Post on 16-Feb-2015
MAKALAH MANAJEMEN KOMUNIKASI
“BREAK EVEN POINT”
Oleh :
Tsara Mumtazi Islamy 3351121078
Jurusan Profesi Apoteker
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jenderal Achmad Yani
Cimahi
2012
Break Even Point (BEP)
1. Pengertian Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) adalah Suatu keadaan dimana produksi dalam
suatu perusahaan tidak ada untung tidak ada rugi, impas antara biaya yang
dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima atau singkatnya adalah
keadaan plus plos. Masalah break-even baru muncul apabila suatu perusahaan di
samping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap
Menurut Mulyadi (1997 : 232):
“Break Even Point adalah suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan
tidak menderita rugi dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah
pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi
hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.”
Selanjutnya menurut Sofyan Syafri Harahap (1998 : 358) :
“Break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba
dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan, dimana total
biaya (tetap dan variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba
dan tidak rugi.”
Sedangkan menurut S.Munawir (2002 ; 458) :
“Titik break event atau tititk pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu
keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (total penghasilan = biaya total).”
Dari pengertian tersebut diatas, dapatlah disimpulkan bahwa Break even
point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam opersi tidak mengalami laba
dan tidak mengalami kerugian (dimana total penghasilan sama dengan biaya
total).
Analisa BEP yang sering kali juga disebut dengan istilah “ Cost-Volume-
Profit “ merupakan suatu alat analisa yang sering digunakan oleh manajemen
didalam pengambilan keputusan atas masalah yang berkaitan dengan harga biaya,
volume produksi, penjualan dan keuntungan. Dengan memanfaatkan analisis
pulang pokok, manajer dapat mengetahui titik impas (Break even point) yang
menunjukkan volume penjualan dan produksi yang tidak mangakibatkan kerugian
atau diperolehnya keuntungan analisis ini juga dapat dimanfaatkan untuk
mengetahui berapa volume produksi dan penjualan yang harus dicapai untuk
mendapatkan sejumlah keuntungan tertentu.
Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan break even point bila mana
penghasilannya (revenue) yang diterima sama dengan ongkosnya dan juga adanya
keseimbagan dalam grafik break even dimana terdapat titik potong antara garis
hasil penjualan dan jumlah biaya-biaya.
2. Perhitungan Break Even Point (BEP)
Ketika ingin memulai sebuah usaha, ada tiga hal pokok yang harus anda
pertimbangan atau perhitungkan yaitu : Produk, Modal dan Pasar. Dalam
pembahasan kali ini karena judulnya bagaimana cara menghitung BEP, maka
pembahasan hanya difokuskan pada modal. Adapun untuk 2 pokok lainnya akan
dibahas dalam kesempatan yang lain. Dengan memiliki modal anda akan dapat
membeli peralatan untuk berproduksi, membeli bahan baku, membayar gaji
pekerja dan membuat program marketing seperti halnya pemasangan iklan di
media massa baik cetak maupun elektronik.
Modal atau untuk lebih membumi, marilah kita sebut modal menjadi uang.
Sumber uang bagi anda seorang pengusaha tentunya beragam untuk setiap orang
seperti dari simpanan/tabungan, warisan keluarga, pinjaman dari kerabat/sahabat
dan pinjaman dari lembaga keuangan. Pada umumnya sumber uang dari selain
lembaga keuangan tidak terlalu ribet dengan urusan administrasi dan studi
kelayakan usaha, karena anda memiliki hubungan kekerabatan dan emosional
yang cukup dekat dengan sumbernya, sehingga mereka akan sangat mempercayai
anda.
Sebaliknya pinjaman yang diperoleh dari lembaga keuangan baik itu bank
dan non bank, ketika anda mengajukan kredit, anda diwajibkan untuk
memaparkan studi kelayakan usaha yang intinya harus dapat menyakinkan pihak
kreditor, bahwa usaha anda pantas untuk dibiayai dan memiliki prospek yang
positif. Salah satu indicator yang umum digunakan oleh kreditor adalah tingkat
Breakeven Point (BEP).
