Post on 10-Aug-2015
Evaluasi (Bahasa yang Baik dan Benar)
1. Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan sikon (situasi dan kondisi) dan
siapa teman bicara.
2. Faktor-faktor penentu di dalam berbahasa yang baik :
Faktor budaya
Penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi kuat dipengaruhi oleh budaya masing-
masing individu yang terlibat, baik sebagai komunikator maupun komunikan.
Sosial
Aspek yang berbeda dan beragam khasanah pengetahuan diperolah seseorang individu
pada suatu kelompok masyarakat yang berbeda diperoleh saat mereka belajar
menggunakan bahasa yang sesuai dengan komunitasnya.
Agama
Dengan mempelajari agama, kita mengetahui apa itu agama, aturan dalam agama dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan agama dapat dipelajari dengan menggunakan
bahasa.
Politik
Bahasa merupakan kekuasaan dan sangat berperan dalam mencapai tujuan nasional
maupun intenasional bangsa.
3. Contoh pemakaian bahasa yang baik :
Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?
Rino : Sudah saya kerjakan, Pak.
Pak guru : Baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.
Rino : Terima kasih, Pak, akan segera saya kumpulkan.
4. Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk
bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.
5. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan
ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti:
sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan tata bahasa).
Faktor-faktor penentunya :
1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang
baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan
bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa
Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan
ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku
yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang
bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah.
5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa
bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi
efektif (pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca sesuai
maksud aslinya).
Evaluasi (Ragam Bahasa)
1. Menurut golongan penutur, ragam bahsa dibagi menjadi :
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan
ditempat tertentu.
Ragam Terpelajar
Ragam Resmi dan Tak Resmi
- Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti pertemuan-
pertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan.
- Ragam takresmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi takresmi, seperti
dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam pergaulan, dan
percakapan pribadi.
Menurut jenis pemakaian bahasa, ragam bahasa dibagi menjadi :
Ragam politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan
mengatur kehidupan masyarakat.
Ragam hukum
Ragam jurnalistik ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia
pers atau media massa cetak).
Ragam sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan inovatif.
2. Ragam daerah atau dialek adalah cara berbicara yang hanya dipakai di daerah-daerah tertentu,
yang dapat berupa nada berbicara, tambahan kata-kata, dll.
Contoh (Ragam bahasa daerah Gorontalo) : “Jangan begitu, uti!”
Kata “uti” merupakan tambahan kata yang hanya digunakan oleh orang-orang yang berada di
Gorontalo.
3. Contoh ragam bahasa menurut pendidikan formal, yaitu :
Film bukan pilem
Fitnah bukan pitnah
Kompleks bukan komplek
4. Sikap penutur :
Dipengaruhi oleh umur, kedudukan, dan keakraban.
Suasana kaku, adab, dingin, hambar, hangat, akarab, dan santai.
Contoh ragam berpendidikan disbanding dengan yang kurang berpendidikan.
Permasalahan, tujuan.
5. Ragam bahasa menurut jenis pemakaian, yaitu :
Berdasarkan Pokok Persoalan
Misalnya : diagnosis, USG dipakai dalam bidang kedokteran
Ragam bahasa berdasarkan pokok persoalan dibedakan adanya ragam bahasa bidang
agama, politik, militer, tehnik, kedokteran, seni, dan sebagainya.
Berdasarkan Sarana (Tulisan dan Lisan)
Misalnya : Ari bilang kalau kita harus belajar (lisan)
Ari mengatakan bahwa kita harus belajar (tulisan)
Berdasarkan Pengaruh Gangguan Pencampuran
Misalnya : Bahasa Indonesia yang kebelanda-belandaan
Evaluasi (Ragam Baku)
1. Sifat Ragam Baku beserta contoh :
Kemantapan dinamis, mempunyai kaidah dan aturan tetap/tidak berubah
contoh: kata yang berlawanan ktsp bila diberi imbuhan akan luluh kecuali kluster
(double konsonan) dan kata serapan :
me+sapu menyapu
me+sukses menyukseskan
me+cuci mencuci
me+curi mencuri
me+koordinasi mengoordinsi
me+pesona memesona
me+traktir mentraktir
me+klarifikasi menklasifikasikan
me+suport mensuport
me+suplai menyuplai
Bersifat kecendekiaan
Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar
mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang logis dan masuk akal.
Keseragaman
Adanya penyeragaman kaidah dan ketentuan dalam bahasa Indonesia.
2. a. Ejaan :
- Apotek bukan Apotik
- Atlet bukan Atlit
- Durian bukan Duren
- Insaf bukan Insyaf
b. Kosakata :
- Pekerjaan itu sedikit macet disebabkan karena keterlambatan dana yang diterima.
- Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
c. Tatabahasa :
- Rencana ini sudah sampaikan kepada direktur.
- TKI yang akan dikirim ke luar negeri harus memiliki paspor.
Evaluasi
1. Sejarah perkembanagan Bahasa Indonesia :
- Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran
Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Mashuri.
- Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972,
berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu
Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai
Ejaan Rumi Bersama (ERB).
- Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih
luas.
2. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-
hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata gantinya. Ini dimaksudkan untuk
membesarkan dan menghormati nama Tuhan, serta sebagai penanda bahwa Tuhan itu adalah
sesuatu yang beda dan lebih besar daripada manusia sebagai makhluk-Nya.
3. Contoh penggunaan huruf kapital :
- Mahaputra (nama gelar kehormatan, tanpa nama orang)
- Raden Ajeng (nama gelar keturunan)
- Haji (nama gelar keagamaan, tanpa nama orang)
- Tuhan Yang Maha Esa (nama keagamaan)
- Islam (nama keagamaan)
4. Contoh penulisan nama jabatan : Presiden Susiolo Bamabang Yudhoyono
5. Penulisan huruf miring dapat digunakan untuk :
• Menuliskan nama buku majalah dan surat kabar yang dikutip dari karangan;
• Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok kata;
• Menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.
Evaluasi
1. Hal-hal perlu diperhatikan oleh penulis dalam pemilihan kata, yaitu :
Membedakan dengan cermat kata-kata denotasi & konotasi
Mencermati, kata-kata yang bersinonim
Memperhatikan pergeseran atau perubahan makna kata yang terjadi
Mencermati pemakaian kata abstrak & konkret
Mencermati pemakaian kata-kata teknis & populer
Memperhatikan kata-kata umum &khusus
Menggunakan kata dengan hemat
Mewaspadai penggunaan kata-kata yang belum umum dipakai
Berhati-hati menggunakan kata baku & tidak baku
Menggunakan majas secara cermat
2. a. Menandai (yang digaris bawahi) diksi yang kurang tepat :
“Setelah lebih dari setengah abad Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, banyak
sudah berbagai kemajuan yang sudah dicapai.
Meskipun demikian, rasanya kita perlu berkaca sejenak, adakah sesuatu yang perlu kita
korek yang dapat mengganggu dicapainya cita-cita bangsa.
Dalam proses mencapai cita-cita nan luhur itu, masyarakat terkandang-kandang mengkait-
kaitkannya dengan hal-hal yang mistisme. Maraknya ramalan politik akhir-akhir ini bisa
berakibat membikin bingung masyarakat. Hal ini pun sebetulnya menandakan adanya
kebutuhan berpikir rasional dari sang peramal. Namun, meskipun ramalan-ramalan itu
banyak yang melesat, diperkirakan akan tetap saja hidup.
Kenyataan menunjukkan banyak orang yang terpengaruh dengan Jangka Jayabaya dan
Pujangga Ronggowarsito. Di dalam sejarah Babad Tanah Jawa, terkait sebuah nama
akhiran dengan kalimat Noto Nagoro. Makanya menunjukkan isyarat akan adanya tiga
orang satria yang menjadi pemimpin Indonesia. Ketiganya mendapat jejuluk Satrio
Kinujoro (Presiden Soekarno), Satrio Mukti Wibowo (Presiden Soeharto), dan Satrio
Pinggit, yang sampai saat ini masih sedang ditunggu-tunggu.
b. Revisi diksi :
- memproklamirkan diganti dengan memproklamasikan
- sudah pertama dihapus, sudah kedua diganti telah
- rasanya diganti sepertinya
- korek diganti kaji
- dicapainya diganti tercapainya
- nan diganti yang
- terkandang-kandang diganti tekadang
- mengkait-kaitkannya diganti mengaitkannya
- berakibat dihilangkan
- membikin diganti membuat
- sebetulnya diganti sebenarnya
- namun dipindahkan ke sebelum diperkirakan
- melesat diganti meleset
- makanya diganti sehingga
- jejuluk diganti julukan
- sedang dihilangkan
Evaluasi (memperbaiki teks)
Gagap bukanlah penyakit, melainkan suatu gangguan atau kelainan bicara yang dapat
disembuhkan. Seseorang dikatakan gagap bila dalam berbicara sering mengalami gangguan
kelancaran, bicaranya tersendat-sendat, mengulang-ulang, atau memeprpanjang ucapa beberapa
suku kata, dengan disertai menegangnya otot-otot pada beberapa bagian, misalnya pada otot
muka, bibir, dan leher.
Pada umumnya, gagap disebabkan oleh dua hal. Pertama, gagap organik yang disebabkan
oleh kelainan pada susunan saraf pusat atau gangguan faal alat-alat tubuh, serta adanya
perlambatan fungsi kemampuan berbicara. Kedua, gagap psikologis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan kejiwaan, anak jenis gagap inilah yang banyak dijumpai dalam kehidupan
masyarakat.
Bicara gagap sering kali berlatar belakang pada masa perkembanagan anak-anak yang dalam
istilah kedokteran jiwa disebut sebagai gangguan kebiasaan pada masa kanak-kanak. Gangguan
ini terjadi pada masa kanak-kanak dan bukan merupakan gangguan lagi bila telah menginjak
dewasa. Perkembangan pada masa kanak-kanak dibandingkan dengan masa pubertas atau
dewasa, lebih banyak terjadi variasi-variasi dalam bidang biologis, psikologis, dan sosiologis.
