Post on 02-Mar-2019
EFEKTIVITAS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF TERHADAP PROGRAM-PROGRAM
BADAN WAKAF AL-QUR’AN JAKARTA TAHUN 2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Sayidatu Syarifah Sudrajat NIM: 1113053000049
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M/ 1438 H
EFEKTIVITAS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF TERHADAP PROGRAM-PROGRAM
BADAN WAKAF AL-QUR’AN JAKARTA TAHUN 2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh: Sayidatu Syarifah Sudrajat
NIM: 1113053000049
Di Bawah Bimbingan:
Dr. H. Ahmadi Rojali Jawab, MA NIP. 19810526 201433 3 002
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M/ 1438 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 11 April 2017
Sayidatu Syarifah Sudrajat
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pendayagunaan Dana Wakaf terhadap
Program-program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta Tahun 2016” telah diujikan
dalam siding munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada 11 April 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai
slaah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi
Manajemen Dakwah.
Ciputat, 11 April 2017
Sidang Munaqasyah
ABSTRAK
Sayidatu Syarifah Sudrajat, NIM: 1113053000049, “Efektivitas Pendayagunaan Dana Wakaf terhadap Program-program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta”. Dibimbing oleh Dr. Ahmadi Rojali Jawab, MA. 2017.
Wakaf merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat Indonesia. Peningkatan tersebut bisa dilakukan oleh lembaga-lembaga flantropi Islam di Indonesia dengan upaya dapat memecahkan masalah kemiskinan dan kepincangan sosial melalui pendayagunaan secara optimal. Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) sebagai salah satu lembaga kenazhiran wakaf yang menggunakan cara modern yang mudah dan praktis dalam berwakaf dan menyalurkannya hingga ke pelosok negeri melalui program-program yang unik dan riil. Namun, potensi wakaf di Indonesia sampai saat ini belum dikelola dan diberdayakan secara maksimal dalam ruang lingkup nasional.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pendayagunaan dana wakaf terhadap program-program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta dan untuk mengetahui efektivitas pendayagunaan dana wakaf terhadap program-program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta.
Pada penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis metode deskriptif, menurut Sugiyono bahwa metode masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.
Hasil dari penelitian ini adalah pendayagunaan dana wakaf disalurkan melalui lima fokus program wakaf yaitu, wakaf Al-Qur’an dan pembinaan, water action for people, tebar cahaya Indonesia terang, wakaf khusus dan wakaf produktif terhadap program-program. Sedangkan pendayagunaan dana bukan wakaf (zakat, infak dan sedekah) disalurkan melalui program zakat peer to peer, Indonesia belajar dan sedekah kemanusiaan. Pendayagunaan dana di Badan Wakaf Al-Qur’an secara garis besar sudah efektif. Faktanya pada penghimpunan dana pada tahun 2016 sebesar Rp9.181.869.256,- dari dana tersebut didayagunakan melalui program-program tahun 2016 sebesar Rp4.600.513.596,- maka, dana yang tersisa sebesar Rp4.581.355.660,-. Terdapat adanya jumlah dana penghimpunan yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran/ pendayagunaan. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa ada satu program yang belum terealisasi karena belum ada permintaan dieksekusi dan proses fundraising yang masih berjalan. Namun, pencapaian BWA dinyatakan efektif (berhasil), karena seluruh target dan tujuan dari masing-masing program telah tercapai sesuai yang direncanakan BWA. Dengan adanya program wakaf khusus dalam project kapal dakwah misalnya, project tersebut bisa melaksanakan seluruh program-program yang ada di BWA ke pulau-pulau pelosok negeri.
Kata Kunci: Efektivitas, Pendayagunaan, Wakaf, Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamiin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa
Ta’ala pencipta alam semesta, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pendayagunaan Dana Wakaf
terhadap Program-program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta”. Shalawat dan salam
tak lupa penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad Shallalah
‘Alayhi wa Sallam yang telah membimbing umatnya dalam cahaya peradaban.
Tak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada orang tua penulis yaitu,
H. Enjat Sudrajat dan Zhuhriyah yang telah berusaha seluruh jiwa raga atas
pendidikan penulis, memberikan seluruh kasih sayang, doa, dukungan, semangat,
dan segala keridhaannya sehingga penulis dapat terus berusaha untuk meraih cita-
cita. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan, rezeki dan ridhoNya.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini banyak
mendapat bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Maka, pada kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Bapak Suparto M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Ibu Dr. Raudhonah, MA selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum dan Bapak Dr. Suhaimi, MA selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
ii
3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Program Studi
Manajemen Dakwah dan Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris
Program Studi Manajemen Dakwah.
4. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa.
5. Bapak Dr. H. Ahmadi Rojali Jawab, MA selaku Dosen Pembimbing yang
telah bersedia membimbing penulis dari awal hingga akhir penyelesaian
penelitian skripsi ini.
6. Tim penguji penulis, Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku ketua sidang, Bapak
Drs. Sugiharto, MA selaku sekretaris sidang, Bapak Drs. H. Sungaidi, MA
selaku penguji I dan Bapak Muhammad Zen, MA selaku penguji II.
7. Seluruh Dosen Program Studi Manajemen Dakwah yang telah memberikan
banyak ilmu yang bermanfaat dan pengalaman hidup yang luar biasa.
8. Seluruh pimpinan dan jajaran Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta, Bapak Ir.
Heru Binawan selaku ketua CEO-Founder, Bapak Ir. H. Hazairin Hasan
selaku Partnership Manajer, Bapak Ir. M. Ichsan Salam selaku Operation
Director, Finance & Founder, Ibu Finny Ibrahim selaku Kabag. Keuangan
dan Akuntansi, Ibu Desty selaku waqif relation division, yang telah
membantu penulis terkait data dalam penyusunan penelitian skripsi ini.
9. Bapak Ir. Heru Binawan selaku ketua CEO-Founder, Bapak Ust. Arifudin
Anwar selaku mitra mauquf ‘alaih dan Ibu Shinta Rarastiti selaku waqif
yang telah bersedia penulis wawancari untuk kepentingan penelitian.
iii
10. Kakak-kakak penulis Adjri Septiani Sudrajat, S. Kom. I dan Briptu Jerry
Mardiansyah, SH. Adik-adik penulis Zulfatan Nugraha Putra dan Elyya
Nindiyani yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.
11. Teman dan sahabat penulis tersayang, Ichtiarsyah Suminar, S. Ked, Iin
Ambar Sari, Anya FC dan teman-teman lainnya yang telah memberikan
dukungan, semangat dan doa atas penulisan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan Program Studi Manajemen Dakwah angkatan
2013, khususnya MD B dan MD ZISWAF.
13. Teman-teman organisasi penulis, Himpunan Qori dan Qori’ah Mahasiswa
(HIQMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-2015, Laboratorium Amil
Zakat, Infaq dan Shodaqoh Manajemen Dakwah (LAZIS MD) 2016-2017
dan Kelompok Kuliah Kerja Nyata KKN Mahakarya 2016.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan penelitian ini. Demikian
laporan penelitian ini penulis buat, semoga penulisan laporan penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Ciputat, 11 April 2017
Sayidatu Syarifah Sudrajat
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6
D. Metodologi Penelitian ...................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 12
F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 15
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 17
A. Teori Dana Wakaf .......................................................................... 17
1. Pengertian Dana Wakaf ............................................................ 17
2. Dasar Hukum Dana Wakaf ....................................................... 20
3. Rukun dan Syarat-syarat Dana Wakaf ....................................... 22
4. Macam-macam Wakaf .............................................................. 26
5. Tujuan dan Manfaat Dana Wakaf .............................................. 28
B. Teori Pendayagunaan...................................................................... 29
1. Pengertian Pendayagunaan ........................................................ 29
v
2. Pola Pendayagunaan ................................................................. 31
3. Sasaran Pendayagunaan Dana Wakaf ........................................ 32
4. Asas-asas Pendayagunaan Dana Wakaf ..................................... 35
5. Hikmah Pendayagunaan Dana Wakaf ....................................... 41
C. Teori Efektivitas ............................................................................. 43
1. Pengertian Efektivitas ............................................................... 43
2. Tolak Ukur Efektivitas .............................................................. 45
3. Pendekatan Terhadap Efektivitas .............................................. 46
4. Kriteria Efektivitas Organisasi .................................................. 47
BAB III GAMBARAN UMUM BADAN WAKAF AL-QUR’AN
JAKARTA ...................................................................................................... 50
A. Profil Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta ........................................... 50
1. Sejarah Berdirinya Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta ................. 50
2. Dasar Hukum ............................................................................ 52
3. Visi dan Misi ............................................................................ 53
4. Struktur Organisasi ................................................................... 53
5. Program-program Badan Wakaf Al-Qur’an ............................... 54
BAB IV EFEKTIVITAS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF
TERHADAP PROGRAM-PROGRAM BADAN WAKAF AL-QUR’AN
JAKARTA ...................................................................................................... 65
A. Pendayagunaan Dana Wakaf terhadap Program-program
Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta ..................................................... 65
B. Efektivitas Pendayagunaan Dana Wakaf terhadap
Program-program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta ........................ 77
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 90
vi
A. Kesimpulan .................................................................................... 90
B. Saran .............................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1: Grafik Penghimpunan Dana BWA Tahun 2016............................ 80
Gambar 4.2: Grafik Pendayagunaan Dana BWA Tahun 2016 .......................... 83
Gambar 4.3: Grafik Jumlah Waqif BWA Tahun 2010-2016 ............................. 88
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Tinjauan Pustaka 1 .......................................................................... 12
Tabel 1.2: Tinjauan Pustaka 2 .......................................................................... 13
Tabel 1.3: Tinjauan Pustaka 3 .......................................................................... 14
Tabel 4.1: Pendayagunaan Dana Program BWA Tahun 2016 ........................... 81
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 : Surat Penelitian Skripsi
Lampiran 3 : Surat Keterangan Hasil Penelitian
Lampiran 4 : Surat Rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Lampiran 5 : Hasil Wawancara
Lampiran 6 : Foto-foto Wawancara
Lampiran 8 : Foto-foto Project Badan Wakaf Al-Qur’an
Lampiran 9 : Mitra Badan Wakaf Al-Qur’an
Lampiran 10 : Katalog Program 2016
Lampiran 11 : Buletin Program 2016
Lampiran 12 : Nama-nama Wakif Desember 2016
Lampiran 13 : Nomor Rekening Badan Wakaf Al-Qur’an
Lampiran 14 : Langkah-langkah Berwakaf Secara Online
Lampiran 15 : Login User BWA
Lampiran 16 : Contoh Formulir Donasi Badan Wakaf Al-Qur’an
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat
adalah memaksimalkan potensi kelembagaan yang telah diatur oleh ajaran Islam,
seperti zakat, infak, sedekah, hibah, wakaf dan lain-lain. Lembaga-lembaga
ekonomi yang ditawarkan oleh umat Islam merupakan upaya-upaya strategis
dalam rangka mengatasi berbagai problematika kehidupan masyarakat. Sebagai
salah satu potensi yang mempunyai pranata keagamaan yang bersifat ekonomis,
wakaf harusnya dikelola dan dikembangkan menjadi suatu instrumen yang
mampu memberikan jawaban riil di tengah problematika kehidupan masyarakat.1
Namun, potensi wakaf di Indonesia sampai saat ini belum dikelola dan
diberdayakan secara maksimal dalam ruang lingkup nasional.2
Peranan wakaf sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia
apabila pendayagunaan dana wakaf dikelola secara optimal. Pendayagunaan
memiliki arti pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat atau
pengusahaan agar mampu menjalankan tugas dengan baik atau efisien.3
Pendayagunaan bisa diartikan sebagai suatu usaha untuk mendatangkan hasil atau
manfaat yang lebih besar dan lebih baik dengan memanfaatkan sumber daya dan
potensi yang dimiliki. Pendayagunaan merupakan kemampuan seseorang atau
1Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Pengelolaan & Pengembangan Wakaf, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 87.
2Ibid, h. 89. 3Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 242.
sekelompok orang untuk mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar, baik
dan tepat sehingga tercapainya kesejahteraan umum.
Wakaf berasal dari kata kerja Bahasa Arab yaitu وقف (waqafa) yang berarti
menghentikan, wakaf secara harfiyah berarti berhenti, menahan atau diam.4
Wakaf adalah perbuatan hukum waqif (واقف) untuk memisahkan dan/ atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/ atau kesejahteraan umum menurut syariah.5 Wakaf berfungsi mewujudkan
potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan
untuk memajukan kesejahteraan umum.6
Adapun, pendayagunaan wakaf adalah bentuk pengusahaan (penyaluran)
organisasi wakaf (نظیر/nazhir) dari harta wakaf yang diamanahkan oleh pemberi
harta wakaf (waqif) agar diterima dan dapat mendatangkan manfaat lebih besar
bagi kesejahteraan umum sesuai tujuan yang disyari’atkan. Maka, Pendayagunaan
dana wakaf merupakan bentuk dari proses optimalisasi pengusahaan organisasi
wakaf dari hasil dana wakaf agar sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
Wakaf merupakan suatu bentuk kegiatan ibadah yang sangat dianjurkan
bagi umat Islam yang terdapat dalam Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu:
]٣:٩٢[ وما تـنفقوا من شيء فإن الله به عليم لن تـنالوا الرب حىت تـنفقوا مما حتبون
4Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1998), h. 80.
5Departemen Agama, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf & Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007), h. 3.
6Ibid, h. 5.
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian sebelum kamu menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai dan apa yang kamu nafkahkan dari sesuatu, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya”.7
Selain itu, ibadah wakaf bukan hanya dianjurkan tetapi menjadi salah satu
ibadah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallah ‘Alayhi wa Sallam sesuai
dengan sabdanya berikut ini:
نسان انـقطع عن أيب هريرة رضى اهللا عنه أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال : إذا مات اإل ولد صالح يدعو له أو علم يـنتـفع به أو عمله إال من ثالثة إال من صدقة جارية عنه
(رواه ومسلم)Artinya: “Daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu katanya,
Rasulullah Shallallah ‘Alayhi wa Sallam telah bersabda : Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang selalu mendoakannya”.8 (HR Muslim).
Pengelolaan dana wakaf dilakukan oleh nazhir. Nazhir adalah pihak yang
menerima harta benda wakaf dari waqif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai
dengan peruntukannya.9 Dalam konteks Indonesia, lembaga wakaf yang secara
khusus mengelola dana wakaf tunai dan beroperasi secara nasional itu adalah
Badan Wakaf Indonesia (BWI). Institusi wakaf dalam wadah BWI mempunyai
fungsi sangat strategis dalam membantu, baik dalam pembinaan maupun
pengawasan terhadap para nahzir untuk dapat melakukan pengelolaan wakaf
secara produktif. Pembentukkan BWI mempunyai tujuan untuk
menyelenggarakan administrasi pengelolaan secara nasional, mengelola sendiri
harta wakaf yang dipercayakan kepadanya, khususnya yang berkaitan dengan
7Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain 1, terjemahan Bahrun Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), h. 254. 8Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits Shahih Muslim 2, terjemahan Ferdinand Hasmand, (Jakarta: Almahira, 2012), h. 72.
9Departemen Agama, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf & Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, h. 3.
tanah wakaf produktif strategis dan promosi program yang diadakan BWI dalam
rangka sosialisasi kepada umat Islam dan umat lain pada umumnya.10 Hal tersebut
dapat menunjang keefektifan lembaga-lembaga wakaf yang bergerak di bidang
wakaf khususnya wakaf uang atau cash waqf.
Saat ini, banyak lembaga atau badan wakaf yang mengelola wakaf di
Indonesia. Dalam pengelolaan wakaf uang, Tabung Wakaf Indonesia
menggunakan pendekatan produktif, non produktif dan terpadu. Berbagai produk
wakaf yang ada TWI memiliki beberapa program untuk peruntukan penyaluran
manfaat wakaf yaitu untuk kepentingan bidang pendidikan, kesehatan dan
pemberdayaan ekonomi.11 Beberapa pendekatan tersebut, dapat menunjang
kinerja TWI dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Selain itu lembaga wakaf yang bergerak di bidang wakaf uang di
Indonesia yaitu Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta. BWA adalah organisasi
nirlaba (non-profit organization) berbentuk Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Badan Wakaf Al-Qur’an menggunakan cara modern yang mudah dan
praktis untuk membantu orang lain. Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA)
mempermudah waqif dalam menyalurkan bantuan untuk umat Islam hingga ke
pelosok negeri. Program yang BWA tampilkan yaitu program yang unik dan riil
untuk membantu komunitas dan individu yang membutuhkan, setiap komunitas
10Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 34.
11Muhammad Shofi, Analisis Praktik dan Manajemen Pengelolaan Wakaf Uang Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Vol. 2, No. 2, 2016 dari: http://ojs.unida.ac.id/index.php/JSEI/article/download/267/75.
dan individu memiliki keunikan persoalan dan solusinya. Oleh karena itu, BWA
mencoba membantu mereka dalam program yang sesuai dengan kebutuhannya.12
Program-program Badan Wakaf Al-Qur’an tentunya memiliki tujuan yang
mulia yaitu berorentasi pada tujuan dunia dan akhirat. Program-program yang
dilaksanakan oleh Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta memiliki program-program
yang dapat mendatangkan hasil dan manfaat sesuai dengan tujuan. Tercapainya
sebuah tujuan merupakan suatu tolak ukur sebuah efektivitas organisasi.
Efektivitas merupakan kemampuan untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara
atau peralatan yang tepat.13 Efektivitas dapat juga diartikan suatu besaran atau
angka untuk menunjukkan sampai seberapa jauh sasaran (target) tercapai.14 Oleh
karena itu, penulis tertarik meniliti lebih jauh mengenai pencapaian tujuan yang
dimiliki oleh Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) dalam pendayagunaan dana wakaf
dari program-program yang dilaksanakan oleh Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA)
Jakarta diukur dari segi keefektifannya. Maka, penulis membuat skripsi dengan
judul: “EFEKTIVITAS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF TERHADAP
PROGRAM-PROGRAM BADAN WAKAF AL-QUR’AN JAKARTA
TAHUN 2016”.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam skripsi ini lebih terarah, maka dalam penulisan
skripsi ini penulis membatasinya pada: Efektivitas pendayagunaan dana
12www.wakafquran.org, diakses pada tanggal 28 Desember 2016, pukul 09.48. 13T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPPE, 1998), Ed ke-II, h. 7. 14Eti Rochaety dan Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), h. 71.
wakaf terhadap program-program Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta
pada tahun 2016. Karena, BWA memiliki program-program yang banyak
memberikan hasil dan manfaat. Maka, penulis tertarik meneliti lebih lanjut.
2. Perumusan Masalah
Agar batasan pada perumusan masalah ini lebih terarah dan terfokus
dalam penulisan skripsi ini maka dirumuskan dalam rangka menjawab
permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana pendayagunaan dana wakaf terhadap program-program
Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta?
b. Bagaimana efektivitas pendayagunaan dana wakaf terhadap program-
program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penulisan penelitian ini adalah:
a. Mengetahui pendayagunaan dana wakaf terhadap program-program
Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta.
b. Mengetahui efektivitas pendayagunaan dana wakaf terhadap
program-program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
pengetahuan ilmiah di bidang wakaf secara umumnya dan pendayagunaan
dana wakaf pada khususnya.
b. Akademisi
Penelitian ini diharapkan memberikan kajian yang menarik dan
menambah wawasan khazanah keilmuan bagi para pembaca khususnya
mahasiswa Manajemen Dakwah dan dapat berguna bagi banyak pihak
sebagai referensi atau perbandingan bagi kajian ilmu yang akan datang.
c. Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan baru
dan memberikan motivasi bagi para praktisi terhadap pengembangan ilmu
wakaf.
d. Lembaga Terkait
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta secara umum dan menjadi bahan kajian
tim pelaksana mengenai masalah ini secara khusus, agar mampu
mempertahankan dan memaksimalkan kinerja secara optimal.
e. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan wacana
dalam ekonomi Islam pada umumnya. Selain itu, dapat menjadi dorongan
masyarakat dalam berwakaf dan menyadarkan masyarakat tentang
tingginya potensi dana wakaf untuk kesejahteraan di Indonesia.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis metode deskriptif, yaitu metode masalah yang
memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi yang akan
diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.15 Menurut Bagman dan
Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari
perilaku orang-orang yang diamati.16 Menurut Lexy J. Moleong berdasarkan
pada pondasi penelitian, paradigma penelitian, perumusan masalah, tahap-
tahap penelitian, teknik penelitian, kriteria dan teknik pemeriksaan data dan
analisis dan penafsiran data.17
Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode
deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau produksi.18
Metode deskriptif dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang
berguna untuk pelaksanaan percobaan dan dapat membantu dalam
mengetahui bagaimana caranya mencapai tujuan yang diinginkan.19
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data.20 Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:
15Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 205.
16Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 24.
17Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 63-64.
18Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), h. 24.
19Consuelo G. Sevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian, terjemahan Alimuddin Tuwu, (Jakarta : Universitas Indonesia, 1993), h. 73.
20Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2005), h. 62.
a. Observasi atau Pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian
tersebut dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut
dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra.21
Metode ini penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui
kondisi objektif mengenai objek penelitian.
b. Wawancara
Wawancara dalam hal ini adalah teknik tanya jawab secara lisan
yang diarahkan pada masalah tertentu untuk mendapatkan informasi yang
selengkap-lengkapnya tanpa unsur paksaan kepada para informan yang
mengetahui secara mendalam pada Badan Wakaf Al-Qur’an.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.22 Dokumentasi dapat berbentuk tulisan, gambar atau
karya-karya monumental dari seseorang.23 Pada penelitian ini peneliti
mengumpulkan, membaca, memperoleh, dan mempelajari berbagai
macam bentuk data melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang ada di
Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta serta data-data lain di perpustakaan yang
dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini.
21M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 134.
22Husaini Husman, Metedologi Penelitian Untuk Public Relation, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 61.
23Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 240.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi
tentang data-data yang dibutuhkan penulis. Dalam penelitian ini, yang
menjadi subjeknya adalah Bapak Heru Binawan selaku CEO-Founder
(nazhir) Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta, orang yang berwakaf (waqif) dan
orang yang menerima manfaat harta wakaf (mauquf ‘alaih) yang dapat
memberikan informasi mengenai permasalahan yang diteliti penulis.
Sedangkan objek penelitian adalah pendayagunaan dana wakaf terhadap
program-program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian skripsi ini dilaksanakan di kantor pusat Badan
Wakaf Al-Qur’an Jakarta yaitu bertempat di Jl. Tebet Timur Dalam I No. 1,
Tebet, Jakarta Selatan, 12820. Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan
Januari hingga Bulan Maret Tahun 2017.
5. Sumber Data
Sumber data merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu
penelitian tersebut. Terdapat dua jenis sumber data, yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau sumber data pertama di mana sebuah
data dihasilkan.24 Data primer yang akan penulis dapatkan melalui
wawancara. Wawancara dapat dipandang sebagai metode pengumpulan
data sepihak yang dikerjakan secara sistematis berlandaskan pada tujuan
penelitian. Dengan penelitian langsung melalui pihak yang terkait guna
memperoleh data-data mengenai efektivitas pendayagunaan dana wakaf
terhadap program-program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder dari data yang dibutuhkan penulis. Data sekunder
diperoleh dari dokumen-dokumen seperti buku, jurnal, surat kabar, artikel
atau data-data yang dikeluarkan oleh Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta.
Data sekunder yang diperoleh dari arsip data dalam bentuk tabel, bagan,
matriks, gambar dan lain sebagainya.25 Selain itu, data sekunder diperoleh
dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, jurnal dan sumber
lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi ini.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan
mengurutkan ke dalam pola, kategori dan suatu uraian dasar kemudian
dianalisa agar mendapatkan hasil bedasarkan yang ada. Hal ini disesuaikan
24M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 122. 25Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta,
1983), h. 57.
dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.26
Data yang diperoleh dari buku-buku, artikel-artikel, maupun tulisan-
tulisan yang didapat melalui internet kemudian diklasifikasikan untuk
dimasukkan ke masing-masing variabel dan kemudian diinterpretasikan.
Begitu pula data yang diperoleh dari hasil lapangan, maka setiap pertanyaan
dan jawaban dari wawancara akan dimasukkan ke variabel yang tepat untuk
dapat diinterpretasikan.
7. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman dan mengacu kepada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh CEQDA, April 2007, Cet.
Ke-2.
E. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang harus
diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis
melakukan kajian kepustakaan, penulis menemukan beberapa skripsi yang
membahas skripsi tentang wakaf, judul-judul skripsi tersebut adalah:
Tabel 1.1: Tinjauan Pustaka 1
Nama Peneliti,
Judul Penelitian
Fitra Mizan, “Efektivitas Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
dalam Penghimpunan dan Pendayagunaan Wakaf”.
Program Studi Muamalat tahun 2008.
26Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 11.
Keterangan dan
Isi Penelitian
Skripsi ini membahas tentang pencapaian tujuan
lembaga Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dalam
penghimpunan dan pendayagunaan wakaf.
Perbedaan Pada skripsi tersebut objek yang dituju adalah Tabung
Wakaf Indonesia (TWI), peneliti mendapatkan hasil
bahwa adanya perbedaan efektivitas yang positif antara
sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia dan
sesudahnya ada Tabung Wakaf Indonesia dari segi
penghimpunan dana wakaf. Dilihat dari laporan
penghimpunan wakaf yang dikeluarkan Tabung Wakaf
Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya.
Kemudian, setelah adanya Tabung Wakaf Indonesia,
pendayagunaan wakaf memiliki program yang lebih
variatif ditunjang dengan pengelolaan dan penyaluran
wakaf jauh lebih baik dan optimal.
Persamaan Skripsi ini membahas dan menggunakan teori efektivitas.
Selain itu, terdapat pula pembahasan mengenai
penghimpunan dan pendayagunaan wakaf.
Tabel 1.2: Tinjauan Pustaka 2
Nama Peneliti,
Judul Penelitian
Muhammad Apriadi, “Efektifitas Penghimpunan dan
Pengelolaan Wakaf Uang pada Baitulmaal Muamalat
(BMM)”. Program Studi Perbankan Syari’ah tahun 2010.
Keterangan dan Skripsi ini membahas tentang pencapaian tujuan lembaga
Isi Penelitian Baitulmaal Muamalat (BMM) dalam penghimpunan dan
pengelolaan wakaf uang.
Perbedaan Pada skripsi tersebut objek yang dituju adalah Baitulmaal
Muamalat (BMM), peneliti mendapatkan hasil bahwa
penghimpunan wakaf uang pada Baitulmaal Muamalat
kurang efektif dengan fakta bahwa jumlah dana wakaf uang
yang terhimpun tidak terjadi secara terus menerus bahkan
cenderung menurun. Kemudian, pengelolaan wakaf uang
BMM kurang efektif dengan fakta bahwa penambahan
hasil pengelolaan dana wakaf yang dikelola relatif masih
kecil dan tidak terjadi kenaikan secara signifikan.
