Post on 07-Aug-2018
8/20/2019 Buat Makalah SSS
1/95
Sinusitis atau yang sekarang disebut rhinosinusitis merupakan penyakit yang
sering ditemuakn dalam praktek dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu
penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia.
Rhinosinusitis sendiri didefinisikan sebagai kelainan yang dikarakteristikkan
dengan inflamasi pada hidung dan sinus paranasal. Penyebab utamanya adalah selesma
(common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh
infeksi bakteri. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila
mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering terkena ialah
sinus etmoid dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sfenoid lebih
jarang lagi. Sinus maksila disebut juga antrum ighmore, letaknya dekat akar gigi
rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus yang disebut sinus dentogen.
Sinusitis kronis adalah salah satu penyakit kronis yang mempunyai prevalensi
tinggi untuk setiap kelompok usia. Sinusitis kronis adalah proses inflamasi yang
melibatkan sinus paranasal dan bertahan hingga !" minggu atau lebih. Salah satu sinus
yang terlibat adalah sinus ethmoid. #thmoiditis kronis dapat berasal dari ethmoiditis
akut yang tidak ditangani atau tidak merespon terhadap terapi.
Sinusitis kronis dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan komplikasi ke
orbita dan intrakranial, serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit
diobati.
ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG
1
8/20/2019 Buat Makalah SSS
2/95
idung dari luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke ba$ah %
• Pangkal hidung (bridge&
• Batang hidung (dorsum nasi&
• Pun'ak hidung (tip&
• la nasi
• )olumela
• *ubang hidung (nares anterior&
idung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang ra$an yang dilapisi kulit,
jaringan ikat dan beberapa otot ke'il untuk melebarkan atau menyempitkan lubang
hidung. )erangka tulang hidung terdiri dari %
• +ulang hidung (os nasal&
• Prosesus frontalis os maksila
• Prosesus nasalis os frontal
• )erangka tulang ra$an terdiri dari %
• Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
• Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior ( kartilago ala mayor&
• +epi anterior kartilago septum
Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan
lubang belakang disebut nares posterior (koana& yang menghubungkan kavum nasi
dengan nasofaring.
2
8/20/2019 Buat Makalah SSS
3/95
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang
nares anterior disebut vestibulum. estibulum dilapisis oleh kulit yang memiliki banyak
kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise.
+iap kavum nasi memiliki dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan
superior. inding medial adalah septum nasi yang dibentuk oleh tulang (lamina
perpendikularis os etmoid, vomer, krista nasalis os maksila, krista nasalis os palatina&
dan tulang ra$an (kartilago septum/ lamina kuadrangularis dan kolumela&.
Pada dinding lateral terdapat buah konka (inferior, media, superior, suprema&.
)onka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin
etmoid, sedangkan sisanya merupakan bagian dari labirin etmoid.
i antara konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut
meatus. 0eatus terdiri dari 1 bagian tergantung letaknya yaitu inferior, medius dan
superior. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium& duktus nasolakrimalis, pada
meatus medius terdapat muara sinus frontal, maksila dan etmoid anterior, sedangkan
pada meatus superior terdapat muara sinus etmoid posterior dan sfenoid.
Batas rongga hidung %
• 2nferior (dasar rongga hidung& % os maksila dan os palatum
3
8/20/2019 Buat Makalah SSS
4/95
• Superior (atap hidung& % lamina
kribiformis (memisahkan rongga tengkorak
dan rongga hidung&, lamina kribiformis
merupakan lempeng tulang yang berasal darios etmoid dan tempat masuknya serabut saraf
olfaktorius.
• Posterior (atap rongga hidung& % os sfenoid
)ompleks 3stiomeatal ()30&
)30 merupakan 'elah pada dinding lateral hidung yang dibatasi oleh konka
media dan lamina papirasea.
Struktur anatomi yang membentuk )30 adalah % Prosesus unsinatus,
infudibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid dan resessus frontal
)30 merupakan unit fungsional yang merupakan tempat ventilasi dan drainasi
dari sinus-sinus yang letaknya anterior yaitu sinus maksila, etmoid anterior dan frontal.
Perdarahan idung
Rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid anterior dan posterior yang
merupakan 'abang dari a. oftalmika dari a. karotis interna. Bagian ba$ah rongga hidung
mendapat pendarahan dari 'abang a. maksilaris interna, diantaranya ialah ujung
a.palatina mayor an a. sfenopalatina. Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari
'abang-'abang a. fasialis.
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari 'abang-'abang a.
sfenopalatina, a. etmoid anterior, a. labialis superior dan a.palatina mayor (pleksus
)iesselba'h / *ittle4s area&. Pleksus )iesselba'h letaknya superfi'ial dan mudah 'edera
oleh trauma sehingga sering menjadi sumber epistaksis (terutama pada anak-anak&.
ena-vena hidung memiliki nama yang sama dengan arterinya dan berjalan
berdampingan. ena di vestibulum dan struktur luar bermuara ke v. oftalmika yang
berhubungan dengan sinus kavernosus. ena-vena di hidung tidak memiliki katup
sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke
intrakranial.
4
8/20/2019 Buat Makalah SSS
5/95
Persarafan hidung
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
etmoidalis anterior, yang merupakan 'abang dari n. nasosiliaris, yang berasal dari
n.oftalmikus (n.-!&.
Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensosir dari n.
maksila melalui ganglion sfenopalatina. 5anglion ini juga memberikan persarafan
vasomotor / otonom untuk mukosa hidung. 5anglion sfenopalatina menerima serabut
saraf sensoris dari n. maksila (-"&, serabut simpatis dari n. petrosus superfisialis mayor
dan serabut saraf simpatis dari n. petrosus profundus. 5anglion sfenopalatina terletak di
belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media.
6ungsi penghidu berasa dari n. olfaktorius yang turun melalui lamina kribosa dari
permukaan ba$ah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor
penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah !/1 atas hidung.
0ukosa hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang se'ara histologik dan fungsional dibagi
atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori& dan mukosa penghidu (mukosa
olfaktorius&. 0ukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan
permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang memiliki silia dan bersel
goblet. 0ukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan !/1 atas
septum. 0ukosa ini dilapisi epitel torak berlapis semu tidak bersilia dan ber$arna
'oklat kekuningan. #pitel mukosa penghidu terdiri dari 1 ma'am sel, yaitu sel
penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu.
Pada keadaan normal, mukosa respiratori ber$arna merah muda dan selalu basah
karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya.
Sistem +ranspor 0ukosilier
Sistem transpor mukosilier merupakan sistem pertahanan aktif rongga hidung
terhadap mikroorganisme atau partikel bahaya yang terhirup bersama udara. #fektivitas
sistem ini dipengaruhi oleh kualitas silia dan palut lendir. Bagian ba$ah dari palut lendir
ini mengandung 'airan serosa sedangkan permukaannya terdiri dari mukus yang lebih
elastik dan banyak pengandung protein plasma, seperti 2g5, 2g0, albumin, dan faktor
5
8/20/2019 Buat Makalah SSS
6/95
komplemen. 7airan serosa di ba$ahnya mengandung laktoferin, liso8im, inhibitor
lekoprotease sekretorik dan 2g sekretorik (s-2g&. 5likoprotein berguna untuk
pertahanan lokal yang bersifat antimikrobial. 2g berfungsi mengeluarkan
mikroorganisme dari jaringan dengan mengikat antigen pada lumen saluran napas,
sedangkan 2g5 beraksi di dalam mukosa dengan memi'u reaksi inflamasi jika terpajan
antigen bakteri.
Pada sinus maksila, sistem transpor menggerakkan sekret sepanjang dinding serta
atap rongga sinus sehingga membentuk gambaran halo/ bintang yang mengarah ke
ostium. Setinggi ostium, sekret akan lebih kental tetapi drenasenya lebih 'epat untuk
men'egah tekanan negatif dan berkembangnya infeksi. )erusakan mukosa ringan tidak
akan menghentikan/ mengubah transport tetapi jika sekret lebih kental, sekret akan
terhenti pada mukosa yang mengalami defek.
5erakan sistem transpor pada sinus frontal mengikuti gerakan spiral menuju
resesus frontal. 5erakan spiral menuju ke ostiumnya terjadi pada sinus sfenoid,
sedangkan sinusetmoid terjadi gerakan rektilinear jika ostiumnya terletak di dasar sinus
atau gerakan spiral jika ostiumnya terdapat pada salah satu dindingnya.
Pada dinding lateral terdapat " rute besar transpor mukosilier. Rute pertama
merupakan gabungan sinus frontal, maksila dan etmoid anterior. Sekret biasanya
bergabung di dekat infundibulum etmoid selanjutnya menuju tepi bebas prosesus
unsinatus, dan sepanjang dinding medial konka inferior menuju nasofaring mele$ati
bagian anteroinferior orifisium tuba eusta'hius. +ranspor aktif berlanjut ke batas epitel
bersilia dan epitel skuamosa pada nasofaring yang selanjutnya jatuh ke ba$ah dibantu
gaya gravitasi dan proses menelan.
Rute kedua merupakan gabungan sekresi sinus etmoid posterior dan sfenoid yang
bertemu di resesus sfenoetmoid dan menuju nasofaring pada bagian postero-superior
orifisium tuba eusta'hius. Sekret yang berasal dari meatus superior dari septum akan
bergabung dengan sekret rute pertama, yaitu di inferior tuba eusta'hius. Sekret pada
septum akan berjalan vertikal ke arah ba$ah kemudian ke belakang dan menyatu di
bagian inferior tuba eusta'hius.
6isiologi hidung
idung memiliki berbagai fungsi di antaranya %
6
8/20/2019 Buat Makalah SSS
7/95
• 6ungsi respirasi (mengatur kondisi udara, humidifikasi, penyaring udara,
penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan imunologik lokal&
• 6ungsi penghidu
•6ungsi fonetik ( berguna untuk resonansi suara, membantu proses bi'ara, dan
men'egah hantaran suara sendiri melalui hantaran tulang&
• 6ungsi statik dan mekanik (untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap
trauma dan pelindung panas&
• Refleks nasal (berhubungan dengan saluran 'erna, kardiovaskuler, dan pernapasan&
7
8/20/2019 Buat Makalah SSS
8/95
ANATOMI DAN FISIOLOGI SINUS PARANASAL
da empat pasang sinus paranasal pada manusia, yaitu sinus maksila (terbesar&,
sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan
hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang.
Semua sinus memiliki muara (ostium& ke dalam rongga hidung.
Se'ara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga
hidunga dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 1- bulan, ke'uali sinus sfenoid
dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan
sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang dari
9 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 9-!: tahun dan berasal dari
bagian posterosuperior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya men'apai besar
maksimal pada usia antara !;-!9 tahun.
