Post on 03-Mar-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG
(Caesalpinia sappan L.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI BAHAN
PENGIKAT POLIVINILPIROLIDON SECARA GRANULASI BASAH
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh :
FITRI RAHAYU
M3509030
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG
(Caesalpinia sappan L.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI BAHAN
PENGIKAT POLIVINILPIROLIDON SECARA GRANULASI BASAH
Oleh:
FITRI RAHAYU
M3509030
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji
pada tanggal 30 Juli 2012
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Surakarta, 30 Juli 2012
Pembimbing
Nestri Handayani, M.Si., Apt
NIP. 19701211 200501 2 001
Penguji I
Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt
NIP. 19780319 200501 1 003
Penguji II
Yeni Farida, S.Farm., Apt.
NIP. 19760909 200312 1 002
Mengesahkan
Dekan FMIPA UNS
Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D
NIP. 19610223 198601 1 001
Ketua Program D3 Farmasi
Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt
NIP. 19780319 200501 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul
“FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG
(Caesalpinia sappan L.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI BAHAN
PENGIKAT POLIVINILPIROLIDON SECARA GRANULASI BASAH” adalah
hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka
gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, Juli 2012
Fitri Rahayu
M3509030
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG
(Caesalpinia sappan L.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI BAHAN
PENGIKAT POLIVINILPIROLIDON SECARA GRANULASI BASAH
FITRI RAHAYU
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
INTISARI
Tablet kunyah merupakan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan
kepada orang yang sulit menelan obat utuh. Orang yang menderita hiperurisemia
mengalami peningkatan kadar asam urat diatas normal. Berdasarkan penelitian
terdahulu secang (Caesalpinia sappan L.) diketahui memiliki aktivitas sebagai
penurun asam urat pada dosis 40mg/kg bb melalui pengujian pada tikus putih.
Penelitian ini menggunakan PVP sebagai bahan pengikat tablet dengan 3
variasi konsentrasi yaitu 1%, 3% dan 5% yang dibuat dengan metode granulasi
basah. Setiap formula dilakukan uji sifat fisik granul dan tablet kunyah. Data yang
diperoleh dibandingkan dengan acuan standar dan dianalisa menggunakan
Kolmogorov-Smirnov. Data yang terdistribusi normal dianalisa menggunakan
Anova dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi PVP
berpengaruh terhadap kekerasan dan kerapuhan tablet kunyah. Berdasarkan hasil
yang diperoleh, Formula I (1%) dan Formula II (3%) memenuhi syarat kekerasan
namun tidak memenuhi syarat uji kerapuhan. Sedangkan Formula III memenuhi
syarat tablet kunyah dengan kekerasan 4,33 kg dan kerapuhan 2,99% sehingga
disimpulkan Formula III dengan konsentrasi PVP 5% menghasilkan tablet kunyah
dengan sifat fisik terbaik dan memenuhi syarat menurut pustaka.
Kata kunci: Caesalpinia sappan L., PVP, tablet kunyah, granulasi basah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
CHEWABLE TABLET FORMULATION OF SECANG WOOD
(Caesalpinia sappan L.) ETHANOL EXTRACT WITH THE VARIATIONS
OF POLIVINILPIROLIDON CONCENTRATION AS THE BINDER BY
WET GRANULATION
FITRI RAHAYU
Department of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science
Sebelas Maret University
ABSTRACT
Chewable tablet is a kind of medicine that can be given to the person who has
difficulty in swallowing the whole tablet. The hyperuricemia-diagnosed person
has the increasing level of uric acid concentration higher than the normal limit.
Based on previous research, secang wood (Caesalpinia sappan L.) is known to
reduce uric acid at a dose of 40mg/kg of weight tested in rats.
This study uses PVP as the tablet binder in the variations; 1%, 3%, and 5%
concentration made by wet granulation. Each formula has been tested physical
properties of granules and chewable tablets. The data collected was compared to
the reference and analyzed by using the Kolmogorov-Smirnov. The normally
distributed data was analyzed with Anova in 95% reliability standard.
The research show that the variations of concentration of PVP affect the
hardness and friability of chewable tablets. Based on the result, Formula I (1%)
and Formula II (3%) were eligible for the hardness test but they were not
approved by friability test. Formula III is eligible for chewable tablet with 4.33 kg
hardness and 2.99% friability. It can be concluded that Formula III with 5%
concentration of PVP produces the chewable tablet with the best physical
properties and meets the qualification of the reference.
Key words: Caesalpinia sappan L., PVP, chewable tablet, wet granulation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Percaya adalah awal dari segalanya dan pengalaman mengajarkan segalanya”
(Penulis)
“Ketika seorang hamba merasa putus asa dan tidak ada lagi jalan keluar dari
kesulitan yang dialaminya, maka saat itulah jalan keluar akan datang”
(QS. Yusuf 110)
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin
yang lemah, dan dalam setiap sesuatu pasti ada baiknya”
(HR. Muslim)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk:
Ibu dan Bapak tercinta, dan kakak-kakak
tersayang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Formulasi
Tablet Kunyah Ekstrak Etanol Kayu Secang dengan Variasi Konsentrasi Bahan
Pengikat Polivinilpirolidon secara Granulasi Basah” dengan lancar.
Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan tugas akhir ini
tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.,(Hons).,Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku Ketua Progam Studi D3 Farmasi FMIPA
UNS.
3. Nestri Handayani, M.Si., Apt. selaku pembimbing tugas akhir yang telah
memberikan banyak petunjuk, masukan serta dukungan selama pembuatan
tugas akhir dan selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
pengarahan selama menjadi mahasiswa D3 Farmasi.
4. Segenap dosen dan staff jurusan D3 Farmasi yang telah banyak memberikan
ilmu dan pelajaran berharga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Ibu dan bapak serta kakak-kakak yang selalu mendampingi serta tidak henti-
hentinya memberikan dukungan, semangat dan kasih sayang.
6. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan senyuman dan semangat di saat suka
maupun duka.
7. Teman-teman seperjuangan, semua mahasiswa Diploma 3 Farmasi 2009 yang
selalu siap memberikan dukungan dan bantuan.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis dalam penyusunan tugas akhir.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dalam rangka perbaikan
tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………...
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….
PERNYATAAN …………………………………………………………..
INTISARI …………... ……………………………………………………
ABSTRACT ………………………………….…………………………...
MOTTO ……….. ………………………………………………………...
PERSEMBAHAN …. ………………………..…………………………...
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
DAFTAR ISI …………………………………..………………………….
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah…………………………………...
B. Perumusan Masalah ………………………………………....
C. Tujuan Penelitian …………………………………………....
D. Manfaat Penelitian …………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………..
A. Tanaman Secang …………………………………………….
B. Tinjauan Ekstrak …………………………………………….
C. Tinjauan Tablet ……………………………………………...
D. Kerangka Pemikiran ………………………………………...
E. Hipotesis …………………………………………………….
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………......
A. Alat dan Bahan ……………………………………………...
i
ii
iii
iv
vii
vi
vii
viii
x
xii
xiii
xiv
xv
1
1
3
4
4
5
5
7
10
19
21
22
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Waktu dan Tempat ………………………………………….
C. Metode Penelitian dan Cara Kerja …………………………..
D. Analisa Data ……………………. ……………………….....
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….......
A. Hasil Determinasi ……………………………….…………..
B. Hasil Pengolahan Simplisia ……………………………..…..
C. Hasil Pembuatan Ekstrak ……………………………..…......
D. Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak ……………………..…...
E. Pembuatan Granul …………………………………………..
F. Hasil Sifat Fisik Granul ……………………………………..
G. Hasil Sifat Fisik Tablet ……………………………………...
H. Hasil Uji Tanggap Rasa …………………………………......
BAB V PENUTUP ……………….. ………………………….....……
A. Kesimpulan …………………………………………….…..
B. Saran ………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….
LAMPIRAN ………………………………………………………………
22
23
29
30
30
30
30
31
31
32
39
46
49
49
49
50
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet ..................................
Tabel II. Formula Tablet Kunyah Ekstrak Kayu Secang ..........................
Tabel III. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak ...................................
Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul ........................................
Tabel V. Hasil Uji LSD Waktu Alir Tanpa Pelicin .....................................
Tabel VI. Hasil Uji LSD Waktu Alir Dengan Pelicin .................................
Tabel VII. Hasil Uji LSD Pengetapan .........................................................
Tabel VIII. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet ........................................
Tabel IX. Hasil Perhitungan Rentang Keseragaman Bobot ........................
Tabel X. Hasil Uji LSD Kekerasan Tablet ..................................................
Tabel XI. Hasil Uji LSD Kerapuhan Tablet ................................................
16
25
31
32
34
34
38
39
40
43
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kayu secang (Caesalpinia sappan L.) ....................................
Gambar 2. Pengikatan Pada Pembentukan Granul ......................................
Gambar 3. Diagram Perbandingan Waktu Alir Granul Tanpa dan Dengan
Pelicin .....................................................................................
Gambar 4. Diagram Perbandingan Sudut Diam Granul Tanpa dan
Dengan Pelicin .......................................................................
Gambar 5. Diagram Indeks Pengetapan Granul ........................................
Gambar 6. Diagram CV Keseragaman Bobot ...........................................
Gambar 7. Diagram Hasil Kekerasan Tablet .............................................
Gambar 8. Diagram Hasil Kerapuan Tablet ..............................................
Gambar 9. Diagram Uji Rasa Formula I, II dan III ...................................
Gambar 10. Diagram Kekerasan Menurut Responden ..............................
Gambar 11. Diagram Uji Kesukaan ............................................................
5
12
33
36
37
41
42
44
46
47
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Diagram Alir Cara Kerja .........................................................
Lampiran 2. Perhitungan Randemen Ekstrak ..............................................
Lampiran 3. Perhitungan Penggunaan Bahan Pengikat ...............................
Lampiran 4. Foto Hasil Tablet Kunyah .......................................................