Persamaan Skripsi ini membahas dan menggunakan teori efektivitas.
Selain itu, terdapat pula pembahasan mengenai
penghimpunan dan pengelolaan wakaf uang.
Tabel 1.3: Tinjauan Pustaka 3
Nama Peneliti,
Judul Penelitian
Murni Himawati, “Manajemen Pendayagunaan Wakaf untuk
Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa Terpencil pada
Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta”. Program Studi
Manajemen Dakwah tahun 2014.
Keterangan dan
Isi Penelitian
Skripsi ini membahas tentang manajemen Badan Wakaf
Al-Qur’an Jakarta dalam pendayagunaan dana wakaf untuk
pembangunan sarana dan prasarana desa terpencil.
Perbedaan Pada skripsi tersebut membahas tentang manajemen di
BWA dan peneliti mendapatkan hasil bahwa manajemen
pendayagunaan di Badan Wakaf Al-Qur’an sudah berjalan
dengan sistem manajemen terpadu yang di back up dengan
sarana teknologi informasi yang memadai dan user
friendly. Namun, pendayagunaan dana wakaf pada Badan
Wakaf Al-Qur’an belum secara maksimal pemanfaatannya,
ini terbukti dengan pendayagunaan program wakaf yang
masih belum produktif secara sempurna.
Persamaan Objek pada penelitian yang sama yaitu Badan Wakaf Al-
Qur’an Jakarta dan membahas tentang pendayagunaan.
Dilihat dari judul-judul di atas, penelitian penulis berbeda dari penelitian-
penelitian sebelumnya. Penelitian kali ini menggambarkan bagaimana penulis
meniliti lebih jauh mengenai pencapaian tujuan yang dimiliki oleh Badan Wakaf
Al-Qur’an (BWA) dalam pendayagunaan dana wakaf dari program-program yang
dilaksanakan oleh Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta diukur dari segi
keefektifannya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami pengertian-pengertian dan
mempelajari penulisan skripsi, penulisan disusun secara sistematis menjadi
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan sebagian gambaran umum tentang penulisan
skripsi. Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini memuat tentang teori efektivitas yang meliputi pengertian
tolak ukur, pendekatan dan kriteria efektivitas organisasi. Selain itu,
pembahasan tentang teori pendayagunaan yang meliputi pengertian,
pola bentuk dan sifat. Kemudian, pembahasan tentang teori wakaf yang
meliputi pengertian, rukun dan syarat-syarat wakaf, pendayagunaan
dana wakaf serta hikmahnya.
BAB III: GAMBARAN UMUM BADAN WAKAF AL-QUR’AN JAKARTA
Pada bab ini membahas profil Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta,
meliputi sejarah berdirinya, visi, misi, struktur organisasi dan program-
program di Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta.
BAB IV: ANALISIS DATA
Pada bab ini memuat pembahasan hasil penelitian dan analisis data
penelitian tentang efektivitas pendayagunaan dana wakaf terhadap
program-program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian
pembahasan dalam penelitian. Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari
pembahasan di bab-bab sebelumnya dan juga berisi beberapa saran
untuk pengembangan lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Dana Wakaf
6. Pengertian Dana Wakaf
Kata wakaf atau waqf berasal dari Bahasa Arab yaitu وقف (waqafa).
Asal kata waqafa berarti menahan; berhenti; diam di tempat; tetap berdiri.
Kata وقف - یقف - وقفا (waqafa-yaqifu-waqfan) sama artinya dengan یحبس - تحبسا
dalam Bahasa Arab (al-waqf) الوقف Kata .(habasa-yahbisu-tahbisan) حبس -
mengandung pengertian yang artinya menahan harta untuk diwakafkan, tidak
dipindahmilikkan. 26F
1 Dengan demikian, wakaf adalah menyerahkan tanah
kepada orang-orang miskin untuk ditahan. Diartikan demikian karena barang
milik itu dipegang dan ditahan oleh orang lain seperti menahan hewan ternak,
tanah dan segala sesuatu. 27F
2
Wakaf adalah tanah negara yang tidak dapat diserahkan kepada
siapapun dan dan digunakan untuk tujuan amal; benda bergerak atau tidak
bergerak yang disediakan untuk kepentingan umum (Islam) sebagai
pemberian yang ikhlas; hadiah atau pemberian yang suci.3 Maka, wakaf
adalah menahan harta wakaf dari si pemberi harta wakaf (waqif) untuk
kesejahteraan si penerima manfaat harta wakaf (mauquf ‘alaih) yang dikelola
oleh organisasi wakaf (nazhir).
1Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Fiqh Wakaf, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 1.
2Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, terjemahan Ahrul Sani Faturrahman, (Dompet Dhuafa Republika dan IIMaN, 2004), h. 37.
3Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1266.
17
Para ahli fikih berbeda dalam mendefinisikan wakaf menurut istilah,
sehingga mereka berbeda pula dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri.
Berbagai pandangan tentang wakaf menurut istilah sebagai berikut:4
a. Abu Hanifah
Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap
milik si waqif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan
atau dengan kata lain tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda,
yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan
manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (sosial), baik sekarang maupun
akan datang.
b. Mazhab Maliki
Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan
harta yang diwakafkan dari kepemilikan waqif, namun wakaf tersebut
mencegah waqif melakukan tindakan yang dapat melepaskan
kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan waqif
berkewajiban menyedekahkkan manfaatnya serta tidak boleh menarik
kembali wakafnya.
c. Mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal
Syafi’i dan Ahmad berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan
harta yang diwakafkan dari kepemilikan waqif, setelah sempurna prosedur
perwakafan.
4Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Fiqh Wakaf, h. 2-3.
d. Mazhab Lain
Mazhab lain sama dengan mazhab ketiga, namun berbeda dari segi
kepemilikan atas benda yang diwakafkan yaitu menjadi milik mauquf
‘alaih (yang diberi wakaf), meskipun mauquf ‘alaih tidak berhak
melakukan suatu tindakan atas benda wakaf tersebut, baik menjual atau
menghibahkannya.
Adapun dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan
atau biaya.5 Maka, dana wakaf adalah menahan harta wakaf dari waqif
berupa uang yang dikelola untuk kemaslahatan umat Islam. Dana wakaf
disebut juga dengan cash waqf atau wakaf tunai.
Cash waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai. Namun, kalau
menilik obyek wakafnya yaitu uang, lebih tepat kiranya kalau cash waqf
diterjemahkan dengan wakaf uang. Hukum wakaf tunai telah menjadi
perhatian para fuqaha’ (juris Islam). Beberapa sumber menyebutkan
bahwa wakaf uang telah dipraktikkan oleh masyarakat yang menganut
mazhab Hanafi.6
Dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia tersebut dikemukakan
yang di maksud dengan wakaf uang (cash wakafl wagf al-Nuqud) adalah
wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan
hukum dalam bentuk uang tunai. Termasuk ke dalam pengertian uang
tersebut adalah surat-surat berharga. Selain itu, Fatwa Majelis Ulama
mengemukakan rumusan definisi wakaf sebagaimana pendapat rapat
Komisi Fatwa MUI pada tanggal 11 Mei 2002, bahwa wakaf adalah
5Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 234. 6Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Panduan Pengelolaan Wakaf
Tunai, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2013), h. 1.
menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau
pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda
tersebut (menjual, memberikan, atau mewariskannya), untuk disalurkan
(hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak haram) yang ada.7
Dari definisi tersebut, maka wakaf tidak lagi terbatas pada benda
yang tetap wujudnya, melainkan wakaf dapat berupa benda yang tetap
nilainya atau pokoknya. Uang masuk dalam kategori benda yang tetap
pokoknya.8
Dari wakaf uang atau cash waqf tersebut, dapat menjalankan
beberapa macam wakaf yaitu wakaf sosial yaitu wakaf yang ditujukan
untuk kepentingan umum, wakaf sosial disebut juga dengan wakaf khairy.
Selain itu, wakaf uang atau cash waqf bisa menjalankan wakaf produktif
yaitu harta benda yang diwakafkan untuk digunakan dalam kegiatan
produksi dan hasilnya disalurkan sesuai dengan tujuan wakaf.9
7. Dasar Hukum Dana Wakaf
Dasar hukum dana wakaf yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits
Nabi Shallallah ‘Alayhi wa Sallam menjadi dasar disyariatkannya ibadah
wakaf. Berikut ini adalah firman Allah yang berisi anjuran untuk berwakaf:
]٣:٩٢[ وما تـنفقوا من شيء فإن الله به عليم لن تـنالوا الرب حىت تـنفقوا مما حتبون
7Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 107.
8Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif Fiqih, Hukum Positif, dan Manajemen, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), h. 22.
9Ismail A Said, The Power of Wakaf, (Ciputat: Dompet Dhuafa, 2013), h. 30.
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian sebelum kamu menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai dan apa yang kamu nafkahkan dari sesuatu, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya”.10
مثل الذين يـنفقون أمواهلم يف سبيل الله كمثل حبة أنـبتت سبع سنابل يف كل سنبـلة ]٢:٢٦١[ والله واسع عليم والله يضاعف لمن يشاء مائة حبة
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh buah tangkai, pada masing-masing tangkai seratus biji. Dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui”.11
Selain itu, anjuran Hadits Nabi Shallallah ‘Alayhi wa Sallam yaitu:
إذا مات عن أيب هريرة رضى اهللا عنه أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال :نسان انـقطع ولد أو علم يـنتـفع به أو عمله إال من ثالثة إال من صدقة جارية عنهاإل (رواه ومسلم)صالح يدعو له
Artinya: “Daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu katanya, Rasulullah Shallallah ‘Alayhi wa Sallam telah bersabda : Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang selalu mendoakannya”.12 (HR Muslim).
Adapun penafsiran shadaqah jariyah dalam hadis tersebut
dikemukakan di dalam bab wakaf, karena para ulama menafsirkan shadaqah
jariyah dengan wakaf.13 Shadaqah jariyah bisa diartikan sebuah amalan yang
pahalanya tidak akan terputus. Shadaqah jariyah merupakan suatu amal
perbuatan atau pemberian sebagian harta yang dilakukan oleh umat Islam,
dari harta tersebut nilai dan manfaat yang terus menerus serta pahala yang
tidak terputus walau si pemberi sedekah telah meninggal dunia.
10Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain 1, h. 254.
11Ibid, h. 150 12Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits Shahih
Muslim 2, h. 72. 13Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Fiqh Wakaf, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 12.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum wakaf tunai. Imam Al-
Bukhari mengungkapkan bahwa Iman Az-Zuhri berpendapat dinar dan
dirham (keduanya mata uang yang berlaku di Timur Tengah) boleh
diwakafkan. Caranya ialah dengan menjadikan dinar dan dirham itu sebagai
modal usaha (dagang), kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf.
Wahbah Az-Zuhaili juga mengungkapkan bahwa mazhab Hanafi
membolehkan wakaf tunai sebagai pengecualian, atas dasar Istihsan bi al-
‘Urfi, karena sudah banyak dilakukan masyarakat. Mazhab Hanafi memang
berpendapat bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan ‘urf (adat kebiasaan)
mempunyai kekuatan yang sama dengan hukum yang ditetapkan berdasarkan
nash (teks). Dasar argumentasi mazhab Hanafi adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, r.a: “Apa yang dipandang baik oleh
kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah adalah baik, dan apa yang
dipandang buruk oleh kaum muslimin maka dalam pandangan Allah pun
buruk”.14
8. Rukun dan Syarat-syarat Dana Wakaf
Dalam Bahasa Arab, kata rukun memiliki makna yang sangat luas.
Secara etimologi, rukun biasa diterjemahkan dengan sisi yang terkuat.
Karenanya, kata rukun al-syai’ kemudian diartikan sebagai sisi dari sesuatu
yang menjadi tempat bertumpu. Adapun dalam terminologi fikih, rukun
adalah sesuatu yang dianggap menentukan suatu disiplin tertentu, di mana ia
merupakan bagian integral dari disiplin itu sendiri. Atau dengan kata lain,
14Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Panduan Pengelolaan Wakaf Tunai, h. 1-2.
rukun adalah penyempurna sesuatu, di mana ia merupakan bagian dari
sesuatu itu.15 Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan
syaratnya. Rukun wakaf ada empat, yaitu:16
a. Waqif (orang yang mewakafkan harta)
b. Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan)
c. Mauquf ‘Alaih (pihak yang diberi wakaf/ peruntukan wakaf)
d. Shighat (pernyataan atau ikrar waqif sebagai suatu kehendak untuk
mewakafkan sebagian harta bendanya).
Sedangkan pelaksanaan wakaf yang melibatkan orang yang berwakaf
(waqif), harta yang diwakafkan (mauquf bih), ikrar wakaf (sighat), pengelola
wakaf (nazhir) dan orang penerima manfaat wakaf (mauquf ‘alaih) memiliki
beberapa syarat dalam pelaksanaan wakaf, yaitu:
a. Syarat Waqif (orang yang mewakafkan);
Dalam pelaksanaan wakaf, ada dua syarat yang harus dipenuhi
waqif yaitu waqif tidak terikat dengan utang dan waqif tidak dalam
kondisi sakit parah.17 Disyaratkan memiliki kecakapan hukum atau
kamalul ahliyah (legal competent) dalam membelanjakan hartanya.
Kecakapan bertindak di sini meliputi kriteria merdeka, berakal sehat,
dewasa (baligh), tidak berada di bawah pengampunan (boros/lalai).18
15Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, h. 87. 16Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Fiqh Wakaf, h. 21. 17Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, h. 231. 18Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Fiqh Wakaf, h. 22-23
b. Syarat Mauquf Bih (harta yang diwakafkan):19
1) Harta yang diwakafkan harus mutaqawwam (segala sesuatu yang
dapat disimpan dan halal digunakan dalam keadaan normal/
bukan dalam keadaan darurat).
2) Diketahui dengan yakin ketika diwakafkan
3) Milik waqif
4) Terpisah, bukan milik bersama (musya’)
c. Syarat Mauquf Alaih (penerima wakaf)
Mauquf alaih adalah tujuan wakaf (peruntukan wakaf). Wakaf
harus dimanfaatkan dalam batas-batas yang sesuai dan diperbolehkan
syariat Islam. Karena pada dasarnya, wakaf merupakan amal yang
mendekatkan diri manusia kepada Tuhan. Karena itu mauquf alaih (yang
diberi wakaf) haruslah pihak kebajikan. Para fakih sepakat berpendapat
bahwa infak kepada pihak kebajikan itulah yang membuat wakaf sebagai
ibadah yang mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya.20
f. Syarat Shighat (ikrar wakaf)
Shighat wakaf ialah segala ucapan, tulisan atau isyarat dari orang yang
berakad untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan apa yang
diinginkannya.21 Syarat-syaratnya ialah:
19Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Fiqh Wakaf, h. 27-29.
20Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, h.56.
21Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Fiqh Wakaf, h. 55.
1) Ta’biid: berlaku untuk selama-lamanya, menurut jumhur ulama, jika
wakaf dibatasi oleh waktu, misalnya saya wakafkan ini selama satu
tahun, maka wakaf seperti ini batal.
2) Bayaan al-Musharrif, harus dijelaskan kepada siapa wakaf itu
diberikan, atau untuk tujuan apa. Menjelaskan pihak yang diberi
wakaf, waqif mesti menyebutkan dalam pernyataan pemberian
wakafnya dan tempat penyaluran wakafnya.22
3) Al-Ilzam (mengikat): sejak waqif menyatakan mewakafkan hartanya,
maka wakaf itu mengikat dan lenyaplah hak kepemilikan waqif dari
harta yang diwakafkannya.
4) Tanjiiz: diberikan kepada yang sudah ada, bukan yang akan ada,
karena wakaf adalah akad yang mengandung unsur pemindahan hak
milik pada saat pemberian wakaf, maka dari itu waqif tidak boleh
menggantungkannya.23
g. Nazhir Wakaf
Nazhir wakaf sebagai pihak sentral dalam perwakafan. Nazhir
diberikan kepercayaan dalam mengelola harta wakaf. Persyaratan Nazhir
wakaf yaitu:24
1) Syarat moral
a) Paham tentang hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan
syari’ah maupun UU.
22Fathiy Syamsuddin Ramadhan AnNawiy, Buku Panduan Wakaf (Jakarta: Badan Wakaf Al-Qur’an, 2006), h.19.
23Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Fiqh Wakaf, h. 58.
24Fathiy Syamsuddin Ramadhan AnNawiy, Buku Panduan Wakaf, h.19.
b) Jujur, amanah, dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses
pengelolaan.
c) Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha.
d) Punya kecerdasan, baik emosional maupun spiritual.
2) Syarat Manajemen
a) Mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam
leadership.
b) Visioner
c) Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual sosial dan
pemberdayaan.
d) Profesional dalam bidang pengelolaan harta.
3) Syarat Bisnis
a) Mempunyai keinginan
b) Mempunyai pengalaman dan/atau setiap untuk dimagangkan.
c) Punya ketajaman melihat peluang usaha sebagaimana layak
entrepreneur.
9. Macam-macam Wakaf
Bila ditinjau dari segi peruntukan ditujukan kepada siapa wakaf itu,
maka dapat dibagi menjadi dua macam:
a. Wakaf Ahli/ wakaf dzurri, kadang-kadang juga disebut wakaf ‘alal
aulad yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu saja,
seorang ataupun lebih, baik keluarga si waqif atau bukan. Jadi yang
dapat menikmati manfaat benda wakaf ini sangat terbatas hanya
kepada golongan kerabat sesuai dengan ikrar yang dikehndaki oleh si
waqif. Wakaf ini secara hukum dibenarkan, namun pada
perkembangan berikutnya wakaf tersebut dianggap kurang
memberikan manfaat bagi kesejahteraan umum, karena sering
menimbulkan kekaburan dalam pengolaan dan pemanfaatan oleh
keluarga yang diserahi harta wakaf tersebut, apalagi kalau keturunan
keluarga si waqif sudah berlangsung kepada anak cucunya.
b. Wakaf Khairy, yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan
umum. Jadi, yang dapat menikmati wakaf ini adalah seluruh
masyarakat dengan tidak terbatas penggunaannya yang mencakup
semua aspek untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia pada
umumnya dan kepentingan umum tersebut bisa untuk jaminan sosial,
pendidikan, kesehatan, keamanan dan lain-lain. Wakaf inilah yang
merupakan salah satu segi dari cara memanfaatkan harta di jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan tentunya kalau dilihat dari segi manfaatnya,
ia merupakan salah satu upaya sebagai sarana pembangunan baik
dibidang keagamaan, pendidikan dan lain sebagainya. Dengan
demikian, benda wakaf tersebut benar-benar terasa manfaatnya untuk
kepentingan kemanusiaan tidak hanya untuk keluarga saja.25
25Suparman Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1999), h. 35.
10. Tujuan dan Manfaat Dana Wakaf
a. Tujuan Dana Wakaf
Tujuan dana wakaf dari masyarakat antara lain sebagi berikut:26
1) Melengkapi perbankan Islam dengan produk wakaf uang yang
berupa suatu sertifikat berdenominasi tertentu yang diberikan
kepada para waqif sebagai bukti keikutsertaan;
2) Membantu penggalangan tabungan sosial melalui sertifikat
wakaf tunai yang dapat diatasnamakan orang-orang tercinta baik
yang masih hidup maupun yang telah meninggal, sehingga dapat
memperkuat integrasi kekeluargaan di antara umat;
3) Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan tabungan
sosial menjadi modal sosial dan membantu pengembangan pasar
modal sosial; dan
4) Menciptakan kesadaran orang kaya terhadap tanggung jawab
sosial mereka terhadap masyarakat sekitarnya, sehingga
keamanan dan kedamaian sosial dapat tercapai.
b. Manfaat Dana Wakaf
Agar dana wakaf memberikan manfaat yang riil terhadap
masyarakat luas, seyogyannya lembaga pengelola wakaf uang
menggunakan manajemen yang profesional. Dengan demikian, manfaat
yang akan dirasakan oleh masyarakat akan terasa adanya.27 Di antaranya
manfaat dana wakaf (wakaf uang) yaitu:28
26Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, h. 114. 27Sumuran Harahap dan Nasaruddin Umar, Panduan Pengelolaan Wakaf
Tunai, h. 49. 28Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, h. 114.
1) Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi, seseorang yang memiliki
dana terbatas sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa
harus menunggu menjadi tuan tanah terlebih dahulu;
2) Melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah
kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau
diolah untuk lahan pertanian;
3) Dana wakaf uang juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang cash flow-nya terkadang kembang-kempis
dan menggaji civitas akademik ‘alakadarnya’; dan
4) Pada gilirannya, umat Islam dapat lebih mandiri dalam
mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus terlalu tergantung
pada anggaran pendidikan negara yang memang semakin lama
terbatas.
B. Teori Pendayagunaan
6. Pengertian Pendayagunaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendayagunaan berasal dari
kata “daya guna” yang berarti 1) kemampuan mendatangkan hasil dan
manfaat; efisien; tepat guna; sangkil, 2) kemampuan menjalankan tugas
dengan baik. Dari kata “daya guna” muncul kata “pendayagunaan” yang
berarti pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat atau
pengusahaan agar mampu menjalankan tugas dengan baik.29 Maka,
pendayagunaan adalah suatu usaha untuk mendatangkan hasil atau manfaat
29Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 242.
yang lebih besar dan lebih baik dengan memanfaatkan sumber daya dan
potensi yang dimiliki. Pendayagunaan adalah kemampuan seseorang atau
sekelompok orang untuk mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar,
baik dan tepat sehingga tercapainya kesejahteraan umum. Maka,
pendayagunaan wakaf adalah bentuk pengusahaan (penyaluran) organisasi
wakaf (nazhir) dari harta wakaf yang diamanahkan oleh pemberi harta wakaf
(waqif) agar diterima dan dapat mendatangkan manfaat lebih besar bagi
kesejahteraan pengguna harta wakaf tersebut (mauquf ‘alaih) sesuai dengan
syariat Islam dan perundang-undangan yang ada. Sebagaimana firman Allah
dalam surat An-Nahl ayat 7-8:
إن ربكم لرءوف رحيم وحتمل أثـقالكم إىل بـلد مل تكونوا بالغيه إال بشق األنـفس ]١٦:٨[- وخيلق ما ال تـعلمون واخليل والبغال واحلمري لتـركبوها وزينة ]١٦:٧[
Artinya: “Dan ia dapat memikul beban-beban kalian ke suatu negeri yang kalian tidak sanggup sampai kepadanya melainkan dengan kesukaran-kesukaran yang memayahkan diri. Sesungguhnya Rabb kalian benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bighal dan keledai agar kalian menungganginya dan menjadikannya sebagai perhiasan dan Allah mnciptakan apa yang kalian tidak mengetahuinya”.30
Adapun pendayagunaan dana wakaf berarti membicarakan usaha-
usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu
dari penggunaan hasil dana wakaf secara baik, tepat dan tearah sesuai dengan
syariat Islam dan perundang-undangan. Pendayagunaan dana wakaf
merupakan bentuk dari proses optimalisasi pengusahaan organisasi wakaf
dari hasil dana wakaf agar sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
30Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain 2, terjemahan Bahrun Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), h. 1070.
7. Pola Pendayagunaan
Pola adalah sistem; cara kerja; bentuk atau struktur yang tetap.31 Pola
bisa disebut dengan cara kerja atau gambaran yang digunakan sebagai acuan
untuk melakukan sesuatu. Pendayagunaan adalah kemampuan seseorang atau
sekelompok orang untuk mendatangkan hasil dan manfaat yang besar dan
memuaskan bagi kesejahteraan umum. Maka, pola pendayagunaan adalah
suatu cara kerja atau gambaran yang digunakan sebagai acuan untuk
mendatangkan hasil dan manfaat yang besar bagi kesejahteraan umum.
Prinsip dasar wakaf yang bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial
merupakan implementasi dari sistem ekonomi yang mendorong dan
mengakui hak milik individu dan masyarakat secara seimbang.32 Hal tersebut
diwujudkan dalam implementasi pemberdayaan ekonomi. Kata
pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan
yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.33 Pola-pola
pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur
sebagai berikut:34
a. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
b. Mempunyai wadah kegiatan yang teroganisir.
c. Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai
dengan kebutuhan dan sumberdaya setempat.
31Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 885. 32Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Fiqh Wakaf, h. 90 33Badudu dan Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2001), h. 318. 34Muhammad Zen, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005), h.55.
d. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang
terkait.
e. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap
pemberdayaan.
f. Menekankan pada peningkatkan partisipasi masyarakat dalam
ekonomi terutama dalam wirausaha.
g. Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakat khususnya
masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama
sulit tercapai.
h. Akan lebih efektif bila program pengembangan masyarakat pada
awalnya memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah. Selain itu,
sumber-sumber organisasi sukarela non-pemerintah harus
dimanfaatkan.
8. Sasaran Pendayagunaan Dana Wakaf
Hasil pengelolaan dana wakaf dapat dimanfaatkan secara lebih luas
dalam rangka kesejahteraan masyarakat banyak. Jika selama ini aspek
kesejahteraan masyarakat kurang atau bahkan tidak tertangani secara
memadai oleh pemerintah, dana-dana yang dihasilkan dari pengelolaan wakaf
tunai dapat membantu meringankan tgas-tugas negara, minimal untuk
kalangan umat Islam sendiri. Lebih-lebih kondisi riil umat Islam Indonesia
yang menduduki jumlah mayorias sampai saat ini masih jauh dari sejahtera.35
35Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, h. 71.
Berikut ini adalah bidang-bidang yang menjadi pemanfaatan hasil
pendayagunaan dana wakaf:
a. Bidang Pendidikan
Ada tiga filosofi dasar yang harus ditekankan ketika hendak
menerapkan prinsip cash waqf (wakaf tunai) dalam dunia pendidikan.
Pertama, alokasi cash waqf (wakaf tunai) harus dilihat dalam bingkai
“proyek terintegrasi”, bukan bagian-bagian dari biaya yag terpisah-pisah.
