Definisi Tetanus

49
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebebkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh clostridum tetani. 1 Tetanus terjadi secara sporadic dan hampir selalu menimpa individu nonimun, individu dengan imunitas parsial dan individu dengan imunitas penuh yang kemudian gagal mempertahankan imunitas secara adekuat dengan vaksinasi ulangan. Walaupun tetanus dapat dicegah dengan imunisasi, tetanus masih merupakan penyakit yang membebani diseluruh dunia terutama Negara yang beriklim tropis dan Negara- Negara sedang berkembang, penyakit ini sering terjadi didaerah perdesaan, pada daerah dengan iklim hangat, selama musim panas dan pada Negara- Negara tanpa program imunisasi yang komprehensif, tetanus terjadi terutama pada neonates dan anak- anak. Di amerika serikat sebagian kasus tetanus terjadi akibat trauma akut, seperti luka tusuk, laserasi atau abrasi. Tetanus didapatkan akibat trauma di dalam rumah atau selama bertani, beraktivitas atau diluar ruangan, tetanus juga

description

ya tentang tetanus lah

Transcript of Definisi Tetanus

Page 1: Definisi Tetanus

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya

tonus otot dan spasme, yang disebebkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein

yang kuat yang dihasilkan oleh clostridum tetani.1

Tetanus terjadi secara sporadic dan hampir selalu menimpa individu

nonimun, individu dengan imunitas parsial dan individu dengan imunitas penuh

yang kemudian gagal mempertahankan imunitas secara adekuat dengan vaksinasi

ulangan. Walaupun tetanus dapat dicegah dengan imunisasi, tetanus masih

merupakan penyakit yang membebani diseluruh dunia terutama Negara yang

beriklim tropis dan Negara- Negara sedang berkembang, penyakit ini sering

terjadi didaerah perdesaan, pada daerah dengan iklim hangat, selama musim panas

dan pada Negara- Negara tanpa program imunisasi yang komprehensif, tetanus

terjadi terutama pada neonates dan anak- anak. Di amerika serikat sebagian kasus

tetanus terjadi akibat trauma akut, seperti luka tusuk, laserasi atau abrasi. Tetanus

didapatkan akibat trauma di dalam rumah atau selama bertani, beraktivitas atau

diluar ruangan, tetanus juga dapat merupakan komplikasi penyakit kronis, seperti

ulkus abses, ganggren, dapat pula berkaitan dengan luka bakar, infeksi telinga

tengah, pembedahan, aborsi dan persalinan.1

Etiologi batu empedu masih belum diketahui sepenuhnya, akan tetapi

faktor risiko yang berkaitan dengan timbulnya batu empedu adalah obesitas,

multiparitas, pertambahan usia, jenis kelamin perempuan.2

Gejala pada pasien dengan batu empedu asimtomatik. Pasien dengan batu

empedu simtomatik ditandai oleh nyeri hebat mendadak pada epigastrium atau

abdomen kuadran kanan atas, nyeri dapat menyebar ke punggung dan bahu kanan,

berjalan mondar mandir atau berguling ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur.

Page 2: Definisi Tetanus

2

Mual dan muntah sering terjadi, nyeri dapat berlangsung selama berjam-jam atau

dapat kambuh kembali.2

Hasil pemeriksaan fisik dijumpai murphy positif. Hasil pemeriksaan

laboraturium pada pederita batu empedu biasanya dalam batas normal. Pada 10-

20% kasus, dapat terjadi peningkatan ringan dari bilirubin serum, fosfatase alkali,

enzim aminotransferase (Aspartate transminase [AST] dan Alanine transminase

[ALT]) atau Ɣ-glutamyl transferase(GGT). Diagnosis batu empedu ditegakkan

secara radiologis (X-ray abdomen polos, USG, Magnetic resonance

cholangiography [MRCP], Endoscopic ultrasound [EUS], Biliary scintigraphy,

dan lain-lain.Ultrasonography mempunyai spesifitas 90% dan sensivitas 95%

dalam mendeteksi adanya batu kandung empedu.3,4

Pasa kolelitiasis asimtomatis biasanya tidak membutuhkan

penanganan.Diet rendah lemak untuk mencegah serangan, pemberian antibiotik

selama serangan akut untuk dekompresi abdomen. Endoskopic retrograd

kolangiopankreatografi (endoscopic retrograde cholangiopancreatography,

ERCP) untuk mengangkat batu empedu. Penanganan yang tepat dapat

menghindari komplikasi yaitu kolesistisis, kolangitis, hidrops, dan empyema.2,5

Prognosis dari kolelitiasis adalah tergantung pada keberadaan dan tingkat

keparahan komplikasi. Diagnosis dan pembedahan yang cepat, tingkat mortalitas

dan morbiditas penyakit ini sangat kecil.1

1.2. Tujuan

Penulisan tetanus bertujuan untuk menjelaskan definisi, etiologi,

epidemiologi, patofisiologi, gejala dan tanda klinis, penegakan diagnosis, serta

penatalaksanaan yang tepat mengenai tetanus, sehingga mendapatkan prognosis

yang baik dan keselamatan pasien terjamin.Diharapkan dalam penulisan paper ini

dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca terutama yang

memiliki interaksi secara langsung dalam penanganan terhadap pasien tetanus

agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

Page 3: Definisi Tetanus

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

Kandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah alpukat dengan

panjang 4-6cm dan berisi 30-60mL empedu. Bagian fundus umumnya menonjol

sedikit keluar tepi hati, di bawah lengkung iga kanan,di tepu lateral otot rektus

abdominis. Sebagian besar korpus menempel dan tertanam di dalam jaringan hati.

