Post on 05-Dec-2014
description
BAB I
PENDAHULUAN
Retinopati serosa sentralis / Central Serous Reritinopathy (CSR) ditandai
oleh pelepasan serosa retina sensorik akibat adanya daerah-daerah dengan
pembuluh-pembuluh darah koroid yang hiperpermiabel dan gangguan fungsi
pompa epitel pigmen retina. penyakit ini biasanya mengenai pria berusia muda
sampai pertengahan dan mungkin berkaitan dengan kepribadian tipe A,
penggunaan steroid kronik dan stress. Manifestasi penyakit ini adalah penglihatan
kabur, mikropsia, metamorfopsia, dan skotoma sentralis yang semuanya timbul
mendadak. Ketajaman penglihatan sering hanya berkurang secara moderat dan
dapat diperbaiki mendekati normal dengan koreksi hiperopia kecil.1
Penjelasan mengenai hal ini karena pria cenderung mempunyai kehidupan
yang lebih stres, paparan terhadap kejahatan lebih tinggi, jam kerja yang lebih
panjang, tanggung jawab keuangan yang lebih besar dan pekerjaan yang lebih
berbahaya.1
Melalui penelitian retrospektif, haimovici mendapatkan bahwa steroid
sistemik dan kehamilan merupakan faktor sistemik yang berhubungan dengan
pembentukan CSR. Faktor resiko lainnya adalah pemakaian antibiotik, konsumsi
alkohol, hipertensi yang tidak terkontrol, dan penyakit saluran nafas alergik.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi retina
Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir,
yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik.
Merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola
mata.3 Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi dalamnya adalah :
1. Membran limitans interna
2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion
yang berjalan menuju nervus opticus.
3. Lapisan sel ganglion.
4. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-
sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan bipolar
5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal.
6. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan-sambungan
sel bipolar dan horizontal dengan fotoreseptor.
7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor.
8. Membrane limitans eksterna.
9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut
10. Epitelium pigmen retina
2
Gambar. 1 Histology and neuronal connectivity of the retina
Gambar. 2 Direction of incident light
3
Gambar. 3 Gambar retina normal
Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis,
sebagai suatu reseptor kompleks dan sebagai suatu transducer yang efektif.
Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah
rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh
lapisan serat saraf retina melalui saraf opticus dan akhirnya ke korteks
penglihatan. Macula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang
terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel
kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan antara fotoreseptor kerucut,
sel gangglionnya dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin
penglihatan yang tajam.1
Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion
yang sama, dan diperlukan system pemancar yang lebih kompleks. Akibat
dari susunan ini adalah bahwa macula terutama digunakan untuk
penglihatan sentral dan warna (penglihatan otopik) sedangkan bagian
retina yang lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang,
digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).1
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak dilapisan terluar yang
avaskular pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya
reaksi kimia yang mencetuskan proses penglihatan. Penglihatan siang hari
terutama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, senjakala oleh kombinasi
sel kerucut dan batang, dan penglihatan malam oleh fotoreseptor batang.1
4
Retina pigmen epitelhium (RPE) terbentuk dari satu lapis sel,
melekat longgar pada retina kecuali di perifer (ora serata) dan disekitar
lempeng optic. RPE ini membentuk mikrovili yang menonjol diantara
lempeng segmen luar sel batang dan sel kerucut dan menyeimbanginya.
Lapisan ini berfungsi memfagosit sisa segmen eksternal sel batang dan
kerucut, memfasilitasi pasase nutrient dan metabolit antara retina dan
koroid, serta berperan dalam regenerasi rodopsin dan opsin sel kerucut,
pigmen visual fotoreseptor yang mengolah kembali vitamin A. RPE juga
mengandung granula melanin yang mengabsorpsi cahaya yang terpencar.4
2.2 Fisiologi
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat,
mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor
kompleks, dan sebagai suatu transduser yang efektif. Sel-sel batang dan
kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya
menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina
melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula
bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk
penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea
sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel
ganglionnya dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan
paling tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel
ganglion yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih
kompleks. Akibat dari susunan seperti itulah makula terutama digunakan
untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan
bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang,
digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).5
2.3 Defenisi
5
Retinopati serosa sentral (CSR) merupakan kelainan pada makula
lutea berupa penimbunan cairan yang mengakibatkan edema makula.
