Transcript of Eksistensi allah menurut masyarakat lamaholot
- 1. EKSISTENSI ALLAH MENURUT MASYARAKAT LAMAHOLOT(* Lera Wulan-
Tana Ekan *)Oleh : Yoseph Yapi TaumI. PENDAHULUANPengalaman
beragama setiap daerah berbeda karena latar budaya yangberaneka
ragam itu mempunyai cara pengungkapan yang berbeda-beda
tentangwujud tertinggi atau yang Ilahi. Cara serta simbol yang
dipakai memang berbeda-beda,namun esensi dari pengungkapan itu
ialah bahwa yang Ilahi itu adalahkudus, suci dan sakral[1]. Ketiga
kata inilah yang paling mendekati ciri khaspengalaman
beragama.Sebutan atau nama yang dikatakan pada sesuatu itu
sungguhlah bermakna.Demikian pun masyarakat Flores Timur yang
menyatu dalam satu rumpun budayaLamaholot[2] mengenali Allah
sehingga sampai pada pemahaman mereka akanadanya Allah dengan
sebutan Lera Wulan Tana Ekan .Ungkapan ini sungguh mendarah daging
dalam diri setiap wargaLamaholot, yang diakui sebagai Yang Kudus,
Suci dan Sakral. Denganungkapan ini, pemahaman mereka tentang Allah
itu penuh rahasia dan tidakterbatas kesempurnaannya. Namun yang
Ilahi itu mereka alami di dalam danmelalui pengalaman tentang dunia
yang mereka kenal. Yang Ilahi dapat kita alamimelalui hal-hal
alamiah atau duniawi namun sifatnya tidaklah duniawi. Initerbukti
dari sifat hormat dan sembah sujud terhadapNya.Berdasarkan
kenyataan inilah kami mencoba menggambarkan danmenganalisa secara
kritis mengenai EKSISTENSI ALLAH BAGIMASYARAKAT LAMAHOLOT dalam
ungkapan LERA WULAN TANAEKAN.[1] Lambert Doni Watun. Majalah
Flobamora (Pematangsiantar: ([tanpapenerbit]), 1996), hlm.16.[2]
Lamaholot berasal dari dua kata, yakni Lama dan Holot. Lama
artinyakasta dan Holot berkembang dari kata Zelot yang berarti
kuningan emas. JadiLamaholot berarti kasta emas. Kasta yang tinggi
dan tidak bisa dipandang rendah.
- 2. Kami pun menyadari tulisan kami ini masih jauh dari
sempurna. Olehkarena itu dengan hati yang terbuka, kami menerima
kritik dan saran yangmembangun dari para pembaca yang budiman.II.
SEKILAS LETAK GEOGRAFIS KABUPATEN FLORES TIMURKabupaten Flores
Timur terbentuk bersamaan dengan terbentuknyapropinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) yang adalah hasil pemekaran dari SundaKecil, sekitar 50
tahun yang lalu. Seperti yang digambarkan oleh namanya,kabupaten
ini terletak di ujung timur Pulau Flores. Awalnya, kabupaten ini
terdiridari daratan Pulau Flores bagian timur, Pulau Adonara, Pulau
Solor, dan PulauLembata. Beberapa tahun yang lalu, Lembata menjadi
Kabupaten sendiri.Walaupun demikian, kesatuan keempat daratan ini
masih terasa sampai saat ini.Ibu Kota kabupaten Flores Timur adalah
Larantuka, sebuah kotapelabuhan kecil sejak abad XV yang terletak
pada 8,4 derajat lintang selatan dan123 derajat bujur timur. Sisi
selatan kota ini langsung turun ke laut, sedangkanutara langsung
mendaki Gunung Mandiri. Masyarakat yang mendiami kabupatenini
adalah masyarakat Lamaholot hampir di semua desa dan kampung
dikabupaten ini. Sedangkan Larantuka, kota kabupaten, sebagian
besar didiami olehmasyarakat Melayu. Selain di kota Larantuka,
masyarakat terakhir (Melayu) iniberdiam pula di Desa Wureh dan Desa
Konga.III. LERA WULAN TANA EKANSebelum mengenal agama-agama besar
seperti; Agama Islam, Kristen,Hindu dan Budha, orang Lamaholot
sudah mengenal Tuhan. Agama suku danagama asli mengakui adanya
Tuhan yang diyakini secara turun-temurun sejakzaman purba dan masih
diakui sampai sekarang. Orang Lamaholot meyakinibahwa keberadaan
manusia serta alam semesta merupakan hasil ciptaan dari
suatukekuatan Mahabesar dan Mahadahsyat yang berada di luar
dirinya.[3] Oranglamaholot menyebut kekuatan itu dengan nama Lera
Wulan Tana Ekan.[3] Rofinus Nara Kean, dkk, Selayang Pandang Budaya
Lamaholot (Larantuka:Offcet CV. Jovi Stender, 2008), hlm. 9.
