Post on 16-Apr-2015
description
VI. EVALUASI DAMPAK PENTING
A. TELAAHAN TERHADAP DAMPAK PENTING
Evaluasi dampak penting dilakukan secara holistik adalah telaahan secara totalitas terhadap berbagai
dampak yang bersifat penting yang ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling
pengaruh-mempengaruhi sehingga diketahui sejauh mana perimbangan dampak penting yang bersifat
positif dengan yang bersifat negatif dengan menggunakan Metode Matriks tiga Tahap Fisher and
Davies (1973), menurut Fisher and Davies metode ini dapat dipergunakan untuk melakasanakan
prediksi, interpretasi dan evaluasi dampak. Matriks Fisher and Davies merupakan metode yang
menggunakan langkah-langkah yang terdiri dari: i) menyusun matriks evaluasi dasar terhadap
komponen lingkungan, ii) menyusun matriks untuk melakukan identifikasi dan prediksi dampak, dan iii)
menyusun matriks evaluasi dampak dan keputusan.
1. Evaluasi Dasar terhadap Komponen Lingkungan
Dalam melaksanakan identifikasi dampak dan memprediksi dampak perlu disusun suatu matriks
evaluasi dasar terhadap kondisi lingkungan. Pada hakekatnya matriks evaluasi dasar ini dimaksudkan
untuk dapat memperolah data tentang rona lingkungan dan berbagai sifat dari sesuatu parameter
komponen lingkungan. Matriks evaluasi dasar disusun dengan cara:
a. Disusun daftar parameter komponen lingkungan yang diduga terkena dampak pembangunan.
parameter komponen lingkungan ini disusun berdasar kelompok geofisik, biotis dan sosial
ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat;
b. Setiap parameter ditentukan kondisinya pada saat studi yaitu Rona Lingkungan Awal. Kondisi
setiap paramater dibedakan menjadi 3 yaitu: bagus, sedang dan jelek. Ketiga hal ini perlu
ditentukan untuk mempermudah dalam memberikan skala keadaan sekarang. Skala kualitas
lingkungan dapat menggunakan pedoman baku mutu kualitas lingkungan atau dengan
menggunakan tabel standar kualitas lingkungan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu;
c. Keadaan komponen kualitas lingkungan sekarang ditentukan dengan memberikan nilai skala 1
– 5. Angka 1 berarti kondisi paramater lingkungan sangat jelek, angka 2, 3, 4 dan 5 masing-
masing berarti jelek, sedang, bagus dan sangat bagus;
d. Skala kepentingan terhadap proyek diberikan dalam bentuk angka-angka 1 terhadap parameter
yang tidak penting terhadap proyek, angka 2 yang tidak penting, angka 3 sedang, angka 4
sesuatu paremeter itu penting dan angka 5 sesuatu parameter itu sangat penting;
e. Demikian juga dengan kepekaan terhadap pengelolaan bagi setiap parameter juga harus
ditentukan. Nilai kepekaan terhadap sesuatu parameter lingkungan terhadap pengelolaan juga
ditentukan dengan memberi angka-angka 1 bagi parameter yang sangat tidak peka, angka 2
tidak peka, angka 3 berarti sedang, angka 4 peka dan angka 5 sangat peka terhadap upaya
pengelolaan. Dasar untuk penentuan kepekaan terhadap pengelolaan sebagai berikut.
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-1
1) Fisik Kimia
a) Iklim Mikro
Kegiatan permbersihan lahan dan pembongkaran bangunan akan menyebabkan hilangnya vegetasi
pada lahan seluas 43,6 ha. Fungsi vegetasi sebagai peneduh dan penyerap polutan, maka dengan
adanya perubahan lahan tersebut akan berdampak terhadap perubahan iklim mikro (peningkatan
suhu dan peneurunan kelembaban). Kondisi lahan tanpa vegetasi diprakirakan akan berlangsung
selama kegiatan konstruksi berlangsung. Peningkatan suhu dan penurunan kelembaban akan
berpengaruh terhadap kenyaman thermal masyarakat sekitar. Selain itu, peningkatan iklim mikro juga
akan berdampak terhadap fungsi fisiologis tanaman lain di sekitar lokasi.
Perubahan iklim mikro pada tahap operasi dari kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan
pemeliharaan jalan dan jembatan. Pengoperasian jalan yaitu meningkatnya jumlah kendaraan
bermotor mengakibatkan terjadi pencemaran udara. Konsentrasi penduduk pada wilayah tertentu
ditambah dengan adanya industri dan perdagangan serta transportasi kota yang padat menyebabkan
tejadinya thermal polution yang kemudian membentuk pulau panas atau heat island. Pulau-pulau
panas terjadi karena adanya emisi panas yang direfleksikan dari permukaan bumi ke atmosfir.
Pertumbuhan sektor industri dan bisnis di sepanjang jalan Bojonggede-Kemang diprakirakan akan
meningkat, hal ini akan berdampak juga terhadap perubahan tata guna lahan yaitu perubahan tutupan
lahan dari pertanian menjadi bangunan tempat usaha (industri, pertokoan, dll) atau perumahan.
Menurut Grey dan Deneke (1986), sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi mengalami proses
refleksi, transmisi dan absorbsi. Pulau panas pada umumnya terdapat pada bagian wilayah kota tidak
bervegetasi, kemudian proses tersebut saling bersinergi dalam meningkatkan suhu udara. Dari
kegiatan pemeliharaan jalan dan jembatan yang salah satu kegiatannya adalah pemeliharaan
tanaman pada RTH seluas 30 % yang telah ditanam pada tahap konstruksi. Diprakirakan dalam waktu
5 tahun pertumbuhan tanaman pada RTH sudah optimal. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap
membaiknya kondisi iklum mikro (penurunan suhu dan peningkatan kelembaban). Tauhid (2008)
mengemukakan bahwa luas 10 % penutupan vegetasi pohon hutan kota mampu menurunkan suhu
0,9 oC. Sedangkan peningkatan kelembaban dengan adanya penghijauan yaitu sekitar 4 % (Asiani,
2009). Perubahan iklim mikro akan mempengaruhi kenyamanan masyarakat sekitar lokasi studi,
namun dengan pengelolaan yang baik dampak perubahan iklim mikro dapat terbalikkan. Dengan
demikian kepekaan terhadap pengelolaan tahap konstruksi dan operasi adalah peka (4).
b) Kualitas Udara dan Debu
Seperti telah diuraikan pada Bab V, bahan berupa material konstruksi akan diangkut dari lokasi quarry
yang berada di daerah Rumpin (15 Km dari proyek), Cigudeg (25 dari proyek), dan Jonggol (30 dari
proyek), melalui jalur jalan arteri: Parung, kemudian melalui jalan lokal hingga ke lokasi studi di Desa
Bojongbaru. Penimbunan alat berat dan material konstruksi akan dilakukan di tiga lokasi, di sekitar
Desa Bojongbaru, Desa Tajurhalang, dan Desa Jampang. Untuk mencapai dua lokasi penimbunan
lainnya dipergunakan jalan lokal eksisting. Peningkatan intensitas kendaraan yang melalui jalur angkut
tersebut akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi debu, gas CO, NOx dan SO2 di udara ambien
di sepanjang jalan yang dilalui kendaraan. Besarnya peningkatan kandungan polutan udara tersebut
masih berada di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan menurut PP No. 41 tahun 1999.
Walaupun demikian wilayah sebaran dampak cenderung luas hingga radius 30 km dari lokasi proyek
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-2
yaitu sepanjang jalur pengangkutan. Kegiatan mobilisasi alat berat dan bahan ini berlangsung secara
intermitten selama tahap konstruksi yaitu sekitar 9 bulan, dan dapat terbalikan seiring dengan·
berakhirnya tahap konstruksi. Dengan demikian jelas bahwa paparan polutan udara terhadap
penduduk yang tinggal di sekitar jalur angkut tidak terus menerus.
Kegiatan pematangan lahan yang melakukan pembukaan lahan seluas 43,6 ha, diprakirakan
menimbulkan peningkatan konsentrasi debu di udara ambien pada saat kegiatan berlangsung hingga
mencapai 1268 ug/m3, sementara dari aktivitas buldozer, backhoe dan crawler diprakirakan
memberikan kontribusi emisi gas buang sebesar 1,88 ug/m3 untuk debu, 3,21 ug/m3 untuk 502, 9,96
ug/m3 untuk NOx dan 8,85 ug/m3 untuk CO. Peningkatan tersebut jika dikumulatifkan dengan
konsentrasi ambien rata-rata masih berada di bawah ambang batas yang dipersyaratkan, kecuali
untuk debu. Namun demikian pada saat pematangan lahan juga terjadi pengangkutan bahan bekas
galian dan bahan timbunan sehingga peningkatan kandungan gas-gas pencemar di udara akan
semakln tinggi. Wilayah persebaran dampak akan meluas hingga radius 30 km serta masyarakat yang
akan terkena dampak akan lebih banyak. Kandungan debu hingga 1268 ug/m3 akan mengganggu
jarak pandang baik bagi pekerja ataupun masyarakat yang tinggal berdekatan dengan lokasi kegiatan,
sehingga resiko terjadinya kecelakaan kerja semakin tinggi. Paparan debu juga berimplikasi pada
meningkatnya resiko kejangkitan penyakit saluran pernafasan seperti ISPA dan penumonia.