8
8/20/2019 Buat Makalah SSS
9/95
Sinus 0aksila
Sinus maksila merupakan sinus terbesar. Saat lahir memiliki volume
8/20/2019 Buat Makalah SSS
10/95
sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang
bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya ke'il dan banyak,
letaknya di depan lempeng yang menghubungkan bagian posterior konka media dengan
dinding lateral (lamina basalis&, sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih
besar dan sedikit dan terletak di posterior dari lamina basalis.
i bagian depan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit disebut dengan
resesus frontal (menghubungkan dengan sinus frontal&. i daerah etmoid anterior
terdapat suatu penyempitan, yang disebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium
sinus maksila. tap sinus etmoid disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina
kribrosa. inding lateral sinus adalah lamina papirasea dan membatasi sinus etmoid dan
rongga orbita. i bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus
sfenoid.
Sinus sfenoid
Sinus sfenoid terletak di belakang os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior.
Sinus sfenoid dibagi " oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Saat sinus
berkembang, pembuluh darah dan nervus di bagian lateral os sfenoid akan menjadi
sangat berdekatan dengan rongga sius dan tampak sebagai indentasi pada dinding
sfenoid.
Batas-batas sinus sfenoid %
Superior % fosa serebri media dan kelenjar hipofise
2nferior % atap nasofaring
*ateral % sinus kavernosus dan a. karotis interna
Posterior % fosa serebri posterior di daerah pons
6isiologi sinus paranasal
Sinus paranasal memiliki berbagai fungsi diantaranya %
• sebagai pengatur kondisi udara
• penahan suhu
• keseimbangan kepala
• resonansi suara
• peredam perubahan tekanan udara
10
8/20/2019 Buat Makalah SSS
11/95
• produksi mukus.
RHINOSINUSITIS
efinisi
2stilah sinusitis mengarah kepada suatu proses inflamasi yang terletak pada
mukosa di sinus paranasal. )arena proses inflamasi tersebut hampir selalu men'akup
proses inflamasi pada hidung maka de$asa ini, istilah sinusitis ataupun rhinitis
digantikan dengan istilah rhinosinusitis yang menandakan suatu proses inflamasi yang
terjadi di hidung dan sinus paranasal."
#pidemiologi
ari data yang didapat oleh National Ambulatory Medical Care Survey
(=07S&, sekitar !> orang de$asa dilaporkan memiliki episode rhinosinusitis setiap
tahunnya, dan ini merupakan diagnosis tersering dengan peresepan antibiotik nomor ;.
?anita 'enderung lebih sering terkena infeksi rhinosinusitis dibanding pria karena
memiliki ke'enderungan kontak lebih dekat dengan anak-anak.1
)lasifikasi
Berbagai klasifikasi atau definisi telah ditemukan oleh Rhinosinusitis Task Force of the
American Academy of Otolarynoloy !ead and Neck Surery tetapi konsensus
11
8/20/2019 Buat Makalah SSS
12/95
menetapkan pengklasifikasian rhinosinusitis berdasar durasi dari timbulnya manifestasi
yang dibagi menjadi%
• Rhinosinusitis kut
Rhinosinusitis yang berdurasi @ hari - A minggu• Rhinosinusitis Subakut
Rhinosinusitis yang berdurasi !" minggu
• Rhinosinusitis akut rekuren
+imbulnya akut rhinosinusitis C kali dalam ! tahun
• Rhinosinusitis kronik
Rhinosinusitis yang berdurasi C !" minggu
• Rhinosinusitis akut eksaserbasi kronik "
KRONISITAS PADA ETHMOIDITIS
)ronisitas pada ethmoiditis ditandai terjadinya inflamasi pada sel labirin
ethmoidal yang berlangsung selama !" minggu atau lebih.
Biasanya timbul setelah penyakit akut, sering inflamasi akut maupun kronik pada
sinus maksila, frontal dan sphenoid yang menyebabkan lesi sekunder sel labirin
ethmoidal, karena sinus ethmoid terletak di pusat daripada sinus-sinus ini.
Pada kebanyakan kasus, terdapat beberapa jenis yaitu % bentuk kataral, serosa, kataral-
supuratif dan hiperplasia, yang dikarakterisasi penebalan signifikan dari membran
mukosa, pembentukan vegetasi polip.
Polip yang berbentuk multipel lebih sering daripada polip soliter. Setiap polipmempunyai batang tipis, dan bentuk yang tergantung dari kontur sekeliling hidung.
Polip multipel dapat menyebabkan penekanan pada hidung dan bahkan deformitas pada
bagian luar.
Patofisiologi
12
8/20/2019 Buat Makalah SSS
13/95
+erhambatnya sekresi di dalam sinus dapat dipi'u (!& obstruksi mekanik pada
kompleks ostiomeatal karena faktor anatomik atau ("& oedem mukosa yang disebabkan
berbagai etiologi ('ontohnya virus atau rinitis alergi&
Stagnasi mukus di sinus membentuk media yang kaya untuk pertumbuhan berbagai
jenis patogen. +ahap a$al sering disebabkan infeksi viral yang bertahan sampai !: hari
dan akan sembuh pada DD> kasus. +etapi, sejumlah ke'il pasien mungkin mendapat
infeksi bakteri sekunder yang umumnya disebabkan bakteri aerob (misalnya
Strepto'o''us pneumoniae, aemophilus influen8a, 0oraEella 'atarrhalis&. 0ulanya,
proses yang terjadi hanya melibatkan satu jenis bakteri aerob. engan adanya
persistensi infeksi, flora yang ber'ampur, organisme anaerob, dan mungkin, jamur
berperan terhadap patogenesis, dengan dominasi bakteri anaerob yang tadinya adalah
flora normal mulut. #thmoiditis kronis dapat berasal dari ethmoiditis akut yang tidak
ditangani atau tidak merespon terhadap terapi.
2nfeksi sinus berulang dan persisten dapat terjadi pada orang-orang dengan
keadaan imunodefisiensi kongenital maupun didapat atau fibrosis kistik.
Para ahli berpendapat proses kronis dapat didominasi penyakit inflamasi multifaktorial %
• 2nfeksi persisten (termasuk biofilm dan osteitis&
• lergi dan gangguan imunologik lain
• 6aktor intrinsik saluran napas atas
• Superantigen
• )olonisasi fungi yang memi'u dan mendukung inflamasi eosinofilik
• bnormalitas metabolik seperti sensitifitas terhadap aspirin
Semua faktor ini dapat berperan dalam gangguan sistem transpor mukosiliari
intrinsik. 2ni disebabkan karena adanya perubahan patensi sinus ostia, fungsi silia, atau
kualitas sekresi yang menyebabkan stagnasi, penurunan p, dan penurunan tekananoksigen di dalam sinus. Perubahan ini membuat lingkungan yang memungkinkan
pertumbuhan bakteri, yang menyebabkan meningkatkan inflamasi mukosa.
#tiologi
Saat ini, penelitian etiologi difokuskan pada obstruksi ostiomeatal, alergi, polip,
keadaan imunodefisiensi yang jelas maupun tersembunyi, dan penyakit gigi.
0ikroorganisme lebih sering dikenali sebagai penyusup sekunder.
13
8/20/2019 Buat Makalah SSS
14/95
)eterlibatan bakteri
Berikut bakteri yang didapat di dalam sampel yang diperoleh melalui endoskopi
sinus pada pasien dengan sinusitis kronik
• Staphylo'o''us aureus (jenis 0SS Fmethi'ilin-sus'eptible S aureusG dan 0RS
Fmethi'ilin-resistant S aureusG&
• Staphylo'o''i koagulosa-negatif
• aemophilus 2nfluen8a
• Strepto'o''us pneumoniae
• Strepto'o''us intermedius
• Pseudomonas aeruginosa
• =o'ardia spe'ies
• Bakteri anaerob (Peptostrepto'o''us, Prevotella, Porphyromonas, Ba'teroides,
6usoba'terium&
)eterlibatan jamur
Berikut jenis jamur yang ditemukan pada pasien dengan sinusitis kronik
• Spesies aspergillus
• 7rypto'o''us neoformans
• Spesies 'andida
• SporothriE s'hen'kii
• Spesies alternaria
6aktor resiko
• bnormalitas anatomi kompleks ostiomeatal (misalnya deviasi septum, konka
bullosa, deviasi prosesus unsinatus, sel aller&
14
8/20/2019 Buat Makalah SSS
15/95
• Rinitis alergi
• Sensitifitas aspirin
• sma
• Polip nasal
• Rinitis nonalergi (misalnya rinitis vasomotor, rinitis medikamentosa, penyalahgunaan
kokain&
• efek pada klirens mukosiliaris
• 2ntubasi nasotrakeal
• 2ntubasi nasogastrik
• ormonal (misalnya pubertas, kehamilan, kontrasepsi oral&
• 3bstruksi oleh tumor
• )elainan imunologi (misalnya defisiensi 2g, defisiensi subkelas 2g5, 2S&
• 6ibrosis kistik
• iskinesia siliari primer, )artagener syndrome
• 5ranulomatosis $egener
• 2nfeksi saluran napas atas viral berulang
• 0erokok
• Polusi lingkungan
• 5#R
• Periodontitis/penyakit gigi signifikan
0anifestasi klinis
• 3bstruksi nasal, blokade, kongesti, rasa penuh
• danya dis'harge/sekret
• Post nasal drip
• Rasa penuh yang tidak nyaman di $ajat, nyeri dan sakit kepala (lebih hebat pada
polip nasal&
• Batuk kronik tidak berdahak (terutama pada anak-anak&
• iposmia atau anosmia (terutama pada polip nasal&
15
8/20/2019 Buat Makalah SSS
16/95
• =yeri tenggorok
• 0alaise
• noreksi
• 0udah lelah
• #ksaserbasi asma
• =yeri pada gigi (bagian atas&
• 5angguan penglihatan
• +elinga terasa penuh
• 0ulut terasa pahit
• emam, yang tidak diketahui penyebabnya, biasanya subfebris
Pada anak-anak, halitosis lebih sering terjadi. 3bstruksi nasal menyebabkan
pasien berusaha bernapas dengan mulut dan nyeri tenggorok mungkin terjadi. Pada
beberapa individu, orangtua mendapati adanya pembengkakkan mata di pagi hari tanpa
rasa nyeri. nak-anak yang lebih besar dapat mengeluhkan hilangnya kemampuan
penge'ap yang berhubungan dengan obstruksi nasal dan anosmia. 5ejala nokturnal
dapat termasuk mengorok dan batuk karena adanya post nasal drip.
0anifestasi sinusitis fungal
Sinusitis kronik fungal biasanya terjadi pada pasien imunokompeten. Sinusitis
alergi fungal biasanya bermanifestasi sebagai polip nasal dan sinusitis alergi.
5ejala ethmoiditis kronis tergantung pada proses aktif yang sedang berlangsung.