Kandung empedu tertutup seluruhnya oleh peritoneum visceral,tetapi

infundibulum kandung empedu tidak terfiksasi ke permukaan hati oleh lapisan

peritoneum. Apabila kandung empedu mengalami distensi akibat bendungan oleh

batu, bagian infundibulum akan menonjol seperti kantong (kantong hartmann).6

Duktus sistikus panjangnya 1-2cm dengan diameter nya 2-3 mm. Dinding

lumennya mengandung katup berbentuk spiral disebut katup spiral heister yang

memudahkan cairan empedu mengalir masuk ke dalam kandung empedu,tetapi

menahan aliran keluarnya. Saluran empedu ekstra herpetic terletak di dalam

ligamentum hepatoduodenale yang batas atasnya porta hepatis,dan batas

bawahnya distal papilla vater. Bagian hulu saluran empedu intra hepatik

berpangkal dari saluran paling kecil yang disebut kanalikulus empedu yang

meneruskan curahan sekresi empedu melalui duktus interlobaris ke duktus

lobaris,dan selanjutnya ke duktus hepatikus di hilus.6

Page 4: Definisi Tetanus

4

Gambar 2.1 Anatomi kandung empedu

2.2. Fisiologi

Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1500mL per

hari.Garam empedu,lesitindan kolesterol merupakan komponen terbesar (90%)

cairan empedu. Sisanya adalah bilirubin,asam lemak, dan garam anorganik.7

Garam empedu adalah molekul steroid yang dibuat oleh hepatosit dan

berasal dari kolestrol.Pengaturan produksinya dipengaruhi oleh mekanisme

umpan balik yang dapat ditingkatkan sampai 20 kali produksi normal kalau

diperlukan. Diluar waktu makan, empedu disimpan untuk sementara didalam

kandung empedu, dan disini mengalami pemekatan sekitar 50%.7

Pengaliran cairan empedu diatur oleh 3 faktor, yaitu sekresi empedu oleh

hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter koledokus. Dalam keadaan

puasa, empedu yang di produksi akan dialih-alirkan ke dalam kandung empedu.

Setelah makan, kandung empedu berkontraksi, sfingter berelaksasi, dan empedu

mengalir ke dalam duodenum. Aliran tersebut sewaktu-waktu seperti

disemprotkan karena secara intermiten tekanan saluran empedu akan lebih tinggi

daripada sfingter.8

Page 5: Definisi Tetanus

5

2.3. Definisi

Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam

kandung empedu atau didalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya.

Sebagian besar batu empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk didalam kandung

empedu.1

2.4. Etiologi

Etiologi batu empedu masih belum diketahui sepenuhnya, akan tetapi

tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang

menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, stasis empedu, dan infeksi

kandung empedu.2

Faktor risiko yang berkaitan dengan timbulnya batu empedu adalah

obesitas, multiparitas, pertambahan usia, jenis kelamin perempuan, dan ingesti

segera makanan yang mengandung kalori rendah atau lemak rendah (puasa).2

Peubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting

dalam pembentukan batu empedu. Sejumlah penyelidikan menunjukkan bahwa

hati penderita batu empedu kolesterol mensekresi empedu yang sangat jenuh

dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung

empedu (dengan cara yang belum dimengerti sepenuhnya) untuk membentuk batu

empedu.2

Faktor hormonal (terutama selama kehamilan) dapat dikaitkan dengan

perlambatan pengosongan kandung empedu dan menyebabkan tingginya insidensi

dalam kelompok ini. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam

pembentukan batu.2

2.5. Epidemiologi

Insidensi kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang

orang dewasa dan usia lanjut. Angka kejadian di Indonesia di duga tidak berbeda

Page 6: Definisi Tetanus

6

jauh dengan angka di negara lain di Asia Tenggara dan berkaitan erat dengan cara

diagnosis dengan ultrasonografi.1

2.6. Patogenesis

Tetanus sering terjadi kontaminasi luka oleh spora C. tetani. C. tetani

sendiri tidak menyebabkan inflamasi dan port d’entrane tetap tampak tenang tanpa

tanda inflamasi, kecuali apabila ada infeksi oleh mikroorganisme yang lain.

Dalam kondisi anaerobic yang dijumpai pada jaringan nekrotik dan terinfeksi,

basil tetanus mensekresi dua macam tooksin: tetanospasmin dan tetanolisin,

tetanolisin mampu secara local merusak jarungan yang masih hidup yang

mengelilingi sumber infeksi dan mengoptimalkan kondisi yang memungkinkan

multiplikasi bakteri. Tetanospasmin menghasilkan sindroma klinis tetanus. Toksin

ini mungkin mencakup lebuh dari 5% dari berat organism. Tetanoplasmin yang

dilepaskan akan menyaber pada jaringan di bawahnya dan terikat pada GD1b dan

GT1b pada membran ujung saraf local. Jika toksin yang dihasilkan banyak, ia

dapat memasuki aliran darah yang kemudian berdifusi untuk terikat pada ujung-

ujung saraf di seluruh tubuh. Toksin kemudian akan menyebar dan

ditransfortasikan dalam axon dan secara retrogard ke dalam badan sel di batang

otak dan saraf spinal.