Dengan beroperasinya Jalan Bojonggede - Kemang, maka jalan tersebut akan bertindak sebagai
sumber emisi garis (line source) bagi peningkatan gas-gas polutan di udara ambien. Kadar gas-gas di
udara ambien pada saat beroperasinya jalan diprakirakan meningkat namun peningkatannya masih di
bawah ambang batas berdasarkan PP No. 41 tahun 1999. Peningkatan yang mencolok, adalah
parameter CO (karbon monoksida) dan NOx (nitrogen oksida). Kedua gas ini merupakan polutan
utama dari sektor transportasi. Peningkatan volume kendaraan di sepanjang jalan Bojonggede-
Kemang diprakirakan akan melebihi 2% per tahun, karena di kawasan ini akan terjadi percepatan
pertumbuhan pembangunan di berbagai sektor seperti industri dan bisnis. Dengan demikian akan
terjadi peningkatan konsentrasi polutan secara gradual dan berlangsung selama beroperasinya jalan
Bojonggede- Kemang. Pada suatu saat dalam masa pengoperasian jalan, konsentrasi polutan
tersebut akan melewati ambang batas, meskipun CO dan Nox dapat bereaksi secara kimiawi dengan
zat lain menjadi senyawa yang lebih stabil, yaitu CO akan teroksidasi menjadi CO2 dan NOx akan
tereduksi menjadi gas ammonia. Kondisi ini terjadi karena kecepatan pembentukan emisi lebih besar
dibanding kecepatan penyisihannya. Penurunan kualitas udara tersebut bersifat akumulatif dengan
sedikit reversible. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan
dampak dari peningkatan kualitas udara dan debu tahap konstruksi dan operasi adalah sangat peka
(5).
c) Kebisingan
Kebisingan sebesar 65-74 dBA pada jarak 20 meter dari sumber juga berlangsung secara intermitten
di siang hari sehingga pengaruhnya terhadap gangguan pendengaran relatif kecil. Menurut Whyte, et
al., 1980 lingkungan dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dBA atau kondisi kerja yang
mengakibatkan seseorang harus menghadapi tingkat kebisingan leb!h besar dari 85 dBA selama lebih
dari 8 jam per hari tergolong sebagai high level of noise related risk. Dengan demikian kebisingan
yang timbul dari kegiatan mobilisasi alat berat dan bahan tergolong beresiko rendah terhadap
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-3
gangguan pendengaran. Namun dampak akan meningkat secara gradual jika mobilisasi alat tersebut
kegiatannya bersamaan dengan kegiatan pematangan lahan.
Kebisingan dari pengoperasian buldozer berkisar antara 75-95 dBA pada jarak 15 meter dari sumber.
Persebaran dampak diprakirakan akan terjadi di sepanjang jalur rencana jalan, di atas lahan seluas
43,6 ha, dan akan berlangsung selama kegiatan pematangan lahan. Kebisingan tersebut jika
berlangsung secara terus-menerus selama 8 jam per hari atau lebih, maka akan berdampak pada
gangguan pendengaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pematangan lahan
harus dikelola dengan baik agar dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan
Pad saat pengoperasian jalan Bojjonggede Kemang, kebisingan di lokasi jalan dan sekitarnya akan
lebih tinggi dibanding dengan kondisi sebelum adanya jalan. Kebisingan yang timbul dari aktifitas
transportasi bervariasi bergantung pada jenis kendaraan yang melewatinya yaitu berkisar antara 60
hingga diatas 90 dBA. Kebisingan yang timbul tergolong sebagai kebisingan sesaat dengan intensitas
cenderung menurun dengan semakin jauhnya jarak dengan sumber (sumber bergerak). Dengan
demikian paparan terhadap penduduk yang tinggal di sekitar lokasi jalan relatif tidak tinggi. Namun
demikian pertumbuhan sektor industri dan bisnis di sepanjang jalan Bojonggede-Kemang, akan
menjadi salah satu sumber bising kontinyu dari mulai pedagang kakilima, bengkel, pabrik dan
pertokoan. Sama halnya dengan kualitas udara, tingkat kebisingan di lokasi kegiatan akan meningkat
secara gradual selama operasional jalan. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan
terhadap pengelolaan dampak dari peningkatan kebisingan tahap konstruksi dan operasi adalah
sangat peka (5).
d) Kualitas Air Permukaan
Seperti yang telah diuraikan pada bab V, pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan,
pekerjaan badan jalan dan pelapisan pengkerasan jalan, serta pematangan lahan akan berdampak
pada peningkatan air larian yang selanjutnya akan berdampak pada kualitas air permukaan dan
sedimentasi berupa peningkatan kekeruhan, TSS, dan TDS perairan. Dengan penambahan erosi dari
sebelum proyek sampai setelah proyek sebesar 910,307 ton/tahun atau sebesar 400% dari kondisi
awal maka diprakirakan penambahan TSS di Sungai Kalibaru sebesar ±160 mg/l, Sungai
Pasanggrahan sebesar ±325 mg/l, dan Sungai Kaliangke sebesar ±265mg/l. Semakin tinggi TSS
maka akan diikuti dengan peningkatan nilai kekeruhan, dengan adanya peningkatan kekeruhan pada
tahap konstruksi maka diprakirakan kekeruhan pada Sungai Kalibaru sebesar ±50 NTU, Sungai
Pasanggrahan ±135 NTU, dan Sungai Kaliangke ±104 NTU. Menurut Moore (1991) mengatakan
bahwa peningkatan kekeruhan sebesar 5 NTU pada perairan sungai dapat mengurangi produktivitas
primer sebesar 13 %. Menurut Alabaster dan Lloyd (1982), TSS sebesar 81-400 mg/l sangat tidak
baik bagi kehidupan organisme perairan. Sungai-sungai wilayah studi digunakan masyarakat sekitar
untuk mengairi kolam/empang mereka oleh karena itu dengan peningkatan TSS sebesar 160-325 mg/l
akan berdampak pada organisme yang dibudidaya oleh masyarakat.
Kegiatan konstruksi dan operasi jalan dan jembatan juga akan mengakibatkan turunnya kualitas
perairan seperti nitrit, pH, dan logam-logam berat. Konsentrasi nitrit pada sungai-sungai wilayah studi
sudah cukup tinggi bahkan nilai nitrit melebihi baku mutu perairan. Kondisi ini disebabkan oleh
tingginya masukan nitrogen organik dari aktivitas MCK warga. Pada tahap operasi diprakirakan
frekuensi kendaraan akan bertambah sehingga akan meningkatkan gas NOx yang selanjutnya akan
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-4
masuk ke perairan dan akan berubah menjadi nitrogen anorganik termasuk senyawa nitrit. Senyawa
nitrit bersifat toksik baik untuk organisme perairan maupun pada manusia karena akan menyebabkan
terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah. Gas NOx dan SOx yang dihasilkan
dalam tahap operasi juga akan menyebabkan turunya pH perairan karena gas SOx dan NOx akan
bereaksi dengan uap air dan menghasilkan asam kuat yaitu H2SO4 dan HNO3. Oleh karena itu dengan
adanya kegiatan operasi maka akan menyebabkan asidifikasi perairan. Dengan demikian maka
secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak dari penurunan kualitas air permukaan
tahap konstruksi dan operasi adalah peka (4).
e) Air Larian (Runoff)
Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan
jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak
terhadap peningkatan air larian (runoff). Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan
yaitu pembersihan lahan dari vegetasi penutup dan bangunan yang berada pada tapak proyek,
sehingga menjadi lahan terbuka. Selanjutnya dilakukan pematangan lahan dan konstruksi fisik jalan.
Selama kegiatan-kegiatan tersebut maka akan terjadi runoff, berdasarkan hasil perhitungan yaitu
sebesar 3.506,19 m3/hari atau terjadi peningkatan dari kondisi aktual sebesar 2,103.72 m3/hari.