Pada masa remisi pasien sering mengeluhkan sakit kepala, biasanya di bagian dasar
hidung, hidung dan kadang menyebar ke daerah $ajah lainnya. Pada bentuk kataral-
serosa terdapat sekret jernih yang 'ukup banyak. Bentuk purulen sering diikuti dengan
sedikit sekret, yang akan mengering dan membentuk krusta. Seringkali sekret tersebut
berbau. )eterlibatan sel labirin ethmoidal posterior menyebabkan akumulasi pada
nasofaring, terutama di pagi hari, yang dikeluarkan dengan susah payah. )emampuan
untuk membau juga terganggu. Pada rinoskopi terlihat perubahan kataral terutama di
bagian tengah hidung, terdapat lokalisasi polip. Polip dapat ber$arna abu-abu atau
merah muda pu'at. Bila terjadi deformasi luar pada hidung atau rongga mata, maka
dapat di'urigai terjadi empiema ethmoditis.
16
8/20/2019 Buat Makalah SSS
17/95
8/20/2019 Buat Makalah SSS
18/95
• 3bstruksi nasal karena adanya deviasi septum nasal atau hipertrofi konka
Pemeriksaan telinga % bila ada 'airan pada telinga tengah dapat mengindikasikan adanya
massa nasofaring
Pemeriksaan okular untuk menilai ada atau tidaknya manifestasi oftalmik %• )ongetsi konjungtiva
• *akrimasi
• Proptosis, palsi otot ekstraokular, dan gangguan visus
Penatalaksanaan
+ujuan terapi yang dilakukan adalah %
0engurangi oedema mukosa
0eningkatkan drainase sinus
0enghapus infeksi yang ada
6armakologi
Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai untuk kuman negatif gram
dan anaerob. Selain dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat diberikan jika
diperlukan seperti analgetik, mukolitik, steroid topikal/ oral, pen'u'ian rongga hidungdengan =a7l atau pemanasan (diatermi&.
+indakan operasi
Bedah sinus endoskopi fungsional (BS#6/6#SS& merupakan operasi terkini untuk
sinusitis kronik yang memerlukan operasi tindakan ini telah menggantikan hampir
semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan
tindakan lebih ringan dan tidak radikal.
2ndikasinya berupa %
• Sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat
• Sinusitis kronik disertai kista/ kelainan yang ireversibel
• Polip ekstensif
• danya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur
)omplikasi!
18
8/20/2019 Buat Makalah SSS
19/95
)elainan orbita
isebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata. Yang paling sering
adalah sinusitis etmoid, kemudian sinus frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi
melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. )elainan yang dapat timbul ialah edema
palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi
trombosis sinus kavernosus.
)elainan intrakranial
apat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan trombosis
sinus kavernosus.
3steomielitis dan abses subperiostal
Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak.
Sinusitis maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.
)elainan paru
apat timbul bronkitis kronik dan bronkiektasis. danya kelainan sinus paranasal
disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga
menyebabkan kambuhnya asma bronkial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya
disembuhkan.
19
8/20/2019 Buat Makalah SSS
20/95
Anatomi Hidung
natomi dan fisiologi hidung idung merupakan organ penting yang
seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya dan hidung merupakan salah satu
organ pelindung tubuh terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. idung terdiri
atas hidung luar dan hidung dalam. idung luar menonjol pada garis tengah diantara
pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu%
paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan, diba$ahnya terdapat kubah
kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling ba$ah adalah lobolus hidung
yang mudah digerakkan.
Bagian pun'ak hidung biasanya disebut apeks. gak keatas dan belakang dari
apeks disebut batang hidung (dorsum nasi&, yang berlanjut sampai kepangkal hidung
dan menyatu dengan dahi. Yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu
20
8/20/2019 Buat Makalah SSS
21/95
8/20/2019 Buat Makalah SSS
22/95
maksilla, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. ibalik bagian anterior
konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat 'elah yang
berbentuk bulat sabit yang dikenal sebagai infundibulum. da suatu muara atau fisura
yang berbentuk bulan sabit menghubungkan meatus medius dengan infundibulum yang
dinamakan hiatus semilunaris. inding inferior dan medial infundibulum membentuk
tonjolan yang berbentuk seperti la'i dan dikenal sebagai prosesus unsinatus.
i bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas
sinus maksilla, etmoid, frontalis dan sphenoid. an sinus maksilla merupakan sinus
paranasal terbesar diantara lainnya, yang berbentuk pyramid iregular dengan dasarnya
menghadap ke fossa nasalis dan pun'aknya kearah apek prosesus 8igomatikus os
maksilla.
Perdarahan hidung
Se'ara garis besar perdarahan hidung berasal dari 1 sumber utama yaitu%
!. rteri #tmoidalis anterior
". rteri #tmoidalis posterior 'abang dari arteri oftalmika
1. rteri Sfenopalatina, 'abang terminal arteri maksilaris interna yang berasal dari
arteri karotis eksterna.
Bagian ba$ah rongga hidung mendapat pendarahan dari 'abang arteri maksilaris
interna, diantaranya ialah ujung arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina yang
keluar dari foramen sfenopalatina bersama nervus sfenopalatina dan memasuki rongga
hidung dibelakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat
pendarahan dari 'abang-'abang arteri fasialis.
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari 'abang-'abang arteri
sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor,
yang disebut pleksus kieesselba'h (little4s area&. Pleksus )iesselba'h letaknya
superfisialis dan mudah 'edera oleh truma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis.
22
8/20/2019 Buat Makalah SSS
23/95
ena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan
dengan arterinya. ena divestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vena
oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernesus.
Persaraan hidung
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari nervus
etmoidalis anterior, yang merupakan 'abang dari nervus nasosiliaris, yang berasal dari
nervus oftalmikus. Saraf sensoris untuk hidung terutama berasal dari 'abang oftalmikus
dan 'abang maksilaris nervus trigeminus. 7abang pertama nervus trigeminus yaitu
nervus oftalmikus memberikan 'abang nervus nasosiliaris yang kemudian ber'abang
lagi menjadi nervus etmoidalis anterior dan etmoidalis posterior dan nervus
infratroklearis. =ervus etmoidalis anterior berjalan mele$ati lamina kribrosa bagian
anterior dan memasuki hidung bersama arteri etmoidalis anterior melalui foramen
etmoidalis anterior, dan disini terbagi lagi menjadi 'abang nasalis internus medial dan
lateral. Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari nervus
maksila melalui ganglion sfenopalatinum.
5anglion sfenopalatina, selain memberi persarafan sensoris, juga memberikan
persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. 5anglion ini menerimaserabut serabut sensorid dari nervus maksila.Serabut parasimpatis dari nervus petrosus
profundus. 5anglion sfenopalatinum terletak dibelakang dan sedikit diatas ujung
posterior konkha media.
=ervus 3lfaktorius turun melalui lamina kribosa dari permukaan ba$ah bulbus
olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa
olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.
Sinusitis
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat la8im diderita di seluruh dunia, hampir
menimpa kebanyakan penduduk sia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari bagian
atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif
terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan 'ua'a (sejuk&, pen'emaran alam sekitar,
23
8/20/2019 Buat Makalah SSS
24/95
dan jangkitan bakteri. 5ejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-bersin
terutama di $aktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-pegal, 'epat lelah
dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan akan meimbulkan masalah keputihan bagi
perempuan, atau ambeien (gangguan prostat& bagi laki-laki.
0enurut *u'as seperti yang di kutip 0oh. Kaman, etiologi sinusitis sangat kompleks,
hanya ";> disebabkan oleh infeksi, sisanya yang @;> disebabkan oleh alergi dan
ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan
pada mukosa sinus. Su$asono dalam penelitiannya pada penderita sinusitis maksila
kronis mendapatkan 9 di antaranya (!9,!9>& memberikan tes kulit positif dan kadar 2g#
total yang meninggi. +erbanyak pada kelompok umur "!-1: tahun dengan frekuensi
antara laki-laki dan perempuan seimbang. asil positif pada tes kulit yang terbanyak
adalah debu rumah (9@,@;>&, tungau (
8/20/2019 Buat Makalah SSS
25/95
'. Sinus #thmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung
d. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid M dibelakang mata
idalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut
dengan 'ilia. 6ungsi dari 'ilia ini adalah untuk mendorong lendir yang di produksi
didalam sinus menuju ke saluran pernafasan. 5erakan 'ilia mendorong lendir ini
berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang
mungkin ada. )etika lapisan rongga sinus ini membengkak maka 'airan lendir yang ada
tidak dapat bergerak keluar M terperangkap di dalam rongga sinus. Jadi sinusitis terjadi
karena peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lendir
terperangkap di rongga sinus M menjadi tempat tumbuhnya bakteri.
Sinusitis paling sering mngenai sinus maksila (ntrum ighmore&, karena merupakan
sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran
sekret (drenase& dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus
maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris&, sehingga infeksi gigi dapat
menyebabkan sinusitis maksila, ostium sinus maksila terletak di meatus medius di
sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
Sinusitis dapat berbahaya karena menyebabkan komplikasi ke orbita dan intra'ranial,
serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati.
Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi " jenis, yaitu
• Sinusitis akut % Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 1
minggu.
25
8/20/2019 Buat Makalah SSS
26/95
0a'am-ma'am sinusitis akut, yaitu sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal akut,
sinus frontal akut, dan sinus sphenoid akut.
• Sinusitis kronis % Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 1-
9 minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun.
!"$ Etio%ogi
Pada Sinusitis A&ut' (aitu
!. 2nfeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian
atas (misalnya Rhinovirus, #nfluen$a virus, dan "arainfluen$a virus&.
". Bakteri
i dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal
tidak menimbulkan penyakit (misalnya Stre%tococcus %neumoniae, !aemo%hilus
influen$ae&. Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat
akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya
akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus
akut.
1. 2nfeksi jamur
2nfeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem
kekebalan, 'ontohnya jamur spergillus.
. Peradangan menahun pada saluran hidung
Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor.
!. Septum nasi yang bengkok
26
8/20/2019 Buat Makalah SSS
27/95
". +onsilitis yg kronik
Pada Sinusitis Kroni&' (aitu
!. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
". lergi
1. )aries dentis ( gigi geraham atas &
. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mu'osa.
;. Benda asing di hidung dan sinus paranasal
8/20/2019 Buat Makalah SSS
28/95
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada fa'tor predisposisi&, inflamasi berlanjut,
terjadi hipoksia dan ba'teri anaerob berkembang. 0ukosa makin membengkak dan ini
merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa
menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada
keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.
)lasifikasi dan mikrobiologi% 7onsensus international tahun !DD; membagi
rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 9 minggu dan kronik jika lebih dari 9
minggu.
7onsensus tahun ":: membagi menjadi akut dengan batas sampai minggu, subakut
antara minggu sampai 1 bulan dan kronik jika lebih dari 1 bulan.
Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis
akut yang tidak terobati se'ara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya fa'tor predisposisi
harus di'ari dan di obati se'ara tuntas.