Kedua, asas kesejahteraan nazhir. Sudah saatnya menjadikan nazhir
sebagai profesi yang memberikan harapan kepada lulusan terbaik umat
dan profesi yang memberikan kesejahteraan di akhirat, tetapi juga di
dunia. Ketiga, asas transparansi dan accountability di mana badan wakaf
dan lembaga yang dibantunya harus melaporkan setiap tahun akan proses
pengelolaan dana kepada umat dalam bentuk audited financial report
termasuk kewajaran dari masing-masing pos biayanya. Prioritas untuk
memperbaiki bidang pendidikan Islam Indonesia yang bersumber dari
dana wakaf meliputi pembangunan pesantren, madrasah dan Perguruan
Tinggi Islam, lembaga riset masyarakat, perpustakaan, pemberdayaan dan
pengembangan kurikulum, SDM, dan riset teknologi tepat guna.36
b. Bidang Kesehatan dan Fasilitas Rumah Sakit
Keberadaan wakaf juga terbukti telah banyak membantu bagi
pengembangan ilmu-ilmu medis melalui penyediaan fasilitas-fasilitas
publik di bidang kesehatan dan pendidikan. Adapun yang dapat dilakukan
dalam rangka penyediaan sarana-prasarana dan peningkatan pelayanan
36Ibid, h. 72-88.
kesehatan masyarakat meliputi pembangunan Rumah Sakit dan Poliklinik,
Apotek dan alat-alat medis, pemberdayaan dan pengembangan SDM
kesehatan.37
c. Bidang Pelayanan Sosial
Dengan adanya dana wakaf diharapkan dapat menunjang hal-hal
terkait dengan pembangunan fasilitas umum yang lebih memadai dan
manusiawi dan pembangunan tempat-tempat ibadah dan lembaga
keagamaan yang representatif. Sedangkan dalam rangka pemberdayaan
dalam bidang pelayanan sosial ini dapat diadakan berbagai aktivitas untuk
pengembangan yaitu meningkatkan kemampuan kaum dhuafa melalui
berbagai pelatihan keterampilan kerja dan pembinaan kesadaran akan
pentingnya disiplin dan kerja keras. Membuat sebuah pola manajemen
pengelolaan lembaga santunan untuk kaum lemah, cacat dan terlantar
lainnya. Membuat berbagai macam proyek-proyek dakwah yang
mencakup di bidang yang luas, seperti penanggulangan akidah umat Islam
akibat tekanan ekonomi yang menghimpitan masyarakat pedalaman,
pembinaan anak-anak korban narkoba, dan lain sebagainya.38
d. Bidang Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Usaha-usaha peningkatan dan pemberdayaan UKM selayaknya
didasarkan pada tujuan untuk mengatasi faktor-faktor yang selama ini
menjadi kendala dalam pengembangan dan pemberdayaan UKM. Dengan
adanya potensi wakaf, dapat memberi peluang lebih besar kepada
lembaga profesional perbankan dan juga lembaga non keuangan lainnya
37Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, h. 89-96.
38Ibid, h. 97-98.
seperti lembaga nazhir wakaf tunai untuk berpartisipasi aktif dalam
pembinaan dan pengembangan UKM seperti menyediakan fasilitas
permodalan bagi UKM, membantu UKM dalam kemampuan penguasaan
teknologi proses dan produksi. Pembangunan insfrastruktur yang
mendukung pemberdayaan ekonomi rakyat.39
11. Asas-asas Pendayagunaan Wakaf
Asas diartikan sebagai dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir
atau berpendapat).40 Pendayagunaan wakaf merupakan suatu usaha untuk
mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar dalam ibadah wakaf. Maka,
asas-asas pendayagunaan wakaf adalah suatu dasar yang menjadi tumpuan
dalam melakukan aktivitas ibadah wakaf yang dapat memberikan hasil dan
manfaat yang lebih besar bagi kesejahteraan umum. Ada empat asas dalam
pendayagunaan dana wakaf, yaitu:
a. Asas Keabadian Manfaat
“Bila engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau
sedekahkan (hasilnya)”. Pemahaman yang paling mudah untuk dicerna
dari maksud Nabi adalah bahwa substansi ajaran wakaf itu tidak semata-
mata terletak pada pemeliharaan bendanya (wakaf), tapiyang jauh lebih
penting adalah nilai manfaat dari benda tersebut untuk kepentingan
kebajikan umum.41
39Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, h. 99-100.
40Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 70. 41Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, h. 26.
Asas kemanfaatan benda wakaf menjadi landasan yang paling
relevan dengan keberadaan benda itu sendiri. Lebih-lebih ibadah wakaf
oleh para ulama dikategorikan sebagai amal ibadah shadaqah jariyyah
yang memiliki nilai pahala yang terus mengalir walaupun yang
melakukannya telah meninggal dunia. Ada empat hal di mana benda
wakaf (shadaqah jariyyah) akan mendapatkan nilai pahala yang terus
mengalir karena kemanfaatannya:42
1. Benda tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang banyak.
2. Benda wakaf memberikan nilai yang lebih nyata kepada para
waqif itu sendiri.
3. Manfaat immaterial benda wakaf melebihi manfaat materialnya.
4. Benda wakaf itu sendiri tidak menjadikan atau mengarahkan
kepada bahaya (madharat) bagi orang lain dan juga waqif sendiri.
b. Asas Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban merupakan asas paradigma baru wakaf.
Sebagai sebuah ajaran yang memiliki dimensi ilahiyyah dan insaniyyah,
wakaf harus dipertanggungjawabkan, baik di dunia maupun di akhirat
kelak. Bentuk dari pertanggungjawaban tersebut adalah pengelolaan
secara sungguh-sungguh dan semangat yang didasarkan kepada:
a. Tanggung Jawab kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Tanggung jawab kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
perilaku dan perbuatan, apakah perilakunya itu sesuai atau
bertentangan dengan aturan-aturanNya. Segala tindakan dan tugas
42Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, h. 72-75.
yang dilakukan para pihak yang terkait dengan perwakafan memiliki
konsekuensi transendental, yaitu harus dipertanggungjawabkan
dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Al-Qur’an dengan tegas
mengatakan bahwa setiap orang akan diperiksa dan dimintai
pertanggungjawaban:43
ولو شاء الله جلعلكم أمة واحدة ولكن يضل من يشاء ويـهدي من يشاء ]١٦:٩٣[ولتسألن عما كنتم تـعملون
Artinya: “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kalian satu umat tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kalian akan ditanya tentang apa yang telah kalian kerjakan”.44
b. Tanggung Jawab Kelembagaan
Tanggung jawab kelembagaan yaitu tanggung jawab kepada
pihak yang memberikan wewenang, yaitu lembaga yang lebih tinggi
sesuai dengan jenjang organisasi kenazhiran. Lembaga kenazhiran
yang terdiri dari sub-sub organisasi pengelolaan dan pengembangan,
masing-masing sub harus bertanggung jawab kepada lembaga yang
lebih tinggi, sehingga fungsi-fungsi kontrol organisasi dapat berjalan
dengan baik agar amanah yang sedang diemban dapat dipenuhi secara
optimal. Oleh karena itu, sebaiknya nazhir berbentuk kelembagaan
(organisasi) resmi diatur oleh Undang-undang No. 41 Tahun 2004
43Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, h. 76.
44Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain 2, h. 1107.
tentang wakaf. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan peran
nazhir dan pengawasannya dalam mengembangkan perwakafan.45
c. Tanggung Jawab Hukum
Tanggung jawab hukum yaitu tanggung jawab yang dilakukan
berdasarkan saluran-saluran dan ketentuan-ketentuan hukum yang
berlaku. Seorang nazhir atau orang yang diberikan wewenang dalam
pengelolaan wakaf selaku pemegang amanah harus mampu
mempertanggungjawabkan tindakan, bahwa apa yang dilakukannya
itu benar-benar sesuai dengan hukum yang berlaku.
Pertanggungjawaban secara hukum memang memiliki aspek yang
sangat luas, tidak terbatas pada hukum syariat yang secara khusus
mengatur tentang perwakafan.46
4) Tanggung Jawab Sosial
Tanggung jawab sosial yaitu tanggung jawab yang terkait
dengan moral masyarakat. Seseorang (nazhir wakaf) dalam
melakukan tindakan harus dapat dipertanggungjawabkan pula kepada
masyarakat secara moral bahwa perbuatannya itu bisa aman secara
sosial, yaitu tidak mencederai norma-norma sosial yang ada di
masyarakat.47
c. Asas Profesionalitas Manajemen
Manajemen pengelolaan menempati pada posisi paling penting
dalam dunia perwakafan. Karena, yang paling menentukan benda wakaf
45Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, h. 78.
46Ibid, h. 79. 47Ibid, h. 80.
itu lebih bermanfaat atau tidak tergantung pada pola pengelolaan, bagus
atau buruk. Kalau pengelolaan benda-benda wakaf selama ini hanya
dikelola ‘seada-adanya’ dengan menggunakan ‘manajemen kepercayaan’
dan sentralisme kepemimpinan yang mengesampingkan aspek
pengawasan, maka dalam pengelolaan benda wakaf secara modern harus
menonjolkan sistem manajemen yang lebih profesional.48
Nabi Muhammad Shallallah ‘Alayhi wa Sallam sebenarnya telah
mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu, termasuk masalah yang
terkait bahwa segala sesuatu, termasuk masalah yang terkait dengan
manajemen jika dilakukan dengan mengikuti 4 sifat minimal yang
dimiliki oleh Nabi dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang
profesional, yakni sebagai berikut:49
1) Amanah (Dapat Dipercaya)
Secara garis umum, pola manajemen dianggap profesional
jika seluruh sistem yang digunakan dapat dipercaya, baik input atau
outputnya. Input dalam sebuah pengelolaan bisa dilihat dari Sumber
Daya Manusia (SDM) dalam hal wakaf adalah pihak nazhir, yaitu:
(1) Memiliki standar pendidikan yang tinggi (terdidik) dan standar
moralitas yang unggul, (2) Memiliki keterampilan lebih, (2) Adanya
pembagian kerja yang jelas, (3) Adanya standar hak dan kewajiban
dan (4) Adanya standar operasional yang jelas.
48Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, h. 81.
49Ibid, h. 82-84.
2) Shiddiq (Jujur)
Di samping amanah (dapat dipercaya), shiddiq (jujur) adalah
sifat mendasar, baik yang terkait dengan kepribadian SDMnya
maupun bentuk program yang ditawarkan sehingga konsumen atau
masyarakat merasa tidak dimanfaatkan secara sepihak.
3) Fathanah (Cerdas)
Kecerdasan sangat diperlukan untuk menciptakan produk
(program) yang bisa diterima oleh pasar (masyarakat) dengan
menawarkan berbagai harapan yang baik dan maju.
4) Tabligh (Menyampaikan Informasi yang Benar/ Transparan)
Konsep tabligh ini lebih kepada kemauan dan kemampuan
menyampaikan segala informasi yang baik dan benar. Dalam
manajemen, penyebarluasan informasi yang baik dan jujur sangat
terkait dengan pola pemasaran dan pelaporan keuangan. Pemasaran
sebuah produk harus disampaikan secara jujur, tidak menipu atau
membodohi masyarakat.
d. Asas Keadilan Sosial
Penegakkan keadilan sosial dalam Islam merupakan kemurnian
dan realitas ajaran agama. Orang yang menolak prinsip keadilan sosial ini
dianggap sebagai pendusta agama. Substansi yang terkandung dalam
ajaran wakaf sangat tampak adanya semangat menegakkan keadilan
sosial melalui pendermaan harta untuk kebajikan umum. Walaupun
wakaf hanya sebatas amal kebajikan yang bersifat anjuran, tetapi daya
dorong untuk menciptakan pemerataan kesejahteraan sangat tinggi.
Karena, prinsip yang mendasari ibadah wakaf adalah terciptanya kondisi
sosial kemasyarakatan yang dibangun di atas kesamaan hak dan
kewajiban sebagai makhluk Allah.50
Prinsip dasar wakaf yang bertujuan untuk menciptakan keadilan
sosial merupakan implementasi dari sistem ekonomi yang mendorong
dan mengakui hak milik individu dan masyarakat secara seimbang.
Konsepsi keadilan sosial ekonomi yang Islami mempunyai ciri khas dari
konsep ekonomi yang lain. Pertama, keadilan sosial dilandasi prinsip
keimanan, yaitu bahwa semua orang yang ada di alam semesta adalah
milik Allah. Kedua, menggalakkan sistem pendistribusian kembali
pendapatan yang sifatnya built in, yang lebih diefektifkan lagi dengan
mengaitkan pada ridha Allah. Ketiga, keadilan sosial dalam Islam
berakar pada moral.51
12. Hikmah Pendayagunaan Dana Wakaf
Di masa pertumbuhan ekonomi yang cukup memprihatinkan ini,
sesungguhnya peranan wakaf di samping instrumen-instrumen ekonomi Islam
lainnya seperti zakat, infaq, shadaqah dan lain-lainnya dapat dirasakan
manfaatnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya di bidang
ekonomi, apabila wakaf dikelola sebagaimana mestinya, peruntukan wakaf di
Indonesia yang kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi umat dan
cenderung hanya untuk kepentingan kegiatan-kegiatan ibadah khusus dapat
50Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, h. 85-86.
51Ibid, h. 90-92.
dimaklumi, karena memang pada umumnya ada keterbatasan umat Islam
akan pemahaman wakaf maupun nazhir wakaf.52
Wakaf di samping mempunyai nilai ibadah, sebagai tanda syukur
seorang hamba atas nikmat yang telah Allah berikan, juga dapat menjadi
alternatif untuk kesejahteraan ummat Islam apabila dikelola dan
dikembangkan dengan baik sesuai dengan perundang-perundangan yang ada.
Oleh karena itu, masyarakat harus mengetahui besarnya hikmah
pendayagunaan dana wakaf yang berpotensi besar di Indonesia.
Keuntungan moril bagi waqif mendapatkan pahala yang akan
mengalir terus walaupun waqif sudah meninggal dunia. Dan untuk
meningkatkan perkembangan Islam di Indonesia.53 Terlepas dari pemanfaatan
yang secara dominan berwatak ritual-keagamaan, realitas itu sejatinya
mengilustrasikan adanya potensi wakaf yang besar dan dapat didayagunakan
untuk mengejewantahkan berbagai inisiatif dan tujuan-tujuan keadlian
sosial.54
Pengelolaan dana wakaf (tunai) sebagai instrumen investasi menjadi
menarik, karena benefit atas investasi tersebut akan dinikmati oleh
masyarakat di mana saja (baik lokal, regional maupun internasional). Harta
wakaf terus bertahan dan tidak akan bangkrut meskipun negara tertimpa krisis
ekonomi, karena harta wakaf harus tetap dan terjaga selamanya.55
52Mustafa Edwin Nasution dan Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai Inovasi Finansial Islam, (Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam Universits Indonesia, 2006), h. 20.
53Didin Hafidudin, Wakaf Tunai Dalam Pandangan Syariah (Makalah Seminar Wakaf Untuk Investasi Bisnis, 2002), h.4.
54Andy Agung Prihatna, dkk, Wakaf, Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan, (Jakarta: CSRC, 2006), h. 2.
55Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, h. 119.
Dengan dana wakaf, syiar dan dakwah Islam dapat dikembangkan
secara maksimal. Para sahabat telah terbiasa mewakafkan kuda, anak panah,
baju besi, dan lain sebagainya untuk menopang dakwah Islam keseluruh
penjuru dunia. Dengan dana wakaf, kemashlahatan dan kepentingan
masyarakat dapat dipenuhi seperti, pendidikan, kesehatan, dan lain
sebagainya.56
C. Teori Efektivitas
5. Pengertian Efektivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata
efektif yang mempunyai beberapa arti, antara lain: ada efeknya; manjur atau
mujarab; dapat membawa hasil; berhasil guna; mangkus; dan mulai berlaku.
Dari kata itu muncul kata keefektifan yang berarti keadaan, berpengaruh; hal
berkesan; kemanjuran; kemujaraban; keberhasilan; kemangkusan; dan hal
mulai berlakunya.57 Kata efektivitas secara istilah didefinisikan oleh beberapa
ahli yaitu:
1. Menurut T. Hani Handoko, efektivitas merupakan kemampuan untuk
mencapai tujuan tertentu dengan cara atau peralatan yang tepat.58
2. Menurut Ety Rochaety dan Ratih Tresnawati, efektivitas adalah
sesuatu angka untuk menunjukan sampai seberapa jauh sasaran
(target) tercapai.59
56Fathiy Syamsuddin Ramadhan AnNawiy, Buku Panduan Wakaf, h.23. 57Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 284. 58T. Hani Handoko, Manajemen, h.7 59Ety Rochaety dan Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi, h. 71.
3. Menurut Cambel J.P dalam terjemahan, efektivitas dapat diartikan
sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat
melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau untuk mencapai
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.60
4. Menurut Supriyono, efektivitas merupakan hubungan antara keluaran
suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang mesti dicapai,
semakin besar konstribusi daripada keluaran yang dihasilkan terhadap
nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula
unit tersebut.61
5. Menurut E. Mulyasa, efektivitas juga dapat diartikan sebagai adanya
kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas yang dituju.
Selanjutnya dijelaskan bahwa efektivitas adalah berkaitan erat dengan
perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang
telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil
yang direncanakan.62
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
efektivitas adalah suatu kemampuan yang dikerjakan secara tepat atas
keberhasilan atau kesuksesan dalam nilai pencapaian hasil. Efektivitas yang
di maksud dalam penelitian ini adalah pencapaian hasil program-program
BWA dari pendayagunaan dana wakaf yang dikelola oleh Badan Wakaf
Al-Qur’an (BWA) Jakarta sejalan dengan syariat Islam dan berbagai
peraturan perundang-undangan yang ada.
60Cambel J.P, Riset Dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 47.
61Supriyono, Sistem Pengendalian Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h. 29 62E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Impelemntasi,
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h. 82.
6. Tolak Ukur Efektivitas
Efektivitas menjadi suatu hal yang paling utama dalam pengukuran
keberhasilan organisasi atau perusahaan. Dalam hal ini khususnya bagi
organisasi filantropi keislaman. Pengukuran efektivitas secara umum dan
yang paling menonjol meliputi keberhasilan program keberhasilan sasaran,
kepuasan terhadap program dan tingkat input dan output. Maka, efektivitas
program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam
melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya, secara komprehensif.63 Berdasarkan hal tersebut,
untuk mencapai efektivitas organisasi haruslah memenuhi syarat atau ukuran
sebagai berikut:64
a. Kegunaan, yakni agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan
fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil,
berkesinambungan dan sederhana.
b. Ketepatan dan objektifitas, maksudnya semua rencana harus
dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata dan akurat.
c. Ruang lingkup, yakni perlu memperhatikan prinsip-prinsip
kelengkapan, kepaduan dan konsistensi.
d. Efektivitas biaya, dalam hal ini efektifitas biaya menyangkut waktu,
usaha dan aliran emosional.
e. Akuntabilitas, terdapat dua aspek akuntabilitas; pertama tanggung
jawab atas pelaksanaan, kedua tanggung jawab atas
implementasinya.
63Cambel J.P, Riset Dalam Efektivitas Organisasi, h. 121. 64T. Hani Handoko, Manajemen, h. 103-105.
f. Ketepatan waktu, yakni suatu perencanaan, perubahan-perubahan
yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan rencana tidak
tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.
7. Pendekatan Terhadap Efektivitas
Pendekatan terhadap efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh
mana tercapainya aktivitas organisasi tersebut. Ada beberapa pendekatan
yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:65
a. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan yaitu pendekatan yang menekankan pada
pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan.
b. Pendekatan Teori Sistem
Pendekatan teori sistem menekankan pentingnya adaptasi tuntutan
ekstern sebagai kriteria penilaian keefektifan.
c. Pendekatan Teori Multipel Konstituensi
Pendekatan teori multi konstituensi mengemukakan bahwa organisasi
dapat dikatakan efektif apabila dapat memenuhi tuntutan dari
konstituensi yang terdapat di dalam lingkungan organisasi, yaitu
konstituensi yang menjadi pendukung kelanjutan eksistensi organisasi
tersebut.
65FX. Suwarto, Perilaku Keorganisasian Buku Panduan Mahasiswa, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1999), h. 5-8.
8. Kriteria Efektivitas Organisasi
Efektivitas menjadi suatu hal yang paling utama dalam pengukuran
keberhasilan sebuah organisasi. Efektivitas organisasi adalah suatu
kemampuan yang dikerjakan secara tepat atas keberhasilan atau kesuksesan
dalam nilai pencapaian hasil sebuah organisasi. Efektivitas organisasi adalah
tingkat keberhasilan pencapaian tujuan organisasi (target) atau dengan rumus
E = R/T (E: Efektivitas, R: Realisasi, T: Target). R adalah proses dalam hal
produksi, dan setiap proses terdiri dari input, throughput dan output.66
Konsep efektivitas organisasi bergantung pada teori sistem dan
dimensi waktu. Kriteria efektivitas harus merefleksikan keseluruhan siklus
input-proses-output dan kriteria efektivitas harus merefleksikan hubungan
antara organisasi dan lingkungan luarnya. Oleh karena itu, efektivitas
organisasi merupakan suatu konsep menyeluruh yang menyertakan sejumlah
konsep komponen.67 Kriteria efektivitas organisasi adalah sebagai berikut:68
a. Produksi
Sebagai salah satu kriteria keefektifan, produksi mengacu pada
ukuran keluaran utama organisasi. Produksi mencerminkan kemampuan
organisasi untuk menghasilkan jumlah dan kualitas keluaran yang
dibutuhkan lingkungan. Konsep ini meniadakan setiap pertimbangan
efisiensi. Ukuran produksi mencakup keuntungan, penjualan, pangsa
pasar, rekanan yang dilayani dan sebagainya. Ukuran tersebut
66Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber daya Manusia dan Efektivitas organisasi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 124.
67John M Ivancevich, dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi, terjemahan Gina Gania, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 23.
68Gibson, dkk, Organisasi Perilaku-Struktur-Proses, terjemahan Djarkasih, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 34-35.
berhubungan secara langsung dengan keluaran yang dikonsumsi oleh
pelanggan dan rekanan organisasi bersangkutan.
b. Efisiensi
Sebagai salah satu kriteria keefektifan, efisiensi mengacu pada
ukuran penggunaan sumber daya yang langka oleh organisasi. Efisiensi
didefinisikan sebagai perbandingan keluaran terhadap masukan. Kriteria
jangka pendek ini memfokuskan perhatian atas siklus keseluruhan dari
masukan-proses-keluaran, dengan menekankan pada elemen masukan dan
proses. Ukuran-ukuran efisiensi antara lain keuntungan dari modal, biaya
per unit, pemborosan, waktu terluang dan sebagainya. Efisiensi diukur
menurut rasio (perbandingan) yang dalam bentuk umum ialah rasio antara
keuntungan dengan biaya atau waktu yang dipergunakan.
c. Kepuasan
Sebagai salah satu kriteria keefektifan, kepuasan menjadi ukuran
keberhasilan organisasi memenuhi kebutuhan karyawan dan anggotanya.
Ide organisasi sebagai suatu sistem sosial menuntut agar diperhatikan
beberapa pertimbangan yang bermanfaat bagi para pesertanya, termasuk
para pelanggan dan rekanan. Kepuasan dan moral adalah ukuran yang
serupa untuk menunjukkan tingkat di mana organisasi memenuhi
kebutuhan karyawannya. Ukuran kepuasan mencakup sikap karyawan,
pergantian karyawan, keabsenan, kelambanan dan keluhan.
d. Adaptasi
Sebagai salah satu kriteria keefektifan, adaptasi adalah suatu
ukuran ketanggapan organisasi terhadap tuntutan perubahan. Adaptasi
adalah tingkat di mana organisasi dapat dan benar-benar tanggap terhadap
perubahan internal dan eksternal. Adaptasi dalam hal ini megacu pada
kemampuan manajemen merasakan perlunya perubahan dalam
lingkungan, termasuk perubahan dalam tubuh organisasi sendiri.
Ketidakefektifan dalam mencapai produksi, ketidakefesienan dan
ketidakpuasan merupakan pertanda perlunya adaptasi praktek dan
kebijaksanaan manajerial.
e. Pengembangan
Sebagai salah satu kriteria keefektifan, pengembangan mengukur
tanggung jawab organisasi dalam memperbesar kapasitas dan potensinya
untuk berkembang. Kriteria ini mengukur kemampuan organisasi untuk
meningkatkan kapasitasnya menghadapi tuntutan lingkungan. Suatu
organisasi harus melakukan berbagai upaya untuk memperbesar
kesempatan kelangsungan hidup jangka panjangnya. Usaha-usaha
pengembangan yang lazim ialah program pelatihan bagi manajerial, tetapi
akhir-akhir ini cara pegembangan organisasi telah berkembang meliputi
sejumlah pendekatan psikologis dan sosiologis.
BAB III
GAMBARAN UMUM BADAN WAKAF AL-QUR’AN JAKARTA
B. Profil Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta
6. Sejarah Berdirinya Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta
Al-Qur’an adalah petunjuk kepada jalan yang lurus dan memberi
kabar gembira bagi setiap mukmin yang mengajarkan amal shaleh. Al-Qur’an
juga merupakan pedoman praktis (amaliy) untuk manusia ketika menjalani
berbagai aspek kehidupannya. Oleh karena itu, menjalankan Al-Qur’an di
tengah masyarakat dalam bentuk yang implementatif adalah suatu hal yang
dharuri (penting) dan tentu sesuatu yang dapat membahagiakan kehidupan
manusia di dunia dan akhirat. Karena satu kebaikan yang sesuai dengan
Al-Qur’an dan disebarkan kepada manusia, pasti akan dibalas dengan pahala
yang berlipat ganda bagi si penyebarnya.
Atas kesadaran ini, maka pada tahun 2005 sejumlah ulama dan
kalangan profesional mendirikan sebuah lembaga yang diberi nama Badan
Wakaf Al-Qur’an (BWA) dan tercatat dalam akte Notaris H. Rizul Sudarmadi
no. 119 tanggal 28 April 2005. Pada 1 juni 2006, BWA telah mendapat
sambutan baik dan dukungan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) sesuai
dengan surat rekomendasi MUI No. U-217/MUI/VI/2006. 1
Badan Wakaf Al-Qur'an adalah orgnisasi nirlaba (non-profit
organization), berbentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Badan
Wakaf Al-Qur’an menggunakan cara modern yang mudah dan praktis untuk
membantu orang lain. Salah satu ciri seorang muslim adalah senang
1Katalog Program Badan Wakaf Al-Qur’an, 2016, h. 4-5.
50
membantu orang lain. Dia tidak akan berdiam diri melihat kesulitan yang
dialami oleh saudaranya sekalipun ia tidak mengenalnya. Islam mendorong
seorang muslim memperhatikan urusan saudaranya sebagaimana hadits
Rasulullah Shallallah ‘Alayhi wa Sallam:
عن النيب صلى اهللا عليه وسلم قال : ال يـؤمن أحدكم حىت حيب ألخيه ما حيب لنـفسه (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: “Dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Setiap orang dari kalian tidak dianggap beriman sebelum dia menginginkan (kebaikan) bagi sasudaranya sebagaimana dia menginginkannya bagi dirinya sendiri”.2 (HR. Bukhari Muslim)
Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) merupakan lembaga filantropi Islam
profesional yang dibangun dalam rangka menghimpun, mengelola dan
menyalurkan harta wakaf, zakat, infak sedekah kaum muslimin. Program dan
project tersebut kami senantiasa memperhatikan aspek inovatif, unik, solutif
serta menyentuh kebutuhan azasi individu dan masyarakat.3
Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mempermudah waqif dalam
menyalurkan bantuan untuk umat Islam hingga ke pelosok negeri. Program
yang BWA tampilkan adalah untuk membantu komunitas dan individu yang
membutuhkan, setiap komunitas dan individu memiliki keunikan persoalan
dan solusinya. Oleh karena itu, Badan Wakaf Al-Qur’an mencoba membantu
mereka dalam program yang sesuai dengan kebutuhannya.4
2Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits Shahih Muslim 1, terjemahan Ferdinand Hasmand, (Jakarta: Almahira, 2012), h. 42.