Selanjutnya untuk menyamakan persepsi,kita bahas apa sebenarnya disebut
dengan BEP. Dalam bahasa umum, BEP dapat disebut juga sebagai Titik Pulang
Pokok. Titik Pulang pokok memiliki makna saat/kapan modal yang digunakan
akan kembali. Dalam menghitung “saat atau kapan” ini, ada dua metode
penghitungan yang dapat kita pilih yaitu saat jumlah produksi mencapai berapa
unit dalam hal ini disingkat dengan (Q) ? Atau saat total penjualan mencapai
berapa harga berapa rupiah atau disingkat dengan (P)?
Adapun rumus/formula dari dua metode tersebut diatas adalah sebagai
berikut :
1. BEP-Unit = (Biaya Tetap)
(Harga per unit – Biaya Variable per Unit)
2. BEP-Rupiah = (Biaya Tetap)
(Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit)
Penjelasan Rumus :
1. BEP Unit / Rupiah = Titik pulang pokok
2. Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak
sedang berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan
peratalan usaha, biaya asuransi. Dll.
3. Biaya Variable adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar,
biaya listrik dll
4. Harga per unit adalah harga jual barang atau jasa yang dihasilkan.
5. Biaya Variable per unit adalah total biaya variable dibagi dengan jumlah
unit yang di produksi atau dengan kata lain biaya rata-rata per unit.
6. Margin Kontribusi per unit adalah selisih harga jual per unit dengan
biaya variable per unit.
Untuk lebih jelasnya kita aplikasikan rumus tersebut dalam contoh kasus dibawah
ini :
Sebuah perusahaan yang diberi nama “Usaha Maju” memiliki data-data biaya dan
rencana produksi seperti berikut ini :
1) Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp.140juta yaitu terdiri dari :
Biaya Gaji Pegawai + Pemilik = Rp.75,000,000
Biaya Penyusutan Mobil Kijang = Rp. 1,500,000
Biaya Asuransi Kesehatan = Rp.15,000,000
Biaya Sewa Gedung Kantor = Rp.18,500,000
Biaya Sewa Pabrik = Rp.30,000,000
2) Biaya Variable per Unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari :
Biaya Bahan Baku = Rp.35,000
Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp.25,000
Biaya Lain = Rp.15,000
3) Harga Jual per Unit Rp.95,000.
Sekarang mari kita hitung berapa tingkat BEP usaha tersebut baik dalam
unit maupun dalam rupiah :
BEP unit adalah
= Biaya Tetap / (harga per unit – biaya variable per unit)
= Rp.140juta / (Rp.95,000 – Rp.75,000)
= Rp.140juta / Rp.20,000
= 7,000 unit
BEP Rupiah adalah
= Biaya Tetap / (Kontribusi Margin per unit : Harga per unit)
= Rp.140 juta / (Rp.20,000 : Rp. 95,000)
= Rp.140juta / 0.2105
= Rp.665,083,135
Penjelasan perhitungan BEP :
Untuk dapat beroperasi dalam kondisi BEP yaitu laba nol, perusahaan
Usaha Maju Terus harus dapat menghasilkan produk sebanyak 7,000 unit dengan
harga Rp.95,000 unit, maka jumlah penjualannya akan menjadi Rp.665,083,135.
Aplikasi BEP untuk penghitungan target laba.
Dengan mengetahui kapan perusahaan melewati tingkat BEP, maka anda
sebagai manager atau pemilik Usaha Maju Terus akan dapat menghitung berapa
minimal penjualan untuk mendapatkan laba yang anda targetkan, yaitu dengan
cara menambahkan laba yang ditargetkan tersebut dengan biaya tetap yang anda
miliki.