0enurut berbagai penelitian, ba'teri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah
strepto'o''us pneumonia (1:-;:>&. emopylus influen8ae (":-:>& dan moraEella
'atarrhalis (>&. Pada anak, 0.7atarrhalis lebih banyak di temukan (":>&.
Pada sinusitis kronik, fa'tor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang
ada lebih 'ondong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.
!"* Maniestasi K%inis
!. Sinusitis maksila akut
5ejala % emam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan, ingus
mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan ber'ampur darah.
". Sinusitis etmoid akut
5ejala % Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.
1. Sinusitis frontal akut
28
8/20/2019 Buat Makalah SSS
29/95
5ejala % emam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah sore
hari, sekret kental dan pen'iuman berkurang.
. Sinusitis sphenoid akut
5ejala % =yeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring
;. Sinusitis )ronis
5ejala % 6lu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu
terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis, bron'hitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.
!"+ Pemeri&saan Penun,ang
iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso-endoskopi
sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. +anda khas ialah adanya
pus di meatus medius (pada sinusistis maksila dan etmoid anterior dan frontal& atau di
meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sphenoid&.
Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada
pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.
Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau 7+ s'an. 6oto polos posisi?aters, P dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar
seperti sinus maksila dan frontal. )elainan akan terlihat perselubungan, batas udara,
'airan (air fluid level& atau penebalan mukosa.
7+ s'an sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila
anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus se'a'ra keseluruhan
dan perluasannya. =amun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis
29
8/20/2019 Buat Makalah SSS
30/95
sinusistis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai
panduan operator saat melakukan operasi sinus.
Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.
Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.
Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil se'ret dari
meatus medius/superior, untuk mendapat antibioti' yang tepat guna. *ebih baik lagi bila
diambil se'ret yang keluar dari pungsi sinus maksila.
Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui
meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang
sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.
30
8/20/2019 Buat Makalah SSS
31/95
ASUHAN KEPERA-ATAN
1. Pengkajian
a. Biodata : Nama ,umur, se, a!amat, suku, "angsa, #endidikan,
#ekerjaan.". $i%a&at Pen&akit sekarang : "erna'as me!a!ui mu!ut, ka#an, onset,
'rek%ensin&a, ri%a&at #em"eda(an (idung atau trauma.). *e!u(an utama : #enderita menge!u( n&eri ke#a!a sinus, ma!aise, dan
n&eri tenggorokan.
d. $i%a&at #en&akit da(u!u :Pasien #erna( menderita #en&akit akut dan
#erdara(an (idung atau trauma, Perna( mem#un&ai ri%a&at #en&akit ++,
Perna( menderita sakit gigi gera(ame. $i%a&at ke!uarga : -daka( #en&akit &ang diderita o!e( anggota ke!uarga
k!ien &ang mungkin ada (u"ungann&a dengan #en&akit k!ien sekarang.'. $i%a&at Psikososia! : ntra#ersona! &aitu #erasaan &ang dirasakan k!ien
/)emassedi(, inter#ersona! : (u"ungan k!ien dengan orang !ain sangat
"aik.g. Po!a 'ungsi kese(atan
1 Po!a #erse#si dan tata!aksanaan (idu# se(at : ntuk mengurangi u
"iasan&a k!ien menkonsumsi o"at tan#a mem#er(atikan e'ek sam#ing.
2 Po!a nutrisi dan meta"o!isme : "iasan&a na'sumakan k!ien "erkurang
karena terjadi gangguan #ada (idung
3 Po!a istira(at dan tidur : se!ama di ruma( sakit k!ien merasa tidak da#at
istira(at karena k!ien sering #i!ek
31
8/20/2019 Buat Makalah SSS
32/95
4 Po!a Perse#si dan konse# diri : k!ien sering #i!ek terus menerus dan
"er"au men&e"a"kan konse#diri menurun
5 Po!a sensorik : da&a #en)iuman k!ien terganggu karena (idung "untu
aki"at #i!ek terus menerus /"aik #uru!en , serous, muko#uru!en.
(. Pemeriksaan sik
1 tatus kese(atan umum : keadaan umum , tanda ita!, kesadaran.2 Pemeriksaan sik data 'okus (idung : n&eri tekan #ada sinus, rinosko#i
/mukosa mera( dan "engkak.
2. iagnosa *e#era%atan
a. *etidake'ekti'an "ersi(an ja!an na'as "er(u"ungan dengan dengan o"struksi
sekunder dari #eradangan sinus.
". N&eri "er(u"ungan dengan #eradangan #ada sinus.
). Peru"a(an #emenu(an nutrisi kurang dari ke"utu(an "er(u"ungan dengan
na'us makan menurun sekunder dari #eradangan sinus.
d. angguan istira(at tidur "er(u"ungan dengan (idung "untu, n&eri sekunder
#eradangan sinus.
e. emas "er(u"ungan dengan kurangn&a #engeta(uan k!ien tentang #en&akit
dan #rosedur tindakan medis /o#erasi
3. $en)ana *e#era%atan
a. *etidake'ekti'an "ersi(an ja!an na'as "er(u"ungan dengan dengan
o"struksi sekunder #eradangan sinus.
+ujuan : Bersi(an ja!an na'as kem"a!i e'ekti'.
32
8/20/2019 Buat Makalah SSS
33/95
*riteria (asi! : a!an na#as kem"a!i norma! terutama (idung dan k!ien
"erna#as tidak !agi me!a!u mu!ut.
nterensi :
1 *aji #enum#ukkan sekret &ang ada.
$asiona! :;engeta(ui tingkat ke#ara(an dan tindakan se!anjutn&a.
2 *aji #asien untuk #osisi semi 'o%!er, misa!n&a : Peninggian ke#a!a tem#at
tidur, duduk #ada sandaran tem#at tidur.
$asiona! :Peninggian ke#a!a tem#at tidur mem#ermuda( 'ungsi #erna#asan
dengan menggunakan graitasi.
3 Perta(ankan #osisi !ingkungan minimum, misa!n&a de"u, asa# dan "u!u
"anta! &ang "er(u"ungan dengan kondisi indiidu.
$asiona! :Pen)etus ti#e reaksi a!ergi #erna#asan &ang da#at mentriger
e#isode akut.
4 orong"antu !ati(an na'as a"domen atau "i"ir.
$asiona! :;em"erikan #asien "e"era#a )ara untuk mengatasi dan
mengontro! #erna#asan.
". N&eri "er(u"ungan dengan #eradangan #ada !uka o#erasi.
+ujuan : N&eri "erkurang atau (i!ang.
*riteria (asi! : *!ien mengungka#akan n&eri &ang dirasakan "erkurang atau
(i!ang, k!ien tidak men&eringai kesakitan
nterensi :
1 *aji tingkat n&eri k!ien dengan Prookati',
8/20/2019 Buat Makalah SSS
34/95
$asiona! : ;engeta(ui tingkat n&eri k!ien da!am menentukan tindakan
se!anjutn&a.
2 e!askan se"a" dan aki"at n&eri #ada k!ien serta ke!uargan&a. $asiona! :
engan mengeta(ui se"a" dan aki"at n&eri di(ara#kan k!ien "er#artisi#asida!am #era%atan untuk mengurangi n&eri.
3 -jarkan te(nik re!aksasi dan distraksi.
$asiona! : engan te(nik distraksi dan re!aksasi k!ien da#at
mem#raktekkann&a "i!a menga!ami n&eri se(ingga n&erin&a da#at
"erkurang.
4 ="serasi tanda tanda ita! dan ke!u(an k!ien.
$asiona! : ;engeta(ui keadaan umum dan #erkem"angan kondisi k!ien.
5 *o!a"orasi untuk #enggunaan ana!getik.
$asiona! : a#at mengurangi n&eri.
). Peru"a(an #emenu(an nutrisi kurang dari ke"utu(an "er(u"ungan dengan
na'us makan menurun sekunder dari #eradangan sinus.
+ujuan : *e"utu(an nutrisi ter#enu(i.
*riteria (asi! : ;enunjukkan #eningkatan "erat "adan menuju tujuan
&ang te#at. ;enunjukkan #eri!aku#eru"a(an #o!a (idu# untuk
meningkatkan danatau mem#erta(ankan "erat &ang te#at.
nterensi :
1 *aji ke"iasaan diet, masukan makanan saat ini, )atat kesu!itan makan,
ea!uasi "erat "adan dan ukuran tu"u(.
$asiona! : ntuk mengeta(ui tingkat kesu!itan k!ien dan tindakan &ang
(arus di!akukan.
2 -usku!tasi "un&i usus.
34
8/20/2019 Buat Makalah SSS
35/95
$asiona! : Penurunan atau (i#oakti' "ising usus menunjukkan #enurunan
mo"i!itas gaster dan konsti#asi /kom#!ikasi umum &ang "er(u"ungan
dengan #em"atasan #emasukkan )airan, #i!i(an makanan "uruk,
#enurunan aktiitas, dan (i#oksemia.
3 Beri #era%atan ora! sering, "uang sekret, "erikan %ada( k(usus untuk
seka!i #akai dan tisu.
$asiona! : $asa tak enak, "au dan #enam#i!an ada!a( #en)ega( utama
ter(ada# na'su makan dan da#at mem"uat mua! munta( dengan
#eningkatan kesu!itan na'as.
d. angguan istira(at tidur "er(u"ungan dengan (iidung "untu, n&eri
sekunder #eradangan sinus.
+ujuan : stira(at tidur kem"a!i norma!.
*riteria (asi! : ;en&atakan #ema(aman #en&e"a"'aktor resiko indiidu
dan *!ien da#at tidur 6 sam#ai 8 jam setia# (ari.
nterensi :
1 *aji ke"utu(an tidur k!ien.
$asiona! : ;engeta(ui #ermasa!a(an k!ien da!am #emenu(an ke"utu(an
istira(at tidur.
2 i#takan suasana &ang n&aman.
$asiona! : -gar k!ien da#at tidur dengan tenang
3 -njurkan k!ien "erna'as !e%at mu!ut.
$asiona! : Perna'asan tidak terganggu.
4 *o!a"orasi dengan tim medis #em"erian o"at.
$asiona! : Perna#asan da#at e'ekti' kem"a!i !e%at (idung.
35
8/20/2019 Buat Makalah SSS
36/95
e. emas "er(u"ungan dengan kurangn&a #engeta(uan k!ien tentang
#en&akit dan #rosedur tindakan medis /o#erasi.
+ujuan : emas k!ien "erkurang.
*riteria (asi! : *!ien akan menggam"arkan tingkat ke)emasan dan #o!a
ko#ingn&a dan k!ien mengeta(ui dan mengerti tentang #en&akit &ang
dideritan&a serta #engo"atann&a.
nterensi :
1 *aji tingkat ke)emasan k!ien.
$asiona! : menentukan tindakan "erikutn&a.
2 e!askan atau kuatkan #enje!asan #roses #en&akit indiidu.
$asiona! : ;enurunkan ansietas dan da#at menim"u!kan #er"aikan
#artisi#asi #ada ren)ana #engo"atan.