Peningkatan runoff akan berdampak lanjutan terhadap erosi tanah dan infiltrasi air ke dalam tanah.
Terbawanya material tanah oleh aliran runoff akan menyebabkan terjadinya sedimentasi pada sungai
terutama pada saat terjadinya hujan, dimana terjadi tumbukan air hujan pada tanah secara langsung
yang akan mengikis tanah, selain itu dari kegiatan pematangan tanah akan menyebabkan terjadinya
penghancuran konsistensi tanah menjadi butiran-butiran (agregat) kasar yang mudah terbawa
bersama runoff pada saat hujan turun. Hal tersebut bepotensi menyebabkan terjadinya sedimentasi
pada sungai akibat pengendapan material tanah ke dasar sungai. Sedimentasi akan menyebabkan
kapasitas sungai sebagai badan air penerima akan berkurang sehingga berpotensi terjadinya
luapan/banjir. Selain itu, masuknya material tanah ke dalam badan air penerima akan mengganggu
kualitas air permukaan.
Pada tahap operasi, kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan akan meningkatkan jumlah air larian.
Runoff akan meningkatkan dimana 95% air akan menjadi air larian dan berdasarkan hasil perhitungan
besarnya runoff yang terjadi adalah 4.441,18 m3/hari dan diprakirankan setelah 5 tahun beroperasinya
jalan, air larian (runoff) menjadi 3.084,22 m3/hari dengan membaiknya kondisi tanaman pada RTH.
Selain itu, juga berdampak terhadap terganggunya kualitas air permukaan dari partikel debu yang
terbawa air larian. Sifak dampak runoff tidak berbalik, namun tidak mersifat menumpuk. Dengan
demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak dari air larian (runoff)
tahap konstruksi dan operasi adalah sangat peka (5).
f) Sedimentasi Sungai
Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan
jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak
terhadap sedimentasi sungai. Karena air Iimpasan dari lahan rencana jalan mengandung endapan
lumpur dari tanah yang tererosi. Masuknya Iimpasan tersebut ke sungai mengakibatkan terjadinya
peningkatan kekeruhan. Karena berat jenis paltikel yang terkandung dalam lumpur lebih· besar dari
berat jenis air, maka partikel tersebut akan mengendap ke dasar sungai dan menyebabkan
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-5
sedimentasi. Peningkatan sedimen di dasar sungai akan menyebabkan pendangkalan sungai,
sehingga pada saat musim hujan terjadi intensitas hujan yang cukup tinggi, maka air sungai dapat
meluap dan mengakibatkan banjir. Fenomena ini akan mengakibatkan kerugian diderita oleh
penduduk yang bermukim di hilir sungai. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap
pengelolaan dampak terhadap sedimentasi sungai tahap konstruksi adalah peka (4).
g) Muka Air Tanah
Pada kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan
badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan akan berlangsung di lahan seluas 43,6 ha dan
diprakirakan menimbulkan dampak berupa penurunan muka air tanah. Lokasi kegiatan berbatasan
dengan guna lahan yang bervariasi seperti permukiman, tegalan, ladang, sawah, rawa dan
perkebunan. Areal tersebut yang diprakirakan menjadi penampung atau reseptor bagi air limpasan
yang tidak terinfiltrasi di areal yang dimatangkan. Jarak terjauh reseptor tersebut diprakirakan berkisar
antara 50 - 100 m dari trase jalan. Dengan demikian akuifer bebas akan terisi kembali dari Iimpasan
yang terserap di sekitar lokasi kegiatan. Seluruh masyarakat yang berada di sepanjang rencana jalur
jalan yang menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih tidak akan terganggu karena fenomena
ini. Dampak tidak bersifat akumulatif dan dapat berbalik.
Seperti halnya pada tahap konstruksi, setelah jalan beroperasi, infiltrasi tetap tidak terjadi di lahan
yang digunakan untuk jalan, dan limpasan air hujan di permukaan jalan akan dialirkan ke saluran
drainase untuk selanjutnya dilepas ke badan air penerima. Muka air tanah di lahan jalan akan turun
seperti pada tahap konstruksi, tetapi di area reseptor limpasan, muka airnya akan meningkat. Karena
pengoperasian jalan berlangsung selama 10 tahun, maka muka air tanah di lahan jalan akan menurun
secara gradual, dimana penurunan muka air tanah tersebut bersifat akumulatif dan sukar untuk
berbalik, apalagi pada saat musim kemarau. Masyarakat yang bermukim di sekitar jalan akan
mengalami kesukaran untuk mendapatkan suplai air bersih dari air tanah karena muka air tanah
menurun lebih dalam. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan
dampak dari penurunan muka air tanah tahap konstruksi dan operasi adalah peka (4).
h) Ruang dan Lahan
Pada tahap operasi, kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan diprakirakan dapat menimbulkan
dampak terhadap tata guna lahan, yaitu sekitar Ditinjau dari segi Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW), peruntukan lokasi studi sebagai wilayah pemukiman padat, hal ini berpotensi tumbuhnya
usaha-usaha baru di sekitar lokasi jalan baik untuk jenis usaha perdagangan, perumahan maupun
industri sehingga akan merubah pola penggunaan lahan aktual. Dengan meningkatnya aktivitas
perekonomian maka akan berpotensi terhadap meningkatnya jumlah penduduk, total jumlah
penduduk Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Tajurhalang dan Kecamatan Kemang tahun 2009
adalah 391.118 jiwa, dengan asumsi bahwa 1 % (8.438 jiwa) pertambahan penduduk tahun 2009
akan menambah luas lahan terbangun sebesar 3 %, maka dalam rentang waktu 10 tahun luas lahan
terbangun adalah 32.5 % (80,5 %). Dampak perubahan tersebut tidak dapat berbalik dan berpengaruh
terhadap penurunan muka air tanah karena berkurangnya daerah resapan air. Bila dikaitkan dengan
kawasan Bojonggede - Kemang sebagai bagian dari kawasan konservasi air berdasarkan Kepres No.
114/1999, maka dampak dari kegiatan pengoperasian jalan terhadap tata guna lahan akan berimbas
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-6
terhadap kurangnya ketersediaan air terutama air tanah. Dengan demikian maka skala kepekaan
terhadap pengelolaan dampak terhadap perubahan ruang dan lahan tahap operasi adalah peka (4).
2) Biologi
Biota A ir (Benthos)
Seperti yang telah diuraikan pada bab V, kegiatan pembersihan dan pembongkaran bangunan,
kegiatan pematangan lahan, Pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan, serta pekerjaan
jembatan akan berdampak pada meningkatnya air larian sehingga kekeruhan dan sedimentasi
perairan sungai meningkat, dengan meningkatnya kekeruhan perairan maka produktifitas primer akan
berkurang dampak lanjutannya adalah terganggunya biota air yang sebagian besar hidupnya
bergantung pada produktifitas primer perairan. Meningkatnya kekeruhan perairan juga akan
mengakibatkan terganggunya pernafasan dan daya lihat organisme air. Menurut Moore (1991),
perairan yang memilki tingkat kekeruhan yang tinggi akan berakibat fatal terhadap organisme ikan
yaitu dapat mengganggu pernapasan yang disebabkan tersumbatnya insang oleh partikel tersuspensi.
Kondisi komunitas benthos yang ada di sungai-sungai daerah studi menunjukkan bahwa sungai-
sungai tersebut telah tercemar bahan organik, hal ini dibuktikan dengan didominasinya komunitas
benthos oleh Lumbriculus sp dan Melanoides sp serta nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener
<1. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak berupa gangguan
terhadap biota air (benthos) tahap konstruksi adalah sedang (3).
3) Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan
a) Kependudukan
pada tahap operasi, kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan akan berdampak terhadap
kependudukan. Beroperasinya jalan Bojonggede – Kemang, maka jalan tersebut akan berfungsi
sebagai penghubung simpul-simpul atau pusat-pusat di wilayah tengah (sumbu wilayah/koridor
perkembangan yang ada sekarang dengan sumbu-sumbu wilayah di bagian Timur dan Barat. Di
samping itu dapat merangsang atau mendorong perkembangan kawasan-kawasan produksi yang
dihubungkan atau dilalui oleh jaringan jalan tersebut. Sedangkan dari segi ekonomi, pengoperasian
jalan Bojonggede- Kemang akan meningkatkan mobilitas barang khususnya untuk sektor pertanian
dan industri. Mobilitas migrasi juga akan meningkat dimana migrasi manusia yang datang akan jauh
lebih tinggi dibanding migrasi keluar. Kondisi demikian akan berpengaruh terhadap peningkatan
jumlah penduduk pada wilayah studi. Selain itu dampak lanjutan dari peningkatan penduduk yaitu
perubahan penggunaan ruang pada wilayah studi baik untuk pembangunan pemukiman maupun
bangunan tempat usaha. Dampak kegiatan pengoperasian jalan terhadap peningkatan penduduk
bersifat menumpuk dan tidak terbalikkan. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap
pengelolaan dampak terhadap kependudukan tahap operasi adalah sangat peka (5).
b) Pendapatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi
Pada tahap pra konstruksi, pengadaan lahan dan pembebasan lahan untuk pembangunan Jalan
Bojonggede - Kemang akan menyebabkan hilangnya pendapatan penduduk di wilayah dampak primer
yang mempunyai mata pencaharian sebagai petani karena hilangnya sumber mata pencahariannya
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-7
berupa sawah dan kebun tanaman pangan. Meskipun proses pengadaan lahan telah melalui
musyawarah penentuan ganti rugi, tetapi untuk memperoleh lahan dengan kondisi hasil panen seperti
semula memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk beralih profesi diperlukan keterampilan khusus
yang tidak dimiliki oleh semua petani. Sehingga uang ganti rugi tersebut bisa meningkatkan
pendapatan bagi yang mampu mengelolanya dan sebaliknya akan menurunkan pendapatan karena
ketidakmampuan mengelolanya. Mengingat tingkat pendidikan rata-rata pemilik lahan hanya tamatan
SD, maka diprakirakan kemungkinan yang kedua yang dominan terjadi.
Pada tahap konstruksi, adanya penerimaan tenaga kerja kegiatan konstruksi dari komponen kegiatan
rekrutmen tenaga kerja. Penerimaan tenaga kerja dengan memprioritaskan tenaga kerja lokal akan
berdampak terhadap peniingkatan pendapatan masyarakat. Selain itu juga akan menimbulkan
persepsi positif dari masyarakat. Dampak bersifat sementara yaitu selama kegiatan konstruksi
berlangsung.
Pada tahap operasi, Bila ditinjau dari segi konsep tata ruang, dengan beroperasinya Jalan
Bojonggede – Kemang, maka jalan tersebut akan berfungsi sebagai penghubung simpul-simpul atau
pusat-pusat di wilayah tengah (sumbu wilayah/koridor perkembangan yang ada sekarang dengan
sumbu-sumbu wilayah di bagian Timur dan Barat. Di samping itu dapat merangsang atau mendorong
perkembangan kawasan-kawasan produksi yang dihubungkan atau dilalui oleh jaringan jalan tersebut.
Sedangkan dari segi ekonomi, pengoperasian jalan Bojonggede- Kemang akan meningkatkan
mobilitas barang khususnya untuk sektor pertanian dan industri. Mobilitas migrasi juga akan
meningkat dimana migrasi manusia yang datang akan jauh lebih tinggi dibanding migrasi keluar.
Kondisi demikian menunjukkan besarnya daya tarik wilayah studi dan sekitarnya baik untuk mencari
pekerjaan ataupun sebagai tempat hunian. Dampak tersebut akan berlangsung selama masa layanan
jalan yaitu sekitar 10 tahun. Hal lain yang ikut terpengaruh adalah timbulnya persepsi positif dari
masyarakat terhadap pengoperasian jalan, serta peningkatan taraf hidup termasuk pelayanan di
bidang kesehatan masyarakat. Dampak akan terakumulasi sesuai dengan perkembangan kawasan di
dan sekitar lokasi pengoperasian jalan. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan
terhadap pengelolaan dampak dari perubahan pendapatan masyarakat tahap pra konstruksi,
konstruksi dan operasi adalah sangat peka (5).
c) Kesempatan Berusaha
Pada tahap operasi, adanya kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan diprakirakan akan
menimbulkan dampak berupa meningkatnya kesempatan berusaha masyarakat setempat dan
masyarakat pendatang. Karena dengan bertambahnya akses wilayah akan mendorong tercipta pusat-
pusat perekonomian dan jasa sehingga akan memberikan kesempatan berusaha pada masyarakat
setempat khususnya. Mobilitas migrasi juga akan meningkat dimana migrasi manusia yang datang
akan jauh lebih tinggi dibanding migrasi keluar, hal ini juga akan berdampak terhadap perubahan
lahan terbangun akan semakin luas. Kondisi demikian menunjukkan besarnya daya tarik wilayah studi
dan sekitarnya baik untuk mencari pekerjaan ataupun sebagai tempat hunian. Dampak tersebut akan
berlangsung selama masa layanan jalan yaitu sekitar 10 tahun. Hal lain yang ikut terpengaruh adalah
timbulnya persepsi positif dari masyarakat terhadap pengoperasian jalan, serta peningkatan taraf
hidup termasuk pelayanan di bidang kesehatan masyarakat. Dampak akan terakumulasi sesuai
dengan perkembangan kawasan di dan sekitar lokasi pengoperasian jalan. Dengan demikian maka
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-8
skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap kesempatan berusaha tahap operasi adalah
peka (4).
d) Kesempatan Kerja
Pada tahap konstruksi, kegiatan pekerjaan konstruksi badan jalan akan memberikan kesempatan
kerja kepada masyarakat sekitar tapak proyek dengan adanya proses rekrutmen tenaga kerja, dimana
diprakirakan sebesar 60% tanaga kerja akan berasal dari penduduk sekitar yang memenuhi
kualifikasi, sehingga akan menimbulkan dampak positif berupa penurunan angka pengangguran
masyarakat di desa setempat. Dampak berlangsung sementara yaitu selama kegiatan konstruksi
berjalan, namun demikian penerimaan tenaga kerja lokal akan memunculkan persepsi positif dari
masyarakat. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap
kesempatan kerja tahap konstruksi adalah sangat peka (5).
e) Sikap dan Persepsi Masyarakat
Pada tahap pra konstruksi, kegiatan pengadaan lahan dan pembebasan lahan, masyarakat yang hak
miliknya baik berupa lahan, bangunan maupun tegakan, yang terkena proyek akan mengalami
kerugian hingga pendapatannya per bulan pulih kembali seperti sedia kala, meskipun ada ganti rugi
dari pemerintah. Selama belum dilakukan musyawarah untuk menetapkan berapa harga pasti untuk
lahan, bangunan mapun tegakan, di masyarakat timbul desas desus yang mengundang kekhawatiran
bahwa hak miliknya tidak diberi ganti yang layak. Kondisi ini memicu timbulnya sikap dan persepsi
negatif yang cepat sekali berkembang dan rnenyebar di wilayah studi.
Pada tahap konstruksi, kegiatan pematangan lahan memiliki potensi menurunkan kualitas udara dan
meningkatkan kebisingan. Hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa Iingkungan di
mana mereka tinggal memiliki suasana tenang dan nyaman. Suasana hiruk pikuk alat berat dan polusi
udara pada saat konstruksi akan mengubah ketenangan tersebut, sehingga masyarakat menjadi
antipati terhadap kegiatan. Di lain pihak sumber air yang selama ini mereka manfaatkan menjadi tidak
layak untuk dipergunakan sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat menjadi kekurangan air
bersih. Kondisi demikian menjadi salah satu pemicu timbulnya persepsi negatif di masyarakat. Selain
sikap negatif, sikap positif bisa juga muncul karena akan memudahkan mereka untuk bepergian,
tingginya peluang untuk berusaha dan adanya peluang untuk bekerja pada proyek. Berdasarkan hasil
wawancara dengan penduduk di dan sekitar rencana lokasi menyatakan secara umum setuju
terhadap rencana pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang dan ingin bekerja di proyek dan/atau
agar proyek memprioritaskan penduduk setempat sebagai tenaga kerja konstruksi. Perekrutan sekitar
60% orang penduduk lokal pada tahap konstruksi akan berdampak positif.
