Post on 09-Mar-2019
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
2
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
EDITORIAL
Daulat Rupiah, Daulat BangsaTidak hanya kampanye Produk
Dalam Negeri yang digencarkan pemerintah. Kecintaan pada
Rupiah juga menjadi salah satu tema komunikasi publik yang dilakukan lembaga negara untuk membangkitkan kebanggaan masyarakat terhadap kekayaan yang dimiliki Republik Indonesia.
Kita masih ingat iklan Rupiah yang temanya begitu melekat di benak publik yaitu 3D, Diraba, Dilihat, Di terawang. Tujuan dari kampanye itu adalah masyarakat mengetahui tiga cara untuk mendeteksi keaslian Rupiah, sehingga bila menemukan uang palsu bisa meng ujinya sendiri.
Masih banyak program yang dilakukan Bank Indonesia, yang diberi amanah untuk mengelola Rupiah, dalam meyakinkan masyarakat untuk menggunakan mata uang negaranya sendiri. Di antaranya memastikan ketersedia an uang Rupiah di seluruh wilayah Nusantara.
Dalam menjalankan tugasnya itu, tantangan BI tidak ringan. Sebab bank
sentral harus menjamin ketersedian Rupiah bagi sekitar 250 juta penduduk yang tersebar di ribuan pulau. Tidak jarang daerah yang dituju minim transportasi dan lautan luas harus diseberangi. Namun, itu rintang an yang tidak terhindarkan demi mewujudkan kedaulatan bangsa melalui ketersediaan Rupiah di seluruh negeri yang dibanggakan sebagai alat jual beli yang sah.
Sangat miris kalau masyarakat di perbatasan Malaysia, misalnya, lebih percaya Ringgit untuk membeli barang kebutuh an seharihari. Begitu juga bila harga barang dan jasa di kotakota besar ditetapkan dalam mata uang asing.
Oleh karena itu, keharusan menggunakan Rupiah dalam setiap transaksi di dalam negeri tidak bisa ditawartawar lagi. Selain ada kebanggaan terhadap kekayaan bangsa sendiri, penggunaan Rupiah akan berpengaruh pada kekuat an nilai tukarnya sendiri, karena bisa menekan permintaan pada mata
uang asing, terutama US$.Makanya, gerakan Cinta Rupiah, tidak
sekedar dengan edukasi dan kampanye, tapi melalui aksi nyata dengan menyediakan uang yang layak edar hingga ke pelosok desa, daerah terpencil sampai ke wilayah perbatasan dengan negara lain.
Selain menjaga pasokan, mengelola jumlah uang yang diedarkan menjadi tantangan tersendiri. Sebab uang yang beredar sering dikaitkan dengan perkembangan hargaharga.
Untuk itu butuh strategi dalam mengelola peredaran uang yang sesuai dengan kapasitas ekonomi, karena jumlah uang ber edar terlalu banyak dapat mendorong kenaikan harga yang ujungujungnya memicu inflasi.Sebaliknya, apabila jumlah uang beredar terlalu sedikit, bisa menimbulkan kegiatan ekonomi seret.
Dengan mengetahui langkahlangkah komprehensif pe ngelolaan uang, tidak ada alasan lagi untuk tidak bangga pada Rupiah. Ayo kita rawat dan
Penanggung JawabTirta SegaraPemimpin RedaksiPeter Jacobs
Redaksi PelaksanaRizana NoorDwi Mukti WibowoErnawati JatiningrumWahyu Indra SukmaSurya NanggalaDahlia DessianayanthiLina Ernawati
Redaksi menerimakiriman naskahdan mengeditnaskah sebelumdipublikasikan. Naskah dikirim ke bicara@bi.go.id
REDAKSIAlamat Redaksi: Departemen Komunikasi Bank
Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No.2 - Jakarta,
Telp. Contact Center BICARA: (Kode Area) 500131,
e-mail: bicara@bi.go.id, website: www.bi.go.id,
@bank_indonesia
flip.it/7A9uk
bankindonesia
BankIndonesiaChannel
Kepada Redaksi Gerai Info,
Beberapa waktu lalu saya hendak me nyetorkan uang di salah satu bank, dan didalamnya terdapat logam Rp50 (lima puluh Rupiah). Namun uang logam tersebut ditolak dengan alasan sudah tak berlaku, padahal saya mendapatkannya dari uang kembalian di supermarket. Apakah benar uang logam Rp50 sudah tidak berlaku lagi? Mohon penjelasannya.
Tommy – Jakarta
Jawab:Pak Tommy Yth,
Terima kasih atas laporan dan pertanyaan-nya. Uang pecahan tersebut belum dicabut dan belum ditarik peredarannya oleh Bank Indonesia. Oleh karena itu, Bapak dapat me-nyetorkannya kepada Bank dimana Bapak menjadi nasabahnya. Sesuai Undang-undang No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang pasal 23, setiap orang dilarang menolak untuk meneri-ma Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan
untuk transaksi keuangan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali karena terdapat keraguan atas keaslian Rupiah. Pe-langgaran atas pasal tersebut dapat dipidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pi-dana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta Rupiah).
Apabila ada kejadian serupa, Bapak dapat melaporkan kejadian tersebut kepada Bank Indonesia melalui email bicara@bi.go.id atau telepon 500 131. Terima kasih.
ARAH
Menjaga Rupiah sebagaiSimbol Kedaulatan Bangsa
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
3
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
AguS DW MARToWARDoJo Gubernur Bank Indonesia
Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki
simbolsimbol kedaulatan yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh warga Negara Indonesia. Salah satu simbol kedaulatan ini adalah mata uang, yang disebut dengan Rupiah, dan diatur dengan UndangUndang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Dalam UndangUndang ini, Rupiah wajib digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dalam setiap kegiatan perekonomian nasional.
Namun demikian, masih sering dijumpai tindakan yang cenderung tidak menghormati dan menghargai Rupiah. Misalnya saja penggunaan mata uang non Rupiah dalam berbagai transaksi yang dilakukan di wilayah NKRI, dan pencantuman tarif/harga barang atau jasa dalam mata uang non Rupiah. Hal ini tentu menimbulkan keprihatinan kita bersama karena penggunaan mata uang non Rupiah di NKRI dapat membawa dampak yang besar pada perekonomian Indonesia.
Ada tiga dimensi yang perlu dicermati. Pertama, dimensi hukum. Penggunaan mata uang non Rupiah di wilayah NKRI akan membawa konsekuensi hukum karena dilanggarnya ketentuanketentuan dalam UndangUndang Nomor 7 Tahun 2011. Oleh karenanya, ke sepahaman dalam memaknai kewajiban penggunaan Rupiah untuk tran saksi pembayaran di wilayah NKRI perlu terus dilakukan.
Kedua, dimensi kebangsaan. Penggunaan mata uang Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah NKRI mutlak bagi setiap penduduk sebagai bentuk penghormatan terhadap simbol kedaulatan bangsa. Perlu disadari bahwa penggunaan Rupiah dalam setiap tran
saksi di dalam negeri akan merefleksikan tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia ter hadap Rupiah dan menentukan bagaimana masyarakat internasional memberikan kepercayaan kepada perekonomian nasional.
Ketiga, dimensi ekonomi. Digunakannya mata uang non Rupiah dalam bertransaksi di wilayah NKRI akan memberikan tambahan tekanan pada perekonomian, karena timbulnya kebutuh an mata uang non Rupiah yang tinggi di dalam negeri. Hal ini pada gilirannya tentu akan memberikan kontribusi pada peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah, serta menimbulkan gangguan pada ki nerja perekonomian.
PERAN BANk INDoNESIABank Indonesia memiliki peran
yang besar dalam memfasilitasi penggunaan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah dalam perekonomian nasional. Ibarat sirkulasi darah dalam tubuh manusia, peran Bank Indonesia dalam menjaga kelancaran sistem pembayaran sangat vital untuk mencegah terjadinya sumbatan pada urat nadi perekonomian. Fasilitasi yang dilakukan Bank Indonesia untuk memperlancar kegiatan perekonomian antara lain dengan menyediakan Rupiah dalam jumlah yang cukup dan dengan pecahan yang sesuai kebutuhan perekonomian.
Oleh karena itu, Bank Indonesia senantiasa mengarahkan manajemen sistem pembayaran dan pengelolaan uang untuk mendorong (i) ketersediaan Rupiah yang berkualitas dan terpercaya, (ii) distribusi dan pengolahan Rupiah yang aman dan optimal, serta (iii) la yanan kas yang prima. Hal ini tentu saja ini tidak mudah. Banyak tan
tangan yang dihadapi Bank Indonesia untuk dapat menyediakan mata uang Rupiah dalam kondisi yang baik. Selain itu, Bank Indonesia juga menghadapi tantangan berat untuk dapat meningkatkan jangkauan layanan kas ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk untuk daerah terpencil dan wilayah perbatasan. Kesemuanya itu demi tercukupinya kebutuhan Rupiah di masyarakat dan mendorong penggunaan Rupiah di seluruh wilayah NKRI dalam rangka menopang aktivitas ekonomi yang lebih stabil dan seimbang.
Menjadikan Rupiah sebagai representasi kedaulatan negara merupakan kewajiban bagi kita semua. Eksistensi Rupiah dalam setiap transaksi yang dilakukan didalam wilayah NKRI harus menjadi prioritas dan Bank Indonesia berkomitmen untuk mewujudkannya dengan pengelolaan Rupiah yang lebih baik.
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
4
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
Bank Indonesia mendapatkan apre siasi pada forum International
Commercial Cash Operation Seminar yang diselenggarakan di Bangkok, 13 November 2013.
Paparan mengenai pengelolaan dan distribusi Rupiah mengundang
decak kagum dari para peserta seminar internasional tersebut.
Paparan dari Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Lambok Antonius Siahaan dalam forum itu menggambarkan betapa kerja distribusi uang kartal di Indonesia bukanlah sebuah tugas sederhana. Bayangkan saja, Bank
Indonesia (BI) harus memastikan kecukupan uang yang diedarkan kepada kurang lebih 251 juta penduduk yang tinggal di sekitar 6.000 pulau yang dihuni di Indonesia.
