Post on 16-Mar-2019
EVALUASI ANGGARAN BELANJA SEBAGAI
ALAT PENGENDALIAN KEUANGAN
(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)
Oleh
DESTY PRAWATININGSIH
H24103058
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
EVALUASI ANGGARAN BELANJA SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN KEUANGAN
(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
DESTY PRAWATININGSIH
H24103058
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
EVALUASI ANGGARAN BELANJA SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN KEUANGAN
(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Desty Prawatiningsih
H24103058
Menyetujui, Mei 2007
Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian: 14 Mei 2007 Tanggal Lulus:
ABSTRAK Desty Prawatiningsih. H24103058. Evaluasi Anggaran Belanja Sebagai Alat Pengendalian Keuangan (Studi Kasus : Badan Rumah Sakit Daerah Ciawi). Dibawah bimbingan Farida Ratna Dewi.
Sebagai badan pemerintah yang memberikan pelayanan bagi masyarakat, BRSD Ciawi membutuhkan suatu strategi dalam mengelola aspek keuangan. Salah satu strategi keuangan yang dapat digunakan melalui anggaran belanja.Dengan anggaran belanja BRSD Ciawi dapat merencanakan pengalokasian dana yang dibutuhkan dan dapat melakukan pengendalian keuangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor–faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja, mengetahui prosedur penyusunan anggaran belanja, menganalisis penyimpangan antara anggaran belanja dengan realisasi, serta mengevaluasi penyimpangan yang terjadi pada anggaran belanja tahun 2005 dan 2006. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak rumah sakit. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data keuangan yang dimiliki oleh rumah sakit yaitu laporan anggaran belanja tahun 2005 dan 2006. Pengolahan data menggunakan analisis varians anggaran dan t-test. Pengolahan data anggaran menggunakan bantuan software komputer Microsoft Excel 2003 untuk analisis varians, serta mengevalusi penyimpangan masih dalam batas pengendalian dengan melakukan t-test menggunakan alat bantu SPSS 10.0 serta analisis deskriptif.
Hasil dari analisis varians yang dilakukan pada anggaran belanja BRSD Ciawi bahwa secara keseluruhan penyimpangan yang terjadi favorable dengan penyimpangan anggaran belanja BRSD Ciawi pada tahun 2005 sebesar Rp 2.943.680.421 dan persentase perubahan sebesar 13,6 %. Serta penyimpangan anggaran belanja BRSD Ciawi pada tahun 2006 sebesar Rp 2.957.470.915 dengan persentase perubahan sebesar 8 %. Setelah t-test yang dilakukan pada penyimpangan anggaran belanja tahun 2005 maka diperoleh kesimpulan hipotesis Ho yang menyatakan bahwa penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dengan realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima. Untuk anggaran belanja tahun 2006 kelompok belanja aparatur pegawai, belanja aparatur barang dan jasa, belanja aparatur perjalanan dinas, belanja aparatur pemeliharaan, belanja publik pegawai, belanja publik perjalanan dinas, belanja publik pemeliharaan serta belanja publik modal diperoleh hasil t-test bahwa hipotesis Ho yang menyatakan penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima. Sedangkan untuk anggaran belanja publik barang dan jasa hipotesis Ha yang menyatakan bahwa penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan realisasinya tidak dalam batas pengendalian dapat diterima.
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1985 di Bogor. Penulis
yang bernama lengkap Desty Prawatiningsih adalah anak pertama dari pasangan
ayahanda Erri Sumardianto dan ibunda Yuningsih.
Penulis memulai pendidikan di taman kanak-kanak Tunas Karya
PTPN XI tahun 1989 dan lulus 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar
di sekolah Dasar Cibandawa tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997
penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Negeri 1 Cijeruk, tamat pada tahun 2000. Penulis menamatkan pendidikan
menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Bogor, lulus pada tahun
2003. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas segala kenikmatan yang telah dilimpahkan Allah
SWT kepada penulis, yang salah satunya berupa nikmat kesehatan sehingga
penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Evaluasi Anggaran
Belanja Sebagai Alat Pengendalian Keuangan (Studi Kasus : Badan Rumah Sakit
Daerah Ciawi) dapat penulis selesaikan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah
memberi saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun
tidak langsung sejak awal penulisan sampai akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada :
1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE. MM. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS. DipI. Ing. Dea. dan Ibu Wita Juwita
Ermawati, S.TP. MM selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran
untuk perbaikan skripsi ini.
3. Bapak dr. Komar Hanifi, M.Kes. selaku Direktur BRSD Ciawi yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di BRSD Ciawi.
4. Bapak dr. Rudi Sudjono, Sp.M. selaku kepala bidang keuangan BRSD Ciawi.
5. Bapak Aep Saepurahman, S.Ip. MM. selaku kepala Sub. Bidang Anggaran
BRSD Ciawi yang telah membantu dan membimbing penulis dalam
pengumpulan data dan penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. H. Sudianta, MM., Bapak Drs. H. Andi K. Kosasih, Bapak H. E.
Supratman, SE. MBA. MM. Dari BRSD Ciawi yang telah membantu
memberikan data pada penyusunan skripsi ini.
7. Bapak, Mama, adik saya Viony, serta keluarga atas segenap daya dan upaya
selalu mendoakan, memberi dorongan dan semangat dalam penyelesaian
skripsi ini.
8. Andin, Evi, Linda, Sekar, Eva, Vika, Risa yang selalu memberikan motivasi
dan semangat selama kuliah di Departemen Manajemen.
9. Okty dan Kiki teman satu bimbingan yang selalu saling mensupport.
v
10. Seluruh dosen dan staf Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Manajemen yang telah membimbing dan membantu penulis selama menjadi
mahasiswa Departemen Manajemen.
11. Teman-teman Manajemen 40 terima kasih atas motivasi dan dukungannya.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih banyak
kekurangan. Selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2007
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
1.5. Batasan Penelitian................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 5
2.1. Rumah Sakit ........................................................................................... 5 2.1.1. Pengertian Rumah Sakit ............................................................. 5
2.2.2. Jenis-Jenis Rumah Sakit ............................................................. 5 2.2. Anggaran ................................................................................................ 9 2.2.1. Pengertian Anggaran .................................................................. 9 2.2.2. Fungsi Anggaran ...................................................................... 10 2.2.3. Tujuan dan Manfaat Anggaran................................................. 11 2.2.4. Karakteristik Anggaran ............................................................ 12 2.2.5. Jenis-Jenis Anggaran ................................................................ 13 2.2.6. Metode Pembuatan Anggaran .................................................. 15 2.2.7. Tahap-Tahap Penyusunan Anggaran........................................ 16 2.2.8. Proses Pengendalian Anggaran ................................................ 16 2.2.9. Akuntansi Pertanggungjawaban ............................................... 17 2.3. Anggaran Sektor Publik ....................................................................... 18 2.3.1. Pengertian Sektor Publik .......................................................... 18 2.3.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik ......................................... 18 2.3.3. Pengertian Anggaran Belanja ................................................... 19 2.3.4. Fungsi Anggaran Sektor Publik................................................ 19 2.3.5. Tujuan Anggaran sektor Publik................................................ 21 2.3.6. Peranan Anggaran Sektor Publik.............................................. 21 2.3.7. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik .................................. 22 2.3.8. Jenis-Jenis Anggaran sektor Publik.......................................... 23 2.3.9. Sistem Anggaran Sektor Publik................................................ 24 2.3.10. Proses Penyusunan Anggaran sektor Publik ............................ 25
vii
2.4. Analisis Varians Anggaran ................................................................... 26 2.5. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 27
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 29
3.1. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 29 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 31 3.3 Metode Penelitian ................................................................................. 31
3.3.1. Pengumpulan Data.................................................................... 31 3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 34
4.1. Gambaran Umum BRSD Ciawi............................................................ 34 4.1.1. Sejarah Singkat BRSD Ciawi................................................... 34 4.1.2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Fungsi BRSD Ciawi.............. 35 4.1.3. Letak dan Lokasi BRSD Ciawi ................................................ 36 4.1.4. Fasilitas Pelayanan BRSD Ciawi ............................................. 37 4.1.5. Struktur Organisasi BRSD Ciawi ............................................. 39 4.2. Faktor - Faktor yang Menjadi Bahan Pertimbangan dalam penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi ....................................... 41 4.3. Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi........................ 43 4.4. Anggaran Belanja BRSD Ciawi ........................................................... 48 4.5. Evaluasi Anggaran Belanja BRSD Ciawi Sebagai Alat Pengendalian . 4.5.1. Analisis Varians........................................................................ 48 4.5.2. T-Test Anggaran Belanja BRSD Ciawi ................................... 61 4.5.3 Hasil Evaluasi Anggaran Belanja Sebagai Alat Pengendalian ............................................................................ 65
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 68
1. Kesimpulan........................................................................................... 68 2. Saran ..................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 71
LAMPIRAN........................................................................................................ 73
viii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Faktor - faktor pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja BRSD Ciawi ................................................................................................. 43
2. Kelompok belanja anggaran belanja BRSD Ciawi........................................ 48
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ...................................................................... 30
2. Urutan penyusunan rencana anggaran satuan kerja ....................................... 45
3. Alur prosedur penyusunan anggaran belanja BRSD Ciawi........................... 47
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Struktur organisasi BRSD Ciawi ................................................................... 73
2. Formulir RASK.............................................................................................. 74
3. Analisis varians anggaran belanja BRSD Ciawi Tahun 2005 ...................... 83
4. Analisis varians anggaran belanja BRSD Ciawi Tahun 2006 ....................... 84
5. Hasil t-test anggaran belanja BRSD Ciawi 2005.......................................... 85
6. Hasil t-test anggaran belanja BRSD Ciawi 2006........................................... 89
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan kesehatan dalam pembangunan nasional sangat
dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi masyarakat. Dalam upaya
untuk memperluas pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka
pembangunan kesehatan harus terus ditingkatkan. Salah satu upaya
pemerintah dalam pembangunan kesehatan yaitu dengan meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap pasien yang diadakan oleh rumah sakit.
Menurut Wikipedia Indonesia (2006) rumah sakit (hospital) adalah
sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya
disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Rumah sakit
sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat
strategis dalam upaya mempercepat peningkatan kesehatan di Indonesia.
Menurut Prof. Sujudi dalam Aditama (2002) mengatakan bahwa sistem
pelayanan rumah sakit yang berjalan selama ini harus ditinjau kembali untuk
mengantisipasi persaingan tingkat dunia. Rumah sakit tidak dapat lagi
dikelola dengan manajemen yang sederhana, tetapi harus mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat yang muncul akibat perubahan-perubahan tersebut.
Rumah sakit dalam menghadapi persaingan global, serta sebagai
salah satu organisasi yang memiliki tujuan meningkatkan kualitas dan
pelayanan kepada masyarakat, membutuhkan suatu pengelolaan yang baik,
yaitu diantaranya melalui fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen
tersebut meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengendalian. Untuk menjembatani pencapaian tujuan tersebut, maka
dibutuhkan suatu alat yang termasuk sebagai fungsi perencanaan dan
pengendalian biasanya diwujudkan dalam bentuk anggaran (budget).
Menurut Mulyadi (2001) anggaran merupakan suatu rencana kerja
yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter
standar dan satuan ukuran lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun.
Anggaran merupakan suatu rencana kerja jangka pendek yang disusun
berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang ditetapkan dalam proses
2
penyusunan program (programming). Anggaran merupakan suatu bentuk
perencanaan jangka pendek yang menyediakan standar yang harus dicapai
oleh manajer.
Peran anggaran sangat penting bagi setiap rumah sakit termasuk
bagi rumah sakit pemerintah. Salah satunya yaitu Rumah Sakit Daerah
Ciawi (RSD Ciawi). RSD Ciawi merupakan salah satu dari dua rumah sakit
yang berada di kabupaten Bogor. Dalam perkembangannya selama beberapa
periode, RSD Ciawi menunjukkan peningkatan yang cukup baik seperti
peningkatan sarana & prasarana rumah sakit serta peningkatan sumber daya
manusia sehingga pada tahun 2002, RSD Ciawi berubah status menjadi
Badan Rumah Sakit Daerah (BRSD) Ciawi berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Bogor No. 29 Tahun 2002.
Sebagai badan pemerintah yang memberikan pelayanan bagi
masyarakat, BRSD Ciawi membutuhkan suatu strategi dalam mengelola
aspek keuangan. Salah satu strategi yang dapat digunakan yaitu melalui
anggaran, karena dengan anggaran belanja BRSD Ciawi dapat
merencanakan pengalokasian dana jangka pendek yang dibutuhkan serta
dapat melakukan pengendalian keuangan. BRSD Ciawi dapat menggunakan
anggaran belanja sebagai alat pengendalian bagi penggunaan dananya.
Sehingga, apabila terdapat perbedaan antara anggaran belanja dengan
realisasinya dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk penyusunan
anggaran belanja tahun berikutnya atau bahan untuk perubahan anggaran
belanja yang sedang berjalan.
3
1.2. Perumusan Masalah
Penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana prosedur
penyusunan anggaran belanja dan evaluasi terhadap realisasi jika
dibandingkan dengan anggaran belanja yang telah disusun pada BRSD
Ciawi tahun 2005-2006.
Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah faktor–faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam
penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi ?
2. Bagaimana prosedur penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi ?
3. Bagaimanakah penyimpangan antara anggaran dengan realisasi pada
anggaran belanja BRSD Ciawi ?
4. Apakah penyimpangan yang terjadi masih dalam batas pengendalian
pada anggaran belanja BRSD Ciawi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui faktor–faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam
penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi.
2. Mengetahui prosedur penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi.
3. Menganalisis penyimpangan antara realisasi dengan anggaran belanja
pada BRSD Ciawi.
4. Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi pada anggaran belanja BRSD
Ciawi.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Rumah Sakit
Sebagai masukan yang bermanfaat bagi manajemen rumah sakit untuk
mengetahui kebaikan dan kelemahan yang mungkin terjadi dalam proses
penyusunan anggaran selama ini serta untuk mengadakan perbaikan–
perbaikan yang mungkin diperlukan dalam upaya meningkatkan
efektivitas dan efisiensi anggaran pada Badan Rumah Sakit Daerah
Ciawi.
4
2. Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai proses penyusunan
anggaran dalam aplikasinya pada sebuah rumah sakit.
3. Masyarakat Umum
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa atau masyarakat yang
membutuhkan.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian ini hanya membahas mengenai anggaran belanja BRSD
Ciawi yaitu apakah faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam
penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi, bagaimana prosedur
penyusunan anggaran belanja BRSD Ciawi. Serta evaluasi terhadap realisasi
jika dibandingkan dengan anggaran belanja yang telah ditetapkan dengan
melakukan analisis varians untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi
antara anggaran belanja dengan realisasi tahun 2005 dan 2006. Melakukan
t-test untuk mengetahui apakah penyimpangan yang terjadi masih dalam
batas pengendalian pada anggaran belanja BRSD Ciawi tahun 2005 dan
2006.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Sakit
2.1.1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut Aditama (2002) rumah sakit adalah institusi (atau
fasilitas) yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, ditambah
dengan beberapa penjelasan lain. Sementara itu, menurut SK
Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan
bahwa rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan
subspesialistik (Aditama, 2002).
Menurut Susilawati dalam Hadimitomuliani (2006) rumah
sakit merupakan pelayanan publik yang harus terus menerus
ditingkatkan pelayanannya sampai menuju pelayanan prima yaitu
pelayanan yang berorientasi atau berfokus kepada konsumen.
2.1.2. Jenis–Jenis Rumah Sakit
Menurut Wikipedia Indonesia (2006) jenis–jenis rumah sakit
sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Umum.
Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya
memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang
gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya
dan memberikan pertolongan pertama.
2. Rumah Sakit Terspesialisasi.
Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit
manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus
seperti psychiatric (pschiatric hospital), penyakit pernapasan dan
lain-lain.
3. Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan.
Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit yang
terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas
kedokteran pada suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi.
6
4. Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan.
Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan
untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga
tersebut/ karyawan perusahaan tersebut.
5. Klinik.
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan
tertentu. Biasanya dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat
atau dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi.
Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan.
Selain itu, menurut Trisnantoro (2005) berdasarkan
pengaruh sejarah, maka pada awal abad XXI terdapat berbagai jenis
pemilikan rumah sakit di Indonesia yaitu :
1. Rumah Sakit Milik Pemerintah.
Ada dua jenis pemilikan rumah sakit pemerintah, yaitu rumah
sakit milik pemerintah pusat (Rumah Sakit Umum Pusat atau
RSUP) dan rumah sakit milik pemerintah provinsi dan
kabupaten atau kota (Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD).
