Post on 24-Oct-2021
DAMPAK BANK SAMPAH TERHADAP
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN
LINGKUNGAN
(Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II di Kelurahan
Pondok Petir Rw: 09)
BOJONGSARI KOTA DEPOK
Skripsi ini diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Jean Anggraini
NIM: 109054000012
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULYTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H./2013 M.
i
ABSTRAK
JEAN ANGGRAINI
DAMPAK BANK SAMPAH TERHADAP KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Bank Sampah
Cempaka II di Kelurahan Pondok Petir Rw: 09) BOJONGSARI KOTA
DEPOK
Pengelolaan Bank Sampah Cempaka II berbasis masyarakat ini sangat di
terapkan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat karena sangat berbahaya bila
tidak di olah dan dikelola dengan baik.
Bank Sampah Cempaka II ini merupakan Program di bawah naungan PKK
yaitu program ibu-ibu di Kelurahan Pondok Petir Rw: 09 Bojongsari Kota Depok.
Namun penulis hanya melakukan penelitian di salah satu Rt, yang terletak di Rt:
02 Rw: 09, karena di Rw tersebut terdapat 2 (Dua) Bank sampah yaitu Bank
Sampah Cempaka I di Rt: 01 dan Cempaka II di Rt: 02.
Berawal atas keprihatinan masyarakat sekitar terhadap sampah-sampah di
sekitar Rt: 02 ini, dimana tingginya angka peningkatan penyakit diares, ampah-
sampah sebelumnya berserakan dimana-mana, sampahnya hanya dibakar saja
pada pembuangan akhir, dan tidak ada pengelolaan sampah di daerah tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan
masyarakat oleh Bank sampah melalui pengelolaan Bank sampah Cempaka II di
Kelurahan Pondok Petir Rt: 02 Rw: 09 Bojongsari Kota Depok.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskripsif berupa tulisan atau lisan dari orang-
orang atau perilaku yang diamati. Tekhnik penulisan datanya dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat
melalui pengelolaan sampah di Bank Sampah Cempaka II berbasis masyarakat
yang dilakukan oleh Bank Sampah Cempaka II di Kelurahan Pondok Petir Rt: 02
Rw: 09 Bojongsari Kota Depok.
Dampak yang dirasakan masyarakat dari adanya pengelolaan sampah
tersebut lingkungan mereka lebih terlihat bersih dan rapih, warga lebih bersadar
diri atas sampah-sampah yang ada disekeliling mereka, dan hasil dari penjualan
sampah tersebut bisa membantu mereka dalam kebutuhan mereka walaupun tidak
seberapa dalam penghasilanya.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, dzat yang maha
berkehendak dan maha kuasa atas segala hal, yang telah memberikan nikmat dan
rahmat-Nya serta telah melimpahkan rahmat rahimnya serta hidayah dan inayah.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis
haturkan kepada junjungan agung pemberi syafaat yakni Rasulullah Muhammad
SAW, yang merupakan penyelamat dan tauladan bagi seluruh khalifah di muka
bumi ini.
Tujuan dibuatnya skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk meraih
gelar Sarjana Sosial Islam Strata I (SI). Adapun skripsi ini penulis memberi judul
“Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Bank
Sampah Cempaka II di Kelurahan Pondok Petir Rt: 02 Rw: 09) Bojongsari Kota
Depok”
Penulis menyadari tanpa bimbingan dan bantuan dari semua pihak, skripsi
ini tidak dapat terselesaikan, maka penulis haturkan terimaksih kepada:
1. DR. Arief Subhan selaku Dekan Fakultas Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi.
2. Hj. Mona Eliza, M.A selaku Dosen Pembimbing.
3. Ibunda dan Ayahanda selaku Orang tua yang dengan penuh kasih
sayang dan ketulusan jiwanya telah memberi dukungan baik moril dan
materil yang tidak pernah putus.
4. Wati Nilamsari, M.Si selaku Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam.
5. M. Hudri, M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam.
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakawah dan Ilmu Komunikasi, khususnya
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang telah berbagi ilmu dan
iii
pengetahuan serta pengalaman yang berharga kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan.
7. Pengurus Kelurahan Pondok Petir Bojongsari Kota Depok, khususnya
Ka Ion yang telah membantu penulis dalam melengkapi data-data.
8. Ibunda Nuratikah selaku Ketua Pelaksana Bank Sampah Cempaka II
yang telah membantu penulis dalam wawancara dan membantu penulis
dalam melengkapi data-data.
9. Seluruh warga Kelurahan Pondok petir Rt: 02 Rw: 09 yang telah
meluangkan waktunya untuk menjadi responden.
10. Sahabatku Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2009,
kalian adalah inspirasi ku, kebersamaan bersama kalian selama di
bangku perkuliahan.
11. Suami ku yang tersayang yang penuh kasih sayang dan ketulusan
jiwanya telah memberi dukungan.
Semoga kebaikan kalian akan dibalas denngan kebaikan yang
setimpal di akhirat kelak, amin. Penulis mohon maaf atas segala
kesalahan dan kekhilafan yang telah diperbuat, baik sengaja maupun
tidak disengaja.
Ciputat, 1 Oktober 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah .............................................................................. 9
C. Perumusan Masalah ............................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................10
E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 10
F. Metodologi Penelitian ........................................................................... 11
G. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 14
H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 15
BAB II TINJAUAN TEORETIS
A. Pengertian Dampak ............................................................................... 18
B. Pengertian Sampah
1. Definisi Sampah .............................................................................. 18
2. Penggolongan Sampah .................................................................... 19
a. Pengertian Sampah Organik ..................................................... 20
b. Pengertian Sampah an-Organik ................................................ 20
c. Faktor Yang Mempengaruhi Sampah ....................................... 21
C. Definisi Bank Sampah .......................................................................... 22
D. Ruang Lingkup Kesejahteraan
1. Pengertian Kesejahteraan Sosial .................................................... 23
2. Pengertian Kesejahteraan Masyarakat ........................................... 25
3. Indikator Kesejahteraan ................................................................. 26
E. Pengertian Lingkungan ......................................................................... 30
F. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat .................................................... 32
v
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Kelurahan Pondok Petir
1. Letak dan Batasan Wilayah ............................................................... 33
2. Struktur Organisasi Kelurahan .......................................................... 39
3. Visi Misi Kelurahan .......................................................................... 39
B. Profil Bank Sampah
1. Latar Belakang Bank Sampah Cempaka II ....................................... 42
2. Tujuan Bank Sampah Cempaka II .................................................... 44
3. Manfaat Bank Sampah Cempaka II .................................................. 44
4. Pembiyayaan Operasional ................................................................. 45
5. Struktur Kepengurusan Bank Sampah Cempaka II .......................... 45
6. Macam-macam Kegiatan Bank Sampah ........................................... 46
7. Ruang Lingkup Kegiatan Bank Sampah Cempaka II ....................... 46
8. Beberapa Indikator Keberhasilan Bank Sampah Cempaka II ........... 46
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Program Bank Sampah Cempaka II ................................... 48
B. Dampak Program Bank Sampah Cempaka II Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat .............................................................................................. 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 64
B. Saran-saran ............................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
1. Tabel I Jumlah Penduduk Rt : 02 ............................................................. 34
2. Tabel II Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia .......................................... 35
3. Tabel III Berdasarkan Usia Pekerjaan ...................................................... 36
4. Tabel IV Mobilitas Penduduk Tahun 2012 .............................................. 36
5. Tabel V Penduduk Brdasarkan Agama .................................................... 37
6. Tabel VI Data Penduduk Menurut Berdasarkan jenis kelamin di Rt: 002
Pondok Petir ............................................................................................. 42
7. Tabel VII Data Penduduk Menurut Status Ekonomi ............................... 42
8. Tabel VIII Daftar Harga Bank Sampah Cempaka II ............................... 54
9. Tabel IX Indikator Kesejahteraan ............................................................ 58
10. Tabel X Kuesioner ................................................................................... 60
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Surat Menyurat
2. Lampiran 2 Pedoman Wawancara
3. Lampiran 3 foto Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tengah persoalan politik, ekonomi sosial yang dihadapi Indonesia,
persoalan lingkungan turut menjadi masalah yang sangat meresahkan bagi
masyarakat Indonesia. Indonesia ternyata telah menjadi salah satu wilayah
yang tidak aman untuk ditempati karena mengalami krisis ekologi yang
berkepanjangan. Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Haeckel, seorang
ahli ilmu hayat, dalam pertengahan dasawarsa 1860-an. Istilah ini berasal dari
bahasa yunani, yaitu oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu.
Karena itu secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dalam
rumahnya atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga
makhluk hidup.1
Fakta dari krisis ekologi di Indonesia misalnya: bencana alam yang
berkelanjutan mulai dari banjir, longsor, gempa bumi, gagal panen, gagal
tanam, kebakaran hutan, polusi air sampai pencemaran udara. Kerusakan-
kerusakan tersebut menjadikan hilangnya hak-hak masyarakat akan lingkungan
hidup yang sehat serta hidup dan berpenghidupan yang lebih bermartabat.
Berkurangnya keseimbangan ekologis yang ditandai dengan datangnya
bencana alam yang bertubi-tubi, harusnya dapat menyadarkan kita, betapa
pentingnya menjaga lingkungan hidup agar tetap lestari.
1 Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Yogyakarta:
Djambatan, 1994 ), Cet-6, h. 22
2
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).” (Ar-rum: 41) 2
Jelas sekali arti dari ayat Al-Qur’an surat ar-rum ayat 41, menjelaskan
bahwa banyaknya bencana di bumi ini adalah karena perbuatan tangan manusia
itu sendiri, tidak semata-mata terjadi karena faktor alamiah. Dan tidak bisa
disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini,
baik pada lingkup global maupun nasional, sebagai besar bersumber dari
perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti di laut,
hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber pada perilaku manusia
yang tidak bertanggung jawab, tidak perduli dan hanya mementingkan diri
sendiri. Manusia adalah penyebab utama dari kerusakan dan pencemaran
lingkungan hidup. Hal tersebut sudah dapat kita saksikan dan rasakan, dimana
alam sudah tidak lagi bersahabat karena kelalaian kita sebagai manusia yang
masih belum bertatakrama dengan alam, diantara ketidaktatakramaan manusia
terhadap alam adalah dengan pengundulan hutan yang dilakukan semena-
mena, pembuangan air limbah dan sampah yang setiap saat merajai sungai dan
tanah sehingga mencemari lingkungan sekitar kita.
2 Arif Fakhrudin, Alhidayah Al-qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka,
(Tangerang Selatan: Kalim, 2010), h.409
3
Sampah, bagi sebagian orang beranggapan bahwa sampah adalah hasil
limbah masyarakat yang tidak dapat digunakan lagi atau tidak ada manfaat
yang dapat diambil dari sampah tersebut. Namun bagi sebagian masyarakat,
sampah adalah sumber kehidupan, dan sebagaimana kita maklumi bahwa
munculnya sampah akan terus meningkat, tidak saja sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk tetapi juga meningkat sejalan dengan pola
hidup masyarakat.
Sampah juga merupakan salah satu penyebab kerusakan alam dan
lingkungan yang menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Diantaranya
adalah berdampak terhadap kesehatan, dan lingkungan hidup. Timbunan
sampah di lahan-lahan kosong dapat menimbulkan bau busuk dan mengundang
lalat-lalat yang kemudian dapat menjadi faktor penyakit pencernaan. Terlebih
lagi apabila musim hujan, sampah yang di buang atau dihanyutkan ke sungai
dapat menghambat aliran air sungai sehingga bila musim hujan datang bisa
menyebabkan banjir. Resapan air dari kotoran, sampah juga berpengaruh
terhadap kualitas tanah, sehingga tanah disekitar tempat menumpukan sampah
dapat tercemar. Demikian pula sampah-sampah plastik yang tidak mudah
terurai oleh tanah, akan mengakibatkan pencemaran tanah.
Sementara itu ketersediaan lahan untuk tempat memproses pengelolaan
akhir sampah makin sulit karena daya dukung lahan khususnya di perkotaan
makin berkurang. Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi
masyarakat serta aktivitas lainya adalah bertambahnya pula buangan atau
limbah yang dihasilkan. Limbah atau buangan yang ditimbulkan dari aktivitas
dan konsumsi masyarakat yang lebih dikenal sebagai limbah domestik (Rumah
4
Tangga) telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh
pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Banyak orang yang tidak akan
kebersihan, terutama dalam hal membuang sampah dan banyak pula orang
yang membuang sampah sembarangan dan jika hal ini terus terjadi
berkelanjutan akan berdampak efek negative yang sangat besar bagi
lingkungan, seperti merusak tatanan keindahan sebuah kota, belum lagi
penyakit yang akan dengan mudah menimpa masyarakat yang berada di sekitar
tumpukan sampah.
Pada dasarnya mengelola sampah secara baik adalah merupakan
tanggung jawab setiap individu manusia yang memproduksi sampah, mungkin
sudah sebagian dari kita mendengar bank sampah, bank sampah ini adalah
tempat mengelolaan sampah dimana didalamnya bisa mengatasi masalah
sampah sebaik mungkin, hal tersebut sudah disosialisasikan melalui media atau
poster dan spanduk yang dilakukan oleh berbagai pihak atau lembaga yang
perduli akan lingkungan maupun pemerintah, namun bank sampah tersebut
belum banyak dilakukan oleh masyarakat karena penulis melihat belum
memiliki kesadaran penuh serta tanggung jawab terhadap masalah sampah.
Oleh karena itu perlu adanya Responsible membangun kesadaran masyarakat
melaui pembinaan atau pemberdayaan, dimana masyarakat tidak hanya tahu
tapi memahami tentang masalah sampah dan dapat mengelolanya melaui bank
sampah.
Sebagaimana salah satu wilayah yang di Indonesia akan keperdulian
lingkungan turut berperan serta dalam menangani masalah sampah dengan
melibatkan masyarakat setempat sudah dilaksanakan di Desa Pondok Petir
5
Rt: 02 Rw: 09 Bojongsari Depok. Sebenarnya di lokasi Rw: 09 ini terdapat Dua
Banks sampah, yaitu bank sampah cempaka I terletak di Rt: 01, dan Cempaka
II terletak di Rt: 02, namun penulis hanya melakukan penelitian di lokasi Bank
sampah Cempaka II, strategi pelaksanaan kegiatanya adalah menerapkan
penanganan sampah pada Bank sampah dan berbasis masyarakat. Dimana bank
sampah ini berperan sebagai fasilitator masyarakat dalam menangani masalah
sampah. Yang berdampak dapat mensejahterakan masyarakat dan
keberhasilanya dalam menangani permasalahan sampah berbasis masyarakat.