Tantangan yang dihadapi BI dalam menjalankan fungsi sirkulasi cukup besar, yakni, bagaimana caranya memastikan kebutuh an uang kartal dapat terpenuhi dengan baik. Bahkan hingga ke pulaupulau terpencil dan terdepan.
Sebuah tugas pokok yang melekat sejak cikal bakal lembaga tersebut pertama kali didirikan pada 24 Januari 1828. BI pada
SOROT
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
5
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
SOROT
awalnya adalah De Javasche Bank (DJB), yang dibentuk sebagai bank sirkulasi di wilayah Hindia Belanda.
DJB memonopoli peredaran uang kertas bank sebagai tugas utama, selain sejumlah tugas lain yang bersifat komersial seperti memberikan kredit, menerima deposito, serta melakukan jual beli emas dan perak.
Demikian pula, tugas paling awal BI adalah mengelola peredaran uang di Indonesia, selain menjalankan berbagai macam tugas tambahan yang tak kalah pentingnya seperti menjaga stabilitas moneter.
Tugas pengedaran uang merupakan sebuah tugas yang sangat menantang, terlebih ketika BI dihadapkan pada kendala geografis. Sebab, ketika berbicara me ngenai pulaupulau terpencil dan terdepan di Indonesia, maka wilayah tersebut benarbenar sulit dijangkau. Diperlukan waktu belasan jam menggunakan kapal laut untuk mencapai wilayah tersebut. Alat transportasi lain belum tersedia.
Meski demikian, sejauh ini faktanya BI tidak pernah gagal menyediakan uang kartal yang dibutuhkan masyarakat. Seluruh kendala tersebut dapat ditaklukkan.
Bagaimana caranya? Inovasi dan pe ningkatan kerja sama, tentu saja. Khusus untuk menjangkau pulaupulau terpencil itu, BI menggandeng TNI Angkatan Laut dan Polisi Perairan yang memang bertugas berpatroli di wilayah perairan Indonesia.
Tim dari Departemen Pengelolaan Uang BI menyusun jadwal bersama TNI AL untuk memberikan layanan kas keliling.
Hasilnya, pelayanan kas keliling di wilayah pulaupulau tersebut meningkat signifikan. Sejak kerja sama dimulai pada 2011, telah diselenggarakan layanan kas keliling yang menjangkau 56 pulau, dan akan terus bertambah.
Dalam kegiatan ini, BI menarik uanguang lusuh dan tak layak edar yang dimiliki oleh masyarakat untuk ditukarkan dengan Rupiah yang baru dicetak. BI juga melakukan sosialisasi mengenai tata cara mengenali keaslian uang serta mengajarkan bagaimana cara memperlakukan uang secara semestinya.
Ke depan, BI berencana menjalin kerja sama dengan TNI Angkatan Udara dan
sejumlah maskapai penerbangan swasta yang memiliki rute penerbangan perintis. Kerja sama tersebut diharapkan akan terus meningkatkan efektivitas layanan kas ke liling BI. Mimpi besarnya, layanan penukaran uang dan sosialisasi akan mampu menjangkau seluruh wilayah NKRI.
STRATEgIApa sesungguhnya yang dilakukan
oleh BI untuk memastikan semuanya berjalan baik? Ada banyak hal, dimulai dari perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, hingga pemusnahan mata uang Rupiah.
Pada tahap perencanaan, BI terlebih dahulu akan menghitung berapa se sungguhnya jumlah uang yang diperlukan untuk menggerakkan perekonomian.
Rp 100
Rp 100
Sosialisasi Pengenalan Rupiah di Pulau Jemaja, Natuna, Kepulauan Riau
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
6
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
SOROT
Jumlah uang yang diedarkan harus sesuai kebutuhan. Tidak lebih, tidak pula kurang.
Hal selanjutnya yang dilakukan adalah memetakan wilayah peredaran uang. Pe metaan dilakukan secara mendetail, dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan kebiasaan masyarakat setempat. Daerah yang sulit dijangkau oleh alat transportasi akan mendapatkan stok Rupiah lebih ba nyak agar jangan sampai kehabisan uang saat pasokan Rupiah belum datang.
Diperlukan pula proyeksi kebutuhan uang berdasarkan pola musiman. Di hari raya keagamaan, liburan akhir tahun, dan menjelang tahun ajaran baru, kebutuhan uang umumnya mening kat tajam.
Dalam menjalankan tugasnya mengelola Rupiah, BI menerapkan clean money policy dengan cara menarik uang tidak layak edar untuk dimusnahkan dan diganti dengan uang baru. Kebijakan ini dijalankan dengan perhitungan yang tepat untuk memastikan uang tetap tersedia dalam jumlah yang cukup serta dalam kondisi layak edar.
Di sisi lain, BI juga terus menerus menggelar program edukasi dan sosialisasi penggunaan Rupiah dengan menyasar berbagai kelompok masyarakat. Di antara fokus program edukasi adalah terkait tata cara memperlakukan uang dengan baik dan memeriksa keaslian Rupiah. Hal ini penting mengingat semakin canggih saja teknologi dan modus yang digunakan oleh para pemalsu uang.
Secara simultan, BI juga selalu meningkatkan kualitas uang agar tak mudah
dipalsukan. Caranya, bank sentral terus menyempurnakan fitur pengaman yang terdapat pada desain, bahan, dan teknik cetak uang.
UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang mengamanatkan agar mata uang Rupiah dalam bentuk pecahan kertas memiliki sejumlah karakteristik umum. Seperti misalnya, Rupiah harus memuat lambang negara Garuda Pancasila, memuat frasa Negara Kesatuan Republik Indonesia, tanda tangan pihak pemerintah dan Bank Indonesia, serta menyebutkan tahun emisi dan tahun cetak.
Selain itu, UU juga mensyaratkan pencantuman gambar pahlawan nasional dan atau presiden yang sudah wafat se bagai gambar utama uang bagian depan. Gambar pahlawan yang tercantum dalam uang harus ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Seluruh fitur tersebut bertujuan untuk semakin menyempurnakan desain mata uang nasional. Dengan semakin ketatnya sistem keamanan yang melekat pada
uang Rupiah, diharapkan upaya pemalsuan uang dapat terus ditekan.
Ketika BI telah menjalankan fungsinya dengan baik, maka menjadi tugas masyarakat umum untuk memanfaatkan uang Rupiah dengan sebaikbaiknya. Uang bukan hanya alat untuk mempermudah transaksi. Lebih dari itu, uang merupakan lambang kedaulatan negara dalam hal mata uang.
UU mengatur dengan tegas bahwa seluruh transaksi domestik harus menggunakan mata uang Rupiah, bukan yang lain. UU juga melarang segala bentuk peng rusakan terhadap uang.
Sayangnya, di beberapa tempat, transaksi domestik menggunakan mata uang asing masih kerap terjadi. Di sejumlah pusat perbelanjaan khusus alatalat elektronik, pedagang sering menawarkan barang yang dibanderol dengan mata uang dolar AS. Demikian pula situasi yang terjadi di wilayah perbatasan. Pola perdagangan di perbatasan menyebabkan ba nyak transaksi dilakukan dalam mata uang asing.
Demikian pula, masih banyak orang memperlakukan uang dengan tidak benar. Sering kita jumpai uang kertas yang dicoretcoret, distaples, dilipatlipat, sehingga menyebabkannya cepat sekali lusuh. Padahal semestinya uang dijaga dengan baik agar lebih tahan lama. Karena, sekali lagi, uang Rupiah adalah lambang kedaulatan nega ra kita.
Jika bukan kita yang menjaga Rupiah, siapa lagi?
Penukaran uang lusuh dan rusak di atas mobil patroli polisi di Pulau Subi Natuna, Kepulauan Riau.
Sosialisasi pengenalan Rupiah di Pulau Marore, Sulut
Secara simultan, BI juga selalu mening katkan kuali-tas uang agar tak mudah dipalsukan. Caranya, bank sentral terus me nyempurnakan fitur peng aman yang terdapat pada desain, bahan, dan teknik cetak uang.
SOROT
Indonesia dan Filipina, misalnya, sedikit banyak memiliki kondisi geografis yang hampir sama. Keduanya merupakan
negara kepulauan. Tantangan yang dihadapi pun serupa, yakni bagaimana caranya menjaga kecukupan uang yang beredar di seluruh wilayah yang terdiri atas gugusan pulaupulau.
Menghadapi situasi yang mirip, otoritas bank sirkulasi di kedua negara tersebut menerapkan strategi yang tak jauh
berbeda.Bank Indonesia (BI) dan The Bangko
Sentral ng Philipina (BSP), otoritas mo neter yang berwenang mengelola sirkulasi uang beredar di Indonesia dan Filipina, menangani seluruh proses pengedaran mata uang sejak proses perencanaan hingga pemusnahan.
Hal yang sedikit berbeda ada pada tahap pencetakan uang. Sesuai dengan amanat UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata
Uang, BI bertanggung jawab mencetak uang Rupiah, namun pelaksanaannya dipercayakan kepada Perum Peruri yang merupakan sebuah perusahaan BUMN. Sedangkan, pencetakan uang peso dilakukan oleh anak perusahaan BSP, yakni Security Printing Complex.
Perbedaan lain ada pada tahap penggantian uang rusak. Di Indonesia, penggantian uang rusak dilakukan oleh BI, bank, ataupun pihak lain yang ditunjuk
oleh BI. Sementara itu, kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter Filipina membatasi penggantian uang rusak hanya oleh cash department BSP.
Adapun, negaranegara lain di kawasan Asia Tenggara maupun di belahan dunia lainnya umumnya tidak memiliki kendala berarti dalam hal geografis. Ambil contoh Singapura, negara kecil yang berbatasan langsung dengan Indonesia.
Tugas perencanaan dan penerbitan uang diamanatkan kepada Otoritas Moneter Singapura atau yang dikenal dengan Monetary Authority of Singapore (MAS). Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan distribusi uang. Pendistribusian uang kertas dilakukan langsung oleh MAS, sedangkan urusan pengedaran uang logam diserahkan kepada pihak lain, yakni The Singapore Precision Industries Pte Ltd.
