Post on 15-Jan-2016
description
BUNGA (FLOS) - bagian 3
Diposkan oleh asmawati ainah di 05.56
Dasar Bunga (Receptaculum atau Torus)
Telah dikemukakan, bahwa bunga dapat dianggap sebagai tunas yang mengalami
metamorfosis dan dasar bunga adalah tidak lain dari ujung batang yang terhenti
pertumbuhannya, biasanya menebal atau melebar, dan menjadi pendukung bagian-bagian
bunga yang merupakan metamorfosis daun, yaitu kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan
putik. Karena terhentinya pertumbuhan batang, ruas-ruasnya menjadi amat pendek, oleh
sebab itu bagianbagian bunga yang berasal dari daun lalu tersusun amat rapat satu sama lain,
hanya pada beberapa macam bunga saja masih tampak beruas-ruas, misalnya pada bunga
cempaka (Michelia champaka L.).
Dasar bunga sering memperlihatkan bagian-bagian yang khusus mendukung satu
bagian bunga atau lebih, dan bergantung pada bagian bunga yang didukungnya, bagian dasar
bunga tadi diberi nama yang berbeda-beda.
a. pendukung tajuk bunga atau antofor (anthophorum), yaitu bagian dasar bunga tempat
duduknya daun-daun tajuk bunga, seperti terdapat pada bunga anyelir (Dianthus caryophyllus
L.),
b. pendukung benang sari atau androfor (androphorum), bagian dasar bunga yang seringkali
meninggi atau memanjang dan menjadi tempat duduknya benang sari, misalnya pada bunga
maman (Gynandropsis pentaphylla D.C.),
c. c pendukung putik atau ginofor (gynophorum), suatu peninggian pada dasar bunga yang
khusus menjadi tempat duduknya putik, seperti terdapat pada bunga teratai besar (Nelumbium
nelumbo Druce) dan cempaka (Michelia-champaca L.),
d. pendukung benang sari dan putik atau androginofor (androgynophorum), bagian dasar bunga
yang biasanya meninggi dan mendukung benang sari dan putik di atasnya, misalnya pada
bunga markisah (Passiflora quadrangularis L.),
e. cakram (discus); di samping bagian-bagian tersebut di atas pada dasar bunga seringkali
terdapat semacam peninggian atau bantalan berbentuk cakram yang seringkali mempunyai
kelenjarkelenjar madu, misalnya pada bunga jeruk (Citrus sp.).
Bentuk Dasar Bunga
Di muka telah disebutkan, bahwa dasar bunga biasanya menebal atau melebar dan
memperlihatkan bermacam-macam bentuk, misalnya:
a. rata, hingga semua bagian bunga duduk sama tinggi di atas dasar bunga, berturut-turut dari
luar ke dalam: kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, misalnya pada bunga manggistan
(Garcinia mangostana L.). Dalam keadaan yang demikian bakal buah dikatakan duduknya
men umpang (superus),
b. menyerupai kerucut, hingga putik yang berada di tengahtengah duduknya paling tinggi, juga
di sini duduknya bakal buah dikatakan menumpang (superus),
c. seperti cawan. Daun-daun kelopak dan tajuk bunga duduknya seakan-akan pada tepi
bangunan seperti cawan tadi, sedang putik di tengah pada bagian dasar bunga yang lebih
rendah letaknya daripada tempat duduknya kelopak dan tajuk bunga. Dalam hal ini putik
mempunyai bakal buah yang bebas tidak berlekatan dengan pinggirnya dasar bunga. Bakal
buah di sinipun masih dikatakan menumpang (superus),
d. bentuk mangkuk. Juga dalam hal ini kelopak dan tajuk bunga lebih tinggi letaknya daripada
putik. Bakal buahnya terletak di bagian dasar bunga yang le,gok dan sebagian bakal buah
berlekatan dengan pinggir dasar bunga. Bakal buah dinamakan setengah tenggelam (semi
inferus).
Dari uraian mengenai bentuk dasar bunga itu dapat kita lihat, bahwa hiasan bunga
dapat lebih tinggi atau lebih rendah letaknya dibanding dengan duduknya bakal buah.