- 3. Kepercayaan masyarakat Lamaholot mengenai ungkapan Lera
WulanTana Ekan ini berkaitan erat dengan pengalaman hidup mereka
yang selaluberhubungan langsung dengan alam, maka untuk
mengetahuinya secara lebihmendalam, ungkapan tersebut dijelaskan
dalam empat kelompok besar, yakni apaitu Lera Wulan?Apa itu Tanah
Ekan? Apa hubungan antara Lera Wulan dan TanaEkan? Serta apa
sifat-sifat dari Lera Wulan Tana Ekan itu sendiri.3.1 Lera
WulanSecara harafiah Lera Wulan terdiri dari dua kata yakni; Lera
yang berartiMatahari, dan Wulan yang berarti Bulan. Penamaan ini
mempunyai pemahamanbahwa Sang Ilahi itu adalah Yang Maha Tinggi. Ia
berada di atas segalaciptaanNya, pemberi terang dan kehidupan yang
tak terbatas. Hidup manusia adadalam lindungan dan
penyelenggaraan-Nya. Dasarnya matahari dan bulan adalahyang
menyinari bumi dan memberi kehidupan pada manusia dan segala
tumbuhanyang menjadi sumber makanan manusia.[4]Matahari dan Bulan
juga menjadi patokan perhitungan waktu setiap hari,karena
masyarakat Lamaholot waktu itu belum mengenal alat pengukur
waktuseperti jam. Bagi mereka bulan merupakan sarana perhitungan
musim yang tepatuntuk menghitung waktu bagi penanaman tumbuhan,
perhitungan hari baik dantidak, perhitungan pasang-surut air laut
untuk pergi mencari ikan sertaperhitungan untuk mengadakan
ritus-ritus untuk menghormati Lera Wulan-TanaEkan atau wujud
tertinggi. Tanpa matahari dan bulan kehidupan tidak akanberjalan
sebagaimana mestinya. Hal ini tampak dalam ungkapan Lera Wulannein
morit kame (matahari dan bulan memberikan kehidupan kepada
kami).[5]Lera Wulan adalah benda langit (matahari dan bulan) yang
berada jauh ditempat tinggi, dan tidak dapat dijangkau oleh indera
manusia. Sesungguhnya, halini mengandung makna bahwa Tuhan itu
berada di tempat yang tinggi, tidak dapatdijangkau oleh akal
manusia dan mesti diberi tempat tertinggi di atas segalasesuatu
yang lain. Dalam percakapan sehari-hari, bila orang menyebut
Lera[4] Lambert Doni Watun Majalah..., hlm.17.[5] Lambert Doni
Watun, Majalah..., hlm.17.
- 4. Wulan, orang selalu menunjukkan jarinya ke atas langit.
