Post on 04-Aug-2015
2 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 3
Susunan RedaksiPEMBINA:
Direksi
PENGARAHSudaryanto
KETUA PENYUNTINGTrisno Heriyadi
SEKRETARIS PENYUNTINGModina Marini, Yudhi Mangku Alam
DESK OPINI & BUDAYAGimono Ias, Herry Subagyo
DESK SDM & KESEHATANSaryono, drg Lulu Pratiknyowati
DESK MANAJEMEN & BISNISIndah Suryandari, Erry Dwi Prasetyo
DESK HUKUM & PEMBERITAANDeni Krisnowibowo, Andang Santoso
DESK KEBANDARAAN & IPTEKWisnu Rahardjo, Sunaryanto, Eka Maria
K, Indra Sutawiguna
JURU PHOTOMakmun Djoko S, Dewandono P
TATA USAHA & SIRKULASIDjaenuddin, Jasnaweti
Dikelola oleh
PT Media Promosi Indonesia
Pembuktian & Komitmen
Dari segi bangunan, tidak ada yang aneh dari Terminal
3 yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada tangga 28 April 2009. Apalagi bagi mereka
yang sering bepergian ke luar negeri, corak bangunan ini
memang memiliki beberapa sisi kesamaan dengan bandara-
bandara baru di dunia. Beberapa bahan bangunannya
memang belum banyak dipakai di bandara kita, namun di
negara lain sudah mulai lazim.
Eco-Airport yang diusung oleh terminal 3 juga masih
perlu waktu dan proses untuk dicapai. Namun kebe-
radaannya paling tidak menunjukkan dua spirit dasar yang
ingin ditunjukkan oleh dunia kebandaraan kita kepada
masyarakat internasional. Pertama, keberadaan T3 adalah
sebuah pembuktian.
T3 adalah bukti tentang kemampuan anak negeri dalam
merancang airport modern yang setara dengan airport lain
di dunia. Kita tahu, dari desain dan pelaksanaan pem-
bangunannya, kesemuanya ditangani oleh tenaga-tenaga
lokal. T3 juga membuktikan kepada publik, bahwa untuk
membangun dengan kualitas seperti itu, tidak harus dengan
biaya mahal. Total biaya yang hanya Rp300 milyar dipuji
banyak kalangan sungguh sangat murah.
Kedua, keberadaan T3 adalah wujud dari sebuah
komitmen. Komitmen tentang lingkungan hidup, komitmen
untuk hemat energi, dan komitmen untuk terus me-
ngembangkan pelayanan terbaik untuk semua. Bangunan
baru jelas bagus, bersih dan nampak masih rapi, para
pengguna bandara tentu menyukai itu. Tetapi pertaruhan
terbesarnya adalah, bagaimana segenap karyawan dan
manajemen mampu menampilkan service yang lebih baik,
dalam menjaga fasilitas maupun dalam melayani para
pengunjung T3.
Redaksi
Bandara
SALAM REDAKSI
FOKUS 4AIRLINE 10LANDSCAPE 14LOUNGE 18KOMENTAR 20ORNAMEN 22KOLOM 24
TRAVEL 26WAWANCARA 28BANDARA KITA 32SOSIALITA 34STYLE 36DINAMIKA 40RADAR 42
Indeks
UCAPAN TERIMA KASIHKomisaris, Direksi, dan Segenap Karyawan
keluarga besar PT (PERSERO) ANGKASA PURA II
mengucapkan banyak terima kasih kepada Panitia dan semuapihak atas perhatian dan partisipasinya untuk suksesnya
penyelenggaraan PeresmianTerminal-3 Bandara Soekarno-Hatta
olehPresiden Republik Indonesia
Bapak DR.H. Susilo Bambang Yudhoyonopada tanggal 28 April 2009
Semoga peresmian tersebut menjadi awal dari perwujudanniat baik kita semua dalam rangka menjadikan Bandara
Soekarno-Hatta sebagai “Eco & Modern Airport” yang secaranyata mendukung pembangunan Bandara BerwawasanLingkungan dan menjadikan pelayanan prima kepada
masyarakat sebagai faktor utama
Corporate SecretarySudaryanto
4 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 5
FOKUS
MenujuEco Modern Airport
Terminal 3
Hadir dengan konsep bandara yang modern dan ramah lingkungan, Terminal3 Bandara Soekarno-Hatta diharapkan mampu mengurangi beban Terminal 1
dan 2, sekaligus menciptakan citra positif bandara di Indonesia.
Pembangunan Terminal 3
Bandara Soekarno-Hatta
memiliki beberapa nilai
penting. Secara teknis, pem-
bangunan Terminal 3 adalah sebuah
keharusan, di mana daya tampung Ter-
minal 1 dan 2 jauh melampaui ka-
pasitas normalnya.
GM Terminal 3 Bandara Seokarno-
Hatta, Salahudin Rafi mengatakan, Ter-
minal 1 dan 2 Bandara Soekarno-Hatta
dibangun untuk kapasitas 18 juta
penumpang per tahun. Kenyataannya,
jumlah penumpang di bandara itu
pada tahun 2006 sudah mencapai 23
juta orang. Kini, rata-rata 34 juta
penumpang. Terbanyang, bagaimana
padatnya arus penumpang bandara
itu.
Karena itu, pembangunan Terminal
3 dengan kapasitas 20 juta penumpang
per tahun, diharapkan mampu me-
ngurangi crowded yang terjadi di Ter-
minal 1 dan 2. Meski saat ini yang
berdiri baru pier 1 dengan kapasitas 4
juta penumpang, dari 5 pier yang
direncanakan di Terminal 3.
Meski menjadi bagian tak terpisah-
kan dari Bandara Soekarno-Hatta,
pembangunan Terminal 3 menggu-
nakan konsep yang berbeda dengan
pendahulunya, Terminal 1 dan 2.
Menurut Rafi, Terminal 3 menggu-
nakan konsep bandara yang modern
dan ramah terhadap lingkungan. Hal
ini bukan karena ikut-ikutan atau
meniru bandara di luar negeri. “Tetapi
era sekarang memang ke sana, bukan
meniru,” katanya.
Selain itu, visi lingkungan yang
kental diusung dalam desain arsitek-
tur maupun publikasi pada Terminal
3, sesungguhnya menunjukkan sikap
dan komitmen Bangsa Indonesia ter-
hadap agenda lingkungan kepada
dunia, terutama kepada mitra ASEAN
dan Jepang yang tergabung dalam
penandatanganan dokumen inisiatif
pembuatan pedoman eco-airport,
ASEAN-Japan Eco-Airport Guideline,
yang ditandatangani pada 2008 lalu di
Manila.
Terminal 3 dengan demikian adalah
sebuah langkah memenuhi komitmen
kepada dunia internasional untuk
mewujudkan eco-airport sebagai ke-
butuhan dari pembangunan yang
bervisi lingkungan hidup.
Menurut Rafi, Terminal 3 meru-
pakan contoh sekaligus langkah awal
mewujudkan bandara yang setara
dengan bandara-bandara di dunia.
Angkasa Pura memiliki SDM yang
mampu mengelola bandara modern.
“Kami ini sudah belajar ke mana-mana
dan memiliki pengetahuan tentang
pengelolaan bandara modern,” ujar-
nya, seraya menegaskan, “Kini saatnya
berubah, dimulai dari Terminal 3.”
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat peresmian terminal 3
Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta beroperasi sejak April 2009
6 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 7
Eco-Airport
Bandara berpotensi memberikan
konstribusi terhadap pencemaran
lingkungan. Seperti polusi udara,
kebisingan, getaran, emisi gas CO2,
sebagai dampak dari pengoperasian
pesawat dan kendaraan di bandara.
Penggunaan air dalam jumlah besar
untuk sprinklers, pencucian badan
pesawat, air minum, toilet, dan dapur
masak juga dapat menimbulkan pen-
cemaran lingkungan. Selain itu, pen-
cemaran berupa sampah kertas, plas-
tik, botol, kaleng, limbah dapur, terma-
suk limbah yang dibawa penumpang.
Untuk menciptakan bandara yang
ramah terhadap lingkungan, PT Ang-
kasa Pura II berupaya mencegah dan
mengurangi dampak negatif dari
semua kegiatan operasional di bandara
dengan prinsip recycle, re-use, dan reduce.
Karena itulah, pembangunan dan
pengelolaan Terminal 3 menganut
konsep Eco Airport. Hal ini dapat
dilihat dari eskterior Terminal 3 yang
didesain lebih hijau dengan pohon-
pohon yang ditanam di sekitar Termi-
nal 3.
Pepohonan itu bukan sekadar pe-
neduh di lapangan parkir atau pun
fungsi penghijauan, tetapi menjadi
bagian penting dari konsep eco-airport,
yang manfaat teknisnya adalah mere-
dam kebisingan suara dan penyerap
polutan. Karena itu, jenis tanamannya
pun dipilih agar selaras dengan fungsi
yang diinginkan. Seperti pohon biloa
cantik, trembesi, cendana bali, dan
pinus.
Untuk menangani limbah, Terminal
3 mengantisipasi dengan menyediakan
tiga bak sampah sesuai jenis sampah:
sampah kering, sampah basah, dan
sampah daur ulang.
Sehingga proses pengelolaan sam-
pah akan lebih mudah jika proses
kategorisasinya dapat dilakukan lang-
sung oleh para penumpang atau pun
penghasil sampah lainnya. Sementara
limbah cair akan diolah di Sewage
Treatment Plant (STP) Gedung 748, dan
limbah padat diolah di garbage plant.
Beberapa hal memang belum ideal,
namun seiring dengan perjalanan
waktu dan perbaikan yang terus-
menerus akan dilakukan, serta du-
kungan berbagai pihak, terutama para
pengguna bandara, upaya menuju eco-
airport bukanlah mimpi yang sulit.
(MHT/MHF)
FOKUSFOKUS
AerotropolisBandara di Indonesia selama ini
hanya menjadi destination atau tempat
singgah sementara untuk menunggu
penerbangan. Padahal banyak potensi
ekonomi yang bisa dimanfaatkan. Pal-
ing tidak, dengan jumlah penumpang
pesawat yang terus meningkat, me-
rupakan pasar yang potensial.
Karena itu, kini di luar negeri,
bandara justru dipadang sebagai pusat
aktivitas strategis yang terintegrasi.
Bandara dikaitkan dengan berbagai
fasilitas dan jasa non-aeronautical
seperti hotel, pusat hiburan, pusat
perbelanjaan, kompleks pameran dan
konferensi, pusat dagang, gedung
perkantoran, ruang logistik, dan zona
free-trade. Ini disebut dengan aerotropolis.
Meski belum sampai seperti itu,
menurut Salahudin Rafi, pengelolaan
Terminal 3 mengarah ke sana. Alasan-
nya, investasi yang dibutuhkan untuk
membangun bandara, tidak sedikit.
Pier 1 Terminal 3, misalnya, meng-
habiskan dana sekitar Rp300 miliar.
“Investasi ini kan harus kembali,”
ujarnya, seraya mengatakan pem-
bangunan itu kini dibiayai sendiri oleh
Angkasa Pura II.
Dengan investasi sejumlah itu (Rp
300 miliar), dan menghitung nilai
ekonomis bangunan selama 50 tahun,
menurut Rafi, dibutuhkan pemasukan
sekitar Rp7,5 miliar per tahun. Karena
itu, ia ingin menjadikan Terminal 3
sebagai pusat kegiatan ekonomi, se-
perti pusat perbelanjaan, dan wisata.
Yang kini sudah dilakukan, mem-
bangun comersial area di Terminal 3
sebanyak 22 lokasi. Dalam mencari
mitra bisnis atau penyewa, yang dipilih
bukan siapa yang memberikan pe-
nawaran tertinggi, tetapi lebih melihat
pada aspek komersialnya. Dengan
demikian diharapkan, mitra bisnisnya
akan berkembang dengan baik tanpa
harus menjual produknya dengan
harga tinggi.
Hubungan dengan mitra bisnis,
dilakukan secara transparan. Termasuk
soal harga produk yang dijual. Me-
nurut Rafi, pihaknya meminta mitra
bisnisnya menjual produknya sama
dengan harga jual mereka di luar
bandara.
Selain itu, mitra bisnis juga harus
sepakat menerapkan service level
agreement dan service level garansi.
Kesepatan itu akan dijadikan sebagai
dasar dalam menentukan kelanjutan
kontrak mereka. “Kalau track record-
nya tidak baik, kontraknya tidak akan
diperpanjang,” tegasnya.
Untuk menjadikan Terminal 3 seba-
gai pusat kegiatan bisnis dan wisata,
Rafi memiliki Calender of Event se-
panjang tahun 2009. Ia menyebutkan,
event Holiday in Airport untuk me-
nyambut liburan anak sekolah pada
Juni—Juli mendatang dengan meng-
gelar book fair; menyambut peringatan
Kemerdekaan Indonesia dengan en-
vent Independent Day; event me-
nyambut bulan Ramadhan, Tahun Baru
dan Natal. Menyambut Imlek tahun
depan, Rafi berencana menggelar
barongsai.
(MHF)
Modern Airport
Bandara Soekarno-Hatta kini tampak berbeda. Seolah ada
dua sisi yang berlawanan. Satu mengusung semangat
tradisional, dengan bangunan berbentuk joglo beratap
genting merah. Keindahan bangunan Terminal 1 dan 2 ini
memperoleh pengakuan internasional melalui penghargaan
Aga Khan Award yang didapat pada tahun 1980-an.
Sementara di sisi lain, bangunan Terminal 3 yang di-
operasikan sejak 15 April 2009, hadir dengan konsep ba-
ngunan modern. Desain dan struktur bangunan dibuat
dengan memperhatikan detail maupun fungsi. Tidak
sekadar membangun gedung yang indah.
Pemasangan plafon, misalnya. Penggunaan bahan ma-
terial acoustic, dan struktur bangunannya yang meng-
gunakan kolom dilatasi (pemisah struktur), bukannya tanpa
alasan. Tetapi, bahan ini berfungsi untuk kedap suara dan
meredam getaran. Sehingga penumpang tetap nyaman dan
terganggu suara bising pesawat.
Sementara penggunaan kaca untuk dinding dan be-
berapa bagian atap bangunan, menjadikan sinar matahari
dapat optimal masuk ruangan dan membuat ruangan Ter-
minal 3 tampak benderang sepanjang hari. Dengan
demikian, terjadi penghematan energi listrik secara
signifikan karena tak perlu lagi menghidupkan lampu listrik
pada siang hari.
Pemakaian listrik untuk pelaku usaha yang menyewa
ruang di Terminal 3, menggunakan sistem prabayar. Cara
ini membuat pengguna listrik bisa mengontrol sendiri
kebutuhannya. Sistem serupa juga diterapkan dalam
pemakaian air bersih.
Penghematan air di Terminal 3, juga dilakukan dengan
menggunakan kran otomatis dan closet flush bertekanan
tinggi untuk mendorong limbah dalam satu kali tekanan.
Sistem pendingin ruangan (AC), selain menggunakan
refiegen R134A yang ramah lingkungan, juga diatur tidak
terlalu dingin tetapi tetap nyaman. Pembuatan tempat AC
yang dirancang semacam tiang dengan desain khusus,
membuat penempatan mesin pendingin ruangan itu makin
memperindah ruangan di Terminal 3.
Karena itu, kini di luarnegeri, bandara justru
dipadang sebagai pusataktivitas strategis yang
terintegrasi.
8 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 9
FOKUS
sebagai Solusi Alternatif
Apa makna bandara bagi
seorang penumpang
pesawat? Mungkin, seo
rang penumpang hanya
berfikir tentang tempat berteduh
sembari menunggu boarding pass.
Yang lain barangkali berpikir tentang
ruang iklan, reklame, etalase dan coffe,
yang tidak jauh berbeda dengan mall.
Terlepas apapun yang dipahami
oleh para penumpang pesawat tentang
bandara, sesungguhnya bandara hadir
dengan segala rona, ornamen dan
arsiteknya adalah dalam rangka me-
layani, memanjakan dan memper-
mudah para penumpang pesawat.