Transpor terjadi pertama kali pada saraf motorik, lalu ke saraf sensorik dan

saraf otonom. Jika toxin telah masuk kedalam sel, ia akan berdifusi keluar dan

akan masuk dan mempengaruhi ke neuron di dekatnya .9

Etiologi batu empedu masih belum diketahui sempurna.Sejumlah

penyelidikan menunjukkan bahwa hati penderita batu kolesterol mensekresi

empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol.Batu empedu kolesterol dapat terjadi

karena tingginya kalori dan pemasukan lemak. Konsumsi lemak yang berlebihan

akan menyebabkan penumpukan di dalam tubuh sehingga sel-sel hati dipaksa

bekerja keras untuk menghasilkan cairan empedu.9

Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu dengan

cara yang belum dimengerti sepenuhnya.Patogenesis batu berpigmen didasarkan

pada adanya bilirubin tak terkonjugasi di saluran empedu (yang sukar larut dalam

Page 7: Definisi Tetanus

7

air), dan pengendapan garam bilirubin kalsium.Bilirubin adalah suatu produk

penguraian sel darah merah.9

Proses pembentukan batu empedu

Metabolisme kolesterol dan garam-garam empedu yang abnormal

memainkan peranan yang penting dalam pembentukan batu empedu. Hati

membuat getah empedu secara terus-menerus. Kandung empedu memekatkan

getah empedu dan menyimpannya sampai duodenum mengirim sinyal karena

membutuhkan getah empedu untuk membantu mencernakan lemak. Perubahan

komposisi getah empedu menyebabkan pembentukan batu empedu. Perubahan

kemampuan absorbsi dinding kandung empedu juga memiliki konstribusi pada

pembentukan batu empedu. Keadaan tertentu seperti usia, obesitas, dan

ketidakseimbangan estrogen menyebabkan hati menyekresi getah empedu yang

secara abnormal mengandung lebih banyak kolesterol atau yang kurang pekat

karena berkurangnya kemampuan dinding kandung empedu untuk

memekatkannya.5

2.7. Gejala Klinis

Pasien dengan batu empedu dapat dibagi menjadi tiga kelompok:

Pasien dengan batu asimtomatik

Pasien dengan batu empedu simtomatik ditandai oleh nyeri hebat

mendadak pada epigastrium atau abdomen kuadran kanan atas, nyeri dapat

menyebar ke punggung dan bahu kanan, berjalan mondar mandir atau

berguling ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur. Mual dan muntah

sering terjadi, nyeri dapat berlangsung selama berjam-jam atau dapat

kambuh kembali.

Pasien dengan komplikasi batu empedu. Jika terjadi komplikasi kolangitis

akut maka gambaran klinis yang klasik adalah trias Charcot yang meliputi

nyeri abdomen kuadran kanan atas, ikterus, dan demam yang didapatkan

pada 50% kasus. Kolangitis akut supuratif adalah trias Charcot yang

disertai hipotensi, oliguria dan gangguan kesadaran.2

Page 8: Definisi Tetanus

8

2.8. Diagnosis Kolelitiasis

Sebanyak 75% orang yang memiliki batu empedu tidak memperlihatkan

gejala. Sebagian besar gejala timbul bila batu menyumbat aliran empedu, yang

seringkali terjadi karena batu yang kecil melewati kedalam duktus koledokus.

Penderita batu empedu sering memiliki gejala kolesistitis akut atau kronik.

Diagnosis kolelitiasis akut atau kronis sering didasarkan pada ultrasonografi yang

dapat menujukan adanya batu atau malfungsi kandung empedu. ERCP dapat

digunakan untuk mendeteksi adanya btu dalam duktus. Batu empedu dapat terlihat

pada foto polos bila mengalami kalsifikasi secara bermakna.4

Anamnesis

Setengah sampai dua pertiga kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan

yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap

makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri didaerah

epigastrium kuadran kanan atas atau perikondrium. Rasa nyeri lainnya adalah

kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru

menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan

tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba.4

Penyerapan nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak

bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan

bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiais,

keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.4

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan palpasi dilakukan dibawah arkus costa kanan antara

prosesus sifoideus dan pinggang kanan, dan dilakukan dengan jati-jari yang

menekan ringan pada dinding perut. Pada keadaan peradangan kandung empedu,

dengan palpasi kandung empedu ini dapat diraba adanya nyeri tekan dan bila

penderita disuruh tarik nafas dalam/panjang, sehingga kandung empedu akan

Page 9: Definisi Tetanus

9

terdorong kebawah oleh diafragma dan menyentuh jari tangan pemeriksa maka

pasien akan menahan nafas secara tiba-tiba, ini disebut tanda murphy positif.3

Pemeriksaan laboraturium

Leukositosis

Bilirubinemia ringan

Peningkatan alkali posfate

Pemeriksaan penunjang

USG merupakan suatu prosedur non-invasif yang cukup aman, cepat, dan

tidak memerlukan persiapan khusus, relatif tidak mahal dan tidak melibatkan

paparan radiasi, sehingga menjadi pemeriksaan terpilih untuk pasien dengan

dugaan kolik biliaris. Ultrasonography mempunyai spesifitas 90% dan sensivitas

95% dalam mendeteksi adanya batu kandung empedu. Pada pemeriksaan USG

ditunjukkan dengan adanya batu, penebalan dindng kandung empedu.4

Computed tomography (CT) Scan: deteksi batu empedu dapat dilakukan

juga dengan CT Scan tetapi tidak seakurat USG dalam mendeteksi batu empedu.