Kedua jenis rumah sakit pemerintah ini berpengaruh terhadap
gaya manajemen rumah sakit masing-masing. Rumah sakit
pemerintah pusat, mengacu kepada Departemen Kesehatan
(Depkes), sementara rumah sakit pemerintah provinsi dan
kabupaten atau kota mengacu pada stakeholders utamanya yaitu
pimpinan daerah dan lembaga perwakilan masyarakat daerah.
Rumah Sakit umum daerah (RSUD) mempunyai keunikan
karena secara teknis medis berada dibawah koordinasi Depkes,
sedangkan secara kepemilikan sebenarnya berada dibawah
pemerintah provinsi atau kabupaten atau kota dengan pembinaan
kerumahtanggaan dari Departemen Dalam Negeri (Depdagri).
2. Rumah Sakit Milik Militer.
Sejarah menunjukan bahwa sebagian rumah sakit di Indonesia
berasal dari program pelayanan kesehatan milik militer di masa
kolonial Belanda. Pada tahun 1995, di Indonesia terdapat 112
7
rumah sakit militer yang berinduk pada Angkatan Darat (62),
Angkatan Laut (19), Angkatan Udara (19), Kepolisian (12).
Rumah sakit militer tersebut misi utama sebenarnya untuk
kesehatan militer dan persiapan perang. Pihak militer
menganggap bahwa pelayanan rumah sakit bukan urusan pokok
sehingga pendanaan rumah sakit tersebut sangat terdesentralisasi
dan akibatnya sangat tergantung pada situasi serta kondisi
lingkungan bekerja.
3. Rumah Sakit Milik Yayasan Keagamaan dan Kemanusiaan.
Di Indonesia, pemilikan rumah sakit oleh yayasan mempunyai
sejarah panjang yang bersumber dari masa kolonial Belanda,
terutama rumah sakit Kristen dan Katolik diberbagai kota,
rumah sakit swasta besar dimiliki oleh lembaga-lembaga
keagamaan misalnya: Rumah Sakit (RS) Bethesda di
Yogyakarta, RS PGI Cikini di Jakarta, RS Charitas di
Palembang, RS St. Elizabeth di Semarang, RS PKU
Muhammadiyah di Yogyakarta. Perkembangan menarik terjadi
saat ini yaitu sumbangan dana-dana kemanusiaan yang menjadi
sumber tradisional pendanaan ternyata semakin berkurang,
kecuali pada beberapa rumah sakit Islam. Filosofi pemilik rumah
sakit ini mempengaruhi pola manajemen dan situasi rumah sakit.
Sebagai contoh, rumah sakit keagamaan yang dimiliki oleh
lembaga keagamaan yang konservatif terlihat sangat berhati-hati
dalam melakukan investasi untuk pengembangan.
4. Rumah Sakit Swasta Milik Dokter.
Kepemilikan rumah sakit oleh dokter biasanya bersumber dari
prestasi klinis seorang dokter. Sebagai contoh, seorang dokter
spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dapat memiliki
rumah sakit melalui perluasan klinik spesialis kebidanan dan
penyakit kandungannya. Perluasan klinis ini dimulai dari
kesehatan anak dengan membentuk rumah sakit ibu dan anak.
Kemudian dapat berkembang menjadi RSU. Adapula rumah
8
sakit khusus yang dimiliki oleh dokter misalnya rumah sakit
mata, rumah sakit jiwa dan lain-lain.
5. Rumah Sakit Swasta Milik Perusahaan yang Mencari
Keuntungan.
Rumah sakit saat ini sudah dianggap sebagai tempat yang
menarik dan potensial untuk menghasilkan keuntungan. Dengan
demikian, berbagai perusahaan, terutama yang bersifat
konglomerasi memandang perlu untuk mendirikan rumah sakit
yang menguntungkan. Kecenderungan lain adalah tantangan
pendirian jaringan rumah sakit, seiring dengan ekspansi bisnis
konglomerasi. Contoh yang paling menarik adalah RS
Gleneagles Siloam di Karawaci Tangerang yang berinduk pada
kelompok perusahaan Lippo. Rumah sakit yang dikelola oleh
perusahaan untuk mencari keuntungan ini merupakan fenomena
baru yang melanda Indonesia, khususnya di Jakarta pada tahun
1980 an dan 1990 an.
6. Rumah Sakit Milik Badan Usaha Milik Negara.
Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mempunyai
rumah sakit, misalnya Pertamina, PT. Aneka Tambang,
PT Pelni, dan berbagai perusahaan perkebunan. Dengan sifat
sebagai organ BUMN, maka keadaan rumah sakit tersebut
sangat tergantung pada kondisi keuangan induknya. Rumah
Sakit (RS) Pertamina Pusat terkenal sebagai rumah sakit yang
memiliki peralatan dengan teknologi tinggi karena Pertamina
mampu membiayainya dan mempunyai segmen masyarakat
yang menuntut penyediaan peralatan dengan teknologi tinggi.
Sebaliknya, kondisi PT Timah yang pernah mempunyai masa
sulit, mempengaruhi rumah sakitnya hingga dalam kondisi yang
sulit untuk berkembang, sehingga rumah sakit dilepas dari
induknya.
9
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Sitio
dalam Hadimitomuliani, 2006) pengklasifikasian jenis rumah sakit
sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Umum (RSU) adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan untuk semua jenis penyakit
dari yang bersifat dasar sampai dengan sub-spesialistik
2. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) adalah rumah sakit khusus yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa.
3. Rumah Sakit Khusus (RSKh) adalah rumah sakit yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan penyakit
atau disiplin ilmu tertentu, meliputi Rumah Sakit Kusta (RSK),
Rumah Sakit Tuberkulosa Paru (RSTP), Rumah Sakit Mata
(RSM), Rumah sakit Orthopedi (RSO), Rumah Sakit Bersalin
(RSB), dan rumah sakit khusus lainnya seperti rumah sakit
jantung, rumah sakit kanker, dan sebagainya.
2.2. Anggaran
2.2.1. Pengertian Anggaran
Menurut Nafarin (2000) anggaran adalah suatu rencana
keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang
telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis
mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara
kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk
jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan alat manajemen dalam
mencapai tujuan. Jadi anggaran bukan tujuan dan tidak dapat
menggantikan manajemen.
Menurut Hansen dan Mowen (1997) anggaran (budget)
adalah perencanaan keuangan untuk masa depan; anggaran memuat
tujuan dan tindakan dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Sementara itu menurut Machintosh dan Williams (1992)
mendefinisikan anggaran sebagai alat utama bagi manajer untuk
menjalankan fungsi manajemen planning, organizing, coordinating,
and controlling dengan mengacu kepada target dan strategi
10
perusahaan dalam rangka mencapai tujuan jangka perusahaan
(Syakhroza, 2000).
2.2.2. Fungsi Anggaran
Sesuai dengan fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, fungsi anggaran juga
demikian. Menurut Nafarin (2000) fungsi-fungsi anggaran :
1. Fungsi Perencanaan.
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menuntut
pemikiran yang teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih
nyata/jelas dalam unit dan uang.
2. Fungsi Pelaksanaan.
Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan,
sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam
mencapai tujuan (laba). Jadi anggaran penting untuk
menyelaraskan (koordinasi) setiap bagian kegiatan. Sehingga
tiap bagian harus melaksanakan tugasnya secara selaras, terarah,
terkoordinasi sesuai dengan yang direncanakan atau yang telah
ditetapkan dalam anggaran.
3. Fungsi Pengawasan.
Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling).
Pengawasan berarti mengevaluasi (menilai) terhadap
pelaksanaan pekerjaan, dengan cara :
1. Memperbandingkan realisasi dengan rencana (anggaran).
2. Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu
(apabila terdapat penyimpangan yang merugikan).
Menurut Mulyadi (2001) fungsi anggaran yaitu :
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana
kerja.
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan
dilaksanakan perusahaan dimasa mendatang.
11
3. Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang
menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan
yang menghubungkan manajer bawah dan manajer atas.
4. Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai
pembanding hasil operasi sesungguhnya.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang
memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat dan
lemah bagi perusahaan.
6. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan
memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak
secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi.
2.2.3. Tujuan dan Manfaat Anggaran
Tujuan penyusunan anggaran menurut Nafarin (2000)
antara lain :
1. Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam
memilih sumber dan penggunaan dana.
2. Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan
digunakan.
3. Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis
penggunaan dana, sehingga dapat mempermudah pengawasan.
4. Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat
mencapai hasil yang maksimal.
5. Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena
dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat.
6. Untuk menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap
usulan yang berkaitan dengan keuangan.
Sedangkan manfaat anggaran menurut Nafarin (2000) :
1. Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
2. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan
pegawai.
3. Dapat memotivasi pegawai.
4. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pegawai.
12
5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
6. Sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin.
7. Alat pendidikan bagi para manajer.
2.2.4. Karakteristik Anggaran
Untuk memperoleh konsep yang lebih jelas mengenai
anggaran, berikut ini diuraikan karakteristik anggaran. Menurut
Mulyadi (2001) anggaran mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain
keuangan.
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang
berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung
jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.
4. Usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang
berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran.
5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat berubah pada kondisi
tertentu.
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibanding
dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
Menurut Mulyadi (2001) anggaran yang baik memiliki
karakteristik berikut :
1. Anggaran disusun berdasarkan program.
Rencana jangka panjang yang dituangkan dalam program
memberikan arah kemana kegiatan perusahaan ditujukan dalam
jangka panjang. Anggaran merinci pelaksanaan program,
sehingga anggaran yang disusun setiap tahun memiliki arah
seperti yang ditetapkan dalam rencana jangka panjang.
2. Anggaran disusun berdasarkan pusat pertangungjawaban yang
dibentuk dalam organisasi perusahaan.
13
3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Untuk menghasilkan anggaran yang dapat berfungsi sebagai alat
perencanaan dan sekaligus sebagai alat pengendalian,
penyusunan anggaran harus memenuhi syarat berikut ini :
a. Partisipasi para manajer pusat pertanggungjawaban dalam
proses penyusunan anggaran.
b. Organisasi anggaran.
4. Penggunaan informasi akuntansi pertanggung jawaban sebagai
alat pengirim pesan dalam proses penyusunan anggaran dan
sebagai pengukur manajer dalam pelaksanaan anggaran
2.2.5. Jenis-Jenis Anggaran
Menurut Nafarin (2000) anggaran dapat dikelompokkan
dari beberapa sudut pandang berikut :
1. Menurut dasar penyusunan anggaran terdiri dari :
a. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan
interval (kisaran) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada
intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat
disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang
berbeda. Misalnya anggaran penjualan disusun berkisar
antara 500 unit sampai 1.000 unit. Anggaran variabel disebut
juga dengan anggaran fleksibel.
b. Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan
suatu tingkat kapasitas tertentu. Misalnya penjualan
direncanakan 1.000 unit, dengan demikian anggaran lainnya
dibuat berdasarkan anggaran penjualan 1.000 unit. Anggaran
tetap disebut juga dengan anggaran statis.
2. Menurut cara penyusunan anggaran terdiri dari :
a. Anggaran periodik, adalah anggaran yang disusun untuk satu
periode tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang
disusun setiap akhir periode anggaran.
b. Anggaran kontinu, adalah anggaran yang dibuat untuk
mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat,
14
misalnya tiap bulan diadakan perbaikan, sehingga anggaran
yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.
3. Menurut jangka waktu anggaran terdiri dari :
a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis), adalah anggaran
yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu
tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan
anggaran jangka pendek.
b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis), adalah
anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu
tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal
merupakan anggaran modal (capital budget). Anggaran
jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal.
Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar
penyusunan anggaran jangka pendek.
4. Menurut bidangnya anggaran terdiri dari anggaran operasional
dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan
disebut “anggaran induk (master budget)”. Anggaran induk
mengkonsolidasikan rencana keseluruhan perusahaan untuk
jangka pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan. Anggaran
tahunan dipecah lagi menjadi anggaran triwulanan dan anggaran
triwulanan dipecah lagi menjadi anggaran bulanan.
a. Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun
anggaran laporan rugi laba. Anggaran operasional antara
lain terdiri dari :
i. Anggaran penjualan
ii. Anggaran biaya pabrik
1) Anggaran biaya bahan baku
2) Anggaran biaya tenaga kerja langsung
3) Anggaran biaya overhead pabrik
iii. Anggaran beban usaha
iv. Anggaran laporan laba rugi
15
b. Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun
anggaran neraca. Antara lain terdiri dari :
i. Anggaran kas
ii. Anggaran piutang
iii. Anggaran persediaan
iv. Anggaran utang
v. Anggaran neraca
2.2.6. Metode Pembuatan Anggaran
Menurut Harahap (1997) ditinjau dari siapa yang
membuatnya maka penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan
cara :
1. Otoriter atau top down
Dalam metode otoriter, anggaran yang disusun dan ditetapkan
sendiri oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus
dilaksanakan bahwa tanpa keterlibatan bawahan dalam
penyusunannya.
2. Demokrasi atau bottom up
Dalam metode demokrasi anggaran disusun berdasarkan hasil
keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan
sampai ke atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun
anggaran yang akan dicapainya di masa yang akan datang.
3. Campuran atau top down dan buttom up
Metode ini adalah campuran dari kedua metode diatas. Disini
perusahaan menyusun anggaran dengan memulainya dari atas
kemudian untuk selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh
karyawan bawahan. Jadi ada pedoman dari atasan atau pimpinan
dan dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan pengarahan atasan.
16
2.2.7. Tahap-Tahap Penyusunan Anggaran
Menurut Gudono (1993) tahap-tahap yang perlu dilakukan
untuk menyusun anggaran adalah sebagai berikut :
1. Manajemen puncak mengirim prinsip-prinsip penyusunan
anggaran (termasuk tujuan umum perusahaan) ke masing-
masing bagian serta membentuk komite anggaran, jika belum
memiliki komite.
2. Masing-masing bagian menyusun anggaran operasional (rencana
laba) dimulai dengan membuat ramalan penjualan dan anggaran
penjualan. Masing-masing manajer yang terlibat menerima
anggaran penjualan itu untuk dijadikan dasar penyusunan
anggaran operasionalnya sendiri. Konsultasi dengan komite
anggaran atau manajemen yang lebih tinggi sering dilakukan
pada tahap ini.
3. Negosiasi antar bagian dan komunikasi dengan pihak atasan.
4. Koordinasi dan pembahasan kembali terhadap rancangan
anggaran yang diajukan masing-masing departemen oleh komite
anggaran. Beberapa revisi mungkin dilakukan supaya terjadi
keharmonisan antara anggaran dari departemen yang satu
dengan anggaran dari departemen yang lain.
5. Persetujuan akhir dari manajemen puncak. Anggaran induk
kemudian dibagi-bagi ke setiap departemen.
2.2.8. Proses Pengendalian Anggaran
Menurut Mulyadi (2001) proses pengendalian anggaran
dilaksanakan melalui tiga tahap utama berikut :
1. Tahap Penetapan Sasaran.
Tujuan Perusahaan kemudian dirinci lebih lajut ke dalam
sasaran (goal) dan dibebankan pencapaiannya kepada manajer
tertentu dalam proses penyusunan anggarannya. Informasi
akuntansi manajemen berperan dalam tahap penetapan sasaran
sebagai alat pengirim peran. Proses penetapan peran para
17
manajer dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah
dirumuskan.
2. Tahap Implementasi.
Setelah sasaran ditetapkan dan ditunjuk manajer yang
bertanggung jawab atas pencapaian sasaran tersebut, serta
dialokasikan sumberdaya kepada manajer yang diberi peran
dalam mencapai sasaran anggaran, fungsi anggaran dalam
perusahaan kemudian mengkonsolidasikannya ke dalam suatu
anggaran komprehensif yang formal untuk disahkan oleh direksi
dan pemegang saham. Tahap implementasi anggaran
dilaksanakan melalui dua kegiatan penting :
a. Komunikasi Anggaran.
Manajer fungsi anggaran bertanggungjawab untuk
mengkomunikasikan anggaran yang telah disahkan kepada
para manajer jenjang menengah dan bawah.
b. Kerjasama dan Koordinasi.
3. Tahap Pengendalian dan Evaluasi Kinerja.
Sasaran anggaran tidak akan tercapai tanpa pemantauan secara
terus menerus kemajuan karyawan dalam mencapai sasaran
mereka. Dalam tahap pengendalian dan evaluasi kinerja, kierja
yang sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang
tercantum dalam anggaran, untuk menunjukkan bidang masalah
dalam organisasi dan menyarankan tindakan pembetulan yang
memadai bagi kinerja yang berada dibawah standar.