Berdasarkan sifat itu bunga dapat dibedakan dalam 3 golongan, yaitu yang:
1. hipogin (i), jika hiasan bunga tertanam pada bagian dasar bunga yang lebih rendah daripada
tempat duduknya putik, misalnya bunga johar (Cassia siamea Lmk.),
2. perigin (perigynus), jika letak hiasan bunga sama tinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
duduknya putik seperti pada dasar bunga yang berbentuk cawan, misalnya pada bunga
bungur (Lagestroemia speciosa Pers.),
3. epigin (epigynus), misalnya pada dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala dengan
bakal buah yang tenggelam, sehingga seringkali seakan-akan hiasan bunga duduk di bagian
atas bakal buah tadi, misalnya pada bunga daun kaki kuda (Centella asiatica Urban.).
Kelopak (Calyx)
Daun-daun hiasan bunga yang merupakan Iingkaran luar, biasanya berwarna hijau.
lebih kecil dan lebih kasar daripada hiasan bunga yang sebelah dalam. Bagian ini disebut
kelopak (calyx).
Kelopak itu berguna sebagai pelindung bunga, terutama waktu bunga masih kuncup
(sebelum mekar). Jika bunga sudah mengadakan persarian dan pembuahan, biasanya kelopak
lalu runtuh, jarang sekali tetap sampai terbentuk buah. Kelopak yang tetap dan akhirnya ikut
merupakan bagian buah misalnya pada ciplukan (Physalis minima L.). terong (Solarium
melongena L.).
Kelopak merupakan bagian hiasan bunga yang masih jelas sebagai organ yang beasal
dari daun. Selain warnanya yang biasanya hijau, juga bentuknya banyak yang masih
menyerupai daun, jarang mempunyai bentuk yang lain, misalnya seperti bulu, seperti terdapat
pada bunga tumbuhan yang termasuk suku Compositae.
Pada bunga daun putri (Mussaenda frondosa L.) salah satu daun kelopaknya amat
lebar, berbentuk daun biasa dan mempunyai warna yang menarik, seakan-akan supaya
mendapat perhatian, oleh sebab itu daun ini juga dinamakan daun pemikat ("lokblad"). Daun
pemikat terdapat pula pada bunga tumbuhan lain. hanya saja tidak selalu berasal dari daun
kelopak, seperti misalnya pada bugenvil (Bougainvillea spectabilis Wilid.), yang pada setiap
kelompok bunga selalu terdapat 3 bunga, masingmasing dengan satu daun pemikat yang
berkumpul menjadi satu kelompok, seakan-akan hanya merupakan satu bunga saja, dan
warna daun pemikat inilah yang menyebabkan orang banyak menanam bugenvil sebagai
tanaman hias. Di sini daun pemikat adalah metamorfosis daun pelindung, bukan
metamorfosis daun kelopak.
Pada tumbuhan yang tergolong dalam suku Malvaceae, seperti misalnya kapas
(Gossypium sp.), kembang sepatu (Hibiscusrosa-sinensis L.), di luar lingkaran kelopak
bunga, bunganya masih mempunyai daun-daun yang menyerupai kelopak, yang pada kapas
justru amat besar dan menyelubungi seluruh bunga, yang disebut kelopak tambahan
(epicalyx).
Kelopak tersusun atas bagian-bagiannya yang dinamakan daun kelopak (sepala). Pada bunga
daun-daun kelopak mempunyai sifat yang berbeda-beda.
a. berlekatan (gamosepalus). Pada kelopak biasanya yang berlekatan hanya bagian bawah
daun-daun kelopaknya saja, bagian atasnya yang berupa pancung-pancungnya tetap bebas.
Menurut banyak sedikitnya bagian yang berlekatan (atau panjang pendeknya
pancung-pancung di bagian atas kelopak), dibedakan 3 macam kelopak, yaitu kelopak yang:
1. berbagi (partitus), jika hanya bagian kecil daun-daun saja yang berlekatan, pancung-
pancungnya panjang, lebih dari separoh panjang kelopak.