3Katalog Program Badan Wakaf Al-Qur’an, 2016, h. 4. 4www.wakafquran.org, diakses pada 28 Desember 2016, pukul 09:48.
7. Dasar Hukum
Sesuai dengan Bab 1 Pasal 1 No. 4 dalam Undang-undang No. 41
Tahun 2004 tentang wakaf, nazhir adalah pihak yang menerima harta benda
wakaf dari waqif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan
peruntukannya.5 Badan Wakaf Al-Qur’an merupakan organisasi kenazhiran
wakaf yang sesuai dan sejalan dengan syariat Islam dan berbagai peraturan
perundang-undangan yang ada. Dalam hal ini Badan Wakaf Al-Qur’an
(BWA) Jakarta adalah nazhir wakaf dalam bentuk organisasi yang bergerak
di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan keagamaan Islam sesuai
dengan syarat-syarat nazhir yang terdapat dalam perundang-undangan. Dalam
perjalananya, lembaga wakaf selalu mendapat perhatian dari berbagai pihak
yang diwujudkan dalam Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia. Dasar hukum yang membentengi posisi Badan Wakaf Al-Qur’an
(BWA) Jakarta adalah:
a. Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
b. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
c. Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf
Bergerak Berupa Uang.
5Departemen Agama, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf & Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, h. 3.
8. Visi dan Misi
Visi dan misi Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta adalah:6
a. Visi:
2) Menjadi lembaga filantropi wakaf profesional yang mampu
mengembangkan potensi wakaf di Indonesia sesuai syariah untuk
kemaslahatan kaum muslimin dan masyarakat.
3) Menjadikan wakaf sebagai gaya hidup muslimin.
b. Misi:
1) Menyalurkan Al-Qur’an ke daerah-daerah rawan akidah dan
rawan pendidikan.
2) Mengajarkan Al-Qur’an dengan metode yang membekas dan
implementatif disertai berbagai program pendukung yang
inovatif, unik, solutif serta menyentuh kebutuhan asasi individu
dan masyarakat.
3) Memberikan manfaat kepada umat melalui program-program
wakaf.
9. Struktur Organisasi
Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta memiliki keorganisasian
yang profesional. Hal tersebut sangat menunjang bagi terealisasinya strategi
visi, misi dan tujuan yang telah direncanakan oleh BWA. Struktur organisasi
BWA memiliki divisi-divisi yang dapat membantu kesuksesan aktivitas
6Katalog Program Badan Wakaf Al-Qur’an, 2016, h. 4.
perwakafan. Berikut ini adalah struktur organisasi/ kepengurusan Badan
Wakaf Al-Qur’an Jakarta:7
a. Pembina & Founder: Ust. Irwan Syaifullah
b. Pembina: Ust. H.M. Hari Moekti
c. Ketua, CEO & Founder: Heru Binawan
d. Operation Director, Finance & Founder: M. Ichsan Salam
e. Operation Head: Nanu Utama
f. Waqif Relation Division: Hazairin Hasan
g. Project Analyst: Darminto
h. Web Development: Weli Kurniawan
i. Back Office: Nurhasanah
j. Newsroom: Joko Prasetyo
k. General Affair: Agus Salim
10. Program-program Badan Wakaf Al-Qur’an
Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta memiliki program-program yang
memiliki tujuan mulia yaitu berorentasi pada tujuan dunia dan akhirat. Dari
program-program tersebut dibuat banyak project yang unik dan riil. Project yang
dilaksanakan adalah untuk membantu komunitas dan individu yang
membutuhkan, setiap komunitas dan individu memiliki keunikan persoalan dan
solusinya. Oleh karena itu, BWA mencoba membantu mereka dalam project yang
sesuai dengan kebutuhannya.8 BWA memiliki delapan program induk yang
kemudian dari program-program tersebut dibuat project-project yang sesuai
7www.wakafquran.org, diakses pada 28 Desember 2016, pukul 09:48. 8Ibid
dengan kebutuhan masyarakat. Lima program merupakan program wakaf dan tiga
program merupakan program zakat, infak dan sedekah. Berikut ini adalah
penjelasan dari program-program Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta:
a. Wakaf Al-Qur’an dan Pembinaan
Program pertama dan utama di Badan Wakaf Al Quran (BWA) yaitu
Wakaf Al Quran dan Pembinaan (WAP). Sejak didirikan 11 tahun yang lalu
sampai April 2016, BWA berhasil mengumpulkan dan mendistribusikan
211.880 mushaf Al-Qur’an yang telah disebar mulai dari Papua, Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Barat, Banten, Sumatera Barat dan Aceh. Fokus utama
pendistribusian Al-Qur’an wakaf diarahkan pada ummat di daerah rawan
akidah dan rawan pendidikan di pelosok dan pulau terpencil nusantara
sekaligus mendukung pembinaan di beberapa daerah binaan Badan Wakaf Al
Qur'an. BWA berhasil menelusuri daerah-daerah yang rawan akidah dan
rawan pendidikan untuk dapat ikut merasakan kondisi mereka serta berbagi
dalam silaturrahiim dan penyebaran Al-Qur’an.9 Program wakaf Al-Qur’an
dan pembinaan ini merupakan program utama yang dapat menyebar luaskan
syiar dakwah keislaman.
b. Water Action for People
Diriwayatkan bahwa Kota Madinah pernah mengalami kesulitan air
bersih, satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik
seorang Yahudi, sumur raumah namanya. Kaum muslimin terpaksa harus rela
antri dan membeli air bersih dari Yahudi tersebut. Prihatin atas kondisi
9Katalog Program Badan Wakaf Al-Qur’an, 2016, h. 11.
tersebut, Rasulullah Shallallah ‘Alayhi wa Sallam bersabda: “Wahai
saudaraku, siapa saja di antara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk
dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkan untuk umat, maka akan
mendapatkan surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (H.R.Muslim). Utsman
bin Affan r.a. yang kemudian segera tergerak untuk membebaskan sumur itu.
Beliau membeli sumur raumah dari Yahudi pemiliknya dengan harga tinggi
dan mewakafkannya untuk ummat. Maka sejak itu sumur raumah dapat
dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk si Yahudi pemilik lamanya.10
Program water action for people adalah program wakaf untuk
pembangunan sarana air bersih di daerah yang mengalami krisis air bersih
dan daerah yang tertimpa bencana alam di pelosok Indonesia. Tujuan
diadakan program tersebut adalah membangun sarana air bersih di daerah
yang mengalami krisis air bersih. Selain itu, untuk membina masyarakat
pemetik manfaat dari wakaf sarana air bersih ini dengan pengetahuan sanitasi,
pendidikan dan ke Islaman.
Hingga saat ini, BWA berhasil mendistribusikan 17 lokasi sarana air
bersih yang tersebar di pelosok nusantara, antara lain Nusa Tenggara Timur,
Nusa Tenggara Barat, Banten, Gunung Kidul Kecamatan Purwosari,
Cikampek, Kecamatan Kedungadem, lereng Gunung Merapi, Lumajang,
Lebak Haur, Purwakarta, dan di berbagai pondok pesantren.
Manfaat lain yang dihasilkan dari program wakaf sarana air bersih ini
adalah warga tidak lagi kehilangan waktu produktifnya hanya sekedar
mencari air bersih dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter jaraknya dari
10www.wakafquran.org, diakses pada 28 Desember 2016, pukul 09:48.
rumah. Ataupun jika ada yang dekat harus mengeluarkan biaya yang cukup
mahal karena harus membeli. Selain itu, mengkonsumsi air yang relatif bersih
juga akan menghindarkan warga terserang penyakit akibat kualitas air yang
tida layak minum.11
c. Tebar Cahaya Indonesia Terang
Wakaf khusus pembangunan pembangkit listrik tenaga air pikohidro
dan mikrohidro untuk desa yang belum teraliri listrik hingga pelosok
nusantara. Wakaf tersebut akan cerahkan masa depan mereka. Tujuan
program ini adalah membangun sarana pembangkit listrik tenaga air
pikohidro dan mikrohidro. Selain itu, untuk membina masyarakat pemetik
manfaat dari wakaf cahaya listrik ini dengan pengetahuan ke Islaman,
pemberdayaan ekonomi dan pengetahuan teksnis untuk pemeliharaan sarana
pembangkit listrik tersebut.
Selama ini masyarakat masih menggunakan minyak tanah sebagai
bahan bakar untuk menyalakan lampu. Sementara, harga minyak tanah
sangatlah mahal. Dengan pembangkit listrik pikohidro/mikrohidro,
masyarakat mendapatkan cahaya listrik di malam hari dengan biaya yang
sangat murah dan di siang hari dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan
peralatan industri rumah tangga seperti mesin parut kelapa atau mesin
pemotong kayu.
6 unit mesin pembangkit listrik tenaga air pikohidro yang dipasang
untuk warga kesatuan adat kasepuhan Banten Kidul, di tengah hutan lindung
Taman Nasional Halimun Salak pada tahun 2010. Project berikutnya adalah
11Katalog Program Badan Wakaf Al-Qur’an, 2016, h. 16-17.
pembangkit listrik tenaga air mikrohidro kapasitas 50 KVA di dusun Ampiri,
Bacu-Bacu, Sulawesi Selatan yang diresmikan pada bulan Oktober 2014
lalu. Project dengan mesin turbin berbobot 1,5 ton dan memiliki kapasitas 50
KVA ini, mampu menerangi desa Ampiri di tengah lembah yang berjarak 4
jam perjalanan dengan mobil dari Kota Makasar. 12
d. Wakaf Khusus
Wakaf khusus merupakan salah satu program inovatif di Badan Wakaf
Al-Qur’an (BWA). Program ini terinspirasi dari masih banyaknya daerah-
daerah terpencil di nusantara yang belum tersentuh pembangunan, terutama
masyarakat muslim yang ada di daerah pelosok dan terpencil.13
Dengan program wakaf khusus ini, BWA berusaha memahami,
mendalami dan mencari solusi dari persoalan masyarakat di daerah terpencil
tersebut. Kemudian BWA merancang strategi penggalangan dana dari waqif
dan donatur agar project tersebut dapat terealisasi. Project solutif tersebut
antara lain transportasi darat dan laut untuk para da’i untuk menjangkau
daerah yang terpencil, penyediaan sarana penangkapan ikan bagi nelayan dan
lain-lain berupa pembangunan infrastruktur masyarakat yang bersifat
mendasar (asasi).
Melalui project wakaf khusus ini BWA bermaksud lebih
mengoptimalkan manfaat dari wakaf Al-Quran dan pembinaan, wakaf sarana
air bersih, wakaf pembangkit listrik dan zakat peer to peer yang diamanahkan
kepada BWA sehingga lebih tersebar lagi sampai ke pulau-pulau kecil di
pelosok Indonesia.
12www.wakafquran.org, diakses pada 28 Desember 2016, pukul 09:48. 13Ibid
Program wakaf khusus yang digagas oleh BWA ini telah sukses
dalam pembuatan 2 buah kapal dakwah. Pertama, Kapal dakwah di Papua
yang selesai pada 2009 silam. Kedua, kapal dakwah nelayan Nusa Tenggara
Timur yang diresmikan pelayarannya pada 8 April 2013. Project Al-Qur’an
roadtrip 99 pulau menggunakan kapal dakwah yang akan mendistribusikan
mushaf Al-Qur’an wakaf kepada mereka yang tinggal di pulau terpencil.
Selain itu, program ini juga berhasil mengadakan kendaraan dakwah
lainnya, yaitu pengadaan sepeda motor jenis trail untuk operasional da’i di
daerah Bromo, Jawa Timur. Motor dakwah wakaf ini adalah bukti
kepedulian BWA menyambut antusias dakwah Islam di tengah masyarakat
animisme dan Hindu di sana, sehingga warga di sana tinggal terpencil di
lereng-lereng gunung Bromo sedikit demi sedikit memeluk Islam.
Inovasi terbaru BWA berupa teknologi tepat guna treadle pump untuk
membantu petani kecil di desa-desa yang kesulitan mengakses air irigasi.
Dengan teknologi tepat guna ini, petani kecil akan dimudahkan dalam
mengairi lahan mereka, sekaligus meningkatkan pendapatan dari hasil panen
mereka.14
e. Wakaf Produktif
“Jika kamu mau, kamu tahan zat bendanya (wakafkan) dan
sedekahkanlah hasilnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Shahabat Umar bin
Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu ketika menginginkan kebaikan dunia akhirat
atas harta bernilainya. “Wahai Rasulullah, aku mendapatkan lahan di
Khaibar, aku tidak pernah mendapatkan harta yang lebih bernilai selain itu.
14www.wakafquran.org, diakses pada 28 Desember 2016, pukul 09:48.
Maka apa yang Engkau perintahkan tentang tanah tersebut?” tanya Umar.
Rasulullah pun menjawab: “Jika kamu mau, kamu tahan zat bendanya
(wakafkan) dan sedekahkanlah hasilnya.” Mendengar jawaban tersebut, Umar
pun langsung mewakafkannya.
Para shahabat lain pun tidak mau ketinggalan dalam hal berwakaf.
Shahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, misalnya. Wakaf
produktifnya benar-benar membawa keberkahan hingga kini. Berawal dari
menyambut seruan Rasulullah Shallallah ‘Alayhi wa Sallam untuk mengatasi
krisis air pasca hijrah ke Madinah, hingga kini produktivitas raumah (nama
sumur dan lahan yang diwakafkan Utsman di dekat Masjid Qiblatain
Madinah) terus berjalan dan menjadi solusi bagi mereka yang membutuhkan.
Sampai saat ini telaga tersebut masih berfungsi, selain untuk bersuci dan air
minum, juga untuk mengairi sekitar 1550 pohon kurma yang tumbuh di tanah
tersebut. Begitulah seterusnya, hingga uang yang ada di bank itu cukup untuk
membeli sebidang tanah dan membangun hotel bintang lima yang cukup
besar di salah satu tempat yang strategis dekat Masjid Nabawi. Diperkirakan
omsetnya sekitar SAR 50 juta atau Rp155 milyar per tahun (SAR 1 =
Rp3100). Setengahnya untuk anak-anak yatim dan fakir miskin, dan
setengahnya lagi tetap disimpan dan ditabung di bank atas nama Utsman bin
Affan Radhiyallahu ‘Anhu di bawah pengawasan Departeman Pertanian Arab
Saudi.15
Berdasarkan hal tersebut, Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta
mengadakan program wakaf produktif. Dalam program ini, BWA
15www.wakafquran.org, diakses pada 28 Desember 2016, pukul 09:48.
memfasilitasi kaum muslim membeli aset yang bernilai untuk diwakafkan.
Kemudian, BWA dengan menggandeng partner lapang mengembangkannya
agar produktif dengan tetap memperhatikan aspek keekonomian dan
profesionalitas, sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan secara
berkesinambungan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi saudara
muslim lainnya seperti masalah kemiskinan, kesehatan, pendidikan dan
kemaslahatan umum lainnya.16
f. Zakat Peer to Peer
Zakat peer to peer adalah program penghimpunan dana zakat yang
100% zakat muzakki diterima oleh mustahiq penerima zakat tanpa dipotong
untuk operasional BWA. Lebih manfaat dan sesuai syariah. Zakat yang
diwajibkan bagi setiap muslim merupakan ibadah agung yang senantiasa
disandingkan dengan sholat dalam setiap ayatnya. Zakat merupakan salah
satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat
Islam. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim
yang tekah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Maka, untuk mengoptimalkan potensi zakat kaum muslimin di
wilayah Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI) melalui
Unit Pengumpul Zakat (UPZ) menyelenggarakan program penghimpunan dan
pendistribusian dana zakat dari dan kepada kaum muslimin. Zakat yang
ditunaikan oleh para muzakki melalui UPZ Kemenkeu RI ini akan
didistribusikan kepada mustahiq sesuai dengan tuntunan dalil syara’, yakni
kepada 8 ashnaf/golongan kaum muslimin.17
16www.wakafquran.org, diakses pada 28 Desember 2016, pukul 09:48. 17Katalog Program Badan Wakaf Al-Qur’an, 2016, h. 7-8.
g. Indonesia Belajar
Indonesia belajar adalah salah satu program dari Badan Wakaf Al
Qur’an (BWA) untuk membantu anak-anak yang kesulitan biaya
pendidikannya agar kembali bersekolah. visi Indonesia belajar yaitu sekolah
adalah kehidupan anak-anak dan masa depan mereka. Indonesia Belajar
berusaha menghadirkan kehidupan sekolah bagi anak Indonesia agar
memiliki kesempatan yang sama untuk meraih cita-cita. Sedangkan misi
Indonesia belajar yaitu membantu biaya pendidikan dan mengembalikan
anak-anak ke sekolah. Selain itu, membangun kesadaran kolektif pentingnya
pendidikan. Kegiatan utama Indonesia belajar meliputi penghimpunan donasi
pendidikan dan penyaluran donasi kepada anak yang membutuhkan. BWA
telah berhasil mendistribusikan lebih dari seratus anak-anak Indonesia yang
membutuhkan biaya pendidikan agar bisa kembali bersekolah.18
h. Sedekah Kemanusiaan
Sedekah Kemanusiaan Sedekah kemanusiaan adalah program terbaru
dari Badan Wakaf Al Qur’an (BWA) yang meliputi 3 kegiatan:
d. Sedekah Kesehatan
Sedekah kesehatan yaitu bantuan bagi mereka yang kekurangan
biaya dalam pengobatan penyakit yang dideritanya. Sehat adalah hak
setiap orang, baik ia kaya ataupun miskin. Apabila terlanjur jatuh sakit
maka setiap orang berhak mendapatkan layanan kesehatan hingga ia
kembali sehat. Karena biaya berobat terkadang mahal, banyak orang
terutama di kalangan masyarakat kurang mampu yang mengabaikan hak
18www.wakafquran.org, diakses pada 28 Desember 2016, pukul 09:48.
sehatnya. Mereka rela tidak mendatangi rumah sakit atau dokter dengan
alasan tidak memiliki anggaran untuk biaya berobat.
Dari sinilah muncul anggapan “orang miskin dilarang sakit”.
Anggapan yang keliru tentunya. Muncul anggapan ini karena mereka
sulit mengakses kesehatan murah yang berkualitas. Di sisi lain, jaminan
kesehatan gratis yang disediakan pemerintah, pada prakteknya masih
terkendala banyaknya permasalahan.
Atas dasar itulah Badan Wakaf Al Qur’an (BWA) memiliki
program sedekah kesehatan untuk membantu memberikan kemudahan
kepada pasien yang kurang mampu tadi kesempatan mendapatkan
pelayanan kesehatan berkualitas sehingga secara perlahan anggapan
“orang miskin dilarang sakit” akan hilang dengan sendirinya.19
e. Life Divan
Life divan yaitu pengadaan tempat tidur bagi pengungsi atau santri
di pondok pesantren tradisional. Bencana akibat alam atau karena
kelalaian manusia menimbulkan nestapa yaitu sebagian dari saudara kita
terpaksa harus tinggal di barak pengungsian. Selama tinggal di barak
pengungsian kehidupan mereka jauh dari layak, terutama saat tidur, alas
tidur hanya berupa lembaran tikar yang tipis. Akibatnya, mereka
kedinginan sepanjang malam, sehingga kesehatan merekapun mengalami
gangguan. Life divan adalah tempat tidur yang terbuat dari corrugated
carton ukuran 70 x 180 x 22 cm yang berfungsi sebagai alas tidur yang
dapat menghindarkan hawa dingin dari lantai.
19Katalog Program Badan Wakaf Al-Qur’an, 2016, h. 37.
Life divan juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat tidur bagi
santri di pondok pesantren tradisional yang santrinya kebanyakan hanya
menggunakan tikar tipis sebagai alas tidur mereka. Life divan begitu
praktis dan hemat sementara manfaatnya sangat besar. Tidur lebih
nyenyak, kesehatan terjaga dan pada gilirannya akan meningkatkan
kualitas hidup saudara kita yang sedang tertimpa bencana atau yang
sedang menuntut ilmu di pondok pesantren tradisional. BWA berhasil
mendistribusikan life divan untuk Pesantren Nurul Imdad Bogor dan life
divan untuk pengungsi korban banjir garut.20
f. Rumah Bambu
Rumah bambu yaitu renovasi rumah tidak layak huni dengan
inovasi penggunaan teknologi bambu. Teknologi bambu adalah teknologi
asli Indonesia yang banyak digunakan oleh penduduk negeri ini untuk
membangun tangga, jembatan, bahkan rumah. Namun, kerena kesan yang
melekat di bambu adalah sebuah teknologi yang ‘kampungan’ maka
hampir-hampir rumah dari bambu tidak lagi dibangun.
Padahal teknologi bambu saat ini sudah berkembang maju dan
teruji mampu bertahan terhadap keganasan alam. Ditambah lagi dengan
desain yang inovatif, maka rumah bambu menjadi layak sebagai alternatif
hunian yang kuat, praktis dan hemat. Guna menolong sebagian saudara
kita yang kurang beruntung dan masih menempati hunian yang kurang
layak.21
20www.wakafquran.org, diakses pada 28 Desember 2016, pukul 09:48. 21Ibid
BAB IV
EFEKTIVITAS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF TERHADAP
PROGRAM-PROGRAM BADAN WAKAF AL-QUR’AN JAKARTA
A. Pendayagunaan Dana Wakaf terhadap Program-program Badan
Wakaf Al-Qur’an Jakarta
Wakaf adalah menahan harta wakaf dari si pemberi harta wakaf (waqif)
untuk kesejahteraan si penerima manfaat harta wakaf (mauquf ‘alaih) yang
dikelola oleh organisasi wakaf (nazhir). Adapun dana wakaf adalah menahan
harta wakaf dari waqif berupa uang yang dikelola untuk kemaslahatan umat
Islam. Dana wakaf disebut juga dengan cash waqf atau wakaf tunai.
Pendayagunaan merupakan suatu usaha untuk mendatangkan hasil atau
manfaat yang lebih besar dan lebih baik dengan memanfaatkan sumber daya dan
potensi yang dimiliki. Pendayagunaan adalah kemampuan seseorang atau
sekelompok orang untuk mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar, baik
dan tepat sehingga tercapainya kesejahteraan umum. Maka, pendayagunaan
wakaf adalah bentuk pengusahaan (penyaluran) organisasi wakaf (nazhir) dari
harta wakaf yang diamanahkan oleh pemberi harta wakaf (waqif) agar diterima
dan dapat mendatangkan manfaat lebih besar bagi kesejahteraan pengguna harta
wakaf tersebut (mauquf ‘alaih) sesuai dengan syariat Islam dan Undang-undang.
Adapun pendayagunaan dana wakaf berarti membicarakan usaha-usaha
atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dari
penggunaan hasil dana wakaf secara baik, tepat dan tearah sesuai dengan syariat
Islam dan perundang-undangan. Pendayagunaan dana wakaf merupakan bentuk
65
dari proses optimalisasi pengusahaan organisasi wakaf dari hasil dana wakaf agar
sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta memiliki keorganisasian yang
profesional. Hal tersebut sangat menunjang bagi terealisasinya strategi visi, misi
dan tujuan yang telah direncanakan oleh BWA. Struktur organisasi BWA
memiliki divisi-divisi yang dapat membantu kesuksesan aktivitas perwakafan.
Selain itu, BWA menghadirkan cara modern dalam beribadah wakaf, infak dan
sedekah. BWA memiliki website yang berisi informasi pra-program maupun
pasca-program. Para waqif bisa langsung berwakaf atau berdonasi langsung dari
website tersebut artinya beramal melalui kecanggihan teknologi yang meliputi
internet banking, mobile banking, atau melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Para waqif dapat beribadah dan beramal di BWA tanpa menghiangkan esensi
syariat Islam.
Pendayagunaan dana Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta
didistribusikan untuk penerima manfaat wakaf (mauquf ‘alaih) di daerah terpencil
pelosok nusantara. BWA memiliki tujuan bahwa dari dana wakaf yang tetap atau
tertahan dikelola diwujudkan dalam program atau project yang dilaksanakan oleh
BWA dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat umum khususnya kaum
muslimin disertai dengan unsur dakwah dalam program atau project tersebut,
sehingga manfaat dan pahala dapat mengalir secara terus menerus khususnya bagi
orang yang beramal, BWA sebagai pengelola dan orang yang menerima manfaat
harta wakaf tersebut. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan CEO-Founder
BWA, Bapak Ir. Heru Binawan yang mengatakan sebagai berikut:
“Dalam pendayagunaan dana wakaf, Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta bertujuan untuk kesejahteraan umat Islam. Secara khusus diperuntukkan
bagi kesejahteraan masyarakat di desa-desa terpencil pelosok nusantara. Tim program BWA membuat program atau project sesuai hasil survei dan kebutuhan masyarakat, kemudian tim program mengajukan ke bagian keuangan untuk disiapkan dana yang telah terhimpun kemudian mengeksekusi suatu project atau suatu program yang menghasilkan peningkatan kesejahteraan di desa tersebut”.1 Badan Wakaf Al-Qur’an memiliki strategi dalam mendistribusikan dan
mendayagunakan dana wakaf yang berhasil dihimpun. Sebelum menghimpun
dana, BWA telah merencanakan dan membuat project-project yang akan
dilaksanakan agar para waqif mengetahui terlebih dahulu dana wakaf yang
diberikan akan didistribusikan ke daerah pelosok yang telah dituju oleh tim BWA
dan melalui project tertentu yang telah dibuat.
Pendayagunaan dana pada BWA saat ini sudah terbilang efektif,
didasarkan kepada program-program maupun project-project yang dilaksanakan
oleh BWA. Program tersebut terdiri dari delapan program yang semuanya sudah
berjalan dengan maksimal dan sesuai tujuan. Kedelapan program tersebut adalah
wakaf Al-Qur’an dan pembinaan, wakaf sarana air bersih (water action for
people), wakaf pembangkit listrik (tebar cahaya Indonesia terang), wakaf
produktif, wakaf khusus, zakat peer to peer, Indonesia belajar dan sedekah
kemanusiaan. Dijelaskan oleh CEO-Founder BWA tersebut alasan mengapa
membuat dan mengembangkan program-program tersebut:
“Kita punya delapan induk program. Dari program-program itu masing-masing punya project. Projectnya yang tidak pernah berhenti dan terus berkembang. Awalnya kita hanya bergerak di bidang wakaf. Namun, karena ada kaum muslimin yang sudah berwakaf di BWA tetapi mereka ingin berzakat juga di BWA, maka kita buat program zakat peer-to-peer, yaitu seratus persen dana zakat kita berikan kepada mustahik, tidak dipotong untuk operasional lembaga”.2
1Wawancara Pribadi dengan CEO-Founder, Bapak Ir. Heru Binawan, Tebet, 19 Januari 2017.
