Post on 21-Apr-2019
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI VII DPR RI
DENGAN DIRUT PT ANTAM, DIRUT PT BUKIT ASAM, DIRUT PT TIMAH DAN
DIRUT PT INALUM
Tahun Sidang : 2016-2017
Masa Persidangan : III (tiga)
Rapat ke- :
Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat
Hari, Tanggal : Selasa, 21 Februari 2017
Waktu : 14.27 WIB – 18.15 WIB
Tempat : R. Rapat Komisi VII
Ketua Rapat :
Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, ME, M.Sc. (Wakil Ketua
Komisi VII/F-PG)
Sekretaris Rapat :
Dra. Nanik Herry Murti (Kepala Bagian Sekretariat Komisi
VII)
Acara : 1. Evaluasi dan Rencana Kinerja Tahun 2017
2. Rencana Penambahan Daya Listrik untuk PT Inalum
Hadir : 24 Anggota
Dengan rincian:
Fraksi PDI-P 4 orang dari 10 Anggota
Fraksi Partai Gerindra 3 orang dari 6 Anggota
Fraksi Partai Golkar 4 orang dari 6 Anggota
Fraksi PAN 3 orang dari 5 Anggota
Fraksi Partai Demokrat 2 orang dari 6 Anggota
Fraksi PKB 1 orang dari 4 Anggota
Fraksi PKS 2 orang dari 4 Anggota
Fraksi PPP 3 orang dari 4 Anggota
Fraksi Partai Hanura 1 orang dari 2 Anggota
Fraksi Partai Nasdem 1 orang dari 3 Anggota
JALANNYA RAPAT:
KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, ME, M.Sc./F-PG):
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Yang kami hormati Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI.
Yang kami hormati Direktur Utama PT Antam beserta jajarannya, Direktur
Utama PT Timah beserta jajarannya.
Yang kami hormati Direktur Utama PT Bukit Asam beserta jajaran dan
Yang kami hormati Direktur Utama PT Inalum Persero beserta jajarannya, serta
hadirin sekalian.
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga
pada hari ini kita dapat bertemu guna melaksanakan tugas-tugas konstitusional kita.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas perhatian serta
kehadiran Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI serta undangan yang hadir dalam
acara Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI. Sesuai undangan yang telah
disampaikan dan berdasarkan jadwal rapat Komisi VII DPR RI pada Masa
Persidangan III Tahun Sidang 2016-2017, pada hari ini Komisi VII DPR RI akan
melaksanakan Rapat Dengar Pendapat dengan Dirut Antam, Dirut Timah dan Dirut
Bukit Asam serta Dirut PT Inalum dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan
dengan agenda:
1. Evaluasi rencana kerja tahun 2017, dan
2. Rencana penambahan daya listrik khusus untuk PT Inalum Persero.
Berdasarkan data dari Sekretariat Komisi VII DPR RI yang telah hadir dan
menandatangani daftar hadir sebanyak 7 Anggota dan terdiri dari 6 Fraksi, sehingga
sesuai dengan Pasal 251 ayat (1) Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib rapat ini
telah memenuhi kuorumk Fraksi, bukan kuorum Anggota tapi kuorum Fraksi,
sehingga nanti di dalam pengambilan keputusan Insya Allah Anggota akan
bertambah. Oleh karena itu dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, izinkan
saya membuka Rapat Dengar Pendapat Komisi VII.
(RAPAT DIBUKA PUKUL 14.27 WIB)
Sesuai dengan Pasal 46 ayat (1) Tata Tertib DPR RI menyatakan bahwa
setiap rapat DPR RI bersifat terbuka kecuali dinyatakan tertutup, kami mengusulkan
agar Rapat Dengar Pendapat Komisi VII pada hari ini bersifat terbuka. Untuk itu
kami meminta persetujuan dari para Anggota apakah ini disetujui rapat terbukam
setuju ya.
(RAPAT:SETUJU)
Bapak-Ibu yang saya hormati.
Rapat Dengar Pendapat dengan Direktur Utama PT Antam, Direktur Utama
PT Timah, Direktur Utama PT Bukit Asam dan Direktur Utama PT Inalum merupakan
rapat yang pertama kita di awal tahun 2017 dan ini bisa dihadiri oleh seluruh BUMN
tambang kita dan kami berharap ini menjadi awal yang baik, sehingga kita dapat
melaksanakan tugas-tugas konstitusional dengan lancar demi kepentingan bangsa
dan rakyat Indonesia.
Sesuai dengan undangan yang telah disampaikan bahwa Rapat Dengar
Pendapat pada hari ini adalah evaluasi tahun 2016 dan rencana kerja tahun 2017.
Yang kedua rencana penambahan daya listrik khususnya untuk PT Inalum Persero.
Selain kedua agenda di atas Komisi VII DPR RI ingin mendapatkan penjelasan dari
Dirut PT Antam, Dirut PT Timah dan Dirut PT Bukit Asam, serta Dirut Inalum tentang
berbagai macam isu yang terkait kegiatan sektor pertambangan, diantaranya adalah
implementasi dari pada PP Nomor 1 Tahun 2017, serta kesiapan pelaku usaha
terkait wacana pembentukan BUMN holding pertambangan, serta masukan terhadap
revisi dari pada Undang-undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, tapi
ini sifatnya informatif saja. Jadi kalau kita nanti membicarakan masalah revisi
Undang-undang karna forumnya lebih kepada forum pengawasan, bukan legislasi,
ini beda. Keempat serta realisasi pelaksanaan penempatan jaminan reklamasi dan
jaminan paska tambang, progres kegiatan reklamasi dan paska tambang, realisasi
dari pada CSR, masalah tumbang tindih lahan, IPTKH, serta berbagai isu aktual
terkait kegiatan operasi pertambangan di masing-masing perusahaan.
Bapak-Ibu yang kami hormati.
Untuk efektifnya waktu pembahasan pada Rapat Dengar Pendapat ini,
selanjutnya kami berikan kesempatan secara berurutan saja, jadi mungkin yang
pertama Dirut PT Antam, lantas yang kedua Dirut PT Timah, terus ketiga Dirut PT
Bukit Asam dan selanjutnya Dirut PT Inalum untuk menyampaikan pemaparannya.
Jadi kami persilakan mulai dari Dirut PT Antam, silakan.
DIRUT PT ANTAM:
Terima kasih Pak Ketua.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore salam sejahtera bagi kita semua.
Yang saya hormati Pimpinan Rapat, Wakil Ketua Komisi VII.
Yang saya hormati Anggota Komisi VII.
Yang saya hormati Rekan-rekan Direksi BUMN, ada Dirut Inalum, Dirut Timah
dan Dirut PT Bukit Asam beserta jajarannya.
Baik Pak akan kami presentasikan apa yang sudah diminta walau memang
kelihatannya ada beberapa informasi yang baru tadi kami dapatkan Pak, jadi kami
akan berikan informasi secara lisan tadi pembahasannya secara langsung saja.
Baik ini untuk Aneka Tambang sendiri, mohon maaf kalau agak buram ya,
bahwa untuk tahun 2016 ini penjualan kami didominasi oleh emas 63%, kemudian
veronikel 31% dan biji bauksit, batubara serta biji nikel ini sekitar 6%. Jadi kami
bergerak di biji nikel, veronikel, emas, bauksit dan batubaru, itu minoritas batubara,
kemudian juga kami sekarang sedang membangun pengembangan pabrik Pak, itu
yang di bawah yaitu pabrik perluasan veronikel di Pomala, kemudian pembangunan
pabrik veronikel di Halmahera Timur dan kemudian smelter grade alumina beserta
Inalum di Kalimantan Barat. kemudian juga pembangunan pabrik ...slime dan versus
metal di logam mulia di Pulogadung beserta PT Freeport dan PT Smelting.
Kemudian ini adalah cakupan bisnis kami yang utama yaitu bisnis nikel, bisnis
emas dan bisnis bauksit. Kami mempunyai tambang nikel di Pomala dan Halmahera
sekarang yang kami tambang untuk konsumsi sendiri di pabrik kami di Pomala dan
juga kami jual juga ke smelter-smelter di dalam negeri. Untuk pabrik sendiri kami
sudah ada di Pomala yaitu 3 pabrik sudah beroperasi sejak tahun1976, kemudian
1997 dan 2007, kemudian sekarang sedang comusioning pabrik keempat di Pomala
yaitu mudah-mudahan pada awal tahun ini akan segera selesai dan kami juga
sedang membangun pabrik berikutnya di Halmahera Timur Haltim dengan kapasitas
13.500 ton nikel. Untuk yang di Pomala sekarang berkapasitas sekitar 30 ribu ton
nikel.
Adapun jenis produk yang kami hasilkan adalah veronikel seperti yang bisa
dilihat di bahan presentasi yaitu berbentuk shop dan ini semuanya produk ini dijual
ke luar negeri yaitu ke pabrik stainless steel. Untuk pabrik emas kami mempunyai
tambang sendiri yaitu di gunung Pongkor di Bogor, kemudian di Cibaliung dan kami
Insya Allah bila bisa bekerja sama dengan PT Freeport dan PT Smelting untuk
membangun areda slime, ini juga akan memperoleh emas bila dalam areda slime itu
ada 1% untuk existing konsentrat Freeport yang dikirim ke Smelting ini ada sekitar
2000, 2000 bila ada emas 1% didalamnya itu sekitar 20 ton. Jadi kami bisa dapatkan
emas 1 tahunnya 20 ton dari proses di PT Smelting. Kemudian kami proses di logam
mulia sampai dimurnikan, sampai kami bisa peroleh emasnya, perak, platinum,
platidium dan unsur-unsur lainnya. Adapun di bawahnya ini adalah produk-produk
emas yang sudah kami kembangkan terutama emas batangan dan sekarang sudah
berkembang ke emas batik juga kami akan masuk ke perhiasan secara terbatas.
Kemudian untuk bisnis bauksit yang di paling kanan, kami mempunyai
tambang bauksit sekarang di Kalimantan Barat di daerah Tayan dan sudah
membangun pabrik chemical grade alumina dan sudah mulai berproduksi. Ini adalah
untuk bahan-bahan untuk seperti penjernihan air, kemudian juga bahan-bahan untuk
ampelas dan sampai dengan untuk teknologi tinggi. Selain itu juga kami akan
membangun smelter grade alumina di Kalimantan Barat itu sendiri di daerah
Mempawa, yang beserta bersama-sama dengan Inalum. Adapun jenis produknya
seperti yang dapat dilihat dipresentasi itu seperti bubuk dan berwarna putih.
Ini adalah produk-produk dari PT Antam ada emas, kemudian untuk logam
mulia emas batangan, koin, dinar, dirham, kemudian ada produk casting seperti
cincin, produkb stemping, industrial produk, gold artikel itu seperti sendok, garpu,
dan juga ada perhiasan-perhiasan yang belum sampai ke perhiasan seperti yang di
toko-toko, namun ini perhiasan untuk dipakai kalung bagi emas batangan yang
bermotif batik.
Untuk chemical grade alumina seperti yang dilihat di kiri bawah berwarna
putih dan ini ada 193 jenis produk, warnanya, butiran-butirannya berbeda-beda dan
juga kekerasannya berbeda-beda juga warnanya. Untuk veronikel seperti yang
dapat dilihat di kanan bawah ini yang iami produksi sebanyak 30 ribu ton per tahun
dan akmi jual ke Cina, ke Korea Selatan, ke Taiwan juga ke India. Dulu kami jual
sampai ke Eropa, namun karena ongkos angkutnya cukup mahal, maka kami
sekarang fokus di daerah Asia.
Baik, selanjutnya ini mungkin untuk gambaran sekilas bahwa Antam
sebetulnya sudah masuk apa yang dinamakan hilirisasi dari tahun 1976 dengan
membangun pabrik pabrik veronikel I, bahkan pabrik logam mulia di Pulogadung itu
1974 juga sudah ada. Jadi hilirisasi yang bergaung sekarang ini sebetulnya Antam
sudah jauh sekali dari tahun-tahun diberlakukannya Undang-undang Minerba 2009
juga masalah hilirisasi yang sedang kita gembar-gemborkan. Kami sudah punya
pabrik di Pomala untuk pengolah bijih nikel menjadi veronikel, itu pabrik veronikel I,
II, III seperti yang sudah kami sampaikan tadi dengan tahunnya, juga klami sudah
mempunyai pabrik emas, bahkan yang pertama adalah di Cikotok. Di Cikotok sudah
ditutup, kemudian kami pindah ke daerah Pongkor di gunung Pongkor. Kemudian
sekarang kami sudah mempunyai tambang emas di Cibaliung di daerah Banten juga
dan tambang emas di daerah halmahera, Nusa Halmahera Mineral. Kemudian kami
juga sedang mengembangkan pabrik bauksit yaitu chemical grade alumina dan juga
smelter grade aluminia.
Baik terus, ini adalah daerah-daerah operasional kami jadi mulai ada di
Sumatera, kemudian Kalimantan, Jawa, Sulawesi sampai dengan Maluku, ini terdiri
dari batubara, emas, bauksit dan juga veronikel, ehnikel. Jadi khusus nikel itu
adanya di daerah timur, sedangkan emas tersebar di baik, sebetulnya ada untuk
eksplorasi, ada Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi sampai juga daerah Maluku.
Baik terus, ini kami tampilkan beberapa kontribusi kami mulai tahun 2012,
2013, 2014, 2015 sampai dengan 2016 namun sampai dengan triwulan ketiga
karena data yang boleh di publish baru sampai triwulan III. Dapat dilihat bahwa
kontribusi kami berupa royalti dari tahun 2012 sampai 2016 ini menurun, ini seiring
memang waktu itu kami sebelum tahun 2014 masih boleh ekspor OR, namun
setelah ekspor OR ini langsung jeblok. Tahun 2012 dapat dilihat kontribusi kami 1,2
trilyun untuk iuran produksi dan royalti termasuk bea masuk dan bea keluar, namun
di tahun 2015 hanya 196 milyar. Secara keseluruhan kontribusi akmi kepada negara
dari 2012 dapat dilihat tabel yang paling bawah, untuk 2012 2,4 trilyun, sedangkan
2015 526 milyar.
Ini kinerja kami untuk corporate social responsibility di mana CSR ini dibagi
menjadi 4 bagian yaitu community development atau CD, kemudian juga program
kemitraan untuk membantu keekonomian masyarakat dan juga program bina
lingkungan, ini untuk semacam bencana, kemudian penanaman pohon yang
diperlukan, kemudian pengelolaan lingkungan. Lingkungan ini bersatu antara
reklamasi, kemudian juga pengelolaan lingkungan di daerah pabrik, di daerah
operasional, maupun penanaman pohon di masyarakat seluruh Indonesia.
Angkanya dapat dilihat memang dari tahun 2012 ke 2015 ini menurun seiring
dengan luas operasional kami. Luas operasional kami terutama daerah
penambangannya, jadi waktu tambang kami aktif ya cukup banyak, banyak yang
kami kerjakan namun seiring dengan luasan itu menyusut, maka kegiatannya pun
menyusut.
Terus ini untuk kegiatan produksi dan penjualan kami, untuk veronikel kami
memproduksi sebanyak 20.293 pada tahun 2016 dan kami jual sebanyak 20.888 ton
nikel. Sudah kami sebutkan bahwa ini semuanya dari pabrik kami di Pomala A
Sulawesi Tenggara dan kami ekspor ke Cina, ke Korea Selatan, ke Taiwan dan ke
India. Kemudian untuk bijih nikel sejak tahun 2014 kami konsumsi sendiri dan sejak
2016 ini atau 2015 akhir sudah juga mensupply ke smelter dalam negeri.
Untuk emas dapat dilihat di kiri bawah, produksi kami hanya 2,2 ton per
tahun. Namun kami bisa menjual di tahun 2016 sebanyak 10 ton, kenapa demikian?
Ini 10 dikurangi 2,2 sekitar 8 ini adalah dari trading. Jadi kami memberi emas
kemudian dijual kembali dan yang paling menopang bisnis kami saat ini yaitu
berasal dari emas. Kemudian untuk bauksit sendiri ini khusus untuk dikonsumsi di
pabrik kami di PT Ica.
Untuk kondisi penjualan tahun 2015 kami mencaoai 9 trilyun, untuk tahun
2016 sampai triwulan III ini sekitar 6 trilyun, namun Insya Allah ini mendekati untuk
akhir tahun tapi ini belum ada laporan secara resminya. Untuk beban pokok
penjualan tahun 2015 8,6 trilyun dan tahun 2016 sekitar 6,08 trilyun. Kemudian laba
kotor tahun 2015 422 milyar, kemudian tahun 2016 sampai dengan triwulan III
sekitar 365 milyar. Untuk laba rugi bersih, kami memang mengalami kerugian dalam
beberapa tahun belakangan ini mulai tahun 2014 sekitar 743 milyar, kemudian tahun
2015 1,4 trilyun. Namun di tahun 2016 ini sampai dengan triwulan III itu kami sudah
membukukan kembali sekitar 38 milyar, Insya Allah tahun ini mudah-mudahan
sedang memfinalisasi perhitungan keuangannya, mudah-mudahan ada harapan bisa
memperbaiki kondisi keuangan kami.
Terus untuk kas dan secara kas kami pada tahun 2016 ini sampai dengan
triwulan III sekitar 7,68 trilyun, kemudian total aset kami sekitar 29,66 trilyun dan
total liabilitas kami sekitar 11,32 trilyun, sedangkan total ekuitas sekitar 18,32 trilyun.
Terus inilah proyek pengembangan utama kami untuk yang warna merah adalah
proyek smelter alumina dengan kapasitas 1 juta ton alumina per tahun. Ini sedang
kita jajaki kerja sama dengan PT Inalum dan partner dari luar negeri, sekarang
sedang tahap finalisasi pembuatan FS, lokasinya di daerah Mempawa Kalimantan
Barat. untuk yang di kanan atas ini proyek kami yang lain yaitu proyek
pembangunan pabrik veronikel di Halmahera Timur, ini mendapatkan PMN dengan
sebesar 3,5 triliun. Adapun pabrik yang akan dibangun ada 13.500 ton nikel per
tahun, ini sekarang sudah tanda tangan kontrak EPC dengan PT Wijaya Karya, PT
WIKA dan Kawasaki EP Industri, sebentar lagi dalam bulan Maret akhir atau April
awal akan segera dimulai pekerjaan konstruksinya.
Kemudian yang untuk di bawah itu proyek underslime dan persis metal ini
yang kami telah terangkan tadi akan mengambil produksi Aroda slime dari PT
Smelting yang berasal dari konsentrat dari PT Freeport. Ini sudah MoU terakhir baru
beberapa minggu terakhir ini kami ada sudah menandatangani antara PT Antam, PT
Freeport dan PT Smelting untuk memfinalisasi rencana-rencana pembuatan pabrik
Aroda Slime yang akan kami lokasikan di Pulo Gadung. Tadinya kami
memperkirakan ini akan berlokasi di Surabaya, di Gresik, namun dengan keamanan
dan kondisi keamanan yang sudah ada di Pulo Gadung ini lebih-lebih ketat,
sehingga keamanan lebih terjamin.
Terus, mungkin dapat kami sampaikan dari informasi lainnya ya, mohon maaf
tidak masuk dalam presentasi yaitu mengenai jaminan reklamasi. Kami mempunyai
jaminan reklamasi sebesar 57,9 miliar, yang tersebar dari unit-unit bisnis
pertambangan nikel Maluku Utara, unit bisnis pertambangan nikel Sulawesi
Tenggara, unit bisnis pertambangan bauksit Tayan, unit bisnis pertambangan emas
di Pongkor. Adapun biaya realisasi pengelolaan lingkungan tahun, selama tahun
2016 ini sebesar Rp 69,3 miliar.
KETUA RAPAT:
Sebentar Pak, untuk mohon supaya daftarnya itu disampaikan ke kita tetap.
DIRUT PT ANTAM:
Baik Pak, nanti kami susulkan Pak.
KETUA RAPAT:
Susulkan karena itu menyangkut masalah angka kan, kalau diucapkan kan
kita tidak bisa hafal gitu, kalau nanti disusulkan kita bisa mengetahui.
DIRUT PT ANTAM:
Betul Pak, nanti kita susulkan di perbaikan-perbaikan Pak.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih.
DIRUT PT ANTAM:
Kemudian biaya paska tambang yang sudah dianggarkan, kami sudah
menganggarkan biaya paska tambang di Maluku Utara. Di mana akan ada paska
tambang di sekitar tahun 2044 ini sekitar 159 milyar, kemudian di unit bisnis
pertambangan nikel Sulawesi Tenggara di tahun 2044 sekitar 278 miliar, kemudian
di unit bisnis pertambangan bauksit Tayan, ini sudah tahun 2028 56 miliar dan unit
bisnis pertambangan emas Pongkor di tahun 2021 ini sekitar 92 miliar, jadi total
sekitar Rp 585 miliar. Kami juga berkontribusi pada penanaman pohon mengikuti
program pemerintah yaitu penanaman pohon 1 miliar pohon. Kami berkontribusi
setiap tahun hampir 500 ribu sampai dengan 1 juta, untuk tahun 2016 ini sekitar 580
ribu pohon.
Mungkin itu yang bisa saya sampaikan dan kemudian untuk mengenai PP 1
Nomor, iya PP 1/2017 ini. Kami memang sangat mendukung, kami ada seperti yang
disampaikan tadi bahwa kontribusi kami kepada negara sejak 2014 ini turun drastis
karena memang kebanyakan kontribusi kami kepada negara adalah dari jualan bijih
nikel dan juga bijih bauksit. Jadi untuk pelaksanaan PP tersebut kami masih
menunggu penggarisan dari pemerintah, seperti apa aturannya karena sudah ada
Permen, kemudian yang ada di bawahnya untuk semacam SOP atau akan yang
keluar Kepmen ataupun keputusan Dirjen, kami masih menunggu keputusan itu
keluar. Namun kami sangat mendukung keluarnya, apa namanya pelaksanaan dari
PP Nomor 1 tersebut dan bila ada isu soal harga sebetulnya harga ini juga bisa
terkendali nanti ada stabilitas tersendiri. Harga ini juga bukan hanya soal ekspor OR
namun juga bila terlalu banyak pabrik yang dibangun di dalam negeri pun tetap akan
mempengaruhi harga, mungkin itu yang bisa saya sampaikan untuk sampai saat ini.
Demikian Pak Ketua, terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Saya sedikit saja tadi kan ada 3 Permen sebagai turunan dari pada PP 1, 56
sama 9 kan, kalau 9 kan tidak perlu mungkin BUMN itu kan untuk yang non BUMN
dan divestasi. PP 56 tidak ada belum ada turunannya sampai sekarang, belum ya.
Oke, kalau gitu.
Silakan dilanjutkan Direktur Utama PT Timah.
DIRUT PT TIMAH:
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang salam sejahtera buat kita semua.
Yang kami hormati Bapak Pimpinan Komisi VII beserta Anggota Komisi VII.
Perkenankan kami menyampaikan capaian tahun 2016, lanjut sekilas
mengenai visi dan misi PT Timah menjadi perusahaan pertambangan terkemuka di
dunia dalam yang ramah lingkungan. Halaman selanjutnya, saat ini 55% saham PT
Timah dimiliki pemerintah Republik Indonesia dan 35% dimiliki oleh publik. Bidang
yang dilaksanakan oleh PT Timah, pertama bidang pertambangan timah yang
dilakukan oleh PT Timah, kemudian ada bidang pertambangan non timah, setelah
itu ada produk hilir Pak yang saat ini dilakukan oleh PT Timah Industri serta bisnis
berbasis...... seperti dok dan perkapalan, rumah sakit, properti dan pemasaran.
Komposisi dari pemegang saham dari PT Timah 65% pemerintah, institusi
lokal sekitar 17%, individu lokal kurang lebih 8,5% dan sisanya asing sebesar 10%.
Ini adalah stakeholder yang dari PT Timah yang ...BUMN, ESDM, Perdagangan dan
Pemerintah Provinsi Bangka Belitung. Pada penerimaan PT Timah juga atur oleh
Permendag Nomor 7 Tahun 2015 yang antaranya mengatur mengenai kadar dari
logam timah yang bisa diekspor. Next, kegiatan usaha dari PT Timah sendiri
merupakan kegiatan yang terintegrasi mulai dari eksplorasi, kemudian
penambangan dan pengolahan serta smelter, serta produk-produk hilir. Jadi sejak
tahun 1970-an PT Timah sudah menjual produk berupa logam timah, jadi kami tidak
menjual bijih timah lagi dan kami juga sudah melakukan produk-produk hilir lagi
berbentuk tim solder serta tim chemical.