Sungguh pun mereka tidak hirau
tentang itu.
Jika peran utama bandara adalah
pelayanan, yang ingin memudahkan
dan memanjakan penumpangnya,
maka bandara harus mampu memas-
tikan orang-orang yang dilayani dalam
kondisi aman dan nyaman. Tetapi
haruskah dalam menghadirkan pela-
yanan yang prima bagi para peng-
gunanya bandara harus menjadi anca-
man bagi kehidupan yang lebih luas?
Mungkin seorang penumpang yang
hilir mudik atau yang sedang duduk
nyaman di ruang tunggu VIP tidak
pernah tahu, bahwa untuk membikin
ruang bandara menjadi terang dan
nyaman dengan sentuhan Air Condition
yang menebarkan aroma wangi, dibu-
tuhkan ribuan watt listrik dan entah
berapa kilo gas dalam setiap harinya.
Itu semua kemudian memunculkan
emisi CO2 yang menjadi penyumbang
besar pemanasan global.
Bandara juga bertanggungjawab
atas polusi udara, polusi air dan polusi
tanah, sebagai akibat dari pengo-
perasian pesawat dan infrastruktur
bandara. Baiklah, jika pun kita semua
sepakat bahwa munculnya limbah itu
adalah sesuatu yang tidak terelakkan,
maka tuntutannya adalah bagaimana
polusi itu di kelola?
Dalam konteks inilah konsep Eco-
Airport muncul. Intinya adalah, kesa-
daran para pengelola airport di ber-
bagai kawasan di dunia agar pro-aktif
dalam merespon isu lingkungan hidup
dan mengambil kebijakan yang jelas
tentang konsep airport masa depan
yang ramah lingkungan, sehingga
mampu meminimalisir polusi dan efek
pemanasan global.
Eco-airport adalah sebuah inisiatif
gerakan untuk mengadopsi pende-
katan pengelolaan bandara yang ber-
visi lingkungan hidup, di mana untuk
kepentingan tersebut dilakukan pe-
ngukuran yang jelas terhadap bebe-
rapa komponen yang berpotensi me-
nimbulkan dampak terhadap ling-
kungan. Tujuannya adalah, bandara
yang sehat dan ramah lingkungan.
Konsep Eco-airport saat ini telah di
Eco-Airport
Ada beberapa komponen Eco-air-
port yang harus diperhatikan dalam
pengoperasian sarana transportasi
penerbangan, antara lain:
Komponen udara, di mana industri
penerbangan rentan menghasilkan
berbagai polusi semisal, carbon mon-
oxide, nitrogen oxide, dan debu.
Komponen soil, berbagai tumpahan
pelumas yang dihasilkan dalam pe-
rawatan pesawat dan kendaraan yang
dipakai di bandara dapat menye-
babkan polusi tanah
Komponen air, polusi air dan kon-
taminasi sangat berpotensi terjadi
terhadap air tanah, akibat dari peng-
gunaan air dalam jumlah besar untuk
pencucian badan pesawat, air minum,
toilet, dan lain-lain.
Komponen energi, penggunaan ener-
gi listrik, gas, fuel kendaraan dan pesawat
berkonstribusi terhadap efek pemanasan
Komponen limbah, sebagai tempat
berkumpulnya manusia, bandara se-
ringkali menghasilkan jumlah sampah
yang sangat besar. Hal ini penting
diperhatikan, untuk mewujudkan eco-
airport. Minimal bagaimana menge-
lolanya secara efektif dan efisien.
Komponen lingkungan alami, ban-
dara tidak berdiri sendiri. Ia mem-
butuhkan dukungan alam sekitarnya,
sehingga bandara bervisi lingkungan
mestinya tidak merusak lingkungan
sekitarnya, baik lingkungan sosial
maupun fisik.
implementasikan di beberapa negara.
Di Jepang, percontohan tentang imple-
mentasi konsep eco-airport ini dian-
taranya bisa dilihat dari Narita airport.
Malaysia dan Singapura juga memiliki
visi untuk menuju eco-airport. Singa-
pura misalnya, untuk menunjang visi
eco-airport ini, mereka membuat sebu-
ah slogan: Singapore Green Plan 2012.
Sebagai sebuah isu yang bersifat glo-
bal, visi tentang eco-airport juga didu-
kung oleh berbagai komunitas negara-
negara di dunia. Untuk kawasan
ASEAN bahkan telah ada kesepakatan
tentang inisiatif untuk membuat pedo-
man tentang eco-airport. Kesepakatan
ini didukung oleh seluruh negara
anggota ASEAN dan Jepang, sehingga
inisiatif ini kemudian dikenal sebagai
ASEAN-Japan Eco-Airport Guideline.
Komponen Eco-AirportLangkah menuju eco-airport yang
sesungguhnya haruslah memberikan
perhatian yang serius atas komponen-
komponen tersebut. Jika salah satunya
terabaikan, maka sistem pengem-
Aktifitas mewujudkan eco-air-
port sesungguhnya dapat di se-
derhanakan dalam istilah “strategi
3 R”. Tiga siklus atau aspek penge-
lolaan eco-airport itu adalah: Re-
duce, Recycle, dan Re-Use. Sebuah
prinsip yang sederhana, bahkan
dapat diimlementasikan oleh sia-
papun yang menggunakan bandara.
Dalam melakukan implementasi
prinsip Reduce, terutama dalam hal
pengurangan kebisingan, di Kuala
Lumpur International Airport, pe-
nggelola bandaranya melakukan
penanaman pohon dan membuat
hutan butan disekitar airport. Kita
Strategi 3 R tahu, hutan dan tanaman dapat
meredam kebisingan.
Di Bandara internasional Changi,
Singapura, aktifitas Eco-airpot yang
menonjol adalah daur ulang limbah
air. Air yang telah dimanfaatkan
untuk kepentingan bandara di pro-
ses ulang sehingga bisa digunakan
lagi.
Mengatasi kerusakan lingku-
ngan hingga pulih seperti sediakala
barangkali tidak mungkin kita
lakukan. Tetapi strategi ec-airport
nampaknya bisa menjadi model
alternatif untuk paling tidak me-
minimalisir, memperlambat keru-
sakan dan penghematan sumber-
sumber alam.
(MHT/berbagai sumber)
bangan eco-airport akan mengalami
kendala, karena masing-masing kom-
ponen sebagaimana layaknya sistem
hidup, sesungguhnya saling keter-
gantungan antara satu dengan lainnya.
10 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 11
Memberikan
AIRLINEAIRLINE
Maskapai AirAsia, satu dari dua perusahaan
penerbangan yang beroperasi di Terminal 3
Bandara Soekarno-Hatta, menyambut positif
beroperasinya terminal yang diresmikan
pada 28 April 2009 itu.
H. Jefrie Arief, Country Director PT Indonesia AirAsia,
mengakui dengan menempati terminal yang masih baru,
ikut meningkatkan image atau citra positif bagi AirAsia.
Apalagi Terminal 3 juga luas sehingga penumpang tidak
berdesak-desakan.
Sebelum di Terminal 3, AirAsia menempati Terminal
1 C Bandara Soekarno-Hatta. Dan, menjadi rahasia
umum, bagaimana kondisi Terminal 1 dan 2 yang
memang tidak sebanding antara daya tampung
bandara dan jumlah pengguna jasa penerbangan.
Padahal, kenyamanan menjadi hal penting
dalam bisnis jasa, termasuk penerbangan.
Karena itu, dengan bertambahnya satu ter-
minal diharapkan dapat mengurangi
beban bandara.
AirAsia termasuk maskapai yang
padat jadwal penerbangannya.
Jefrie menyebutkan, AirAsia saat
ini di Terminal 3 Bandara
Soekarno-Hatta setiap hari
melayani 24 penerbangan
domestik dan 22 pener-
bangan internasional.
Dengan jumlah pe-
numpang yang re-
latif banyak, tentu,
AirAsia membu-
tuhkan termi-
nal dengan ka-
Image PositifH. Jefrie Arief
Country Director PT Indonesia AirAsia
pasitas yang sesuai agar dapat mem-
berikan kenayamanan bagi pengguna
jasanya.
Kendati demikian, Jefrie mem-
berikan beberapa catatan terhadap Ter-
minal 3 yang perlu mendapat per-
hatian. Catatan ini didasarkan pada
pengalaman AirAsia selama beroperasi
di Terminal 3 sejak 15 April 2009.
Ia mencontohkan, tidak adanya
fasilitas garbarata atau belalai gajah di
Terminal 3, membuat penumpang
harus berjalan relatif jauh dari termi-
nal menuju pesawat. “Ini berpengaruh
besar bagi pemakai jasa,” ujar Jefrie,
seraya menambahkan, meski untuk itu
disediakan shuttel bus untuk me-
ngangkut penumpang. Lebih baik jika
ada jalan khusus yang menghubung-
kan bandara menuju pesawat untuk
penumpang. Juga, dimanfaatkan mobil
listrik yang ada untuk membantu
penumpang berusia tua.
Yang juga perlu diperhatikan, me-
nurut Jefrie, pembukaan pintu masuk
penumpang di Terminal 3 perlu dise-
suaikan dengan jumlah arus penum-
pang agar tidak terjadi antrean. Selama
ini, terutama pada waktu pagi yang
dibuka hanya dua dari empat pintu
masuk di lantai 1, dan satu dari dua
pintu di lantai 2. Akibatnya, penum-
pang harus antre. “Seharusnya pintu
itu dibuka sesuai kebutuhan,” ujarnya.
Jefrie juga mengusulkan, air minum
gratis ada yang ditempatkan di daerah
kedatangan penumpang. Sehingga,
penumpang yang baru turun dari
pesawat bisa langsung minum. Selain
itu, jumlah kursi di daerah penjem-
putan atau kedatangan, jumlahnya
perlu diperbanyak lagi. (MHT/MHF)
Low Cost CarierIndonesia Air Asia dikenal sebagai maskapai berbiaya
murah atau low cost carier. Air Asia juga dikenal dengan
tawaran terbang tanpa layanan airport lounge, tanpa
mengikuti program loyalty frequent flyer miles, dan tanpa
memberikan makanan atau minuman.
Dengan konsep itu, Asia Air menjadi salah satu
maskapai yang perkembangannya cukup pesat. Hal ini
terlihat dari frekuwesi penerbangannya yang tinggi. Saat
ini, dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, setiap hari
Air Asia melayani 24 penerbangan domestik dan 22 penerbangan
internasional.
Maskapai berbiaya murah ini, awalnya adalah PT
Awair Internasional yang berdiri pada September 1999.
Memperoleh izin bisnis penerbangan berjadwal pada
Mei 200, dan mengawali usahanya dengan dua armada
A310-300. Penerbangan perdana pada Juni 2000,
melayani rute Jakarta ke Surabaya, Medan, dan
Balikpapan. Desember 2000, Awair menambah armada
A310-300 yang ketiga dan membuka rute dari Jakarta ke
Singapura, Denpasar dan Ujungpandang.
Penambahan armada ternyata tak membuat bisnis
Awair melaju dengan cepat, di tengah persaingan ketat
bisnis penerbangan. Makaspai yang sejak Maret 2000
telah menjadi milik keluarga Harris, ini akhirnya
mencoba mempertahankan bisnisnya dengan mencari
investor. Pertengan 2004, AA International Limited
(AAIL), sebuah perusahaan yang mayoritas sahamnya
dikuasai Air Asia Berhad., tertarik terhadap Awair.
Akhirnya, pada 30 Agustus 2004, AAIL mengambil-
alih 49% saham Awair. Dan sejak 1 Desember 2005, PT
Awair International berubah menjadi PT Indonesia Air
Asia. Sejak saat itu maskapai ini menawarkan konsep low
cost carier, yang membuatnya berkembang seperti
sekarang. (mhf)
12 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 13
Terminal 3 Bisa Dijadikan Contoh
Nurhadijono NurjadinPresiden Direktur Mandala Airlines
Sejak 20 April 2009,Mandara Airlines me-nempati Terminal 3 Ban-dara Soekarno-Hatta,setelah lebih dari 24tahun beroperasi diTerminal 1 C. Mandalamenjadi satu dari duamaskapai yang kini ber-operasi di Terminal 3.
“Bagi kami, pindah ke Terminal 3
justru berdampak sangat baik,” ujar
Nurhadijono Nurjadin, Presiden
Direktur Mandala Airlines. Karena itu,
ia optimis Mandala bisa meraih target
melayani 5 juta penumpang pada
tahun 2009. Lalu, apa saja penilaian
Nurhadijono tentang Terminal 3?
Berikut petikan wawancaranya.
Apa komentar anda dengan ber-
operasinya Terminal 3?
Saya melihat kesungguhan PT Ang-
kasa Pura II yang telah melakukan
terobosan baru dengan membangun
Terminal 3 yang memiliki konsep eco
dan modern. Terminal 3 berbeda
dengan terminal yang ada sebelumnya
yaitu terminal 1.
Bagi kami, kepindahan Mandala ke
Terminal 3 justru berdampak sangat
baik bagi kenyamanan penumpang,
yang berimbas pula pada peningkatan
pelayanan Mandala kepada penum-
pang. Dengan pindahnya Mandala ke
terminal 3 ini diharapkan dapat me-
nunjang target jumlah penumpang
Mandala di tahun 2009 yaitu berkisar
5 juta penumpang.
Terminal 3 dijadikan langkah awal
menuju Eco-Airport bagi Bandara
Soekarno Hatta. Komentar anda?
Adakah yang berbeda atau istimewa
di Terminal 3?
Lonjakan penumpang yang tinggi di
Bandara Soekarno Hatta telah men-
dorong Angkasa Pura II membenahi
terminal yang ada, terutama terminal
domestik. Beroperasinya Terminal 3
pada tanggal 28 April 2009, menjawab
permintaan masyarakat yang berharap
ada perbaikan yang signifikan. Termi-
nal 3 yang berorientasi pada eco-air-
port yang patut didukung oleh ber-
bagai pihak untuk memberikan pe-
layanan kepada publik yang lebih baik
lagi.
Saya kira merupakan ide yang baik
seandainya Terminal 3 bisa dijadikan
contoh bagi terminal lain di Bandara
Soekarno Hatta, dengan mengubah air-
port yang ada menjadi eco-airport.
Dengan demikian, Angkasa Pura II
telah menjadikan transporatsi udara di
Indonesia maju, tumbuh dan ber-
kembang.
Apa yang dilakukan Mandala Air-
line terkait dengan Eco Airport di Ter-
minal 3? Adakah program Mandala
Airline terkait dengan Eco Airport?
Mandala saat ini menerapkan ke-
bijakan satu jenis pesawat yaitu Airbus.
Airbus tidak saja efisien dalam peng-
gunaan bahan bakar, tetapi juga ramah
lingkungan. Mandala juga telah me-
nerapkan e-ticketing (paperless) yang
juga mendukung program lingkungan.
Pada HUT Mandala ke 40, kami mela-
kukan program penghijauan yaitu
menanam pohon untuk melindungi
bumi.
Bagaimana fasilitas yang tersedia
di Terminal 3. Sudah idealkah? Atau,
masih ada yang perlu dilengkapi/
diperbaiki? Termasuk jika dilihat dari
sisi bisnis Mandala Airline?
Fasilitas yang tersedia di Terminal
3 dibandingkan dengan terminal 1 C,
di mana Mandala beroperasi selama
kurang lebih 24 tahun, tentu banyak
perbedaannya. Terminal 3 lebih mod-
ern dan lebih lapang. Juga, ditunjang
drinking water, vending machine,
meeting point untuk public, fasilitas
umum lainnya seperti cafe dan resto
yang dapat dimanfaatkan oleh pe-
numpang atau pengantar sambil me-
nunggu waktu boarding.
