Post on 10-Aug-2015
LAPORAN PBL TRIGGER 1
GASTROENTERITIS
Oleh:
KELOMPOK 3
Bayu Hadi WibowoDannial Bagus Saintika
FatimatuzzahroTiara Gita PutriTitik Tri Ardiani
Karisma Indra PermatasariTrijati Puspita LestariI Putu Ryan Aristya
Awaliya RamadhannDwi Nila Anggraeni
ILMU KEPERAWATAN – K3LN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
A. DEFINISI
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit. (Cecyly, Betz.2002)
Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan
normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 2003).
B. KLASIFIKASI
Gastroenteritis dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1. Berdasarkan lama waktu :
a. Akut : berlangsung < 5 hari
b. Persisten : berlangsung 15-30 hari
c. Kronik : berlangsung > 30 hari
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
c. Dll
3. Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dihindrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infektif
b. Non infeksif
5. Berdasarkan penyebab organik atau tidak
a. Organik
b. Fungsional
Klasifikasi dehidrasi
Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa parameter, yaitu :
1. Berdasarkan jumlah cairan tubuh yang hilang dan keadaan klinis pasien, dehidrasi dapat
diklasifikasikan kedalam 3 kelompok yaitu :
a. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5 % bb)
Gambaran kliniks : turrgor kulit sudah mulai berkurang,suara serak, belum jatuh
dalam persyok.
b. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8 %bb)
Gambaran klinis : turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau
syok,nadi cepat, napas cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% bb)
Gambaran klinis : kelanjutan dari tanda dehidrasi sedang, kesadaran menurun, otot-
otot kaku, dan sianosis.
2. Berdasarkan bj (berat jenis) plasma
a. Dehidrasi ringan, (bj plasma 1,032 -1,040)
b. Dehidrasi sedan, (bj plasma 1,028 -1,032)
c. Dehidrasi berat, (bj plasma 1,025 -1,028)
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Faktor penyebab gastroenteritis adalah (Mansjoer A, 2000) :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama gastroenteritis pada anak, meliputi infeksi internal sebagai berikut:
Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, versinia
aoromonas dan sebagainya.
Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
Infeksi parasit : cacing ( ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa, jamur).
b. Infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsilitis,
bronkopneumonia, dan lainnya.
2. Faktor malabsorbsi:
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
5. Obat-obatan :
a. Obat-obat gastroenterestinal : antasid, laksansia, dll.
b. Obat-obat jantung : digitalis, hidralazin,quinidin, diuretik, dll.
c. Antibiotik : klindamisin, ampisilin, sefalosporin, eritromisin, dll.
6. Defisiensi enzim pencernaaan
7. Neoplasma
8. Kelainan hati, pangkreas dan endokrin.
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat. Nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau
darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya timbbul lecet karena sering defekasi dan terjadi makin lama
makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit,
gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi). Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat
sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Adapun pemeriksaan yang perlu
dikerjakan:
a. Pemeriksaan tinja
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk mencari
kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik serta untuk mengetahui pH
dan kadar gula jika diduga ada sugar intolerance. Karakteristik hasil pemeriksaan feses
sebagai berikut: feses berwarna pekat/putih kemungkinan disebabkan karena adanya
pigmen empedu (obstruksi empedu), feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari
obat seperti Fe dan diit tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam, feses
berwarna pucat disebabkan karena malabsorbsi akibat diare yang penyebabnya adalah
bakteri, feses seperti tepung berwarna putih disebabkan karena diare yang penyebabnya
adalah virus, feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya parasit,
feses yang didalamnya terdapat unsur mukus disebabkan karena bakteri, darah jika
terjadi peradangan pada usus, terdapat lemak dalam feses jika disebabkan karena
malabsorbsi lemak dalam usus halus (Suprianto, 2008).
b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah pada pasien diare meliputi: Darah perifer lengkap, analisa gas darah
dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P serum pada diare yang disertai kejang),
peningkatan sel-sel darah putih.
c. Pemeriksaan elektrolit tubuh.
Ini bertujuan untuk mengetahui terutama kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat
terutama pada penderita diare yang mengalami muntah-muntah, pernafasan cepat dan
dalam, kelemahan otot-otot.
d. Endoskopi bertujuan untuk melihat langsung kelainan mukosa pada sel pencernaan.
e. Pemerikasaan kadar ureum kreatinin darah untuk mengetahuai faal ginjal.
f. Duodenal intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare
kronik (Mansjoer, 2009: 470).
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan diare harus tuntas, sehingga bukan hanya mengobati saja tapi
harus bisa mencegah agar diare tidak terjadi lagi. Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan (rehidrasi).