Anak-anak lebih peka terhadap variasi-variasi tersebut.
Pada usia sekitar dua sampai tiga tahun, anak mulai suka berbicara dalam beberapa patah kata.
Tetapi, pada masa ini kerap terjadi ketidak seimbangan antara kecepatan berpikir dengan
kemampuan berbicaranya. Anak ingin bicara banyak, namun kemampuan yang dimilikinya
belum mendukung, apalagi kalau yang diungkapkan itu berkaitan dengan perasaan gagapnya,
maka semakin tampak jelas. Setelah beberapa waktu, terjadi keseimbangan berbicara, gagap
akan hilang dengan sendirinya.
Di saat anak masuk sekolah dasar, ia akan menjumpai berbagai hambatan emosional. Ada
peraturan kelas, ada tugas yang harus dilakukannya yang menyita waktu bermainnya, ada orang-
orang asing yang mesti dihadapinya, dan sebagainya. Keadaan ini sering membuat anak tertekan
atau gugup, sehingga bicara gagap. Sementara itu, pada waktu atau lidah belum lancar benar,
itulah sebabnya pada masa ini anak mudah berbicara gagap.
Kegagapan pun sering kali disebabkan oleh rasa takut dan cemas secara berlebihan tanpa ada
alasan tertentu. Pada penderita gagap, baik anak-anak atau pun yang mulai menginjak dewasa,
hampir selalu dihinggapi oleh perasaan tertekan atau stes yang tidak jelas ujung pangkalnya.
Bertolak dari penjelasan di atas, gagap biasanya tidak timbul di sepanjang usia, atau ada usia-
usia tertentu di mana terdapat kecenderungan untuk bicara gagap. Hal ini berkaitan erat dengan
masa perkembangan dan penyesuaian diri yang sedang dihadapi. Pada masa peka inilah,
kecenderungan menggagap sering muncul.
Pada anak-anak, perlakuan orang tua atau orang-orang yang berpengaruh di matanya akan
menentukan kondisi gagap. Selanjutnya, orang tua, guru, atau kakak yang selalu mengkritik,
meledek, menertawakan, atau memaksa anak untuk mengucapkan kata-kata yang benar disertai
dengan ancaman bila tidak berhasil melakukannya akan menjadikan semakin malu, tertekan,
tidak percaya diri, dan menambah beban emosionalnya. Akibatnya, anak semakin enggan
berbicara atau kalau pun berbicara, dia lakukan secara cemas dan takut. Hal ini jelas akan sangat
menghambat kertetatihan anak berbicara, sehingga gagap anak pun tidak mustahil akan
berkepanjangan.
Sebenarnya, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kegagapan ini. Di
antaranya adalah membiasakan anak bangun pagi, di udara terbuka dia bernapas dalam-dalam
untuk menghimpun udara sebanyak-banyaknya untuk kemudian dihembuskan dalam-dalam. Ada
pula cara lain, yaitu merangsang anak untuk berbicara dengan keras dan jelas, kalau perlu
seorang diri di depan cermin, misalnya seolah-olah berbicara dengan seseorang. Kata-kata yang
diucapkan biasanya terburu-terburu dan sukar dikendalikan, usahakan agar dia bersikap tenang
sebelum berkata-kata, mula-mula gunakan bibir sesuai dengan kata-kata yang diucapkan ulangi
kata-kata tadi dengan mengeluarkan suara keras dengan tekanan suara yang rendah dan irama
yanmg mendatar. Cara terakhir, mintalah bantuan ahli untuk mengatasinya. Selain itu, oaring tua
atau orang-orang sekitar anak hendaknya memberikan perlakuan yang bijaksana yang dapat
meringankan beban psikologis anak.
Jadi, gagap bukanlah penyakit melainkan gangguan bicara yang deisebabkan oleh faktor
organik atau psikologis yang dapat disembuhkan, atau paling tidak diminimalkan frekuensi
pemunculannya.
Pertanyaan-pertanyaan (essai) :
1. Karangan di atas membahas tentang masalah kegagapan (yang lebih utama kegagapan pada
anak), yaitu mencakup perngertiannya, penyebab, dan cara mengatasinya.
2. Tujuan dari karangan di atas adalah untuk menjelaskan kepada semua orang mengenai
masalah kegagapan (yang terutama kegagapan pada anak), yaitu mencakup pengertiannya,
penyebabnya, dan cara mengatasinya.
3. Karangan di atas ditujukan kepada semua orang, namun yang lebih khusus adalah orang tua,
orang-orang terdekat (kakak dan keluarga-keluarga lain), dan para tetangga si penderita
gagap. Selain itu juga, karangan ini juga bisa ditujukan kepada para teknisi kesehatan (dokter,
perawat, psikolog, dll)
4. Topik : Gangguan dalam berbicara, gagap
Judul : Ancaman Gagap
1. Definisi gagap
1.1 Definisi gagap
1.2 Ciri-ciri penderita gagap
2. Jenis dan penyebab gagap
2.1 Gagap organik
2.2 Gagap psikologis
2.3 Gangguan kebiasaan pada masa kanak-kanak
2.4 Ketidakseimbangan antara kecepatan berpikir dengan kemampuan berbicara anak-
anak.