Penunjukan jari inimelambangkan bahwa Tuhan itu berada di atas atau
berada di tempat yang tinggi.Lera Wulan juga merupakan sumber
terang dan ia adalah terang itusendiri. Ia menerangi bumi dan alam
semesta. Tanpa terang yang dipancarkanoleh matahari pada siang hari
dan bulan pada malam hari, kehidupan di bumi takdapat berjalan
dengan baik. Dalam konteks ini, dapatlah dikatakan bahwa Tuhanitu
adalah sumber kehidupan.[6] Dari langit, turunlah berkat bagi
kehidupan didunia. Berkat itu hadir dalam bentuk hujan, angin,
embun, pergantian musim, danlain sebagainya. Kedudukan Tuhan yang
tinggi ini, mengandung makna bahwaTuhan adalah pemberi hidup
sekaligus menjadi penyelenggara kehidupan di bumi.Dialah penguasa
langit dan bumi, penguasa alam semesta.3.2 Tana EkanSecara harafiah
Tana Ekan terdiri dari dua kata yakni Tana berarti tanahdan Ekan
berarti lahan. Jadi Tana Ekan berarti bumi atau jagat raya.
Bumiadalah tempat di mana manusia berpijak dan melangsungkan
hidupnya. Tanahadalah bagian kehidupan mereka yang tak dapat
dipisahkan. Boleh dikatakantanpa bumi atau Tana Ekan manusia takkan
pernah ada. Manusia hanya ada kalauada bumi, karena bumi adalah
tempat di mana manusia berpijak.[7]Menurut pemahaman masyarakat
Lamaholot, Tana Ekan juga memberikanperlindungan kepada mereka
karena jika bumi itu marah maka semua yang adaakan mati, misalnya;
jika terjadi gempa atau bencana alam lainnya. Karena itumereka
selalu mengadakan ritus-ritus untuk menjaga dan menghormati
TanaEkan. Pemahaman akan perlindungan Tana Ekan ini terdapat dalam
ungkapanTana Ekan liko lapak kame (Tana Ekan memberikan
perlindungan kepadakami).[8]Tana Ekan adalah tempat hidup semua
makhluk ciptaan manusia yangberada dekat dan bersama manusia.
Simbolisasi ini mengandung makna bahwaselain berada di tempat yang
tinggi dan jauh dari manusia, tapi Dia juga dekat.[6] Rofinus Nara
Kean, dkk, Selayang..., hlm. 10-11.[7] Lambert Doni Watun,
Majalah..., hlm.17.[8] Lambert Doni Watun, Majalah..., hlm.17.
- 5. Dia tak terjangkau oleh indera manusia tetapi menjangkaui
manusia sebabkeberadaan-Nya dekat dan bersama manusia. Tana Ekan
menerima berkat yangturun dari langit. Dia juga menyediakan segala
sesuatu untuk memenuhikebutuhan hidup dan kesejahteraan
manusia.[9]3.3 Hubungan antara Lera Wulan dan Tana Ekan (Lera
Wulan-Tana Ekan)Ungkapan Lera Wulan dan Tana Ekan ini tak dapat
dipisahkan atau takdapat berdiri sendiri. Keduanya menjadi satu
kesatuan yang utuh. Dalampemahaman inilah maka simbol atau cara
membahasakan Wujud Tertinggi tidakhanya disebut Lera Wulan atau
Tana Ekan sendiri atau secara terpisah-pisah,tetapi keduanya harus
disatukan agar memiliki makna yang utuh mengenai WujudTertinggi
itu. Ungkapan Lera Wulan Tana Ekan ini tersirat juga makna
imanensidan transeden sang Ilahi. Bagi masyarakat Lamoholot Allah
selain jauh(transenden) dan Mahadahsyat tetapi juga dekat dan akrab
dengan manusia(imanen).[10]Transenden itu terdapat dalam ungkapan
nama Lera Wulan sebagaimatahari dan bulan yang ada jauh di atas
bumi yang dimengerti bahwa mataharidan bulan tak henti-hentinya
memberikan sinarnya kepada manusia. Mereka(matahari dan bulan) tak
pernah berhenti memberikan kehidupan bagi manusiameskipun berada di
tempat yang jauh. Hal ini dapat disimak dalam ungkapanAllah teti
kowa lolon, niku kame maan sare-sare (Allah yang berdiam di
atasawan, semoga melihat kami dengan baik-baik). Ketransendenan
Allah ini jugamenunjukkan kemahadahsyatan Allah yang tak
terhampiri, tapi dapat dialami dandirasakan. Kedahsyatan Allah itu
terdapat pada matahari yang dapat memberikanpanasnya yang sangat
panas sehingga membawa kematian bagi segala kehidupandi bumi
ini.Allah dalam pemahaman masyarakat Lamaholot selain dilihat
sebagaiAllah yang jauh dan Mahadahsyat, juga Allah itu begitu dekat
dengan manusia.[9] Rofinus Nara Kean, dkk, Selayang..., hlm.11.[10]
Lambert Doni Watun, Majalah..., hlm.18-19.