Pada tahap operasl, dengan beroperasinya Jalan Bojonggede - Kemang maka akses Bogor-Depok
dari arah Cibinong yang selama ini harus ditempuh lewat Jalan Bojonggede akan lebih cepat dan
leluasa. Di samping itu, kerugian atas waktu dan bahan bakar semakin bisa ditekan, kemacetan di
berbagai titik di sebelah Utara maupun Selatan wilayah studi akan berkurang, dan kepadatan
kendaraan di beberapa ruas jalan seperti Jalan Bojonggede - Depok akan berpindah sebagian ke
Jalan Bojongede - Kemang. Hasil kegiatan public hearing menunjukkan besarnya apreasisasi
masyarakat yang dinyatakan dalam bentuk dukungan baik secara lisan maupun tulisan. Hasil
wawancara dengan responden menunjukkan bahwa secara umum lebih dari 50% masyarakat setuju
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-9
dengan rencana pembangunan jalan tersebut. Dengan kemudahan aksesibilitas dan adanya
dukungan masyarakat maka pengoperasian jalan Bojonggede-Kemang dapat menimbulkan persepsi
masyarakat yang positif. Dampak positif tersebut akan berlangsung lama dan sinergis dengan laju
pertumbuhan ekonomi di kawasan sepanjang Jalan Bojonggede-Kemang, sehingga bukan hanya
penduduk lokal yang merasakan manfaatnya, namun juga pendatang yang bekerja atau berusaha di
kawasan tersebut. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan
dampak terhadap sikap dan persepsi masyarakat tahap pra konstruksi, konstruksi dan operasi adalah
sangat peka (5).
f) Kesehatan Mayarakat
Pada tahap konstruksi, kegiatan pematangan lahan dapat menyebabkan tercemarnya sungai sebagai
sumber air bersih sebagian penduduk, sehingga suplai air bersih berkurang. Masyarakat yang
memanfaatkan air sungai tercemar oleh endapan lumpur maupun zat-zat lain yang berasal dari
kegiatan konstruksi, dapat terjangkit penyakit saluran pencernaan seperti diare. Penyakit diare
tersebut dapat mewabah sehingga masyarakat yang .terkena bukan hanya yang mengkonsumsi air
sungai. Dampak lainnya yang diprakirakan timbul adalah kecelakaan akibat kerja yang dapat
menimpa pekerja pematangan lahan. Disamping itu paparan terus menerus terhadap kebisingan yang
tinggi dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Dampak akan berlangsung selama kegiatan
pematangan lahan. Dampak tidak dapat berbalik dan bersifat kumulatif.
Pada tahap operasi, pengoperasian jalan dan jembatan menyebabkan lancarnya arus lalulintas,
peningkatan kapasitas kendaraan yang melewati wilayah studi. Pengaruh yang ditimbulkannya adalah
peningkatan pencemar dari resirkulasi debu dari jalan dan emisi kendaraan berupa CO, Nox, S02,
TSP dan Timbal (Pb). Peningkatan kadar pencemar tersebut di udara ambien menyebabkan·
timbulnya berbagai penyakit khususnya penyakit yang menyerang saluran pernafasan, sehingga
terjadi peningkatan jumlah angka sakit. Dampak bersifat kumulatif dan tidak berbalik. Dampak akan
berlangsung selama umur layanan jalan, yaitu 10 tahun namun dengan intensitas yang kecil. Dengan
demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap kesehatan masyarakat tahap
konstruksi dan operasi adalah peka (4).
g) Konflik Penerimaan Ganti Rugi
Pada tahap pra konstruksi dari kegiatan pengadaan lahan dan pembebasan lahan diprakirakan akan
berdampak terhadap terjadinya konflik terkait dengan permasalahan ganti rugi. Tahap tersebut
merupakan tahap paling kritis karena menyangkut nasib dan hak warga yang lahannya terkena proyek
pembangunan. Pembebasan lahan akan mengenai pemukiman penduduk, rumah ibadah, makam,
kebun, sawah, tempat usaha, maupun sarana ekonomi lainnya. Pemberian ganti rugi yang tidak
memadai, penggunaan calo/broker dan penggunaan represi membuat hak warga negara tidak cukup
terlindungi. Lemahnya daya tawar warga membuat ganti rugi benar-benar merugikan masyarakat.
Kondisi demikian terbuka bagi kemungkinan konflik vertikal, yaitu pemerintah dengan warga yang
terkena dampak. Proses pembebasan tanah menyangkut hak-hak warga yang akan kehilangan
tempat tinggal sehingga sangat terbuka bagi terjadinya konflik vertikal maupun horizontal. Dengan
demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap terjadinya konflik penerimaan
ganti rugi tahap pra konstruksi adalah sangat peka (5).
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-10
h) Kerusakan Jalan Umum
pada tahap konstruksi, adanya kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan selama
pembangunan jalan Bojonggede – Kemang, diprakirakan akan menimbulkan dampak berupa
rusaknya jalan umum akibat proses pengangkutan dan intensitas lalu lintas yang tinggi. Dari kegiatan
pengangkutan tanah dan material bangunan diprakirakan akan terjadi peningkatan lalu lintas
kendaraan yaitu sebesar 3 smp/jam (pengngkutan material konstruksi) dan 82 smp/jam
(pengangkutan tanah urugan). Peningkatan jumlah kendaraan yang lalu lalang pada saat kontruksi
berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas yang terjadi selama jam kerja konstruksi. Dampak
berlangsung selama masa konstruksi dan dapat berbalik. Dengan demikian maka skala kepekaan
terhadap pengelolaan dampak terhadap kerusakan jalan umum tahap konstruksi adalah peka (4).
i) Bangkitan Lalu Lintas/Kecelakaan Lalu Lintas
Pada tahap konstruksi kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan,
pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan dan pekerjaan flyover akan
menyebabkan terjadinya bangkitan lalu lintas. Dari kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah
dan material bangunan akan menyebabkan meningkatkan kepadatan lalu lintas dengan beroperasi
kendaraan proyek sebesar 85 smp/jam. Dari kegiatan pematangan lahan dan pekerjaan badan jalan
dan pelapisan perkerasan jalan akan menyebabkan kemacetan lalu lintas akibat dari penutupan
beberapa ruas jalan pada saat kegiatan tersebut berlangsung, sedangkan dari kegiatan pekerjaan
flyover berpotensi terjadinya kemacetan akibat lalu lalang kendaraan proyek terutama pada pertigaan
Depok-Bogor-Tegar Beriman. Namun bangkitan lalu lintas yang terjadi selama kegiatan konstruksi
jalan belangsung tidak bersifat komulatif dan berbalik.
Pada tahap operasi diprakirakan bahwa pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan
dan jembatan akan mempengaruhi pola dan bangkitan lalu lintas di wilayah studio Pengoperasian
Jalan Bojonggede - Kemang mengakibatkan lancarnya lalulintas baik di wilayah studi maupun dari
dan keluar wilayah studi Pada tiga ruas jalan yang diamati, terlihat bahwa dengan adanya Jalan
Bojonggede - Kemang, derajat kejenuhan jalan akan berkurang meskipun terjadi pertambahan
penduduk dan jumlah kendaraan. Kepadatan lalulintas yang selama ini bertumpu pada sebagian ruas-
ruas jalan di sekitar wilayah studi akan terdistribusi ke Jalan Bojonggede – Kemang.
Pengaruhnya terhadap lalu lintas regional adalah bahwa titik-titik kemacetan di jalan sekitarnya akan
berkurang, hal ini akan memberi keuntungan bagi masyarakat pengguna Jalan Bojonggede - Kemang
karena kemudahan akses mencapai tujuan. Disamping itu, wilayah permukiman yang terdapat di
sepanjang Jalan Bojonggede - Kemang akan semakin berkembang ke arah kawasan perdagangan
dan jasa. Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi wilayah lain untuk terpacu menjadi kawasan industri
yang cepat berkembang, dimana pertumbuhan ekonomi secara regional akan meningkat. Kondisi ini
akan berlangsung selama umur layanan jalan. Dengan lancarnya arus lalu lintas diprakirakan kasus
kecelakaan lalu lintas juga akan meningkat. Fenomena perubahan bangkitan lalu lintas bersifat
kumulatif dan tidak berbalik. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap
pengelolaan dampak terhadap bangkitan lalu lintas/kecelakaan lalu lintas tahap konstruksi dan
operasi adalah sangat peka (5).