Retinopati serosa sentral terutama terdapat pada dewasa muda. Laki-laki
lebih banyak terkena dibanding wanita terutama yang sedang menderita
stress berat, dimana tajam penglihatan akan turun secara mendadak dengan
terdapatnya skotoma sentral dengan metamorfopsia.5
Central serous retinopathy (CSR) ada lah penyakit pada makula
yang ditandai dengan hilangnya penglihatan karena adanya eksudasi cairan
di bawah retina.6
CSR adalah suatu penyakit dimana lepasnya lapisan serosa dari
retina neurosensorik kemudian terjadi kebocoran yang luas dari
koriokapilaris melalui epitel pigmen retina.5
Retinopati serosa sentral atau korioretinopati serosa sentral adalah
sebuah penyakit dimana terdapat ablasio serosa retina neurosensorik
sebagai akibat dari kebocoran cairan setempat dari koriokapilaris melalui
suatu defek di epitel pigmen retina.1
2.4 Epidemiologi
2.4.1 Mortalitas/MorbiditasLepasnya lapisan serosa retina biasanya dapat sembuh secara
spontan, pada kebanyakan pasien (80-90%) visusnya menjadi 6/9 atau
lebih baik lagi. Bahkan dengan kembali nya ketajaman penglihatan sentral
pasien masih mengeluh dyschromatopsia, hilangnya sensitifitas kontras,
metamorphosia, atau jarang myctalopia.2
2.4.2 Ras
CSR jarang muncul pada orang Afrika dan Amerika tetapi mungkin sangat
parah pada orang Hispanik dan Asia.2
2.4.3 Jenis kelamin
6
Secara klasik, retinopati serosa sentral lebih sering mengenai laki-laki.
Kondisi ini mempengaruhi laki-laki 6-10 kali lebih banyak dibandingkan
perempuan.2
Wanita hamil
2.4.4 Usia
Biasanya terjadi pada usia 20-55 tahun.2
2.5 Etiologi
Retinopati serosa sentral sering disebut retinopati serosa sentral
idiopatik yang artinya penyebabnya tidak diketahui.5
Kemungkinan berkaitan dengan kejadian-kejadian stress
kehidupan.2
Retinopati serosa sentral juga dihubungkan dengan kortisol dan
kortikosteroid, dan orang dengan tingkat kortisol lebih tinggi daripada
normal juga memiliki kecenderungan untuk menderita retinopati serosa
sentral.2
Kepribadian tipe A dan hipertensi sistemik dapat berhubungan
dengan CSR, diperkirakan karena peningkatan sirkulasi kortisol dan
epinefrin, yang mempengaruhi autoregulasi dari choroidal sirkulasi.2
Faktor resiko lainnya adalah pemakaian antibiotik, konsumsi
alkohol, hipertensi yang tidak terkontrol, dan penyakit saluran nafas
alergik.2
2.5.1 Faktor resiko
Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan oleh hamoivici
dkk, ditemukan beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian CSR.7
Penggunaan Steroid jangka panjang.
Kehamilan.
Penggunaan Antibiotik.
Pengkonsumsi Alkohol.
Hipertensi yang tidak diobati.
Penyakit alergi sistem pernafasan.
7
2.6 Patofisiologi
Kebocoran (leakage) pada lapisan epitel pigmen diduga disebabkan
oleh kelainan hormonal dan infeksi oleh virus. Lubang kebocoran ini
merupakan suatu pintu masuk untuk mengalirnya cairan dari bawah
lapisan epitel pigmen ke ruangan dibawah retina sehingga terjadi
pengumpulan cairan dibawah retina. Pengumpulan cairan dibawah retina
didaerah macula retina ini menyebabkan penglihatan penderita sangat
terganggu.1
Baru sejak ditemukannya ICGA pada tahun 1993, patogenesis CSR
telah diketahui dengan pasti. Kelainan ini disebabkan oleh abnormalitas
sirkulasi koroid yang selanjutnya menyebabkan iskemia koroid,
hiperpermeabilitas vascular koroid, RPE (retinal pigment epithelium)
detachment, dan ablasio retina sensorik. Abnormalitas sirkulasi koroid ini
dihubungkan dengan kondisi hiperkortisolisme seperti kehamilan, stress
dan kepribadian tipe-A, sindrom Cushing, dan pemakaian glukokortikoid.2
Pada awalnya glukokortikoid merupakan obat pertama yang
digunakan secara luas sebagai terapi CSR. Namun dengan beberapa
penelitian didapatkan fakta bahwa glukokortikoid merupakan suatu factor
resiko yang bermakna dalam timbulnya CSR. Mekanisme
patofisiologinya belum diketahui. Penjelasan yang diterima saat ini adalah
pengaruh glukokortikoid terhadap sirkulasi koroid. Aliran darah koroid
diketahui diatur oleh system simpatis dan secara antagonis dengan system
parasimpatik untuk menghambat produksi nitric oxide synthase, suatu
modulator vascular. Interaksi ini menyebabkan spasme pembuluh darah
koroid dan iskemia koroid.4
8
Gambar. 4 Central Serous Retinopathy
2.7 Manifestasi Klinis
2.7.1 Anamnesis
Pasien biasanya datang dengan gejala akut berupa kehilangan
penglihatan dan metamorphopsia (khususnya micropsia). Gejala lain
yang biasanya menyertai adalah penurunan penglihatan sentral dan
dengan skotoma positif.
Penurunan penglihatan biasanya dapat dikoreksi dengan hiperopic
kecil.
Gejala klinis lain termasuk terhambatnya waktu perbaikan retina
akibat fotostress dan kehilangan kontras warna, dan sensitifitas
kontras.2
9
2.7.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan klinis menunjukkan lepasnya serosa retina tanpa
perdarahan subretina. Lepasnya lapisan neurosensorik retina
mungkin hanya sedikit, membutuhkan pemeriksaan dengan lensa
kontak untuk mendeteksinya.
Lepasnya pigmen epitel, terdapat bintik-bintik dan atrofi pada epitel
pigmen retina, dan sangan jarang ditemukan adanya lemak di
subretina.2
2.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan :
1. Visus: Penglihatan kabur, turun menjadi 6/9 sampai 6/12, dengan
koreksi lensa positif akan lebih terang atau mendekati normal
(hipermetrop).
2. Pemeriksaan eksterna: Konjungtiva, kornea, iris, lensa tampak normal.
3. Tekanan bola mata: Normal.
Pemeriksaan lainnya adalah :
1. Oftalmoskopi indirek
Tampak ada penonjolan retina didaerah macula retina yang
berbentuk bulat lonjong dengan batas yang jelas. Pada kasus yang
jarang terjadi dimana CSR dapat menyebabkan gumpalan yang
memisahkan lapisan retina, mengakibatkan peningkatan cairan
subretina. Akan tampak cairan eksudat berwarna putih kekunin-
kuningan.2
Pada kasus tipikal telah menunjukkan lingkaran dangkal atau
peninggian oval pada retina sensoris pada kutub posterior
Lepasnya lapisan serosa retina neurosensoris, peninggian
kubah jernih biasanya pada daerah perifovea, menyebabkan
peningkatan relatif dalam hiperopia, penurunan yang dihubungkan
10
pada ketajaman penglihatan tak terkoreksi dan mengubah refleks
membran limitans interna. Lesi ini biasanya menghilang secara
spontan dalam 3 – 4 bulan.2
2. Biomikroskopi slitlamp
Perlu sekali dilakukan dalam menegakkan diagnosa dan
menyingkirkan penyebab lain lepasnya retina sensoris (misal lubang
diskus optikus, koloboma diskus optikus, tumor koroid dan membran
neovaskuler subretina). Biomikroskopi menunjukkan retina sensoris
yang terlepas sebagai sesuatu yang transparan dengan ketebalan yang
normal. Terpisahnya retina sensoris yang terlepas tersebut dari epitel
pigmen retina yang mendasarinya dapat diketahui dengan menandai
bayangan semu diatas epitel pigmen retina oleh pembuluh darah
retina. Pada kasus tertentu, presipitat-presipitat kecil dapat dilihat pada
permukaan posterior retina sensoris yang terlepas. Kadang-kadang
daerah abnormal pada epitel pigmen retina dapat juga dijumpai
melalui cairan yang bocor dari koriokapiler ke dalam ruang subretina
dan pada beberapa kasus terlepasnya epitel pigmen retina yang kecil
dapat dijumpai dalam lapisan serosa yang lepas. Cairan subretina
dapat jernih maupun keruh.8
3. Angiografi fluorosens
Walaupun dalam banyak kasus diagnosa dibuat secara klinis,
angiografi fluoresens membantu dalam membuat diagnosa pasti
retinopati serosa sentral, dan dalam menyingkirkan munculnya
membran neovaskuler subretina dalam kasus-kasus atipikal. Pada
pemeriksaan dengan Angiografi fluorosens pada penderita CSR
biasanya didapatkan satu daerah yang mengalami kebocoran pada RPE
bisa hanya terbatas pada satu lokasi ataupun multipel yang terlihat
dengan adanya smoke-stack dan ink blot.9
Pada angiografi ada 2 pola yang terlihat :
a. Gambaran kumpulan-asap (smoke-stack)
Selama fase awal perpindahan zat kontras, bintik
hiperfluoresens muncul yang kemudian membesar secara
11
vertikal. Selama fase vena lambat, cairan memasuki ruang
subretina dan naik secara vertikal (seperti kumpulan asap) dari
titik kebocoran sampai mencapai batas atas lepasannya. Zat
kontras kemudian menyebar ke lateral mengambil bentuk
mushroom atau payung, sampai keseluruhan area yang lepas
terisi.1
b. Gambaran noda tinta (ink-blot)
Kadang-kadang dapat terlihat pada bintik hiperfluoresens
pertama yang berangsur-angsur bertambah ukurannya sampai
seluruh ruang subretina terisi.1
Gambar. 5 Fluorescein angiography pada awal fase recirculation pasien dengan
neurosensory terlokalisasi detasemen di makula dari pusat serosa
chorioretinopathy. Catatan hyperfluorescence fokus.
Gambar. 6 Fluorescein angiography pada akhir fase recirculation pasien yang
sama seperti pada gambar di atas. Perhatikan kebocoran distribusi fluorescein
pewarna dalam neurosensory detasemen.
12
4. Optical Coherence Tomography (OCT)
OCT merupakan pemeriksan yang sangat akurat untuk
mendiagnosa CSR, terutama bila pemisahan lapisan retina yang
dangkal. Bahkan pada beberapa kasus dapat memperlihatkan titik
kebocoran.1
2.9 Diagnosa Banding
1. Degenerasi makula terkait-usia.
2. Edema makula Irvine-Gass.
3. Lubang macula.
4. Membran neovaskular subretina.
5. Neovaskularisasi koroid.
6. Ablasio retina eksudatif.2
2.10 Tatalaksana
2.10.1 Medikamentosa
1. Karena CSR ini merupakan self limited desease, maka tanpa
pengobatan pun akan sembuh sendiri. Obat yang diberikan pun hanya
obat yang dapat mempercepat menutupnya lubang kebocoran
dilapisan epitel pigmen. Obat yang diberikan adalah vitamin dalam
dosis yang cukup.
Penatalaksanaan CSR yang banyak dianut saat ini adalah
observasi selama 3-4 bulan sambil menunggu resolusi spontan.
Biasanya penyakit ini akan sembuh dalam waktu 8-12 minggu.1
2. Asetazolamid sebagai terapi pertama kali dikemukakan oleh Pikkel
pada tahun 2002. percobaan ini didasarkan pada fakta bahwa
asetazolamid terbukti efektif untuk mengurangi edema macula yang
disebabkan oleh tindakan operasi dan berbagai kelainan intraocular
lainnya. Penelitian pikkel ini membuktikan asetazolamid dapat
memperpendek waktu resolusi klinis, tetapi tidak berdampak terhadap
tajam penglihatan akhir dan rekurensi CSR.2
13
2.10.2 Non Medikamentosa
Jika penderita belum sembuh, maka dilakukan pengobatan dengan
koagulasi sinar laser yang bertujuan untuk menutup lobang kebocoran
dilapisan epitel pigmen. Keuntungan melakukan koagulasi ini adalah
memperpendek perjalanan penyakit dan mengurangi kemungkinan
kekambuhan tetapi tidak berpengaruh terhadap tajam penglihatan akhir.10
Fotokoagulasi laser Argon yang diarahkan kebagian yang bocor
akan secara bermakna mempersingkat durasi pelepasan retina sensorik dan
mempercepat pemulihan penglihatan sentral, tetapi tidak terdapat bukti
bahwa fotokoagulasi yang segera dilakukan akan menurunkan
kemungkinan gangguan penglihatn permanent. Walaupun penyulit
fotokoagulasi laser retina sedikit, terapi fotokoagulasi laser segera
sebaiknya tidak dianjurkan untuk semua pasien CSR. Lama dan letak
penyakit, keadaan mata yang lain, dan kebutuhan visual okupasional
merupakan factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan
pengobatan.10
Dalam menggunakan fotokagulasi laser, dilakukan dua sampai tiga
kali penyinaran tepat di sisi yang bocor, dengan ukuran titik sinarnya
adalah 200µm. dilakukan penyinaran selama 0,2 detik dan dengan
intensitas yang ringan untuk menghindari kerusakan RPE yang lebih
lanjut.1
Indikasi fotokoagulasi laser adalah :
1. CSR yang berulang
2. CSR sesudah 12 minggu belum membaik
3. Visus penderita semakin terganggu dan penderita tidak bisa bekerja
untuk melakukan pekerjaan yang penting.
4. Timbulnya deficit visual permanent pada mata disebelahnya
5. Munculnya tanda-tanda kronik seperti perubahan kistik pada retina
sensorik atau abnormalitas RPE (Retina Pigment Epithelium) yang
luas.
14
2.11 Komplikasi
1. Sebagian kecil pasien mengalami neovaskularisasi koroid pada tempat
kebocoran dan bekas laser. Pengamatan retrospektif kasus ini
menunjukkan bahwa setengah dari pasien-pasien tersebut mungkin
memiliki tanda-tanda neovaskularisasi koroid semu pada saat
pengobatan. Pada pasien yang lain, resiko neovaskularisasi koroid
mungkin meningkat dengan pengobatan laser.2
2. Ablasio retina bulosa akut dapat muncul sebaliknya pada pasien sehat
dengan retinopati serosa sentral. Gambarannya dapat menyerupai
penyakit Vogt-Koyanagi-Harada, ablasio retina regmatogenus, atau
efusi uvea. Sebuah laporan kasus telah melibatkan penggunaan
kortikosteroid pada retinopati serosa sentral sebagai faktor yang
meningkatkan kemungkinan pembentukan fibrin subretina.
Mengurangi dosis kortikosteroid secara bertahap akan menghasilkan
perbaikan pada ablasio retina serosa.2
3. Dekompensasi epitel pigmen retina akibat serangan berulang akan
berakibat atrofi epitel pigmen retina dan berikutnya atrofi retina.