Pada kasus akut pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya penebalan dinding

kandung empedu atau adanya cairan perikolesistikus akibat kolesistitis akut.4

Magnetic Resonance Imaging dan Magnetic Resonance

Cholangiopancreatography dapat membantu dalam menilai obstruksi biliaris dan

anatomi duktus pankreatikus. Pemeriksaan ini lebih efektif dalam mendeteksi batu

empedu dan mengevaluasi kandung empedu untuk melihat adanya kolesistitis.4

Endoscopic retrograde Cholangiopancreatogaphy adalah pemeriksaan

gold standard untuk mendeteksi batu empedu di dalam duktu koledokus, dan

mempunyai keuntungan terapeutik untuk mengangkat batu empedu. ERCP adalah

suatu teknik endoskopi untuk visualisasi duktus koledokus dan duktus

pankreatikus. Pada pemeriksaan ini menggunakan suatu kateter untuk

memasukkan alat kedalam duktus biliaris dan pankreatikus untuk mendapatkan

gambaran x-ray dan fluoroskopy.4

Page 10: Definisi Tetanus

10

2.9. Pengobatan

Diet rendah lemak untuk mencegah serangan.

Pemberian obat oral asam kenodeoksikolat atau ursodeoksikolat untuk

melarutkan batu empedu.

Pemberian antibiotik selama serangan akut untuk dekompresi abdomen.

Pemberian vitamin K untuk mengurangi keluhan gatal-gatal, ikterus dan

kecendrungan perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi vitamin K.

Kolesistektomi untuk mengangkat kandung empedu yang mengalami

inflamasi lewat pembedahan.

Koledokostomi untuk membuat lubang lewat pembedahan pada duktus

koledokus untuk drainase.

Kolesistostomi transhepatik perkutaneus.

Endoskopic retrograd kolangiopankreatografi (endoscopic retrograde

cholangiopancreatography, ERCP) untuk mengangkat batu empedu.

Litptripsi untuk menghancurkan batu empedu dan menghilangkan

obstruksi.5

2.10. Komplikasi

Kolesistisis

Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu

tersumbat oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan

kandung empedu.

Kolangitis

Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi

yang menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah saluran-

saluran menjadi terhalang oleh sebuah batu empedu.

Hidrops

Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops

kandung empedu.Dalam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan

sindrom yang berkaitan dengannya.Hidrops biasanya disebabkan oleh

Page 11: Definisi Tetanus

11

obstruksi duktus sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi empedu pada

kandung empedu yang normal.Kolesistektomi bersifat kuratif.

Empiema

Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini

dapatmembahayakan jiwa dan membutuhkan kolesistektomi darurat

segera.1

2.11. Prognosis kolelitiasis

Prognosis dari kolelitiasis adalah tergantung pada keberadaan dan tingkat

keparahan komplikasi. Diagnosis dan pembedahan yang cepat, tingkat mortalitas

dan morbiditas penyakit ini sangat kecil.1

Page 12: Definisi Tetanus

12

BAB III

LAPORAN KASUS

ANAMNESA PRIBADI

Nama : Siti Aminah

Umur : 42 Tahun

Berat Badan : 60 kg

Tinggi Badan : 156 cm

No MR : 23.42.16

Tanggal Masuk : 14-05-2015

Alamat : Jl. Pukat I Gg Buntu no.3 Medan

ANAMNESA PENYAKIT

KeluhanUtama : Nyeri perutkanan atas

Telaah :Pasien datang ke RS. HajiMedan dengan keluhan

nyeri perut kanan atas yang menjalar ke ulu hati

sejak 6 bulan yang lalu namun keluhan memberat

2 hari yang lalu, yang dirasakan terus menerus

dan seperti terlilit yang menjalar ke punggung

kanan atas. Rasa terbakar di ulu hati disangkal.

Page 13: Definisi Tetanus

13

OS mengaku pernah merasakan keluhan yang

sama 1 tahun yang, os juga mengeluhkan lemas

dan demam sejak 2 hari yang terus menerus.

Mual (+), muntah (+) frekuensi 5x dalam sehari

berisi makanan yang dimakan beserta cairan

berwarna kuning, pasien menyangkal adanya

darah disaat muntah. Nafsu makan menurun.BAB

dan BAK normal.

Keluhan badan kuning, mata kuning dan BAK

yang pekat di sangkal.