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-11
Tabel VI-1. Matriks Evaluasi Dasar Terhadap Komponen Lingkungan Hidup Pembangunan Jalan
Bojonggede - Kemang
Komponen Lingkungan Terkena Dampak
Skala Kepentingan
(Penting/Tidak Penting)
Skala Kualitas Lingkungan Rona Awal
(1 /d 5)
Skala Kepekaan Terhadap
Pengelolaan (1 s/d 5)
FISIK-KIMIA1. Iklim mikro Penting 3 (sedang) 4 (peka)2. Kualitas udara dan debu Penting 4 (baik) 5 (sangat peka)3. Kebisingan Penting 3 (sedang) 5 (sangat peka)4. Kualitas air permukaan Penting 5 (sangat baik) 4 (peka)5 Air Larian (run off) Penting 4 (baik) 5 (sangat peka)6. Sedimentasi sungai Penting 4 (baik) 4 (peka)7. Muka air tanah Penting 4 (baik) 4 (peka)8. Ruang, lahan dan tanah Penting 4 (baik) 4 (peka)BIOLOGI1. Biota air Penting 3 (sedang) 3 (sedang)SOSEKBUD DAN KESMAS1. Kependudukan Penting 3 (sedang) 5 (sangat peka)2. Pendapatan masyarakat dan pertumbuhan
ekonomiPenting 3 (sedang) 5 (sangat peka)
3. Kesempatan berusaha Penting 2 (buruk) 4 (peka)4. Kesempatan kerja Penting 2 (buruk) 5 (sangat peka)5. Sikap dan persepsi masyarakat Penting 3 (sedang) 5 (sangat peka)6. Kesehatan mayarakat Penting 3 (sedang) 4 (peka)7. Konflik penerimaan ganti rugi Penting 4 (baik) 5 (sangat peka)8. Kerusakan jalan umum Penting 3 (sedang) 4 (peka)9. Bangkitan lalu lintas/kecelakaan lalu lintas Penting 4 (baik) 4 (peka)
2. Identifikasi dan Prediksi Dampak
Dalam melakukan identifikasi dan prediksi dampak perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun daftar parameter yang akan dikaji dampaknya. Pada umumnya daftar parameter
lingkungan yang akan dikaji dampaknya sama dengan parameter lingkungan pada Rona
Lingkungan Awal pada matrik evaluasi dasar;
b. Menyusun aktivitas-aktivitas yang diduga akan menimbulkan dampak. Aktivitas-aktivitas ini
dirinci dan dikelompokkan pada priode Prakonstruksi, Konstruksi dan Operasi;
c. Membuat prediksi dampak terhadap setiap parameter untuk komponen geofisik, biotis dan
sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat oleh adanya aktivitas proyek yang
menimbulkan dampak. Dampak yang diduga akan muncul diberi simbol: (0) bila tidak ada
dampak; (-) bila diduga timbul dampak negatif; (+) bila diduga timbul dampak positif. Disamping
itu perlu diberikan skala level 1 – 5. Skala 1 bila dampaknya sangat kecil, dua, tiga, empat dan
lima, masing-masing adalah kecil, sedang, besar dan sangat besar. Sementara itu setiap
dampak diberikan kriteria apakah dampak bersifat sementara atau permanen. Dengan demikian
untuk setiap parameter lingkungan yang terkena dampak akan dilakukan interpretasi kriteria
dampaknya besar atau kecil dan dampak tersebut bersifat sementara atau permanen.
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-12
Tabel VI-2. Matrik Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede - Kemang
Komponen Lingkungan
KegiatanPraKonstruk
si Konstruksi Operasi
Surv
ey la
pang
an
Peng
adaa
n la
han
& pe
mbe
basa
n la
han
Rekr
utm
en te
naga
ker
ja
Mob
ilisas
i ala
t ber
at
Peng
angk
utan
tana
h &
mat
eria
l ban
guna
n
Pem
bers
ihan
& p
embo
ngka
ran
bang
unan
Pem
atan
gan
laha
n
Peke
rjaan
bad
an ja
lan
& pe
lapi
san
perk
eras
an ja
lan
Peke
rjaan
jem
bata
n
Peke
rjaan
flyo
ver
Pem
asan
gan
ram
bu &
mar
ka ja
lan
Peng
hija
uan
Peng
oper
asia
n ja
lan
& je
mba
tan
Pem
elih
araa
n ja
lan
& je
mba
tan
FISIK - KIMIA 1. Iklim mikro -1P -1P -1P2. Kualitas udara dan debu -2S -2S -2S -2S -2S -2S -2S -2P -2S3. Kebisingan -2S -2S -2S -2S -2S -2S -2S -2P -2S4. Kualitas air permukaan -3S -3S -3S -3P5 Air Larian (run off) -2P -2P -2P -2P6. Sedimentasi sungai -2P -2P -2P7. Muka air tanah -1P -1P -1P -2P8. Ruang, lahan dan tanah -2PBIOLOGI1. Biota air -1S -1S -1S SOSEKBUDKESMAS1. Kependudukan -1P2. Pendapatan masyarakat & pertumbuhan ekonomi
-1P+
2S+2P
3. Kesempatan berusaha +2P
4. Sikap dan Persepsi masyarakat +1S +1S +2S +2S+
2S+2S
+2S
+2S
+2P+
2P+2P
5. Kesehatan mayarakat -1P -1P -1P -1P -1P6. Konflik penerimaan ganti rugi -2S7. Kerusakan jalan umum -2P8. Bangkitan lalu lintas/kecelakaan
lalu lintas
-2S -2S -2S -2S -2S -1P
9. Kesempatan kerja+
2S
Keterangan : + : Dampak positif
- : Dampak negatif
P : Dampaknya bersifat permanen
S : Dampaknya bersifat sementara
3. Evaluasi Dampak
Dalam membuat evaluasi dampak kegiatan pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang perlu
dilaksanakan evaluasi dampak terhadap setiap parameter komponen lingkungan. Evaluasi dampak
terhadap setiap parameter komponen lingkungan yang dimaksudkan untuk dapat membuat mitigasi
pada setiap parameter yang diduga akan terkena dampak. Untuk membuat evaluasi dapat
dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun skala kualitas lingkungan pada saat ini. Skala kualitas lingkungan pada saat ini
diperoleh dari skala keadaaan lingkungan sebelum proyek berjalan yaitu skala parameter
lingkungan keadaan sekarang;
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-13
b. Kemudian langkah kedua yaitu memprediksi keadaan kualitas setiap paramater lingkungan
apabila tidak ada proyek;
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-14
Tabel VI-3. Matriks Keputusan Setiap Komponen Lingkungan Pembangunan Jalan Bojonggede– Kemang
Aktivitas Tanpa Proyek Dengan Proyek Evaluasi
Kead
aan
Seka
rang
Kond
is ya
ng a
kan
data
ng
PraKonstruksi Konstruksi Operasi
Kond
is ya
ng a
kan
data
ng
Komponen Lingkungan
Surv
ey la
pang
an
Peng
adaa
n la
han
& pe
mbe
basa
n la
han
Rekr
utm
en te
naga
ker
ja
Mob
ilisas
i ala
t ber
at
Peng
angk
utan
tana
h &
mat
eria
l ba
ngun
an
Pem
bers
ihan
& p
embo
ngka
ran
bang
unan
Pem
atan
gan
laha
n
Peke
rjaan
bad
an ja
lan
&
pela
pisa
n pe
rker
asan
jala
n
Peke
rjaan
jem
bata
n
Peke
rjaan
flyo
ver
Pem
asan
gan
ram
bu &
mar
ka ja
lan
Peng
hija
uan
Peng
oper
asia
n ja
lan
& je
mba
tan
Pem
elih
araa
n ja
lan
& je
mba
tan
Selisih (18) -
(2)
Dampak (18) - (3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20FISIK - KIMIA 1. Iklim mikro 3 3 2 2 3 2,33 -0,67 -0,672. Kualitas udara dan debu 4 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2,33 -1,67 -0,673. Kebisingan 3 3 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1,56 -1,44 -1,444. Kualitas air permukaan 5 3 3 2 3 2 2,50 -2,50 -0,505 Air Larian (run off) 4 3 3 3 2 2 2,50 -1,50 -0,506. Sedimentasi sungai 4 3 2 2 3 2,33 -1,67 -0,677. Muka air tanah 4 3 3 3 3 2 2,75 -1,25 -0,258. Ruang, lahan dan tanah 4 3 2 2,00 -2,00 -1,00
Jumlah31,0
0 24,00 18,3
1 Rata-rata 3,88 3,00 2,29 Dampak -1,59 -0,71BIOLOGI 1. Biota air 3 3 2 2 2 2,00 -1,00 -1,00Jumlah 3,00 3,00 2,00 Rata-rata 3,00 3,00 2,00 Dampak -1,00 -1,00SOSEKBUDKESMAS 1. Kependudukan 3 3 2 2,00 -1,00 -1,002. Pendapatan Masyarakat & pertumbuhan ekonomi 3 3 2 5 5 4,00 1,00 1,003. Kesempatan berusaha 2 3 4 4,00 2,00 1,004. Sikap dan Persepsi masyarakat 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4,55 1,55 1,555. Kesehatan mayarakat 3 2 2 2 3 3 2 2,40 -0,60 0,406. Konflik penerimaan ganti rugi 4 3 2 2,00 -2,00 -1,007. Kerusakan jalan umum 4 4 2 2,00 -2,00 -2,008. Bangkitan lalu lintas/kecelakaan lalu lintas 4 3 3 2 2 2 3 3 2,57 -1,43 -0,439. Kesempatan kerja 2 3 4 4,00 2,00 1,00
Jumlah28,0
0 27,00 27,5
2 Rata-rata 3,11 3,00 3,06 Dampak -0,05 0,06
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-15
c. Langkah ketiga yaitu memprediksi seluruh paramater lingkungan dalam hal ini kondisi skala
kualitas lingkungan (paramater) bila ada aktivitas proyek. Untuk ini dikelompokkan menjadi
aktivitas-aktivitas yang bersifat konstruksi dan aktivitas tanpa konstruksi;
d. Langkah keempat melaksanakan evaluasi terhadap seluruh aktivitas dan seluruh parameter,
kemudian pada setiap parameter diperhitungkan dampaknya.