- 6. Kedekatan dan keakraban Allah dengan manusia itu terdapat
dalam ungkapannama Allah Tana Ekan. Tanah yang menjadi tempat
pijakan manusia, tempatmanusia melangsungkan hidupnya, tempat
manusia mencari dan mengusahakankehidupan adalah simbol Allah yang
dekat dan selalu menyediakan segala sesuatudemi hidup manusia.
Manusia menjadi begitu dekat dengan Allah dan dapatberkomunikasi
denganNya lewat memelihara alam dan lingkunganNya. Olehkarena itu,
alam sangat dihormati oleh mereka. Mereka menganggap bahwa
alamdengan segala isinya merupakan pengejawantaan wujud tertinggi.
Mungkin secarakritis kita mengatakan bahwa pemahaman masyarakat
Lamaholot itu jatuh padapantheisme (paham yang mengatakan bahwa
segala sesuatu adalah Tuhan).Lera Wulan Tana Ekan telah menjadi
simbol dari pencipta danpenyelenggara kehidupan, kekuatan terbesar,
dan terdahsyat. Lamaholotberkeyakinan bahwa Lera Wulan Tana Ekan
berada dengan sendirinya dan takberkesudahan. Keyakinan ini nampak
dalam ungkapan: Bego naen puken take-weliekan miten pai. Bego rupan
tala ladon, Lera gere (munculnya tak bersumber,dari alam gelap,
munculnya bagai cahaya bintang, matahari terbit). [11]3.4
Sifat-Sifat Lera Wulan Tana EkanSetiap aktivitas orang-orang
Lamaholot senantiasa terpaut dengan sifat-sifatTuhan atau Lera
Wulan Tana Ekan. Adapun sifat-sifat Tuhan dalam
nuansake-Lamaholotan itu antara lain sebagai berikut:a) Ehan Tou
(Tuhan Maha Esa)Orang Lamaholot memahami Lera Wulan Tana Ekan
sebagaiMahapencipta satu-satunya. Dia yang Maha Esa telah
menciptakan alam semestatermasuk manusia. Manusia diciptakan oleh
Dia yang Maha Esa dan diutus oleh-Nya untuk memanfaatkan dan
merawat alam semesta. Oleh karena itu, sebagaiwujud rasa syukur dan
terima kasih kepada yang Maha Esa itu, manusia tidakdiperkenankan
menyembah yang lain selain kepada yang Maha Esa itu.[11] Rofinus
Nara Kean, dkk, Selayang..., hlm. 12-15.