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul .....................................
Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet ......................................
Lampiran 7. Analisa Statistik Waktu Alir Granul Tanpa Pelicin ................
Lampiran 8. Analisa Statistik Waktu Alir Granul Dengan Pelicin ..............
Lampiran 9. Analisa Statistik Sudut Diam Granul Tanpa Pelicin .............
Lampiran 10. Analisa Statistik Sudut Diam Granul Dengan Pelicin ..........
Lampiran 11. Analisa Statistik Pengetapan Granul .....................................
Lampiran 12. Analisa Statistik Keseragaman Bobot Tablet ........................
Lampiran 13. Analisa Statistik Kekerasan Tablet .......................................
Lampiran 14. Analisa Statistik Kerapuhan Tablet........................................
52
53
54
55
56
57
59
61
63
65
67
69
71
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR SINGKATAN
SD = Sprague Dawley
PVP = Polivinilpirolidon
F I = Formula I
F II = Formula II
F III = Formula III
mg = miligram
Mg Stearat = Magnesium stearat
ml = mililiter
mm = milimeter
cm = centimeter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Hiperurisemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar
asam urat darah di atas normal yaitu >7 mg/dL pada laki-laki dan >6 mg/dL pada
perempuan. Hiperurisemia dapat terjadi akibat dari peningkatan metabolisme
asam urat (overproduction), penurunan ekskresi asam urat urin (underexcretion),
atau gabungan keduanya (Hidayat, 2009).
Pengobatan hiperurisemia dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti
dengan pengaturan pola makan dan pemberian obat-obat sintetis yang banyak
tersedia di pasaran. Namun obat sintetis tersebut dapat menimbulkan berbagai
macam efek samping seperti mual, muntah, ruam kulit, reaksi hipersensitif, dan
lain-lain. Perkembangan yang terjadi saat ini, masyarakat mulai tertarik
menggunakan pengobatan alami yang berasal dari tanaman obat karena dinilai
tidak menimbulkan efek samping (Misnadiarly, 2007).
Tumbuhan obat asli Indonesia mempunyai kandungan senyawa flavonoida
yang tinggi, aman digunakan serta mudah diperoleh untuk pencegahan
pembentukan asam urat dalam tubuh. Senyawa flavonoid yang bersifat
antioksidan dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase dan reaksi
superoksida, sehingga pembentukan asam urat terhambat atau berkurang (Kosman
dan Herman, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Triyono (2005),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tanaman secang memiliki aktivitas sebagai penurun asam urat dengan dosis
40mg/kg bb yang diujikan pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley (SD).
Kayu secang adalah potongan-potongan atau serutan-serutan kayu Caesalpinia
sappan L. (Anonim, 1977). Hasil isolasi yang dilakukan terhadap ekstrak kayu
secang menunjukkan bahwa komponen utama yang terkandung di dalamnya
adalah brazilin, dimana brazilin termasuk ke dalam golongan flavonoid sebagai
isoflavonoid (Holinesti, 2009).
Sebagian orang mengalami kesulitan dalam menelan tablet dan kapsul karena
alasan fisiologi dan psikologi, dan sering masalah ini berlanjut sampai usia
dewasa (Agoes, 2008). Tablet kunyah dimaksudkan untuk di kunyah di mulut
sebelum ditelan, bertujuan untuk memberikan suatu bentuk pengobatan yang
dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orang tua yang mungkin
sukar menelan obat utuh (Banker and Anderson, 1986).
Dalam pembuatan tablet dibutuhkan berbagai macam bahan tambahan. Salah
satu bahan tambahan yang penting dalam pembuatan tablet adalah bahan pengikat.
Bahan pengikat berfungsi untuk memberikan kekompakkan dan daya tahan tablet,
sehingga menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebutir granul.
Salah satu bahan pengikat yang sering digunakan adalah polivinilpirolidon.
Polivinilpirolidon (PVP/ Povidon) diperoleh melalui polimerisasi dari N-
vinilpirolidon. Massa molekul rata-ratanya tergantung tingkat polimerisasinya
berjumlah 20.000 sampai 700.000 (Voight, 1994). Bobot molekul tinggi
menunjukkan sifat pengikat yang lebih baik pada konsentrasi rendah. PVP larut
dalam air dan alkohol dan untuk penggranulasi biasa digunakan dalam bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
larutan, atau dapat pula dicampur kering dengan bahan aktif, baru kemudian
digranulasi basah dengan air atau alkohol (Agoes, 2008). Sebagai bahan pengikat
dalam pembuatan tablet, PVP biasa digunakan dalam konsentrasi 0,5 – 5% (Rowe
dkk, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Wuridha (2007) menunjukkan bahwa
tablet ekstrak rimpang temu putih menggunakan bahan pengikat PVP dengan
konsentrasi 2 – 5 % menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan standar
tablet yang berlaku. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Purwani (2006)
menunjukkan PVP dengan konsentrasi 0,5 – 2 % sudah mampu untuk
menghasilkan tablet ekstrak daun dewa yang memenuhi persyaratan keseragaman
bobot, kekerasan, dan waktu hancur tablet
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian tentang variasi
konsentrasi polivinilpirolidon sebagai bahan pengikat dalam formulasi tablet
kunyah untuk meningkatkan sifat fisis dari tablet ekstrak etanol kayu secang
yang dibuat secara granulasi basah yang berguna bagi perkembangan obat herbal.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan
yaitu:
1. Apakah ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia sappan L.) dapat dibuat
tablet kunyah yang memenuhi persyaratan?
2. Bagaimana sifat fisis tablet kunyah yang dibuat dari ekstrak etanol kayu
secang (Caesalpinia sappan L.) dengan bahan pengikat polivinilpirolidon?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Pada konsentrasi berapakah polivinilpirolidon sebagai bahan pengikat yang
dapat menghasilkan formula tablet kunyah terbaik ditinjau dari sifat fisisnya?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mendapatkan formulasi tablet kunyah ekstrak etanol kayu secang
(Caesalpinia sappan L.) yang memenuhi persyaratan.
2. Mengetahui sifat fisis tablet kunyah yang dibuat dari ekstrak etanol kayu
secang (Caesalpinia sappan L.) dengan bahan pengikat polivinilpirolidon.
3. Mengetahui konsentrasi polivinilpirolidon sebagai bahan pengikat yang dapat
menghasilkan formula tablet kunyah terbaik.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Diperoleh formulasi tablet kunyah ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia
sappan L.) yang menghasilkan sifat fisis terbaik sebagai obat asam urat
sehingga mempermudah penderita yang sulit menelan tablet.
2. Memperluas penggunaan kayu secang (Caesalpinia sappan L.) sebagai
alternatif dalam pengobatan asam urat tanpa menimbulkan efek samping atau
dengan efek samping relatif kecil bila dibandingkan dengan obat sintetis.
3. Meningkatkan kepatuhan penderita asam urat dalam mengkonsumsi obat
karena dikemas dalam bentuk tablet kunyah dengan rasa yang tidak pahit dan
penggunaannya yang praktis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Secang
Gambar 1. Kayu secang (Caesalpinia sappan L.)
1. Klasifikasi tanaman secang (Caesalpinia sappan L.)
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledone
Ordo : Rosales
Famili : Leguminoceae
Genus : Caesalpinia
Spesies : Caesalpinia sappan Linn
2. Deskripsi tanaman
Semak atau pohon kecil, tinggi sampai 10 m. Ranting-ranting berlentisel dan
berduri, bentuk duri bengkok, tersebar. Daun majemuk, panjang 25 cm sampai
40 cm, bersirip, panjang sirip 9 cm sampai 15 cm; setiap sirip mempunyai 10
sampai 20 pasang anak daun yang berhadapan. Anak daun tidak bertangkai,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bentuk lonjong, pangkal hampir romping, ujung bundar serta sisinya agak
sejajar, panjang anak daun 10 mm sampai 25 mm, lebar 3 mm sampai 11 mm.
Perbungaan berupa malai, terdapat di ujung, panjang malai 10 cm sampai 40
cm, panjang gagang bunga 15 cm sampai 20 cm; pinggir kelopak berambut,
panjang daun kelopak yang terbawah lebih kurang 10 mm, lebar lebih kurang 4
mm, empat daun kelopak lainnya panjang lebih kurang 7 mm, lebar lebih
kuranng 4 mm; tajuk memencar berwarna kuning, helaian bendera membundar
bergaris tengah 4 mm sampai 6 mm, empat helai daun tajuk lainnya juga
membundar dan bergaris tengah lebih kurang 10 mm; panjang benangsari lebih
kurang 15 mm. Panjang putik lebih kurang 18 mm. Polong berwarna hitam,
panjang 8 cm sampai 10 cm, lebar 3 cm sampai 4 cm, berisi 3 sampai 4 biji,
panjang biji 15 mm sampai 18 mm, lebar 8 mm sampai 11 mm, tebal 5 mm
sampai 7mm (Anonim, 1977).
3. Kandungan kimia
Minyak atsiri, benzopiran sapanin, brazilin, kaesalpin J, kaesalpin P,
sapanon A, sapanon B, protosapanin A, protosapanin B, 1´,4´-
dihidrospiro[benzopiran-3(2H),3´- [3H-2]benzopiran]-1´,6,6´7´-tetrol dan 3-
[(3,4-dihidroksifenil)metal]- 3,4-dihidro-4-metoksi-2H-1-benzopiran-3,7-diol
(Anonim, 2004). Selain itu kayu secang juga mengandung tannin dan asam galat
(Anonim, 1977)
4. Manfaat
Hasil isolasi yang dilakukan terhadap ekstrak kayu secang menunjukkan
bahwa komponen utama yang terkandung di dalamnya adalah brazilin. Brazilin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(C16H14O5) termasuk ke dalam golongan flavonoid sebagai isoflavonoid.