Di Thailand, kebijakan pengelolaan uang yang diterapkan berbeda lagi. Perencanaan memang menjadi otoritas penuh bank sentral Thailand yakni Bank of Thailand. Namun, dalam hal penerbitan uang, pencetakan, distribusi, dan penggantian uang rusak, kewenang an dibagi kepada beberapa lembaga.
Apapun pilihan kebijakan yang diambil bukan menjadi masalah selama tujuan utama bankbank sentral terpenuhi, yakni menjaga kecukupan uang yang diedarkan sesuai dengan kebutuhan.
7
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
Pengelolaan uang di Negara kepulauan
Strategi pengelolaan uang di setiap negara bisa jadi
berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan dan kondisi
di negara tersebut.
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
8
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
Selama ini, kebijakan pengelolaan uang mencakup aktivitas perencanaan, pencetakan, penerbitan,
pengedaran, pencabutan dan penarikan, serta pemusnahan uang. Sesuai dengan UU No.7/2011 tentang Mata Uang. Selain itu, pengelolaan uang juga tidak mengesam pingkan sisi kualitas dan penggunaan uang itu sendiri, sehingga masyarakat merasa bangga dan percaya untuk menggunaan mata uangnya sendiri.
Sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat, mata uang Rupiah merupakan simbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh warga negara Indonesia.
Menurut Antti Heinonen, mantan Director Banknotes European Central Bank, ada dua sasaran strategis dari kebijakan penge lolaan uang. Yakni, menjaga kelancaran dan ketersediaan uang tunai secara efisien dan memelihara integritas mata uang. Di Indonesia, dalam kegiatan pe nge lolaan uang, Bank Indonesia punya satu misi utama yakni menjamin tersedianya uang di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar.
Untuk mencapai misi tersebut, kebijakan pengelolaan uang diarahkan kepada tiga pilar utama, yakni ketersediaan uang Rupiah berkualitas dan terpercaya, distribusi dan pengelolaan uang yang aman dan optimal, serta layanan kas yang prima.
Pilar pertama, tentang ketersediaan uang Rupiah berkualitas dan terpercaya. Dalam hal ini Bank Indonesia melakukan standardisasi desain uang dan kualitas uang layak edar berdasarkan visual uang dan penetapan parameter soil level alias tingkat kelusuhan uang.
3 PilarDemi MeraihCinta Rupiah
Cinta terhadap Rupiah tidak dapat hanya sekadar diucapkan atau menjadi slogan semata. Masyarakat harus menyadari betul bahwa mata uang kebanggaan Indonesia itu harus dihargai dan dipergunakan, serta dikelola dengan baik.
Oleh: Lambok Antonius SiahaanDirektur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang
Penukaran uang lusuh dan rusak di Pulau Jemaja Natuna, Kepulauan Riau
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
9
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
SOROT
Di samping itu, penggunaan bahan uang yang lebih tahan lama (durable) juga dilakukan untuk meningkatkan masa edar uang. Di sisi lain, BI juga terus meningkatkan keandalan fitur unsur pengaman baik pada teknik cetak maupun bahan uang. Tujuannya, mencegah beredarnya uang palsu.
Pilar kedua adalah distribusi dan pengelolaan uang secara aman dan optimal. BI berupaya mengelola persediaan uang secara optimal, meningkatkan efektivitas penyimpanan dan distribusi uang, serta menetapkan jalur distribusi yang aman dan efisien.
Upaya lain yang dilakukan adalah menggalang dukungan jaringan distribsi uang dengan melibatkan perusahaan jasa dan transportasi, baik milik pemerintah maupun swasta. Tujuannya adalah untuk memperluas jangkauan peredaran uang di seluruh wilayah Indonesia, bahkan hingga wilayah terpencil dan perbatasan.
Dalam mengedarkan uang, BI bekerja sama dengan PT KAI, Pelni, Garuda Indonesia, TNI Angkatan Laut, dan sejumlah pihak lainnya, termasuk Kepolisian. BI juga melakukan pengelolaan uang secara akurat dan akuntabel dalam proses menghitung, menyortir, mendeteksi uang, hingga
mengganti uang tidak layak edar dengan uang layak edar. Kebijakan ini dikenal dengan clean money policy.
Pilar ketiga terkait dengan layanan kas yang prima. Secara umum, layanan kas diklasifikasikan menjadi dua yakni layanan kas di dalam kantor dan layanan kas di luar kantor. Layanan kas di dalam kantor, artinya BI memberikan layanan kas melalui loket di kantorkantor BI. Kegiatan ini mencakup layanan kepada perbankan yakni penarikan dan penyetoran bank umum, serta layanan penukaran uang Rupiah kepada masyarakat.
Adapun, kegiatan layanan kas di luar
kantor adalah layanan kas yang diberikan oleh BI melalui mekanisme kerja di luar loket kantorkantor BI. Caranya bermacammacam, seperti layanan melalui kas keliling menggunakan mobil, kas titipan, dan kegiatan penukaran uang melalui kerja sama dengan pihak ketiga yang ditunjuk.
Salah satu kerja sama yang rutin dilakukan adalah layanan penukaran uang di tempattempat publik menjelang hari raya keagamaan. Kegiatan ini melibatkan beberapa pihak, termasuk pelaku industri perbankan.
BI berupaya terus melakukan penyempurnaan dalam menjalankan ketiga pilar tersebut. Saat ini, secara bertahap, BI mengembangkan proses otomatisasi, robotisasi, dan peningkatan sistem teknologi informasi dalam pengelolaan uang. Tak kalah penting, kapasitas SDM juga terus ditingkatkan.
Ketika Rupiah tersedia dalam jumlah cukup dengan kualitas baik, masyarakat diharapkan menghargai dan bangga menggunakan mata uangnya sendiri. Seluruh transaksi di Indonesia wajib menggunakan mata uang Rupiah.
Apapun transaksinya, Rupiah mata uangnya.
Bank Indonesia punya satu misi utama yakni menjamin tersedianya uang di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai tepat waktu dan dalam kondisi layak edar.
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
10
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
POTRET DAERAH
Pagi itu, Minggu 23 Maret 2014 ada yang istimewa di arena Car
Free Day di Semarang, Yogya, Solo, Purwokerto, dan Tegal. Istimewa karena ada kemeri
ahan dan kehebohan dari yang biasanya di arena tersebut.
Para kasir dibawah koordinasi Kantor Perwakilan (KPw) BI Wilayah V (Jateng dan DIY), serempak di lima kota itu membuat
terobosan sosialisasi 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang) ke masyarakat.
Fun, Fresh, Educated adalah kesan yang terlihat pada acara itu,, seperti Fun Aerobic On The Street.
Kegiatan lainnya juga digelar, di antaranya panggung musik dan kuis dengan doorprize yang menarik minat masyarakat.
Selain itu, para kasir yang menjadi
‘Duta 3D’ ikut berbaur dan mendatangi masyarakat untuk membagikan brosur dan menjelaskan secara langsung.
SEMARANg3D on The Street KPw BI Wilayah V
Semarang bertempat di area Car Free Day Simpang Lima. Sekitar 1.000 orang mengikuti hiburan musik dan senam yang diselingi edukasi tentang 3D.
Banyak masyarakat bertanya kepada para ‘Duta 3D’. Bahkan, masyarakat ikut melihat, meraba, dan menerawang uang yang menjadi media edukasi.
YogYAkARTAKegiatan di Kota Gudeg ini diseleng
garakan oleh KPw BI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada hari yang sama di Jalan Malioboro.
Sekitar 2.000 orang antusias dalam mengikuti rangkaian acara sosialisasi 3D. Beberapa warga aktif bertanya pada para
kasir tentang cara memperlakukan uang dengan baik dan cara penukaran uang rusak.
SoLoKPw BI Solo melaksanakan kegiatan
3D On the Street di Jl. Slamet Riyadi (Nggladag). Karyawan BI meng gunakan kostum yang unik untuk memeriahkan acara.
Masyarakat dihibur oleh grup musik humor Nyiur Melambai. Selain mendapat hiburan, masyarakat juga mengetahui tentang CiriCiri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) dan produk Tabung anKu.
PuRWokERToKPw BI Purwokerto menggelar acara
ini di alunalun Purwokerto. “Iyong pengen acara kuwe saben minggu lah [sebaiknya kegiatan ini dilakukan tiap minggu],” kata seorang pengunjung 3D on the street.
Acara tersebut berformat tanya jawab yang mirip dengan kelas privat yang menya sar tukang sapu, pemulung sampai pedagang.
TEgALKPw BI Tegal menggelar 3D on The
Street di Alunalun Kota Tegal. “Dilihat, Diraba, Ditera wang!” serentak masyarakat menirukan Jargon 3D yang diserukan oleh kasir dari KPw BI Tegal. Antusiasme masyarakat kota Tegal tidak kalah dengan kotakota lain.
Kegiatan menyebarluaskan informasi tentang tugas BI di bidang Pengelolaan Uang Rupiah di lokasi seperti Car Free Day menyentuh berbagai elemen masyarakat.
Melihat antusiasme yang luar biasa dan cakupan masyarakat yang dapat dijangkau, KPw BI Wilayah V akan menyelenggarakan acara ini secara berkala dan serempak.
3D On The Street Serempak di 5 kota Oleh: Sutikno
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
11
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
PERSPEKTIF
Bagi yang tidak mempermasalahkannya, barangkali menganggap jumlah nominal uang koin kembalian sebagai uang receh dan sulit
diitransaksikan kembali. Dengan alasan inilah sebagian masyarakat kurang memperlakukan uang logam/koin dengan baik. Akibatnya pada saat memperoleh koin, umumnya kita tidak terlalu peduli atau sering kali diletakkan di sembarang tempat. Perilaku ini menyebabkan uang logam tidak pernah tersirkulasi secara baik dan tidak pernah kembali ke sistem perbankan. BI pada akhirnya akan terus meningkatkan kebutuh an pencetakan uang logam.