Program tersebut mulai dilakukan sejak tanggal 26 september 2010.
Sebelumnya sampah para warga berceceran di sekitar lingkungan warga,
bahkan sampah-sampah itu dibuang disekitar lahan kosong. Dan sampah
adalah menjadi salah satu permasalahan yang serius karena meningkatnya
angka penyakit diare di daerah tersebut. Berawal membuka rumah sampah,
karena rumah sampah ini kurang efektif dimana makin bertambahnya
penimbunan sampah maka akhirnya dibukanya Bank Sampah Cempaka II.
Hasil pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang sudah dilakukan oleh
warga di Desa Tersebut menurut penulis sudah cukup dikatakan berhasil
dengan membangun Bank Sampah yang merupakan tempat pembungan
sampah sementara yang dilakukan pula pemilahan serta pembuatan kompos
dengan prinsip dari masyarakat dan dikembalikan kepada masyarakat.
Mayoritas warga masyarakat sekitar menyambut baik program pengelolaan
sampah, walau pada awalnya hanya ada 5 orang saja warga yang menjadi
nasabahnya. Namun setelah program berjalan, dan tidak hanya disosialisasikan
dengan warga, mereka merasakan banyak manfaatnya yang mereka dapat dari
6
pengelolaan sampah ini, yaitu lingkungan mereka terlihat rapi dan bersih,
terbantunya secara ekonomi keluarga, dan tidak adanya sampah lagi yang
berserakan dilingkungan mereka.
Keberhasilan mereka tidak dihasilkan dengan waktu yang singkat dan
proses yang mudah, namun dijalani dengan adanya proses berkesinambungan
di masyarakat tersebut. Maka masyarakat tersebut menjadi produsen utama
sampah harus mengetahui dan memahami bagaimana mengelola sampah,
karena ini akan berdampak panjang terhadap perilaku dan budaya masyarakat
dalam menyikapi sampah dengan baik.
Kesadaran masyarakat akan keberhasilannya sudah baik, dan itu di
tumbuhkan melalui keluarga terlebih dahulu yaitu mengajarkan anak
membuang sampah pada jenisnya masing-masing, lalu masyarakat sekitar,
secara rohani mereka diberikan gambaran dimana agamapun menyuruh kita
akan kebersihan lingkungan, bertambahnya wawasan, lingkungan yang baik
untuk anak-anak, dan peningkatan angka kesehatan masyarakat.
Hal tersebut menjadikan penulis tertarik untuk mengulas sebuah tema
“sampah” dimana sampah bagi penulis adalah merupakan barang yang sudah
tidak terpakai dan tidak memiliki nilai ekonomi kembali. Namun penulis juga
merasa prihatin ketika masih banyak diantara kita yang membuang sampah
disembarang tempat, baik di jalan, sungai, atau dimanapun yang bisa
masyarakat pergunakan untuk membuang sisa dari kegiatanya tersebut.
Dimana akan terjadinya penyumbatan sampah pada saluran air yang bisa
mengakibatkan banjir yang terjadi di ibu kota dan beberapa daerah di
Indonesia. Dan bank sampah cempaka II ini sudah membuktikan bahwa
7
sampah tidak selamanya menjadi masalah masyarakat bahkan sampah dapat
menjadi pemersatu warga, bergerak bersama mengatasi masalah sampah
dimana pada akhirnya sampah dapat ditangani dengan baik oleh warga, dan
mendapatkan respon positif dari pemerintah kota depok, kelurahan Pondok
Petir, dan warga lain. Bahkan di lingkungan tersebut bisa dikatakan
kekurangan sampah pada akhir-akhir ini.
Sebagai mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam penulis ingin
menyampaikan bagaimana “sampah” yang kita pandang sebagai barang yang
tidak bernilai malah menjadi barang yang memiliki nilai, disanalah tercipta
sebuah “Pemberdayaan Masyarakat” sebagai tujuan yang akan dicapai dalam
pemberdayaan melalui “ perubahan” yakni perubahan ke arah yang lebih baik.
Dimana masyarakat mengerti dan memahami tentang sampah, baik dari sisi
masalah dan manfaat sehingga mereka dapat melakukan atau bersikap terhadap
sampah yang ada disekeliling mereka.
Undang-undang pengelolaan sampah Bab 1 Pasal 2 adalah Pengelolaan
sampah bertujuan untuk mengurangi dan menangani sampah yang berwawasan
lingkungan agar tercipta lingkungan hidup yang baik, bersih, dan sehat.3
Jelas sekali dalam Undang-undang pun membahas bagaiamana kita
akan mengelola sampah-sampah yang ada di muka bumi ini, dimana kita
sebagai manusia agar menjaga lingkungan sebagai manusia yang sadar akan
kebersihan yang akan dirasakan sendiri oleh kita, dari kita, untuk kita.
Kehadiran lingkungan bagi kehidupan makhluk hidup pada hakekatnya
merupakan suatu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup secara menyeluruh.
3 Rancangan Undang-undang Republik Indonesia, Tentang Pengelolaan
Sampah, (Kementrian Negara Lingkungan Hidup, 2008), h. 2-3
8
Jika kondisi lingkungannya menunjukkan keadaan yang baik berarti
lingkungan tersebut menunjang terhadap kelangsungan hidup bagi makhluk
hidup. Oleh karena itu kualitasnya atau mutu lingkungan adalah kondisi
lingkungan dalam hubungannya dengan mutu hidup. Makin tinggi derajat mutu
hidup dalam suatu lingkungan tertentu makin tinggi pula derajat mutu
lingkungan tersebut dan sebaliknya.
Sejahtera adalah impian bagi setiap manusia, untuk mencapai impian
tersebut manusia melaksanakan berbagai cara dan upaya yang ditempuh untuk
memenuhi kebutuhannya masing-masing sebagai komponen utama
kesejahteraan. Disamping itu banyak faktor untuk mencari keinginan tersebut.
kesejahteraan diatas bahwa dimana terpenuhinya kebutuhan masyarakat secara
material, spritual, dan dapat hidup layak dimana mampu mengembangkan
dirinya sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Dan bank Sampah disini merupakan pembangunan strategis masyarakat
yang memberi peran dominan kepada masyarakat pada tingkat komunitas
untuk mengelola proses pembangunan, khususnya dalam mengontrol dan
mengelola sumber daya lokal. Dengan merubah paradigma mereka tentang
sampah. Dan dapat di uji tingkat keproduktivitasnya yang berbasis komunitas
terhadap berbagai upaya pemenuhan kebutuhan warga masyarakat maupun
kebutuhan kolektif dalam rangka peningkatan kesejahteraan, karena mereka
pun menginginkan kebersihan dan keindahan, sehingga kemudian sedikit demi
sedikit permasalahan sampah akan teratasi, hal ini penulis sangat tertarik untuk
mengambil penelitian ditempat ini karena:
9
1. Adanya kesadaran warga khususnya ibu-ibu rumah tangga yang gencar
dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan indah.
2. Adanya motivasi warga dalam memberdayakan dirinya dengan cara
memanfaatkan sampah menjadi barang yang lebih bermanfaat dan
berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, peneliti mengambil judul penelitian ini adalah:
“Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan
Lingkungan, Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II di Desa
Pondok Petir, Rw: 09 Bojongsari Kota Depok.
B. Pembatasan Masalahs
Agar penetian ini tidak meluas, maka penulis membatasi penelitian pada
kegiatan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemeliharaan
lingkungan dalam melaksanakan program Bank sampah. Program Bank
sampah ini dilakukan dalam lingkup terkecil dahulu seperti lingkup kawasan
Desa Pondok Petir Rt: 02 Rw: 09 Bojongsari Depok, yaitu dengan
membentuk kesadaran lingkungan masyarakat sekitar, dan partisipasi dalam
memelihara lingkungannya. Masyarakat memanfaatkan sumber daya lokal
yang bersedia untuk memenuhi berbagai kebutuhan individu dan kebutuhan
kolektif dengan adanya kreativitas masyarakat.
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Pelaksaan bank sampah di Desa Pondok Petir Rt: 02
Bojongsari Depok?
10
2. Bagaimana dampak program bank sampah Cempaka II terhadap
kesejahteraan masyarakat pada pelatihan bungkus kopi dan pengelolaan
bank sampah di Desa Pondok Petir Rt: 02?
D. Tujuan Penelitian
1. Agar mengetahui bagaimana pelaksanaan bank sampah Cempaka II di
Desa Pondok Petir Rt: 02 Bojongsari Depok.
2. Agar mengetahui bagaimana dampak kesejahteraan pada pelatihan
kerajinan bungkus kopi dan pengelolaan sampah yang dilakukan bank
sampah Cempaka II Di Desa Pondok Petir Rt: 02 Bojongsari Depok?
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah :
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bagi pemberdayaan ilmu sosial terutama pada Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam, tentang pembangunan lingkungan
melalui Bank sampah sebagai salah satu upaya pemberdayaan dan memberi
sumbangsih ilmiah dalam studi dalam mengatasi sampah terhadap
kesejahteraan masyarakat dan terciptanya lingkungan yang bersih, yang
dalam penelitian ini adalah cerminan untuk mewujudkan dan menciptakan
lingkungan yang bersih dan memanfaatkan limbah yang ada disekitar dalam
menciptakan lingkungan yang indah dan bersih.
11
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan
tentang pengaruh yang bersifat positif maupun negatif dalam kegiatan
bank sampah serta memberikan penyadaran akan pentingnya peran
mereka dalam menyukseskan kegiatan ini.
F. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian mengambil di Desa Pondok Petir, Rt: 02 Rw: 09
kecamatan bojongsari kota depok. Disana penulis melakukan penelitian
untuk mendapatkan informasi dari pengurus bank sampah dengan observasi
terlebih dahulu, wawancara langsung dan untuk mendapatkan data tertulis
seperti dokumen, dan data-data yang mendukung penelitian, untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan pengelolaan bank sampah serta untuk
mendapatkan bagaimana respon masyarakat setempat tentang pengelolaan
bank sampah tersebut, penulis dalam hal ini melakukan interview dengan
warga dan mencatat data yang ditemukan di lapangan dan mencocokan
dengan data yang di dapat dari ketua pelaksana Bank Sampah tersebut.
Alasan penulis memilih lokasi penelitian di Desa Pondok petir Rt: 02
Rw: 09 Bojongsari Depok karena penulis sudah sedikit mengetahui tentang
bank sampah, dimana pada semester 6 tahun 2012, kelas Pengembangan
Masyarakat Islam (PMI) penulis belajar mengadakan kunjungan ke PKK
kelurahan Pondok petir Rt: 02 Rw: 09 tentang pemberdayaan terhadap
masyarakat tentang tingkat kesadaran lingkungan dan lekat dengan
12
keorganisasian kelembagaan lokal, dari sanalah penulis sudah merasa
tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang diterapkan pada
program bank sampah.
2. Pendekatan Penelitian
Metodologi penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
yang dilakukan melalui pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur
analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara
kuantitatif lainnya. Dan didasarkan pada upaya membangun pandangan
mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran
holistik dan rumit.4 Yaitu data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar,
perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik,
melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari
sekadar angka atau frekuensi.5
3. Objek Penelitian
Untuk melakukan penelitian yang akurat serta mendapatkan data
yang valid maka objek penelitian dilakukan ditempatnya langsung. Yaitu
di Kelurahan Pondok Petir (Bank Sampah Cempaka II Rt: 02) Bojongsari
Kota Depok. Objek yang dimaksud adalah semua pemberitaan mengenai
kesejahteraan masyarakat dan lingkungannya melalui Bank Sampah.
4. Sumber Data
4 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 6 5 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 14
13
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua
macam, yaitu data primer dan data sekunder ;
a. Data primer
Data primer sendiri terbagi menjadi 2 sumber data yaitu :
1) Utama, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek
penelitian. Yaitu Program Bank Sampah dan beberapa staf dari
Bank sampah dalam hal ini bagimana pengelolaan di Desa
Pondok Petir Rt: 02 Rw: 09 Bojongsari Depok.
2) Pendukung, yaitu data yang diperoleh dari masyarakat Desa
Pondok Petir Rt: 02 Rw: 09 Bojongsari Depok , baik yang
terlibat maupun yang tidak terlibat langsung dalam
pengelolaan program bank sampah.
b. Data sekunder
Sekunder merupakan data yang penulis peroleh baik berupa
dokumen, arsip-arsip, memo atau catatan tertulis lainnya maupun
gambar atau benda yang berkaitan dengan penelitian. Data
sekunder penulis peroleh dari kantor Kelurahan Pondok Petir, dan
Bank sampah Cempaka II Rt: 02 Rw: 09 Bojongsari Depok, media
massa, jurnal, buku-buku dan lain-lain.
5. Teknik Pengumpulan Data
Penulisan melakukan pengumpulan data dengan melakukan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
14
a. Observasi
Observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang di tujukan paada
kegiatan secara akurat. Dan mengamati terhadap fenomena lingkungan
di Desa Pondok Petir Rt: 02 Rw: 09 Bojongsari Depok.
b. Wawancara
Penulis juga melakukan wawancara dengan pihak yang
bersangkutan dengan Bank sampah, pengelola, kepengurusan, ibu-ibu
dan masyarakat sekitar Desa Pondok Petir, Rt: 02 Rw: 09 Bojongsari
Depok.
6. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya pedoman
Yang diterbitkan oleh Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, dan Oman
Faturrahman, M. Dkk. CeQDA (Center For Quality Development and
Assurance ) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
G. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini, penulis melakukan kajian kepustakaan dengan tujuan
untuk memperoleh data dari beberapa sumber tertulis baik berupa buku-buku
bacaan ataupun sumber lainnya. Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi
pada Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ada
beberapa skripsi yang fokusnya sama, yaitu tentang Pemberdayaan mengenai
sampah, namun belum ada satu pun yang mengambil objek penelitian seperti
dalam penelitian ini yaitu Bank Sampah.
15
Maka setelah peneliti berusaha membaca, mempelajari dan mengkaji
tentang hasil karya ilmiah sebelumnya maka peneliti mengacu kepada karya
ilmiah yang tertulis oleh :
1. Siti Habibah, skripsinya berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Melalui Wirausaha Daur Ulang Sampah Kering Di Kelurahan Pasar
Minggu”. Skripsi mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (2009). Skripsi ini mengetahui
pemberdayaan masyarakat terutama perekonomian perempuan yang bisa
didaur ulang melalui sampah kering yang bisa menambahkan penghasilan
bagi masyarakat di kelurahan pasar minggu.