2. bercangap (fissus), jika bagian yang berlekatan kira-kira meliputi separoh panjangnya
kelopak, jadi pancungpancungnya kira-kira juga separohnya.
3. berlekuk (lobatus), jika bagian yang berlekatan melebihi separoh panjang kelopak, jadi
pancung-pancungnya pendek saja.
Pancung-pancung itu sesungguhnya merupakan bagian atas daun-daun kelopak,
sehingga dengan menghitung jumlah pancung-pancungnya dapat diketahui pula, kelopak
tesusun atas berapa daun kelopak. Dengan mengkombinasikan sifat perlekatan dan jumlah
pancung-pancung, kelopak bunga dapat dilukiskan seperti contoh berikut: kelopak berbagi 5,
berlekuk bercangap 5, dst.
b. lepas atau bebas (polysepalus), jika daun-daun kelopak yang satu dengan yang lain benar-
benar terpisah-pisah, sama sekali tidak berlekatan.
Melihat simetrinya, bentuk kelopak yang bermacam-macam itu dapat dibedakan
dalam 2 golongan, yaitu yang:
a. beraturan atau aktinomorf (regularis, actinomorphus), jika kelopak dengan beberapa cara
dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup (simetris). Kelopak yang beraturan, a.l.
meliputi kelopak-kelopak yang berbentuk:
- bintang - piala
- tabung - corong
- terompet - lonceng, dll
- mangkuk
b. setangkup tunggal atau zigomorf (zygomorphus). Kelopak yang bersifat demikian antara lain
kita jumpai pada kelopak yang:
- bertaji (calcaratus), seperti terdapat misalnya pada bunga pacar air (Impatiens balsamina L.),
- berbibir (labiatus), yaitu kelopak yang bagian bawahnya berlekatan berbentuk tabung atau
buluh, bagian atasnya berbelah dua seperti bibir atas dan bawah, misalnya pada bunga salvia
(Salvia splendens Ker-Gawl.).
Walaupun tadi telah dikemukakan. bahwa kelopak biasanya berwarna hijau seperti
daun biasa. tidak berarti bahwa mengenai hal itu tidak ada perkecualian sama sekali.
Nyatanya ada pula kelopak yang mempunyai warna menarik seperti tajuk bunganya,
misalnya pada bunga asam (Tamarindus indica Li, ada pula yang selain berwarna juga
bersifat tebal, berdaging, dan dapat dimakan, misalnya pada tumbuhan yang lazimnya
dinamakan prambos, tetapi sebenarnya adalah sejenis rosela (Hibiscus sabdariffa fa. victor).
Tajuk bunga atau Mahkota Bunga (Corolla)
Tajuk bunga atau mahkota bunga merupakan hiasan bunga yang terdapat di sebelah
dalam kelopak, umumnya lebih besar, dengan warna yang indah, menarik, dengan bentuk
susunan yang bagus, tidak jarang pula mempunyai bau yang harum atau sedap (tetapi banyak
pula yang sama sekali tidak berbau atau malahan mempunyai bau yang busuk seperti
bangkai), dan dianggapnya bahwa warna yang indah atau baunya tadilah yang menyebabkan
serangga tertarik pada bunga (juga binatang-binatang lain, misalnya: burung dan kelelawar)
yang seringkali datang mengunjungi bunga untuk mencari makanan. Tumbuhan memang
memerlukan adanya kunjungan binatang-binatang tadi, karena mereka dapat menjadi
perantara berlangsungnya penyerbukan,
Jika penyerbukan sudah terlaksana, boleh dikatakan bahwa tugas tajuk bunga sudah
selesai, oleh sebab itu biasanya tajuk bunga lalu tampak menjadi layu dan kemudian gugur.
Gugurnya tajuk bunga biasanya disertai oleh gugurnya benang sari dan kelopaknya.
Selain berfungsi sebagai alat yang mempunyai daya penarik, tajuk bunga juga
berfungsi untuk melindungi alat-alat persarian (benang sari dan putik) sebelum persarian
dapat berlangsung.