Mandala melayani rata-rata sekitar
35 penerbangan per hari dari Jakarta
ke kota-kota lain di seluruh Indonesia
seperti ke Banjarmasin, Balikpapan,
Batam, Bengkulu, Denpasar, Jambi,
Jogyakarta, Kupang, Medan, Padang,
Pangkalpinang, Pekanbaru, Pontianak,
Semarang, Surabaya dan Tarakan.
Dengan kepindahan Mandala ke
Terminal 3 ini akan semakin me-
nunjang kenyamanan penumpang.
Apalagi penerbangan Mandala dari
dan ke Jakarta adalah yang terbanyak
dibandingan dengan kota-kota tujuan
penerbangan Mandala lainnya di Indo-
nesia. Hal ini telah menempatkan Ter-
minal 3 menjadi titik penting bagi
operasional Mandala.
Selain itu, berbicara mengenai
fasilitas Terminal 3, tentu harus diihat
dari dua sisi, yaitu dari sisi penumpang
dan maskapai. Maskapai penerbangan
akan menekankan pada kebutuhan
kelancaran dan kecepatan operasional
kebandarudaraan untuk mendukung
kinerja ketepatan waktu penerbangan
(on-time performance). Sedangkan,
penumpang melihat ketersediaan
fasilitas pendukung.Terminal 3 telah
menyediakan berbagai fasilitas yang
meningkatkan kenyamanan penum-
pang. Mandala akan terus bekerja
sama dengan PT Angkasa Pura II untuk
memberikan pelayanan yang lebih
baik lagi di masa mendatang.
Apakeuntungan Mandala Airline
menempati Terminal 3? Setelah se-
kitar satu bulan di Terminal 3, berapa
penumpang Mandala Air-
line?
Mandala secara resmi
mulai beroperasi di Termi-
nal 3 pada hari Senin, 20
April 2009 lalu. Keun-
tungan Mandala adalah
positif dilihat dari sisi pe-
numpang karena lebih baru
dan modern. Hanya saja
kami belum bisa merepre-
sentasikan dalam bentuk ke-
naikan jumlah penumpang
karena bulan April dan Mei
adalah low season. Da-
lam dua bulan itu,
Mandala bisa
memperoleh
load factor
di atas 80%
dengan ka-
pasitas kur-
si yang di-
tawarkan se-
kitar 550 ri-
bu perbulan.
AIRLINEAIRLINE
14 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 15
LANDSCAPE
Krisis LingkunganHidup sebagai
Masalah BersamaOrang boleh saja terbelah dalam berbagai keyikanan agama dan idiologi,
sekat nasionalisme dan geografi, warna kulit dan ras. Namun faktanya, dalamsemua perbedaan itu kita adalah makhluk yang menghuni planet yang sama,
yakni planet bumi.
Konflik panjang atas nama
idiologi, keyakinan, ke
jayaan ras dan kompetisi
keunggulan ekonomi de-
ngan eksploitasi alam, telah melahir-
kan perang dan perusakan lingkungan
secara massif. Situasi ini menjadikan
bumi sebagai perahu yang kita tum-
pangi bersama mengalami berbagai
kerusakan yang serius. Beberapa pihak
mulai terkejut dan sadar, bahwa kese-
jahteraan dan kejayaan hanya akan
bermakna jika bumi tempat kita ber-
pijak dapat lestari (sustainable).
Bukankah kemengan kita atas idio-
logi lain, bangsa lain dan ras lain akan
menjadi percuma jika ladang (baca:
bumi) yang kita perebutkan menjadi
hancur dan tidak layak huni lagi?
Kemengan dan supremasi politik dan
ekonomi atas kelompok lain hanya
akan mengantarkan kita sebagai saksi
atas rusaknya lingkungan dan ke-
punahan ras manusia. Apakah su-
premasi dan kemenagan dalam situasi
itu masih ada maknanya?
Bukankah lebih baik kita duduk
bersama, berbagi dan menjaga keles-
tarian lingkungan hidup agar ke-
hidupan kita pun terselamatkan?
Meski berbagai ketamakan sosial-
ekonomi manusia masih dominan,
namun pertanyaan sederhana tersebut
hari ini kian mendapatkan tempat.
Lingkungan adalah isu strategis yang
akan memposisikan mansuia sebagai
umat yang satu, yakni komunitas
hidup yang terancam kepunahan
spesiesnya karena kerusakan alam.
Gerakan pro-lingkungan hidup pun
menjadi gelombang dan paradigma
baru dalam pembangunan disegala
sektor kehidupan. Ambisi dan ke-
tamakan manusia atas nama modernis-
me harus dikontrol sedemikian rupa,
agar wajah peradaban kita lebih hu-
manis dan peka lingkungan namun
tetap modern.
Diantara berbagai masalah serius
yang hadapi oleh umat manusia terkait
dengan memburuknya mutu ling-
kungan hidup adalah masalah pema-
nasan global (global warming). Pema-
nasan Global ditengarai oleh mening-
katnya suhu permukaan bumi akibat
emisi gas rumah kaca. Emisi ini terjadi
karena efek dari penggunaan bahan ba-
kar fosil (minyak tanah dan batu bara).
Akibat pemanasan global ini, tem-
peratur bumi mengalami kenaikan
hingga 0,72 derajat celcius dan per-
mukaan air laut mengalami kenaikan
hingga 0,175 cm/tahun dan telah mulai
terjadi semenjak tahun 1960-an. Apa
efeknya bagi kehidupan?, para ahli
memprediksi jika kenaikan suhu men-
capai 1,5 derajat celcius, maka akan
terjadi kepunahan atas 20-30 persen
tumbuhan dan hewan dimuka bumi.
Jika kenaikan mencapai 3 derajat
celcius, maka 40-70 persen kehidupan
akan punah dari muka bumi.
Mengingat seriusnya persoalan ini,
maka para pemimpin dunia pun meng-
gagas sebuah konsep bersama tentang
bagaimana menyelamatkan lingku-
ngan hidup. Pada tahun 1992 embrio
tentang konsep penangan masalah
pemanasan global dan perubahan
iklim pun di gagas di Rio de Janeiro,
Brazilia. Pertemuan ini menghasilkan
Framework Convention on Climate Change
yang bertujuan agar negara-negara
industri mengurangi emisi karbon-
dioksidanya.
Lima tahun kemudian gagasan itu
dipertajam lagi melalui forum inter-
nasional yang kemudian dikenal de-
ngan sebutan protokol Kyoto, dimana
tingkat penurunan emisi dipatok
secara lebih tegas pada angka 5,2
persen dibawah tingkat emisi pada
tahun 1990.
United Nations Framework Convention
on Climate Change (UNFCCC) menin-
daklanjuti protokol Kyoto, dan Indone-
sia menjadi tuan rumah bagai acara
yang sangat strategis itu, tepatnya di
pulau Bali pada tanggal 3-14 Desember
2007. Forum ini dipakai untuk mela-
kukan evaluasi atas pelaksanaan pro-
tokol Kyoto dan tuntutan yang lebih
serius atas komitmen negara-negara di
dunia di dalam mengatasi masalah
pemanasan global.
Lalu apa korelasi ini semua dengan
dunia penerbangan? Industri pener-
bangan adalah salah satu sektor pe-
nyumbang polusi udara, terutama
dalam pengoperasian pesawat, pengo-
perasian alat sumber panas dan kons-
truksi. Aktivitas ini menghasilkan
polusi berupa carbon monoxide, nitro-
gen oxide, sulfuric oxide, yang semua
itu berkonstribusi besar bagi pema-
nasan global. Belum lagi debu, ke-
bisingan dan aroma yang tidak sedap,
industri penerbangan dengan demi-
kian menjadi kawasan yang harus
dikembangkan berdasarkan visi ling-
kungan hidup.
Antisipasi dan perhatian terhadap
dunia penerbangan dalam hal ini
menjadi penting lantaran penggunaan
transportasi udara akan semakin tinggi
pada masa-masa yang akan datang.
Jika isu lingkungan ini tidak di agen-
dakan secara dini dalam manajemen
tata-kelola transportasi udara, dikha-
watirkan situasinya akan menjadi lebih
buruk, baik bagi lingkungan maupun
para pelaku bisnis transportasi udara
pada saat mereka dituntut melakukan
berbagai penyesuaian di masa yang
akan datang. Lebih baik bersiap dan
berbenah secara dini, selagi segala
sesuatunya masih baik dan memung-
kinkan. (MHT)
Bukankah lebihbaik kita duduk
bersama, berbagi danmenjaga kelestarian
lingkungan hidupagar kehidupan kitapun terselamatkan?
16 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 17
Garbage Plan,Bandara Soekarno-HattaUntuk kepentingan menambah pengetahuan bagi para pengguna bandara,
sekaligus penyadaran, agar tidak sembarangan dalam membuang sampah ataulimbah, tim majalah bandara beberapa waktu lalu mengunjungi tempat penge-lolaan sampah di area bandara Soekarno-Hatta. Di sana tim majalah bandara di
temani oleh dua karyawan instalasi sanitasi, yakni Bapak Sidik Sugeng danBapak Hasbullah. Mereka berdua lah yang menjelaskan kepada kami tentang
mekanisme pengelolaan sampah bandara.
Sebagai pengguna jasa pener
bangan, mungkin anda tidak
pernah iseng berpikir tentang
berapa pesawat yang datang
ke bandara Soekarno-Hatta pada setiap
harinya. Berapa jumlah penumpang
perharinya, dan berapa diantara para
penumpang itu yang mengeluarkan air
seni atau buang air besar selama di
pesawat? Terus berapa ton limbah yang
dihasilkan oleh semua proses itu setiap
harinya?
Anda bisa bayangkan jika limbah itu
tidak diurus dengan benar, tentu anda
akan sulit membedakan, mana Ban-
dara dan mana Bantar Gebang. Berun-
tunglah, sistem pengelolaan limbah di
bandara memang telah dirancang
sedemikian rupa sehingga efektif dan
sistematis. Sehingga meski pun saban
hari bandara menerima ber-ton-ton
limbah, suasana bandara tetap bersih
dan wangi.
Bangunan itu terpencil kesepian di
areal Bandara Soekarno-Hatta. Lo-
kasinya di ujung selatan, belakang
waduk sebelah kiri kalau kita keluar
dari bandara menuju Jakarta. Melalui
jalan di depan pom bensin, menyusur
ke arah dalam, dua bangunan besar
yang di kalangan masyarakat AP II
dikenal sebagai STP 748, disinilah
limbah dari pesawat dan kantor yang
ada di bandara Soekarno-hatta di
kelola. Ada 18 orang sumber daya
manusia yang mengelola STP 748.
Ada dua macam pekerjaan yang
dilakukan di sini, yakni mendaur ulang
limbah cair dan limbah padat. Pertama
tentang limbah cair, asalnya ada dua,
buangan dari kantor, dan dari pesawat
terbang. Limbah yang dari pesawat
terbang, sebelumnya ditampung di
“delaserasen”, di sini limbah dicampur
dengan bahan-bahan kimia, setelah itu
dipompakan ke STP 748 ini.
Kalau limbah cair dari kantor tidak
perlu masuk ke delaserasen, sebab
berbeda dengan limbah dari pesawat
yang isinya air seni dan tinja, dari
kantor kandungan air bersihnya diban-
ding air seni lebih besar dan tanpa
tinja. Jadi tinggal dipompakan saja
kesini juga. Cairan limbah dari dua
tempat tersebut kemudian di “mixed’
untuk memisahkan air dengan zat-zat
yang mengandung zat besi.
Tempat mengaduk/mixed itu di
sebut dengan STP, singkatan dari Sew-
age Treatment Plant , alat untuk mengu-
rai atau memsihkan air dengan par-
tikel-partikel yang berat, dengan cara
memuncratkan air keatas, sehingga
partikel-partikel yang berat terlambat
ikut keatas, dan terpisah dari airnya.
Untuk proses ini tidak diperlukan
bahan-bahan kimia, dan air yang
dihasilkan sudah aman untuk ling-
kungan dan dapat dipakai untuk
menyirami tanaman di taman-taman
bandara.
Namun air yang telah terpisah dari
partikel-partikel berat itu tentu saja
belum bisa di konsumsi atau diguna-
kan sebagai air minum. Tetapi jika
sekedar untuk kepentingan mandi, dan
mencuci pakaian sudah aman. Air
yang sudah bersih ini kemudian di
pompakan ke seluruh pelosok bandara,
kebanyakan untuk kepentingan penyi-
raman tanaman dan taman, termasuk
untuk air mancur di depan patung
proklamator.
Ada pun limbah padatnya diambil
dari bak-bak dan tempat-tempat pe-
nampungan sampah yang ada diselu-
ruh areal bandara. Pengangkutannya
ke sini menggunakan truk, kemudian
kita timbun di tempat penimbunan di
STP 748 ini.
Setelah terkumpul, sampah itu
kemudian dipisah-pisahkan. Untuk
proses ini, karyawan yang bertugas di
STP tidak perlu melakukannya, karena
tugas ini terselesaikan oleh para pemu-
lung. Para pemulung tersebut me-
ngambili plastik-plastik, yang seharus-
nya memang harus kita pisahkan.
Setelah pemisahan oleh pemulung
dan sedikit koordinasi dari petugas,
sampah yang tersisa kemudian diba-
kar, digedung khusus pembakaran.
Selanjutnya abu yang dihasilkan dari
proses pembakaran ini ditimbunkan di
tempat-tempat yang rendah.
Wal hasil, anda dan kita semua
pengguna sebagai pengguna jasa pe-
nerbangan dan bandara tidak pernah
terganggu dengan limbah. Semuanya
di proses dengan rapi. Kita wajib
berterimakasih kepada Pak Sigid
Sugeng dan rekan-rekannya, untuk se-
mua itu. Perjalanan bandara Soekarno-
Hatta untuk menjadi eco-airport juga
sangat tergantung kepada jasa mereka.
LANDSCAPE
18 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 19
Menunggu Take Off
Datang dengan nafas memburu, berjalan cepatdan tergesa-gesa. Mungkin anda pernah mengalami,ketika menuju bandara pada detik-detik terakhir darijawal penerbangan. “Alhamdulillah, tidak terlambat.”
Perasaan anda pun lega.
Kendati sudah berusaha
untuk tidak terlambat
datang, selesai check in,
anda tidak langsung ter-
bang melainkan masih harus menung-
gu setidaknya selama satu jam. Tentu,
bukan waktu yang pendek. Apalagi,
menunggu adalah pekerjaan yang
menjemukan.
Tetapi, anda tak perlu khawatir
jenuh jika sedang berada di Terminal 3
Bandara Soekarno-Hatta. Selesai check
in, sebaiknya anda tidak usah terburu-
buru boarding. Bersantai dulu. Banyak
pilihan di Terminal 3 yang dapat
membantu anda menghalau kejenuhan
karena menunggu.
Misalnya, ketika anda menuju ban-
dara terlalu pagi dan belum sempat
sarapan, tidak perlu khawatir perut
keroncongan. Di areal comersial Termi-
nal 3 ada restoran, bakso, dan coffee
shop. Atau cukup dengan satu dua
potong roti dengan sebotol minuman
ringan? Anda bisa membelinya di mini
market.
Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta,
berbeda dengan bandara lain di Indo-
nesia. Dengan bangunan yang modern
berkonsep ramah lingkungan, terminal
3 dirancang untuk tidak sekadar men-
jadi tempat singgah sementara atau
distination. Tetapi, menjadi semacam
pusat perbelanjaan yang menyediakan
beragam kebutuhan masyarakat..
Di banyak bandara lain juga banyak
displai yang menawarkan beragam
kebutuhan. Hanya saja, banyak pe-
numpang yang memilih berlalu dari-
pada berhenti sejenak untuk membeli.
Yang baru turun dari pesawat, ber-
gegas meninggalkan bandara. Semen-
tara yang hendak terbang, bersegera
menuju ruang tunggu dan mengisi
dengan kegiatan ringan, seperti mem-
baca koran atau bertelepon.
Para penumpang di bandar lain
kurang tertarik berbelanja karena
alasan yang relatif sama. Yaitu, produk-
produk yang ditawarkan di bandara
lain itu, umumnya berharga mahal.