Hal yang harus diperhatikan dalam rehidrasi adalah jenis cairan, cara memberikan
cairan, dan jumlah pemberiannya. Cara memberikan cairan dalam terapi rehidrasi
adalah jika belum ada dehidrasi: anjurkan anak untuk minum (ad libitum) atau 1
gelas tiap defekasi, dehidrasi ringan 1 jam pertama 25 – 50 ml/ kg BB per oral
(intra gastrik), selanjutnya 125 ml/ kg BB/ hari (ad libitum). Dehidrasi sedang: 1
jam pertama 50 - 100 ml/ kg BB per oral/ intra gastrik, selanjutnya 125 ml/ kg BB/
hari (ad libitum). Dehidrasi berat dilakukan rehidrasi sesuai dengan umur dan
berat badan pasien sebagai berikut:
1) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
1 jam pertama = 40 ml/ kg BB/ jam = 10 tetes/ kg BB/ menit (set infus
berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes/ kg BB/ menit (set infus 1 ml = 20
tetes), 7 jam berikutnya = 12 ml/ kg BB/ jam – 3 tetes/ kg BB/ menit (set infus 1
ml = 15 tetes) atau 4 tetes/ kg BB/ menit (set infus 1 ml = 20 tetes), 16 jam
berikutnya yaitu 125 ml/ kg BB oralit per oral atau intra gastrik, bila anak tidak
mau minum teruskan DG aa intra vena 2 tetes/ kg BB/ menit (set infus 1 ml =
15 tetes) atau 3 tetes/ kg BB/ menit (set infus 1 ml = 20 tetes), (Ngastiyah,
2005: 227).
2) Untuk anak usia 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
1 jam pertama 30 ml/ kg BB/ jam atau 8 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes)
atau 10 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 20 tetes), 7 jam berikutnya yaitu 10 ml/ kg
BB/ jam atau 3 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/ kg BB/ menit
(1 ml = 20 tetes), 16 jam berikutnya 125 ml/ kg BB oralit per oral atau intra
gastrik, bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intra vena 2
tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 20
tetes), (Ngastiyah, 2005: 227).
3) Untuk anak lebih 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.
1 jam pertama yaitu 20 ml/ kg BB/ jam atau 5 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15
tetes) atau 7 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 20 tetes, 7 jam berikutnya 10 ml/ kg
BB/ jam atau 2 1/2 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/ kg BB/
menit (1 ml = 20 tetes), 16 jam berikutnya 105 ml/ kg BB oralit per oral atau
bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/ kg BB/
menit (1 ml = 15 tetes) atau 11/2 tetes/ kg BB menit (set 1 ml = 20 tetes),
(Ngastiyah, 2005: 227-228).
4) Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2 – 3 kg.
Kebutuhan cairanya 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/ kg BB/ 24 jam, jenis
cairan = cai ran 4 : 1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 11/2 %),
kecepatan pemberian cairan yaitu 4 jam pertama = 25 ml/ kg BB/ jam atau 6
tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 20 tetes), 20
jam berikutnya yaitu 150 ml/ kg BB/ 20 jam atau 2 tetes/ kg BB/ menit (1 ml =
15 tetes) atau 21/2 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 20 tetes), (Ngastiyah, 2005:
228).
5) Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg.
Kebutuhan cairanya yaitu 250 ml/ kg BB/ 24 jam, jenis cairan yang diberikan
yaitu cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 11/2 ), kecepatan
pemberian cairan rehidrasi sama dengan pada bayi baru lahir, cairan untuk
pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat misalnya untuk
anak umur 1 bulan - 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg. Jenis cairan: DG aa,
jumlah cairan 250 ml/ kg BB/ 24 jam, kecepatan : 4 jam pertama = 60 ml/ kg
BB/ jam atau 15 ml/ kg BB/ jam atau 5 tetes/ kg BB/ menit (1 ml – 15 tetes)
atau 5 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 20 tetes), 20 jam berikutnya = 190 ml/ kg BB/
20 jam atau 10 ml/ kg BB/ jam atau 21/2 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes)
atau 3 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 20 tetes), (Ngastiyah, 2005: 228).
b. Dietetik (cara pemberian makanan)
Tujuan diit pada pasien gastroenteritis adalah memberikan makanan
secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi tanpa memperberat kerja usus,
mengupayakan agar anak segera mendapat makanan sesuai dengan umur dan
berat badannya, untuk anak di bawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun jenis
makanannya, susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh), makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat
(nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa (Ngastiyah,
2005: 229).
c. Obat - obatan
Obat anti sekresi yaitu asetosal, dosis 25 mg/ tahun dengan dosis minimun
30 mg klorpromazin. Dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari. Obat spasmolitik dan lain - lain,
umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladona, opium loperamid
tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti
kaolin, pektin tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga tidak
diberikan lagi.
Pada umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebabnya yang
jelas, bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg kg BB/ hari,
antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti: OMA, faringitis,
bronkitis, atau bronkopneumonia (Ngastiyah, 2005: 230).