Next, operasi PT Timah terdiri dari 2 wilayah. Satu dari Kepulauan Riau
Gundur, dari Kepulauan Gundur, di sini kami memiliki 7 IUP dengan lahan seluas 45
ribu hektar. Kemudian yang wilayah kedua ada di Kepulauan Bangka Belitung total,
dari operasi laut sebesar, sebanyak 20 IUP dengan lahan seluas 138 ribu hektar.
Sedangkan untuk tambang darat terdiri dari 90 IUP dengan lahan seluas 327 ribu
hektar. Kami mengoperasikan 2 smelter yang berlokasi di Muntok Bangka Barat dan
di Gundur dengan kapal total kapasitas sebesar 54 ribu hektar dan 6 unit kapal
keruk 86 unit kapal hisap, serta mengoperasikan 230 unit tambang darat.
Cadangan yang dimiliki oleh PT Timah saat ini total resources sebesar 800
ribu ton yang terdiri dari offshore kurang lebih 55% dan cadangan darat sebesar
45%, sedangkan reserve yang artinya cadangan yang sudah untuk ditambang
sebanyak 328 ribu ton terdiri dari 84% cadangan laut dan sebesar 16% cadangan
darat. Saat ini kami tentu tetap terus melakukan kegiatan eksplorasi untuk
meningkatkan jumlah cadangan yang dapat ditambang. Kalau kita lihat dari supply
and demand Timah dunia sampai di tahun 2015 produksi timah dunia itu sebesar
339 ribu ton, sedangkan konsumsinya sendiri sebesar 346 ribu ton jadi memang ada
gap, masih ada kekurangan suplai timah ke pasar dunia. Sedangkan kalau kita lihat
harganya pak, harga timah, harga jual logam timah berfluktuasi tertinggi dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir ini kurang lebih di level 25 ribu itu di tahun 2012 dan titik
terendah itu terjadi beberapa, di awal tahun lalu Januari 2016 di mana harganya
menyentuh level 13 ribu dan alhamdulillah saat ini harganya sudah mulai naik lagi
dan sekarang sekitar 19 ribu sampai 20 ribu dolar per tahun.
Penggunaan logam timah, pertama sebagai solder Pak, untuk industri
elektronika dan komunikasi. Jadi ini sangat banyak sekali, apa konsumsinya. Yang
kedua sebagai tinplate digunakan untuk kemasan kaleng untuk makanan dan
minuman. Yang ketiga dipergunakan sebagai tin chemical, ini adalah campuran
bahan-bahan plastik, pvc terus apa kemasan makanan yang terakhir untuk bahan
campuran untuk bronze and food glass lapisan kaca. Produk kami 95% di ekspor,
5% untuk dipakai di pasar dalam negeri dengan tujuan negara terbesar adalah
Singapura, sisanya Eropa, Jepang dan Amerika.
Apa yang akan kami lakukan ke depan Pak, termasuk dengan dari mulai dari
tahun 2017 ini adalah satu adalah melakukan efisiensi biaya melalui pengurangan
biaya dari semua proses bisnis. Jadi kami akan berusaha memperbaiki struktur
biaya. Yang kedua kami juga akan mengembangkan dan memperbaiki peralatan
produksi dan proses, jadi contohnya kapal-kapal timah yang sekarang beroperasi
sudah relatif tua, ini kami akan rupa untuk mengganti dengan kapal-kapal baru yang
relatif lebih efisien. Kemudian kami juga akan fokus untuk penemuan cadangan
baru, ini sangat penting sekali untuk lifetime dan suplai ke depan dari logam timah
itu sendiri. Dengan pertumbuhan teknologi sekarang program timah itu akan
semakin banyak dipakai, pertama sejak dipergunakannnya kendaraan listrik, itu
logam timah akan semakin banyak dipakai. Yang ketiga, yang keempat yang paling
penting adalah membangun hubungan yang harmonis kepada seluruh pamangku
kepentingan, alhamdulillah Pak hari ini dapat kami laporkan hubungan dari PT
Timah sudah sangat baik dengan stakeholder terutama yang ada di Kepulauan
Bangka Belitung.
Tinjauan operasional Pak, dari segi operasional produksi di sampai dengan
triwulan III tahun 2016, produk bijih timah sebesar 15.973 ton turun dibandingkan
periode yang sama triwulan III 2015. Ini disebabkan oleh di awal 2016 itu produk,
apa kondisi cuaca sangat tidak mendukung dan produksi kami sangat drop sekali di
awal tahun 2016. Demikian juga terhadap produksi dari timah olahannya dan
penjualannya juga turun dibandingkan dengan periode triwulan III tahun 2015. Kalau
kita lihat dalam produksi 5 tahun terakhir memang faktor utama adalah cadangan
juga, ini juga maka kenapa yang mendasarkan kami sekarang menggalakkan
kegiatan eksplorasi untuk meningkatkan cadangan serta produktivitas dari alat
peralatan kerja yang sudah relatif lebih semakin lama semakin tua, sehingga sudah
tidak efisien lagi dalam produksi.
Dari segi pendapatan, segi keuangan pendapatan sampai dengan triwulan III
2016 sebesar 4,6 triliun dan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan
di triwulan III 2015 sebesar 5,1 triliun. Laba di triwulan III 2016 sebesar 50 miliar,
sedangkan di triwulan III 2015 laba hanya sebesar 25 milyar. Insya Allah Pak, tahun
2016 hasilnya jauh lebih baik dibandingkan tahun 2015. Dari sisi aset, total aset
sebesar 9,2 triliun secara teknis stabil jika dibandingkan tahun 2015 dengan
kewajiban lancar dan kewajiban tidak lancar kurang lebih sekitar 3,9 trilyun,
sedangkan ekuitas sebesar 5,2 trilyun.
Kalau ini pergerakan saham timah sampai dengan 2016, akhir 2016
alhamdulillah sudah meningkat dibanding tahun-tahun, di awal tahun 2016. Dari
kontribusi PT Timah terhadap pemerintah di tahun 2016 kami memberikan
kontribusi yang terdiri dari royalty, IUP dan iuran sebesar 201 miliar sedikit menurun
dibandingkan memang 2015 karena ini dikarenakan produksi dari bijih timah sendiri
menurun jika dibandingkan tahun 2015. Untuk kegiatan perdana kemitraan kita
menyalurkan dana sebesar 8,3 milyar untuk.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
Saya pikir PT Timah perlu juga sekaligus menjelaskan dasar perhitungan
iuran IUP. Ini belum pernah peroleh, jadi saya sebagai .......bertanya tapi sekaligus
saja penjelasan ini ada ya.
KETUA RAPAT:
Bisa disampaikan Pak.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Yang baru dijelaskan tadi Pak Dirut, sebelum ini. ini menteri belum pernah
jelaskan Pak Ketua, ini keterlaluan juga.
DIRUT PT TIMAH:
Kalau info Pak, ini berdasarkan luasan dari wilayah IUP nanti kalau
diperkenankan kami akan sampaikan secara detil, kami kirimkan surat
penjelasannya Pak.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
Nanti hari ini juga, masa nggak bisa 1 jam dikerjakan habis waktu sesudah
yang lain karena contohnya ada pergeseran 2012 19,74 milyar, 2015 31,35 milyar
kok rendah sekali gitu, apa karena BUMN atau semua begitu. Ini Pak Ketua, ini
bukan soal untuk PT Timah, ini nanti untuk kebijakan yang mau kita bahas dengan
Menteri ESDM.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Tolong nanti Pak, dijelaskan karena ini memang tidak pernah. Kita selalu
kalau membahas masalah kontribusi terhadap pemerintah itu langsung dalam
bentuk deviden dari pada BUMN itu, itupun dibahasnya di Badan Anggaran, tidak
pernah di kita. Mungkin sekarang ini saatnya kita bisa menanyakan dari data-data
yang ada.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
Ini bukan deviden, iuran IUP.
KETUA RAPAT:
Iuran IUP yang dijelaskan oleh Dirjen Minerba kita pada waktu kita meminta
kontribusi terhadap pemerintah itu selalu deviden yang dijelaskan gitu loh. Nah
sekarang ini karena ini menyangkut masalah iuran, disampaikan saja karena
menjadi bahan kita untuk Rapat Kerja dengan menteri.
DIRUT PT TIMAH:
Baik Pak, kami nanti akan sampaikan segera Pak.
Ini yang program kemitraan yang kontribusi kami di program .......sebesar 8
miliar yang kami lakukan di 7 kabupaten dan kota di wilayah Bangka Belitung.
Selanjutnya untuk 2017 memang belum dibutuhkan alokasi ..... dan menunggu
keputusan RUPS terlebih dahulu.
Demikian Pak, dari paparan kinerja. Tambahan informasi untuk rencana
reklamasi sampai dengan tahun 2019 kami merencanakan akan melakukan
reklamasi di 6 kabupaten dengan luas kurang 2 ribu hektar dan besaran jaminan
reklamasi sebesar Rp 60 milyar yang meliputi kabupaten Bangka, Bangka Barat,
Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung dan Belitung Timur.
Demikian Pak, paparan dari kami.
KETUA RAPAT:
Bisa ditambahkan mengenai implementasi PP 1/2017.
DIRUT PT TIMAH:
PP 1 kami tidak masuk Pak, logam timah tidak masuk dalam PP 1.
KETUA RAPAT:
Oke, silakan bisa dilanjut Bukti Asam.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati Bapak Pimpinan Komisi VII.
Bapak-bapak Anggota Dewan Komisi VII.
Teman-teman Direksi BUMN Pertambangan.
Pada sore ini kami ingin mempersentasikan secara ringkas tentang kinerja
Bukit Asam dan pencapaian 2016, serta rencana tahun 2017. Ini adalah sekilas saja.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Pak, izin Pak.
Perkenalan dulu Pak.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Oke, iya baik.
Mohon maaf Bu, saya Arfian sekarang diamanahkan sebagai Direktur Utama
Bukit Asam sejak tahun 2016 April kemarin, jadi baru setahun. Kemudian yang
mendampingi saya ada beberapa Direksi, Pak Ahmad Sudharto Direktur Keuangan,
Pak Anung Direktur SDM dan Umum. Pak Surya Eko Direktur Pengembangan
Usaha, 2 direktur lagi berhalangan lagi ke tugas keluar kota, Pak Joko Direktur
Produksi dan Pak Anung Direktur Niaga. Pak Ari maaf, Pak Ari Direktur Niaga.
Sekilas ini adalah visi PT BA menjadi perusahaan energi kelas dunia yang
peduli lingkungan dengan misi mengelola sumber energi dengan mengembangkan
kompetensi korporasi dan keunggulan Indonesia dengan memberikan nilai tambah
maksimal bagi stakeholder dan lingkungan dengan nilai-nilai visioner, integritas,
inovatif, profesional dan sadar biaya dan lingkungan. Untuk me-refresh Bapak-bapak
sekalian, ingin kami sampaikan sejarah Bukit Asam ini. sejatinya PT BA ini adalah
perusahaan tambang tertua di Republik ini dimulai dengan beroperasinya tambang
di Ombilin tahun 1876. Kemudian pada tahun 1919 dibukalah tambangnya di Airlaya
di Tanjung Enim Sumatera Selatan. Jadi artinya perusahaan ini sudah berumur lebih
dari 100 tahun, lebih dulu dari Republik ini. kemudian pada tahun ’50 menjadi
perusahaan negara dengan PN.... kemudian pada tahun ‘81 menjadi persero PT BA.
Yang menjadi catatan buat kita adalah PT BA pada tahun 2002 terdaftar sebagai
perusahaan pabrik di Bursa Efek Jakarta dan saat ini nilai saham kita 35% adalah
publik.
Sesuai dengan perkembangan usaha, Bukit Asam memiliki beberapa anak
perusahaan yang bergerak di beberapa bidang produksi batubara, kemudian trading
juga pembangkit, kemudian juga rencana angkutan kereta api dan hilirisasi baik gas
methan maupun investasi di bidang sektor-sektor yang terkait dengan batubara.
Lokasi operasi perseroan PT BA ini mempunyai wilayah izin wilayah usaha
pertambangan sebesar 93 ribu hektar, paling besar itu adalah di Tanjung Onim 64
ribu, kemudian ada di Ombilin, di Pranap, Riau dan ada di Kalimantan anak
perusahaan IPC dan di Tabalong juga di Kalimantan. Dengan total sumber daya 8,2
miliar ton dan total cadangan 3,3 miliar. Selain itu juga perusahaan ini mempunyai
support fasilitas seperti pelabuhan di Teluk Bayur dengan kapasitas 90 ribu ton
dengan kapal yang bisa mengangkut 4 ribu DWT, kemudian di Kertapati Sumatera
Selatan dengan kapasitas stok 50 ribu ton, ini memang hanya tongkang dengan
kapasitas 8 ribu ton. Yang terbesar adalah di Karahan dengan kapasitas stok bal
sekarang ini sudah bisa mencapai 1 juta ton dan kapal kapasitas pelabuhan sebesar
210 ribu DWT atau kita sebutkan ....size lebih besar dari pada Panamex, Panamex
itu Cuma 60 ribu-70 ribu ton. Ini adalah pelabuhan batu bara terbesar di Indonesia
saat ini, mungkin juga di Asia ya Pak, Asia Tenggara.
Nah kalau kita bicara sumber daya persero kita lihat total cadangan mineable
pertambangan kita itu adalah 3,3 miliar ton, yang terdiri dari Liknight, subtitute minus
dan bituminus. Kalau kita bicara ketiga jenis ini maka Bituminus itu adalah kalori
tinggi yang hanya 3% di atas 9.400 kalori CV-nya, kemudian subtitute minus yang
banyak yang mayoritas 62% 4.900 atau GAR-nya 4.400 sampai 5.800 dan Liknight
yang kalori rendah di bawah 4.400.
Sekilas saya mau sampaikan tinjauan bisnis komoditas batubara, kalau kita
lihat dari sisi harga. Bapak bisa lihat bahwa dibanding dengan tahun-tahun
sebelumnya tahun 2016 ini memang kondisi harga batubara mengalami titik
terendah awal tahun 2016, di tahun bulan Januari 2016 dengan indeks di bawah 50.
Dan ini penurunan sudah dimulai sejak tahun 2014 sebetulnya dan alhamdulillah
mengalami perbaikan di triwulan terakhir 2016 dimulai bulan Oktober, November,
Desember. Nah perkiraan dari para analis harga batu bara ini juga akan sulit untuk
bisa ke jaman-jaman di tahun 2010-2011 dan ini terlihat bahwa rata-rata indeks
sampai tahun 2020 itu hanya berkisar di antara angka 70 US doler per ton. Dari sisi
permintaan bahwa permintaan batubara dalam negeri dan ekspor kita bisa melihat
bahwa atau mayoritas itu adalah di PLN dengan peningkatan yang terus-menerus
dari 2015 47 juta ton dan diperkirakan apabila program PLN 35 ribu mega watt ini
berhasil, maka permintaan domestik akan meningkat menjadi 166 juta ton. Ini indeks
yang tadi saya katakan kita lihat bahwa indeksnya terus turun, ini yang dari bulan per
bulan, ini terlihat dari posisi Januari 2016 itu angka terendah di bawah 50, kemudian
mulai bergerak naik di bulan September sampai puncaknya di bulan Desember,
tetapi turun lagi di awal 2017 ini, sekarang indeks rata-rata di angka 80. Nah ini
tentunya secara tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, nanti kita
akan sampaikan kinerja perusahaan yang terkait dengan fluktuasinya harga
batubara ini.
Bapak-Ibu sekalian.
Penjualan PT BA, produksi PT BA ini ada beberapa kualitas batubara yang
kita hasilkan yang kita sebut batubara dengan brand 45, artinya dengan GAR 4.500,
kemudian GAR 5.000 kita sebut dengan Bukit Asam 50, GAR 55 2.500 kita sebut
Bukit Asam 55 dan GAR 6.400 kita sebuta BA64. Mayoritas penjualan kita itu adalah
di GAR 5 ribu sekitar hampir 13 jutaan dengan tujuan domestik dan ekspor. 60% dari
produksi kita adalah diserap oleh dalam negeri dalam rangka memenuhi kebutuhan
untuk PLN, hampir sekitar 12 juta, sisanya adalah ekspor ke berapa negara, Taiwan,
Jepang, Cina, India dan sebagainya.
Secara garis besar dapat kami sampaikan kinerja persero pada tahun 2016 ini
masih angka unaudited, penjualan kita dari sisi produksi batubara adalah 20,7 juta
ton terdiri dari domestik tadi saya katakan 60% 12 juta ton dan ekspor 8,5 juta ton
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Dan kita proyeksikan di tahun 2017 juga
mengalami peningkatan sebesar menjadi 27,2 juta ton. Peningkatan produksi ini
tentunya sangat terkait dengan kapasitas kemampuan dari logistik kita, dalam hal ini
kereta api karena bagaimanapun PT BA ini sangat tergantung kepada kereta api,
sangat tergantung pada kinerja kereta api karena tidak ada cara selain melalui
kereta api untuk membawa batubara yang ada di Tanjung Enim ini. Dan kalau kita
lihat dari sisi angkutan kereta api juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
sejalan dengan membaiknya kinerja dari PT KAI.
Dari sisi pendapatan pada tahun 2016, penjualan kita, pendapatan kita 14,2
trilyun meningkat hampir 1 trilyun dibandingkan dengan tahun 2015. Ini memang tadi
saya katakan bahwa peningkatan harga ini baru kita bisa nikmati pada bulan
Oktober, November, Desember triwulan IV. Itupun tidak bisa maksimal kenapa?
Karena kita sudah terikat kontrak, tadi saya katakan 60% penjualan kita itu adalah ke
PLN yang sudah terikat kontrak yang harganya adalah berdasarkan harga yang
disepakati ya dari harga tahun 2015 yang pada saat itu harga indeks masih di bawah
50. Sehingga kenaikan tarif kenaikan harga batu bara ini hanya kita bisa nikmati dari
40% produksi kita yang kita jual ekspor. Nah tentunya dengan melakukan langkah-
langkah efisiensi selama tahun 2016 ini, alhamdulillah kinerja keuangan persero
yang tercermin dari laba bersih persero pada tahun 2015 2 trilyun dan kita harapkan
pada tahun 2016 ini ekspektasi ini mudah-mudahan bisa mencapai 1,9 trilyun. Dan
tadi Bapak lihat bagaimana indeks turunnya di Januari itu sudah, Januari 2016
sekitar 50 jauh lebih rendah dari pada tahun 2015 dan baru bergerak naik di bulan
triwulan IV tahun 2016. Kita nggak bisa menikmati secara maksimal karena kita
terikat kontrak dengan PLN, tapi ya alhamdulillah kinerja kita masih bisa
pertahankan dengan langkah-langlah efisiensi selama tahun 2016 kemarin.
Kontribusi PT BA kepada negara baik berupa pajak, non pajak dan lain
sebagainya pada tahun 2016 ini diperkirakan mencapai 2,8 trilyun lebih rendah
memang dibanding tahun lalu 3,2 trilyun. Ini sebagai dampak yang saya katakan tadi
menurunnya harga di sektor komoditi ini.
Kemudian beberapa hal yang terkait dengan strategi perusahaan untuk
mencapai visi yang saya katakan tadi sebagai perusahaan energi kelas dunia, kita
berusaha melakukan transformasi bisnis ini karena kita tahu bahwa batu bara ini
adalah suatu komoditi yang sifatnya unrenewable, cepat atau lambat dia akan habis.
Selain itu juga ada tekanan-tekanan terhadap market internasional yang mulai
menghindari pemakaian butuh bara karena dianggap memberikan polusi dan kalau
kita tidak antisipasi 2 hal ini industri ini akan berakhir. Nah untuk itu kita melakukan
berapa strategi devisifikasi, baik dari sisi sektor, dari sisi geografi, dari sisi value
change dan juga dari sisi produknya sendiri. dari sisi desifikasi kita mulai masuk ke
power plant pembangunan PLTU mulut tambang karena kita meyakini bahwa
membawa listrik itu tetap lebih murah dari pada kepada membawa batu bara.
Disamping juga pembangunan PLTU di mulut tambang cost-nya jauh lebih murah,
listrik yang di jual akan lebih murah karena tidak ada transportasi cost terhadap
batubaranya sendiri. Kalau dari sisi kapasitas pembangunan PLTU Bukit Asam ini
mempunyai kemampuan untuk membnagun PLTU sampai 6 ribu mega watt dengna
jumlah cadangan tadi yang terukur hampir 3 miliar ton. Selain itu juga kita melakukan
studi hilirisasi dari produk batubara, baik dalam bentuk colt to gas, CBM, colbit
methan, colt to liquid menjadi minyak dan produk-produk petro chemical lainnya. Ini
masih dalam tahap studi dan mencari teknologi yang pas dan partner yang ngepas
untuk kita kembangkan mengingat sumber cadangan kita yang demikian besar, yang
kalau kita gali dalam bentuk batubara, dengan keterbatasan logistik, kemudian
permintaan dunia yang tadi Bapak lihat sendiri harganya juga tidak akan lebih baik
dari pada tahun-tahun sebelumnya karena ada brand dari penolakan dari beberapa
negara terhadap batu bara bapak tahu sendiri, Eropa sendiri sudah nggak mau lagi
membeli batubara. Orang sudah mulai green energi, ke solar, ke yang sifatnya
renewable. Nah kita mau nggak mau harus melakukan transformasi terhadap bisnis
batubara ini.
Ini sekilas peran PT BA dalam rangka pemenuhan energi nasional bahwa
batubara Bukit Asam yang saya tadi katakan 12 juta ton yang kita suplai ke PLN, itu
untuk memenuhi power plan PLN, hampir semua power plan PLN di Jawa ini
memakai batubara Bukit Asam karena memang dari sisi kualitas Insya Allah lebih
baik dari batubara dari sumber-sumber lainnya dan PLN membutuhkan itu, walaupun
mereka mendapatkan suplai dari Kalimantan.
F-NASDEM (H. ENDRE SAIFOEL):
Interupsi Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Endre.
F-NASDEM (H. ENDRE SAIFOEL):
Terima kasih Pimpinan.
Ini Bukit Asam kita mau penjelasan sedikit Pak, mengenai yang unit tambang
Ombilin Pak. Kabarnya mau di tutup dengan tahun 2019 IUP-nya habis, kita minta
keterangannya Pak.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Iya Pak, memang Ombilin ini kita ada, Bapak tahu sudah dioperasikan lebih
dari 100 tahun sejak 18 sekian dan secara bisnis dan melalui kajian konsultan
konsultan, kajian dari teman-teman sudah sejak berapa tahun yang lalu sudah ada
rencana untuk penutupan tambang ini karena memang secara ekonomis dengan
kondisi saat tidak layak untuk kita lanjutkan dan secara buku itu berdampak kerugian
terhadap buku Bukit Asam, tapi hal ini memang tidak semudah itu karena kita tahu
Ombilin ini selalu untuk ini sangat tergantung ekonominya, sektor ekonominya
terhadap keberadaan PT BA di sana. Memang sekarang sudah ada upaya-upaya
dari Pemda untuk melepaskan ketergantungan terhadap Bukit Asam, tambang
Ombilin dengan mengembangkan daerah wisata. Kita support itu, dalam kajian kita
dalam rencana penutupan tambang ini kemarin kita sudah minta konsultan dari
Universitas Andalas untuk membuat rencana kajian terhadap penutupan tambang
ini. Kemudian secara teknologi kita juga sudah mengajak beberapa investor, calon
yang mungkin memiliki teknologi yang saat bisa menambang di Ombilin ini karena
tambangnya adalah tambang dalam, harus pakai terowongan yang bisa mungkin
dengan teknologi baru ini bisa lebih efisien Pak. Sehingga cost-nya itu bisa apa
namanya bisa kompetitif, sehingga harga dengan harga batu bara sekarang ini
masih layak kita teruskan. Nah mengenai rencana IUP sendiri kita belum ada
rencana untuk apa diteruskan atau tidak, masih dalam kajian Pak.