2. Nurapia, skripsinya berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pengelolaan Sampah Terpadu 3R (Reduce, Reuse, dan Recyle)” Berbasis
Masyarakat Oleh Bina Ekonomi Sosial Terpadu (Best) Di Perumahan
Mustika Tigaraksa Tangerang.” Skripsi mahasiswi Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (2009).
Fokusa masalah pada dalam penelitian ini adalah tentang pemberdayaan
masyarakat melalui pengelolaan sampah dan mengetahui pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan Best melalui pengelolahan sampah terpadu 3R
di perumahan Mustika Tigaraksa Tangerang.
H. Sistemastis Penulisan
16
Penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas lima bab, dimana antara bab
yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dengan masing-masing bab
terdiri dari sub-sub bab, untuk lebih jelas berikut adalah sistematikanya:
Bab I: Pendahuluan. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan.
Bab II: Tinjauan Teoritis. Bab ini akan menguraikan kajian teoritis mengenai
Pengertian Dampak, Ruang lingkup sampah: definisi sampah,
Penggolongan Sampah Pengertian sampah organik, sampah an-
organik, faktor yang mempengaruhi sampah. Definisi Bank sampah.
Ruang Lingkup kesejahteraan: pengertian Kesejahteraan sosial,
kesejahteraan Masyarakat, indikator kesejahteraan. Pengertian
Lingkungan. Dampak Pengelolaan sampah terhadap masyarakat dan
lingkungan. Tahap pemberdayaan masyarakat.
Bab III: Gambaran Umum. Pada bab ini terdapat dua sub yang akan Peneliti
paparkan. Sub pertama akan dipaparkan mengenai gambaran umum
kelurahan pondok petir: letak dan batasan wilayah kelurahan pondok
petir, struktur organisasi kelurahan Pondok Petir, dan Visi dan Misi
Kelurahan Pondok petir. Serta Profil Bank Sampah Cempaka II: Latar
Belakang Bank sampah, tujuan berdirinya bank sampah, manfaat bank
sampah, pembiayaan operasional, struktur kepengurusan program
bank sampah, macam-macam kegiatan bank sampah, ruang lingkup
17
kegiatan bank sampah, dan beberapa indikator keberhasilan dari bank
sampah cempaka II.
Bab IV: Temuan dan Analisis. Bab ini berisikan tentang temuan dan analisis
mengenai dampak bank sampah dapat mensejahterakan Masyarakat
di lingkungan Desa Pondok Petir, Rt: 02 Rw: 09 Bojongsari Depok:
Proses Program Bank sampah Cemapaka II, Dampak program bank
sampah cempaka II terhadap kesejahteraan masyarakat, dan dampak
bank sampah cempaka II terhadap kesejahteraan Lingkungan.
Bab V: Penutup. Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Dampak
Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu
aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun
biologi. Di dalam AMDAL ada dua jenis batasan tentang dampak, yaitu :
1. Dampak pembangunan terhadap lingkungan ialah perbedaan antara
kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang diprakirakan
akan ada setelah ada pembangunan.
2. Dampak pembangunan terhadap lingkungan ialah perbedaan antara
kondisi lingkungan yang diprakirakan akan ada tanpa adanya
pembangunan tersebut. 1
Menurut penulis pengertian dampak adalah perubahan yang terjadi dimana
suatu akibat dari apa yang dilakukan oleh sesuatu tersebut.
B. Sampah
1. Definisi Sampah
Sampah sudah merupakan bagian dari kehidupan kita sehingga
sampah bukan merupakan kata asing dalam kamus bahasa kita setiap
hari, namun sampah perlu diartikan sebagai upaya dasar kita mengenal,
dan mengerti apa yang harus dilakukan sehingga sampah bukan lagi
menjadi masalah dibumi ini. Berikut pengertian tentang sampah :
1 Otto Soemarwoto, “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2005), h.38
19
Dalam Undang-undang tentang Pengelolaan Sampah Bab 1 Pasal 1
Ayat 1 Tahun 2008 adalah Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan atau dari proses alam yang berbentuk padat.2
Pengertian sampah menurut Azwar adalah benda atau hal yang
dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus
dibuang sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu
kelangsungan hidup.3
Departemen Kesehatan, mendefinisikan sampah adalah benda yang
tidak dapat dipakai, tidak diinginkan dan dibuang, yang berasal dari suatu
aktifitas dan bersifat padat, dan tidak termasuk buangan yang bersifat
biologis (human waste)4
Menurut pandangan penulis, sampah adalah benda yang tidak
dipergunakan lagi atau sudah tidak terpakai yang bisa menyebabkan
penumpukan barang yang tidak diinginkan, dan bisa merubah tatanan
keindahan dan kebersihan pandangan kita.
2. Penggolongan Sampah
Mengetahui jenis-jenis sampah adalah penting dalam penelitian studi
tentang sampah. Menurut jenisnya sampah dibagi menjadi dua yaitu
sampah basah (mudah membusuk/ organik) dan sampah kering (sampah
yang tidak dapat membusuk/ an-organik). Dan sampah ada yang
membaginya berdasarkan zat pembentuk atau komposisi kimia.5
2 Undang-undang Pengelolaan sampah, tahun 2008
3 Aswar, Azrul. Ilmu Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
1997)h. 53 4 Departemen Kesehatan, Pembuangan sampah, (Jakarta: Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan. Depkes. 1997) h.2 5 Aswar, 1979.h.54
20
a) Pengertian Sampah organik
Sampah ini berasal dari bahan penyusun tumbuhan dan hewan
yang diambil dari alam atau dihasilkan dari proses pertanian,
perikanan atau yang lain yang termasuk jenis sampah organik antara
lain sampah dapur yang berupa sisa sayuran, kulit buah, sampah
kebun yang berupa ranting, bunga, daun, rumput. Ciri sampah ini
adalah mudah diuraikan dalam proses alami.
b) Sampah an-organik
Sampah ini berasal dari sumber daya tak terbaharui (mineral,
minyak bumi) dan sampah industri, yang termasuk jenis sampah
kering antara lain adalah plastik, alumunium, kaca, kaleng, logam,
dan lain-lain. Ciri sampah ini lambat terurai secara alami atau
bahkan tidak terurai sama sekali.
Adapun pembagiannya atas dasar sifatnya, yaitu:
1. Sampah yang secara alami mudah terurai (degradable waste) atau
sampah yang mudah membusuk.
2. Sampah yang sukar terurai atau yang tidak mudah membusuk
(non-degradable waste).
3. Sampah yang mudah terbakar (combustible) dan
4. Dan sampah yang sulit atau tidak mudah terbakar (non-
cobustible).6
Dengan melihat definisi diatas mengenai sampah kering dan sampah
basah, maka yang ada dibenak kita adalah setumpukan sampah yang tidak
6 Aswar, 1997,h.55
21
dapat dikendalikan oleh manusia itu sendiri, khususnya biasanya kita bisa
melihat langsung di rumah kita terlihat kotor, kumuh, dan menjijikan
dimana merusak tatanan keindahan rumah kita. Dengan melihat realita yang
ada mengenai sampah ini manusia itu sendiri yang menadapatkan kerugian
dari sampah-sampah tersebut, yang dapat mengganggu kesehatan kita.
Tentu saja semua ini tidak akan terjadi jika perilaku manusia itu
sendiri kita yang merubahnya dengan perilaku “sadar”, karena sampah
tersebut akan berdampak negatif jika tidak diperlakukan dengan baik, begitu
juga dengan lingkungannya.
“Sadar” disini bukan hanya sekedar sadar dalam artian dia mengingat
diri, akan tetapi sadar disini adalah dimana bahwasanya manusia itu
sendirilah penyebab akan kerusakan yang ada dibumi ini yang indah dan
nyaman. Karena tidak ada akibat dari suatu perbuatan tanpa ada sebab yang
jelas.
c) Faktor Yang Mempengaruhi Sampah
Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya sangat
dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat.
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi sampah, yaitu:
1. Jumlah penduduk dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin
banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan
sampah inipun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.
2. Keadaan sosial ekonomi.
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin
banyak pula jumlah perkapita sampah yang dibuang tiap harinya.
22
Kualitas sampahnya pun semakin banyak yang bersifat non organik
atau tidak membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung
pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran
masyarakat akan persoalan persampahan. Peningkatan
kesejahteraan inipun akan meningkat kegiatan kontruksi dan
pembaharuan terhadap bangunan-banagunan, transportasipun
bertambah dengan konsekuensi, bertambahnya volume dan jenis
sampah.
3. Kemajuan tekhnologi akan menambah jumlah mapun kualitas
sampah, karena pemakaian bahwa baku yang semakin beragam,
cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam
dapat mempengaruhi jumlah dan jenis sampahnya.7
C. Definisi Bank sampah
Bank sampah adalah suatu institusi yang di dirikan dengan tujuan
mengurangi jumlah sampah yang masih memiliki jumlah ekonomi sehingga
menghasilkan ekonomi. Bank sampah ini juga mendaur ulang sampah yang
mempunyai pengertian sebagai proses menjadikan bahan bekas atau sampah
menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali, dan dijual ke pengepul
dimana bisa bermanfaat penambahan ekonomi warga. Dan dengan proses
daur ulang, sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna sehingga bermanfaat
untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang baru. Manfaat lainnya
7 Juli Soemirat slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2008) h.154
23
adalah menghemat energi, mengurangi kerusakan lahan, dan emisis gas
rumah kaca dari pada proses pembuatan barang baru.8
D. Ruang Lingkup Kesejahteraan.
1. Pengertian Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya.9
Dalam pengertian kesejahteraan sosial diatas bahwa dimana
terpenuhinya kebutuhan masyarakat secara material, spritual, dan dan
dapat hidup layak dimana mampu mengembangkan dirinya sehingga
dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Kesejahteraan sosial (social welfare) adalah arena atau domain
dimana pekerjaan sosial berkiprah. Kesejahteraan sosial disini diartikan
sebagai sistem atau institusi perawatan sosial (social care) yang terdiri
dari kebijakan, program dan pelayanan sosial yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan dan pemenuhan kebutuhan manusia, terutama
kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung (disadvantaged
groups).10
Arti dari pengertian diatas adalah suatu sistem atau institusi yang
berjalan dalam menjalankan kebijakan program atau pelayanan sosial
8 http://banksampahgreenhouse.com. Data ini diakses pada hari rabu, tanggal 26
juni 2013. 9 Kementerian Sosial R.I Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan,
kebijakan dan Strategi Pemberdayaan Lembaga Kesejahteraan Sosial, 2011, h.5 10
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan
dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial Republik Indonesia 2006, h.3
24
bertujuan guna memberikan perlindungan dan penenuhan kebutuhan
manusia, terutama sekelompokan masyarakat yang kurang beruntung.
Istilah kesejaheraan sosial bukanlah hal baru, baik dalam wacana
global maupun nasional. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), misalnya
telah lama mengatur masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan
masyarakat internasional. PBB memberi batasan kesejahteraan sosial
sebagai kegiatan-kegiatan terorganisasi yang bertujuan membantu
individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya
dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga
dan masyarakat. Definisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial
adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas
terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga
pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi
atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan
peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.
Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai
kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk
kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan,
pakaian, perumahan, pendidikan, dan perawatan kesehatan.11
Untuk mensejahterakan sosial yang ada dibumi, maka manusia
sebaiknya pedoman pada petunjuk dari Allah, sebagaimana firman Allah
dalam surat Al-baqarah (2) ayat 2 yang artinya adalah :
“ Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu (Hai Adam,
setelah engkau berada di dunia, maka ikutilah). Maka barang siapa
25
yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tiada ketakutan menimpa
mereka dan tiada pula kesedihan.” (Al-Baqarah:2)11
Jelas dalam surat Al-Baqarah ayat 2 adalah dimana jika manusia
dalam menjalankan sesuatu yang ada di bumi ini dengan mengikuti
petunjuk Allah maka tidak ada ketakutan dan kesedihan dalam
menjalankan perintah-Nya. Sebagaimana kita dalam memelihara dan
menjaga lingkungan yang bersih. Dimana memang ulang manusia itu
sendiri dalam melakukan semua yang ada di bumi ini menjadi rusak.
Dan kondisi kesejahteraan sosial diciptakan atas kompromi tiga elemen :
1. Sejauh mana masalah-masalah sosial ini diatur.
2. Sejauh mana kebutuhan-kebutuhan dipenuhi.
3. Sejauh mana kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup dapat
disediakan.12
2. Kesejahteraan Masyarakat
Dilihat dari unsur kata yang terkandung di dalamnya konsep
kesejahteraan masyarakat terdiri atas dua kata “Kesejateraan” dan
“Masyarakat”. Menurut kamus bahasa Indonesia, kata “Kesejahteraan”
berasal dari kata sejahtera yang memiliki ciri aman, sentosa dan makmur;
selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran).13
Kata
masyarakat sendiri memiliki makna komunitas yang terdiri dari
kumpulan orang-orang yang tinggal pada suatu wilayah tertentu dengan
11
Arif Fakhrudin, M.Ag, Alhidayah Al-qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode
Angka, (Tangerang Selatan: Kalim, 2010), h. 572 12
James Midgle, Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan Dalam
Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam),h.21 13
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (jakarta: PN Balai
Pustaka, 1985), h.521
26
berbagai ragam variasinya (dapat beragam suku, agama, profesi, status
sosial, status ekonomi, kemampuan, visi hidup, tingkat kecerdasan dan
keberagaman lainnya). Maka dengan demikian kesejahteraan masyarakat
adalah keadaan suatu komunitas atau kumpulan orang-orang pada suatu
wilayah yang telah memiliki kehidupan yang layak atau makmur secara
jasmani dan rohani. Dan Pembangunan sosial dipandang sebagai sebuah
pendekatan untuk mengangkat kesejahteraan rakyat atau juga
kesejahteraan sosial.
3. Indikator Kesejahteraan
Dalam usaha mendeskripsikan tingkat kesejahteraan itu, tidak bisa
dilepaskan dari penggolongan keluarga sejahtera. Sejahtera perlu
dikembangkan menjadi wahana pembangunan anggotanya yang utama
dan pertama. Untuk mendapatkan gambaran tentang klasifikasi
kesejahteraan perlu diketahui tingkatan keluarga sejahtera.
Dalam buku modul keluarga sejahtera diuraikan:
a. Keluarga pra sejahtera, yaitu keluarga itu belum dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimumnya.
b. Keluarga sejahtera I, yaitu keluarga yang sudah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat menerima
kebutuhan sosial psikologinya.
c. Keluarga sejahtera II, yaitu keluarga yang selain dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimumnya, dapat pula kebutuhan sosial psikologinya,
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan keluarga.
27
d. Keluarga sejahtera III, yaitu keluarga selain dapat memenuhi kebutuhan
sadar minimum, kebutuhan sosial pengembannya, tetapi belum aktif
menyumbang dan belum giat dalam usaha kemasyarakatan dalam
lingkungan desa atau wilayahnya.
e. Keluarga sejahtera III plus, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimum, kebutuhan sosial psikologis, kebutuhan
pengembangan, dan sekaligus secara teratur ikut menyumbang dalam
kegiatan sosial dan aktif pula mengikuti gerakan semacam itu.
Dalam tingkatan masing-masing terdapat indikator yang dijadikan
tolak ukur kesejahteraan dengan rincian sebagai berikut:
a.) Keluarga pra sejahtera
Indikator yang dipergunakan adalah keluarga tersebut tidak dapat atau
belum dapat memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing
anggota keluaarga.
2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau
lebih.
3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk
aktifitas di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian.
4. Lantai rumah terluas bukan lantai tanah.
5. Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin KB dibawa ke
sarana kesehatan.
28
b.) Keluarga sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.
Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar I sampai dengan 5 telah
terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologisnya belum terpenuhi yaitu:
1. anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
2. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan daging/
ikan/ telur.
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh kurang satu stel pakaian
baru setahun.
4. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap
penghuni rumah.
5. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan
sehat.
6. Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun keatas
berpenghasilan tetap.
7. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis
huruf latin.
8. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini.
9. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia
subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
c.) Keluarga sejahtera II
1. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
29
2. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan
keluarga.
3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan
kesempatan itu dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antara
anggota keluarga.
4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya.
5. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1x / 6
bulan.
6. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/ radio/ majalah/ TV.
7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transfortasi sesuai
kondisi daerah.
d.) Keluarga sejahtera III
Pada keluarga sejahtera III, kebutuhan fisik, sosial psikologis dan
pengembangan telah terpenuhi (1 s/d 21 terpenuhi), namun
keperdulian sosial belum terpenuhi, yaitu:
Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela
memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam
bentuk materiil. Kepala keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/
yayasan/ institusi/ masyarakat.
e.) Keluarga sejahtera III Plus
Keluarga sejahtera III Plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah
dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan telah
30
terpenuhi serta memiliki keperdulian sosial yang tinggi (1 s/d 23
terpenuhi).
Berdasarkan penjelasan di atas, tingkatan kesejahteraan itu
mempunyai lima kategori dalam susunan keluarga. Dengan rincian, pra
sejahtera, sejahtera I, sejahtera II, sejahtera III, sejahtera III plus.14
E. Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitarnya, baik berupa
benda hidup atau mati, benda nyata atau abstarak, termasuk manusia itu
sendiri, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi sesama
makhluk hidup lainya di alam tersebut.
Dalam Undang-undang R.I. No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
Lingkungan hidup pasal 1 ayat (1) menyebutkan:
“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
mahluk hidup lainnya”.15
Dari pengertian di atas terlihat bahwa lingkungan hidup sangat berperan
dalam mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lainnya.
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses
yang wajar dan terlaksana sejak manusia dilahirkan sampai ia meninggal
dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung
14
Setiadi, Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), h.18-21 15
Dr. M. Bahri Ghazali, M.A, Lingkungan Hidup Dalam Pemahaman Islam,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.11, cet.1
31
unsur-unsur lingkungan hidupnya. Udara, air, makanan, sandang, papan,
dan seluruh kebutuhan manusia harus diambil dari lingkungan hidupnya.
Kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan yang ada
didalamnya sering di istilahkan dengan daya dukung lingkungan, daya
toleransi dan daya tenggang, yang dalam istilah asing disebut carying
capatic. Lingkungan tidak dapat mendukung jumlah kehidupan tanpa
batas. Apabila daya dukung lingkungan itu terlampaui maka manusia akan
mengalami berbagai kesulitan.16
Mengingat pengelolaan lingkungan tujuan akhirnya adalah untuk
kepentingan masyarakatnya itu sendiri, maka unsur masyarakatnya lah
yang menjadi tolak ukur dan menjadi peran atau tokoh yang harus
mendapatkan perhatian utama dalam setiap kebijakan dalam kebijaksanaan
dalam pengelolaan lingkungan, khususnya manusia itu sendiri.
Manusia merupakan salah satu unsur di dalam lingkungan hidup ini.
Secara biologis manusia tergolong Homo sapiens. Ia merupakan makhluk
hidup yang paling canggih, namun demikian, ia tetap merupakan salah satu
unsur alam. Kecanggihan ini terjadi oleh manusia, karena ia dilengkapi
dengan bentuk fisik, fungsi tubuh serta karakteristik perkembangan
tubuhnya yang berbeda dengan hewan-hewan lainnya. Budayanya ini pula
yang menyebabkan ia dapat mengubah kualitas lingkungan hidupnya
dengan segala konsekuensinya. Oleh karena pula manusia dapat ditinjau
dari segi fisik maupun dari segi budayanya.17
16
Ricki M. Mulia, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), cet.
Pertama, h. 6 17
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (yogyakarta: Gadjah Mada
Universiry Press, 2009), cet. Kedelapan, h.21
32
F. Tahapan Pemberdayaaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses intervensi (perubahan
sosial yang terencana). Oleh karena itu, dalam perkembangan pemikiran
mengenai partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan suatu
komunitas, maka keterlibatan masyarakat tidak saja dilihat pada tahap
perencanaan saja tetapi sudah meluas hingga tahap assessment dan evaluasi.
Sehingga tahap dimana keikutsertaan masyarakat diharapkan mulai terlihat
dalam suatu pendekatan non-direktif, dapat dijelaskan dalam beberapa tahap,
terdiri dari a. Tahap assessment b. Tahap perencanaan alternatif program atau
kegiatan c. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan d.
Tahap evaluasi dan hasil. 18
Terkait dengan hal di atas Pemberdayaan masyarakat juga membutuhkan
partisipasi masyarakatnya juga. Karena partisipasi masyarakat menjadi
elemen yang penting dalam pengembangan masyarakat desa. Partisipasi
memiliki pengertian bahwa setiap program bukan hanya yang merancang dari
orang lain lain, lsm, atau instansi manapun yang kemudian masyarakat
diminta ikut melaksanakannya, tetapi program tersebut bisa dirancang oleh
masyarakatnya itu sendiri dan yang menfasilitasi masyarakat itu sendiri.
Sebagaimana diketahui, partisipasi masyarakat yang semakin meningkat,
merupakan salah perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut.
18
Isbandi Rukminto Adi, pemberdayaan, pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, (jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2001).h.208
33
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
A. Gambaran Umum Kelurahan Pondok Petir
1). Letak Dan Batasan Wilayah
Kelurahan pondok petir merupakan salah satu kelurahan yang berada pada
wilayah Kecamatan Bojongsari Kota Depok dengan luas wilayah 291 ha yang
batas-batasnya sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kota Tangerang Selatan
- Sebelah Timur : Kelurahan Utara
- Sebelah Selatan : Kelurahan Curug
- Sebelah Barat : Kabupaten Bogor
Pemanfataan dan Penggunaan lahan di Kelurahan Pondok Petir adalah
sebagai berikut:
- Perumahan, Pemukiman : 208 Ha
- Perusahaan : 4000 M2
- Pertanian : 8 Ha
- Sarana Olah Raga : 11 Buah
- Sarana Ibadah : 34 Buah
- Sarana Umum / Jalan : 4,7 Buah
- Lainnya : ....... Ha
Lembaga Kemasyarakatan yang ada di Kelurahan Pondok Petir yaitu:
- Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) : 1
- Tim Penggerak PKK Masyarakat : 1
34
- Badan Keswadayaan Masyarakat : -
- Karang Taruna Kelurahan : 1
- POKDAR Kamtibmas : 1
- UPZ Kelurahan : 1
- UPS Kelurahan : 1
- Satgas Kelurahan Siaga : 1
- Satgas RW Siaga : 16
- Satgas Kota Sehat : 1
Keadaan Demografi, Sosial dan Ekonomi Kelurahan Pondok Petir sebagai
berikut, dan bisa kita lihat dari Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis kelamin, baik
laki-laki dan perempuan di Kelurahan Pondok Petir sampai akhir Bulan
Desember 2012 tercacat 22.147 Jiwa, hal ini dibuktikan dengan adanya tabel 1
dibawah ini :
Tabel I
Jumlah Penduduk
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase %
1 Laki-laki 11.150 50,35%
2 Perempuan 10.997 49,65%
Total 22.147 100,00%
Sumber: berdasarkan data dari Kelurahan Pondok Petir
Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah penduduk menurut
jenis kelamin baik laki-laki dan perempuan yang paling tertinggi adalah jenis
kelamin laki-laki berjumlah 50,35%, sedang jumlah penduduk perempuan adalah
49,65%. Dalam tabel diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan angka
35
berjenis laki-laki di penduduk desa pondok petir di Rt: 02 ini, dan kecilnya angka
penduduk perempuan di desa pondok petir.
Tabel II
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Pesentase %
1 0-5 Tahun 1.874 8,46%
2 6-10 Tahun 2.431 10,98%
3 11-15 Tahun 2.286 10,32%
4 16-20 Tahun 1.985 8,96%
5 21-25 Tahun 2.142 9,67%
6 26-30 Tahun 1.896 8,56%
7 31-35 Tahun 1.947 8,79%
8 36-40 Tahun 1.432 6,47%
9 41-45 Tahun 1.772 8,00%
10 46-50 Tahun 1.594 7,20%
11 51-55 Tahun 962 4,34%
12 56-60 Tahun 945 4,27%
13 >60 Tahun 881 3,98%
Total 22.147 100,00%
Sumber: berdasarkan data dari Kelurahan Pondok Petir
Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah penduduk berdasarkan
usia, baik yang usia paling rendah yaitu lebih dari 60 tahun 3,98%, sampai usia
paling tinggi 6-10 tahun 10,98%, Dalam tabel diatas menunjukkan bahwa adanya
peningkatan jumlah angka penduduk diusia 6-10 tahun di desa pondok petir,
Kelurahan Pondok Petir. Tabel selanjutnya adalah tabel usia pekerjaan yang ada
di Pondok Petir sesuai dengan data Keluarahan Pondok Petir, sebagai berikut:
36
Tabel III
Berdasarkan Usia Pekerjaan
No Usia Jumlah Persentase %
1 19-25 Tahun 2.707 31,51%
2 26-45 Tahun 3.256 37,90%
3 46-59 Tahun 2.628 30,59%
Total
8.591 100,00%
Sumber: berdasarkan data dari Kelurahan Pondok Petir
Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah penduduk berdasarkan
usia dalam pekerjaan, baik yang usia paling rendah yaitu 46-59 tahun 30,59%,
sampai usia paling tinggi 26-45 tahun 37,90%, Dalam tabel diatas menunjukkan
bahwa adanya penurunan jumlah penduduk diusia senja yang masih bekerja
dikarenakan faktor umur yang lanjut usia, dan semangatnya bekerja usia 26-45
tahun. Selanjutnya tabel yang menunjukan bahwa adanya peningkatan atau tidak
penduduk di desa pondok petir, sebagai berikut:
Tabel IV
Mobilitas Penduduk Tahun 2012 :
No Mobilitas Jumlah Persentase %
1 Lahir 62 10,73%
2 Meninggal 65 11,25%
3 Datang 237 41,00%
4 Pindah 214 37,02%
Total
578 100,00%
Sumber: berdasarkan data dari Kelurahan Pondok Petir
37
Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah penduduk
berdasarkan mobilitas penduduk, baik yang paling rendah yaitu angka
kelahiran 10,73%, dan angka kematian adalah 11,25%. Dalam tabel diatas
menunjukkan bahwa berjalanya program KB yang diadakan di puskesmas
dari pemerintah berjalan dengan baik, yaitu rendahnya angka kelahiran di
kelurahan pondok petir. Selanjutnya tabel yang menunjukan bahwa
jumlah penduduk menurut agama atau Kepercayaan mayoritas penduduk
Pondok Petir adakah Agama Islam, hal ini dibuktikan dalam tabel V
sebagai berikut:
Tabel V
Penduduk Brdasarkan Agama
No Agama Jumlah Persentase %
1 Islam 10.224 66,23%
2 Katholik 1.756 11,38%
3 Protestan 2.792 18,09%
4 Hindu 184 1,19%
5 Budha 480 3,11%
Total 15.436 100,00%
Sumber: berdasarkan data dari Kelurahan Pondok Petir
Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah penduduk menurut
agama yang tertinggi adalah agama Islam sebesar 66,23%, sedangkan jumlah
penduduk menurut agama yang paling terendah adalah agama Hindu 1,19%.1
Adapun pelayanan umat beragama sebagai berikut:
a. Jumlah Masjid : 10 Unit
b. Jumlah Musholla : 15 Unit
1 Data berikut berdasarkan laporan Tahunan Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan
Bojongsari Tahun 2012
38
c. Jumlah Gereja Katholik : 1 Unit
d. Jumlah Gereja Protestan : - Unit
e. Jumlah Wihara : - Unit
f. Jumlah Kelenteng : - Unit
g. Jumlah Rekomendasi Pendirian Tempat
Ibadah : - Lembar
2). Struktur Organisasi Dan Perlengkapan
Berdasarkan Perda Kota Depok Nomor 08 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangat Daerah, Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah
dibantu oleh 1 orang Sekretaris dan 3 Kepala Seksi. Di Kelurahan Pondok
Petir dari 3 Jabatan Kepala Seksi baru Kepala Seksi yang terisi yaitu
Kepala Seksi Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban, sedangkan 2
formasi Kasi sampai saat ini belum terisi.
Sampai akhir Tahun 2012 Kelurahan Pondok Petir dipimpin oleh
seorang Lurah dibantu oleh 1 Sekretaris, 1 orang Sekretaris, 1 orang
Kepala Seksi dan 8 orang pelaksana dari 6 orang PNS dan 3 orang
Sukwan. Secara struktural dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sekretaris Lurah
2. Kepala Seksi Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban.
3. Kepala Seksi Pembangunan dan Perekonomian (Kosong)
4. Kepala Seksi Kemasyarakatan (Kosong), dan
5. Pelaksana :
a. 6 Orang PNS
39
b. 3 Orang Sukwan
2.) struktur Organisasi Keluarahan Pondok Petir
Gambar 3 struktur organisasi Pondok petir
Sumber: Laporan Tahunan Kerja Kelurahan Pondok Petir 2012
3). Visi dan Misi Kelurahan Pondok Petir
a. Visi
Visi adalah cita-cita atau keinginan organisasi untuk mencapai seluruh
potensi yang dideskripsikan secara jelas dan singkat yang dapat dicapai dalam
kurun waktu tertentu melalui implementasi rencana strategis yang telah
ditetapkan. Kelurhan Pondok Petir mempunyai Visi “ Meningkatkan Mutu
Pelayanan Menuju Masyarakat Sejahtera 2014 ”, dari visi tersebut ada
prinsip-pr nsip yang menjadi landasan dalam menetapkan visi tersebut yaitu
“Meningkatkan Mutu Pelayanan”, yaitu suatu tekad untuk
Lurah
kel. fungsional
kasi pemb. dan trantib
kasi pemb. dan perekonomian
sekretaris Kelurahan
kasi Kemasyarakatan
40
mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat agar masyarakat merasa puas,
hal ini sejalan dengan Visi Kota Depok “ Terwujudnya Kota Depok Yang
Maju Dan Sejahtera ”. untuk meningkatkan mutu pelayanan ini perlu
didukung oleh SDM, Sarana, dan Prasarana serta kerjasama yang baik antara
LPM, Rw, Rt, dan segenap Unsur Masyarakat. Oleh karena itu untuk
mencapai Visi yang sudah ditetapkan perlu adanya tahapan berupa Misi yang
harus dilaksanakan.
b. Misi
Misi Kelurahan Pondok Petir adalah :
1. Meningkatkan Kualitas SDM / Pegawai :
SDM / Pegawai merupakan salah satu pendukung yang sangat vital
untuk keberhasilan tugas suatu organisasi, apabila ingin mencapai visi
meningkatkan mutu pelayanan, kemampuan SDM Kelurahan Pondok
Petir harus ditingkatkan kualitasnya agar memenuhi standar yang
dipersyaratkan baik kualitasnya maupun kuantitas.
2. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Pelayanan :
Kelurahan merupakan ujung tombak dalam menyelenggarakan urusan
Pemerintahan, Pembangunan dan kemasyarakatan, sarana dan
prasarana mutlak diperlukan untuk menunjang pelaksana kegiatan
yang bertujuan untuk menyediakan yang optimal.
3. Memelihara Dan Meningkatkan Kerjasama dengan LPM, RW, dan RT
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, kerjasama antara lembaga
Pemberdayaan Masyarakat, RW, dan RT dan semua insan masyarakat
merupakan prasyarat yang harus tetap terpelihara bahkan ditingkatkan
41
lagi agar tercipta rasa tanggung jawab untuk memuaskan masyarakat
dalam pelayanan.
B. Profil Bank sampah Cempaka II Rt : 02 Rw: 09
Wilayah Rw 09 pondok petir adalah suatu wilayah yang unik, karena
wilayahnya terbelah oleh komplek reni perumahan reni jaya karena itu wajar
bila komunikasi dan segala bentuk kegiatan terhambat. Apalagi persepsi
budaya antar penduduk asli dan pendatang sangat kentara.
Hal itu lah yang mengacu semangat perkumpulan ibu-ibu yang perduli
lingkungan untuk melakukan perubahan. Karena kebutuhan untuk bersatu
mengejar ketertinggalan itulah yang menjadi pencetus wadah resmi yang bisa
mengakomodir kebutuhan masyarakat untuk maju, mandiri, sehat sejahtera
jasmani dan rohani. Kendala yang terpisah adalah malah menjadi berkah,
karena masyarakat saling bertalisilaturahmi, berinteraksi dengan intensif
sehingga segala masalah bisa dimusyawarahkan bersama perbedaan antara
pribumi dan pendatang sudah tidak lagi yang sekarang adalah jalinan
kekeluargaan yang sangat erat dan indah.
Ada salah satu lokasi Bank Sampah Cempaka II adalah Jln. Swadaya Rt:
02 Rw: 09 Pondok Petir, Bojongsari Kota Depok. Kondisi di RW 09 ini
didominasi oleh rumah-rumah yang bebejeran yang masih agak luas dari
lahan tanah kosong. Kelurahan Pondok Petir adalah salah satu dari Kota
Depok dimana wilayah Kelurahan yang ada di Kota Depok yang saat ini
dipimpin oleh Bapak Endang Hidayat, sebagai salah satu wilayah yang
berada dalam Lingkungan kota layak anak, Rukun Warga dan Rukun
Tetangga, serta mayoritas beragama islam.
42
Tabel VI
Data Penduduk Menurut Berdasarkan jenis kelamin di Rt: 02 Pondok Petir
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase %
1 Laki-laki 138 50,18%
2 Perempuan 137 49,82%
Total
275 100,00%
Sumber: Laporan Kegiatan Dan Program Kerja PKK 2013
Jumlah penduduk Rt: 02 Kelurahan Pondok Petir sebanyak 275 jiwa,
50,18% berjenis kelamin laki-laki dan jumlah penduduk yang berjenis perempuan
berjumlah 49,82%, dengan artian jumlah laki-laki lebih besar ketimbang jumlah
perempuan yang ada di wilayah Rt: 02 tersebut.
Tabel VII
Data Penduduk Menurut Status Ekonomi
No Kategori Jumlah Persentase %
1 GAKIN 10 13,51%
2 NON GAKIN 64 86,49%
Total
74 100,00%
Sumber: Laporan Kegiatan dan Program Kerja 2013
Menurut Data Laporan Kegiatan Dan Program Kerja 2013, data diatas
adalah menunjukkan bahwa rendahnya Jumlah angka Gakin (Keluarga Miskin)
adalah 13,51% dan Keluarga tidak Miskin adalah 86,49% itu artinya bisa
dikatakan terbantunya dengan adanya bank sampah di desa tersebut.
a. Latar belakang bank sampah cempaka II
Lingkungan yang bersih adalah impian setiap manusia dimana dia bisa
mewujudkan impian hidupnya bersama keluarga dan masyarakat lain dalam
43
suatu irama yang nyaman dan ideal. Akan tetapi impian itu akan sangat sulit
terwujud jika masing-masing individu itu hanya mementingkan hidupnya tanpa
peduli dengan yang lainnya. Agar orang ingin hidup di lingkungan yang sehat
tapi kurang adanya upaya untuk mengubah perilaku untuk hidup sehat. Allah
menciptakan suatu penuh dengan keindahan dan kesucian, tapi manusia lalai
untuk menjaga karunia itu untuk tetap indah. Dengan alasan ekonomi dan
tekhnologi yang dangkal, semua berubah tanpa kendali. Wilayah RW 09
dulunya adalah suatu kawasan hijau yang asri, dengan berjalannya waktu
perlahan kawasan ini menjadi lingkungan yang penuh hunian dan padat.
Karena letaknya di kelililingi oleh komplek perumahan reni jaya maka mata
pencahariannya banyak yang bersumber dari komplek itu. Salah satunya adalah
sebagai pengangkut sampah. Akan tetapi letak TPA yang lumayan jauh maka
banyak sampah yang dibuang sembarangan oleh para pengangkut itu ke
wilayah RW 09, ditambah dengan perilaku penduduk yang juga suka
membuang sampah di kebun kosong di sekitar pemukiman. Alhasil di tahun
2009 tumpukan sampah menggunung dimana-mana, dengan aktifnya ibu-ibu
yang tergabung dalam gerakan PKK dan RW SIAGA di sosialisasikan hidup
bersih dan sehat secara kongkrit.
Awalnya dengan gerakan minggu bersih dan PSN. Pengelolaan sampah
hanya dengan dibakar, kemudian di ikuti dengan terbentuknya Bank Sampah
Cempaka II, walau nasabah pada awalnya hanya dengan lima nasabah.
Kemudian lama kelamaan semakin bertambah nasabahnya hingga pada
akhirnya semua keluarga di RT 02 menjadi nasabah Bank Sampah Cempaka II.
44
b. Tujuan Bank Sampah Cempaka II
Berikut ini tujuan dan sasaran bank sampah Cempaka II:
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kecerdasan bangsa menuju masayarakat mandiri,
berbudi pekerti dan ramah lingkungan .
b. Tujuan khusus
1.) Menciptakan kehidupan berkualitas bagi lingkungan sekitar
menuju kehidupan yang lebih baik.
2.) Mengedukasikan masyarakat sekitar agar merubah budaya atau
kebiasaan dalam membuang sampah.
3.) Mengedukasikan dan pendampingan bagi masyarakat dalam
memilah-milah sampah sebagai sumber mata pencaharian.
4.) Menciptakan masyarakat yang mandiri.
5.) Menciptakan insan yang handal melalui keterampilan tepat
guna dan berhasil guna.
c. Manfaat Bank Sampah Cempaka II:
1. Sebagai kegiatan pegelolaan sampah yang berkesinambungan bermanfaat
bagi masyarakat di sekitar Pondok Petir.
2. Meningkatkan reputasi dan citra kota Depok desa Pondok Petir dalam
mengatasi sampah dan kesadaran kebersihan lingkungan.
3. Mengukir nama desa pondok petir rw 09 sebagai wilayah layak anak.
45
d. Pembiayaan operasional
mencapai visi dan misi yang dijalankan oleh bank sampah cempaka II
sawangan bojongsari depok, diperlukan daya dukung yang penuh dari
masyarakat itu sendiri untuk menjalankan.
e. Struktur kepengurusan program bank sampah cempaka II di Pondok
Petir
Sumber: Laporan Kegiatan dan Program Kerja Rw: 09 Pondok Petir 2013
Jumlah anggota : 60 orang
Lokasi : Rt 002 Rw 09
Tanggal Berdiri : 23 September 2011
Sistim : Tanpa Rumah Sampah
Jumlah aset sampai bulan maret 2013 : Rp. 4.250.850
Waktu buka : setiap minggu ke 2 dan 4
Jam : 08.00 -10.00 WIB
Penggunaan dana : Tabungan dan Pinjaman Bergulir
ketua: Nuratikah
Eddy
Hj. estinova armen
Neneng W. Erwan
46
f. Macam-macam kegiatan bank sampah cempaka II
1. Sosialisasi terus menerus.
2. Pelatihan pemanfaatan sampah organik dengan biopori dan komposter
3. Pelatihan ketrampilan dengan bahan limbah
4. Mengikuti berbagai pameran produk daur ulang
5. Mengikuti berbagai pelatihan yang di selenggrakan oleh pemerintahan,
LSM, maupun perguruan tinggi
6. Menyelangarakan pelatihan dengan mengundang narasumber dengan tema
lingkungan hidup
7. Memasukan isu pelestarian lingkungan dalam materi belajar, baik di paud,
pengajian anak, maupun taklim dengan mengupas ayat-ayat Al-qur’an
yang berhubungan dengan pemeliharaan alam sekitar.
8. Memberikan pelatihan kepada kader dari wilayah lain, LSM, Mahasiswa
maupun Instansi yang punya keperdulian terhadap lingkungan.
9. Memproduksi jenis-jenis produk kerajinan daur ulang untuk kemudian
dijual kepada instansi-instansi yang memesan.
g. Ruang Lingkup kegiatan Bank sampah cempaka II
Lingkungan kegiatan pendampingan pengolaan sampah cempaka II
diantaranya adalah :
1. Mengembangkan kelembagaan dan kegiatan yang ada.
2. Pelaksanakan pendakatan dialog terhadap masyarakat.
3. Meningkatkan kopetensi pengelolaan sampah.
4. Merubah perilaku dalam memilah-milih sampah.
47
5. Mendorong terbentuknya pemasukan (income generating) dari kegiatan
pengolaan sampah.
6. Mendorong lahirnya penerus pengolaan sampah.
Selain masyarakat Rt: 02 Rw: 09 yang melakukan kegiatan ini, bank
sampah juga membuka jaringan dengan pemulung atau pengepul guna
melakukan langkah cinta dan keperdulian terhadap lingkungan serta daur
ulang.
.
48
BAB IV
ANALISIS MENGENAI BANK SAMPAH CEMPAKA II
A. Pelaksanaan Bank Sampah Cempaka II
Sesuai dengan hasil observasi dan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti kepada pengurus Bank Sampah Cempaka II, beberapa pengurus atau
staf Program Bank Sampah Cempaka II bahkan penulis merasakan turut
merasakan kebersihan lingkunganya, masyarakat dan ibu-ibu rumah tangga
yang turut merasakan kebersihan akan lingkungannya maka dapat dianalisa
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui program bank
sampah yang berfungsi mengembangkan potensi dan kemampuan para ibu-
ibu yang melakukan pendauran ulang sampah, dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan sikap agar
tumbuh kembang secara wajar dan siap mandiri untuk memperoleh masa
depan yang cerah, berguna bagi dirinya, masyarakat dan bangsa.
Bahkan kegiatan daur ulang sampah organik dan an-organik ini menjadi
salah satu menjadi eksistensi baik dari kota depok dan mereka telah mendapat
kunjungan dari instansi lain: seperti Universitas Islam Negeri Jakarta,
Universitas Indonesia, dan penelitian lainnya.
Bank sampah Cempaka II, merupakan salah satu program di bawah
naungan ibu-ibu yang bergerak dalam bidang mensejahteraan masyarakatnya
dalam menambahkan dan meningkatkan ekonomi keluarga dan lingkungan.
Dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat, tidak langsung terbentuk atau
terjadi secara langsung maupun tiba-tiba. Dalam hal ini peneliti akan
49
menjelaskan beberapa tahapan dari perencaan dan pelaksaan, dan melalui
beberapa proses, yaitu 1.) tahap assessment (2) tahap Perencanaan
Alternatif program atau Kegiatan (3) tahap Pelaksanaan (implementasi)
Program atau Kegiatan (4) tahap Evaluasi.
Secara umum, dalam upaya mengembangkan masyarakat di tingkat lokal,
baik organisasi pemerintah maupun non pemerintah, biasanya dibantu oleh
kader (indigenous worker). Kader diharapkan dapat menggantikan peranan
tugas pembangunan desa dalam melanjutkan kegiatan-kegiatan pembangunan
desa. Kader adalah orang-orang yang berasal dari masyarakat setempat yang
dengan sukarela bersedia ikut serta dalam pelaksanaan berbagai kegiatan
dalam pembangunan desa. Seperti contoh yang dilakukan dalam kegiatan
oleh masyarakat yaitu bank sampah dalam naungan PKK yang merupakan
program pendampingan pengelolaan sampah yang berbasis kesejahteraan
masyarakat dan lingkungan. Dalam program bank sampah masyarakat diberi
ruang untuk menjadikan dan menciptakan kehidupan yang lebih berkualitas
baik dalam kehidupannya maupun dalam lingkungan pada umumnya. Dalam
hal ini peneliti akan menjelaskan beberapa tahapan dalam pelaksanaan
program bank sampah.
1. Tahap Assessment
Proses assessment yang dilakukan disini dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan
juga sumber daya yang di miliki oleh masyarakat.
Mengingat latar belakang masalah bank sampah cempaka II
dimana yang dahulunya lingkungan di Rt: 02 ini permasalahan utamanya
50
adalah sampah, tingginya peningkatan penyakit diare, dan banyaknya
orang yang membuang sampah sembarangan yaitu di lingkungan Rt: 02
Rw: 09, sampah-sampah itu menumpuk, berserakan dimana-mana dan lalu
hanya pembakaran saja.
“Berawal melihat kondisi di lingkungan yang dulunya
banyak sampah, dan sampah itu bukan hanya dari warga sekitar
namun dari warga lain yang membuang sampah di wilayah kita.
Dan itu sangat mengganggu tatanan keindahan pemandangan
lingkungan. Awalnya saya bergerak untuk keluarga saya sediri
dimana saya menanamkan kepada keluarga khususnya anak sendiri
untuk membuang sampah dan memilah-milah sampah, lalu saya
tanamkan ke warga sekitar dan mengajak mereka akan
keperduliannya terhadap lingkungan yaitu kerja bakti, dan
membangun kesadaran mereka akan lingkungan. Dari sana
terbentuknya rumah sampah namun karena tidak efektif hingga
akhirnya terlahirlah bank sampah cempaka II ini, awalnya memang
hanya sekitar 5 orang saja, namun lama-kelamaan banyak juga
nasabahnya, karena mereka tau hasil dari sampah itu akan
membantu nilai ekonomian mereka.”1
Dari wawancara diatas terlihat jelas bahwasanya permasalahan dari desa
tersebut adalah sampah, maka dari itu masayarakat disana berinisiatif
membuat bank sampah, agar sampah-sampah tersebut dapat dikelola
dengan baik, dan bisa bermnafaat bagi masyarakat.
2. Tahap Perencanaan Alternatif program atau kegiatan
Pada tahap ini secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara
mengatasinya. Dan melibatkan masyarakat secara partisipatif menangani
masalah yang mereka hadapi. Dalam penanganannya melalui strategi
perencanaan, kader-kader mengajak warga untuk kebersihan
lingkungannya, yaitu:
1 Wawancara ibu ketua pelaksana bank sampah Nuratika Eddy, 16 maret 2013
51
a. Kepemimpinan. Strategi dalam memimpin bank sampah ini dengan
membangun kesadaran setiap kader-kadernya. Berawal
disosialisakikan rencana program ketika ada pengumpulan kegiatan
atau kader-kader. Lalu mengajak masyarakatnya.
“Bahwa apapun kegiatannya tidak akan berjalan sempurna jika
tidak memulainya dari kesadaran didalam diri. Untuk
menumbuhkan kesadaran itu harus memulainya dari diri sendiri,
ditularkan kepada suami dan anak-anak sehingga dari keluarga
yang telah sadar itulah menular kepada keluarga-keluarga yang
lainnya.”2
b. Setelah tumbuh kesadaran itu maka yang terjadi adalah kekompakan
dalam bekerja sama. Kompak atau yang kita sebut dengan solid ini
adalah sebuah bentuk kepemimpinan yang di bangun oleh ibu Atika
dalam memimpin para anggotanya.
c. Jika sudah kompak maka yang tumbuh kemudian adalah hubungan yang
harmonis, di sebut sebagai hubungan silaturrahim yang baik dan
produktif.
d. Berdialog dengan masyarakat dalam memecahkan setiap persoalan yang
tengah dihadapai oleh masyarakat. Sehingga dengan demikian bisa
ditemukan akar dari masalahnya dan dengan mudah mencari solusinya.
“Memang awalnya sulit neng, mengajak ibu-ibu untuk
kebersihan. Akhirnya kita mengajak anak-anak kecil mengelili
lingkungan dan kita suruh pilih-pilih jenisnya, dengan peralatan
seadanya make kantong plastik gede. Yang paling banyak dapet dia
yang hadiah”.3
2 Wawancara pribadi dengan ibu Nuratikah selaku Ketua Pelaksana Bank
Sampah Cempaka II, pada tanggal 29 juni 2013 3 Wawancara dengan kader Bank sampah cempaka II Ibu Masitoh, 1 juni 2013,
pukul 10.45 di kediaman rumah beliau
52
3. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial
(penting) dalam proses pengembangan masyarakat, dari sinilah
terbentuknya bank sampah cempaka II yang dilakukan oleh warga sekitar,
dan sesuatu yang sudah di rencanakan dengan baik akan dapat melenceng
dalam pelaksanaan di lapangan. Namun karena ketua pelaksana bank
sampah sangat empati sekali dengan lingkungan, maka bank sampah itu
berjalan dengan baik. Adapun tahap pelaksanaan yang dilakukan oleh
bank sampah cempaka II :
Kegiatan pertama yaitu pada tanggal 26 september 2011, disini
masyarakat membuka rumah sampah terlebih dahulu, karena sampah-
sampahnya malah makin bertambah dan itu dilakukan di rumah ketua
pelaksana bank sampah yaitu ibu nuratikah, dan kurangnya efektif maka
dari sana terbukalah ide untuk membuka bank sampah, dimana pelaksana
bank sampah bekerja sama dengan pengepul dan pendampingan
masyarakatnya melalui kader-kader bank sampah untuk menjalankan lagi
apa yang akan dicapai, yaitu kebersihan lingkungan dan kesejahteraan
masayarakatnya. Tujuan dilakukannya sosialisasi ini untuk lebih terbuka
lagi masyarakatnya dalam menangani masalah sampah. Adapun tahapan
pelaksanaan bank sampah ini yang dilakukan oleh masyarakat sebagai
berikut:
a. Pelaksanaan kerja bakti
Pelaksanaan kerja bakti ini adalah sebelum melakukan pelaksanaan
dalam penimbangan yang di lakukan oleh masyarakat. Kerja bakti ini
53
dilakukan oleh warga Rt: 02 Rw: 09 guna untuk lebih menjaga
kebersihan lingkungan dan menjaga tata kenyamanan di desa tersebut.
Menurut penulis, kerja bakti disini sudah cukup efektif karena dimana
warga melakukan kerja bakti membersihkan musholla, menyapu
wilayah sekitar Rt: 02, mencuci karpet musholla, dan bergotong
royong membersihkan kebun yang banyak sampahnya walaupun
bukan kebun sendiri. Setelah adanya kerja bakti sebelum penimbangan
disana juga diadakan penyumbangan bergulir untuk kebutuhan
masyarakat, seperti membelikan super pel, membeli makanan untuk
warga setelah membersihkan lingkungan, detergen, dan lain-lain.
b. Pelaksanaan Penimbangan
Pelaksanaan kegiatan bank sampah ini yang dilakukan oleh warga Rt:
02 Rw: 09 Desa Pondok Petir ini adalah setiap dua minggu sekali
dalam sebulan, yaitu minggu ke-dua dan ke-empat yang dilakukan
pukul jam 08.00-10.00, lokasinya di depan rumah ketua Bank sampah.
Jumlah anggota yang mengikuti bank sampah sampai saat ini sudah
mencapai 60 orang, dengan tanpa sistem rumah sampah. Jumlah aset
sampai bulan maret 2013 mencapai Rp. 4.250.850, Penggunaan dana
bank sampah cempaka II ini adalah Tabungan dan Pinjaman Bergulir
untuk masyarakat yang memutuhkan.
“Sejauh ini saya tahu dengan adanya bank sampah yang
dilakukan oleh warga disini, dan alhamdulillah terbantulah dari
adanya bank sampah disini, masyarakat jadi tahu manfaat dan
kegunaan sampah dari bank sampah tersebut, dan memilah-milah
sampah, dan anak-anak juga nyaman buat bermain, jadi sebagai
54
para ibu tidak terlalu khawatir, dan sampah juga bisa nambahin
kebutuhan keluarga walau ga’ seberapa besar setiap ngiloinnya”.4
Berikut tabel daftar harga untuk penjualan penimbangan bank
sampah cempaka II sesuai dengan jenisnya.
Tabel VIII
Daftar Harga Bank Sampah Cempaka II
Kode Jenis Harga / Kg
1. Plastik Bersih Rp. 4.000
2. Plastik campuran Rp. 1.800
3. Besi Rp. 3.500
4. Alumunium Rp. 9.000 – 10.000
5. Kaleng Rp. 2.500
6. Kertas Rp. 1.200
7. Aki Rp. 6.000 – 7.000
NB: Harga dapat berubah sewaktu-waktu sesui kondisi dan harga pasar
4 Wawancara pribadi dengan Ibu Nansih selaku Ibu Rt: 02, pada tanggal 1 juni
2013, pukul 09.00 di kediaman rumah beliau
55
c. Tahapan pengelolaan bank sampah cempaka II
Sumber: Hasil wawancara Ibu Nuratikah (ketua Pelaksana), tanggal,
25 Juni 2013
S
4. Tahap evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari ketua pelaksana bank
sampah, kader-kader masyarakat dan warga terhadap program yang sedang
berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga diharapkan akan terbentuk
suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara
internal.
B. Dampak Program Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan dengan adanya program
Bank Sampah adalah adanya perubahan pada masyarakat dan lingkungan,
sampah dibuang pada tempatnya, lingkungan menjadi bersih dan sudah
terjadwal untuk menjalankan semua itu. Berdampak pada kebersihan
sampah Warga
bank sampah
buku besar buku
tabungan perindividu
buku akhir saldo bank
sampah
56
lingkungan serta tidak adanya sampah yang berserakan, serta adanya kerja
bakti yang selalu dilakukan tiap minggunya di Rt: 02, dan membangun akan
kesadaran masyarakat terhadap lingkungannya. Warga yang sebelumnya
tidak menyadari akan dampaknya sampah jika menumpuk di desanya, ketika
program bank sampah sudah berjalan masyarakat dan lingkungannya pun ikut
berdampak pada lingkungan yang indah dan tidak berserakan dengan adanya
sampah seperti di kota-kota.
Adapun pendapat dari beberapa warga dampak kesejahteraan dari program
bank sampah ini menghasilkan dampak yang positif bagi masyarakat.
“Dulu lumayan bala desa ini, tapi semenjak ada kader
sekarang alhamdulillah terbantu, lingkungan juga enak dilihatnya
bersih, sampah juga bisa di daur ulangin, kaya tas, bros dari sisa
jaitan. Terus juga uang bank sampahnya juga bisa pinjem. Ya buat
apa aja. Orang sakitlah, bayaran lah buat anak-anak sekolah.
Pokoknya kader sekarang tanggung jawab bener”.5
Dengan melihat keterangan diatas dan melihat keadaan lingkungannya
sekarang. Adanya perbaikan lingkungan yang jauh lebih baik dan bersih dan
memberikan input yang baik untuk kesejahteraan masyarakatnya dan
lingkungannya. Di bawah ini dampak kesejahteraan yang dirasakan oleh
masyarakat melalui kerajinan plastik (bungkus kopi) yang dihasilkan dari
bank sampah cempaka II.
a. Dampak Kesejahteraan dari pelatihan kerajinan plastik (bungkus kopi).
Pelatihan kerajinan bungkus kopi memberikan motivasi untuk
memanfaatkan sampah dirumah tangga yang berbasis sampah yang
terbuat dari plastik serta bisa bermanfaat dan menjadi karya atau
kerjaninan pada ibu-ibu Rt: 02 di Pondok Petir Bojongsari Depok.
5 Wawancara dengan masyarakat ibu marsenih, 1 juni 2013
57
Tujuan dari pelatihan kerajaninan sampah bungkus kopi di Rt: 02
Pondok Petir Bojongsari Depok sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat Rt: 02 Pondok
Petir tentang proses pembuatan kerajinan plastik.
2. Agar masyarakat Rt: 02 setelah pelatihan ini melakukan
pemilahan sampah di rumah.
Adapun peserta yang terlibat dalam melakukan pelatihan kerajinan
plastik adalah semua masyarakat dalam Rt: 02, kegiatan ini diadakan
dirumah masing-masing, sekitar pukul 16.00 sampai selesai.
b. Dampak kesejahteraan dari pengolaan bank sampah cempaka II
Adapun dari program ini adanya memilah-milah sampah yang ada di Desa
Pondok Petir Rt: 02, berdasarkan penelitian peneliti dengan adanya bank
sampah ini adanya masyarakat yang mengumpulkan sampahnya setiap
minggu ke-2 dan ke-4, awalnya di timbang terlebih dahulu, di jual ke
pengepul dan pemasukan buku tabungannya masing-masing dari
pemilahan sampah ini walau tidak besar.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu masyarakat
mengenai keterlibatannya dan uang pendapatannya dari pengumpulan
sampah yang dijual dari masyarakat ke pengelolaan bank sampah.
“Ya lumayanlah uangnya, walaupun ga besar tapi bisa
ngebantu buat bayaran anak sekolah saya. Kan ditabungin dulu
baru nanti pas kita butuhin kita bisa mengambilnya di ibu atik.” 6
6 Wawancara pribadi dengan ibu Sri Mulyati, 1 juni 2013
58
Berdasarkan pembahasan diatas masyarakat Rt: 02 sudah bisa
dikatakan sejahtera tapi belum maksimal, jika di bandingkan penghasilan
keseluruhan Bank Sampah Cempaka II per 60 orang sebesar Rp. 4.250.850.
Dan jika kita lihat dalam indikator sejahtera, ada beberapa indikator
sejahtera, kita bisa melihatnya dalam tabel sebagai berikut:
Tabel IX
Indikator Kesejahteraan
Jenis Indikator Sejahtera Tolak Ukur Indikator
Kesejahteraan
Pra Sejahtera: Keluarga yang
belum dapat memenuhi dasar
minimumnya.
1. Melaksanakan ibadah menurut
agama masing-masing anggota
keluarganya.
2. Makan 2x atau lebih
3. Memiliki pakaian yang berbeda
antara di rumah, kantor,
sekolah dan bepergian.
4. Lantai rumah, bukan lantai
tanah.
5. Bila anak sakit atau KB dibawa
kesarana Kesehatan.
Keluarga Sejahtera I: Keluarga
yang sudah dapat memenuhi
kebutuhan dasar, tetapi belum
dapat menerima kebutuhan sosial.
1. Ibadah secara teratur.
2. Paling kurang sekali seminggu,
menyediakan daging, ikan, dan
telur.
3. Seluruh keluarga memperoleh
Kurang satu stel pakaian baru
setahun.
4. Luas lantai paling kurang 8m
59
persegi.
5. Keluarga dalam 3 bulan dalam
keadaan sehat.
6. 15 tahun keatas berpenghasilan
tetap.