Misalkan target laba anda sebulan adalah Rp.75 juta, maka minimal
penjualan yang anda harus capai adalah sebagai berikut :
BEP – Laba = (Biaya Tetap + Target Laba) / (Harga per unit – Biaya Variable per
unit)
BEP – Laba = (Rp.140juta + Rp.75juta) / (Rp.95,000 – Rp.75,000)
BEP – Laba = Rp.215juta / Rp.20,000
BEP – Laba = 10,750 unit atau
BEP – Laba = Rp.1,021,250,000 (10,750 unit x Rp.95,000)
Mari kita buktikan perhitungan tersebut diatas, apakah benar dengan menjual
sebanyak 10,750 unit Usaha Maju Terus akan mendapatkan laba sebesar
Rp.75,000,000.
A Penjualan (10,750 unit x Rp.95,000) Rp.1,021,250,000
B Dikurangi :
1. Biaya Tetap Rp.140,000,000
2. Biaya Variable (10,750 x
Rp.75,000)
Rp.806,250,000
Total Biaya Rp. 946,250,000
C Laba / (Rugi) Rp. 75,000,000
3. Manfaat dan kekurangan Break Even Point (BEP)
Manfaat BEP :
1. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankanagar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
3. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Menurut Matz, Usry dan Hammer (1991: 224) juga menjelaskan beberapa
manfaat analisa break even untuk manajemen, yaitu :
a. Membantu pengendalian melalui anggaran.
b. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan.
c. Menganalisa dampak perubahan volume.
d. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.
e. Merundingkan upah.
f. Manganalisa bauran produk.
g. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan.
h. Menganalisa margin of safety.
Kekurangan Analisis BEP :
1. Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
2. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
3. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
4. Sales mix adalah konstan
Kelemahan Analisa Break Even Point.
Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan,
tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa
kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain :
asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk
jangka waktu yang pendek.
Asumsi tentang linearity
Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit,
tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain,
tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan
jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan
garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel
operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan
volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan
karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah
lembur.
Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini
tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah
melewati titik tersebut.
Jangka waktu penggunaan
Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu
penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan
proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-
biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil
dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu
yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya
jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar
dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.
4. BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi,
dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-
nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC.
Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini
akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biaya VC
per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit
4. Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR).
Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun
semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
5. Terjadinya perubahan dalam sales mix
6. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk
maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain
(sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi
kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun
akan berubah.
5. Gambar BREAK EVEN POINT (BEP)
6. Asumsi-Asumsi Dasar Analisa Break Even Point :
Beberapa asumsi yang berpengaruh dalam analisa break even menurut Mulyadi
(1993 : 259) adalah sebagai berikut :
a. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
b. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat
kegiatan.
c. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
d. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
e. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
f. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
g. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.
h. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya
7. Efek Perubahan Berbagai Faktor Terhadap BEP
1. Efek perubahan harga jual per unit dan jumlah biaya terhadap BEP
Analisa BEP digunakan asumsi bahwa harga jual per unit tetap konstan
(P).
Bila P naik memiliki efek yang menguntungkan karena BEP nya akan
turun.
Dalam gambar BEP, titik break-even-nya akan bergeser ke kiri, yang
berarti untuk tercapainya BEP cukup diperlukan jumlah produk yang lebih
kecil.
2. Efek perubahan “sales-mix” terhadap BEP
Sales-mix untuk mencari break-even point dari dua atau lebih produk
yang dihasilkan perusahaan.
Apabila ada perubahan sales-mix, maka BEP-nya secara totalitas akan
berubah.
Perhitungannya dengan cara mencari break-even point satu jenis produk
karena adanya variable cost dan harga jual per unit yang berbeda dari
masing-masing jenis produk.
Sumber: Prasetya, Hery. Drs., dan Lukiastuti Fitri. S.E., M.M (2009) Manajemen
Operasi, MedPress: Yogyakarta.
Merdiyanto, Handono., Inti sari Manajemen Keuangan.