Merupakan kristal berwarna kuning, akan tetapi jika teroksidasi akan
menghasilkan senyawa brazilein yang berwarna merah kecoklatan dan dapat
larut dalam air. Brazilin akan cepat membentuk warna merah jika terkena sinar
matahari. Terjadinya warna merah ini disebabkan oleh terbentuknya brazilein
(C16H1205). Pigmen brazilein dapat berfungsi sebagai analgesik, antiinflamasi,
antioksidan, antidiabetes, antimikroba, antiaterogenik, pengatur haid, obat diare
dan disentri (Holinesti, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Triyono (2005), ekstrak etanol kayu
secang memiliki aktivitas sebagai penurun asam urat dengan dosis 40mg/kg bb
dengan pengujian pada tikus putih jantan galur SD.
B. Tinjauan Tentang Ekstrak
1. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Anonim, 1995).
Menurut sifatnya, ekstrak dikelompokan menjadi:
a. Ekstrak encer (extractum tenue). Sediaan ini memiliki konsistensi seperti
madu dan dapat dituang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Ekstrak kental (extractum spissum). Sediaan ini liat dalam keadaan dingin
dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%.
c. Ekstrak kering (extractum siccum). Memiliki konsistensi kering dan mudah
digosokkan. Kandungan lembab tidak lebih dari 5%
d. Ekstrak cair (extractum fluidum). Diartikan sebagai suatu ekstrak cair, yang
dibuat sedemikian sehingga 1 bagian jamu sesuai dengan 2 bagian (kadang-
kadang juga 1 bagian) ekstrak cair (Voight, 1994).
2. Metode ekstraksi
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan
mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan
kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati
sempurna dari obat (Ansel, 1989).
a. Maserasi
Maseration yang berasal dari bahasa Latin macerare yang artinya
merendam, merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus
memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan
susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut. Obat yang akan
diekstraksi biasanya ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar,
bersama pelarut yang telah ditetapkan lalu bejana ditutup rapat isinya dikocok
berulang-ulang kemudian disaring (Ansel, 1989).
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses dimana obat yang sudah halus diekstraksi dalam
pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melalui obat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
suatu kolom. Obat dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus disebut perkolator.
Dalam proses perkolasi, mengalirnya menstruum melalui kolom obat umumnya
dari atas ke bawah menuju celah untuk keluar ditarik oleh gaya berat seberat
cairan dalam kolom (Ansel, 1989). Sebelum pengisian perkolator terlebih
dahulu serbuk dilembabkan dengan menstruum dan dibiarkan mengembang,
untuk memudahkan masuknya bahan ekstraksi ke dalam kumpulan sel selama
perkolasi (Voight, 1994).
c. Sokletasi
Bahan yang akan diekstraksi berada dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas,
karton, dan sebagainya) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja
kontinyu. Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan diantara labu
suling dan suatu pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan melalui pipa
pipet. Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang menguap dan mencapai ke dalam
pendingin aliran balik melalui pipa pipet, pelarut berkondensasi di dalamnya,
menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan membawa keluar bahan yang
diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas. Setelah mencapai tinggi
maksimal secara otomatis ditarik ke dalam labu, dengan demikian zat yang
terekstraksi tertimbun melalui penguapan kontinyu dari bahan pelarut murni.
Selanjutnya bahan obat dipanaskan dalam bagian tengah dari alat, yang
langsung berhubungan dengan labu, darinya bahan pelarut diuapkan (Voight,
1994).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Tinjauan Tablet
1. Pengertian Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet
dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya
hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung cara pemakaian tablet dan
metode pembuatannya (Ansel, 1989). Tablet dapat mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat
pembasah, atau zat lain yang cocok (Anonim, 1979).
2. Bahan Tambahan Tablet
Bahan tambahan dalam pembuatan tablet antara lain:
a. Bahan pengisi (diluent)
Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa.
Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan ditentukan oleh
bahan pengisi yang besar jumlahnya. Bahan pengisi tablet yang umum adalah
laktosa, pati, kalsium fosfat dibasa, dan selulosa mikrokristal (Anonim, 1995).
b. Bahan pelicin (lubricant)
Lubrikan mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga
berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Senyawa asam
stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talk
digunakan sebagai lubrikan (Anonim, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Bahan pengikat (binder)
Bahan pengikat membantu pelekatan partikel dalam formulasi,
memungkinkan granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya
(Ansel, 1989). Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk
sewaktu granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang
telah ada pada bahan pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk
kering, tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam larutan. Bahan pengikat yang
umum meliputi gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa,
karboksimetilselulosa, dan pasta pati terhidrolisis (Anonim, 1995).
Mekanisme pengikatan yang terjadi pada partikel-partikel pembentuk granul
adalah:
1). Timbulnya gaya antar permukaan atau gaya kapiler selama pemisahan.
Terdapat empat keadaan dalam pembentukan granul, yaitu :
a.Pendular
Pada keadaan ini, ruangan antar partikel diisi sebagian oleh zat pengikat dan
membentuk jembatan cair antara partikel.
b.Funikular
Pada keadaan ini, terjadi kenaikan tegangan permukaan kurang lebih tiga
kali tahap pendular.
c.Kapiler
Pada keadaan ini semua ruangan antar partikel diisi oleh zat pengikat.
Karena adanya gaya kapiler pada permukaan konkaf antara cairan-cairan di
permukaan granul, maka akan terjadi pembentukan granul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Droplet
Pada tahap ini terjadi penutupan partikel oleh tetesan cairan. Kekuatan
ikatan dipengaruhi oleh gaya permukaan cairan yang digunakan.
Gambar 2. Pengikatan pada pembentukan granul
2). Pembentukan Jembatan Padat
Selama pengeringan terbentuk jembatan padat antara partikel-partikel.
Jembatan padat terjadi karena salah satu dari dua mekanisme yaitu jembatan
padat merupakan zat pengikat yang mengeras atau terdiri dari hablur yang
terlarut dalam larutan pengikat.
3). Adanya Gaya Adhesi dan Kohesi Antar Partikel (Newitt and Conway, 1958).
3. Metode Pembuatan Tablet
Terdapat 3 metode pembuatan tablet, yaitu metode granulasi basah, metode
granulasi kering dan kempa langsung (Ansel, 1989).
a. Granulasi basah
Granulasi basah atau aglomerasi serbuk dilakukan dengan cara
pengadukan/aglitasi serbuk atau campuran serbuk dengan keberadaan cairan
yang biasanya berupa larutan pengikat yang sudah dicampurkan dengan serbuk
kering. Pembentukan granul berlangsung karena efek ikatan mobil-liquid yang
terbentuk antara partikel primer. Prosesnya meliputi tahap-tahap berikut:
1) Deaglomerasi bahan awal dengan penggilingan atau pengayakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Pencampuran kering bahan awal
3) Penambahan cairan dan pembentukan masa basah/lembab
4) Pengayakan masa basah untuk menghilangkan bongkahan besar
5) Pengeringan
6) Penggilingan/pengayakan granulasi kering untuk mencapai ukuran granul
yang sesuai (Agoes, 2008).
b. Granulasi kering
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh kelembaban atau
penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara
memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu
memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih
kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan
metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk
mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989).
c. Kempa langsung
Beberapa granul memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat
kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet
tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Ansel, 1989).
4. Tablet Kunyah
Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk hancur perlahan-
lahan dalam mulut dengan kecepatan yang wajar dengan atau tanpa mengunyah
dengan sesungguhnya. Karakteristik tablet kunyah memiliki bentuk yang halus
setelah hancur, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau tidak enak (Ansel, 1989). Tablet kunyah dikatakan sebagai tablet spesial,
yang digigit hingga hancur dan ditelan. Memiliki rasa aromatis yang
menyenangkan, mengandung tanpa bahan penghancur (Voight, 1994).
Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu bentuk
pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orang
tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh (Banker and Anderson, 1986).
Tablet kunyah pada umumnya menggunakan manitol, sorbitol, atau sukrosa
sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi (Anonim, 1995).
Keuntungan tablet kunyah antara lain:
a. Ketersediaan hayati yang lebih baik karena tidak melewati waktu hancur.
b. Lebih menyenangkan pasien karena tidak memerlukan air untuk menelan.
c. Kemungkinan dapat mengganti sediaan cair dimana dibutuhkan kerja
permulaan yang cepat.
d. Meningkatkan penerimaan pasien karena rasa yang menyenangkan.
e. Tampilan produk yang berbeda dari aspek pemasaran (Agoes, 2008).
Tablet kunyah tidak hanya bergantung pada sifat-sifatnya, tetapi juga pada
kemampuan kunyah dan raba mulut sediaan. Kemampuan kunyah dan raba
mulut merupakan keadaan sediaan yang mudah dikunyah tanpa tenaga dan tanpa
ada rasa lengket, rasa kapur atau berpasir yang tidak diinginkan dalam mulut.
Sifat-sifat ini diberikan dengan penggunaan eksipien yang memiliki
karakteristik yang baik, misalnya manitol, campuran manitol dengan sorbitol,
fruktosa, dan sukrosa (Swarbrick and Boylon, 1990).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Pemeriksaan Sifat Fisik Granul
a. Waktu alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan serbuk atau granul untuk mengalir
melalui corong. Sifat aliran dipengaruhi oleh bentuk partikel serta ukuran
partikel melalui gaya kohesi diantara partikel. Sifat aliran ini dapat diperbaiki
melalui bahan pelicin yang menurunkan gesekan antar partikel (Banker dan
Anderson, 1986). Kecepatan alir granul yang baik adalah tidak kurang dari 10
gram perdetik untuk 100 gram granul (Parrot, 1971).
b. Sudut diam
Sudut diam adalah sudut maksimum yang dibentuk permukaan serbuk
dengan permukaan horizontal pada waktu berputar. Bila sudut diam lebih kecil
atau sama dengan 30° biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir
bebas. Bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya
mengalirnya kurang baik (Banker and Anderson,1986).
c. Pengetapan
Pengetapan menunjukkan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk
akibat hentakan (tapped) dan getaran (vibrating). Makin kecil indeks
pengetapan maka semakin kecil sifat alirnya. Granul dengan indek pengetapan
kurang dari 20% menunjukkan sifat alir yang baik (Fassihi dan Kanfer, 1986).