Dalam periode 1994 2013, Bank Indonesia mengeluarkan sekitar Rp7,12 triliun uang logam, tetapi yang kembali hanya sekitar Rp1,83 triliun atau 26,7% dari yang dikeluarkan. Arus masuk/inflow uang logam ke BI itu pun hanya terjadi pada beberapa Kantor BI di Jawa Barat dan Jawa Te ngah. Pada akhir 2013, terdapat sekitar 15 milyar keping uang logam yang beredar di masyarakat. Jika dibagi dengan jumlah penduduk, dapat diasumsikan setiap penduduk menyimpan ratarata sekitar 65 keping koin.
Sebenarnya perilaku masyarakat dalam menyimpan uang logam dan tidak membelanjakannya kembali (hoarding) bukan masalah di Indonesia saja. Namun juga terjadi pada negara. Se bagai contoh Filipina, penduduknya ratarata menyimpan koin 226 keping dan penduduk Jerman ratarata menyimpan koin 345 keping.
Seperti dikemukakan di atas, penyebab utama dari perilaku hoarding itu umumnya disebabkan relatif rendahnya nilai uang logam, sehingga sulit dipakai bertransasksi akibat kurangnya tempat untuk menya lurkannya. Untuk beberapa negara, hal ini dapat dikurangi dengan banyaknya penggunaan vending machine untuk membeli barang atau tiket bus dan kereta api. Sa yangnya hal ini tidak terjadi di negara kita sehingga uang logam seolaholah hilang di peredaran dan menjadi kurang bermakna.
Meskipun seolaholah sudah tidak dibutuhkan, pada kenyataannya uang logam tetap diperlukan dalam transaksi ekonomi. BI tidak dapat serta merta mencabut dari peredaran bebe rapa pecah an uang logam dengan nilai yang sangat kecil, seperti pecahan Rp 50, meskipun menurut survey sudah tidak diperlukan lagi. Berita mengenai kelangkaan uang logam untuk kembalian di jalan tol dan pasar swalayan menjadi salah satu bukti bahwa masyarakat masih menghe ndaki kembalian dalam jumlah yang tepat. Selain itu, ketiadaan pecah an tertentu dalam struktur pecahan dapat meng akibatkan praktek rounding up oleh pedagang yang dapat menyebabkan naik nya harga barang.
Beberapa industri seperti peritel, transportasi, dan pengelola jalan tol yang menjadi penyerap utama uang logam juga
dapat menjadi penyebab kelangkaan uang logam jika industriindustri ini tidak dapat menge lola kebutuhan uang logamnya dengan baik. Untuk mengantisipasi hal ini, telah dilakukan kesepakatan dan peng aturan dengan pihak terkait dan bankbank guna memastikan keperluan mereka dapat terpenuhi secara optimal.
BI, Kementerian Perdagangan dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) telah menandatangani nota ke se pahaman dimana Aprindo berjanji untuk menyediakan tempat penukaran uang koin. Hal ini akan saling menguntungkan sebab peritel membutuhkan uang koin untuk transaksi kembalian, karena aturan lembaga konsumen melarang memberikan kembalian selain dalam bentuk uang.
Ke depan perlu dilakukan terobosan seperti dilakukan di beberapa negara, yaitu adanya mesin penukaran uang logam yang dioperasikan oleh peritel dimana hasil penukaran uang akan berupa voucher belanja yang dapat digunakan di tokotoko tersebut.
Hal lain yang diharapkan dapat mengatasi masalah tidak terlalu disukainya uang logam adalah terlaksananya program Redenominasi. Berdasarkan hasil survey terakhir, masyarakat cenderung masih menghendaki pecahan uang kertas Rp 2.000 dan Rp 5.000. Dengan berlakunya kembali pecahan sen, apabila kebijakan tersebut diterapkan, masyarakat diharapkan dapat lebih menyukai uang logam. Dengan demikian, pengeluaran uang logam deng an nilai nominal yang lebih besar dapat dilakukan.
Akhir kata, koin tetap merupakan uang yang harus kita hargai. Mari kita gunakan uang logam kita dengan bijak!
Uang Logam,Masalah Klasik Bank SentralOleh: Yudi Harymukti
Deputi Direktur,Departemen Pengelolaan Uang
ketika berbelanja di pasar swalayan, pernahkan kasirnya
menawarkan kepada kita untuk menyumbangkan uang kembalian atau diganti dengan
permen? Meskipun bagi sebagian kalangan hal itu dianggap wajar, tetapi sebagian dari kita
tidak dapat menerimanya.
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
12
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
Mencintai Rupiah juga masuk dalam tindakan bela negara. Apalagi dalam UU No. 7/2011 tentang Mata
Uang, Rupiah dinyatakan sebagai Lambang Kedaulatan Negara.
Memasukkan cinta Rupiah ke dalam kategori bela negara memang sangat logis. Sebab, kesetiaan warga Negara menggunakan Rupiah dalam setiap transaksi domestik akan berpengaruh pada kekuatan nilai tukar mata uang negeri
nya sendiri.Namun kenyataannya, sela
ma ini disinyalir tidak sedikit per usahaan yang melakukan transaksi barang dan jasa di dalam negeri menggunakan mata uang asing. Kondisi itu yang menjadi salah satu pemicu pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang non Rupiah, khususnya US$. Pantas bila Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada acara Retreat di Cipanas pada 2013, menyatakan prihatin pada korporasikorporasi yang menggunakan mata uang asing dalam transaksi bisnisnya di dalam negeri.
Sudah jelas, sesuai dengan amanah UU Mata Uang, setiap transaksi pembayaran maupun transaksi keuangan apapun yang dilakukan di wilayah Republik Indonesia wajib menggunakan Rupiah. Jadi, penggunaan mata uang Rupiah pada seluruh transaksi domestik merupakan sebuah keniscayaan, dan harus menjadi kebiasaan seharihari masyarakat yang akan diturunkan pada anakcucu.
Penggunaan Rupiah pada seluruh transaksi domestik, tidak boleh lagi hanya sekedar simbolis atau seremonial
Mencintai Rupiah Sepenuh HatiOleh: Eko Yulianto
Direktur DepartemenPengelolaan Uang
Adakah tindakan bela negara yang bisa dilakukan tanpa harus mengangkat senjata? Tentu saja banyak. Para atlet yang berjuang memenangkan pertandingan internasional, penjaga menara suar yang bertugas di pulau terdepan, guru-guru yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil, mencintai produk dalam negeri, dan memelihara seni tradisional adalah beberapa contoh dari tindakan itu.
PERSPEKTIF
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
13
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
PERSPEKTIF
dalam laporan pemerintah dan berita negara, tapi harus menjadi sebuah praktik lazim keseharian pada kegiatan ekonomi Indonesia, baik oleh pemerintah, BUMN, korporasi, dan seluruh elemen masyarakat.
Bagi Bank Indonesia mencintai Rupiah tidak boleh dilakukan dengan setengah hati, karena mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah merupakan tujuan lembaga sesuai amanah undangundang.
Upaya edukasi dan koordinasi dengan aparat penegak hukum dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa amanah UndangUndang Mata Uang dapat dilaksanakan dengan baik.
TRANSAkSI DI PERBATASANTerkait dengan transaksi di wilayah perbatasan, BI juga
memberikan perhatian khusus melalui layanan kas keliling dan edukasi di wilayah terpencil dan perbatasan dengan TNIAL dan POLAIR, serta penyusunan nota kesepahaman dengan bank sentral negara te tangga, se perti Papua New Guinea.
Upaya penguatan mata uang Rupiah di seluruh wilayah NKRI akan terus dilakukan bersinergi dengan berbagai pihak, baik pemerintah pusat dan daerah, aparat penegak hukum (Polri dan Kejaksaan), BUMN, korporasi dan seluruh elemen masyarakat.
Bank Indonesia terus berupaya untuk mendorong penggunaan Rupiah di seluruh wilayah NKRI melalui beberapa program kerja secara berkesinambungan, antara lain memastikan dan mendorong penyediaan uang Rupiah di seluruh wilayah NKRI.
Program kerja tersebut melalui beberapa kegiatan, yakni mendorong keterlibatan bank dalam penyediaan layanan kas dan clean money policy di daerah yang jauh dari Bank Indonesia melalui Kas Titipan dan Kas Keliling, serta mendorong peningkatan layanan itu, khususnya di wilayah terpencil dan terdepan.
Program edukasi dan sosialisasi penggunaan uang Rupiah itu melalui kegiatan sosialisasi keaslian Rupiah dan penggunaan Rupiah secara berkala dan sistematis kepada perbankan, aparat hukum, perusahaan Cash in Transit, bendaharawan pemerintah dan korporasi, kasir/teller perbankan dan retailer, pengemudi taksi, Asosiasi Pengusaha Hiburan, lembaga pendidikan dan masyarakat umum lainnya.
Ada juga kegiatan memasukan mata uang Rupiah dalam kurikulum pendidikan sekolah dan buku pelajaran bekerja sama dengan Kemendikbud, serta penguatan law enforce-ment melalui koordinasi dan semiloka berkala dengan aparat hukum, dan program iklan layanan masyarakat.
Semua program yang dilakukan itu bermuara pada satu tujuan. Bank Indonesia bersama dengan seluruh insan di bumi pertiwi akan memastikan Rupiah menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan menjadi mata uang yang paling dicintai oleh seluruh anak negeri.
Cara Merawat Rupiah
Sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang Rupiah
“Bank Indonesia terus berupaya mendorong penggunaan Rupiah di seluruh wilayah NKRI melalui beberapa program kerja secara berkesinambung an, antara lain memastikan dan mendorong penyedia an uang Rupiah di seluruh wilayah NKRI.”
PERSPEKTIF
Fiturfitur pengaman itu dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, fitur keamanan yang mudah dikenali dengan panca
indera, fitur keamanan yang dapat dikenali dengan alatalat sederhana seperti lampu ultra violet dan fitur keamanan yang hanya dapat dikenali dengan peralatan canggih di bank sentral.