2.5 Hambatan emosional
2.6 Rasa takut dan cemas
2.7 Perlakuan orang tua dan orang-orang terdekat
3. Cara mengatasi gagap
3.1 Membiasakan anak bangun pagi
3.2 Merangsang anak untuk berbicara dengan keras dan jelas
3.3 Meminta bantuan ahli
3.4 Memberikan perlakuan yang bijaksana kepada anak
Evaluasi
A. 1. Kalimat :
Di negara-negara itu bahaya-bahayanya penyakit tersebut masih dikawatirkan akan selalu
mengancam setiap waktu.
Perbaikan :
Di negara-negara itu, bahaya penyakit tersebut masih dikhawatirkan akan selalu
mengancam setiap waktu.
Penjelasan :
Yang saya lakukan dalam perbaikan kalimat di atas adalah dengan menambahkan koma
setelah kata negara, menghilangkan kata bahayanya, dan mengganti kata dikawatirkan
dengan kata dikhawatirkan.
2. Kalimat :
Begitu juga dengan jaminan sosial mereka dalam bidang pendidikan merupakan salah satu
faktor yang terpenting untuk dapat menjadi negara yang maju.
Perbaikan :
Begitu juga dengan jaminan sosial mereka dalam bidang pendidikan merupakan salah satu
faktor yang penting untuk menjadi negara yang maju.
Penjelasan :
Yang saya lakukan dalam perbaikan kalimat di atas adalah dengan menghilangkan ter pada
kata terpenting dan menghapus kata dapat.
B. 1. Gagasan utama :
Pengalihan pengetahuan secara internasional bukanlah syarat yang mencukupi untuk
membangun suatu kerangka intelektual bagi modernisasi dan pembangunan suatu bangsa.
Jenis Kesatuan :
Paragraf induktif
2. Gagasan utama :
Fungsi utama pendidikan akademis adalah mengembangkan daya pikir mahasiswa.
Jenis Kesatuan :
Paragraf deduktif
C. a. Beberapa definisi dari kesehatan :
Menurut WHO, kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial,
dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.
Menurut Undang-undang Kesehatan RI, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
b. Gizi secara klasik, yaitu hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi,
membangun, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh).
Namun, istilah gizi sekarang, selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi
ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar,
produktivitas kerja.
c. Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai penyakit tekanan darah
tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di
atas normal sehingga bisa meningkatkan resiko kesakitan dan kematian. Klasifikasi
hipertensi sendiri dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan
eningkatan risiko penyakit janting dan pembuluh darah. Menurut WHO, batas tekanan
darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 135/85 mmHg dan tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg dianggap sebagai hipertensi.
d. Anemia adalah penyakit yang diakibatkan oleh rendahnya kadar hemoglobin (Hb) sampai
di bawah batas normal. Anemia bisa juga disebabkan oleh kehilangan darah dalam jumlah
banyak akibat kecelakaan, karena ketidakmampuan tubuh memproduksi sel darah merah
yang cukup, dan bisa juga disebabkan oleh kelainan bawaan atau genetik (keturunan).
Evaluasi (kalimat efektif)
1. Hal yang lebih penting dan aktual yang harus kita perhatikan dalam masyarakat Irian Jaya
ialah kemiskinan, keterbelakangan, keterpencilan, ketertutupan, dan keterancaman dari
kondisi alam dan medan yang berat, keras, dan bengis.
2. Padahal setiap proyek PIR apa pun jenisnya harus mempunyai sasaran pokok, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, yakni pemecahan masalah ketanagakerjaan, serta
peningkatan produksi dan ekspor komoditi nonmigas.
3. Gairah umat Islam perlu ditingkatkan untuk melaksanakan pembangunan, meningkatkan
kerukunan anatar umat beragam, mengokohkan persatuan bangsa, dan membantu pemerintah
menanggulangi faktor negatif dari saingan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Selain dianjurkan kepada wanita untuk menggeser pelaksanaan perkawinan dari 16 tahun
menjadi 20 tahun ke atas, langkah lain adalah melalui pendidikan, pengsejajaran kelahiran
anak, dan penurunan angka kematian sebagai rangsangan untuk penurunan tingkat kelahiran.
5. Untuk mencari pemecahannya akan dimulai dengan meninjau kurikulum 1975, kemudian
diteliti kesukaran atau hambatan yang ditemui dalam menerapkannya, kemudian melangkah
ke alternatif memecahkannya.