6. Pemeriksaan Kualitas Tablet
a. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot ditetapkan dengan ditimbang 20 tablet satu per satu,
dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam
kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata lebih dari harga kolom B (Anonim, 1979).
Tabel I. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet
Bobot Rata-rata Penyimpangan Bobot Rata-rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg - 150 mg 10% 20%
151 mg - 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
(Anonim, 1979)
b. Kekerasan
Kekerasan adalah batasan yang dipakai untuk manggambarkan ketahanan
tablet melawan tekanan-tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan, dan
terjadinya keretakan tablet selama pengemasan, pengangkutan, dan
pendistribusiannya kepada konsumen. Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg,
tablet kunyah mempunyai nilai kekerasan kira-kira 3 kg (Parrott, 1971).
c. Kerapuhan
Kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan dari
tablet akibat adanya beban penguji mekanik (Voigt, 1994). Sifat tablet yang
berhubungan dengan kerapuhan diukur dengan menggunakan friability tester.
Nilai kerapuhan >1% dianggap kurang baik (Banker and Anderson, 1986).
Untuk tablet kunyah, kerapuhan yang berkisar antara 3-4% dapat diterima
(Agoes, 2008).
d. Uji Rasa
Uji rasa dilakukan dengan teknik sampling accidental sampling, dengan
populasi heterogen sejumlah 20 responden. Setiap responden mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kesempatan yang sama untuk merasakan sampel dari sejumlah formulasi tablet
kunyah tersebut (Nugroho, 1995).
7. Pemerian Bahan
a. Manitol
Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5%
C6H14O6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian serbuk hablur
atau granul mengalir bebas; putih; tidak berbau; rasa manis. Kelarutan mudah
larut dalam air; larut dalam larutan basa; sukar larut dalam piridina; sangat sukar
larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam eter (Anonim, 1995). Poliol
kristalin berwarna putih dengan rasa manis lebih kurang 50% dari kemanisan
gula. Mudah larut dalam air, apabila dimasukkan atau dilarutkan dalam mulut
menimbulkan rasa dingin karena bersifat endotermik. Karakteristik ini
digabungkan dengan konsistensi yang sangat licin, menyebabkan manitol
menjadi eksipien pilihan untuk formulasi tablet kunyah. Kadar air manitol
rendah, nonhigroskopis, relatif inert (Agoes, 2008).
b. Talk (Talcum)
Merupakan magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung
sedikit aluminium silikat. Pemerian serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah
melekat pada kulit, bebas butiran, warna putih atau putih kelabu. Kelarutan tidak
larut dalam hampir semua pelarut. Khasiat dan penggunaan sebagai zat
tambahan (Anonim, 1979).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Magnesium Stearat
Magnesium stearat mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari
8,5% MgO, dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Pemerian serbuk halus;
putih; licin dan mudah melekat pada kulit; bau lemah khas. Kelarutan praktis
tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam eter P. Khasiat dan
penggunaan antasidum, zat tambahan (Anonim, 1979).
d. Polivinilpirolidon (Povidon)
Povidon adalah hasil polimerasi 1-vinilpirolid-2-on. Dalam berbagai bentuk
polimer dengan rumus molekul (C6H9NO)n, bobot molekul berkisar antara
10.000 hingga 700.000. Pemerian serbuk putih atau putih kekuningan; berbau
lemah atau tidak berbau, higroskopik. Kelarutan mudah larut dalam air, dalam
etanol (95%) P dan dalam kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul
rata-rata; praktis tidak larut dalam eter P. Khasiat dan penggunaan zat tambahan
(Anonim, 1979).
e. Aerosil
Silisium dioksida terdispersi tinggi (Aerosil®
) memiliki permukaan spesifik
yang tinggi dan terbukti sebagai bahan pengatur aliran sebagai keuntungan
utamanya. Aerosil mengurangi lengketnya partikel satu sama lain dan dengan
demikian gesekan antarpartikel sangat kurang. Aerosil mengikat lembab melalui
gugus silanol (dapat menarik air 40% dari massanya) dan meskipun demikian
sebagai serbuk masih mempertahankan daya alirnya (Voight, 1994).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Aspartam
Aspartam berfungsi sebagai bahan pemanis dalam pembuatan tablet.
Aspartam berupa tepung kristalin berwarna putih, tidak berbau, sedikit larut
dalam air. Aspartam memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 180-200 kali
tingkat kemanisan sukrosa. Pemakaian aspartam yang diperbolehkan menurut
WHO adalah sebesar 40mg/kgBB setiap harinya (Rowe, 2009).
g. Laktosa
Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis. Larut dalam 6 bagian
air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis
tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Khasiat zat tambahan (Anonim,
1979).
D. Kerangka Pemikiran
Hiperurisemia atau yang biasa dikenal dengan penyakit asam urat, merupakan
suatu penyakit inflamasi yang menyerang persendian. Hal tersebut disebabkan
karena tingginya kadar asam urat dalam darah. Hiperurisemia dapat terjadi karena
over produksi asam urat, penurunan ekskresi asam urat, atau gabungan keduanya.
Sebagian besar obat asam urat yang tersedia saat ini merupakan obat sintetis.
Meskipun sudah terbukti dan digunakan secara luas dalam pengobatan asam urat,
tentunya hal tersebut didampingi dengan efek samping yang dapat mengganggu
penderita asam urat, mengingat obat tersebut berasal dari bahan kimia. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan suatu sediaan obat asam urat yang terbuat dari
tanaman obat yang memiliki efek samping relatif kecil atau bahkan tanpa disertai
dengan efek samping. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kayu secang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terbukti dapat menurunkan asam urat dengan dosis 40mg/kg bb melalui pengujian
pada tikus putih jantan. Hal tersebut dapat dijadikan peluang untuk membuat
sediaan obat asam urat dengan menggunakan tanaman obat.
Dalam memformulasikan suatu sediaan, perlu mempertimbangkan berbagai
hal. Tablet kunyah dipilih dikarenakan pada sebagian orang mengalami kesulitan
dalam menelan tablet. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada kepatuhan pasien
dalam minum obat serta tingkat kesembuhan pasien. Dengan adanya sediaan
dalam bentuk tablet kunyah, diharapkan hal tersebut dapat menjadi salah satu
alternatif bagi penderita asam urat, dikarenakan cara konsumsi yang mudah dan
dengan rasa yang enak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan dan mempercepat
kesembuhan penderita.
Bahan pengikat merupakan salah satu bahan tambahan yang penting dalam
pembuatan tablet dimana bahan pengikat berfungsi untuk memberikan daya rekat
antara partikel serbuk sehingga dapat dibentuk menjadi granul. Penggunaan bahan
pengikat dengan variasi konsentrasi yang berbeda akan menghasilkan tablet
dengan sifat fisik yang berbeda pula. Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat
yang digunakan menyebabkan daya adhesi antara partikel granul juga semakin
besar sehingga dapat menghasilkan tablet dengan kompaktibilitas yang baik dan
kekerasan tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah konsentrasi bahan
pengikat yang digunakan akan menyebabkan rendahnya daya adhesi yang
dihasilkan sehingga tablet menjadi mudah rapuh.
Polivinilpirolidon sebagai bahan pengikat dengan keuntungan sebagai perekat
yang baik dalam pelarut air atau alkohol, bagus untuk penggranulan, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menghasilkan granul yang cepat kering, memiliki sifat alir yang baik, sudut diam
minimum dan menghasilkan daya kompaktibilitas lebih baik. Agar dapat
menghasilkan tablet kunyah dengan sifat fisik terbaik, maka dilakukan formulasi
tablet kunyah ekstrak etanol kayu secang dengan menggunakan variasi
konsentrasi polivinilpirolidon sebagai bahan pengikat untuk mengetahui
konsentrasi polivinilpirolidon yang terbaik untuk tablet kunyah.
E. Hipotesis
Ekstrak etanol kayu secang diduga dapat dibuat tablet kunyah yang memenuhi
persyaratan. Penggunaan variasi konsentrasi bahan pengikat Polivinilpirolidon
(PVP) dalam pembuatan tablet kunyah ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia
sappan L.) diduga berpengaruh terhadap sifat fisis tablet yang dihasilkan, meliputi
kekerasan dan kerapuhan tablet. Semakin tinggi konsentrasi PVP yang digunakan,
semakin tinggi kekerasan yang dihasilkan, dan kerapuhan tablet semakin rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan adalah Toples kaca untuk maserasi, Kain flanel,
Waterbath, Cawan penguap, Oven (type IL 70. 110/220V), Neraca analitik
(Precisa BJ 410 C), Mortir dan Stamper, Ayakan no. 16 dan 18 mesh, Mesin
tablet single punch (seri TDP 1), Tablet hardness tester (type YD-1), Tablet
friability tester (Erweka TA), Tablet disintegration tester (type BJ-2), Corong
kaca (funnel short stem diameter 100mm), Statif dan Klem, Batang pengaduk,
Alat-alat gelas, Jangka sorong, Stopwatch dan alat pendukung lain.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kayu secang
(Caesalpinia sappan L.), Etanol 70% (teknis), Aerosil, Manitol, Magnesium
stearat, Talcum, Polivinilpirolidon, Aspartam, Laktosa, Aquadest.
B. Waktu dan Tempat
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Tempat
Tempat yang digunakan untuk penelitian diantaranya B2P2TO2T untuk
determinasi tanaman secang, Laboratorium Teknologi Farmasi Universitas Setia
Budi dan Laboratorium Teknologi Farmasi D3 Farmasi FMIPA UNS untuk
pembuatan tablet, uji sifat fisik granul dan uji sifat fisik tablet.
