja (L)
Ekspor (EX)
Peningkatan Output (EG)
Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Nasional
Hutang luar negeri dianggap sebagai faktor penting pertumbuhan
ekonomi, khususnya bagi negara Indonesia yang memerlukan modal besar
dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. hal ini disebabkan karena dalam
melaksanakan program pembangunan di negara–negara berkembang, biasanya
negara tersebut menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan
dan tingkat penanaman modal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut. Apabila tabungan yang dapat dikerahkan di dalam negeri melebihi
penanaman modal yang akan dilaksanakan tersebut, maka pembangunan yang
49
direncanakan dapat dicapai tanpa hutang luar negeri. Akan tetapi, pada
umumnya negara – negara berkembang tidak dapat menciptakan tabungan
sebanyak yang diperlukan dan oleh karenanya hutang luar negeri perlu
dikerahkan untuk menutupi kekurangan tersebut. (Lincolyn Arsyad, 1997 :
371).
Pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok
modal. Semakin banyak tabungan yang kemudian diinvestasikan, maka
semakin cepat terjadi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi secara riil, tingkat
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada setiap tabungan dan investasi
tergantung dari tingkat produktivitas investasi tersebut, dengan bertambahnya
penggunaan investasi maka akan menambah jumlah modal untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka investasi juga dianggap faktor
penting dalam pertumbuhan ekonomi di suatu negara.
Pertambahan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan
kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) juga dianggap sebagai faktor
yang positif sebagai dalam menentukan pertumbuhan ekonomi. Artinya,
semakin banyak angkatan kerja, berarti semakin produktif tenaga kerja.
Karena dengan semakin besar angkatan kerja, akan meningkatkan tingkat
partisipasi tenaga kerja (TPAK). (Lincolyn Arsyad, 1997 : 199)
Perdagangan Internasional juga dapat menjadi perangsang penting
dalam perekonomian Indonesia. Perdagangan Internasional khususnya Ekspor,
bagi banyak negara, khususnya Indonesia mempunyai peranan yang penting,
yakni sebagai penggerak motor perekonomian. (Tulus Tambunan, 2001 : 2),
50
jadi ekspor juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
4.3. Hipotesis
Perumusan hipotesis:
1. Variabel investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Produk Domestik Bruto riil.
2. Variabel ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Produk Domestik Bruto riil.
3. Variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Produk Domestik Bruto riil.
4. Variabel hutang luar negeri berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Produk Domestik Bruto riil.
5. Variabel investasi, variabel ekspor, variabel tenaga kerja dan
variabel hutang luar negeri secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Produk Domestik Bruto riil.
51
BAB V
METODE PENELITIAN
5.1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1984 – 2003.
5.1.1. Jenis dan Deskripsi Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
a. Data produk Domestik Bruto
b. Total nilai ekspor
c. Data investasi
d. Jumlah tenaga kerja
e. Data Hutang Luar Negeri
f. Data-data lain yang mendukung penelitian ini
5.1.2. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari Bank Indonesia, Departemen Keuangan,
Badan Pusat Statistik, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
5.2. Metode Analisis
5.2.1. Metode Analisis Data
Berdasarkan tujuan penelitian dan pengujian hipotesis yang telah
dikemukakan, akan digunakan model analisis deskriptif, analisis regresi,
52
bentuk model penelitian melalui pendekatan ekonometrika, serta uji
linieritas.
a. Analisis Deskriptif
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data runtun waktu
yang merupakan data tahunan, dimulai pada tahun 1984 hingga tahun
2003. Penyajian data mengenai perkembangan pertumbuhan ekonomi
menggunakan data produk domestik bruto atas harga konstan, karena
data ini merupakan indikator tingkat pertumbuhan ekonomi.
Kemudian, untuk investasi, yang digunakan adalah proyek-proyek
penanaman modal dalam negeri yang telah disetujui pemerintah
menurut sektor perekonomian. Data tentang ekspor, yang digunakan
adalah total nilai ekspor, untuk data tenaga kerja, yang digunakan
adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja menurut sektor
perekonomian. Selanjutnya untuk data hutang luar negeri yang
digunakan adalah hutang luar negeri pemerintah. Metode yang
didasarkan pada analisa ini adalah dengan pendeskripsian faktor-faktor
yang berhubungan dengan permasalahan yang dimaksud sebagai
pendukung hasil dari analisis metode kuantitatif.
b. Analisis Regresi
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh antara
variabel terikat (untuk selanjutnya disebut dependen variabel) dengan
satu atau lebih variabel bebas (untuk selanjutnya disebut independen
variabel). Sebagai variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi.
53
Sedangkan variabel independennya adalah investasi, total ekspor,
tenaga kerja dan hutang luar negeri.
c. Model yang diusulkan
Model analisis yang diusulkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
PDB rill = f (EX,I,L,FD)
Fungsi PDB rill linier dapat ditulis sebagai berikut :
PDB rill = β 0 + β 1EX + β 2I + β 3L + β 4FD + ε
Keterangan:
PDB rill = Nilai PDB riil (dalam milyar rupiah)
I = Investasi (investasi menurut sektor perekonomian dalam
US $)
X = Ekspor (total nilai ekspor dalam juta US $)
L = Tenaga kerja (dalam juta jiwa)
FD = Hutang luar negeri pemerintah (dalam Juta US Dollar)
d. Uji Linieritas
Uji linieritas ini sangat penting, karena untuk melihat apakah spesifiksi
model yang digunakan dalam penelitian ini sudah benar atau tidak. Uji
linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji Ramsey, untuk
menerapkan uji Ramsey peneliti harus membuat suatu asumsi atau
keyakinan bahwa fungsi yang benar adalah fungsi linear.
54
5.2.2. Alat uji yang digunakan
Parameter-paremeter yang diestimasi dapat dilihat melalui dua
kriteria. Pertama adalah statistik, yang meliputi uji signifikansi parameter
secara individual (Uji - t), uji signifikansi parameter secara serempak
(Uji – F) dan uji kebaikan sesuai (Goodness of Fit) atau R2. Pengujian ini
disebut dengan uji orde pertama. Kedua adalah kriteria ekonometrika,
yakni untuk menguji tidak adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap
asumsi klasik, yaitu autokolerasi, hetroskedastisitas dan multikolinearitas.
Penguji terhadap kriteria kedua ini disebut dengan uji orde kedua. Uji orde
kedua digunakan untuk membuktikan bahwa model yang dijelaskan sudah
tidak mengalami gangguan asumsi klasik, yaitu : (Algifari, 1997 : 73-74)
(a). Non Multikolinearitas, artinya antara variabel independen yang satu
dengan yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara
sempurna atau mendekati sempurna.
(b). Non Autokorelasi, yaitu tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam
model melalui tenggang waktu (time lag). Misalnya nilai suatu
variabel saat ini akan berpengaruh terhadap nilai variabel lain pada
masa yang akan datang. Menurut model klasik, hal ini tidak mungkin
terjadi.
(c) Homoskedasitas, artinya varians variabel independen adalah konstan
(sama) untuk setiap nilai tertentu variabel independen.
55
5.2.3. Kriteria Statistik
5.2.3.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) nilainya berkisar antara 0 dan 1.
semakin besar R2 berarti semakin besar variasi variabel dependen yang
dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Formula untuk
mencari nilai R2 adalah sebagai berikut :
(Catur Sugianto, 1995 : 54-55)
R2 = SSR/SST
atau:
R 2 = 1 - SSE/SST
Keterangan:
R2 = Koefisien determinansi berganda.
