Post on 13-May-2017
ReferatDermatitis Kontak
Pembimbingdr. Ismiralda Oke, Sp.KK
Disusun OlehAprilia Christisiwi G1A212027 Verra Hemania T G1A212029 Novia Mentari G1A212102 Derra F G1A212103
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO2014
PENDAHULUANDermatitisPeradangan epidermis dan dermis (epidermo-dermatitis) yg tdk disebabkan oleh mikroorganisme
Dermatitis Atopik Dermatitis Kontak Dermatitis Seboroik Dermatitis Stasis Neurodermatitis Dermatitis Numularis Dishidrosis Dermatitis Asteatotik Dermatitis Ekzematoid Infeksiosa
Dermatitis kontak Dermatitis kontak ialah dermatitis yang
disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit.
Wanita > laki-laki DKI > DKI dengan presentasi 80% :
20%
Dermatitis Kontak
DK Alergi (DKA)
DK Iritan (DKI)
DERMATITIS KONTAK ALERGI (DKA)
Definisi DKA merupakan suatu peradangan
kulit yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi (Siregar, 2004).
Etiologi Alergen: Paling sering berupa bahan
kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana
Faktor Predisposisi
Faktor Eksternal:Potensi sensitisasi alergenDosis per unit areaLuas daerah yang terkenaLama pajananOklusiSuhu dan kelembaban lingkunganVehikulumpH
Faktor Internal:Keadaan kulit pada lokasi kontakStatus imunologikGenetikStatus higinitas dan gizi
Epidemiologi Kejadian DKA di Amerika Serikat
terhitung sebesar 7% dari penyakit yang terkait dengan pekerjaan.
Perempuan (18,8%) > laki-laki (11,5%)(Belsito, 2003).
Individu yang lebih muda (18 sampai 25 tahun) memiliki onset lebih cepat dan resolusi cepat untuk terjadi dermatitis dibandingkan orang tua (Belsito, 2003).
Patogenesis
DiagnosisANAMNESIS
Penderita umumnya mengeluh gatal. Riwayat kontak dengan kontaktan yang
menimbulkan alergi Riwayat pekerjaan Obat topikal yang pernah digunakan, obat
sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi
Penyakit kulit yang pernah dialami Riwayat atopi, baik dari yang bersangkutan
maupun keluarganya (Sularsito, 2010).
PEMERIKSAAN FISIK Penampilan klinis DKA dapat bervariasi
tergantung pada lokasi dan durasi. Erupsi akut: macula dan papula eritema, vesikel,
atau bula, tergantung pada intensitas dari respon alergi. Batas-batas umumnya tidak tegas.
Fase subakut: vesikel kurang menonjol, dan pengerasan kulit, skala, dan lichenifikasi dini bisa saja terjadi.
DKA kronis: hampir semua kulit muncul scaling, lichenifikasi, dermatitis yang pecah-pecah (membentuk fisura), dengan atau tanpa papulovesikelisasi yang menyertainya
PEMERIKSAAN PENUNJANG Uji Tempel Histopatologi
Diagnosis banding Dermatitis Kontak Iritan (DKI) Dermatitis Atopi Dermatitis numularis
Komplikasi infeksi kulit sekunder oleh bakteri
terutama Staphylococcus aureus, jamur, atau virus misalnya herpes simpleks
eritema multiforme (lecet) akibat garukan
Neurodermatitis
Tatalaksana Pencegahan :
› Identifikasi agen penyebabnya› Menghindari agen penyebab › Memakai alat pelindung diri (pekerjaan yang berhubungan dengan agen penyebab)
Topikal
› Akut (luka basah – oozing) → kompres basah Burowi solution 1/20 –1/40 Permanganate 1/10.000
→ dilanjutkan dg pemberian steroid topikal.
› Kronik → steroid topikal moderat Sistemik
› Gatal hebat → antihistamin› Lesi berat & luas → steroid sistemik
Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan.