2.2.9. Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Harahap (1997) Akuntansi pertanggungjawaban
adalah suatu sistem dimana setiap bagian diatur dalam satu unit
pertanggungjawaban dan sistem pencatatan ditetapkan melaporkan
prestasi masing-masing bagian.
Realisasi dari sistem akuntansi pertanggungjawaban
adalah adanya pusat-pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggung
18
jawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh
seorang manajer yang bertanggungjawab sesuai bagiannya.
Pusat-pusat pertanggungjawaban dapat dibagi atas :
1. Pusat Pertanggungjawaban Biaya.
2. Pusat Pertanggungjawaban Hasil.
3. Pusat Pertanggungjawaban Laba.
4. Pusat Pertanggungjawaban Investasi.
2.3. Anggaran Sektor Publik
2.3.1. Pengertian Sektor Publik
Pengertian Sektor Publik menurut Rosjidi (2001) adalah
birokrasi dan kesatuan ekonomi yang ditangani oleh pemerintah
sesuai dengan kewenangannya dalam rangka memerankan fungsinya
untuk alokasi sumber-sumber ekonomi yang langka, redistribusi
pendapatan, pengendalian stabilitas ekonomi serta penyediaan
barang dan jasa publik yang tidak bisa disediakan oleh sektor
swasta, dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan dan
pelayanan umum kepada masyarakat (publik).
2.3.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik
Menurut Mahsun (2006) anggaran adalah alat perencanaan
untuk masa depan yang pada umumnya mencakup jangka waktu
satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter. Anggaran ini
merupakan perencanaan jangka pendek organisasi yang
menerjemahkan berbagai program kedalam rencana keuangan
tahunan yang lebih kongkret. Usulan anggaran pada umumnya
ditelaah atau di review terlebih dahulu oleh pejabat yang lebih tinggi
untuk bisa dijadikan anggaran formal. Selain itu anggaran adalah
alat ekonomi terpenting yang dimiliki pemerintah untuk
mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi, menjamin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Menurut National Committe on Govermental Accounting
(NCGA) sekarang Govermental Accounting Standards Board
(GASB) dalam Rosjidi (2001) sebagai berikut :
19
Budget adalah rencana operasi keuangan yang mencakup
estimasi pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang
diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.
Menurut Rosjidi (2001) budget atau anggaran dalam
organisasi pemerintah sering disebut dengan financial plan, yang
berarti rencana keuangan untuk membiayai suatu program atau
kegiatan.
2.3.3. Pengertian Anggaran Belanja
Menurut Handayaningrat (1982) pengertian dari anggaran
belanja adalah suatu rencana yang merupakan perkiraan tentang apa
yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Setiap anggaran
belanja menguraikan berbagai fakta khusus (spesifik) tentang apa-
apa yang direncanakan untuk dilakukan oleh unit/organisasi yang
menyusun anggaran belanja tersebut pada periode yang akan datang.
2.3.4. Fungsi Anggaran Sektor Publik
Menurut Wikipedia Indonesia (2006) anggaran sektor
publik berfungsi sebagai berikut :
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana
kerja.
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan
dilaksanakan di masa mendatang.
3. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan
berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan
bawahan.
4. Anggaran sebagai pengendalian unit kerja.
5. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan
efisiensi dalam pencapaian visi organisasi.
6. Anggaran merupakan instrumen politik
7. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.
20
Menurut Mahsun (2006) anggaran sektor publik memiliki
beberapa fungsi utama, yaitu :
1. Anggaran sebagai Alat Perencanaan.
Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan
apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang
dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja
pemerintah tersebut.
2. Anggaran sebagai Alat Pengendalian.
Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian yang
digunakan untuk menghindari dan membatasi adanya
pengeluaran /belanja lebih (overspending), pengeluaran/belanja
kurang (underspending) dan pengeluaran /belanja yang salah
sasaran yaitu alokasi pada bidang lain yang bukan prioritas.
3. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal.
Anggaran negara dibuat sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah
yaitu digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran sebagai Alat Politik.
Anggaran merupakan bentuk komitmen eksekutif dan
kesepakatan legislatif atas penggunaan dan publik untuk
kepentingan tertentu sehingga kegagalan dalam melaksanakan
anggaran yang telah disetujui dapat menurunkan kredibilitas
pemerintah.
6. Anggaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi.
Anggaran berfungsi sebagai alat koordinasi dan komunikasi
antar bagian (unit kerja) dalam pemerintah, sehingga anggaran
yang baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi
suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan.
7. Anggaran sebagai Alat Penilai Kinerja.
Oleh karena anggaran merupakan bentuk komitmen dari
eksekutif kepada pemberi wewenang (legislatif) maka kinerja
21
eksekuif dapat dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran
dan efisiensi pelaksanaan anggaran.
8. Anggaran sebagai Alat Motivasi.
Anggaran dapat digunakan sebagai alat memotivasi manajer dan
stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam
mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
9. Anggaran sebagai Alat Untuk Menciptakan Ruang Publik.
Anggaran bisa berfungsi sebagai media bagi masyarakat, LSM,
perguruan tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan untuk
memonitor dan menyoroti rencana keuangan pemerintah
sehingga mereka bisa menyampaikan suara mereka.
2.3.5. Tujuan Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2002) tujuan dari proses penyusunan
anggaran yaitu :
1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan
koordinasi antarbagian dalam lingkungan pemerintah.
2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam
menyediakan barang dan jasa publik melalui proses
pemrioritasan.
3. memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas
belanja.
4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah
kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas.
2.3.6. Peranan Anggaran Sektor Publik
Menurut Rosjidi (2001) Budget Sektor Publik memiliki
peranan sebagai :
1. Perencanaan.
Perencanaan adalah proses sistematik untuk menetapkan
aktivitas-aktivitas yang diperlukan dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan program pada masa yang akan datang. Jadi,
merupakan kehendak pemerintah yang ditetapkan terlebih
dahulu untuk melaksanakan program guna meningkatkan
22
kesejahteraan masyarakat (public welfare) dengan jalan untuk
memanfaatkan sumberdaya dan dana untuk mendukung kegiatan
pembangunan jangka panjang.
2. Pengendalian.
Pengendalian yang efektif harus dilakukan secara melekat dalam
tubuh organisasi, yaitu pengendalian atau pengawasan oleh
atasan terhadap bawahannya dalam setiap jenjang pelaksanaan
tugas.
3. Evaluasi.
Setiap perencanaan kegiatan dan anggarannya agar bisa dipakai
sebagai dasar penilaian harus diciptakan acuan dalam bentuk
standar-standar. Dengan standar-standar tersebut kinerja setiap
pelaksanaan kegiatan dapat diukur dan dievaluasi yaitu : apakah
sudah sesuai dengan rencana kegiatan dan anggarannya, apakah
tidak menyimpang dari peraturan-peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan apakah sudah dilaksanakan secara
efisien dan efektif berdasarkan pembanding yang sejenis
sehingga bisa segera diakukan tindakan korektif yang diperlukan
apabila terjadi penyimpangan dan mencegah agar tidak terulang
kembali.
2.3.7. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik menurut Wikipedia
Indonesia (2006) meliputi :
1. Otorisasi oleh Lembaga Legislatif.
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari lembaga
legislatif terlebih dahulu sebelum lembaga eksekutif dapat
membelanjakan anggaran.
2. Komprehensif.
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan
pengeluaran. Oleh karena itu, adanya non budgetair pada
dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat
komprehensif.
23
3. Keutuhan Anggaran.
Semua penerimaan dan belanja harus terhimpun dalam dana
umum.
4. Nondiscretionary Appropiation.
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan
secara ekonomis, efisien dan efektif.
5. Periodik.
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat
tahunan maupun multi tahunan.
6. Akurat.
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang
tersembunyi, yang dapat dijadikan sebagi kantong-kantong
pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan
munculnya understimate pendapatan dan Over estimate
pengeluaran.
7. Jelas.
Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan
tidak membingungkan.
8. Diketahui Publik.
Anggaran harus di informasikan kepada masyarakat luas.
2.3.8. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
Menurut Mahsun (2006) jenis-jenis anggaran sektor
publik terdiri dari :
1. Anggaran Operasional.
Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan
kebutuhan sehari-hari dalam menjalanakan pemerintahan
misalnya anggaran untuk pengeluaran/belanja rutin. Pengeluaran
ini manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat
menambah asset atau kekayaan bagi perusahaan.
2. Anggaran Modal/Investasi.
Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan
pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan,
24
kendaraan, perabot dan sebagainya. Belanja Modal/Investasi
merupakan contoh anggaran modal. Belanja modal ini
manfaatnya cenderung melebihi satu tahun dan akan menambah
aset atau kekayaan pemerintah.
2.3.9. Sistem Anggaran Sektor Publik
Sistem anggaran sektor publik terdiri dari empat bagian
yaitu (Mahsun, 2006) :
1. Sistem Anggaran Tradisional.
Sistem anggaran tradisional mempunyai ciri utama yaitu :
a. Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan
incrementalism yaitu penyusunan anggaran dilakukan hanya
dengan menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada
item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan data
tahun sebelumnya sebagai dasar besarnya penambahan atau
pengurangan tanpa dilakukan kajian secara mendalam.
b. Struktur dan susunan anggaran bersifat line-item artinya
anggaran disusun berdasarkan item-item penerimaan dan
pengeluaran yang pernah digunakan pada tahun sebelumnya.
2. Sistem Anggaran Kinerja (Performance Budgeting System)
Sistem anggaran kinerja ini disusun untuk mengatasi kelemahan
yang terdapat pada anggaran tradisional, terutama kelemahan
yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat
digunakan untuk megukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan
sasaran pelayanan publik.
3. Zero Based Budgeting System
Sistem penyusunan anggaran yang benar-benar didasarkan pada
kebutuhan saat ini tanpa berpatokan pada anggaran tahun lalu.
Dengan zero based budgeting penyusunan anggaran
diasumsikan mulai dari nol sehingga item-item anggaran tahun
lalu mungkin dikurangi, ditambah, atau bahkan diganti sama
sekali dengan item-item yang baru yang sesuai dengan
kebutuhan saat ini.
25
4. Planning, Programing, and Budgeting System (PPBS)
Sistem penganggaran ini didasarkan pada teori sistem yang
berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utama
adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi.
Sistem anggaran PPBS tidak mendasarkan pada struktur
organisasi tradisonal yang terdiri dari divisi-divisi, namun
berdasarkan program yaitu pengelompokkan aktivitas untuk
mencapai tujuan tertentu.
2.3.10. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik
Menurut Wikipedia Indonesia (2006) proses penyusunan
anggaran sektor publik memiliki prinsip-prinsip pokok dalam siklus
anggaran :
1. Tahap Persiapan Anggaran.
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran
atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan
masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum
menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu
dilakukan penaksiran pendapatan secara akurat. Selain itu, harus
disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran
pendapatan di estimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan
keputusan tentang anggaran pengeluaran.
2. Tahap Ratifikasi.
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang
cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak
hanya memiliki managerial skill namun juga harus mempunyai
political skill, salesman ship, dan coalition building yang
memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari
eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting
karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai
kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang
rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dari pihak legislatif.
26
3. Tahap Implementasi atau Pelaksanaan Anggaran.
Dalam tahap ini yang paling penting adalah harus diperhatikan
oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem
(informasi) dan sistem pengendalian manajemen.
4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi.
Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas.
Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi
dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka
diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan
menemukan banyak masalah.
2.4. Analisis Varians Anggaran
Menurut Harahap (1997) dalam mekanisme penerapan budget
maka satu teknis yang selalu diterapkan adalah analisis varian atau analisis
penyimpangan. Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan antara
budget dengan realisasi. Perbedaan antara angka budget dengan realisasi ini
disebut penyimpangan atau varians. Apabila kita menganggap bahwa budget
ataupun standar sudah benar dan akurat maka secara prinsip kita harus
mengusahakan agar realisasi harus sama dengan budget.
Menurut Mahsun (2006) analisis selisih anggaran adalah teknik
pengukuran kinerja tradisonal yang membandingkan antara anggaran
dengan realisasi tanpa melihat keberhasilan program. Pengukuran kinerja
ditekankan pada input, yaitu jika terjadinya overspending dan
underspending.
Menurut Shim & Siegel (2001) analisis varians membandingkan
antara kinerja standar dengan kinerja aktual dan dapat dilakukan oleh divisi,
departemen, program, produk, wilayah atau unit tanggung jawab lainnya.
Evaluasi varians dapat dilakukan secara kuartalan, bulanan, setiap hari atau
setiap jam, tergantung pada penting atau tidaknya mengidentifikasi masalah
dengan cepat. Karena kita tidak mengetahui angka aktual hingga akhir
periode, maka varians hanya dapat dilakukan pada akhir periode. Menurut
Welsch, et al. (2000) dalam mempelajari dan mengevaluasi varian untuk
27
menentukan sebab yang paling mendasarinya, kemungkinan berikut ini
perlu dipertimbangkan :
1. Varians tidak material.
2. Varians disebabkan oleh kesalahan pelaporan.
Sasaran yang direncanakan atau dianggarkan dan data aktual yang
disediakan oleh departemen akuntansi harus diperiksa kebenarannya.
3. Varians disebabkan oleh keputusan khusus manajemen.
Untuk meningkatkan efisiensi atau untuk menghadapi kemungkinan
tertentu, manajemen sering membuat keputusan yang menyebabkan
adanya varians.
4. Banyaknya varians yang dapat dijelaskan dalam hal dampak dari
faktor yang tidak dapat dikendalikan yang diidentifikasi.
5. Varians yang tidak diketahui penyebabnya harus menjadi perhatian
utama dan harus diselidiki secara teliti.
Analisis varians mencakup analisis matematis dari dua perangkat
data untuk mendapatkan pengalaman penyebab terjadinya suatu
penyimpangan. Salah satu jumlah diperlakukan sebagai dasar, standar, atau
titik pedoman. Analisis Varians mempunyai aplikasi yang luas dalam
pelaporan keuangan. Sering diaplikasikan dalam situasi sebagai berikut
(Welsch, et al., 2000) :
1. Penyelidikan varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku dan
hasil aktual dari periode sebelumnya dianggap sebagai dasar.
2. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan biaya standar. Biaya
standar digunakan sebagai standar.
3. penyelidikan varians antara hasil aktual dan sasaran yang
direncanakan atau dianggarkan digunakan sebagai dasar.
2.5. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Purwanto (1993) yang mengkaji penggunaan
anggaran sebagai alat pengendalian dan performance evaluation pada rumah
sakit XYZ menyatakan bahwa rumah sakit harus dapat memenuhi
keperluan dana dari menarik bayaran untuk setiap pelayanan yang diberikan.
Rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat umum,
28
sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. Dalam hal ini rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan dana yang terus meningkat mengharuskan rumah sakit
melakukan pengendalian. Dalam melakukan pengendalian rumah sakit harus
membagi menjadi profit center dan cost center.
Hanifa (2001) meneliti mengenai anggaran sebagai alat
perencanaan dan pengendalian biaya produksi pada PT “X”. Peneliti hanya
memfokuskan pada anggaran biaya produksi. Tujuan dari penelitiannya
yaitu untuk melihat apakah proses penyusunan anggaran pada PT “X” sudah
berjalan secara efisien sehingga memperoleh anggaran yang dapat
diandalkan serta untuk mengetahui dan mengevaluasi penyimpangan yang
terjadi antara anggaran dengan realisasi. Hasil penelitian tersebut yaitu
bahwa prosedur penyusunan anggaran pada PT “X” masih belum dapat
dikatakan efisien karena penggunaan waktu penyusunan anggaran masih
terlalu lama, masih diperlukan adanya penyederhanaan tata cara pada
tahapan penyusunan anggaran, dan masih kurang kerjasama dan koordinasi
antar departemen. Selain itu, hasil penyimpangan tersebut juga
menunjukkan bahwa penyimpangan biaya antara anggaran dengan
realisasinya masih dalam batas wajar pengendalian manajemen.