Berdasarkan hasil evaluasi dampak (Tabel VI-3) tampak bahwa rencana kegiatan pembangunan jalan
Bojonggede - Kemang akan menimbulkan dampak negatif terhadap komponen lingkungan fisik - kimia
sebesar -0,71; terhadap komponen lingkungan biologi sebesar -1,00; sedangkan terhadap komponen
sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat menimbulkan dampak positif dengan besaran
dampak sebesar +0,06. Dengan demikian totalitas dampaknya adalah -0,55 (Negatif kecil),
selengkapnya disajikan pada Tabel VI-4 berikut.
Tabel VI-4. Matriks Keputusan Seluruh Komponen Lingkungan Pembangunan Jalan Bojonggede– Kemang
KomponenTanpa Proyek Dengan
proyek Selisih kondisi y.a.d Dampak
Kondisi sekarang Kondisi y.a.d
Selisih Kondisi y.a.d Dengan proyek - Tanpa
ProyekFisik Kimia 3,88 3,00 -0,88 2,29 -0,71 -0,71Biologi 3,00 3,00 0,00 2,00 -1,00 -1,00Sosekbudkesmas 3,11 3,00 -0,11 3,06 0,06 0,06Total seluruh komponen 9,99 9,00 7,35 Rata-rata 3,33 3,00 2,45 -0,55
Selisih -0,33 -0,55 Keterangan : 0 = Tidak ada dampak/Sangat kecil
(+/-) 1 = Dampak Kecil(+/-) 2 = Dampak Sedang(+/-) 3 = Dampak Besar(+/-) 4 = Dampak Sangat Besar
B. PEMILIHAN ALTERNATIF TERBAIK
Dalam penentuan lokasi pembangunan jalan Bojonggede - Kemang tidak ada alternatif lokasi lain,
berdasarkan Detailed Engineering Design (DED) Pembangunan Jalan Bojonggede - Kemang Tahun
2003 dibuat berdasarkan rencana trace jalan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor. Sehingga hanya terdapat satu alternatif trace jalan yang
dikaji dalam Studi AMDAL Pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang ini.
C. TELAAHAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN
Pengelolaan lingkungan perlu dilakukan sebagai strategi untuk mencegah dan menanggulangi
dampak negatif penting yang mungkin terjadi serta berbagai upaya untuk mengembangkan dampak
positif penting yang juga mungkin terjadi. Dalam hal ini, prioritas pengelolaan lingkungan diberikan
pada unsur lingkungan yang sensitif dikaitkan dengan dampak penting yang terjadi. Adapun unsur
lingkungan yang kurang/tidak sensitif pada umumnya secara otomatis akan turut terkelola akibat
adanya upaya pengelolaan yang dilakukan pada unsur lingkungan yang sensitif tersebut. Berbagai
upaya/strategi pengelolaan lingkungan tersebut perlu dirancang secara cermat dan seksama serta
dituangkan dalam satu dokumen tersendiri, yaitu dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL),
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-16
yang selanjutnya perlu juga dilengkapi dengan rancangan upaya pemantauan lingkungan yang
dituangkan dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Hal tersebut diatas dilatarbelakangi oleh definisi atau pengertian dari faktor lingkungan yang sensitif
yaitu bagian dari komponen lingkungan yang mudah mengalami perubahan secara mendasar akibat
adanya aktivitas proyek, serta dapat menimbulkan dampak lanjutan (turunan) terhadap faktor
komponen lingkungan lainnya. Dengan terkelolanya faktor-faktor lingkungan yang sensitif maka
dampak (penting) lanjutan yang timbul pada faktor lingkungan lainnya akan dapat turut terkelola.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka faktor lingkungan yang tergolong faktor lingkungan yang
sensitif karena mudah berubah akibat adanya kegiatan pembangunan Jalan Bojonggede -
Kemang yang harus dikelola dan dipantau dan selanjutnya dimasukkan ke dalam Rencana
Pengelolaan dan Pemantauan adalah:
1. TAHAP PRA KONSTRUKSI
a. Komponen Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan
1) Sikap dan Persepsi Masyarakat
Kegiatan survey lapangan dan pengadaan lahan dan pembebasan lahan pada tahap pra konstruksi
diprakirakan menimbulkan dampak Positif Kecil Penting terhadap perubahan sikap dan persepsi
masyarakat kearah yang lebih baik. Pengelolaan lingkungan dilakukan untuk menjaga sikap dan
persepsi masyakat agar tetap terjaga terkait adanya rencana pembangunan jalan Bojonggede –
Kemang.
2) Konflik Penerimaan Ganti Rugi
Kegiatan pengadaan lahan dan pembebasan lahan pada tahap pra konstruksi diprakirakan
menimbulkan dampak Negatif Besar Penting. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan untuk
mengurangi konflik yang terjadi akibat penerimaan ganti rugi tidak sesuai dengan harapan atau
adanya calo serta tumpang tindih batas-batas lahan yang dimiliki masyarakat
3) Pendapatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi
Kegiatan pengadaan lahan dan pembebasan lahan pada tahap pra konstruksi diprakirakan
menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap penurunan pendapatan masyarakat.
Pengelolaan lingkungan dilakukan terhadap proses ganti rugi mengikuti hasil pablic hearing terkait
dengan nilai (harga) dan tata cara pembebasan lahan.
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-17
2. TAHAP KONSTRUKSI
a. Komponen Fisik Kimia
1) Iklim Mikro
Kegiatan Pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan pada tahap konstruksi diprakirakan
menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap iklim mikro. Pengelolaan lingkungan dilakukan
dengan penghijauan pada rumija sekitar 30 % sebagai ruang terbuka hijau (RTH).
2) Kualitas Udara
Kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan, pembersihan lahan dan
pembongkaran bangunan, pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan,
pekerjaan jembatan dan pekerjaan flyover pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak
Negatif Besar Penting terhadap kualitas udara (peningkatan gas buang dan debu). Pengelolaan
lingkungan dilakukan terhadap kendaraan angkutan, cara-cara operasional transportasi angkutan dan
pemilihan waktu yang tepat untuk masing-masing kegiatan serta menjaga vegetasi di sekitar tapak
proyek yang bisa berfungsi sebagai penghalang debu, sehingga bisa meminimalisir dampak yang
akan terjadi.
3) Kebisingan
Kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan, pembersihan lahan dan
pembongkaran bangunan, pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan,
pekerjaan jembatan dan pekerjaan flyover pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak
Negatif Besar Penting terhadap peningkatan kebisingan. Pengelolaan lingkungan dilakukan pada
kendaraan dan pada saat pengoperasian alat-alat berat melalu penggunaan kendaraaan yang laik
pakai dan menjaga vegetasi sekitar tapak proyek sehingga bisa berfungsi untuk meredam kebisingan.
4) Kualitas Air Permukaan
Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan
jalan dan pelapisan pengkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak
Negatif Besar Penting terhadap kualitas air permukaan. Pengelolaan lingkungan dilakukan akan
mengacu pada peningkatan kekeruhan, TSS dan TDS pada kualitas air permukaan akibat kegiatan
pada tapak proyek dan pemilihan waktu kegiatan tersebut selama bulan-bulan dengan intensitar hujan
yang rendah dan pemasangan sediment trap.
5) Air Larian (Runoff)
Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan
jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak
Negatif Besar Penting terhadap peningkatan air larian (runoff). Pengelolaan lingkungan dapat
dilakukan pada areal yang akan menimbulkan efek bendung dan akan berakibat pada arah limpasan
air seperti pengaliran ke sawah, situ, kebun/tegalan yang bisa berfungsi sebagai reseptor.
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-18
6) Sedimentasi Sungai
Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan
jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak
Negatif Besar Penting terhadap Sedimentasi Sungai. Pengelolaan lingkungan dapat dilkukan dengan
memilih waktu kegiatan tersebut selama bulan-bulan dengan intensitar hujan yang rendah dan
pembukaan lahan dilakukan secara bertahap serta pemasangan sediment trap yang berfungsi
sebagai penangkap material tanah yang terbawa oleh air larian..