C. Metode Penelitian dan Cara Kerja
1. Metode Penelitian
Kategori penelitian yang digunakan adalah kategori penelitian
eksperimental laboratorium.
Variabel bebas : konsentrasi bahan pengikat polivinilpirolidon 1%, 3%,
5%
Variabel tergantung : sifat fisik granul meliputi waktu alir, sudut diam, dan
pengetapan. Sifat fisik tablet meliputi keseragaman bobot,
kekerasan, kerapuhan.
Variabel terkendali : lama pencampuran, ukuran granul, volume penambahan
bahan pengikat, berat tablet, tekanan kompresi dalam
pembuatan tablet, metode pengujian sifat fisik tablet.
2. Cara Kerja
a. Pengambilan Bahan
Serutan kayu secang yang digunakan sudah dalam bentuk simplisia, dibeli di
Pasar Gede, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Determinasi Tanaman
Kayu secang yang digunakan dalam penelitian ini dideterminasi untuk
membuktikan kebenaran dari tanaman tersebut. Determinasi dilakukan di Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TO2T) Tawangmangu.
c. Preparasi Sampel
Proses yang dilakukan pada preparasi sampel yaitu pembuatan serbuk kayu
secang. Serutan kayu secang diblender sehingga didapatkan serbuk.
d. Pembuatan Ekstrak
Ekstrak dibuat dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%. Serbuk
kering kayu secang dimasukkan ke dalam toples kaca, ditambah dengan etanol
70%, direndam selama 2 hari sambil sesekali diaduk. Setelah itu diperas
menggunakan kain flanel untuk memisahkan maserat, kemudian proses
diulangi dengan jenis pelarut yang sama. Semua maserat yang didapat
dicampur hingga homogen dan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental.
e. Pembuatan Ekstrak Kering
Pembuatan ekstrak kering kayu secang dilakukan dengan cara ekstrak kental
diuapkan di atas waterbath hingga pelarut menguap dan ekstrak mengering.
Ektrak kering yang didapat kemudian digerus di dalam mortir menjadi serbuk
dan dicampur dengan aerosil 5% dari berat ekstrak untuk menyerap kelembaban
dan mencegah terjadinya higroskopisitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Rancangan Formulasi Tablet
Tanaman secang memiliki aktivitas sebagai penurun asam urat darah tikus
putih jantan galur SD dengan dosis 40 mg/kg bb (Triyono, 2005). Diketahui
konversi dosis tikus ke 70 kg/bb manusia adalah 56,0 (Laurence and Bacharach,
1964).
Perhitungan konversi dosis manusia sebagai berikut:
Dosis tikus = 40mg/kg bb
Berat tikus = 200 g
Jadi dosis untuk tikus = 200 g / 1000 g x 40 mg = 8mg
Konversi dosis manusia = 8 mg x 56,0
= 448 mg / hari
Formulasi tablet kunyah ekstrak kayu secang dibuat 2 bagian = 448 mg / 2
= 224 mg ekstrak
Jadi tiap tablet membutuhkan 224 mg ekstrak kayu secang, dimana berat 1 tablet
adalah 500 mg. Sehingga dalam pemakaiannya 1 kali minum adalah 2 tablet.
Tabel II. Formula Tablet Kunyah Ekstrak Kayu Secang
Bahan Kandungan per tablet (mg)
Formula I Formula II Formula III
Ekstrak kayu secang (zat aktif) 224 224 224
Aerosil (pengering) 11,20 11,20 11,20
Talk (pelicin) 4,50 4,50 4,50
Mg Stearat (pelicin) 0,50 0,50 0,50
Aspartam (pemanis) 5 5 5
Polivinilpirolidon (@ 0,045 ml) (pengikat) 0,45 1,35 2,25
Manitol (pengisi) 178,36 178,36 178,36
Laktosa (pengisi) 76,44 76,44 76,44
Berat total 500,45 501,35 502,25
Keterangan:
Formula I: tablet kunyah ekstrak kayu secang dengan bahan pengikat PVP 1% b/v
Formula II: tablet kunyah ekstrak kayu secang dengan bahan pengikat PVP 3% b/v
Formula III: tablet kunyah ekstrak kayu secang dengan bahan pengikat PVP 5% b/v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g. Pembuatan Granul
PVP dilarutkan dalam aquadest sesuai konsentrasi masing-masing formula.
Ekstrak kayu secang ditambah dengan aerosil, kemudian dicampur dengan
manitol, laktosa dan aspartam. Campuran serbuk yang terbentuk kemudian
ditambah dengan larutan PVP secukupnya, sedikit demi sedikit hingga diperoleh
massa granul. Massa granul yang terbentuk kemudian diayak dengan ayakan no.
16 mesh dan dikeringkan dalam oven pengering pada suhu + 60°C selama 3
jam. Granul yang sudah kering diayak dengan ayakan no. 18 mesh. Dari
pembuatan granul yang telah dilakukan, masing-masing formula membutuhkan
larutan PVP sebanyak 0,045 ml tiap tablet.
h. Uji Sifat Fisik Granul
1) Waktu Alir
Ditimbang 100 g granul dimasukkan ke dalam corong yang ujung
tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir
sampai habis, dicatat waktu alirnya. Pengujian waktu alir dilakukan sebelum
dan sesudah penambahan bahan pelicin.
2) Sudut diam
Granul sebanyak 100 g dimasukkan ke dalam alat pengukur sudut diam
sampai penuh dan diratakan, tutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir
sampai habis. Tinggi kerucut dan diameter yang terbentuk diukur, sudut
diam dihitung. Pengujian sudut diam dilakukan sebelum dan sesudah
penambahan bahan pelicin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tg α = h
r ………………………………………………. (1)
Keterangan:
h = tinggi kerucut α = sudut diam
r = jari – jari kerucut
3) Pengetapan
Sejumlah serbuk dimasukkan ke dalam alat, kemudian dilakukan
pengetapan dengan mengamati perubahan volume sebelum pengetapan (Vo)
dan volume setelah pengetapan konstan (Vt).
Nilai indeks pengetapan dihitung dengan rumus:
T % = Vo - Vt
Vo x 100% ……………………………… (2)
i. Pembuatan Tablet Kunyah
Granul yang telah diuji sifat fisiknya, ditambahkan Talk dan Magnesium
Stearat sebagai bahan pelicin dan dicampur hingga homogen, kemudian diuji
lagi sifat fisiknya. Granul dengan bahan pelicin tersebut kemudian dicetak
dengan mesin pencetak tablet single punch dengan bobot per tablet + 500 mg.
j. Uji Sifat Fisik Tablet
1) Keseragaman bobot
Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang
lebih dari 5% bobot rata-rata dan tidak satu pun tablet yang menyimpang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lebih dari 10% dari rata-ratanya untuk tablet dengan bobot lebih dari 300 mg
(Anonim 1979). Dihitung harga koevisien variasinya.
CV = SD
X ……………………………...……………. (3)
Keterangan :
CV = koefisien variasi X = rata-rata bobot tablet
SD = Standar Deviasi
2) Kekerasan tablet
Pemeriksaan kekerasan tablet menggunakan alat digital hardness tester.
Sebuah tablet diletakkan pada alat dengan posisi horizontal, alat dikalibrasi
hingga posisi 0,00. Alat diputar hingga tablet patah. Skala yang tertera pada
alat dibaca (Voigt, 1994).
3) Kerapuhan tablet
Dua puluh tablet dibersihkan dari partikel halus yang menempel, lalu
ditimbang. Tablet dimasukkan ke dalam friability tester diputar selama 4
menit dengan kecepatan 25 putaran permenit, lalu tablet diambil,
dibersihkan dan ditimbang kembali. Kerapuhan tablet dihitung dengan
rumus:
Kerapuhan = ( M1 – M2)
M1 x 100% ……………… (4)
Keterangan :
M1 = bobot tablet sebelum diuji
M2 = bobot tablet setelah uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Uji Tanggap Rasa
Dua puluh responden ditemui dan diminta untuk merasakan dan
memberi tanggapan tentang rasa ketiga formula tablet kunyah yang dibuat,
dengan mengisi angket yang disediakan (Nugroho, 1995).
D. Analisis Data
1. Pendekatan Teoritis
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dibandingkan dengan persyaratan
granul dan tablet yang terdapat dalam Farmakope Indonesia dan pustaka lain.
2. Analisis Statistik Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi
normal dianalisis menggunakan uji Anova dengan taraf kepercayaan 95% dan
dilanjutkan uji LSD jika pada hasil analisa Anova terdapat perbedaan yang
bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman Secang
Tanaman secang yang digunakan telah dilakukan determinasi di B2P2TO2T
Tawangmangu. Determinasi bertujuan untuk memastikan kebenaran dari tanaman
secang yang digunakan dalam penelitian.
B. Hasil Pengolahan Simplisia Kayu Secang
Kayu secang yang digunakan dalam penelitian berupa serutan-serutan kayu
dalam keadaan kering, sehingga tidak memerlukan proses pengeringan dan dapat
langsung digunakan sebagai simplisia. Simplisia tersebut kemudian dilakukan
sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor yang terdapat
dalam simplisia. Simplisia yang sudah disortir kemudian diblender sehingga
menjadi serbuk.
C. Hasil Pembuatan Ekstrak Kayu Secang
Ekstrak kayu secang dibuat dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%
sebagai pelarut. Proses maserasi dilakukan selama 2 hari sambil sesekali diaduk,
kemudian dilakukan remaserasi dengan jenis pelarut yang sama. Sari yang
diperoleh kemudian diuapkan sehingga didapat ekstrak kental. Pembuatan ekstrak
kental kayu secang dari serbuk kayu secang sebanyak 2100 gram diperoleh
ekstrak kental sebanyak 142,64 gram. Dengan demikian didapat randemen sebesar
6,79%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Kayu Secang
Pemeriksaan organoleptis bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari
ekstrak yang dihasilkan. Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, rasa
dan bau.