Pengenalan dengan panca indra merupakan cara mudah dan handal untuk mengetahui keaslian uang Rupiah. Cara ini dipakai secara luas diseluruh dunia sebagai bentuk perlindungan kepada masyarakat dalam menggunakan uang tunai.
Jargon 3D, yakni Dilihat, Diraba, Diterawang, merupakan jargon yang dipopulerkan Bank Indonesia (BI) agar masyarakat mudah mengenali ciri Rupiah asli dan terhindar dari kejahatan pemalsuan uang.
Apabila masyarakat sudah hapal dengan jargon 3D, tapi survei Bank Indonesia (BI) memberikan gambaran
bahwa belum seluruh masyarakat paham dengan “apanya” yang Dilihat, Diraba, Diterawang.
Berikut cara mudah untuk mema hami ciri Rupiah yang Dilihat. Lihat apakah warna uang terang dan jelas, lihat apakah terdapat benang pengaman dengan tulisan micro nominal uang. Fitur andalan Dilihat pada uang Rupiah adalah lambang BI di sebelah kanan bawah muka uang, yang dicetak dengan tinta yang dapat berubah warna, Optical Variable Ink (OVI), yang akan berubah warna jika dilihat dengan sedikit
“menggoyangkan” Rupiah. Uang Rupiah asli akan terasa kasar
apabila Diraba pada permukaan uang, yakni pada angka terbilang Rupiah, gambar pahlawan dan pada lambang burung Garuda. Teknik cetak khusus yang disebut teknik cetak intaglio memberikan efek rabaan kasar pada permukaan uang Rupiah.
Untuk fitur keamanan Rupiah yang dapat Diterawang, masyarakat dapat mengarahkan uang Rupiah asli ke sumber cahaya, sehingga akan tampak gambar tanda air berupa raut wajah pahlawan
Oleh: Sithowati SandrariniAsisten Direktur Departemen Pengelolaan Uang
Tahukah Anda bahwa Rupiah adalah
salah satu alat pembayaran sangat aman
di dunia? Dalam satu lembar uang Rupiah,
ditanamkan berbagai fitur keamanan
yang membuat uang Rupiah sukar
dipalsukan. Rupiah juga
menggunakan bahan baku
dan teknik cetak khusus.
>>>
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
14
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
RupiahItu Keren
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
15
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
PERSPEKTIF
nasional. Gambar yang asli baru tampak jika uang Rupiah diterawang, karena gambar ini terukir (bukan dicetak) di dalam bahan uang.
Tentu seluruh tanda keaslian uang Rupiah itu dengan mudah dikenali pada uang yang layak edar. Apabila uang Rupiah menjadi lusuh, maka keaslian uang Rupiah sulit dikenali. Untuk menjadikan uang Rupiah senantiasa layak edar, maka masyarakat perlu lebih memperhatikan caracara menggunakan Rupiah dengan baik.
Uang Rupiah yang kita gunakan, harus selalu dijaga kebersihan dan kerapiannya, disimpan dengan baik di dalam dompet, tidak boleh di coretcoret, diremasremas,
di staples, atau ditempatkan di tempat yang lembab dan basah.
CERMIN PRIBADIMerawat Rupiah dengan baik me
rupakan cerminan pribadi kita. Menjaga Rupiah yang layak edar agar mudah dikenali keasliannya, juga membawa manfaat penghematan biaya pencetakan Rupiah untuk negara. Semakin sedikit uang lusuh yang ditarik, maka semakin sedikit biaya untuk mencetak uang baru untuk menggantikannya.
Bagaimana dengan uang Rupiah palsu yang ditemukan? Laporkan pada aparat kepolisian atau diserahkan kepada bank atau BI terdekat. Berdasarkan Undang
Undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, BI merupakan satusatunya lembaga yang berhak menentukan keaslian uang Rupiah.
Apakah uang palsu yang dilaporkan akan diganti? Masih menurut UU Mata Uang, uang palsu tidak diberikan penggantian. Uang palsu bukanlah uang. Lalu apa untungnya lapor? Selain untuk mencegah uang palsu itu beredar kembali ke masyarakat, tindakan tersebut merupakan tindakan bela negara. Ya, dalam UU Mata Uang, Rupiah dinyatakan sebagai Lambang Kedaulatan Negara.
Bila uang Rupiah disimpan dengan baik, berjajar rapih di dompet, alangkah kerennya!
Unsur Pengaman yang Dihasilkan melalui Teknik CetakCetak Intaglio
Cetakan yang terasa kasar apabila diraba.gambar Saling Isi (Rectoverso)
Pencetakan suatu ragam bentuk yang menghasilkan cetakan pada bagian muka dan belakang
beradu tepat dan saling mengisi jika diterawangkan ke arah cahaya.
Tinta Berubah Warna (optical Variable Ink)Hasil cetak mengkilap (glittering) yang berubah
ubah warnanya bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
Tulisan Mikro (Micro Text)Tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat
dibaca dengan menggunakan kaca pembesar.Tinta Tidak Tampak (Invisible Ink)
Hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendar di bawah sinar ultraviolet.
gambar Tersembunyi (Latent Image)Teknik cetak dimana terdapat tulisan tersembunyi
yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu.
Unsur Pengaman yang Tertanam pada Bahan UangTanda Air (Watermark) dan Electrotype—Pada kertas uang terdapat tanda air berupa gambar yang akan terlihat apabila diterawangkan ke arah cahaya.
Benang Pengaman (Security Thread)— Ditanam di tengah ke tebalan kertas atau terlihat se perti dianyam sehingga tampak sebagai garis melintang dari atas ke bawah, dapat dibuat tidak memendar maupun memendar di bawah sinar ultraviolet dengan satu warna atau beberapa warna.
Sumber: Buku Panduan Ciri-Ciri Keaslian dan Standar Kualitas Uang Rupiah-Bank Indonesia
Unsur Pengaman Uang Rupiah
LIPUTAN
Ternyata mobil yang berjejer di samping kapal milik Ang katan Laut Indonesia itu adalah mobil Bank Indonesia (BI) yang membawa uang Rupiah
layak edar untuk ditukarkan dengan uang lusuh dan rusak milik masyarakat di berbagai pulau terdepan yang berada di wilayah Sulawesi bagian Utara.
Pulau Marore menjadi satu tujuan dari kegiatan BI bersama TNI Ang katan Laut dalam rangka layanan kas keliling dan sosialisasi Ke aslian Uang Rupiah di wilayah terdepan Sulawesi Utara yang berbatasan dengan Filipina.
Pulaupulau lainnya yang dikunjungi adalah Pulau Miangas, Pulau Karakelong, dan Pulau Lirung.
Menurut informasi anak buah kapal (ABK) KRI Sultan Nuku, waktu tempuh dari Bitung ke Pulau Marore sekitar 17 jam atau dari Manado lebih kurang 206 mil laut, sehingga kami sebagai petugas dari BI harus menghadapi hantaman ombak yang menggoyang kapal, dan meng alami mabuk laut, “Kapal berangkat sekitar pukul 15.00 WITA dan sampai di Pulau Marore pukul 08.00 WITA keesok an harinya. Untuk menuju dermaga pulau, harus naik sekoci, karena kapal tidak dapat merapat,” jelas ABK itu.
Sekoci yang kami pakai untuk menuju dermaga Pulau Marore hanya berjumlah satu unit, sehingga harus bolakbalik mengangkut petugas yang akan melakukan layanan kas dan sosialisasi.
Pada saat jarum jam menunjukkan tepat pukul 10 pagi, penduduk setempat sudah duduk rapi di kursikursi plastik, sosialisasi tentang Keaslian Uang Rupiah pun dimulai. Sesaat kemudian petugas BI mengeluarkan beberapa lembar uang Rupiah sebagai contoh cara mendeteksi keaslian Rupiah
Seperti biasanya, petugas BI seusai sosialisasi akan mempersiapkan lembaranlembaran uang baru untuk ditukarkan dengan uang lusuh, robek, atau rusak milik masyarakat, baik itu uang kertas pecah an Rp 2.000, Rp 5.000 hingga Rp 50.000, maupun uang logam.
Rasa mual, muntah dan lelah dalam perjalanan menuju Pulau Marore terbayar sudah, karena melihat wajah penduduk pulau itu yang berseriseri seusai menukarkan uang lusuh dan rusak de ngan uang baru.
Yang lebih menggembirakan para petugas BI selama melakukan sosialisasi dan penukaran uang adalah tidak hanya melihat keceriaan raut wajah penduduk setempat, tapi juga dapat menyampaikan bantuan kepada masyarakat, se perti bantuan bukubuku, alat olah raga, genset, pompa air hingga perangkat Sollar Cell untuk sekolah
Senyum Merekah Penduduk Pulau Terdepan dan Terpencil
Matahari sudah condong ke barat, ketika beberapa mobil mendekat ke Kapal Republik
Indonesia (KRI) Sultan Nuku di Pelabuhan Angkatan Laut Bitung, Manado, belum
lama ini. Dengan gerakan cepat, sejumlah petugas berseragam TNI Angkatan Laut
membuka bagasi mobil dan memasukkan tromol-tromol (kotak uang) berwarna perak
ke dalam kapal tersebut.
16
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
Prajurit TNI AL menyusun tromol sebelum merapat ke Pulau Marore
Prajurit TNI AL dan petugas BI menggunakan sekoci menuju Pulau Marore
Petugas BI melayani penukaran uang
Oleh: T. FaisalAsisten DirekturDepartemenPengelolaan Uang
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
Apa Itu Uang Layak Edar?Monetaria
LIPUTAN
sekolah dan kantor kecamatan di beberapa pulau.
PuLAu kISARDi tempat berbeda, para petugas BI juga
merasakan hal yang sama setelah melihat senyum merekah kaum ibu yang menukarkan uang lusuh milik mereka di Pulau Kisar, salah satu pulau terdepan yang terletak di Selat Wetar dan berbatasan dengan negara Timor Leste.
Pulau Kisar merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. KRI Untung Suropati milik TNI AL berhasil membawa petugas BI melaksanakan kewajibannya menyosialisasikan Keaslian Uang Rupiah.