Latihan
1. Tujuan pembentukkan alinea adalah :
Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema
Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal
2. Syarat-syarat pembentukkan alinea, yaitu :
a. Ketepatan Pemilihan Kata
Pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Pemakaian kata dia,
misalnya, tidak tepat digunakan untuk orang yang usianya lebih tua. Kata yang tepat adalah
kata beliau. Demikian pula dengan menonton kata ini tidak tepat dalam paragraf yang
menyatakan maksud melihat orang sakit. Dalam hal ini kata yang harus digunakan adalah
mengunjungi, menjenguk, atau menengok. Untuk itulah diperlukan penguasaan
perbendaharaan kata, terutama kata-kata yang bersinonim. Dengan banyaknya menguasai
kata bersinonim mudahlah bagi kita dalam menggunakan kata-kata yang tepat.
b. Kesatuan
Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alenia adalah
mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam
pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan
dengan topik atau gagasan tersebut. Alenia dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-
kalimat dalam alenia itu tidak telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.
c. Koherensi
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alenia ialah koherensi atau kepaduan, yakni
adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu
kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang memiliki koherensi
akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan.
Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alenia akan menyulitkan pembaca untuk
menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk pula
keteraturan (sistematika) urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu
detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang
lain, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan
seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alenia, ada bentuk lain
yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam
bermacam-macam hubungan.
3. Empat macam cara untuk menempatkan sebuah kalimat topik
a) Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian
diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama.
Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke
yang khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan
gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa
disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.
b) Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau perincian-
perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan
metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.
c) Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam
hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan
ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok karena penulis merasa perlu untuk
itu. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan
dua.
d) Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti pikiran utama tersebar di seluruh
kalimat yang membangu n paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan
berbentuk narasi atau deskripsi.
4. Sepuluh metode pengembangan sesuai dengan dasar pembentukkan alinea
a. Klimaks dan Anti Klimaks
b. Sudut Pandangan
c. Perbandingan dan Pertentangan
d. Analogi
e. Contoh
f. Proses
g. Sebab-Akibat
h. Umum-Khusus dan Khusus-Umum
i. Klasifikasi
j. Definisi luas
Urutan yang benar (edabcf) :
e. Dilihat dari sudut tersebut, karangan ini terutama akan meninjau masalah pembakuan bahasa
Indonesia.
d. Telaah ini temasuk bidang linguistik deskriptif
a. Di samping itu pembakuan bahasa itu, juga mengenal telaah luar yang
b. Menyangkut fungsi bahasa baku dalam suatu masyarakat dan sikap masyarakat itu terhadap
bahasa yang baku itu.
c. Masalah pembakuan bahasa itu mengenal telaah dalam, yang menyangkut sistem bahasa itu
sendiri, misalnya di bidang ejaan, tatabahasa, tatanama, tataistilah serta perkamusan.
f. Telaah yang terakhir ini termasuk bidang sosiolingustik atau linguistik sosial.
Evaluasi (Kerangka Karangan)
1. Tujuan dan manfaat membuat kerangka karangan, yaitu :
Tujuan dari pembuatan ouline atau kerangka karangan adalah agar kita dapat membuat
kerangka karangan yang baik, benar dan logis, kita dapat membedakan mana yang gagasan
utama dan mana yang termasuk gagasan tambahan dan kita juga menghindari penggarapan
sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
Manfaat dari penulisan kerangka karangan adalah :
- Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
- Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk
melihat gagasan-gagasan sehingga dapat dipastikan apakah hubungan dari gagasan-
gagasan tersebut sudah tepat dan apakah penyajian gagasan tersebut sudah baik.
- Memudahkan penulis untuk menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Tujuannya agar
pembaca dapat terpikat secara terus menerus maka penyusuna klimaksnya harus diatur
sedemikian rupa sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda dan pembaca pun
semakin berminat membaca tulisan tersebut.
- Menghindari penulisan topik ganda (dua kali atau lebih). Penulisan topic dua kali atau
lebih membawa pengaruh yang kurang baik. Selain membuang waktu, tenaga dan
materi, juga dapat membuat pembaca bosan. Untuk itu apabila tidak dapat dihindari,
maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topic akan diuraikan, sedangkan di
bagian lainnya hanya ditambahkan unsure-unsur tambahannya saja.
- Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan menggunakan rincian-rincian
dari kerangka karangan, penulis dapat dengan mudah mencari data-data untuk
memperjelas atau membuktikan pendapatnya.
2. Setiap membuat kerangka karangan harus melalui tahap atau langkah-langkah agar rencana
pembuatannya bisa teratur dan mudah sehingga memudahkan penulis untuk membuat
kerangka karangan tersebut.