Kalau pun ada yang menawarkan
produknya dengan harga bersaing,
pengguna jasa bandara umumnya
sudah telanjur beranggapan: barang-
barang yang dijual di bandara berharga
mahal! Mereka pun akhirnya enggan
untuk sekadar menengok atau menawar.
Berbeda dengan di Terminal 3.
Hubungan bisnis antara pengusaha
yang berdagang di Terminal 3 dan
pengelola bandara, terjalin sedemikian
rupa dengan persyaratan antara lain:
harus menjual produknya sama de-
ngan harga jual di tempat usaha mere-
ka di luar bandara. Karena itu, tak
perlu khawatir kemahalan. Bahkan,
mungkin anda terkejut ketika membeli
sebungkus rokok, misalnya, ternyata
harganya sama dengan ketika anda
beli di toko dekat rumah.
Selain itu, ruangan di Terminal 3
sengaja dirancang sedemikian rupa
yang membuat pengunjung nyaman
berada di dalamnya. Di areal comersial
yang menyatu dengan meeting point
yang begitu luas, membuat pengguna
jasa penerbangan dapat dengan leluasa
menikmati saat-saat berada di bandara.
Setelah datang dengan tergesa-gesa,
selesai check ini ada bisa bersantai di
coffee shop. Menikmati secangkir kopi
panas dengan menu roti, terasa nikmat.
Apalagi jika perut kosong karena tidak
sempat makan sebelum berangkat.
Untuk mereka yang terbiasa dengan
makanan “berat”, bisa langsung ke
restoran atau membeli semangkuk
bakso. Sekali lagi, jangan khawatir
kemahalan.
Tidak usah terburu-buru meng-
habiskan menu yang anda pesan. Jika
anda membawa notebook, keluarkan
saja dari tas dan hidupkan. Lalu,
aktifkan wirelessnya untuk mengakses
internet yang disediakan gratis oleh
pihak bandara. Sambil minum kopi,
anda masih bisa tetap aktif mem-
perbarui status facebook. Atau mau
chating, bermain poker, browsing
internet mencari kabar tetang pemi-
lihan presiden? Semua dapat dengan
mudah lakukan. Jika tidak ada note-
book, bisa juga akses internet itu
dilakukan melalui ponsel. Tentu,
ponselnya harus memiliki fasilitas
wareless, dan anda harus lebih sabar
karena biasanya akses internetnya
lebih lambat.
Dengan akvitas seperti itu, seperti-
nya tak ada lagi alasan yang membuat
anda jemu karena harus menunggu
speaker bandara memanggil para
penumpang untuk berangkat. Bahkan,
boleh jadi, karena keasikan bermain
poker anda justru menjadi kesal, “Ke-
napa waktu tunggu begitu cepat?”
LOUNGELOUNGE
20 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 21
KOMENTARKOMENTAR
Semenjak di resmikannya, pada tanggal 28 april 2009 yang lalu, terminal 3 bandara Soekarno-Hatta telah mengantarkan dan menerima ribuan penumpang dari Jakarta menuju berbagaikawasan di tanah air dan mancanegara atau sebaliknya. Berbagai fasilitas baru yang telahdigunakan oleh pihak manajemen terminal 3 untuk memberikan layanan yang lebih baik bagipara pengguna bandara nampaknya penting untuk dilihat efektifitasnya di lapangan.
Bahkan bukan hanya itu saja, berbagai kebijakan baru, semisal penyediaan layanan taxi yangsekarang diatur lebih tertib dan berbagai aturan baru lainnya, nampaknya perlu dilihat feed-back-nya secara langsung. Untuk kepentingan ini, awak majalah bandara turun menyapa pihak-pihak yang secara langsung merasakan efek dari perubahan-perubahan itu. Berikut petikannya:
Tyas, begitu tim bandara menyapanya. Ia telah beberapa
kali melewati bandara Soekarno-Hatta, namun baru
pertama kali melalui terminal 3. Jadi ketika kami temui, Tyas
hanya memiliki pengalaman ‘datang’ melalui terminal 3.
Dia belum merasakan bagaimana check-in dan boarding
pass di terminal 3.
Ketika ditanyakan tentang apa kesannya tentang termi-
nal 3, Tyas mengatakan:
“Ya.. dibanding dengan terminal 1 & 2 memang terasa
lebih nyaman, tidak terlalu sumpek. Lounge-nya juga terasa
nyaman. Toiletnya terkesan lebih banyak deh.. dan bersih.
Tyas Cuma merasa bingung bagaimana mendapatkan taxi,
kalau di terminal 1 & 2 kan mudah, tinggal melambai taxi
datang...”
Terpaksalah tim bandara memberi penjelasan: ‘Pasti tadi
begitu keluar Tyas langsung nyelonong ya.. mekanisme
memesan taxi memang diurus dari dalam, agar lebih tertib
dan menghindarkan para penumpang dari calo yang
mungkin kurang bertanggung jawab....”
AnantyasPegawai Negeri Sipil di Berouw Kalimantan Timur.
Ditemui ketika sedang menunggu penumpang masuk ke
taxi-nya, di depan terminal 3. Pria berkulit hitam manis
dengan rambut ikal ini, ramah menerima timbandara.
Dengan antusias, Hasan Basri pun menjawab pertanyaan
tim bandara terkait berbagai aturan yang di terapkan
manajemen T3.
“Kalau yang terkait langsung dengan kami kan urusan
taxi..., menurut saya aturan baru yang terapkan untuk
pengguna taxi ini sangat baik. Kami merasa lebih terjamin
lah.. tidak harus saling berebut dengan sesama pengemudi
taxi yang lain. Para penumpang pun saya kira akan lebih
tenang dengan cara ini.”
Perbincangan kami terputus, karena petugas bandara
yang menjaga parkir taksi memanggil Hasan Basri, diikuti
Hasan BasriPengemudi Taxiku
masuknya seorang Ibu dengan dua anaknya ke dalam taxi
yang di kendarai Hasan Basri.
Masih muda, dengan senyum yang simpatik, namun
tetap waspada. Sehingga ketika tim bandara menyapanya
untuk sedikit berbincang, Ari Andrio langsung meminta ID-
atau kartu pers kami.
“ Banyak yang baru mas... terminalnya baru dan beberapa
aturannya pun baru, dalam artian baru diterapkan di ter-
minal 3 ini...” demikian ia memulai penuturannya.
“Apa misalnya yang baru itu..”
“Saya contohkan tugas saya sendiri lah..., di terminal 1
& 2 sebelumnya, tidak ada ketentuan tentang melepas
sepatu dan ikat pinggang, ketika detektor x-ray masih
berbunyi. Di terminal 3 ini, hal itu di haruskan, artinya jika
penumpang melintasi detektor x-ray dan alarm masih
berbunyi, maka mereka wajib menanggalkan ikat pinggang
dan sepatu mereka..”
“Ternyata ini bukan hal yang mudah...” imbuhnya. “
masyarakat belum sepenuhnya mengerti tentang aturan ini,
sehingga kami harus sering berhadapan dengan kemarahan
Ari AndrioPetugas bandara (x-ray)
bahkan umpatan dari para penumpang.., melalui media
kami berharap hal ini dijelaskan sebagai ketentuan
internasional kepada masyarakat.”
Oke.. mas Ari, majalah bandara akan membantu anda..
Ini yang paling seru. Mencari mereka di kawasan termi-
nal 3 memang susah..., dengan bantuan penjaga parkir,
akhirnya kami menemukan mereka. Tukang ojek terminal
3, begitulah mereka menyebut identitasnya.
Meski tidak disediakan
area bagi tukang ojek di ter-
minal 3 bahkan dilarang oleh
manajemen terminal, para
tukang ojek tersebut tetap
saja nekad membuka stand
ojek di pintu masuk terminal
3. Jika anda masuk dari tero-
wongan, sebelum anda ma-
suk pintu parkir, anda boleh
menoleh ke sebelah kanan,
disana diantara pagar pem-
batas dan tepi jalan parkir,
anda akan temui beberapa
motor yang di parkir dan
para tukang ojeg yang berteriak-teriak menawarkan jasa,
setiap kali ada orang yang berjalan kaki melintasi kawasan
tersebut.
Ketika tim majalah bandara, menghampiri mereka,
Komunitas Ojek T3
kontan mereka pun menawarkan jasanya. Tetapi kami tolak
dan menjelaskan siapa kami. Ketika tim majalah bandara
meminta salah seorang sebagai juru bicara, mereka ramai-
ramai menolak. “pokoknya mas.. kami barengan di sini,
kalau mau photo, photo lah kami
semua, kami tidak punya wakil..”
Dengan cara bicara mereka
yang khas, meluncurlah berbagai
keluhan dan protes terhadap
kebijakan manajemen T3 yang
melarang ojek masuk kawasan ini.
“ masak orang cari nafkah di-
larang.., kita sebenarnya mau
mas... diatur bagaimana juga,
yang penting kita bisa cari nafkah
di sini, karena hanya ini lah yang
kami mampu.”
Intinya, komunitas yang antara
lain diwakili oleh Pak Muslim,
Pak Sarbini, Pak Maman, dan Pak Mudiyanto, berharap
kepada manajemen T3 agar memberikan solusi alternatif
bagi masalah mereka. Mereka akan menurut apapun
aturannya, “yang penting bisa ngojek di terminal 3... “. Lho?
22 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 23
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono padaperesmian Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
tanggal 28 April 2009
Air Conditioner & bak sampah
Pengambilan bagasi
Proses pembangunan lounge T3
Proses penyempurnaan bangunan
Terminal 3 di malam hari
Komisaris Utama Angkasa Pura II Sutantomeninjau proses pembangunan T3
Kopi Self Service
Hot spot internet free
Check In area Lounge di Check In areaATM Center
Free Shuttle Bus menghubungkan T3 denganT1 & T2
Restaurant
X-Ray
Menteri BUMN Sofyan Djalil dan Menhub
Jusman Syafii Djamal menyaksikan
penandatangan kontrak pembangunan
Terminal 3
DISPLAYDISPLAY
24 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 25
KOLOMKOLOM
HANDLING COMPLAINTSOleh : Tunggul Tranggono
Tahukah anda bahwa customer yang tidak puas dan melayangkan komplain ke perusahaan mengandungdua makna? Makna pertama adalah tantangan ( challenge ) bagi anda untuk menjelaskan komplain tersebut,dan yang kedua adalah kesempatan ( opportunity ) anda untuk menjalin kerjasama yang lebih panjang lagi
dimasa datang. Mengapa mereka komplain ? Ada berbagai alasan, namun intinya adalah harapan / customerexpectation yang tidak terjawab oleh produk atau jasa yang diberikan oleh perusahaan anda. Terjadilah apa
yang disebut kekecewaan atau dissatisfaction.
Customer yang tidak puas bisa
saja pergi meninggalkan
anda dan tidak kembali
karena membeli produk
dengan merek yang lain, atau kalau
yang dicari adalah jasa, mencari peru-
sahaan jasa lain yaitu pesaing anda
untuk menggabungkan diri. Dan para
pebisnis telah sering menghitung,
bahwa biaya untuk mencari customer
baru ( new name account ) jauh lebih
mahal dibandingkan dengan meme-
lihara customer yang sudah ada.( exist-
ing customer ) Biaya mencari customer
berkisar antara lima sampai sepuluh
kali lipat dibanding apabila kita meme-
lihara customer yang sudah ada.
Berdasarkan riset yang dilakukan
oleh Technical Assistance Research
Programs di Amerika pada tahun 1986,
memberikan angka statistik, bahwa
ternyata tidak setiap pembeli mela-
kukan komplain langsung kepada
pembuat produk atas ketidak-puasan-
nya terhadap barang yang dibelinya.
Namun dari riset tersebut diketahui ,
bahwa apabila perusahaan menerima
sebuah komplain dari seorang pembeli,
artinya terdapat 24 (dua puluh empat )
orang yang sebetulnya mengalami
kekecewaan yang sama. Pembeli yang
tidak mengajukan kompalin langsung,
bercerita tentang kekecewaannya.
kepada rata-rata 9 sampai 10 orang
lain. Dan 13 % dari mereka bahkan
bercerita kepada 20 orang lain. Lebih
lanjut lagi, ternyata lebih dari 70% cus-
tomer yang mengajukan komplain
akan kembali menjadi pembeli lagi
apabila sudah ada pemecahan masalah
penyebab kekecewaan, dan sudah ada
perbaikan terhadap produk yang di-
komplain, sebagai tanggapan positif
dari perusahaan pembuatnya. Dan
angka tersebut dengan cepat naik
menjadi 90% apabila komplain mereka
ditanggapi dengan cepat. Customer
yang puas dengan penanganan kom-
plainnya akan bercerita kepada rata-
rata 5 orang lain.
Riset tersebut ditujukan kepada
industri barang, yaitu produsen pem-
buat produk-produk yang diperlukan
orang banyak..Bagaimana dengan in-
dustri jasa? Apakah sama kondisinya?
Dari hasil riset diperusahaan jasa,
data menunjukkan bahwa apabila
terdapat pelayanan yang mengecewa-
kan kemudian customer diminta me-
milih angka skala dari angka 1 = selalu
/ always complain, sampai angka 5=
tidak pernah / never komplain maka
4.3% dari mereka mengatakan tidak
pernah komplain, dan 11,2% menga-
takan selalu komplain, sedang sisanya
84,5% mengatakan kadang-kadang /
sometimes.
Dari dua riset tersebut kita bisa
melihat gambaran bahwa persentage
orang yang tidak komplain di industri
barang 96 %, sedang di industri jasa 4%.
Bagaimana soal banyaknya orang
lain yang diceritakan di industri jasa?
Hasil riset memberikan fakta se-
bagai berikut:
Tidak cerita kepada orang lain : 2,1%
Cerita kepada 1- 5 orang lain : 66,7%
Cerita kepada 6- 10 orang lain : 24,5%
Cerita kepada 11-20 orang lain : 3,4%
Cerita kepada > 20 orang lain : 3,4%
Angka-angka tersebut dibanding-
kan dengan hasil riset di industri
barang menunjukkan bahwa orang
yang tidak puas membeli produk di
industri barang lebih banyak bercerita
kepada orang lain daripada orang yang
tidak puas menerima pelayanan di
industri jasa. Rata-ratanya adalah di
industri barang 9 sampai 10 orang,
sedang di industri jasa hanya sampai 5
orang.
Hal ini logis, karena di industri
barang, orang akan sulit melakukan
komplain kepada produsen yang biasa-
nya perusahaan besar, prosedurnya
berbelit-belit, makan waktu dan biaya
yang tidak sedikit. Mereka mencari
pelarian untuk obat kekecewaannya
dengan bercerita kepada orang lain.
Dengan dua riset tersebut, walau-
pun untuk industri yang berbeda, bisa
diambil kesimpulan bahwa komplain
lebih banyak tertuju kepada industri
jasa dibandingkan dengan industri
barang.
Dan perusahaan penerbangan ada-
lah industri jasa, oleh sebab itu budaya
perusahaannya haruslah budaya men-
jual ( Sales Culture ) dimana aspek
menangani keluhan customer ( han-
dling complaints ) merupakan faktor
yang penting sekali.
Bagaimana hal itu sebaiknya di-
lakukan ?
1. Pelayanan komplain harus dita-
ngani “face to face”
Dari hasil riset tersebut nampaknya
secara psikologis, seseorang yang
mengalami kekecewaan, akan me-
ngurangi bebannya pertama kepada
yang membuat kecewa. Apabila hal
tersebut sulit terpenuhi, maka jalan
keluarnya adalah berceritera kepada
orang lain. Sebaliknya apabila mereka
dengan mudah bertemu dengan “a real
live person” atau representative dari
perusahaan yaitu orang yang men-
dapat otoritas untuk menagani kom-
plain, maka keinginan untuk bercerita
kepada orang lain akan berkurang
banyak. Itulah pentingnya perusahaan
merencanakan dengan baik bagaimana
didalam organisasinya bisa disiapkan
bagian khusus yang menanngani hal
tersebut, yang diberikan otoritas untuk
secara independent menjawab berbagai
komplain.