RPT : Gastritis

RPO : Ranitidin

Asam mefenamat

RPK : -

Anamnesa Umum

- Badan kurang enak : ya

- Merasa capek/lemas : ya

- Merasa kurang sehat : ya

- Menggigil : tidak

- Nafsu makan : menurun

- Tidur : terganggu

- Berat badan : normal (tetap)

- Malas : tidak

- Demam : ya

- Pening : ya

Anamnesa Organ

1.Cor

Page 14: Definisi Tetanus

14

- Dyspneu d’effort : tidak - Cyanosis : tidak

- Dyspneu d’repost : tidak - Angina pectoris : tidak

- Oedema : tidak - palpitasi cordis : tidak

- Nycturia : tidak - Asma cardial : tidak

2. Sirkulasi perifer

- Claudicatio intermitten : tidak - Gangguan tropis : tidak

- Sakit waktu istirahat : tidak - kebas-kebas : tidak

- Rasa mati ujung jari : tidak

3. Tractus respiratorius

- Batuk : tidak - Stridor : tidak

- Berdahak : Tidak - sesak nafas : tidak

- Hemaptoe : tidak - suara parau : tidak

- Sakit dada waktu bernafas : tidak-pernafasan cuping hidung: tidak

4. Tractus Digestivus

A. Lambung

- Sakit di epigastrium sebelum / sesudah makan : ya

- Rasa panas di epigastrium : tidak

- Muntah (freq, warna, isi, dll) : ya, 5x, isi: makanan dan cairan berwarna kuning

- Hematemesis : tidak

- ructus: tidak

- sendawa: tidak

- anorexia: ya

- Mual-mual : ya

- Dysphagia : tidak

- Foetor es ore : tidak

- Pyrosis : tidak

B. Usus

- Sakit di abdomen : tidak

- Borborygmi : tidak

Page 15: Definisi Tetanus

15

- Defekasi (freq, warna, konsistensi) : normal

-Flatulensi :ya

- Obstipasi : tidak

- Diare (freq, warna, konsistensi) :tidak

- Melena : tidak

- Tenesmi : tidak

- Haemorrhoid : tidak

C. Hati dan saluran empedu

- Sakit perut kanan memancar ke : ya, punggung belakang kanan

- Kolik : ya

- Ikterus : tidak

- Gatal-gatal di kulit : tidak

- Asites : tidak

- Oedema : tidak

- Berak dempul : tidak

5. Ginjal dan saluran kencing

- Muka sembab : tidak

- Kolik : tidak

- Miksi (freq, warna, sebelum

/sesudah miksi, mengedan) :normal

- Polyuria : tidak

- Oliguria : tidak

- Anuria : tidak

- Polakisuria : tidak

6. Sendi

- Sakit : tidak - Sakit digerakkan : tidak

- Sendi kaku : tidak - Bengkak : tidak

- Merah : tidak - Stand abnormal : tidak

7. Tulang

- Sakit : tidak -Fraktur spontan : tidak

- Bengkak : tidak -Deformasi : tidak

Page 16: Definisi Tetanus

16

8. Otot

- Sakit : tidak - Kejang-kejang : tidak

- Kebas-kebas : tidak - Atrofi : tidak

9. Darah

- Sakit di mulut dan lidah : tidak -Muka pucat : tidak

- Mata berkunang-kunang : tidak- Bengkak : tidak

- Pembengkakan kelenjar : tidak - Penyakit darah : tidak

- Merah di kulit : tidak - Perdarahan Sub kutan : tidak

10.Endokrin

A. Pankreas

- Polidipsi : tidak - Pruritus : tidak

- Polifagi : tidak - Pyorrhea : tidak

- Poliuri : tidak

B. Tiroid

-Nervositas : tidak - Struma : tidak

- Exoftalmus : tidak - Miksodem : tidak

C. Hipofisis

-Akromegali : tidak

- Distrofi adipos kongenital : tidak

11. Fungsi genital

Menarche : 12 tahun - Ereksi : Tidak ditanya

Siklus :teratur - Libido : Tidak ditanya

Menopause : tidak - Koitus : Tidak ditanya

G/P/AB : 2/2/0

12. Susunan syaraf

- Hipoastesia : tidak - Sakit kepala : tidak

- Parastesia : tidak - Gerakan tics : tidak

- Paralisis : tidak

13. Panca indera

Page 17: Definisi Tetanus

17

- Penglihatan :normal - Pengecapan : normal

- Pendengaran : normal - Perasaan : normal

- Penciuman : normal

14. Psikis

- Mudah tersinggung : tidak - Pelupa : tidak

- Takut : tidak - Lekas marah : tidak

- Gelisah : tidak

15. Keadaan sosial

- Pekerjaan :IRT

- Hygiene : baik

Anamnesa penyakit terdahulu :dyspepsia

Riwayat pemakaian obat :ranitidin dan asam mefenamat

Anamnesa penyakit veneris

Bengkak kelenjar regional : TDT - Pyuria : TDT

Luka – luka di kemaluan : TDT - Bisul – bisul : TDT

Anamnesa intoksikasi : -

Anamnesa makanan :

- Nasi : freq 2 kali sehari - Sayur : ya

- Ikan : ya - Daging : ya

Anamnesa family :