SSR = Sum of Square Regression, atau jumlah kuadrat regresi,
yaitu merupakan total variasi yang dapat dijelaskan oleh
garis regresi.
SST = Sum of Square Total, atau jumlah kuadrat total, yaitu
merupakan total variasi Y.
SSE = Sum of Square Error, atau jumlah kuadrat error, yaitu
merupakan total variasi yang tidak dapat dijelaskan oleh
garis regresi
56
5.2.3.2. Pengujian Secara Bersama-sama (Uji – F)
Untuk mengetahui apakah variabel-variebel independen secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen digunakan uji-F. formulamya adalah sebagai berikut :
(Catur Sugianto, 1995 : 77-78)
( )( )
( )KnR
kR
F
−−
−= 2
2
11
Keterangan:
F = nilai F-hitung
R2 = koefisien determinasi berganda
k = jumlah variabel independen
n = jumlah sampel
Perumusan hipotesis :
Ho = b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya variabel independen secara
bersama- sama tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen
Ha ≠ b1≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, artinya variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen.
5.2.3.3. Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji – t)
Untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel indipenden
terhadap variabel dependen secara individu dengan menganggap variabel
57
dependen lainnya tetap (ceteris pasribus) dapat diestimasi dengan
membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-tabel.
Nilai t-hitung dapat dicari dengan menggunakan formula :
t = 1
)1(Sb
bb −
keterangan:
t = nilai t-hitung
b1 = koefisien variabel independen ke-1
b = nilai hiposis nol
Sb1 = simpangan baku dari variabel independen ke-1
Perumusan hipotesis:
Ho = b1 = 0, artinya variabel independen secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen
Ha = b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria Pengujian :
Dimana b1 merupakan koefisien dari variabel independen Ke-1
(a). H0 diterima apabila memenuhi syarat -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, artinya
variabel dependen tidak dipengaruhi oleh variabel independen.
(b). H0 ditolak apabila memenuhi syarat thitung > ttabel atau thitung < -ttabel,
artinya variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen.
58
5.2.4. Asumsi Klasik
5.2.4.1 Pengujian Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi ( hubungan ) yang terjadi antara
anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam
rangkain waktu (time series). Autokorelasi ini menunjukan hubungan
antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel yang sama.
(Gunawan Sumodiningrat, 2001: 231)
Autokorelasi dapat terjadi apabila kesalahan penganggu suatu
periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya. Alat
penguji yang digunakan untuk mendeteksi dan atau tidaknya adalah
Durbin – Watson tes (D-W test) yang formulanya sebagai berikut :
D-W = 2 ∑∑ −
−2. )1(
1
t
Et
e
et
Untuk menguji asumsi klasik ini, maka terlebih dulu harus
menentukan besarnya nilai kritis dari du dan dl berdasarkan jumlah
observasi dan variabel independen, jika hipotesis nol menyatakan tidak
adanya autokotrelasi, maka : (Gunawan Sumodiningrat, 2001 :248)
1. Jika d lebih kecil daripada dL atau lebih besar daripada (4 – dL), maka
hipotesis nol ditolak, dengan pilihan pada alternatif yang berarti terdapat
autokorelasi.
2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang
berarti tidak ada autokorelasi.
59
3. Namun jika nilai d terletak antara dL dan dU atau diantara (4 – dL) dan
(4 – dL), maka uji Durbin – Watson tidak menimbulkan kesimpulan
yang pasti (inconclusive). Untuk nilai – nilai ini, tidak dapat (pada suatu
tingkat signifikansi tertentu) disimpulkan ada tidaknya autokorelasi
diantara faktor – faktor gangguan.
Gambar 5.1
Kriteria Pengujian Autokorelasi
f (d)
Daerah Daerah ketidak - Tidak menolak Daerah ketidak - Daerah kritis
kritis pastian H0 pastian
(inconclusive) (inconclusive)
Tolak H0 Tidak ada Tolak H0
otokorelasi
d 0 dL dU 2 ( 4 – dU) ( 4 – dL)
5.2.4.2 Pengujian Multikolinearitas
Tujuannya untuk menguji ada tidaknya hubungan yang sempurna
atau tidak sempurna diantara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan. Multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat ciri-ciri
yaitu adanya R2 yang tinggi.
Klein mengatakan bahwa multikolineritas dapat menjadi masalah
bila derajat multikolinieritasnya tinggi. Jika derajatnya rendah maka
multikolinieritas yang terjadi tidak terlalu serius dan tidak membahayakan
60
bagi interprestasi hasil regresi. Dengan metode yang dikemukakan oleh
Klein, derajat kolinieritas dapat dilihat melalui koefisien determinasi
parsial dari regresi antara variabel independen dengan variabel independen
yang lain dipergunakan dalam metode penelitian. Jika r2 R≤ 2, maka
tingkat multikolinieritas yang terjadi rendah dan tidak membahayakan bagi
interprestasi hasil regresi.
Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinier adalah
dengan langkah pengujian terhadap masing –masing variabel independen
untuk mengetahui seberapa jauh korelasinya (r2 ) Produksi padi didapat
kemudian dibandingkan dengan R2 yang didapat dari hasil regresi secara
bersama variabel independen dengan variabel dependen, jika ditemukan
nilai melebihi nilai R2 pada model penelitian, maka dari model persamaan
tersebut terdapat multikoinieritas, dan sebaliknya jika R2 lebih besar dari
semua r2 maka ini menunjukan tidak terdapatnya multikolinier pada model
persamaan yang diuji.
5.2.4.3 Pengujian Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
pengamatan satu ke pengamatan lain. Jika varians dari residual
pengamatan satu ke residual ke pengamatan yang lain tetap, maka telah
terjadi heteroskedastisitas. Jika varians berbeda, maka disebut
heteroskedastisitas. Regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heteroskedastisitas.
61
Heteroskedastisitas terjadi bila variabel gangguan mempunyai
variabel yang sama untuk observasi, untuk mendeteksi ada/tidaknya
heteroskedestisitas digunakan uji White. Selanjutnya menentukan
hipotesis yang menyatakan jika dari perhitungan menghasilkan nilai t-
hitung yang signifikan/ t- hitung > t- tabel, maka dapat dikatakan terdapat
heteroskedestisitas, jika t- hitung < t- tabel dapat dikatakan dalam regresi
tidak terdapat heteroskedestisitas.
62
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Hasil Penelitian
Analisis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber dalam bentuk tahunan,
selama periode 1984 – 2003. Penyajian data-data mengenai perkembangan
pertumbuhan ekonomi menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB),
karena data ini merupakan indikator tingkat pertumbuhan ekonomi. Untuk
Investasi, data yang digunakan adalah proyek-proyek penanaman modal luar
negeri yang telah disetujui pemerintah menurut sektor ekonomi. Data
tentang ekspor, yang digunakan adalah total nilai ekspor barang dan jasa.