Wulandari (2005) meneliti mengenai penerapan anggaran pada
badan usaha berbentuk koperasi. Penelitian dilaksanakan pada Koperasi
Karyawan Indocement (KKI). Hasil dari penelitian tersebut bahwa ada
beberapa faktor yang menyebabkan KKI menerapkan penganggaran. Faktor-
faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal
antara lain : memudahkan pengendalian, peningkatan SHU dan Badan
Pengawasan KKI. Faktor eksternal antara lain : tuntutan PT Indocement Tbk
dan persaingan usaha. Proses penyusunan anggaran KKI menggunakan
metode campuran yaitu Top Down dan Bottom Up. Fungsi anggaran bagi
KKI antara lain sebagai alat perencanaan, pengendalian dan pengukuran
kinerja.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Rumah sakit agar tujuannya tercapai membutuhkan suatu kinerja
yang maksimal. Hal ini dilakukan dengan cara penyusunan anggaran yang
efektif dan efisien agar setiap dana yang dianggarkan dapat memberikan
kontribusi yang maksimal untuk setiap kegiatannya. Anggaran memiliki
fungsi diantaranya sebagai alat pengendalian. Salah satu anggaran yang
disusun oleh BRSD Ciawi adalah anggaran belanja. Rumah sakit dalam
menyusun anggaran belanja memiliki faktor-faktor yang dapat menjadi
bahan pertimbangan mengapa anggaran belanja tersebut dibuat dan apa
manfaat yang dapat diperoleh bagi rumah sakit apabila anggaran belanja
ditetapkan.
Pada saat menyusun anggaran BRSD Ciawi memiliki prosedur-
prosedur sebelum anggaran belanja tersebut ditetapkan. Sehingga, setelah
anggaran belanja dilaksanakan dan memperoleh hasil dari penggunaannya
yaitu berupa realisasi, maka BRSD Ciawi dapat melaksanakan evaluasi
terhadap anggarannya, yaitu dengan membandingkan antara anggaran
belanja yang disusun dengan realisasi melalui analisis varians dan
melakukan uji hipotesis yaitu t-test untuk mengetahui apakah penyimpangan
tersebut masih dalam batas pengendalian. Sehingga pada akhirnya dapat
memberikan rekomendasi terhadap hasil dari penggunaan anggaran belanja
tersebut. Untuk lebih lengkap dijelaskan pada Gambar 1.
30
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Pentingnya Anggaran Belanja
BRSD Ciawi
Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja
Faktor-Faktor yang Menjadi Bahan Pertimbangan
dalam Penyusunan Anggaran Belanja
uji t
Hasil Evaluasi Anggaran Belanja
BRSD Ciawi
Evaluasi terhadap Anggaran Belanja
sebagai Alat Pengendalian
Analisis Penyimpangan
(Varians)
Laporan Anggaran Belanja dengan Realisasi
31
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di BRSD Ciawi yang berlokasi di Jalan
Raya Puncak No. 479 Ciawi Bogor. Penelitian dilaksanakan selama tiga
bulan yang dimulai dari bulan Januari sampai dengan Maret 2007.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan
wawancara dengan pihak rumah sakit atau pihak-pihak lainnya yang
berhubungan dengan masalah rumah sakit (key-informants), serta
hasil pencatatan lapangan. Data sekunder diperoleh dari
pengumpulan data keuangan yang dimiliki oleh rumah sakit dan
berbagai sumber kepustakaan mengenai anggaran.
3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data menggunakan analisis varians anggaran.
Dasar penilaiannya yaitu dengan penyelidikan varians antara
realisasi dengan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan.
Dalam anggaran biaya, jika biaya realisasi lebih besar daripada
budget maka dianggap tidak menguntungkan (unfavorable).
Sebaliknya jika realisasi lebih rendah dari anggaran, maka dianggap
menguntungkan (favorable). Pengolahan data anggaran tersebut
menggunakan software komputer Microsoft Excel 2003 untuk
analisis varians dan mengukur apakah penyimpangan anggaran
belanja masih dalam batas pengendalian dengan melakukan uji t
menggunakan alat bantu software Statistical Packages for The
Social Sciences SPSS 10.0 serta analisis deskriptif.
Uji hipotesis dengan menggunakan t-test untuk mengukur
apakah penyimpangan anggaran dengan realisasi masih dalam batas
pengendalian. Menurut Riduwan (2005) tujuan dari uji t adalah
untuk membandingkan apakah kedua data (variabel) tersebut sama
atau berbeda.Langkah-langkah dalam Uji t menurut Riduwan (2005)
yaitu :
32
1. Buatlah Ha dan Ho dalam uraian kalimat.
Ho : Penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dan
realisasinya masih dalam batas pengendalian.
Ha : Penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dan
realisasinya tidak dalam batas pengendalian.
2. Mencari t hitung .
Rumus t :
2nn )1n( )1n(
S
n1
n1S
xx t
21
2
222
11
21
21
ss−+−+−
=
+
−=
Keterangan :
1X = Rataan nilai anggaran belanja
2X = Rataan nilai realisasi anggaran belanja
n1 = Jumlah laporan anggaran belanja
n2 = Jumlah laporan realisasi belanja
X1 = Anggaran Belanja
X2 = Realisasi anggaran Belanja
S1 = Simpangan baku X1 (Anggaran Belanja)
S2 = Simpangan baku X2 (realisasi belanja)
3. Tentukan terlebih dahulu taraf signifikan (α ) kemudian dicari
ttabel dengan ketentuan db = n-1.
Taraf nyata yang digunakan yaitu α = 5 %
33
4. Tentukan kriteria pengujian.
Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
5. Bandingkan antara t hitung dengan t tabel dan gambarlah posisinya.
6. Buatlah kesimpulan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum BRSD Ciawi
4.1.1. Sejarah Singkat BRSD Ciawi
Badan Rumah Sakit Daerah (BRSD) Ciawi merupakan salah
satu dari 2 buah rumah sakit daerah yang ada di Kabupaten Bogor
yang beralamat di Jalan Raya Puncak No. 479 Ciawi Bogor.
Awalnya BRSD Ciawi yaitu sekitar tahun 1986 adalah rumah sakit
yang masih sangat sederhana, baik aspek sarana dan prasarananya
maupun aspek sumberdaya manusianya.
Pada tahun 1993, RSD Ciawi meningkat menjadi rumah sakit
tipe C berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 009D/Menkes/5/1993 dengan kapasitas 111
tempat tidur dan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Bogor Nomor 45/07/Kpts/Ortala/1993 tanggal 31
Desember 1993 yang secara administrasi statusnya dibawah
naungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.
Dalam perkembangannya selama beberapa periode, RSD
Ciawi menunjukan peningkatan yang cukup baik, seperti
peningkatan sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia
sehingga pada bulan Desember tahun 2002, Rumah Sakit Daerah
Ciawi berubah status menjadi Badan Rumah Sakit Daerah Ciawi
atau disingkat BRSD Ciawi berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Bogor No. 29 tahun 2002 mengenai pembentukan Badan
Rumah sakit Daerah Ciawi Kabupaten Bogor yaitu bahwa dalam
upaya mendorong agar rumah sakit daerah dapat lebih mampu
mengantisipasi perubahan, perkembangan, peluang dan tantangan
yang akan dihadapi pada masa yang akan datang sehingga mampu
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat sesuai semangat
otonomi luas didaerah, perlu dilakukan perubahan status
kelembagaan Rumah Sakit Umum daerah sebagai Unit Pelaksana
35
Teknis Dinas pada Dinas Kesehatan menjadi Badan Rumah Sakit
daerah yang mandiri.
4.1.2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Fungsi BRSD Ciawi
Visi BRSD Ciawi adalah terwujudnya pelayanan yang
bermutu dan terjangkau bagi seluruh jenis pelayanan dengan
unggulan Instalasi Gawat Darurat Tahun 2006 berdasarkan iman dan
taqwa.
Misi BRSD Ciawi adalah :
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
2. Meningkatkan fasilitas pendukung pelayanan berupa sarana dan
prasarana sesuai dengan standar pelayanan kesehatan khususnya
di Instalasi Gawat Darurat.
3. Meningkatkan pengelolaan manajemen yang profesional dan
keterbukaan.
4. Meningkatkan jalinan kerjasama dengan pihak ketiga dalam
upaya memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Tujuan BRSD Ciawi yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM.
2. Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana penunjang pelayanan
khususnya IGD dan HCU.
3. Terwujudnya pengelolaan manajemen yang profesional dan
keterbukaan.
4. Terciptanya jalinan kerjasama dengan pihak ketiga dalam upaya
memberikan pelayanan di rumah sakit.
Sasaran yang ditetapkan oleh BRSD Ciawi sebagai tolak
ukur untuk mencapai Visi Misi dan Tujuan rumah sakit adalah :
1. Tersedianya jumlah SDM yang terampil dan terlatih.
2. Ketersediaan jenis sarana medis.
3. Ketersediaan jenis prasarana penunjang medis.
4. Terwujudnya produk-produk unggulan.
36
5. Tersedianya instrumen manajerial rumah sakit.
6. Terlaksananya akurasi sistem informasi rumah sakit.
7. Terkoreksinya kekurangan/penyimpangan pelaksanaan tugas.
8. Terlaksananya bimbingan akreditasi rumah sakit menjadi 12
pelayanan.
9. Terwujudnya kerjasama pihak ketiga.
10. Terwujudnya HUMAS rumah sakit.
Fungsi BRSD Ciawi adalah :
1. Penyelenggaraan kebijakan operasional pelayanan medik.
2. Penyelenggaraan kebijakan operasional pelayanan penunjang
medik dan non medik.
3. Penyelenggaraan kebijakan operasional pelayanan dan asuhan
keperawatan.
4. penyelenggaraan kebijakan operasional pendidikan dan
pelatihan.
5. penyelenggaraan kebijakan operasional penelitian dan
pengembangan.
6. penyelenggaraan kebijakan operasional tugas pembantuan
bidang pelayanan.
4.1.3. Letak dan Lokasi BRSD Ciawi
Letak : 6.19 - 6.47 Lintang Selatan
106.21 - 107.13 Bujur Timur
Lokasi :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan DKI Jakarta, Kab. Tangerang,
Kota Tangerang dan Kab. Bekasi.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan kab. Cianjur dan Kab.
Karawang.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Sukabumi.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Lebak.
5. Sebelah Tengah terletak Kota Bogor.
Luas Tanah : 19.420 M2
Luas bangunan : 5.393 M2
37
4.1.4. Fasilitas Pelayanan BRSD Ciawi
Fasilitas pelayanan BRSD Ciawi terdiri dari :
1. Fasilitas Medis
a. Instalasi rawat jalan merupakan Instalasi yang memberikan
pelayanan spesialistik sesuai dengan fungsi rumah sakit
sebagai pelayan rujukan, meliputi Poliklinik Gigi, Poliklinik
Kebidanan, Poliklinik Anak, Poliklinik Bedah, Poliklinik
Penyakit Dalam, Poliklinik Mata, Poliklinik THT, Poliklinik
Paru-Paru, Poliklinik Neurologi, Poliklinik Kulit dan
Kelamin, Poliklinik Gizi, Poliklinik Orthopedi, dan unit
pelayanan spesialistik pada pelayanan medis yaitu
rehabilitasi medik.
b. Instalasi rawat inap yang merupakan kegiatan pokok layanan
kesehatan di rumah sakit dimana penderita akan
mendapatkan tindakan pengobatan yang memerlukan
perawatan inap di rumah sakit. Meliputi :
i. Rawat Inap Penyakit Dalam yaitu Dahlia dan Aster
dengan kapasitas tempat tidur 30 buah.
ii. Rawat Inap Anak yaitu Melati dengan kapasitas tempat
tidur 20 buah.
iii. Rawat Inap Bedah yaitu Anggrek dengan kapasitas
tempat tidur 23 buah.
iv. Rawat Inap Kebidanan yaitu Mawar dengan Kapasitas
tempat tidur 12 buah.
v. Rawat Inap Bayi yaitu Cempaka dengan kapasitas tempat
tidur 14 buah.
vi. Rawat Inap Utama yaitu Jasmin dengan kapasitas tempat
tidur 17 buah.
c. Instalasi Gawat Darurat.
Merupakan pelayanan kegawat daruratan yang merupakan
unggulan dari pelayanaan BRSD Ciawi.
38
d. Instalasi Bedah Sentral
Merupakan layanan bedah yang sifatnya invasive. Tindakan
operasi merupakan kegiatan pokok instalasi tersebut
sehingga pemenuhan peralatan tindakan maupun penunjang
tindakan harus dilaksanakan untuk kelancaran tindakan
medis.
e. Instalasi Laboratorium.
f. Instalasi Radiologi.
g. Instalasi Rehabilitasi Medik.
h. Instalasi Perawatan Jenazah.
i. Instalasi Gizi.
j. Instalasi Farmasi.
k. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit.
2. Fasilitas Prasarana
BRSD Ciawi memiliki rencana pengembangan dengan akan
dibangunnya gedung 4 (empat) lantai sesuai dengan master plan
BRSD Ciawi 2004-2014. Gedung tersebut akan dimanfaatkan
untuk pengembangan pelayanan spesialistik, pengembangan
rawat inap, penambahan pelayanan penunjang medis yaitu ruang
isolasi, ICU, ICCU, pengembangan gawat darurat dan
penunjangnya serta pengembangan bisnis lain seperti apotik,
bank dan lain-lain.
3. Sumber daya Manusia
BRSD Ciawi memiliki sumber daya manusia sebanyak 350
orang yang terdiri dari Tenaga Medis yaitu Medis dan
Paramedis, serta Tenaga Non Medis yang terdiri dari Strata 2,
Strata 1, Sarjana Muda, SLTA, SLTP, dan SD.
39
4.1.5 Struktur Organisasi BRSD Ciawi
Struktur organisasi dibutuhkan pada proses penyusunan
anggaran yang dapat digunakan untuk mengetahui arah dari
pemberian wewenang dan instruksi serta koordinasi diantara
perangkat organisasi.
Struktur organisasi BRSD Ciawi berdasarkan pada Peraturan
Daerah Kabupaten Bogor Nomor 30 Tahun 2002, tanggal 25
Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Rumah Sakit
Daerah Ciawi Kabupaten Bogor. Pada Bab III pasal 6 dijelaskan
bahwa susunan organisasi BRSD ciawi, terdiri dari :
1. Kepala Badan, yang sehari-hari disebut Direktur.
2. Sekertariat, membawahi :
a. Sub Bagian Umum.
b. Sub Bagian Kepegawaian.
c. Sub Bagian Rekam Medis dan Laporan.
3. Bidang Pelayanan, membawahi :
a. Sub Bidang Pelayanan Medik.
b. Sub Bidang Pelayanan Penunjang Medik dan Non Medik.
c. Sub Bidang Program Pelayanan.
4. Bidang Keperawatan, membawahi :
a. Sub Bidang Pelayanan dan Asuhan keperawatan.
b. Sub Bidang Etika dan Mutu Keperawatan.
c. Sub Bidang Program Keperawatan.
5. Bidang Keuangan, membawahi :
a. Sub Bidang Anggaran.
b. Sub Bidang Akuntansi dan Verifikasi.
c. Sub Bidang Perbendaharaan.
6. Instalasi-Instalasi.
7. Komite Medik.
8. Komite Keperawatan.
9. Staf Medik Fungsional.
40
10. Paramedik Fungsional dan Tenaga Non Medik.
11. Satuan Pengawas Intern.
Adapun tugas pokok dari Sub Bidang Anggaran
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2002 pasal 15
bahwa Sub Bidang Anggaran pada BRSD Ciawi mempunyai tugas
yaitu membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyusunan
anggaran serta pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan
pelaporan tugas-tugas anggaran BRSD Ciawi. Dengan uraian tugas
yaitu :
1. Menyusun rencana kerja Sub Bidang Anggaran
2. Memberi petunjuk tata cara kerja, pendistribusian tugas,
tanggung jawab, dan target kerja kepada para pelaksana.
3. Melaksanakan pengendalian, monitoring dan evaluasi kegiatan
pelaksanaan.
4. Membuat laporan hasil kegiatan Sub Bidang Anggaran.
5. Berkoordinasi dengan pemegang kas dalam hal anggaran.
6. Menyusun konsep rencana anggaran BRSD Ciawi bersama unit
terkait.
7. Memberikan saran-saran dan pertimbangan kepada Kepala
Bidang Keuangan dalam hal anggaran.
8. Berkoordinasi dengan unit terkait dalam pelaksanaan kegiatan
anggaran.
Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi BRSD Ciawi
disajikan pada Lampiran 1.
41
4.2. Faktor-Faktor Yang Menjadi Bahan Pertimbangan Dalam Penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2002 Bab VII pasal
31 dijelaskan Bahwa Sistem Pengelolaan Keuangan BRSD Ciawi memiliki
kewenangan yaitu dalam penggunaan langsung penerimaan fungsional
BRSD Ciawi, serta perencanaan pendapatan dan pembiayaan BRSD Ciawi
yang termuat dalam APBD.
Dalam penyusunan anggaran pada BRSD Ciawi, tentunya ada
beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu :
1. Jumlah Kunjungan Pasien.
Untuk menyusun anggaran belanja salah satunya dengan perkiraan
jumlah pasien pada tahun yang akan berjalan, berdasarkan data jumlah
kunjungan pasien sebelumnya, serta BOR (Bed Occupation Rates) rata-
rata tingkat hunian kamar untuk perkiraan kebutuhan rawat inap.
Perkiraan terhadap jumlah kunjungan pasien akan berpengaruh pada
penentuan anggaran belanja seperti alat-alat kedokteran, alat-alat tenun
pasien, alat-alat operasi, blanko-blanko perawatan, biaya makan untuk
PMT, serta biaya Gakin.
2. Jenis Penyakit.
Jenis penyakit digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
menyusun anggaran dengan didasarkan pada jumlah jenis penyakit
terbanyak pasien yang berkunjung pada tahun sebelumnya, serta
perkiraan jenis penyakit pada tahun berikutnya. Dengan memperkirakan
jenis penyakit terbanyak dapat menentukan berapa anggaran yang akan
ditetapkan untuk kebutuhan obat-obatan, alat-alat kesehatan jenis pakai
seperti plester, perban, bahan-bahan labolatorium dan biaya rontgen dan
EKG.
3. Rencana Penambahan Sarana Medis dan Non Medis.
Kondisi alat-alat kedokteran atau sarana medis yang sudah rusak
menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menyusun
anggaran. Selain itu juga anggaran yang ditetapkan untuk pengadaan
42
alat-alat kedokteran disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit serta
dengan melihat rencana rumah sakit untuk peningkatan pelayanan.
4. Jumlah Tempat Tidur.
Jumlah tempat tidur yang tersedia yang menjadi salah satu faktor
pertimbangan karena kebutuhan akan perawatan kedokteran, seperti
penambahan jumlah tempat tidur untuk meningkatkan kapasitas
pelayanan rumah sakit dapat menambah anggaran rumah sakit.
Sehingga, daya tampung rumah sakit dapat bertambah sesuai dengan
kebutuhan akan perawatan kedokteran.
5. Rencana Penambahan Pelayanan Baru.
Penambahan pelayanan baru dapat meningkatkan anggaran belanja
rumah sakit. Seperti pada tahun 2006 BRSD Ciawi akan menambah
pelayanan baru yaitu tenaga dokter spesialis Ortodontik.
6. Penambahan Jumlah Pegawai.
Penambahan pegawai merupakan salah satu faktor yang menjadi
pertimbangan dalam penyusunan anggaran. Apabila kapasitas rumah
sakit bertambah, maka harus diimbangi oleh penambahan jumlah
pegawai terutama tenaga medis. Penambahan jumlah pegawai dapat
merubah besarnya anggaran belanja pegawai.
7. Peraturan Pemerintah.
Peraturan pemerintah yang menyangkut mengenai kebijakan kenaikan
gaji pegawai negeri ataupun honor dapat menjadi pertimbangan dalam
menyusun anggaran. Selain itu juga, kebijakan pemerintah lainnya
seperti kenaikan BBM dapat mempengaruhi peningkatan biaya
perjalanan dinas baik belanja aparatur maupun belanja publik.
8. Anggaran Belanja Sebelumnya.
Anggaran tahun sebelumnya sangat berpengaruh dalam penyusunan
anggaran, karena anggaran belanja yang akan dibuat dapat diestimasi
diantaranya berdasarkan pada anggaran belanja tahun sebelumnya.
9. Kondisi Perekonomian Indonesia.
Untuk penyusunan anggaran belanja juga dipertimbangkan keadaaan
perekonomian Indonesia yaitu tingkat inflasi serta harga standar
43
Pemerintah Daerah Kab. Bogor. Penyusunan anggaran belanja sendiri
disesuaikan dengan kemampuan pemerintah daerah Kabupaten Bogor.
Tabel 1. Faktor-faktor Pertimbangan Penyusunan Anggaran BRSD Ciawi
No Faktor-Faktor Pertimbangan Penyusunan Anggaran BRSD Ciawi 1 Jumlah Kunjungan Pasien 2 Jenis Penyakit 3 Rencana Penambahan Sarana Medis dan Non Medis 4 Jumlah Tempat Tidur 5 Rencana Penambahan Pelayanan Baru 6 Penambahan Karyawan 7 Peraturan Pemerintah 8 Anggaran Belanja Sebelumnya 9 Kondisi Perekonomian Indonesia
4.3. Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi
Anggaran Belanja yang dibuat pada BRSD Ciawi mengacu pada
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman,
Pengurusan, Pertanggung Jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta
Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Metode penyusunan anggaran
BRSD Ciawi adalah dengan cara campuran (Top Down dan Bottom Up).
Prosedur penyusunan anggaran BRSD Ciawi sebagai berikut :
1. Pembuatan Surat Edaran untuk Setiap Ruangan.
Pada BRSD Ciawi prosedur penyusunan anggaran dimulai dari
pembuatan surat edaran dari Direktur BRSD Ciawi untuk setiap ruangan
pada BRSD Ciawi. Setelah itu, masing-masing kepala ruangan
menyusun kebutuhan-kebutuhan ruangan untuk anggaran tahun berjalan.
Pembuatan surat edaran dan format anggaran dilaksanakan pada bulan
oktober tahun anggaran sebelumnya.
2. Sosialisasi Format Anggaran.
Sosialisasi format anggaran dilakukan setelah pembuatan surat edaran
untuk setiap kepala ruangan. Sosialisasi format anggaran dilakukan oleh
kepala Sub. Bidang Anggaran kepada semua kepala ruangan untuk
44
menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan setiap ruangan seperti alat-alat
tenun, seprai pasien, obat-obatan, alat kedokteran, alat tulis kantor, alat
kebersihan dan pemeliharaan dan lain-lain. Sosialisasi format anggaran
dilaksanakan pada bulan oktober tahun anggaran sebelumnya.
3. Pengumpulan Data Usulan Kebutuhan Ruangan.
Setelah kepala ruangan menginventarisasi dan mengisi format anggaran,
kemudian usulan kebutuhan dalam bentuk format anggaran tersebut
disampaikan oleh kepala ruangan kepada masing-masing kepala
instalasi untuk dibuat rekapitulasi data kebutuhan setiap instalasi.
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Oktober tahun sebelumnya.
4. Pengumpulan Data Rekapitulasi Kebutuhan Instalasi.
Setiap kepala Instalasi merekapitulasi kebutuhan-kebutuhan yang akan
dianggarkan pada tahun 2006. Kemudian setiap kepala Instalasi
menyerahkan rekapitulasi kebutuhan tersebut kepada kepala bidang
melalui kepala Sub Bidang, sesuai dengan bidang-bidang yang ada pada
BRSD Ciawi yaitu bidang perawatan, bidang pelayanan, bidang
keuangan dan bidang sekretaris. Prosedur ini dilaksanakan pada bulan
Oktober tahun anggaran sebelumnya.
5. Penyusunan dan Pengetikan Konsep Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK). Setelah mengelompokkan data rekapitulasi kebutuhan instalasi sesuai
dengan bidang-bidangnya, kemudian dilakukan penyusunan data-data
rekapitulasi kebutuhan oleh masing-masing kepala bidang secara
keseluruhan dan dilakukan pengetikan konsep Rencana Anggaran
Satuan Kerja (RASK). Konsep RASK tersebut kemudian diserahkan
kepada direktur BRSD Ciawi dan sebagai tembusan kepada tim
anggaran BRSD Ciawi yang telah dibentuk, yang terdiri dari direktur,
kepala-kepala bidang BRSD Ciawi, dan kepala sub.bidang anggaran
BRSD Ciawi. Prosedur ini dilaksanakan pada bulan Nopember tahun
anggaran sebelumnya.
Urutan penyusunan RASK yaitu :
a. Pengisian formulir Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Tugas Pokok dan
Fungsi dari BRSD Ciawi.
45
b. Pengisian formulir Program pada BRSD Ciawi yang akan diadakan
pada tahun anggaran berikutnya.
c. Pengisian formulir kegiatan untuk setiap program yang akan
diadakan pada BRSD Ciawi.
d. Pengisian formulir anggaran belanja langsung per kegiatan.
e. Pengisian formulir rekapitulasi anggaran belanja langsung.
f. Pengisian formulir rekapitulasi anggaran belanja tidak langsung.
g. Pengisian formulir anggaran belanja tidak langsung per kegiatan.
h. Pengisian formulir rekapitulasi anggaran belanja.
Gambar 2. Urutan Penyusunan Rencana Anggaran Satuan Kerja.
Keterangan :
Formulir S 1 : Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Tugas Pokok, Fungsi.
Formulir S 2 : Program
Formulir S 2 A : Kegiatan Per Program
Formulir S 3 : Ringkasan Anggaran
Formulir S 3 B : Rekapitulasi Anggaran Belanja
Formulir S 3 B1 : Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung
Formulir S 3 B1.1 : Anggaran Belanja Langsung Per Kegiatan
Formulir S 3 B2 : Rekapitulasi Anggaran Belanja Tidak Langsung
Formulir S 3 B2.1 : Anggaran Belanja Tidak Langsung Per Kegiatan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
(2) Formulir S 2
(3) Formulir S 2 A
(9) Formulir
S 3
(4) Formulir S 3 B1.1
(7) Formulir S 3 B2.1
(5) Formulir S 3 B1
(6) Formulir S 3 B2
(8) Formulir
S 3 B
(1) Formulir S 1
46
6. Penelitian RASK dan Perubahan Anggaran
Tim anggaran BRSD Ciawi membahas, mengedit kode rekening, dan
menyesuaikan dengan plafont anggaran. Setelah konsep RASK tersebut
selesai diteliti kemudian dibuat dalam bentuk RASK yang akan
diajukan pada Tim Anggaran Eksekutif yaitu pemerintah daerah Kab.
Bogor, serta tim anggaran Legislatif yaitu DPRD Kab. Bogor. Prosedur
ini dilaksanakan pada bulan Nopember dan Desember tahun anggaran
sebelumnya.
7. Pengesahan Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK)
RASK disampaikan oleh Tim Anggaran BRSD Ciawi kepada tim
Anggaran Eksekutif yang mengevaluasi dan menganalisis kesesuaian
antara anggaran BRSD Ciawi dengan program dan kegiatan yang
direncanakan unit kerja, kesesuaian program dan kegiatan dengan tugas
pokok dan fungsi unit BRSD Ciawi, serta kewajaran antara anggaran
dengan target kinerja berdasarkan SAB yang telah diperhitungkan. Pada
akhirnya, setelah dilakukan perbaikan oleh tim anggaran Eksekutif dan
disetujui oleh tim anggaran Legislatif, RASK ditetapkan dalam bentuk
peraturan daerah dan setelah disahkan kemudian dibuatlah Dokumen
Anggaran Satuan Kerja (DASK). Pengesahan DASK dilaksanakan pada
tanggal 1 Januari tahun anggaran tersebut.
8. Revisi anggaran dilakukan oleh BRSD Ciawi pada semester kedua tahun
anggaran berjalan dengan tahapan sama seperti prosedur penyusunan
anggaran. Revisi anggaran dilaksanakan sejak bulan juli sampai oktober
setiap tahun anggaran berjalan. Revisi anggaran dilakukan karena
perubahan kondisi eksternal yang menyebabkan asumsi, target dan
tujuan anggaran tidak sesuai lagi misalnya peningkatan inflasi,
perubahan kebijakan pemerintah, dan lain-lain
47
ALUR PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN BELANJA BRSD CIAWI
Gambar 3. Alur Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi
Pembuatan Surat Edaran dan
Format Anggaran
Sosialisasi Format
Anggaran
Mengumpulkan data usulan
kebutuhan setiap ruangan
Penelitian konsep RASK
Perbaikan RASK
Pembuatan DASK
Mengumpulkan data rekapitulasi kebutuhan setiap
instalasi
Penyusunan dan pengetikan konsep
RASK
48
4.4. Anggaran Belanja BRSD Ciawi
Anggaran Belanja BRSD Ciawi Tahun 2006 terdiri dari Belanja
Aparatur dan Belanja Pelayanan Publik. Masing-masing bagian belanja
dirinci menurut kelompok belanja yang meliputi Belanja Administrasi
Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan serta Belanja Modal. Format
susunan anggaran belanja disusun berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 29 Tahun 2002. Adapun kelompok belanja tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kelompok Belanja Anggaran Belanja BRSD Ciawi
No Program No Program
1 Belanja Aparatur 2 Belanja Publik 1.1 Belanja Pegawai 2.1 Belanja Pegawai 1.2 Belanja Barang & Jasa 2.2 Belanja Barang & Jasa 1.3 Biaya Perjalanan Dinas 2.3 Biaya Perjalanan Dinas 1.4 Belanja Pemeliharaan 2.4 Biaya Pemeliharaan
2.5 Belanja Modal
4.5. Evaluasi Anggaran Belanja BRSD Ciawi Sebagai Pengendalian
Pengendalian pada anggaran yaitu membandingkan antara
anggaran yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Perbandingan antara
anggaran dan realisasi tersebut akan menghasilkan suatu penyimpangan dan
perlu dicari penyebabnya. Ada dua tahap dalam melakukan evaluasi
terhadap anggaran sebagai alat pengendalian yaitu dengan melakukan
analisis varians (penyimpangan) untuk mengetahui penyimpangan yang
terjadi antara anggaran dengan realisasi, serta melakukan uji hipotesis
dengan t-test untuk mengetahui apakah penyimpangan yang terjadi masih
dalam batas pengendalian.
4.5.1. Analisis Varians
Untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi pada
Anggaran Belanja BRSD Ciawi dilakukan perbandingan dengan
menggunakan analisis varians yaitu apabila anggaran belanja lebih
tinggi dari realisasi maka penyimpangannya favorable dan apabila
realisasi lebih tinggi dari anggaran belanja yang ditetapkan maka
49
penyimpangannya unfavorable. Analisis varians dilaksanakan pada
beberapa program anggaran belanja BRSD Ciawi pada tahun 2005
dan 2006.
1. Anggaran Belanja BRSD Ciawi Tahun 2005.
Pada anggaran belanja BRSD Ciawi tahun 2005 dilakukan
analisis varians untuk program-program yang dilaksanakan pada
tahun tersebut. Secara keseluruhan, anggaran belanja BRSD
Ciawi tahun 2005 sebesar Rp 21.646.117.000 dengan besarnya
realisasi sebesar Rp 18.702.436.579 sehingga setelah dilakukan
analisis varians, penyimpangan yang terjadi favorable sebesar
Rp 2.943.680.421 dengan besarnya persentase penyimpangan
anggaran sebesar 13,6 %. Hasil perhitungan dapat dilihat pada
Lampiran 3.
a. Belanja Aparatur.
Terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, biaya
perjalanan dinas, dan belanja pemeliharaan. Belanja aparatur
secara keseluruhan mengalami penyimpangan
anggaran sebesar 11,49 % dengan nilai anggaran belanja
sebesar Rp 5.887.429.000 dan realisasi sebesar
Rp 5.210.821.505. Penyimpangan yang terjadi sebesar
Rp 676.607.495 yaitu favorable. Penyimpangan ini
dikarenakan ada beberapa program dari belanja aparatur
yang mengalami penyimpangan.
i. Belanja Personalia.
Penyimpangan yang terjadi pada belanja personalia
sebesar Rp 578.425.245 yaitu persentase perubahan
penyimpangan terhadap anggaran sebesar 11,74 %
dengan jumlah anggaran sebesar Rp. 4.925.640.000 dan
realisasi sebesar Rp 4.347.214.755. Pada program
belanja personalia penyimpangan yang terjadi karena ada
beberapa mata anggaran dari belanja personalia yang
mengalami penyimpangan seperti gaji pokok pegawai
50
penyimpangannya sebesar 12,41 %, tunjangan keluarga
sebesar 20,01 %, tunjangan jabatan sebesar 15,6 %,
tunjangan fungsional sebesar 6,82 %, tunjangan beras
sebesar 26,43 %, tunjangan askes sebesar 15,81 %,
tunjangan kegiatan 7,16 %, tunjangan asuransi hari tua
8,59 %, tunjangan daerah 8,43 %. Seluruh mata
anggaran tersebut mengalami kelebihan anggaran karena
dipersiapkan untuk cadangan dana, bagi pegawai yang
mengalami kenaikan jabatan atau mutasi. Sedangkan
untuk program seperti pembulatan gaji, mengalami
penyimpangan anggaran sebesar 22,21 % yang berarti
penyimpangan tersebut dikategorikan favorable. Dana
yang dianggarkan untuk pembulatan gaji tidak habis
digunakan yaitu penggunaan dana disesuaikan dengan
kebutuhan untuk kegiatan pembulatan gaji tersebut.