Di pulau yang berada di sebelah Timur Laut dari Pulau Timor Leste ini, tidak hanya masyarakat yang menukarkan uang lusuh dan rusak, tapi juga perbankan setempat yang beroperasi di sana.
Total penukaran uang di pulau tersebut mencapai Rp1.250.875.000. Bank Maluku dan BRI tercatat menukarkan uang sebesar
Rp 950.000.000, dan sebanyak 247 penduduk menukarkan uang Rp300.875.000.
Dari informasi beberapa penduduk di pulaupulau terdepan di Indonesia itu, ternyata masih banyak yang enggan menukarkan uang lusuh karena jarak ke perbankan sangat jauh.
Sebagai gambaran, kantor perwakilan perbankan yang paling dekat dengan Pulau Marore harus ditempuh selama sehari semalam perjalanan dengan kapal boat dan ongkos yang harus keluar sebesar Rp400.000.
Kesulitan masyarakat yang tinggal di pulau terdepan maupun pulau terpencil untuk menukar uang lusuh, rusak, bahkan sobek menjadi perhatian BI. Sejak 2001 hingga sekarang, bank sentral sudah mengujungi sekitar 56 pulau terdepan dan terpencil dalam rangka so sialisasi Keaslian Uang Rupiah dan penukaran uang.
SYARAT PENukARAN uANgDalam setiap penukaran uang, petugas BI
selalu berpedoman pada ketentuan, di mana
yang dimaksud de ngan uang tidak layak edar meliputi uang lusuh, uang cacat, uang rusak, dan uang yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran. Untuk uang lusuh atau cacat, BI memberikan penggantian sebesar nilai nominal kepada masyarakat yang menukarkan uang itu, sepanjang dapat dikenali keasliannya.
Mengenai uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran, BI memberikan penggantian sebesar nilai nominal kepada masyarakat yang menukarkan uang tersebut sepanjang dapat dikenali keasliannya dan masih dalam jangka waktu 10 tahun sejak tanggal pencabutan.
Bagi uang yang rusak, BI dan/atau pihak lain yang disetujui oleh BI memberikan penggantian kepada masyarakat yang menukarkan uang tersebut de ngan dua aturan, yakni jika uang rusak dapat dikenali ciriciri keasliannya dan memenuhi kriteria penggantian uang rusak, bank wajib menukar uang itu dengan uang layak edar.
Selain itu, jika ciriciri keasliannya sulit diketahui, penukar wajib mengisi formulir permintaan penelitian uang rusak dan dapat dikirimkan ke BI, sedangkan hasil penelitian dan besarnya penggantian uang Rupiah itu asli akan diberitahukan pada kesempatan pertama.
Meskipun ada program penukaran Rupiah, masyarakat diharapkan dapat merawat uang Rupiah dengan sebaikbaiknya, dengan tidak mencoratcoret, dan selalu menyimpannya di dompet. Ayo sejak sekarang perlakukan Rupiah dengan baik, supaya uang yang kita miliki tidak cepat lusuh.
Senyum Merekah Penduduk Pulau Terdepan dan Terpencil
17
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
Penjagaan dari TNI Angkatan Laut
Bank Indonesia senantiasa mengupayakan agar uang Rupiah yang beredar di ma
syarakat selalu dalam kondisi layak edar dan aman dari pemalsuan, serta tersedia dalam jumlah nominal yang cukup.
Lalu, apa definisi uang tidak layak edar? Secara sederhana, uang tidak layak edar berarti uang yang berada dalam kondisi lusuh, cacat, rusak, dan uang yang dicabut dari peredaran.
Jika menemukan uang tidak layak edar, maka masyarakat dapat menukarkannya kepada Bank Indonesia (BI) melalui layanan kas keliling yang sering digelar di tempat publik, seperti terminal, taman, atau pasar. Masyarakat juga dapat menukarkan uang ke sejumlah bank atau pihak lain yang disetujui oleh BI.
Uang lusuh dan uang cacat dapat ditukar dengan uang baru dengan nominal yang sama, dengan syarat uang itu dapat dibuktikan keasliannya.
Adapun, uang yang sudah dicabut dari peredaran dapat ditukarkan sepanjang dapat dikenali keasliannya dan masih dalam jangka waktu 10 tahun sejak tanggal pencabutan.
Sementara itu, uang rusak baru dapat diganti jika dapat dibuktikan keasliannya dan memenuhi sejumlah kriteria penggantian uang rusak. Kriteria itu adalah ukuran fisik uang masih mencapai 2/3 dari ukuran asli dan ciri keaslian masih dapat dikenali. Jika pun terbelah menjadi dua, kedua lembaran uang rusak itu memiliki nomor seri yang sama.
Masa layak edar uang sangat bergantung pada perlakuan masyarakat terhadap uang. Ketika lembarlembar uang distaples, dicoretcoret, atau disimpan secara sembarangan, maka masa layak edar uang akan menjadi jauh lebih pendek.
Ketika menerima uanguang lusuh, rusak, atau cacat, BI akan melakukan penyortiran ulang berdasarkan kondisi uang tersebut. BI juga akan menyortir uang menurut pecahan, tahun emisi, dan mendeteksi keasliannya.
Setelah itu, BI akan memusnahkan uang tersebut. Uang kertas akan dihancurkan hingga tidak lagi menyerupai uang, sedangkan uang logam akan dilebur hingga tidak menyerupai uang logam.
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
18
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
Bank Indonesia (BI) secara resmi mengimplementasikan Bank In
donesia Sistem Informasi Layanan Kas (BISILK) yang berlaku secara nasional pada Senin, 21 April 2014.
Implementasi itu ditandai dengan Grand Launching BISILK oleh Deputi Gubernur BI, Ronald Waas beserta pimpinan departemen terkait dan dihadiri oleh 12 direksi bank sebagai Koordinator Focus Group, serta pejabat dari seluruh perbankan di wilayah Jabodetabek.
Dengan implementasi BISILK, BI me nyediakan infrastruktur kegiatan pe nyetoran uang dan penarikan uang oleh bank ke BI, dimulai sejak proses
penyampaian posisi likuiditas perbankan, tran saksi uang kartal antarbank (TUKAB), penyampaian rencana penyetoran atau penarikan hingga penyampaian laporan.
Banyak manfaat yang dapat diambil oleh industri perbankan maupun BI setelah implementasi BISILK, se perti efisiensi biaya dan SDM, kecepat an transaksi dan informasi yang bersifat real time, dan kesamaan hak akses, serta informasi.
Selain itu, peningkatan keamanan IT dan akurasi data, serta bagi BI akan lebih memudahkan proses monitor-
ing dan problem solving, karena pengolahan data yang dilakukan secara real time oleh komputer.
Mengingat fungsi klasik bank sentral sebagai bank sirkulasi, maka BI senantiasa melakukan pengembangan dan inovasi dalam rangka meningkatkan efisiensi, serta efektivitas kegiatan layanan kas pada perbankan dan masyarakat, serta menjaga kelancaran sistem pembayaran tunai.
Dengan BISILk,Sistem Pembayaran
Lebih Efisien
Peran Tradisional Yang Mulia
Oleh: Peter JacobsDirektur Departemen Komunikasi
DINAMIKA
Beberapa tahun lalu, di salah satu daerah saya menyaksikan mobil
penukaran uang dipenuhi antrian orang yang ingin menukarkan uang lusuhnya dengan uang baru dan menukar dengan pe cah an kecil. Walaupun antri, tapi mereka senang karena akan memegang uang baru.
Lain lagi di Kota Wamena, Papua, saya melihat se seorang mena
bung di bank dengan uang yang diambil dari dalam
koteka-nya. Mungkin kita merasa jijik, tapi me narik sekali melihat kasir bank yang tetap sigap melayani si nasabah dan mencatat transaksi nya. Uang itu keba nyakan sudah lusuh, lalu dihimpun di bank yang nanti dise
torkan ke Bank Indonesia (BI) untuk dihancurkan.
Fungsi pengedaran dan penukaran uang menjadi peran tradisional bank sentral, karena BI di amanatkan untuk menyediakan uang yang layak edar dalam jumlah cukup di seluruh NKRI. Sepintas tugas ini terasa mudah, karena BI tinggal mencetak uang lalu edarkan ke masyarakat. Namun, kalau mengingat Indonesia terdiri lebih dari 17.000 pulau yang letak geografisnya tidak semua mudah dijangkau, tentu logika kita akan berkata lain.
Menyaksikan temanteman yang berjuang membawa uang ke daerah yang jauh, waktu tempuh yang lama, melelahkan, kadang menghadapi bahaya, membuat saya termenung, betapa mulianya tugas ini. Tugas ini
jauh berbeda dari pemandang an lain tentang pegawai BI yang berkarya di depan meja untuk menganalisa ber bagai indikator makro ekonomi. Peran mereka tak kalah penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di negara ini.
Tugas mengedarkan uang inipun dimaksudkan untuk mendukung tugas mulia lainnya, yaitu untuk menegakkan kedaulatan bangsa melalui penggunaan uang Rupiah sebagai alat pembayaran resmi di seluruh NKRI. Bayangkan, betapa sedih kita melihat orang bertransaksi dengan mata uang asing di Tanah Air. Seolah uang asing lebih dipercaya daripada uang sendiri. Kita tidak rela. Mari kita gunakan Rupiah, karena Rupiah adalah lambang kedaulatan.
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
19
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
DINAMIKA
Bank Indonesia (BI) berhasil mengarsipkan dokumen pengawasan bank milik sembilan satuan kerja kantor pusat dan
41 kantor perwakilan dalam negeri periode 1 Januari 2009 hingga 31 Oktober 2013 yang mencapai 84.905 berkas.
Pengarsipan itu dialihmediakan dari dokumen fisik ke bentuk digital dan diserahkan dari BI ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 31 Desember 2013.
Sebanyak 2.333 berkas yang merupakan dokumen periode 1 November sampai dengan 31 Desember 2013 selesai discan dan diserahkan kepada OJK selambatlambatnya 31 Maret 2014.