Langkah-langkah untuk menyusun kerangka karangan adalah sebagai berikut :
a) Rumusan Tema / masalah yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan dicapai
melalui topik tersebut. tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan
haruslah berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.
b) Langkah yang kedua adalah melakukan inventarisasi atau mengumpulkan topik-topik
bawahannya yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud
tadi. Dalam hal ini penulisan boleh mencatat sebanyak-banyaknya tipik-topik yang terlintas
dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik
tadi.
c) Langkah yang ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi pada semua topik yang
telah dicatat pada langkah kedua diatas.
d) Untuk mendapatkan kerangka karangan yang sangat rinci maka langkah kedua dan ketiga
hendaknya dilakukan berulang-ulang untuk menyusun topic yang lebih rendah
tingkatannya.
e) Apabila semuanya sudah dilaksanakan maka ada satu langkah terakhir yang harus
dilakukan, yaitu menentukan pola susunan yang paling sesuai untuk mengurutkan semua
rincian dari tesis yang telah diperoleh dengan menggunakan semua langkah diatas. Dengan
pola susunan tersebut maka akan diperoleh susunan kerangka karangan yang baik.
3. Unsur-unsur karangan ilmiah, yaitu :
Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang
menyangganya.
Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun
mendukung alur pikir yang teratur.
Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam
hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan),
deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).
4. Syarat untuk judul karangan, yaitu :
a. Asli, jangan menggunakan judul yang sudah pernah ada, bila terpaksa dapat dicarikan
sinonimnya.
b. Relevan dengan tema dan bagian-bagian dari tulisan tersebut.
c. Provokatif (menimbulkan rasa ingin tahu orang lain untuk membaca tulisan itu).
d. Singkat, tidak mempergunakan kalimat yang terlalu panjang, jika judul terlalu panjang,
apat dibuat judul utama dan judul tambahan (subjudul).
e. Harus bebentuk frasa.
f. Awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi.
g. Tanpa tanda baca di akhir judul karangan.
h. Menarik perhatian.
i. Logis.
j. Sesuai dengan isi.
5. Tujuan penulisan pengantar (kata pengantar) ini bermaksud menjelaskan tujuan dari penulisan
dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yg telah membantu dalam proses
pembuatan tersebut. Baiknya juga, pengantar dapat merepresentasikan tujuan penulis untuk
meminta teguran, usulan dan pengarahan dari para pembaca tersebut agar dapat menjadi lebih
baik lagi.
6. Perbandingan isi pengantar dan pendahuluan :
Pendahuluan seharusnya jangan terlalu panjang. Meski sulit memberikan pedoman yang pasti,
namun biasanya satu sampai dua halaman.. Satu halaman untuk artikel yang pendek (sekitar
10 sampai 12 halaman) atau dua halaman untuk artikel yang lebih panjang. Tujuan menulis
pendahuluan adalah mengantarkan pembaca kepada isi artikel.
Sedangkan, kata pengantar merupakan bagian dari makalah, skripsi, maupun karya ilmiah
yang lainnya. Kata pengantar makalah yang baik yaitukata pengantar yang mencakup isi dari
keseluruhan makahnya. yang membahas apa yang sebenarnya dibahas pada makalah. Di
dalam kata pengatar, kita bisa menuliskan usapan terima kasih kepada siapa saja yang pernah
terlibat dalam pembuatan makalah.
7. Bagian penyajian atau bagian pembahasan (isi) merupakan tubuh karangan yang mempunyai
bagian yang sangat esensial. Dalam bagian ini terdapat semua masalah yang dijabarkan secara
sistematis. Artinya, dalam penyusunan, harus beraturan dan konsisten. Pembagian bab ke sub
bab harus sesuai dengan tingkatan-tingkatan yang sederajat.
Bagian isi meliputi :
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Ruang Lingkup Masalah
Tujuan Penulisan
Metode Penelitian
Sistematika Penulisan
Bab Pembahasan
Bab Kesimpulan dan Saran
8. Perbedaan antara penutup dan kesimpulan, yaitu penutup itu memiliki ruang cakupan yang
lebih luas dibandingkan dengan kesimpulan, karena kesimpulan merupakan bagian dari
penutup itu sendiri. Penutup dapat terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
9. Lampiran merupakan dokumen tambahan yang ditambahkan ke dokumen utama. Lampiran
biasanya berisi data-data tambahan yang mungkin terlalu banyak bila disertakan pada teks
utama atau penjelasan lebih lanjut mengenai topik tertentu.
10. Contoh kerangka karangan ilmiah :
Topik :
Penggunaan kompor briket batubara
Judul :
Dilema Penggunaan Kompor Briket Batubara dan Penanggulangannya
Tujuan :
Memperoleh jalan keluar dari dilemma penggunaan kompor briket batubara dengan
meningkatnya pencemaran.
Rumusan Masalah :
Upaya apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar tanpa menimbulkan
masalah baru.
Aspek yang Diteliti :
Kebutuhan bahan bakar masyarakat Indonesia
Sumber bahan bakar di Indonesia
Cadangan bahan bakar di Indonesia
Kenyataan yang terjadi di masyarakat saat ini berkaitan dngan kebutuhan dan
penggunaan bahan bakar batubara sebagai bahan bakar alternatif.
Efek negatif batubara sebagai bahan bakar alternatif.
Jalan keluar atas dilemma penggunaan kompor briket batubara.
Metode Penelitian :
Studi pustaka survei melalui wawancara dan penyebaran angket.