Untuk program honorarium bulanan persentase
penyimpangan sebesar 3,67 % dan honorarium harian
lepas persentase penyimpangan anggaran sebesar 3 %.
Dana yang tersisa dari anggaran tidak habis digunakan
karena dana yang direalisasikan sudah sesuai dengan
kebutuhan untuk membayar honorarium pegawai. Untuk
program beasiswa atau bantuan tugas, dana yang
dianggarkan tidak jadi digunakan atau realisasinya nol
sehingga anggaran yang telah disediakan tidak
terealisasikan dan persentase penyimpangan anggaran
yang terjadi sebesar 100 %.
ii. Belanja Barang dan Jasa.
Belanja barang dan jasa secara keseluruhan mengalami
penyimpangan yang favorable yaitu besar persentase
penyimpangan sebesar 16,9 %. Jumlah anggaran belanja
untuk belanja barang dan jasa sebesar Rp 575.698.000
dengan realisasi sebesar Rp 478.393.500 sehingga
51
penyimpangan anggaran terhadap realisasinya
sebesar Rp 97.304.500. Untuk belanja barang dan jasa
penyimpangan tersebut terjadi dikarenakan dua alasan
yang pertama yaitu program biaya listrik yang
mengalami penyimpangan yang favorable dengan
persentase penyimpangan sebesar 37,04 % sehingga
adanya dana sisa anggaran yang tidak digunakan. Yang
kedua yaitu program makanan dan minuman rapat,
realisasinya dibawah anggaran yang ditetapkan dengan
besarnya persentase penyimpangan sebesar 33,33 %
sehingga terjadi penyimpangan yang favorable.
iii. Belanja Perjalanan Dinas.
Belanja perjalanan dinas hanya mengalami
penyimpangan sebesar 0,001 % sehingga dapat
disimpulkan bahwa anggaran yang tersedia sudah
terealisasikan sesuai dengan ketentuan dana yang
dianggarkan.
iv. Belanja Pemeliharaan.
Anggaran yang ditetapkan untuk belanja pemeliharaan
sebesar Rp 281.154.000 dengan realisasi sebesar
Rp 280.277.050 penyimpangan yang terjadi sebesar
Rp 876.950 persentase perubahan penyimpangan
terhadap anggaran sebesar 0,31 %. Penyimpangan
terjadi karena adanya penyimpangan yang favorable
dari program belanja pemeliharaan instalasi air bersih
dengan persentase penyimpangan anggaran sebesar
0,57 %, belanja pemeliharaan jaringan telepon
persentase penyimpangannya sebesar 2,49 %, dan biaya
pemeliharaan bangunan tempat kerja sebesar 0,29 %.
Dana yang dianggarkan tidak habis digunakan karena
sudah disesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan,
penyimpangan yang unfavorable terjadi pada belanja
52
pemeliharaan jaringan air minum sebesar -0,17 %
dikurangi anggarannya karena adanya efisiensi dari
program tersebut.
b. Belanja Publik.
Belanja publik terdiri dari beberapa program yaitu belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, biaya perjalanan dinas,
biaya pemeliharaan, serta belanja modal. Belanja publik
secara keseluruhan memiliki alokasi anggaran sebesar
Rp 15.758.688.000 dengan realisasi untuk tahun 2005
sebesar Rp 13.491.615.074. Sehingga, setelah dilakukan
analisis varians penyimpangan anggaran terhadap
realisasinya sebesar Rp 2.267.072.926 dengan besarnya
persentase perubahan penyimpangan terhadap anggaran
sebesar 14,39 % yang dikategorikan favorable.
Penyimpangan ini terjadi karena program-program yang
termasuk kedalam belanja publik mengalami penyimpangan
anggaran.
i. Belanja Pegawai.
Anggaran belanja pegawai pada tahun 2005 sebesar
Rp 3.667.305.000 dengan besarnya realisasi untuk
belanja pegawai pada tahun tersebut sebesar
Rp 3.220.400.280. Setelah dilakukan analisis varians,
diperoleh penyimpangan anggaran terhadap realisasinya
sebesar Rp 446.904.720 dengan persentase perubahan
penyimpangan terhadap anggaran sebesar 12,19 %.
Penyimpangan terjadi karena adanya beberapa program
rumah sakit yang mengalami penyimpangan favorable
yaitu program honorarium tim atau panitia yang dananya
tidak habis digunakan karena penggunaannya
disesuaikan dengan kebutuhan untuk pembayaran
honorarium tersebut. Penyimpangan pada program jasa
medis dengan persentase penyimpangannya sebesar
53
13,53 % karena realisasi untuk jasa medis tersebut
hanya sebesar jumlah kebutuhan selama tahun 2005.
ii. Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa untuk anggaran tahun 2005
alokasi dana anggaran yang ditetapkan sebesar
Rp 2.949.618.000 dengan besarnya realisasi belanja
barang dan jasa sepanjang tahun 2005 sebesar
Rp 2.657.498.294. Berdasarkan analisis varians yang
dilakukan maka diperoleh penyimpangan anggaran
terhadap realisasinya sebesar Rp 292.119.706 dengan
besarnya persentase penyimpangan terhadap anggaran
sebesar 9,90 % yaitu favorable. Adanya penyimpangan
pada belanja barang dan jasa ini karena beberapa
program yang termasuk dalam belanja barang dan jasa
yang mengalami penyimpangan favorable yaitu biaya
makan untuk PMT dengan persentase penyimpangan
sebesar 14,34 %, biaya alat kedokteran habis pakai
sebesar 16,11 %, biaya bahan obat-obatan 3,05 %, biaya
bahan labolatorium 0,07 %, biaya film rongent dan EKG
3,92 % serta biaya Gakin yang besar realisasinya
dibawah anggaran yang ditetapkan dengan persentase
penyimpangan 10,32 %. Hal ini terjadi dikarenakan
kebutuhan untuk program-program tersebut selama
tahun 2005 hanya sebesar realisasinya. Sehingga, dana
yang dianggarkan bersisa. Akan tetapi, untuk program
biaya fotokopi mengalami penyimpangan yang
unfavorable atau nilai realisasi lebih tinggi dari
anggarannya dengan besarnya persentase penyimpangan
-10,48 %. Penyimpangan ini terjadi dikarenakan adanya
masukan faktor efisiensi dari pihak tim anggaran
eksekutif untuk melakukan penelitian kembali, sehingga
54
untuk anggaran belanja fotokopi tersebut nilai
anggarannya dikurangi.
iii. Biaya Perjalanan Dinas.
Biaya perjalanan dinas untuk anggaran belanja publik
pada tahun 2005 sebesar Rp 95.675.000 dengan realisasi
sebesar Rp 95.595.000. Berdasarkan hasil analisis
varians penyimpangan yang terjadi sebesar Rp 80.000
dengan persentase perubahan penyimpangan terhadap
anggaran sebesar 0,08 %. Sehingga, dapat disimpulkan
realisasi dana anggaran yang digunakan hampir
mendekati jumlah anggaran yang ditetapkan.
iv. Biaya Pemeliharaan.
Biaya pemeliharaan hanya mengalami penyimpangan
anggaran sebesar Rp 160.000 dari jumlah anggaran
sebesar Rp 61.825.000 dan jumlah realisasi biaya
pemeliharaan pada tahun 2005 sebesar Rp 61.665.000.
Persentase penyimpangan anggaran yaitu sebesar
0,26 %.
v. Belanja Modal.
Pada tahun 2005 anggaran untuk program belanja modal
sebesar Rp 8.984.265.000 dengan besarnya realisasi
selama tahun 2005 ini sebesar Rp 7.456.456.500. Hasil
dari analisis varians menunjukkan bahwa penyimpangan
anggaran terhadap realisasi sebesar Rp 1.527.808.500
dengan persentase sebesar 17,01 %. Penyimpangan ini
terjadi karena adanya dana sisa pelelangan dari program-
program yang termasuk kedalam belanja modal yaitu
belanja modal instalasi air minuman persentase
penyimpangan sebesar 0,53 %, belanja modal bangunan
gedung tempat kerja 2,02 %, belanja modal angkutan
darat 0,23 %, belanja modal alat kantor 0,28 %, belanja
modal alat rumah tangga 92,28 %, belanja modal alat
55
komputer 25,50 %, belanja modal LCD proyektor
0,73%, belanja modal alat komunikasi 1,07 %, serta
belanja modal alat kedokteran 45,13 %. Semua program
yang disebutkan, mengalami penyimpangan favorable
karena adanya sisa dana pelelangan.
2. Anggaran Belanja BRSD Ciawi Tahun 2006.
Anggaran Belanja BRSD Ciawi tahun 2006 sebesar
Rp 35.072.476.000 dengan besarnya realisasi selama tahun 2006
sebesar Rp 32.115.005.085. Berdasarkan hasil analisis varians
maka diperoleh penyimpangan anggaran terhadap realisasi
sebesar Rp 2.957.470.915 yang dikategorikan favorable dengan
besar persentase penyimpangan terhadap anggaran sebesar 8 %.
Hasil perhitungan disajikan pada Lampiran 4.
a. Belanja Aparatur.
Belanja aparatur terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja
Barang dan Jasa, Biaya Perjalanan Dinas serta Belanja
Pemeliharaan. Belanja Aparatur memiliki anggaran sebesar
Rp 7.111.665.000 dan realisasi sebesar Rp 6.471.310.039
Berdasarkan analisis varians yang dilakukan, maka
penyimpangan yang terjadi sebesar Rp. 640.354.961 yaitu
favorable dengan persentase perubahannya sebesar 9 %.
i. Belanja Pegawai.
Belanja Pegawai terdiri dari beberapa program.
Anggaran Belanja Pegawai tahun 2006 sebesar
Rp 5.969.352.000 dan realisasinya sebesar
Rp 5.414.526.070 penyimpangan yang terjadi yaitu
favorable dengan presentase perubahan sebesar 9 %.
Hal ini dikarenakan adanya beberapa program yang
mengalami kelebihan anggaran dari pada realisasinya
yaitu gaji pokok dengan persentase penyimpangan
sebesar 3,4 %, tunjangan keluarga 20,3 %, tunjangan
fungsional 11,6 %, tunjangan beras 11,6 %, tunjangan
56
Askes 42,1 %, tunjangan daerah 1,8 % serta
pemeliharaan kesehatan 0,5 %. Mata anggaran tersebut
memiliki dana cadangan yang dipersiapkan untuk
kenaikan pangkat atau golongan serta mutasi pegawai.
Sedangkan untuk program pembulatan gaji persentase
penyimpangan sebesar 3,9 %, honorarium bulanan 0,2 %
dan honorarium harian lepas 39,9 % Dana anggaran
yang digunakan hanya sebesar realisasinya sehingga
terdapat sisa anggaran yang menyebabkan
penyimpangan favorable. Untuk program bantuan
pelatihan dan kursus keterampilan, tunjangan jabatan
atau struktural, tunjangan pph serta tunjangan kegiatan
anggaran yang dialokasikan habis direalisasikan.
ii. Belanja Barang dan Jasa.
Belanja barang dan jasa alokasi anggarannya sebesar
Rp 864.329.000 dengan jumlah realisasi sebesar
Rp 785.643.969 setelah dilakukan analisis varians, maka
besarnya penyimpangan sebesar Rp 78.685.031 yaitu
penyimpangan yang terjadi favorable dengan persentase
perubahan penyimpangan terhadap anggaran
sebesar 9 %. Adanya penyimpangan anggaran tersebut
disebabkan oleh beberapa program yang memiliki sisa
anggaran yaitu biaya listrik persentase penyimpangan
16,2 %, biaya telepon 37,5 %, biaya air 18,1 %, biaya
surat kabar 40 % dan biaya makanan dan minuman rapat
0,2 %. Semua mata anggaran mengalami efisiensi
penggunaan dana yaitu penggunaan dana disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit. Sedangkan persentase
penyimpangan anggaran untuk program alat tulis
kantor sebesar -56,3 %, biaya cetakan -17,8 % dan
biaya fotokopi -11,5 % mengalami penyimpangan yang
unfavorable dengan nilai realisasi lebih tinggi dari
57
anggarannya. Hal ini dikarenakan adanya masukan
faktor efisiensi dari pihak tim anggaran eksekutif.
Sehingga, pada saat melakukan realisasi disesuaikan
dengan jumlah anggaran yang telah di efisienkan dan
pemesanan terhadap program-program tersebut sebagian
dibatalkan.
iii. Biaya Perjalanan Dinas
Besarnya anggaran belanja untuk biaya perjalanan dinas
pada tahun 2006 sebesar Rp 54.165.000 dengan realisasi
sebesar Rp 51.340.000. Setelah dilakukan analisis
varians, besarnya penyimpangan anggaran terhadap
realisasinya sebesar Rp 2.825.000 persentase
penyimpangan anggaran sebesar 5,2 %. Penyimpangan
tersebut dikategorikan favorable. Penyimpangan terjadi
dikarenakan program biaya perjalanan dinas luar daerah
mengalami penyimpangan anggaran yang favorable
yaitu 10,2 %. Sehingga dana yang tersedia tidak habis
dipakai.
iv. Belanja Pemeliharaan.
Belanja pemeliharaan dana anggaran yang dialokasikan
untuk tahun 2006 sebesar Rp 223.819.000 dengan besar
realisasi tahun 2006 sebesar Rp 219.800.000 sehingga
berdasarkan analisis varians penyimpangan yang terjadi
sebesar Rp 4.019.000 dengan persentase perubahan
anggaran terhadap realisasi sebesar 1,8 %.
Penyimpangan yang terjadi tidak terlalu tinggi jika
dibandingkan dengan program lain pada belanja
aparatur. Penyimpangan terjadi dikarenakan beberapa
program yang masuk kedalam program belanja
pemeliharaan ini mengalami penyimpangan favorable
yaitu terjadi pada program pemeliharaan bangunan
tempat kerja dengan besar persentase penyimpangan
58
0,1 %, pemeliharaan angkutan darat bermotor 0,1 %,
pemeliharaan alat komputer 9,0 %, pemeliharaaan meja
dan kursi 16,9 %, serta pemeliharaan AC 28,6 %.
Program yang mengalami penyimpangan unfavorable
yaitu program pemeliharaan alat rumah tangga yaitu
sebesar -5 %. Penyimpangan unfavorable ini terjadi
karena pada awalnya jumlah realisasi tersebut telah
ditetapkan sebagai jumlah anggaran pemeliharaan alat
rumah tangga pada tahun 2006. Akan tetapi, karena
adanya masukan faktor efisiensi dari pihak tim anggaran
eksekutif untuk melakukan penelitian kembali maka
untuk anggaran belanja pemeliharaan Alat rumah tangga
tersebut dikurangi anggarannya.
b. Belanja Publik.
Belanja publik terdiri dari belanja pegawai, belanja barang
dan jasa, belanja perjalanan dinas, biaya pemeliharaan, dan
belanja modal. Belanja publik pada tahun 2006 memiliki
anggaran sebesar Rp 27.960.811.000 dan realisasi sebesar
Rp 25.643.695.046. Berdasarkan analisis varians yang
dilakukan maka penyimpangan yang terjadi sebesar
Rp 2.317.115.954 yaitu favorable dengan persentase
penyimpangan terhadap anggaran sebesar 8 %.
i. Belanja Pegawai.
Anggaran belanja pegawai pada tahun 2006 sebesar
Rp 4.514.150.000 dengan realisasi pada tahun 2006
sebesar Rp 3.982.315.415. Berdasarkan hasil analisis
varians yang dilakukan maka diperoleh besar
penyimpangan anggaran terhadap realisasi sebesar
Rp 531.834.585 dan persentase penyimpangan anggaran
sebesar 12 %. Program-program yang termasuk kedalam
kategori belanja pegawai mengalami penyimpangan
yang favorable yaitu program hanorarium tim panitia
59
dengan persentase penyimpangannya sebesar 24,8 %.
Hal ini terjadi karena adanya pelelangan yang gagal
dilaksanakan sehingga biaya honorarium tim panitia
tidak seluruhnya direalisasikan. Kemudian program piket
rumah sakit yang dana anggarannya tidak habis
direalisasikan dengan persentase penyimpangan sebesar
0,4 %. Dana yang dibutuhkan untuk membayar piket
rumah sakit hanya sebesar realisasinya dan disesuaikan
dengan kebutuhan. Sedangkan program jasa medis
penyimpangan anggaran sebesar 12,3 % terjadi karena
pendapatan dari jasa medis tidak memenuhi target
sehingga anggaran yang direalisasikan untuk program
jasa medis hanya sebesar jumlah realisasi selama tahun
2006.
ii. Belanja Barang dan Jasa.