7. Keluarga berumur 10-60 tahun
bisa baca tulis huruf latin.
8. Seluruh anak berusia 5-15
bersekolah sampai saat ini.
9. Mempunyai anak 2 atau lebih,
menggunakan KB.
Keluarga Sejahtera II: Keluarga
yang sudah mendapatkan pra
sejahtera dan sejahtera II tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangan keluarga.
1. Upaya peningkatan
pengetahuan agama.
2. Sebagian hasil dapat disisihkan
untuk tabungan keluarga.
3. Makan bersama dalam sehari
sekali dan mempunyai
kesempatan berkomunikasi
antara anggota keluarga.
4. Ikut serta dalam kegiatan
masyarakat lingkungan
setempat.
5. Mengadakan rekreasi bersama
diluar rumah paling kurang 1x
per 6 bulan.
6. Memperoleh berita dari surat
kabar, radio, majalah, dan Tv.
7. Mampu menggunakan sarana
transfortasi sesuai kondisi
daerah.
Keluarga Sejahtera III:
Keluarga yang sudah
1. Terpenuhinya kebutuhan fisik,
sosial Psikologis dan
60
mendapatkan Pra Sejahtera dan
Sejahtera I, tetapi belum aktif
menyumbang serta giat dalam
usaha kemasyarakatan dalam
lingkungan desa atau wilayah.
pengembangan terpenuhi (1 s/d
21), namun keperdulian sosial
belum, yakni pada waktu
tertentu dengan sukarela
memberikan sumbangsih bagi
kegiatan sosial dalam materiil.
Keluarga Sejahtera III Plus:
Keluarga yang sudah memenuhi
dasar kebutuhan Pra Sejahtera,
Sejahtera I, II, dan III.
1. Terpenuhinya keluarga seluruh
kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan memiliki
keperdulian sosial yang tinggi
(1-23 terpenuhi)
Dapat kita lihat dari tabel diatas yakni tolak ukur dari indikator kesejahteraan
dalam menangani sejauh mana desa pondok petir Rt: 02 sudah mendapatkan
kesejahteaan. Selanjutnya akan kita bahas kesejahteraan masyarakat desa pondok
petir Rt: 02 bojongsari kota depok. Apakah sudah memenuhi salah satu dari
indikator kesejahteraan tersebut apa belum. Dan dapat kita lihat tabel selanjutnya
mengenai suara-suara masyarakat langsung. Sebagaimana Kesejahteraan
masyarakat dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi kehidupan individu dan
masyarakat yang sesuai dengan standar kelayakan hidup yang dipersepsi
masyarakat.
Tabel X
Kuesioner
Jenis Indikator Kesejahteraan Nama Dan Jawaban
1. Pra Sejahtera.
S: apakah sudah terpenuhinya
kebutuhan dasar minimumnya
a. Alhamdulillah Sudah, karena dari
program tersebut kita dapat meminjam
uangnya untuk keperluan lain terutama
61
keluarga dari program bank
sampah, seperti bila anak sakit
dibawa ke sarana kesehatan?
dalam hal pendidikan anak, atau
kesehatan lainya (ibu Nuratikah, selaku
ketua kepengurusan bank sampah
cempaka II).
b. Ya cukup gak cukup nenk harus
dicukupin, tapi dari program tersebut
semuanya terbantu lah. Sampah-sampah
yang udah gak bisa digunain lagi bisa
dijual dan bisa menambahkan
penghasilan (ibu Masitoh, kader).
2. Sejahtera 1.
S: Apakah mencukupi dengan
penghasilan dari Bank sampah
yang tidak terlalu besar?
a. Cukup-cukup aja sih, mau gimana lagi
emang keadaanya begini, yang penting
bisa bantu-bantu kebutuhan keluarga.
(Ibu Marsenih)
b. Ya gak cukup klo dilihat dari hasilnya
dan lihat dari kebutuhan kita, tapi
Alhamdulillah terbantu dari program
bank sampah itu. (Ibu Marsiyah)
3. Sejahtera II
S: Apakah hasil dari bank
sampah dapat digunakan untuk
keperluan keluarga, contohnya
mengadakan rekreasi bersama?
a. Iya, soalnya uang yang dari bank sampah
ditabungin dulu, disisihkan kadang buat
tabungan buat jalan-jalan sama arisan.
(Ibu Marsenih)
b. Iya, tapi saya belum begitu aktif ngikutin
bank sampah, tapi saya pernah
mendapatkan pinjaman dari bank
sampah buat biaya rumah sakit. (Sri
Mulyati)
4. Kegiatan apakah yang dilakukan
oleh pengurus bank sampah
selain penimbangan?
a. Kerja bakti sebelum melakukan
penimbangan, contohnya bersih-bersih
dengan mengajak anak-anak, membuat
kerajinan bungkus kopi buat tas.
(Masitoh)
62
b. Kita mengadakan kerja bakti 2 minggu
sekali, semua diikut sertakan untuk
membersihkan. Setelah itu ada yang
yang nyumbang super pel, gula, teh, dll
terserah warganya semampunya. (Ibu
Atik)
5. Sejahtera III Plus
S: Apakah ibu di ikut sertakan oleh
pengurus bank sampah?
a. Iyah, kadang kita diajak sama
pengurusnya / kader kalo lagi ada acara di
depok.(Marsenih)
b. Iya, kita diajak klo lagi ada acara kaya di
walikota, jadi kadang tidak hanya
kadernya aja tapi kitanya diajak.
(Marsiyah)
Dari tabel diatas jelas bahwasanya dijelaskan semua pertanyaanya
mengenai kebutuhan mereka tercukupi, dan jika kita lihat dalam indikator
kesejahteraan desa tersebut sudah termasuk dalam golongan sejahtera III Plus,
karena dimana sejahtera III Plus disini adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial Psikologi dan telah terpenuhi serta
memiliki keperdulian sosial yang tinggi (1 s/d 23 terpenuhi).
Pengelolaan sampah disuatu daerah akan membawa pengaruh bagi
masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Menurut peneliti dengan
adanya bank sampah ini terdapat pengaruh atau dampak tentu saja ada yang
positif dan ada pula yang bersifat negatif, dibawah ini akan diuraikan dampak
sampah dari segi positif dan negatif:
a.) pengaruh Positif
1. Sampah dapat dimanfaatkan menjadi nilai penambahan ekonomi bagi
warga.
63
2. Sampah dapat dimanfatkan menjadi pupuk.
3. Menambahkan nilai estetika lingkungan yang bersih bagi warga.
4. Terpenuhinya kebutuhan kelangsungan hidup masyarakat dari adanya
program bank sampah cempaka II.
b.) Pengaruh negatif:
1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan berkembang
biaknya serangga.
2. Estetika lingkungan akan menjadikan tidak indah dipandang oleh mata
kita.
3. menyebabkan aliran air terganggu, dimana jika musim hujan datang akan
bisa menyebabkan kebanjiran karena penumpukan sampah yang
berserakan dimana-mana.
Adapun dampak kesejahteraan masyarakat di Desa Pondok Petir Rt: 02
yang dilakukan oleh bank sampah cempaka II sudah dirasakan oleh warga
sekitar tetapi belum maksimal secara ekonomi namun terbantu secara batiniyah
dan lahiriyah, serta adanya dampak kesejahteraan lingkungan dengan adanya
bank sampah ini.
64
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka
dapat penulis simpulkan mengenai hasil penelitian yang dilakukan di Desa
Pondok Petir berkaitan dengan Dampak yang dilakakukan Bank sampah terhadap
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan: Study kasus “Bank sampah Cempaka
II di Kelurahan Pondok Petir Rt: 02 Rw: 09 Bojongsari Depok”
A. Kesimpulan
Jika kita satukan pengertian pengembangan masyarakat adalah suatu
proses atau upaya dalam memperbaiki kehidupannya baik dari segi ekonomi,
pendidikan, kesehatan maupun dalam segi sosial dan budaya. Dan tentu saja
kegiatan ini tidak akan berhasil dengan sempurna jika tidak adaanya
intervensi dari pihak eksternal yaitu semangat atau dorongan dari
masyarakatnya yang tergabung dalam suatu komunitas tertentu. Dan
hubungan antara pengembangan masyarakat dengan bank sampah adalah
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidupnya baik dari segi kepuasan
batiniyah atau lahiriyah (peningkatan pendapatan). Yaitu dari yang belum
sejahtera menjadi sejahtera.
Ukuran seseorang dikatakan sejahtera atau tidaknya tergantung dari orang
yang menjalaninya tersebut karena pada dasarnya tidak ada ukuran yang
pasti mengenai kesejahteraan tersebut.
1. Pelaksana Bank sampah Pondok Petir Rt: 02 Rw: 09 Bojongsari Depok
dalam tekhnis pelaksanaannya dalam beberapa tahapan yaitu: tahap
65
assessment, tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan, dan tahap
evaluasi, dimana di setiap pelaksanaan tahap tersebut selalu melibatkan
masyarakat.
2. Dampak yang dirasakan oleh masyarakat sangatlah terbantu, dan cukup
baik dirasakan oleh warga oleh adanya bank sampah, dimana untuk
membantu biaya pendidikan anak-anak mereka, walaupun hasilnya tidak
terlalu besar. Dan keadaan lingkungan menambahkan nilai estetika yang
bersih bagi masyarakat.
B. Saran
1. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Bank sampah terhadap masyarakat
sudah cukup baik dengan terlibatnya warga setiap kegiatan dan sudah
dalam tahap terminasi hingga hasil yang di capai cukup membanggakan
karena nama desa Pondok Petir menjadi harum terkenal dan menjadi
contoh dalam penanganan sampah.
2. Kesadaran yang muncul dari dalam diri merupakan pendukung utama
dalam proses pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Maka pendekatan
tim yang terlibat dalam pemberdayaan kepada masyarakat harus terus
ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan yang bertemakan lingkungan harus tetap
berjalan dan lebih baik lagi. Sehingga diharapkan kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan semakin meningkat.
3. Tingkatkan lagi potensi dan sumber daya masyarakat dalam
mengupayakan peningkatan kesejahteraan. Baik di bidang pendidikan,
kesehatan sosial ekonominya, sehingga dapat meningkatkan lagi
66
kedudukan masyarakat, peran, kemampuan, dan kemandirian masyarakat
guna mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia.
4. Untuk masyarakat luas agar senantiasa berperan serta mendukung setiap
kegiatan yang bersangkutan dengan lingkungan terutama masalah
sampah. Karena sampah yang kita hasilkan saat ini akan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan generasi kita selanjutnya.
67
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto.Pemberdayaan, pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2001.
Azrul, Azwar. Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya,
1997.
Departemen Kesehatan. Pembuangan Sampah. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan. Depkes. 1997.
Fakhrudin, Arif. Alhidayah Al-qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka.
Tangerang Selatan, 2010.
Ghazali, Bahri. Lingkungan Hidup Dalam Pemahaman Islam. Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1996.
Kementerian sosial RI, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan
Penanggulangan Kemiskinan, Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan
Kelembagaan, Kebijakan, dan strategi Pemberdayaan Lembaga
Kesejahteraan Sosial. 2011.
Moeleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Midgle, James. Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan Dalam
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam.
Mulia, Ricki M. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
PN Balai Pustaka. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan
Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Poerwadarimta W.J.S. Pengertian Kesejahteraan Manusia. Bandung: Mizan, 1996.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan dan
Penelitian Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial Republik Indonesia,
Informasi Kajian permasalahan sosial Dan Usaha Kesejahteraan Sosial,
2006.
Rancangan Undang-undang Republik Indonesia. Tentang Pengelolaan Sampah.
Kementrian Negara Lingkungan Hidup, 2008.
Soemarwoto Otto. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. yogyakarta:
Djambatan, 1994.
68
Soemarwoto Otto. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2005.
Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2009.
Setiadi. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008.
www:/// Banksampahgreenhouse.com. Data ini diakses pada hari rabu, tanggal 26
juni 2013.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006.
PEDOMAN WAWANCARA
I. Identifikasi Informan
1. Nama
2. Jenis Kelamin
3. Pekerjaan
4. Hari/ Tanggal
II. Pengurus Bank Sampah, Kelurahan, dan Ketua Setempat
1. Apa yang dimaksud dengan Bank sampah?
2. Bagaimana latar belakang berdirinya bank sampah?
3. Kenapa diadakan bank sampah?
4. Apa tujuan untuk bank sampah, secara umum dan khusus?
5. Bagaimana cara melakukan pendekatan untuk masyarakat agar mau membaur dengan
program bank sampah?
6. Kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dengan bank sampah dalam menaggulangi
masalah sampah di lingkungan desa Pondok Petir Rt: 02/09?
7. Siapa saja sasaran bank sampah?
8. Kapan saja melakukan kegiatan bank sampah?
9. Bagaimana metode bank sampah?
10. Bagaimana cara kerja bank sampah?
11. Apakah ada pelatihan yang diberikan oleh bank sampah untuk masyarakat?
12. Adakah perubahan sesudah dan sebelumnya bagi masyarakat dengan adanya bank
sampah?
13. Adakah dampak yang dirasakan oleh masyarakat sekitar?
14. Adakah faktor pendukung terelisasinya program pengelolaan bank sampah?
15. Hambatan-hambatan apa saja yang ditemui bank sampah dalam melakukan kegiatan
tersebut?
16. Adakah evaluasi program yang dilakukan oleh bank sampah terhadap masyarakat?
III. Masyarakat
01. Apakah Ibu/ Bapak mengetahui Program bank sampah?
02. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai kegiatan program bank sampah di desa
Pondok Petir Rt: 02/09?
03. Apakah masyarakat dilibatkan oleh bank sampah?
04. Bagaimana pendapat masyarakat dengan adanya program bank sampah?
05. Apa saja yang sudah diberikan oleh bank sampah?
06. Pelatihan apa saja yang sudah diberikan oleh bank sampah terhadapa masyarakat?
07. Bagaimana pelaksanaan program bank sampah di masyarakat?
08. Sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam program bank sampah?
09. Apakah dampak yang masyarakat rasakan setelah dan sebelumnya adanya bank
sampah di masyarakat?