Terima kasih Pak.
Saya teruskan Pak, tadi saya sudah sampaikan kontribusi Bukit Asam
terhadap pemenuhan batu bara PLN. Nah ini yang terkait dengan tanggung jawab
sosial CSR Bukit Asam selama tahun 2016 sampai dengan triwulan IV sudah
direalisasikan hampir 92 miliar, terdiri dari kemitraan, dana kemitraan, bina
lingkungan dan bina wilayah. Ini kalau terkait dengan kemitraan ada 8500 unit usaha
yang kita biayai, kemudian dengan jumlah dana kemitraan 2016 ini adalah 395
miliar. Kalau realisasi bina lingkungan selama 2016 56,8 miliar dan total selama 5
tahun terakhir ini 251 miliar yang tersebar di beberapa provinsi dan kota, seperti
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Barangkali itu pemaparan ringkas kami terkait dengan kinerja dan rencana
kerja Bukit Asam.
Terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Saya ingin mempertanyakan dulu itu pernah ada perjanjian antara Bukit Asam
dengan Pertamina untuk mengembangkan DME. Apakah sekarang ini sudah jalan
atau tidak jalan sama sekali karena itu kan sebetulnya bagus programnya karena
bisa menggantikan LPG Pak.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Memang benar Pak pernah ada perjanjian kerja sama dengan Pertamina
terkait ini masih terus Pak kita studi karena ini memang terkait dengan analisa harga
dan investasi dan kita memang berkeinginan untuk melakukan ini lebih jauh karena
ini adalah suatu bagian, salah satu bagian dari visi kita untuk melakukan diversifikasi
batu bara ini menjadi DME yang ujungnya bisa menjadi LPG dan lain sebagainya itu.
Ini sudah masuk dalam program kerja kita Pak, dalam pengembangan usaha.
KETUA RAPAT:
Tapi cukup lama Pak, dari tahun 2009 saya masih inget waktu.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Betul Pak, ini masalah skala ekonominya Pak ini termasuk juga, apa namanya
harganya ya, harga produknya sendiri yang dari studi kita waktu itu tidak bisa meng-
cover investasi yang jumlahnya cukup besar kita lakukan untuk pengembangan DME
ini. insya Allah dalam waktu dekat kita akan kongkritkan ini Pak, dengan teknologi
yang perkembangan teknologi kan makin lama makin murah tentunya ya Pak ya,
dengan kondisi saat ini mungkin bisa lebih visible.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih.
Kalau begitu terakhir dari Inalum, silakan.
DIRUT PT INALUM:
Terima kasih Pimpinan atas waktunya.
Yang kami hormati Ketua Komisi VII DPR RI dalam hal ini Bapak Wakil Ketua.
Yang kami hormati Anggota Komisi VII DPR RI, Bapak-Ibu sekalian.
Yang saya hormati Dirut PT Antam, PT Timah dan PT BA beserta jajarannya.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore dan salam sejahtera buat kita semua.
Ijinkanlah kami dari Inalum Bapak-Ibu sekalian memaparkan mengenai kinerja
PT Inalum khususnya 2016 dan juga rencana kerja tahun 2017. Namun demikian
sebelum itu kami ingin menyampaikan bahwa PT Inalum ini menjadi atau
sebelumnya mungkin kami perkenalan dulu Bapak Pimpinan. Direksi PT Inalum
Persero ini saat ini 4 orang Bapak Pimpinan, hadir saya selaku Direktur Utama
Winardi dan juga sebelah kiri saya Pak ...... selaku Direktur Operasi merangkap
Direktur Pengembangan, sedangkan 2 direksi yang lain satu sedang dinas luar dan
satu orang lagi sedang ada mendapatkan musibah Pak. Jadi tidak bisa hadir pada
kesempatan Rapat Dengar Pendapat ini.
PT Inalum Persero menjadi BUMN tepatnya pada tanggal 19 Desember 2013
dengan PP Nomor 24 Tahun 2014. Sedangkan bidang usaha utamanya adalah
PLTA yaitu dengan kapasitas 603 mega watt dan peleburan aluminium. Masih
menghasilkan produk primer yaitu aluminium ingot dengan jumlah tenaga kerja
sekitar 2 ribu orang. Sedangkan sampai dengan saat ini belum memiliki anak
perusahaan.
Selanjutnya mengenai kinerja perusahaan mungkin lanjut saja. Pada tahun
2016 produksi alumunium ingot mencapai 247 243 ribu ton alumunium ingot,
sedangkan penjualannya mencapai 247 ribu ton. Produksi tahun 2016 ini
mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,
khususnya karena disebabkan oleh level air Danau Toba. Jadi memang pada tahun
2016 ini kalau kita lihat bahwa dimana-mana curah hujan tinggi, banjir begitu, tapi
lever air Danau Toba itu mengalami penurunan Pak, karena memang di daerah
tangkapan air Danau Toba itu tidak hujan. Walaupun Inalum sudah melakukan hujan
buatan, teknologi modifikasi cuaca bekerja sama dengan BPPT selama 3 bulan.
Namun demikian hasilnya juga belum apa ya istilahnya menghasilkan kinerja yang
memuaskan.
Dengan penurunan level air Danau Toba ini sehingga produksi listrik itu harus
kita sesuaikan karena memang ada daerah kerja dari pada level air Danau Toba.
Pada level tertentu kita harus mengurangi produksi dan pada level tertentu misalnya
level tertinggi 905,5 itu kita harus membuang air karena pada level di atas itu di
daerah Danau Toba, itu mengalami pasang atau naik dan itu bisa banjir. Sehingga
levelnya di jaga paling tinggi 905,5 dan paling rendah adalah 902,4. Kalau 902,4 itu
sudah tidak boleh ada yang keluar sama sekali airnya. Nah sekarang pada posisi
sekitar 903, jadi memang levelnya cukup kritis. Biasanya bermain antara 903 sampai
904,5 Pak, itu range normalnya. Bersamaan dengan level air Danau Toba yang
turun ini dan sesuai juga dengan rencana overhaul. Pada tahun lalu 2016 Inalum
juga melakukan overhaul 2 turbin. Di mana Inalum sebenarnya memiliki 8 unit turbin
PLTA si kura-kura 4 turbin dan PLTA tangga 4 turbin. Itu terkait dengan produksi dan
juga penjualannya, di mana produksi 243 ribu tahun 2016, penjualan 247 ribu ton
alumunium ingot.
Sedangkan dengan berubahnya status dari PMA menjadi BUMN, di mana
pada saat PMA itu 60% produk diekspor ke Jepang, sedangkan yang 40% dijual
untuk domestik. Setelah menjadi BUMN strategi dirubah yaitu memaksimalkan
penjualan untuk dalam negeri, di mana pada tahun 2016 91% untuk konsumsi dalam
negeri dan sisanya sekitar 9% itu yang kita ekspor.
Selanjutnya, pada slide berikutnya. Dapat kami laporkan di sini bahwa yang
warna merah, garis warna merah itu menunjukkan harga jual rata-rata Pak per
tahunnya. Di mana memang ada tren kecenderungan yang menurun, khususnya di
tahun 2016 ini prognosa Pak ya, itu sekitar 1660 US dolar per ton. Di mana pada
posisi tertinggi yaitu pada tahun 2011, artinya dalam 6 tahun terakhir. 2011 sebesar
2.338 us dollar per ton sedangkan tahun lalu sekali lagi hanya 1.660. Namun
demikian dari sisi harga pokok penjualan bisa kita kendalikan yang warna hijau. Di
mana pada tahun 2011 itu 1.961 US dolar per ton APP-nya dan pada tahun lalu
bisa kita tekan menjadi 1.242. Sekali lagi ini belum ada audited report tapi masih
prognosa 2016.
Sedangkan setelah menjadi BUMN dapat kami laporkan kepada Bapak-Ibu
sekalian, bahwa pada tahun 2013 nett income 64,042 juta dollar. Jadi kami
sampaikan bahwa buku Inalum itu dalam US dollar jadi sama waktu masih PMA dan
kita minta izin kepada Kementerian Keuangan untuk tetap menggunakan mata uang
US dolar karena terus terang bahan baku kami impor, sebagian besar dalam US
dollar. Sedangkan yang tertinggi adalah pada tahun 2014 memang harga juga
mengalami peningkatan 2.210 US per ton dan juga produksi penjualan adalah yang
tertinggi. Di mana mencapai sekitar 270-an ribu ton untuk penjualan dan produksinya
264 ribu ton. Pada tahun 2016 sebagai prognosa diharapkan nett income di atas
60,8 juta dolar mudah-mudahan bisa. Namun demikian masih di bawah pada tahun
2015, di mana 2015 mencapai 79 juta dolar karena harga pada tahun 2015 1.815.
Sedangkan pada tahun lalu hanya sekitar 1.660, tapi kami mengharapkan bisa di
atas 60 juta dolar untuk nanti laporan keuangan auditnya.
Selanjutnya untuk rencana produksi dan penjualan tahun 2017, ini masih kita
mempertimbangkan level air danau Toba dan juga rencana overwhole untuk turbin-
turbin yang selanjutnya. Jadi ini kita sinkronkan Pak, pada saat level air danau Toba
relatif rendah turbin kita lakukan over whole yang biasanya dilakukan setiap 8 atau 9
tahun sekali. Untuk tahun ini total rencana produksi 241 ribu ton, di mana terdiri dari
alumunium ingot 181 ribu dan juga ada produk baru ini Pak. Jadi setelah menjadi
BUMN Inalum melakukan diversifikasi, jadi masuk ke hilirisasi. Sehingga
menghasilkan produk baru berupa aloid dan vile, ini diharapkan nanti di bulan April
atau mungkin awal Mei kita harapkan sudah bisa produksi. Sehingga di tahun 2017
itu Aloid akan dihasilkan atau diproduksi sebesar 45 ribu ton, sedangkan vile
sebesar 15 ribu ton. Sehingga totalnya sekali lagi produksi aluminium Inalum itu 241
ribu ton.
Berikutnya rencana pengembangan Inalum ke depan, ini mungkin kami
sampaikan secara cepat. Bahwa yang pertama bahwa setelah menjadi BUMN
Inalum oleh pemegang saham diminta untuk mengembangkan perusahaan
khususnya untuk meningkatkan produksi alumunium. Yang pertama sampai dengan
2021 kita harapkan kapasitas produksi Inalum nanti bisa mencapai 500 ribu ton per
tahun, sedangkan pada fase kedua pada 2025 diharapkan bisa mencapai 1 juta ton
per tahun. Di mana perlu kami sampaikan bahwa permintaan atau demand
aluminium dalam negeri itu masih jauh dari pada kapasitas produksi Inalum. Tahun
lalu produksi Inalum sekitar 240-an, namun demikian permintaan dalam negeri lebih
dari 750 ribu ton, sehingga masih ada kebutuhan yang dipenuhi dari impor. Untuk
bisa mencapai kapasitas produksi 500 ribu ton per tahun pada tahun 2021 Inalum
harus melakukan beberapa atau Inalum harus melakukan beberapa proyek
pengembangan, khususnya untuk optimalisasi pabrik yang ada. Artinya
teknologinya kita ganti dengan teknologi yang baru dan itu kita lakukan secara
bertahap sehingga kapasitas pabrik yang ada sekarang 260-an ribu ton per tahun itu
bisa meningkat menjadi di atas 300 ribu ton per tahun.
Selanjutnya juga harus membangun smelter yang baru, smelter aluminium
yang baru dengan kapasitas 200 ribu ton per tahun. Untuk bisa mencapai kapasitas
produksi 500 ribu ton per tahun tersebut Inalum harus membangun atau
mendapatkan pasokan energi listrik tambahan karena selama ini Inalum
memproduksi listrik kapasitas terpasang 603 mega watt, mungkin bisa slide
berikutnya, lanjut satu lagi. Di mana kapasitas terpasang sekarang kalau beroperasi
8 turbin semuanya itu 603 mega watt, di mana dengan semua turbin beroperasi ini
listrik bisa dihasilkan sebesar hampir 553 mega watt. Di mana sebesar 90 mega watt
itu kita jual ke PLN untuk membantu kebutuhan listrik di Sumatera bagian Utara.
Sedangkan sebesar 463 mega watt itu yang kita gunakan untuk peleburan
alumunium oleh Inalum. Namun demikian apabila ada salah satu turbin yang
dilakukan over hall, sehingga produksi akan mengalami penurunan. Di mana
pasokan listrik ke PLN itu kita kurangin atau bisa juga sampai, istilahnya tidak ada
pasokan listrik PLN karena semua listrik yang dihasilkan digunakan untuk peleburan
aluminium di Inalum. Sedangkan untuk mencapai kapasitas produksi yang tadi.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Interupsi Ketua.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Dar.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Karena ini mumpung membicarakan soal kebutuhan listrik, apakah bisa
disampaikan konversi antara penggunaan listrik yang di smelter atau untuk apa itu
463 dengan Vit ataupun produk, 1 mega watt ekuivalen dengan alumunium ingot
sekian. Kalau bisa, kalau nggak bisa.
DIRUT PT INALUM:
Kebutuhan per ton-nya Pak ya, kebutuhan listriknya.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Iya ekuivalen dengan produknya, konversi terhadap satuan berat yang sama
untuk alumunium ingotnya, untuk perbandingan, kalau bisa sekarang, kalau nggak
bisa nanti di tanya-jawab.
DIRUT PT INALUM:
Jadi, memang untuk menghasilkan alumunium ini Pak kalau kita bandingkan
dengan logam-logam yang lain adalah konsumsinya atau kebutuhannya besar
sekali. Jadi dalam 1 ton alumunium ingot itu memerlukan hampir 14.200 kilowatt
hour Pak, 14.200 kilowatt hour listrik untuk 1 ton aluminium listrik untuk 1 ton
aluminium. Memang kebutuhan listrik di ..... Inalum ini masih tinggi karena teknologi
yang lama, teknologi tahun 1970-an, dengan berkembangnya teknologi konsumsi
listrik untuk peleburan itu sudah bisa diturunkan. Oleh karena itu Inalum akan
melakukan optimasi dari teknologi yang ada sekarang kita pakai nantinya kita
gunakan teknologi yang lebih hemat energi listrik Pak. Jadi kita harapkan akan
berkisar di antara 13.500 sampai 13.750 kilowatt hour per ton alumunium nantinya,
di mana sekarang masih 14.200 mungkin itu Pak.
Kami lanjutkan untuk bisa menghasilkan alumunium 500 ribu ton per tahun,
Inalum harus membangun 2 kali 350 mega watt dengan rincian bahwa untuk yang
524 itu dari existing PLTA yang ada di mana kita hampir average antara beroperasi 7
sampai dengan 8 turbin pada saat operasi normal bisa 8 turbin, pada saat ada over
whole itu hanya 7 turbin yang kita operasikan. Sedangkan dari PLTU yang baru itu
diharapkan bisa memberikan pasokan energi sebesar 547 megawatt, di mana
sebenarnya masih ada sekitar 153 mega watt itu yang bisa kita cadangkan atau kita
alokasikan untuk kawasan industri maupun untuk ke PLN. Seandainya Inalum
membangun 2 kali 350 mega watt. Studi kelayakan sudah kami lakukan hanya
memang untuk Conoco-nya kami masih mempertimbangkan bagaimana harga
alumunium ke depannya, ini yang masih menjadi PR bagi kami untuk co atau no co
dari pada pembangunan PLTU ini.
KETUA RAPAT:
Sebentar Pak, ini kan excess capacity kan 153 itu nanti yang dijual pada PLN
pada harga berapa atau sudah ada tanda tangan PPA-nya.
DIRUT PT INALUM:
Belum ada Pak, kita masih studi kelayakan artinya dengan PLN sebenarnya
kita juga belum mendapatkan, belum masuk dalam RUU PTL sebenarnya Pak,
belum masuk karena pada saat kita mengajukan untuk bisa masuk dalam RUUPTL
PLN itu menghendaki sebenarnya nantinya kebutuhan yang diperlukan oleh Inalum
itu akan dipasok oleh PLN. Hanya permasalahannya kapan dan pada harga berapa
Pak itu yang menjadi konsideran bagi kami karena terus terang untuk peleburan
alumunium itu tidak akan visible kalau bea listriknya mahal. Sebagai contoh misalnya
sekarang Inalum menggunakan PLTA kita bisa mendapatkan biaya energi listrik
yang bersaing, yang kompetitif itu yang menjadi pertimbangan kami Pak. Itu yang
istilahnya harus benar-benar kami supaya nanti ke depannya itu istilahnya benar-
benar layak atau visible itu kita kembangkan.
Selanjutnya kami sampaikan kaitannya dengan kontribusi pajak Inalum, di sini
kami sampaikan dari tahun 2006 sampai dengan 2016. 2016 ini belum termasuk
deviden tahun buku 2016 Pak ya, jadi di sini 2016 itu sebesar 567 milyar belum
deviden untuk tahun buku 2016. Sedangkan setelah menjadi BUMN bisa kami
sampaikan di sini bahwa di 2013 itu 499 milyar, di situ 5 bulan sebagai BUMN dan 7
bulan sebagai PMA. Di 2014 meningkat menjadi 1,1 trilyun di mana untuk PNBP
sendiri sebesar 590 milyar, di sini memang dividen porsinya menjadi lebih besar.
Selanjutnya di tahun 2015 menjadi 1,45 trilyun di mana porsi untuk PNBP di mana di
sini paling besar dikontribusikan dari deviden yaitu Rp. 1,15 trilyun. Jadi sekali lagi
dengan menjadi BUMN Inalum ini memberikan kontribusi yang meningkat
dibandingkan pada saat masih berstatus sebagai PMA. Sedangkan untuk CSR dan
PKBL, buka halaman berikutnya, slide berikutnya. Kami sampaikan juga di sini
bahwa pada saat PMA CSR dan PKBL pelakunya ada 2, pertama Inalum sendiri dan
yang kedua dari Otorita Asahan. Yang kami laporkan di sini adalah yang dilakukan
oleh Inalum sendiri, jadi berkisar antara Rp. 5 milyar, sedangkan dari Otorita Asahan
itu juga ada program yang dilakukan oleh OA sendiri. Sehingga sebenarnya kalau
kita gabung mungkin akan berkisar sekitar 10 atau sampai dengan Rp. 15 milyar.
Namun demikian setelah menjadi BUMN dapat kami sampaikan bahwa di
2014 itu 14,1 milyar, 2015 27,4 dan di 2016 40,4 milyar, ini masih prognosa artinya
belum yang audited. Tapi saya kira angkanya juga tidak terlalu banyak berubah Pak
berbeda. Sedangkan rinciannya dapat kami sampaikan pada slide berikutnya, di situ
ada untuk bantuan sarana dan prasarana ibadah, ada bantuan pendidikan itu yang
paling besar Pak di tahun 2016 untuk bantuan pendidikan, dalam hal ini banyak
disalurkan untuk bantuan beasiswa itu hampir 18,6 milyar sendiri. Terus ada bantuan
sarana prasarana umum dan juga ada pelestarian alam, ini untuk reklamasi dan juga
penghijauan. Sehingga sekali lagi total angka yang berupa prognosa artinya belum
final.
Saya kira itu yang dapat kami sampaikan Bapak-Ibu Anggota Dewan yang
kami hormati, karena kalau terkait dengan PP Nomor 1 memang Inalum apa
istilahnya kita mengimpor Pak bahan baku, jadi kita tidak punya IUP atau konsesi
tambang. Jadi ini semua bahan baku kita khususnya alumina di impor dari luar
negeri dari Australia dan juga terakhir kita coba yang dari India, itu yang berupa
alumina. Sedangkan untuk aluminium chloride itu sudah 100% dari dalam negeri
yaitu dari Petrokimia Gresik. Sedangkan untuk CPC itu sekitar 90% dalam negeri
dan 10% masih impor. Sedangkan untuk CTP itu masih 100% impor Pak, kita di
dalam negeri belum ada, apa istilahnya produsennya.
Mungkin itu yang dapat kami sampaikan Bapak-Ibu sekalian dan juga
Pimpinan Rapat.
Terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Atas penjelasan dari para Direktur Utama yang telah secara berurutan
menyampaikan apa yang menjadi agenda rapat kita. Namun demikian karena tadi
belum ada di singgung satupun dari seluruh presentasi yang menyangkut mengenai
masukan terhadap Undang-Undang Minerba, walaupun ini bukan forum untuk
legislasi, tapi kalau ada 1-2 yang volunteer mau menyampaikan sesuatu yang ada di
dalam ataupun atau sudah siap lebih baik lagi.
Silakan saja.
DIRUT PT ANTAM:
Terima kasih Pak Ketua.
Mungkin salah satunya yang menjadi apa namanya kegundahan kami itu
luasan Pak. Luasan area dari IUP yang kami miliki ataupun untuk batubara itu PKB2
mohon maaf Pak. Itu kan ada batasan 25 ribu hektar, sedangkan untuk BUMN kan
harusnya ini ada previlege-nya Pak. Nah ini pun sebetulnya sedang kami bahas,
mungkin tadi belum ada holding Pak dibahas mungkin nanti sebetulnya mohon tadi,
kami kan nggak berani untuk mengemukakan holding karena ada induk holding-nya
di sini Pak, dari Inalum. Nah waktu dijadikan holding juga ini ada permasalahan
karena kan nanti kami sebagai anak, misalkan bukan BUMN lagi itu akan cenderung
masuk ke bahwa kalau bukan BUMN harus dimasukkan ke peraturan 25 ribu hektar
itu Pak. Artinya Antam misalkan ada yang sampai 35 ribu hektar, ada yang sampai
40 ribu hektar bahkan PT BA sangat luas, sangat luas sampai dengan 90 ribu hektar
misalkan. Nah ini mungkin yang perlu juga ada apa namanya, ada perlindungan bagi
kami. Mungkin baru itu Pak, nanti kami tambahkan lagi Pak.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Yang lain mungkin ada karena memang di dalam Undang-undang Minerba
tidak menyebutkan apa, BUMN sama non BUMN, tapi lebih kepada jenis mineralnya
dan juga batubaranya. Mengenai penciutan luas wilayah gitu dan sebetulnya yang
dimaksud itu supaya tingkat produktivitasnya tinggi Pak, karena banyak sekali yang
mereka memegang luasan wilayah namun tidak dikerjakan. Kebetulan dipegang
oleh, kalau sekarang sudah menjadi IUPK, pemegang kontrak karya seperti Vale
itukan luar biasa besar ratusan ribu hektar, tetapi tidak produktif gitu karena mereka
hanya mengusahakan tidak lebih dari 20 ribu.
Hal-hal demikian sebetulnya mendasari dari apa munculnya pasal yang ada
dalam Undang-Undang Minerba. Tapi kalau itu menjadi concern ya tentunya bisa
menjadi masukan, terutama untuk BUMN supaya ada satu proteksi. Ujungnya cuma
1 pak sebetulnya produktivitas, jadi kalau ada 1 produktivitas, ada rencana kerja ke
depan yang memang mendayagunakan resources itu tidak disimpan saja itu akan
jauh menghasilkan untuk pendapatan negara. Kecuali kalau memang kita tapi
sebetulnya itu bukan-bukan tugas daripada, bukan tugas dari pada BUMN untuk
masuk ke dalam wilayah pencadangan nasional karena negara sebetulnya yang
berhak untuk mencadangkannya misalkan memang tidak kita eksploitasi pada kurun
waktu tertentu yang nantinya baru kita jual, jadi itu maksud di dalam BPN dulu baru
nanti kita jadikan WPUP untuk kita tenderkan, kan itu kewenangan ada di negara
dari sebuah perusahaan kita anggap dengan luasan wilayah yang dimiliki dia harus
meningkatkan produktivitas, tidak meng-hold pada kurun waktu yang akhirnya juga
menjadi tidak produktif, tapi negara mempunyai hak untuk itu, kalau negara
mempunyai hak untuk memasukkan ke dalam wilayah pencadangan tadi.
Silakan.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Pak Ketua, sekaligus tanya Pak Ketua juga atau para direksi. Apa masih ada
cadangan yang belum dibagi-bagi di Republik ini.
F-PDIP (TONY WARDOYO):
Pimpinan, saya rasa mungkin kita masuk ke pokok masalah dulu Pimpinan,
supaya baru nanti masuk ke pedalaman.