Tabel III. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak
Pemeriksaan Organoleptis Hasil
Bentuk Ekstrak kental
Warna Merah tua
Rasa Pahit
Bau Khas secang
E. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah
Granulasi pada pembuatan tablet antara lain bertujuan untuk memperbaiki
sifat alir, mencegah tablet melekat pada cetakan, serta memperkecil ruang udara
sehingga tablet tidak mudah pecah. Alasan dipilihnya granulasi basah yaitu pada
granulasi basah dapat menghasilkan tablet yang lebih baik dan lebih tahan lama
dalam penyimpanan dibandingkan dengan granulasi kering.
Prinsip dari granulasi basah yaitu mencampurkan zat berkhasiat dan zat
tambahan lain hingga homogen dan dibasahi dengan larutan bahan pengikat,
kemudian dilakukan proses pengeringan. Pengeringan bertujuan untuk
mengurangi kadar air yang terdapat dalam granul. Granul yang sudah kering
kemudian diayak untuk mendapat granul dengan bentuk dan ukuran yang seragam
sehingga didapat granul dengan sifat alir yang baik. Pada formula tablet kunyah
ekstrak kayu secang, manitol dan laktosa berfungsi sebagai bahan pengisi,
aspartam sebagai pemanis, dan larutan PVP sebagai bahan pengikat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul
Pemeriksaan sifat fisik granul dilakukan pada granul yang sudah dikeringkan
dan diayak. Pemeriksaan sifat fisik granul dilakukan bertujuan untuk mengetahui
apakah granul yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan setelah dikempa
menjadi tablet, karena sifat fisik granul berpengaruh terhadap sifat fisik tablet
yang dihasilkan. Pemeriksaan sifat fisik granul meliputi waktu alir, sudut diam
dan pengetapan. Hasil pemeriksaan sifat fisik granul dapat dilihat pada tabel IV.
Data hasil pemeriksaan sifat fisik granul selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul
Pemeriksaan F I F II F III
Waktu Alir (detik)
tanpa pelicin
7,42 + 0,059 7,69 + 0,092 8,54 + 0,017
Waktu Alir (detik)
dengan pelicin
6,06 + 0,081 6,95 + 0,155 7,65 + 0,040
Sudut Diam (°)
tanpa pelicin
30,28 + 0,065 31,40 + 0,926 30,95 + 0,303
Sudut Diam (°)
dengan pelicin
29,17 + 0,346 29,11 + 0,626 29,87 + 0,461
Indeks pengetapan
(%)
5,67 + 0,577 6,67 + 1,155 10,67 + 1,155
Keterangan:
F I : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 1%
F II : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 3%
F III : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 5%
1. Waktu Alir Granul
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan granul untuk mengalir melalui suatu
corong. Sifat alir granul dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel serta gaya
gesek yang terjadi antar granul. Pengujian waktu alir granul dilakukan pada granul
sebelum dan sesudah ditambah bahan pelicin, bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan bahan pelicin terhadap granul. Pengujian dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
replikasi sebanyak 3 kali. Pada tablet kunyah ekstrak kayu secang digunakan talk
dan Mg stearat sebagai bahan pelicin. Penambahan talk dan Mg stearat berfungsi
untuk mengurangi gesekan pada waktu pengempaan serta meningkatkan
kemampuan mengalirnya granul. Perbandingan waktu alir sebelum dan sesudah
ditambah bahan pelicin dapat dilihat pada Gambar 3.
Waktu Alir Granul
7,42 7,69 7,7
6,06
6,95
7,65
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3
Formula
Wak
tu A
lir (d
etik
)
tanpa pelicin
dengan pelicin
Keterangan:
F I : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 1%
F II : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 3%
F III : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 5%
Gambar 3. Diagram Perbandingan Waktu Alir Granul Tanpa dan Dengan Pelicin
Pada pengujian waktu alir granul, kecepatan alir granul yang baik adalah tidak
kurang dari 10 gram per detik untuk 100 gram granul (Parrot, 1971). Hasil analisa
statistik waktu alir granul dengan Kolmogorov Smirnov menghasilkan nilai sig.
(2-tailed) untuk granul tanpa pelicin 0,766 dan granul dengan pelicin 0,997.
Kedua nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga menunjukkan bahwa data
waktu alir granul terdistribusi normal. Pengujian dengan Anova sebelum dan
sesudah penambahan bahan pelicin menunjukkan nilai sig. sebesar 0,000 < 0,05
yang menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara ketiga formula tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilanjutkan dengan uji LSD untuk menentukan pasangan formula yang berbeda
signifikan.
Tabel V. Hasil uji LSD waktu alir tanpa pelicin
(I) Formula (J) Formula
95% Confidence Interval
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Formula 1 Formula 2 -.26333* .05242 .002 -.3916 -.1351
Formula 3 -1.11667* .05242 .000 -1.2449 -.9884
Formula 2 Formula 1 .26333* .05242 .002 .1351 .3916
Formula 3 -.85333* .05242 .000 -.9816 -.7251
Formula 3 Formula 1 1.11667* .05242 .000 .9884 1.2449
Formula 2 .85333* .05242 .000 .7251 .9816
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Tabel VI. Hasil uji LSD waktu alir dengan pelicin
(I) Formula (J) Formula
95% Confidence Interval
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Formula 1 Formula 2 -.89667* .08472 .000 -1.1040 -.6894
Formula 3 -1.59000* .08472 .000 -1.7973 -1.3827
Formula 2 Formula 1 .89667* .08472 .000 .6894 1.1040
Formula 3 -.69333* .08472 .000 -.9006 -.4860
Formula 3 Formula 1 1.59000* .08472 .000 1.3827 1.7973
Formula 2 .69333* .08472 .000 .4860 .9006
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Dilihat dari gambar 3, terdapat perbedaan waktu alir antara ketiga formula.
Formula I memiliki waktu alir yang paling cepat diantara ketiga formula tersebut.
Hal ini disebabkan formula I menggunakan bahan pengikat dengan konsentrasi
paling rendah sehingga kohesifitas antar partikel serbuk lebih kecil dibanding
formula lain, sehingga gaya gesek yang ditimbulkan juga semakin kecil. Setelah
ditambah bahan pelicin, terdapat perbedaan antara waktu alir granul sebelum dan
sesudah ditambah bahan pelicin. Hal ini disebabkan karena bahan pelicin mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengurangi gesekan yang terjadi antar partikel granul sehingga granul lebih
mudah mengalir dan waktu yang dibutuhkan granul untuk mengalir menjadi lebih
cepat. Pada formula III, waktu alir granul sebelum dan sesudah ditambah bahan
pelicin hanya berbeda 0,05 detik, tidak seperti pada Formula I dan II yang berbeda
cukup signifikan. Hal tersebut dimungkinkan pencampuran bahan pelicin pada
Formula III kurang homogen, sehingga bahan pelicin kurang optimal dalam
melapisi granul sehingga perbedaan waktu alir yang dihasilkan juga kurang
signifikan. Dari data di atas ketiga formula tersebut memiliki waktu alir kurang
dari 10 detik untuk 100 gram granul, sehingga dapat disimpulkan ketiga formula
tersebut sudah memenuhi persyaratan waktu alir yang ditetapkan.
2. Sudut Diam Granul
Sudut diam merupakan sudut maksimum yang dibentuk permukan serbuk
dengan permukaan horizontal. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30°
menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas. Bila sudutnya lebih besar atau
sama dengan 40° daya mengalirnya kurang baik (Banker and Anderson, 1986).
Pengujian dilakukan sebelum dan sesudah penambahan bahan pelicin, bertujuan
untuk mengetahui pengaruh bahan pelicin terhadap sudut diam granul. Semakin
kecil sudut diam yang dibentuk oleh partikel granul, maka sifat granul semakin
baik dan semakin mudah mengalir sehingga mempermudah dalam proses
penabletan sehingga tablet yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan.
Hasil analisa statistik sudut diam granul dengan Kolmogorov Smirnov
menghasilkan nilai sig. (2-tailed) untuk granul tanpa pelicin 0,955 dan granul
dengan pelicin 0,766. Kedua nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menunjukkan bahwa data sudut diam granul terdistribusi normal. Pengujian
dengan Anova sebelum dan sesudah penambahan bahan pelicin menunjukkan
nilai sig. sebesar 0,126 dan 0,189 > 0,05 yang menunjukkan tidak terdapat
perbedaan signifikan antara ketiga formula tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
variasi konsentrasi bahan pengikat kurang berpengaruh terhadap sudut diam
granul.
Sudut Diam Granul
30,28
31,4
30,95
29,17 29,11
29,87
27,5
28
28,5
29
29,5
30
30,5
31
31,5
32
F I F II F III
Formula
Sud
ut D
iam
(der
ajat
)
tanpa pelicin
dengan pelicin
Keterangan:
F I : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 1%
F II : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 3%
F III : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 5%
Gambar 4. Diagram Perbandingan Sudut Diam Granul Tanpa dan Dengan Pelicin
Dari pengujian yang dilakukan, hasil yang diperoleh dapat dilihat pada
Gambar 4. Dilihat dari gambar 4, sudut diam dari ketiga formula baik sebelum
atau sesudah penambahan bahan pelicin sudah memenuhi persyaratan, yaitu
kurang dari 40°. Pada ketiga formula, penambahan bahan pelicin menyebabkan
sudut diam yang dibentuk granul semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa
bahan pelicin dapat memperbaiki sifat fisik granul, karena semakin kecil sudut
diam yang dibentuk, maka granul dapat mengalir semakin baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Uji Pengetapan
Pengetapan merupakan penurunan volume sejumlah granul akibat hentakan
dan getaran. Semakin kecil indeks pengetapan maka semakin baik sifat alirnya.
