Dental Identification Smg2009

Post on 18-Feb-2016

79 views 4 download

description

odontology forensik

Transcript of Dental Identification Smg2009

Identifikasi positif dapat diperoleh dengan berbagai cara : •Ketika jaringan lunak masih utuh, biasanya melalui identifikasi visual atau sidik jari. •Setelah jaringan lunak telah mengalami dekomposisi (membusuk), cara identifikasi menjadi lebih rumit. •Perbandingan gigi adalah cara termudah, jika catatan gigi antemortem tersedia untuk perbandingan

2

1. Prosedur PemeriksaanIdentifikasi Tubuh secara Visual • Foto • Radiogram • Odontogram • Cetakan Gigi • Reseksi MandibulaJenazah Membusuk

• Foto • Radiogram • Odontogram • Cetakan Gigi • Reseksi dan Pengawetan Mandibula.Kerangka • Foto. • Radiogram • Odontogram • Pengawetan Mandibula

3

2. Fotografi • Foto dokumentasi gigi dapat memberikan data

obyektif yang sering lebih dari pada yang. • Foto (dengan skala mendampingi) harus dilakukan

sebelum dan sesudah pembersihan sesuai. • Dianjurkan memakai penggaris ABFO • Foto harus diberi label dengan jelas (nomor kasus,

nama, dan tanggal.• Semua informasi foto yang relevan harus

didokumentasikan.

4

3. Reseksi Rahang Pemotongan wajah dan / atau reseksi rahang mungkin

diperlukan untuk akses penuh terhadap struktur gigi, dilakukan hanya dengan persetujuan koroner / pemeriksa medis. Keterbatasan akses ke rongga mulut karena kaku mayat mungkin memerlukan tindakan:

• Sayatan otot mastikatori , dengan atau tanpa pemutusan condyle.

• Memutuskan kekakuan bilateral dengan menyayat daerah retro molar.

• Tunggu sampai kekakuan hilang.• Pembedahan infra-mandibular dengan atau tanpa reseksi

mandibular

5

Insisi bilateral dilakukan dari bawah dagu menelusuri tepi bawah mandibula ke belakang telinga.

Kulit dan jaringan di bawahnya diangkat ke arah wajah sampai maksila dan mandibula terbuka.

foto

• Geligi disikat sampai bersih dan dibuat 3 foto : anterior, oklusal rahang atas dan oklusal rahang bawah.

• Foto-foto tersebut diberi label sesuai label jenazah.

• Dianjurkan setiap foto dilengkapipenggaris ABFO

radiologi

• Di bagian radiologi dibuat radiograf 6 regio, meliputi geligi maksila dan mandibular anterior dan posterior menggunakan 6 flm periapikal

• Radiograf tersebut diberi label sesuai label jenazah.

• Dokter gigi harus menyadari sistem penomoran gigi FDI .

• Sistem ini digunakan di seluruh negara maju. Kuadran diberi nomor 1-4.

• Di bagian kanan atas adalah kuadran 1, kiri atas 2, bawah kiri 3, dan kanan bawah 4.

• Gigi diberi nomor dari midline ke belakang. Incisors pertama adalah # 1, canines # 3 dan molars ketiga # 8.

• Gigi yang diwakili oleh kode dua digit dengan digit pertama untuk kode kuadran dan kedua gigi. Dengan demikian molar pertama kiri atas adalah # 26 (harus dibaca sebagai "dua enam")

14

Cetakan harus dipertimbangkan apakah bitemarks, rugae atau bukti lainnya menjamin prosedur.Bahan dan peralatanSendok cetak plastik atau logam yang dapat dimodifikasi agar sesuai dengan mulut.Bahan cetak alginate atau lainnya yang disetujui PDGI sebagai bahan cetak gigi.Stone (bukan gips) untuk cor.Persiapan ModelCetakan rahang (atas dan bawah) diambil secara konvensional.Model harus dipangkas dengan tepat dan diberi label dengan nomor kasus dan tanggal.

15

16

17

18

19

Gigi• Ada tidaknya.• Erupsi/belum/impaksi.• Ompong (kongenital, antemortem, postmortem)• Jenis gigi (Permanen, susu, supernumerary)• Posisi (Malposisi, atau kelainan oklusi)• Morfologi mahkota (ukuran dan bentuk, ketebalan enamel,

lokasi titik kontak, cemento-enamel junction, variasi ras: shovel-shaped incisors, Carabelli cusp, dsb)

• Patologi (Karies, atrisi, abrasi, erosi, atau variasi-variasi atipik)• Akar (Bentuk, ukuran, jumlah, divergensi, patologi)• Restorasi (metal/non metal, protesa: cekat/lepasan)

20

Periodontium • Gusi: Morfologi/Patologi• Kontur: gingival recession, enlargements, interproximal craters.• Warna: pigmentasi fisiologis/patologis• Status oral hygiene: stains, calculus.• Ligamen: morfologi/patologi, ketebalan

21

Tulang Alveolar • Tinggi, kontur, densitas puncak tulang alveolar • Tebal alveolar inter-radikular • Exostoses, tori. • Pola lamina dura (hilang/menebal). • Alveolar di sekitar periodontal • Trabekula: osteoporosis, radio-densities. • Fragmentasi: sisa akar, restorasi metal

22

Maksila dan Mandibula • Sinus maksilaris: ukuran, bentuk, kista.• Spina nasalis, sutura palatal: ukuran, bentuk, kista.• Pterygoid hamulus: ukuran, bentuk, fraktur• Mandibular canal/mental foramen: diameter, anomali• Kondilus: ukuran, bentuk, fraktur• TMJ: ukuran, bentuk, hipertrofi/atrofi, ankilosis, fraktur• Lesi-lesi lain: tumbuh kembang, neoplastik, metabolik, bedah .