Bagian-bagian tajuk bunga dinamakan daun tajuk atau - daun mahkota (petala), dan
seperti halnya dengan daun-daun
daun-daun mahkota bunga menunjukkan sifat yang :erbeda-beda pula:
a. berlekatan (sympetalus, gamopetalus, atau monopetalus). Dalam keadaan yang demikian,
pada tajuk bunga dapat dibedakan 3 bagian berikut •
1. tabung atau buluh tajuk
2. pinggiran tajuk
3. leher tajuk..
Selain dari itu pada daun-daun tajuk dapat pula ditemukan alat-alat tambahan, seperti
misalnya sisik-sisik, rambut-rambut, dll.
b. lepas atau bebas (choripetalus, dialypetalus, atau polypetalus), jika daun-daun tajuk terpisah-
pisah satu sama lain. Dalam keadaan demikian pada setiap daun tajuk dapat dibedakan:
1. kuku daun tajuk (unguis), ialah bagian bawah daun tajuk yang tidak lebar dan seringkali
lebih tebal daripada bagian lainnya.
2. helaian daun tajuk (lamina), yaitu bagian yang lebar dan biasanya tipis.
Sama halnya dengan daun-daun tajuk yang berlekatan, juga pada daun tajuk yang
bebas satu sama lain itu dapat pula ditemukan alat-alat tambahan lainnya.
c. daun-daun tajuk tidak ada atau sangat kecil sehingga sama sekali tidak menarik perhatian.
Bunga tanpa tajuk bunga (apetalus) seringkali dinamakan pula bunga telanjang (flos nudus).
Sesuai dengan sebutan-sebutan yang digunakan untuk melukiskan daun-daun kelopak
atau kelopaknya, dasar itu dipakai pula untuk melukiskan tajuk bunga yang berlekatan, jadi
kita dapat menggunakan sebutan: tajuk bunga berbagi 5, bercangap 5 dan seterusnya,
disesuaikan dengan banyaknya daun mahkota dan banyak sedikitnya perlekatannya.
Tajuk bunga pun seperti halnya dengan kelopak mempunyai bentuk yang bermacam-
macam, dan berdasarkan simetrinya dapat pula dibedakan dalam yang:
a. beraturan (regularis), bila tajuk bunga dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup
dengan beberapa cara. Bentuk ini jugs dinamakan polisimetris atau bersimetri banyak
(regularis atau actinomorphus).
Tajuk bunga yang beraturan meliputi a.l. bentuk-bentuk:
bintang (rotatus atau stellatus), misalnya tajuk bunga lombok (Capsicum annuum L.),
tabung (tubulosus), misalnya bunga tabung pada bunga matahari (Helianthus annuus
L.),
terompet (hypocrateriformis), misalnya bunga jantan pada papaya (Carica papaya
L.),
mangkuk atau buyung (urceolatus),
corong (infundibuliformis), misalnya bunga kecubung (Datura mete L.),
lonceng (campanulatus), misalnya bunga ketela rambut (Ipomoea batatas Poir.).
b. setangkup tunggal, bersimetri satu, atau monosimetris (zigomorphus), jika tajuk
bunga hanya dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup dengan satu cara saja.
Tajuk bunga yang monosimetris atau zigomorf seringkali mempunyai sifat atau
bentuk yang khas, misalnya:
bertaji (calcaratus), yaitu jika tajuk bunga mempunyai suatu bagian yang bentuknya
mengingatkan kita pada taji pada kaki ayam jantan, misalnya bunga larat (Dendrobium
phalaenopsis Fitzg.).
berbibir (labiatus), jika tajuk bunga seakan-akan dibelah dua, sehingga tepinya
merupakan dua bibir. Tajuk bunga demikian ini umum terdapat pada jenis tumbuhan yang
tergolong suku Labiatae, misalnya: kemangi (Ocimum basilicum L.) dan pada beberapa suku
lainnya, a.l. Acan-haceae, Scrophulariaceae.
mempunyai tajuk yang terdiri atas 5 daun tajuk yang bebas, tetapi 2 di antaranya
lazimnya bersatu, merupakan suatu badan berbentuk sekoci atau perahu. Dua daun tajuk yang
berlekatan ini biasanya sempit dan terdapat di bagian bawah, biasanya dinamakan lunas
(carina).