Granul dengan indeks pengetapan kurang dari 20% menunjukkan sifat alir yang
baik (Lachman, dkk, 1994). Hasil uji pengetapan dapat dilihat pada Gambar 5.
Indeks Pengetapan
5,67
6,67
10,67
0
2
4
6
8
10
12
F I F II F III
Formula
Inde
ks P
enge
tapa
n (%
)
Keterangan:
F I : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 1%
F II : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 3%
F III : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 5%
Gambar 5. Diagram Indeks Pengetapan Granul
Uji pengetapan dilakukan pada granul yang sudah ditambah bahan pelicin,
untuk mengetahui perubahan volume granul karena hentakan yang mungkin
terjadi pada saat proses penabletan. Penurunan volume granul yang terlalu besar
menunjukkan bahwa antara partikel granul masih terdapat rongga udara yang
cukup besar, sedangkan pada saat granul berada dalam hopper akan mengalami
hentakan dan getaran pada saat proses penabletan. Besarnya rongga udara yang
terdapat antar granul tersebut dapat menyebabkan granul menjadi mampat saat
mengalami hentakan dan dapat menyumbat lubang hopper. Dilihat dari gambar 5,
ketiga formula memiliki indeks pengetapan kurang dari 20% sehingga masih
memenuhi persyaratan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil analisa statistik pengetapan granul dengan Kolmogorov Smirnov
menghasilkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,766 > 0,05 sehingga menunjukkan
bahwa data pengetapan granul terdistribusi normal. Pengujian dengan Anova
menunjukkan nilai sig. sebesar 0,002 < 0,05 yang menunjukkan terdapat
perbedaan signifikan antara ketiga formula tersebut, dilanjutkan dengan uji LSD
untuk menentukan pasangan formula yang berbeda signifikan.
Tabel VII. Hasil uji LSD pengetapan
(I) Formula (J) Formula
95% Confidence Interval
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Formula 1 Formula 2 -1.00000 .81650 .267 -2.9979 .9979
Formula 3 -5.00000* .81650 .001 -6.9979 -3.0021
Formula 2 Formula 1 1.00000 .81650 .267 -.9979 2.9979
Formula 3 -4.00000* .81650 .003 -5.9979 -2.0021
Formula 3 Formula 1 5.00000* .81650 .001 3.0021 6.9979
Formula 2 4.00000* .81650 .003 2.0021 5.9979
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Formula I memiliki indeks pengetapan paling rendah. Hal ini disebabkan pada
formula I masih terdapat banyak serbuk (fines) karena menggunakan bahan
pengikat PVP dengan konsentrasi paling rendah (1%) sehingga fines tersebut
mengisi rongga udara antar partikel granul dan menyebabkan perubahan volume
yang rendah. Formula III memiliki indeks pengetapan paling besar, hal ini
disebabkan formula III menggunakan bahan pengikat PVP dengan konsentrasi
paling tinggi (5%) sehingga kohesifitas serbuk semakin baik dan semakin sedikit
fines yang dihasilkan. Hal tersebut menyebabkan tidak ada fines yang mengisi
rongga antar granul dan granul akan mengalami penurunan volume yang cukup
besar saat mengalami hentakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
G. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet
Pemeriksaan sifat fisik tablet bertujuan untuk mengetahui apakah tablet yang
dihasilkan sudah memenuhi persyaratan. Pengujian dilakukan pada tablet yang
sudah dikempa dengan berat tiap tablet + 500 mg dengan kedalaman punch bawah
7,5 mm. Kekerasan yang digunakan saat proses penabletan dibuat sama untuk
ketiga formula, sehingga dapat dilihat pengaruh dari variasi konsentrasi bahan
pengikat yang digunakan terhadap sifat fisik tablet kunyah. Pemeriksaan sifat fisik
tablet kunyah meliputi keseragaman bobot, kekerasan, dan kerapuhan. Hasil
pemeriksaan sifat fisik tablet dapat dilihat pada tabel VIII. Data hasil pemeriksaan
sifat fisik tablet selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel VIII. Hasil pemeriksaan sifat fisik tablet
Pemeriksaan F I F II F III
Keseragaman Bobot (mg)
CV (%)
496,50 + 12,68
2,55
498,00 + 14,73
2,96
502,00 + 11,05
2,20
Kekerasan (kg) 3,29 + 0,15 3,61 + 0,17 4,33 + 0,27
Kerapuhan (%) 27,90 + 7,97 19,15 + 4,91 2,99 + 0,51 Keterangan:
F I : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 1%
F II : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 3%
F III : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 5%
1. Keseragaman Bobot Tablet
Keseragaman bobot tablet merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam pembutan tablet, karena dapat mengindikasikan keseragaman zat aktif yang
terkandung dalam tablet tersebut. Keseragaman bobot suatu tablet dipengaruhi
oleh sifat alir granul. Semakin baik sifat alir granul, maka dapat mengisi punch
dengan baik sehingga didapatkan tablet dengan keseragaman bobot yang baik
pula. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, untuk tablet dengan berat rata-rata
lebih dari 300 mg, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari kolom A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(5%) dan tidak boleh ada satu tablet pun yang menyimpang dari kolom B (10%).
Hasil perhitungan keseragaman bobot dapat dilihat pada tabel IX.
Tabel IX. Hasil perhitungan rentang keseragaman bobot
Formula Rentang
Kolom A (mg) Kolom B (mg)
I 471,67 < x < 521,35 446,85 < x < 546,15
II 473,10 < x < 522,90 448,20 < x < 547,80
III 476,90 < x < 527,10 451,80 < x < 552,20
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, tidak ada satu tablet pun yang
menyimpang dari kolom A dan B baik untuk Formula I, II, dan III. Hal ini
menunjukkan bahwa tablet kunyah ekstrak kayu secang memiliki keseragaman
bobot yang baik dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Farmakope
Indonesia edisi III.
Hasil analisa statistik keseragaman bobot dengan Kolmogorov Smirnov
menghasilkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,279 > 0,05 sehingga menunjukkan
bahwa data keseragaman bobot terdistribusi normal. Pengujian dengan Anova
menunjukkan nilai sig. sebesar 0,385 > 0,05 yang menunjukkan tidak terdapat
perbedaan signifikan antara ketiga formula tersebut. Namun, jika dilihat dari
bobot rata-rata tablet ketiga formula, Formula I memiliki bobot rata-rata paling
kecil, dan Formula III memiliki bobot rata-rata paling besar. Hal ini disebabkan
Formula I menggunakan bahan pengikat dengan konsentrasi paling rendah,
sehingga masih banyak terdapat fines sehingga pengisian granul pada punch
bawah kurang maksimal. Sedangkan pada Formula III menggunakan bahan
pengikat dengan konsentrasi paling tinggi sehingga fines yang terbentuk sedikit
dan ukuran granul lebih seragam, sehingga granul yang dihasilkan memiliki sifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
alir lebih baik dan dapat mengisi punch lebih maksimal, sehingga bobot tablet
Formula III lebih besar dibanding Formula I dan II.
Parameter keseragaman bobot juga dapat dilihat dari nilai CV masing-masing
formula. Diagram CV ketiga formula dapat dilihat pada gambar 6.
CV Keseragaman Bobot
2,55
2,96
2,2
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
F I F II F III
Formula
cv (%
)
Keterangan:
F I : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 1%
F II : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 3%
F III : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 5%
Gambar 6. Diagram CV Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot tablet dinyatakan baik jika memiliki nilai CV < 5%.
Dilihat dari Gambar 6, menunjukkan bahwa ketiga formula memiliki nilai CV
kurang dari 5% sehingga dapat disimpulkan Formula I, II dan III memenuhi
persyaratan keseragaman bobot baik dari segi penyimpangan bobot sesuai FI III
maupun dari nilai CV.
2. Kekerasan Tablet
Kekerasan merupakan batasan yang dipakai untuk menggambarkan ketahanan
tablet melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan, dan tekanan yang
terjadi pada tablet. Pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan menggunakan
alat Hardness tester yang dapat mengukur seberapa besar tekanan yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diterima oleh suatu tablet hingga tablet tersebut pecah. Hasil pengujian kekerasan
tablet kunyah ekstrak kayu secang dapat dilihat pada Gambar 7.
Kekerasan Tablet
3,293,61
4,33
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
F I F II F III
Formula
Kek
eras
an (k
g)
Keterangan:
F I : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 1%
F II : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 3%
F III : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 5%
Gambar 7. Diagram Hasil Kekerasan Tablet
Tablet kunyah dengan kekerasan yang rendah menyebabkan tablet menjadi
mudah rapuh. Tetapi di sisi lain memudahkan bagi konsumen dalam
mengkonsumsi tablet, karena tidak memerlukan tenaga yang besar untuk
mengunyah tablet tersebut. Sedangkan tablet dengan kekerasan yang tinggi akan
memiliki nilai kerapuhan yang rendah, tetapi dapat menyulitkan konsumen karena
memerlukan tenaga yang besar untuk mengunyah tablet tersebut. Tablet kunyah
sebaiknya memiliki kekerasan yang tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi
sehingga masih dapat dengan mudah dikonsumsi, tetapi memiliki nilai kerapuhan
yang rendah sehingga terjamin dalam proses pendistribusiannya. Menurut Parrot
(1971), tablet kunyah memiliki nilai kekerasan sekitar 3 kg. Gambar 7
menunjukkan bahwa ketiga formula memiliki nilai kekerasan 3,29-4,33 kg
sehingga masih berada pada persyaratan yang ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil analisa statistik kekerasan tablet dengan Kolmogorov Smirnov
menghasilkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,537 > 0,05 sehingga menunjukkan
bahwa data pengetapan granul terdistribusi normal. Pengujian dengan Anova
menunjukkan nilai sig. sebesar 0,000 < 0,05 yang menunjukkan terdapat
perbedaan signifikan antara ketiga formula tersebut, dilanjutkan dengan uji LSD
untuk menentukan pasangan formula yang berbeda signifikan.