2. Penanganan komplain harus di-
segerakan
Banyak komplain tidak diajukan
dengan berbicara kepada pihak yang
terkait, tetapi dengan surat yang
ditujukan kepada pimpinan Perusa-
haan. Untuk hal seperti ini, komplain
harus dijawab dengan cepat. Jack
Nietsel dari Circle K menerangkan
bahwa walaupun perusahaan sudah
merancang metode pelayanan yang
prima, tetap saja menerima complain,
baik yang disampaikan dengan kata-
kata atau dengan surat. Kadang-ka-
dang terlihat aneh bagaimana seseo-
rang yang belanjanya hanya $2 bisa
mengajukan komplain. Namun kemu-
dian dia tidak lagi memandang berapa
belanjanya, sedikit atau banyak, pe-
langgan atau bukan, menjawab kom-
plain segera dijadikannya kebiasaan /
habits, sehingga tidak dirasakan se-
bagai beban.
3. Tanggapan terhadap komplain
haruslah tulus
Menanggapi komplain secara tulus
hanya bisa dilakukan oleh orang yang
peduli dengan apa yang sebetulnya
diinginkan pelanggan..Kadang-ka-
dang ada pelanggan yang sebenarnya
cukup puas kalau kita mengakui keku-
rangan dan minta maaf dengan baik.
Sebaiknya anda bersikap bersahabat,
seperti berhadapan dengan seorang
teman, atau bahkan anda bersikap
sebagai konsultan yang sabar. Hindari
sikap mengambil jarak dengan orang
yang mengajukan komplain atau apa-
lagi lari menghindar.
Kesimpulan.
Philosofi pelayanan adalah philosofi
yang berientasi kepada customer ( cus-
tomer centric) Dalam implementasinya
mungkin bisa dibuat mudah dengan
rangkaian kata sederhana SERVE
WITH CARE yang uraiannya sebagai
berikut:
SMILE= senantiasa senyumlah meng-
hadapi komplain, bukan mentertawa-
kan orang yang sedang kecewa, namun
tersenyum meyiratkan keyakinan
bahwa komplain akan teratasi
EMPHATY= Berempatilah kepada or-
ang yang sedang gusar, karena yang
diharap tidak sesuai dengan yang
diterima.”use their shoes, not yours”
RESPECT= Hargailah orang yang
mengajukan komplain, sebab mereka
telah memberikan masukan / feed-back
bagi perbaikan produk / jasa anda.
VERIFY= Cermatilah dengan hati-hati,
untuk menentukan apakah yang dike-
luhkan merupakan penyimpangan
khusus, atau sering terjadi. Galilah
dengan pertanyaan agar anda tahu
esensi komplain tersebut
EXPRESS THANK & APRECIATE =
Jangan lupa mengucapkan terima
kasih dan penghargaan, sebab orang
sudah susah payah menyampaikan
komplain.
WELCOME= Sambutlah orang yang
komplain dengan sambutan menyenang-
kan sebagai sahabat atau teman dekat
INTEGRATE= Rangkum semua keluh-
an agar anda bisa menemukan akar
permasalahan, sehingga bisa mela-
kukan perbaikan dengan tepat.
TRUST & CONFIDENCE= Bersikaplah
positif bahwa orang yang komplain
harus dipercaya dan yakinlah bahwa
tidak ada masalah yang tidak bisa
teratasi, sehingga bersikaplah tenang
HARMONY= Jagalah keselarasan,
bahwa bisnis memerlukan pelanggan,
dan pelanggan memerlukan perusahaan.
CONSTANT= Tetaplah pada jalur
jawaban yang efektif, jangan berbelok
kejalan yang semakin jauh dari masa-
lah yang menjadi keluhan.
ATTENTIVE= Bersikaplah penuh per-
hatian, dengarkan semua keluhan,
ulangi sebagai konfirmasi apa yang
dikeluhkan, baru mempersiapkan
jawaban.
RESTORE= Simpan kembali semua
komplain untuk menjadi data per-
baikan diwaktu yang akan datang.
EVALUATE= Lakukan evaluasi terus
menerus agar untuk hal yang sama
tidak terulang komplain yang sama.
26 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 27
Berlibur ke MuseumTRAVELTRAVEL
Selain dikenal sebagai Kota Metropolitan, Jakarta juga bisa disebut sebagai“Kota Museum”. Ada sekitar 30 museum yang kaya dengan koleksi benda
bersejarah. Menarik dikunjungi, bersama anak-anak. Berwisata sambil belajar.
Bentuknya tak berbeda jauh
dengan mangkuk pada
umumnya. Hanya saja,
mangkuk berlekuk enam ini
menggunakan bahan emas. Dan, di
bagian sisi luar mangkuk dipenuhi re-
lief yang menceritakan tentang pen-
culikan Dewi Sita oleh Rawana. Karena
itu, mangkuk berukuran panjang 28,8
cm, lebar 14,4 cm, dan tinggi 9,3 cm,
ini dikenal dengan nama mangkuk
Ramayana.
Mangkuk yang ditemukan di Desa
Wonoboyo, Jogonalan, Klaten, Jawa
Tengah, ini menjadi salah satu koleksi
arkeologi Museum Nasional, Jakarta,
yang banyak menarik perhatian pe-
ngunjung.
Koleksi lain yang juga menarik
dilihat di musium ini, antara lain
Mahkota Siak. Benda etnografi ini
berasal dari keluarga kesultanan Siak
Sri Indrapura di Riau. Mahkota ini
dibuat dari emas dan dihiasi permata
berlian dan mirah, bermotif filigri
dengan berbagai teknik. Setelah Indo-
nesia merdeka, Sultan Syarif Kasim II
menyatakan tunduk kepada Peme-
rintah Indonesia dan memberikan
mahkotanya kepada pemerintah untuk
kemudian dipamerkan di Museum
Nasional.
Koleksi Museum Nasional tidak
hanya ada di dalam gedung. Bangu-
nannya pun peninggalan sejarah yang
sebagai museum dibuka sejak tahun
1868. Begitu tiba di halaman museum,
pengunjung disambut patung gajah
pemberian Raja Chulalongkom (Rama
V) dari Thailand yang pernah ber-
kunjung ke museum itu pada tahun
1871. Karena itu, museum ini juga
dikenal dengan nama Museum Gajah.
Museum yang terletak di Jln Medan
Merdeka Barat, itu memiliki koleksi
lebih dari 141 ribu benda bersejarah.
Koleksi itu terdiri atas tujuh jenis
koleksi: prasejarah, yaitu prasejarah,
arkeologi, keramik, numismtik-heral-
dik, sejarah, etnografi dan geografi.
Koleksi benda itu, menurut Kanusi,
Bagian Publikasi dan Humas Museum
Nasional, setiap tahun hampir selalu
ada tambahan koleksi, biasanya dari
masyarakat yang ingin menyimpan
benda bersejarah ke museum.
Mengunjungi museum, bagi se-
bagian orang, apalagi anak usia se-
kolah, mungkin kurang menarik.
Apalagi, banyak tempat hiburan atau
wisata lain yang memberikan tawaran
yang lebih menghibur.
Seorang siswi SMAN di kawasan
Kuningan, Jakarta Selatan, Nora, me-
ngaku bisa memperoleh banyak pela-
jaran menarik dari museum. Awalnya,
ia mengaku terpaksa berkunjung ke
museum karena ada tugas sekolah.
Kini, ia bersama beberapa kawan
sekolahnya, paling tidak satu bulan
sekali berkunjung ke museum. Ada
sejumlah museum di Jakarta yang
sudah dikunjungi.
Jakarta memang kaya dengan pe-
ninggalan sejarah yang tersimpan di
lebih dari 30 museum. Sebut saja Mu-
seum Fatahilah, Museum Wayang,
Museum Keramik, Museum Bahari,
Museum Tekstil, dan lainnya. Benda-
benda bersejarah yang tersimpan di
masing-masing museum, memberikan
pelajaran berharga masa depan ge-
nerasi kita.
(mhf)
Mahkota SiakMahkota ini berasal dari keluarga kesultanan Siak Sri
Indrapura di Riau. Dibuat dari emas dan dihiasi permata
berlian dan mirah, bermotif filigri dengan berbagai teknik.
Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Sultan Syarif
Kasim II menyatakan tunduk kepada Pemerintah RI dan
memberikan mahkotanya kepada pemerintah RI untuk
kemudian diserahkan dan dipamerkan di Museum
Nasional.
Mangkuk Ramayana
Pada bagian luar mangkuk yang berlekuk enam, dihiasi
relief cerita Ramayana tentang penculikan Dewi Sita oleh
Rawana. Karena itu, mangkuk ini dikenal dengan sebutan
mangkuk Ramayana.
Arca ManjusriArca ini merupakan Bodhi-
sattwa Manjusri ketika masih
muda, yang menguasai masa akan
datang. Tangan kanan bersikap
waramudra, yang artinya mem-
beri anugerah. Tangan kirinya
memegang tangkai bunga teratai
biru (utpala) setengah terbuka,
yang di atasnya terletak sebuah
pustaka (buku), melambangkan
pencerahan ilmu pengetahuan.
28 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 29
Salahudin RafiGM Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
WAWANCARAWAWANCARA
Yang Banyak ProtesJustru Pejabat
Sejumlah karyawan PT Angkasa Pura II memprotes kebijakan yangmemindahkan mereka untuk bertugas di Terminal 3. Beragam alasan diajukan,
di antaranya, mereka merasa sudah nyaman di tempat lama, Terminal 1 atauTerminal 2. Ada juga yang menolak pindah karena Terminal 3 masih baru yangmembuat mereka khawatir terhadap masa depan kariernya, bahkan ada yang
takut penghasilannya berkurang.
Mengetahui hal itu, GM Terminal 3
Bandara Seokarno Hatta, Salahudin
Rafi, langsung mengundang
mereka untuk berdialog. Suasana
pertemuan berlangsung tegang. Rafi menghadapi-
nya dengan tenang, dan mengawali dengan
pernyataan syukur karena memperoleh tambahan
tenaga, yang memang sebagai terminal baru
jumlah karyawannya masih terbatas. “Saya sem-
pat menenteng-nenteng kunci Terminal 3 untuk
menghidupkan listrik,” ujarnya.
Dalam pertemuan itu Rafi menjelaskan tentang
berbagai hal yang terkait dengan Terminal 3.
Karena, masih banyak karyawan Angkasa Pura II
yang keliru memahami dan menganggap Termi-
nal 3 sebagai bandara baru yang berdiri sendiri.
Ini tidak benar. “Terminal 3 ialah bagian dari
Bandara Soekarno-Hatta, yang posisinya
sama dengan Terminal 1 dan 2,” ujarnya.
Karena itu, setiap karyawan Angkasa
Pura II tidak ada alasan menolak di-
tugaskan di Terminal 3. Sejauh tidak
mengurangi hak dan kewajiban sebagai
karyawan, apa pun tugas yang diberikan
manajemen harus diterima dengan ikhlas.
Rafi pun meminta mereka yang masih
berkeras menolak bertugas di Terminal 3
untuk membuat pernyataan mundur, saat
itu juga. Ternyata, tidak ada satu pun dari
para pemotres itu yang bersedia.
Kemudian Rafi mengungkapkan bagai-
mana dia dan karyawan Terminal 3, merasa
senang ketika mendengar kabar ada bebe-
rapa rekannya dari Terminal 1 dan 2 yang
akan ditugaskan ke terminal baru itu.
Kegembiraan itu sebenarnya wajar, me-
ngingat jumlah karyawan di Terminal 3 ketika itu
masih terbatas. Penambahan karyawan ibarat
darah baru yang diharapkan akan memacu seluruh
karyawan di Terminal 3 meraih kinerja yang lebih
baik.
“Anda semua (para pemrotes) bagi kami, ibarat
malaikat yang akan bersama-sama memajukan
Terminal 3,” ungkap Rafi, yang langsung disambut
applaus seluruh karyawan yang hadir dalam
pertemuan itu. Karyawan yang semula menolak,
akhirnya memahami dan menerima penjelasan
yang disampaikan Rafi.
Selanjutnya, Rafi pun meminta mereka, ter-
utama karyawan yang baru bergabung, menutup
masa lalunya. “Kami tutup mata terhadap apa
masa lalu anda. Mari kita mulai dengan lembaran
baru, semangat baru di Terminal 3,” ujarnya, seraya
meminta komitmen mereka untuk maju bersama-
sama meraih yang lebih baik di Terminal 3. Selain
itu, setiap karyawan perlu memiliki kepedulian
dan tidak hanya diam ketika melihat sesuatu yang
kurang tepat, yang mungkin saja bukan bagian dari
tugas utamanya.
Komitmen dan kepedulian karyawan, menurut
Rafi, berperan penting dalam mengelola Terminal
3 menjadi lebih baik. Menjadi rahasia umum,
bagaimana citra kurang baik terhadap Bandara
Soekarno-Hatta selama ini di mata masyarakat.
Dan, beroperasinya Terminal 3 menjadi momen-
tum untuk mengubah citra itu menjadi positif.
Karena itu, ada aspek pengelolaan atau per-
lakuan yang berbeda di Terminal 3 dibandingkan
dengan di Terminal 1 atau 2. Ia mencontohkan,
tentang pemeriksaan calon penumpang pesawat.
Di Terminal 1 dan 2, mungkin relatif lebih
sederhana. Namun, tidak untuk di Terminal 3.
Selama masih sirine pintu borading berbunyi, pe-
numpang diminta keluar lagi. Bahkan, penumpang
harus melepaskan ikat pinggang dan sepatu untuk
melewati pintu pemeriksaan.
Tindakan seperti itu, diakui Rafi, sempat
diprotes. “Maaf, ya, yang banyak protes justru dari
kalangan pejabat,” katanya. Tetapi hal itu harus
dilakukan, demi keamaman dan kenyamanan
penumpang. Dan, pemeriksaan itu bukan karena
sok-sok-an, tetapi itulah standar pengamanan
bandara dan berlaku secara internasional. (MHF)
30 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 31
SudaryantoCorporate Secretary PT (Persero) Angkasa Pura II
Kami PerhitungkanAspek Bisnis
Ketika Terminal 3 Bandara
S o e k a r n o - H a t t a
diresmikan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada
28 April 2009, banyak orang bertanya,
mengapa Terminal-3 dibangun ber-
beda. Struktur maupun arsitekturnya
terlihat kontras dibanding dengan Ter-
minal-1 dan 2. Bagi yang menggan-
drungi desain artistik dengan sentuhan
etnik bernuansa ke-kuno-an, mungkin
merasa agak terganggu dan sedikit
kecewa dengan hadirnya bangunan
fantasi yang plastis di tengah-tengah
kompleks Bandara Soekarno-Hatta.
Selama ini, bangunan di kawasan
Bandara Soekarno-Hatta lebih kepada
arsitektur khas Indonesia, paduan
berbagai unsur arsitektur lokal seperti
Jawa dan Bali, bercirikan batu bata me-
rah pada bangunan-bangunan ber-
bentuk joglo. Bandara ini dirancang
dengan konsep bangunan tropis, di-
tengarai oleh banyaknya taman hijau
sebagai penyejuk di tengah teriknya matahari.
Bandara ini pernah memperoleh
Aga Khan Award, penghargaan inter-
nasional di bidang arsitektur ba-
ngunan. Pertanyaannya, mengapa
bukan arsitektur itu yang diteruskan,
sehingga Bandara Soekarno Hatta me-
miliki keunikan yang beda dibanding
bandara-bandara di dunia? Mengapa
kemudian dimunculkan bangunan
baru yang berbeda? Atau adakah se-
suatu yang hendak dicapai sebagai
respon bahwa dunia sudah berubah?
Untuk itu, redaksi mencoba meng-
gali jawaban bagi banyak pihak atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut dari
Sudaryanto, Corporate Secretary PT
(Persero) Angkasa Pura II. Berikut ini
wawancaranya.