23

Penggunaan geligi dan jaringan sekitarnya memungkinkan untuk identifikasi:

→ seks→ usia → ras

2 metode: → Kualitatif (berdasarkan pola visual, indeks) → Kuantitatif (berdasarkan pengukuran metrik, odontometri dan sefalometri, persamaan dll)

24

25

• Setelah ditetapkan bahwa sisa tubuh yang ditemukan adalah manusia, biasanya pertanyaan selanjutnya adalah jenis kelamin

• Kerangka yang paling dapat diandalkan untuk penentuan seks adalah tulang panggul

• Kedua terbaik untuk penentuan seks adalah tengkorak

26

MASTOID PROCESSES(LARGER)

MASTOID PROCESSES(SMALL)

BROW RIDGES

FRONTAL BONE (SMOOTH-MORE VERTICAL)

27

Nasion

Rhinion

AlareSubnasale

Zygion Orbital

Supraorbital

Gnathion

Vertex

Glabela

29

Glabella Opisthocranion

30

Euryon Euryon

31

Zygion Zygion

32

85.5% confidence of accuracySource: modified from Giles (1970)

1.236 (G-Op) – 1.0 (Eu-Eu)+3.291 (Zy-Zy) + 1.528 (Po-Ms)= ? (mm)

33

Jika individu berusia relatif muda, tahap formasi dan erupsi merupakan petunjuk yang paling akurat dalam identifikasi usia.

Penentuan usia melalui tahapan erupsi akurat sampai sekitar usia15 tahun.

Kecuali erupsi M3 – karena saat erupsinya sangat variatif atau kadang-kadang impaksi

34

• Dalam konteks forensik, ada 3 metode untuk menetapkan usia individu di bawah 15 tahun: Ubelaker (1978), Demirjian dkk (1973), and Mincer dkk (1993)

• Di atas 17 tahun metode kualitatif untuk estimasi usia menggunakan pola atrisi, salah satunya yang dikembangkan oleh Brothwell (1981)

• Metode kuantitatif dikembangkan oleh: Gustafson (1947), Lamendin dkk (1992)

35

• A classification system which uses dental development and eruption.

• Based on Native American individuals.

• Contains composite visual images of dental development stages keyed to chronological age.

36

• A classification system which uses dental development.

• Based on a sample of French-Canadian subadults.

• An eight stage method based on the seven left permanent mandibular teeth.

37

• A classification system which uses third molar mineralisation.

• Modification of the Demirjian et al. (1973) dental development method.

• Most accurate for individuals older than 15.0 years of age.

• Atrisi merupakan indikator untuk menentukan usia individu saat kematian.

• Banyak metode telah dikembangkan untuk menentukan umur menggunakan pola atrisi

38

39

Gigi anterior dibelah dua dan dibuat preparat

(tebal 250-350 m)

Gustafson (1947)A = attritionP = periodontal attachmentS = secondary dentinC = cementum appositionR = root resorptionT = translucency

41

Estimate the following characteristics from 0 – 3. Half point increments are allowed. Total the number of points and projects upward on graph to line. Then project horizontally to estimated age.

Gustafson (1947)

42

A = 0 A = 1 A = 2 A = 3

P = 0 P = 1P = 2 P = 3

T = 0T = 1

T = 2T = 3

S = 0 S = 1 S = 2 S = 3

C = 0 C = 1 C = 2C = 3R = 0

R = 1 R = 2 R = 3

Gustafson (1947)

43

A+S+P+T+R+C = 7

A = 2

P = 1

T = 2

S = 2

C = 0R = 0

SCORESCORE

AGE

AGE

Lamendin dkk. (1992)

A = 0.18 x P + 0.42 x T + 25.53 Where: A = Age in years P = Periodontosis height x 100/root height T = Transparency height x 100/root height

44

Lamendin dkk. (1992)

45

2540

3 AGE = 0.18 x P + 0.42 x T + 25.53 = 1.35+ 26.25+ 25.53

= 53.13 ± 10

46

SAGI

TAL

CORONAL

LAMBDOID

Closure completed

Closure begin

47

48

• Penentuan ras melalui idetifikasi kerangka tidak begitu mudah.

• Riset-riset terhadap pengukuran spesifik tengkorak dan beberapa tulang panjang terus dikembangkan

• Sampai saat ini masih belum kuat• Umumnya, dari tengkorak wajah, forensik gigi

dapat membedakan ras dalam tiga kelompok utama: Caucasoid, Mongoloid dan Negroid.

49

50

51

52

SHOVELD INCISORS

PARABOLIC HORSESHOE

53

• Methods of age, sex, and race determination are less reliable when the subjects to which they are applied are not members of the population upon which the statistics are based (Franklin, 2005).

• To date, population-specific standards to determine the chronological age of a subadult subsequent to death have not been available in Indonesia.

• Therefore it is important that forensic scientists establish a dentocraniofacial database of Indonesian individuals.

54