- 7. Hanya Dialah yang patut disembah oleh karena keEsaan,
kebesaran dankeagunganNya (kaka belen ama yoga atau kaka belen ama
blolan). HanyanamaNyalah yang patut dimuliakan (Lera Wulan narane
poton pana, Tana Ekanmakene sogan gawe). Manusia harus menjunjung
tinggi kebesaranNya danmerendahkan diri di hadapanNya (hunge
baat-tonga blolo koon Lera Wulan TanaEkan. Lugu rere-maan onem
sare-moon Lera Wulan Tana Ekan).b) One Naen Waibanu Matik Naen
Selan Tapo (Tuhan Mahakasih)Orang Lamaholot sadar dan tahu bahwa
Tuhan telah menyerahkan seluruhalam ciptaan-Nya, bumi dan segala
isinya, kepada manusia untuk dikelola dandimanfaatkan untuk
kelangsungan hidup manusia. Betapa besar belas kasih Tuhankepada
manusia.Atas dasar sifat Mahakasih itu, manusia selalu mengadakan
hubungandengan Lera Wulan Tana Ekan untuk memohon keselamatan,
kesejukan dankedamaian. Permohonan ini patut dialamatkan kepada-Nya
sebab Lera WulanTana Ekan adalah sumber kesejukan, keselamatan dan
kedamaian (gelete, gluor-geletepelumut-gelete owa). Dialah tempat
manusia memperoleh kesehatan yangbaik, hasil kerja yang baik,
kesejahteraan dan kebahagiaan.Lera Wulan Tana Ekan menjadi tempat
manusia mencari perlindungan(liko lapak) karena Dialah satu-satunya
pelindung agung bagi manusia danseluruh alam (bliko ina, blapak
ama). Pada Dialah manusia mengharapkan agarsegala bencana dan
malapetaka, baik berasal dari alam maupun karena ulahmanusia dan
tipu daya setan dapat di jauhkan.Lera Wulan-Tana Ekan juga menjadi
tempat manusia menyampaikankeluh kesahnya (prudut proin). Segala
suka dan duka serta semua kebutuhanhidup manusia di sampaikan
kepadaNya agar Ia menurunkan pertolongan. DalamDia dan bersama Dia,
segala kesulitan bisa diatasi.c) Hube Naen, Galat Kae (Tuhan Yang
Mahakuasa)Hidup dan mati manusia berada di tangan Tuhan. Kapan, di
mana danbagaimana kematian mendatangi seseorang, hanya Tuhanlah
yang tahu dan hanyaDialah yang mengaturnya. Dia menjadi awal dan
akhir dari kehidupan seorang
- 8. manusia. Atas dasar kepercayaan bahwa karena Tuhan yang
memberi hidup, makaketika seseorang meninggal, orang-orang
Lamaholot mengatakan Lera Wulan gutiapan atau Lera Wulan mayaro
(Tuhan mengambilnya kembali atau Tuhanmemanggilnya kembali).d) Noon
Tilun Noon Matan (Tuhan Mahatahu)Tuhan mengetahui pikiran,
perkataan dan perbuatan manusia. Ada duakonsekuensi dari
kemahatahuan Tuhan ini; pertama, Dia akan memberikanganjaran atau
pembalasan atas perbuatan baik manusia. Manusia yang berbuatsesuai
dengan kehendak Tuhan akan memperoleh rahmat dariNya. Kedua,
atasperbuatan tidak baik, Tuhan akan memberikan hukuman atau
kutukan yanglangsung dialami manusia dalam hidupnya dan di akhirat
nanti. Rahmat atauanugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia yang
baik hidupnya nampakdalam hal memperoleh penghasilan yang
baik-murah rezeki, kesehatan yang baik,umur yang panjang, keturunan
yang berhasil, dan lain sebagainya. Sedangkanhukuman atau kutukan
dari Tuhan nampak dalam hal-hal seperti; tidakmemperoleh
penghasilan yang baik, sakit, tidak dikaruniakan keturunan,
ditimpabencana alam, serangan hama, kematian yang tidak wajar, dan
lainsebagainya.[12]IV. PEMAHAMAN ORANG LAMAHOLOT MENGENAI LERA
WULANTANA EKAN4.1 Kepercayaan Masyarakat Lamaholot Zaman DahuluPada
zaman dahulu masyarakat Lamaholot sudah meyakini dan percayaakan
adanya Allah, tetapi mereka tidak sanggup mengungkapkan adanya
Allahitu. Mereka menyebut nama wujud tertinggi itu dengan simbol
Lera Wulan TanaEkan. Tanda kehadiran Wujud Tertinggi itu mereka
imani lewat Nuba Nara[13].Nuba Nara ini sebagai perantara antara
Allah dan manusia.[12] Rofinus Nara Kean, dkk, Selayang..., hlm.