Siapa penggagas pembanguan Ter-
minal-3 menjadi seperti sekarang?
Angkasa Pura II. Kami punya ba-
nyak gagasan untuk pengembangan
Bandara Soekarno-Hatta. Selain kon-
sep terminal 3, kita juga menggagas
tentang kereta api bandara, pere-
majaan beberapa bandara di ling-
kungan AP II, dan lain-lain, yang
pelaksanaannya bertahap.
Terkait Terminal 3, mengapa ben-
tuk bangunannya berbeda dengan Ter-
minal 1 dan 2 yang lebih dulu ada?
Wah, banyak ceritanya. Tetapi per-
timbangannya banyak mengambil
pengalaman yang sudah kita lewati
selama ini. Kebutuhan-kebutuhan
yang berkembang, di samping juga
menengok bandara-bandara negara
lain sebagai perbandingan.
Apa yang hendak dicapai dengan
Terminal-3?
Kita ingin menghadirkan apa yang
kita sebut sebagai eco modern airport.
Dari segi tata ruang dan landscaping,
kita meneruskan konsep taman yang
sudah dilakukan Terminal-1 dan 2,
bahkan disempurnakan sebagai eco
airport. Yaitu airport yang memberikan
kontribusi untuk meminimalisasi
proses pemanasan global yang sedang
mencemaskan dunia. Nah, dari segi
desain kita ingin tampil modern,
dalam pengertian fungsi terpenuhi
bahkan lebih baik, namun praktis, dan
efisien..
Mengapa? Apakah Terminal-1 dan
2 kurang modern?
Sudah modern, tetapi ada peluang
untuk penyempurnaannya, khusunya
dari segi efisiensi dan trend yang saat
ini berkembang.
Misalnya?
Hal ini dilatarbelakangi oleh ke-
nyataan yang harus diantisipasi. Pada
tahun 1994, kalau tidak keliru, ada
policy pemerintah yang mendorong
agar tiket naik pesawat terbang bisa
murah dan terjangkau oleh masya-
rakat. Pada waktu itu AP II belum
punya prediksi, bahwa policy tersebut
menyebabkan kenaikan jumlah pe-
numpang pesawat secara drastis.
Kalau tahun-tahun sebelumnya hanya
rata-rata 16 juta per tahun, mka pada
tahun 2004 naik menjadi 30 juta per-
tahun. Tentu saja, kapasitas bandara
tidak mencukupi. Bahkan pada saat itu,
Bandara Soekarno Hatta adalah ban-
dara terpadat di dunia. Kita segera me-
lakukan study banding, dan meng-
hasilkan jawaban bahwa konsepnya
harus dirubah menjadi modern-airport.
Apa artinya?
Menggunakan desain modern dan
bahan bangunan modern, yang eko-
nomis, kuat dan ramah lingkungan.
Konsep ini kita ajukan ke Departemen
Perhubungan dan disetujui.
Apa kelebihannya ?
Di samping bahan bangunannya
lebih murah, pembangunannya juga
relatif lebih cepat, sehingga secara to-
tal, investasinya pun menjadi lebih murah.
Berapa total investasi Terminal-3?
Untuk lahan seluas 30 hektare,
hanya menghabiskan biaya investasi
lebih kurang Rp300 milyar. Banyak
pihak menilai angka tersebut tergolong
sangat murah.
Berapa lama terminal-3 dibangun?
Yang sudah jadi baru Pier-1, dan itu
dibangun selama lebih kurang se-
tahun. Nantinya ada 5 pier, sehingga
Terminal-3 akan menjadi 5 kali luasnya
dari yang anda bisa lihat sekarang.
Kapan itu akan selesai ?
Kurang lebih 5 tahun. Jadi, Insya-
Allah tahun 2014 Terminal-3 yang
terdiri atas lima pier itu akan dapat
dirampungkan.
Selain rendah nilai investasi, apa-
kah perbedaan lain dengan Terminal-
1 dan 2?
Ada, dalam hal pengoperasiannya.
Terminal-1 dan 2 yang diutamakan
adalah pelayanan pengguna bandara,
aspek bisnis belum diutamakan. Se-
dang di Terminal-3, kami sangat mem-
perhitungkan aspek-aspek bisnis.
Artinya, pelayanan menjadi lebih baik.
Namun sebagai pengelola, kita mem-
peroleh keuntungan bisnis. Penge-
lolaan bandara, kita harapkan mem-
berikan kontribusi lebih besar kepada
perusahaan dari waktu-waktu se-
belumnya.
Maksudnya?
AP II mempunyai 2 sumber pen-
dapatan: Aeronotika dan Nonaero-
notika. Pendapatan aeronotika, misal-
nya, jasa pelayanan kita kepada airline,
seperti jasa ATC untuk airline yang
melintas di atas wilayah kerja kita, jasa
pelayanan mereka di bandara, dan
semacam itu. Pendapatan non aero-
notika utamanya adalah pengelolaan
bandara itu sendiri. Mulai dari penge-
lolaan parkir, penyewaaan ruang-
ruang usaha, ruang promosi, dan
sejenisnya. Untuk Terminal-1 dan 2,
perbandingan pendapatan antara
aeronotika dan non aeronotika masih
80:20. Di bandara-bandara luar negri
yang penataannya sudah sangat baik,
perbandingannya adalah 50:50. Nah,
kita akan proyeksikan Terminal 3
mencapai angka itu. Dari Pier 1, kita
sudah hitung walau baru beberapa
waktu rationya membaik, menjadi 78:22.
Bagaimana prestasi bisnis itu di-
perbaiki ?
Dari konsep bangunannya sendiri
anda sudah lihat, kami sangat hemat
listrik. Tidak diperlukan penerangan di
siang hari, sebab sinar matahari dibuat
sedemikian rupa sehingga seluruh ter-
minal terang tanpa listrik. Makna dari
itu berarti harga pokok penjualan kita
bisa diturunkan. Kemudian hubungan
dengan para tenants, kita rubah dengan
konsep kemitraan. Masa depan airport
ini akan menjadi Metropolis Airport, di
mana yang datang tidak saja orang
yang mau bepergian atau yang baru
datang. Juga bukan hanya pengantar
dan penjemput. Tetapi dimungkinkan
pula orang bisa rekreasi keluarga di
hari libur atau berbelanja kebutuhan
harian ke airport. Jadi airport sendiri
harus menjadi tempat yang menarik,
dinginkan oleh siapapun untuk di-
kunjungi. Konsepnya konsep mall.
Mengapa? Bukankah bandara itu
adalah sifatnya monopoli? Orang
yang akan terbang atau pulang ter-
bang, suka atau tidak suka kan harus
lewat bandara? Artinya, kalaupun pe-
ngelola pasif, kan orang akan meng-
gunakan juga.
Begini. Kalau pengelolaan airport
bagus, demand masyarakat akan naik.
Kalau demand naik, airline pasti akan
memperhitungkan untuk menjadi-
kannya sebagai airport transit. Con-
tohnya begini. Kan airline asing bisa
memilih mau transit di Singapura,
Kuala Lumpur atau Jakarta. Agar
tiketnya laris, pasti dipilih rute yang
melewati airport yang baik untuk tran-
sit. Nah, ini kan tambahan pendapatan.
Sebab hidupnya pengelola bandara
juga ditentukan oleh jumlah pesawat
yang singgah. Ada pendapatan dari
penyewaan parkir, penyewaan gar-
barata, dan berbagai jasa lainnya.
Itulah mengapa, kami semua ingin
agar Terminal-3 segera rampung, sebab
nantinya konsep-konsep yang belum
diterapkan di Terminal-1 dan 2 akan
kita sesuaikan.
Ngomong-ngomong, siapa men-
danai investasi Terminal-3?
Dana untuk pembangunan terminal
3 ini murni dari sumber dana internal
PT Angakasa Pura II. Kita coba man-
diri. Alhamdulillah, mampu.
Kami dengar AP II adalah salah satu
BUMN yang selalu untung.
Yah, begitulah, apalagi jika konsep-
konsep bisnis kita nanti berjalan,
semua stake-holders akan senang.
WAWANCARAWAWANCARA
32 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 33
15 Fakta tentangTerminal 3
1. 2007—2009. Pembangunan Pier 1 Terminal 3 Bandara
Soekarno-Hatta dimulai pada 29 Oktober 2007 dan
dioperasikan pada 15 April 2009. Namun, Pier 1 diresmikan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 28 April
2009.
2. Rp300 Miliar. Bangunan Pier 1 berukuran 30 ribu m2,
berdiri di atas lahan seluas 24 hektare, dengan berkapasitas
4 juta penumpang per tahun. Pembangunan Pier I Terminal
3 menghabiskan dana sekitar Rp300 miliar. Nantinya, Ter-
minal 3 ini memiliki 5 pier dengan total kapasitas 20 juta
penumpang per tahun.
3. Meeting Point. Di Terminal 3, ada aeral meeting point
yang terletak di lantai 1 dan 2. Penumpang yang akan
berangkat atau turun dari pesawat, pengantar dan
penjemput, serta masyarakat umum, bisa dengan mudah
masuk ke meeting point.
4. “Pusat Perbelanjaan”. Selain meeting point, di daerah
yang sama juga terdapat comersial areal. Tempat ini
dilengkapi dengan minimarket, coffee shop, drug store, toko
souvenir, dan pusat jajanan. Bahkan, rencananya di kawasan
ini akan dilengkapi dengan amusement & kids center.
5. Harga Bersaing. Ingin berbelanja di Terminal 3? Jangan
khawatir kemahalan. Produk-produk yang dijual comersial
area, harganya bersaing atau bahkan sama dengan harga
produk serupa di toko dekat rumah anda.
6. Buka 24 Jam. Beberapa toko dan mini market di Ter-
minal 3, seperti Circle K, buka 24 jam dan melayani
masyarakat umum yang berbelanja.
7. Lepas Sepatu. Seorang turis asing tampak kesal ketika
petugas yang memeriksa di pintu boarding meminta dia
melepas sepatu dan ikat pinggangnya. Pemeriksaan
penumpang yang boarding di Terminal 3, mengharuskan
anda melepas seluruh atribut yang dicurigai menjadi
penyebab sirine di pintu boarding berbunyi, seperti sepatu,
ikat pinggang, dan bahkan jaket.
8. Petunjuk Raksasa. Benar-benar keterlaluan kalau anda
bingung—apalagi sampai tersesat—mencari tempat tujuan
di Terminal 3. Petujuk arah di terminal ini sangat besar dan
jelas.
9. Penerangan Matahari. Seluruh ruangan di Terminal 3
tampak benderang oleh sinar matahari. Karena itu, sejak
pagi sampai menjelang petang, sebagian besar lampu listrik
padam.
10. Listrik & Air Prabayar. Setiap penyewa ruangan di
Terminal listrik memiliki kartu prabayar listrik dan air.
Untuk memanfaatkan air dan listrik, mereka harus
membayar dulu. Seperti voucer handphone, begitu arus
listrik atau pasokan air menipis, penyewa harus mengisi
ulang kebutuhannya agar kebutuhan air dan listriknya tetap
terpenuhi.
11. Tiang AC. Di dalam ruangan Terminal 3 ada semacam
tiang untuk menempatkan mesin pendingin ruangan.
Penempatan tiang-tiang sedemikian rupa sehingga kian
mempercantik ruangan.
12. Dua Maskapai. Ada dua penerbangan yang melayani
penumpang di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
Mandara Airline dan AirAsia. Kini, kedua maskapai itu
setiap hari melayani sekitar 100 penerbangan domestik
maupun internasional.
13. Camera. Di Pier 1 Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
terdapat indoor camera 24 unit dan outdoor camera 9 unit.
14. Smoking Kils. Rokok menjadi salah satu sumber
polusi udara yang kini “banyak” musuhnya. Bahkan, di
Jakarta, merokok di tempat umum merupakan pelanggaran
hukum. Gedung perkantoran di Jakarta menyediakan
tempat khusus perokok yang disebutnya dengan: Ruangan
untuk Merokok atau Smoking Area. Sementara di Terminal
3, ruangan serupa disebut dengan: Smoking Kils.
15. Minum Gratis. Ingin minum saat menunggu di Ter-
minal 3? Pengelola bandara menyediakan air yang dapat
langsung diminum dari kran. Jangan khawatir. Air minum
gratis ini terjamin dan layak minum, dengan garansi dari
PDAM Kota Tanggerang.
BANDARA KITABANDARA KITA
34 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 35
SOSIALITASOSIALITA
Mereka MenilaiIndonesia dari Bandara
Beberapa waktu yang lalu seorang teman menghadiri sebuah kegiatan diSumatera Selatan. Sebenarnya ia telah beberapa kali mengunjungi kota “mpek-mpek” itu, namun pada kunjungan terakhirnya dirinya agak terkaget-kaget. Iamerasa Bandara Sultan Mahmud Badarrudin II yang baru, memang mengha-
dirkan kejutan-kejutan bagi dirinya. Bandaranya nampak berkelas, bersih, lebihramah, dan situasinya terasa lebih nyaman. Bahkan teman tersebut sempat
membandingkan bandara Sultan Mahmud Badarrudin II dengan Changi airport.
Sang teman pun pun
melangkah menuju akti
vitasnya di sebuah hotel, de
ngan persepsi yang baru ten-
tang kota Palembang. Ia merasa
Palembang akan lebih nyaman dan
aktivitasnya di kota ini juga pasti akan
lebih menggembirakan.
Tidak berlebihan jika ada pihak
yang menyatakan bahwa bandara
adalah “halaman depan” dari sebuah
rumah besar yang bernama Negara.
Orang yang datang berkunjung ke
suatu negeri memang tidak mungkin
melihat secara utuh sisi-sisi dan po-
tensi negeri yang dikunjunginya itu.
Namun kesan pertama yang mereka
rasakan tentang suatu negeri biasanya
akan berpengaruh penting terhadap
cara pandang mereka. Bandara adalah
sebuah kawasan yang mudah me-
munculkan kesan pertama!
Apa saja sih yang mungkin menjadi
aspek penilaian mereka? Agak sulit
menjawab pertanyaan ini, karena fokus
perhatian seseorang memang berbeda
antara satu dengan yang lainnya.
Namun demikian bukan berarti per-
soalan ini sama-sekali tidak dapat
diprediksi, ada kecenderungan umum
yang menjadi sifat dan takbiat ma-
nusia, siapapun dan dimana pun. Pada
umumnya mereka memiliki konsen
yang tinggi terkait hal-hal sebagai
berikut:
Yang paling penting di dunia ini
adalah dirinya-sendiri. Orang akan
cenderung berpikir bagaimana urusan-
nya dapat selesai dengan baik, tidak
suka hambatan dan tidak suka menga-
lami atau tertimpa masalah. Makanya,
orang cenderung menggerutu dan
marah jika ia beranggapan bahwa
layanan teknis bandara tidak memu-
dahkan urusannya.
Kedua, manusia cenderung berpikir
dan merespon apa pun yang tertang-
kap oleh inderanya. Seberapapun
hebat sesuatu itu, jika ia tidak dapat
tertangkap oleh mekanisme pengin-
deraan manusia, maka sesuatu itu
cenderung menjadi tidak penting,
minimal tidak akan menjadi per-
hatiannya.
Semua manusia cenderung suka
dilayani dan ingin diperlakukan secara
baik dan dihormati, mereka mudah
terkesan oleh tindakan seseorang,
entah itu perbuatan baik, maupun
perlakuan buru. Dalam situasi ini,
sebuah senyuman ramah dan penuh
pelayanan seringkali memiliki arti
yang sangat besar.
Dengan melihat kecenderungan
dasar ini, sesungguhnya persoalan citra
baik dan buruk sebuah bandara, nam-
paknya tidak terlalu terkait dengan
bentuk bangunan, gaya arsitektur atau
aspek-aspek yang bersifat makro lain-
nya. Orang cenderung akan menilai
dari persoalan yang mungkin dianggap
remeh-temeh, semisal toilet, troli, peta,
petunjuk teknis transportasi darat, dan
ketersedian berbagai sarana kebutuhan
yang bersifat pribadi lainnya.