DERMATITIS KONTAK IRITAN (DKI)
A. definisiDermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan kulit sebagai respon agen eksternal atau iritan tanpa keterlibatan sel T, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi (Sularsito & Djuanda, 2007; English, 2004)
B. Epidemiologi Dermatitis kontak iritan merupakan penyakit yang
sering dijumpai sebagai occupational skin disease (Sularsito & Djuanda, 2007; English, 2004). Namun angkanya secara tepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita dengan kelainan ringan tidak datang berobat, atau bahkan tidak mengeluh. Diperkirakan angka kejadiannya kurang lebih 40% dari seleuruh penyakit akibat kerja (Hogan, 2013).
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Pada pekerja, umumnya pekerjaan yang berhubungan dengan kerja basah. Dermatitis kontak iritan juga dapat meningkatkan risiko terkena dermatitis kontak alergi.
C. Etiologi
D. Diagnosis Diagnosis DKI didasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan
gambaran klinis.
Onset gejala :menit sampai jam DKI akut.
8-24 jam Acute delayed irritant minggu dermatitis kontak iritan kumulatif
Pada pasien ini didapati gatal, nyeri, yang disebabkan oleh kulit hiperkeratotik. nyeri, rasa terbakar, atau tidak nyaman mendahului rasa gatal.
Dua kriteria subjektif: 1. paparan dalam 2 minggu 2. adanya keluarga atau teman kerja yang mempunyai keluhan sama.
riwayat pekerjaan dan penggunan pelindung diri.
Rietschel dan Fowler mengajukan penegakan diagnosis untuk dermatitis kontak iritan sebagai berikut:
1. Macula eritematosa, hyperkeratosis, atau fisura mendominasi vesikulasi
2. Kering atau glazed pada epidermis3. Proses penyembuhan dimulai dengan penghindaran agen 4. Hasil negative pada tes patch (Hogan, 2013)
Kriteria objektif minor dermatitis kontak iritan, yaitu5. Pempunyai gambaran lesi dermatitis6. Dripping effect7. Tidak mempunyai kecenderungan untuk menyebar8. Perubahan morfologikal menggambarkan perbedaan
konsentrasi atau kontak dengan waktu kerusakan kulit (Hogan, 2013).
Klasifikasi Dermatitis Kontak Iritan (DKI) akut, yaitu yang
terjadi oleh karena bahan iritan kuat dengan menimbulkan reaksi cepat 12-24 jam pasca kontak iritan tersebut.Contoh: podofilin, antralin, bulu serangga
Dermatitis Kontak Iritan (DKI) kronik, yaitu iritan kumulatif yang terus berulang terjadi pada kulit, karena biasanya berkaitan dengan pekerjaan pasien yang terus kontak dengan bahan iritan tersebut.
Contoh: deterjen, semen, bahan kimia
Pathogenesis
F. Penataksanaan Pengobatan dermatitis kontak iritan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu menangani kasus aktif dan pencegahan (Hogan, 2013).
PENANGAN AKTIF: Pada kasus aktif kortikosteroid topical, pelembab,
sabun Infeksi sekunder antibiotik (English, 2004). penggunaan lotion atau krim untuk mengatasi iritasi
direkomendasikan. Pengobatan lini kedua PUVA topical, azathiprone, dan
siklosporin digunakan untuk dermatitis kronik resisten (Visscher, Davis, & Wickett, 2009; Bourke, Coulson, & Englisht, 2009).
Pencegahan1. Mengeliminasi dan mengganti
eksposur termasuk, prioritas, substitusi kimia dengan yang kurang iritan.
2. Penggunaan proteksi personal3. Barrier Cream4. Krim setelah bekerja5. Kebersihan dan penggunaan
pembersih (Visscher, Davis, & Wickett, 2009).
G. Komplikasi Infeksi sekunder oleh baktei, seperti
Staphylococcus aureus Neurodermatitis Postinflammatory hyperpigmentasi
atau hipopigmentasi (Hogan, 2013)
H. Prognosis Beberapa penelitian menyatakan
bahwa dermatitis kontak iritan-okupasional mempunyai prognosis yang buruk hanya 25% sembuh sempurna.
Sisanya mempunyai gejala periodik ataupun gejala permanen (English, 2004).
... TERIMA KASIH