Anggaran untuk belanja barang dan jasa pada tahun 2006
sebesar Rp 5.235.327.000 dengan realisasi sebesar
Rp 4.778.375.375. Hasil analisis varians diperoleh
besarnya penyimpangan anggaran terhadap realisasinya
sebesar Rp 456.951.625 persentase penyimpangan
anggaran sebesar 9 % sehingga penyimpangan
dikategorikan favorable. Penyimpangan terjadi karena
program- program yang termasuk kedalam mata
anggaran belanja barang dan jasa mengalami
penyimpangan favorable yaitu biaya alat tulis 0,4 %,
biaya publikasi 1 %, biaya cetakan 0,2 %, biaya makan
untuk PMT 8,3 %, biaya alat kedokteran habis pakai
9,5 %, biaya obat - obatan
5,8 %, biaya bahan laboratorium 8,3 %, biaya film
rongent dan EKG 0,1 % serta biaya Gakin 1,1 %
penyimpangan yang terjadi dikategorikan favorable.
Penyebab penyimpangan anggaran tersebut dikarenakan
60
dana yang dipergunakan untuk membiayai program
tersebut hanya sebesar nilai realisasinya. Sedangkan
khusus untuk program biaya jasa tenaga non pegawai
mengalami penyimpangan sebesar 89,7 %.
Penyimpangan terjadi karena adanya pelaksanaan
pelelangan program laboratorium yang gagal
dilaksanakan. Hal ini terjadi karena program
dilaksanakan pada semester dua yaitu tepatnya pada
bulan Nopember. Untuk pelelangan sendiri
membutuhkan waktu sebanyak 60 hari kalender. Akan
tetapi jumlah dari peserta lelang tidak memenuhi standar
sehingga harus dilakukan pelelangan ulang. Untuk
melakukan pelelangan ulang waktu tidak mencukupi
sehingga program pelelangan tersebut gagal
dilaksanakan.
iii. Biaya Perjalanan Dinas.
Biaya perjalanan dinas untuk anggaran belanja publik
pada tahun 2006 sebesar Rp164.520.000 dengan realisasi
sebesar Rp 164.420.000. Berdasarkan hasil analisis
varians penyimpangan yang terjadi sebesar Rp 100.000
dengan persentase penyimpangan anggaran sebesar
0,06 %. Sehingga, dapat disimpulkan realisasi dana
anggaran biaya perjalanan dinas hampir mendekati
jumlah anggaran yang ditetapkan.
iv. Biaya Pemeliharaan.
Anggaran belanja untuk biaya pemeliharaan sebesar
Rp 402.530.000 dengan realisasi sebesar Rp 318.350.000
besarnya penyimpangan anggaran terhadap realisasi
sebesar Rp 84.180.000. Persentase penyimpangan
anggaran sebesar 21 % sehingga penyimpangan tersebut
dikategorikan favorable. Penyimpangan terjadi karena
61
program biaya pemeliharaan alat-alat kedokteran
mengalami efisiensi penggunaan dana.
v. Belanja Modal.
Anggaran belanja untuk biaya modal pada tahun 2006
sebesar Rp 17.644.284.000 dengan nilai realisasi sebesar
Rp 16.400.234.256 besarnya penyimpangan sebesar
Rp 1.244.049.744 dengan persentase penyimpangan
sebesar 7 %. Penyimpangan yang terjadi dikategorikan
favorable. Penyimpangan terjadi pada program-program
yang termasuk belanja modal seperti belanja modal
instalasi air minuman 2,8 % , belanja modal alat rumah
tangga 4,5 %, belanja modal alat komputer 9,8 %,
belanja modal LCD proyektor 1,3 %, belanja modal alat
komunikasi 1,9 %, serta belanja modal alat kedokteran
19,4 %. Semua program yang disebutkan mengalami
penyimpangan favorable karena sisa dana lelang.
4.5.2. T-Test Anggaran Belanja BRSD Ciawi
Untuk selanjutnya dalam menilai peranan dari anggaran
belanja BRSD Ciawi sebagai alat pengendalian keuangan dapat
dilakukan pengujian hipotesis untuk mengukur apakah
penyimpangan anggaran belanja terhadap realisasinya masih dalam
batas pengendalian. t-test menggunakan data penyimpangan antara
anggaran belanja dan realisasinya pada tahun 2005 dan 2006. t-test
dilaksanakan pada penyimpangan setiap mata anggaran belanja
BRSD Ciawi dengan berdasarkan kelompok mata anggaran utama
pada anggaran belanja BRSD Ciawi tahun 2005 dan 2006. t-test
dilaksanakan dengan bantuan software SPSS versi 10.0.
Hasil t-test pada anggaran belanja sebagai berikut :
1. Anggaran Belanja Aparatur Pegawai/Personalia.
setelah dilakukan t-test pada penyimpangan anggaran belanja
aparatur pegawai tahun 2005 diperoleh thitung sebesar 2,031 dan
ttabel sebesar 2,145 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat
62
kebebasan 14. Sehingga hipotesis Ho yang menyatakan
penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dengan
realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima.
t-test pada penyimpangan anggaran belanja aparatur pegawai
tahun 2006 diperoleh thitung sebesar 1,875 dan t tabel sebesar
2,145 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat kebebasan 14.
Hipotesis Ho yang menyatakan penyimpangan yang terjadi
antara anggaran belanja dengan realisasinya masih dalam batas
pengendalian dapat diterima.
2. Anggaran Belanja Barang dan Jasa.
Hasil t-test yang dilakukan pada penyimpangan belanja barang
dan jasa tahun 2005 diperoleh thitung sebesar 1,214 dan ttabel
sebesar 2,201 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat
kebebasan 11. Hipotesis Ho yang menyatakan penyimpangan
yang terjadi antara anggaran belanja dengan realisasinya masih
dalam batas pengendalian dapat diterima. Setelah dilakukan
t-test pada penyimpangan anggaran belanja aparatur barang dan
jasa tahun 2006 diperoleh thitung sebesar 0,941 dan t tabel sebesar
2,201 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat kebebasan 11.
Sehingga, hipotesis Ho yang menyatakan penyimpangan yang
terjadi antara anggaran belanja dengan realisasinya masih dalam
batas pengendalian dapat diterima.
3. Anggaran Belanja Aparatur Perjalanan Dinas.
Hasil t-test yang dilakukan pada penyimpangan belanja aparatur
perjalanan dinas tahun 2005 diperoleh thitung sebesar 1,00 dan
ttabel sebesar 12,706 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat
kebebasan 1. Sehingga, hipotesis Ho yang menyatakan
penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dengan
realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima.
Setelah dilakukan t-test pada penyimpangan anggaran belanja
aparatur perjalanan dinas tahun 2006 diperoleh thitung sebesar
1,00 dan t tabel sebesar 12,706 dengan nilai taraf nyata 5 % dan
63
derajat kebebasan 1. Hipotesis Ho yang menyatakan
penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dengan
realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima.
4. Anggaran Belanja Aparatur Pemeliharaan.
Hasil t-test yang dilakukan pada penyimpangan belanja aparatur
pemeliharaan tahun 2005 diperoleh thitung sebesar 1,706 dan ttabel
sebesar 2,228 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat kebebasan
10. Hipotesis Ho yang menyatakan penyimpangan yang terjadi
antara anggaran belanja dengan realisasinya masih dalam batas
pengendalian dapat diterima. Setelah dilakukan t-test pada
penyimpangan anggaran belanja aparatur pemeliharaan tahun
2006 diperoleh thitung sebesar 1,622 dan t tabel sebesar 2,201
dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat kebebasan 11. Hipotesis
Ho yang menyatakan penyimpangan yang terjadi antara
anggaran belanja dengan realisasinya masih dalam batas
pengendalian dapat diterima.
5. Anggaran Belanja Publik Pegawai.
Hasil t-test yang dilakukan pada penyimpangan belanja publik
pegawai tahun 2005 diperoleh thitung sebesar 1,001 dan ttabel
sebesar 4,303 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat kebebasan
2. Sehingga, hipotesis Ho yang menyatakan penyimpangan yang
terjadi antara anggaran belanja dengan realisasinya masih dalam
batas pengendalian dapat diterima. Pada penyimpangan
anggaran belanja publik pegawai tahun 2006 setelah dilakukan
t-test diperoleh thitung sebesar 1,038 dan t tabel sebesar 4,303
dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat kebebasan 2. Sehingga,
hipotesis Ho yang menyatakan penyimpangan yang terjadi
antara anggaran belanja dengan realisasinya masih dalam batas
pengendalian dapat diterima.
6. Anggaran Belanja Publik Barang dan Jasa.
Hasil t-test yang dilakukan pada penyimpangan belanja publik
barang dan jasa tahun 2005 diperoleh thitung sebesar 1,872 dan
64
ttabel sebesar 2,228 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat
kebebasan 10. Sehingga, hipotesis Ho yang menyatakan
penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dengan
realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima.
Pada penyimpangan anggaran belanja publik barang dan jasa
tahun 2006 setelah dilakukan t-test diperoleh thitung sebesar 2,316
dan t tabel sebesar 2,145 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat
kebebasan 14. Hipotesis Ha yang menyatakan penyimpangan
yang terjadi antara anggaran belanja dengan realisasinya tidak
dalam batas pengendalian dapat diterima. 7. Anggaran Belanja Publik Perjalanan Dinas.
Hasil t-test yang dilakukan pada penyimpangan belanja publik
perjalanan dinas tahun 2005 diperoleh thitung sebesar 1,00 dan
ttabel sebesar 12,706 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat
kebebasan 1. Sehingga, hipotesis Ho yang menyatakan
penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dengan
realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima.
Pada penyimpangan anggaran belanja publik perjalanan dinas
tahun 2006 setelah dilakukan t-test diperoleh thitung sebesar 1,00
dan t tabel sebesar 12,706 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat
kebebasan 1. Sehingga, hipotesis Ho yang menyatakan
penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dengan
realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima.
8. Anggaran Belanja Publik Pemeliharaan.
Hasil t-test yang dilakukan pada penyimpangan belanja publik
pemeliharaan tahun 2005 diperoleh thitung sebesar 2,031 dan ttabel
sebesar 2,145 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat kebebasan
14. Sehingga hipotesis Ho yang menyatakan penyimpangan
yang terjadi antara anggaran belanja dengan realisasinya masih
dalam batas pengendalian dapat diterima.
65
9. Anggaran Belanja Publik Modal.
t-test yang dilaksanakan pada penyimpangan belanja publik
modal tahun 2005 diperoleh thitung sebesar 1,244 dan ttabel
sebesar 2,262 dengan nilai t araf nyata 5 % dan derajat
kebebasan 9. Sehingga hipotesis Ho yang menyatakan
penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dengan
realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima.
Pada penyimpangan anggaran belanja publik modal tahun 2006
setelah dilakukan T-Test diperoleh thitung sebesar 1,622 dan t tabel
sebesar 2,201 dengan nilai taraf nyata 5 % dan derajat kebebasan
11. Sehingga, hipotesis Ho yang menyatakan penyimpangan
yang terjadi antara anggaran belanja dengan realisasinya masih
dalam batas pengendalian dapat diterima.
4.5.3. Hasil Evaluasi Anggaran Belanja Sebagai Alat Pengendalian
Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan pada anggaran
belanja BRSD Ciawi tahun 2005 dan 2006 diperoleh beberapa hasil :
1. BRSD Ciawi dalam menentukan faktor-faktor pertimbangan
penyusunan anggaran belanja berdasarkan pada kebutuhan-
kebutuhan yang dialaminya dimasa lampau. BRSD Ciawi dapat
lebih menekankan pada kegiatan-kegiatan yang menjadi sasaran
yang ingin dicapai yang tercantum dalam rencana strategik
BRSD Ciawi.
2. Prosedur penyusunan anggaran belanja BRSD Ciawi masih
belum dapat dikatakan efektif karena :
a. Waktu yang digunakan pada saat revisi anggaran belanja
masih lebih lama jika dibandingkan dengan waktu proses
penyusunan anggaran belanja. Revisi anggaran yang
dijadwalkan bulan Juli sampai dengan Oktober. Hal ini
menyebabkan terhambatnya realisasi untuk kegiatan yang
dilaksanakan pada semester dua. Sehingga, apabila waktu
revisi anggaran BRSD Ciawi dapat diperpendek maka
66
diharapkan program-program yang direncanakan dapat
direalisasikan.
b. Tahap-tahap penyusunan anggaran masih dirasakan perlu
adanya peyederhanaan karena birokrasi yang terlalu panjang
bisa mempengaruhi biaya pembuatan anggaran belanja
tersebut. Tahap- tahap penyusunan anggaran dapat dibuat
lebih sederhana dengan memotong jalur birokrasi.
c. Keterbatasan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk
penyusunan anggaran merupakan salah satu penghambat
dalam penyusunan anggaran belanja BRSD Ciawi.
d. Kurangnya koordinasi antara bagian pada BRSD Ciawi
menghambat dalam proses penyusunan anggaran belanja.
Sehingga, koordinasi dan kerjasama harus ditingkatkan agar
anggaran belanja yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan
dengan lebih efisien dan efektif.
3. Berdasarkan analisis varians dan t-test yang dilaksanakan pada
anggaran belanja, BRSD Ciawi harus dapat lebih teliti melihat
penyimpangan yang timbul pada anggaran belanja.
Penyimpangan yang terjadi pada anggaran belanja tahun 2005
dan 2006 secara keseluruhan favorable. BRSD Ciawi dapat lebih
mempelajari penyimpangan tersebut sebagai bentuk pengalaman
untuk memperbaiki pada tahun berikutnya. Untuk mata anggaran
yang memiliki cadangan anggaran seperti belanja pegawai,
BRSD Ciawi dapat lebih menekan dana cadangan tersebut.
Sehingga pengalokasian dana yang menjadi cadangan tersebut
dapat dialokasikan pada program-program lain yang akan
dilaksanakan berdasarkan rencana strategik 2005-2010. Untuk
mata anggaran Belanja modal pada tahun 2005 dan 2006
mengalami penyimpangan yang tinggi. Walaupun berdasarkan
t-test yang dilakukan penyimpangan yang terjadi masih dalam
batas penyimpangan, akan tetapi ada beberapa program yang
gagal dilaksanakan. Hal ini harus dapat dicermati oleh BRSD
67
Ciawi, karena untuk program-program yang sudah direncanakan
dalam anggaran belanja BRSD Ciawi, sebaiknya dapat
dilaksanakan. Sehingga, pengembangan dan pembangunan yang
telah direncanakan BRSD Ciawi dapat berjalan secara optimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap anggaran
belanja sebagai alat pengendalian keuangan pada BRSD Ciawi dapat
disimpulkan :
1. Pada saat penyusunan anggaran belanja ada faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan dalam penyusunan anggaran. Faktor-faktor pertimbangan
tersebut yaitu: jumlah kunjungan pasien, jenis penyakit, rencana rumah
sakit dalam penambahan sarana medis dan non medis, jumlah tempat
tidur, rencana penambahan sarana fisik dan pelayanan baru, rencana
penambahan karyawan, peraturan pemerintah, dan anggaran belanja
tahun sebelumnya.
2. Prosedur penyusunan anggaran belanja BRSD Ciawi dengan
menggunakan metode Campuran (Top Down dan Bottom Up). Prosedur
penyusunan anggaran belanja melalui beberapa tahap yaitu : pembuatan
surat edaran untuk setiap ruangan, sosialisasi format anggaran,
pengumpulan data usulan kebutuhan, pengumpulan data rekapitulasi
kebutuhan, penyusunan dan pengetikan konsep Rencana Anggaran
Satuan Kerja (RASK), penelitian RASK dan perubahan anggaran, serta
pengesahan Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK).
3. Anggaran Belanja BRSD Ciawi terdiri dari beberapa program utama
yaitu belanja aparatur dan belanja publik. Belanja aparatur terdiri dari
belanja personalia, belanja barang dan jasa, biaya perjalanan dinas dan
belanja pemeliharaan. Sedangkan belanja publik terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, biaya perjalanan dinas, belanja
pemeliharaan dan belanja modal. Hasil dari analisis varians yang
dilakukan pada anggaran belanja BRSD Ciawi bahwa secara
keseluruhan penyimpangan yang terjadi favorable dengan
penyimpangan anggaran belanja BRSD Ciawi pada tahun 2005 sebesar
Rp 2.943.680.421 dan persentase penyimpangan sebesar 13,6 %. Serta
69
penyimpangan anggaran belanja BRSD Ciawi pada tahun 2006 sebesar
Rp 2.957.470.915 dengan persentase penyimpangan sebesar 8 %.