3 iskusikan o"at #erna#asan, e'ek sam#ing dan reaksi &ang tidak
diinginkan.
$asiona! : Pasien ini sering menda#at o"at #erna#asan "an&ak seka!igus
&ang mem#un&ai e'ek sam#ing (am#ir sama dan #otensia! interaksi o"at.
4 iskusikan 'aktor indiidu &ang meningkat kondisi, misa!n&a udara ter!a!u
kering, angin, !ingkungan dengan su(u ekstrim, ser"uk, asa#, s#rei aeroso!,
dan #o!usi udara.
$asiona! : >aktor !ingkungan ini da#at menim"u!kan atau meningkatkan
iritasi.
36
8/20/2019 Buat Makalah SSS
37/95
PENATALAKSANAAN
!. rainage
a. 0edi'al %
ekongestan lokal % efedrin !>(de$asa& N>(anak&
ekongestan oral sedo efedrin 1 O
8/20/2019 Buat Makalah SSS
38/95
+ujuan pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan
kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri.
Sinusitis akut dapat sembuh spontan atau dapat sembuh hanya dengan
pemberian obat.Sinusitis akut perlu dilakukan operasi jika penderita sakit berat atau
telah terjadi komplikasi atau terjadi akibat kelainan anatomi.
Sinusitis kronik perlu dilakukan operasi disamping dengan pemberian
obat.Prinsip penanganan sinusitis adalah disamping penanganan sinusitisnya juga harus
dilakukan penanganan terhadap penyebabnya.7ara operasi paling mutakhir terhadap
sinusitis adalah dengan metode 6#SS (6un'tional #ndos'opi' Sius Surgery& atau BS#6
(Bedah Sinus #ndoskopik 6ungsional& (Budisantoso, "::D&.
38
8/20/2019 Buat Makalah SSS
39/95
EPISTAKSIS
#pistaksis adalah keluarnya darah dari hidungH merupakan suatu keluhan atau
tanda, bukan penyakit. Perdarahan yang terjadi di hidung adalah akibat kelainan
setempat atau penyakit umum. Penting sekali men'ari asal perdarahan dan
menghentikannya, di samping perlu juga menemukan dan mengobati sebabnya.
#pistaksis sering ditemukan sehari-hari dan mungkin hampir D:> dapat berhenti
dengan sendirinya (spontan& atau dengan tindakan sederhana yang dilakukan oleh
pasien sendiri dengan jalan menekan hidungnya.
#pistaksis berat, $alaupun jarang dijumpai, dapat mengan'am keselamatan ji$a
pasien, bahkan dapat berakibat fatal, bila tidak segera ditolong. Pada umumnya terdapat
dua sumber perdarahan yaitu dari bagian anterior dan bagian posterior. #pistaksis
anterior dapat berasal dari Pleksus )iesselba'h atau dari arteri ethmoidalis anterior.
Sedangkan epistakasis posterior dapat berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri
ethmoid posterior. #pistaksis biasanya terjadi tiba-tiba. Perdarahan mungkin banyak,
bisa juga sedikit. Penderita selalu ketakutan sehingga merasa perlu memanggil
dokter.Sebagian besar darah keluar atau dimuntahkan kembali.
39
8/20/2019 Buat Makalah SSS
40/95
E.ista&sis /.erdarahan hidung0
ETIOLOGI
Seringkali epistaksis timbul spontan tanpa dapat diketahui penyebabnya,
kadang-kadang jelas disebabkan oleh kelainan lo'al pada hidung atau kelainan sistemik.
)elainan %o1a% misalnya trauma, kelainan anatomi, kelainan pembuluh darah, infeksi
lo'al, benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan. )elainan sistemi& seperti
penyakit kardiovaskuler, kelainan darah, infeksi sistemik, perubahan tekanan atmosfir,
kelainan hormonal dan kelainan 'ongenital.
1. Trauma
Perdarahan dapat terjadi karena trauma ringan misalnya mengorek hidung,
benturan ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras, atau sebagai akibat
trauma yang lebih hebat seperti terkena pukul, jatuh atau ke'elakaan lalulintas. Selain
itu juga bisa terjadi akibat adanya benda asing tajam atau trauma pembedahan.
#pistaksis sering juga terjadi karena adanya spina septum yang tajam.
Perdarahan dapat terjadi di tempat spina itu sendiri atau pada mukosa konka yang
berhadapan bila konka itu sedang mengalami pembengkakan.
2. Kelainan pembuluh darah (local)
Sering 'ongenital, pembuluh darah lebih lebar, tipis, jaringan ikat dan sel-selnya lebih
tipis.
3. Infeksi local
40
8/20/2019 Buat Makalah SSS
41/95
#pistaksis bisa terjadi pada infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis
atau sinusitis. Bisa juga pada infeksi spesifik seperti rhinitis jamur, tuber'ulosis, lupus,
sifilis dan lepra.
4. Tumor
#pistaksis dapat timbul pada hemangioma dan karsinoma. Yang lebih sering
terjadi pada angiofibroma, dapat menyebabkan epistaksis berat.
5. Penyaki kardio!askular
ipertensi atau kelainan pembuluh darah seperti yang terjadi pada
arteriosklerosis, nefritis kronik, sirosis hepatis, atau diabetes mellitus dapat
menyebabkan epistaksis. #pistaksis yang terjadi pada penyakit hipertensi seringkali
hebat dan berakibat fatal.
". Kelainan darah
)elainan darah penyebab epistaksis antara lain leukemia, trombositopenia,
berma'am-ma'am anemia serta hemophilia.
#. Kelainan con$enial
)elainan 'ongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah telengiektasis
hemoragik herediter ( !ereditary !emorrhaic Teleniectasis Osler&Rendu&'eber
disease&. Juga sering terjadi pada on 'illenbrand disease.
%. Infeksi sisemik
Yang sering menyebabkan epistaksis ialah demam berdarah, demam tifoid,
influen8a, dan morbili juga dapat disertai epistaksis.
&. Perubahan udara aau ekanan amosfir
#pistaksis ringan sering terjadi bila seseorang berada di tempat yang 'ua'anya
sangat dingin atau kering. al serupa juga bisa disebabkan adanya 8at-8at kimia
ditempat industry yang menyebabkan keringnya mukosa hidung.
1'. an$$uan hormonal
41
8/20/2019 Buat Makalah SSS
42/95
#pistaksis juga dapat terjadi pada $anita hamil atau menopause karena pengaruh
perubahan hormon.
SUM2ER PERDARAHAN
0elihat asal perdarahan, epistaksis dibagi menjadi epistaksis anterior dan
epistaksis posterior. Lntuk penatalaksanaannya, penting di'ari sumber perdarahan
$alaupun kadang-kadang sulit.
E.ista&sis Anterior
)ebanyakan berasal dari pleksus )isselba'h
(anastomosis dari . #thmoidalis posterior, .
Sphenopalatina, . Palatina mayor, . *abialis superior& di
septum bagian anterior atau dari arteri etmoidalis anterior.
Perdarahan pada septum anterior biasanya ringan karena keadaan
mukosa yang hiperemis atau kebiasaan mengorek hidung dan
kebanyakan terjadi pada anak-anak, seringkali berulang dan dapat
berhenti sendiri.
E.ista&sis Posterior
apat berasal dari . #thmoidalis posterior atau .
Sphenopalatina. Perdarahannya biasanya lebih hebat dan jarang dapat berhenti sendiri.
Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan
penyakit kardiovaskuler karena pe'ahnya .Sphenopalatina.
KESIMPULAN
42
8/20/2019 Buat Makalah SSS
43/95
Pada kasus ini datang seorang pasien pria dengan keluhan keluarnya darah dari
hidung. Perdarahan dari pasien dapat dibedakan dari sifat perdarahannya. Pada pasien
tampak perdarahan berasal dari bagian posterior karena darah tampak lebih banyak.
Pada pemeriksaan fisik terlihat adanya darah di daerah orofaring yang semakin
menguatkan diagnosis perdarahan hidung atau epistaksis yang berasal dari pendarahan
bagian posterior.
Pada pasien juga terdapat faktor-faktor pendukung terjadinya perdarahan.
Seperti adanya hipertensi grade 22 pada pasien dilihat dari hasil pengukuran tekanan
darahnya. Selain itu juga terdapat faktor pendukung lainnya, yaitu adanya
hiperlipidemia pada pasien dilihat dari pemeriksaan profil lipidnya. al ini menambah
berat perdarahan pada pasien karena pembuluh darah menjadi tidak elastis sehingga
dapat pula semakin menaikkan tekanan darah pasien.
iberikan tatalaksana seperti pemasangan tampon belloI pada pasien untuk
menghentikan perdarahan pada bagian posterior sambil diperhatikan adanya aspirasi
pada pasien. Jika perdarahan tidak berhenti maka dapat dirujuk ke dokter spesialis
telinga hidung dan tenggorokan untuk ditangani lebih lanjut.
ETHMOIDITIS AKUT
A" Deinisi/30
#thmoiditis adalah infeksi dari sinus-sinus ethmoid, yang berbentuk seperti
sarang lebah terdiri dari sel-sel udara yang berkumpul antara kavum nasal dan orbita.
kut ethmoiditis biasanya timbul dari penyebaran infeksi dari sinus-sinus lain.
#thmoiditis merupakan kasus yang jarang dan dapat terjadi pada semua umur.
2" Etio%ogi/40
#thmoiditis sering merupakan komplikasi dari infeksi saluran nafas atas seperti
influen8a. 5angguan drainase karena sumbatan ostium dapat juga menjadi penyebabnya
seperti polip, benda asing, abnormalitas anatomi (seperti septum deviasi&, tumor,
imunokopromise, trauma, gangguan letak saluran 52+, dan abnormalitas dari motilitas
43
8/20/2019 Buat Makalah SSS
44/95
silia mukosa. al-hal tersebut merupakan faktor resiko untuk terjadinya ethmoiditis.
2nfeksi pada gigi juga dapat merupakan fokal infeksi dan menyebar terutama melalui
pembuluh darah.
Sinusitis ethmoid akut sering terjadi karena bakteri. Yang banyak dilaporkan
adalah Stre%tococcus %neumoniae dan !aemo%hilus influen$ae lebih dari ;:> penyebab
sinusitis akut. )uman lainnya termasuk Sta%hylococcus aureus dan Stre%tococcus
%yoenes. +etapi setelah vaksin Stre%tococcus %neumoniae dan !aemo%hilus influen$ae
ditemukan, predominansi ini mungkin berubah. Pada sinusitis kronis, kuman anaerob
dapat ditemukan dan pada pesien dengan imunokompromise infeksi patogen jamur dan
basil gram negatif sering merupakan penyebabnya.
kut ethoiditis biasanya tidak terjadi tiba-tiba, ke'uali yang disebabkan oleh,
penyelaman atau berenang dimana air yang mengandung bakteri atau virus patogen
langsung masuk ke struktur paranasal.