Data tenaga kerja, yang digunakan adalah jumlah angkatan kerja yang
bekerja menurut sektor perekonomian. Selanjutnya untuk data hutang luar
negeri menggunakan hutang luar negeri pemerintah.
a. Uji Linieritas
Agar spesifikasi model linear dalam penelitian ini benar, maka
sebelumnya diuji dulu dengan uji linearitas. Uji linearitas dalam penelitian
ini menggunakan uji Ramsey. Hasil dari uji Ramsey pada tabel 6.1.
menunjukkan bahwa model yang benar, spesifikasinya dalam bentuk
linier yaitu persamaan dalam bentuk linier
PDBriil= β 0+ β 1EX+ β 2I+ β 3L+ β 4FD+ε, dimana hal ini diperlihatkan
63
dengan nilai Fhitung (0,278) lebih kecil dibandingkan dengan nilai Ftabel
(3,01)
TABEL 6.1.
UJI LINIERITAS
Ramsey RESET Test: F-statistic 0.277732 Probability 0.606442 Log likelihood ratio 0.392875 Probability 0.530792
Test Equation: Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:13 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX 2.340767 0.868968 2.693733 0.0175 FD -0.304033 0.315451 -0.963804 0.3515 I 0.873854 0.572837 1.525485 0.1494 L 3.018868 0.593719 5.084671 0.0002 C -43132.93 37695.81 -1.144237 0.2717
FITTED^2 3.34E-07 3.80E-07 0.878518 0.3945 R-squared 0.990631 Mean dependent var 327024.2 Adjusted R-squared 0.987285 S.D. dependent var 84883.95 S.E. of regression 9571.488 Akaike info criterion 21.41429 Sum squared resid 1.28E+09 Schwarz criterion 21.71301 Log likelihood -208.1429 F-statistic 296.0655 Durbin-Watson stat 1.863455 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Lampiran
b. Uji Model Linier atau Model Log Linear
Dari tabel 6.2. tampak koefisien Z1 tidak signifikan pada α = 5%,
yaitu t hitung Z1 = -1,194993 dengan prob 0,2519 lebih dari 0,05.
sedangkan pada tabel 6.3. koefisien Z2 signifikan pada α = 5%, yaitu t
hitung Z2 = -2,3155 dengan prob 0,0363 kurang dari 0,05. karena Z1 tidak
signifikan, maka model pertama yaitu bentuk linear merupakan model
yang baik atau bisa dipakai, sedangkan model log linear tidak tepat karena
Z2 signifikan.
64
Tabel 6.2. ESTIMASI TERHADAP MODEL PERSAMAAN BENTUK LINIER
MODEL : PDBriil = β 0+ β 1EX+ β 2I+ β 3L+ β 4FD +β 5Z1+ ε Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 09/28/05 Time: 09:09 Sample: 1984 2003 Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX 2.385892 0.790856 3.016847 0.0092 FD 0.150770 0.479940 0.314144 0.7580 I 2.003033 0.843547 2.374537 0.0324 L 3.146597 0.620593 5.070311 0.0002
Z1 -285330.2 238771.3 -1.194993 0.2519 C -41977.29 43498.36 -0.965032 0.3509
R-squared 0.991330 Mean dependent var 327024.2 Adjusted R-squared 0.988233 S.D. dependent var 84883.95 S.E. of regression 9207.763 Akaike info criterion 21.33681 Sum squared resid 1.19E+09 Schwarz criterion 21.63553 Log likelihood -207.3681 F-statistic 320.1435 Durbin-Watson stat 1.701021 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : lampiran
Tabel 6.3. ESTIMASI TERHADAP MODEL PERSAMAAN BENTUK LOG LINIER
MODEL : LnPDBriil = β 0+ β 1LnEX+ β 2LnI+ β 3L+ β 4LnFD +β 5Z2+ ε
Dependent Variable: LNPDB Method: Least Squares Date: 09/28/05 Time: 09:14 Sample: 1984 2003 Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNEX 0.345648 0.026260 13.16253 0.0000 LNFD -0.086047 0.022259 -3.865676 0.0017 LNI -0.001803 0.011824 -0.152523 0.8810 LNL 1.486160 0.289177 5.139284 0.0002 Z2 -2.51E-06 1.08E-06 -2.315566 0.0363 C -6.858779 2.866024 -2.393134 0.0313
R-squared 0.994340 Mean dependent var 12.66261 Adjusted R-squared 0.992319 S.D. dependent var 0.278802 S.E. of regression 0.024435 Akaike info criterion -4.342315 Sum squared resid 0.008359 Schwarz criterion -4.043595 Log likelihood 49.42315 F-statistic 491.9307 Durbin-Watson stat 1.974018 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Lampiran
65
c. Uji Regresi
Untuk mengetahui pengaruh dari variabel investasi, ekspor, tenaga
kerja, dan hutang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, dilakukan dengan menggunakan Uji regresi. Akan tetapi,
sebelum hasil regresi dianalisis secara ekonomi, maka diperlukan uji
tahap kedua / orde kedua melalui pendekatan ekonometrika.
TABEL 6.4.
PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI
Variabel Coefisient Std. Error t-Statistic Prob. EX 3.058288 0.563614 5.426210 0.0001FD -0.317588 0.280926 -1.130507 0.2760I 1.162807 0.472639 2.460242 0.0265L 3.496445 0.554950 6.300463 0.0000C -73672.19 34964.98 -2.107028 0.0524
Sumber : Lampiran
R-Square 0.990445 Mean Dependent var 327024.2
Adjusted R-Square 0.987897 S.D. dependent var 84883.95
S.E. of regression 9338.206 Akaike info criterion 21.33393
Sum square resid 1.31E+09 Schwarz criterion 21.58287
Log likelihood -208.3393 F-Statistic 388.7303
Durbin-Watson stat 1.882271 Prob(F-Statistic) 0.000000
Uji tahap kedua ini merupakan uji asumsi klasik. pengujian asumsi
klasik dilakukan agar model yang diusulkan menghasilkan asumsi terbaik
yang tidak bias atau BLUE (Best Linear Unbiased Estimate). Uji asumsi
66
klasik ini meliputi uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji
heteroskedastisitas.
6.1.1. Kriteria Ekonometrika / Uji Asumsi Klasik
6.1.1.1. Uji Autokorelasi :
Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai statistik Durbin Watson
(Dw) sebesar 1,882. Berdasarkan pedoman pengambilan keputusan atau
kesimpulan ada tidaknya autokorelasi dalam tabel d (Durbin Watson), maka
tidak terjadi autokorelasi dalam model yang digunakan, karena Dwhitung
sebesar 1.882 berada diantara 1,83 dan 2,17. Hasil persamaan estimasi
adalah sebesar 1.882 dan pada α = 5 %, k = 4, n =20, sehingga diperoleh
nilai sebagai berikut :
dl = 0,90 4 – dl = 3,1
du = 1,83 4 – du = 2,17
GAMBAR 6.1.
UJI AUTOKORELASI
f (d)
0 dl du
0,90 1,83
Daerah Auto korelasi positif
Daerah Ketidak-pastian
Tidak ada Autokorelasi(+) dan (-)
D
4-du 4-dl 4
1,882 2,17 3,1
Daerah Ketidak-pastian
Daerah Auto korelasi negatif
67
Dengan demikian nilai DW terletak diantara du dan 4-du, hal ini
menunjukan nilai DW terletak di daerah tidak ada autokorelasi
(penerimaan Ho).
6.1.1.2. Uji Multikolinearitas :
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi antara variabel
independen terhadap variabel independen lainnya, dapat dilihat tabel 6.5 :
TABEL 6.5.