Berhadapan dengan lunas, jadi di sebelah atas terdapat sehelai daun tajuk yang paling
besar (lebar) yang dinamakan bendera (vexillum). Antara kedua bagian tadi terdapat 2 daun
tajuk lagi yang ke samping, satu ke kanan dan satunya lagi ke kiri. Kedua daun tajuk ini
dinamakan sayap (ala). Tajuk bunga yang demikian lazim terdapat pada kacangkacangan
(Papilionaceae), misalnya kacang tanah (Arachis hypogaea L.), kedelai (Glycine soja Benth.),
dll.
bertopeng atau berkedok (personatus). Tajuk bunga mempunyai dua bibir seperti
bunga yang berbibir, akan tetapi bibir yang bawah melengkung ke atas menutupi lubang
buluh tajuk. Bagian bibir yang melengkung ke atas itulah yang dinamakan topeng atau kedok
(palatum), seperti misalnya pada bunga mulut singa (Anthirrhinum majus L.).
berbentuk pita (ligulatus), Bagian bawah tajuk bunga ini berlekatan mempakan buluh
atau tabung yang kecil, bagian atasnya berbentuk pita (dengan pada ujungnya sering masih
tampak 5 pancung-pancung), yang menunjukkan, bahwa tajuk itu sesungguhnya terdiri atas 5
daun tajuk yang berlekatan menjadi satu. Bunga ini biasanya bunga yang mandul (tidak
mempunyai alat-alat kelamin), seperti misalnya bunga-bunga pinggir pada bunga matahari
(Helianthus annuus L.). Pada bunga matahari bunga ini dinamakan pula bunga pita, dan
hanya berguna sebagai pemikat saja. Tajuk bunga sungguh beraneka rupa warnanya: merah,
putih, biru, kuning, merah jambu, ungu, dll. Warna tadi ada yang rata ada pula yang tidak.
Ada tajuk bunga yang warnanya sebagian merah sebagian putih atau lain, ada pula yang
berbintik-bintik atau Derbecak-becak, seperti banyak terdapat pada tumbuhan bastar. Tadi
telah dikemukakan, bahwa tajuk bunga terutama bertugas sebagai pemikat binatang, oleh
sebab itu setelah kunjungan pada bunga yang dapat menyebabkan terjadinya persarian, bunga
seringkali lalu layu dan kemudian gugur. Biasanya umur tajuk bunga tidak seberapa lama,
tetapi ada Pula bunga yang sampai berbulan-bulan belum juga menjadi layu, seperti misalnya
bunga anggerik bulan (Phalaenopsis ambilis Bl.). Bila tajuk bunga menjadi layu seringkali
kita lihat adanya perubahan warna, misalnya bunga kapas (Gossypium sp.), yang kalau layu
berwarna
merah jambu, sedang dalam keadaan segar tajuk bunganya berwarna kuning. Bunga
yang telah layu umumnya tidak menarik lagi.
TENDA BUNGA (Perigonium)
Tidak semua bunga mempunyai hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam
kelopak dan tajuk bunganya. Berbagai jenis tumbuhan mempunyai hiasan bunga yang tidak
lagi dapat dibedakan mana kelopak mana dan mana tajuknya, dengan lain perkataan kelopak
dan tajuk bunga sama, baik bentuk maupun warnanya. Itulah yang disebut tenda bunga
(perigonium).
Bagian-bagian yang menyusun tenda bunga dinamakan daun tenda bunga (tepala),
yang menurut bentuk dan warnanya dapat dibedakan menjadi 2 golongan:
1. Serupa kelopak (calycinus), jika warnanya hijau seperti daun-daun kelopak. Biasanya tak
begitu besar dan tidak begitu menarik. Seperti terdapat pada bunga berbagai jenis palma
(palmae).