10. Apakah harapan masyarakat terhadap program bank sampah?
Catatan lapangan: No 1
Wawancara
Hari/ Tanggal : Minggu, 29 Juni 2013
Waktu : 09.00
Pekerjaan : Wiraswasta
Tempat : di tempat penimbangan Bank sampah
Nara Sumber : Ibu Nuratika Edy (Ketua Pelaksana Program Bank Sampah)
(tempat penimbangan bank sampah dan Sosialisasikan Program Bank Sampah
Cempaka II)
Tempat penimbangan Bank sampah Cempaka II terletak di halaman dekat
rumah warga. Disana terdapat alat penimbang sampah, buku catatan untuk
penimbangan dan buku tabungan masyarakat yang digunakan untuk mencatat
perindividu setelah menimbang. Lokasi penimbangan bisa dikatakan kurang memadai
karena bertempat di pekarangan salah satu rumah warga, bahkan ketika matahari
sudah terbit warga panas-panasan dalam mengikuti program tersebut. Ketika peneliti
mengikuti kegiatan penimbangan bank sampah suasananya sangat ramai dengan
masyarakat yang sedang melakukan kegiatan rutinitasnya yaitu kegiatan bersih-
bersih, ada ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak-anak turut mengikuti kegiatan tersebut.
Ketua pelaksana menyambut peneliti dengan ramah dan senyum agar peneliti bisa
mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sebelum melaksanakan
penimbangan yang dilakukan oleh bank sampah cempaka II. Ketika peneliti melihat
kondisi desa tersebut sangat kagum, karena desa tersebut sangat indah dipandang dan
bersih, bahkan bisa diakatakan sangat nyaman untuk anak kecil bermain bahkan
belajar. Di tempat bak sampah sampah peneliti melihat adanya kumpulan bungkusan
kopi yang sudah di bentuk menjadi kreativitas warga yaitu bros, tas, alat untuk
menjahit, sisa bahan-bahan untuk mempercantik tas, dan ada tiga buku dimana
dipergunakan untuk mencatat kegiatan bank sampah tersebut, antara lain: buku besar
untuk mencacat semua warga yang menimbang ketika penimbangan, buku sedang
untuk mencacat pemasukan warga dan hasil akhir dari penimbangan, dan buku
tabungan perindividu dimana sekretaris bank sampah mencacat pemasukan
penimbangan perindividu. Ketika peneliti mengikuti kegiatan tersebut, ketua
pelaksana sambil menyampaikan tentang bagaimana awal mula proses pemberdayaan
masyarakat dalam melaksanakan program bank sampah di desa tersebut. Dalam
proses wawancara tersebut terkesan sangat perduli antara pengurus dan
masyarakatnya, tanpa di minta ketua pelaksana peneliti menulis buku-buku cacatan
untuk mencatat pemasukan untuk bank sampah Cempaka II. “kegiatan ini dilakukan
2x dalam sebulan, masyarakatnya sudah tidak disuruh-suruh lagi, dimana masyarakat
langsung bergegas melakukan bersih-bersih sekitar lingkungan desa Pondok Petir Rt:
02/ 09 sebelum melakukan penimbangan bank sampah, masyarakat gotong royong
membersihkan lingkungan sekitar setelah masyarakat bersih-bersih langsung menuju
musholla, dimana disana sudah disiapkan makanan dan minuman yang dilakukan
bergiliran untuk melancarkan proses gotong royong. Setelah melakukan bersih-bersih
masyarakat langsung bergegas ke rumah masing-masing untuk mengambil barang-
barang yang akan di timbang, tanpa disuruh-suruh lagi oleh pelaksana bank sampah.
karena sudah tau apa manfaat dari kegiatan bank sampah ini.
Tanggapan Peneliti :
Dalam proses bank sampah ini sudah tidak disuruh-suruh lagi dalam
pengumpulan barang-barang yang akan di timbang. Karena kegiatan ini sudah
menjadi rutinitas tiap 2x dalam sebulan, masyarakatnya juga sudah tau apa manfaat
dari program tersebut, dan dilakukan pada pagi hari.
Cacatan lapangan: No 2
Pengamatan
Hari/ Tanggal : minggu, 26 mei 2013
Waktu : 10.45
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tempat : Rumah Ibu Masitoh
Nara Sumber : Ibu Masitoh (kader/ pengurus Bank sampah Cempaka II)
(Rumah Kediaman Kader Bank Sampah)
Memasuki area lingkungan Pondok Petir Rt: 02/09, peneliti mengamati
lingkungan tersebut dimana suasananya sunyi, sepi, terlihat dari jauh anak-anak
banyak yang bermain dihalaman desa tersebut, bersih, indah dipandang, dan sangat
asri dengan pohon-pohon yang masih sejuk. Ada beberapa orang atau ibu-ibu yang
berkumpul di pos. Ketika saya sedang mengamati lingkungan tersebut saya melihat
seorang ibu-ibu yang sedang berbicara dengan laki-laki di depan halaman rumahnya.
Saya mencoba untuk mendekati ibu tersebut dan mencoba untuk membuka
percakapan tentang bank sampah karena ibu tersebut salah satu kader desa dan
pengurus bank sampah. “awalnya sich emang susah neng untuk mengawali semua ini,
apalagi yang berbau sampah. Tapi kita tetep usaha untuk mengawali yang baik, masa
kita mau berbuat baik aja gak boleh. Pertama-tama kita mengawali semua mengambil
sampah dan kita ajak adalah anak-anak kecil, dan yang banyak ngambil sampah diberi
hadiah agar anak-anak semangat.”
Tanggapan Peneliti:
Desa pondok petir Rt: 02/09 adalah salah satu wilayah yang ada di Pondok
Petir, dimana bank sampah ini baru berawal pada tahun 2011 dan berjalan sampai saat
ini dan menjadi rutinitas kegiatan bagi masyarakat. Dan suasanya yang sangat asri
dengan pepohonan dan bersih. Warga merasa terbantu dengan keberadaan bank
sampah Cempaka II.
Catatan lapangan: No 3
Wawancara
Hari/ Tanggal : Minggu, 26 Mei 2013
Waktu : 10.15
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tempat : Pos Ronda
Nara Sumber : Marsenih (Masyarakat)
Dari tempat penimbangan bank sampah Cempaka II, lokasi pos ini dimana
ibu-ibu pada ngumpul, dan lingkungannya masih bersih walaupun sudah siang. Ketika
peneliti sedang mengamati lingkungan tersebut peneliti menghampiri ibu-ibu yang
sedang berbincang-bincang. Dan menanyakan bagaimana berjalanya program bank
sampah tersebut. “dulu mah sampah-sampah masih berserakan dimana-mana, ya
sekarang mah terbantu lingkungan ini dengan ada bank sampah di desa ini.
alhamdulillah neng semenjak ada bank sampah saya terbantu banget buat bayaran
anak, apalagi sekarang kader-kadernya tidak seperti dulu, yang sekarang mah peeduli
banget sama masyarakat, kalo ada yang sakit dibawa ke rumah sakit, ga ada duitnya
dipinjemin dulu, saya juga ikut nimbang di bank sampah. Uangnya ya lumayan lah
bisa bantu-bantu keluarga klo lagi butuh. Pokoknya terbantu banget.”.
Tanggapan Peneliti:
Desa ini dulunya memang masih banyak sampah, dimana tingginya penyakit
diare. Apalagi jika kita lihat dengan lokasi desa ini dimana disana masih asri dengan
lahan yang kosong. Dan banyaknya warga lain yang membuang sampah pada kebun
kosong.
Catatan lapangan: No 4
Wawancara
Hari/ Tanggal : Minggu, 26 Mei 2013
Waktu : 10.30
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tempat : Pos Ronda
Nara Sumber : Sri Mulyati (Masyarakat)
Dimana lokasinya disini sama yaitu pos ronda. Dan ketika penulis wawancara salah
satu warga, disini warga malah berkumpul dipos tersebut. Penulis langsung bergegas
mewawancarai ibu mulyati, kondisi lingkungan tersebut masih sepi, dimana orang-
orang tersebut masih di dalam rumah masing-masing karena aktifitas yang bersama-
sama sudah selesai. “ya saya sich tahu ada bank sampah di desa ini walaupun saya
kurang aktif mengikuti kegiatan ini, dan saya cuma ibu rumah tangga ngurusin anak-
anak dengan adanya bank sampah saya terbantu lah. Kemarin juga saya abis minjem
uang dari bank sampah, dan bayar nya juga klo saya lagi punya uang, klo lagi ga
punya ya udah saya ngomong sama ibu atik saya belum punya uangnya. Apalagi desa
ini makin bersih, jadi aman buat anak saya klo pada maen. Apalagi disini dekat
komplek reni, dan pasar. Jadi amanlah disini kebersihanya terjaga. Apalagi kita
nimbang sampah-sampah yang bisa didaur ulang bisa dijual ke pengepul.”
Tanggapan Peneliti:
Desa ini tergolong desa, dan berdekatan dengan komplek reni. Dan suasanya
masih sepi, terkadang ramai jika ibu-ibu sedang mengadakan kegiatan atau pengajian.
Dan warga terbantunya dengan bank sampah ini, secara ekonomi, kesehatan, dan
pendidikan anak.
Catatan lapangan: No 5
Wawancara
Hari/ Tanggal : Minggu, 01 Mei 2013
Waktu : 10.15
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tempat : Pos Ronda
Nara Sumber : Marsiyah (Masyarakat)
Ketika peneliti datang kembali ke desa ini, suasanya masih sama dimana
masih asri dengan ciri khas desa yaitu sejuknya udara, dan banyaknya pepohonan.
Dan masih terlihatnya barang-barang yang akan dijual ke pengepul untuk
pengambilan barang-barang yang sudah dijual. Masih terlihatnya ketua pelaksana
masih mencacat keuangan warga. Dan yang gak kalah penting adalah dimana selalu
bersihnya lokasi desa tersebut. Tidak adanya sampah yang berserakan dimana-mana.
Kalau pun ada sampah peneliti melihatnya langsung di ambil oleh salah satu warga
langsung dibuang ke tempat sampah. Banyaknya anak-anak kecil yang bermain. “saya
tahu di kampung sini ada bank sampah, dan klo mengenai tanggapan saya ya sangat
bagus dengan adanya program ini, karena desa saya makin bersih dan nyaman untuk
tempat tinggal, begitu pula dengan keterlibatan, mereka juga melibatkan kita dengan
prpgram tersebut. Kadang kita diajak klo lagi ada acara kaya walikota. Jadi tidak
hanya kadernya aja yang mengikuti kegiatan yang diadakan dari depok tapi kitanya
juga di ikut sertakan.”
Tanggapan Peneliti:
Menurut penglihatan dan pengamatan peneliti, desa tersebut sudah dibilang
sangat bagus. Karena dimana jika ada kegiatan masyarakat sangat dilibatkan. Karena
yang membutuhkan kegiatan itu tidak hanya pengurusnya namun masyarakatnya juga
penting. Dan daerah disini juga tingkat keperdulian dan solidaritasnya sangat kuat.
Tidak perkelompok dan semua warga merasa sangat saling membutuhkan satu sama
lain.
Catatan lapangan: No 6
Wawancara
Hari/ Tanggal : Minggu, 01 Mei 2013
Waktu : 09.00
Pekerjaan : swasta / ibu rumah tangga
Tempat : di rumah kediaman
Nara Sumber : Ibu Nansih (istri dari ketua Rt)
Ketika peneliti menelusuri desa ini, peneliti mencari-cari rumah yang ada
tulisanya Ketua Rt. Namun karena tidak ditemukan, peneliti akhirnya ke ketua
pelaksana bank sampah yaitu ibu atik. Dan saya menanyakan kepada beliau dimana
rumah pak rt. Berhubung disana ada salah warga yang sedang berbincang-bincang,
beliau menawarkan kepada peneliti untuk di antarkan ke rumah pak Rt. Ketika
peneliti menuju rumah Pak Rt, peneliti melihat ada beberapa lubang biopori di sekitar
depan rumah warga. Disana lah di timbunya sampah basah yang tidak bisa digunakan
lagi. Dan tanah kosong lah yang dijadikan tempat pembuatan biopori tersebut. Ketika
penelit sudah sampai di rumah pak Rt. Peneliti dipersilahkan untuk masuk ke rumah
beliau, dan saya mencoba untuk berbincang-bincang melainkan istri dari pak Rt,
karena pak Rt sedang di tugaskan di luar kota. Menurut istri Rt, walaupun bapak
jarang ada dirumah tapi saya yang slalu mengontrol keadaan masyarakat klo ada
kegiatan apa-apa termasuk program bank sampah. Menurut saya warga disini sangat
bagus melakukan hal tersebut, dan besarnya tingkat kesadaran mereka akan
kebutuhan lingkungan yang sangat aman dan bersih.
Tanggapan Peneliti:
Menurut penulis, walaupun dengan tidak adanya pak Rt masyarakat masih
adanya antusias dengan apa yang seharusnya mereka lakukan demi kebersamaan
mereka. Dan itu dilakukan dengan adanya kesadaran masing-masing.
Catatan lapangan: No 7
Wawancara
Hari/ Tanggal : Minggu, 01 Mei 2013
Waktu : 10.00
Pekerjaan : Ketua Kelurahan Pondok Petir
Tempat : di kantor kelurahan
Nara Sumber : Bapak Endang Hidayat (Ketua Kelurahan Pondok Petir)
(Kantor Kelurahan Pondok Petir)
Memasuki kantor kelurahan pondok petir sangat ramai, karena berhubungan
dengan adanya kegiatan salah satu program kelurahan yaitu qori. Dan peneliti diikut
sertakan menjadi panitia acara tersebut. Di selang istirahatnya dari kegiatan tersebut
peneliti mencoba berbincang dengan salah satu anggota kelurahan, peneliti meminta
izin untuk bertemu dengan ketua kelurahan. Ketika peneliti sudah bertemu peneliti
mencoba untuk memperkenalkan diri dimana identitas saya. Lalu saya memberikan
KTP, KTM, surat izin penelitian baik dari kelurahan atau dari kantor Kesbang Kota
Depok. Setelah itu saya berbincang-bincang, karena lurah sekarang baru, maka dari
itu saya membuka pembicaraan apakah beliau mengetahui adanya program bank
sampah yang di adakan di desa pondok petir Rt: 02/ 09?. “iya saya mengetahui
adanya program tersebut, dan patuh untuk kita contohkan ke warga yang lain. Karena
desa tersebut mendapatkan penghargaan dari kota depok sebagai kota layak anak. Dan
kita harus memberikan semangat kepada mereka agar program tersebut tetap bertahan
dan berkesinambungan untuk masyarakatnya.”
Tanggapan Peneliti:
Perlu adanya dari pihak instasi atasan yaitu seperti kelurahan harus terjun
langsung ke lokasi. Karena masyarakat juga harus adanya kebersamaan antara pihak
atasan dan masyarakat. Agar tidak adanya kesalah fahaman.walaupun masyarakatnya
sudah adanya tingkat kesadaran dan solidaritas yang tinggi untuk kemajuan desanya,
namun pihak atas harus mengetahui lebih dalam lagi bagaimana masyarakatnya.