7) Muka Air Tanah
Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan
jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak
Negatif Kecil Penting terhadap penurunan muka air tanah. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan
dengan cara pembukaan lahan dilakukan secara bertahap serta air limpasan airnya di arahkan ke
daerah reseptor seperti sawah, ladang, kebun/tegalan dan rawa yang ± berjarak 50 sampai 100 meter
dari as jalan.
b. Komponen Biologi
Biota Air (Benthos)
Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan
jembatan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap
biota air (benthos). Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan terhadap komunitas benthos yang sifat
hidupnya menetap dan meminimalisir masuknya sedimen ke dalam perairan.
c. Komponen Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan
1) Kesempatan Kerja
Kegiatan rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Positif
Besar Penting terhadap kesempatan kerja. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan
memprioritaskan masyarakat lokal yang memenuhi kualifikasi untuk bekerja sebagai tenaga konstruksi
jalan.
2) Pendapatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi
Kegiatan rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Positif
Besar Penting terhadap pendapatan masyarakat. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan
memprioritaskan masyarakat lokal yang memenuhi kualifikasi untuk bekerja sebagai tenaga konstruksi
jalan.
3) Sikap dan Persepsi Masyarakat
Kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan, pembersihan lahan dan pembongkaran
bangunan, pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan, pekerjaan
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-19
jembatan, pekerjaan flyover, pemasangan rambu dan marka jalan (leger) dan penghijauan pada tahap
konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Positif Besar Penting terhadap sikap dan persepsi
masyarakat sikap dan ppersepsi masyarakat merupakan dampak turunan dari komponen-kkompenen
kegiatan yang berdampak terhadap komponen lingkungan baik positif maupun negatif, sehingga
pengelolaannya dilakukan dengan mengelola komponen lingkungan terutama yang menimbulkan
dampak negatif seperti pencemaran udara, kebisingan, getara, dst seminimal mungkin,kemudian
pemprioritasan penerimaan tenaga kerja lokal.
4) Kesehatan Masyarakat
Kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan, pembersihan lahan dan pembongkaran
bangunan, pematangan lahan, dan pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap
konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap kesehatan
masyarakat. Pengelolaan lingkungan akan dilaksanakan pada kendaraan pengangkut material dan
operasional transportasi kendaraan dari dan ke proyek dari sumber material dan resirkulasi debu pada
tapak proyek dan penggunaan kendaraan yang laik pakai. Hai ini dilakukan untuk mengurangi
pencemaran udara.
5) Kerusakan Jalan Umum
Kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan pada tahap konstruksi diprakirakan
menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap kerusakan jalan umum. Pengelolaan
lingkungan terutama dilakukan pada jalan-jalan desa yang mempunyai kemampuan daya dukung
badan jalan lebih kecil dari tonase truk yang lewat (10 m3 atau 8 ton/truk).
6) Bangkitan Lalu Lintas/Kecelakaan Lalu Lintas
Kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan, pematangan lahan,
pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan dan pekerjaan flyover pada tahap konstruksi
diprakirakan menimbulkan dampak Negatid Besar Penting terhadap bangkitan lalu lintas.
Pengelolaan lingkungan dilaksanakan mengacu pada kapasitas kendaraan sesuai ketentuan untuk
pengangkutan tanah yaitu 10 m3/truk (8 ton/truk). Kebutuhan kendaraan per hari untuk mengangkut
bahan galian dan timbunan serta material konstruksi jalan dan jembatan diprakirakan 10
kendaraan/jam (30 smp/jam).
3. TAHAP OPERASI
1. Komponen Fisik Kimia
1) Iklim Mikro
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada tahap
operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap iklim mikro. Pengelolaan
dilaksanakan dengan memelihara tanaman pelindung yang telah ditamam pada rumija yang berfungsi
sebagai RTH yaitu seluas ± 30 %.
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-20
2) Kualitas Udara
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada tahap
operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap kualitas udara.
Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan memelihara dan menambah tanaman pelindung yang
berfungsi untuk mengurangi beban polutan.
3) Kebisingan
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada tahap
operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap Pengelolaan lingkungan
dilakukan dengan memelihara dan menambah tanaman pelindung yang berfungsi untuk mengurangi
kebisingan.
4) Kualitas Air Permukaan
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak
Negatif Besar Penting terhadap kualitas air permukaan. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan
dengan penanaman tanaman tanaman yang berfungsi sebagai penyerap polutan terutama partikel
debu sehingga pulutan yang akan terkontaminasi ke badan air penerima bisa di minimalisir.
5) Air Larian (Runoff)
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak
Negatif Besar Penting terhadap air larian. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan membuan
saluran drainase pada kiri kanan jalan dan pemeliharaan tanaman pada ruang terbuka hijau (RTH).
6) Muka Air Tanah
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak
Negatif Besar Penting terhadap muka air tanah. Pengelolaan dilakukan dengan pembuatan sumur
resapan dan mengalokasikan lahan ± 30 % sebagai RTH.
7) Ruang, Lahan dan Tanah
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak
Negatif Besar Penting terhadap perubahan tata ruang, tanah dan lahan. Pengelolaan dilakukan
dengan mengawasi/memperketat pemanfaatan ruang disekitar wilayah studi.
b. Komponen Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan
1) Kependudukan
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak
Negatif Kecil Penting terhadap peningkatan jumlah penduduk. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan
dengan melakukan koordinasi dengan aparatur kecamatan maupun desa serta dinas kependudukan
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-21
dan trasmigrasi dinas terkait lainnya tentang pembatasan lahan tertutup (pemukiman, kantor, sarana
usaha, dll) maksimal 70 % atau 80 % dari total luas wilayah.
2) Pendapatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak
Positif Kecil Penting terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada masyarakat yang melakukan kegiatan usaha di sekitar
jalur rencana jalan.
3) Kesempatan Berusaha
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak
Positif Besar Penting terhadap kesempatan berusaha. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada
masyarakat yang melakukan kegiatan usaha di sekitar jalur rencana jalan terutama yang berbatasan
langsung dengan sempadan jalan.
4) Sikap dan Persepsi Masyarakat
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak
Positif Besar Penting terhadap perubahan sikap dan persepsi masyarakat. Pengelolaan lingkungan
dilaksanakan dengan pemasangan marka jalan, penanaman tanaman pelindung dan penmbuatan
drainase serta kegiatan-kegiatan lain yang bernilai positif.
5) Kesehatan Masyarakat
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak
Negatif Kecil Penting terhadap gangguan kesehatan masyarakat. Pengelolan lingkungan
dilaksanakan penanaman dan perawatan tanaman pelindung pada median dan trotoar kiri kanan jalan
yang berfungsi untuk mengurangi konsentrasi gas pencemar udara dan menurukan suhu dan
meningkatkan kelembaban.
6) Bangkitan Lalu Lintas/Kecelakaan Lalu Lintas
Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada tahap
operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap bangkitan lalu
lintas/kecelakaan lalu lintas. Pengelolaan lingkungan dilakukan dilakukan terhadap
ketersediaan/kelengkapan fasilitas jalan seperti rambu-rambu lalu lintas dan perawatan jalan.
D. REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN
Kriteria kelayakan lingkungan hidup yang digunakan dalam menilai kelayakan lingkungan hidup
rencana kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang, dijabarkan dari nilai dampak maksimal
(+/- 4) dan minimal (0) yang terdapat dalam matrik keputusan sebagai berikut :
-4 = Dampak negatif sangat besar-3 = Dampak negatif besar
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-22
-2 = Dampak negatif sedang-1 = Dampak negatif kecil0 = Dampak sangat kecil/tidak ada dampak+1 = Dampak positif kecil+2 = Dampak positif sedang+3 = Dampak positif besar+4 = Dampak positif sangat besar
Kriteria kelayakan lingkungan hidup berdasarkan rentang dampak yang timbul seperti tertera di atas
adalah sebagai berikut :
-4 ≤ Totalitas Dampak < -2 = Tidak Layak
-2 ≤ Totalitas Dampak ≤ +2 = Layak dengan melakukan pengelolaan lingkungan hidup
+2 < Totalitas Dampak ≤ +4 = Sangat Layak
Totalitas dampak rencana kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang adalah -0,55, maka
berdasarkan kriteria kelayakan lingkungan hidup seperti tersebut di atas, rencana kegiatan
Pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang dinilai layak, dengan melakukan pengelolaan
lingkungan hidup dan menerapkan teknologi pengelolaan lingkungan hidup seperti yang telah
dijelaskan pada Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan seperti yang tertera
dalam Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup (RPL).
Dengan demikian, rencana kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang direkomendasikan
untuk dapat dilaksanakan.
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-23