2Wawancara Pribadi dengan CEO-Founder, Bapak Ir. Heru Binawan, Tebet, 19 Januari 2017.
Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta memiliki program-program yang
berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. Lima fokus program yang bergerak
di bidang wakaf, yaitu wakaf Al-Qur’an dan pembinaan, wakaf sarana air bersih
(water action for people), wakaf pembangkit listrik (tebar cahaya Indonesia
terang), wakaf produktif dan wakaf khusus. Namun, seiring berjalannya waktu,
BWA mampu mengembangkan program-program yang bukan bergerak di bidang
wakaf. Dengan adanya permintaan waqif yang ingin berzakat mealui BWA, maka
dibuatlah program zakat peer to peer. Begitu pula dengan perkembangan program
di bidang infak dan sedekah, karena adanya permintaan dan memang masih
banyaknya orang-orang yang membutuhkan bantuan, yaitu diwujudkan dalam
program Indonesia belajar dan sedekah kemanusiaan.
Berkenaan dengan pendayagunaan dana wakaf terhadap program-program
Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta, penulis mengacu pada teori empat asas
pendayagunaan wakaf yang disusun oleh Direktorat Pemberdayaan Wakaf,
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Departemen Agama Republik
Indonesia, yaitu:
1. Asas Keabadian Manfaat
Asas keabadian kemanfaatan benda wakaf menjadi landasan yang
paling relevan dengan keberadaan benda itu sendiri. Ada empat hal di mana
benda wakaf (shadaqah jariyyah) akan mendapatkan nilai pahala yang terus
mengalir karena kemanfaatannya, antara lain: (1) Benda tersebut dapat
dimanfaatkan oleh orang banyak; (2) Benda wakaf memberikan nilai yang
lebih nyata kepada para waqif itu sendiri; (3) Manfaat immaterial benda wakaf
melebihi manfaat materialnya; dan (4) Benda wakaf itu sendiri tidak
menjadikan atau mengarahkan kepada bahaya (madharat) bagi orang lain dan
juga waqif sendiri.3 Berkenaan dengan asas keabadian manfaat tersebut,
nazhir, waqif dan mauquf ‘alaih BWA mengatakan sebagai berikut:
“Orang-orang mewakafkan atau berdonasi di BWA dalam bentuk Uang. Karena kita (BWA) memang wakaf melalui uang. Jadi kalau Badan Wakaf Indonesia (BWI) itu menyatakan bahwa wakaf yang seperti BWA kelola ini adalah wakaf melalui uang. Untuk project wakafnya misal kita (BWA) punya generator set pembangkit listrik, pipa-pipa, bak penampung dan pompa untuk mengambil airnya dan masih banyak lagi”.4
“Apabila program terlaksana juga harus ada controlling agar program itu berkesinambungan, berjalan terus menerus. Misalnya donasi Al-Qur’an di Bali, baik terlaksana pada saat itu memang sudah didistribusikan untuk masyarakat di daerah itu yang memang butuh Al-Qur’an. Tapi, kita kan tidak mengetahui progress ke depannya Al-Qur’an itu dibaca atau tidak. Apakah hanya sekedar diterima saja, mau kita tidak hanya sekedar diterima, tapi dibaca dan diamalkan. Baik ada da’i ada yang mengajarkan, lalu apakah itu digunakan dengan baik atau tidak oleh masyarakatnya di sana, artinya sarana dakwahnya bisa lebih bagus lagi. Tergantung pada tujuan project itu sendiri. Untuk contoh lain mungkin tentang project air mungkin bisa dilihat secara fisik. Program water action for people kini airnya telah tersedia, berarti kebutuhan air untuk masyarakat di daerah tercukupi dan jadi ringan. Mungkin informasi yang diterima kami kurang lengkap, atau mungkin sebenernya sudah ada evaluasi dari mereka (BWA) controlling ke masing-masing daerah. Tapi secara general bagus ko menilai BWA”.5
“Kami menjadi mitra yang sudah cukup lama, tentu banyak program BWA yang sudah dilaksanakan disini salah satunya wakaf khsusunya yaitu kapal dakwah. Jadi, dari kapal dakwah itu bisa kita olah, misalnya kita tampung ikan kemudian kita jual, dan lain sebagainya. Tetapi karena ini namanya kapal dakwah nelayan, tidak semata-mata bergerak di bidang bisnis ikan. Pada waktu-waktu tertentu, kita dan BWA keliling pesisir kepulauan-kepulauan untuk mengantarkan Al-Qur’annya project Al-Qur’an road trip itu. Kita bawa Al-Qur’an untuk dibagi-bagikan di daerah Sulawesi bagian selatan, perbatasan
3Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, h. 72-75.
4Wawancara Pribadi dengan CEO-Founder, Bapak Ir. Heru Binawan, Tebet, 19 Januari 2017.
5Wawancara Pribadi dengan waqif, Ibu Shinta Rarastiti, Cilegon, 18 Februari 2017.
NTT itu, banyak sekali kabupaten-kabupaten yang dikatakan kabupaten kepulauan. Paling tidak yang ingin kami capai dengan kapal dakwah ini adalah membangun silaturahmi antar umat Islam di daerah-daerah terpencil. Jadi bisa dikatakan kapal dakwah itu seperti melaksanakan seluruh program BWA dan multifungsi. Jadi, kalau ada program umpamanya sumur bor di kepulauan tertentu, maka kapal dakwah berangkat membawa alat-alatnya, mensosialisasikan, membawa teknisi, mengontrol kalau yang sudah jadi, melihat pelaksanaannya bagaimana, dan selanjutnya membuat pembinaan-pembinaan”.6
Berkenaan dengan asas keabadian manfaat, BWA sesuai dengan
peraturan Badan Wakaf Indonesia (BWI) No. 01 Tahun 2009 Bab I pasal
1ayat 3 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda
Wakaf Berupa Uang yang menyatakan bahwa wakaf harta benda bergerak
berupa uang yang selanjutnya disebut wakaf uang adalah wakaf berupa uang
yang dapat dikelola secara produktif, hasilnya dimanfaatkan untuk Mauquf
alaih.7 Selain itu, BWA sudah memenuhi keempat hal yang tertera di atas, di
mana benda wakaf akan mendapat nilai pahala yang terus mengalir (shadaqah
jariyyah) karena manfaat yang dihasilkan dari benda wakaf tersebut. Dari
wakaf dalam bentuk uang, dikelola menjadi produkif yang memberikan
banyak manfaat untuk kesejahteraan umat khususnya mauquf ‘alaih.
Salah satu wakaf khusus yaitu berupa kapal dakwah yang multifungsi,
artinya kapal dakwah tersebut bisa menjalankan seluruh program yang ada di
BWA. Karena, pendayagunaan dan pendistribusian dana wakaf melalui
program-program ke pelosok (kepulauan) nusantara meggunakan kapal
6Wawancara Pribadi dengan mauqf ‘alaih, Bapak Ust. Arifudin Anwar, via telepon, 28 Januari 2017.
7Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 01 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf Berupa Uang, http://bwi.or.id/index.php/in/unduhan.html?task=view.download&cid=12, diakses pada tanggal 10 Januari, pukul 22.36.
dakwah tersebut. Selain itu, setiap Al-Qur’an yang didistribusikan, tim BWA
bekerja sama dengan para da’i (pendakwah) yang ada di daerah tersebut.
Selain untuk mengajarkan Al-Qur’an, tetapi juga melaksanakan pembinaan
masyarakat di daerah tersebut. Oleh karena itu, program utama BWA tersebut
dinamakan program wakaf Al-Qur’an dan pembinaan.
2. Asas Pertanggungjawaban
Sebagai sebuah ajaran yang memiliki dimensi ilahiyyah dan
insaniyyah, wakaf harus dipertanggungjawabkan, baik di dunia maupun di
akhirat kelak. Bentuk dari pertanggungjawaban tersebut didasarkan kepada:
(1) tanggung jawab kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala; (2) tanggung jawab
kelembagaan; (3) tanggung jawab hukum; dan (4) tanggung jawab sosial.8
Berkenaan dengan asas pertanggungjawaban, nazhir BWA mengatakan
sebagai berikut:
“Untuk berwakaf sebagian besar, mereka (waqif) transfer ke rekening BWA. Kemudian ada sekarang website BWA, mereka (waqif) bisa melalui itu juga. Adapun di BWA itu yang dimaksud dengan ikrar wakaf berkaitan dengan niat dia (waqif) bagaimana. Kalau di website itu, ketika seseorang nge-klik project itu, ya kita anggap dia berniat dan berminat untuk project itu. Kemudian, untuk sertifikat wakafnya juga kita tidak mengeluarkan sertifikat wakaf. Dulu kita pernah mengeluarkannya, namun jadi banyak sekali jumlah sertifikatnya dan yang protes justru waqifnya. Ada waqif yang bilang “saya sudah punya 5 sertifikat, nanti tidak usah lagi”. Jadi, memang sekarang tidak dikeluarkan sertifikat wakafnya. Apalagi sekarang zamannya mobile. Misalkan orang yang ingin berwakaf lagi di jalan, dikirim saja lewat mobile”.9 Di zaman modern dengan kecanggihan teknologi seperti sekarang,
orang-orang bisa bmelakukan ibadah atau amal tertentu dengan cara yang
8Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, h. 76-80.
9Wawancara Pribadi dengan CEO-Founder, Bapak Ir. Heru Binawan, Tebet, 19 Januari 2017.
mudah tanpa menghilangkan syariat Islam. Umat Islam bisa menggunakan
fasilitas teknologi yang ada, salah satunya dengan berwakaf. Menurut
peraturan Badan Wakaf Indonesia (BWI) No. 01 Tahun 2009, Bab II pasal 4
ayat 3 tentang wakaf uang, menyatakan bahwa setoran wakaf uang secara
tidak langsung yaitu melalui media electronic channel, antara lain: Anjungan
Tunai Mandiri (ATM), Phone Banking, Internet Banking, dan Mobile
Banking.10 Tentunya, dalam wakaf uang secara tidak langsung, terdapat
formulir atau pengisian data pribadi dan pernyataan berwakaf bagi waqif
dengan sistem online untuk administrasi dan arsip bagi BWA. Untuk ikrar
wakaf, BWA telah memenuhi syarat-syarat shighat/ ikrar wakaf yaitu wakaf
uang yang berlaku untuk selamanya, harus dijelaskan kepada siapa dan untuk
tujuan apa wakaf itu diberikan,11 lenyap hak kepemilikan waqif dari harta
yang diwakafkan sejak waqif menyatakan mewakafkan hartanya dan
diberikan kepada yang sudah ada, bukan yang akan ada.12 Oleh karena itu,
BWA bergerak di bidang filantropi keislaman dengan cara yang modern
tanpa menghilangkan syariat Islam. Tentunya, ikrar wakaf berkenaan dengan
tanggung jawab antara waqid dan nazhir BWA kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Kemudian, menurut peraturan Badan Wakaf Indonesia (BWI) No. 01
Tahun 2009, Bab II pasal 4 ayat 5-7 tentang wakaf uang, menyatakan bahwa
waqif dapat menukarkan bukti setoran wakaf uang yang diperoleh melalui
10Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 01 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf Berupa Uang, http://bwi.or.id/index.php/in/unduhan.html?task=view.download&cid=12, diakses pada tanggal 10 Januari, pukul 22.36.
11Fathiy Syamsuddin Ramadhan AnNawiy, Buku Panduan Wakaf, h.19. 12Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Fiqh Wakaf, h. 58.
media electronicchannel kepada Lembaga Keuangan Syariah-Penerima
Wakaf Uang (LKS-PWU) untuk mendapatkan sertikat wakaf uang. Jika tidak
ditukarkan, maka dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua minggu
setelah penyetoran elektronik, LKS-PWU akan mengeluarkan sertikat wakaf
uang. Sertikat wakaf uang akan diberikan ke BWI untuk diadministrasikan.13
Dalam hal ini, BWA pernah mengeluarkan sertifikat wakaf untuk para waqif,
namun tidak dikeluarkan kembali. Hal ini dilatar belakangi oleh banyaknya
sertifikat wakaf yang dimiliki oleh waqif dan waqif merasa cukup atas
sertifikat wakaf uang yang pernah diterimanya. Selain itu, waqif di BWA
bisa berwakaf atau berdonasi di setiap ada project baru dan project-project
yang ada di setiap tahunnya terbilang cukup banyak, sehingga waqif ‘setia’
BWA sering berwakaf atau berdonasi untuk project-project baru tersebut.
Hal tersebut berkenaan dengan tanggung jawab kelembagaan dan tanggung
jawab hukum. Sertifikat wakaf uang merupakan bentuk tanggung jawab
kelembagaan dan tanggung jawab hukum yang telah diatur oleh peraturan
yang ada. Dengan adanya sertifikat wakaf uang, waqif dan nazhir
mendapatkan bukti secara tertulis dari penyerahan wakaf uang tersebut.
Arsip sertifikat wakaf uang bisa menjadi bukti hukum atau sahnya seorang
waqif atas wakaf uang yang diserahkan apabila ada kekeliruan. Selain itu,
sebagai lembaga independen perkembangan wakaf Indonesia, Badan Wakaf
Indonesia (BWI) menerima sertifikat tersebut yang selanjutnya
diadministrasikan.
13Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 01 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf Berupa Uang, http://bwi.or.id/index.php/in/unduhan.html?task=view.download&cid=12, diakses pada tanggal 10 Januari, pukul 22.36.
Berkenaan dengan tanggung jawab sosial, tim BWA merupakan
pengelola wakaf yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial. Hal ini dibuktikan
dengan terealisasinya program-program pendayagunaan dana yang
dikhususkan untuk masyarakat terpencil di pelosok nusantara. Pengadaan
kapal dakwah di NTT, pengadaan mushaf Al-Qur’an di Bali, pengadaan air
bersih di NTB dan lain sebagainya. Realisasi program-program tersebut
membuktikan bahwa tingginya tanggung jawab sosial yang dimiliki oleh
BWA.
3. Asas Profesionalitas Manajemen
Manajemen pengelolaan menempati pada posisi paling penting dalam
dunia perwakafan. Maka, dalam pengelolaan benda wakaf secara modern
harus menonjolkan sistem manajemen yang lebih profesional. Nabi
Muhammad Shallallah ‘Alayhi wa Sallam sebenarnya telah mengajarkan
kepada kita bahwa segala sesuatu yang terkait dengan manajemen jika
dilakukan dengan mengikuti empat sifat minimal yang dimiliki oleh Nabi
dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang profesional, antara lain (1)
amanah (dapat dipercaya); (2) shiddiq (jujur); (3) fathanah (cerdas); dan
tabligh (menyampaikan informasi yang benar/ transparan).14 Berkenaan
dengan asas profesionalitas manajemen, nazhir BWA mengatakan sebagai
berikut:
“Untuk sosialisasi, kita (BWA) banyak melakukan presentasi. Jadi teman-teman disini ada yang secara rutin mereka punya jadwal presentasi di pengajian atau perkantoran. Yang kedua, dengan membuat modul, katalog, brosur, dan sebagainya. Itu untuk membantu sosialisasi terutama. Selama ini respon para waqif bagus, karena selama ini mereka dapat cerita dari kita. Dapat laporan seperti buletin
14Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, h. 81.
bulanan. Jadi, kita kirimkan laporannya secara bulanan agar mereka (waqif) bisa melihat project-project apa yang sudah di realisasikan, sudah dieksekusi, dan sebagainya. Kita melaporkan apa yang kita lakukan dalam bentuk tertulis, baik itu website atau melalui newsletter, lalu juga sebagian dari waqif itu juga minta kontak untuk dihubungi secara rutin. Mungkin BWA harus memperhatikan project-project yang memberikan manfaat lebih besar kepada masyarakat. Karena, dengan memberikan manfaat besar kepada masyarakat itu maka kemudian waqif itu akan berpartisipasi. Kemudian kita juga ketika menyalurkannya juga ikut senang”.15
Berkenaan dengan asas profesionalitas manajemen, pengelola
organisasi BWA (nazhir) telah mengikuti empat sifat yang dimiliki oleh Nabi.
Pertama yaitu amanah (dapat dipercaya), tim BWA memiliki struktur
organisasi yang profesional demi pembagian kerja yang jelas. Selain itu,
memiliki keterampilan yang lebih, terdidik dan adanya standar operasional
yang jelas. Kedua yaitu shiddiq (jujur), pengelola BWA terbuka dalam
sosialisasi dalam pra-program maupun pasca-program, sehingga tiak ada
masyarakat yang merasa dimanfaatkan secara sepihak. Ketiga yaitu fathanah
(cerdas), pengelola BWA yang memiliki kreativitas dan inovasi dalam
pengembangan program (project) akan menunjang kemajuan BWA itu
sendiri. Keempat yaitu tabligh (menyampaikan informasi yang benar/
transparan), dengan adanya website BWA semua orang dapat mengetahui
informasi kebutuhan mauquf ‘alaih, realisasi program, dana yang terhimpun
dan masih banyak lagi. Selain itu, dengan adanya buletin dan katalog program
para waqif mengetahui pendayagunaan dana wakaf yang diamalkannya telah
didistribusikan, ditambah dengan foto-foto dan jumlah atau bentuk benda
wakaf lain yang diterimanya. Selain itu, BWA tentunya rutin mengadakan
15Wawancara Pribadi dengan CEO-Founder, Bapak Ir. Heru Binawan, Tebet, 19 Januari 2017.
evaluasi kerja untuk mengukur keberhasilan yang dicapai dari masing-masing
program yang dilaksanakan.
h. Asas Keadilan Sosial
Prinsip dasar wakaf yang bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial
merupakan implementasi dari sistem ekonomi yang mendorong dan mengakui
hak milik individu dan masyarakat secara seimbang. Pertama, keadilan sosial
dilandasi prinsip keimanan, yaitu bahwa semua orang yang ada di alam
semesta adalah milik Allah. Kedua, menggalakkan sistem pendistribusian
kembali pendapatan yang sifatnya built in, yang lebih diefektifkan lagi
dengan mengaitkan pada ridha Allah. Ketiga, keadilan sosial dalam Islam
berakar pada moral.16 Berkenaan dengan asas keadilan sosial, mauquf ‘alaih
atau orang yang menerima manfaat wakaf mengatakan sebagai berikut:
“Manfaat kapal dakwah yang pertama secara psikologi sosial, menunjukkan bahwa umat Islam juga punya kemampuan di mata orang-orang non-muslim, terutama orang-orang Chinese ya, bahwa kita punya kendaraan-kendaraan dengan harga semilyaran itu susah bagi umat Islam dengan rata-rata yang penghasilan ekonominya sangat rendah apalagi di NTT. NTT ini kan salah satu provinsi termiskin di Indonesia. Kemudian yang kedua, sebagai seorang da’i, kita bisa punya sesuatu, Kalau disini (BWA) kitalah yang seharusnya membuka ruang untuk memberikan pengajian-pengajian tanpa bayaran. Tentunya dengan keadaan seperti itu membutuhkan kemampuan da’i dan membuat da’i punya ekonomi yang lumayan bagus”.17
Berkenaan dengan asas keadilan sosial, BWA sudah memenuhi ketiga
prinsip dasar wakaf yang bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial.
Adanya pengakuan seorang muslim yang bangga terhadap Islam karena umat
16Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, h. 90-92.
17Wawancara Pribadi dengan mauqf ‘alaih, Bapak Ust. Arifudin Anwar, via telepon, 28 Januari 2017.
yang mampu melakukan perubahan yang luar biasa bagi daerah mereka.
Dengan adanya program-program wakaf tersebut, adanya rasa keadilan sosial
yang muncul bagi masyarakat yang merasakan manfaat harta wakaf. Dari
harta atau benda wakaf tersebut, dapat dipergunakan, diolah dan lain
sebagainya yang menjadikan harapan baru bagi mereka untuk kehidupan yang
lebih baik di masa yang akan datang. Ibadah wakaf hanya sebatas anjuran,
namun potensi untuk menciptakan pemerataan kesejahteraan masyarakat dan
keadilan sosial sangat tinggi. Karena dalam Islam, prinsip keadilan sosial
merupakan suatu kondisi umat Islam yang memiliki hak dan kewajiban yang
sama sebagai makhluk Allah.
B. Efektivitas Pendayagunaan Dana Wakaf terhadap Program-program
Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta
Selanjutnya, berkenaan dengan efektivitas pendayagunaan dana wakaf
terhadap program-program Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta mengacu
pada teori kriteria efektivitas organisasi (Gibson: 1996), yaitu:
1. Produksi
Produksi mengacu pada ukuran keluaran utama organisasi. Produksi
mencerminkan kemampuan organisasi untuk menghasilkan jumlah dan
kualitas keluaran yang dibutuhkan lingkungan. Ukuran produksi berhubungan
secara langsung dengan keluaran yang dikonsumsi oleh pelanggan dan
rekanan organisasi bersangkutan.18 Berkenaan dengan produksi BWA,
seorang nazhir, waqif dan mauquf ‘alaih BWA mengatakan sebagai berikut:
18Gibson, dkk, Organisasi Perilaku-Struktur-Proses, h. 34.
“Kita punya delapan induk program. Dari program-program itu masing-masing punya project. Projectnya yang tidak pernah berhenti dan terus berkembang, misalnya program wakaf sarana air bersih (water action for people) projectnya kita punya di Gunung Kidul, punya project di NTT dan masih banyak lagi”.19
”Sistem di BWA yang membuat kami lebih tertarik. Di BWA programnya diadakan terlebih dahulu baru dicari pendanaannya, artinya apa yang disumbangkan bisa langsung dipergunakan ke project-project yang ada. Jika dana sudah terkumpul sesuai dengan estimasi biaya yang dibutuhkan untuk proyek itu, langsung dieksekusi oleh tim BWA”.20
“Saya lihat BWA itu punya keberanian untuk membuat suatu program yang tidak ada dana sebelumnya. Dengan motivasi yang tinggi, dengan rasa percaya diri yang tinggi, dengan melihat apa yang dilakukan oleh mitra-mitra di lapangan kemudian ditunjang dan dilanjutkan, akhirnya BWA sukses. Jadi, semacam kami menjadi mitra yang sudah cukup lama, tentu banyak program badan wakaf yang sudah dilaksanakan disini termasuk water action for people. Dengan membuat mobil truk-truk tangki air untuk melayani masyarakat di kepulauan. Berikutnya, dibuat program lagi yaitu kapal dakwah yang merupakan wakaf khususnya. Jadi, ada program wakaf khusus sudah, program water action for peoplenya sudah, Indonesia belajar juga sudah. Misalnya, saya kan punya pesantren, jika ada anak-anak yang sulit atas biaya. Anak-anak ini ada yang diangkat melalui badan wakaf untuk dibiayai (beasiswa), lewat program Indonesia belajar itu. Jadi sudah jelas, pasti efektif. Karena BWA berangkat dari apa yang riil di lapangan baru dijadikan program. Jadi, pasti efektif karena itu yang dibutuhkan”.21
Badan Wakaf Al-Qur’an mampu menghasilkan jumlah dan kualitas
keluaran yang dibutuhkan oleh lingkungan. Misalnya, program water action
for people yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan
sarana air besih. Program tersebut dikhususkan untuk masyarakat di pelosok
19Wawancara Pribadi dengan CEO-Founder, Bapak Ir. Heru Binawan, Tebet, 19 Januari 2017.
20Wawancara Pribadi dengan waqif, Ibu Shinta Rarastiti, Cilegon, 18 Februari 2017. 21Wawancara Pribadi dengan mauqf ‘alaih, Bapak Ust. Arifudin Anwar, via
telepon, 28 Januari 2017.
dan suatu daerah yang tertimpa bencana. Memiliki program-program dan
melaksanakan project-project yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
(mauquf ‘alaih). Di samping itu, project-project yang akan dilaksanakan
telah di survei yang kemudian akan memberikan informasi dan
menumbuhkan kepercayaan kepada para waqif bahwa dari dana yang
disumbangkan para waqif akan didistribusikan atau didayagunakan ke daerah
yang telah dituju dan diterima oleh orang yang benar-benar membutuhkan
bantuan. Hal yang membuat para waqif tertarik yaitu project-projectnya yang
riil dan terus berkembang. Kedelapan program tersebut yang terdiri dari
banyak project telah dilaksanakan dan akan terus berkembang di daerah-
daerah pelosok lain bahkan yang belum ‘tersentuh’ oleh pemerintah. Hal ini
menjadi nilai tambah bagi para waqif terhadap kinerja BWA.
2. Efisiensi
Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan keluaran terhadap
masukan. Kriteria jangka pendek ini memfokuskan perhatian atas siklus
keseluruhan dari masukan-proses-keluaran, dengan menekankan pada elemen
masukan dan proses.22 Ukuran efisiensi Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta
dapat dianalisis dari penghimpunan dan pendayagunaan dana yang dilakukan
oleh BWA dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.1: Grafik Penghimpunan Dana BWA Tahun 2016
22Gibson, dkk, Organisasi Perilaku-Struktur-Proses, h. 34.
Grafik di atas merupakan penghimpunan keseluruhan dana BWA
pada tahun 2016. Pada Bulan Januari, jumlah dana yang terhimpun sebesar
Rp531.797.175,- Pada Bulan Februari hingga Bulan April mengalami
peningkatan jumlah dana yaitu sebear Rp629.849.130,- pada Bulan Februari,
Rp689.503.985,- pada Bulan Maret dan Rp754.764.468,- pada Bulan April.
Kemudian, penghimpunan dana mengalami penurunan pada Bulan Mei yaitu
sebesar Rp494.284.985,- Namun, pada Bulan Juni meningkat pesat dengan
jumlah penghimpunan dana sebesar Rp1.721.578.058,- Pesatnya jumlah
tersebut karena pada Bulan Juni 2016 adalah Bulan Ramadhan di mana umat
Islam wajib berzakat fitrah. Selain itu, pada Bulan Ramadhan seluruh umat
Islam berlomba-lomba dalam beribadah dan sedekah.