12-15.[13] Secara etimologis Nuba Nara berasal dari kata Tubak dan
Tarak.Tubak artinya menikam atau jatuh tertikam dari atas, dan
Tarak artinya tertikam,mengarah ke tempat datangnya tikaman atau
dari mana datangnya kejatuhan. Dari
- 9. Nuba Nara adalah satu onggokan batu-batu kecil, sebesar
kepalan tanganyang bundar dan licin yang terletak di depan
korke[14], dan berada di tengah-tengahpelataran tempat orang menari
dan membawakan persembahan[15]. NubaNara ini sebagai tempat tinggal
Lera Wulan Tana Ekan. Batu Nuba Nara sertatempat di sekitarnya
harus bersih dari rerumputan. Orang tidak bolehmenghinanya dengan
perkataan dan perbuatan, serta tidak boleh menginjak-injaknya.Semua
anggota suku, dari yang tertua sampai yang terkecil, harus hadirdi
depan batu Nuba Nara pada perayaan pesta-pesta Korke. Pada setiap
pesta yanglain pun, batu-batu Nuba Nara harus mendapat bagiannya
karena diyakini bahwabatu tersebut seperti orang tua yang
melahirkan kita.Jadi Nuba Nara menurut pandangan orang Lamaholot
dulu yang belummengenal gereja adalah sebagai tempat suci di mana
mereka dapat menyampaikanpermohonan, misalnya; mendatangkan hujan,
supaya panenan berhasil, terhindardari gangguan hidup, terhindar
dari penyakit dan lain-lain yang berkaitan denganmembangun rumah,
terhindar dari bencana alam yang merugikan hidup merekadan menang
dari perang. Namun selain itu juga berupa ucapan syukur
sepertiucapan syukur atas keberhasilan panenan, sembuh dari sakit,
menang dari perangserta syukur atas terselenggaranya pesta adat,
dan lain-lain. Dalam setiap doa yangdiucapkan para tua adat dan
masyarakat lain, doa-doa yang di dalamnya terdapatkalimat Lera
Wulan Tana Ekan selalu didendangkan seperti berikut: Lera
WualanTana Ekan nein kame kuat kemuha, ti kame akena goka pewaletem
pi raran ni.Naku jaga gerihan kame ti kame akena berarakem, noon
nein kame rezeki limpahsini dapat dimengerti bahwa jurusan
datangnya tikaman adalah langit, surga;sedangkan tempat tikaman
atau tujuan tikaman adalah bumi/dunia. Nuba adalahsurga yang
menjatuhkan diri, turun ke dalam dunia; Nara adalah surga
yangtinggal tertanam dalam dunia dan menjadi satu dengan dunia.
Nuba Nara jugamengungkapkan keterpisahan surga dan bumi.hal ini
terbaca dalam koda atauungkapan adat (sabda): Lera Wulan gikat teti
lodo hau,Tana Ekan tama lali gerehaka. Taan one tou kirin ehan,
puin taan ro uin na, gahan taan ro kahana (surgaturun dari atas,
bumi naik dari bawah, menjadi satu hati, satu kata, satu ikat,
satuberkas, tak terurai, tak terpisah-pisahkan.)[14] Korke berarti
rumah adat masyarakat Lamaholot.[15] Paul Arndt, Agama Asli Di
Kepulauan Solor (Maumere: PuslitCandradity,2009), hlm.170.