Literatur :
Cinningham, W.P. 1999. Environment Science : A Global Concern. Fifth Edition. Mc Graw,
Boston.
Kuphella, C.E. 1993. Environment Science : Living In The Environment. Brooks Cole
Publishing Company, Pacific Grove, CA.
Raven, P.H. 1998. Environment Second Edition. Saunders College Publishing, Forthworth,
FL.
Tribun Bandung, Minggu (16 Oktober 2005), hal 2.
Evaluasi (Tulis Karangan)
1. Karya ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau
pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah
dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
2. Paper adalah karya ilmiah yang ditulis berdasar informasi dari pengalaman dan diperkaya
dengan referensi buku, koran, majalah, jurnal yang isinya berkait. Sedangkan, skripsi adalah
karya ilmiah dalam suatu bidang studi yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana (S1) pada
akhir studi.
3. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah
yang diwajibkansebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. skripsi adalah salah
satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi
inilah yang juga menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan sarjana (S1) dan
diploma (D3).
Sedangkan, tesis adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam
menyelesaikan Program Magister (S2). Tesis merupakan bukti kemampuan yang
bersangkutan dalam penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu bidang keilmuan
dalam Ilmu Pendidikan.
4. Langkah-langkah membuat skripsi, yaitu :
Menetukan tema yang akan dipilh. Judul tema sebaiknya dibuat dengan menggunakan
kalimat yang simple tapi membuat orang tertarik untuk membaca.
Menentukan susunan kerangka teoritis bab. Dengan membuat kerangka teoritis akan
membantu kita mengacu pada susunan kerangka dan tidak melenceng dari tema yang
ditentukan.
Menganalisi fakta dan pembahasan. Dalam hal ini penting sekali mengutamakan fakta-
fakat dan data yang diperoleh dari hasil riset. Tapi jangan lupa untuk menuliskan
pandangan kita mengenai tema yang sedang dibuat. Jika memungkinkan dapat juga
mencanyumkan pendapat-pendapat dari pihak-pihak yang berkaitan denagn tema.
Membuat penutup skripsi. Hasil akhir dadri sebuah tulisan dan penelitian haruslah
memberi sesuatu yang terbaik, karena itu jangan lupa untuk memberikan kesan akhir
yang baik. Dapat pula memberi kesimpula dan saran-saran yang membangun.
5. Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topic atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Studi
kepustakaan merupakan langkah yang penting sekali dalam metode ilmiah untuk mencari
sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian dan untuk mengetahui sampai kemana
ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai kemana terdapat
kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah dibuat.
6. Judul dapat dituliskan apabila kita telah menentukan topik dari tulisan kita. Selain itu, judul
juga bisa dituliskan setelah kita menyelesaikan keseluruhan dari tulisan kita, karena judul itu
harus sesuai dan relevan dengan isi tulisan.
7. Syarat-syarat data eksperimen yang baik adalah :
Data harus objektif, yaitu data menunjukkan sesuatu yang apa adanya.
Data harus valid, yaitu data memiliki kesesuaian yang tinggi dengan kenyataan yang ada.
Data harus reliable, yaitu data memiliki ketetapan yang tidak berubah pada setiap waktu.
8. Book Report
Judul Buku : Bahan Kimia dalam Makanan dan Minuman
Penulis : Nursanti Riandini, ST
Penerbit : Shakti Adiluhung
Cetakan : I, 2008
Tebal : 32 halaman
Buku ini membahas jenis-jenis zat aditif, dengan membaginya menurut kegunaannya,
yaitu sebagai bahan pemberi rasa, bahan penyedap rasa dan penguat aroma, bahan pemberi
warna, dan bahan pengawet. Dalam pembahasannya pun dipisahkan antara bahan alami dan
bahan buatan.
Pembahasan tiap jenis zat aditif meliputi sumber zat aditif tersebut, fungsinya dalam
penambahan bagi makanan, dan kemudian tentang senyawa atau molekul kimia yang
terkandung dalam zat tersebut. Dalam pembahasan zat aditif buatan, juga ditambahkan
informasi mengenai nama ilmiah / nama kimia dan beberapa nama dagang zat tersebut, juga
disertai perbandingan dengan zat alami yang sejenis, dan efeknya bagi tubuh jika digunakan
secara berlebih. Pada beberapa zat yang berbahaya juga disertai Peraturan Menteri Kesehatan
yang melarang penggunaan zat aditif tersebut.
Organisasi karangan dalam buku ini tidak rumit, runtut berpola seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, sehingga tidak berputar-putar dan mudah dimengerti. Dalam
pembagian zat aditif dijelaskan dengan poin sehingga tidak membingungkan.
Bahasa yang digunakan dalam buku ini merupakan campuran sebagian besar bahasa
ilmiah (denotatif) dan sebagian kecil bahasa konotatif dalam penjelasan mengenai sumber zat
aditif. Beberapa bahasa ilmiah yang digunakan memang agak asing, seperti istilah ilmiah zat
aditif dan nama-nama zat aditif yang agak rumit. Tetapi, kata-kata lainnya dapat dengan
mudah dimengerti.