Pada Bulan Juli hingga Bulan Desember 2016 penghimpunan dana
BWA mengalami pengingkatan dan penurunan jumlah dana. Jumlah dana
yang terhimpun pada Bulan Juli hingga Bulan Desember 2016 berturut-turut
adalah Rp937.257.654,- Rp619.761.111,- Rp653.938.645,- Rp710.773.972,-
Rp0Rp200,000,000Rp400,000,000Rp600,000,000Rp800,000,000
Rp1,000,000,000Rp1,200,000,000Rp1,400,000,000Rp1,600,000,000Rp1,800,000,000
Penghimpunan Dana Badan Wakaf Al-Qur'an Tahun 2016
Rp640.026.019,- dan Rp798.334.054,-. Maka, jumlah keseluruhan
penghimpunan dana BWA tahun 2016 sebesar Rp9.181.869.256,-.
Penghimpunan dana wakaf tersebut didayagunakan untuk program-
program yang telah dirancang oleh BWA. Ada delapan program yang
dilaksanakan untuk kesejahteran umat. Berikut ini adalah pendayagunaan
dana untuk program-program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta:
Tabel 4.1: Pendayagunaan Dana Program BWA Tahun 2016 No Nama Program Pendayagunaan Dana 1. Program Wakaf Al Qur'an &
Pembinaan Rp889.539.600
2. Program Wakaf Sarana Air Bersih Rp849.398.400 3. Program Wakaf Tebar Cahaya
Indonesia Terang -
4. Program Wakaf Khusus Rp149.035.400 5. Program Donasi Indonesia Belajar Rp530.379.000 6. Program Wakaf Produktif Rp561.932.000 7. Program Sedekah Kemanusiaan Rp450.198.696 8. Program Zakat Maal Rp1.116.368.500 9. Infaq Shodaqoh Rp53.662.000
Total Rp4.600.513.596 Tabel di atas merupakan pendayagunaan dana pada program-program
Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta pada tahun 2016. Penghimpunan dan
pendayagunaan dana wakaf tentunya berbeda dengan zakat, infak dan
sedekah (donasi). Pendayagunaan dana BWA didistribusikan melalui
project-project yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, khususnya
di pelosok negeri.
BWA memiliki lima fokus program yang berkenaan dengan wakaf.
Program-program wakaf yang terealisasi adalah program wakaf Al-Qur’an
dan pembinaan menghabiskan dana sebesar Rp889.539.600,- program wakaf
produktif menghabiskan dana sebesar Rp561.932.000,- program wakaf
khusus menghabiskan dana sebesar Rp149.035.400,- kemudian, program
wakaf sarana air bersih menghabiskan dana sebesar Rp849.398.400,-.
Namun, pada program wakaf tebar cahaya Indonesia terang belum terealisasi
di tahun 2016 melainkan direncanakan pada tahun berikutnya.
Sedangkan untuk program zakat peer to peer (zakat maal) sebesar
Rp1.116.368.500,- yang didistribusikan kepada mustahik 100% dari dana
yang terhimpun. Selanjutnya, untuk program infak dan sedekah yaitu
program sedekah kemanusiaan menghabiskan dana sebesar Rp450.198.696,-
Indonesia belajar menghabiskan dana sebesar Rp530.379.000,- dan infaq
shodaqoh sebesar Rp53.662.000,-. Maka, total pendayagunaan dana secara
keseluruhan sebesar Rp4,600.513.596,-.
Secara keseluruhan, program wakaf yang didayagunakan paling
banyak yaitu program Wakaf Al-Qur’an dan Pembinaan. Program tersebut
merupakan program unggul dan utama yang dimiliki BWA, karena misi
pertama BWA adalah menyalurkan Al-Qur’an ke daerah rawan pendidikan
dan rawan akidah. Selain itu, penyebaran dakwah Islam menjadi lebih luas
karena adanya program ini karena dilaksanakan hingga ke pulau-pulau
terpencil nusantara. Untuk program yang bukan wakaf, dana yang paling
besar didayagunakan yaitu program zakat peer to peer. Program tersebut
menyalurkan dana seratus persen dari muzakki yang diperuntukkan oleh
mustahik hingga ke pelosok negeri tanpa dipotong biaya operasional BWA.
Selain itu, penghimpunan dana zakat peer to peer tersebut meningkat di
Bulan Juni 2016, karena tepat pada Bulan Ramadhan yang mewajibkan atas
seluruh umat Islam untuk membayar zakat. Untuk lebih jelas dalam
pendayagunaan dana di BWA, penulis gambarkan dalam grafik berikut ini:
Gambar 4.2: Grafik Pendayagunaan Dana BWA Tahun 2016
Dari total pendayagunaan dana tersebut, program zakat peer to peer
(zakat maal) didayagunakan paling banyak yaitu 24%. Kemudian, program
wakaf Al-Qur’an dan pembinaan sebesar 19%, program wakaf sarana air
bersih (water action for people) sebesar 18%. Program wakaf produktif dan
Indonesia belajar sama-sama mencapai angka sebesar 12%. Program sedekah
kemanusiaan sebesar 10%, program wakaf khusus sebesar 3%, dan infaq
shodaqoh sebesar 1%. Program wakaf tebar cahaya Indonesia terang 0%
karena belum terealisasi.
Jumlah keseluruhan penghimpunan dana BWA tahun 2016 sebesar
Rp9.181.869.256,- sedangkan total pendayagunaan dana sebesar
Rp4.600.513.596,- maka, dana yang tersisa sebesar Rp4.581.355.660,-. Dari
hasil perhitungan tersebut, Bapak Ir. Heru Binawan selalu CEO-Founder
BWA mengatakan sebagai berikut:
“Program terbar cahaya Indonesia terang itu mengalami proses fundraising yang panjang. Ketika orang ingin berdonasi untuk program tebar cahaya Indonesia terang, maka keuangannya akan di masukkan di kantong program tersebut. Ketika ada program yang akan dieksekusi, maka bagian keuangan akan mengeluarkan dari
[450.198.696] (10%)
[1.116.368.500] (24%)
[53.662.000] (1%)
[530.379.000] (12%)
[889.539.600] (19%)
[849.398.400] (18%)
[0] (0%)
[149.035.400] (3%)
[561.932.000] (12%)
- 400,000,000 800,000,000 1,200,000,000
Program Sedekah KemanusiaanProgram Zakat Maal
Infaq ShodaqohProgram Donasi Indonesia Belajar
Program Wakaf Al Qur'an & …Program Wakaf Sarana Air Bersih
Program Wakaf Tebar Cahaya …Program Wakaf Khusus
Program Wakaf Produktif
Pendayagunaan Dana pada Program-program Badan Wakaf Al-Qur'an Jakarta Tahun 2016
kantong program tersebut. Untuk program tebar cahaya Indonesia terang, dinyatakan bahwa data pengeluaran atau pendayagunaan di tahun 2016 kosong. Maka, pengertiannya adalah di tahun 2016 kantong program ini tidak pernah di keluarkan. mungkin nanti di tahun 2017 ketika ada permintaan berkaitan dengan program tersebut. Jadi kesimpulannya dari hasil data tersebut ada kelebihan sekitar 4 milyar yang direncanakan untuk pendayagunaan program-program di tahun 2017 khususnya program tebar cahaya Indonesia terang untuk warga Dusun Talang Pondok di Oku Selatan, Sumatera Selatan”.23
Berkenaan dengan efisiensi yang dicapai BWA, adanya perbandingan
antara keluaran terhadap masukan yang memperhatikan aspek input-proses-
output. Dari data-data di atas, terdapat adanya jumlah dana penghimpunan
yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran. Hal ini dibuktikan
dengan fakta bahwa ada satu program yang belum terealisasi karena memang
belum ada permintaan dan proses fundraising yang masih berjalan. Namun,
pencapaian BWA bisa dinyatakan efektif (berhasil), karena dari target dan
tujuan dari masing-masing program telah tercapai sesuai yang direncanakan
BWA. Karena pada hakikatnya efektivitas merupakan hubungan antara
keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang mesti dicapai,
semakin besar konstribusi daripada keluaran yang dihasilkan terhadap nilai
pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula unit
tersebut.24
3. Kepuasan
Kepuasan menjadi ukuran keberhasilan organisasi memenuhi
kebutuhan karyawan dan anggotanya. Ide organisasi sebagai suatu sistem
sosial menuntut agar diperhatikan beberapa pertimbangan yang bermanfaat
23Wawancara Pribadi dengan CEO-Founder, Bapak Ir. Heru Binawan, Tebet, 19 Januari 2017.
24Supriyono, Sistem Pengendalian Manajemen, h. 29.
bagi para pesertanya, termasuk para pelanggan dan rekanan.25 Berkenaan
dengan kepuasan, seorang nazhir, waqif dan mauquf ‘alaih BWA
mengatakan sebagai berikut:
“Sejauh ini sih saya lihat cukup efektif, karena project-project yang dibuat itu terealisir dan cukup banyak juga dalam setahun.Jika pencapaian tujuan besar kita itu belum, karena tujuan kita yang besarnya itu menjadikan wakaf sebagai gaya hidup. Itu belum. Tapi, jika tujuan program atau project itu teralisir, itu sudah. Misalnya, tersedia air bersih di suatu desa, itu berarti ada peningkatan kesejahteraan di desa tersebut”.26 “Menurut saya sudah tepat sasaran. Jika secara general lingkupnya Indonesia ya ini sudah tepat ya mengenai pendayagunaan dananya untuk program-program ini sudah tepat. Memang secara general ini sudah bagus, sudah mencakup semua permasalahan di Indonesia”.27 ”Saya merasa BWA berhasil selama ini. Dengan haqqul yaqin, saya merasa BWA punya keberhasilan. Karena BWA dalam mengeksekusi dana wakaf kepada mauquf ‘alaih murni 100% dana itu untuk menyelesaikan program yang sudah dicanangkan bersama para mitra di lapangan, itu satu. Yang kedua, BWA dalam melepas aset itu dikembalikan kepada mauquf ‘alaih itu seluruhnya melalui nazhir-nazhir di lapangan. BWA tidak menguasai harta-harta itu. Jadi, saya lihat di sini BWA membuat sebuah loncatan keberhasilan yang luar biasa. Namun, mengingat begitu banyak program yang sedang bertumbuh, sebaiknya memperhatikan bagaimana program tersebut bisa direalisasikan, karena masih terbatasnya rekrutmen dana itu. Jadi, menurut pandangan saya yang ada sekarang sudah bagus, manajemennya juga sudah bagus, sudah menggunakan teknologi dan keterbukaannya sudah luar biasa”.28 Berkenaan dengan kepuasan, BWA telah berhasil memenuhi
kebutuhan atas terlaksananya program-program berdasarkan beberapa
pertimbangan dari nazhir waqif dan mauquf ‘alaih. BWA berhasil
mendayagunakan dana sesuai dengan permasalahan di Indonesia. Namun,
25Gibson, dkk, Organisasi Perilaku-Struktur-Proses, h. 34. 26Wawancara Pribadi dengan CEO-Founder, Bapak Ir. Heru Binawan, Tebet, 19
Januari 2017. 27Wawancara Pribadi dengan waqif, Ibu Shinta Rarastiti, Cilegon, 18 Februari
2017. 28Wawancara Pribadi dengan mauqf ‘alaih, Bapak Ust. Arifudin Anwar, via
telepon, 28 Januari 2017.
perlu adanya evaluasi, pengawasan dan sosialisasi yang berkesinambungan
terhadap progress di setiap program pembinaan di daerah khususnya yang
berhubungan dengan individual (program Wakaf Al-Qur’an dan Pembinaan
dan program Indonesia Belajar). Hal tersebut menjadi nilai tersendiri
sekaligus kepuasan bagi para waqif. Selain itu, BWA akan terus
memperjuangkan atas perkembangan wakaf di Indonesia sesuai dengan
tujuan besar BWA yaitu menjadikan wakaf sebagai gaya hidup masyarakat
Indonesia.
4. Adaptasi
Adaptasi adalah suatu ukuran ketanggapan organisasi terhadap
tuntutan perubahan. Adaptasi adalah tingkat di mana organisasi dapat dan
benar-benar tanggap terhadap perubahan internal dan eksternal.29 Berkenaan
dengan adaptasi, seorang nazhir dan waqif BWA mengatakan sebagai
berikut:
“Badan Wakaf Indonesia (BWI) itu sebagai regulator dan yang membuat aturan. BWA melihat bahwa harusnya BWI itu sebagai lembaga yang membuat berbagai macam aturan-aturan yang berkaitan dengan wakaf. Kemudian ada lembaga wakaf seperti Global Wakaf, Rumah Wakaf, Tabung Wakaf Indonesia Dompet Dhuafa. Kita (BWA) senang saja, dengan semakin banyak orang paham tentang wakaf, maka peluang mereka untuk menginfakkan sebagian hartanya di wakaf itu akan menjadi semakin besar. Jadi, dengan banyaknya lembaga wakaf yang mereka bergerak di proyek-proyek wakaf di masyarakat, InsyaAllah akan mengedukasi masyarakat muslim tentang wakaf itu sendiri. Jika kami (BWA), melihat lembaga wakaf selain BWA, dan juga BWA sepanjang bahwa kemudian mereka memang ingin mengedukasi masyarakat muslim dengan wakafnya, itu pasti akan membawa manfaat bagi BWA juga”.30
29Gibson, dkk, Organisasi Perilaku-Struktur-Proses, h. 34. 30Wawancara Pribadi dengan CEO-Founder, Bapak Ir. Heru Binawan, Tebet, 19
Januari 2017.
“Saling melengkapi dan bukan saingan satu sama lain menurut saya. Namanya ada Rumah Zakat, Dompet Dhuaf Republika ada BWA dan lain sebagainya. Saling melengkapi, artinya bukan BWA itu harus jadi nomor satu. Memang semua itu bisa ada di level yang sama. Bagus untuk bersama-sama saling membantu. Mungkin harus digali valuenya antara BWA, Dompet Dhuafa Republika, kemudian Rumah Zakat kemudian ada Yatim Mandiri. Dari banyaknya lembaga yang membedakan antara BWA dengan yang lain yaitu dari sifat projectnya. Project sudah ada baru dicari pendanaannya. Kemudian, bagaimana dengan hasilnya atau tujuan akhirnya harus ada controllingnya, hal itu harus digali seperti itu perbedaan-perbedaan yang bisa saling membangun satu sama lain bukan saingan tapi saling melengkapi. Tergantung pada spesialisnya karena BWA spesialisnya menyediakan wakaf qur’an jadi project utama ya wakaf qur’an kalo yag lain mungkin anak yatim misalnya jadi ya saling melengkapi. Jadi kita yang selaku waqif itu ya bisa ada alternatif”.31
Berkenaan dengan adaptasi, BWA tanggap terhadap perubahan
lingkungan. Hal tersebut dibuktikan dengan fakta bahwa dari banyaknya
lembaga wakaf yang baru didirikan, BWA mempertahankan adanya kualitas
program/ project yang sudah dilakukan survei terlebih dahulu yang akan
memberi informasi dan kepercayaan pada para waqif. Hal tersebut menjadi
alasan waqif untuk memberikan amanahnya kepada BWA, karena waqif
menginginkan adanya project atau tujuan yang riil untuk pendistribusian atau
pendayagunaan dana yang telah mereka sumbangkan. Selain itu, BWA
didukung oleh banyak pihak antara lain pemerintah, kementerian, lembaga,
instansi, perusahaan, bank, pusat perbelanjaan, media cetak dan elektronik
yang dapat mendukung kelancaran BWA dalam menjalankan aktivitas
pengelolaan ibadah wakaf. Kemudian, dari banyaknya lembaga wakaf yang
baru berdiri dan akan terus berkembang di Indonesia, menjadi harapan baru
31Wawancara Pribadi dengan waqif, Ibu Shinta Rarastiti, Cilegon, 18 Februari 2017.
bagi penduduk Indonesia dalam peningkatan dan pemerataan kesejahteraan
umum di Indonesia.
5. Pengembangan
Pengembangan mengukur tanggung jawab organisasi dalam
memperbesar kapasitas dan potensinya untuk berkembang. Kriteria ini
mengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkan kapasitasnya
menghadapi tuntutan lingkungan untuk memperbesar kesempatan
kelangsungan hidup jangka panjangnya.32 Pengembangan yang dirasakan
oleh Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta terwujud dalam jumlah waqif di setiap
tahunnya, yaitu:
Gambar 4.3: Grafik Jumlah Waqif BWA Tahun 2010-2016
Grafik di atas merupakan jumlah waqif Badan Wakaf Al-Qur’an
Jakarta dari tahun 2010-2016. Pada tahun 2010, jumlah waqif BWA
sebanyak 13.856 waqif. Pada tahun 2011 cenderung meneurun dengan
jumlah 10.693 waqif. Kemudian, bertambah di tahun 2012 dengan jumlah
18.323 waqif. Jumlah waqif terus meningkat dari tahun 2012-2015, yaitu
26.249 waqif pada tahun 2013, 27.487 waqif untuk tahun 2014 dan 27. 803
32Gibson, dkk, Organisasi Perilaku-Struktur- Proses, h. 35.
05000
1000015000200002500030000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Waqif Badan Wakaf Al-Qur'an Jakarta
waqif pada tahun 2015. Hal tersebut membuktikan bahwa adanya
perkembangan dan tingginya kepercayaan para waqif untuk berwakaf di
BWA. Terlaksananya program-program yang berkualitas, unik dan riil
menjadi daya tarik tersendiri para waqif untuk memberikan amanah kepada
nazhir BWA, sehingga tingkat kepercayaan dan kepuasan para waqif bisa
terukur dari meningkatnyajumlah waqif di BWA. Namun, pada tahun 2016,
jumlah waqif sedikit menurun dibandingkan dengan peningkatan jumlah
waqif pada tahun-tahun sebelumnya yaitu sebanyak 27.579 waqif. Hal
tersebut belum tentu mempengaruhi jumlah dana wakaf yang terhimpun.
Karena, para waqif tentunya berwakaf dengan jumlah yang berbeda. Dari
jumlah waqif yang lebih sedikit masih memungkinkan jumlah dana yang
terhimpun lebih banyak dari tahun sebelumnya. Menurut data yang saya
dapatkan, penghimpunan dana pada tahun 2015 sebesar Rp8,890,975,036.
Sedangkan pada tahun 2016 sebesar Rp9,181,869,256,-.
Jumlah keseluruhan waqif BWA dari tahun 2010-2016 sebanyak
151.990 waqif. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingginya pengembangan
dan kemampuan beradaptasi Badan Wakaf Al-Qur’an dari tahun ke tahun.
Organisasi kenazhiran ini mampu berdaptasi dari perubahan internal dan
eksternal yang dihadapi selama didirikan, sehingga kemampuan BWA dalam
manajemen dapat meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tuntutan
lingkungan yang ada.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendayagunaan dana wakaf disalurkan melalui lima fokus program wakaf
yaitu, wakaf Al-Qur’an dan Pembinaan, wakaf sarana air bersih (water action for
people), wakaf pembangkit listrik (tebar cahaya Indonesia terang), wakaf khusus
dan wakaf produktif terhadap program-program. Sedangkan pendayagunaan dana
bukan wakaf (zakat, infak dan sedekah) disalurkan melalui program zakat peer to
peer, Indonesia belajar dan sedekah kemanusiaan.
Efektivitas pendayagunaan dana wakaf di Badan Wakaf Al-Qur’an
(BWA) Jakarta secara garis besar sudah memenuhi kriteria efektivitas organisasi
dan pendayagunaan wakaf. Hal tersebut berdasarkan pada penghimpunan dana
pada tahun 2016 sebesar Rp9.181.869.256,- sedangkan jumlah pendayagunaan
dana pada tahun 2016 sebesar Rp4.600.513.596,- maka, dana yang tersisa sebesar
Rp4.581.355.660,-. Terdapat adanya jumlah dana penghimpunan yang lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran/ pendayagunaan. Hal ini dibuktikan dengan
fakta bahwa ada satu program yang belum terealisasi karena memang belum ada
permintaan dieksekusi dan proses fundraising yang masih berjalan. Namun,
pencapaian BWA dinyatakan efektif (berhasil), karena dari target dan tujuan dari
masing-masing program telah tercapai sesuai yang direncanakan BWA. Dengan
adanya program wakaf khusus dalam project kapal dakwah misalnya, project
tersebut bisa melaksanakan seluruh program-program yang ada di BWA ke
pulau-pulau pelosok negeri.
90
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis, ada beberapa saran
yang diberikan oleh penulis, antara lain:
1. Perlu dibuatnya sertifikat wakaf uang dari BWA, karena hal tersebut
berkenaan dengan tanggung jawab kelembagaan dan tanggung jawab
hukum. Dengan adanya sertifikat wakaf uang, waqif dan nazhir
mendapatkan bukti secara tertulis dari penyerahan wakaf uang tersebut.
Selain itu, Badan Wakaf Indonesia (BWI) ikut serta menerima sertifikat
tersebut untuk selanjutnya diadministrasikan.
2. Perlunya transparansi dana pendayagunaan atau pendistribusian dari
masing-masing program, agar tumbuh kepercayaan masyarakat khususnya
para waqif atau donatur terhadap lembaga. Adapun dari website BWA
hanya ada transparansi penghimpunan dana.
3. Perlu adanya sosialisasi terhadap progress di setiap program pembinaan di
daerah khususnya yang berhubungan dengan individual (program Wakaf
Al-Qur’an dan Pembinaan dan Indonesia Belajar).
4. Perlu adanya pemeliharaan benda wakaf setelah project wakaf selesai,
agar selalu terjaga dan dapat terus menerus dimanfaatkan.
5. Perlu adanya sosialisasi wakaf di media massa terutama televisi untuk
meningkatkan jumlah waqif yang berimbas pada peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan umum di Indonesia mengingat potensi wakaf
sangat besar.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah. Hukum Wakaf, terjemahan Ahrul Sani Faturrahman, Dompet Dhuafa Republika dan IIMaN, 2004.
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Tafsir Jalalain 1,
terjemahan Bahrun Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013. −−−−−−−−−−−−−−Tafsir Jalalain 2, terjemahan Bahrun Abu Bakar, Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2014. Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1998. An-Naisaburi, Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi. Ensiklopedia Hadits Shahih
Muslim 1, terjemahan Ferdinand Hasmand, Jakarta: Almahira, 2012. −−−−−−−−−−−−−−Ensiklopedia Hadits Shahih Muslim 2, terjemahan Ferdinand
Hasmand, Jakarta: Almahira, 2012. AnNawiy, Fathiy Syamsuddin Ramadhan. Buku Panduan Wakaf, Jakarta: Badan
Wakaf Al-Qur’an, 2006. Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Bulan Bintang, 2003. Badudu dan Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2001. Bungin, M. Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2005. Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf & Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Jakarta: Departemen Agama, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2005. Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Jakarta: Departemen Agama RI, 2006.
92
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta: Departemen Agama RI, 2006.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, Jakarta: Departemen Agama RI, 2006.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam. Fiqh Wakaf, Jakarta: Departemen Agama RI, 2006. Gibson dkk. Organisasi Perilaku-Struktur-Proses, terjemahan Djarkasih, Jakarta:
Erlangga, 1996. Hafidudin, Didin. Wakaf Tunai Dalam Pandangan Syariah, Makalah Seminar
Wakaf Untuk Investasi Bisnis, 2002. Handoko, T. Hani. Manajemen, Yogyakarta: BPPE, 1998. Harahap, Sumuran dan Nasaruddin Umar. Panduan Pengelolaan Wakaf Tunai,
Jakarta: Kementrian Agama RI, 2013. Hasan, Sudirman. Wakaf Uang Perspektif Fiqih, Hukum Positif, dan Manajemen,
Malang: UIN-Maliki Press, 2011. Husman, Husaini. Metedologi Penelitian Untuk Public Relation, Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2010. Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: STIA LAN Press,
2000. Ivancevich, John M, dkk. Perilaku dan Manajemen Organisasi, terjemahan Gina
Gania, Jakarta: Erlangga, 2007. JP, Cambel. Riset Dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora.
Jakarta: Erlangga, 1989. Katalog Program Badan Wakaf Al-Qur’an, 2016. Makmur, Syarif. Pemberdayaan Sumber daya Manusia dan Efektivitas
organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Marzuki. Metodologi Riset, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta, 1983. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002.
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Impelemntasi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004.
Nasution, Mustafa Edwin dan Uswatun Hasanah. Wakaf Tunai Inovasi Finansial
Islam, Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam Universits Indonesia, 2006.
Nazir, Moh. Metode Penelitian, Bandung: Ghalia Indonesia, 1999. Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 01 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf Berupa Uang, http://bwi.or.id/index.php/in/unduhan.html?task=view.download&cid=12, diakses pada tanggal 10 Januari, pukul 22.36.
Prihatna, Andy Agung dkk. Wakaf, Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan, Jakarta:
CSRC, 2006. Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis
Statistik, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002. Rochaety, Eti dan Ratih Tresnati. Kamus Istilah Ekonomi, Jakarta: Bumi Aksara,
2005. Sevilla, Consuelo G dkk. Pengantar Metode Penelitian, terjemahan Alimuddin
Tuwu, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993. Shofi, Muhammad. Analisis Praktik dan Manajemen Pengelolaan Wakaf Uang
Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Vol. 2, No. 2, 2016 dari: http://ojs.unida.ac.id/index.php/JSEI/article/download/267/75.
Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: ALFABETA, 2005. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2009. Supriyono. Sistem Pengendalian Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2000. Suwarto, FX. Perilaku Keorganisasian Buku Panduan Mahasiswa, Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1999. Usman, Rachmadi. Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2013. Usman, Suparman. Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Darul Ulum Press,
1999.
www.wakafquran.org, diakses pada tanggal 28 Desember 2016, pukul 09.48. Zen, Muhammad dkk. Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005.
SURAT KETERANGAN No. 01/BWA-SDM/U/III/2017
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan :
Nama : Sayidatu Syarifah Sudrajat
NIM : 1113053000049
Jurusan : Manajemen Dakwah
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melakukan penelitian di Badan Wakaf Al-Qur’an terhitung bulan Januari 2017 s.d Maret 2017.
Demikianlah surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 24 Maret 2017
Hormat kami,
AgusSalim HRD-GA
TRANSKRIP WAWANCARA NAZHIR
Pewawancara : Sayidatu Syarifah Sudrajat
Narasumber : Bapak Ir. Heru Binawan
Jabatan : CEO-Founder Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta
Hari/Tanggal : Kamis/ 19 Januari 2017
Waktu : 13.00-14.30 WIB
Tempat Wawancara : Kantor Pusat Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta
Narasumber sebagai : Nazhir Wakaf
P : Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuh
N : Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
P : Nama saya Sayidatu Syarifah Sudrajat, mahasiswa dari Manajemen
ZISWAF UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bermaksud untuk mewawancarai
Bapak Ir. Heru selaku CEO dan Founder Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta terkait
dengan efektifitas pendayagunaan dana wakaf terhadap program-program yang
ada di Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta, dan setiap komentar atau jawaban Bapak
dalam wawancara ini akan saya rekam untuk kepentingan dokumentasi penelitian.
P : Yang pertama, siapakah pelopor berdirinya BWA Jakarta, pak?