2. Serupa tajuk (corolinus), warnanya bermacam-macam seperti warna tajuk bunga, juga
biasanya lebih besar dan bentuknya sering kali amat menarik pula, bahkan sering kali lebih
menarik daripada tajuk bunga sesungguhnya. Bunga yang termasyhur sebagai bunga yang
amat indah dan amat mahal harganya yaitu bunga anggerik (Orchidaceae). Adalah bunga
yang mempunyai tenda bunga yan menyerupai tajuk. Selain pada anggerik, bunga yang
mempunyai tenda bunga yang indah dapat kita temukan pula pada beberapa suku lainnya. a.
l. lilia (Liliaceae), amaril (Amarillidaceae), iris (iridaceae). dll.
Pada daun tenda bunga (yang bersifat serupa tajuk) dapat pula dibedakan dua bagiannya,
yaitu kuku (unguis) dan helaiannya (lamina). Pada daun tenda bunga dapat pula ditemukan
alat-alat tambahan yang berupa sisik-sisik atau rambut-rambut seperi pada daun kelopak atau
daun tajuk.
Pada tenda bunga yang bagian-bagiannya berupa daun-daun tenda bunga ada yang:
a. Berlekatan (gamophyllus) ( Lilium longiflorum Thunb). Tenda bunga yang berlekatan
memperlihatkan bentuk yang beraneka rupa seperti pada tajuk yang berlekatan.
b. Lepas atau bebas (pleiophyllus) satu sama lain, seperti misalnya pada kembang sungsang
(Gloriosa superba L.).
Benang sari (Stamen)
Benang sari bagi tumbuhan merupakan alat kelamin jantan. Seperti halnya dengan
bagian-bagian bunga yang diuraikan dahulu. Benang sari pun merupakan metamorphosis
daun, yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan sebagai alat kelamin jantan.
Bahwasanya benang sari merupakan metamorphosis dari daun masih dapat terlihat
dengan nyata pada bunga jenis tumbuhan tertentu, misalnya pada bunga tasbih (Canna indica
L). Pada tumbuhan ini tajuk bunganya justru tidak begitu menarik. Tetapi yang berwarna
indah dan menarik adalah benang sarinya yang bersifat seperti tajuk bunga.
Pada bagian benang sari dapat dibedakan 3 bagian berikut:
1. Tangkai sari (filamentum), yaitu bagian yang berbentuk benang dengan penampang
melintang yang umumnya berbentuk bulat.
2. Kepala sari (anthera). Yaitu bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari.
Bagian ini di dalamnya biasanya mempunyai 2 ruang sari (theca). Masing-masing ruang sari
semula terdiri atas dua ruangan kecil (loculus atau loculumentum).
Dalam ruang sari terdapat serbuk sari atau tepung sari (pollen). Yaitu sel-sel jantan
yang berguna untuk penyerbukan atau persarian. Ada kalanya serbuk sari tidak terbentukatau
serbuk sari yang ada tidak mampu untuk mengadakan penyerbukan. Benang sari yang
demikian dinamakan benang sari yang mandul
3. Penghubung ruang sari (connectivum). Bagian ini merupakan lanjutan tangkai sari yang
menjadi penghubung kedua bagian kepala sari (ruang sari) yang terdapat dikanan kiri
penghubung ini.
Mengenai duduknya benang sari dibedakan 3 macam yaitu:
1. Benang sari jelas duduk pada dasar bunga. Tumbuhan dengan bunga yang bersifat
demikian oleh DE CANDOLLE dinamakan: Thalamiflorae, misalnya jeruk (Citrus sp.).
2. Benang sari tampak seperti duduk di atas kelopak, yang sering dapat kita lihat pada
bunga yang perigin atau epigin. Tumbuhan demikian oleh DE CANDOLLE dinamakan:
Calyciflorae, misalnya mawar (Rosa hybrid Hort.)
3. Benang sari tampak duduk di ats tajuk bunga. Tunbuhan yang demikian dinamakan:
Corolliflorae, a. l. anggota-anggota suku Boraginaceae, misalnya buntut tikus
(Heliotropiumm indicum L.)