4. Berdasarkan t-test yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan untuk
penyimpangan anggaran belanja tahun 2005 setelah dilakukan t-test
berdasarkan kelompok belanja maka hipotesis Ho yang menyatakan
bahwa penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dengan
realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima. Untuk
anggaran belanja tahun 2006, setelah dilakukan t-test pada setiap
kelompok belanja diperoleh hasil untuk anggaran belanja publik barang
dan jasa hipotesis Ha yang menyatakan bahwa penyimpangan yang
terjadi antara anggaran dengan realisasinya tidak dalam batas
pengendalian dapat diterima. Sedangkan untuk kelompok belanja
aparatur pegawai, belanja aparatur barang dan jasa, belanja aparatur
perjalanan dinas, belanja aparatur pemeliharaan, belanja publik pegawai,
belanja publik perjalanan dinas, belanja publik pemeliharaan serta
belanja publik modal, hasil t-test diperoleh bahwa hipotesis Ho yang
menyatakan penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan
realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan agar penelitian dapat bermanfaat untuk
BRSD Ciawi yaitu :
1. Dalam proses penyusunan anggaran dapat menggunakan metode
Activity Based Budget (ABB) yang menetapkan anggaran berdasarkan
aktivitas yang akan dilaksanakan. Anggaran belanja juga dapat dibuat
dalam jangka waktu yang lebih pendek yaitu perbulan atau triwulan.
Pada realisasi anggaran dapat dilaporkan berdasarkan jumlah setiap
realisasi perbulan sehingga dapat memudahkan dalam pengawasan
setiap realisasi anggaran yang dilakukan.
2. BRSD Ciawi dapat melakukan perbaikan dengan membuat laporan
anggaran belanja yaitu perbandingan antara anggaran dengan realisasi
dengan periode tiap bulan, sehingga perkembangan realisasi anggaran
dapat diawasi dengan baik.
70
3. BRSD Ciawi juga dapat melakukan usaha untuk mengurangi atau
menghilangkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada
program-program anggaran belanja BRSD Ciawi. Usaha tersebut dapat
dilakukan dengan menetapkan angka anggaran lebih menekankan pada
angka realisasi tahun sebelumnya sehingga tujuan dapat dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T. Y. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Gudono. 1993. Akuntansi Manajemen. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hadimitomuliani, W. 2006. Penerapan Tarif Rawat Inap Berdasarkan Perhitungan Unit Cost Pelayanan Rumah Sakit (Studi Kasus Kelas III Bangsal Psikiatri Rumah Sakit X). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hanifa, 2001. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Biaya
Produksi Pada PT X. Skripsi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia, Jakarta.
Handayaningrat, S. 1982. Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan
Nasional. PT Gunung Agung, Jakarta. Hansen, D. R. et al,. Akuntansi Manajemen. (Terjemahan Jilid 1). Erlangga,
Jakarta. Harahap, S. S. 1997. Budgeting Peranggaran Perencanaan Lengkap. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Loekman, V. 1989. Proses Penyusunan Anggaran pada Rumah Sakit sebagai Alat
Perencanaan dan Pengendalian. Skripsi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Mahsun. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE-Yogyakarta,
Yogyakarta. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi, Yogyakarta. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat, Yogyakarta. Nafarin, M. 2000. Penganggaran Perusahaan. Salemba Empat, Jakarta. Prawironegoro, D. 2005. Akuntansi Manajemen. Diadit Media, Jakarta. Purwanto, H. 1993. Penggunaan Anggaran sebagai Alat Pengendalian dan
Performance Evaluation pada Rumah Sakit XYZ. Skripsi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Riduwan. 2005. Dasar-dasar Statistika. Alfabeta, Bandung. Rosjidi. 2001. Akuntansi Sektor Publik Pemerintahan. Aksara Satu, Surabaya.
72
Shim, J. K. et al,. 2001. Budgeting. (Terjemahan). Erlangga, Jakarta. Syakhroza, A. 2000. Permainan Politik dalam Proses Anggaran : Sebuah Kajian
Literatur. Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia, 12: hlm 29-33. Trisnanto, L. 2005. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen
Rumah Sakit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Welsch, et al,. 2000. Anggaran Buku 2. (Terjemahan).M. Salemba Empat, Jakarta. Wikipedia Indonesia. 21 Juni 2006. Anggaran Sektor Publik.
http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Sektor_Publik. [27 Nopember 2006].
__________________.29 Nopember 2006. Pengertian dan Jenis-Jenis Rumah
Sakit. http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Sakit. [14 Desember 2006]. Wulandari, I. 2006. Penerapan Penganggaran Pada Badan Usaha Berbentuk
Koperasi (Studi Kasus Koperasi Karyawan Indocement). Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
STRUKTUR ORGANISASI BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI
( Berdasarkan Peraturan Daerah Kab. Bogor Nomor : 30 Tahun 2002, Tanggal 25 Oktober 2002)
DIREKTUR
Sekretaris
Kelompok Jabatan Fungsional
Sub. Bag. Umun Sub. Bag. Kepegawaian
Sub. Bag. Rekam Medis
Bid. Pelayanan Bid. Keperawatan Bid. Keuangan
Sub. Bid. Pelayanan Medik
Sub. Bid Pel. Pnj Medik dan Non
Medik
Sub. Bid. Prog. Pelayanan
Sub. Bid. Pel. dan Asuhan Keperawatan
Sub. Bid Etika dan Mutu Keperawatan
Sub. Bid. Anggaran
Sub. Bid. Akuntansi dan Verifikasi
Keterangan : : Garis Instuksi : Garis Koordinasi
Instalasi
Sub. Bid. Prog. Keperawatan
Sub.Bid. Perbendaharaan
74
Lampiran 2. Formulir S 1
Rencana Anggaran Satuan Kerja S 1 Unit Kerja Tahun
Bidang Kewenangan
Visi
Misi
Tujuan
Sasaran
Tugas Pokok
Fungsi
Catatan Pimpinan
75
Lanjutan Lampiran 2. Formulir S 2
Rencana Anggaran Satuan Kerja S 2
Unit Kerja Tahun
Program
Catatan Pimpinan
76
Lanjutan Lampiran 2. Formulir S 2 A
Rencana Anggaran Satuan Kerja S 2 A Unit Kerja Tahun
Program
Kegiatan
Catatan Pimpinan
77
Lanjutan Lampiran 2. Formulir S 3
Rencana Anggaran Satuan Kerja S 3
Unit Kerja Tahun
Ringkasan Anggaran
Kode Rekening Uraian Jumlah
Catatan Pimpinan
78
Lanjutan Lampiran 2. Formulir S 3 B
Rencana Anggaran Satuan Kerja S 3 B
Unit Kerja Tahun
Rekapitulasi Anggaran Belanja Kode
Rekening Uraian Jumlah
Catatan Pimpinan
79
Lanjutan Lampiran 2. Formulir S 3 B 1
Rencana Anggaran Satuan Kerja S 3 B1
Unit Kerja Tahun
Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung
Kode Rekening Uraian Jumlah
Catatan Pimpinan
80
Lanjutan Lampiran 2. Formulir S 3 B2
Rencana Anggaran Satuan Kerja S 3 B2
Unit Kerja Tahun
Rekapitulasi Anggaran Belanja Tidak Langsung
Kode Rekening Uraian Jumlah
Catatan Pimpinan
81
Lanjutan Lampiran 2. Formulir S 3 B1.1
Rencana Anggaran Satuan Kerja S 3 B1.1 Unit Kerja Tahun
Indikator Tolak Ukur Kinerja Target Kinerja
Masukan
Keluaran
Hasil
Manfaat
Dampak Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung Per Kegiatan
Kode Rekening Uraian Jumlah
Catatan Pimpinan
82
Lanjutan Lampiran 2. Formulir S 3 B2.1
Rencana Anggaran Satuan
Kerja S 3 B2.1 Unit Kerja Tahun
Anggaran Belanja Tidak Langsung Per Kegiatan
Kode Rekening Uraian Jumlah Alokasi belanja pegawai per kegiatan non investasi Jumlah 1
Alokasi belanja barang dan jasa per kegiatan non investasi
Jumlah 2 Alokasi belanja pemeliharaan per kegiatan non investasi Jumlah 3 Alokasi perjalanan dinas per kegiatan non investasi Jumlah 4 Jumlah 1 s.d. 4
Catatan Pimpinan
No Nama Program Anggaran Realisasi Analisis Variant U/F % Penyimpangan 1 Belanja Aparatur Rp 5.887.429.000,00 Rp 5.210.821.505,00 Rp 676.607.495,00 F 11.49% 1.1 Belanja Pegawai Rp 4.925.640.000,00 Rp 4.347.214.755,00 Rp 578.425.245,00 F 11.74% 1.2 Belanja Barang & Jasa Rp 575.698.000,00 Rp 478.393.500,00 Rp 97.304.500,00 F 16.90% 1.3 Biaya Perjalanan Dinas Rp 104.937.000,00 Rp 104.936.200,00 Rp 800,00 F 0.001% 1.4 Belanja Pemeliharaan Rp 281.154.000,00 Rp 280.277.050,00 Rp 876.950,00 F 0.31% 2 Belanja Publik Rp 15.758.688.000,00 Rp 13.491.615.074,00 Rp 2.267.072.926,00 F 14.39% 2.1 Belanja Pegawai Rp 3.667.305.000,00 Rp 3.220.400.280,00 Rp 446.904.720,00 F 12.19% 2.2 Belanja Barang & Jasa Rp 2.949.618.000,00 Rp 2.657.498.294,00 Rp 292.119.706,00 F 9.90% 2.3 Biaya Perjalanan Dinas Rp 95.675.000,00 Rp 95.595.000,00 Rp 80.000,00 F 0.08% 2.4 Biaya Pemeliharaan Rp 61.825.000,00 Rp 61.665.000,00 Rp 160.000,00 F 0.26% 2.5 Belanja Modal Rp 8.984.265.000,00 Rp 7.456.456.500,00 Rp 1.527.808.500,00 F 17.01%
Total Belanja Rumah Sakit Rp 21.646.117.000,00 Rp 18.702.436.579,00
Rp 2.943.680.421,00 F 13.60% Keterangan : F Favorable
U Unfavorable
No Nama Program Anggaran Realisasi Analisis Varians U/F % Penyimpangan 1 Belanja Aparatur Rp 7.111.665.000,00 Rp 6.471.310.039,00 Rp 640.354.961,00 F 9% 1.1 Belanja Pegawai / Personalia Rp 5.969.352.000,00 Rp 5.414.526.070,00 Rp 554.825.930,00 F 9% 1.2 Belanja Barang & Jasa Rp 864.329.000,00 Rp 785.643.969,00 Rp 78.685.031,00 F 9% 1.3 Biaya Perjalanan Dinas Rp 54.165.000,00 Rp 51.340.000,00 Rp 2.825.000,00 F 5% 1.4 Belanja Pemeliharaan Rp 223.819.000,00 Rp 219.800.000,00 Rp 4.019.000,00 F 2% 2 Belanja Publik Rp 27.960.811.000,00 Rp 25.643.695.046,00 Rp 2.317.115.954,00 F 8% 2.1 Belanja Pegawai / Personalia Rp 4.514.150.000,00 Rp 3.982.315.415,00 Rp 531.834.585,00 F 12% 2.2 Belanja Barang & Jasa Rp 5.235.327.000,00 Rp 4.778.375.375,00 Rp 456.951.625,00 F 9% 2.3 Biaya Perjalanan Dinas Rp 164.520.000,00 Rp 164.420.000,00 Rp 100.000,00 F 0.06% 2.4 Biaya Pemeliharaan Rp 402.530.000,00 Rp 318.350.000,00 Rp 84.180.000,00 F 21% 2.5 Belanja Modal Rp 17.644.284.000,00 Rp 16.400.234.256,00 Rp 1.244.049.744,00 F 7%
Total Belanja Rumah Sakit Rp 35.072.476.000,00 Rp 32.115.005.085,00 Rp 2.957.470.915,00 F 8% Keterangan : F Favorable
U Unfavorable
85
Lampiran 5. Hasil t-test Penyimpangan Anggaran Belanja Tahun 2005 T-Test
One-Sample Statistics
15 3.9E+07 73532987.21 1.9E+07Penyimpangan belanjaaparatur pegawai 2005
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
2.031 14 .062 38561683 -2159528 7.9E+07Penyimpangan belanjaaparatur pegawai 2005
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
T-Test
One-Sample Statistics
12 8108708 23137606.89 6679252Penyimpangan belanjaaparatur pegawai 2005
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.214 11 .250 8108708.3 -6592226 2.3E+07Penyimpangan belanjaaparatur pegawai 2005
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
86
T-Test
One-Sample Statistics
2 400.0000 565.6854 400.0000Penyimpangan belanjaaparatur perjalanandinasi 2005
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.000 1 .500 400.0000 -4682.48 5482.4819Penyimpangan belanjaaparatur perjalanandinasi 2005
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
T-Test
One-Sample Statistics
11 79722.73 154959.9648 46722.19Penyimpanganbelanja aparaturpemeliharaan 2005
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.706 10 .119 79722.727 -24380.8 183826.2Penyimpanganbelanja aparaturpemeliharaan 2005
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
87
T-Test
One-Sample Statistics
4 1.1E+08 223232404.9 1.1E+08Penyimpangan belanjapublik pegawai 2005
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.001 3 .391 1.12E+08 -2.4E+08 4.7E+08Penyimpangan belanjapublik pegawai 2005
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
T-Test
One-Sample Statistics
11 2.7E+07 47070203.14 1.4E+07Penyimpanganbelanja publik barangdan jasa 2005
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.872 10 .091 26566791 -5055401 5.8E+07Penyimpanganbelanja publik barangdan jasa 2005
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
88
T-Test
One-Sample Statistics
2 40000.00 56568.5425 40000.00Penyimpangan belanjapublik perjalanan dinas2005
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.000 1 .500 40000.000 -468248 548248.2Penyimpangan belanjapublik perjalanan dinas2005
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
T-Test
One-Sample Statistics
10 1.5E+08 388263028.7 1.2E+08Penyimpangan belanjapublik modal 2005
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.244 9 .245 1.53E+08 -1.2E+08 4.3E+08Penyimpangan belanjapublik modal 2005
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
89
Lampiran 6. Hasil t-test Penyimpangan Anggaran Belanja tahun 2006 T-Test
One-Sample Statistics
15 3.7E+07 76410410.40 2.0E+07penyimpangananggaran belanjaaparatur pegawai 2006
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.875 14 .082 36988395 -5326280 7.9E+07penyimpangananggaran belanjaaparatur pegawai 2006
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
T-Test
One-Sample Statistics
12 6557086 24139119.36 6968364penyimpangananggaran belanjabarang dan jasa 2006
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
.941 11 .367 6557085.9 -8780179 2.2E+07penyimpangananggaran belanjabarang dan jasa 2006
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
90
T-Test
One-Sample Statistics
2 1412500 1997576.6569 1412500penyimpangananggaran belanjaperjalanan dinas 2006
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.000 1 .500 1412500.0 -1.7E+07 1.9E+07penyimpangananggaran belanjaperjalanan dinas 2006
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
T-Test
One-Sample Statistics
12 334916.7 715218.3975 206465.8penyimpangan anggaranbelanja aparaturpemeliharaan 2006
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.622 11 .133 334916.67 -119511 789344.8penyimpangan anggaranbelanja aparaturpemeliharaan 2006
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
91
T-Test
One-Sample Statistics
3 1.8E+08 295716372.5 1.7E+08penyimpangananggaran belanjapublik pegawai 2006
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.038 2 .408 1.77E+08 -5.6E+08 9.1E+08penyimpangananggaran belanjapublik pegawai 2006
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
T-Test
One-Sample Statistics
15 3.0E+07 50952921.02 1.3E+07penyimpangananggaran belanja publikbarang dan jasa 2006
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
2.316 14 .036 30463442 2246655 5.9E+07penyimpangananggaran belanja publikbarang dan jasa 2006
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
92
T-Test
One-Sample Statistics
2 50000.00 70710.6781 50000.00penyimpangananggaran belanja publikperjalanan dinas 2006
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.000 1 .500 50000.000 -585310 685310.2penyimpangananggaran belanja publikperjalanan dinas 2006
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
T-Test
One-Sample Statistics
2 4.2E+07 59092913.70 4.2E+07penyimpangananggaran belanja publikpemeliharaan 2006
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.007 1 .498 42090000 -4.9E+08 5.7E+08penyimpangananggaran belanja publikpemeliharaan 2006
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
93
T-Test
One-Sample Statistics
9 1.4E+08 394415499.0 1.3E+08penyimpangananggaran belanjapublik modal 2006
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
One-Sample Test
1.051 8 .324 1.38E+08 -1.6E+08 4.4E+08penyimpangananggaran belanjapublik modal 2006
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0