Kecuali orang yang berminat ter-
hadap masalah seni dan arsitektur,
Para penumpang yang datang dan
melintasi bandara dengan kepentingan
mereka masing-masing, cenderung
tidak sempat atau bahkan tidak meng-
gubris seni arsitektur dan berbagai
ornamen yang ada di dinding-dinding
ruang tunggu bandara. Bukan berarti
hal ini tidak penting, bahkan sangat
penting, namun terkait citra positif,
hal-hal yang bersifat sepele lah yang
ternyata lebih sering menjadi bahan
pertimbangannya, karena fasilitas
yang nampak sepele semacam peta,
kebersihan toilet, petunjuk akses
tranportasi, dan keramahan petugas
bandara, merupakan hal-hal yang
bersinggungan secara langsung de-
ngan kepentingan para penumpang.
Oleh karenanya, guna mengukuh-
kan diri sebagai “halaman depan”
Negara, yang baik dan layak di kenang,
nampaknya aspek detail dan bersifat
remeh-temeh lah yang mesti kita
waspadai. Betul sekali pepatah lama
kita yang menyatakan, orang cen-
derung tersandung batu kecil dan
jatuh. Jarang sekali orang berjalan kaki
dan menabrak batu besar dan me-
ngalami cedera parah karena itu.
Seni, desain arsitektur, dan tek-
nologi bandara kita toh sudah relatif
standard, bahkan seni arsitektur ban-
dara Soekarno-Hatta pernah men-
dapatkan penghargaan internasional.
Artinya, pertaruhan citra Bangsa dan
Negara memang akan lebih banyak
ditentukan pada aspek layanan yang
bersifat detail. Dan kita cenderung abai
terhadap persoalan detail ini.
Misalnya, ada tiga jenis kotak sam-
pah yang terpajang rapi, karena para
petugas telah merapikannya setiap
pagi, kemudian beberapa pengguna
jasa bandara secara iseng menarik atau
menggeser salah-satu dari tiga kotak
sampah, sehingga posisi ke-tiganya
menjadi tidak rapi lagi. Petugas ban-
dara kita pada umumnya belum te-
rampil dan belum bisa bertindak secara
sigap, bahwa kotak sampah itu harus
segera dirapikan dan dikembalikan
pada posisi masing-masing. Yang lebih
parah lagi, petugas dari bidang ke-
listrikan atau tenik misalnya, ke-
betulan melintas di tempat itu dan ia
melihat posisi bak sampah tidak benar,
namun ia melenggang dan berlalu
sambil berpikir: “itu bukan tugas saya”.
Persoalan-persoalan seperti ini
nampaknya akan menjadi kendala
serius dalam upaya kita mencitrakan
diri sebagai “Halaman depan” Negara,
yang akan selalu dikenang secara baik
oleh para pelancong. Bisakah itu kita
perbaiki? Sudah barang tentu bisa!,
yang dibutuhkan adalah komitmen
semua pihak dan keteladanan dari
para pemimpin, karena barangkali
memang para karyawan kita kurang
mendapatkan contoh/keteladanan
tentang bagaimana praktik dari sikap
melayani secara baik dan memahami
konsep tanggungjawab kolektif. Semua
orang bisa memerintah, tetapi siapa
yang bisa dan mau menjadi teladan?
(MH).
36 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 37
Moment of TruthAda beberapa kesalahan berpikir dikalangan karyawan atau pekerja suatu
industri yang merasa dirinya bukanlah aktor utama di dalam proses meraihsukses di perusahaannya. Mereka mengira bahwa keberhasilan perusahaan
dalam menjual atau menarik konsumen sebanyak-banyaknya hanya tergantungkepada para petinggi perusahaan, kalangan marketing dan produk. Posisi
semacam Office Boy, Cleaning Service, security, dan lain-lain, seringkali merasabukan aktor langsung dari kesuksesan perusahaan.
SOSIALITASOSIALITA
Sehingga, banyak Cleaning Ser
vice atau Office Boy yang
semata-mata fokus kepada
pekerjaannya. Tidak peduli
dengan hal-hal lain yang tidak menjadi
tugas utamanya. Mereka melakukan
pekerjaannya pun sekedarnya, tanpa
kebanggaan bahkan cenderung ogah-
ogahan. Hanya ketika di pantau oleh
atasan saja, pekerjaan itu dilakukannya
dengan baik. Benarkah asumsi seperti
ini?
Dalam dunia bisnis, khususnya
pada bidang service, ada istilah “mo-
ment of truth”. Makna moment of truth
kurang lebih adalah interaksi atau
pertemuan bahkan kontak, antara
elemen perusahaan sebagai penyedia
layanan baik barang maupun jasa,
dengan para pelanggannya. Pada saat
interaksi, pertemuan, atau kontak
tersebut, para pelanggan (customer)
akan merasakan, mengalami dan ke-
mudian memberikan penilaian ter-
hadap kualitas pelayanan yang diberi-
kan oleh perusahaan tersebut, dan dari
sana mereka memiliki kesan tertentu
tentang perusahaan itu.
Handi Irawan, seorang konsultan
pemasaran kenamaan dalam sebuah
bukunya menyebutkan bahwa moment
of truth terbagi atas tiga kategori:
Pertama, Remote moment of Truth.
Pada situasi ini, customer me-
ngalami atau berinteraksi de-
ngan perusahaan atau pe-
nyedia layanan baik barang
atau pun jasa tanpa meli-
batkan faktor manusia dari
perusahaan tersebut. Kasus
dalam hal ini misalnya
adalah para peng-
guna ATM dari
suatu Bank. Pa-
ra pelanggan
hanya berinteraksi dengan mesin ATM, dan sedikit space
yang ada di sana.
Para pengguna ATM tersebut bisa memperoleh kesan
yang baik atau pun kesan yang buruk tentang Bank ber-
sangkutan. Jika ruangan sempit di ATM tersebut ternyata
wangi dan memancarkan kesejukan (ada AC-nya), ke-
mudian kondisi mesin terjaga baik dan transaksi pun lancar,
maka dapat dipastikan nasabah tersebut akan mengalami
kesan yang baik dalam interaksi tidak langsungnya dengan
pihak Bank.
Situsi sebaliknya akan terjadi, pelanggan akan me-
ngalami kekesalan dan kekecewaan, jika ruang ATM nya
kotor, pengap dan ketika dipakai untuk penarikan tunai
ternyata tidak bisa. Situasi ini akan berujung pada kurang-
nya rasa respect customer terhadap layanan bank yang ber-
sangkutan, sehingga jika pada aspek moment of truh yang
lainnya ia juga mengalami kekecewaan, dimungkinkan kon-
sumen akan kehilangan kepercayaan kepada Bank tersebut.
Kedua, Human moment of truth. Dalam interaksi ini, para
pelanggan akan berurusan atau berhubungan langsung
dengan unsur manu-
sia yang mewakili pe-
rusahaan tersebut. Ji-
ka anda sedang santai
bersama keluarga
dan ingin memanja-
kan lidah dengan me-
nu makanan yang
berbeda, anda akan
berkunjung ke sebu-
ah restouran atau sa-
ung tertentu yang
mungkin anda sudah
kenal menunya yang
spesial. Biasanya an-
da datang sendirian,
dan suasananya se-
jauh ini nyaman-nyaman saja.
Tetapi ketika anda datang bersama keluarga, dimana ada
anak-anak yang tingkahnya bermacam-macam, pelayan
rumah makan nampak sangat tidak sabaran dan tidak
ramah dalam melayani anak-anak . Saat itu, kesan baik anda
selama ini tentang tempat makan tersebut bisa mengalami
cidera, “menu boleh enak tapi kalau layanannya ngejengkelin,
tinggalin aja!”
Ketiga, Telephone moment of Truth. Interaksi antara
pelanggan dan perusahaan dewasa ini sesungguhnya lebih
sering terjadi pada area ini. Sebelum melangkah lebih jauh,
misalnya ingin menggunakan jasa travel, seorang customer
biasanya akan melakukan check ke perusahaan travel
dengan menggunakan telephone.
Jika handling telephone-nya buruk, lama tidak diangkat,
atau nadanya sibuk terus tetapi tidak ada nomor alternatif,
ini bisa mengesalkan konsumen. Sehingga ia akan memutar
nomor telephone perusahaan yang lain.
Atau bisa jadi seorang pelanggan lama harus marah-
marah, karena nada komunikasi dari pihak yang mewakili
perusahaan terdengar tidak ramah, ketus dan tidak sabaran.
Sehingga moment of truth justru tidak terbangun secara
positif dalam situasi ini.
Bisnis besar seperti layanan pengelolaan bandara,
sesungguhnya memiliki banyak titik dimana moment of
truth dapat terjadi. Jika kita ingin menunjukkan diri sebagai
bandara yang baik, sudah saatnya semua titik dimana mo-
ment of truth dapat terjadi harus diperhatikan secara
sungguh-sungguh.
Khusus di bandara, aspek yang justru paling sering
bersentuhan langsung dengan para pengguna bandara
adalah area yang diamanahkan kepada para cleaning ser-
vice. Tidak banyak penumpang yang memberikan kritik
tentang arsitektur atau pun tata-ruang lounge misalnya,
tetapi banyak penum-
pang yang mengeluh
tentang kondisi toilet
yang becek dan ber-
aroma tidak sedap.
Disinilah peran
penting sumber daya
manusia yang ber-
tugas sebagai clean-
ing service itu menda-
patkan tempatnya.
Pada pekerjaan mere-
ka yang mungkin
terasa sepele, ternyata
citra bandara dan pe-
rusahaan di pertaruh-
kan. Oleh karenanya,
jika anda adalah petugas cleaning service, maka banggalah
dengan tugas anda dan bersungguh-sungguhlah dalam
menjalankannya.
Sebaliknya, jika anda seorang petinggi perusahaan,
perhatikanlah para pegawai cleaning service anda. Per-
lakukan mereka secara baik, dan tumbuhkan selalu sikap
dan tanggungjawab profesional mereka. Jangan sungkan
untuk memberikan apresiasi yang tinggi, jika bawahan anda
itu berprestasi.
Sesungguhnya, ini semua adalah fakta, bahwa setiap
elemen dan petugas bandara memiliki konstribusi yang
sama penting antara satu dengan yang lain dalam mencip-
takan moment of truth yang menghasilkan image yang baik
bagi perusahaan. Selamat bertugas.(MH)
38 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 39
SEHAT DENGAN MENGKONSUMSI
NIGGELA SATIVA
STYLESTYLE
Kearifan lokal dan back to nature nampaknya kian menjadi pilihan. Berbagaianramuan tradisional semacam jamu yang dahulu di sempat di cap sebagai
tradsional dan tidak memenuhi standar kesehatan, saat ini justru mendapatkantempatnya kembali. Demam herbal yang mewabah diseantero dunia
nampaknya tidak patut kita sebut sebagai sebuah kelatahan, namun harus kitalihat sebagai sebuah fakta. Kemampuan herbal dalam menyembuhkan berbagai
penyakit bukanlah mitos, berbagai forum dan penelitian ilmiah punmembuktikan dan merekomendasikan penggunaannya.
Ada banyak ramuan atau
herbal yang saat ini
beredar di tengah
masyarakat. Beberapa di-
antaranya, memang khas Indonesia,
dimana bahan dan budidayanya men-
jadi herbal adalah temuan masyarakat
Indonesia asli. Namun ada beberapa
herbal yang bahannya bukan asli dari
tumbuhan Indonesia, semacam gin-
seng, ada juga herbal yang berkembang
di negara lain tetapi bahan dasarnya
atau jenis tanamannya ada pula di
negara kita. Termasuk di dalam ka-
tegori ini adalah Niggela Sativa.
Penggunaan Niggela Sativa sebagai
tanaman obat memang berkembang
dikawasan Timur-tengah dan kawasan
gurun lainnya semacam Etyopia. Di
Indonesia tanaman jenis ini sesung-
guhnya banyak didapati dan sering
dipakai oleh Ibu-ibu rumah-tangga
sebagai bagian dari bumbu dapur.
Nama Indonesia dari Niggela Sativa
adalah Jintan Hitam atau ada juga yang
menyebutkan sebagai Habatussauda.
Tetapi menurut para Herbalis, se-
perti yang diungkapkan oleh Aceng
Sufyan dan Ridwan Fadhil, pengelola
Al-Jamaahnet, Jintan Hitam yang
berkembang di Indonesia khasiat
obatnya kurang tinggi. Jenis tana-
mannya memang sama, namun kondisi
iklim Indonesia yang tropis nampak-
nya memiliki efek berbeda terhadap
kualitas Jintan Hitam sebagai obat.
Sehingga ciri fisik jintan hitam dari
Indonesia juga berbeda dengan yang
berasal dari Timur-tengah. Jintan
hitam kita cenderung terang mengarah
ke coklat, sementara jintan hitam dari
Timur-tengah lebih pekat. Rasanya
juga berbeda. Jintan hitam dari Timur-
tengah terasa lebih pedas dari pada
jintan hitam dari Indonesia. Jintan
Hitam, Neggela Sativa atau Balck seed
dalam bahasa Inggrisnya, didapati juga
di kawasan Mesir dan India. Namun
untuk kepentingan pengobatan, me-
nurut Aceng Sufyan, Niggela sativa
yang berasal dari Etyopia-lah yang pal-
ing baik kualitasnya.
Lalu apa sih sesungguhnya khasiat
Jintan hitam itu?
Meningkatkan imunitas tubuh
Jintan hitam atau niggela sativa
diantaranya ditengarai mampu me-
ningkatkan produksi sel-sel T di dalam
tubuh manusia. Sel T memiliki fungsi
di dalam peningkatan kekebalan atau
imunitas tubuh. Profesor G Reimuller,
Direktur Institut Immonologi dari Uni-
versitas Munich, juga menyatakan
bahwa ramuan niggela sativa dapat
digunakan sebagai bio-regulator, dan
ia menyatakan sangat baik untuk
meningkatkan kekebalan tubuh.
Menetralkan racun di dalam tubuh
Salah satu kandungan penting
lainnya dari niggela sativa adalah sa-
ponin. Saponin yang dihasilkan oleh
niggela sativa ini sangat membantu
dalam proses netralisasi dan pember-
sihan racun di dalam tubuh. Meng-
konsumsi niggela sativa dengan demi-
kian akan membantu tubuh dalam
menghilangkan berbagai racun yang
bersarang, akibat pola makanan dan
polusi.
Meningkatkan Konsentrasi dan
daya ingat
Jika anda atau ada diantara keluarga
anda yang sudah pelupa pada usia
yang relatif muda, ada baiknya anda
mencoba mengkonsumsi jintan hitam
ini. Kandungan asam linoleat dalam
jintan hitam yakni omega 6 dan Omega
3, merupakan nutrisi penting bagi bagi
sel otak. Dengan kandungan zat ini,
peredaran darah ke otak juga akan
semakin lancar.
Mengkonsumsi secara rutin niggela
sativa diyakini banyak pihak akan
meningkatkan daya konsentrasi otak.
Sehingga daya ingat menjadi baik dan
kecerdasan akan meningkat. Jintan
hitam bisa di konsumsi oleh anak-anak
dan kalangan usia lanjut.
Anti Bakteri
Kandungan lain dari niggela sativa
adalah minyak atsiri dan volatif. Apa
fungsi dari kedua zat ini? Minyak atsiri
sesungguhnya telah lama dipakai oleh
berbagai kalangan masyarakat untuk
mengobati penyakit diare. Sementara
itu minyak volatif adalah anti bakteri
yang sangat bagus.
Pada tahun 1992, sebuah jurnal
Farmasi Pakistan memuat hasil pene-
litian yang membuktikan minyak vola-
tile lebih ampuh dalam membunuh
strainbakteri V Colera dan E Coli
dibandingkan dengan antibiotik seper-
ti Ampicillin dan Tetracillin.