KETUA RAPAT:
Ini sudah masuk di dalam agenda itu yang.
F-PDIP (TONY WARDOYO):
Ada waiting list Pak, yang udah daftar.
KETUA RAPAT:
Bukan, maksudnya begini Pak Tony. Tadi di dalam agenda itu memang ada
masukan terhadap Undang-undang Minerba. Itu kan tidak disinggung sama sekali
sama mereka, mari kita tanyakan sebagai apa, terakhir gitu. Kalau memang tidak
ada respon yang lebih dari sekedar apa yang tadi sampaikan luas wilayah ya kita
bisa akhiri untuk masuk ke dalam pendalaman. Jadi kalau memang tidak ada, baik
dari Anggota ataupun juga dari para Direktur Utama ya kita masuk ke dalam agenda
pendalaman karena memang di dalam meja pimpinan sudah ada 6 orang penaya
paling tidak.
Silakan.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Pimpinan, daftar Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Boleh.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Terima kasih.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Daftar juga Ketua.
F-PD (SAYED ABUBAKAR A. ASSEGAF):
Tambah satu lagi Pimpinan, Sayed.
KETUA RAPAT:
Oke, mulai yang pertama Pak Tony Wardoyo, nanti siap-siapa Pak Embre.
Silakan Pak Tony.
F-PDIP (TONY WARDOYO):
Terima kasih Pimpinan.
Para Direksi dari PT Aneka Tambang Persero, PT Bukit Asam Persero, PT PN
Timah Persero dan PT Inalum Persero.
Sesuai yang dari paparan Bapak-bapak semua, saya ada pertanyaan yang
saya minta seizin Pimpinan untuk bisa langsung dipraktekkan oleh Pak Dirut PT
Antam. Berdasarkan sejarah hilirisasi PT Antam, Antam telah membuat 3 smelter
Feni 1, Feni 2 dan Feni 3. Pertama yang saya ingin tahu adalah letak smelter itu ada
di mana Pak, 1, 2 dan 3 dan juga bekerja sama dengan siapa saja karena tadi
terlintas ada satu penjelasan dari Pak Dirut, ada kerja sama dengan Smelting
Indonesian yang ada di Gresik dengan PT Freeport. Saya ingin tahu Pak,
kerjasamanya dalam bentuk apa karena ini penting untuk pendalaman kami sambil
kami akan menjelaskan tambahan ke depan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Mau langsung interaktif atau, interaktif.
Silakan Pak.
DIRUT PT ANTAM:
Baik, terima kasih yang terhormat Pak Tony.
Untuk smelter bila mengacu ke bahasa sekarang smelter pak itu pengolahan
pak. Pengolahan jadi di peta ini kami ada pengolahan untuk bijih nikel menjadi
feronikel. Itu ada di, letaknya ada di Pomalaa Kabupaten Kolaka di Sulawesi
Tenggara Pak.
F-PDIP (TONY WARDOYO):
Pak, mohon maaf Pak. Saya sebenarnya berkosentrasi sehubungan dengan
emas ini Pak, karena nanti kita akan bicara juga tentang sekembalinya dari Papua
Pak.
Terima kasih Pak.
DIRUT PT ANTAM:
Jadi itu yang nikel Pak, nah kemudian yang untuk emas, yang emas kami
mempunyai unit pengelolaan dan pemurnian logam mulia, di mana yang diolah
adalah bahan baku emas berupa dore emas menjadi emas murni, emas batangan
itu di Pulo Gadung Pak. Nah yang dikerjasamakan dengan tadi PT Freeport dan PT
Smelting adalah untuk mengolah salah satu bahan emas Pak. Itu underda slime jadi
bila dari Freeport ini yang sekarang sepertiganya konsentrat dari Freeport ini masuk
ke PT Smelting, itu PT Smelting diproduksi cupper apa namanya tembaga dan ada
sisanya pak yang namanya slime. Jadi karena memang di daerah anoda dan katoda
biasa terkenal dengan Arnoda slime. Nah di dalam arnoda slime ini ada emas, ada
perak dan lain-lainnya, selama ini cupper ada dijual keluar negeri dan juga ke dalam
negeri, tapi arnoda slime semua dikirim Pak, dikirim ke Jepang. Untuk itu kami
memang akan mengolah anoda slime ini di dalam negeri, jadi seluruh anoda slime
yang ada yang dihasilkan oleh PT Smelting yang awalnya ......dari PT Freeport itu
yang akan kami olah Pak. Jadi belum ada Pak ini baru akan kami kerjasamakan.
Terima kasih Pak.
F-PDIP (TONY WARDOYO):
Pimpinan, izin ya.
Justru pada kesempatan ini kebetulan Pak, pada waktu saya kemarin Kunker
Reses di Dapil saya di Papua, bertepatan juga dengan kejadian strike atau
pemogokan kerja yang sebenarnya ini memang ditimbulkan oleh PT Freeport
sendiri, yang ini orang Papua sendiri ngomong, kebetulan ini Pak Gubernur sendiri
yang ngomong dan tokoh masyarakat dan ini memang style gaya mereka untuk
melakukan pressure mungkin yang sifatnya supaya dapat kelunakan atau kebijakan
dari pada policy pemerintah, strategi pemerintah ke depan.
Nah selama ini memang sulit untuk di pemerintah provinsi maupun kabupaten
terkait areal tambang itu sulit untuk diajak diskusi dalam arti kata menyatukan
persepsi kepentingan pemerintah pusat dalam hal ini presiden dan Menteri ESDM,
dengan penjelasan dan pembicaraan dari hati ke hati saya berusaha meyakini
mereka, ternyata pemerintah provinsi Papua kabupaten terkait tambang, areal
tambang di Freeport itu mendukung rencana pemerintah pusat ke depan dalam arti
kata apa yang telah ditanamkan dalam Undang-undang Nomor 4 Minerba Tahun
2009 mereka ingin ini terwujud. Malah mereka tetap menginginkan akan
dibangunnya smelter di Papua karena apa yang telah kita lakukan studi kita kemarin
dari mulai beberapa kali kita kunjungan dan kita lihat evaluasi ternyata smelter yang
dijanjikan PT Freeport yang akan dibnagun di Gresik itu sama sekali ada kegiatan.
Jadi kesimpulan kita bahwa pada saat itupun kita langsung berdialog dengan
Direksi PT Freeport Indonesia, memang mereka mempunyai kendala kesulitan
keuangan. Yang jelas PT Freeport yang di Amerika Mike Cooper itu salah
melakukan investasi, mereka membeli bisnis migas yang kondisinya sekarang agak
terpuruk. Jadi konsentrasi mereka yang harusnya untuk membangun di Gresik di
Indonesia ini tidak terwujud sesuai dengan Undang-undang Nomor 4 Minerba Tahun
2009. Dengan kondisi ini pemerintah Papua pun menyadari bahwa mereka ini
merasa dibohongi, selalu setiap diminta di bangun di Papua selalu dia bilang kami
akan bangun di Gresik, kami sudah membuat MoU dengan Petrokimia Gresik.
Ternyata ini tidak juga, memang MoU sudah dibuat tetapi langkah pembangunannya
sama sekali belum ada, padahal PT Petrokimia Gresik telah menyiapkan lokasi,
sudah membendung area itu, sudah siap akan dibangun oleh kewajiban di PT
Freeport ternyata belum dilaksanakan.
Dari kesimpulan ini semua terjadilan kondisi yang sedikit memang agak keluar
pada saat itu sebenarnya PT Freeport hanya diberikan kewenangan mengekspor
konsentrat tidak lebih dari 1 juta per tahun. Kebijakan daripada Menteri Pak
Sudirman Said kemarin diberi keleluasaan menjadi 1,5 juta ton per tahun.
Berdasarkan komunikasi kita dengan Dirjen Minerba Pak Bambang Gatot sama-
sama dengan PT Freeport dia akan mengembalikan lagi izin konsentrat ini kepada
yang semula 1 juta. Dengan kevakuman inilah mungkin PT Freeport merasa
dirugikan karena mereka sudah merasa menanam investasi di underground yang
begitu besar. Inikan seharusnya juga kalau secara kebijakan perusahaan dan
mengacu kepada Undang-undang, mereka juga harus menyiapkan pembangunan
smelter, yang sebenarnya juga sangat dibutuhkan oleh PT Petrokimia Gresik untuk
mengambil adonanya karena limbah daripada hasil pematangan, pemurnian dari
konsentrat tersebut sangat dibutuhkan kepentingan pupuk bagi Petrokimia Gresik.
Dengan kondisi ini sekarang semakin terbuka bahwa Pemerintah Daerah
Papua provinsi maupun kabupaten terkait dengan tambang sudah berseiya kata
dengan kita, dengan pemerintah pusat, dengan Komisi VII, semua yang dibantu .....
ini yang sifatnya kita akan segera melakukan langkah-langkah yang lebih sinergi,
langkah-langkah yang lebih jelas untuk kepentingan daerah. Porsi daerah di dalam
investasi saham ke depan, begitu pun juga kewajiban-kewajiban Freeport yang
selama ini juga agak terbengkalai seperti satu Pak, sejak 2005 sampai sekarang
ternyata PT Freeport itu belum pernah membayar iuran air, sampai diputuskan
kemarin di pengadilan dengan beberapa tahapan, dari sejak tahun 2005. Akhirnya
diputuskan PT Freeport harus bayar, itu Rp. 3 trilyun kepada Pemda Papua.
Dengan kondisi ini kami juga harapkan dari peran serta BUMN pertambangan
yagn ada di sini, juga paling tidak menyiapkan diri ke depan Pak, bisa ikut bersinergi
karena ke depan dalam bentuk saham ini pun pemerintah mungkin perlu dukungan
dari BUMN-BUMN yang Bapak pimpim semua. Yang kita harapkan ya tingkatkanlah
nilai keuntungan deviden dari perusahaan tersebut untuk bisa berpera aktif,
bersinergi ke depan.
Terus kedua Pak, mengenai tadi Bapak yang diinikan dari Pak Satya soal
cakupan wilayah tambang. Tidak ada hal mustahil kalau PT Aneka Tambang juga
ingin memperluas, kita bisa menjembatani Pak untuk bisa masuk di Papua karena
daerah cakupan areal tambang yang ada di PT Freeport yang saat ini cakupannya
227 ribu hektar lebih, ke depan ini dengan IUP dia hanya memiliki tidak lebih dari
100 ribu hektar. Berarti ada bagian-bagian yang memang harus mereka lepas, di
bagian-bagian itu bisa nantib PT Aneka Tambang juga masuk Pak. Satu ini atas
seizin pemerintah pusat dalam hal ini adalah Kementerian ESDM dan kami juga dari
wakil rakyat Provinsi Papua siap menjembatani untuk bisa berkomunikasi dengan
Provinsi Papua dan Kabupaten terkait tambang tersebut.
Terima kasih, saya rasa itu penjelasannya Pak.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Selanjutnya Pak Endre, siap-siap Pak Bara Hasibuan.
F-NASDEM (H. ENDRE SAIFOEL):
Terima kasih Pimpinan.
Saya bertanya kepada PT Bukit Asam menyambung pertanyaan tadi Pak
Dirut. Saya menerima aspirasi dari Sawahlunto, sebetulnya kota Sawahlunto itu
belum siap ditinggal oleh PT BA, belum siap ditinggal oleh PT BA. Mungkin juga PT
BA ingat sejarah dari awalnya PT BA ini dan sampai di di bukit asam menjadi unit
pertambangan di bukit asam. Ini tahun 90-an PTBA inilah yang unit Ombilin inilah
yang membnatu keuangan Bukit Asam pada harga batubara bagus tahun ’90
dengan kalori bagus sementara yang di Bukit Asam ini belum, kalorinya masih
rendah, mungkin penjualan pada saat itu maish belum bagus. Inilah yang menopang
dengan keuangan Bukit Asam dulunya, tahun ’90-an.
Mungkin dengan sejarah itu dengan keadaan sekarang memang kita
mengetahui ini merugi PTBA di Ombilin, tapi disamping merugi saya rasa janganlah
yang Sawahlunto itu menganggap, janganlah PTBA menutup dulu pada tahun 2019
IUP-nya habis, dia minta kalau bisa di reling deuce diperkecil dan mungkin juga
masih ada yang bisa ditambang untuk operasional unit Ombilin itu, yang seperti
kalau underground dengan biaya sekarang saya rasa nggak mungkin, mungkin
masih ada yang open paid, yang bisa dikelola untuk IUP jika seandainya
diperpanjang selama 10 tahun dengan reling deuce, mungkin biaya-biaya yang lain
akan mengurangi PTBA. Dan ini akan membantu juga ke PLTU Ombilin karena
PLTU Ombilin ini sebentar lagi juga tidak akan mendapatkan batubara karena spek
batubara yang di Ombilin, ini kalorinya kalori tinggi yang ada di PTBA. Kalau PTBA
ini berangkat di tahun 2019 meningkatkan kota Sawahlunto berarti juga
meninggalkan BUMN PLTU Ombilin yang tidak mempunyai pasokan, sementara
PLTU ini dibangun dulu PLTU mulut tambang, tapi sekarang seperti ayam mati di
lumbung padi jadinya kalau 2019 ini PTBA ini harus berangkat, yan diharapkan
sekarang adalah PTBA tetap berproduksi atau diperpanjang dengan rolling deuce.
Seandainya di tinggal ke Pemda ini sudah tidak menyelesaikan masalah, ini
mungkin boleh saya mengatakan ini mudharat yang akan datang, kalau ditinggal dan
diserahkan ke Pemda. Sedangkan PTBA saja nggak sanggup sekarang untuk
melakukan tambang dalam, mana mungkin Pemda setempat untuk melakukan
tambang dalam.
Mungkin itu yang bisa saran atau masukan kepada PTBA, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Mungkin bisa ditanggapi sedikit saja Pak, ini bagus sekali pertanyaannya
supaya tidak kelewat nanti.
Silakan.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Iya Pak, sesuai ketentuan karena IUP ini habisnya 2019, 2 tahun sebelum
jatuh tempo kita harus memberikan sikap diterusin atau tidak. Kalau kita tidak
meneruskan kita harus memberikan pemberitahuan di bulan Februari ini, kalau mau
kita teruskan kita biarkan saja karena 6 bulan baru kita mengajukan perpanjangan.
Sampai sekarang kita tidak mengajukan ke ESDM untuk tidak memperpanjang IUP
ini, jadi sesuai dengan ekspresi Bapak. Jadi kita akan tetap apa IUP-nya kita
pertahankan di sana, izin operasinya.
Nah sekarang terkait dengan bagaimana ini bisa tetap memberikan manfaat
buat Pemda sawahlunto ataupun keberadaan PLTU di situ, itu yang sedang kita
carikan solusi, antara lain adalah sekarang ini ada ketentuan bahwa untuk PLTU
mulut tambang boleh dihitung harga batubaranya adalah cost plus margin iya kan.
Kita tahu bahwa PLTU Sigantang itu didirikan karena adanya tambang Ombilin di
sana dan sejauh informasi yang saya ketahui memang benar Bapak katakan saat ini
mereka kesulitandapat batubara, sehingga, mudah-mudahan saya nggak salah ya
Pak, sehingga mereka membayar solar di situ, yang jelas ongkosnya lebih mahal.
Nah tinggal kita berhitung kalau dia beli batubara dari Ombilin ini dengan cost plus
margin mana yang lebih efisien dengan solar. Nah ini kita mau bicara dengan PLN
Pak, nah kalau itu bisa kalau kita akan operasikan lagi tambang ini dan saya juga
sama dengan Bapak bahwa ini adalah sejarah buat Bukit Asam, mungkin juga buat
id batubara Indonesia ini, ini adalah tambang pertama yang dibuat tahun 1819.
Terima kasih Pak.
F-NASDEM (H. ENDRE SAIFOEL):
Mungkin saya perjelas juga lagi ke PTBA, memang PTBA sudah jelas untuk
memperpanjang mungkin dengan biaya kalau ini yang tinggal 2.600, mungkin
diperkecillah dilakukan oleh ......supaya ini tetap berjalan karena ini sejarah, mungkin
sejarah Indonesia tambang ini, tambang Sawahlunto, jangan ditutup, ditinggal
kasihan kota itu Pak, kota tua yang tidak ada apa-apanya lagi, dia belum siap
ditinggal oleh PTBA.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih Pak Endre.
Selanjutnya Pak Bara, siap-siap Pak Fadel Muhammad.
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
Terima kasih Pak Wakil Ketua.
Saya ingin bertanya kepada Dirut Aneka Tambang itu mengenai impact dari
Undang-undang Tahun 2009 terhadap kinerja PT Antam. Undang-undang itu
disahkan mulai berlaku tahun 2009 tapi sayangnya finansial data yang diberikan
kepada kami mulai tahun 2012. Jadi kita tahu bagaimana kinerja keuangan 2010,
2011, yang jelas memang 2014 antara 2013 sampai 2014 terjadi penurunan yang
sangat-sangat signifikan Pak ya terhadap kinerja keuangan dari PT Antam, terutama
menyangkut produksi nikel, nikel yang sangat menurun tajam ya.
Tadi Pak Dirut mengatakan bahwa ini sebetulnya lebih disebabkan oleh faktor
produksi, jadi mungkin bukan karena larangan ekspor gitu ya. Nah memang PT
Antam ini mempunyai 3 fasilitas smelter, jadi mungkin secara logika sederhana kami
melihat mungkin PT Antam tidak terlalu efektif dari berlakunya Undang-undang 2009
ini khususnya mengenai larangan ekspor. Tapi mungkin juga bukan tidak semua
hasil olahan, hasil tambang terutama nikel dan bauksit yang diolah melalui smelting,
mungkin ada juga yang sebelumnya itu karena memang smelter yang dimiliki oleh
Antam itu sudah lama dimiliki dari tahun 70-an tadi kami dengar. Apakah
sebelumnya itu memang 100% dari hasil tambang PT Antam itu dilakukan smelting
atau memang ada semacam presentasi berapa yang di smelted, berapa yang
kemudian di ekspor secara pro material gitu. jadi mungkin kami ingin mendengar
bagaimana impact karena PT Antam inikan salah satu mungkin BUMN terutama
yang seharusnya secara logika sederhana itu merasakan akibat dari pelaksanaan
Undang-undang 2009 itu dan juga tadi Bapak juga sempat mengatakan sangat
mendukung berlakunya PP Nomor 1 yang memberikan kelonggaran terhadap
ekspor bahan-bahan mentah begitu, terima kasih.
Kedua pada Pak Dirut Bukit Asam, memang ini dunia ini is the world is
moving away from coal ya Pak. Jadi memang diversifikasi ini sangat dibutuhkan
walaupun juga saya kaget Pak, ternyata kalau kita lihat tren 10 tahun terakhir ini
memang konsumsi coal ini kan memang menurut drastis Pak ya terutama 5 tahun
terakhir ini. itu juga karena memang adanya semacam konsesus baru di dunia
bahwa kita harus mengarah kepada renewable energy resources dan itu
konsekuensi memang coal itu ditinggalkan perlahan-lahan. Tapi kenapa tahun lalu
itu ada semacam peningkatan signifikan Pak, terhadap harga dari batubara itu juga
pasti menyangkut dari demand dari batubara itu sendiri dan memang setelah itu
lama-lama juga cukup tajam, mungkin tadi kita perkirakan dan bapak tadi setuju
konsumsi ini makin lama akan makin menurun. Jadi mau tidak mau memang Bukit
Asam harus melakukan adjustment yang fundamental dengan melakukan
diversifikasi karena kalau tidak memang makin lama performance Bukit Asam ini
akan makin menurun, begitu Pak.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih Pak Bara.
Pak Fadel silakan, siap-siap Pak Ramson.
F-PG (Dr. Ir. H. FADEL MUHAMMAD):
Terima kasih Saudara Pimpinan.
Rekan-rekan Anggota Komisi VII yang saya hormati.
Saudara-saudara Dirut dan Direksi Pertambangan yang saya hormati.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tentunya ada pertanyaan-pertanyaan di pikiran Saudara-saudara, pertama-
tama saya mengapresiasi para Dirut yang hadir pada kesempatan ini lengkap
dengan direksinya karena saya kira ini penting ada beberapa pesan-pesan politik
yang kita ingin sampaikan karena kita ini lembaga politik, maka pesan-pesan politik
ini kita sampaikan langsung kepada direksinya.
Terima kasih atas kehadirannya tentunya kita hargai.
Begini, ada 2 pesan utama yang kita ingin sampaikan pada pertemuan kali ini,
dengan Saudara. Yang pertama adalah ada keinginan besar dari kita di Komisi VII
ini yang bidang energi agar supaya yang pertama kita harus berfikir sekarang ke
depan ini untuk hilirisasi. Ada kecenderungan sekarang ini, ada ketakutan atau
mungkin mikir 2 kali dan sebagai-sebagainya karena dana dan sebagainya. Tapi
hilirisasi ini harus menjadi sebuah keharusan dari pada Saudara-saudara sekalian
untuk kemudian mengembangkan industri ini ke depan. Kita ingin agar supaya
sekarang presiden sudah mengatakan bahwa bikin infrastruktur sudah jalan, tapi
yang kita ingin ke depan kita lihat secara politis bahwa industri pertambangan ini
harus menjadi motor, dia harus menggerakkan ekonomi kita ke depan dengan cara
adalah masuk kepada hilirisasi. Tadi kita dengar penjelasan Saudara-saudara
sekalian.
Saya kira tadi misalnya Dirut PN Timah yang baru ini kita hargai karena dala
waktu yang singkat sudah menggambarkan apa yang mau dibuat, juga Aneka
Tambang kita ingin dengar. Sekarang ini pemerintah ingin mengambil alih Freeport,
kita mendukung, kita tidak akan membiarkan polemik yang besar ini berkelanjutan,
kita akan mendukung. Kita mendukung tapi kita ingin kalau bisa Aneka Tambang
ikut didalamnya, ikut sehingga proses daripada ini berjalan dengan bagus.
Bagaimana kesiapan Saudara untuk menghadapi ini, nanti jam 5 Insya Allah kita
akan panggil mereka bicarakan hal ini karena buat kita, kita harus mendukung
kemauan pemerintah mengambil alih ini, tapi kita ingin kalau boleh Saudara-saudara
lah yang kemudian mengambil peran di dalamnya, mengambil mengatakan siap kita
mampu melaksanakan ini dan bikin begini karena kita inikan lembaga politik, kita
bukan mengeksekusi, kita mendorong ke arah sana.
Demikian juga saya kira Bukit Asam tadi mengatakan bahwa buat ini, kalau
kita lihat angka-angka yang ada kita kan sama-sama engeener lah orang teknik ya.
Itu lebih mungkin sampai dengan 6 ribu, 10 ribu mega watt Saudara-saudara bisa
bangun listrik di mulut tambang maka begitu besar penghematannya, misalnya,
kemudian coal to gas dan saya kira ini produk-produk Petro Chemical. Ini sama
sekali belum nampak, belum kelihatan suatu gambaran ke depan apa yang
Saudara-saudara ingin buat ke depan. Kita ingin lihat sebagai lembaga politik kita
ingin melihat, seperti begini kira-kira perusahaan pertambangan kita untuk ke depan
karena ini menjadi motor, kita tidak mau sekarang langkah dari pada Jokowi ini kita
hargai keberaniannya, tapi kalau Saudara-saudara tidak siap dengan keberaniannya
presiden ini maka kita akan sia-sia, kita akan masuk lagi dari Cina, dari mana-mana
masuk akibatnya kita akan tertinggal. Kita ingin dengar tanggapan Saudara-saudara
mengenai hilirisasi daripada industri pertambangan ini ke depan dan saya kira saya
tidak mungkin sekarang secara singkat saja dijelaskan, nanti seperti biasa kalau
Rapat Dengar Pendapat itu disiapkan tertulis jawabanya, kenapa? Karena kita
merencanakan untuk bikin pertemuan dengan Menteri ESDM dan Menteri BUMN
dan Menteri Perindustrian untuk membuat tabulasi dalam tabel. Tadi Tony sudah
jelaskan yang berhubungan dengan Freeport itu bagus sekali, kita akan bikin
tabulasi kaya begini kira-kira pemetaan industri ini ke depan dan saya kira tanpa
menyebutkan karena ada Saudara Budi sudah di sana dan dia sudah bicara sama
kita sama Menteri BUMN. Saya kira ini harus ada tapi tujuan saya bicara dengan
teman-teman bicara memberikan dukungan ke Saudara-saudara, dukungan politik
agar supaya Saudara sampai ke sana.
Mungkin gambaran secara umum nanti disampaikan lebih detil lagi yang kita
ingin merubah Undang-undang Minerba ini untuk mendukung Saudara sekalian,
misalnya kita merubah Undang-undang Minerba kita bikin, supaya kalau boleh lebih
terintegrasi Saudara-saudara dalam menguasai lahan bisa lebih besar, kemudian
Saudara- saudara bisa menjadi pemegang saham di sana. Dengan demikian jadi
bangsa kita akan, kita akan jadi besar BUMN ini akan menjadi besar dan kemudian
masuk sampai ke hilir. Kemudian izin tadi dikatakan dikatakan Saudara Dirut tadi
Bukit Asam 2 tahun, kita ingin robah menjadi 5 tahun, sehingga perencanaan
Saudara-saudara bisa lebih panjang untuk menyiapkan suatu. Saya kira saya tidak
perlu lagi uraikan detil tapi dukungan-dukungan politik semua kita berikan ini, tujuan
utamanya adalah kita ingin melihat bahwa saat ini dan ke depan adalah Saudara-
saudara lah yang akan menjadi motor penggerak ekonomi kita ke depan.
Yang kedua, Saudara-saudara sekalian yaitu yang kedua adalah kita ingin
memberikan suatu pesan. Pesan politik yang paling utama yaitu bahwa Saudara-
saudara harus menggunakan produk-produk dalam negeri, saudara harus mau
mengutamakan dengan sadar mengunakan produksi-produksi yang sudah dibuat
oleh industri dalam negeri. Contoh kami baru-baru ini kunjungan lihat di Pindad,
Pindad sudah buat excavator, buat macam-macam alat berat. Saya pada waktu jadi
pengusaha dibukakan saya bikin berbagai industri permesinan, nah saya lihat
mereka bikin, mereka tidak dibeli, padahal market di BUMN begitu besar masih
ambil alat-alat yang lain, mobil-mobil, kendaraan-kendaraan itu gampang bisa dibuat
dalam negeri dan industri kita sanggup melaksanakan, Saudara-saudara sekalian,
tidak ada yang mengatakan tidak, sanggup dan bisa. Tapi ada kecenderungan untuk
kita itu ah jangan yang ini lebih bagus, yang ini sebagainya, tidak ada suatu
kemauan politik karena saya ulangi yang ketiga kalinya, kita, saya, kami di sini
lembaga politik, ya kita bicara politik dukungan politik. Harus ada kemauan dari
Saudara-saudara secara politis yang mengatakan tidak, kita mau beli ini karena ini
dalam negeri, kita beranikan diri untuk mengambil. Saya lihat ini adalah pesan-
pesan politik yang ingin saya sampaikan kepada Saudara-saudara sekalian
sehingga kalau ke depan ini yang menjadi motor. Kami sudah bicara dengan
Presiden juga, sudah sampaikan ide kepada Beliau sebagainya. Tapi kalau
Saudara-saudara yang dibawa yang day to day melaksanakannya, tidak ini ya, kita
juga repot. Maka harapan kita adalah penggunaan produk dalam negeri,
pemanfaatan pengusaha nasional, ini harus jadi bagian dari pada pikiran saudara
melekat sehingga Insya Allah bangsa kita bisa lebih maju. Harapan kita adalah
setelah infrastruktur didorong oleh Presiden maka adalah ini, industri pertambangan
ini, tapi kita menuju ke yang saya katakan yang poin yang pertama tadi.
Saya kira sudah cukup, saya sudah bicara 10 menit. Harapan saya adalah
bahwa ini bisa menjadi motor dan Saudara-saudara jangan khawatir dukungan
politik akan diperoleh dari kita, kalau kita sampai ke sana dan kami juga sudah
menyampaikan kalau perlu kita Komisi VII akan bikin rekomendasi, membuat
rekomendasi agar ada penyertaan modal buat Saudara-saudara yang mau sampai
ke sana, itu enggak ada masalah. Penyertaan modal ini adalah hal yang biasa, coba
kita lihat di berbagai negara-negara yang mendorong hilirisasi dari pada industri
pertambangan, itu semua pemerintah yang memasukkannya karena multiplier
efeknya sangat besar sekali, asal kita penggunaan dalam negeri dan saya kira
sumber daya manusia.
Saya kira ini yang ingin saya sampaikan, nanti kita dengar tanggapannya dan
nanti kami juga, saya ulang yang terakhir ya, kita juga akan bikin pertemuan dengan
ketiga menteri ini untuk memperdalam, kira-kira langkah berikutnya berhubungan
dengan industri, industrialisasi daripada mining industry.
Terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Wa 'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
Berikutnya Pak Ramson, siap-siap Bu Andi.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Terima kasih Ketua.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semuanya.
Pak Ketua Rapat, Pimpinan dan Teman-teman Anggota yang terhormat.
Bapak-bapak Pimpinan-pimpinan Direksi dari BUMN-BUMN industri
pertambangan dan jajaran yang saya hormati.
Tadi sudah disampaikan oleh teman-teman, apalagi Pak Fadel memberikan
pesan yang sangat baik. Memang Pak Ketua, kalau boleh jawaban tidak tertulis kita
kan perlu mengevaluasi. Pertama perlu para BUMN yang hadir di sini tentunya tidak
untuk Inalum, kapasitasnya kalau ikut misalnya terjadi pergeseran kebijakan
pemerintah soal Freeport, apakah punya kapasitas untuk ikut serta sebagai
instrumen yang akan digunakan oleh pemerintah. Ini perlu Pak Ketua, karena ini kan
kita trendnya lagi membahas ini. Jadi paling tidak secara umum bisa disampaikan di
rapat Komisi VII DPR RI ini, rd pemerintah ini.
Terus yang kedua Pak, juga perlu disampaikan secara jujur mengenai PP
Nomor 1 Tahun 2017. Apakah itu memberikan benefit ke para industri
pertambangan, apakah itu satu solusi yang tepat, apa malah menjadi ini di luar Bukit
Asam ya, apakah ini menjadi malah menambah problem. Hal ini kita juga rahasia,
apa tidak, tidak usah kuatir lah gitu kan ini jangan kuatir kalau di tegor oleh menteri,
ini kita jamin lah. Kita ingin tahu bahwa suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
apalagi menteri kan tidak semua Pak Presiden menganalisis lebih dalam, ini kan
menteri ini kadang-kadang bisa tepat apa, tidak selalu tepat mungkin usulannya bisa
saja usulannya tidak tepat karena sekarang malah menimbulkan polemik sekarang
ini benturan antara Freeport apalagi tuh bosnya Freeport sudah bawa-bawa
pemegang saham mayoritas antara lain staf khususnya Presiden Donald Trump.
Bisa saja ini jadi beradu nih, ya kalau buat saya sih nggak ada masalah karena 2019
mungkin pergantian dengan bos saya, jadi Presiden Republik Indonesia, Insya Allah
Bapak Prabowi Subianto. Kita akan memberikan kebijakan yang lebih pas lagi, lebih
tepat lagi
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
Atau mungkin selesai itu nggak akan lama-lama dia.Nggak akan lama-lama
dia.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Apanya sudah selesai.
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
Trump.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Nggak, nggak bakalan, taruhan kita, nggak Trump-nya nggak bakalan selesai.
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
2 tahun saja sudah bagus.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Ssampai 4 tahun nggak bakal selesai, itu analisis yang salah, Amerika belum
ada sejarah seperti itu. Jadi ini juga harus melalui interupsi Pak Ketua, diingatkan
Pak Ketua kalau cara rapat kita. Jadi kita itu yang 2 posisi itu, jadi ibarat rapat Pak
Ketua, ibarat kita kadang-kadang ada sedikit bunga-bunganya dikit tapi korelatif itu
soal tadi itu 2016 mungkin ada pergantian. Itu bunga-bunga yang korelatif yang
penting untuk kepentingan bangsa. Sekarang baru saya masuk ke satu persatu
BUMN, ini untuk selain 2 points strategis tadi. Ini saya lihat di untuk PT Timah, PT
Timah di sini contohnya 2015 team OR production-nya itu 26,361 ribu ton, refind
team production-nya 27.431, serve of refind team-nya 30.087.
Saya lihat antara tin ore production-nya atau OR production-nya itu lebih
rendah dari yang diproduksi yang di refined, lebih rendah lagi lebih rendah dari yang
share lagi, jadi shares-nya lebih tinggi. Jadi maksud saya ini apakah sumbernya ada
dari pertambangan rakyat ya karena yang dijual lebih tinggi, yang di produksi lebih
rendah dari pada yang dijual, yang ditambang ya lebih rendah dari pada yang
diproduksi. Nah ini tolong dijelaskan kalau menggunakan hasil tambang rakyat
mekanismenya bagaimana karena kita ini kan wakil rakyat Pak. Jadi selain juga
kebijakan-kebijakan nasional termasuk mendukung BUMN secara penuh seperti tadi
kata senior saya Pak Fadel, juga untuk rakyat juga kita perhatikan. Jadi itu ada
ekuilibrium keseimbangan karena saya perwakilan Jawa Tengah, Pemalang jadi
ibarat wayang itu filosofinya keseimbangan Pak. Saya sering nonton wayang kulit
sampai pagi sama rakyat. Jadi filosofinya yang saya pelajari, terus itu tolong nanti
dijelaskan PT Timah. Ini belum yang lain ya.
F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, SE.):
Pak Ketua, Pak Ramson itu wayang saja dipolitisi Pak.
KETUA RAPAT:
Silakan lanjutkan Pak Ramson.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Terus saya lanjutkan, ini batubara nih, ya bisa lah. Ini batu bara tolong
dijelaskan PLTU yang sudah jalan, udah berapa ribu megawatt. Terus bagaimana
dengan PLN, apakah itu tetap dijual ke PLN atau ada yang langsung, terus di sini
saya lihat ada di halaman 15, halaman 14 begitu banyak PLTU yang disuplai oleh
Bukit Asam. Nah itu sistem kontrak melalui PLN atau langsung ke PLTU seperti
Payton itukan IPP dia bukan PLN punya, kalau nggak salah. Itu kontraknya langsung
ke IPP-nya atau melalui PLN. Itu yang pertama, terus yang kedua saya melihat
bahwa ini kita studinya Bukit Asam bagus juga bahwa tren penggunaan batu bara
sebagai energi primer untuk world electrical capacity ini masih besar sampai 2040
juga masih besar, kalau saya tidak salah baca di halaman 6. Jadi berarti masih
diperlukan, artinya batu bara masih diperlukan. Ini bisa bagian dari pada
perencanaan strategis batu bara untuk jangka panjang di pasar global, kalau data ini
prediksi ini tepat. Terkecuali memang suatu saat ada seorang jenius yang
menemukan mentransformasi energi matahari bisa mudah digunakan oleh publik,
oleh masyarakat. Kalau sekarang kan masih cost-nya tinggi, tapi suatu saat bisa
jalan alat kecil ditaruh di satu rumah bisa masuk, dia menjadi energi listrik oleh
seorang jenius, bisa saja, ini kan belum karena memang alam semesta ini penuh
dengan energi. Jadi kalau saya dari dulu Pak Ketua, membahas ini saya enggak
pernah saya pesimis soal energi, suatu saat minyak habis, gas sudah habis, ada
seorang genius nanti mungkin lahir dari Indonesia. Seorang jenius yang bisa
mentransformasikan energi yang ada di alam semesta ini, antara lain dari matahari
dengan mudah, baik ke mobil, ke kenderaan, ke motor, kemanapun mudah
ditransformasikan energi itu. Tapi sepanjang itu belum ada prediksi ini saya pikir
artinya referensi untuk perhitungan strategisnya, itu termasuk tadi maksud saya
hubungannya dengan kalau mau investasi ikut jadi Freeport. Jadi itu untuk Bukit
Asam sangat diperlukan.
Terus yang ketiga ini Antam, Antam ini agak ada yang unik juga ini Antam, di
satu sisi produksinya turun, labanya turun tahun 2015 malah minus 1 triliun 440
tetapi asetnya mennaik jadi 30,36 triliun. Hal ini tolong dijelaskan apakah ini karena
penyertaan modal pemerintah atau ada hal lain mungkin, ada reevaluasi aset, tolong
diberitahukan karena ini kita perlu tahu ilmunya ini Pak Fadel melalui Pak Ketua iya
kan, artinya rugi tapi aset naik coba luar biasa, dari 14,6 triliun menjadi 30,36 triliun.
Bisa saja seorang genius iya kan, kita enggak tahu, ilmunya seorang genus kita
perlu belajar iya kan. Saya suka belajar Pak, teori kuantum juga saya pelajari
biarpun saya bukan dari fisika teknik seperti Beliau, tapi saya dalami dulu itu karena
ada hubungannya dengan perekonomian dan juga sistem finansial global. Ini
mungkin ada hal yang tersembunyi ilmunya Beliau, nah itu kita perlu dipelajari tolong
ini dijelaskan ini halaman 11,12 ini Pak. Tidak perlu saya jelaskan lagi, tapi intinya
disekitar itu saya sudah lingkari ini, ada pergeseran ekuitas juga dia meningkat,
tetapi tidak sebesar pertumbuhan aset padahal di satu sisi rugi dia. Itu yang mau
saya lihat di Aneka Tambang, berarti dia juga punya kemampuan kalau seperti yang
disarankan oleh Pak Fadel. Pak Fadel tadi bicara strategisnya, saya bicara
operasionalnya, jadi Pka Fadel lebih luas melihatnya tadi, iya kombinasi, saya
operasionalnya karena saya lihat di sini ada kemampuan, apalagi ada Dirutnya ada
genius soal finance, financial engineering gitu, jadi itu perlu.
Untuk Inalum, Inalum ini saya lihat ada CSR-CSR-nya waktu kami kunjungan
ke Komisi VII DPR RI, ke Tobasa. Tobasa sangat mengharapkan lebih diperbesar
CSR-nya waktu itu. Kebetulan yang memimpin bukan Pak Ketua ya, bukan ya, oh
Pak Gus Irawan Beliau Dapilnya memang. Itu saja saya pikir, CSR-nya mereka
waktu itu kalau masalah nggak salah minta diperbesar apa itu udah jadi diperbesar,
untuk kabupaten Tobasa, waktu itu bupatinya juga hadir.
Ssaya pikir sementara itu aja Pak Ketua, terima kasih untuk perhatiannya
semua. Yang penting kalau ada hal-hal yang memang memerlukan solusi dari
Komisi VII Bapak-bapak nggak usah segan-segan kita juga bisa marahin menteri
kok di sini. Memang kalau menteri ngomong saya tahu kalau di antara Bapak-bapak,
Bapak-bapak gini-gini aja, kalau DPR tidak bisa begitu Pak, seperti waktu kita di
komisi, di Pertamina Pak, Pak Fadel ada pada waktu itu, Pak Menteri Jonan bicara
bahwa di Qatar katanya cost energi terbarukan itu sepertiga dari di PLN. Nah kalau
hanya, terus Beliau bicara cutting cost, kalau hanya cutting cost Pak mudah
ngomongnya Pak, tapi kebijakan-kebijakan apa yang mau dibuat supaya terjadi
cutting cost. Dia harus lihat bahwa apa yang dilakukan PLN sudah optimal, sudah
maksimal, artinya sudah kerja maksimal, tapi hasilnya belum optimal, mungkin perlu
dari eksternal kebijakan pemerintah, kebijakan Menteri BUMN, kebijakan Menteri
ESDM, di situ mainnya tapi kalau bicara sama Bapak-bapak, Bapak-bapak kan pasti
seakan-akan semua udah mantap apa yang disampaikan, kalau kita, kita kritik kalau
memang tidak pas. Makanya tepat kalau disampaikan ke Komisi VII DPR RI,
apalagi ada senior saya Pak Fadel di sini, jadi sudah lebih ini melihatnya karena
pernah kepala juga, eksekutif, menteri.
Demikian Pak Ketua, terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Ramson.
Selanjutnya Ibu Andi Yuliani Paris.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang Bapak-bapak Direktur dari PT Antam, PT Timah, kemudian
Inalum dan Bukit Asam.
Menarik juga nih one spirit to overcome challenges, saya juga punya
pertanyaan sebenarnya hampir sama juga dengan yang sampaikan oleh Pak Fadel
tadi ini kan terjadi kondisi Freeport saat ini. Jadi Pak Menteri Pak Jonan itu dari jam
5 sore sampai hari ini wa-an terus sama saya soal Freeport, jadi saya baca aja terus
ya. Yang menarik kira-kira apa yang bisa dilakukan seandainya terkait dengan
hilirisasi. Smelter kan juga tidak, sampai sekarang tidak dibangun-bangun juga oleh
Freeport. Makanya terjadilah, mungkin Bapak-bapak sudah baca sedikit
kesalahpahaman antara Komisi VII dengan Presdir Freeport.
Pertanyaan yang kedua, tadi terkait dengan disampaikan oleh Pak Ramson,
rugi tapi aset naik. Kemudian kontribusi kepada negara juga naik ini saya lihat iya
kan. Di sini 2015 525, ini dalam juta berarti 525 juta atau 525 ini Pak Antam.
Kontribusi terhadap negara halaman 7, milyar, ini naikkan, ini ilmunya juga ini Pak
2015 memang turun sedikit dari, tetapi masih cukup besar lah iya kan, masih cukup
besar padahal ruginya banyak nggak sebanding ini perlu penjelasan.
Kemudian untuk Antam juga, di sini ada land rent, sewa tanah. Ini diberikan
kepada siapa saja ini pendapatannya kepada daerah atau tingkat provinsi.
Kemudian untuk pajak lainnya coba di-describe pajak-pajak lainnya apa saja di sini,
supaya ini juga menjadi learning proses bagi yang lainnya karena yang lain saya
lihat di sini hanya menjelaskan misalnya contohnya Bukit Asam di halaman 12 hanya
menyebutkan kontribusi kepada negara, pajak, non pajak, tapi tidak diuraikan, saya
juga inghin diuraikan kira-kira angkanya atau modelnya cara menguraikan yang
dilakukan oleh Antam di halaman 7.
Kemudian untuk, pertanyaan saya juga begini Pak, kalau di Migas itu ada
namanya nanti gross split. Salah satu variabel komponennya adalah penggunaan
komponen dalam negeri, nah untuk ditambang seperti apa penggunaan komponen
dalam negeri, baik alat-alat maupun tenaga kerja. Saya ingin penjelasan dari
semuanya ini, dari 4 mitra kerja kita.
Kemudian untuk PT Timah di sini ada institusi asing yang menjadi, PT Timah
ya, institusi asing yang menjadi share holder, ini bisa dijelaskan siapa saja institusi
asing tersebut. Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah kira-kira untuk PT Timah
ini bisa tidak membuat forecasting kir-akira penggunaan Timah ke depan untuk
berbagai industri di Indonesia seperti apa.
Kemudian untuk Bukit Asam apakah perlu difasilitasi oleh Komisi VII untuk
duduk bersama antara Bukit Asam ataupun perusahaan-perusahaan tambang yang
menghasilkan batu bara dengan PLN karena ini kan PLN juga menjadi buyer cash,
kita juga kunjungan ke Lampung pada saat itu. Untuk CSR Pak, CSR ini sebenarnya
ini kan semua perusahaan ini banyak, kebanyakan di Sumatera. Jadi Dapilnya Pak
Ramson itu enggak bisa dapat Pak, enggak tahu, oh bisa dapet ini karena Dapilnya
Pak Ramson di Jawa ini, ini semua di Sumatera, apakah bisa dapat ini bisa
pertanyaan.
Kemudian untuk, pertanyaan selanjutnya. Saya ingin minta masukan secara
tertulis dari keempat BUMN ini. Kalau kita merevisi revisi Undang-undang Minerba
kira-kira masukan Bapak seperti apa ya, anonim boleh lah Pak, kalau enggak enak
sama Pak Menteri pokoknya darimana, pokoknya kita enggak perlu tahu dari mana,
tapi bisa disampaikan kalau khawatir ya, tapi kami mengharapkan masukannya.
Nah untuk Antam mungkin ke depan juga perlu dilihat, kira-kira untuk
pembelian dalam negeri, dalam bentuk produk-produk itu seperti apa forecasting-
nya ke depan. Saya termasuk yang sering beli loh Pak punyanya Antam, emas,
bukan batangan, produk-produknya Antam, jadi mengkoleksi produk-produk Antam.
Terima kasih.
Ini beberapa pertanyaan saya ada yang ingin dijawab secara tertulis, hanya
pesan saya Pak, lain kali ini, saya tadi tanya sama Sekretariat kapan bahannya
dibagi, baru dibagi hari ini kan Bapak-bapak baru mengantarnya pada hari ini kan.
Sebaiknya sih 2 hari sebelumnya, supaya kami bisa mempelajarinya jadi saya harus
baca satu-satu semuanya, mungkin bisa saja kita memberikan masukan yang bagus
kepada Bapak-bapak, tapi karena bahannya baru diantar hari ini, ya kita tidak bisa
mendalami secara detail, walaupun saya coba membaca halaman per halaman dari
4 buku yang diberikan oleh Bapak-bapak. Ini saran kami.
Pak Pimpinan dari beberapa pertanyaan saya, ada yang saya minta dijawab
secara detil, secara tertulis itu nanti dalam kesimpulan mohon waktunya kapan kita
bisa menerimanya.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih Ibu Andi.
Silakan.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi sedikit Pak Ketua, tadi saya tidak mengusulkan ke Dapil kita. Inalum
waktu kita kunjungan komisi Bupati Tobasa itu minta peningkatan CSR. Kalau ke
Dapil saya yang saya harapkan adalah CSR dari Antam, dari Timah, Bukit Asam
tentunya, kabupaten Pemalang, kabupaten Pekalongan Batang tolong dicatat
Bapak-bapak, kalau dari Inalum tidak.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Oke, selanjutnya dr. Ari siap-siap Pak Nazarudin.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Selamat sore.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Terima kasih Pimpinan dan teman-teman Anggota Komisi VII.
Yang terhormat Direksi PT Inalum Persero.
Pak ada yang mau saya pertanyakan karena ini berkaitan dengan Dapil saya
di Kalimantan Utara. Saya melihat tentang road map Inalum 2017-2025 ya Pak,
tentang pembangunan smelter baru Kaltara, terus tentang pabrik ......rerot,
pabrik.....Kaltara dan pabrik Aloe Kaltara. Ini bagaimana sampai sekarang itu
produce-nya seperti apa terus sudah ada pembicaraan dengan gubernur dan ini
letaknya di mana aja dan pabrik apa aja yang ada untuk dibangun Kaltara, kalau kita
sih sangat apresiasi kalau mislanya ini menguntungkan untuk masyarakat Kaltara.
Tapi yang perlu diingat juga untuk Kaltara ini juga kita juga membutuhkan listrik Pak,
karena listrik di Kaltara itu mati lampu sehari mungkin bisa sampai 5 kali gitu,
mungkin nanti bisa ini lebih daripada minum obat sehari 3 kali ini apa, sehari 5 kali.
Saya pun sebagai dokter ingin apa gimana caranya Bu, ada sebenarnya untuk
solusinya seperti apa sih listrik gitu kan dan saya minta penjelasannya Pak, kepada
PT Inalum progresnya dan penjelasannya.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Mungkin yang ini bisa interaktif aja karena sifatnya jawaban yang cepat dan
tidak perlu, ini untuk minta konfirmasi terhadap tadi yang mau dibangun.
Silakan Inalum.
DIRUT PT INALUM:
Terima kasih Pimpinan.