5" Patoisio%ogi/30
2nflamasi mukosa sinus saat influen8a, yaitu edema mukosa dapat menutupi
ostium sehingga terjadi gangguan drainase oleh mukosiliar. kumulasi se'ret dalam
sinus merupakan media yang baik untuk berkembangya kuman sehingga timbul infeksi.
)ompleks osteomeatal sangat penting untuk drainase sinus-sinus ethmoid.
D" Ge,a%a K%inis/*'+'40
Se'ara umum, pasien dengan sinusitis ethmoid akut biasanya akan timbul gejala
lemas badan dari derajat ringan sampai sedang. Sekret dari lubang hidung nmungkin
ada kadang purlen, mukosa nasal bisa edem dan hiperemis. =asofaring dan orofaring
mungkin eritem, pasien dapat merasakan panas badan dengan variasi suhu dan sakit
kepala. Jumlah leukosit biasanya tidak meningkat tajam sampai terjadi infeksi sistemik.Bila infeksi semakin berat, nyeri juga semakin meningkat sesuai bertambahnya daerah
sinus yang terinfeksi dan nyeri dapat menyebar sesuai persarafan ke bagian medial
orbita, area mata dan kening. Pada sinusitis ethmoid akut yang berat, khususnya pasien
dengan imunokompromise dapat berkembang menjadi kasus emergensi dengan selulitas
fasial, selulitas orbita dan meningitis(@&.
#thmoiditis biasanya timbul dengan gejala serasa ada tekanan di pertengahan
orbita. 0ungkin ada hubungannya dengan sakit kepala berat, lakrimasi, atau edema
44
8/20/2019 Buat Makalah SSS
45/95
palpebra. Perubahan ke lateral dari pada boal mata mungkin menunjukkan adanya
infeksi pada lamina papirasea. Sinusitis pada anak sering mempengaruhi sinus-sinus
ethmoid menjadi tumbuh sebagian. Saat pemeriksaan, pus dapat ditemukan pada meatus
media superior. Se'ara radiologi tampak opasifikasi dari sinus yang terkena(;&.
5ejala ethoiditis dapat berupa(
8/20/2019 Buat Makalah SSS
46/95
penyebaran se'ara langsung seperti abses epidural dan abses parenkhimal. Lntungnya
sekarang ini jarang terjadi. +rombosis sinus kavernosus ditandai dengan optalmoplegi,
kemosis, hilangnya penglihatan. #pidural abses biasanya sulit terdiagnosa, dan mungkin
terdeteksi dengan 7+ S'an. arus selalu diingat bah$a diagnosa karsinoma sinus
pranasal adalah berbeda dengan sinusitis. 5ambaran destruksi tulang se'ara radiologist,
neuropati saraf 'ranial (khususnya "&, nyeri persisten, epistaksis, gejala klinis yang
terus-menerus dapat di'urigai kemungkinan adanya suatu karsinoma(9&.
Bila ada ri$ayat alergi yang lama, infeksi bakteri, gangguan struktural, dinding
sinus menipis dan draenase terhambat. ai ini dapat berkembang menjadi sinusitis
kronis(
8/20/2019 Buat Makalah SSS
47/95
Bila pasien tidak berespon dengan pengobatan, hasil kultur dan tes resistensi
dapat digunakan untuk terapi selanjutnya. Penelaahan pathogen atipik atau status
imunokompromise harus diperhatikan pada pasien yang tidak responsive terhadap
pengobatan dan timbulanya penyakit progresif. Bila sinusitis "seudomoas atau jamur
timbul, maka itu harus diidentifikasi dan diterapi sesuai kuman penyebabnya.
+erapi medis mungkin tidak 'ukup untuk mengobati ethmoiditis. Pada kasus
tersebut pengobatan tanpa eradikasi dapat berkembang menjadi kronis. Pengobatan
dengan antibiotik selanjutnya dan terapi operasi harus dipertimbangkan untuk mengatasi
ethmoiditis kronis. Saat ethmoiditis akut menjadi berat se'ara progresif, pengobatan
ditujukan untuk men'egah penyebaran ke tempat yang mudah ditulari seperti orbita atau
tidak responsif terhadap terapi antimikroba yang agresif, terapi operasi harus
dipetimbangkan. Pasien biasanya dira$at, dan terapi medis diberikan dengan antibiotik
spektrum luas dan lebih dari satu ma'am. Sebagai tambahan obat yang paling
didahulukan termasuk 'eftriaEone, van'omy'in, ti'ar'illin/'lavulanate,
ampi'illin/sulba'tam, dan 'efta8idime. Bila dalam " jam tidak ada perbaikan, terapi
operasi harus diambil.
#" O.erati /30
3perasi draenase diperlukan bila pus sudah terbentuk. Pus biasanya terkumpul
diba$ah rongga orbiat (di periosteum&. nestesi umum yang biasanya digunakan. 2nsisi
dinbuat melalui kulit pada samping nasal bridge, pus didraenase, sistem sel-sel udara
mastoid dibuka dan draenase ke dalam hidung se'ara penuh. Sinus yang lain mungkin
didraenase pada $aktu yang sama. Ra$at inap selama beberapa hari biasanyadiperlukan
utuk melanjutkan observasi dan pemberian antibiotik.
$" Kom.%i&asi tera.i/+0
#fek samping terhadap obat yang digunakan bersifat spesipik. ekongestan oral
dapat menyebakan sulit tidur, peningakatan heart rate, dan ke'emasan. nthistamin oral
dapat menyebabkan mengantuk dan membran mukosa terasa kering. ntibiotik dapat
menyebakan gangguan perut dan reaksi alergi dan bila digunakan tidak tepat dapat
menyebabkan gangguan flora normal dan meningkatkan insidensi penyakit jamur.
+opikal steroid biasanya aman tetapi bila se'ara oral penggunaannya harus sesuai
aturan.
47
8/20/2019 Buat Makalah SSS
48/95
H" Pen1egahan/+0
Sulit untuk men'egah ethmoiditis untuk menyebar ke organ lain. +etapi
bagaimana pun membersihkan sekret hidung dapat men'egah infeksi bakteri.
0embersihkan hidung bisa dengan 'ara minum banyak 'airan, membatasi susu, dan
men'u'i sinus dengan 'airan garam fisiologi. alam kasus alergi, seseorang harus
menghindari allergen yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Bila ada inflamasi kronis
pada infeksi, semprot hidung dapat membantu men'egah kerusakan mukosa membran
seiring dengan $aktu.
I" Monitoring/+0
0onitoring berdasarkan berat-ringannya gejala dan berapa lama penyakit sakit
terakhir berlangusng. 2nfeksi biasanya sembuh dengan terapi dan jarang menyebar ke
rongga orbita atau kavum kranial. engan alasan yang tidak diketahui, laki-laki de$asa
beresiko tinggi untuk ethmoiditis dan membutuhkan monitoring yang ketat. Setiap
kejadian penyakit baru atau kasus ga$at harus dilaporkan.
2A2 I
PENDAHULUAN
3titis media merupakan penyakit yang paling sering ditemukan oleh dokter
++. 0eskipun umumnya kondisi ini diderita oleh anak-anak namun !,;> orang
de$asa pernah mengalami otitis media supuratif. )omplikasi otitis media
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu intrakranial dan ekstrakranial. )omplikasi
intrakranial termasuk meningitis, en'ephalitis, abses otak, abses epidural, dan trombosis
sinus lateral. Sebelum penggunaan antibiotik meluas, ",1> pasien dengan otitis media
mengalami komplikasi intrakranial. Resiko terjadinya komplikasi ektrakranial dari otitis
media ini dua kali lebih sering daripada komplikasi intrakranial, dengan :,;> pasien
mengalami permasalahan seperti paralisis nervus kranial, labirinitis, perikondritis,
mastoiditis koalesen, dan abses Be8old.!,"
bses be8old termasuk abses leher dalam yang merupakan komplikasi otitis
media supuratif yang jarang terjadi. bses ini pertama kali ditemukan pada tahun !99!
oleh dr 6riedri'h Be8old, seorang dokter ++ dari Jerman. Be8old mengemukakan
48
8/20/2019 Buat Makalah SSS
49/95
bah$a mastoiditis supuratif dapat menjadi abses di tiga tempat% postaurikuler,
8igomatik, dan leher. =amun ditekankan, bah$a dikatakan abses Be8old hanya ketika
pembentukan abses melibatkan leher.1
Semua berasal dari literatur ++ dan radiologi. bses Be8old dilaporkan terlihat
pada orang de$asa (!1 dari !; pasien, 9@>& dimana kebanyakan pria (!" dari !; pasien,
9:>&. )ebanyakan pasien dengan ri$ayat kolesteatoma atau operasi mastoid
sebelumnya tampaknya meningkatkan resiko untuk menjadi abses Be8old. Pasien
mungkin datang dengan gejala akut atau kronis, dengan onset gejala untuk diagnosis
berkisar 1 hari sampai 1 tahun. Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri leher,
benjolan di leher, nyeri postaurikuler, otalgia, otorrhea, atau gangguan pendengaran. 1
=amun, saat ini abses be8old menjadi semakin langka dengan meluasnya
penggunaan antibioti' untuk mengatasi otitis media dan mastoiditis. !,1
49
8/20/2019 Buat Makalah SSS
50/95
2A2 II
PEM2AHASAN
II" !" Deinisi
bses Be8old adalah abses leher dalam yang berkembang mirip dengan abses
subperiosteal se'ara patologi. engan adanya mastoiditis 'oales'ent, jika korteks
mastoid terkena pada ujungnya, sebagai la$an dari korteks lateral, abses akan
berkembang di leher, dalam sampai sternokleidomastoid. bses ini dideskripsikan
sebagai massa yang dalam dan lembut pada leher.
Pada tahun !99! 6rederi'h Be8old (!9"-!D:9& melaporkan adanya pus yang
keluar dari sisi medial prosesus mastoid yang terinfeksi dan membentuk abses jaringan
leher dalam, abses ini kemudian dikenal dengan mastoiditis Be8old. estruksi terjadi
pada bagian tulang yang tipis pada insisura mastoid (insisura digastrika&, selanjutnya
pus mengalir di sepanjang m. digastrikus ke arah dagu, mengisi ruang retromaksilla dan
berjalan di sepanjang perjalanan arteri oksipital. Bila tidak diobati, maka akan terjadi
perluasan ke m.sternokleidomastoideus, m.trape8ius, dan m.splenius.!,;
Be8old mendapatkan bah$a bila pus pada otot-otot tersebut men'apai otot-otot
pendek pada leher dalam, maka pus dapat meluas ke prosesus vetebra orakal dua. Pus
50
8/20/2019 Buat Makalah SSS
51/95
juga dapat meluas ke ba$ah di sepanjang sarung pembuluh darah besar sampai ke ruang
previsera, laring, atau mediastinum. bses juga dapat mengenai ruang parafaring dan
retrofaring akibat perluasan langsung. 7heesman (!D@D& yang dikutip oleh 5affney,
melaporkan adanya abses Be8old yang agak berbeda dengann yang ditulis oleh Be8old.
2a menyebutkan abses Be8old sebagai abses yang timbul didalam m.
sternokleidomastoideus akibat keluarnya pus dari tip mastoid.!,;,<
Be8old membedakan abses ini dari abses subperiosteum dan 8igomatikus yang
terjadi akibat destruksi korteks mastoid, yang lebih sering terjadi pada anak-anak. ;,<
II" #" Anatomi
)avum timpani merupakan suatu rongga yang bagian lateralnya dibatasi oleh
membran timpani, di medial oleh promontorium, di superior oleh tegmen timpani, di
inferior oleh bulbus jugularis dan n. fasialis. Sebelah anterior dibatasi oleh tuba
#usta'hius, semikanal m. tensor timpani, arteri karotis dan di posterior dibatasi oleh
eminensia piramidalis, aditus ad antrum, tempat keluarnya korda timpani, fosa inkudis,
dan dibaliknya terdapat antrum mastoid.@
)avum timpani terutama berisi udara yang mempunyai ventilasi ke nasofaring
melalui tuba #usta'hius. 0enurut ketinggian batas superior dan inferior membran
timpani, kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epitimpanum yang merupakan
bagian kavum timpani yang lebih tinggi dari batas superior membran timpani,
mesotimpaninum yang merupakan ruangan di antara batas atas dengan batas ba$ah
membran timpani dan hipotimpanum, yaitu bagian kavum timpani yang terletak lebih
rendah dari batas ba$ah membran timpani. i dalam kavum timpani terdapat tiga buah
tulang pendengaran (osikel& dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes.@
Pars mastoid tulang temporal ialah tulang keras yang terletak di belakang telinga.
i dalam kavum timpani, terdapat rongga seperti sarang lebah yang berisi udara.
Rongga-rongga udara ini (air cells) terhubung dengan rongga besar yang disebut antrum
mastoid. )egunaan air cells ini adalah sebagai udara 'adangan yang membantu gerak
normal gendang telinga.@
51
8/20/2019 Buat Makalah SSS
52/95
5ambar !. Pneumatisasi pada tulang temporal."!
Prosesus mastoid sering disebut juga ujung mastoid (mastoid ti%& merupakan suatu
tonjolan di bagian ba$ah tulang temporal yang dibentuk oleh prosesus 8igomatikus di
bagian anterior dan lateralnya, serta pars petrosa tulang temporal di bagian ujung dan
posteriornya. Pneumatisasi mastoid mulai setelah bayi lahir dan hampir lengkap pada
usia 1 dan tahun, kemudian berlangsung terus sampai usia de$asa. Proses
pneumatisasi ini bervariasi pada individu, sehingga terdapat tiga tipe pneumatisasi, yaitu
pneumatik, diploik dan sklerotik. Pada tipe pneumatik, hampir seluruh prosesus mastoid
terisi oleh pneumatisasi. Sklerotik tidak terdapat pneumatisasi sama sekali dan tipe
diploik pneumatisasi kurang berkembang. Sel mastoid dapat meluas ke daerah
sekitarnya, dapat sampai ke arkus 8igomatikus dan ke pars skuamosa tulang temporal.
@
6ormasi abses leher mengikuti anatomi regional. +ip mastoid, pneumatisasi pada
de$asa, terdiri dari sel-sel udara berdinding tipis. Bagian lateral dari prosesus
mastoideus terdiri dari tulang yang lebih tebal dibandingkan dengan dinding bagian
medial. Selain itu, bagian lateral berfungsi sebagai tempat insersi dari m. digastrikus, m.
sternokleidomastoideus, m. kapitis splenius dan m. kapitis longissimus. Bagian lateral
yang tebal dari prosesus mastoid dan pertemuan dari otot leher berfungsi sebagai barier
kuat penahan erosi pus di bagian lateral. Pus di mastoid mengikis melalui area yang
52
8/20/2019 Buat Makalah SSS
53/95
tidak kuat yaitu tip mastoid di bagian inferior dan medial. engan demikian, abses
terkumpul jauh di dalam otot-otot leher sehingga sulit untuk di deteksi dini. 9
5ambar ". 0. sternokleidomastoideus."!
II" $" E.idemio%ogi
0enurut 0ygind (!D:1&, yang dikutip oleh 5affney, pada era praantibiotik,
lebih dari ;:> kasus otitis media akut menimbulkan komplikasi mastoiditis. Be8old
mendapatkan ":> kasus mastoiditis berlanjut menjadi abses Be8old. =amun sejak
ditemukan antibiotika, kasus komplikasi otitis media supuratif sangat menurun.
Beberapa penulis mendapatkan :,> kasus otitis media berlanjut menjadi
mastoiditis.",;,<
bses Be8old lebih sering ditemukan pada orang de$asa dengan pneumatisasi
sel yang besar pada tip mastoidnya. ;
5affney (!DD!&, menyatakan bah$a sejak tahun !D@;-!DD! laporan mengenai
abses Be8old sangat jarang, hanya ditemukan sebanyak @ kasus.;
53
8/20/2019 Buat Makalah SSS
54/95
Smousha dkk (!D9D& selama dua tahun mendapatkan satu kasus abses yang
terbatas dalam sarung m. sternokleidomastoideus dan empat kasus abses leher dalam
akibat infeksi telinga (otogenik& seperti yang diterangkan oleh Be8old. ari kelima
kasus tersebut " kasus akibat komplikasi 30, 1 kasus akibat komplikasi 30S) yang
dihubungkan dengan kolesteatom.<
#dison (!D9:& melaporkan ! kasus abses Be8old berhubungan dengan
berhubungan dengan 30S), yang meluas ke ruang supraskapular.D
Pearson (!DD& melaporkan ! kasus abses Be8old yang disertai komplikasi
trombosis sinus lateral.!:
6uruka$a (!DD;& melaporkan pula ! kasus abses Be8old yang berhubungandengan kolesteatom.!!
0arioni ("::!& melaporkan ! kasus abses Be8old pada anak berusia !9 bulan.
2nsidensi abses Be8old di Rumah Sakit 7ipto 0angunkusumo sangat jarang. ari tahun
"::
8/20/2019 Buat Makalah SSS
55/95
8/20/2019 Buat Makalah SSS
56/95
II" +" Diagnosis
iagnosis abses Be8old ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan penunjang.<
II" +" !" Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan adanya ri$ayat otore dan panas tinggi,
$alaupun tidak jarang ditemukan kasus dengan suhu normal. )adang-kadang terdapat
trismus dan sukar menelan akibat tekanan abses pada dinding faring dan tonsil.<
II" +" #" Pemeri&saan K%inis
bses Be8old biasanya ditandai dengan pembengkakan dari tip mastoid sampai
sepanjang m. sternokleidomastoideus, nyeri tekan dengan atau tanpa fluktuasi.
8/20/2019 Buat Makalah SSS
57/95
5ambar ". Pasien dengan
pembengkakan di leher dan regio
retroaurikular.!<
5ambar 1. 7ervi'otomy dengan
drainase sekret purulen.!<
57
8/20/2019 Buat Makalah SSS
58/95
)adang-kadang abses Be8old disertai paresis fasialis akibat tekanan pada foramen
stilomastoideum. )elainan telinga pada abses Be8old seperti adanya desakan pada dinding
liang telinga posterosuperior dengan perforasi membran timpani dan sekret yang banyak.
)adang-kadang infeksi liang telinga mengalami perbaikan sehingga tidak ditemukan
gambaran infeksi.
8/20/2019 Buat Makalah SSS
59/95
8/20/2019 Buat Makalah SSS
60/95
Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki angka sensitifitas tinggi terhadap
terhadap 'efora8one sulba'tam, moEyfloEa'ine, 'efora8one,'eftriaEone, yaitu lebih dari @:>.
0etronida8ole dan klindamisin angka sensitifitasnya masih tinggi terutama untuk kuman
anaerob gram negatif. ntibiotik biasanya dilakukan selama lebih kurang !: hari.!@
Berdasarkan literatur, operasi dini umumnya dianjurkan untuk evakuasi abses dengan
drainase pus dari sel mastoid di regio leher dilakukan se'ara bersamaan. Pendapat lain
operasi dini untuk drainase pus dari leher, kemudian diren'anakan operasi untuk penyakit
telinga yang mendasarinya pada saat yang lebih tepat dimana inflamasi telah berkurang. !
8/20/2019 Buat Makalah SSS
61/95
Pada umumnya, prognosis abses be8old baik apabila didiagnosis se'ara dini dan
ditangani dengan penanganan yang tepat. )ebanyakan pasien umumnya sembuh total dengan
terapi antibiotik yang adekuat dan intervensi pembedahan dini (!: dari ! pasien, @!>&. !<
+3R+2*32S
+ortikolis merupakan leher yang terputar atau keadaan dimana otot-otot leher
terkontraksi disertai perputaran leher.! +ortikolis dapat terjadi sejak lahir, conenital
Muscular Torticollis (70+&, atau didapat saat de$asa, acuired torticollis. Conenital
muscular torticollis (70+& merupakan kelainan mus'uloskeletal kongenital terbanyak ketiga
setelah dislokasi panggul dan clubfoot .@ )elainan kongenital ini ditandai dengan pemendekan
otot sternokleidomastoideus unilateral.
2nsidensi 70+ kurang dari "> dan diyakini disebabkan oleh trauma lokal pada
jaringan lunak leher sebelum atau selama persalinan, khususnya pada persalinan dengan
presentasi bokong dan persalinan sulit yang dibantu dengan for'eps. Sedangkan, pada orang
de$asa, setiap abnormalitas atau trauma tulang servikal bisa menyebabkan tortikolis
termasuk trauma minor (tegangan/regangan&, fraktur, dislokasi, dan subluEasi, sering
menyebabkan spasme dari otot leher."
0anifestasi klinis yang didapat dari pemeriksaan yaitu kepala miring ke arah yang
sakit (setelah menyingkirkan penyebab lain seperti anomali tulang, diskitis, limfadenitis&,
leher menjadi tidak seimbang dan pendek pada bagian yang fibrosis, di sisi yang fibrosis
telinga mendekati bahu, garis mata dan garis bahu membentuk sudut (normalnya sejajar&,
perkembangan muka dapat menjadi asimetris, dan terdapat benjolan berbatas tegas yang
melibatkan satu atau kedua 'aput sterno'ledomastoideus.,<
Semakin muda usia pasien tortikolis, semakin baik prognosisnya. Pada usia anak
diba$ah satu tahun, pengobatan se'ara konservatif menunjukkan hasil yang memuaskan.
Sedangkan, $aktu yang optimal untuk operasi adalah antara !- tahun.,@0engingat
pentingnya diagnosa sedini mungkin pada pasien dengan tortikolis, maka penting bagi para
'alon dokter umum untuk mengetahui mengenai penyakit ini lebih jauh. 3leh karena itu,
makalah ini akan membahas mengenai tortikolis.