- 10. de aya, ti kame bisa moripem pi tana lolon ni. (Lera Wulan
Tana Ekan berikankami kekuatan, supaya kami tidak jatuh dalam
pencobaan dalam hidup ini. Tapi,lindungilah kami selalu agar kami
tidak sakit, dan berikanlah kami selalu rezekiyang limpah, agar
kami bisa hidup di dunia ini).4.2 Kepercayaan Masyarakat Lamaholot
Setelah Masuknya Agama KatolikKekristenan yang berkembang pada
masyarakat Lamaholot inisesungguhnya ditenun dari suatu proses
sejarah yang panjang dalam bingkaiwaktu dan kompleksitas budaya
umat dan masyarakat. Tapi penyebaran itutidaklah gampang menghadapi
masyarakat Lamaholot yang sudah mendarahdaging dengan adat yang
dihidupi mereka. Sejalan dengan pergantian waktu, paramisionaris
memperkenalkan Agama Katolik lewat katekese-katekese, dan
mulaimembaptis masyarakat Lamaholot untuk masuk Katolik. Dalam
pengajaran, paramisionaris tidak menolak kepercayaan Allah lewat
ungkapan Lera Wulan TanaEkan. Malahan mereka mendukung kepercayaan
itu dengan mengatakan bahwaAllah itu Maha tinggi seperti Lera Wulan
dan sekarang Allah juga ada di bumidekat dengan kita seperti Tana
Ekan. Pengalaman di hadapan Nuba Nara danberbagai ritus yang
dipraktekkan oleh masyarakat Lamaholot ini merupakan tolakpijak
untuk berkiblat kepada Allah. Allah memberi terang ke bawah bumi
inisupaya memperoleh kehidupan. Orang-orang mulai sadar bahwa wujud
tertinggiyang mereka imani sama dengan Allah dalam kepercayaan
Agama Katolik.Akhirnya mereka perlahan-lahan mulai menerima Agama
Katolik sebagai agamayang dianut mereka hingga saat ini, tanpa
menghilangkan kepercayaan dan adatyang telah dianut sejak dahulu
itu. Ungkapan Lera Wulan Tana Ekan selaindigunakan dalam bahasa
adat, digunakan juga dalam agama, di sekolah, dalamberpidato, dan
dalam upacara-upacara formal lainnya. Di samping merekamenghormati
adat, mereka juga menghormati agama. Kami sangat yakin danpercaya
bahwa ungkapan ini tidak akan punah, melainkan tetap
dikumandangkanoleh generasi-generasi penerus di kemudian hari.V.
PENUTUP
- 11. Dari keseluruhan uraian kami di atas dapatlah kita
melihatnya bagaimanapemahaman akan eksistensi Allah dalam ungkapan
Lera Wulan Tana Ekanmenurut masyarakat Lamaholot. Masyarakat
Lamaholot sebelum mengenalAgama Katolik, mereka telah mempunyai
pemahaman tentang siapakah Allah itu?Allah bagi mereka begitu Maha
tinggi, agung, dan luhur (Lera Wulan) tetapisekaligus dekat (Tana
Ekan) tidak dapat dibahasakan dengan nama yangsebenarnya selain
dengan simbol. Akan tetapi esensi dari pengalaman itumenunjukkan
eksistensi Allah yang memberikan hidup bagi mereka. Bagimasyarakat
Lamaholot hidup itu dapat berjalan kalau Allah yang adalah
wujudtertinggi itu tetap menyertai kita. Segala dimensi kehidupan
mereka ada dalamtangan dan berhubungan langsung dengan Sang hidup
yang mereka namakan LeraWulan Tana Ekan. Semoga Lera Wulan Tana
Ekan selalu memberkati kamiberenam ini sebagai generasi penerus
bangsa dan Lewotana[16] Lamaholottercinta ini.DAFTAR PUSTAKAArndt,
Paul. Agama Asli Di Kepulauan Solor. Maumere: Puslit Candradity,
2009.Watun, Lambert Doni. Majalah Flobamora. Pematangsiantar:
([tanpa penerbit]),1996.[16] Lewotana terdiri dari dua kata, yakni;
Lewo yang berarti kampung,dan Tana yang berarti tanah atau halaman.
Jadi Lewotana berarti kampunghalaman.
- 12. Kean, Rofinus Nara, dkk. Selayang Pandang Budaya Lamaholot.
Larantuka:Offcet CV. Jori, 2008.