Serah terima dokumen itu merupakan tindak lanjut dari
pengawasan perbankan Indonesia yang resmi beralih dari BI ke OJK sejak 31 Desember 2013.
Pengarsipan yang dilakukan oleh BI menuai pujian dari Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Mustari Irawan. Penghargaan yang diterima ini merupakan penghargaan pertama yang diberikan oleh ANRI kepada lembaga negara terkait dengan proses alih media.
“Ini prestasi besar di bidang kearsipan. Kami mengapresiasi langkah BI dalam melakukan pengarsipan berdasarkan prosedur dan otonomi yang ada,” kata Mustari.
Penghargaan diserahkan oleh Mustari Irawan kepada Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo, di Gedung Kebon Sirih Bank Indonesia, 17 Maret 2014.
Gubernur BI mengatakan penghargaan itu merupakan sebuah pencapaian yang berarti di tengah tantangan ekonomi nasional. “Kerja keras pegawai dalam mendukung proses peralihan yang lancar ke OJK ternyata tidak siasia.”
Menurut Agus, arsip adalah elemen penting untuk mendukung kelancaran tugas dan fungsi sebuah institusi.
BI Raih Penghargaan Digitalisasi Dokumen
Sistem Pembayaran Disempurnakan Demi Lindungi konsumen
Bank Indonesia (BI) menerbitkan peraturan No.16/1/PBI/2014 tertanggal
21 Januari 2014 tentang Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Sistem Pembayaran untuk melengkapi ketentuan perlindungan konsumen yang ada sebelumnya.
Sebagai tindak lanjut dari ketentuan itu, BI menggelar talkshow bertopik “Yuk, Kenali Sistem Pembayaran” pada 12 April 2014 di Makassar, sekaligus memperingati Hari Konsumen Nasional.
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Rosmaya Hadi, dalam memberikan perlindungan pada konsumen, bank sentral menitikberatkan pada tiga pilar, yakni edukasi, konsultasi, dan fasilitasi jika terjadi masalah antara penyelenggara dan konsumen.
“Semua konsumen yang menggunakan APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu), baik kartu kredit, kartu ATM/debet, dan uang elektronik, kita lindungi,
juga terkait transfer dana dan ketersediaan cash,” ujarnya.
Untuk lebih memberi perlindungan kepada kon sumen, BI menyempurnakan aturan terkait, seperti dalam peraturan tentang APMK, mewajibkan batas umur pemegang kartu kredit berusia minimal 21 tahun atau 18 tahun jika sudah menikah.
Untuk batas gaji nasabah minimal Rp3 juta dengan plafon pinjaman tiga kali gaji, bahkan batas ambang maksimal bunga kartu kredit yang semula merupakan kebijakan penerbit kartu, kini diatur menjadi maksimal 2,5%.
“Selain itu, ada pengaturan etika penagihan kartu kredit. Debt collector kalau menagih harus dengan katakata sopan,” tegasnya.
Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah
I Sulampua, Suhaedi menyambut baik wilayah Sulampua menjadi kota perdana diselenggarakannya sosialisasi tersebut
Pasalnya, wilayah Sulampua terdiri dari banyak pulau, sehingga penggunaan uang kartal menjadi permasalahan tersendiri. “Kalau dialihkan secara bertahap agar terbiasa menggunakan e-money dan kartu, akan mendorong kegiatan ekonomi tumbuh lebih tinggi lagi,” ungkap Suhaedi.
BI PEDULI
Pulau di tengah Danau Sentani itu akan habis dikelilingi hanya dalam 30 menit jalan kaki. Dihuni 40 kepala keluarga yang terbagi dalam tiga rukun warga, kebanyakan dari mereka menempati rumahrumah panggung atau
bahkan terapung karena lahan yang terbatas. Pertanian tak bisa diandalkan. Di Pulau Kensio, yang masuk wilayah Distrik Sentani, Jayapura, Papua, ini penduduknya lebih banyak mengandalkan tangkapan ikan air tawar di danau yang mengitari mereka. Hasilnya tak menentu.
Sejak lama para penghuni pulau yang hanya bisa dijangkau dengan perahu kayu ini mengharapkan uluran tangan pemerintah untuk memperbaiki penghidupan mereka. “Di kampungkampung lain mulai bergeser kesejahteraanya, tapi kami baru mulai. Kadangkadang kami rasakan pe merintah menjadikan kami anak tiri,” Laurents Sokoy (34), salah satu warga, mengeluh
kan ketertinggalan mereka.Itu sebabnya, begitu bantuan
dari Program Sosial Bank Indonesia datang, mereka senang bukan kepalang. “Bantuan ini seperti turun dari surga” ujar Laurents. Ketua
Kelompok Budidaya Ikan Keramba Mujair Desa Kensio mensyukuri pilihan BI untuk menjadikan wilayah
mereka sebagai “desa binaan”.Sejak Agustus 2012, BI Papua
me nyalurkan dana Rp 350 juta melalui berbagai kegiatan. Mulai dari
perbaikan satusatunya sekolah di Kensio, Sekolah Dasar Negeri Inpres
Di tengah keterbatasan lahan, warga pulau kecil di tengah Danau Sentani sukses berbudidaya mujair. Kuncinya bermula dari tumbuhnya rasa percaya diri warga.
20
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
Pulau Kensio Yang Mulai Bersinar
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
21
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
BI PEDULI
Kensio, biaya perawatan ge reja, hingga pengadaan air bersih dan penanaman pohon trembesi. Bantuan juga diarahkan untuk mengembangkan kegiatan produktif, yakni pelatihan budidaya ikan mujair dan manajemen keuangan keluarga, sekaligus disertai pemberian sarana produksinya. Bank Indonesia berusaha menunjang mata pencaharian warga, dengan harapan ke depannya menjadi kontinuitas, mandiri, dan bisa bergulir kembali.
Pelatihan manajemen keuangan keluarga juga penting untuk membantu membuka wawasan warga dalam mengelola keuangannya secara hemat dan terkontrol. Setelah pelatihan, Laurents mengajak Bank Papua untuk bekerja sama. “Kami langsung buka rekening di Bank Papua. Sekarang semua kepala keluarga punya rekening,” ia bercerita dengan antusias.
Sarana produksi diberikan dalam bentuk 4 ribu bibit ikan per keluarga, pakan, dan 60 jaring apung kepada 30 kepala keluarga. Jaringjaring itu diletakan di bawah rumah terapung mereka. “Pro sesnya mudah. Setelah 34 bulan bisa dipanen,” ujar Laurents. “Puji Tuhan, panen pertama kami dapat 16 ton. Dikalikan Rp40 ribu per kilogramnya, hasilnya Rp 640 juta.”
Hasil panen mereka juga cepat terserap pasar, yang antara lain tersalur ke hotelhotel dan warungwarung makan. Keuntungan panen perdana itu mereka manfaatkan untuk modal budidaya berikutnya.
Jika di awal program setiap keluarga mengelola empat jaring, kini mereka ratarata sudah punya lima. Mereka gembira karena dari panen pertama saja mereka sudah memperoleh hasil melampaui total dana bantuan yang mereka terima.
Karena kesuksesan ini, Laurents sebagai ketua kelompok lalu memberikan slogan baru terhadap tanah kelahirannya, yaitu “Kensio Bersinar”. Tulisan ini terpampang di dermaga pulau sebagai pintu masuk dan menjadi simbol harapan dan kebangkitan desa. Mereka mulai menemukan lagi semangat dan gairah baru.
Laurents menuturkan, kunci sukses programnya pertamatama adalah keberhasilan menanamkan kepercayaan dan menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat Kensio. Mereka tak boleh berhenti berupaya dan terbuka pada semua peluang kerja sama, termasuk dengan pemerintah setempat.
Rasa percaya diri itu pula yang membantu mereka bertahan mana kala benca
na dan hambatan menghadang. Misalnya ketika curah hujan yang kelewat tinggi pada April 2013, yang berakibat pada meluapnya air danau. Banyak keramba warga rusak. Jembatan dermaga selamat datang, sekolah, gereja dan rumahrumah masyarakat terendam. “Sekalipun ada musibah, kami bertahan.” Laurents dan temantemannya masih merasa beruntung dan bersyukur karena banjir datang setelah panen mujair di siklus kedua tahun ini usai.
Kabar keberhasilan dari Kensio cepat menyebar dari mulut ke mulut di seputar Danau Sentani. Salah satu buktinya, menurut Laurents, setiap ada bibit ikan yang akan dibawa perahu dari Dinas Perikanan Papua, orangorang di berbagai desa sudah pasti mengira bibit itu milik orangorang Kensio.
Satu hal yang pasti, peningkatan kesejahteraan yang didambakan mulai bisa dirasakan pula. Desa di tengah pulau yang tadinya kerap terlupakan kini menjadi teladan bagi desadesa di sekitar Danau Sentani. Walau begitu, Laurents tak mau cepat menepuk dada. “Kami masih anggap nol dan masih banyak yang harus diusahakan,” katanya merendah.
Ia juga punya harapan lain, semangat dan keberhasilan yang sudah dimulai di Kensio bisa menyebar dan menular ke desadesa lain. Seperti slogan yang ia pampang di dermaga, ia ingin Kensio seperti lilin yang bersinar dan membawa terang bagi warga Sentani di sekitar mereka.
Di tengah keterbatasan lahan, warga pulau kecil di tengah Danau Sentani sukses berbudidaya mujair. Kuncinya bermula dari tumbuhnya rasa percaya diri warga.
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
KORIDOR
22
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
Menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tidak hanya dilakukan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) dengan menggelar patroli ke seluruh wilayah perairan nusantara, tapi juga dengan membantu Bank Indonesia (BI) memasok uang Rupiah yang layak edar ke pulau-pulau terpencil dan terdepan.
Dengan menggunakan kapal perang milik TNI AL, warga yang tinggal di pulaupulau yang lokasinya
sulit dijangkau itu, dapat menukarkan uang Rupiah yang lusuh dan rusak dengan uang baru. Mereka juga bisa mengetahui ciriciri uang yang asli melalui kegiatan sosialisasi keaslian uang Rupiah oleh petugas BI.