HASIL PENGUJIAN MULTIKOLINEARITAS
Variabel r2 R 2 EX - I EX - L
EX – FD I - L
I – FD L - FD
0.325 0.837 0.619 0.261 0.000 0.565
0.987 0.987 0.987 0.987 0.987 0.987
Sumber : Hasil pengolahan data
Dengan demikian nilai R 2 > r2, artinya tidak terjadi gejala
multikolinieritas dalam model. Dari hasil pengujian terhadap
multikolineritas pada masing-masing penjelas diperoleh nilai correlations
matriks kurang dari 0.987 yang berarti tidak terdapat multikolineritas
sehingga dapat disimpulkan investasi, total ekspor, tenaga kerja, dan hutang
luar negeri tidak terjadi multikolineritas.
6.1.1.3. Uji Heteroskedastisitas :
Sesuai ketentuan uji asumsi klasik, maka terjadi heteroskedasitas
dalam model regresi yang digunakan. Dari hasil pengujian yang telah
dilakukan terlihat, bahwa model yang diusulkan dalam penelitian ini
terdapat heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas terjadi bila variabel
68
gangguan mempunyai variabel yang sama untuk observasi, untuk
mendeteksi ada/tidaknya heteroskedestisitas digunakan uji White.
Selanjutnya menentukan hipotesis yang menyatakan jika dari
perhitungan menghasilkan nilai t- hitung yang signifikan/ t- hitung > t- tabel,
maka dapat dikatakan terdapat heteroskedestisitas, jika t- hitung < t- tabel
dapat dikatakan dalam regresi tidak terdapat heteroskedestisitas.
Dengan menggunakan %5=α dan df= 16 maka diperoleh t-tabel = 1,746
maka dapat ditulis sebagai berikut :
Atas dasar hasil regresi dengan menggunakan uji White, pada α = 5 % dan
df = 16 diperoleh t-tabel sebesar 1,746. Sedangkan nilai t-hitung variabel
independen dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
TABEL 6.6.
HASIL PENGUJIAN HETEROSKEDASTISITAS
Variabel Independen Nilai t- hitung Nilai t- tabel EX I L
FD
-1.760 1.213 3.029 2.240
1.746 1.746 1.746 1.746
Sumber : Lampiran
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai t-tabel lebih besar dari nilai
t-hitung, maka variabel ekspor dan investasi tidak terdapat
heterokedastisitas, sedangkan pada variabel hutang luar negeri dan tenaga
kerja terdapat heterokesdastisitas, karena nilai t-tabel lebih kecil dari nilai t-
hitung. Tetapi dengan adanya Uji White, maka heteroskedastisitas ini dapat
dihilangkan, sehingga model yang diusulkan dalam penelitian ini dapat lolos
69
dari uji asumsi klasik dan hasilnya dapat ditunjukkan dalam tabel di bawah
ini :
TABEL 6.7.
HASIL REGRESI PERBAIKAN HETEROSKEDASTISITAS Variabel Coefisient Std. Error t-Statistic Prob.
EX 3.058288 0.353503 8.651376 0.0000FD -0.317588 0.305649 -1.039061 0.3152I 1.162807 0.382669 3.038675 0.0083L 3.496445 0.471538 7.414986 0.0000C -73672.19 30712.56 -2.398764 0.0299
Sumber : Lampiran
R-Square 0.990445 Mean Dependent var 327024.2
Adjusted R-Square 0.987897 S.D. dependent var 84883.95
S.E. of regression 9338.206 Akaike info criterion 21.33393
Sum square resid 1.31E+09 Schwarz criterion 21.58287
Log likelihood -208.3393 F-Statistic 388.7303
Durbin-Watson stat 1.882271 Prob(F-Statistic) 0.000000
Sehingga hasil analisis regresi variabel-variabel independen (ekspor,
investasi, tenaga kerja, hutang luar negeri) terhadap variabel dependen
(PDB), ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut :
PDB = -73672,188 + 3,05 EX - 0,31 FD + 1,16 I + 3,49 L
a. Konstanta -73672,188 mempunyai arti, jika seluruh variabel
independen sama dengan 0 (nol), maka PDB berkurang sebesar
73672,188 milyar rupiah.
70
b. Koefisien 3,05 EX mempunyai arti, jika expor naik 1 juta US $
maka PDB akan naik sebesar 3,05 milyar rupiah, dengan asumsi
variabel-variabel lainnya tetap.
c. Koefisien 1,61 I mempunyai arti, jika Investasi naik 1juta US $,
maka PDB naik sebesar 1,16 milyar rupiah, dengan asumsi
variabel-variabel lainnya tetap.
d. Koefisien 3,49 L mempunyai arti, jika tenaga kerja naik 1 juta
jiwa, maka PDB akan naik sebesar 3,49 milyar rupiah, dengan
asumsi variabel-variabel lainnya tetap.
6.1.2 Kriteria Statistik
6.1.2.1. Koefisien Determinasi (R2)
Dari data di atas menunjukkan, bahwa variabel-variabel independen
dalam model memiliki pengaruh yang sangat berarti. Nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,990 atau sebesar 99,0%. Hal ini berarti bahwa
variabel ekspor, investasi, tenaga kerja, dan hutang luar negeri mampu
menjelaskan 99,0% terhadap variabel dependennya yakni pertumbuhan
ekonomi, sedangkan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam analisis ini
hanya mampu menjelaskan variasi dependennya 1,0%. Angka 99,0% sangat
realistis, yang berarti menunjukkan bahwa model analisis yang digunakan
dalam penelitian ini sangat baik untuk digunakan.
71
Formula untuk mencari nilai R2 adalah sebagai berikut :
R2 = SSR/SST
atau:
R 2 = 1 - SSE/SST
Keterangan:
R2 = Koefisien determinansi berganda.
SSR = Sum of Square Regression, atau jumlah kuadrat regresi, yaitu
merupakan total variasi yang dapat dijelaskan oleh garis
regresi.
SST = Sum of Square Total, atau jumlah kuadrat total, yaitu
merupakan total variasi Y.
SSE = Sum of Square Error, atau jumlah kuadrat error, yaitu
merupakan total variasi yang tidak dapat dijelaskan oleh garis
regresi
6.1.2.2. Pengujian Secara Bersama-sama (Uji – F) :
Uji – F digunakan untuk menguji signifikansi variabel independen,
yaitu total ekspor, investasi, tenaga kerja, dan hutang luar negeri secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu pertumbuhan
ekonomi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Nilai Fhitung sebesar 388,730 lebih besar dari nilai Ftabel sebesar 3,01.
maka nilai ini menunjukan bahwa variabel-variabel independen yakni total
ekspor, investasi, tenaga kerja, dan hutang luar negeri secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen, yakni pertumbuhan ekonomi.
72
Dengan demikian, berdasarkan uji F diatas, hipotesis pertama yang
menyatakan bahwa variabel total ekspor, investasi, tenaga kerja, dan hutang
luar negeri secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi, diterima.
Untuk mengetahui apakah variabel-variebel independen secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen digunakan uji-F. formulanya adalah sebagai berikut :
(Catur Sugianto, 1995 : 77-78)
( )( )
( )KnR
kR
F
−−
−= 2
2
11
Keterangan:
F = nilai F-hitung
R2 = koefisien determinasi berganda
k = jumlah variabel independen
n = jumlah sampel
Perumusan hipotesis :
Ho = b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya variabel independen secara bersama-
sama tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen
Ha = b1 = b2 = b3 = b4 ≠ 0, artinya variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen.
73
6.1.2.3. Pengujian Secara Parsial / Individu (Uji – t) :
Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen digunakan uji secara parsial (uji – t).
Pengujian parsial dari setiap variabel independen menunjukan pengaruh dari
keempat variabel independen, yakni total ekspor, investasi, tenaga kerja, dan
hutang luar negeri secara individual tehadap variabel dependen, yakni
pertumbuhan ekonomi.
Nilai t-hitung dapat dicari dengan menggunakan formula :
t = 1
)1(Sb
bb −
keterangan:
t = nilai t-hitung
b1 = koefisien variabel independen ke-1
b = nilai hiposis nol
Sb1 = simpangan baku dari variabel independen ke-1
Perumusan hipotesis:
Ho : b1 ≤ 0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen
Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh
terhadap variabel dependen.
74
TABEL 6.8.
HASIL PENGUJIAN KOEFISIEN REGRESI SECARA
PARSIAL / INDIVIDU ( Uji – t )
Sumber : Hasil pengolahan data
Dari tabel 6.8. menunjukan adanya pengaruh yang signifikan bagi
masing-masing variabel indipenden, yaitu ekspor, investasi, dan tenaga kerja
terhadap variabel dependen, yaitu pertumbuhan ekonomi. Tetapi pada
variabel independen hutang luar negeri berpengaruh tidak signifikan
terhadap variabel dependen (pertumbuhan ekonomi).
a. Uji t Terhadap Variabel Ekspor (EX)
Hipotesis yang digunakan :
Ho : b1 ≤ 0, artinya secara individu variabel ekspor tidak berpengaruh
positif pada pertumbuhan.
Ha : b1 > 0. artinya secara individu variabel ekspor berpengaruh secara
positif pada pertumbuhan ekonomi.
Jika t-hitung ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya
variabel ekspor tidak mempengaruhi pertumbuhuan ekonomi secara
signifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang
artinya adalah variabel ekspor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
secara signifikan.
Variabel Koefisien Regresi
thitung ttabel Sig.
Ekspor (EX) Investasi (I) Pekerja (L) Hutang Luar Negeri (FD)
3.058 1.162 3.496 -0.317
8.651 3.038 7.414 -1.039
1.746 1.746 1.746 1.746
0.000 0.008 0.000 0.315
75
GAMBAR 6.2.
UJI-T VARIABEL EKSPOR TERHADAP VARIABEL DEPENDEN
PERTUMBUHAN EKONOMI
0 1,746 8,651
Dari hasil estimasi diketahui bahwa nilai t-hitung (8,651) > t-tabel (1,746)
sehingga Ho ditolak. Berarti secara parsial variabel ekspor berpengaruh
secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
b. Uji t Terhadap Variabel Investasi ( I )
Hipotesis yang digunakan :
Ho : b2 ≤ 0, artinya secara individu variabel investasi tidak berpengaruh
positif pada pertumbuhan ekonomi.
Ha : b2 > 0, artinya secara individu variabel investasi berpengaruh secara
positif pada pertumbuhan ekonomi.
Jika t-hitung ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya
variabel investasi tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara
signifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang
artinya adalah variabel investasi berpengaruh secara positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Ho diterima H0 ditolak
76
GAMBAR 6.3.
UJI-T VARIABEL INVESTASI TERHADAP VARIABEL DEPENDEN PERTUMBUHAN EKONOMI
0 1.746 3.038
Dari hasil estimasi diketahui bahwa nilai t-hitung 3,038 > t-tabel 1,746
sehingga Ho ditolak. Berarti secara parsial variabel investasi berpengaruh
secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
c. Uji t Terhadap Variabel Tenaga Kerja (L)
Hipotesis yang digunakan :
Ho : b3 ≤ 0, artinya secara individu variabel tenaga kerja tidak
berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi.
Ha : b3 > 0, artinya secara individu variabel tenaga kerja berpengaruh
secara positif pada pertumbuhan ekonomi.
Jika t-hitung ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya
variabel pekerja tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara
signifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang
artinya adalah variabel pekerja mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
secara signifikan
Ho diterima H0 ditolak
77
GAMBAR 6.4.
UJI-T VARIABEL TENAGA KERJA TERHADAP VARIABEL DEPENDEN PERTUMBUHAN EKONOMI
0 1,746 7,414
Dari hasil estimasi diketahui bahwa nilai t-hitung (7,414) > t-tabel (1,746)
sehingga Ho ditolak. Berarti secara parsial variabel pekerja berpengaruh
secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
d. Uji t Terhadap Variabel Hutang Luar Negeri (FD)
Hipotesis yang digunakan :
Ho : b4 ≤ 0, artinya secara individu variabel hutang luar negeri tidak
berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi.
Ha : b4 > 0, artinya secara individu variabel hutang luar negeri
berpengaruh secara positif pada pertumbuhan ekonomi.
Jika t-hitung ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya
variabel pekerja tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara
signifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang
artinya adalah variabel pekerja mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
secara signifikan
Ho diterima H0 ditolak
78
GAMBAR 6.5.
UJI-T VARIABEL HUTANG LUAR NEGERI TERHADAP VARIABEL DEPENDEN PERTUMBUHAN EKONOMI
-1.746 -1.039 0 1.746
Dari hasil estimasi diketahui bahwa nilai t-hitung (-1,039) < t-tabel (1,746)
sehingga Ho diterima. Berarti secara parsial variabel hutang luar negeri
berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
6.2. Pembahasan Masing-masing Variabel
6.2.1 Pembahasan Variabel Ekspor Terhadap PDB riil
Berdasarkan hasil regresi koefisien regresi untuk variabel ekspor
menunjukan tanda positif, yakni sebesar 3,058. Berdasarkan uji
signifikansi parsial, pengaruh variabel ekspor terhadap PDB riil
menunjukan angka yang signifikan. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan
ekspor 1 juta US $, maka akan berakibat pada kenaikan nilai PDB rill
sebesar 3,058 milyar rupiah, dengan asumsi variabel-variabel lainnya
tetap. Karena Pertumbuhan ekonomi (EG), dipengaruhi oleh PDB rill
maka ekspor juga mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ekspor berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, karena
dengan semakin besar ekspor akan meyebabkan semakin tinggi kegiatan
Ho diterima H0 ditolak
79
ekonomi yang akan dicapai. Dengan ekspor memungkinkan suatu negara
untuk menghasilkan berbagai barang dan jasa yang melebihi jumlah
produksi yang diperlukan di dalam negeri. Hal ini akan menaikan tingkat
kegiatan ekonomi dan tingkat pendapatan nasional.
Nilai koefisien regresi variabel ekspor itu tidak terlalu berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan dengan nilai koefisien
regresi variabel pekerja. Hal ini mungkin disebabkan karena produk
ekspor dari negara lain untuk produk yang sejenis telah banyak diproduksi,
sehingga daya saing produk ekspor dalam negeri menjadi lemah. Kenaikan
harga ekspor juga menyebabkan permintaan akan ekspor domestik akan
menurun dikarenakan produk-produk ekspor.
6.2.2. Pembahasan Variabel Investasi Terhadap PDB riil
Berdasarkan hasil regresi, koefisien regresi untuk variabel investasi
menunjukkan tanda positif, yakni 1,162. Berdasarkan uji signifikansi
parsial, pengaruh variabel investasi terhadap PDB riil menunjukan angka
yang signifikan. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan investasi sebesar 1
juta US $, maka akan berakibat pada kenaikan nilai PDB riil sebesar 1,162
milyar rupiah, dengan asumsi variabel-variabel lainnya tetap. Karena
pertumbuhan ekonomi (EG), dipengaruhi oleh PDB riil maka investasi
juga mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Investasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena
semakin tinggi nilai investasi yang masuk maka akan memperlancar
tingkat pertumbuhan ekonomi negara. Karena investasi akan mengatasi
80
kekurangan modal yang terjadi, investasi juga merupakan salah satu faktor
produksi yang berupa modal di sektor perekonomian. Tapi kebanyakan
pemilik modal, tidak berani menggunakan uangnya untuk diinvestasikan,
karena takut akan resiko yang terjadi.
6.2.3. Pembahasan Variabel Tenaga Kerja Terhadap PDB riil
Berdasarkan hasil regresi, koefisien regresi untuk variabel tenaga
kerja menunjukkan tanda positif, yakni sebesar 3,496. Berdasarkan uji
signifikansi parsial, pengaruh variabel tenaga kerja terhadap PDB rill
menunjukan angka yang signifikan. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan
tenaga kerja sebesar 1 juta jiwa, maka akan berakibat pada kenaikan nilai
pertumbuhan ekonomi sebesar 3,496 milyar rupiah, dengan asumsi
variabel-variabel lainnya tetap. Karena pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
oleh PDB riil maka tenaga kerja juga mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap pertumbuhan ekonomi, karena tenaga kerja yang digolongkan
kedalam angkatan kerja yang bekerja di sektor perekonomian merupakan
faktor produksi, dan merupakan salah satu asset nasional yang berharga,
karena jumlah tenaga kerja yang besar dengan produktifitas yang tinggi
sebagai salah satu pendorong positif dalam mempercepat pertumbuhan
ekonomi. Tapi permasalahan lain dalam bidang ketenagakerjaan di
Indonesia saat ini masih dicari jalan keluarnya adalah masih rendahnya
81
pendidikan dan keterampilan (skilled) tenaga kerja domestik, kurangnya
kesempatan kerja dan lain sebagainya.
6.2.4. Pembahasan Variabel Hutang Luar Negeri Terhadap PDB riil
Berdasarkan hasil regresi, koefisien regresi untuk variabel hutang
luar negeri menunjukkan tanda negatif, yakni sebesar -1,039. Berdasarkan
uji signifikansi parsial, pengaruh variabel hutang luar negeri terhadap PDB
riil menunjukan angka yang tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
thitung variabel hutang luar negeri sebesar -1,039 lebih kecil daripada nilai
ttabel sebesar 1,746 dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05). Dengan
demikian, hutang luar negeri berpengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Tidak signifikansinya variabel hutang luar negeri tersebut
berkaitan erat dengan belum dimanfaatkannya hutang luar negeri secara
efisien di Indonesia. Kemungkinannya adalah disebabkan oleh banyak
kebocoran yang terjadi pada aliran hutang luar negeri yang dilakukan oleh
oknum-oknum di dalam tubuh pemerintahan Indonesia, dan juga
disebabkan oleh penggunaannya yang lebih terkonsentrasi pada kegiatan
pembangunan infrastruktur yang tidak secara langsung berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, produktivitas pemanfaatan
hutang luar negeri menjadi rendah, sehingga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Faktor eksternal lainnya yang merugikan Indonesia adalah
perkembangan moneter yang tidak menguntungkan, yakni dengan adanya
82
depresiasi mata uang rupiah terhadap mata uang asing lainnya, sehingga
tanpa menambah hutang pun, nilai hutang yang ditanggung secara
otomatis akan bertambah, dan beban pembayaran kembali hutang luar
negeri menjadi semakin berat di masa yang akan datang.
83
BAB VII
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
7.1. Kesimpulan
Atas dasar persamaan hasil estimasi yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Regresi lolos uji asumsi klasik karena variabel investasi, ekspor, tenaga
kerja, dan hutang luar negeri tidak terdapat Autolorelasi, multikolinearitas,
dan heteroskesdastisitas.
2. Investasi, total ekspor, tenaga kerja secara bersama berpengaruh positif
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan hutang
luar negeri berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa kenaikan investasi, ekspor, dan
tenaga kerja akan mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi,
sementara kenaikan hutang luar negeri mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
3. Pengujian secara parsial terhadap variabel independen investasi, ekspor,
dan tenaga kerja, masing-masing berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel independen hutang luar negeri
berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
84
7.2. Implikasi
Dari berbagai kesimpulan yang telah dirangkumkan diatas, sebagai
masukan dan rekomendasi bagi Pemerintah Indonesia dalam upaya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka dapat disarankan
sebagai berikut :
1. Pemerintah perlu meningkatkan ekspor, terutama ekspor non migas, guna
mengurangi ketergantungan terhadap ekspor migas yang semakin menipis.
Cara untuk meningkatkan ekspor diantaranya adalah melalui diversifikasi
komoditi ekspor, yakni melakukan ekspor yang bertumpu pada kekuatan
sumber daya sendiri dan mengurangi kandungan impor agar peranan dan
nilai ekspor tidak berkurang terhadap pertumbuhan ekonomi. Proses
produksi ekspor tersebut harus dapat pula dikuasai oleh penduduk di
dalam negeri, serta menaikan nilai tambah komoditi ekspor, terutama
untuk komoditi primer, sehingga menaikan nilai tukar terhadap komoditi
ekspor lainnya.
2. Dalam investasi, sebaiknya pemerintah menciptakan iklim investasi
yang kondusif, maka diusahakan memberikan prosedur yang sederhana
dan terkendali, memberikan sarana dan prasarana yang menunjang, serta
peraturan dalam berinvestasi yang konsisten, sehingga terjamin kepastian
berusaha dan keamanan untuk berinvestasi, Melalui kebijakan-kebijakan
tersebut, diharapkan nilai investasi semakin dapat meningkat, karena
bertambahnya investor-investor baru untuk menanamkan modalnya, yang
akan menyebabkan menigkatnya pertumbuhan ekonomi. Dan untuk
85
investasi asing, pemerintah sebaiknya mengadakan kualifikasi kembali
terhadap modal asing yang masuk agar tidak menghambat perkembangan
investasi domestik. Pemerintah juga harus berhati-hati dalam memutuskan
tipe dari modal asing yang akan ditanam.
3. Melihat potensi tenaga kerja yang sangat menguntungkan bagi
pertumbuhan ekonomi, maka perlu ditempuh beberapa kebijaksanaan
bagi peningkatan produktivitas tenaga kerja di Indonesia, antara lain
mengenai pengadaan pendidikan dan latihan keterampilan yang lebih
berkualitas tingkat produktivitas kerja, memperbaiki keadaan gizi dan
kesehatan masyarakat, peningkatan perluasan tenaga kerja, dalam arti
kesempatan untuk bekerja yang sesuai dengan pendidikan dan
keterampilan masing-masing, adanya kebijaksanaan pemerintah yang
mendukung iklim sehat ketenagakerjaan, peningkatan alokasi anggaran
untuk pendidikan guna mempertinggi kualitas dan produktivitas tenaga
kerja, serta memperbanyak produksi yang berorientasi padat karya.
Melalui kebijakan-kebijakan tersebut, diharapkan kualitas dan
produktivitas tenaga kerja dapat meningkat, dan pada akhirnya dapat
menigkatkan pertumbuhan ekonomi.
4. Mengingat hutang luar negeri tidak berpengaruh secara nyata terhadap
pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah harus mengantisipasinya dengan
melakukan tinjauan ulang tentang pemanfaatan hutang luar negeri yang
dipakai selama ini agar betul-betul dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Untuk itu perlu pengawasan proyek-proyek yang dibiayai dengan hutang
86
luar negeri agar lebih menghasilkan dan dapat dijadikan andalan untuk
membayar kembali hutang luar negeri jika sudah jatuh tempo. Selain itu,
pemerintah harus mengurangi secara relatif jumlah hutang luar negeri
untuk mengurangi ketergantungan terhadap dunia luar, dan memobilisasi
dana dari dalam negeri untuk mendukung pembangunan, seperti
meningkatkan tabungan domestik sebagai salah satu sumber dana
pembangunan dan peningkatan penerimaan pemerintah dari perpajakan,
khususnya pajak terhadap barang-barang mewah dan pajak pendapatan
secara proporsional.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari., 1997, Analisis Regresi, BPFE, Yogyakarta.
Anonim., 1984 – 2003, Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Yogyakarta.
---------., 2003, Katalog Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Yogyakarta.
---------., 1984 – 2003, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Bank Indonesia, Yogyakarta.
Arsyad, Lincolin., 1997, Ekonomi Pembangunan, Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta.
Boediono., 1993, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis PIE No. 4, BPFE, Yogyakarta.
Dumairy., 1996, Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gujarati, Damodar., 1991, Ekonometrika Dasar, Terjemahan oleh Sumarno Zain,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hasibuan, Malayu S.P, 1987, Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia, Armico, Edisi Revisi, Bandung.
Halwani, Hendra., Tjiptoherijanto, Prijono., 1993, Perdagangan Internasional : Pendekatan Ekonomi Mikro dan Makro, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Iskandar, Ari., 2002, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia periode 1984-2000, Skripsi : Fakultas Ekonomi-Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Irawan., M. Suparmoko., 1995, Ekonomika Pembangunan, BPFE, Yogyakarta.
Jhingan M.L., 2000, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Penerjemah : D. Guritno, Edisi 1, Cet. 8, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kusnadi, Ace., 1998, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Barat periode 1983-1996, Skripsi : Fakultas Ekonomi-Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Simanjuntak, Payaman., 1985, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPFE – Universitas Indonesia, Jakarta.
Sugianto, Catur., 1995, Ekonometrika Terapan, Edisi ke-1, BPFE, Yogyakarta.
Sukirno, Sadono., 1985, Pengantar Teori Ekonomi Makro, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Todaro, M.P., 1993, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jilid Pertama, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Todaro, M.P., 1994, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, jilid kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tambunan, Tulus., 2001, Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran, LP3ES, Jakarta.
.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1.
DATA DARI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE 1984 - 2003 obs PDB EX FD I L
1984 195730.0 21887.80 3610.000 81.20000 57802.80 1985 200564.6 18586.70 3811.000 145.7000 62457.10 1986 212498.2 14805.00 7018.000 800.7000 68338.20 1987 222613.1 17135.60 7520.000 1239.700 70402.40 1988 236014.4 19218.50 9225.000 4425.900 72175.40 1989 258597.5 22160.20 9763.000 5920.200 73908.20 1990 271958.0 25675.30 10995.00 8751.000 75850.60 1991 290859.1 29142.40 11105.00 8778.200 76423.20 1992 309648.6 33967.00 11814.00 8144.200 78518.40 1993 329775.8 36823.00 12533.00 10313.20 79200.50 1994 354640.8 40053.40 9838.000 23724.30 79665.30 1995 383792.3 45418.00 9009.000 39914.70 80110.10 1996 413797.9 49814.90 11900.00 29931.40 85701.80 1997 433245.9 53443.60 14386.00 33832.50 87049.70 1998 376374.9 48847.60 30225.00 13563.10 87672.40 1999 379557.7 48665.50 43633.00 10890.60 88816.90 2000 397666.3 62016.40 71882.00 13420.00 88837.70 2001 411753.5 56320.90 74232.00 9027.500 90807.40 2002 416942.9 59158.80 66746.00 9789.100 91647.10 2003 444453.5 61058.30 69130.00 13207.20 90784.90
PDB : Produk Domestik Bruto (milyar rupiah)
EX : Ekspor (juta US $)
FD : Hutang Luar Negeri (juta US dollar)
I : Investasi (juta US dollar)
L : Tenaga Kerja (juta jiwa)
LAMPIRAN 2.
REGRESI AWAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 10:58 Sample: 1984 2003 Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX 3.058288 0.563614 5.426210 0.0001 FD -0.317588 0.280926 -1.130507 0.2760 I 1.162807 0.472639 2.460242 0.0265 L 3.496445 0.554950 6.300463 0.0000 C -73672.19 34964.98 -2.107028 0.0524
R-squared 0.990445 Mean dependent var 327024.2 Adjusted R-squared 0.987897 S.D. dependent var 84883.95 S.E. of regression 9338.206 Akaike info criterion 21.33393 Sum squared resid 1.31E+09 Schwarz criterion 21.58287 Log likelihood -208.3393 F-statistic 388.7303 Durbin-Watson stat 1.882271 Prob(F-statistic) 0.000000
LAMPIRAN 3. UJI HETEROSKEDASTISITAS REGRESI AWAL FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
White Heteroskedasticity Test: F-statistic 8.352453 Probability 0.001001 Obs*R-squared 17.17295 Probability 0.028358
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:01 Sample: 1984 2003 Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -5.11E+09 2.04E+09 -2.505741 0.0292
EX -19659.19 11164.34 -1.760891 0.1060 EX^2 0.526154 0.139321 3.776548 0.0031
FD 22721.92 9387.196 2.420522 0.0340 FD^2 -0.224924 0.092149 -2.440877 0.0328
I 17961.83 14803.35 1.213362 0.2504 I^2 -0.433536 0.267528 -1.620524 0.1334 L 170394.3 56236.00 3.029986 0.0114
L^2 -1.390139 0.406619 -3.418777 0.0057 R-squared 0.858647 Mean dependent var 65401566 Adjusted R-squared 0.755846 S.D. dependent var 1.35E+08 S.E. of regression 66768494 Akaike info criterion 39.17352 Sum squared resid 4.90E+16 Schwarz criterion 39.62160 Log likelihood -382.7352 F-statistic 8.352453 Durbin-Watson stat 2.848248 Prob(F-statistic) 0.001001
LAMPIRAN 4.
HASIL REGRESI PERBAIKAN HETEROSKEDASTISITAS
Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:03 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX 3.058288 0.353503 8.651376 0.0000 FD -0.317588 0.305649 -1.039061 0.3152 I 1.162807 0.382669 3.038675 0.0083 L 3.496445 0.471538 7.414986 0.0000 C -73672.19 30712.56 -2.398764 0.0299
R-squared 0.990445 Mean dependent var 327024.2 Adjusted R-squared 0.987897 S.D. dependent var 84883.95 S.E. of regression 9338.206 Akaike info criterion 21.33393 Sum squared resid 1.31E+09 Schwarz criterion 21.58287 Log likelihood -208.3393 F-statistic 388.7303 Durbin-Watson stat 1.882271 Prob(F-statistic) 0.000000
LAMPIRAN 5. UJI MULTIKOLINIERITAS VARIABEL EX DENGAN FD Dependent Variable: EX Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:16 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. FD 0.505328 0.061550 8.210043 0.0000C 25870.48 3552.240 7.282864 0.0000
R-squared 0.619650 Mean dependent var 38209.95Adjusted R-squared 0.598520 S.D. dependent var 16256.44S.E. of regression 10300.48 Akaike info criterion 21.41241Sum squared resid 1.91E+09 Schwarz criterion 21.51198Log likelihood -212.1241 F-statistic 29.32486Durbin-Watson stat 0.245241 Prob(F-statistic) 0.000038
UJI MULTIKOLINIERITAS VARIABEL EX DENGAN I Dependent Variable: EX Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:17 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. I 0.826456 0.236279 3.497801 0.0026C 28048.65 4351.980 6.445033 0.0000
R-squared 0.325218 Mean dependent var 38209.95Adjusted R-squared 0.287731 S.D. dependent var 16256.44S.E. of regression 13719.79 Akaike info criterion 21.98571Sum squared resid 3.39E+09 Schwarz criterion 22.08528Log likelihood -217.8571 F-statistic 8.675300Durbin-Watson stat 0.193242 Prob(F-statistic) 0.008653
UJI MULTIKOLINIERITAS VARIABEL EX DENGAN L Dependent Variable: EX Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:21 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. L 1.522048 0.236362 6.439475 0.0000C -82501.43 19676.29 -4.192936 0.0005
R-squared 0.837857 Mean dependent var 38209.95Adjusted R-squared 0.828849 S.D. dependent var 16256.44S.E. of regression 6725.350 Akaike info criterion 20.55980Sum squared resid 8.14E+08 Schwarz criterion 20.65937Log likelihood -203.5980 F-statistic 93.01321Durbin-Watson stat 0.776340 Prob(F-statistic) 0.000000
UJI MULTIKOLINIERITAS VARIABEL FD DENGAN I Dependent Variable: FD Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:25 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. I 0.021421 0.340691 0.062876 0.9506C 24155.37 7772.873 3.107650 0.0061
R-squared 0.000090 Mean dependent var 24418.75Adjusted R-squared -0.055461 S.D. dependent var 25323.62S.E. of regression 26016.37 Akaike info criterion 23.26548Sum squared resid 1.22E+10 Schwarz criterion 23.36505Log likelihood -230.6548 F-statistic 0.001621Durbin-Watson stat 0.110818 Prob(F-statistic) 0.968329
UJI MULTIKOLINIERITAS VARIABEL FD DENGAN L Dependent Variable: FD Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:29 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. L 1.947261 0.455036 4.279357 0.0005C -130015.6 34663.08 -3.750837 0.0015
R-squared 0.565146 Mean dependent var 24418.75Adjusted R-squared 0.540987 S.D. dependent var 25323.62S.E. of regression 17156.87 Akaike info criterion 22.43282Sum squared resid 5.30E+09 Schwarz criterion 22.53240Log likelihood -222.3282 F-statistic 23.39319Durbin-Watson stat 0.284157 Prob(F-statistic) 0.000132
UJI MULTIKOLINIERITAS VARIABEL I DENGAN L Dependent Variable: I Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:31 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. L 0.585931 0.157180 3.727769 0.0015C -34174.32 11300.09 -3.024251 0.0073
R-squared 0.260778 Mean dependent var 12295.02Adjusted R-squared 0.219710 S.D. dependent var 11217.43S.E. of regression 9908.807 Akaike info criterion 21.33488Sum squared resid 1.77E+09 Schwarz criterion 21.43445Log likelihood -211.3488 F-statistic 6.349920Durbin-Watson stat 0.640104 Prob(F-statistic) 0.021403
LAMPIRAN 6. UJI LINIERITAS
Ramsey RESET Test: F-statistic 0.277732 Probability 0.606442 Log likelihood ratio 0.392875 Probability 0.530792
Test Equation: Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 06/25/05 Time: 11:13 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX 2.340767 0.868968 2.693733 0.0175 FD -0.304033 0.315451 -0.963804 0.3515 I 0.873854 0.572837 1.525485 0.1494 L 3.018868 0.593719 5.084671 0.0002 C -43132.93 37695.81 -1.144237 0.2717
FITTED^2 3.34E-07 3.80E-07 0.878518 0.3945 R-squared 0.990631 Mean dependent var 327024.2 Adjusted R-squared 0.987285 S.D. dependent var 84883.95 S.E. of regression 9571.488 Akaike info criterion 21.41429 Sum squared resid 1.28E+09 Schwarz criterion 21.71301 Log likelihood -208.1429 F-statistic 296.0655 Durbin-Watson stat 1.863455 Prob(F-statistic) 0.000000
LAMPIRAN 7
ESTIMASI TERHADAP MODEL PERSAMAAN BENTUK LINIER MODEL : PDBriil= β 0+ β 1EX+ β 2I+ β 3L+ β 4FD +β 5Z1+ ε
Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 09/28/05 Time: 09:09 Sample: 1984 2003 Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EX 2.385892 0.790856 3.016847 0.0092 FD 0.150770 0.479940 0.314144 0.7580 I 2.003033 0.843547 2.374537 0.0324 L 3.146597 0.620593 5.070311 0.0002
Z1 -285330.2 238771.3 -1.194993 0.2519 C -41977.29 43498.36 -0.965032 0.3509
R-squared 0.991330 Mean dependent var 327024.2 Adjusted R-squared 0.988233 S.D. dependent var 84883.95 S.E. of regression 9207.763 Akaike info criterion 21.33681 Sum squared resid 1.19E+09 Schwarz criterion 21.63553 Log likelihood -207.3681 F-statistic 320.1435 Durbin-Watson stat 1.701021 Prob(F-statistic) 0.000000
ESTIMASI TERHADAP MODEL PERSAMAAN BENTUK LOG LINIER MODEL : LnPDB = β 0+ β 1LnEX+ β 2LnI+ β 3L+ β 4LnFD +β 5Z2+ ε
Dependent Variable: LNPDB Method: Least Squares Date: 09/28/05 Time: 09:14 Sample: 1984 2003 Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNEX 0.345648 0.026260 13.16253 0.0000 LNFD -0.086047 0.022259 -3.865676 0.0017 LNI -0.001803 0.011824 -0.152523 0.8810 LNL 1.486160 0.289177 5.139284 0.0002 Z2 -2.51E-06 1.08E-06 -2.315566 0.0363 C -6.858779 2.866024 -2.393134 0.0313
R-squared 0.994340 Mean dependent var 12.66261 Adjusted R-squared 0.992319 S.D. dependent var 0.278802 S.E. of regression 0.024435 Akaike info criterion -4.342315 Sum squared resid 0.008359 Schwarz criterion -4.043595 Log likelihood 49.42315 F-statistic 491.9307 Durbin-Watson stat 1.974018 Prob(F-statistic) 0.000000