Penyajian buku ini cukup menarik. Tidak terlalu besar, setiap halamannya berwarna, dan
dalam penjelasannya disertai gambar-gambar yang dapat memvisualisasikan zat aditif yang
dijelaskan. Gambar-gambar yang ada juga tidak hanya gambar umum zat aditif, tetapi juga
gambar struktur molekul yang terdapat dalam zat aditif tersebut.
Menurut saya, buku ini cukup baik, karena merupakan buku ilmiah yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat juga dibaca dan dimengerti khalayak umum. Buku ini juga
berisi pengetahuan yang sangat penting yang besar pengaruhnya dalam hidup kita, yaitu
terutama tentang zat aditif buatan dalam makanan yang harus dihindari beserta bahaya-bahaya
yang dapat timbul jika zat tersebut dikonsumsi secara berlebih.
Buku ini menunjukkan implementasi kimia yang selama ini dipelajari secara teori dalam
kehidupan sehari-hari beserta dampak dari bahan kimia yang terdapat dalam makanan dan
minuman kita sehari-hari. Dapat dibaca semua orang, karena makanan dan minuman adalah
hal yang tidak terelakkan dalam kehidupan manusia.
9. Pendahuluan :
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan utama dalam hidup. Makanan dan
minuman yang bergizi sangat membantu menunjang aktivitas hidup manusia. Namun,
ternyata dibalik makanan dan minuman ini, terdapat sesuatu yang justru dapat mempengaruhi
kehidupan, yaitu zat aditif yang ditambahkan pada makanan dan minuman yang kita
konsumsi.
Zat aditif adalah bahan alami atau bahan buatan yang ditambahkan atau dicampurkan
pada makanan dengan tujuan memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya meningkat. Zat
aditif dapat dibagi dua, yaitu aditif sengaja dan aditif tidak sengaja.
a. Topik : Perkembangan berbicara anak, autisme infantil.
Tujuan : Memberikan informasi kepada pembaca mengenai masalah autisme infantil,
mencakup pengertian, ciri-ciri, penyebab, dan penanganannya.
b. Topik : Perkembangan berbicara anak, autisme infantil
Judul : Hati-Hati Anak Telambat Berbicara
1. Definisi autisme infantil
1.1 Definisi autisme infantil
1.2 Ciri-ciri autisme infantil
2. Perkembangan autisme infantil
2.1 Autisme infantil di Indonesia
2.2 Perbandingan laki-laki dan perempuan penderita autisme infantil
3. Penyebab autisme infantil
3.1 Kelainan cerebellum atau otak kecil
3.2 Gangguan pusat emosi (sistem limbik)
4. Terapi autisme infantil
4.1 Terapi yang cepat dan tepat
4.2 Usia yang paling bagus untuk mendapatkan terapi
4.3 Terapi yang intensif
4.4 Perlakuan yang penuh kasih sayang
c. Metode-metode :
Definisi, karena pada wacana tersebut si penulis menjelaskan tentang pengertian dari
autisme infantil.
Sebab-akibat, karena pada wacana tersebut si penulis menuliskan tentang penyebab dari
autisme infantil.
Khusus-umum, karena si penulis menuliskan kesimpulan pada bagian akhir dari wacana.
1. Wacana tersebut termasuk contoh karangan argumentasi karena di dalam karangan tersebut
memuat berbagai pendapat dari si penulis yang disertai dengan penjelasan dan alasan yang
kuat dengan maksud agar si pembaca bisa terpengaruh. Pendapat-pendapat ini banyak
dituliskan si penulis di dalam paragraf terakhir dari wacana tersebut.
2. Topik karangan tersebut adalah hubungan seks pranikah, baik di kalangan remaja maupun
dewasa.
3. Metode-metode :
Perbandingan, karena di dalam wacana si penulis membandingkan anatar seks pranikah
pada remaja dengan pada dewasa.
Sudut Pandangan, karena di dalam wacana si penulis memasukkan beberapa
pendapatnya.
Analogi, karena si penulis memasukkan beberapa analogi di dalam wacana tersebut.
4. Topik : Hubungan seks pranikah
Judul : Sebelum Terlambat, Belajarlah ke AS
1. Permasalahan seks pranikah di Amerika
1.1 Seks pranikah merupakan masalah sosial
1.2 Seks pranikah di kalangan dewasa
1.3 Seks pranikah di kalangan remaja
2. Penelitian mengenai seks pranikah di Amerika
2.1 Pendapat warga terhadap seks pranikah pada remaja dan dewasa
2.2 Angka melahirkan di luar nikah pada remaja dan dewasa
2.3 Angka aborsi di luar nikah di kalangan remaja dan dewasa
2.4 Angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja dan dewasa
3. Seks pranikah di Indonesia
3.1 Seks pranikah sudah tidak asing lagi
3.2 Indonesia akan menghadapi kerusakan kepribadiannya