Asops Kasal Laksamana Muda TNI Arief Rudianto menyatakan kerja sama TNI AL dan BI sudah berjalan dua tahun. Terhitung sejak ditandatanganinya perjan jian kerja sama, tercatat ada tiga kegiatan penukaran uang dan sosialisasi keaslian uang Rupiah ke pulau terluar dan terdepan, yang berlangsung dengan lancar dan aman.
“Melihat antusias dan tanggapan positif dari masyarakat di pulaupulau terdepan dan terluar, menunjukkan kegiatan ini sangat diharapkan oleh mereka,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Gerai Info.
Dia menilai kerja sama ini penting untuk tetap dilaksanakan dan merupakan
suatu bentuk perhatian TNI AL dan BI kepada masyarakat yang selama ini terkesan terpinggirkan dan kurang mendapatkan perhatian. Melalui kegiatan ini, mereka mendapatkan hak dan perlakuan yang sama sebagaimana warga negara di daerah lainnya.
Selama mengawal kegiatan BI, lanjut Arief, tidak ada kendala yang berarti. Indikatornya, tiga kali pelaksanaan kegiatan berjalan lancar dan aman.
Aktivitas pengawalan oleh TNI AL terhadap wilayah NKRI, kata dia, sesuai dengan peran dan tugasnya sebagai alat negara di bidang pertahanan matra laut. “TNI AL terus berupaya menghadirkan kekuatannya di seluruh wilayah NKRI, termasuk di perairan pulau terdepan dan terpencil dengan menggelar berbagai ope rasi”.
Prioritas wilayah rawanAkan tetapi, Arief menuturkan dengan
keterbatasan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) yang dimiliki, kehadiran unsurunsur TNI AL yang dihadapkan pada luasnya wilayah perairan, belum mampu menjangkau secara utuh seluruh wilayah secara terus menerus, sehingga kehadiran unsurunsur diprioritaskan di wilayah rawan.
“Kendala lain yang dihadapi secara specifik adalah keterbatasan dukungan bahan bakar bagi unsurunsur KRI dalam melaksanakan operasi. Dampaknya gelar operasi kurang optimal,” tuturnya.
Mengenai jenis KRI yang digunakan, kata dia, disesuaikan dengan jenis ope rasi yang digelar dan kondisi lingkungan wilayah operasi. Hampir seluruh KRI TNI Angkatan Laut pernah dilibatkan dalam pengamanan pulaupulau terdepan dan terpencil.
Menurut Arief, program BI sangat strategis dalam menjaga kedaulatan NKRI, karena masyarakat di pulaupulau terdepan dan terpencil dapat merasakan perhatian dari negara.
“Namun, pelaksanaan kegiatan ini sa ngat tergantung kepada keberadaan unsurunsur gelar operasi, sehingga perlu adanya sinkronisasi antara jadwal operasi TNI AL dan jadwal sosialisasi dari BI,” ungkapnya.
Kegiatan ini juga memperlihatkan sinergisitas yang memperhatikan keseimbangan pendekatan antara keamanan (se-curity) yang dilakukan TNI Angkatan Laut dan kesejahteraan (prosperity) yang dilaksanakan oleh Bl.
Dari nilai positif ini, Arief berharap kerja sama dapat diteruskan dan diharapkan ada anggaran khusus untuk mendukung kebutuhan bahan bakar KRI yang digunakan dalam kegiatan tersebut.
“Ini untuk lebih mendukung pelaksanaan kegiatan yang tidak selalu bergantung kepada unsurunsur gelar operasi. Jadi KRI dapat digerakkan sesuai dengan daerah tujuan yang diinginkan oleh BI,” katanya.
Kerja Sama TNI ALBIMenyeimbangkan Pendekatan Keamanan dan Kesejahteraan
Arief Rudianto Asops Kasal Laksamana Muda TNI
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
23
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
RILEKS
Jawab pertanyaan di bawah ini dan dapatkan hadiah menarik dari gerai Info Bank Indonesia:1. Sebutkan tiga cara membuktikan keaslian Rupiah?2. Undangundang tentang apa yang menyatakan Rupiah sebagai lambang kedaulatan negara?
Jawaban KUIS dan TEBAK KATA di email ke: bicara@bi.go.id paling lambat 31 Agustus 2014. Di dalam subyek email cantumkan “Kuis” atau “Tebak Kata” Edisi 47 / 2014,” dan sertakan pula nama lengkap, alamat, profesi, dan nomor telpon yang dapat dihubungi. Pemenang akan diumumkan dalam Gerai Info Bank Indonesia edisi selanjutnya.
TEBAk kATA
kuIS
Carilah 10 jawaban dari pernyataan di bawah ini pada rangkaian huruf yang disusun mendatar, menurun atau diagonal.
1. Pokok bahasan UU No. 7 Tahun 2011.
2. Mata uang Republik Indonesia.
3. Salah satu cara mengetahui keaslian
uang Rupiah.
4. Kata lain dari uang kertas dan logam.
5. Anjungan Tunai Mandiri.
6. Nama pangeran di uang kertas Rupiah
Rp 2.000.
7. Gambar bunga di uang logam Rupiah
Rp500.
8. Nama depan Gubernur Bank Indonesia.
9. Bahan baku serat uang kertas Rupiah.
10. Pulau di tengah Danau Sentani, Papua.
C L O R B G H M A U D F X
J A U H N L R Q S R T V K
S Y M A T A U A N G C B E
B Z M Q A C P U R S K A N
O A D B U D I R A B A S S
R N R M Z S A W F Z R C I
P T C E X P H T Z W T F O
A A E L C O D X M B A G P
P S W A G U S R Q C L Y R
U A K T L J F G H I S O T
S R H I R G H W C Z X W Y
D I I M O R K A P A S U I
F K S H P D Q G F K L W E
H U V J A C B N M A Z R T
24
GERA
I INFO
BA
NK IN
DO
NESIA
Sesuai siklus tahunan, periode puasa dan Lebaran umumnya terjadi pe ningkatan kebutuhan uang tunai dan non tunai untuk
transaksi masyarakat.
Sebagai gambaran, pada periode puasa dan Lebaran 2013, jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia (BI) untuk memenuhi
kebutuhan perbankan dan masyarakat mencapai Rp103,2 triliun atau meningkat 20,4% dari periode yang sama tahun 2012 yang mencapai Rp85,7 triliun.
Kegiatan mudik masyarakat seka ligus membagibagikan “angpau” pada saat le baran memang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat yang merayakan. Umumnya “angpau” berisi uang yang masih baru ini diberikan kepada sanak saudara di kampung halaman. Oleh karena itu, permintaan uang pecahan kecil pada periode puasa dan lebar an memang selalu menunjukkan peningkat an dari periode sebelumnya.
Dalam menghadapi puasa dan le baran 2014, BI senantiasa meningkatkan persedia an uang di seluruh unit kerja kas di Kantor Pusat (KP) BI dan seluruh
Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPw DN) BI, antara lain dengan meningkatkan frekuen si dan kuantitas pengiriman uang dari KP BI. Selain itu, BI juga menyusun action plan pengiriman uang melalui pengaturan dan penjadwalan pengiriman uang dari KPBI ke seluruh KPw BI mulai awal Mei 2014. Dengan strategi tersebut, diharapkan uang telah tersedia di perbankan dan siap diedarkan ke masyarakat sejak awal puasa.
Untuk kelancaran arus distribusi uang ke seluruh KPw DN BI, BI melakukan kerja sama secara intensif dengan beberapa pihak penyedia jasa transportasi darat, laut dan udara. Di sisi lain, BI selalu berkoordinasi dengan perbankan dalam pemenuhan kebutuhan uang baik untuk kebutuhan operasional, misal untuk ATM dan nasabah maupun untuk modal kerja loket penukaran di perbankan.
BI juga berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya antara lain operator jalan tol, operator busway, operator kereta api, serta Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) untuk menghimpun informasi terkait dengan kebutuhan uang masyarakat pada periode puasa dan le baran 2014.
Pada periode puasa dan lebaran, la yanan penukaran Bank Indonesia diperluas baik melalui peningkatan frekuensi kas keliling di pusatpusat kegiatan masyarakat antara lain pasar, terminal, rest area jalan tol, rumah sakit, stasiun kereta api, pos pemberangkatan mudik, dan landmark di daerah (misal Monas (Jakarta), Gasibu (Bandung), Lapangan Mer deka (Medan), La pangan Karebosi (Ma kas sar).
Selain itu, layan
an penukaran uang pecahan kecil kepada masyarakat juga mengikutsertakan perbankan baik bank umum maupun BPR untuk menyediakan titiktitik penukaran uang pecahan kecil tanpa dipungut biaya sepeserpun. Sebagai contoh pengalaman pada 2013, di Jakarta, layanan penukaran di lapangan Monas dilakukan BI bekerja sama dengan 11 bank. Selama 3 minggu layanan kas tersebut menjaring lebih dari 19.000 orang penukar dengan jumlah nominal yang ditukarkan lebih dari Rp41 miliar.
Layanan penukaran ini tidak hanya menukarkan uang tunai, tapi juga dapat melakukan penukaran transaksi non tu nai (kartu debit) dan e-money. Masyarakat tidak harus membawa uang tunai, cukup menggesekan kartu pada mesin Electronic Data Capture (EDC) yang disediakan.
Bank Indonesia menghimbau kepada masyarakat agar memanfaatkan sejumlah lokasi penukaran uang pecahan kecil resmi yang telah disediakan oleh BI dan bankbank umum untuk meminimalisir risiko kerugian masyarakat. Risiko yang ditanggung masyarakat apabila menukar kepada pengasong/penjual uang adanya kemungkinan selisih jumlah uang yang ditukar serta terdapat kemungkinan mene rima uang palsu.
Yuk, tukar uang di loket resmi!
Yuuukk …Tukar Uangdi Loket Resmi
Penukaran uang menjelang Lebarandi Monas, Agustus 2013
Oleh: Dian karmila
Direktur Departemen Pengelolaan Uang
EKSPOSE
Edisi 47 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia