Post on 09-Aug-2019
39
BAB III
DESKRIPSI FILM “CAHAYA DARI TIMUR: BETA MALUKU” DAN
REPRESENTASI JOHN FISKE
A. Profil Film
Film “Cahaya dari Timur: Beta Maluku” merupakan film karya Angga
Dwimas Sasongko yang mengangkat kisah nyata kehidupan Sani Tawainela,
seorang tukang ojek mantan pemain sepak bola U-15 di Piala Pelajar Asia
tahun 1996 yang gagal menjadi pemain profesional, ia hidup ditengah konflik
agama di tahun 2000. Angga Dwimas Sasongko sebagai sutradara dan penulis
skenario dibantu oleh Swastika Nohara dan M. Irfan Ramly akhirnya dapat
mengembangkannya menjadi sebuah film yang di dalamnya mengandung
pesan toleransi dan persatuan, dikemas melalui cerita sepak bola, “Cahaya
dari Timur: Beta Maluku” mampu menggambarkan kisah persatuan dari
konflik agama antara Islam dan Kristen. Mengingat kisah sepak bola lebih
tepat untuk menyatukan bangsa sehingga diproduksi menjadi sebuah film
yang berjudul “Cahaya dari Timur: Beta Maluku”.
“Cahaya dari Timur: Beta Maluku” adalah film yang disutradarai oleh
Angga Dwimas Sasongko dan skenario filmnya digarap oleh Swastika
Nohara, M. Irfan Ramly, dan Angga Dwimas Sasongko. Film ini diproduseri
oleh Glenn Fredly dan Angga Dwimas Sasongko di bawah naungan Visinema
Pictures. Pemain film ini antara lain: Chicco Jericho, Shafira Umm, Jajang C.
Noer, dan Glenn Fredly dan para pemain asli orang Maluku yang di pilih
melalui casting. Film ini berdurasi 150 menit (Wikipedia, 2014).
Pada FFI (Festival Film Indonesia) tahun 2014, film ini meraih
penghargaan Piala Citra sebagai film terbaik dan pemeran utama pria terbaik
(Kusmiyati, 2015) dan menyabet tujuh penghargaan sekaligus di Piala Maya
tahun 2014 (Ezra, 2014). Ini membuktikan secara kualitas bahwa film
“Cahaya dari Timur: Beta Maluku” mempunyai pengaruh yang tinggi
terhadap penonton.
40
Prestasi yang dicapai dalam film “Cahaya dari Timur: Beta Maluku”
yaitu:
1. Unggulan
Kategori: Film Bioskop Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
2. Unggulan
Kategori: Pemeran Utama Pria Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Penerima: Chicco Jericho
3. Unggulan
Kategori: Aktor Peran Utama Terpilih
Penghargaan: Piala Maya
Penerima: Chicco Jericho
4. Unggulan
Kategori: Penyutradaraan Terpilih
Penghargaan: Piala Maya
Penerima: Angga Dwimas Sasongko
5. Unggulan
Kategori: Skenario Asli Terpilih
Penghargaan: Piala Maya
6. Unggulan
Kategori: Tata Musik Terpilih
Penghargaan: Piala Maya
7. Unggulan
Kategori: Lagu Tema Terpilih untuk Lagu “Tinggikan”
Penghargaan: Piala Maya
8. Unggulan
Kategori: Aktor/Aktris Cilik Terpilih dan Kategori Baru
Penghargaan: Piala Maya
Penerima: Bebeto Leutually dan Norman R. Akyuwen
9. Unggulan
41
Kategori: Penampilan Singkat Berkesan
Penghargaan: Piala Maya
Penerima: Jajang C. Noer
Pada pembuatan film “Cahaya dari Timur: Beta Maluku” melibatkan
beberapa tim kreatif produksi film diantaranya:
Produser : 1. Glenn Fredly
2. Angga Dwimas Sasongko
Sutradara : Angga Dwimas Sasongko
Penulis Naskah : 1. Swastika Nohara
2. M. Irfan Ramly
3. Angga Dwimas Sasongko
Pimpinan Produksi : Dipo Alam
Produser Pandamping : 1. M. Irfan Ramly
2. Ikhsan Tualeka
3. Nurita Anandia
Musik Oleh : Nikita Dompas
Sinematografi Oleh : Roby Taswin
Editing Oleh : Yoga Krispratama
Sound Departemen :
1. Sound re-recording : Satrio Budiono
2. Sound recordist : Djoko Setiadi
Spesial Effek Oleh : Naufal Al Rasyid (visual effects artist 2014)
Visual Effek Oleh : 1. Antan Juliansyah
2. Raiyan Laksamana
3. Naufal Al Rasyid
4. Busi Sotyawan
Penanggung jawab Unit Maluku: Sufyan Lestaluhu
Asisten Sutradara I : Albet Fahmi
Asisten Sutradara II : Denny Pradana
Asisten Sutradara III : Yudhistira Purwanto
PH/ Perusahaan : Visinema Pictures
42
Pemain :
Tabel 4. Pemeran
No. Nama Sebagai
1. Chicco Jericho Sani Tawainela
2. Shafira Umm Haspa Umarella
3. Abdurrahman Arif Josef Matulessy
4. Burhanuddin Ohorella Alfin Tuasalamony
5. Aufa Assegaf Hari Zamhari Lestaluhu
6. Bebeto Leutually Salim Ohorella
7. Jajang C. Noer Ibu dari Alfin
8. Ridho Hafidz Bapak Jago
9. Leo Maitimu Bapak pendeta
10. Glenn fredly Sufyan Lestaluhu
11. Randy A. Asri Akbar Marasabessy
12. Fallentino Pattriradjawane Syaiful
13. Alno Usmany Finky
14. Aldo usmany Fanky
15. Gabriel pilayate Risky Pellu
16. Albert Domakubun Hendra Bayau
17. Yudha P. Magrib Sedek Sanak
18. Rhinanon Manuputty Riskandi
19. Yonic Mussa Kasim
20. Norman R. Akyuwen Pangana
21. Frans Nendissa Rafi Lestaluhu
22. Farhan Papilaya Dolly
23. Jessica Titiheru Ona
24. Yoan Kapressy Ifa
25. Wilbert Soselisa Sani Muda
26. Asdi Ohorella Jago kecil
27. Fairuz z. Ohorella Salembe Kecil
28. Gabriel Rumlus Sadek kecil
29. Axel Selano Alfin Kecil
30. Alfath M.H Riski kecil
31. Adi Rupilu Riskandi kecil
32. Aldi Selan Hendra kecil
33. Viandri T Saiful kecil
34. Luis Mustamu Kasim kecil
35. Elko Kastanya Akbar kecil
36. Noah Faiz kecil
37. Hari Zamhari Lestaluhu Rafi muda
38. Latifa Lestaluhu Mama Salembe
39. Bapak Jhon Saleh Ohorella Bapak Raja Tulehu
40. Maya Lestaluhu Mama Akbar
41. Kayla Sabila 5 tahun
43
42. Amira Sabila 1 tahun
43. Mariam Mama Rafi
44. Edi Bapak Rafi
45. Said Magrih Hj. Mahmud
46. Rudy Forid Lelaki paruh baya
47. Jacky Manuputti John Mailoa
48. Abu Ami
49. Opa Koko Matatita Pemaian Okulele
50. Ahmad Umarella Ayah Haspa
51. Bapa Asli Bapa Fanky dan Finki
52. Ibu Asli Ibu Fanky dan Finky
53. Sufyan Lestaluhu Bapak Kepala Sekolah
54. Andre Imanuel Patti Kristakarbessy
55. Atija Nahumaruri Ibu Haspa
56. Novita Indriyati Walang Ibu Kasim
57. Wanda Hamidah Pembaca berita nasional
58. Dafyd Evans Pembaca berita internasional
59. Theoresia Rhumte Pembaca berita lokal
60. Aldisyah Latulhamalto Pembawa acara bola
61. Pandji Pragiwaksono Komentator Bola
62. Ryolchi Adityo Hutomo Pelatih Jakarta
63. Otig Pakis Pelatih Indonesia
Adapun gambaran tentang nama dan karakter tokoh dalam film
“Cahaya dari Timur: Beta Maluku”, berikut ini deskripsi nama dan karakter
tokoh pemain film diantaranya sebagai berikut:
1. Chicco Jericho sebagai Sani Tawainela, seorang mantan pemain sepak
bola yang gagal menjadi pemain profesional kemudian berakhir sebagai
tukang ojek. Sani berjuang menghidupi keluarganya yang serba
kekurangan dan bertahan di tengah situasi konflik yang tidak menentu.
Ia menyaksikan anak-anak Tulehu juga terbawa arus konflik. Sani
kemudian bertetapan hati membagi waktunya untuk melatih anak-anak
bermain sepak bola agar tidak terlibat dalam konflik. Jiwa toleransinya
kepada non muslim membawanya menjadi orang yang dipercaya untuk
melatih sepak bola di sekolah komunitas Kristen.
2. Shafira Umm sebagai Haspa Umarella, ia mencintai Sani dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Haspa percaya bahwa suaminya memiliki
niat baik yang harus di dukung meski situasi ekonomi keluarga harus
44
tergadaikan. Haspa selalu mengingatkan Sani tentang prioritas hidup.
Suatu hari Sani mengecewakannya, membuat ia memutuskan pergi dari
rumah, keadaan yang membuat Sani frustasi.
3. Abdurrahman Arif sebagai Josef Matulessy, seorang guru olahraga dari
desa komunitas Kristen ini percaya bahwa Sani Tawainela adalah orang
yang tepat untuk membantunya mempersiapkan timnya untuk sebuah
turnamen. Josef mengakui kemampuan Sani dalam sepak bola dan
menyebutnya mampu memotivasi dan Sani adalah orang yang tidak
pernah menyangkutkan hal-hal apapun atas nama agama, hingga Josef
meyakinkan kepala sekolah agar Sani diterima. Josef bersama Sani
mempersatukan anak-anak yang dulu bertikai dan menjadi kebanggan.
4. Burhanuddin Ohorella sebagai Alfin Tuasalamony, diantara teman-
temannya Alfin adalah penyeimbang. Sejak awal ia di dukung Ibunya
untuk bermain bola. suatu hari ia berjanji akan mengubah nasib Ibunya
dengan membawa uang satu milyar lewat sepak bola. di kehidupan
nyata, karakter Alfin menjadi satu dari beberapa anak didik Sani yang
berhasil menjadi pesepak bola profesional.
5. Aufa Assegaf sebagai Hari Zamhari Lestaluhu, ia selalu menyahut
dengan “Jago” bila diabsen Sani. Ia menjadi kapten tim yang ditunjuk
langsung oleh Sani karena dianggap paling dewasa dari yang lainnya.
Lepas dari sikap tenang diantara teman-temannya, ia juga memendam
persoalan ayahnya, satu-satunya orang yang dimilikinya tidak merestui
cita-citanya untuk menjadi pemain sepak bola profesional.
6. Bebeto Leutually sebagai Salim Ohorella, bakat sepak bola Salim
Ohorella atau yang akrab disapa “Salembe” memang bakat sepak
bolanya paling menonjol dari kecil diantara teman-temannya, tapi
sikapnya yang tidak disiplin dan memendam kebencian terhadap orang
Passo sering menjadi hambatan dirinya. Salembe adalah anak yang keras
hati, ia menaruh pandangan bahwa tidak ada hubungan antara sepak bola
dan perbedaan agama, sesuatu yang pada akhirnya didustainya karena
berhubungan dengan sebab kematian Ayahnya.
45
7. Jajang C. Noer sebagai Ibu Alfin, janda tua yang menghidupi alfin dari
hasil penjualannya di warung. ia sangat mendukung anaknya menjadi
pesepak bola. Sejak kecil Alfin diperbolehkan bermain bola bersama
teman-temannya daripada harus terseret dalam kerusuhan. Ia juga
mendukung Sani untuk melatih anak-anak walaupun ia tahu kehidupan
sani akan kekurangan, namun ia percaya bahwa Sani dapat melakukan
yang terbaik.
8. Frans Nendissa sebagai Rafi Lestaluhu, mempunyai sikap keras kepala
dan serakah. Ia teman Sani dari kecil hingga dewasa yang sama-sama
berjuang di U-15 Piala Pelajar Asia tahun 1996 namun karena cidera ia
tidak sampai menjadi pemain profesonal. Rafi mengatasanamakan
dirinya sebagai pemilik SSB yang digeluti bersama Sani.
9. Alno Usmany sebagai Finky, anak seorang polisi Passo yang
mempunyai saudara kembar, Fanki. Ia anak Kristen yang sangat dibenci
Salim/Salembe dan sering berkelahi dengannya dalam satu tim.
Keduanya bisa berdamai dan memahami satu sama lain setelah Sani
menjelaskan siapa diri mereka.
10. Ridho Hafidz sebagai Bapak Jago atau Zamhari, seorang duda yang
menghidupi anaknya dengan membuat kapal. Dulu ia pernah bermain
bola bersama dengan Sani, punya mimpi yang sama menjadi pemain
profesional tetapi ia gagal. Ia selalu melarang anaknya bermain bola
karena menganggap anaknya tidak akan pernah berhasil dengan bola,
tetapi akhirnya ia mendukung anaknya ketika Jago masuk dalam tim
untuk bertanding di Jakarta.
11. Glenn Fredly sebagai Sufyan Lestaluhu, ia mensosialisasikan kompetisi
sepak bola tingkat nasional di Indonesia bagian timur seperti Maluku,
Papua, Ternate. Ia memberikan nasehat kepada Sani ketika Sani mulai
menyerah menghadapi masalah antara keluarganya dan tim yang
dibawanya.
46
B. Sinopsis Film
Pada awal tahun 2000, Maluku mengalami konflik beragama antara
umat Islam dan Kristen. Kedua kelompok agama tersebut berbuat kerusuhan
dengan senjata tajam seperti golok, kayu, besi, batu, bom dan alat tajam
lainnya untuk melawan satu sama lain. Banyak warga berbondong-bondong
ikut serta dalam kericuhan terutama laki-laki sampai anak-anak, namun salah
seorang warga di Tulehu, seorang tukang ojek dan mantan pemain Tim
Nasional U-15 di Piala Pelajar Asia tahun 1996 yang gagal menjadi pemain
profesional, Sani Tawainella ingin membawa kepada yang manis setelah
realita kehidupan yang penuh dengan konflik.
Sikap toleransi beragamanya membawa pada niat Sani yang ingin
memberi pengalaman sepak bolanya kepada anak-anak Tulehu setelah
terenyuh melihat anak yang ia temui saat kerusuhan berlangsung meninggal
di tempat tersebut. Apalagi melihat anak-anak Tulehu turut serta dalam
konflik padahal hal tersebut sangat membahayakan mereka. Latihan sepak
bola setiap jam lima ia lakukan hanya untuk mengalihkan perhatian anak-
anak atas konflik, walaupun ia dalam kondisi ekonomi yang sulit. Setelah
beberapa tahun Sani mengajarkan sepak bola kepada mereka kericuhan
berangsur membaik. Bimbingan Sani dari kecil hingga dewasa diambil alih
oleh Rafi dan ia mendirikan SSB yang ia beri nama Tulehu Putra, dan hal itu
membuatnya sedih dan melepaskannya.
Suatu hari, di Pos Ojek Sani didatangi guru Josef dari SMK Passo. Ia
diminta melatih sepak bola di sekolahnya untuk mempersiapkan pertandingan
John Mailoa Cup. Pada awalnya kepala sekolah memprotes Sani melatih di
sekolah komunitas Kristen, namun penjelasan Josef dapat meyakinkannya
agar Sani dapat diterima. Sani terkenal tidak hanya sebagai pelatih, tetapi ia
juga sebagai penyemangat dan motivator anak-anak bermain bola.
Pada pertandingan John Mailoa Cup, tim Sani bertanding dengan tim
Rafi. Tim Rafi menang dan membawa nama baik SSB pertama Tulehu.
Kemudian Bapa Raja memanggil para pelatih sepak bola untuk menentukan
pelatih sepak bola yang akan membawa tim Maluku untuk bertanding pada
47
kompetisi nasional usia 15 tahun yang diselenggarakan PSSI di Jakarta. Sani
terpilih menjadi kepala pelatih dan Rafi menjadi asistennya, tapi Rafi
menolak menjadi asisten karena pada kompetisi John Mailoa Cup, Tulehu
putra yang menang dan ia pelatihnya. Rafi beranggapan lebih baik tidak
terlibat sama sekali untuk kompetisi di Jakarta daripada menjadi asisten Sani.
Masalah Sani tidak selesai begitu saja, tanggung jawab dan amanah
yang di beri Bapa Raja sangat membebaninya. Anak-anak yang terpilih
menjadi satu tim untuk kompetisi di Jakarta dari dua daerah dan dua agama.
Konflik Islam dan Kristen mereka bawa pada sikap mereka, terutama Salim
atau Salembe. Setiap latihan Salembe tidak mau mengoper bola ke anak
seorang polisi Posso Finky karena kematian ayahnya terkena peluru nyasar
dari Posso hingga Salembe menolak satu tim dengan anak-anak Posso.
Sebelum pemberangkatan ke Jakarta, Sani kebingungan mencari dana
untuk sampai di Jakarta. Banyak bantuan material yang diberikan warga
seperti Ibu Alfin, Ayah Jago, dan warga lainnya. Tiba-tiba seorang pendeta
dari Posso memberikan uang pesangon untuk tim yang dikumpulkan oleh
warga Posso. Sani sangat senang ternyata orang Posso dari kalangan Kristen
mau bersimpati dan memberi dukungan karena memang ada beberapa anak
Passo yang ikut dalam tim. Pendeta sendiri yang langsung memberikannya
bukan orang lain, sehingga kebencian warga akan konflik agama semakin
berkurang.
Sebagai pelatih dan penanggung jawab, Sani kesulitan menyatukan
ego mereka ditambah lagi masalah rumah tangga dengan istrinya yang
mencekam batinnya, walaupun pada awalnya Sani putus asa membawa tim
Maluku yang tidak membuahkan hasil karena mereka masih bertengkar soal
agama, namun dengan nasehat Sufyan Sani kembali bersemangat menyatukan
anak didiknya. Sani berusaha memberikan pemahaman tentang siapa diri
mereka, bukan Tulehu atau Passo, bukan Islam atau Kristen tapi mereka
adalah Maluku. Persatuan anak didiknya ternyata diikuti oleh warga di
kampungnya. Masyarakat Tulehu dengan Passo berbagi informasi tentang
48
pertandingan sehingga kondisi tersebut dapat meleburkan konflik yang
pernah ada.
C. Representasi John Fiske
Terdapat tiga tahap dalam proses representasi John Fiske yang
digunakan untuk mengetahui kode-kode film yang digunakan untuk
menguraikan tanda-tanda menjadi makna tentang bentuk toleransi beragama
dalam film “Cahaya dari Timur: Beta maluku, yaitu realitas-representasi-
ideologi. Tahap realitas meliputi kode-kode dengan aspek sosial seperti
perilaku, make up, pakaian, dan gerak-gerik. Tahap representasi terdapat
aspek teknis seperti kamera, musik, dan suara. Tahap ideologi peristiwa-
peristiwa dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam konvensi-konvensi yang
diterima secara ideologis, kode-kode representasi dihubungkan dan
diorganisasikan ke dalam kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat.
Tahap realitas dan representasi merupakan uraian yang berisi tanda-
tanda dalam potongan shot dan adegan. Sedangkan tahap ideologi,
merupakan hasil dari tahap realitas dan representasi.
1. Tahap Realitas
a. Mengakui Hak Setiap Orang
Gambar 12. Perlindungan
49
Tabel 5. Realitas scene 2
Perilaku Make Up
Melindungi seorang anak kecil
dari kerusuhan.
Sani berwajah gelap, berambut
panjang dan sedikit ikal,
berkumis, berjenggot dan anak
kecil dengan wajah lebih gelap.
Pakaian Gerak-gerik
Sani mengenakan celana jeans,
jaket berwarna cream yang
kumal dan helm warna hitam.
Anak kecil yang berkaos kuning
dan celana pendek warna hitam.
Sani duduk di depan mobil bagian
depan bersama seorang anak kecil
dan tangannya lurus berpegangan
mobil. Nafasnya juga terengah-
engah.
b. Menghormati Keyakinan Orang Lain
Gambar 13. Keramahan Sani
Tabel 6. Realitas scene 79
Perilaku Make Up
Ramah. Sani berambut panjang dan
berantakan, berkumis tebal, serta
berjenggot. Ayah Jago berambut
pendek hitam dan pendeta
berambut tipis seperti ABRI.
Pakaian Gerak-gerik
Sani berkaos kuning dan
mengenakan tas selempang
hitam, Ayah Jago berkaos putih
orange, dan pendeta dengan
kemeja pendek motif.
Sani menjulurkan tangannya
mengarah ke dalam rumah, dan
pendeta tangannya sedikit ke
depan.
50
Gambar 14. Kebersamaan
Tabel 7. Realitas scene 166
Perilaku Make Up
Bahagia bersama-sama Pendeta berwajah sedikit gelap
dan berambut dan berkumis tipis.
Dua orang berpeci putih berwarna
putih berwajah lebih gelap, yang
satu berambut sedikit panjang dan
mengenakan kacamata, dan orang
yang satu lagi berambut tipis.
Pakaian Gerak-gerik
Pendeta mengenakan kemeja
panjang warna hitam, dua orang
laki-laki berkopiah putih dan
berkemeja pendek. Sebelah
kirinya seorang wanita berkaos
dan berambut panjang.
Tangan kanan pendeta
mengangkat telepon dan tangan
kirinya diangkat ke atas. Satu
orang berpeci dan satu orang
tidak berpeci berdiri. Beberapa
orang yang lain duduk berjejeran.
c. Agree In Disagreement (setuju dalam perbedaan)
Gambar 15. Kekompakkan
51
Tabel 8. Realitas scene 96
Perilaku Make Up
Kekompakkan tim Maluku Sani berwajah gelap dan
rambutnya yang sedikit ikal di
kuncir ke belakang. Anak-
anaknya berwajah gelap dan
berambut pendek.
Pakaian Gerak-gerik
Sani mengenakan kaos dan jaket
warna merah putih dan anak-
anaknya mengenakan kaos pendek
warna dominan merah, satu orang
berkaos panjang warna biru tua,
dan satu dari mereka berkaos dan
berjaket putih.
Sani dan lainnya mengepalkan
tangan ke atas.
Gambar 16. Kesepakatan
Tabel 9. Realitas scene 65
Perilaku Make Up
Kesepakatan kerjasama Sani
dengan guru Josef
Sani berwajah gelap, berkumis
tebal, berjenggot dan rambutnya
dikuncir. Guru Josef berwajah
lebih gelap dari sani dan
berambut rapi.
Pakaian Gerak-gerik
Sani mengenakan kaos berkerah
dengan warna biru, putih, dan
sedikit merah. Guru Josef
mengenakan Jaket berwarna navy.
Sani dan guru Josef berjabat
tangan dengan tangan kanan dan
tangan kiri guru Josef
memegang absen.
52
d. Saling Mengerti
Gambar 17. Pertemanan salim dengan Fanky
Tabel 10. Realitas scene 97
Perilaku Make Up
Keakraban Salim dan Fanky berwajah
kusam.
Pakaian Gerak-gerik
Salim dan Fanky mengenakan
kaos bola berwarna merah putih
dan celana bola berwarna putih.
Tangan kiri Salim merangkul
Fanky dan tangan kirinya
memegang bola. Wajahnya
tersenyum hingga terlihat
giginya.
Gambar 18. Berterimakasih
53
Tabel 11. Realitas scene 78
Perilaku Make Up
Bersalaman kepada Ibu Alfin Sani berwajah gelap, berkumis
sedikit tebal, berjenggot,
berambut sedikit panjang dan
dikuncir. Ibu Alfin berwajah
kuning langsat, rambutnya
berkonde, dan mengenakan
kalung. Guru Josef berwajah
lebih gelap dari keduanya, ia
berkumis dan berjenggot tipis.
Rambutnya pendek dan rapi.
Pakaian Gerak-gerik
Sani mengenakan kaos berwarna
kuning, celana jeans biru, dan
mengenakan tas selempang
kecil. Ibu Alfin mengenakan
blus bunga-bunga lengan
panjang berwarna biru. Guru
Josef mengenakan kaos warna
merah bata dan celana hitam
panjang.
Sani dan guru Josef bersalaman
dengan mencium tangan ibu
Alfin.
2. Tahap Representasi
a. Mengakui Hak Setiap Orang
Tabel 12. Representasi scene 2
Gambar 12
Kamera Musik/suara
Teknik pengambilan gambar
dalam adegan ini menggunakan
long shot yaitu pengambilan
gambar secara keseluruhan dan
dengan eye level.
Suara teriakan banyak orang.
54
b. Menghormati Keyakinan Orang Lain
Tabel 13. Representasi scene 79
Gambar 13
Kamera Musik/suara
Teknik pengambilan gambar
dalam adegan ini menggunakan
medium close up, batasannya
adalah dibawah dada sampai
kepala. Penggunaan angle secara
eye level.
Suara motor berhenti.
Tabel 14. Representasi scene 166
Gambar 14
Kamera Musik/suara
Teknik pengambilan gambar
dalam adegan ini menggunakan
long shot. Penggunaan angle
secara eye level.
Suara satu pukulan di mimbar dan
sorak-sorak banyak orang.
c. Agree In Disagreement (setuju dalam perbedaan)
Tabel 15. Representasi scene 96
Gambar 15
Kamera Musik/suara
Teknik pengambilan gambar
dalam adegan ini menggunakan
medium close up. Penggunaan
angle secara eye level gerakan
kamera dari tengah ke kiri atau
pan left.
Musik dengan ketukan drum dan
suara teriakan orang.
55
Tabel 16. Representasi scene 65
Gambar 16
Kamera Musik/suara
Teknik pengambilan gambar
dalam adegan ini menggunakan
medium shot, yaitu pengambilan
gambar dari paha sampai kepala.
Penggunaan angle secara eye
level.
Iringan musik gitar.
d. Saling Mengerti
Tabel 17. Representasi scene 97
Gambar 17
Kamera Musik/suara
Teknik pengambilan gambar
dalam adegan ini menggunakan
full shot, yaitu pengambilan
gambar dari paha sampai kepala.
Penggunaan angle secara eye
level.
Iringan musik lagu “sharing” oleh
Beta Band.
Tabel 18. Representasi scene 78
Gambar 18
Kamera Musik/suara
Teknik pengambilan gambar
dalam adegan ini menggunakan
knee shot, yaitu pengambilan
gambar dari lutut sampai kepala.
paha sampai kepala. Penggunaan
angle secara eye level.
Iringan musik dengan gitar.
56
3. Tahap Ideologi
Tindakan dari bentuk toleransi beragama antara kelompok Islam
dan Kristen dalam film “Cahaya dari Timur: Beta Maluku” adalah
menghilangkan sikap fanatik terhadap suatu agama. Melakukan hal yang
benar, tidak hanya asal ikut-ikutan tanpa mengetahui suatu pokok
permasalahannya, sehingga dapat melakukan tindakan positif seperti
menghormati dan menghargai orang lain yang berbeda keyakinan. Hal itu
ditunjukkan dengan sikap Sani yang menolak ajakan warga untuk turut
serta dalam kerusuhan di kelompok Islam Tulehu, tetapi ia lebih memilih
bermain bola dengan anak-anak.
Sikap dan tindakan toleransi beragama melahirkan kehidupan yang
rukun dan harmonis sebagai suatu tatanan masyarakat, hingga membentuk
suatu kerjasama tanpa memperlihatkan ego dari masing-masing orang,
seperti dalam adegan Sani bekerjasama dengan guru Josef untuk
membangun bersama sebuah tim sepak bola, dan pertemanan antara Salim
dengan Fanky.