Ibu Dokter Ari, kaitannya dengan road map Inalum 2025 ini kami sampaikan
tadi, coba bisa tampilkan. Memang Inalum punya rencana jangka panjang di mana
fase pertama itu sampai 2021 ini yang untuk jangka pendek. Sedangkan untuk
jangka panjangnya itu sampai 2025. Memang untuk mencapai kapasitas produksi 1
juta ton aluminium ingot per tahun, itu tidak mungkin semuanya dihasilkan dari
Sumatera Utara Bu karena memang keterbatasan dari sumberdaya yang ada
khususnya untuk sumber energi listrik. Sedangkan di Kalimantan Utara kenapa kita
memilih lokasi di sana, pertama karena Kalimantan Utara itu punya potensi
pembangkit listrik tenaga air yang cukup besar. Informasi yang kita dapatkan dan
juga sudah ada studi-studi yang dilakukan oleh pihak ketiga, itu mungkin bisa
mencapai 6 ribu mega watt.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Itu kan masih belum dibangun Pak, PLTA kan, PLTA yang sungai Kaen ya
maksudnya ya.
DIRUT PT INALUM:
Makanya kami kan 2025 Bu yang untuk rencana pengembangan di sana itu
2025, itu masih 8 tahun dari sekarang. Asumsi yang kami gunakan adalah dengan
ada potensi pembangkit listrik tenaga air di sana dan waktu pembangunan sekitar 6
tahun atau 5,5 tahun. Sehingga kami mengharapkan 2025 itu sudah bisa istilahnya
beroperasi dan Inalum menjadi salah satu off taker sumber listrik yang besar karena
terus terang kalau misalnya tidak ada industri di sana, PLTA ini juga akan bisa
dikembangkan karena belum tentu akan visible karena belum ada atau tidak ada
kepastian mengenai off taker-nya.
Sedangkan untuk pabrik-pabrik yang akan dibangun ini sebenarnya hampir
sama dengan yang kami rencanakan untuk di Sumatera Utara. Jadi selain
alumunium ingot kita juga akan bangun pabraik wire ...... jadi kabel yang untuk
transmisi jaringan listrik dan juga hilirisasi yang lain misalnya untuk aloi itu bisa kita
gunakan untuk sparepart kendaraan atau mobil, bisa untuk velg, bisa untuk blok
mesin. Itu semua dari alumunium yang berjenis atau jenisnya adalah Aloi. Dan juga
vilet ini yang berupa batangan begitu, itu bisa untuk konstruksi artinya peralatan-
peralatan yang terkait dengan civil bangunan yang terbuat dari aluminium.
Jadi saya kira ini yang direncanakan ke depan dan memang tahapannya
masih sangat awal ini Bu. Kita baru akan menunjuk konsultan untuk membuat studi
kelayakannya karena ini masih mimpi yang jauh ke depan. Jadi studi kelayakan
sedang kita apa ini susun dengan nanti minta bantuan pihak ketiga dan juga
sebenarnya kenapa kita pilih di Kalimantan Utara karena tadi disampaikan juga oleh
Pak Teddy dari Antam bahwa Antam dan Inalum akan membangun smelter kitt
alumina di Mempawa Kalimantan Barat. Itu yang akan menjadi bahan baku dari
pada peleburan alumunium di Kalimantan Utara di mana saja lagi bahwa alumina ini
oleh Inalum masih diimpor 100% dari luar negeri.
Mungkin itu Bu, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke, saya pikir cukup ya.
Selanjutnya ke Pak Nasaruddin, siap-siap Pak Daryatmo.
F-PDIP (Ir. NAZARUDIN KIEMAS):
Harusnya Pak Daryatmo dulu.
Terima kasih Pak Satya selaku Pimpinan Komisi VII.
Teman-teman Komisi VII yang terhormat.
Para Direksi Antam, Dirut Antam, Dirut Inalum, Dirut PT BA, Dirut PT Timah
dan beserta para direksinya.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Mulai dari mana nih ada 4, dari Inalum dulu lah. Begini Pak Direksi Inalum,
Pak siapa sih namanya.
DIRUT PT INALUM:
Nardi Pak.
F-PDIP (Ir. NAZARUDIN KIEMAS):
Winardi, apakah sejauh ini sampai hari ini tidak ada kesulitan atau
kekurangan listrik untuk Inalum. Mengingat danau Toba itu menurun, permukaan
airnya menurun. Apakah tidak ada keinginan untuk membangun pembangkit listrik.
Jadi kalau Inalum membangun di situ untuk kebutuhan dirinya sendiri dan bisa untuk
kebutuhan lain karena di bawah itu kan nanti ada pelabuhan Tanjung, Koala
Tanjung. Koala Tanjung itu juga butuh listrik, kota Medan juga butuh listrik. Nah
kalau kesulitan itu karena Inalum ini Pak Ketua, karena sebetulnya kan kita komisi
kalo bicara Inalumnya ini kan mereka masih masuk di komisi, perindustrian, tapi
kalau kita bicara listriknya ya ke kita. Jadi Pak Winardi Dirut Inalum nggak usah
khawatir kalau bicara listrik ya di Komisi VI, kalau hilirisasi bukan ke kita loh. Bapak
mau bangun apa tadi, apa tadi, bukan ke kami, tapi hilirisasi itu bukan ke kami, tapi
kalau pembangkit listrik seperti di Kalimantan Utara, pembangkit listrik mau dibangun
lagi di Inalum, bicarakan sama kami Komisi VII, jadi nggak usah ragu ya. Kemarin
saya dengar ada ragu laporan dari Bupati di batu bara itu katanya pihak Inalum ragu
untuk membangun pembangkit listrik di sana. Itu Inalum jadi nggak usah ragu Pak
ya.
Kemudian mengenai saya beralihlah lagi ke PT Timah, PT Timah Pak Reza
ya. PT Timah ini waktu kami tahun lalu ke sana itu sudah membuat suatu site
produk itu LGT, program LPG, logam tanah jarang. Ini kok tidak ada laporan ya LPG
ini, sedangkan LPG ini jauh lebih menguntungkan daripada jual Timah sendiri dan
LPG ini sangat kita butuhkan Pak, untuk juga Aneka Tambang yang lain itu, LPG ini
logam tanah jarang, tolonglah sisakan, sisihkan dana kalian sebagian untuk
melakukan penelitian untuk prosesing LPG logam tanah jarang, sebab logam tanah
jarang ini di kemudian hari ini suatu program yang sangat mahal. Nah tolong di, saya
hanya menganjurkan LPG itu coba diperhatikan jangan lihat core-nya saja, bauksit,
nikel, tapi LPG-nya ke mana ini, jangan sampai terbuang ini. Itu saya minta supaya
ada perhatian ke LPG.
Kemudian PT BA tadi karena sudah disinggung mengenai CSR, saya minta
CSR-nya Pak ya, inikan Sumsel. Kalau saya minta di rumah ini gambang Pak, Cuma
kan harus resmi ke PT BA dulu nih suka temen main nih Pak Satya. Jadi kalau minta
duit sama dia gampang-gampang saja ini, ya Pak Alvian ya. Nah itu untuk Paud ya,
sebab Paud di Sumatera Selatan itu setelah kami keliling Paud itu tidak ada yang
memperhatikan. Kalau SD itu ada Pemda, tapi Paud itu tidak ada Pak, kasihan Paud
di desa-desa itu yang sudah jalan tapi sedikitpun tidak dapat bantuan dari
pemerintah daerah. Nanti kami minta sebagian dari CSR-nya untuk PAUD.
Kemudian briket batu bara, PT BA ini sekarang tidak dikembangkan lagi ya
briket batu bara. Untuk dicatat Pak Dirut baru bahwa briket batu bara di Tanjung
Enim itu dulu bantuannya dari Komisi VII, anggarannya dari Komisi VII. Nah sejauh
mana ini apakah dikembangkan atau dijalankan lagi atau tidak, kalau tidak
dikembangkan lagi kenapa? Rugi, kalau sebab akhir-akhir ini banyak sekali yang
minta briket batu bara. Meskipun sporadis ya terutama banyak apa sebab LPG itu
sendiri tidak mencukupi gitu ya. Kalau angkutan batu bara memang agak sulit
bicaranya agak panjang.
Kemudian mengenai Antam Pak Ketua, ya aneh Antam ini rugi. PT batu bara
PT BA tadi melaporkan ada anak perusahaan, Antam tidak melaporkan adanya anak
perusahaan. Sejauh mana Pak Ketua, ini tolong Pak Ketua, ini ruginya apakah di
induknya apa di anak perusahaan. Nah ini laporan yang saya terima itu yang bikin
rugi itu anak perusahaan Pak. Jadi anak perusahaan di Antam itu terlalu banyak
dicekoki, sehingga merugikan induk. Ini tolong ini nggak tahu harus di Komisi berapa
ini, kalau di Komisi VII mungkin tidak ya. Tapi kami dapat laporannya kalau dia yang
merugi itu karena anak perusahaan. Jadi anak perusahaan ini yang menggerogoti
perusahaan induk. Nah kenapa ini, kalau ini merugikan kenapa nggak ditutup aja
gitu. Kalau hanya untuk menampung bekas direksi di situ jadi komisaris gitu ya buat
apa. Kalau menampung orang penggangguran, menampung orang yang akan
merugikan perusahaan induk, lebih baik ditutup saja anak perusahaan. Nah ini tidak
ada laporan ini, tadi PT BA lapor ada anak perusahaan, Antam tidak ya. Saya dari
tadi dengar anak, PT Antam tidak melaporkan adanya anak perusahaan, ini
kelihatan disembunyikan.
Ini tolong Pak Satya, Pimpinan coba kita cek lebih jauh lah mengenai anak
perusahaan PT Antam ini, kerugian 1 triliun untuk luar biasa loh, malu kita sama TKI
yang bisa ngasih 144 triliun per tahun. Antam rugi 1 triliun, ini kan aneh gitu TKI itu
144 triliun loh Pak, ngasih devisa ke negara per tahun. Kalau Antam merugikan 1
triliun aneh Pak, masa kalah sama TKI. Kemudian, sejauh mana PT Antam ini nanti
dapat menampung tambang bauksit yang ada di Sumatera. Apakah PT Antam mau
menerima smelter-smelter ini sebab banyak penambang-penambang dari Riau itu,
dari Riau, dari ya Kepulauan Riau yang paling banyak itu menanyakan kalau kami
menambang, apakah bisa memakai smelternya PT Antam Pak Ketua, kalau itu boleh
dimasukkan ke PT Antam, apakah mereka, jadi mereka tidak usah harus izin
smelter gitu, nah ini bagaimana mekanismenya jadi tambang-tambang kecil itu
menyetor hasilnya ke Antam. Jadi Antam itu sebagai induk smelter. Ini tolong di Pak
Ketua, ini permintaan dari masyarakat tambang bauksit di Kepuluan Riau Pak.
Saya rasa itu saja, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Jadi memang sesuai dengan Undang-undang Minerba tidak serta-merta
membuat smelter sebetulnya yang penting diproses dalam negeri. Jadi kalau
misalkan ada off taker-nya dari tempat laen, ada pake smelter sendiri ya bisa
dijalankan. Mungkin nanti kita perlu dalamin betul itu apa yang menjadi masukan
Pak Nazarudin Kiemas termasuk yang ada di dalam Aneka Tambang, nanti kita akan
masukkan dalam kesimpulan.
Selanjutnya Pak Daryatmo dan terakhir Pak Sayed.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Baik, Bapak-Ibu sekalian.
Terima kasih.
Yang terhormat Pimpinan Komisi dan Anggota Komisi VII yang kami hormati.
Dan jajaran mitra yang hari ini hadir dari ujung kiri Bapak-bapak dari PT
Aneka Tambang, Pak Teddy, kemudian dari Timah Pak Winardi, maaf, Winardi
Inalum, kemudian dari Bukit Asam, kemudian yang terakhir dari yang saya sebut tadi
Aneka tambang, Inalum, Pak Riza.
Jadi Bapak-Ibu sekalian.
Pertanyaannya banyak tadi sudah banyak disampaikan oleh teman-teman
jadi kita muali dari yang mulai sederhana, menyambung yang Pak Nazarudin dan
Bapak-bapak sekalian. Ada istilah yang sekarang di, baik dirumuskan saya tadi yang
paling mudah adalah soal CSR, tapi istilah ini baik saya senang ada istilah yang
namanya tanggung jawab sosial perusahaan. Saya kira itu istilah yang dibuat PT
Bukit Asam tanggung jawab sosial perusahaan kalau Bahas Indonesia jadi CSR.
Pertama begini ada catatan mengenai CSR atau tanggung sosial perusahaan
oleh Bukit Asam yang di rinci pada wilayah-wilayah provinsinya, saya kira di
halaman ini ada, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, bandar Lampung, DKI Jakarta
dan Jawa Barat. Ini bukit asam lokasinya di Sumatera Selatan ya tetapi tanggung
jawab sosial perusahaannya sampai diberikan ke wilayah Jawa Barat, ada istilah
ring 1, ring 2, ring 3. Kemudian ada yang dari Timah tanggung jawab sosial
perusahaan penyaluran dana kemitraan hanya di sekitar Bangka Belitung, Pangkal
Pinang, Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung dan
Belitung Timur. Ada dari Inalum yang sudah BUMN, itu hanya ditulis angka-
angkanya saja. Kemudian ada dari Aneka Tambang, kalau tidak salah juga angka
angkanya. Saya mohon itu dapat segera disampaikan wilayah-wilayah mana saja
yang memperoleh ini, khususnya juga rencana untuk 2017 karena daerah pemilihan
Anggota Komisi VII itu..... daerah pemilihan di indonesia ada sekitar 32 daerah
pemilihan. Rasanya kalau dengan istilah ring 1, ring 2, ring 3 dan sebagainya ini
akan mimpi lah Anggota Komisi VII kalau ingin dapat tanggung sosial perusahaan
dari Timah karena Timah hanya ada di sekitar Bangka Belitung saja. Tolong
dicarikan permintaan kami untuk 2017, ada ring 1, ring 2 dan sebagainya. Saya kira
Bapak Dirut sanggup ya untuk menyampaikan empat-empatnya untuk kita bisa
cocokkan dengan harapan-harapan yang ada di Anggota Komisi VII. Saya kira itu
untuk mencocokkan karena ada yang detilnya, ini tidak detil dan sebagainya, jadi
angka-angka saja.
Lalu yang kedua Bapak-Ibu sekalian, melengkapi yang disampaikan oleh
Bapak-Ibu sekalian. Pertama, saya ingin menyebut tentang Ombilin tadi Pak Endre
menyebut ya ini adalah aspek-aspek teknis Ketua, tapi memang kemudian akan
menyangkut aspek-aspek politik dan aspek-aspek lainnya. Ombilin saya tahu saya
menekuni juga di tambang Cikodo sampai ke bawah, saya menekuni di kali....timah
tugas saya di Ombilin, 3 bulan saya di kolong-kolong di bawah Ombilin. Maka
khusus mengenai Ombilin ini tadi ada harapan untuk diajukan IUP-nya diteruskan,
tetapi kalimat dari Bukit Asam itu samar-samar keinginannya. Saya ingin
menyebutkan buktinya yang anda harus tidak boleh samar-samar karena di dalam
halaman 4 paparan anda, saya ingin clear karena melengkapi yang disampaikan
oleh kawan-kawan di halaman 4 ini kalau bisa dilayarkan itu tambang Ombilin, di situ
ada tambang Peranap Ombilin Tanjung Enim Lahat, IPC dan Tabalong. Kalau
disandingkan itu cadangan untuk Ombilin 0,02 milyar ton, halaman 4. Kalau
disandingkan dengan tambang IPC cadangan 0,004 milyar ton, angka ini sudah
menggambarkan bahwa keraguan anda untuk melanjukan IUP tidak berdasar,
angkanya cukup besar.........ada di bawah kota Ombilin. Jadi ini tolong juga untuk
dipastikan bahwa Ombilin sebagai daerah tambang dalam sebagai hanya emas di
...dan Freeport, itu adalah 3 jenis tambang dalam yang bisa dikerjakan dan
Indonesia sangat menguasai ini. Bahkan sebagai catatan tambang emas Cikoto itu
memperoleh penghargaan karena zero accident dan menjadi tempat laboratorium
akademik. Freeport begitu banyak catatan kecelakaan tambang, Ombilin itu sama,
tetapi rasanya jumlah kecelakaannya sangat minimal. Maka kita berharap ada
kepastian dari PT BA untuk dapat mempertahankan pengelolaan ulang terhadap
Ombilin karena ini daerah yang sangat baik. Dari segi yang anda paparkan yang
berhubungan dengan cadangannya saja, boleh dikatakan 10 kali lipat 0,02 0,04
hampir 10 kali lipat. Maka itu saya harapkan ada optimisme dari Bapak-Ibu sekalian.
Kemudian yang ketiga adalah soal Bapak-Ibu sekalian, dari 4 BUMN ini, itu
kemampuannya untuk membuat smelter sangat dapat dibanggakan PT Aneka
Tambang punya 2 jenis pengolahan yaitu logam mulia Ketua, kita belum pernah ke
sana Ketua. Saya mengusulkan supaya kita bisa meninjau ke sana dan menjual
emas-emas logam-logam dengna suvenir dan lain sebagainya, saya tidak pernah
diberi itu dengan catatan sebagainya, tapi harus saya laporkan kepada KPN kkalau
lebih dari 1 juta, saya sudah daftarkan itu, suvenir, ada veronikel untuk Aneka
Tambang. Ada kemudian Inalum, alumunium ingot, ada kemudian timah yang
sangat legenda adalah timah karena timah itu sejak jaman Belanda sudah
memproduksi yang namanya ......yang menjadi perdagangan internasional.
Dengan demikian Bapak-Ibu sekalian, hampir tidak punya alasan untuk
sejenis Freeport tidak mempunyai kesanggupan untuk membuat smelter dari segi
teknologi dan kemampuan SDM. Maka izin saya ingin bertanya satu-satu secara
langsung Pak Ketua, interaktif. Dengna kemampuan itu Aneka Tambang
membangun smelter, maka Aneka Tambang .....tentu anda sanggup untuk
mengerjakan smelter di Papua atas produk itu.
DIRUT PT ANTAM:
Iya Pak, smelternya kan smelter tembaga Pak, untuk mengerjakan
tambangnya pun kami siap Pak.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Maksud kami kan kemampuan SDM Indonesia di Inalum, di Aneka Tambang
Veronikel dan logam mulia di Timah ........itu adalah sebuah proses yang sangat
panjang khususnya timah..........perdagangan......jadi mestinya bapak punya
kemampuan untuk itu. Saya kira mampu kan, Bapa tegas mampu.
DIRUT PT ANTAM:
Mampu Pak.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Iya, BUMN tunjukkanlah keberanian Anda dan tanggung jawab serta
integritas itu Aneka Tambang. Timah mana dirinya Timah, anda tentu sanggup kan
karena sudah biasa mengelola ini.
DIRUT PT TIMAH:
Kami sudah mengelola sampai peleburan logam Pak dan kami juga sudah
membuat jadi ......lagi dari logam kami buat ke tim chemical Pak.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Publik mendengar ini semua, Aneka Tambang dengan logam mulia dan
veronikel, Timah dengan ...tim yang kemudian terakhir Inalum. Inalum dirinya saya
kira begitu kan bahkan anda tidak punya fit, tidak punya bahan baku sendiri beda
dengan Timah. Timah punya bahan baku, seluruh proses mulai dari eksplorasi,
pencucian dan sebagainya, penggalian, pencucian dan kemudian sebagainya juga
sangat mampu. Saya kira mampu ya Timah, mana jawaban Timah.
DIRUT PT INALUM:
Inalum Pak.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Maaf, Pak Winardi ya.
DIRUT PT INALUM:
Karena artinya Inalum inikan khusus untuk peleburan alumunium Pak, itu kita
kuasai benar dengan istilahnya maintenance juga kita pelihara dengan semaksimal
mungkin. Sehingga hampir setiap pengunjung ke Inalum itu pada terheran-heran
Pak, karena memang dari sisi pengoperasiannya, dari sisi pemeliharaannya itu lebih
dari pada yang lain. Nanti saya kira menjadi bekal untuk smelter-smelter yang lain
Pak. Saya kira itu Pak.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Baik.
Jadi itulah tadi 3 BUMN ini mempunyai kemampuan dan itu BUMN nasional
termasuk Inalum. Jadi tentu akan menjadi bekal kita ketika apabila terjadi sesuatu
dengan Freeport maka tenaga-tenaga Indonesia akan bisa mengelola itu dengan
baik. Saya kira ini publik perlu mengetahui hal ini, apalagi dengan statistik yang saya
buat soal kecelakaan tambang. Itu dengan ilmu mekanis juga sebenarnya bisa
diduga.......tentang desain tambang yang bisa cukup menjegal. Baik, saya kira itu hal
yang 3.
Kemudian yang keempat Bapak-Ibu sekalian, tadi Inalum memberikan
penjelasan bahwa mulai 2014 beralih lah PMA ini menjadi BUMN Ketua, luar biasa
ini. Artinya apa keharusan 51% untuk Freeport yang ditentukan di dalam Undang-
Undang justru sudah di motori dan dibuktikan oleh Inalum, saya punya sejarah
catatan panjang tentang ......sejak pertama kali itu dan sekarang menjadi BUMN.
Saya kira ini penghargaan kita pada Inalum dan pada teman-teman BUMN lainnya
untuk dapat menjadi catatan bahwa kita punya stok, punya bukti, bukan lagi
.......punya bukti konkrit 2014 menjadi BUMN. Dan ini kita bicara lama pada periode
yang lalu Asahan I, Asahan II, Asahan III untuk pembangkitnya itu.
Baik, sekarang yang berikutnya adalah saya mohon nanti catatan-catatan
jawaban. Yang kami harapkan adalah dari 3 jenis yaitu Inalum, Aneka Tambang dan
Timah itu belum diterangkan di sini adalah fit-nya. Tadi Pak Winardi menjelaskan
untuk memberikan penjelasan tetapi masih dalam bentuk lisan fit-nya dari luar negeri
itu keterangan yang kita peroleh sekarang ini dengan jelas, selama ini kita menduga-
duga, hampir tidak ada hubungannya Inalum dengan Pulau Bintan.......sekarang
terbukti diambil dari Australia, saya tidak tahu sumbernya, saya menduganya saja.
Jadi dulu riwayatnya Inalum ini didirikan dengan harapan dengan gambaran bahwa
seluruh produksi dari bauksit di Pulau Bintan akan diserap oleh Inalum dan ternyata
dengan perkembangannya dan biaya yang bergejolak itu akhirnya membuktikan
bahwa itu tidak diambil. Ini saya kira tantangan kita dan saya akan ingin memperoleh
jawaban atau di sini ada dari tingkat kementerian, fit ataupun tambang bauksit di
Bintan itu di bawa ke mana dibandingan dengan keseluruhan bahan baku itu dari
luar negeri untuk Inalum. Maka proses ini ketika PMN dia akan menjadi sangat
sensitif karena sangat tergantung pada industri ataupun pada produsen-produsen
dari luar negeri.
Kemudian Bapak-Ibu sekalian, dari yang kami sampaikan tadi maka ini
catatan-catatan yang ingin kami peroleh untuk diberikan jawabannya karena soal fit
tadi kalau di Timah, dari Timah sendiri, di Aneka Tambang dari Aneka Tambang
sendiri, tapi juga perlu kita catatan unit logam mulia ini apakah fit-nya 100% dari
dalam negeri, saya mohon konfirmasi singkat saja.
KETUA RAPAT:
Silakan jawab saja Pak.
DIRUT PT ANTAM:
Tambang-tambang yang ada di dalam negeri, iya baik, tambang Antam
sendiri maupun tambang-tambang kontrak karya Pak. Iya jadi yang dilebur di logam
mulia ini dari tambang kami sendiri dan seperti tambang misalkan usaha Halmahera
mineral itu melebur di Aneka Tambang kemudian diambil kembali produknya.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Itu bukan yang di Maluku Utara.
DIRUT PT ANTAM:
Halmahera Pak, Nusa Halmahera mineral dan masih banyak lagi perusahaan-
perusahaan lain seperti Geresources Pak.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Baik, kemudian yang terakhir memang tadi saya menanyakan secara
langsung nanti di jawab bahwa ada konversi antara kebutuhan listrik untuk
menghasilkan jumlah produk tertentu, tadi ya dijawab 1 ton alumunium ingot kalau
tidak salah ekuivalen dengan 14 mega watt.
DIRUT PT ANTAM:
14.200 kilo watt hour.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Saya kira Mwh jadi 14.