Mengenai jumlah benang sari pada bunga umumnya dibedakan 3 golongan:
a. Benang sari banyak, yaitu jika dalam satu bunga terdapat lebih dari 20 benang ari seperti
terdapat pada jambu-jambuan (Myrtaceae). Misalnya jambu biji (Psidium guajava L.)
b. Jumlah benang sari 2 x lipat jumlah daun tajuknya. Dalam hal yang demikian. Benang
sari biasanya tersusun dalam dua lingkaran. Jadi ada dua lingkaran. Jadi ada lingkaran luar
dan lingkaran dalam. Jika duduknya masing-masing benang sari kita teliti dengan seksama.
Maka mengenai duduknya benang sari terhadap daun-daun tajuk ada dua kemungkinan:
1. Diplostemon (diplostemonus) benang-benang sari dalam lingkaran luar duduk berseling
dengan daun-daun tajuk. Misalnya pada kembang merak (Caesalpinia pulcherima swartz.)
2. Obdiplostemon (obdiplostemonus). Jika keadaan sebaliknya. Artinya benang-benang sari
pada lingkaran dalam lahyang duduknya berseling dengan daun-daun tajuknya, misalnya
pada bunga geranium (Pelargonium odoratissimum Hort).
c. Benang sari sama banyak dengan daun tajuk atau kurang, yang dalam hal ini duduknya
benang sari dapat:
1. Episepal (episepalus), artinya berhadapan dengan daun-daun kelopak. Berarti pula berseling
dengan daun-daun tajuk.
2. Epipetal (epipitalus) artinya berhadapan dengan daun-daun tajuk.
Bertalian dengan pendek panjangnya benang sari yang terdapat pada satu bunga itu, a. l.
dapat dibedakan:
a. Benang sari panjang dua (didynamus), jika dalam satu bunga terdapat misalnya 4 benang
sari, dan dari 4 benang sari tersebut yang dua panjang, sedang yang dua lainnya pendek.
b. Benang sari panjang empat (tetradynamus), jika misalnya dalam satu bunga terdapat 6
benang sari. Dan dari 6 tersebut yang 4 panjang dan yang 2 pendek.
Tangkai sari (Filamentum)
Melihat berkas yang merupakan perlekatan benang-benang sari, dapat dibedakan:
a. Benang sari berbekas satu atau benang sari bertukal satu (monadelphus). Yaitu jika semua
tangkai sari pada satu bunga berlekatan menjadi satu.
b. Benang sari berbekas dua atau benang sari bertukal dua (diadhelpus), jika benang sari terbagi
menjadi dua kelompok dengan tangkai yang berlekatan dalam masing-masing kelompok.
c. Benang sari berbekas banyak atau benang sari bertukal banyak , yaitu jika dalam satu bunga
yang mempunyai banyak benang sari, tangkai sarinya tersusun menjadi beberapa kelompok
atau berkas.
Kepala sari (Anthera)
Merupakan bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari, merupakan
suatu badan yang bentuknya bermacam-macam: bulat, jorong, bulat telur, bangun kerinjal,
dll.
Duduknya tangkai sari pada tangkainya dapat bermacam-macam:
a. Tegak (innatus atau basifixus), yaitu jika kepala sari dengan tangkainya memperlihatkan
batas yang jelas.
b. Menempel (adnatus), jika tangkai sari pada ujungnya beralih menjadi penghubung ruang
sari.
c. Bergoyang(versatilis), jika kepala sari melekat pada suatu titik pada ujung tangkai sari.
Agar serbuk sari keluar dari ruang sari, kepala sari dapat membuka dengan :
a. Dengan membujur melalui cara : menghadap ke dalam, menghadap kesamping, menghadap
keluar.
b. Dengan melintang, contohnya pada beberapa tumbuhan suka Euphorbiaceae
c. Dengan sebuah liang pada ujung pangkal, seperti terdapat pada kentang
d. Dengan kelep atau katup, yang jumlahnya satu atau lebih. Misalnya pada keningar.