- Penyakit-penyakit family : -

- Penyakit seperti orang sakit : -

- Asnak-anak : 2, Hidup : 2, Mati : 0

Page 18: Definisi Tetanus

18

Status Praesens

Keadaan Umum :

Sensorium : Compos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Temperatur : 38 °C

Pernafasan : 20 x/menit, reg, tipe pernafasan thorako abdominal

Nadi : 88 x/menit, equal,tegangan sedang, volume sedang

Keadaan Penyakit

- Anemi : tidak - Eritema :tidak

- Ikterik : tidak - Turgor :baik

- Sianose : tidak - Gerakan aktif : ya, 2cm

- Dispnoe : tidak - Sikap tidur paksa :tidak

- Edem : tidak

Keadaan Gizi

BB =60 kg TB = 156 cm

RBW = BB/(TB-100) x 100%

= 60/ (156-100) x 100% = 107%

Kesan :normoweight

Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

- Pertumbuhan rambut : normal

- Sakit kalau dipegang : tidak

- Perubahan lokal : tidak

a. Muka

- Sembab : tidak - Parese : tidak

Page 19: Definisi Tetanus

19

- Pucat : tidak - Gangguan lokal : tidak

- Kuning : tidak

b. Mata

- Stand mata : normal - Ikterus : tidak

- Gerakan : normal - Anemia : tidak

- Exoftalmos : tidak - Reaksi pupil : isokor ka = ki

- Ptosis : tidak - Gangguan lokal : tidak

c. Telinga

- Sekret : tidak

- Radang : tidak

- Bentuk : normal

- Atrofi : tidak

d. Hidung

- Sekret : tidak

- Bentuk : normal

- Benjolan-benjolan : tidak

e. Bibir

- Sianosis : tidak - Kering : tidak

- Pucat : tidak - Radang : tidak

f. Gigi

- Karies : tidak - Jumlah : 30

- Pertumbuhan : normal - Pyorrhoe alveolaris : tidak

g. Lidah

- Kering : tidak - Beslag : tidak

- Pucat : tidak - Tremor : tidak

h. Tonsil

- Merah : tidak - Membran : tidak

- Bengkak : tidak - Angina lacunaris : tidak

- Beslag : tidak

Page 20: Definisi Tetanus

20

2. Leher

Inspeksi

- Struma : tidak - Torticolis : tidak

- Kelenjar bengkak : tidak - Venektasi : tidak

- Pulsasi vena : tidak

Palpasi

- Posisi trachea : medial - Tekana vena jugularis: R–2 cmH2O

- Sakit/nyeri tekan : tidak - Kosta servikalis: tidak

3. Thorax depan

Inspeksi

- Bentuk : Fusiformis - venektasi : tidak

- Simetris/asimetris : simetris ka=ki - Pembengkakan : tidak

- Bendungan vena : tidak - Pulsasi verbal : tidak

- Ketinggalan bernafas : tidak - Mammae : normal

Palpasi

- Nyeri tekan : tidak

- Fremitus suara : SF ka = ki

- Fremissement : tidak

- Iktus kordis : tidak teraba

Perkusi

- Suara perkusi paru : sonor dikedua lapangan paru

- Batas paru hati :

o Relatif : ICR V

o Absolut : ICR VI

o Gerakan bebas : 2 cm

o Batas jantung :

Atas : ICR II sinistra

Kanan : Linea sternal dextra

Kiri 2cm medial midclavicula sinistra

Auskultasi

Page 21: Definisi Tetanus

21

- Paru-paru

o Suara pernafasan: vesikuler

o Suara tambahan:

- Ronkhi basah:(-)

- Ronkhi keing:(-)

o Heart rate : 88 x/menit, reguler, intensitas sedang

o Suara katup :

M1 > M2 A2 > A1

P2 > P1 A2 > P2

o Suara tambahan :

Desah jantung fungsionil/organis : -

Gesek pericardial/pleurocardial : -

4. Thorax belakang

Inspeksi

- Bentuk : Fusiformis - venektasi : tidak

- Simetris/asimetris : simetris ka=ki - Benjolan – benjolan : tidak

- Ketinggalan bernafas : tidak

Palpasi

- Nyeri tekan : tidak

- Fremitus suara : Stem fremitus ka = ki

- Fremissement : tidak

- Penonjolan – penonjolan : tidak

Perkusi

- Suara perkusi paru : sonor dikedua lapangan paru

- Batas bawah paru :

o Kanan : proc. Spin. Vert. Tyh : ICR VIII

o Kiri : proc. Spin. Vert. Tyh : ICR XI

o Gerakan bebas : 2 cm

Auskultasi

o Suara pernafasan: Vesikuler

Page 22: Definisi Tetanus

22

o Suara tambahan :

- Ronkhi basah:(-)

- Ronkhi kering:(-)

5. Abdomen

- Inspeksi

o Bengkak : tidak

o Venektasi/pembentukan vena : tidak

o Gembung : tidak

o Sirkulasi kolateral : tidak

o Pulsasi : tidak

- Palpasi

Defens muskular : tidak

Nyeri tekan : ya, regio hipocondrium kanan dan nyeri tekan epigastrium

Lien : tidak teraba

Ren : tidak teraba

Hepar : tidak teraba

- Perkusi

Pekak hati : ya

Pekak beralih: tidak

- Auskultasi

Peristaltik usus :Ya, normal

6. Genitalia

- Luka : TDP

- Sikatriks : TDP

- Nanah : TDP

- Hernia : TDP

Page 23: Definisi Tetanus

23

7. Extremitas

a. Atas

- Bengkak : tidak

- Merah : tidak

- Stand abnormal : tidak

- Gangguan fungsi : tidak

- Tes Rumpelit : tidak

- Reflex :