#"! Deinisi
+ortikolis merupakan leher yang terputar atau keadaan dimana otot-otot leher
terkontraksi disertai perputaran leher.! +ortikolis bisa juga diartikan sebagai istilah umum
61
8/20/2019 Buat Makalah SSS
62/95
untuk berbagai kondisi dystonia kepala dan leher , yang menampilkan variasi tertentu dalam
gerakan kepala ( komponen phasi' & ditandai dengan arah gerakan (hori8ontal , seolah-olah
mengatakan tidak , atau vertikal , seolah-olah mengatakan iya &. +ortikolis berasal dari
bahasa *atin , tortus , berarti memutar dan 'ollum , berarti leher ."
#"# Anatomi Otot Leher
3tot leher ada yang melekat pada tulang hyoid dan ada yang tidak melekat pada
tulang hyoid. 3tot yang tidak melekat pada tulang hyoid yaitu % (!& 0us'ulus
Sterno'leidomastoideus, origo di manubrium sterni dan 'lavi'ula (!/1 medial& serta insersio
di pro'essus mastoideus os temporalis. dapun aksinya yakni bilateral-fleEi kepala, rotasi
unilateral kepala, memalingkan $ajah ke sisi sebaliknya. 3tot ini dipersarafi oleh nervus
a''essorius (= O2&H ("& 0us'ulus s'alenus anterior dan s'alenus medius, origo di pro'essus
transverses vertebra 'ervi'alis bagian atas dan insersio di 'osta !. ksinya adalah fleksi leher
dan elevasi 'osta !. 3tot ini dipersarafi oleh ramus ventralis nervus 'ervi'alis (5ambar ".!
dan 5ambar "."&.1
Gam7ar #"! Otot %eher / Tam.a& %atera%0$
62
8/20/2019 Buat Makalah SSS
63/95
Gam7ar #"# Otot %eher / Tam.a& anterior0
$
3tot leher yang melekat pada hyoid terbagi menjadi dua yaitu suprahyoid dan
infrahyoid. 3tot yang berada infrahyoid yaitu % (!& 0us'ulus 3mohyoid (otot ini memiliki
dua belly yang dihubungkan dengan tendon intermediet&, origo untuk inferior belly dari
s'apula-medial ke su%rasca%ular notch (tendon intermediet dihubungkan ke klavikula dan rib
!. 2nsersionya pada tulang hyoid. ksinya yaitu untuk menekan tulang hyoid. 3mohyoid
dipersarafi oleh ansa 'ervi'alisH ("& 0us'ulus Sternohyoid , origonya berasal dari sternum-
manubrium klavikula dan insersionya di tulang hyoid. ksinya untuk mendepresi tulang
hyoid. Sternohyoid dipersarafi ansa 'ervi'alisH (1& 0us'ulus Sternothyroid, origonya dari
sternum-manubrium dan insersionya di kartilago tiroidea. ksinya adalah untuk depresi
kartilago tiroidea, depresi tulang hyoid dan laring se'ara indirek. Sternothyroid dipersarafi
oleh ansa 'ervi'alisH (& 0us'ulus +hyrohyoid, origo dari kartilago tiroidea dan insersio di
tulang hyoid. ksinya untuk depresi tulang hyoid dan elevasi laring. +hyrohyoid dipersarafi
oleh 7! dan =ervus hipoglossus ( = O!!& (5ambar ".1 dan 5ambar ".&.1
63
8/20/2019 Buat Makalah SSS
64/95
Gam7ar #"$ Otot Inrah(oid dan su.rah(oid$
3tot leher yang berada suprahyoid yaitu % (!& 0us'ulus igastri'us (memiliki
dua belly&, origo %osterior belly dari tulang temporal-mastoid notch (medial terhadap
pro'essus mastoideus& sedangkan origo anterior belly dari bagian dalam mandibula.
2nsersionya pada tulang hyoid melalui tendon intermediet. ksinya untuk elevasi tulang
hyoid dan depresi mandibula. "osterior belly dipersarafi oleh nervus fa'ialis ( = 22&
dan anterior belly dipersarafi oleh nervus trigeminus (= 1&H ("& 0u'ulus Stylohyoid, origodi tulang temporal-pro'essus styloideus dan insersio di tulang hyoid. ksinya untuk elevasi
tulang hyoid dan dipersarafi oleh nervus fa'ialis (= 22&H (1& 0us'ulus mylohyoid, origo dari
mandibula-mylohyoid line dan insersio di tulang hyoid. ksinya untuk elevasi tulang hyoid
serta mengangkat dasar mulut selama menelan. 3tot ini dipersarafi ileh nervus trigeminus (=
1&H (& 0us'ulus 5eniohyoid, origonya dari bagian dalam mandibula dan insersio di tulang
hyoid. ksinya untuk elevasi tulang hyoid dan memba$a hyoid ke depan. 3tot ini dipersarafi
oleh 7!, nervus hypoglossus ( = O22& (5ambar ".1 dan 5ambar ".&.1
64
8/20/2019 Buat Makalah SSS
65/95
Gam7ar #") Otot Inrah(oid dan Su.rah(oid serta a&sin(a$
#"$ Etio%ogi#
#tiologi tortikolis terbagi menjadi etiologi lokal, etiologi kompensasi, dan etiologi
sentral. 0asing-masing akan dijelaskan diba$ah ini.
a. #tiologi lokal
Pada orang de$asa, setiap abnormalitas atau trauma tulang servikal bisa
menyebabkan tortikolis termasuk trauma minor (tegangan/regangan&, fraktur, dislokasi, dan
subluEasi, sering menyebabkan spasme dari otot leher. Penyebab lainnya yakni infeksi,
spondylosis, tumor, jaringan parut. Selain itu, infeksi saluran nafas bagian atas dan infeksi
jaringan lunak di leher bisa menyebabkan tortikolis sekunder terhadap kontraktur otot atau
adenitis.
Pada anak usia "- tahun biasanya tortikolis sering disebabkan oleh abses
retrofaringeal. +ortikolis juga bisa terjadi akibat infeksi yang mengikuti trauma atau infeksi di
sekitar jaringan atau struktur leher termasuk faringitis, tonsillitis, epiglottitis, sinusitis, otitis
media, mastoiditis, abses nasofaring, dan pneumonia lobus atas.
b. #tiologi kompensasi
+ortikolis sering merupakan mekanisme kompensasi dari penyakit atau symptom lain
seperti strabismus dengan parese nervus 2, nistagmus kongenital, dan tumor fossa posterior.
'. #tiologi sentral
65
8/20/2019 Buat Makalah SSS
66/95
+ortikolis sering juga disebabkan oleh reaksi distonia sekunder terhadap obat-obatan
seperti phenotia8in, meto'lopramide, haloperidol, 'arbama8epine, phenytoin, and terapi *-
dopa. Pada $amita usia 1:-
8/20/2019 Buat Makalah SSS
67/95
8/20/2019 Buat Makalah SSS
68/95
Gam7ar #"* Pemeri&saan &%inis torti&o%is)
Selanjutnya, tipe dari deformitas harus diselidiki, sebagaimana kombinasi dan fleksi
dan rotasi, apakah deformitas tersebut rigid atau fleksibel, dan apakah bisa sembuh dengan
sendirinya atau tidak. )ondisi kelainan mus'uloskeletal lainnya seperti hip dysplasia harus
diperiksa. Selain itu, pemeriksaan optalmologi perlu dilakukan karena dapat mengetahui
ketidakseimbangan dari otot ekstra o'ular yang merupakan faktor penyebab dari tortikolis.
Pemeriksaan ultrasonografi berguna sebagai alat diagnostik yang penting dan untuk
menentukan prognosis. al ini ditandai dengan sensitivitas (D;.91>& dan spesifisitas
(91.11>& dan dapat membedakan staging dari tortikolis kongenital. Pemeriksaan penunjang
yang lebih modern dan 'anggih ialah dengan menggunakan manetic resonance
imain (0R2&. Pada beberapa studi dilaporkan bah$a hasil temuan dari 0R2 memiliki
korelasi dengan hasil histopatologi.
#"+ Penata%a&sanaan
#"+"! Tera.i Fisi&
Peregangan se'ara pasif dan manual pada otot sternokleidomastoideus sebelum usia !"
bulan adalah terapi fisik yang paling efektif. al ini dapat dilakukan oleh orang tua dengan
'ara satu tangan berada pada kepala anak dan bahu ipsilateral, kemudian fleksi lateral dari
kepala anak dilakukan berbarengan dengan rotasi ke arah yang berla$anan. 7ara ini
dilakukan setidaknya dua kali dalam satu hari, dilakukan !:-!; peregangan, dengan $aktu
dilatasi men'apai 1: detik. engan latihan yang dilakukan se'ara benar dan teratur setiap
hari, didapatkan hasil yang memuaskan yakni lebih dari D:>, dan rekurensi ">.
68
8/20/2019 Buat Makalah SSS
69/95
Selain itu, dapat juga dilakukan terapi fisik berupa terapi paraphino dan thermoterapi,
serta iontophoresis dan terapi microcurrent . +erapi fisik yang lain yaitu dengan masase pada
otot leher dan jaringan subkutan yang kaku dapat mengurangi nyeri, mobilisasi sendi, dan
terapi kraniosakral. Pada anak yang lebih besar dapat digunakan penyangga (torticollis
brace) yang bersifat membantu terapi.
#"+"# To&sin 2otu%inum
Pada beberapa studi dilaporkan penggunaan 2njeksi toksin botulinum untuk segala jenis
distonia servikal. 0etode ini aman dan efektif pada anak dan remaja. +oksin ini akan
menurunkan spasme dan dapat meregangkan otot yang kaku se'ara manual. Beberapa kasus
tortikolis de$asa berhasil diatasi dengan toksin botulinum ini. kan tetapi, tidak ada bukti
ilmiah yang adekuat untuk keamanan dan efisiensi dari pengobatan modern ini.
#"+"$ O.erasi
Penatalaksanaan operatif dianjurkan untuk anak dengan usia diatas !"-!9 bulan yang
tidak berhasil dengan penatalaksanaan se'ara konservatif atau dijumpai $ajah yang asimetris
dan plagio'ephaly (5ambar ". kasus. 3perasi sangat direkomendasikan jika didapati
keterbatasan gerakan sampai 1: derajat serta pada kasus deformitas tulang $ajah yang
kompleks.
Gam7ar #"+ Penata%a&sanaan torti&o%is se1ara o.erati )
0enurut *ing et al, $aktu yang optimal untuk operasi adalah antara !- tahun. al ini
didasari pada kebanyakan anak-anak diba$ah usia ! tahun respon terhadap terapi konservatif.
=amun demikian, untuk kasus pada de$asa dengan tortikolis kongenital yang terabaikan,
dapat dilakukan reseksi unipolar pada ujung distal dari otot sternikleido