Saudara sekalian, saya kira ini catatan penting kita akan bisa
mengkonversikan seluruh produk Freeport. Itu akan bisa kita ekuivalenkan dengan
seluruh keperluan listrik yang akan dilakukan untuk mengelola smelter ini memenuhi
ketentuan Undang-undang 4/2009. Angka ini penting karena kalau tadi disampaikan
lebih efisien bisa sampai 13, sampai 12 megawatt per ton .........
Kemudian yang terakhir adalah soal kalau masih ada Timah, Timah itu
soalnya tadi disinggung oleh Pak Nazarudin ....... jalan. Di sana kan ada termenit,
rootil, sirkon cenotin dan termasuk di dalamnya adalah bahan-bahan baku, walaupun
masih panjang adalah soal nuklir yaitu torium. Oleh karenanya skema dari Timah
kalau dapat disampaikan berapa jumlah keseluruhan cadangan, bukan cadangan,
stock dari logam jarang ini biar dapat disampaikan karena dia merupakan tambang
tersendiri. Terus saya dengar sekarang dijual keluar, apakah memang benar ini
karena kalau masuk, tentu akan masuk di dalam neraca ini semua.
Kemudian mengenai Bukit Asam tadi saya belum memberikan masukan, di
dalam catatan ini Bukit Asam kami nanti mohon konfirmasi soal PLTU mulut
tambang yang dulu pernah akan diusahakan, PLTU mulut tambang di Palembang
atau di Bukit Asam atau Jambi saya tidak tahu yang akan disalurkan ke Malaysia.
Apakah itu ada keterangan lebih jauh perkembangannya karena dia mulut tambang
akan disalurkan ke sana, kemudian kalau lebih akan dikembalikan ke Indonesia.
Saya kira itu Ketua, catatan-catatan ya ada beberapa yang kita nanti
harapkan secara tertulis dan kemudian atas inisiatif Ketua tadi tentunya walaupun
fakultatif kita berharap pada kesempatan sesudah ini dalam jawaban tertulisnya juga
ada masukan terhadap penyempurnaan Undang-undang Minerba karena itu ada
sebuah rezim baru yang akan kita rumuskan di dalam penyempurnaan Undang-
undang Minerba.
Saya kira itu, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke, selanjutnya Pak Sayed.
F-PD (SAYED ABUBAKAR A. ASSEGAF):
Terima kasih.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati Pimpinan dan rekan-rekan Komisi VII, Pak Direktur.
Saya singkat saja karena waktu juga sudah sore, ada rapat berikutnya, ingin
menanyakan sejauh ini aktivitas dari PT Asam yang ada di Peranap di provinsi Riau
Pak, karena kita mendapatkan informasi juga dari orang-orang setempat itu bahwa
tidak maksimal aktivitas PT Bukit Asam di Peranap itu. Jadi kalau umpama tidak ada
aktivitas sangat disayangkan konsesi lahan yang begitu luas tidak dimanfaatkan
dengan maksimal. Dan biaya cost juga yang akan dikeluarkan untuk aktivitas sana,
gaji ke pegawai semua kan itu mubazir. Dan sejauh ini juga janji-janji Bukit Asam
untuk membangun PLTU 2 x 10 untuk kabupaten Indragiri Hulu itu sampai hari ini
enggak pernah terealisasi, hanya janji-janji saja. Sehingga masyarakat terus
berharap terus berharap, jadi nanti saya minta tolong kejelasanlah tentang aktifitas
Bukit Asam di Indragiri Hulu ini.
Itu saja mungkin yang dapat saya sampaikan, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih Pak Totok terakihir ya karena ini mau maghrib.
Silakan Pak Totok.
F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, SE.):
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore salam sejahtera bagi kita semua.
Ini mitra-mitra kita ini sampai banyak yang tidak jelas lagi kita mengenalinya
siapa, dulu di mana, sekarang di situ dan lain sebagainya karena lamanya enggak
ketemu, Komisi kurang mengagendakan dengan mitra-mitranya. Padahal banyak hal
yang kita perlu mendapatkan informasi dari pelaku-pelaku pertambangan,
khususnya BUMN ini dan sesuai dengan bidang tugas di Komisi VII. Nah tadi banyak
sekali pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan, saya nggak nambah yang teknis-
teknis cuma saya ingin mendapatkan masukan juga dari Bapak-bapak, Ibunya nggak
ada ya yang jajaran direksinya, nggak ada ibunya, bapak semua. Jadi dari Bapak-
bapak karena kita sebentar lagi akan melakukan revisi terhadap Undang-undang
Minerba.
Jadi saya kira setiap mitra kita ini perlu memberi banyak informasi Komisi VII
supaya kita bener-bener dalam menyusun Undang-undang yang kita revisi nanti itu
sesuai dengan kepentingan bangsa dan negara atau yang memberi keuntungan
maksimal bagi bangsa dan negara. Nah soal smelter soal spesifikasi dengan
berbagai jenis pertambangan yang itu punya banyak varian yang berbeda dari sisi
ekonominya, kajian ekonominya saya kira itu juga penting untuk Komisi VII supaya
regulasi-regulasi yang kita buat ke depan itu selain bisa melindungi kekayaan alam
kita, juga memberi keuntungan maksimal bagi Indonesia. Saya melihat sekarang ini
kok banyak problemnya ya dari pada benefitnya untuk Indonesia smelter itu, padahal
itu pilihan yang dulu waktu dibuat 5 tahun yang lalu oleh para pembuat Undang-
undang itu juga sudah didiskusikannya seluruh pelaku usaha pertambangan,
kalangan akademisi. Itu menjadi harapan-harapan masa depan yang cemerlang bagi
Indonesia karena hilirisasi itu akan dicapai oleh bangsa Indonesia dan dengan
harapan kemajuan yang sangat besar bagi ekonomi kita, tapi kenyataannya justru
sekarang sebaliknya banyak problem. Bahkan ini juga pemegang kontrak karya ada
yang tidak mau tunduk pada aturan-aturan itu.
Nah saya kira mumpung kita sedang membahas Undang-undang Minerba
yang nanti sebentar lagi Komisi VII akan inten membahasnya. Saya kira perlu di apa
diadakan pertemuan-pertemuan lagi Ketua, khusus berkaitan dengan masukan
terhadap Undang-undang Minerba. Nah itu aja catatan saya sebagai Anggota Komisi
VII dan sebagai Badan Legislasi, mudah-mudahan yang terbaik kita.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Totok.
Jadi demikian pendalaman yang dilakukan oleh para anggota dan memang
ada beberapa hal yang mungkin perlu kita tindak lanjuti dengan kunjungan spesifik
iya karena tidak semuanya Anggota Komisi VII pernah melakukan kunjungan
lapangan, nanti tinggal kita pilih di daerah mana yang bisa merepresentasikan,
memang tidak bisa, tidak mungkin bisa satu-persatu paling tidak terhadap apa yang
menjadi concern Komisi VII tadi seperti yang Pak Nazarudin Kiemas sampaikan dan
beberapa teman yang sudah disampaikan.
Mengingat waktunya juga sudah hampir Maghrib ya kita rencanakan bisa
selesai sebelum Magrib. Tadi sudah banyak interaktif ya, sudah banyak yang
dijawab. Namun demikian untuk menghargai dari pertanyaan yang belum dijawab
saya memberikan waktu kepada para Direktur Utama untuk menjawabnya. Dimulai
urut seperti yang pertama kali tadi melakukan persentasi, jadi dari Antam lantas
Timah, Bukit Asam dan Inalum.
Silakan.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua, sebelum ini setengah menit.
Tadi soal CSR itu terutama yang besar-besar, kalau untuk alokasi untuk para
anggota Komisi DPR RI itu tepat. Jadi memang itu Fatsun jadi bukan hanya di
daerah tambang itu ajah, ada plusnya termasuk di daerah pemilihan Komisi VII yang
aktif.
Itu aja Pak Ketua, untuk supaya bisa referensi bagi Pimpinan Direksi.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Oke, silakan Pak Dirut Aneka Tambang.
DIRUT PT ANTAM:
Terima kasih Pak Ketua, atas waktunya.
Mungkin saya langsung jawab Pak Ramson yang terhormat, betul pak CSR
kami bisa Pak, apa namanya bukan hanya di, tapi mau.......maksudnya, terutama di
daerah ada ring 1 Pak. Jadi ring-nya memang 1, 2, 3 Ring 1 adalah daerah
operasional kami, ring 2 daerah provinsi kami dan ring 3 seluruh Indonesia Pak, di
manapun kami, kenapa di Antam ini di pertambangan ini ada 4 CSR Pak, 1 PK dan
BL itu BUMN kalau CD itu untuk IUP pak jadi itu terkena kemudian ada lingkungan.
Ini PKBL bisa di mana-mana Pak, bisa di mana-mana, sudah cd juga bisa di mana-
mana hanya memang nanti soal prioritasnya di daerah lokasi. Jadi sebetulnya ke
mana ke daerah Bapak-bapak itu bisa pak, tapi kan yang penting ada proposal
khusus yang bisa diajukan. Mungkin untuk di........ semuanya saja pak sekalian.
Kemudian yang paling hangat sekarang PT Freeport Pak, jadi PT Freeport
dari mohon maaf dari Bapak-bapak yang terhormat tadi Pak Fadel, Pak Bara juga,
Pak Daryatmo. Jadi saya melihat permasalahan di Freeport ini ada 3 Pak, satu di
tambangnya sendiri pak karena strike itu itukan melibatkan tambangnya Pak yang
berhenti pak. Yang kedua, setelah dari tambang ini kan produknya adalah konsentrat
Pak konsentrat ini larinya ke smelter namanya smelter apar smelter pak. Setelah
apar baru ada yang pengambilan emas itu yang proses pabrik anoda slime. Nah
kami sebagai BUMN dan sebetulnya Pak, tahun lalu kami pernah ada di sini juga PT
Freeport ada di sini, Antam di sini, semua ada di sini dan bahkan Pak Dirjen Minerba
yang sekarang ada di sini pertanyaan yang sama Pak dan sekarang kelihatannya
memang sudah tiba waktunya bahwa PP itu keluar dan ada masalah misalkan
bagaimana BUMN bisa ikut serta untuk mengoperasikan PT Freeport. Pada saat itu
kami jawab ya bisa Pak, kenapa bisa? untuk Aneka Tambang sendiri kami
mempunyai tambang emas Pak. Tambang emas tambang dalam, pertama di Cikotok
itu yang awalnya Pak, kemudian di Pongkor juga tambang dalam juga Pak, di
Cibaliung juga tambang dalam juga, di NHM Nusa Halmaera Minol juga tambang
dalam juga. Bahkan itu masing-masing tambang itu lain karakteristiknya, di NHM itu
dekat sumber panas Pak, jadi orang itu hanya bisa bekerja 1 jam keluar lagi.
Jadi sebetulnya bedanya Antam misalnya dengan Freeport hanya masalah
skala Pak. Artinya skala besar di Freeport, skala seperti apa di Antam dan bahkan
sebetulnya Pak, ini hanya untuk informasi mungkin apakah bluffing atau bukan
awalnya dari banyak orang-orang Freeport juga yang training-nya juga di Antam
Pak, di Cikotok. Kemudian sekarang juga banyak karyawan Antam yang ke Freeport
dan banyak juga karyawan Freeport yang ke Antam. Jadi sebetulnya untuk
mengoperasikan khusus yang ditambangnya sendiri itu kami Insya Allah sanggup
Pak, itu kami ada di belakang pemerintah bila terjadi sesuatu apa namanya
gertakan-gertakan atau pun terjadi di sana Pak.
Kemudian yang kedua masalah apa smelter mungkin Pak, yang terhormat
Pak Daryatmo ini betul sekali, kami juga sudah membuat FS-nya untuk
pembangunan cupper smelter. Hanya memang cupper smelter ini ada sesuatu
produk bahwa yang diproduksi adalah cupper, kemudian anoda slime, ada juga
H2SO4 Pak dan ada slack-nya. Bila di bangun di Gresik artinya didekat industri
sebetulnya Pak, H2SO4-nya bisa langsung dipakai untuk pupuk, slack-nya bisa
langsung untuk semen. Nah bila dibangun di daerah Irian itu bukan tidak mungkin,
itu mungkin Pak, hanya memang H2SO4-nya perlu kita utilisasi, apakah diangkut
atau seperti apa. Yang bagus memang membangun sekalian, cupper smelternya
juga, kemudian juga apa namanya pabrik pupuknya dan pabrik semennya itu sudah
terutilisasi semuanya Pak. Nah kalau anoda slime memang bisa di lokasi dekat
cupper smelter atau di lokasi kami Pak, bukan kami ingin anoda slime ada di kami
Pak, tapi ini sebetulnya emas ke depan Pak, negara-negara maju itu ada gold
risetnya Pak. Itu sangat-sangat kuat untuk negara China itu sangat-sangat
mementingkan gold riset untuk negara. Nah kita Pak, semua emas-emas yang ada
di kita keluar semua pak. Semua yang dari kontrak-kontrak karya itu emasnya dijual
keluar dan orang lain yang berproduksi, tingkat produksi tinggi itu bukan Indonesia
pak, tapi dari luar tapi emasnya emasnya dari kita gitu. Itu mengenai Freeport,
mungkin sekilas mengenai apa namanya kesanggupan kami dari Aneka Tambang
dan Insya Allah sebetulnya BUMN industri tambang secara bersama-sama untuk
teknis kami berpengalaman pak, untuk financial saya pikir teman-teman saya sangat
bagus finansialnya pak, jadi untuk dukungan itu tidak perlu diragukan pak.
Kemudian dari Pak Bara tadi pak, untuk financial Antam 2009-2012 betul pak,
itu harga lagi bagus-bagusnya. Jadi yang tadi kami kan memperlihatkan 5 tahun saja
pak, sebelumnya bahkan lebih bagus lagi pak karena harga nikel cukup tinggi.
Kemudian untuk bijih nikel ke mana saja pak, untuk tahun 2014 kami bisa.
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
Sorry, jadi dengan begitu Undang-undang 2009 ini tidak mempunyai efek
yang signifikan terhadap kinerja Antam ....... spot ini.
DIRUT PT ANTAM:
Justru sejak 2014 langsung turun pak gitu, betul pak. Jadi waktu 2014 kami
bisa memproduksi 10 juta pak, itu dipakai untuk kami sendiri itu sekitar 1,2 juta
sampai 1,52 juta di smelter kami sendiri di Pomala untuk menjadikan ferronikel yang
sisanya waktu itu belum ada smelter dalam negeri pak kita eksplor gitu pak. Jadi itu
untuk kapasitas kami.
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
Persentasenya Pak, bisa dikatakan persentasinya antara di smelted dengan
yang tidak di smelted.
DIRUT PT ANTAM:
Persentasinya kalau dari 10 juta sekitar 1,2 juta ke kami itu sekitar 15% itu
masuk ke smelter kami dan 85%-nya waktu itu dijual pak gitu karena memang, betul
pak ya.
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
Antam punya 3 smelter saja.
DIRUT PT ANTAM:
Untuk feronikel sekarang sudah 4 pak, bahkan jadi tahun ini sedang
komisioning yang keempat pak.
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
operation-nya 3 kan.
DIRUT PT ANTAM:
Iya yang operation 3.
KETUA RAPAT:
Nanti begini saja Pak, inikan masalah angka dan juga menyangkut mengenai
laporan ya, berapa persen dan lain sebagainya memang itu belum ada di dalam
presentasinya. Nah itu lebih bagus nanti di dalam jawaban tertulis supaya kita ingat
semua, enggak cuma hanya yang menanyakan saja. Itu disampaikan nanti Pak.
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
Saya pikir pertanyaan ini relevan ketua, menyangkut nanti kita ingin
melakukan revisi terhadap Undang-undang 2009.
KETUA RAPAT:
Justru itu kita perlu data jangan cuma nanya disampaikan secara lisan gitu.
DIRUT PT ANTAM:
Nanti kami kirimkan semuanya tadi dengan data-data tadi yang.
KETUA RAPAT:
Tolong waktunya Pak, dipersingkat karena waktunya sudah mepet sekali.
DIRUT PT ANTAM:
Jadi mungkin memang bagi Antam masalah hilirisasi dan smelter itu kami
sangat mendukung Pak Fadel Muhammad dan mau ke mana, untuk nikel kami
sudah membangun smelter lagi yang di Halmahera Timur itu 13.500 itu baru tahap
pertama, itu yang dapat PMN Pak. Kami akan membangun 2 lain berikutnya, setelah
2 lain itu sebetulnya Antam sudah selesai pak pembangunan-pembangunan
feronikelnya dan ini akan lanjut ke stanless still, jadi itu untuk apa namanya
penguatan industri kita. Itu dari segi nikel kalau kalo dari segi bauksit kami sudah
membangun smelter grade alumina dan akan membangun chemical grade alumina
yang sudah selesai dan akan membangun smelter grade alumina untuk umpan ke
Inalum yang selama ini Inalum import, itu hubungannya ke sana pak. Kami sudah
berdua sudah-sudah ada GPE-nya untuk membangun bersama-sama dan akan
dibangun di Kalimantan Barat.
Kemudian yang lain-lain mengenai tadi soal land rent ibu mungkin, untuk ibu
mungkin ini ya. Land rent ini dibayarkan ke pusat, tapi ada distribusi ke daerah
sedangkan yang pajak lain-lain itu memang kami juga ada pajak dari deposito yang
kami simpan Bu. Nah kemudian juga asset kenapa aset meningkat mungkin tadi ada
yang menanyakan aset meningkat itu karena kami mendapatkan PMN sekitar 3,5
triliun dan .......itu sekitar 1,8 jadi sekitar 5,3 triliun itu masuk ke kas kami. Itu untuk
pembangunan pabrik di Halmahera Timur dan kemudian ada juga revaluasi aset
tanah yang sampai 1,6 triliun. Sebetulnya tahun lalu kalau itu bisa diakui sebagai
komprehensif itu tidak rugi, namun karena itu bukan uang tapi itu tidak-tidak bisa
diakui sebagai keuntungan.
Mungkin itu dari Antam secara sekilas Pak, nanti disusulkan kami semuanya
secara tertulis.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan Direktur Utama PT Timah.
DIRUT PT TIMAH:
Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT:
Yang di highlight saja Pak, jadi digabungkan dari beberapa pertanyaan.
DIRUT PT TIMAH:
Tadi ada pertanyaan mengenai produksi dalam negeri, kami hampir 80%
sekarang hampir semua produksi dalam negeri, hanya mungkin mesin-mesin yang
ini untuk kapal-kapal keruk itu yang kami masih impor pak, tapi kalau yang
komponen-komponennya kita ......, terutama untuk perbaikan kapal-kapal bajanya
kita ambil dari Krakatau Steel Pak.
Tadi pertanyaan Pak Ramson kenapa produk logamnya lebih tinggi, kami
bakar backlock Pak. Jadi memang selain ada jadi pada saat produksi timah selain
menjadi logam, ada side produknya itu backlock. Backlock ini bisa dibakar lagi,
sehingga produksi bisa jadi timah lagi walaupun jumlahnya tidak sebanyak kalau
kami bakar logam dan lalu kenapa kami jual logam lebih banyak itu juga stok yang
ada dari tahun-tahun sebelumnya yang belum terjual semua.
Pertanyaannya Bu Andi Yuliani tadi institusi asing yang termasuk ........asing
itu ada beberapa institusi .......manajer Bu, seperti BBA speaker dan Citibank itu
yang, tapi total asing itu hanya sedikit kurang lebih 10% dari pemegang saham PT
Timah. Logam tanah jarang tadi ada pertanyaan dari Pak Nazarudin dan Pak
Daryatmo, Pak hari ini kami sudah menyelesaikan mini project plan Pak, dengan V
stock-nya kurang lebih 50 G program seharinya. Ini kita lagi sekarang ujicoba pak
untuk pemurnian pemisahan mineral tanah jarang tadi, ada komponennya dari minal
...... itu bisa dipisahkan menjadi mineral tanah jarang dan torium. Memang untuk
torium masih panjang, kita masih kerja sama dengan BATAN untuk upaya
pengembangan monal torium dan minal tanah jarangnya.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Interupsi sedikit, kerja sama dengan BATAN tertulis MoU atau.
DIRUT PT TIMAH:
MoU Pak.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Oke, kita mohon ada catatannya nanti dilampirkan.
DIRUT PT TIMAH:
Mengenai penggunaan timah ke depan pak memang ada ancaman dari
sekarang miniatur, istilahnya miniaturisasi pak, jadi dulu kan barang-barang
elektronik itu kan besar-besar, makin lama makin mengecil. Jadi memang ada
ancaman miniaturisasi. Di sisi lain penggunaan itu semakin melebar pak, jadi kalau
dulu itu hanya untuk solder hanya untuk elektronik, sekarang timah itu sudah mulai
dipakai lagi untuk misalnya pelapis kaca, juga kemasan makanan itukan yag tim
chemical dipakai buat pesan makanan, terus juga kalau Bapak lihat pipa-pipa PVC
Pak, sekarang sudah mulai menggunakan timah putih Pak, di masa lalu mereka
mengunakan timah hitam nah ini agak berbahaya buat kesehatan. Jadi sekarang
tingkat kesadaran tentang kesehatan sekarang mereka merubah menggunakan
timah putih. Jadi kalau dari sisi penggunaan timah kami berpendapat ke depan tidak
akan merubah dan kami yakin akan semakin meningkat.
Saya pikir demikian Pak, ringkasan jawaban kami.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
Jadi itu cenderung harga bakal menurun gitu pak.
DIRUT PT TIMAH:
Harga mungkin, kalau harga saya pikir relatif stabil Pak. Sekarang kemarin
sempat turun pak 13 ribu sekarang makin sejak Januari sekarang itu harga relatif
baik antara level 19 sampai 21 ribu jadi kisarannya seperti dan kalau memang
peningkatan pemanfaatan semakin meningkat pak, diiringi juga dengan
pertumbuhan ekonomi saya pikir harga itu akan stabil dan mungkin semakin
meningkat Pak.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Maaf Pak Ketua, tapi kan tadi analisanya karena penggunaan itu makin
sedikit untuk kemampuan teknologi, tapi permintaan berkurang kan.
DIRUT PT TIMAH:
Tapi ada pengaplikasiannya bertambah lebar pak, yang dulu hanya elektronik
sekarang misalnya PVC. PVC dulu kan pakai timah hitam, sekarang pakai timah
putih . terus kemasan makanan Pak, kaleng, terus plat timah, tin plat dan sekarang
kalau yang bapak lihat mobil hybrid, mobil listrik itu pemakaian timahnya jadi
semakin besar Pak.
KETUA RAPAT:
Saya hanya ingin nambahkan saja kalau untuk timah itu karena kebetulan
saya mimpin rombongan kunjungan kerja ke Bangka Belitung, yang jadi masalah
utama adalah illegal mining-nya itu Pak. Itu kan sudah jelas-jelas di depan mata,
terutama pada waktu itu kita dikasih penjelasan bahwa mereka mengambilnya yang
offshore. Jadi Presiden katanya waktu itu pernah dibawa ke sana, disampaikan, di
persentasikan juga bahwa situasinya memang sangat tipikal sebetulnya kalau saya
melihat ya. Sehingga peredaran timah yang ada di sana rata-rata bisa tidak bertuan
di luar daripada punyanya PT Timah. Jadi itu mungkin menjadi PR ke depan Pak
dan kewenangannya tidak hanya ada pada BUMN tetapi juga pada aparat kepolisian
dan juga TNI.
Baik Pak, ini tambahan dari saya saja karena kita kemarin ke sana.
Silakan Pak, Bukit Asam.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Pak Fadel terima kasih atas dukungan politiknya terhadap 2 hal tadi, hilirisasi
dan penggunaan produk dalam negeri. Pada prinsipnya PT BA sudah menuju ke
arah sana yang terkait dengan hilirisasi tadi sudah kami sampaikan bahwa kami
sudah melaukan studi untuk justifikasi batubara ini dan dari justifikasi ini nanti akan
banyak derivatif produk yang kitabisa buat sampai ke Kupu, BME dan lain
sebagainya. Khusus untuk pupuk kita sudah melakukan kerja sama kesepakatan
dengan PT Pupuk Indonesia untuk mengembangkan bagaimana membuat pupuk ini
dari kelas yang berasal dari batu bara. Kemudian DMB juga tadi bapak sebut
dengan Pertamina akan kita tingkatkan lagi pak, terima kasih.