Tabel X. Hasil uji LSD kekerasan tablet
(I) Formula (J) Formula
95% Confidence Interval
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Formula 1 Formula 2 -.31000* .09174 .002 -.4982 -.1218
Formula 3 -1.03000* .09174 .000 -1.2182 -.8418
Formula 2 Formula 1 .31000* .09174 .002 .1218 .4982
Formula 3 -.72000* .09174 .000 -.9082 -.5318
Formula 3 Formula 1 1.03000* .09174 .000 .8418 1.2182
Formula 2 .72000* .09174 .000 .5318 .9082
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Dari hasil uji LSD menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara ketiga
formula. Berdasarkan hasil pengujian sesuai Gambar 7, Formula I memiliki nilai
kekerasan paling rendah. Hal ini disebabkan pada formula I menggunakan bahan
pengikat PVP dengan konsentrasi terkecil, yaitu 1%. Sedangkan pada formula III
memiliki nilai kekerasan paling tinggi, yaitu 4,33 kg. hal ini dikarenakan Formula
III menggunakan bahan pengikat PVP dengan konsentrasi paling tinggi yaitu 5%.
Sedangkan Formula II memiliki kekerasan diantara Formula I dan III. Hal tersebut
menunjukkan adanya pengaruh konsentrasi bahan pengikat yang digunakan
terhadap kekerasan tablet. Bahan pengikat akan membantu pelekatan partikel
dalam formulasi, memberikan daya adhesi pada masa serbuk saat granulasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengempaan tablet serta menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan
pengisi, sehingga semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat yang digunakan,
maka semakin tinggi pula kekerasan yang dihasilkan.
3. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh parikel yang dilepaskan dari
tablet akibat adanya beban pengujian mekanik (Voight, 1994). Kerapuhan tablet
diuji dengan menggunakan alat Friability Tester. Alat tersebut akan memberikan
goncangan pada tablet, sehingga dapat memberikan gambaran kekuatan tablet
tersebut saat mengalami goncangan pada proses pengemasan, pendistribusian, dan
lain-lain. Pengujian kerapuhan tablet dilakukan pada 20 tablet dan dilakukan
replikasi sebanyak 3 kali. Hasil pengujian kerapuhan tablet dapat dilihat pada
Gambar 8.
Kerapuhan Tablet
27,9
19,15
2,99
0
5
10
15
20
25
30
F I F II F III
Formula
Ker
apuh
an (%
)
Keterangan:
F I : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 1%
F II : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 3%
F III : Formula tablet dengan konsentrasi bahan pengikat PVP 5%
Gambar 8. Diagram Hasil Kerapuhan Tablet
Hasil analisa statistik kerapuhan tablet dengan Kolmogorov Smirnov
menghasilkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,898 > 0,05 sehingga menunjukkan
bahwa data pengetapan granul terdistribusi normal. Pengujian dengan Anova
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menunjukkan nilai sig. sebesar 0,004 < 0,05 yang menunjukkan terdapat
perbedaan signifikan antara ketiga formula tersebut, dilanjutkan dengan uji LSD
untuk menentukan pasangan formula yang berbeda signifikan.
Tabel XI. Hasil uji LSD kerapuhan tablet
(I) Formula (J) Formula
95% Confidence Interval
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Formula 1 Formula 2 8.75000 4.41966 .095 -2.0645 19.5645
Formula 3 24.90667* 4.41966 .001 14.0921 35.7212
Formula 2 Formula 1 -8.75000 4.41966 .095 -19.5645 2.0645
Formula 3 16.15667* 4.41966 .011 5.3421 26.9712
Formula 3 Formula 1 -24.90667* 4.41966 .001 -35.7212 -14.0921
Formula 2 -16.15667* 4.41966 .011 -26.9712 -5.3421
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Dilihat dari Gambar 8 dan uji LSD, terdapat perbedaan signifikan antara
kerapuhan tablet Formula I, II dan III. Formula I memiliki nilai kerapuhan yang
paling tinggi, yaitu 27,9% dan Formula III memiliki nilai kerapuhan yang paling
rendah yaitu 2,99%. Hal ini disebabkan karena konsentrasi bahan pengikat yang
digunakan. Pada Formula I menggunakan bahan pengikat PVP dengan konsentrasi
terendah (1%) sedangkan Formula III menggunakan bahan pengikat PVP dengan
konsentrasi tertinggi (5%). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi bahan
pengikat yang digunakan berpengaruh terhadap kerapuhan tablet. Semakin tinggi
konsentrasi bahan pengikat yang digunakan, maka semakin rendah nilai
kerapuhan tablet. Pada tablet kunyah, nilai kerapuhan antara 3-4% masih dapat
diterima, karena tablet kunyah juga memiliki kekerasan dibawah tablet biasa.
Semakin tinggi kekerasan suatu tablet, semakin rendah nilai kerapuhannya, begitu
pula sebaliknya. Dari hasil pengujian yang dilakukan, hanya nilai kerapuhan tablet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Formula III yang masih memenuhi persyaratan. Sedangkan Formula I dan II tidak
memenuhi syarat tersebut. Kerapuhan tablet Formula I dan II tidak memenuhi
persyaratan dikarenakan konsentrasi bahan pengikat yang digunakan masih terlalu
rendah sehingga tidak optimal dalam memberikan daya adhesi partikel. Selain itu
juga disebabkan karena karakteristik campuran ekstrak dan bahan yang digunakan
memiliki kompaktibilitas yang rendah sehingga mudah rapuh dan menyerbuk bila
diberikan goncangan. Pada Formula III dapat dilihat memiliki nilai kerapuhan
yang rendah dan memenuhi persyaratan, berbeda jauh dengan dua formula
lainnya. Hal ini disebabkan pada formula III konsentrasi bahan pengikat yang
digunakan sudah optimal sehingga dapat memperbaiki kompaktibilitas dari
campuran serbuk yang digunakan.
H. Hasil Uji Tanggap Rasa
Uji tanggap rasa dilakukan pada 20 responden, dimana parameter yang
digunakan meliputi rasa, kekerasan, dan kesukaan. Dari hasil yang didapat dari
responden menunjukkan rasa dari ketiga formula tersebut sama.
Uji Rasa Tablet
35%
15%
50%
cukup manis
agak pahit
pahit
Gambar 9. Diagram Uji Rasa Formula I, II dan III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rasa yang sama antara ketiga formula dikarenakan formula I, II dan III
menggunakan aspartam dan manitol dalam jumlah yang sama sehingga rasa ketiga
formula sama. Selain itu hasil uji rasa ini menunjukkan bahwa peningkatan
konsentrasi PVP yang digunakan tidak berpengaruh pada rasa tablet kunyah yang
dihasilkan
Dari segi kekerasan, responden menunjukkan hasil yang berbeda pada ketiga
formula. Hasil dapat dilihat pada Gambar 10.
Kekerasan Tablet
6
10
4
0
2
7
11
01
3
9
7
0
2
4
6
8
10
12
sangat tidak
keras
tidak keras cukup keras keras
Kekerasan
Ju
mla
h R
es
po
nd
en
formula I
formula II
formula III
Gambar 10. Diagram Kekerasan Menurut Responden
Seperti pada Gambar 10, menurut responden terdapat perbedaan kekerasan
antara Formula I, II dan III. Pada kriteria “sangat tidak keras” dan “tidak keras”,
terjadi penurunan jumlah responden, sedangkan pada “cukup keras” dan “keras”
terjadi peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa responden merasakan kekerasan
yang berbeda antara ketiga formula, yaitu Formula II lebih keras dari Formula I
dan Formula III lebih keras dari formula II. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kekerasan yang meningkat antara formula seperti yang ditunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
responden sesuai dengan hipotesis. semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat
maka kekerasan tablet akan semakin meningkat.
Dari segi kesukaan, responden menunjukkan hasil seperti pada gambar 11.
Uji Kesukaan
12
44
11
9
57
4 4
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3
Formula
Ju
mla
h R
esp
on
den
suka
netral
tidak suka
Gambar 11. Diagram Uji Kesukaan
Dilihat dari gambar 11, uji kesukaan menunjukkan hasil yang kurang
signifikan antara ketiga formula. hal tersebut dikarenakan responden menyatakan
kesukaan sebagian besar berdasarkan rasa dari tablet kunyah. Namun dari gambar
tersebut tetap terlihat peningkatan kesukaan dari Formula I ke Formula III. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kekerasan tablet juga ikut berpengaruh pada hasil uji
kesukaan, karena Formula III dengan konsentrasi PVP paling tinggi menghasilkan
tablet dengan kekerasan yang cukup dan tidak rapuh.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa tablet
kunyah ekstrak etanol kayu secang yang paling disukai oleh responden adalah
tablet kunyah Formula III, dilihat dari segi rasa dan kekerasan tablet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tablet kunyah ekstrak etanol kayu secang memenuhi persyaratan sifat fisik
tablet meliputi keseragaman bobot, kekerasan dan kerapuhan. Kecuali pada
formula I dan II tidak memenuhi persyaratan uji kerapuhan karena konsentrasi
bahan pengikat yang digunakan belum optimal.
2. Variasi konsentrasi bahan pengikat Polivinilpirolidon berpengaruh terhadap
sifat fisik tablet kunyah ekstrak etanol kayu secang yang dihasilkan. Semakin
tinggi konsentrasi PVP yang digunakan, semakin tinggi kekerasan tablet yang
dihasilkan dan kerapuhan tablet semakin rendah.
3. Penggunaan PVP memberikan hasil terbaik pada tablet kunyah ekstrak etanol
kayu secang Formula III (5%) yang memenuhi persyaratan keseragaman
bobot, kekerasan dan kerapuhan.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan pengikat lain untuk
tablet kunyah ekstrak etanol kayu secang.
2. Perlu dilakukan penelitian formulasi bentuk sediaan lain atau variasi bahan
tambahan lain dari ekstrak etanol kayu secang