Biceps : +

Triceps : +

b. Bawah

- Bengkak : tidak

- Merah : tidak

- Oedem : tidak

- Pucat : tidak

- Ganguuan fungsi : tidak

- Varises : tidak

- Reflex :

o KPR : +

o APR : +

o Struple : +

Page 24: Definisi Tetanus

24

Pemeriksaan Laboratorium rutin

- Darah Rutin

Hb 13,9 g/Dl

Hitung Eritrosit 4,5x106 /µL

Leukosit 12.500 /µL

Hematokrit 38,9 %

Trombosit 289.000 /µL

Index eritrosit-MCV-MCH-MCHC

87.1 fl31.0 pg35.7 %

Hitung Jenis leukosit :-Eosinofil-Basofil-N.Stab-N.Seg-Limfosit-Monosit

2%0%0%78%16%4%

LED 15 mm/jam

Fungsi Hati-Bilirubin total-Bilirubin direk

0.93 mg / dL1.17 mg / dL

Page 25: Definisi Tetanus

25

-Alkali phosfat-SGOT-SGPT

157 /µL

19 /µL

22 /µL

Fungsi ginjal-Ureum-kreatinin

13 mg / dL0.51 mg / Dl

8. Resume

Anamnese

Keluhan utama: nyeri hipocondrium dekstra sampai epigastrium

Telaah : nyeri hipokondrium dekstra sampai epigastrium kira-kira 2 hari

ini, terus menerus dan menjalar sampai ke punggung kanan

belakang

- febris

-nausea

- vomitus ( 5x dalam sehari berisi makanan)

- malaise

- nafsu makan menurun

RPT : Gastritis

RPO : ranitidin dan asam mefenamat

RPK : -

9. Status Present:

Pemeriksaan fisik:

Keadaan umum Keadaan Penyakit Keadaan Gizi

Sensorium : Compos Anemia : tidak TB = 156 cm

Page 26: Definisi Tetanus

26

Mentis

Tekanan Darah : 120/80

Nadi : 88 x/menit

Nafas : 22x/menit

Suhu : 38°C

Ikterus : tidak

Sianosis : tidak

Dyspnoe : tidak

Edema : tidak

Eritema : tidak

Turgor : baik

Gerakan aktif : ya, 2 cm

Sikap paksa : tidak

BB = 60 kg

BBW =

BB/(TB-100) x 100%

= 60/ (156-100) x 100%

=107%

Kesan : normoweight

Pemeriksaan Fisik

Kepala : Dalam batas normal

Leher : Dalam batas normal

Thoraks : Dalam batas normal

Abdomen : Murphy sign (+), nyeri tekan epigastrium (+)

Ekstremitas : Dalam batas normal

Pemeriksaan Penunjang

Darah rutin :

Leukosit 12500 /µL

Index eritrosit

- MCHC 35,7 %

Trombosit 237.000 /µL

Hitung Jenis leukosit :

N. Stab

N. Seg

Limfosit

0%

78%

16 %

Page 27: Definisi Tetanus

27

Fungsi hati

Bilirubin direk

Alkali phosfat

1.17 mg / dL

157 U/l

Fungsi ginjal

Ureum

Kreatinin

13 mg/dL

0.51 mg/dL

Diagnosa Banding :

1. Kolelitiasis

2. Kolesistitis

3. Hepatitis

4. Abses hati

5. Pancreatitis

Diagnosa Sementara

Kolelitiasis

Terapi :

1. Aktifitas : Bed rest

2. Diet : diet mII

3. Medikamentosa

- Bed rest

- IVFD RL 20 tetes/menit

- ciprofloxacin drip 200 mg/ 12 jam

-inj. Ranitidine 1 amp / 12 jam

Page 28: Definisi Tetanus

28

- inj. Ketorolac 1 amp/ 8 jam

- neurodex tab 1x1

Pemeriksaan Usul :

Darah rutin

Fungsi hati

Fungsi ginjal

Usg abdomen

ERCP (Endoskopi Retrograt Colangio Plancroatografi)

BAB IV

DISKUSI KASUS

Teori Kasus

Anamnesis - Gejala asimtomatis

- Kolelitiasis gejalanya

sering menyerupai

kolesistitis.

- Nyeri hebat mendadak

pada epigastrium atau

abdomen kuadran kanan

atas

- nyeri dapat menjalar ke

punggung dan bahu

kanan.

- Nausea dan vomiting.

- Nyeri dapat berlangsung

selama berjam-jam atau

dapat kambuh kembali

setelah remisi parsial.

- Pasien sering memiliki

- Nyeri peryt kanan atas yang

menjalar ke ulu hati

- Nyeri dapat menjalar ke

punggung kanan atas

- Demam

- Mual

- Muntah

- RPT : dyspepsia

Page 29: Definisi Tetanus

29

riwayat dyspepsia,

intoleransi lemak, nyeri

ulu hati atau flatulen yang

berlangsung lama.