Kemudian untuk produk dalam negeri sama dengan yang disampaikan teman
dari Antam tadi bahwa kita sudah mulai untuk produk-produk dalam negeri yang bisa
kita pakai untuk ..... kita akan utamakan yang ...... tidak pakai yang lain Pak. Yang
terkait dengan Pak Bara tadi bahwa harga batu bara kalau kita lihat dari awal tahun
itu memang dari tahun 2015 itu turun terus Pak, sehingga banyak KT-KT yang skala
kecil tidak tahan dan dia berhenti berproduksi. Ini dimulai dari awal 2014 tentunya,
kemudiaan pertengahan tahun 2016 China mengeluarkan kebijakan mengurangi jam
kerja dari 30 hari menjadi 200 sekian hari. Otomatis produksi batu bara mereka
berkurang, nah pada saat itulah terjadi demand yang tinggi sementara industri batu
bara kita yang hidup itu yang besar, sehingga ini masalah supply dan demand.
Makanya harga begitu cepat melejit Pak, begitu mulai harga tinggi mulai lagi KP-KP
yang kelas menengah ini berproduksi lagi dan sekarang cenderung turun lagi harga
dari Desember indeks itu masih 100 sekarang sudah turun menjadi Januari Februari
sudah 80-an. Nah ini memang komoditinya yang seperti itu sifatnya sangat .......
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi sedikit Pak Ketua, soal ini agak menarik.
Jadi Pak Dirut hanya karena pengurangan jam kerja sektor pertambangan
batu bara di China pak.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Iya salah satu itu Pak, salah satu.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Cina kan selama ini memang beli kebanyakan luar kan ekspor.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Nggak dia produksinya juga banyak Pak, dia produsen terbesar batu bara di
dunia malah Pak.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Mereka beli dari luar juga banyak kan.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Beli dari luar juga banyak karena dia berkurang produksinya, otomatis untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri dan nambah ekspor Pak dan kita waktu itu
industri kita belum banyak yang belum berproduksi karena harga turun ya, jadi
banyak yang mati skala-skala yang kecil menengah ini, sekarang sudah mulai hidup
lagi.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi sedikit Pak Ketua.
Itu berapa puluh persen pengurangan volumen produksi mereka dengan
pengurangan jam kerja itu, kira-kira mungkin BA punya.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Sekitar 600 juta ton, nanti kita cari angka pastinya Pak. Sekitar 600 juta ton
Pak Ramson.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Karena ini loncatannya cepat saya lihat ini, tinggi dalam waktu singkat.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Dalam waktu singkat sekali dia naik itu dari Januari ke Oktober itu masih
rendah, tiba-tiba dia langsung naik karena dia mengeluarkan kebijakan.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Sayang saya sudah pensiun main saham, waktu saya di Komisi XI main
saham saya, sekarang sudah pensiun kena waktu pensiun. Saya kan pensiun satu
periode di DPR RI, pensiun juga main saham.
Terima kasih Pak Ketua, karena tadi saya lihat menarik ini, terima kasih.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Iya terus yang terkait dengan pertanyaan Pak Ramson juga yang PLT yang
kita punya. Sekarang ini kita sudah memiliki 3 PLTU, satu di Tarahan 2 x 8 megawatt
untuk pemakaian sendiri dan exsos power ke PLN. Kemudian di Tanjung Enim 3 x
10 mega watt menggunakan sendiri juga exsos power ke PLN dan satu lagi 2 x 135
mega watt sudah beroperasi itu joint company Bukita Asam dengan PJB anak
perusahaan PLN 2 x 135 mega watt udah jalan, udah COD. Dan sekarang ini sudah
memiliki PPA dengan PLN 2 x 620 mega watt, tapi alhamdulillah ini belum bisa kita
teruskan karena di RUU PTL PLN di undur sampai 2023 terkait dengan penundaan
pembangunan transmisi dari Sumatera ke Jawa kabel bawah laut.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Sedikit lagi Pak Ketua, jadi total produksi energi listrik dari PT BA itu PLTU
yang milik PT BA sekarang sudah berapa.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Sekitar 250 megawatt.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Baru segitu Pak.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
235, 250 mega watt yang sudah jalan Pak ya.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Baru sebesar itu ya.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Tapi kita punya potensi sangat besar cuma memang kita nyalur listriknya kan
kita tidak bisa bangun sendiri, terus nggak ada yang beli, sangat tergantung kepada
besarnya PLN Pak. Nah kita minta bantuan Bapak-bapak di Komisi VII ini supaya
mendorong juga PLN memanfaatkan potensi PLN me......potensi PT BA ini untuk
membangun PLT mulut tambang sampai saya katakan tadi 5 ribu megawatt atau 6
ribu megawatt.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Yang di 35 ribu megawatt rencananya pemerintah itu ikut nggak Pak.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Iya ikut yang di 2 x 620 mega watt.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Yang tahun 2000.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Itu di RUU PTL terakhir PLN dimundurin menjadi 2023, asal Bapak ketahui ini
PPA sudah canangkan tahun 2012 dan sudah dilakukan juga ground breaking pada
waktu 2015.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
2019 nggak bisa selesai jadinya ya.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Nggak bisa Pak.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Sekarang masalah transmisi Pak.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Karena ini perlu 500 cafe yang dijual ke Jawa.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Pak Ketua, saya pikir perlu kita back up Bukit Asam.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Terima kasih Pak Ramson.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Terima kasih Pak Ketua.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Kemudian yang Pak Nazarudin tadi, terkait PAD, PAUD ya, Insya Allah itu
udah menjadi bagian dari program kita dan juga soal briket alhamdulillah masih
berproduksi di Lampung dan di Tanjung Enim dan memang demand-nya sekarang
tidak bagus beberapa tahun yang lalu terkait dengan harga LPG, subsidi yang
diberikan pemerintah.
Kemudian PLTU Pranap dari Pak Sayed tadi, memang keberadaan lUP kita di
sini memang kita arahkan awalnya memang untuk membangun PLTU di sana pak
karena kalori batu bara yang di sana GAR-nya relatif rendah dan memang dengan
kondisi saat ini tidak visible untuk kita tambang dan kita jual, tidak ekonomis. Nah di
dalam membangun PLTU ini kita udah beberapa kali mengajukan permohonan PLN
dan PLN belum memberikan penunjukan untuk kita meneruskan pembangunan
PLTU di sana dan kita berencana akan mengajukan lagi untuk membangun PLTU 2
x 300 mega watt dan mudah-mudahan bisa dimasukkan di dalam RUU PTL PLN di
tahun 2017 dan 2018 ini.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih penjelasannya.
Terakhir Pak Direntur Utama Inalum, isngkat, padat Pak ya.
DIRUT PT INALUM:
Terima kasih Pak.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Interupsi sebentar Ketua, sebelah kiri.
Jadi mohon nanti beberapa pertanyaan kami yang tidak dijawab langsung
nanti akan dijawab tertulis ya.
KETUA RAPAT:
Iya, nanti kita akan masukkan di dalam kesimpulan supaya jadi semua
pertanyaan yang belum terjawab ataupun yang terjawab pun juga dimasukkan dalam
jawaban tertulis.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Iya sebab mengenai Ombilin tadi nggak dijawab.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Sedikit Pak, saya terlupa Pak daryatmo terkait Ombilin. Tadi saya sudah
tegaskan bahwa kita sudah sepakat untuk Ombilin ini diperpanjang IUP-nya dan itu
akan berakhir 2019 dan menurut ketentuan Undang-undang kalau tidak
diperpanjang, kita sekarang ini sudah harus mengajukan penghentian, tapi kita
sudah lakukan itu, jadi artinya kita akan perpanjang Pak.
Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Inalum.
DIRUT PT INALUM:
Terima kasih Pimpinan.
Pertama mungkin dari Pak Fadel Pak ya kaitannya dengan hilirisasi. Saya kira
setelah menjadi BUMN jadi mulai awal 2015 kita uda siap untuk membangun pabrik
vilet dan aloi Pak, diharapkan nanti di bulan April atau awal Mei sudah produksi
dengan kapasitas tahun ini Pak ya, dengan kapasitas 120 ribu ton. Artinya akan ada
nilai tambah dari vilet dan aloi ini. Terus juga yang penting pengalaman Inalum pak,
ini artinya untuk sharing kaitannya dengan kemampuan untuk mengoperasikan
tambang ataupun smelter. Jadi Inalum ini sebenarnya semenjak 1998 itu sudah tidak
ada tenaga asingnya pak. Jadi tenaga dari Jepang sudah ada, sudah tidak ada.
Artinya sudah dikelola 100% oleh orang-orang kita, orang Indonesia. Namun
demikian baru itu diambil alih menjadi BUMN karena kontraknya 30 tahun itu di akhir
2013. Artinya apa? Bahwa misalnya di Freeport saya kira orang kita pun sudah bisa
mengoperasikan pak, orang kita juga bisa mengoperasikan. Artinya tidak ada
kekhawatiran yang perlu ada yang berlebih untuk kita tidak bisa mengoperasikan, itu
yang pertama.
Yang kedua Pak Ramson ini Pak, kaitannya dengan CSR di Tobasa. Waktu
itu kan hanya komunikasi yang kurang ini pak, tapi setelah Bapak berkunjung ke
sana sekarang sudah rutin itu pak dengan ada istilahnya Musrenbang sehingga
informasi itu bisa berjalan dengan baik.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua.
Bukan saya berkunjung, Komisi VII DPR RI karena itu bukan Dapil saya
soalnya. Kita kan DPR RI itu nasional, tetapi juga Dapil, 2 fungsi kami Pak, tugas
gitu. jadi dalam konteks DPR RI itu Pak, Komisi VII.
Terima kasih banyak.
DIRUT PT INALUM:
Berikutnya kaitannya dengan Pak Nazarudin Kiemas bahwa memang level air
Danau Toba yang turun, itu kita sekarang mengurangi.
KETUA RAPAT:
Bicara Pak Nazarudinnya tidak ada, jadi masukkan jawaban tertulis saja, yang
ada saja Pak.
DIRUT PT INALUM:
Berikutnya yang Pak Daryatmo, saya kira yang kaitannya CSR Pak, data per
wilayah itu ada hanya tadi tidak ditampilkan itu saja Pak, sampai ke yang lebih detail-
detail itu ada semua. Jadi mungkin nanti jawaban tertulis akan lebih apa istilahnya
..........
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Interupsi sedikit, laporan untuk 2016 nanti 2017 akan terbuka karena dari
gambaran itu akan terlihat semua, tidak hanya reporting saja, berlaku untuk semua.
Terima kasih.
DIRUT PT INALUM:
Artinya yang terkait dengan pertanyaan Bapak-bapak dan ibu sekalian,
terakhir yang masalah fit tadi saya kira sudah kami sampaikan secara lisan tinggal
nanti tertulisnya pak, yang dari Australia, dari India Alumina dan lain-lain.
Saya kira mungkin itu Pak Pimpinan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Bapak-Ibu sekalian atas penjelasan.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Interupsi Pak Ketua, setengah menit.
Untuk mendukung Bukit Asam, persidangan yang akan datang supaya kita
jadwalkan Rapat Dengar Pendapat dengan Dirjen Kelistrikan, Dirjen Minerba, PT
Bukit Asam dan PLN ya. Jadi kalau bisa lebih cepat direalisasikan itu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Nanti kita jadwalkan di Rapat Internal ya supaya dimasukin jadwal itu, mesti
ditulis itu apa yang disampaikan Pak Ramson tadi.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Demikian juga Ketua, interupsi Ketua.
Jadi mengenai kemampuan smelter tadi saya kira perlu saya sudah
mengusulkan itu, ini .......mulya di Jakarta walaupun dekat saya kira itukan
kemampuan cukup baik.
KETUA RAPAT:
Unit logam mulia.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Yang emas itu, mungkin kita lihat smelter-smelter yang lain untuk memastikan
kemampuan kita dan atas pengamatan kita semua, termasuk Inalum.
KETUA RAPAT:
Saya usul sebetulnya Pak Dar kunjungan spesifik nanti kita sampaikan karena
memang kebetulan mitra kita ini kan jarang sekali di tengok, atau bahkan mungkin
ada yang nggak pernah. Jadi saya pikir penting sekali kita ya, kita untuk melihat
lebih dekat dari apa yang sudah disampaikan.
Jadi Bapak-bapak sekalian para Direktur Utama terima kasih atas pemaparan
dan penjelasannya. Maka tiba waktunya kita untuk menuju pada kesimpulan rapat
sebagai akhir dari pada pertemuan yang nantinya perlu ditindaklanjuti karena
kesimpulan tidak hanya cuma ditulis tetapi juga dilaksanakan dan kita akan tanyakan
pada Rapat Dengar Pendapat berikutnya.
Saya bisa bacakan, jadi draft kesimpulan Rapat Dengar Pendapat dengan
Direktur Utama PT Aneka Tambang Persero, Tbk. Direktur Utama PT Bukit Asam
Persero, Tbk. Direktur Utama PT Timah Persero, Tbk. dan Direktur Utama PT
Inalum Persero, Selasa 21 Februari 2017:
1. Komisi VII DPR RI meminta kepada PT Bukit Asam Persero untuk serius
mengembangkan diversifikasi usaha diantarannya sudah dirintis sejak
tahun 2009 bersama PT Pertamina Persero adalah pemanfaatan the
methyl ether sebagai pengganti LPG agar segera direalisasikan ke tahap
produksi secara komersial.
Ini penting sekali Pak, karena memang pemerintah dalam hal ini pada waktu kita
ketemu dengan Pertamina satu-satunya yang bisa menekan impor LPG ya ini. Jadi
kalau kita bisa mengembangkan syukur-syukur Bukit Asam bisa menjadi pilot projek
untuk itu akan lebih baik. Mari kita tandasnya di sini sebagai poin yang harus
dimasukkan dalam kesimpulan.
Bisa disepakati?.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Pak Ketua, hanya TA-nya redaksinya agak dirapihkan. Komisi VII DPR RI
meminta meminta kepada PT Bukit Asam untuk terus mengembangkan diversifikasi
usaha antara lain yang sudah dirintis sejak tahun 2009 adalah, bukan adalah
persero untuk pemanfaatan gitu. Jadi persero itu untuk pemanfaatan, pas.
KETUA RAPAT:
Oke bisa disepakati ya setuju?.
(RAPAT:SETUJU)
2. Komisi VII DPR RI meminta PT Bukit Asam Persero untuk
mempertimbangkan perpanjangan IUP Ombilin yang akan berakhir pada
tahun 2019 karena apa, sebentar, karena akan berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup PLTU Ombilin.
Tadi sudah dijawab sebetulnya, apa perlu dimasukkan Pak Dar.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Iya sebenarnya kalau mau dimasukkan tidak secara spesifik PLTU Ombilin
karena itu dilangsungkan kan PLTU Ombilinnya juga tidak sekarang. Jadi kalau mau
ditulis IUP untuk kelangsungan pengusahaan batu bara sebetulnya, ya tidak hanya
khusus PLTU Ombilin, itu sebenernya.
KETUA RAPAT:
Coba redaksinya bagaimana Pak.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Meminta PT Bukit Asam untuk mempertimbangkan, saya kira mereka kan
sudah melakukan perpanjangan ya.
KETUA RAPAT:
Sudah melakukan perpanjangan ya Pak.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Untuk melakukan perpanjangan IUP Ombilin untuk kelangsungan
pengusahaan batu bara ya di Indonesia. Jadi jangan sampai ditinggalkan ya.
KETUA RAPAT:
Kalau begitu kalimatnya yang untuk mempertimbangkan perpanjangan sudah
tidak perlu lagi.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Untuk melakukan perpanjangan saja.
KETUA RAPAT:
Untuk melakukan perpanjangan, jadi bukan mempertimbangkan. Melakukan
perpanjangan IUP Ombilin yang akan berakhir pada tahun 2019.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Dan kegiatan pengusahaan batu bara.
KETUA RAPAT:
Demi keberlangsungan gitu aja ya demi kelangsungan kegiatan pengusahaan
batu bara, kelangsungan kegiatan pengusahaan batu bara titik kita, yang itu dicoret
saja.
Oke, bisa diterima, bisa ya.
(RAPAT:SETUJU)
3. Komisi VII DPR RI meminta PT Antam Persero, Tbk. PT Bukit Asam
Persero, Tbk. PT Timah Persero Tbk. dan PT Inalum persero untuk
menyampaikan data rinci terkait dana jaminan reklamasi, kegiatan
reklamasi pasca tambang dan perhitungan iuran IUP dalam 5 tahun
terakhir.
Tadi ini hanya karena tidak masuk di dalam slide presentasi di masing-masing
DIRUT PT INALUM:
Mohon izin Pimpinan, Inalum tidak ada jaminan reklamasi.
KETUA RAPAT:
Betul Inalum tidak perlu karena tidak ada eksplorasi. Inalum dicoret saja, bisa
disepakati ya.
(RAPAT:SETUJU)
4. Komisi VII DPR RI meminta PT Antam Persero, Tbk. PT Bukit Asam
Persero, Tbk. PT Timah Persero, Tbk. PT Inalum Persero untuk
menyampaikan kinerja operasi dan keuangan di masing-masing anak
perusahaannya.
Ini tidak semuanya punya anak perusahaan.
DIRUT PT INALUM:
Inalum belum punya.
KETUA RAPAT:
Inalum coret ya, Antam ada, Bukit Asam.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Kalau ditulis kan bagus, supaya mendorong membuat anak.
KETUA RAPAT:
Yang lainnya ada ya, oke. Jadi bisa disepakati ya.
(RAPAT:SETUJU)
5. Komisi VII DPR RI meminta PT Antam Persero, Tbk. PT Bukit Asam
Persero, Tbk. PT Timah Persero, Tbk. dan PT Inalum Persero untuk
meningkatkan nilai tambah produk melalui kegiatan hilirisasi yang sangat
penting untuk memperkokoh kinerja industri nasional.
Kalau Inalum mungkin enggak cocok ini ya.
DIRUT PT INALUM:
Sekarang kita sudah masuk.
KETUA RAPAT:
Justru itu Inalum itukan tidak dari raw material, kan mengimpor kan.
DIRUT PT INALUM:
Produknya lebih hilir lagi.
KETUA RAPAT:
Kalimatnya cocok tidak ini untuk Inalum.
DIRUT PT INALUM:
Cocok Pimpinan.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Interupsi Ketua, sebenarnya ini kalau kaitannya hilirisasi apakah Bukit Asam
kena ini, sebetulnya kan ini kami pada topik soal smelter nya kan. Sebenarnya kan
smelter itu di 3 tempat, 3 BUMN, Aneka Tambang di emas dan feronikel, Inalum di
alumunium ingot, kemudian Timah di timahnya itu sendiri. Jadi itu sebenarnya
supaya itunya yang dapat ditampilkan atau diperkukuh atau dilaporkan sebagai basis
kita untuk mengedepankan bahwa soal hilirisasi sudah juara Indonesia ini kan
begitu, yang baru datang itu sudah kuno itu jaman Belanda sudah ahli kan begitu
maksudnya.
KETUA RAPAT:
Saya kira disempurnakan jadi bukan untuk meningkatkan nilai tambah tetap
apa ya.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Bukit Asamnya saya kira di, mohon izin, di skip ya.
KETUA RAPAT:
Bukit Asam nggak perlu karena dia bukan smelter.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Smelterisasi ya, itu tidak menyangkut itu.
KETUA RAPAT:
Dihilangin.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Jadi sebenarnya ini untuk menginformasikan, kita penting punya kemampuan
untuk melakukan smelter itu kan seperti apa, untuk disampaikan pada kita sebagai
bahan rujukan, monggo saja, kalau mau anukan ini hanya asalnya smelter plus kan
begitu.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Kalau seandainya dianggap untuk justifikasi di ME semacam itu bagian dari
hilirisasi itu masuk sebenarnya Pak.
KETUA RAPAT:
Saya pikir masuk Pak.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Bukit Asam ada hilirisasi.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Ini setuju nggak apa-apa, cuma ini meningkatkan nilai tambah itu sebetulnya
kan, sebetulnya kita ingin informasinya.
KETUA RAPAT:
Karena gold gasifikasi itu sebenarnya bentuk lain dari.........up grading kan
sebetulnya ......
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Yang sederhana merubah batu bara jadi listrik itu udah hilirisasi sebenarnya
itu. Saya pikir relevan Pak dimasukkan.
KETUA RAPAT:
Jadi bisa ya, kalimatnya inikan general sekali ya untuk meningkatkan nilai
tambah ya, walaupun tadi Pak Dar lebih kepada mempromosikan lah.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Mempromosikan menginformasikan pada kita.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Pak dar ditambah dan memberikan informasi.
KETUA RAPAT:
Meningkatkan nilai tambah produk serta menginformasikan, meningkatkan
nilai tambah produk melalui kegiatan hilirisasi yang sangat penting, serta
menyampaikan, yang terakhir saja ditambah serta menyampaikan kepada Komisi
VII.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Menambahkan Pak, kami kan kami kan sudah hilirisasi semua Pak. Jadi
meningkatkan betul Pak, mungkin lebih ditegaskan lagi lebih ke arah melanjutkan
dan meningkatkan Pak.
KETUA RAPAT:
Melanjutkan dan meningkatkan, boleh.
DIRUT PT BUKIT ASAM:
Bahwa kami belum pernah melakukan hilirisasi.
KETUA RAPAT:
Jadi teruskan melanjutkan, untuk melanjutkan dan meningkatkan, saya pikir
fair itu. Kalau melanjutkan sudah dijalankan serta menginformasikan kepada Komisi
VII.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Secara berkala kepada Komisi VII.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Jadi maksud kami, saya kira kalimatnya kalau itu setuju, Bapak-bapak ini
kepada siapa mau bilang, kalau tuan-tuan ini ahli semua hilirisasi, bilangnya kan ke
Komisi VII dari mitranya, ini loh kan begitu. Itulah bahan dasar buat kita buat bilang
sama orang, kami punya kawan di Komisi VII ini mitra ini juara juga kan begitu, ini
angkanya.
KETUA RAPAT:
Jadi nomor 5 bisa disepakati ya.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Setuju Pak Ketua, karena udah berkembang memang ide originalnya dari Pak
Daryatmo, nggak hilir berkembang lagi bukan hanya smelter termasuk sudah
memproduk listrik.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Oke, terima kasih.
(RAPAT:SETUJU)
6. Komisi VII DPR RI meminta PT Antam Persero, Tbk. PT Bukit Asam
Persero, Tbk. PT Timah Persero, Tbk. dan PT Inalum untuk
menyampaikan jawaban tertulis atas seluruh pertanyaan Anggota DPR RI
dan disampaikan paling lambat pada tanggal 28 Februari 2017.
Jadi sudah jelas, sudah cukup ya.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Pak Ketua, apakah usul saya dan Pak Ramson tadi terkait dengan rencana
listrik yang Bukit Asam dengan PLN kita masukkan di kesimpulan, bahwa kita akan
melakukan Rapat Internal, oh oke.
KETUA RAPAT:
Jadi biar di catat karena itu masukannya bagus, tetapi tidak memerintahkan
mereka kan kita terhadap internal kita.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Catatan TA aja, supaya nanti ini draft Rapat Internal dimasukkan, kita untuk
mem-back up Bukit Asam, mantap, setuju ya Pak Ketua ya.
KETUA RAPAT:
Sangat setuju, nomor 6 kita sepakati ya.
(RAPAT:SETUJU)
Dengan demikian berakhir sudah Rapat Dengar Pendapat dengan para
BUMN tambang, biasanya saya menyilahkan salah satu wakil untuk memberikan
closing klimaks tetapi karena semuanya sama jadi cukup saya saja gitu mewakili
seluruh yang hadir pada rapat ini, semoga apa yang kita sampaikan yang
dipresentasikan dan apa masukan-masukan dari pada Anggota Dewan dapat
memenuhi apa yang diharapkan bagi perkembangan bangsa Republik Indonesia ini.
Terima kasih.
Akhirulkalam wabillahittaufiq wal hidayah.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
(RAPAT DITUTUP PUKUL 18.15 WIB)
a.n. KETUA RAPAT
SEKRETARIS RAPAT
Dra. Nanik Herry Murti
NIP. 196505061994032002