Dekompensasi epitel pigmen retina adalah manifestasi retinopati
serosa sentral namun dapat juga dianggap sebagai komplikasi jangka
panjang.2
2.12 Prognosis
Sekitar 80 % mata dengan CSR mengalami resorpsi spontan cairan
subretina dan pemulihan ketajaman penglihatan normal dalam waktu 6
bulan setelah awitan gejala . Namun, walaupun ketajaman penglihatan
normal, banyak pasien mengalami defek penglihatan permanent,misalnya
penurunan ketajaman kepekaan terhadap warna, mikropsia, dan skotoma
relative. 20% – 30 % akan mengalami sekali atau lebih kekambuhan
penyakit, dan pernah dilaporkan adanya penyulit termasuk
neovaskularisasi subretina dan edema macula sistoid kronik pada pasien
yang sering dan berkepanjangan mengalami pelepasan serosa.1
15
Ketajaman penglihatan cenderung kembali normal. Jika gejala
secara khusus mengganggu, fotokoagulasi laser dapat menurunkan
lamanya waktu untuk resolusi.1
16
BAB III
KESIMPULAN
Retinopati serosa sentral (CSR) merupakan kelainan pada makula lutea
berupa penimbunan cairan yang mengakibatkan edema makula. Retinopati serosa
sentral terutama terdapat pada dewasa muda. Laki-laki lebih banyak terkena
dibanding wanita terutama yang sedang menderita stress berat, dimana tajam
penglihatan akan turun secara mendadak dengan terdapatnya skotoma sentral
dengan metamorfopsia.
Pasien biasanya mengeluh adanya penurunan ketajaman penglihatan,
melihat benda serasa menjadi lebih kecil, penurunan penglihatan warna dan
kontras dll.
Karena penyebab pasti belum diketahui, dan diduga berhubungan dengan
stress dalam kehidupan, maka edukasi pada pasien CSR adalah jika
memungkinkan, pasien harus menghindari situasi yang menekan. Pasien
berpartisipasi dalam kegiatan mengurangi stres (misalnya, olahraga, meditasi,
yoga) sangat dianjurkan. Walaupun harus diwaspadai juga penyebab lainnya
seperti penggunaan kortikosteroid dalam waktu lama, hipertensi sistemik,
kehamilan, kepribadian tipe A, pemakaian antibiotik, konsumsi alkohol, hipertensi
yang tidak terkontrol, dan penyakit saluran nafas alergik.
Adapun penatalaksanaannya meliputi non medikamentosa dan
medikamentosa. Karena CSR ini merupakan self limited desease, maka tanpa
pengobatan pun akan sembuh sendiri. Obat yang diberikan pun hanya obat yang
dapat mempercepat menutupnya lubang kebocoran dilapisan epitel pigmen. Obat
yang diberikan adalah vitamin dalam dosis yang cukup. Juga Asetazolamide
efektif untuk mengurangi edema macula yang disebabkan oleh tindakan operasi
dan berbagai kelainan intraocular lainnya.
Untuk terapi non medikamentosa adalah koagulasi sinar laser yang
bertujuan untuk menutup lobang kebocoran dilapisan epitel pigmen. Serta
memanajemen stress serta faktor penyebab lain dari penyakit ini.
Prognosis dari Central Serous Retinopathy adalah sekitar 80 % mata
dengan CSR mengalami resorpsi spontan cairan subretina dan pemulihan
17
ketajaman penglihatan normal dalam waktu 6 bulan setelah awitan gejala .
Namun, walaupun ketajaman penglihatan normal, banyak pasien mengalami defek
penglihatan permanent,misalnya penurunan ketajaman kepekaan terhadap warna,
mikropsia, dan skotoma relative. 20% – 30 % akan mengalami sekali atau lebih
kekambuhan penyakit, dan pernah dilaporkan adanya penyulit termasuk
neovaskularisasi subretina dan edema macula sistoid kronik pada pasien yang
sering dan berkepanjangan mengalami pelepasan serosa.
18