Pemeriksaan

Fisik

- ikterus dijumpai pada 20%

kasus, umumnya derajat ringan

- Pada pemeriksaan kandung

empedu tidak selalu dapat

diraba tetapi tanda Murphy

positif .

- nyeri tekan epigastrium

- Murphy sign(+)

Pemeriksaan

Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

untuk membantu menegakkan

diagnosis kolelitiasis

meliputi :

- Pemeriksaan darah rutin

- Pemeriksaan faal hati

- Pemeriksaan faal ginjal

- Pemeriksaan ultrasonografi

Pemeriksaan darah rutin :

Hb = 13,9 gr/dL

Ht = 38,9 %

Trombosit = 289.000/µL

Leukosit = 12.500/µL

Pemeriksaan faal hati :

-Bilirubin total : 0.93 mg/dl

-Bilirubin Direk : 1.17 mg/dl

-Alkali Phosfat: 157 U/l

-AST/SGOT : 19 U/l

-SGPT : 22 U/l

Fungsi ginjal:

-Ureum: 13 mg/dL

-Kreatinin: 0.51 mg/dL

Pemeriksaan ultrasonografi

Page 30: Definisi Tetanus

30

- Hepar : besar dan bentuk

normal, permukaan rata, eco

parenkim normal. Tak

terlihat SOL, CBD, dan

vaskuler baik.

- Ginjal : Besar dan bentuk

kedua ginjal normal. Tidak

tampak batu

- Lien : Besar dan bentuk

normal

- Getah Bening : terlihat batu

17.1 mm dan 10.8 mm,

dinding baik

Kesan : kolelitiasis

Penatalaksanaan Non Farmakologis

Pengobatan umum termasuk

istirahat total, diet ringan,diet

rendah lemak untuk mencegah

serangan.

Farmakologis

Simptomatis :

-Obat penghilang rasa nyeri

seperti petidin dan antispasmodik.

-Antibiotik

Penggunaan antibiotik pada fase

awal sangat penting untuk

- Bed rest

- diet mII

- IVFD RL 20 tetes/menit

-ciprofloxacin drip 200mg /

12jam

-inj. Ranitidine 1 amp / 12 jam

-inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam

-Neurodex tab 1x1

Page 31: Definisi Tetanus

31

mencegah komplikasi misalnya

kolesistitis, peritonitis, kolangitis,

dan septisimia. Golongan

ampisilin, sefalosporin dan

metronidazol cukup memadai

untuk mematikan kuman-kuman

yang umum terdapat pada

kolesistitis akut seperti E.coli,

strep faecalis dan klebsiella.

-Pemberian obat oral asam

kenodeoksikolat atau

ursodeoksikolat untuk melarutkan

batu empedu.Kolesistektomi

untuk mengangkat kandung

empedu yang mengalami

inflamasi lewat pembedahan.

pembedahan

Koledokostomi untuk

membuat lubang lewat

pembedahan pada duktus

koledokus untuk drainase.

Kolesistostomi

transhepatik perkutaneus.

Endoskopic retrograd

kolangiopankreatografi

(endoscopic retrograde

cholangiopancreatograph

y, ERCP) untuk

mengangkat batu empedu.

Page 32: Definisi Tetanus

32

Litptripsi untuk

menghancurkan batu

empedu dan

menghilangkan obstruksi.

Komplikasi - Kolesistitis

- Perforasi dan pembentukan

abses

- Pembentukan fistula

- Kolangitis

- Hepatitis

- Pancreatitis

-

Page 33: Definisi Tetanus

33

BAB V

KESIMPULAN

Telah di laporkan suatu kasus kolelitiasis, diagnosa ditegakkan dengan

adanya pemeriksaaan fisik di temukan nyeri tekan pada epigastrium, Murphy sign

(+). Serta pada pemerksaan laboratorium ditemukanLeukosit = 12.500/µL.

Pemeriksaan faal hati:Bilirubin total:0.93 mg/dl, Bilirubin Direk:1.17 mg/dl,

Alkali Phosfat: 157 U/l, AST/SGOT: 19 U/l, SGPT:22 U/l. Fungsi ginjal: Ureum:

13 mg/dL, Kreatinin: 0.51 mg/dL. Pada USG ditemukan batu.

Page 34: Definisi Tetanus

34

DAFTAR PUSTAKA

1. Heuman, DM. Gallstones (Cholelitiasis). [update 2013 June] available from :

http://emedicine.medscape.com. {accessed 20 Juni 2015}.

2. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2005. Patofiologi ed 6 vol 1. Jakarta: EGC.

3. Hanum Habibah. 2012. Diagnosa Fisik ed IV. Medan: USU Press.

4. Sudoyo AW.2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 5 jilid 1. Jakarta:

Interna Publishing FKUI.

5. Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

6. Snell Richard S. 2006. Anatomi Klinik ed 6. Jakarta: EGC.

7. Sloane Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC.

8. Sherwood Lauralee.2011. Fisiologi Manusia ed 6. Jakarta: EGC.

9. Sjamsuhidajat, De Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 3. Jakarta: EGC.