N : Kalau Badan Wakaf Al-Qur’an di Jakarta ini, saat ini yang
mendirikannya bersama-sama saya, ada tiga orang. Saya (sendiri), Ust. Irwan
Syaifullah, sama Ust. Ikhsan Salam.
P : Bagaimana awal mula berdirinya Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta ini
pak?
N : Awal mulanya … dimulai dari ide sederhana saja, sebetulnya. Jadi waktu
itu saya diajak oleh Bapak-Bapak NU (Nahdatul Ulama), BWNU Jakarta, untuk
membantu mereka bikin wakaf sejuta Al-Qur’an. Berjalan hampir setahun
kegiatan itu, tetapi kemudian berhenti. Nah, ketika kegiatan itu berhenti, saya
punya ide untuk melanjutkan ide itu dalam bentuk Badan Wakaf Al-Qur’an.
Karena menurut saya idenya bagus, gitu kan, sayang kalau nggak dilaksanakan.
Ketika saya bawa ide itu ke teman-teman, teman-teman mendukung, akhirnya
bersama teman-teman (saya) mendirikan Badan Wakaf Al-Qur’an.
P : Apa saja, pak, sarana dan pra-sarana yang dimiliki BWA ini?
N : Ya, kita punya kantor – walaupun masih nyewa, ya... ngontrak…
kemudian kalau di daerah-daerah yang kita ada proyek wakafnya, ya, unit-unit
proyek itu. Seperti di Gunung Kidul misalkan, kita punya pembangkit listrik,
punya generator set-nya – GenSetnya, punya pompa untuk mengambil airnya,
gitukan.., ada bak penampungannya, terus pipa-pipa untuk mendistribusikannya.
Kalau bicara, maksudnya adalah, aset sarana dan pra-sarananya itu, ya?
N : Berkaitan dengan aset lainnya, ya BWA saat ini belum punya. Karena
kantor saja kita masih ngontrak.
P : Upaya apa saja yang dilakukan BWA dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya melakukan wakaf untuk kesejahteraan bersama, pak?
N : Kita banyak melakukan presentasi. Jadi teman-teman disini ada yang
secara rutin mereka punya jadwal presentasi di pengajian-pengajian perkantoran.
Yang kedua, dengan membuat modul, katalog, brosur, dan sebagainya. Itu untuk
membantu sosialisasi terutama.
P : Kalau yang lewat internet itu (bagaimana)?
N : Kalau lewat internet, ya, website kita.
P : Bagaimana carawaqif melakukan wakaf pada BWA?
N : Sebagian besar, sih, mereka transfer ke rekening..rekening BWA. Mereka
transfer ke rekening BWA, terus..itu sebagian besar seperti itu. Kemudian ada
sekarang mereka yang berwakaf melalui website BWA.
P : Yang donasi gitu ya, pak, ya? Yang di-klik? “Donasi sekarang” kan, /ya/
ada, di websitenya ya? /ya/
P : Sejauh ini harta bentuk apa saja yang paling banyak diberikan oleh
waqif?
N : Uang. /oh/ Karena kita memang, wakaf melalui uang. Jadi kalau BWI –
Badan Wakaf Indonesia – itu menyatakan bahwa wakaf yang seperti BWA kelola
ini, wakaf melalui uang.
P : Apa saja program wakaf yang dilakukan oleh Badan Wakaf Al-Qur’an
dan apa saja yang sudah terealisasi?
N : Kita sampai saat ini punya delapan program. Ya semuanya sudah
berjalan, ke-delapan delapannya sudah berjalan.
P : Dikembangkan lagi, ya, pak? Malah mau bertambah? dalam
bentukproject?
N : Jadi kalau… Induknya itu program, program itu masing-masing punya
project. Nah,projectnya terus berkembang. Program wakaf sarana air bersih
(misalnya): Programnya wakaf sarana air bersih, kan. Projectnya Water action for
people kita punya project di Gunung Kidul, punya project di <<tidak jelas>>
NTT, punya projectdi NTT, punya projectdi mana lagi.. Kalau projectnya nggak
pernah berhenti, memang. Kalau programnya kita punya delapan.
P : Apakah pendayagunaan dana wakaf pada BWA berpengaruh terhadap
kesejahteraan umat?
N : Harusnya pengaruh, ya! Cuma kita nggak pernah ngukur, sih,
peningkatannya berapa dan sebagainya. Nanti ya ketika air, misalkan, tersedia di
desanya, gitu kan, maka ada peningkatan kesejahteraan di desa tersebut..atau
misalkan yang di Sulawesi Selatan kita bikin wakaf pembangkit listrik tenaga
mikrohidro, itu, kan..tenaga air itu.
P : Bagaimana respon masyarakat dengan adanya BWA Jakarta ini, pak?
N : Yang sepengetahuan saya ya, “oh ini bagus ya”. Mendukung, lah. Karena
ada diferensiasinya dengan lembaga-lembaga yang lainnya. (kalau) lembaga
lainnya kan ke Zakat, tapi kalau BWA ketika masuk (donasi), langsung bilang
wakaf.. gitu. Jadi mereka berzakat ke lembaga lain, tapi begitu berwakaf mereka
ke BWA.
P : Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh BWA baik
internal maupun eksternal dalam pendayagunaan dana wakaf yang tersedia untuk
melaksanakan program-program yang ada?
N : Ya, kalau dukungan, karena sifatnya internal, karena BWA itu, kan,
lembaga yang secara tegas menyatakan bahwa kami (adalah) lembaga filantropi
Islam yang bergerak di (bidang) wakaf. Gitu, kan. Nah, sehingga secara internal
itu banyak kaum muslimin yang mendukung pilihan itu. Bahwa kita bukan
(bergerak di bidang) zakat tapi kita (bergerak di bidang) wakaf. Bahkan ada kaum
muslimin yang sudah berwakaf di BWA tetapi mereka ingin berzakat juga di
BWA.. /Maka ada zakat peer-to-peer?/ Maka jadi ada zakat peer-to-peer. Kami
bikin../tapi itu dibedakan, ya, pak?/ Ya, yang namanya zakat peer-to-peer itu kita
seratus persen kita berikan kepada mustahik. Jadi namanya zakat itu kita seratus
persen kita berikan kepada mustahik, tidak dipotong untuk operasional lembaga.
P : Bagaimana respon waqif terhadap pendayagunaan dana wakaf yang
dilakukan oleh BWA ini, pak?
N : Ya, responnya sih, bagus, selama ini ya. Karena selama ini mereka kan
dapat cerita.. /Dapat laporan seperti ini <<menunjuk ke brosur>> ya, pak?/ Ya,
bulanan. Sebentar, semisal yang ini <<menunjuk ke brosur>> ini bulanan. Jadi
kita kirimkan (laporan)nya secara bulanan jadi mereka (waqif) bisa melihat
project-project apa yang sudah di realisasikan, sudah dieksekusi, dan sebagainya.
P : Faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah waqifdi BWA ini, pak?
N : Faktor yang mempengaruhi jumlah waqif ya projectnya. Ketika ada
project yang menarik perhatian mereka, biasanya waqif banyak (yang mendaftar
ke BWA).
P : Mengambil data dana yang dari waqifnya itu kan dari website, ya, pak…
ini <membuka kertas data> jadi hasilnya itu di tahun 2016 itu kan (kurang lebih) 9
milyar /2016?/ ya, tetapi ini pendayagunaannya itu (hanya sejumlah) 4 milyar.
Yang mau saya tanyakan, itu sisanya apa memang untuk (digunakan pada) tahun
depannya atau (bagaimana)? Soalnya ini Program Wakaf Tebar cahaya Indonesia
tidak ada (nilainya pada data). Jadi apakah di tahun ini ada program yang
dilaksanakan namun menggunakan pendanaan program tahun kemarin atau
bagaimana pak?
N : Coba..<melihat kertas data> Kalau Indonesia terang, itu, kan, sudah
panjang proses fundraisingnya, ya. Proses fundraisingnya sudah panjang, nah
saya tidak tahu, kanprojectnya sendiri kan masih ada di nama itu, lho, ya kan? Ini
2016 ya <menunjuk kertas data>? /iya, keseluruhannya/ Apakah ini data 2016…,
atau dari uang dari project itu tidak dikeluarkan ke projectitu ..nah maka kosong,
gitu kan, karena begini.. kan ketika orang berdonasi, “nih saya mau berdonasi
untuk project itu”, gitu kan, project terang pondok.. eh, Indonesia terang. Maka,
di keuangan itu dimasukkannya di kantongnya project Indonesia Terang. Nah,
ketika ini dikeluarkan untuk project Indonesia terang, apakah (tahun ini) ada
project Indonesia terang atau belum, maka keuangan akan ngeluarin dari kantong
ini, untuk project itu. Nah, kalau data yang kosong ini pengertiannya adalah di
2016 kantong ini tidak pernah dikeluarkan./oh gitu/ gitu lho.. Artinya
dikeluarkannya kapan? Nah mungkin nanti di 2017 nanti ketika ada permintaan
berkaitan dengan projectitu ,gitu lho. /ya baik pak/ kalau ini kan (di tahun) 2016
semua kan? /iya pak, dan yang saya lihat dari website nya juga yang 2016nya saja/
Ya.. Cuma ini hitungan manual nih <merujuk ke kertas> jadi agak
susah..<tertawa>. Nah kelebihannya ini, berarti posisinya apa? /….apa pak?/ di
kesimpulan (hasil data) kamu, kan ada kelebihan sekitar 4 milyar? /Iya pak, jadi
saya bilangnya untuk program yang di tahun 2017, soalnya, kan, memang tidak
ada “kosong” untuk program yang ini (Indonesia terang)/ iya, program untuk
warga Dusun Talang Pondok di Oku Selatan, Sumatera Selatan, karena ini kan
(diolah secara) manual (hasil datanya), gitu kan, manual dari data. Karena data di
website itu, kan, dengan data keuangan bisa berbeda (perhitungannya). Karena
kalau yang di keluangan itu kan, lebih detil. (pemasukan) ini masuk ke kantong
yang mana, (pemasukan) yang ini masuk ke kantong yang mana dan
dikeluarkannya kapan. Kalau di websitekan tidak. Begitu ada uang masuk
<menirukan suara> “wah, ada nih, sudah masuk nih!> nah yang masuk itu tinggal
dimasukkan saja, kan? Kalau misalkan ada orang yang sama, mengirim 3x, maka
(di website) masuknya 3x di situ. Jadi tidak mungkin (bag. Keuangan)
mengerjakan di website “oh ini kok sama nih? Ambil salah satu aja deh” kan tidak
bisa (seperti itu). Gitu lho.Nah, kalau mau tau (mengenai) yang seperti ini (hasil
perhitungan data keuangan dengan detil), harus ke keuangan ini. Karena saya
tidak terlalu paham.
P : Orang-orang banyak mendonasikannya itu lewat website ya, pak?
Bagaimana dengan Ikrar Wakaf dan sertifikat wakafnya ..itu bagaimana pak?
N : Kalau kita..jadi yang dimaksud dengan ikrar wakaf itu, kan, berkaitan
dengan niat dia bagaimana, gitu lho. Nah, kalau di website itu ya ketika dia nge-
klik project itu, ya kita anggap dia berminat untuk project itu. Gitu lho. Nah,
kalau sertifikat wakafnya juga kita nggak ngeluarin sertifikat wakaf. Dulu kita
pernah ngeluarin (sertifikat wakaf), namun jadi banyak banget (jumlah
sertifikatnya). Yang protes (justru) waqifnya. “Udah, ini nggak usah! Saya sudah
punya 5 sertifikat nih!” <tertawa> Nah, gitu lho. /Jadi memang sekarang tidak
dikeluarkan sertifikat wakafnya ya pak?/ ya.
P : Soalnya memang sekarang, memang begitu ya pak? Maksudnya orang
nggak perlu datang ke lembaga, karena bisa transfer-transfer saja atau langsung…
N : Iya. Apalagi sekalang (jamannya) mobile, kan? Jadi misalkan orang
(yang ingin berwakaf) lagi di jalan, yasudah kirim saja (lewat mobile), gitu kan.
P : Terus pak. Jadi ini, jumlah nazhirnya berapa? /Nazhir?/ Iya.
N : Kalau nazhir itu, kan, istilahnya gini… jadi kan masing-masing project
itu kan beda-beda gitu kan nazhirnya. Contohnya misalkan, yang di gunung kidul.
Gunung kidul itu, nazhirnya ada..jumlah itu (maksudnya) jumlah orangnya ya? /
iya/ di gunung kidul itu ada.. awalnya itu ada 5 orang, kalau tidak salah, tapi
sebagian besar bukan orang gunung kidul (tetapi) orang Jakarta. Bapak Yunus,
Bapak Ihsan, gitu kan. Akhirnya kita buat nazhir untuk jogja itu akhirnya ada 1
yang orang jogja, gitu lho. Itu orang jogja. Nah itu bagaimana itu, mesti dihitung
satu-satu? /oh, tidak pak. Jadi yang disini itu tidak semuanya nazhir ya pak?/
Tidak, tidak. Kalau nazhir itu partner lapang, istilahnya kalau di kita (BWA).
Karena projectnya itu kan adanya di lapangan. Nah kalau untuk al-qur’an ya
nazhirnya wakafnya BWA. /khusus al-qur’an?/ iya, untuk alqur’an kan di kita
cuma membagikan. “siapanazhir wakafnya?” BWA – menazhiri al-qur’an yang
dikirim ke daerah-daerah.
P : Jadi disini pegawainya ada berapa (orang) pak?
N : Kalau sekarang kira-kira (sebanyak) 60an ya. /60 orang pak? Nambah ya
pak?/ Kayaknya.. nambah ya? /iya soalnya kemarin bapak bilang sekitar 50an/
Oya 50an ya? <tertawa> saya juga lihat orang baru banyak banget <tertawa>
P : Bagaimana tingkat efektivitas pendayagunaan dana wakaf terhadap
program-program yang terdapat pada BWA Jakarta, pak?
N : Efektivitas penggunaan dana, ya? /ya/ Efektivitas itu, kan, berarti
berkaitan dengan /tercapainya tujuan/ tercapainya tujuan atau terealisir? /ya,
terealisir/ Teralisirnya project? Ya… sejauh ini sih saya lihat cukup efektif, ya,
karena project yang terealisir, kan, cukup banyak juga (dalam) setahun ya.
P : Bagaimana sistem penyaluran dana wakaf yang dilakukan dalam
melaksanakan program-program yang ada di BWA, pak?
N : Jadi, bagian program mengajukan ke bagian keuangan untuk disiapkan
dana untuk mengeksekusi suatu projectatau suatu program, itu aja sih cara kita.
P : Apakah hasil dari pendayagunaan dana wakaf yang terhimpun pada
BWA sudah mencapai tujuan dalam melaksanakan program-program yang ada?
N : Mencapai tujuan… belum, ya. Karena tujuan kita kan… tujuan kita yang
besarnya itu, kan, menjadikan wakaf sebagai gaya hidup. Itu belum. Tapi, (kalau)
sampai program atau projectitu teralisir, ya sudah.
P : Bagaimana cara membangun dan mempertahankan kepercayaan waqif
yang telah ada agar tetap setia di BWA?
N : Ya kita melaporkan apa yang kita lakukan, dalam bentuk tertulis, baik itu
website atau melalui newsletter, lalu juga sebagian dari waqif itu juga minta
kontak (untuk dihubungi) rutin.
P : Bagaimana BWA memandang lembaga wakaf lain?
N : Lembaga wakaf lainnya itu, apa misalnya? /BWI, mungkin?/ Oh, kalau
BWI itu kan kayak level BAZNAS-nya (lembaga wakaf) nasional. Nah, kalau
BWI itu kayak regulator dia. Dia (BWI) yang membuat aturan. Ya, BWA melihat
bahwa harusnya BWI itu sebagai lembaga yang membuat berbagai macam aturan-
aturan yang berkaitan dengan wakaf. Itu yang kelihatannya BWI belum mainkan
peranan itu. Kemudian lembaga wakaf lainnya itu /seperti global wakaf,
mungkin?/ Global wakaf itu yang punya ACT, ya? /Ya, ACT/ Rumah wakaf juga
ada rumah zakat, gitu kan. /Dompet Dhuafa (juga) sekarang ada, wakaf/ Ya,
tadinya dia punya tabung wakaf dia. Sekarang sudah diambil alih lagi sudah masih
ke dompet dhuafa. Ya kalau kita (BWA) sih, senang saja. Jadi kalau wakaf itu
dengan semakin banyak orang paham tentang wakaf, maka peluang mereka untuk
menginfakkan sebagian hartanya di wakaf itu akan menjadi semakin besar. Jadi,
dengan banyaknya lembaga wakaf yang mereka bergerak di proyek-proyek wakaf
di masyarakat, ya InsyaAllahakan mengedukasi masyarakat muslim tentang wakaf
itu sendiri. Kalau kami (BWA), sih, melihat lembaga wakaf selain BWA, dan juga
BWA, ya, sepanjang bahwa kemudian mereka memang ingin mengedukasi
masyarakat muslim dengan wakafnya, itu pasti akan membawa – bukan
keuntungan, ya.. – membawa manfaat bagi BWA juga.
P : Yang terakhir, pak. Apa saran bapak terkait efektivitas pendayagunaan
dana wakaf terhadap program-program pada BWA?
N : Mungkin BWA harus memperhatikan project-project yang memberikan
manfaat lebih besar kepada masyarakat. Nah, karena dengan memberikan manfaat
besar kepada masyarakat itu maka kemudian waqif itu akan berpartisipasi, gitu
kan. Bisa aktif, gitu kan. Kemudian kita juga ketika menyalurkannya juga senang,
gitu kan. Karena “wah ini proyeknya bagus nih!” dengan memberikan hasil yang
bermanfaat bagi masyarakat. Itu saja, sih, menurut saya.
P : Baik pak, terima kasih atas kesidaannya yang telah meluangkan
waktunya untuk diwawancarai. Semua jawaban dan komentar bapak sangat
bermanfaat untuk penelitian saya dan digunakan semata-mata hanya untuk
penelitian skripsi saya. Terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
N : Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 19 Januari 2017 CEO-Founder Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta
(Ir. Heru Binawan)
TRANSKRIP WAWANCARA WAQIF
Pewawancara : Sayidatu Syarifah Sudrajat
Narasumber : Shinta Rarastiti
Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Februari 2017
Waktu : 14.00-15.00 WIB
Tempat Wawancara : Kantor Pusat Uwais Hijab, Cilegon-Banten.
Narasumber sebagai: Orang yang berwakaf (waqif) Badan Wakaf Al-Qur’an
Jakarta
Pekerjaan : Pengusaha (Owner) Uwais Hijab
P : Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuh
N : Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
P : Nama saya Sayidatu Syarifah Sudrajat, mahasiswa dari Manajemen
ZISWAF UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bermaksud untuk mewawancarai
Ibu selaku waqif di Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta terkait dengan efektifitas
pendayagunaan dana wakaf terhadap program-program yang ada di Badan Wakaf
Al-Qur’an Jakarta, dan setiap komentar atau jawaban Ibu dalam wawancara ini
akan saya rekam untuk kepentingan dokumentasi penelitian.
P : Di Provinsi DKI Jakarta sudah dibentuk Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta
sejak tahun 2005 hingga saat ini untuk menghimpun dan menyalurkan dana wakaf
serta memberikan manfaat kepada umat melalui program-program wakaf.
Bagaimana menurut Ibu tentang pembentukan berdirinya Badan Wakaf Al-Qur’an
Jakarta?
N : Ya bagus kan jadi bisa membantu kita untuk menyalurkan dana. Saya
mencari referensi di internet, cari program yang bagus ketemu BWA, akhirnya
memutuskan untuk ikut.
P : Sejak kapan Ibu menjadi waqif di Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta?
N : Sejak Juli 2016 berdasarkan invoice yang keluar.
P : Mengapa Ibu berwakaf di Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA)?
N : Sistem di BWA yang membuat kami lebih tertarik. Di BWA programnya
diadakan dulu baru dicari pendanaannya, artinya apa yang kami infaqkan bisa
langsung dipergunakan project-project yang ada. Kalo dana sudah terkumpul
sesuai dengan estimasi biaya yang diuthkan untuk proyek itu. Seandainya proyek
medical center di mana gitu, itu kan buat kesehatan butuh seratus juta. Aku
misalnya kerjasama sama Rumah Zakat dananya itu dikumpulkan setiap bulan itu
sampe terkumpul 100 juta baru dijadikan prgramnya..bedanya itu. Bedanya BWA
sama / sama yang lain/ ya seandainya sama rumah zakatlah perbandingnya, jadi
ngga ada dulu programnya baru diitukan nda, biasanya begitu.
P : Bagaimana cara Ibu melakukan wakaf pada Badan Wakaf Al-Qur’an
(BWA) Jakarta?
N : Transfer ya.
P : Harta wakaf apa yang Ibu amalkan? Uang atau Al-Qur’an? Yang di
program BWA itu kan saya tanya kemarin lebih banyak wakaf uang.
N : Kemarin kita tu ngasihnya uang, cuma uangnya Al-Qur’an/ wakaf Al-
Qur’an dan pembinaan/ kayanya.
P : Badan Wakaf Al-Qur'an adalah organisasi nirlaba (non-profit
organization), berbentuk Lembaga Swadaya Masyarakat. Wakaf Al-Qur’an adalah
cara modern yang mudah dan praktis untuk membantu orang lain. Badan Wakaf
Al-Qur’an (BWA) mempermudah waqif dalam menyalurkan bantuan untuk
ummat Islam hingga ke pelosok negeri. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai
strategi dan pengelolaan dana wakaf Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta tersebut?
Maksudnya BWA itu kan programnya ke pelosok-pelosok negeri, bagaimana
menurut Ibu tentang pengelolaan dana yang seperti itu?
N : Sekarang kan banyak yang seperti tu, banyak orang atau banyak lembaga
yang memfasilitasi kita untuk berinfak kemana. Kita mau berinfak ada dananya,
bukannya cuma kita anggarkan secara perusahaan tapi secara pribadipun ada. Tapi
kembali lagi kalo misalnya kita tau lingkup sini ya kita hanya tau lingkup sini.
Karena adanya BWA dan lembaga-lembaga yang lain, itu mereka membuka
pikiran kita “oh ternyata di sana-sana tu banyak”, “oh, ternyata di pelosok sana
butuh Al-Qur’an yang selama ini kita nggak tau, oh ternyata di daerah sana butuh
juga ya”. Jadi, memang sekarang ya harus seperti itu, kalo nggak seperti itu,
malah kita yang umat Islam itu justru ya taunya hanya di sini-sini aja. Kalo
misalnya difasilitasi oleh lembaga-lembaga yang lain, <<tidak jelas>> kita kan
juga nggak selalu melihat di internet, mana sih yang kira-kira butuh bantuan, yang
lebih tau ya lembaga-lembaga itu. Mereka punya tim survei, mereka mungkin
punya perwakilan-perwakilan di daerah yang lebih banyak, lebih menyebar gitu
loh, jadi ya baguslah. Itulah tepatlah ya strateginya yang BWA lakukan.
P : Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta memiliki program-program antara lain:
(1) Wakaf Al-Qur’an dan Pembinaan, (2) Tebar Cahaya Indonesia Terang, (3)
Water Action For People, (4) Wakaf Khusus, (5) Wakaf Proudktif, (6) Zakat Peer
to Peer, (7) Indonesia Belajar dan (8) Sedekah Kemanusiaan. Bagaimana menurut
Ibu mengenai pendayagunaan dana wakaf disalurkan melalui program-program
Badan Wakaf Al-Qur’an tersebut?
N : Menurut saya sih udah tepat sasaran. Kalo secara general menurutku kalo
lingkupnya Indonesia ya ini sih udah tepat ya mengenai pendayagunaan dananya
untuk program-program ini sudah tepat. Memang secara general ini udah bagus,
udah mencakup semua permasalahan di Indonesia. Yang saya tau ya mbak
program water action for people, di daerah-daerah yang kurang air tuh banyak
misionaris-misionaris agama lain yag istilahnya ikut membantu di sana, namun
feed backnya mereka mengajak ke agama mereka. Nah, ini peran BWA yang
penting di sini gitu loh untuk dari pada umat yang lain yang menyediakan ya
kitalah yang menyediakan. Gitu.
P : Program apa yang paling menarik dari BWA? Mengapa?
N : Wakaf Qur’an, karena bermanfaat untuk penyebaran dakwah Islam.
P : Pada Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta memiliki program-program wakaf
yang dilakukan hingga ke daerah pelosok nusantara sekaligus melakukan
pembinaan pada beberapa daerah binaan Badan Wakaf Al-Qur’an. Bagaimana
menurut Ibu mengenai sosialisasi laporan hasil pendayagunaan dana yang
disalurkan melalui program-program wakaf pada Badan Wakaf Al-Qur’an
Jakarta? Maksud sosialisasi itu kan/ laporannya ya?/ iya, waqifnya itu kan selalu
dapet katalog atau buletin itu rutin apa nggak atau seperti apa bentuknya?
N : Kalo sejauh ini sih,.cuma dapet itu sih mba, yang rutin itu dapet invoice
terus dapet info dari sosial media, biasanya sudah tersalurkan. Misalnya, Uwais
Hijab itu dananya yang sudah dikumpulkan ini sudah didonasikan dalam bentuk
Al-Qur’an dan sudah didistribusikan ke misalnya daerah Bali, itu programnya
sudah terlaksana. Itu, laporannya berbentuk seperti itu, adanya fotonya, ada ya
itulah ya. Kalo laporan khusus keuangannya kaya bentuk laporan secara tertulis
itu ngga ada. Setahu saya sih belum ada email yang masuk. Entah kita yang
kurang over, kayanya sih ngga ya Cuma itu doang. / jadi kalo katalog itu ngga
dapet ya?/ siapa tau kita yang dikirimin kita yang lupa. Nggak, kalo katalog atau
buletin nggak, aku malah baru tau kalo BWA itu ada buletin, makanya aku
diwawancarai. Ngga pernah dapet ko, belum. Jujur ya jawabnya ya sesuai.
Mungkin ini yang harus di inikanlahmba..harus diperbaiki, mungkin apa memang
belum ngga semua waqifnya, aku nggak ngertilah gimana. Tapi memang ada?/
Ada, katalog/ Oh ya makanya itu.
P : Dengan adanya program-program Badan Wakaf Al-Qur’an, bagaimana
menurut Ibu mengenai kesejahteraan masyarakat pada daerah pelosok nusantara
dan daerah binaan Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta?
N : Kalo ini, saya tu kan cuma dapetnya info kalo sudah didistribusikan
bantuannya yang didonasikan untuk ini ini ini, ya tapi aku nggak tau, maksudnya
pada saat itu doang gitu mba diinfokan. “iya bu sudah kita kasih kita salurkan”,
tau kelanjutannya tuh maksudnya berapa bulan kemudian itu kita nggaktau kabar
seandainya masyarkat di sana tu gimana itu nggak ada kabarnya. Gitu.