Prof. Hembing Wijayakusumah,
menambahkan fungsi-fungsi lain dari
jintan hitam sebagai obat yang antara
lain menurut beliau, dapat dipakai
sebagai mengobati sakit perut, di-
sentri, keracunan jamur, perut kem-
bung, obat batuk,radang lambung,
gonorrhoea, lepra, digigit ular, wasir,
cacar air, dan
lain-lain.
Keunggulan jintan hitam sebagai
obat adalah; tidak akan menimbulkan
efek samping bagi para penggunanya.
Jadi anda tidak perlu takut untuk
sekedar mencoba-coba terlebih dahulu,
sebelum anda secara rutin meng-
konsumsinya. Herbal dalam berbagai
kemasan, minyak dan kapsul saat ini
cukup mudah di dapati di berbagai
warung herbal di tanah air. Harganya
pun relatif murah. Selamat mencoba.
Jintan Hitam dapat digunakan untuk obat luar
maupun pengobatan dari dalam, bagaimana kita
memanfaatkan khasiatnya?
1. Haluskan biji-biji jintan hitam dengan menumbuknya.
Jintan hitam yang sudah menjadi serbuk dapat di-
gunakan sebagai obat luar, dengan menempelkannya
pada bagian yang sakit. Cara ini biasanya digunakan
pada kasus penyakit radang selapu lendiri.
2. Serbuk jintan hitam bisa juga untuk pengobatan
dengan cara meminumnya. Bisa dicampur dengan madu
atau ramuan lainnya. Khasiatnya antara lain, mem-
perlancar air seni, menghancurkan batu ginjal, dapat juga
memperlancar air susu Ibu (ASI)
3. Meminum minyaknya, sekarang banyak ditemukan
minyak jintan hitam. Diantara penyakit yang bisa diatasi
dengan meminum minyak jintan hitam adalah sesak
napas.
4. Bisa juga Biji atau serbuk jintan hitam direbus dengan
dicampur dengan ramuan lain, kemudian diminum.
Berbagai gangguan pencernaan, sembelit, radang
lambung, dan lain-lain cukup efektif dengan cara ini.
5. Jika anda malas melakukan itu semua, belilah kapsul
atau minyak jintan hitam. Disana akan ada petunjuk
penggunaan dan keterangan khasiatnya. Beberapa
herbalis seperti yang tergabung di dalam al-jamaahnet,
bahkan telah mebuat berbagai racikan obat siap konsumsi
yang mencampurkan antar jintan hitam dengan madu
dan tanaman obat lainnya.
40 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 41
BANDARA YANGMENSEJAHTERAKANSebuah industri, apa pun bentuk dan produknya, ketika ia didirikan atau ber-
ada di sebuah komunitas masyarakat, maka sesungguhnya ia adalah bagian darimasyarakat itu. Sehingga dalam hal ini harus ada hubungan simbiosa mua-
tualisme antara industri atau perusahaan, dengan warga masyarakat setempat.
Jika relasi yang saling mengun
tungkan ini bisa dijalin, maka
kedua belah pihak akan mem-
peroleh manfaat. Sebaliknya jika hu-
bungan harmonis itu gagal di jalin,
tidak mustahil akan berkembang sikap
saling curiga yang akan merugikan
kedua belah pihak.
Manajemen Angkasa Pura II sebagai
induk perusahaan yang bertang-
gungjawab atas pengelolaan bandara
Soekarno-Hatta menyadari betul, bah-
wa keberadaan Bandara Soekarno-
Hatta di kawasan Cengkareng akan
memunculkan sejumlah resiko dan
sekaligus keuntungan bagi masyarakat
sekitar. Sikap pro-aktif warga masya-
rakat pada batas-batas tertentu juga
dirasakan sangat bermanfaat dan
membantu kinerja manajemen AP II.
Jauh sebelum munculnya aturan
tentang Corporate Social Responsibility
(CSR) yang mengacu kepada UU No.
40 tahun 2007, hubungan PT. Angkasa
Pura II dengan masyarakat setempat
sesungguhnya telah terjalin secara
baik. Menurut Bapak Sudaryanto, cor-
porate secretary PT. Angkasa Pura II,
bahwa sebelum periode itu, hubungan
dan berbagai event sosial telah dilaku-
kan oleh PT. Angkasa Pura II. Dari
penyaluran bantuan sosial hingga
“wayangan” dimana karyawan dan
masyarakat menyatu serta saling ber-
sosialisasi.
Setelah Pemerintah menertibkan
dan wewajibkan kepada perusahaan
untuk menyisihkan sebahagian keun-
tungannya bagi pengembangan ma-
syarakat setempat, sesungguhnya PT.
Angkasa Pura II tinggal menyesuaikan
dan menertibkan aspek administrasi-
nya belaka, karena berbagai program
tersebut telah dilakukan. Sikap PT.
Angkasa Pura II yang cepat dalam
membina hubungan dengan masya-
rakat dan terlibat dalam community de-
velopment menurut Sudaryanto adalah
karena konsep yang dikembangkan
manajemen Angkasa Pura II yakni
tumbuh bersama masyarakat. “ Kami
ingin masyarakat dapat mengambil
manfaat yang banyak dari keberadaan
bandara, dan kami ingin masyarakat
bersikap proaktif dengan program-pro-
gram yang kami lakukan”.
Dengan mengacu kepada aturan
Menteri BUMN PER.05/MBU/2007
tanggal 27 April 2007, pelaksanaan
CSR di lingkungan PT. Angkasa Pura
II dikembangkan dalam dua aspek
yakni, program kemitraan dan pro-
gram bina lingkungan. Dengan kebija-
kan pengembangan kemitraan, di-
harapkan situasi sosial-ekonomi ma-
syarakat setempat dapat meningkat,
sehingga keberadaan perusahaan di
kawasan tersebut akan dirasakan
secara langsung manfaatnya oleh warga.
Sementara itu konsep bina ling-
kungan diharapkan mampu memi-
nimalisir atau menggantikan berbagai
pencemaran, kebisingan, limbah yang
dihasilkan oleh industri dan meles-
tarikan lingkungan alam. Upaya ini
dilakukan dengan melibatkan peran warga.
Program kemitraan yang saat ini
telah dilakukan oleh PT. Angkasa Pura
melalui program CSR, diantaranya
berupa pemberian pinjaman modal
usaha bagi masyarakat di kawasan
bandara. Untuk kawasan bandara
Soekarno-Hatta, program ini telah
menyentuh puluhan kelurahan di
kecamatan Cengkareng. Target atau
sasaran utama kegiatan ini adalah
mereka yang tergolong sebagai kelom-
pok usaha kecil dan koperasi. Kepada
mereka diberikan pinjaman modal,
dengan prosedur yang relatif mudah,
sehingga mereka akan mampu me-
menuhi berbagai persyaratan itu.
Selain pinjaman modal, warga
binaan juga mendapatkan berbagai
pelatihan. Karena jika hanya diberi
modal berupa uang, tanpa pembekalan
sikap mental, pengetahuan dan ke-
trampilan, maka uang tersebut akan
terpakai secara tidak produktif, sehing-
ga program pemberdayaan masyarakat
akan mengalami kekagagalan. Untuk
kepentingan pembinaan dan pela-
tihan, PT. Angkasa Pura II juga ber-
kerjasama dengan pihak lain, semacam
kampus dan lembaga-lembaga konsultan.
Program ini memang ditangani
secara serius dan khusus, tidak sekedar
mengeluarkan dana CSR. PT. Angkasa
Pura II dalam hal ini membentuk apa
yang disebut sebagai Small and Me-
dium Enterprise Community Develop-
ment (SME-CD). Disinilah semua
kinerja dan pengelolaan kemitraan
dengan masyarakat di kendalikan.
Dalam bidang bina lingkungan,
implementasi programnya memang
diarahkan pada penanaman pohon
dan pembuatan hutan raya di kawasan
bandara Soekarno-Hatta. Upaya ini
telah dimulai semenjak tahun 2007
yang lalu, dimana ketika itu PT. Ang-
kasa Pura II memprakarsai penanaman
13.000 pohon. Meski belum terlihat
sebagai hutan raya, tanaman itu saat
ini telah nampak tumbuh menghijau.
Dengan penanaman pohon dan
pembuatan hutan raya di sekitar ban-
dara, sesungguhnya ada dua hal men-
dasar yang ingin di capai. Pertama,
fungsi penghijauan. Diharapkan pe-
nanaman pohon ini akan menjadi
kesadaran banyak pihak untuk ber-
sama-sama menghijaukan kembali In-
donesia dan memberikan konstribusi
bagi upaya penanggulangan pemanasan.
Kedua, penanaman pohon dan
pembuatan hutan di kawasan bandara
sesungguhnya memiliki fungsi teknis,
yakni meredam kebisingan suara.
Bandara adalah kawasan penghasil
polusi udara dan suara, dengan pe-
nanaman pohon ini, diharapkan efek
kebisingan akan dapat di minimalisir.
Untuk memfasilitasi pola hubungan yang baik, antara
berbagai elemen masyarakat di sekitar kawasan Bandara
Soekarno-Hatta dengan pihak pengelola bandara yang
dalam hal ini adalah PT. Angkasa Pura II, telah lama
dibangun Gedung Community Center dikawasan
bandara, tepatnya pada tahun 2005 yang lalu. Posisinya
memang strategis, berada di sisi luar bandara dan
langsung berhadapan dengan jalan raya menuju kota
Tangerang.
Saat ini pengelolaan kegiatan di Gedung Community
Center di serahkan kepada masyarakat setempat. PT.
Angkasa Pura II hanya melakukan pengawasan dan
pembinaan. Beberapa kegiatan juga digagas langsung
oleh para pengurusnya sesuai dengan kebutuhan yang
dianggap strategis.
Community CenterBeberapa kegiatan yang pernah dilakukan di gedung
ini antara lain, kegiatan kursus komputer, kursus bahasa
inggris dan perpustakaan. PT. Angkasa Pura II dalam hal
ini hanya menyediakan sarana-sarana teknis dan
pendanaan. Selebihnya, terkait instruktur dan pe-
ngelolaan siswa yang ikut kursus di tangani langsung
oleh pengurus gedung.
Melihat posisinya yang strategis, mestinya keberadaan
gedung ini bisa lebih dioptimalkan lagi. Kegiatan seni-
budaya, dan dialog antar warga masyarakat mestinya
dapat pula menggunakan gedung ini, agar kebera-
daannya lebih optimal, karena kursus pada umumnya
berlangsung pada siang hari, malam harinya cenderung
sepi, padahal mestinya bisa diisi dengan kegiatan lain
yang produktif, menghibur dan bernuansa edukatif.
DINAMIKADINAMIKA
42 BANDARA EDISI V/2009 EDISI V/2009 BANDARA 43
Akar ke-IkhlasanDisebuah sisi jalan kita masih saksikan sebuah spanduk besar yang
diantaranya berisikan kalimat-kalimat Tuhan, Stiker dan photo yang menempelacak di dinding-dinding kota, di beberapa jembatan penyeberangan, tali-temali
masih bergelantungan karena direnggut putus tanpa dirapikan. Beberapafasilitas publik, semacam telephone umum nampak masih terbalut stiker
seorang Caleg dari sebuah partai. Ya... itu lah diantara yang tersisa dariperhelatan besar Pemilu Legislatif yang baru saja berlalu.
Apa lagi yang tersisa?
Sebuah kabar tentu saja,
ada Caleg yang harus
meneruskan hidupnya di
Rumah Sakit Jiwa, ada Caleg yang
marah dan menarik kembali ban-
tuannya kepada masyarakat. Jalan
yang baru saja diaspal harus dibongkar
paksa, bantuan alat musik untuk
karang taruna di tarik kembali dan
lain-lain, karena sang Caleg gagal
meraih kursi impian.
Sementara di titik-titik lain di dalam
kota ada pesta kemenangan yang
semarak di balut rapih dalam sebuah
prosesi syukuran, sehingga nampak
elegan dan religius. Menang memang
sebuh berkah yang harus di syukuri.
Anehnya pesta syukuran itu tidak
melibatkan rakyat, hanya tim sukses
dan para pendukung setia saja yang
nampak hadir, padahal untuk satu
kursi yang diraihnya ia membutuhkan
ribuan suara rakyat. Untuk apa dan
untuk siapakah syukuran itu dilakukan?
Ada banyak hal yang bisa kita
temukan jika mengais ulang timbunan
peristiwa-peristiwa disekitar hajatan
Pemilihan Umum yang baru saja ber-
lalu. Namun ada satu hal, sesuatu yang
kerap kita dengar keluar dari mulut
para Caleg, namun jejaknya justru
susah kita temukan setelah masa
pemilu usai. Bahkan dari media massa
kita dapati fakta yang sebaliknya, ia
memang mudah diucapkan, enak di-
dengar, namun susah dilaksanakan. Apa itu?
Ke-Ikhlasan, itu lah yang sering kita
dengar dan menjadi klaim para Caleg,
bahwa mereka adalah figur yang ikhlas
yang akan memperjuangkan aspirasi
masyarakat. Tapi faktanya jauh pang-
gang dari api. Mengapa harus stress
jika kita ikhlas?, Mengapa harus marah
dan menarik kembali bantuan jika kita
Ikhlas? Mengapa harus ada pesta jika
kita menang? Bukankah itu semua
indikator dari sifat berpamrih?
Sesuatu yang fasih kita lafazkan dan
sering kita ungkapkan memang sering-
kali tidak cukup berakar di hati. “Taq-
wa & Ikhlas” adalah kosa kata yang
sangat populer di dalam bahasa per-
gaulan masyarakat, tetapi juga seka-
ligus paling tidak berakar di hati.
Jika kita ingin menelisik sifat dan
hakekat dari makna ikhlas, mungkin
akan butuh waktu dan buku yang
banyak. Namun untuk kepentingan
jangka pendek, sesungguhnya kita bisa
melihat salah-satu indikator sederhana
dari sikap ikhlas. Apakah dihati kita
telah ada akar ke-ikhlasan atau kah
masih jauh dari sikap itu, indikator ini
nampaknya bisa kita pakai sebagai alat
deteksi dini.
Adapun indikator sederhana itu
adalah: “Jika anda melakukan sesuatu,
anda tidak bangga dengan pujian or-
ang, dan anda tidak sakit hati dengan
cacian orang.” Mengapa tidak bangga?
Karena alamat atau peruntukan dari
perbuatan kita sesungguhnya ha-
nyalah untuk Tuhan. Mengapa tidak
sakit hati dengan celaan, karena kita
tidak sedang berurusan dengan para
pencela. Dalam konsep Islam per-
buatan itu disebut sebagai lillah, hanya
untuk Allah semata.
Nah.. menyimak apa yang tersisa
dari pesta demokrasi yang baru saja u-
sai, nampaknya ikhlas itu masih jauh.
Kita masih lebih hirau dan bangga de-
ngan status kita sebagai Anggota De-
wan daripada fokus kepada peran kita se-
bagai Anggota Dewan. Kita masih ber-
pikir gaji,tunjangan dan fasilitas seba-
gai Anggota Dewan dalam memotivasi
diri untuk memperebutkan kursi itu,
dari pada berpikir tentang peran, visi
dan misi yang harus diperjuangkan.
Mimpi membangun negeri hanya
akan menjadi jargon dan alat dodolan
politik, jika tidak ada akar ke-ikhlasan
di hati. Haruskah ke-ihklasan tergusur
dari belantara politik kita?
RADAR
Pimpinan Redaksi danseluruh staf Majalah Bandara
mengucapkan:
Selamat & Sukseskepada
Manajemen dan Keluarga Besar PT (PERSERO)ANGKASA PURA II atas diresmikannya
Terminal-3 BandaraSoekarno-Hatta
olehPresiden Republik Indonesia
Bapak DR.H. Susilo Bambang Yudhoyonopada tanggal 28 April 2009
Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi niatdan amal kita semua
Amien