P : Secara keseluruhan, bagaimana menurut Ibu mengenai pendayagunaan
dana wakaf tentang keberhasilan pencapaian tujuan program-program wakaf di
Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta?
N : Teraksana, terlaksana ya, dari beberapa berita di sosmed menunjukkan
terlaksana. Cuma ya itu tadi, namanya terlaksana juga harus ada controlling ya,
biar dia berkesinambungan, dia berjalan terus menerus, itu yang seperti yang
dibilang tadi kita belum tau untuk progres kelanjutannya gitu loh. Kaya misalnya
di yang donasi Al-Qur’an di Bali tuh. Oke terlaksana pada saat itu memang sudah
didistribusikan ya yang untuk masyarakat di daerah situ yang memang butuh Al-
Qur’an. Cuma kita kannggak tau ya progresnya tuh ke depannya tuh Al-Qur’anya
dibaca atau nggak. Apakah yasudah cuma sekedar diterima doang, mau kita
tuhnggak hanya sekedar diterima, tapi dibaca dan diamalkan, gitu tu. Tapi kita
nggak dapet infonya sih. Tergantung ininya sih keberhasian mereka. Mereka
targetnya apasih, apakah hanya sekedar distribusi? Atau setelah itu artinya mereka
harus bisa menghafal Al-Qur’an atau lancar membaca Al-Qur’an. Tergantung
pada tujuan project itu sendiri. Gitu sebenernya kembalikan ke mereka. Kalo
tujuannya untuk didistribusikan ya oke distribusi. Kembali lagi hasil
sesungguhnya kan kita bisa lihat bagaimana masyarakat bisa megamalkan Al-
Qur’an itu sendiri tentang wakaf Qur’an. Yang lain mungkin tentang kaya
projectair mungkin bisa dilihatlah ya secara fisik kan ada. Kayawater action for
people misalnya airnya tersedia oke, berarti kebutuhan air tercukupi dan jadi
ringan, kankelihatan ya. Kalo bentuk Al-Qur’an kan itu kan hubungannya secara
individu gitu ya apakah sama orang-orang itu bener-bener dibaca atau cuma
ditumpuk doang kan kita nggak tau ya gitu si./ setahu saya di BWA setiap
distriusi Al-Qur’an itu pasti melibatkan da’i yang di sana, nah da’i yang
dilibatkan di sana itu yang menjadi pengajar Al-Qur’an di sana gitu, jadi Ibu
nggak pernah dapat info seperti itu?/ Oh, kalo itu dapat ko/ Cuma setelah itunya
loh mba setelah itunya, oke ada da’i ada yang mengajarkan, terus apakah ini
digunakan dengan baik atau nggak masyarakatnya di sana. Mungkin digunakan
dengan baik, cuma itu tadi kembali ke progresnya lebih bagus kan ketika ada “oh
ternyata dengan distribusi Al-Qur’an ini nanti yang ngaji tambah banyak,
kemudian orang-orang yang belum tertarik untuk mengaji mulai mengaji”, artinya
sarana dakwahnya bisa lebih bagus lagi, seperti itu. Atau mungkin informasi yang
diterima kurang lengkap ya, mungkin juga gitu loh. Sebenernya mungkin sudah
ada evaluasi dari mereka controlling ke masing-masing daerah, mungkin sudah
ada, cuma mungkin informasinya yang belum kita tau. Tapi secara general bagus
ko menilai BWA.
P : Bagaimana Ibu memandang lembaga wakaf yang lain selain Badan
Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta?
N : Saling melengkapi ya. Artinya bukan saingan satu sama lain kalo
menurut saya. Namanya ada Rumah Zakat, kemudian ada Dompet Dhuaf
Republika ada BWA dan lain sebagainya. Saling melengkapi, artinya bukan BWA
itu harus jadi nomor satu, nggak. Memang semua itu bisa ada di level yang sama.
Sama-sama membantu ya kenapa nggak. Bagus kan sebenernya kaya gitu kan.
Mungkin harus digali valuenya antara BWA, Dompet Dhuafa Republika,
kemudian Rumah Zakat kemudian ada Yatim Mandiri. Banyak kan sebenernya
Lembaga Amil Zakat. Apasih yang membedakan antara si BWA dengan yang
lain. Kalo memang dari sifat projectnya, kalo project ada dulu baru
pendanaannya. Kemudian bagaimana dengan hasilnya misalnya, itu bagaimana
lalu kemudian tujuan akhirnya controllingnya ya intinya harus digali seperti itu
mbak perbedaan-perbedaan yang bisa saling membangun satu sama lain kalo
menurut saya bukan saingan tapi saling melengkapi. Seandainya kalo program di
BWA ada Rumah Zakat nggak ada, tapi di Rumah Zakat program ini ada di BWA
ngga ada kan berarti saling melengkapi gitu kan. Jadi kita yang selaku waqifitu ya
bisa ada alternatif, “oh saya pengen nyumbang ini loh, oh bisa kesini, oh pengen
Al-qur’an karena di Rumah Zakat nggak ada oh ke BWA aja, gitu. Atau
tergantung ada spesialisnya karna mungkin BWA spesialisnya menyediakan
wakaf qur’an jadi project utama ya wakaf qur’an kalo yag lain mungkin anak
yatim misalnya jadi ya saling melengkapi.
P : Apa saran Bapak/Ibu terkait pendayagunaan dana wakaf terhadap
program-program pada Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Jakarta?
N : Ada nggak yang disalurkan ke palestina? Suriah? Ada nggak sih?/ belum
ada, baru ini/ Mau ngga sih BWA masuk ke dalam tanda kutip itu kan sebenarnya
dalam zona politik, gitu,nggak cuma, apa namanya bencana secara kalo dibilang
ya di antara Israel dengan Palestina yang Islam, tapi itu udah ada unsur politiknya.
Mungkin ya BWA ngambil aman juga, tapi menurut saya perlu dijajaki di situ
juga.
Cilegon, 18 Februari 2017
WaqifBadan Wakaf Al-Qur’an Jakarta
(Shinta Rarastiti)
TRANSKRIP WAWANCARA MAUQUF ‘ALAIH
Pewawancara : Sayidatu Syarifah Sudrajat
Narasumber : Bapak Ust. Arifudin Anwar
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Januari 2017
Waktu : 10.00-11.00 WIB
Tempat Wawancara : Via telepon
Narasumber sebagai: Penerima manfaat wakaf (mauquf ‘alaih) Badan Wakaf
Al-Qur’an Jakarta
Pekerjaan : Pimpinan Pondok Pesantren Ikhwatul Mu’minin, Desa
Adonara, Kecamatan Adonara, Kabupaten Flores Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
P : Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
N : Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
P : Saya bermaksud mewawancarai bapak tentang skripsi saya yang berjudul
“Efektivitas Pendayagunaan Dana Wakaf terhadap Program-Program Badan
Wakaf Al-Qur’an Jakarta”. Wawancara ini merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang saya lakukan untuk penelitian skripsi saya. Dalam
wawancara ini, saya akan bertanya kepada Bapak beberapa hal terkait dengan
efektivitas pendayagunaan dana wakaf terhadap program-program yang ada di
BWA, dan setiap komentar atau jawaban bapak dalam wawancara ini akan saya
rekam untuk kepentingan dokumentasi penelitian.
P : Yang pertama, bagaimana menurut Bapak tentang pembentukan
berdirinya Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta?
N : Ya … Yang pertama … Jadi <<narasumber meminta pertanyaan
diulang>> ini merupakan suatu potensi yang bagus sekali, karena selama itu
sebelumnya belum ada suatu lembaga pun yang secara khusus bergerak di bidang
per-wakaf-an, gitu. Memang masih ada lembaga-lembaga filantropi seperti badan
wakaf, sudah ada tetapi tidak bergerak di..secara khusus di bidang wakaf. Lebih-
lebih menyangkut air bersih dan lain sebagainya. Jadi, berdirinya badan wakaf ini
sangat bermanfaat terutama bisa membantu umat Islam di berbagai penjuru negeri
ini, ya, bahkan di luar negeri begitu.
P : Oh, ya, baik pak. Sejak kapan Bapak menjadi mauquf’alaih atau orang
yang menerima manfaat harta wakaf dari BWA, pak?
N : Ya. Sejak tahun 2013. /Oh 2013?/ Ya, 2013 itu dengan mendapatkan
wakaf kapal dakwah nelayan.
P : Bagaimana cara tim BWA itu menemukan lokasi Bapak, pak?
N : Pertama, saya dulu sudah sering berkomunikasi dengan teman-teman
BWA itu kan sebelumnya kita sama-sama juga di Dompet Dhuafa. /Oh, ya/ Jadi,
kenal dengan pak Heru sudah lama dan <<tidak jelas>> kemudian ketika pak
Heru resign dari Dompet Dhuafa, mengajak saya kerjasama, begitu. Dalam… dari
tahun sekitar tahun 2007, lah, nah dalam 2007 itu saya jumpa lagi dengan beliau
akhirnya di 2009 beliau cari-cari nomor telfon saya sama orang-orang di Dompet
Dhuafa, gitu, akhirnya nomor beliau menghubungi saya, dengan konsep akan
mencoba untuk membantu aksi air – program air – di NTT begitu. /Oh, iya pak/
Akhirnya, jumpa saya. Jumpa saya, kita mencoba untuk membantu bagaimana
supaya bisa ada sumur di daerah-daerah <<lembasa?>> yang notabene daerah
yang kering air. Awalnya jumpa disitu, terus, bekerjasama terus. Alamak, sudah
jumpa itu, sudahsurveiair.. mereka menggunakan perusahaan dari Bandung, yaitu
PT. Toha, untuk survei ternyata ada 5 titik air di daerah yang kami maksud, yaitu
di lembasa, saya tidak menemukan air tawar yang ada air payau dibawah
kedalaman 200m, Nah,kan rugi investasi sebesar itu airnya payau. /Oh, ya/ Jadi
akhirnya tidak dilanjutkan, tidak dilanjut, dari 2009 saya nunggu tidak muncul,
sekitar 2010 saya berangkat ke Jakarta jumpa beliau, nah saya tanya beliau saya
berikan solusi: “Bagusnya kita bikin mobil tangki saja”, begitu. Jadi pada waktu
itu, saya sampaikan: “Ini saya ada kapal, kapal kayu. Bagaimana kalau kita bikin
saja kapal ini kapal dakwah nelayan. Jadi kita, masih bagus, kasih fiber glass,
kasih <<tidak jelas>> di dalamnya bisa tamping ikan, dan lain sebagainya.
Akhirnya tahun 2010 itu mulai dengan program itu lebih dulu, program kapal
dakwah itu. /Oh, ya/ Sampai se.. dalam 2010 kita galang dana-galang dana, 2011
kita bisa mulai kita kerjakan, kerjakan di flores masih, kemudian setelah itu kami
bawa sekitar pertengahan 2011 itu hampir 2012… 2011 bulan, 9 ya? Itu berangkat
ke Jakarta.. Nah, berangkat ke Jakarta, untuk tindak lanjut pengerjaan Kapal
Dakwah, disana selama 1 tahun, gitu. Sampai tahun 2012 bulan Agustus baru bisa
launching kita pulang ke NTT, gitu, 1 tahun.
P : Yang pertama di Papua ya, Pak? Katanya..
N : Yang pertama nelayan di papua. /ya/ karena ini nelayan yang kedua,
kapal nelayan yang kedua. Tapi selesainya 2012. Jadi mulai dikatakan baru bisa
operasi sekitar 2013, lah, karena waktu itu sudah menemui <<mesin?>> barat.
Gitu.
P : Ya, menurut Bapak, fungsi dan manfaat dari kapal dakwah itu seperti
apa, pak? Fungsi dan manfaatnya…
N : Ya, yang pertama secara psikologi sosial, (menunjukkan) bahwa umat
Islam juga punya kemampuan di mata orang-orang non-muslim. Terutama orang-
orang Chinese, ya. Bahwa “kita punya kendaraan-kendaraan dengan harga
semilyaran” itu kan susah (bagi) umat Islam dengan rata-rata yang penghasilan
ekonominya sangat rendah apalagi di NTT. NTT ini kan salah satu provinsi
termiskin di Indonesia, gitu. Nah, jadi pertama secara psikologi sosialnya gitu.
Kemudian yang kedua, sebagai seorang da’i, kita bisa punya sesuatu, bahwa kita
da’i tidak meminta-minta kiri-kanan dalam arti… bukan dari amplop, lah, bukan
kita mengisi pengajian di masjid sini (kemudian) bisa dapat amplop. Kalau disini,
kan, tidak mungkin. Kita lah yang (seharusnya) membuka ruang untuk
memberikan pengajian-pengajian tanpa bayar apa-apa, gitu. Tentu dengan
keadaan seperti itu membutuhkan kemampuan da’i yang punya ekonomi yang
lumayan bagus, begitu. Jadi, dari kapal dakwah itu bisa kita olah, misalnya kita
tampung ikan – kita jual, dan lain sebagainya. Tetapi karena ini namanya kapal
dakwah nelayan, tidak semata-mata bergerak di bidang bisnis ikan. Nah, pada
waktu-waktu tertentu kita gunakan untuk safari Ramadhan – kita keliling pesisir
kepulauan-kepulauan. Kita dengan Badan Wakaf juga bekerja sama: saya
mengantarkan Al-Qur’annya – program Al-Qur’an road trip itu – kita bawa Al-
Qur’an untuk dibagi-bagikan di daerah Sulawesi, di bagian selatan..perbatasan
NTT itu, kan, banyak sekali kabupaten-kabupaten yang dikatakan kabupaten
kepulauan. Pulau-pulau mereka banyak sekali! Gitu. Merekalah yang kami
kunjung, kemudian kalau memang berkaitan dengan ada <<tidak jelas>> kami
bisa ambil dari situ, jual ke kota, ya kami bawa. Paling tidak yang ingin kami
capai dengan kapal dakwah ini (adalah) membangun silaturahmi antar umat Islam
di daerah-daerah terpencil, seperti ini. Begitu.
P : Jadi bisa dikatakan kapal dakwah itu seperti melaksanakan seluruh
program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta, ya pak?
N : Iya. Multifungsi. Jadi kalau ada program umpamanya sumur bor di
kepulauan ini! (maka) Kapal dakwah berangkat..membawa alat-alatnya,
mensosialisasikan, membawa teknisi, mengontrol kalau yang sudah jadi, melihat
pelaksanaannya bagaimana, dan selanjutnya membuat pembinaan-pembinaan..
begitu. Multifungsi, lah, begitu kita.
P : Ya, kan, Badan Wakaf Al-Qur’an itu menyalurkan dana wakafnya itu ke
pelosok-pelosok negeri, ya pak? Nah, itu menurut Bapak, bagaimana strategi dan
pengelolaan dana yang seperti itu, pak?
N : Pertama, Badan Wakaf Al-Qur’an dalam pandangan saya, dia (BWA),
murni eksekusinya itu pure. Jadi betul-betul..zakat, bukan, bukan zakat.. ya boleh,
lah, kita katakan zakat… wakaf itu sampai ke tangan mustahik itu murni. Karena
dalam program badan wakaf itu ketika penggalian dana, kan, sudah ada
pembagiannya. Misalnya, “Oh, ini. Sekian persen itu biaya operasional..yang
selebihnya semata-mata di program itu atau project itu”. Jadi betul-betul ketika
uang itu sudah dicairkan untuk mengerjakan sebuah proyek, dan setelah proyek
itu selesai 100%, (hasilnya itu) bukan milik badan wakaf! Gitu. (hasilnya) itu
langsung jadi milik umat Islam, ya, lewat nazhir-nazhir yang ada di lapangan.
Seperti mitra-mitranya, gitu, jadi bukan lagi menjadi milik badan wakaf. Badan
wakaf tidak lagi, tidak meng-klaim lagi, kalau itu jadi milik dia. Adapun itu
adalah (menjadi) akses dia (BWA) dalam menjadi apa yang telah dia lakukan, ya
iya. Tetapi secara hubungan langsung, vertikal, sudah tidak ada lagi. Itu kelebihan
badan wakaf.
P : Oh, iya pak, baik. Di BWA itu, kan, memiliki 8 program ya pak wakaf
Al-Qur’an dan pembinaan, tebar Indonesia terang, water action for people, wakaf
khusus, wakaf produktif, zakat peer-to-peer, Indonesia belajar, dan sedekah
kemanusiaan. Menurut bapak, bagaimana mengenai pendayagunaan dan
penyaluran dana wakaf terhadap program-program tersebut, pak? Apakah efektif
atau tidak?
N : Yang pertama, begitu jelinya orang..personil badan wakaf untuk melihat
mitra di lapangan. Saya lihat badan wakaf itu dia pertama punya keberanian –
keberanian untuk membuat suatu program yang tidak ada dana sebelumnya, gitu.
Dengan motivasi yang tinggi, dengan rasa percaya diri yang tinggi, dengan
melihat apa yang dilakukan oleh mitra-mitra “oh mitra ini bisa, oh mitra ini punya
kemampuan seperti ini, mitra ini ternyata sudah begini actionnya” terus tinggal
ditunjang, tinggal dilanjutkan. Jadi akhirnya sukses dia. /baik/ Jadi semacam
kami, contoh saya, menjadi mitra yang sudah cukup lama, tentu banyak program
badan wakaf yang sudah dilaksanakan disini termasuk water action for people itu,
dengan membuat mobil truk-truk tangki air untuk melayani masyarakat di
kepulauan <<lembata?>> yang tadinya mau sumur bor (tetapi) tidak jadi. Terus
yang berikut, kita bikin program lagi. Kalau kapal dakwah itu wakaf khususnya.
Jadi ada program wakaf khusus, program water action for peoplenya sudah,
Indonesia belajar juga sudah! Misalnya, saya kan punya pesantren, Jadi ternyata..
“Oh, Ust. Hari! Bagaimana ada anak yang sulit?” jelas pasti ada di pesantren.
Pesantren itu tempatnya orang susah. Ya, anak-anak ini ada yang kita coba angkat
melalui badan wakaf untuk dibiayai, di-beasiswa, lah, lewat program Indonesia
belajar itu. Jadi sudah jelas, pasti efektif! Karena dia berangkat dari apa yang real
di lapangan baru dijadikan program. Jadi bagaimana tidak efektif? Pasti efektif!
Karena itu dibutuhkan. Gitu.
P : Ya, baik pak. Yang berikutnya, program BWA itu, kan, ada yang
namanya pembinaan di daerah binaan, ya pak? /ya/ Itu bagaimana pembinaan dari
badan wakaf Al-Qur’an yang dilakukan, pak?
N : Saya termasuk yang melakukan program itu. Jadi misalnya begini, ketika
dalam program Al-Qur’an dan pembinaan kita di badan wakaf tidak semata-mata
mengantarkan Al-Qur’an ke desa-desa, kemudian selesai sampai di situ. Tetapi
kita melakukan kunjungan berikut-kunjungan berikut. Apa yang kita lakukan?
Misalnya, guru-guru ngaji itu kita kumpulkan, kita bimbing mereka bagaimana
tahsin Al-Qur’an, bagaimana memperbaiki bacaannya, bagaimana memperbaiki
tajwidnya, kemudian bagaimana, mungkin, menambah pengetahuan tentang
ibadah, dzikirnya, aqidahnya. Itu kesempatan dalam jalur kami itu. Jadi, kami
rencanakan misalnya 3 bulan sekali ke tempat-tempat yang sudah kami bagi Al-
Qur’an, terus, kita mengevaluasi dengan mereka kita musyawarah “bagaimana bu,
Al-qur’an yang diberi kemarin, kira-kira bagaimana pelaksanaan? Masih bagus
atau tidak?” dan seterusnya. Itu yang dimaksudkan pembinaan seperti itu. Jadi kita
pantau juga. Itulah saya bilang, inilah kelebihan dari badan wakaf adalah dia
bergerak dimulai dengan mitra yang dilapangan yang menurut pandangannya
punya kemampuan mengeksekusi program-program badan wakaf.
P : Ya, baik pak. Menurut Bapak, semenjak ada pembinaan dari BWA itu
bagaimana kesejahteraan masyarakat disana, pak?
N : Yang pertama, sudah jelas ada hal-hal yang berubah pada masyarakat
yang kami kunjungi. Perubahan yang pertama, pola pikir. Tadinya, mereka di
daerah-daerah terpencil itu, kan, sering datang misalnya teman-teman da’i
kita..yang mungkin pandangannya agak sempit, agak keras, agak radikal, sehingga
menimbulkan perpecahan umat. Umat enggan datang ke masjid, katanya
agamanya sudah “begini, begini, begini”. Nah, kehadiran kami disan dengan
membawa dakwah yang santun, motivatif, kemudian pendekatan sosial yang
bagus. Waduh, rasanya mereka itu selalu menghendaki kami datang terus-kami
datang terus. Jadi, pertama kali yang kami lihat adalah perubahan pola pikir. Jadi
mereka makin berubah. Kemudian yang berikut, kami lihat masyarakat di bidang
ekonomi. Masyarakat di daerah pesisir itu kan mereka rata-rata punya mata
pencaharian nelayan, kemudian menggunakan alat-alat seperti bom ikan, racun
ikan, itu kan tidak boleh, toh? Nah, ini kami memberikan solusi pemahaman, tapi
kami dari badan wakaf tidak sekedar memberikan pemahaman teori. Kita bisa
mampu memberikan solusi untuk mereka. Antara lain misalnya, “Oh begini saja
kita bikin program ini” ya itu misalnya tidak lagi dengan bom. Kita bisa membuat
dengan <<bubu?>> ikan, membuat <<kepinding?>> - motor boat itu, loh. Itu
nanti mereka itu untuk <<bubu?>> itu dilepaskan di karang-karang untuk
menangkap ikan tanpa merusak alam dan lingkungan. Nah, itu yang sudah mulai
nampak. Ketertarikan masyarakat sudah ada dan tentu ini semua membutuhkan
waktu yang lebih panjang lagi, toh.
P : Secara keseluruhan bagaimana menurut Bapak mengenai keberhasilan
pencapaian tujuan yang dilakukan oleh BWA, pak? /Secara keseluruhan?/ Ya.
Berhasil kah atau tidak pencapaian tujuannya?
N : Kalau bagi saya, apalagi sebagai mitra pelaksana, saya merasa BWA
berhasil selama ini. Dengan haqqul yaqin, (saya merasa) BWA punya
keberhasilan. Karena apa? Seperti yang sudah saya bilang tadi, BWA dalam
mengeksekusi dana wakaf kepada mustahik, murni 100% dana itu untuk
menyelesaikan program yang sudah dicanangkan bersama para mitra di lapangan,
itu satu. Yang kedua, BWA dalam melepas aset itu dia kembalikan lah kepada
mustahik itu seluruhnya melalui nazhir-nazhir di lapangan. BWA tidak menguasai
harta-harta itu. Gitu. Nah jadi, saya lihat disini BWA membuat sebuah loncatan
keberhasilan yang luar biasa.
P : Pertanyaan terakhir pak, apa saran Bapak terkait pendayagunaan dana
wakaf terhadap program-program di BWA, pak? /Saran ya?/ Iya, saran pak.
N : Untuk sementara karena saya memandang sudah bagus, gitu. Saya
memandang bahwa BWA mengeksekusi dana wakaf untuk program yang ada ini
sudah bagus, jadi saya belum bisa berikan saran. Namun, mengingat begitu
banyak program yang sedang bertumbuh, (sebaiknya memperhatikan) bagaimana
program tersebut bisa direalisasikan, karena masih terbatasnya rekrutmen dana itu.
Jadi, menurut pandangan saya yang ada sekarang sudah bagus! Manajemennya
juga sudah bagus, juga sudah menggunakan teknologi, keterbukaannya sudah luar
biasa, lah. Baru-baru ini saya mengikuti rapat itu, saya pandang, sudah bagus,
Alhamdulillah. Untuk sementara saya tidak bisa menyarankan karena sudah
bagus, gitu. Nah, yang ada ini saya pandang..cukuplah. Kecuali kalau nanti
kedepan misalnya kita bisa jalan, nah itu baru saya bisa evaluasi lagi.
P : Baik pak. Terima kasih atas kesidaan bapak yang telah meluangkan
waktunya untuk diwawancarai dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Semua jawaban dan komentar bapak sangat bermanfaat untuk penelitian
saya dan digunakan semata-mata hanya untuk penelitian skripsi saya. Terima
kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
N : Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Sabtu, 28 Januari 2017 Mauquf ‘alaih Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta
(Ust. Arifudin Anwar)
Foto-foto Wawancara Penulis dengan Narasumber
Penulis dengan Bapak Ir. Heru Binawan (CEO-Founder &NazhirBWA)
Penulis dengan Ibu Shinta Rarastiti dan suami (Waqif BWA)
Foto-foto Program Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta
1. Wakaf Al-Qur’an dan Pembinaan
2. Water Action For People
Ekspedisi #1 Al Qur'an Road Trip Jelajah 99 Pulauakanberlangsung selama tiga tahun yang dibagi dalam enam ekspedisi. Kepulauan Seribu, Perairan di propinsi Banten pulau terpencil di Propinsi Papua Barat.
Pendistribusian dan pembinaan Al-Qur’an di Pulau Dewata Bali
Sarana air bersih untuk Desa Mulyamekar, Purwakarta
400.000 liter air akan didistribusikan ke 5 desa di Ile Ape - NTT untuk
bantu krisis air bersih
3. Tebar Cahaya Indonesia Terang
Pembangkit listrik di Dusun Ampiri, Desa Bacu-Bacu, Kota Barru,
Sulawesi Selatan. 4. Wakaf Produktif
Pembuatan Ruko di Serang, Banten
5. Wakaf Khusus
Kapal Dakwah Nelayan Nusa Tenggara Timur
6. Zakat Peer to Peer
Wakaf Motor Trail untuk Dakwah di Kaki Gunung Halimun
Kampung Cigondok Desa Gunung Batu Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat,
Wakafkan Tradle Pump Untuk Pejuang Pangan Pak Surip (35
th) dan Pak Jani (49 th). Babelan, Bekasi, Jawa Barat.
Rehabilitasi Rumah Ibu Sutika, Mualaf Bromo
Kong Adung (65)Lelaki Tua Sebatang Kara, Tinggal Bersama
3 Ekor Bebeknya
7. Indonesia Belajar
8. Sedekah Kemanusiaan
Jangan Biarkan Dai Cilik Ini Putus Sekolah, Ghani Aba (12
tahun)
Annisa A Rahim (14 tahun) Ingin Hadiahkan Hafalan 30 Juz Al-
Quran, Untuk Ayahanda
Hilal Iqbal Azzahran (12 tahun) dan Febian Tri Atmojo (12 tahun) menjalani operasi pengangkatan
gumpalan darah di kepala.
BWA-Life Divan. Banjir bandang di kabupaten Garut –
Jawa Barat.